Tabloid teknokra edisi 137

12
Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh Tetap Berpikir Merdeka! Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014 www.teknokra.com FB: Teknokra Unila @TeknokraUnila Halaman 7 Robot ini dirancang dengan sensor otomatis dan mampu bergerak lebih gesit. Diharapkan dapat memadamkan api sebelum menjalar. Halaman 12 Mengawali karier sebagai cleaning service, kini Sugiyanta mampu menduduki jabatan tertinggi. Pengabdian selama 34 tahun membuatnya diper- caya sebagai kepala Perpustakaan. Halaman 8 Sayangnya, ia menilai peran BEM U sendiri be- lum dirasakan mahasiswa. Menurutnya, aklam- asi membuat kampus tak lagi menjadi tempat belajar demokrasi. PROYEK KUSUT CD PROPTI

description

PROYEK KUSUT CD PROPTI

Transcript of Tabloid teknokra edisi 137

Page 1: Tabloid teknokra edisi 137

Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh

Tetap Berpikir Merdeka!Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung

Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas

No 1

37 T

ahun

XIV

Trim

ingg

uan

Edisi

Jun

i 201

4 ww

w.te

knok

ra.co

mFB

: Tek

nokr

a Un

ila@

Tekn

okra

Unila

Halaman 7Robot ini dirancang dengan sensor otomatis dan mampu bergerak lebih gesit. Diharapkan dapat memadamkan api sebelum menjalar.

Halaman 12Mengawali karier sebagai cleaning service, kini Sugiyanta mampu menduduki jabatan tertinggi. Pengabdian selama 34 tahun membuatnya diper-caya sebagai kepala Perpustakaan.

Halaman 8Sayangnya, ia menilai peran BEM U sendiri be-lum dirasakan mahasiswa. Menurutnya, aklam-asi membuat kampus tak lagi menjadi tempat belajar demokrasi.

PROYEK KUSUTCD PROPTI

Page 2: Tabloid teknokra edisi 137

2 No 137 Tahun XIV TrimingguanEdisi Juni 2014Comment Salam Kami

TABLOID TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0721) 788717 EMAIL [email protected], [email protected] WEBSITE www.teknokra.com

Pelindung: Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, MS Penasihat: Prof. Dr. Sunarto, SH, MH Dewan Pembi na: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc Anggota Dewan Pembina: Asep Unik, SE. ME., Drs. M. Toha B. Sampurna Jaya, M.S., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Maulana Mukhlis, S.Sos., MIP., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA, Rudiyansyah, Rikawati, S,Sos., Rukuan Sujuda, S.Pd.

Pemimpin Umum: Muhamad Burhan Pemimpin Redaksi: Vina Oktavia Pemimpin Usaha: Yurike Pratiwi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan: Novalinda Silviana Kepala Kesekretarian: Fitri Wahyuningsih Redaktur Pelaksana: Aprohan Saputra, Hayatun Nisa, Yovi Lusiana (Non Aktif) Redaktur Berita: Ayu Yuni Antika Reporter : Fahmi Bastiar, Siti Sufia Redaktur Foto: Kurnia Mahardika Fotografer: Lia Vivi F Redaktur Artistik: Imam Gunawan (Non Aktif) Staf Artistik: Retno Wulandari Kameramen: Kurnia Mahardika Webmaster: Khorik Istiana Manajer Keuangan: Faris Yursanto Manajer Usaha : Imam Gunawan Staf Keuangan: Yola Savitri Staf Periklanan: Sindy Nurul Mugniati Staf Pemasaran: Wawan Taryanto Staf Kesekretariatan: Fitria Wulandari, Staf Pusat Penelitian dan Pe ngembangan: Hayatun Nisa, Fajar N Magang: Rika A, Yola Septika, Ahmad R, Ana Pratiwi M, Diah P, Kurnia Dwi P.S, Meri H, M. Erig R, M. Ziea U.A, Nur Kholik, Purwo K, Ridha P, Riska Martina, Annisa, Defika P.N, Fitri A, Tiara I.S.

Gara-gara Siapa?

Cover

Ide & DesainRetno Wulandari Fitri Wayhuningsih

Foto

Lia V

ivi F

arida

Menjaga Loyalitas

“Eh dibayar berapa sih lo disana?” Sebuah pertanyaan kerap ter-lontar dari beberapa teman yang

ingin tahu. Pertanyaan yang seakan mempertanyaakan loyalitas di zaman yang serba bayar ini.

Pemaknaan loyalitas di kehidupan organisasi kampus mungkin kian red-up hingga mengira semua aktivitas yang kami lakukan berbayar. Namun, di Pojok PKM ini, kami masih ingin me-maknai loyalitas dengan hati. Ia men-jadi solar penyulut roda organisasi ini. ketika lelah dan jenuh datang, Hal yang harus kami ingat adalah tanggung jaw-ab kami. tanggung jawab kepada maha-siswa yang telah menyisihkan sebagian uang SPP-nya untuk info dari lembaran kertas bernama tabloid Teknokra.

Bukan hal mudah mengemban tang-gung jawab ini. Bak aktor pertunjukan, setiap hari kami harus memainkan berbagai peran. Menjadi mahasiswa dengan setumpuk tugas. Wartawan kampus yang di kejar deadline serta aktivis yang harus menggerakkan roda organisasi agar terus berjalan.

Mengeluh adalah solusi terburuk saat semuanya menuntut untuk disele-saikan. komitmen adalah jam weker kami. dia mengingatkan kami untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah kami mulai.

Tabloid 137 ini adalah bukti kesetian kami kepada pembaca setia teknokra. Lewat lembaran kertas ini kami meng-ajak pembaca yang sebagian besar mahasiswa untuk kembali membuka matanya. Mengingatkan kembali tugas utama mahasiswa yang bukan hanya sebagai akademis yang duduk ma-nis dibangku kuliah. Berkutat dengan tugas yang juga tak kunjung selesai. Bungkam dengan segala masalah yang ada didepannya dan memilih hedonis.

Dalam edisi kali ini kami mengajak mahasiswa untuk mengkritisi budaya aklamasi. Sebuah budaya yang tak meng ajarkan budaya demokrasi di ten-gah mahasiswa. Berbagai kabar dari Unila juga kami suguhkan. Kami men-gajak mahasiswa untuk menjadi pionir perubahan melalui tulisan.=

Tetap Berpikir Merdeka!

Mahasiswa dengan masing-masing latar belakang dan kepentingan, baik aktivis organisasi dan aktivis akademis, memiliki pergerakan yang berbeda. Namun, keduanya punya peran yang sama karena

menyandang status mahasiswa, yang mengemban amanah untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik, di kampus maupun di masyarakat.

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) digadang-gadang sebagai lembaga yang dapat menghadirkan ruh tersebut. Lembaga ini dianggap sebagai pemersatu gerakan mahasiswa. Namun, toh kenyataanya peran BEM kini mulai loyo. BEM sebagai lembaga yang seharusnya dapat mengadvokasi mahasiswa tak lagi menjalankan fungsi dengan baik. Justru, pengadaan CD Propti di FKIP Unila untuk seribu lebih mahasiswa yang melibatkan BEM tak kunjung selesai. Terbengkalai hingga pergantian kepengurusan.

Sejarah aklamasi yang terjadi di Unila seharusnya juga menjadi catatan merah bagi BEM untuk mulai pintar memainkan peran. Sebagai badan ekse-kutif, BEM memang bukan pemegang kebijakan. Namun, setidaknya fung-sinya sebagai perpanjangan tangan mahasiswa harusnya dapat dirasakan. Peran mahasiswa dalam Pemira yang dirasa amat kurang disinyalir karena tak dirasakannya kinerja BEM. Akibatnya, mahasiswa enggan memilih wakil yang tak menyalurkan aspirasinya.

Padahal, sebagai organisasi pergerakan mahasiswa, BEM memiliki po-tensi yang mampu menjadi modal bagi lahirnya dinamika kampus. BEM di-harapkan mampu menghidupkan iklim demokrasi di kalangan mahasiswa. Akla masi yang terlanjur terjadi memberi kesan bahwa orang-orang yang berada di dalamnya membuat pemerintahan sendiri, mengadakan Pemilu sendiri, memasang calon presidennya sendiri, lantas dipilih sendiri, dan di-lantik sendiri. Akhirnya, dilegitimasi sebagai presidennya mahasiswa. Tak dipungkiri proses pembelajaran demokrasi di kampus menjadi minim, iklim demokrasi mulai berkurang. Mahasiswa juga dituding kian pragmatis.

Tak hanya peran mahasiswa untuk menghadirkan sebuah perubahan yang kian dipertanyaakan. Proyek pengadaan CD dokumentasi Propti juga me-nimbulkan pertanyaan tentang tanggunngjawab mahasiswa yang mengaku aktivis. Mereka seolah lepas tangan dan tak memberikan konfirmasi apa-pun. BEM juga tak serius mengawal kasus ini. Tak adanya kejelasan hampir satu tahun menjadi bukti nyata ketidaktegasan lembaga yang “katanya” pe-nyalur aspirasi mahasiswa.

Suara mahasiswa yang merasa dirugikan seharusnya mampu membuat BEM berani ambil sikap. Apalagi BEM telah sepakat menerima kerjasama tersebut. Namun, hingga saat ini masih juga tak ada hasil. Pihak yang ditu-ding bertanggungjawab pun berjanji memberikannya sebelum mahasiswa 2014 datang. Tentu, benar atau tidaknya janji tersebut akan menjadi sebuah pembuktian. Kita tunggu saja.

Mungkin ini adalah catatan hitam untuk kita yang mengaku sebagai ma-hasiswa. Kita acapkali menggonggong ketika birokrat mengambil kebijakan yang dianggap tidak pro mahasiswa. Namun, nyatanya mahasiswa pun be-lum dapat menjalanakan amanah sebagai aktivis organisasi secara baik dan benar. Membuktikan peran mahasiswa yang sebenarnya, dengan ideologi yang selama ini dipegang dan diagung-agungkan oleh mahasiswa.=

Page 3: Tabloid teknokra edisi 137

3No 137 Tahun XIV TrimingguanEdisi Juni 2014 Kampus Ikam

Oleh Fajar Nurrohmah

Oleh Kurnia Mahardika

Unila-Tek : Jelang bulan suci Ramadhan, Masjid Al-Wasi’i Uni-versitas Lampung tengah direnovasi. Hal ini dilakukan demi mengantisipasi banyaknya jumalah jamaah yang akan beriba-dah di bulan suci. Hal tersebut diungkapkan M. Mutakin selaku Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) Masjid Al-Wasi’i.

Ia menambahkan, saat ini telah dilakukan pelebaran teras masjid yang direncanakan akan dipakai sebagai tempat sholat apabila jamaah membludak. Menurutnya, kekurangan tempat sholat seringkali terjadi saat pelaksanaan sholat Jumat. “Ba-nyak jama’ah yang sholat sampai di tempat wudhu bahkan di tempat sandal,” ujarnya.

Mutakin mengatakan, dana renovasi masjid menggunakan dana sumbangan jamaah dari kotak amal. Biaya renovasi yang ditargetkan selesai sebelum Ramadhan ini mencapai 12 juta rupiah. Menurutnya, dana ini masih sangat kurang jika ingin melakukan renovasi masjid secara keseluruhan. “Butuh lebih dari 200 juta rupiah,” ujarnya. Ia mengaku pengurus masjid seringkali memberikan proposal perbaikan ke pikah Unila. “Sampai sekarang pun belum pernah mendapat tanggapan,” ujarnya mengakhiri.=

Renovasi dari SumbanganJamaah

Oleh Tiara I.S

Unila-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) KSR PMI meng-gelar invitasi PMR tingkat Wira dan Madya. Acara ini merupa-kan latihan PMR bagi pelajar aktif mengikuti kegiatan serupa di sekolahnya. Kegiatan yang menghadirkan pelajar SMP dan SMA se-Sumbangsel dan Jawa Bagian Barat ini digelar selama tiga hari, yakni pada (20-22/6).

Ova Lestari (Agribisnis ’10) selaku Ketua Pelaksana me-ngatakan kegiatan diisi oleh berbagai acara, seperti donor darah, coaching clinic dan evaluasi. Selama coaching clinic peserta akan diberikan materi tentang pertolongan pertama saat kecelakaan, perawatan keluarga, dan pembuatan dan pembongkaran tenda. “Coaching clinic ini diberikan untuk me-nyamakan kemampuan peserta,” ungkap Ova Lestari selaku ketua pelaksana.

Usai pembekalan, peserta akan mengikuti berbagai lomba yang berhubungan dengan materi yang telah disampaikan. Se-lain itu, lomba penyuluhan kesehatan dengan bahasa inggris juga ikut digelar. Ia berharap peserta dapat menyerap ilmu yang diberikan.

Peserta asal SMA N 2 Pringsewu, Herlin Puspitasari menyam-but baik kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan seperti ini mem-berikan manfaat bagi Palang Merah Remaja. “Dapat ilmu tam-bahan mengenai dasar-dasar ilmu kesehatan,” imbuhnya.=

KSR Unila Gelar Invitasi PMR

Unila-Tek : Rapat senat yang dilaksanakan pada (10/06) di Ruang Sidang Senat Gedung Rektorat Universitas Lampung melahirkan keputusan baru. Rektor Unila membacakan kepu-tusan rapat yang akan menambah jadwal pelaksanaan wisuda menjadi enam kali setiap tahun. Kebijakan ini akan dilak-sanakan mulai September 2014.

Kesubbag Humas Unila, M. Jefri mengatakan sosialisasi ke-pada mahasiswa akan dilakukan usai Surat Keputusan Rektor resmi ditandatangani. Namun, ia memastikan sosialisasi akan selesai sebelum bulan September. “Sampai sekarang, SK Rek-tor belum keluar,” ujarnya.

Ia menambahkan, kebijakan ini diambil karena jumlah maha-siswa yang mendaftar wisuda selalu melebihi kuota 1100 yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan adanya jadwal wisuda yang lebih banyak, waktu tunggu mahasiswa tidak akan ter-lalu lama. M. Jefri berharap mahasiswa tidak menunda-nunda wisuda dengan berbagai alasan. “Cepat daftar biar dapat kuota wisuda,” ucapnya.

Afria Wulandari (Pend. Matematika’13) mengaku senang de-ngan keputusan ini. Meski ia baru semester II, keinginannya un-tuk lebih cepat menyelesaikan pendidikan dapat terwujud. =

Unila Buka Enam Kali WisudaSetahun

Menimbang Untung Rugi Sistem E-Learning Oleh Rika Andriani

Unila-Tek: Sistem e-learning yang digagas oleh Pembantu Rektor I, Hasriadi Mat Akin se-jak 2008 telah berjalan di be-berapa fakultas. Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hu-kum, FISIP, FKIP, Fakultas Per-tanian, FMIPA, Fakultas Kedok-teran telah menerapkan sistem tersebut untuk beberapa juru-san atau program studi.

Namun, sistem pembelaja-ran yang mengandalkan kom-puter dan jaringan internet ini mendapat tanggapan be-ragam dari mahasiswa. Ada mahasiswa yang mendukung, namun tak sedikit pula yang mengeluh karena pembelaja-ran dinilai kurang efektif.

Diah Nawang W. (Pend. Geo-grafi ’12) mengaku pembe-lajaran e-learning membuat dirinya kesulitan bertanya kepada dosen mengenai ma-teri yang belum ia mengerti. Minimnya jadwal tatap muka antara mahasiswa dengan dosen membuat mahasiswa kesulitan jika ingin berdiskusi. Ia berpendapat sistem pem-belajaran ini kurang efektif. Rekan satu kelasnya, Maruttha Puspita berpendapat sistem e-learning hanya baik diterapkan untuk menyampaikan teori. Ia juga mengaku kesulitan memahami materi pelajaran dengan sistem ini. “Saya susah untuk memahami, karena saya termasuk mahasiswa audio,” ujarnya.

Selain itu, Diah dan Maruttha juga tak mengetahui apakah tu-

gas yang telah mereka setor su-dah benar atau belum. “Dalam website tidak ada keterangan-nya,” lanjut Maruttha. Namun demikian, Maruttha mengaku senang karena e-learning memudahkannya mengakses materi kuliah kapan saja tanpa perlu ke kampus.

Diana N. (Pend. Kimia’08) berpendapat bahwa e-learning mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sistem ini memu-dahkan mahasiswa saat mengerjakan tugas karena dapat dilakukan dari rumah. Selain itu, mahasiswa tak perlu bertanya dengan teman lain-nya karena perintah dan soal telah tertulis jelas dalam web-site.

Pada sistem e-learning, ab-sen mata kuliah dilakukan dengan login ke dalam situs. Soal UTS biasanya dicantum-kan dalam website dan di-beri dalam jangka waktu satu minggu untuk mengirimkan jawaban melalui email atau meng-upload.

Dr. Ngadimun selaku dosen di program studi PGSD me-nuturkan e-learning dapat mencegah mahasiswa melaku-kan kecurangan. Penentuan waktu mengerjakan tugas akan membuat setiap maha-siswa mengerjakan tugas atau ujian secara serius dan tak pu-nya kesempatan menyontek. Se bagai dosen yang menerap-kan sistem ini, Ngadimun me-ngaku tetap melakukan tatap muka dengan mahasiswanya.

Ia optimis sistem ini dapat dikembangkan sehingga dosen lain ikut menggunakannya.

M. Komarudin yang men-jabat Kepala UPT Pusat Kom-puter Unila menuturkan pro-gram e-learning masih sebatas anjuran bagi dosen. Menurut-nya, Puskom hanya membantu pengoperasian sofwere. “Gang-guan pada Siakad tidak akan berpengaruh pada website e-learning,” ujarnya.

Martias Hasan, teknisi mul-timedia Unila mengatakan sistem e-learning pertama kali diterapkan di fakultas teknik pada 2006. Sarjana Teknik Unila ini mengaku pernah mendapatkan mata kuliah Pemprograman Teknologi In-formasi menggunakan e-learn-ing,” ujarnya. Ia mengatakan, Unila telah mengadakan pela-tihan untuk para dosen setiap tahun untuk melatih penggu-naan IT.

Prof. Hasriadi yang ditemui di ruangannya mengatakan e-learning bertujuan mening-katkan efisiensi pembelajaran. Meski begitu, dosen tetap dian-jurkan berinteraksi langsung di kelas. “Transfer karakter dengan cara bertatap muka,” ujarnya.

Ia berharap dosen dapat menggunakan sistem e-learning dan mahasiswa dapat memanfaatkan sistem ini. “Diharapkan seluruh warga unila, tidak ada lagi yang tidak membuka website Unila setiap harinya,” harapnya. =

Oleh Kurnia MahardikaBeri Salam. Arana Ogawa, peserta student internasional dari Jepang memberikan salam penghormatan kepada tamu undangan dalam pentas seni mahasiswa asing (19/6). Terdapat tujuh mahasiswa lain dari Kamboja, Polandia, Slovakia, Korea Selatan, dan Jepang yang belajar mengenai kebudayaan Lampung.

Page 4: Tabloid teknokra edisi 137

4 No 137 Tahun XIV TrimingguanEdisi Juni 2014Kampus Ikam

Unila-Tek : Masjid Alwasi’i Universitas Lampung menyiapkan berbagai agenda untuk mengisi bulan ramadhan. Agenda terse-but dikemas dalam acara Sejuta Hikmah Ramadhan (Sahara). Acara merupakan kerjasama pengurus masjid dengan UKM Bi-rohmah dan lembaga dakwah kampus diberbagai fakultas.

Agenda tahunan kali ini mengangkat tema “Berbagi Ceria, Berbagi Kebaikan, Raih Pahala Penuh Berkah”. Rencananya, akan ada 13 rangkaian acara, diantaranya buka bersama, Ta’lim, ceramah, kajian islami, tabligh akbar, pelayanan pos kesehatan, peringatan hari turunnya Al- Quran, I’tiqaf, pe-nerimaan dan penyaluran zakat fitrah, serta penyelenggaraan sholat idul fitri. Pembukaan acara telah dilakukan pada Kamis (19/6) dengan kegiatan pawai dan kajian mengenai seputar Ramadhan.

Ketua Pelaksana, Yasin Yahya (Teknik Pertanian’10) ber-harap civitas akademika Unila dapat berperan aktif dalam me-nyemarakkan kegiatan Sahara. Panitia menyediakan layanan infak bagi jamaah yang hendak beramal.“ Untuk menjadi dona-tur bisa mengirimkanya melalui rekening,” ujarnya.=

Masjid Al-Wasi’i SiapSambut Ramadhan

Oleh Ahmad Roihan

Foto Lia Vivi FaridaMengeruk. Seorang petugas sedang menggerakkan excavator untuk melebarkan rawa di sam ping Rusunawa yang akan dijadikan tempat resapan air. Selain itu, pembuatan resapan air juga terdapat di belakang perpustakaan dan Fakultas Kedokteran. Foto dibidik Selasa (3/6).

Unila-Tek: Mahasiswa Unila acapkali mendapat tugas membuat karya tulis atau makalah dari dosen. Tugas itu seringkali meng-haruskan penulis mengam-bil rujukan teori dari ber-bagai buku. Kemudahan akses informasi melalui internet tak jarang mem-buat mahasiswa mengutip dari website atau blog yang bertebaran di dunia maya. Seperti yang diungkapkan Ratu Fitriani, mahasiswi Ilmu Administrasi Negara 2013 ini mengaku biasa mengutip rujukan dari in-ternet apabila kekurangan referensi. Informasi yang ia kutip dari berbagai sum-ber, terutama blog pribadi de ngan domain www.blog.spot.com karena mesin pencari google banyak me-nampilkannya. Namun, ia hanya melakukan ini apa-bila buku yang ia cari ti-dak ada. “Lebih mudah dan efisien mencari rujukan online,” ujarnya. Ratu me-ngaku dosennya tidak per-nah menegurnya soal ru-jukan yang ia cantumkan dalam makalah. Ratu sebenarnya sadar bahwa ia tak mengetahui keabsahan isi blog yang sadur. Biasanya, ia akan membaca ulang informasi

dan melakukan perubahan jika ada yang tidak sesuai. Ia sebenarnya ingin mencari dari jurnal online, namun ia kesulitan mengakses karena kurangnya sosialisasi alamat website yang dapat dibuka.Mahasiswa lainnya, Rodiyati (DIII Perpustakaan)me-ngatakan bahwa syarat ru-jukan dalam makalah ber-gantung kepada dosen mata kuliah. “Ada dosen yang wa-jib dan harus mengutip dari buku, ada juga yang menyu-ruh mengutip dari inter-net,” ujarnya. Ia mengaku jera karena per-nah ketahuan dosen ketika asal mencantumkan data dari blog yang tidak jelas penulisnya. “Ternyata ter-dapat kesalahan dan harus direvisi,” ujarnya. Sejak itu, Rodi hanya akan mengutip apabila ia yakin bahwa ru-jukan yang ia pakai diper-caya kebenarannya. Menanggapi kebiasaan ini, Bartoven Vivit, dosen So-siologi Unila mengatakan bahwa dalam mengutip ru-jukan, mahasiswa masih mengabaikan cara merujuk yang baik. Hal ini menjadi masalah terutama di bidang ilmu sosial. Menurutnya, Unila perlu mengadakan pelatihan cara merujuk sumber dan punya stan-

dar khusus seperti di luar negeri. “Di Malaysia con-tohnya mereka punya stan-dar APA Style, dan di negara lain ada Harvard Style dan Cambridge Style,” ujarnya. Ia berharap Perpustakaan melakukan sosialisasi keli-ling untuk melatih maha-siswa setiap bulan seperti di luar negeri. Vivit menambahkan, ke-tentuan internasional se-benarnya melarang penu-lis pengutipan dari blog. “Informasi banyak salah, tidak semuanya betul,” ujarnya. Ia mengaku selalu menekankan mahasiswanya untuk merujuk pada jurnal online atau buku referensi. Menurutnya, minimnya ma-hasiswa mengakses jurnal online karena belum terba-ngunya iklim akademik yang membiasakan mahasiswa untuk mengakses jurnal.Dosen lainnya, Mona Adha juga memberi perhatian ter-hadap rujukan yang dikutip mahasiswanya. Ia menilai banyak mahasiswa yang ti-dak paham pentingnya ke-benaran dan keabsahan ru-jukan. “Tulisan tidak hanya dibuat menurut common sense mahasiswa saja tetapi harus ada bukti dan fakta,” papar dosen program studi ppkn itu.=

Oleh Yola Savitri

FOSSI FH Eksis GelarKegiatan Islami

FH-Tek : Jumat (20/6), Forum Silaturrahmi dan Studi Islam (FOSSI) Fakultas Hukum mengadakan lokakarya. Kegiatan tersebut membahas mengenai pengesahan program kerja FOSSI untuk satu tahun ke depan.

Saat ini, FOSSI FH dinahkodai oleh Riki Fahrial (Hukum ’12) dan jabatan wakil ketua diemban oleh Nur Halimah (Hukum ’12). Organisasi mahasiswa yang aktif menggagas kegiatan keagamaan islam ini bertekad membangun organisasi yang kokoh, mandiri, dan berwawasan islami. Nur mengungkap-kan tahun ini FOSSI akan mengadakan berbagai kegiatan kero-hanian, seperti kajian rutin, bakti sosial, hingga menggagas pertemuan forum persekutuan lembaga dakwah kampus se-Sumatera.

FOSSI FH sendiri terdiri dari delapan bidang, diantaranya Departemen Kaderisasi, Kajian dan Akademik, Hubungan Ma-syarakat (Humas), Siasi, Syiar dan Media, Dana dan Usaha, Aka-demik, dan Keputrian. =

Oleh Fitri Ardiani

FEB-Tek: Farhan Kurnia M. (Ekonomi Pembangunan ’11) setelah menjadi salah satu mahasiswa berprestasi Unila ini berhasil masuk dalam “top 15 world journal” dalam ajang 10th international student comference pada (14-16/4) di Izmir City, Turki.Farhan mengalahkan lebih dari 1000 mahasiswa dari S1 hingga S3 yang berasal dari 48 negara di dunia. Ia pun menjadi salah satu perwakilan dari Indonesia yang menang dalam karya ilmi-ah yang berjudul “Strengthen Creative Economy Industry for In-creasing National Income in Indonesia”. Jurnal yang membahas tentang penguatan industri ekonomi kreatif untuk meningkat-kan pendapatan nasional di Indonesia ini mendapat peringkat ke 14 dari 54 orang yang mendapat kesempatan mempresen-tasikannya di Turki. Tidak hanya itu, ia pun menerima royalti atas publikasi jurnalnya di tiga Negara, yaitu Turki, Cina dan USA. Disana, ia pun sempat memberi motivasi kepada komuni-tas PPI ( Persatuan Pembelajaran Indonesia).Mahasiswa yang menguasai lima bahasa ini merasa tidak ke-sulitan untuk beradaptasi selama berada di negara lain. Ia menjelaskan bahwa Turki merupakan negara yang penuh ke-ragaman dan sekularitas, namun tetap menjunjung tinggi bu-daya dan kearifan masing-masing, serta sumber daya alam dan manusia yang mereka miliki. “Jangan takut untuk mencoba. Kamu nggak akan tahu proses yang akan dilalui dan hasil yang akan dicapai,” ujarnya.=

Mahasiswa FEB Unila WakiliIndonesia ke Ajang Dunia

Oleh Rika Andriani

Lebih Banyak Sampah di Rujukan Online

Page 5: Tabloid teknokra edisi 137

5No 137 Tahun XIV TrimingguanEdisi Juni 2014 Kampus Ikam

Foto Lia Vivi Farida

Pengambilan sumpah.Achmad Khoirudin Syam dan Joko Budianto, Presiden Mahasiswa dan Wakil Pre-siden Mahasiswa BEM-U KBM Unila periode 2014-2015 mengikhrarkan sumpah di depan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Mereka dilantik setelah terpilih secara aklamasi. Foto dibidik Rabu, (18/6).

Asah Soft SkillLewat DiklatUnila-Tek : Pendidikan dan Latihan (Diklat) bagi maha-siswa penerima Bidik Misi angkatan ke-IV digelar pada (20/6). Acara yang bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) ini bertema “Pengetahuan Baru Untuk Generasi Lebih Maju’’. Agenda Diklat merupakan agenda wajib tiap semester bagi mahasiswa bidik misi. Diklat ini bertujuan untuk memberi pembekalan soft skill seputar manajemen organisasi hingga manajemen konflik.

Pembantu Rektor III Unila, Prof Sunarto hadir untuk membuka acara sekaligus menyampaikan materi. Dua pembicara lain yang diha-dirkan adalah, Madi Hartono

Oleh AnisaFP Unila Gaet KerjasamaBeasiswaFP-Tek: Kerjasama antara Fakultas Pertanian dan PT. Para-gon Tecnology and Innovation resmi terjalin pada Rabu (11/6) berberengan dengan seminar Job Career Workshop. Kerjasama tersebut merupakan program beasiswa Wardah yang akan diberikan kepada mahasiswa pertanian. Ada tiga macam bea-siswa yang diberikan, yaitu bea-siswa pemberdayaan, beasiswa prestasi, dan beasiswa penyele-saian tugas akhir .

Selain itu, tidak ada batasan kuota untuk semua beasiswa. Mahasiswa bisa datang ke Ke-pala Sub Bagian Kemahasiswaan Gedung A Fakultas Pertanian

Oleh Fajar Nurrohmahdan Hartono yang merupakan dosen FP dan FISIP Unila.

Dalam sambutannya, Prof. Sunarto menghimbau agar mahasiswa rajin belajar. Ia mengingatkan bahwa maha-siswa bidik misi dibiayai oleh uang rakyat. “Jadi nanti ha-rus mengembalikannya dalam bentuk pengabdian pada rak-yat,” ujarnya.

Meski 700 mahasiswa pe-nerima beasiswa Bidik Misi tak semuanya hadir, acara tetap kondusif dan lancar. “Pelak-sanaan diklat hari ini sudah lumayan teratur. Jadwal juga tidak melenceng,” ujar Fitri Ramadhani, mahasiswa Pen-didikan Ekonomi’13 yang dite-mui usai Diklat.=

Lantai 1 untuk mengetahui info dan melakukan pendaftaran. Program ini bahkan tengah ber-jalan dan sampai pada tahap seleksi administrasi.

Syahrio Tantalo selaku Pembantu Dekan III FP men-gatakan pihaknya aktif men-jalin kerjasama dalam dan luar negeri. Banyak kerjasama yang telah terjalin, diantaranya dengan LIPI, Ristek, Dewan ketahanan, dan beberapa Ke-menterian RI. Tak hanya itu, kerjasama de ngan berbagai perusahaan juga terus digalak-kan, seperti Perusahaan Sinar Mas, Perusahaan Asia Agri, Perusahaan Monsanto, Perusa-

ZONA AKTIVIS

Kompak dan KreatifOleh Fitria Wulandari

HMJ Ilmu Komunikasi,

Dok.

Bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Uni-versitas Lampung,

pi li han organisasi mereka la buhkan pada Himpunan Ma-hasiswa Jurusan (HMJ). Selain keinginan menghidupkan ruh oraganisasi di rumah sendiri, HMJ Ilmu Komunikasi juga menjadi wadah yang tepat untuk mengembangkan kreativitas. Berbagai kegiatan yang dilakukan HJM menjadi ajang melatih soft skills dalam berogranisasi dan manajeman waktu.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi terhimpun dalam HMJ Ilmu Komunikasi. HMJ ini memiliki enam bidang, yaitu bidang public relations, bidang foto-grafi, bidang broadcasting,

bidang jurnalistik, bidang advertising, serta bidang penelitian dan pengemban-gan. Masing-masing bidang dikepalai oleh seorang ke-pala bidang dan sekertaris bidang serta beranggotakan mahasiswa ilmu komunikasi. Bidang-bidang tersebut dibuat sesuai dengan kebutuhan mahasiswa Ilmu Komunikasi sebagai wadah tempat mereka belajar mengenai kajian ilmu komunikasi itu sendiri.

HMJ yang lahir pada tahun 2000 ini terus menjaga eksistensinya dalam berkarya. Berbagai kegiatan kunjungan, seminar, dan perlombaan menjadi program kerja setiap tahun. HMJ yang dinahkodai oleh Bayu Prakoso (Ilmu

Komunikasi ’11) ini bahkan pernah mendapat penghargaan sebagai HMJ terbaik di FISIP berkat eksistensinya yang terus bersinar.

Tahun ini, HMJ Ilmu Komuni-MJ Ilmu Komuni- Ilmu Komuni-kasi telah berhasil menggelar beberapa jenis kegiatan. Kun-

jungan berbagai media lokal seperti Lampung Post, Tribun, dan Radar Tv menjadi agenda wajib. Tak hanya itu, mereka juga melakukan kunjungan ke berbagai media nasio-nal, seperti Metro TV, Tempo, dan TRANS 7. Selain itu, HMJ

ini juga mengadakan lomba fotografi, speach dan news casting. Rangkaian kegiatan besar berlevel nasional berupa workhop dan lomba juga berhasil terlaksana dengan sukses tahun ini.

Bayu yang ditemui di Unila mengatakan HMJ Ilmu Komunikasi mengedepankan kekompakan dan kreativitas. HMJ juga mengedepankan rasa kekeluargaan tanpa senioritas. Tak ada larangan atau batasan untuk menyampaikan ide saat rapat. “Banyaknya ide-ide yang tertuang dari pengurus dan anggota,” ujarnya. Di akhir masa baktinya, ia berharap HMJ Ilmu Komunikasi lebih kreatif dan makin berkembang.=

haan Singenta, dan sebagainya. Di luar negeri, FP menjalin ker-jasama dengan Kentucky Uni-versity, Sidney University, Yoko-hama University, Givu Nasional University, Mastreih University, dan Sub Agro University.

Dekan FP, Prof. Wan Abbas berharap mahasiwa dapat memanfaatkan kerjasama ini dengan baik. “Mereka bisa mengakses peluang-peluang beasiswa yang telah diben-tuk stakeholder melalui ker-jasama,” ujarnya. “Gunakan semaksimal mungkin, sehemat mungkin untuk studi bukan untuk yang lain,” ujar Syahrio menimpali. =

Page 6: Tabloid teknokra edisi 137

No 137 Tahun XIV TrimingguanEdisi Juni 20146 Reportase Khusus

Ilust

rasi

Ret

no W

ulan

dari

Maksud baik mendokumentasikan momen Propti Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2013 berbuah masalah. Pungutan sebesar Rp12 ribu untuk pengadaan CD dokumentasi yang telah dibayar oleh mahasiswa tak kunjung terlihat hasilnya. Ditaksir mencapai jutaan rupiah.

Keinginan Radha Indah P. (Pend. Fisika ‘13) untuk mengenang masa Propti

melalui CD dokumentasi tak kunjung tercapai. Padahal, su-dah hampir satu tahun ia me-nyerahkan uang sebesar Rp 12 ribu demi mendapatkannya. Ia adalah satu dari hampir se-luruh mahasiswa FKIP yang membayar uang pengadaan CD dokumentasi Propti maha-siswa di fakultasnya. Tepatnya saat minggu awal perkuliahan, ia dan teman satu kelasnya di-himbau untuk membayar uang sebesar Rp 12 ribu ke ketua angkatan. Sebagai mahasiswa baru, ia tak keberatan mem-bayar apalagi untuk hal baik semacam itu.

Radha mengaku tidak men-getahui siapa yang mengurusi pengadaannya. Tak muluk-muluk, ia menginginkan agar semua bentuk penarikan uang harus transparan dan terlihat nyata hasilnya. Radha masih berharap akan mendapatkan CD yang telah ia lunasi. “Kita masih mau kok terima CD itu,” ujarnya.

Nisa Ul Fitri (FKIP Kimia ’13) juga membenarkan adanya pe-mungutan biaya sebesar Rp 12 ribu. Lewat ketua angkatan, ia mengetahui bahwa uang terse-but digunakan untuk mem-bayar CD dokumentasi Propti. Ia menyayangkan belum ad-anya kejelasan mengenai hal tersebut. Baginya, uang Rp 12 ribu yang ia setorkan sangat berarti. “Sebenarnya uang dua belas ribu bagi saya sih banyak. Tapi untuk yang punya banyak uang ya nggak peduli,” ujarnya. Ia dan teman-temannya kerap menanyakan perihal CD yang tak kunjung dibagikan kepada ketua angkatannya. Namun, tak mendapat jawaban. “Baru pertama kali. Tapi dapat pela-yanan yang kurang memuas-kan,” ketusnya.

Chintya Martanovi (FKIP Matematika ’13) juga men-gaku heran mengapa CD yang sudah dijanjikan tak kunjung ia terima. “ Heran aja, kena-pa ngumpulin duitnya suruh cepet-cepet, tapi belum ada hasilnya sampai sekarang,” ujarnya. Menurutnya, uang

Rp 12 ribu tersebut memang tak terlalu besar, namun jika diakumulasi dengan jumlah mahasiswa FKIP nominalnya mencapai jutaan. “Jangan sam-pai ada kejadian lagi karena ngerugiin banyak orang,” tam-bahnya.

Syarat Pengambilam Serti-fikat Propti

Ketua angkatan 2013 Pro-gram studi Fisika, Dede Indra Komara (Pend. Fisika ’13) mengaku dikumpulkan ber-sama ketua angkatan dari program studi lain oleh Ave Suakanila yang kala itu menjabat Wakil Guber-nur BEM FKIP. Dalam perte-muan itu, m e r e k a dihimbau u n t u k mengum-p u l k a n uang Rp 12 ribu d e m i k e p e r l u a n p e m b u a t a n CD dokumentasi Propti. Uang ini juga sekaligus sebagai syarat apabi-la mahasiswa ingin mendapat-kan sertifikat Propti. “Ada batas waktu pengumpulannya. Kalo ada yang tidak bayar berkaitan dengan tidak turunnya serti-fikat propti,” ujar Dede. Dari pertemuan itu, Dede mengeta-hui jika pembuatan CD meru-pakan kerjasama antara Badan Eksekutif Mahasiswa dan Ke-lompok Studi Seni (KSS) FKIP.

Setelah uang terkumpul, Dede langsung menyerahkan-nya ke pihak BEM. Dua mi nggu setelah pelunasan, ia sem-pat menanyakan bagaimana perkembangan CD tersebut. Namun, ia tak mendapat jawa-ban pasti tentang pembagian CD. Menurut BEM, CD yang di-janjikan sedang dalam proses pembuatan.

Janji pembagian CD juga santer terdengar saat acara Stadium General di GSG tak lama setelah kegiatan Propti. Namun, hingga acara berakhir, CD yang dijanjikan tetap ni-hil. “Jawabannya masih dalam

proses,” tambahnya. Ia sem-pat kebingungan karena ba-nyak temannya yang bertanya. “Semua protes menanyakan,” tambahnya. Dede berharap ada kejelasan dari BEM dan KSS agar tidak menimbulkan pikiran negatif.

Pengumpulan uang Rp 12 ribu sebagai syarat pengam-bilan sertifikat Propti juga dibenarkan oleh Intan Syafitri (Bimbingan Konseling ’13).

Tapi kenyata-

a n -n y a ,

setelah ia membayar, hanya sertifikat Propti yang ia dapat-kan. Sementara CD dokumen-tasi yang dijanjikan tak kun-jung muncul. “Bisa mandeg nggak dikasih. Sementara bayarnya suruh cepet-cepet.” terangnya.

Tak Kunjung Ada Kejela-san

Tak kunjung diberikan, Intan mengaku kerap menanyakan kepada ketua angkatannya. Namun, ketua angkatannya selalu mengaku tak mendapat-kan informasi. Intan sempat bingung kemana dana yang ia dan semua temannya bayarkan selama ini. “Dua belas ribu di-kali seribu aja udah berapa?,” ujarnya menaksir jumlah ma-hasiswa FKIP 2013 yang men-capai seribu lebih.

Intan pun sempat mena-nyakan perihal yang sama kepada temannya di Program Studi Sejarah dan PGSD. Se-tali tiga uang, teman-temannya pun belum mendapatkan CD itu. Hampir setahun berlalu,

Intan sebenarnya sudah tak merasa keberatan. Tetapi, ia sangat mengharapkan kejadi-an serupa tak akan menimpa adik tingkatnya kelak.

Tri Yukanti (Pend. Ke-warganegaraan ’13) juga mengaku sangat penasaran terhadap kejelasan pengadaan CD. Menurutnya, harusnya pi-hak pengelola memberikan penjelasan jika ada keterlam-batan. “Tinggal ngomong aja jangan ilang kayak ditelan bumi,” katanya berkomentar. Tri menganggap, peristiwa ini seperti penipuan karena sam-pai akhir semester tak ada informasi kapan sebenarnya CD akan di bagikan. Ia meng-harapkan ada informasi lebih lanjut atau permintaan maaf dari pihak yang bersangkutan.

BEM Diminta Mengumpul-kan Massa

Ave Suakanila F. (Pend. Bi-ologi ’11) yang kala itu men-jabat Wakil Gubernur disebut-

sebut sebagai pihak yang terlibat mengurusi ker-

jasama ini. Ia mem-benarkan ada nya per-

janjian kerjasama di atas kertas antara BEM dan KSS. Di dalam surat, Ave mengatakan poin yang disepakati adalah bahwa pe-

ngadaan CD do-kumentasi propti

bersifat kerjasama an-tara BEM dan KSS serta pe-

ngelolaan keuangan ditangani seluruhnya oleh pihak KSS. Ia bahkan sempat dijanjikan akan mendapatkan beberapa persen dari keuntungan yang diperoleh. “Sampai sekarang tak ada sepeserpun uang yang kami terima,” ujarnya. Sayang-nya, saat diminta menunjuk-kan surat kerjasama tersebut, Ave mengaku tak lagi menyim-pannya lantaran hilang.

BEM bertugas mengumpul-kan seluruh ketua angkatan untuk memberikan informasi perihal adanya iuran untuk pembelian CD dokumentasi Propti. “Saat itu, sore hari saya mengumpulkan seluruh ke-tua angkatan di samping Aula K, tepatnya dibawah pohon melinjo,” ujarnya mengenang.

Meski memakan waktu cu-kup lama, proses pengumpu-lan uang berjalan lancar. Selu-ruh uang dari masing-masing ketua angkatan ia berikan ke-pada anggota KSS yang ia kenal bernama Virio atau sesekali ia berikan ke Yandri. “Prosesnya lama, ada kuitansinya juga se-tiap nyetor uang,” terangnya. Menurut penuturannya, sudah lebih dari 10 juta uang maha-siswa yang disetor.

Terkait CD yang masih ni-hil, Ave sebenarnya merasa geram. Sudah berbagai cara dilakukannya untuk meng-hubungi pihak KSS, tetapi jawaban tetap sama. Ia sangat mengharapkan kejadian ini tak terulang. “Semoga nggak ter-jadi lagi. Tahun depan jangan sampai ada kerjasama dengan mereka,” tuturnya.

Heizlan M. (Pend. Matema-tika ‘13) yang ditemui usai pelantikan BEM, Sabtu (21/6) membenarkan bahwa ia men-getahui adanya surat perjan-jian kerjasama antara BEM dan KSS. “Keterlibatan saya hanya sebatas mengetahui adanya surat perjanjian atau MOU tersebut, karena Ave yang menunjukkan langsung,” ujarnya. Ia juga mengaku sem-pat membantu Ave mengum-pulkan uang. Ia yang kini men-jabat sebagai Wakil Gubernur berharap masalah ini segera diselesaikan karena menyang-kut hubungan kerjasama dua organisasi.

Belum Ada Hasil Usai Per-temuan

Gubernur BEM FKIP peri-ode 2013-2014, Ahmad Risani (FKIP Geografi ’10) juga ri-sau karena banyak mahasiswa yang belum mengetahui bahwa sebenarnya proses pembuatan CD tersebut adalah project dari UKM-F KSS. Ia juga mengaku kerap mendengar protes dari anggota muda BEM-FKIP. Ah-mad menganggap mahasiswa salah kaprah karena sebenar-nya pihak BEM hanya sekadar mengetahui project. Seluruh proses syuting, burning, pem-biayaan, dan distribusi digarap oleh KSS.

Ia membenarkan bahwa pi-haknya sempat menjanjikan akan membagikan CD pada Stadium General. Namun, CD tersebut urung dibagi-kan karena KSS belum me-nyelesaikan pembuatannya. Ia mengaku hal itu di luar kenda-linya. Pertemuan formal dan informal antara BEM dan KSS pun sudah lebih dari dua kali dilakukan guna mengetahui perkembangan project terse-but. Tetapi tak kentara hasil-nya. “Tak ada kepastian kapan CD tersebut selesai dan dapat di distribusikan kepada ma-hasiswa,” ujarnya. Ahmad me-ngaku kerap menjalin komuni-kasi pada KSS. Tetapi jawaban yang diterima tetap sama. “Ma-sih dalam proses,” ujarnya me-nirukan. Advokasi juga telah ditempuh melalui media.

Berkomitmen Tak Lagi Me-legalkan Pengadaan CD

Meski sudah demisioner se-bagai Gubernur BEM, Ahmad mengaku berkomunikasi

PROYEK KUSUTCD PROPTIOleh Ayu Yuni Antika

Page 7: Tabloid teknokra edisi 137

No 137 Tahun XIV TrimingguanEdisi Juni 2014 Reportase Khusus

inovasi

Robot Pemadam ApiPencegah KebakaranOleh Yola Septika

Musim kemarau di In-donesia seringkali menyisakan duka saat

peristiwa kebakaran terjadi. Televisi tak pernah absen me-nyiarkan berita kebakaran dari berbagai daerah, terutama kota besar yang padat penduduk. Tak jarang, peristiwa itu juga merenggut korban jiwa. Keban-yakan, mereka terjebak saat api menjalar ke seluruh ruangan.

Kebakaran gedung berting-kat juga rawan terjadi saat konsleting listrik. Memang, ge-dung biasanya telah dilengkapi alat pemadam api. Namun, alat tersebut kebanyakan di-

gunakan secara manual. Peng-gunaan alat pemadam masih harus menggunakan bantuan manusia. Jika api terdeteksi lebih dulu, kebakaran masih dapat dihindari. Namun di banyak kasus, api lebih cepat menghanguskan gedung sebe-lum tim pemadam kebakaran datang. Manusia dinilai belum mampu mendeteksi api sejak dini secara akurat.

Permasalahan mengenai ke-bakaran inilah yang mengilha-mi Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Lampung, Chandra Lima Silalahi, Ahkmad Hary S. dan Nicolas J.P merancang ro-

bot pemadam api yang handal. Robot buatannya dirancang agar dapat melewati rinta ngan dan mampu bergerak lebih efisien. Dengan mengandal-kan sensor proximity detector, robot dapat melacak dinding dan perabotan lain yang ada di dalam ruangan hingga jarak lima meter. Sensor ultrasonik yang terpasang pada robot mampu mendeteksi dari ber-bagai arah, yaitu kiri, kanan, depan, dan belakang.

Sistem kerja robot ini di-awali oleh sistem tone de-tector. Sistem tersebut akan bekerja saat mendeteksi suara yang frekuensinya sebesar 3,5 kHz. Ketika suara terdeteksi, robot otomatis berada pada posisi on. Setelah menyala, robot mulai men-scanning ru-angan dengan menggunakan sistem flame detector. Sistem

ini menggandalkan gelombang ultraviolet untuk melacak keberadaan api. Berkat sen-sitivitas yang besar terhadap gelombang ultraviolet yang dipancarkan api, sistem oto-matis bekerja saat gelombang ultraviolet muncul. Gelombang ultraviolet yang bisa terdeteksi sistem ini sudah disesuaikan terhadap gelombang ultravio-let yang dimiliki api.

Selama perjalanan, robot ter-us men-scanning ruangan den-gan mengandalkan sistem scan-ning dari sensor flame detector. Dalam perjalanan juga, robot dipandu oleh sistem flame navi-gator yang mengarahkan robot menuju sumber api.

Robot pemadam api ini juga dilengkapi dengan sensor white line detector yang akan mendeteksi keberadaan garis putih. Sensor ini akan mem-

bantu robot saat berada di dekat pintu ruangan atau titik api. White line detector secara otomatis akan mengarahkan kipas pemadam ketika robot telah menemukan titik api atau lilin dalam jarak 30 cm.

Robot buatan Chandra Lima Silalahi, Ahkmad Hary S, dan Nicolas Gata JP mempunyai berbagai kelebihan, dianta-ranya sensor otomatis dan menggunakan tiga buah roda. Sebagai tambahan, robot juga dilengkapi dua roda gir dan satu buah roda free wheelend. Roda-roda tersebut membantu robot untuk lebih mengefisien-kan gerakannya. Dengan begitu robot akan lebih gesit begerak sehingga titik api lebih cepat ditemukan. Umumnya, robot pemadam api hanya bergerak dengan membunyikan gelom-bang suara. =

Dok.

7

dengan Gubernur BEM-FKIP yang baru demi menyelesaikan masalah ini. Ia menyadari BEM masih punya tanggungjawab. Agar tak terulang, diskusi de-ngan Gubernur BEM sempat melahirkan komitmen untuk tidak lagi melegalkan adanya project pembuatan CD doku-mentasi. “Saya dan Gubernur baru siap memblokade project ini. Alasannya konkret, subs-tansinya tidak ada,” tegasnya.

Meski tak kunjung selesai, Ahmad mengaku belum mau membawa kasus ini hingga ke pihak Dekanat. Ahmad be-lum melihat hal ini menjadi masalah besar karena menu-rutnya KSS masih melakukan proses pembuatan CD terse-but.

Menjanjikan Pembentu-kan Tim Khusus

Deni Yuniardi (Pend. Bahasa Indonesia ’11) yang baru di-lantik sebagai Gubernur BEM FKIP pada (21/6) lalu me-ngaku akan membentuk tim khusus demi menyelesaikan masalah ini. Namun, ia masih menunggu pelimpahan we-wenang dan data valid untuk proses verifikasi. Ia mengaku masih belum fokus mengu-rusinya karena BEM masih harus membangun kesolidan antar pengurus. Ia menjanji-kan akan segera membentuk

tim. Dirinya mengaku kurang paham bentuk kerjasama yang terjadi. “Jujur saya belum me-ngetahui anggaran dan kese-pakatan antara KSS dan BEM, Kita sekarang masih menung-gu kapan selesainya,” ujarnya.

Menurutnya, sulitnya koor-dinasi mengenai perkemba-ngan CD karena KSS juga telah mengalami pergantian kepengurusan sehingga menjadi hambatan.

Akan Dibawa Ke Tata-ran Fakultas

Deni menjelaskan BEM-FKIP akan terus menga-wal mahasiswa untuk mendapatkan CD doku-mentasi yang sudah men-jadi hak. Bahkan, BEM harus berani mengambil sikap, termasuk membawa kasus ini ke tingkat yang lebih tinggi. Ia mengaku akan membawa kasus ini ke ta-taran fakultas jika tak kunjung terselesaikan. “Kita memang belum secara formal menyam-paikan kepada pihak birokrat. Kalau belum bisa selesai di tataran mahasiswa, kita bawa ke tataran fakultas atau mung-kin hingga ke media masa,” tegasnya. Ia me ngatakan bah-wa hal ini patut diangkat dan harus diselesaikan secepatnya. Apabila tak ada satu pun CD yang dibagi, maka dana yang

sudah dikumpulkan harus segera dikembalikan.

Ia membenarkan pihaknya sering mendapat keluhan. Deni berharap, mahasiswa tak sepenuhnya melimpahkan kesalahan kepada pihak BEM. Menurutnya, UKM KSS juga ikut bertanggungjawab dalam proses pembuatan hingga dis-

tribusi. “Tak ingin hal serupa terjadi lagi di tahun ini,” sesal-nya. Deni menegaskan bahwa di tahun ini tidak akan ada pengadaan CD dokumentasi Propti yang melibatkan ker-jasama antara BEM dan KSS. “Kalaupun ada CD akan kami kerjakan sendiri,” tegasnya.

Terkendala Pembayaran dan Koordinasi

Virio Ilham (Pend. Sejarah ’11) selaku ketua umum KSS tahun lalu membenarkan

bahwa pengadaan CD doku-mentasi itu merupakan bun-tut kerjasama antara KSS dan BEM. Penandatanganan kes-epakatan melibatkan dirinya dari pihak KSS dan Ave sebagai perwakilan BEM. Semua kes-epakatan yang ada dalam su-rat perjanjian sudah menjadi keputusan bersama.

Ia menjelaskan biaya Rp 12 ribu yang dibebankan digunakan untuk membeli kaset seharga empat ribu, biaya burning sebesar tiga ribu, dan tiga ribu sisanya diperuntukkan sebagai biaya dalam proses syut-ing. “Royalti kalau pun ada lebih, diserahkan pada BEM untuk tambahan kas atau program BEM dan sebagian lagi mungkin ke KSS,” terangnya. Meski tak semua mahasiswa 2013

membayar, jumlah seluruh uang yang ada padanya saat itu mencapai Rp 10 juta.

Menurutnya, kendala yang membuat project ini lamban adalah proses pembayaran yang dilakukan secara menci-cil. Proses editing dan burning yang juga banyak memakan waktu, serta komunikasi yang agak sulit dengan pihak BEM. “Gimana saya mau koordinasi, sekretnya sering tutup, nomor Ave nggak diangkat, dicari di

FKIP juga nggak ada,” terang-nya.

Berjanji Akan Segera Di-berikan

Dalam proses pembuatan, KSS pun bekerjasama dengan jasa shooting video yang ter-letak di dekat Pasar Tamin. Virio mengaku lupa nama stu-dio yang ia ajak kerjasama. Namun, ia sering memanggil pemilik studio itu dengan sa-paan “Bang Jek”. Menurutnya, hingga kini proses penger-jaan masih dalam tahap burn-ing. “Pengerjaannya sudah 65 persen,” tambahnya. KSS sudah membayar 80% sebagai uang muka. Ia tak ingin masalah CD Propti ini membuat nama baik KSS sebagai lembaga kemaha-siswaan di FKIP menjadi rusak. “Mahasiswa jangan berpikiran yang negatif. Keterlambatan ini karena ada faktor orang lain, kami sudah usaha untuk memburu-buru”, tuturnya.

Sebagai penanggungjawab, ia berjanji bahwa CD itu akan selesai sebelum mahasiswa baru masuk tahun ini. Pendis-tribusiannya nanti akan dis-erahkan langsung kepada BEM. Ia bersedia bertanggungjawab apabila belum selesai hingga tahun ajaran baru 2014 ini. “Konsekuensinya jika tak sele-sai, maka uang akan dikemba-likan”, ujarnya mengakhiri.=

“Saya dan Guber-nur baru siap mem-blokade project ini. Alasannya konkret, substansinya tidak

ada,” tegasnya. Ahmad Risani

Page 8: Tabloid teknokra edisi 137

8 No 137 Tahun XIV TrimingguanEdisi Juni 2014Liputan Khusus

Oleh Hayatun Nisa Fahmiyati

Sekali Lagi,AklamasiBanner ukuran 4x8 meter itu di-

pasang di ruas kiri jalan dekat bunderan Unila. Terpampang

foto Presiden dan Wakil presiden BEM-U yang terpilih secara aklamasi pada 15 Mei lalu. Banner pemberitahuan serupa juga terpasang di beberapa titik lain, seperti di Fakultas Pertanian, FKIP, dan FMIPA.

Namun, banyaknya banner yang dipa-sang tak membuat banyak mahasiswa mengetahui Presiden dan Wakil Pre-siden yang resmi dilantik pada (19/6). Nova Bela Paramita mengaku dirinya dan teman-temannya tidak tahu ten-tang adanya Pemira.“Nggak ada Pemira, BEM U itu ya makin nggak kerasa. Cuma waktu masalah banding UKT aja, yang lainnnya nggak ada tuh,” ujarnya ber-pendapat.

Membunuh iklim demokrasiTerulangnya sejarah aklamasi di Unila

sangat disayangkan oleh banyak maha-siswa. Salah satunya Vian Kusmardiana (Teknik Kimia’09) yang belum lama ini menanggalkan jabatannya sebagai ke-tua DPM-U. Ia mengira tahun ini Pemira akan sukses digelar karena awalnya banyak calon yang mendaftar. “Ternyata ketika di hari terakhir pendaftaran itu cuma satu yang mengembalikan berkas,” ujarnya saat ditemui pada Jumat (19/6).

Ia yang ikut mengawasi kinerja Pan-sus menilai kinerja Pansus sudah maksimal. Publikasi telah dilakukan lebih dari sebulan lamanya. Persyaratan bukti Kartu Tanda Ma-hasiswa (KTM) yang harus me-nyertakan tanda tangan asli maha-siwa sebagai bentuk dukun-gan bahkan dihapuskan k a r e n a banyak keberatan dari calon pendaftar. Menurutnya, matinya iklim demokrasi tahun ini juga menjadi evaluasi bagi ki-nerja BEM-U. Apalagi hasil evaluasi LPJ BEM-U tahun lalu yang diadakan pada Minggu (15/6), membenarkan belum banyak mahasiswa yang ikut berperan dalam kegiatan yang digagas BEM-U. “Sayang sekali tak ada pembelajaran demokrasi di kampus,” tambahnya.

Kinerja BEM-U dipertanyakanRudiyansyah (Pend. Geografi ’09)

berpendapat terjadinya aklamasi se-harusnya membuat BEM-U bercermin bagaimana selama ini menjalankan tugasnya sebagai lembaga yang poten-sial mengatur pergerakan mahasiswa. Sayangnya, ia menilai peran BEM U sendiri belum dirasakan mahasiswa. Menurutnya, aklamasi membuat kam-pus tak lagi menjadi tempat belajar demokrasi. Ia berharap BEM U dapat membuat program-program yang lang-sung menyentuh mahasiswa sehingga

iklim demokrasi terbentuk. Nanda Satriana (Pend. Geografi ’09)

yang baru saja lengser dari jabatan Presiden Mahasiswa menganggap per-soalan kinerja BEM-U sebagai masalah klise. Sejak dirinya menjabat sebagai wakil presiden BEM-U, setiap disurvei banyak yang beranggapan kehadiran BEM U tak kunjung dirasa mahasiswa.

Mahasiswa pragmatisMenanggapi hal tersebut, ia menilai hal

ini karena BEM-U selama lebih banyak melakukan program dan pengawalannya di sektor politik. Sebagian mahasiswa tak terlalu tertarik dengan masalah politik sehingga akhirnya pragmatis. “BEM-U itu kerjanya kalau nggak demo ya diskusi,” ujarnya menirukan persepsi mahasiswa yang sering ia dengar.

Nanda mengaku evaluasi terbe-sar kepemimpinannya adalah karena kurang menyentuh mahasiswa di luar lingkaran lembaga kemahasiswaan. “Kita maunya seperti itu, namun ben-er-bener isu Pemilu kemarin menyita waktu kita,” ujar Nanda. Nanda justru mengeluhkan kurang adanya greget dari mahasiswa karena setiap BEM U merencanakan program tak mendapat banyak dukungan dari mahasiswa.

Ia juga me- nyayangkan ter-jadinya aklamasi. Ia meni-

lai, dampaknya kondisi sosial

politik kampus mulai lesu. Ia berang-gapan ti-dak adanya Pemira akan berdampak

pada posisi BEM-U. “Sebab tak ada proses

seseorang calon pemimpin un-tuk unjuk gigi sehingga mahasiswa

pun tak mengenal dan semakin tidak peduli,” jelas Nanda.

Butuh perubahan sistemSyafarudin selaku dosen Ilmu Peme-

rintahan berpendapat bahwa teori de-mokrasi dinilai berhasil jika ada banyak kandidat yang maju sebagai calon pe-mimpin dan tingginya partisipasi pemilih. “Jika kedua hal tersebut terpenuhi, maka baru bisa dikatakan demokratis,” ujarnya.

Mengenai demokrasi yang ada di kampus, ia menilai proses tersebut dijalankan oleh mahasiswa. “Ketika iklim demokrasi di Unila dirasa sema-kin menurun, semua itu dikembalikan kepada mahasiswa,” ujarnya. Ia me-nilai mahasiswa seharusnya melaku-kan survey jika memang menganggap sistem demokrasi yang ada sudah tidak sesuai dengan pergerakan mahasiswa. Menurutnya, pergerakan mahasiswa berubah seiring perkembangan zaman. “Akan berbeda jika sistem yang sama dari tahun ke tahun dipakai, sedangkan dinamika mahasiswa berubah-ubah,” jelasnya. =

Sebagai Presiden mahasiswa yang terpilih secara aklamasi, bagaimana perasaan Anda?

Saya terima keputusan aklamasi karena sudah ketetapan Pansus. Saya pikir, aklamasi juga tak cacat demokrasi. Saya mendaftar sesuai prosedur.

Ada persepsi yang mengatakan bahwa aklamasi ini sengaja dilakukan demi kemenangan Anda. Bagaimana pendapat Anda?

Mahasiswa kan banyak persepsi. Kalau dari saya sangat salah persepsi itu. Saya menjadi Wakil Gubernur dan Gubernur MIPA melalui Pemira.

Bagaimana jika banyak mahasiswa yang menanyakan legitimasi Anda sebagai Presiden Mahasiswa yang terpilih secara aklamasi?

Legitimasi dapat dibuktikan ketika saya bekerja dan berkarya di Unila.

Jika ada yang bertanya Anda Presiden siapa? Apa jawaban Anda?Saya Presiden BEM. Sesuai ADART, Presiden yang dipilih adalah Presiden BEM.

Namun, setelah terpilih Presiden BEM punya hak untuk mendeklarasikan dirinya sebagai Presiden Mahasiswa. Jika banyak yang tidak mengakui saya, Ya monggo.

Apa program yang akan segera Anda lakukan usai dilantik?Pembentukan kabinet. BEM sebagai wadah dan pergerakan mahasiswa juga

akan mengawal birokrat. Pengawalan Pilpres akan segera dilakukan. Kami juga akan melakukan aksi simpatik dan diskusi publik.

Banyak mahasiswa yang mengaku tak merasakan kinerja BEM-U. Tangga-pan Anda?

BEM bukan organisasai yang memengang kebijakan kampus. Selama ini BEM U seolah dinomor satukan. Tapi, nyatanya BEM-U itu kedudukannya sama dengan UKM lain. BEM bukan lembaga super power. Organisasi lain yang sejajar dengan BEM U pun belum dirasa manfaatnya oleh mahasiswa secara umum.

Apa prioritas utama Anda?Memikirkan kampus dan masalah diluar itu, termasuk kebijakan di Lampung

karena semua sektor berada di bawah pemerintah.

Apakah Anda anti kritik?Saya tipikal orang yang tidak anti kritik. Saya pernah membuka kotak aspirasi

BEM saat menjadi Gubernur. Apa pun itu, saya terbuka.

Apa yang ingin Anda katakan untuk orang-orang yang meragukan kemam-puan Anda sebagai Presiden mahasiswa?

Saya akan tunjukkan dengan kerja dan karya. Saya tidak akan banyak bicara.

“Jika Banyak Mahasiswayang Tidak Mengakui Saya,Ya Monggo”

Ahmad Khoirudin Syam :

Resmi dilantik 19 Juni lalu, Ahmad Khoirudin Syam bertekad menun-

jukkan kinerjanya. Terpilihnya ia secara aklamasi menyisakan pertanyaan tentang legitimasi dan kapasitasnya sebagai Pre-siden mahasiswa. Menanggapi hal tersebut, Ahmad menja-wabnya. Berikut petikan wawa-ncara khusus Teknokra pada Minggu (22/6).

Dok.

Ilustr

asi R

etno W

uland

ari

Page 9: Tabloid teknokra edisi 137

9No 137 Tahun XIV TrimingguanEdisi Juni 2014 Apresiasi

Iklan

NgekhibasRenovasi Masjid dari Sumbangan JamaahKatanya milik Unila? Tapi kok susahminta dana?

Presiden Mahasiswa Terpilih AklamasiJangan sering-sering geh...

Pengadaan CD Propti BermasalahKapan kelarnya?

Mahasiswa FEB Wakili Unila ke IndonesiaApa kabar fakultas lainnya?

Redaksi menerima kritikan dan saran serta kiriman berupa : Artikel atau opini, surat pembaca, dan informasi seputar Unila (diketik font cambria, ukuran 12 pt). Tulisan yang masuk menjadi milik redaksi dan redaksi berhak menyunting naskah sepanjang tidak me ngubah makna tulisan. Redaksi juga membuka rubrik konsultasi. Rubrik ini diasuh oleh dosen Bimbingan Konseling, Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A, Psi. Lulusan psikologi UGM ini akan menjawab pertanyaan seputar akademik, kejiwaan, dan pertanyaan lain yang diajukan.Silahkan kirim kritik, saran, dan pertanyaan anda ke alamat email [email protected]

Sampaikan Keluhanmu lewat SMS Mahasiswa,dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 08981735868/ 08982252881

Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai identias lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami mencocokkannya dengan data siakad Unila

Suara Mahasiswa

Arip Sumantri (FKIP Geografi ’13) 087817374xxxSaya dan teman-taman menyam-paikan apresiasi atas kinerja para satpam khususnya di FKIP atas pengamanan yang sudah cukup maksimal dan ditingkatkan lagi pen-gawasan penjagaannya agar para

mahasiswa bisa tenang dalam pros-es belajar saat meninggalkan kenda-raannya di parkiran. Terima kasih.

Erma Yuswari (Teknik Pertanian ’11) 085768162xxxSemakin seringnya aksi pencurian tas, laptop, notebook, dan barang-ba-

rang berharga lainnya di musholah-musholah bahkan di masjid yang ada di Unila. Bisakah pihak kampus me-masang kamera CCTV di musholah-musholah yang rawan pencurian, agar pencuri tertangkap dan bisa di-berikan sanksi hukum sesuai tindak kejahatannya.Terima kasih.

Meminta KepalaHari ini aku kaget, mendapat gelengan saat memasukkan uang 2000 pada gelas

kusam merah muda yang masih sepi penghuni

Maaf tuan, ini terlalu mahal

Lalu kau mau apa ?

Sambil tersenyum, gadis kecil berwa-jah pucat berkata, “Aku ingin meminta jatah kosong isi kepala, Tuan. Untuk ku

isi mimpi dan karya.”

AKU SUKA

Aku suka halaman belakang pagi hari usai hujan daun-daun berhi-askan kristal-kristal embun Aku suka musim hujan musik-musik hujan sahut-menyahut katak kecipak bebek tetangga piyak pitik gigilan kur kesyahduan Aku suka usai hujan payung-payung basah tapak-tapak basah bumi basah rezeki basah

PELABUHAN JIWAhidup musti berlabuh

dimana kita menaruh peluh

bersama tak membuat rapuh

dari hati kehati kita bicara

dimana asa dan juga tujuan

dengan hati kita berbagi keluh

kesah untuk tiada merana

saat tangis menjadi duka

kau usap dengan penuh cinta

saat hati begitu gembira

kau sambut dengan pelukan mesra

hati ini tak lagi merana

bersama menjadikan tenteram dijiwa

sedih dan senang dilalui bersama

agar rahmat dan ridhonya terlimpah jua

Yuli Damar Wati(ilmu Komunikasi 2012)

Marlia Alvonita(ilmu Komunikasi 2011)

Rizka Fajrianti(Ilmu Pemerintahan 2012)

Page 10: Tabloid teknokra edisi 137

10 No 137 Tahun XIV TrimingguanEdisi Juni 2014Artikel Tema

Oleh : Yoga Winando*

Disoerentasi PergerakanMahasiswa(Tumbuhnya Syahwat Kekuasaan Aktivis Kampus)

Sejatinya sebuah perger-akan mahasiswa terlahir dengan adanya sebuah

cita-cita yang luhur, visi-misi yang jelas, serta kemauan kuat membangun bangsa ini dari keterpurukan. Namun, yang terjadi saat ini sangat jauh ber-beda dari tujuan berdirinya sebuah pergerakan tersebut. Pola pengkaderan yang salah atau melencengnya ideologi pergerakan membuat arah dan tujuan berubah, langkah menjadi tidak pasti, tidak tegas dan cenderung mementingkan kepentingan kelompok. Kam-pus dijadikan sebuah ladang garapan banyak pihak yang mengaku peduli akan cita-cita revolusioner, peduli akan na-sib bangsa, pendidikan, dan lain-lain.

Namun pada kenyataanya, pergerakan mahasiswa saat ini lebih cenderung memikir-kan bagaimana visi kelompok terwujud lebih cepat. Bahkan

beberapa pergerakan saat ini dijadikan se-buah sarana pengkad-eran dan perpanjan-gan partai politik yang m e n g a t a s n a m a k a n gerakan peduli rakyat, demokrasi, anti ko-rupsi dan lain seb-againya. Lembaga-lem-baga kemahasiswaan yang ada di lingkup kampus saat ini men-jadi lahan basah dan rebutan banyak pihak (baca: pergerakan ma-hasiswa) dalam rangka memperluas ekspansi kekuasaan para peng-gerak pergerakan ma-hasiswa, dan disinyalir bahwa pergerakan-pergerakan mahasiswa ini ikut andil dalam memperluas lahan garapan para elit politik yang menja-dikan pergerakan mahasiswa sebagai perpanjangan tangan-nya.

Hal ini sudah menjadi ra-hasia umum bagi civitas aka-demika kampus yang sadar politik dan tahu betul tingkah pola para aktivis perger-akan. Belum lagi pergerakan

tertentu yang mengaku beride-ologi islam, namun sangat jauh dari nilai-nilai keislaman itu sendiri, baik dari segi akhlak, pengetahuan, dan kredibilitas sangat jauh apabila disanding-kan dengan nilai-nilai keislaman.

Sejatinya, jika sebuah pergerakan berideologi is-

lam, tentunya akan lebih bisa berpolitik santun,bermartabat, dan bisa membawa nilai-nilai islam seb-agai karakter kader maupun organisasin-ya. Bukan merebut kekuasaan lembaga kampus dengan cara-cara licik, dengan sengaja menciptakan kekacauan, merusak tatanan prosedural kelembagaan dengan cara-cara kasar, hanya untuk merebut kekua-saan lembaga kema-hasiswaan di tingkat jurusan, fakultas, maupun universitas. Lalu setelah masuk ke dalam Lembaga Kema-hasiswaan tersebut, mulailah tikus-tikus

muda bergerak menggerogoti sisa dana kemahasiswaan atau bahkan memakan bulat-bulat dana terse but secara utuh.

Sejatinya dana kemaha-

siswaan hanya dikhususkan untuk kegiatan di internal kam-pus baik di jurusan maupun di Fakultas. Tidak digunakan untuk kegiatan di luar kampus dengan dalih untuk perjuangan perger-akan apalagi digunakan untuk kepentingan pribadi. Sungguh ini adalah suatu tindak korupsi dalam lingkup kemahasiswaan. Untuk itulah dibutuhkan ad-anya sekelompok orang yang berani mengatakan tidak pada orang-orang yang semacam ini. Kita mesti cermat dan paham betul tentang siapa yang mesti kita pilih untuk memimpin miniatur negara ini (baca: uni-versitas). Jangan kita biarkan tikus-tikus kecil yang punya bakat mencuri ini kita biarkan memimpin, karena apabila kita tidak cermat, sama saja kita ikut andil dalam memelihara tikus mungil ini yang nantinya ia akan menjadi tikus dewasa yang handal mencuri dalam skala besar, yaitu korupsi. Jangan biarkan syahwat kekua-saan yang penuh dengan nu-ansa politis bermotif duit ini tumbuh berkembang pada ma-hasiswa pada masa ini. =Katakan tidak untuk mereka!Maju mahasiswa!

*Mahasiswa Pendidikan Baha sa dan Seni FKIP Unila

Gedung bercat putih yang dibangun dua lantai itu nampak kokoh. Bangu-

nan sengaja dibangun menyatu dengan gerbang yang menju-lang tinggi bertuliskan Institut Teknologi Sumatera. Tak jauh dari gerbang, karangan bunga berderet menyambut tamu undangan yang datang. Meski pembangunan lembaga pen-didikan tinggi yang digadang sebagai perpanjangan tangan Institut Teknologi Bandung itu belum rampung, namun peres-mian telah dilakukan sebulan lalu, tepatnya (21/5).

Rektor ITB, Prof. Akhmaloka bahkan sengaja hadir demi peresmian ini. Kedatangan-nya ke Lampung tak sendirian. Ia didampingi wakilnya, Prof. Wawan Gunawan. Sayangnya, peresmian yang sebelumnya akan dihadiri oleh menteri pendidikan dan kebudayaan RI

Itera, Nafas BaruPendidikan Teknologi Pembangunan Institut Teknologi Sumatera menjadi angin segar bagi dunia pendidikan. Pemilihan Lampung sebagai provinsi tempat pembangunan Itera merupakan titah langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dinilai paling strategis.

ini gagal terealisasi. Gubernur Lampung saat itu, Sjachroedin ZP dan Prof. Akhmaloka yang akhirnya melakukan peresmian. Sekretaris Daerah Lampung, Ir . Arinal Junaidi dan siswa SMKN Unggul Terpadu bertaraf inter-nasional juga ikut hadir.

Kehadiran Itera sebagai kampus baru di Lampung se-benarnya sudah sejak dua ta-hun lalu. Bahkan, Itera telah melakukan perekrutan maha-siswa sebanyak dua angkatan. Angkatan pertama sejumlah 57 orang dan angkatan kedua 44 orang. Namun, mahasiswa tersebut masih belajar di kam-pus ITB yang berlokasi di Jati Nangor. Sampai saat ini, dosen Itera berjumlah 15 orang. Ren-cananya, apabila pembangunan Itera telah selesai, mahasiswa akan dipindahkan ke kampus Itera yang berada di kawasan kota baru, Lampung Selatan.

Wakil rektor ITB, Prof. Wawan yang juga penanggung-jawab pendirian Itera men-gungkapkan bahwa perintah pembangunan Itera dimulai sejak 2011. Surat perintah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menerima mahasiswa baru muncul satu tahun kemudian. Ia menam-bahkan, rencananya Itera akan dibangun diatas tanah seluas 300 hektar. Pembangunan akan dibagi menjadi dua tahap. “Tahun 2014 akan dibangun 2000 sampai 3000 meter per-segi,” ungkapnya. Tanah terse-but dibangun untuk mendiri-kan gedung penelitian dan pembangunan masyarakat.

Prof. Akhmaloka juga menjelaskan Itera dibangun sebagai langkah konkret me-nyiapkan generasi Indonesia yang melek teknologi. Menu-rutnya, pembangunan Itera

merupakan kebutuhan kru-sial ditengah perkembangan zaman. “Dibutuhkan lulusan profesor yang semakin ba-nyak,” ujarnya. Ia menambah-kan, saat ini Indonesia hanya memiliki dua institut teknolo-gi, yakni ITB dan Institut Teknologi Sepuluh November. Ia berharap kemunculan Itera dapat meningkatkan jumlah sumber daya manusia yang mumpuni di bidang teknologi. “Itera bisa menjadi center of excellent, bisa menyaingi atau paling tidak sama dengan ITB,” tambahnya.

Selain itu, ia mengatakan pembangunan Itera diharapkan menjadi bentuk perluasan akses pendidikan teknologi di Lam-pung. Itera dapat bekerjasama dengan Unila terkait pendidikan teknik. Kehadiran Itera dipan-dang sebagai nafas baru dan bu-kan saingan bagi Unila.

Akhmaloka mengungkapkan pembangunan Itera di Lam-pung merupakan perintah SBY. Sebagai serambi Sumatera yang berbatasan dengan Jawa, Lam-pung dinilai paling strategis sebagai lokasi pembangunan Itera. Bahkan, nantinya Itera akan menjadi institut teknologi terbesar di Indonesia. “Luas Itera sepuluh kali luas kampus ITB,” ujarnya Akhmaloka.

Salah seoarang mahasiswa Itera, Rani Fitriana (Fisika ’12) berharap pembangunan Gedung Itera cepat dirampungkan se-hingga dirinya dapat berkuliah di Lampung. Riyan Gahasa (Geo-fisika ’12), alumnus siswa SMA N 2 Bandarlampung ini men-gaku tak mengalami kendala be-rarti selama kuliah. Menurutnya, kesulitan yang dihadapi adalah mengenai akademik. “Bingung berkonsultasi,” ujarnya. Na-mun, Riyan mengaku selalu berkomunikasi dengan teman dan dosen pengajar sehingga tak begitu kesulitan. Senada dengan Rani, ia berharap pem-bangunan gedung Itera dapat lebih cepat diselesaikan. Selain itu ia menginginkan kualitas Itera dapat sebaik ITB. “Bah-kan bersyukur apabila bisa lebih baik,” ungkapnya.=

Oleh Siti Sufia

Ilustrasi Retno Wulandari

REGIONAL

Page 11: Tabloid teknokra edisi 137

ww

11No 137 Tahun XIV TrimingguanEdisi Juni 2014 Pojok PKMBidik Lensa

Pemilih Cerdas

Yurike Pratiwi S

Pemimpin Usaha

Iklan

Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2014 akan dilak-sanakan oleh bangsa ini pada tanggal 9 Juli men-datang. Persiapan menuju Pemilihan umum (Pemilu)

pun sedang dalam proses. Mulai dari pencetakan surat su-ara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan kampanye dari masing-masing calon Presiden. Banyak nya serba serbi kampanye yang menghiasi media masa dan fasilitas umum pun merupakan sisi lain dari Pilpres mendatang. Bahkan kampanye hitam yang dilarang beredar oleh KPU pun sudah marak menghantui masyarakat. Debat Calon Presiden (Ca-pres) pun dimanfaatkan oleh para calon untuk membentuk pencitraan dan membangun opini publik. Tingkat penggu-naan sosial media yang tinggi, tak luput ikut dimanfaatkan oleh masing-masing calon Presiden kita untuk menarik par-tisipan. Pembuatan sosial media yang sengaja dibuat oleh Tim Sukses (TS) seperti twitter dan facebook pun mulai me-manas karna sudah menyita banyak perhatian masyarakat. Kampanye seperti itu tak ada larangan untuk digunakan, kecuali kampanye yang berbau SARA yang nyatanya ikut disebar luas kan ke masyarakat.

Harapan untuk kemajuan bangsa ini ada di tangan ma-syarakat Indonesia itu sendiri. Pemilih yang cerdas adalah penentu untuk Indonesia ke depannya. Banyaknya media massa yang tidak indepeden pun membuat masyarakat harus cerdas untuk menyaring informasi yang beredar di masyarakat. Debat capres yang disiarkan oleh beberapa sta-siun TV pun selalu ditunggu-tunggu oleh banyak masyara-kat. Dimana para calon akan mensosialisasikan visi dan misi dan sekaligus digunakan untuk menjatuhkan calon lawan, mewarnai debat yang berdurasi kurang lebih 2 jam ini, dan sayangnya banyak dari masyarakat langsung bisa menentu-kan pilihannya setelah menonton debat capres tersebut.

“Sebenarnya aneh kalau ada orang terpelajar masih meng andalkan debat capres untuk alasan memilih. Kemane aja selama ini?”, adalah kicauan oleh salah satu wartawan senior negeri ini yang memiliki followers lebih dari 80 ribu ini. Kicauan tersebut tentu bisa menjadi introspeksi diri kita khususnya para pemuda untuk berpikir matang-matang dalam menentukan suara ditanggal 9 Juli mendatang.=

Taman Kecil di Atap GSGISO 150-100

Speed 1/125 secF 5.6

Berteduh di Atap BocorISO 150-280Speed 1/125 secF 5.6

Atap Bobrok ISO 150-250Speed 1/250 secF 14

Bocor! Bocor!ISO 150-250Speed 1/250 secF 14

Page 12: Tabloid teknokra edisi 137

12 No 137 Tahun XIV TrimingguanEdisi Juni 2014Ekspresi

Iklan

Sugiyanta,

Oleh Yola Savitri

Foto

Lia V

ivi F

arida

Berjuang dan Mengabdi di Pepustakaan

Pagi itu (6/6), suasana lantai satu Gedung Per-pustakaan Universi-

tas Lampung masih lengang. Seorang karyawan standby di tempat penitipan barang. Tak seperti biasanya, petu-gas hanya memberikan kunci pada pengunjung yang hendak menitipkan tas. Seorang pe-ngunjung pria mengambil kun-ci tersebut dan munuju loker yang dimaksud untuk meletak-kan bawaanya. Di ruang baca, sekitar 15 mahasiswa takzim membaca buku. Beberapa asyik mengakses internet dan membuat laporan. Ruang baca yang dilengkapi pendingin ruangan dan kursi yang belum lama diganti itu menambah nyaman suasana.

Di lantai dua gedung, seorang lelaki paruh baya duduk di kursi ruangan 201. Sugiyanta yang dulunya cleaning service gedung ini, kini menjadi orang nomor satu di Perpustakaan. Ia turut mengusahakan berbagai perubahan demi kemajuan unit yang ia kepalai. Sebagai pimpinan, Sugiyanta dikenal sebagai sosok yang rendah hati.

Mengawali karier sebagai pesuruh

Jejak karir ayah empat anak ini dimulai pada 1980 ketika ia mendaftar sebagai cleaning service di Unila. Berbekal ijazah SMP, Sugiyanta diterima

Mengawali karier sebagai cleaning service, kini Sugianta mampu menduduki jabatan tertinggi. Peng-abdian selama 34 tahun membuatnya dipercaya sebagai kepala Perpustakaan Universitas Lampung.

dan bekerja di Perpustakaan Unila yang saat itu berada di Jalan Hassanuddin, Teluk Betung. Perantauan asal Yog-yakarta ini menjalani peker-jaan itu dengan status pegawai honorer. Setiap pagi, ia harus menyapu dan mengepel lantai. Ia juga bertugas membuatkan minum teh dan kopi untuk se-luruh karyawan.

Tak ingin terus menjadi cleaning service, Sugiyanta bertekad melanjutkan pendi-dikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Bekerja di Perpustakaan membuatnya sadar pendidi-kan begitu penting. Usai men-gutarakan keinginannya dan mengantongi izin dari kepala biro, Sugiyanta melanjutkan pendidikan di SMEA meski saat itu gajinya hanya 9 ribu per bulan. Pada tahun 1985 ia pun berhasil mendapatkan ijazah SMEA.

Tak puas sampai disitu, ia memutuskan untuk meng-ambil kuliah S1 Bahasa Ing-gris di STKIP PGRI. Keinginan itu muncul ketika ia rutin mengantar kakak sepupunya kuliah setiap hari. Lalu lalang mahasiswa yang sering ia lihat di kampus membuatnya man-tap mengejar gelar sarjana. Ia berhasil mendapat gelar sar-jana pada 1991.

Meski tercatat sebagai sar-jana pendidikan, Sugiyanta tetap setia bekerja di Per-

pustakaan. Kesetiaan itu mem-buatnya mendapat kesempa-tan melanjutkan pendidikan S1 Perpustakaan di Universi-tas Padjajaran. Usai lulus dari sana, Sugiyanta naik jabatan menjadi pustawan dan sem-pat pula menjadi koordinator bahan pustaka. Studi S2 de-ngan konsentrasi manajemen pendidikan ia selesaikan pada tahun 2008 di Unila. “Rugi ka-lau tidak kuliah karena sudah tersedia sumber bacaan gra-tis,” ujarnya sembari me-ngenang masa lalu.

Mencintai Pro-fesi

Kecintaannya pada buku mem-buat Sugiyanta mencintai pro-fesinya sebagai pustakawan. Puluhan ta-hun mengab-di, membuat Pria berusia 53 tahun ini ahli di-bidang itu. S e l a m a ini, ia memberi-kan pela-y a n a n prima un-tuk setiap o r a n g y a n g m e m b u -

tuhkan informasi. Tak jarang, ia membantu pengunjung mene-mukan buku saat kesulitan mencari buku yang ia maksud. “Seorang pustakawan intinya harus melayani,” ujarnya.

Menjiwai profesi sebagai pustakawan selalu ia tanam-kan pada karyawannya. Sugiyanta yang juga pengajar studi kepustakaan di Unila dan Universitas Terbuka ini selalu

menekan-kan ke-pada kar-yawannya a g a r menum-b u h k a n sikap me-l a y a n i ke p a d a

pengunjung. Sugiyanta per-caya, kebaikan yang ia tanam akan kembali padanya. “Ban-tuan akan datang dengan sendiri nya. Yang penting iklas,” ujarnya.

Membangun dan Memoti-vasi

Menjabat Kepala Per pus takaan sejak 2008, Sugiyanta aktif melakukan studi banding ke berbagai per-guruan tinggi. Selama masa kepemimpinannya, ia juga rajin menggagas perbaikan dan pe ngadaan fasilitas. Ber-bagai kritik tentang kondisi Perpustakaan tak menyurut-kan semangatnya untuk terus memperbaiki Perpustakaan. Terbukti, Perpustakaan ber-hasil menambah koleksi buku dan jurnal online yang pendana annya mencapai ratusan juta rupiah. “Ingin membangun Perpustakaan Unila agar selevel dengan perpustakaan di universitas lain,” ujarnya.

Meski menjabat sebagai kepala, ia acapkali mem-perhatikan pekerjaan karyawan nya. Sugiyanta bahkan tak segan menegur karyawan yang ketahuan main games atau melang-gar peraturan saat jam kerja.

Sugiyanta juga terus memotivasi karyawannya untuk melanjutkan pen-didikan. Ia juga tak segan memberikan izin belajar jika karyawannya ingin melanjutkan pendidi-kan. “Dengan catatan dapat membagi waktu antara jam kerja dan jam kuliah,” ujarnya. =