Tabloid Teknokra Edisi 132

12
Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh Tetap Berpikir Merdeka! Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas www.teknokra.com FB: Teknokra Unila @TeknokraUnila No 132 Tahun XIV Trimingguan Edisi Januari 2014 Hal. 12 Laki-laki bertubuh tinggi ini selalu ingin membahagiakan orang tua... PUKUL NILAI suka-suka Hal. 4 Maraknya kasus pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di Unila membuat warga Unila geram Hal. 11 Tiffany mengaku sering lupa waktu ketika ber- main dengan gadgetnya.

description

 

Transcript of Tabloid Teknokra Edisi 132

Page 1: Tabloid Teknokra Edisi 132

Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh

Tetap Berpikir Merdeka!Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung

Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas

ww

w.te

knok

ra.co

mFB

: Tek

nokr

a Un

ila@

Tekn

okra

Unila

No 1

32 T

ahun

XIV

Trim

ingg

uan

Edisi

Jan

uari

2014

Hal. 12Laki-laki bertubuh tinggi ini selalu ingin membahagiakan orang tua...

PUKUL NILAI suka-suka

Hal. 4Maraknya kasus pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di Unila membuat warga Unila geram

Hal. 11Tiffany mengaku sering lupa waktu ketika ber-main dengan gadgetnya.

Page 2: Tabloid Teknokra Edisi 132

2 No 132 Tahun XIV TrimingguanEdisi Januari 2014Comment Salam Kami

Adien

Kyay

Jamo

TABLOID TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0727) 788717 EMAIL [email protected] WEBSITE www.teknokra.com

Pelindung: Prof.Dr.Ir.H.Sugeng P.Harianto,M.S Penasihat: Prof.Dr.Sunarto,SH,MH Dewan Pembina: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo,M.Sc. Anggota Dewan Pembina: Prof. Dr. , Asep unik SE.ME., Drs.M.Toha B Sampurna Jaya.MS., Ir.Anshori Djausal,MT., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Maulana Mukhlis, S.Sos., MIP., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA, Rudiyansyah, Rikawati, S,Sos, Rukuan Sujuda.

Pemimpin Umum: Muhamad Burhan Pemimpin Redaksi: Vina Oktavia Pemimpin Usaha: Yurike Pratiwi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan: Novalinda Silviana Kepala Kesekretarian: Fitri Wahyuningsih Redaktur Pelaksana: Aprohan Saputra, Fitri Wahyuningsih Redaktur Berita: Yovi Lusiana, Reporter : Khorik Istiana, Ayu Yuni A, Lia Vivi F Redaktur Foto: Kurnia Mahardika Fotografer: Fitria W Redaktur Artistik: Imam Gunawan Staf Artistik: Retno Wulandari Kameramen: Kurnia Mahardika Webmaster: Faris Yursanto Manajer Keuangan: Faris Yursanto Manajer Usaha : Hayatun Nisa Staf Keuangan: Ayu Yuni A Koord. Periklanan: Sindy Nurul M Koord. Pemasaran: Fahmi Bastiar Staf Kesekretariatan: Fitria W, Staf Pusat Penelitian dan Pengembangan: Hayatun Nisa Magang: Cherli Medika, Ramon M S, Suci Tri, Harianto Agusman, Anzanis M,Fajar N,Indra B, Mita W, Prayoga DP, Rika A,Siti Sufia, Sri Lestari, Wawan Taryanto, Wulan Sumiar, Yasrifa FA, Yola Savitri, Yola Septika

Seminggu silam, seorang narasumber Teknokra datang ke sekretariat

kami. Ia meminta redaksi meralat pemberitaan di salah satu edisi. Permintaan itu lan-taran tekanan dari oknum yang merasa dicemarkan nama baiknya oleh pemberitaan re-daksi menolak permintaan itu karena tak ada pihak yang pro-tes secara resmi. Sementara, Teknokra juga telah melaku-kan peliputan sesuai etika ju-rnalistik.

Pembaca, cerita diatas mungkin pernah dialami oleh Anda yang sekarang sedang memegang tabloid 132 ini. Anda yang mungkin pernah menjadi narasumber Teknokra dan mendapat tekanan dari berbagai pihak. Mungkin, ok-num yang berani mengancam seseorang yang berpendapat di media itu sedang lupa pasal 28 Undang-undang Dasar ten-tang kebebasan berpendapat. Dan anehnya, mahasiswa yang seharusnya kritis justru gentar dengan gertakan.

Tabloid ini adalah karya per-dana kami di tahun 2014. Jika mau mengamati, banyak kesa-maan tahun ini dengan tahun 1997. Bahkan, kalender tahun 1997 dapat digunakan sebagai kalender 2014 karena penang-galannya sama. Sejarah 1997 seperti terulang tahun ini.

Sekadar mengingatkan, satu tahun setelahnya, Indonesia mengalami peristiwa besar. Kerusuhan massal pecah di

Jakarta yang menewaskan em-pat mahasiswa Universitas Tri-sakti. Kerusuhan itu disinyalir sebagai aksi protes warga ter-hadap ketidakadilan yang ter-jadi negeri ini. Praktek KKN, pembredelan terhadap kebe-basan berpendapat di media, dan jatuhnya perekonomian Indonesia membuat rakyat naik pitam. Jadilah, bom atom yang tertimbun lama itu pecah pada Mei 1998.

Andai sebelum itu media di Indonesia tidak dibredel dan diizinkan memberitakan berbagai kecurangan yang terjadi, mungkin warga Indo-nesia bisa tahu lebih dini. Pi-hak yang berwajib bisa turun tangan menyiduk para korup-tor, dan ekonomi Indonesia bisa diselamatkan karena ko-ruptor telah diciduk. Namun, sayangnya, media tak diberi ruang. Masyarakat dibiarkan buta informasi. Pihak-pihak yang berani bersuara dicari dan ditakut-takuti. Bahkan, media dipaksa tutup. Sejarah membuktikan, peran media terhadap kontrol sosial terlalu besar.

Jika universitas diibaratkan sebuah miniatur negara, Tek-nokra adalah media kontrol

sosialnya. Teknokra tak ingin berbohong untuk Unila saat mahasiswa di luar sana masih belum menikamati fasilitas memadai atau terjebak dalam praktek kecurangan. Teknokra bersuara untuk kebenaran dan keadilan yang terpenjara. Teknokra bersuara saat pihak yang seharusnya berjalan pada rel kebenaran justru memilih keluar.

Sungguh, tak mudah men-jalani tanggungjawab ini. Saat waktu luang kami setelah kuli-ah harus diberikan untuk lebih dai 25.000 mahasiswa yang menunggu karya Teknokra. Teknokra tetap berusaha bera-da dijalurnya sebagai kontrol sosial. Menyajikan informasi yang mengajak mahasiswa un-tuk berani berpendapat. Kare-na jika tahun ini kami memilih diam, mahasiswa tak mendapat informasi dan kontrol sosial terhadap jalannya kebijakan kampus menghilang. Berbagai praktek kecurangan bisa saja dilakukan dengan leluasa. Dan kemungkinan pecahnya ben-tuk mencari keadilan bisa saja terjadi di kampus ini setahun ke depan. Seperti terulangnya sejarah 1997 di tahun 2014 ini. Tetap Berpikir Merdeka! =

Tak InginBerbohongUntuk Unila

Jika kampus hanya mampu mengajarkan seseorang mem-baca, menulis, atau menghafal teori, mungkin anggapan orang untuk tak kuliah bisa jadi benar. Apalagi jika kampus justru mengajarkan orang untuk berperilaku tak terhormat.

Di tengah mengejar status Top Ten University, beberapa ok-num dosen justru masih sibuk mengejar rupiah untuk kantong sendiri. Jabatan guru tanpa tanda jasa menjadi terbalik. Buku yang katanya jendela dunia dijadikan alasan demi tercapainya niat itu. Bahkan, oknum dosen lain memilih kedok menggelar seminar “seadanya” bahkan terkesan “mengada-ada”.

Alih-alih mengajak mahasiswa untuk gemar membaca, oknum malah tak kunjung memberikan buku yang sudah dibayar. Jika mau berhitung, bisa jadi kerugian yang ditaksir mencapai jutaan rupiah. Jika satu angkatan kita patok ada 100 mahasiswa saja dengan harga buku 40 ribu rupiah, maka sang dosen sudah dapat membawa pulang uang 4 juta rupiah diluar gaji mengajar. Dan hal ini ternyata sudah terjadi beberapa ta-hun belakangan. Gila!

Itu baru berhitung dari satu buah buku. Bagaimana jika buku yang dibeli harus lebih dari satu? Atau kedok lain yang meminta nominal lebih banyak? Kerugian lebih besar yang ha-rus ditanggung mahasiswa tentu tak bisa dipungkiri. Apalagi setiap tahun Unila menambah kuota mahasiswa baru tanpa mempertimbangkan penambahan fasilitas kampus.

Nilai yang harusnya diraih dengan usaha dan kerja keras, diajarkan untuk didapat dengan kedipan mata. Mudah sekali digantikan dengan sejumlah rupiah. Mahasiswa diajarkan UUD; Ujung-ujungnya duit.

Tak ada pembelajaran etika, moral, kejujuran, tanggungjaw-ab, integritas. Sebaliknya, mahasiswa dicontohkan perilaku tak terhormat. Maka, wajar saja jika sebagian koruptor di neg-eri ini di penuhi deretan nama-nama orang berpendidikan? Gayus Tambunan, Anas Urbaningrum, dan deretan nama lain-nya sudah cukup menjadi bukti.

Apabila harus menilai siapa yang benar atau siapa yang salah? Mungkin akan terjadi perbedatan “lucu”. Boleh jadi akan ada yang mengatakan bahwa dalam konteks ini maha-siswa juga patut disalahkan. Mahasiswa yang harusnya idealis justru tak menolak saat ditawari. Namun, jika kita bertanya apakah kasus ini terjadi oleh “kesalahan mahasiswa” atau “dosen yang bermasalah” tentu kita sampai pada akhir perdebatan.

Kejadian menggemaskan juga terjadi di Unila saat oknum dosen sampai hati tak pernah bertatap muka. Padahal tang-gungjawab mengajar jelas ada di pundak dosen. Status PNS dengan tunjangan pasti tak dibarengi dengan pengabdian. Fenomena mangkirnya dosen dari jadwal mengajar ini bisa jadi sering mampir ditelinga kita. Namun, jangan sampai kare-na terlalu sering, perilaku hobi bolos ini dianggap biasa.

Mahasiswa yang berperan sebagai agent of change mayori-tas diam, takut bicara, dan hanya berani mengeluh di belakang layar. Melakukan pembicaraan tanpa adanya perubahan. Mungkin inilah moral mahasiswa sekarang. Tak sedikit maha-siswa yang bertindak masa bodoh dan merelakan rupiah hasil keringat orang tuanya untuk memperkaya oknum tersebut.

Mahasiswa harusnya dapat lebih kritis. Kebebasan ber-pendapat sesungguhnya adalah hak pribadi seseorang yang diatur dalam UUD 1945.

Keberanian mahasiswa untuk mengkritisi fenomena ini tentu harus mendapat dukungan dari pihak rektorat. Pejabat tinggi Unila harusnya mampu turun lapang “bersih-bersih” ok-num dosen yang melanggar. Apalagi Unila telah berani mem-proklamirkan layanan prima. Jangan sampai, fakta yang sudah terang-benderang ini sekadar menjadi wacana pembenahan. Atau hanya sampai diatas meja sidang pembahasan. Kita semua mungkin harus segera turun tangan! Atau mimpi Top Ten University hanya akan benar-benar menjadi “mimpi”. =

UUD? Ujung-ujungnya “Duit”

Foto

KUrn

ia Ma

hard

ika

Cover

Ide & DesainImam Gunawan

Page 3: Tabloid Teknokra Edisi 132

3No 132 Tahun XIV TrimingguanEdisi Januari 2014 Kampus Ikam

Alih Fungsi. Salah satu bakal gedung Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik (FISIP) yang terletak di depan Mushola Tarbiyah beralih fungsi menjadi lahan parkir. Puluhan sepeda motor mahasiswa terlihat parkir. Foto dibidik (8/1).

Foto Kurnia Mahardika

Foto Fitria Wulandari

Unila-Tek: Selama 2013, Lemba-ga Penelitian (Lemlit) Univer-sitas Lampung telah menerbit-kan 14 judul buku karya dosen unila. Buku ini terdiri buku hasil referensi dan hasil pene-litian yang dicetak mencapai 3650 eksemplar. Tiga judul buku dicetak sebanyak 300 eksemplar. Sebelas judul buku sisanya dicetak sebanyak 250 eksemplar. Sekertaris lembaga penelitian Unila, Damanhuri Warganegara, S.H.,M.H., menu-turkan sebenarnya anggaran dana dipersiapkan untuk 20 judul buku. Namun, pihaknya hanya menerima draft tulisan sebanyak 14 judul. Anggaran dana untuk 6 buku yang tidak jadi terbit digunakan untuk kegiatan lainnya. Proses ce-tak sendiri dilakukan secara kolektif dari semua judul yang telah terkumpul. “Setelah itu baru dilauching,” ujarnya.

Ketua lembaga penelitian unila Dr. Eng. Admi syarif mengatakan tujuan dari pro-gram penerbitan ini adalah untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada para pene liti, mahasiswa, dan masyarakat umum. Selain itu, program ini juga sebagai wa-hana bertukar pikiran antara ilmuwan serta untuk mem-perkaya khasanah pengeta-huan khususnya hasil-hasil riset terkini. “Tujuan utama-nya untuk mendorong dosen-

dosen untuk menulis,” tambah Admi.

Damanhuri mengatakan, sosia lisasi penulisan buku kepada dosen dilakukan me-lalui website Unila dan surat tertulis yang diki rim pada dekan fakultas. Penulis dapat mengajukan draft karya tu-lisan yang ingin diterbitkan ke pihak lembaga penelitian untuk kemudian diseleksi oleh viewer. Proses tersebut berja-lan selama 6 bulan. “Penyelek-sian untuk melihat originali-tas karena pa ling utama” ujar Admi menimpali. Damanhuri menambahkan semua buku yang diterbitkan dapat diper-tanggungjawabkan karena telah melalui editor.

Lembaga penelitian Unila mendapat dana pencetakan dari Bantuan Operasional Per-guruan Tinggi Negeri (BOPTN) untuk tiga judul buku. Semen-tara Badan Layanan Umum (BLU) menyumbang biaya cetak 11 judul lainnya. Hasil penerbitan kemudian didistri-busikan kepada perpustakaan Unila sebanyak 20 eksem-plar per judul. Penulis buku mendapat jatah sebanyak 50 persen dari total eksemplar yang dicetak. Sisanya dikirim ke lembaga penelitian luar dan departemen. Buku hasil terbi-tan juga disiapkan untuk acara launching pada 31 Desember 2013 lalu.=

Lemlit Unila Terbitkan 14 Judul BukuOleh Sindy Nurul Mugniati

Penambahan daya. Dua orang teknisi listrik memperbaiki jari ngan listrik di gardu dekat Perpustakaan Universitas Lampung. Perbaikan ini dilakukan untuk mengan-tisipasi turunnya daya listrik di Universitas Lampung (Unila). Foto dibidik Jumat (10/1).

Unila-Tek: Wahid Priyono, ma-hasiswa Pendidikan Biologi ’09 ini acapkali risih melihat kondisi kampusnya. Mele-wati halte, ia disambut de-ngan pemandangan angkutan umum yang ngetem setiap hari. Belum lagi sampah yang berserakan dipinggir jalan. Pemandangan ini kontras ia ra-sakan saat bertandang ke Uni-versitas Indonesia dan Univer-sitas Gadjah Mada. Disana, ia disambut pemandangan yang asri. Banyaknya pepohonan di UI dan UGM tak dibarengi den-gan banyaknya sampah yang berserakan.

Wahid yang pernah men-jabat sebagai ketua bidang pengelolaan media di UKM Birohmah mengungkapkan sangat prihatin dengan kon-disi ini. Menurutnya, sejak ia menjadi mahasiswa Unila tak pernah mengetahui berapa jumlah pasti petugas kebersi-han. Ia juga mempertanyakan alasan petugas kebersihan me-makai pelepah kelapa untuk menyapu jalanan. Sebagai ma-hasiswa, ia telah menghimbau dan memberi contoh kepada teman-temannya untuk meny-impan sampah setelah makan dan membuangnya di kotak sampah.

Aviy Ryshadiyanta (Biologi ‘10) juga menuturkan kekece-waannya terhadap kebersihan dan fasilitas tempat sampah yang layak di FMIPA. Menu-rutnya, sebagai mahasiswa biologi,ia maklum melihat sampah dedaunan dan ranting

yang merupakan sampah or-ganik. Ia dan teman-temannya yang tergabung dalam UKM Anemon sering membersih-kan dan membakar sampah yang ada di sekitar sekretariat Anemon karena tak ada tem-pat pembuangan sampah di sekitar situ.

Menanggapi hal tersebut, Jefri, selaku Humas Unila men-gungkapkan bahwa himbauan jum’at bersih yang dilak-sanakan oleh seluruh civitas akademik seharusnya dilak-sanakan di setiap fakultas. Ke-giatan ini dirasa sangat ber-pengaruh terhadap kebersihan Unila. Sementara, ia menilai petugas kebersihan Unila su-dah cukup untuk mengcover wilayah Unila. Ia menambah-kan, kebersihan Unila bukan hanya tanggung jawab petugas kebersihan, melainkan juga mahasiswa, “Sampah yang pal-ing banyak mengotori itu kulit permen dan tisu, banyak itu ditangga-tangga,” tuturnya.

Sejalan dengan pendapat Jefri, Sudarmi, dosen FKIP me-nuturkan bahwa kebersihan Unila sudah cukup bagus. Be-gitu pula dengan petugas ke-bersihan di FKIP khususnya, sudah cukup baik. Menurut-nya, kebersihan di Unila cukup signifikan. “Hanya saja tong-tong sampah masih menjadi masalah,” ujarnya menanggapi minimnya tong sampah di Unila.

Sulaimin, bagian rumah tangga menuturkan petugas kebersihan di Unila seban-yak 20 orang staf dan seorang

koordinator. Mereka mem-bersihkan Unila setiap hari. Menanggapi penggunaan pelepah kelapa sebagai sapu, Sulaimin menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan alat-alat kebersihan seperti sapu, alat pembabat rumput, penyemprot rumput, hingga gergaji mesin untuk memotong pohon yang tumbang. Namun, para petugas kebersihan me-mang lebih memilih pelepah kelapa sebagai sapu karena alasan keefisienan dalam me-nyapu dedaunan di jalanan.

Untuk masalah tong sam-pah, Sulaimin juga merasa tong sampah di sekitar Unila kurang. Nantinya, tong sampah ini akan ditambah, khususnya ditempat-tempat strategis dan banyak kerumunan maha-siswa. Di sekitar beringin, ren-cananya akan disediakan enam tong sampah, namun tong sampah tersebut tidak dipisah antara organik dan anorganik. Sebab, menurutnya masih banyak mahasiswa yang sem-barangan membuang sampah di tong-tong tersebut. “Dulu disana ada tong sampah, tapi entah kemana,” tutur Sulaimin.

Ia menambahkan, di Unila ada dua motor dengan bak yang siap mengangkut sampah-sampah setiap hari. Bak Motor tersebut beroperasi sekitar jam setengah delapan, baik di jalan-jalan utama maupun di fakultas. Pihaknya sebenarnya sudah menghimbau warga Unila untuk lak lagi membuang sampah sembarangan.=

Unila Masih KotorOleh Retno Wulandari

Page 4: Tabloid Teknokra Edisi 132

4 No 132 Tahun XIV TrimingguanEdisi Januari 2014Kampus Ikam

Foto Kurnia Mahardika

Terbengkalai.Terhentinya pemba ngunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Lam-pung membuat pondasi bangu-nan terbengkalai. Area tersebut kini ditumbuhi pepohonan yang menutupi tiang-tiang pondasi . Foto dibidik Rabu (8/1).

Foto M. Burhan

Unila-Tek: Maraknya kasus pencurian kendaraan ber-motor yang terjadi di Unila membuat warga Unila geram. Kekesalan ini dilampiaskan saat Sigit H. (23 th) tertangkap basah melakukan aksi pencu-rian sepeda motor milik Adi Praseyo (18 th) pada Kamis (2/1). Pelaku yang saat itu hendak membawa kabur mo-tor milik Adi yang terparkir di halaman masjid Al-Wasi’i dipergoki korban. Sontak, pe-lajar SMK N 2 Bandarlampung yang baru selesai solat ashar itu meneriaki pelaku.

Menurut pengakuan ko-mandan Satpam Unila, Safe’i, sore itu, ia mendengar teriakan maling dari korban. Seketika itu, mahasiswa dan warga sekitar melakukan pengejaran hingga akhirnya pelaku terjatuh dan berusaha melarikan diri.

Namun, satpam yang dibantu beberapa warga sigap menangkap pelaku. Pelaku sempat mendapat beberapa kali pukulan dan nyaris diha-kimi masa sebelum satpam mengamankannya di pos sat-pam. Dengan luka parah di ke-pala, pelaku langsung di boy-ong ke Polsek Kedaton untuk ditindak.

Sebenarnya, aksi pencurian

ini dilakukan oleh dua orang pelaku. Namun, seorang teman Sigit berhasil kabur dan masih dalam pengejaran (DPO).

Ditemui di PLN Rajabasa, Kapolsek Kedaton, Kompol Yohanes Agustiandaru menge-mukakan bahwa pelaku adalah residivis di daerah Metro. Kom-pol Yohanes mengatakan bah-wa pelaku pencurian bukanlah sindikat Curanmor yang kerap aksi di kawasan Unila.

Dari hasil penyelidikan, Sigit yang sehari-hari bekerja sebagai supir mengaku baru kali itu melakukan aksi. Hari itu, setelah mendapat telepon dari rekannya, Sigit dijemput temannya di Tugu Raden Intan,

Bandar Lampung. Setelah sampai di sekita-

ran masjid Al-Wasi’i, kedua pelaku berbagi tugas. Sigit ber-tugas mengambil motor dan temannya mengawasi di sepu-taran masjid. Dari tangannya, polisi berhasil menyita satu unit sepeda motor Honda Su-pra X 125, warna merah hitam tahun 2011 dengan plat BE 4858 DE.

Selain itu, polisi juga me-nyita satu lembar STNK atas nama Yuwono dan satu buah kunci leter T. Akibat aksinya itu, Sigit ditahan di Polsek Ke-daton dan dikenai pasal 363 KUHP dengan ancaman huku-man tujuh tahun penjara. =

Mereka Residiis, Bukan SindikatOleh Ayu Yuni Antika

Unila-Tek: Peringkat webometriks Unila pada riset terakhir Juli 2013 menempati peringkat ke-43. Hasil peringkat ini disampai-kan oleh Kepala Puskom, M. Komaruddin saat ditemui. Padahal, satu tahun sebelumnya, peringkat Unila ada di tangga nomor 28. Peringkat tiga besar masih diduduki oleh ITB, UGM, dan UI. Beberapa waktu lalu pihak puskom telah mensosiaisasikan ke-pada dosen untuk memposting bahan ajar mereka di website Unila. Dengan begitu, ada harapan data-data tersebut mampu menambah kuantitas konten website. Banyaknya data yang tersedia akan meningkatkan rating website. “Semakin banyak dan bermanfaat data yang dipostingkan, dapat berpengaruh terhadap peringkat Unila di Indonesia pada webomatriks,” ujar Komaruddin . Tahun ini pihak Puskom telah menyerahkan pengelolaan we-bometriks ke bagian perpustakaan. Perpustakaan dipercayai memiliki banyak data ilmiah yang diharapkan dapat dipub-likasikan pada website Unila supaya lebih mudah diakses oleh masyarakat. Menurut Komarddin, manfaat masuknya Unila di jajaran webometriks ini adalah dapat menciptakan daya saing. Selain itu, masuknya Unila di jajaran lima puluh besar dapat membangun citra baik. “Masyarakat akan menyimpulkan bah-wa sistem informasi dan komunikasi di Unila sudah semakin membaik,” ujar Komar. =

Peringkat Webometriks Unila Turun Tangga Oleh Mita Wijayanti

Unila-Tek: Ada yang istimewa dari dua mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli-tik. Tahun 2013 lalu, dua mahasiswa dari jurusan tersebut ber-hasil menyabet gelar wisudawan terbaik pertama. Mahasiswa tersebut adalah Supriyanto (2008) dan Bayu Pramono (2009).

Menjadi wisudawan terbaik dengan IPK 3,87 membuat Bayu merasa bersyukur dan lega. “Menjadi wisuda merupakan ama-nah dari ibu saya, karena uang untuk membayar kuliah per-tama kali adalah uang dari ibu saya,” ungkap mahasiswa yang banyak mengikuti kegiatan tingkat nasional ini.

Kriteria penetapan wisudawan terbaik dilihat dari organisasi yang diikuti, IPK yang tinggi dan prestasi yang didapatkan di luar kampus. Seringnya menjuarai berbagai perlombaan dan kegiatan nasional dapat menjadi poin tambahan dalam pe-nilaian. “Harapan saya bukan hanya terbaik saat lulus, namun bisa terbaik di dunia luar setelah lulus,” ungkap Kajur Ilmu Ad-ministrasi Niaga dan Bisnis, Dr. Suripto.=

Gelar Wisudawan Terbaik Tak Sekadar IPKOleh Suci Tri Kumalasari

Page 5: Tabloid Teknokra Edisi 132

5No 132 Tahun XIV TrimingguanEdisi Januari 2014 Kampus Ikam

Unila-Tek: Perayaan Kelahiran Yesus Kristus yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM-K) disambut baik oleh penganut agama kristen di Universitas Lampung. Berbeda dengan tahun lalu, acara natal kali ini mengusung tema “Di-persatukan oleh kasih”. Acara yang dihadiri oleh sekitar 726 peserta itu berlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) Uni-versitas Lampung (10/01).

Rektor Unila, Sugeng P. Hariyanto didampingi Pembantu Rektor (PD) III Unila, Sunarto terlihat hadir dalam acara tersebut. Selain itu, ketua Persatuan Gereja Indonesia (PGI) wilayah Lampung, anggota dewan komisi II Provinsi Lam-pung, dan beberapa UKM Unila juga menhadiri undangan natal. Perhimpunan Mahasiswa Kristen dari gereja, instansi, dan civitas akademia kristiani juga tak mau ketinggalan gelaran tahunan ini.

Dalam sambutannya, rektor Unila mengingatkan peserta untuk saling menghargai antar umat beragama. Selain itu, ia juga memberikan semangat bersaing dalam berprestasi secara sehat. “Perayaan natal diperuntukan untuk seluruh umat kristiani dan acara ini terbuka untuk siapapun yang ingin hadir,” tutur Daniel Sitanggang selaku ketua UKM-K. Mahasiswa Teknik Sipil Yance Y.D Warikar yang juga ketua pelaksana berharap acara ini dapat mempererat kekera-batan antar umat kristiani.=

Natal, Dipersatukan oleh KasihOleh Yola Savitri

Unila-Tek: Sejak 20 Juli 2013, program studi PGSD Unila resmi menyandang akreditasi B. Status ini muncul setelah peneta-pan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Tahun 2011, Prodi ini sempat mendapatkan akreditasi C.

Demi mendapat akreditasi tersebut, program studi telah mengajukan peningkatan akreditasi sejak April 2013. Pe-nilaian dilakukan tiga bulan setelahnya di kampus PGSD Metro. Menurut Dr. H. Darsono, M.Pd, selaku Kapodi PGSD salah satu alasan PGSD mampu menaikkan akreditasi adalah banyaknya hibah yang pernah diperoleh. Prodi ini pernah memperoleh program hibah kompetisi nasional sejak 2006 sampai 2010. PGSD unila juga pernah memenangkan Dana Intensif Akreditasi Bermutu.

Pihaknya akan berusaha meningkatkan akreditasi men-jadi A. Ia melanjutkan pembangunan S2 PGSD yang sempat terhenti akan kembali digalakkan dan pembangunan beber-apa fasilitas tambahan. “Pembangunan fasilitas untuk PGSD selanjutnya adalah asrama, aula, dan menambah ruang bela-jar,” ujar Darsono.

Salah seorang mahasiswa PGSD, Mohamad Sainer ber-harap jurusannya dapat lebih baik. Ia menambahkan, PGSD harus mampu menjaga identitasnya sebagai prodi yang ber-seragam, selalu mengadakan upacara, dan meningkatkan prestasi di semua bidang. =

Nilai B untuk S1 PGSDOleh Fajar Nurrohmah

Unila-Tek: Eli Ulfasari, maha-siswa Ekonomi Pembangunan ’09 yang merasa kesulitan mendapatkan informasi ten-tang beberapa beasiswa, sep-erti BUMN dan PGN. Sedang-kan untuk beasiswa yang lain seperti PPA, BBM, dan Bidik-misi dirinya mengaku tidak bermasalah karena menurut-nya beasiswa ini sudah diketa-hui banyak mahasiswa. Sosia-lisasi yang tidak menyeluruh ini dianggapnya sebagai akibat dari minimnya kuota beasiswa tersebut.

Novi Setaiwati (Pendidikan Ekonomi ’10) pun mengeluh-kan hal yang sama. Tidak me-ratanya sosialisasi beasiswa ini menyebabkan banyak maha-

siswa yang kurang mendapat informasi beasiswa. Misalnya beasiswa Super Semar dan beasiswa Bank Mandiri. Novi pun ragu apakah beasiswa tersebut masih ada. Meskipun begitu dirinya tetap mendapat info beasiswa dari brosur di dekanat FKIP. Novi juga men-ganggap website unila kurang update info beasiswa. Pada-hal menurutnya tidak semua mahasiswa membaca brosur di dekanat. Mahasiswa cen-derung lebih senang mem-buka internet. “Kalo bisa, up-date setiap ada pembukaan beasiswa,” ujarnya. Novi pun mengharapkan Unila akan mengadakan lebih banyak lagi kerjasama beasiswa dengan

pihak eksternal.Menanggapi hal tersebut,

Pembantu Rektor III Universi-tas Lampung, Prof. Dr. Sunarto, SH. MH mengatakan memang tidak semua beasiswa rutin diadakan. Beasiswa BUMN Peduli memang dibuka sekitar lima tahun yang lalu dengan dana satu milyar setengah dan mayoritas diterima oleh maha-siswa angkatan 2010. Dalam hal ini Pihak rektorat langsung mengumumkannya ke setiap fakultas dalam bentuk su-rat. Setiap fakultas mendapat kuota yang sama, kecuali FKIP yang mahasiswanya jauh lebih banyak dibandingkan yang lainnya. Beasiswa ini bersifat temporer dimana akan dibuka

Website Unila Tak Update Info Beasiswakembali setelah angkatan 2010 lulus.

Mengenai ketidaktahuan mahasiswa tentang pengumu-man yang ada, itu sudah men-jadi urusan fakultas. Selain itu, Sunarto mengatakan terhenti-nya informasi ini juga karena ulah mahasiswa yang tidak bertanggungjawab. Misalnya merobek pengumuman yang ditempel sehingga sosialisasi ini pun terhenti. “Pengumu-man di rektorat pun baru 4 hari sudah hilang,” katanya.

Mengenai website unila, Rek-tor pun membenarkan tidak adanya informasi beasiswa yang bersifat temporer seperti PGN di tahun 2010. Untuk ke depannya, Sunarto akan beru-

saha memasukkan informasi beasiswa temporer tersebut.

Sedangkan persoalan ker-jasama, pihak universitas su-dah mengusahakan, namun terkendala oleh alumni yang tidak mau memberi informasi terkait hal tersebut. Suna-rto berharap mahasiswa lebih sering ke rektorat. Menurut-nya, semenjak adanya teknolo-gi canggih, mahasiswa lebih senang dengan barang terse-but dan menjadi acuh terha-dap lingkungan sekitarnya. Se-lain itu, ia juga berharap agar mahasiswa tidak hanya reaktif dan menuntut, tetapi juga pro-aktif, datang ke kampus untuk menjalankan kewajiban, saling mengenal, dan bersosialisai. =

Oleh Siti Sufia

Unila-Tek: Tahun Baru se-pertinya akan menjadi sema-ngat baru bagi setiap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di Universitas Lam-pung (Unila). Pasalnya, di awal tahun 2014 ini beberapa UKM tingkat Universitas telah memilih dan menetapkan pe-mimpin melalui Musyawarah Besar (Mubes) yang diseleng-garakan Desember lalu.

Aprohan Saputra (Pendidi-kan Ekonomi ‘09) yang menja-bat sebagai Koordinator Forum komunikasi (Forkom) UKM di Unila menjelaskan UKM yang baru saja menetapkan kepe-mimpinan baru diantaranya Teknokra, Rakanila, Taekwondo, English Society (Eso), dan UKM- Katholik.

Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra,

telah memilih dan menetapkan Muhammad Burhan (Pendidi-kan Ekonomi ’10) sebagai Pe-mimpin Umum. UKM lain yang bergerak di bidang Bahasa Inggris ESo(Engliah Society) juga telah menetapkan Vianna Maria Ursula (FKIP Geografi 11) sebagai President dan Fad-lan Satria (Agribisnis ’11) seb-agai Vice President .

UKM PSM menetapkan na-ma Ria Anisa sebagai ketua umum yang baru. Senada dengan UKM lainnya UKM Radio Kampus Unila (Rakanila) juga telah memutuskan Direktur baru yaitu Dyanti Mahrunnisya (Pendidikan Ekonomi ’11). Dari segi teknis Direktur baru ini telah merencanakan tentang perubahan frekuensi Rakanila dari 107,9 FM menjadi 107,7 FM diikuti pembaharuan alat peny-

iaran serta mengganti pemancar yang lama .

Taekwondo, UKM yang bergerak dibidang olahraga juga telah menetapkan Eko Sujatmiko (Ilmu Komunikasi ’11) sebagai ketua umum. Se-dangkan UKM Katholik juga telah menetapkan D. Septian Probo K. dari (Akuntansi ’11) sebagai pemimpin barunya.

Masing-masing pemimpin UKM yang baru terpilih ber-harap amanah yang mereka pegang dapat terlaksana. Se-lain itu, mereka juga men-jalin hubungan yang baik di lingku ngan internal maupun eksternal. Aprohan sendiri berharap agar semua UKM yang tergabung di Forkom den-gan pemimpin dan kepengurusan barunya dapat mempererat tali si-laturahmi dengan sesama UKM.=

Baru Terpilih, Enam Nahkoda Baru Siap Pimpin UKM-U Oleh Yola Savitri

Dibongkar. Kantin fakultas hukum dibongkar. Lahan tersebut rencananya akan dibuat gedung Ika-tan Keluarga (IKA) alumni fakultas hukum dan Pusaat kegiatan mahasiswa. Foto dibidik Rabu (8/1).

Foto Kurnia Mahardika

Page 6: Tabloid Teknokra Edisi 132

No 132 Tahun XIV TrimingguanEdisi Januari 20146 Reportase Khusus

Lanjut ke halaman 10...

trasi

Imam

Gun

awaa

n

Januari 2014, Unila genap lima bulan menyan-dang sertifikat layanan prima. Sayangnya, ben-tuk konkret pelayanan itu belum menyentuh

seluruh mahasiswa. Keluhan tentang kinerja dosen yang tak sesuai diungkapkan oleh beberapa maha-siswa.

Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) mis-alnya, beberapa mahasiswa mengeluhkan tentang dosen yang tak pernah datang mengajar sama sekali. Seperti diungkapkan oleh Erika Widi A., mahasiswa Jurusan Ilmu Komuikasi 2013 ini mengaku bahwa pada mata kuliah hubungan Masyarakat (Humas) salah seorang dosen tak pernah datang mengajar sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Mata kuliah ini sebenarnya diampu oleh dua orang dosen, Yaitu Ana Agustina dam Tina Kartika. Namun, pasca Tina Kar-tika menyelesaikan tugas mengajar sampai Ujian Ten-gah Semester, dosen kedua tak kunjung hadir. “Bahkan bertatap muka pun tak pernah,” ujar Erika. Padahal, setidaknya ada delapan kali pertemuan yang menjadi tanggungjawab yang harus ia penuhi.

Pendapat Erika dibenarkan oleh teman satu juru-sannya, Diwangkara R Yoscar. Diwang mengaku su-dah menghubungi dosen tersebut melalui SMS dan telepon tiap kali ada jadwal mata kuliahnya. Namun, SMS dan telepon tersebut tak pernah mendapat tang-gapan. Menurut Diwang saat menemui dosen tersebut mengaku jarang memegang handphone karena si-buk dan jarang berada di jurusan. Diwang juga sem-pat menanyakan alasan ketidakhadiran sang dosen. Ia mendapatkan jawaban bahwa sebenarnya dosen tersebut ingin mengajar, namun selalu terbentur uru-san yang lebih penting. “Kesannya seperti makan gaji buta, karena tidak pernah mengajar sama sekali dan tugas hanya diakhir itu pun sebagai UAS,” ujarnya. Ke-wajiban mahasiswa yang wajib hadir minimal 80% dari jadwal tatap muka hanya berpacu pada absensi tanpa kehadiran dosen.

Prayoga Danu juga membenarkan pendapat dua rekannya. Menurutnya, dosen pengampu mata kuliah yang sama tersebut memang bisa dihitung keinstenan masuknya. Namun, absensi kehadiran tetap berjalan dan dilakukan oleh ketua angkatan. Menurut penu-turan Danu, dosen yang bersangkutan memang si-buk dan susah untuk ditemui. Pendapat hampir sama dilontarkan Rizki kurniawan (Ilmu Komunikasi’12). Ia menjelaskan bahwa dirinya pernah mendapat mata kuliah pengantar hubungan masyarakat saat semester I. Menurutnya, dosen tersebut sibuk sehinga beberapa kali terkendala tidak masuk. Apalagi, dosen tersebut menjabat ketua prodi Humas. “Biasanya ketua kelas hanya menginformasikan bahwa sang dosen berha-langan hadir,” tutur Rizki. Ia menambahkan dosen yang bersangkutan harus tetap memenuhi kewajiban-nya meski ada kepentingan diluar.

Tak hanya masalah dosen yang tak pernah hadir. Saat semester satu, Erika dan kawan-kawan mera-sakan ada penyelewengan pada mata kuliah Sosiologi. Mata kuliah ini diampu oleh Gunawan. Menurut Nur Aida P.S, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi ’13, Di-wang (ketua kelas, Red) pernah mengintruksikan un-tuk membeli buku dari dosen tersebut. Diwang sendiri mengaku instruksi tersebut ia lakukan setelah adanya percakapan dengan Gunawan. Buku yang dijanjikan

Gunawan akan digunakan untuk tugas merangkum sebagai perbaikan nilai.

Merasa hal tersebut penting, akhirnya mereka me-matuhi intruksi pembelian buku seharga 40 ribu rupiah itu. Diwang lalu meminta Alea Nadira (Ilmu Komunikasi ’13) mengkoordinir pembayaran. Alea mengatakan bahwa ada sekitar 50 mahasiswa yang sudah membeli buku dan 10 orang yang belum melu-nasi pembayaran buku tersebut. Namun, setelah uang diberikan, buku yang dijanjikan tak kunjung ada. Alha-sil, rangkuman yang harus dikerjakan diganti dengan rangkuman lain yang berkaitan dengan materi ajar. Di-wang juga pernah menanyakan keberadaan buku yang mereka beli, namun sang dosen hanya menjawab “Ya nanti ya,” ujar Diwang menirukan.

Sebelum UAS, Diwang juga mendapat instruksi untuk membeli buku untuk setiap dua orang. Dua mahasiswa diminta patungan membeli buku seharga 25 ribu rupiah. Buku tersebut harus mer-eka beli dengan alasan akan menjadi tugas rangkuman sebagai pengganti UAS. Uang buku terse-but pun dibayar-kan pada Alea. Bersama den-gan Diwang, mereka mengha-dap sang dosen untuk menyetorkan sejumlah uang yang terkumpul. Hingga kini kedua buku yang di-janjikan tak kunjung ada. “Orientasi yang didapat ma-hasiswa itu buruk. Maksudnya, ya mahasiswa bakalan berpikir tinggal bayar aja buat beli buku. Masalah bu-kunya dapat atau tidak yang penting nilainya bagus,” ujar Erika yang ada bersama Diwang menimpali.

Sementara itu, menurut Arif S. (Sosiologi ’11) men-gaku dirinya tak merasa dirugikan. Mahasiswa se-mester lima tersebut mendapat mata kuliah Sosiologi Pedesaan dan Teori Sosiologi Modern saat semester tiga. Dari Siakad Unila, diketahui dosen pengampu mata kuliah ini adalah dosen yang sama, yaitu Gu-nawan.

Menurut penuturan Arif, ia tidak menyalahkan jika ada dosen yang menyarankan untuk membeli buku. Baginya, dosen tersebut berarti memperhati-kan peserta didik agar gemar membaca. Ia menilai, Gunawan merupakan dosen yang memberikan ni-lai secara objektif. Namun, Arif juga membenarkan bahwa ia tak kunjung menerima satu buah buku dari dosen tersebut. Ia hanya mendapatkan buku sosiologi. “Sempat juga tanya kepada ketua kelas namun tidak ada tindak lanjut. Kalo ditanyain nggak tau, jadi ya udahlah,” ujarnya.

Mahasiswa Sosiologi 2008, M. Saddam Solihin S.D.C juga bicara mengenai hal ini. Dirinya mengaku bahwa ia juga pernah mengalami hal yang sama saat semes-ter tiga. Saat itu, ia mendapat mata kuliah Sosiologi Komunikasi. Mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah wajib. Menurut Saddam, dosen yang memprak-tekkan hal tersebut tidaklah baik.

Ia menambahkan, intruksi pembelian buku harus menjadi penawaran paling akhir jika sang mahasiswa tidak mampu mendapatkan nilai baik. “Harusnya dosen yang baik adalah dosen yang mengajar dengan kompeten, rajin masuk. Ada standar nilai yang men-jadi acuan seperti nilai latihan, kuis, UTS, maupun UAS,” ujar mahasiswa yang kerap menulis opini di ber-bagai media ini.

Menurutnya, dosen pengampu mata kuliah Sosiolo-gi Komunikasi tersebut rajin mengajar, bahkan hampir tidak pernah absen. Menurutnya, mahasiwa juga salah dalam memanfaatkan sikap sang dosen. Ia menilai, mahasiswa malah berpangku tangan melihat kebai-kan dosen yang gampang memberi nilai. “Biasanya mahasiswa dari awal sudah berniat tidak baik dan in-gin nilainya bagus,” tambahnya bercerita. Ketika Sad-dam ditanya mengenai sistem penilaian, dia mengaku bahwa dosen tersebut memang tidak transparansi

dengan nilai maha-siswa. Dosen tetap memberi tahu nilai kepada mahasiswa, namun memberi-tahu bahwa nilai seluruh mahasiswa jeblok. Menurut-nya, teknik dosen mengintruksi pem-belian buku adalah m e n g g u n a k a n

kode. “Ada y a n g

mendapat in-struksi ngasih tau kalau nilainya

anjlok dan mahasiswanya langsung nyambung,” Sad-dam bercerita. Mereka tidak diberi tahu judul buku yang dibeli. “Kita disuruh bayar 50 ribu, tapi buku tersebut nggak ada,“ ujar Saddam.

Seingat Saddam, hampir 30% teman angkatan-nya menuruti intruksi untuk membeli buku. Namun, menurut Saddam, terdapat mahasiswa yang tidak membeli dan nilainya tetap bagus. “Mereka yang membeli buku nilai terendahnya adalah B. Yang meng-koordnir biasanya ada anak per angakatan yang diberi tahu,” lanjut Saddam.

Saat ditanyai soal mahasiswa, Saddam mengatakan mahasiswa juga salah yang memanfatkan situasi. Tingkat kesadaran mahasiswa yang semakin menu-run, ingin cepat lulus, dan ingin nilai bagus menjadi alasannya. “Ketidakpedulian kepada proses dan hanya mementingkan hasil dengan jalan yang tidak bagus juga menjadi alasannya,” tutur Saddam.

Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Ades Marsela mahasiswa Pendidikan Ekonomi 2012 mem-punyai pengalaman yang berbeda saat mengikuti mata kuliah umum Aerobik. Dari Siakad Unila, dik-etahui bahwa penanggungjawab mata kuliah terse-but adalah Dr. Martha Dinata, M.Pd. Ia menuturkan mata kuliah tersebut banyak menghabiskan uang. Di awal perkuliahan, ia diminta membeli seragam olahraga dan satu buah buku. Selanjutnya, ia juga di-himbau untuk mengikuti lomba aerobik yang telah dijadwalkan dosen dengan biaya 30 ribu rupiah. Ia dan teman-temannya juga pernah diminta mengikuti seminar olahraga yang pembicaranya adalah dosen pengajar aerobik. Tiket seminar itu seharga 70 ribu rupiah. “Ini ada seminar keolahragaan. Katanya wajib diikuti,” ujarnya mengingat ajakan mengikuti seminar. Ades selalu mengikuti instruksi dosen dan mengaku mendapatkan nilai bagus.

Kurnelia Mustika Dewi, membenarkan pendapat Ades. Saat itu, ia sempat diminta mengikuti kegiatan seminar di Auditorium Perpustakaan Unila den-gan membayar 70 ribu rupiah. Intruksi itu ia terima ketua kelompok di masing-masing program studi. “Pokoknya dijanjikan bakalan nilainya A,” ujar Dewi. Namun, saat datang di acara seminar, ruangan yang hanya berkapasitas 150 orang itu tak dapat menam-pung 300an mahasiswa yang datang. Dewi mengaku tak mengikuti seminar sampai akhir karena ruangan bagitu padat. “Sumpek, ngampar dan yang didapat tak

Pukul NilaiSuka-Suka

Oleh Khorik Istiana

Page 7: Tabloid Teknokra Edisi 132

7No 132 Tahun XIV TrimingguanEdisi Januari 2014 Inovasi

Pulau Pasaran yang ter-letak dalam kecamatan Teluk Betung Timur,

merupakan sentra industri pengeringan berbagai hasil laut. Ratusan ton ikan segar yang dijemur secara tradi-sional di bawah terik matahari merupakan pemanda ngan khas daerah ini.

Daerah ini juga pernah di-datangi oleh konsumen dari negara tetangga untuk mem-beli langsung macam-macam olahan pengeringan ikan segar. Tetapi calon konsumen itu ga-gal membeli lantaran meng-

anggap hasil produk olahan di Pulau Pasaran tidak higienis. Melihat hal tersebut, M.Irsyad dosen matematika teknik dan perpindahan panas, Teknik Mesin mempunyai ide untuk menciptakan alat penge ring ikan bagi masyarakat Pu-lau Pasaran sebagai bentuk pengabdiannya.

Melalui ide dari dosen-nya, enam orang mahasiswa fakultas teknik merancang alat pengering ikan asin dengan menggunakan teknologi system hybrid. Alat ini merupakan alat yang diciptakan dengan menggunakan dua sumber tenaga, yaitu dari kolektor surya dan reaktor uap panas. Tujuannya, agar dapat mem-bantu masyarakat yang me-miliki usaha pengolahan ikan dapat lebih cepat melakukan proses pengeringan. “ Adanya inovasi ini diharapan dapat meningkatkan kualitas hasil olahan ekspor menjadi lebih higienis dengan warna yang lebih alami,” ujar Andreassa salah seorang anggota tim.

Tim yang membantu penger-

jaan alat ini diketuai oleh Rizal Ahmad Fedil .Lima orang ang-gota lainnya yaitu, Andreassa, Iqbal, (S1 Teknik Mesin ’09) dan Mifta, Mihdad, serta Jono (D3 Teknik Mesin ’11). Pem-buatan alat ini memakan waktu 50 hari. Selama proses pembuatan, tiga orang anggota berperan mengkonsep alat. Sementara, tiga anggota lain-nya melakukan kerja teknis.

Biaya yang di-habiskan untuk pros-es pembuatannya alat mencapai angka dela-pan juta r u p i a h . Diakui An-dreassa dana ini sepenuhnya di biayai pihak jurusan. Alat ini dibuat de ngan tujuan pe ngabdian bagi ma-syarakat di Pulau Pasaran.

Pengering ikan system hybrid ini terdiri dari beberapa kom-ponen seperti, kolektor surya, ruang pengering, dan blower. Penggunaan blower bertujuan untuk membantu sirkulasi udara didalam ruang penge-ring. Selain itu, komponen ra-diator uap panas juga terdapat dalam alat ini. Penggunaan ra-diator ini untuk mengantisipa-si kekurangan panas saat ma-tahari tertutup awan mendung atau saat hujan turun. Nanti-nya, radiator ini yang menjadi sumber tenaga utama pada kolektor surya. Radiator ini dijalankan dengan uap panas hasil rebusan air yang dimasak dengan menggunakan kayu bakar ataupun gas.

Andreassa mengakui dalam prosesnya memang terdapat kendala yang menjadi fokus perhatian mereka, yaitu ma-salah sumber pengapian. Pen-gujian pertama yang dilaku-kan menggunakan kayu bakar, ternyata tidak dapat meng-hasilkan panas yang optimal. Hingga akhirnya dilakukan pengujian dengan bahan bakar

gas dan nyatanya, panas yang dihasilkan memang sesuai dengan harapan. Namun, biaya yang dibutuhkan memakan ru-piah yang jauh lebih tinggi.

Beberapa kelebihan yang dimiliki alat ini diantaranya dapat mengoptimalkan efi-sensi waktu dan hasil produksi yang lebih baik. Waktu penge-ringan yang dibutuhkan sangat singkat karena hanya dengan 4 jam ikan dapat langsung kering. Selain itu, jika diban-dingkan, panas yang dihasil-kan oleh kolektor surya hanya 59o C. Tetapi, jika mengguna-kan dua sumber tenaga maka suhunya akan mencapai 60o-70o C.

Untuk membuat satu alat pengering, bahan yang dibu-

tuhkan diantaranya kayu, tripleks sepanjang 15 meter, plat alumunium sepanjang 20 meter,kaleng lem aibon seban-yak 10 buah, paku, kaca, besi menara untuk blower, radiator, fan, dan kolektor surya, Nanti-nya, bahan tersebut dirancang untuk membuat alat berben-tuk bersegi panjang berukuran 4 meter dengan

luas ruang p e n g e r i n g 2x2 meter.

Ada be-berapa tahap p e m b u a t a n alat ini, per-tama, mem-buat kerang-ka ruang p e n g e r i n g m e n g g u -nakan kayu b e r u k u r a n 2x2 m ter-lebih dahulu.

Kemudian, rangka dilapisi dan ditutup menggunakan tripleks. Setelah itu, lapisan tripleks tersebut diisi dengan sekam dengan ketebalan sekitar 10 cm. Kemudian, alat masih ha-rus dilapisi lagi dengan tripleks dan plat alumunium di dalam dan di luar ruang pengering untuk menghindari panas ke-luar. Kedua, membuat saluran untuk menghubungkan ra-diator dan blower. Di dalam saluran tersebut dipasang alat bernama fan terlebih dahulu. Ketiga, pemasangan kolektor surya yang diletakkan di atas ruang pengering. Keempat, dilakukan penyambungan sa-luran dari kolektor surya ke dalam ruang pengering. Keli-ma, pemasangan blower untuk

Pengering Ikan Sistem HybridOleh Ayu Yuni Antika

Ilustrasi Retno Wulandari

Pemerintah Indonesia mem-buka lembar tahun 2014 dengan memberi kado jami-nan kesehatan untuk rakyat. Jaminan kesehatan ini dinamai Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS). Semua raky-at Indonesia berhak mendapat-kanya, namun tak semua diberi-kan begitu saja secara gratis.

Lampung juga kebagian jatah ini. Sejak 2 Januari 2014, BPJS Kesehatan Kota Ban-darlampung telah membuka pendaftaran peserta. Menurut Imam Subekti yang menjabat Kabag pemasaran cabang Ban-

darlampung, kantornya selalu didatangi calon pendaftar. “Rata-rata per hari 200 orang,” ujarnya.

Imam mengaku pihaknya telah melakukan sosialisasi melalui berbagai media. Se-lain media cetak dan elek-tronik, BPJS juga melakukan sosialisasi melalui ke berbagai lembaga advokasi, perusahaan, BUMN, dan BUMD. Sosialisasi ke instansi militer juga sudah dilakukan agar pengumuman mengenai BPJS dapat meny-eluruh. Dari berbagai instansi militer yang ada, BPJS telah menyentuk Komando Resimen

Militer (Korem), Brigif Militer, La-nal, Polisi Republik Indonesi (Pol-ri), serta Polisi Daerah (Polda).

Ia menambahkan, untuk saat ini prioritas BPJS kesehatan mengacu pada program Jami-nan Kesehatan Nasional (JKN). Peserta yang diprioritaskan diantaranya Askes Sosial, Tentara Republik Indonesia (TNI), Polri, peserta Jamkes-mas, dan peserta pengalihan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

Selanjutnya, apabila semua prioritas telah terlaksana, BPJS akan fokus melayani

peserta mandiri perorangan, badan uasaha atau perusahaan baru, serta peserta Jamkesda. Imam melanjutkan, peserta Jamkesda tak secara otomatis menjadi peserta BPJS. Apabila pemerintah Kota Bandarlam-pung ingin terdaftar sebagai peserta JKN, pemerintah harus mengintegrasikan program Jamkesda ke BPJS Kesehatan. “Nantinya, masyarakat yang sudah mendaftar Jamkesmas akan diintegrasikan ke BPJS,” terang Imam.

Sedangkan, status perpinda-han peserta yang telah mem-

punyai Jamkesda tergantung komitmen dan kemauan pemer-intah kota. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sumber penda-naan, yaitu melalui APBN untuk JKN dan APBD untuk BPJS.

Mengenai cara pendaft-aran, masyarakat harus yang belum terdaftar dapat lang-sung mengunjungi BPJS ter-dekat dengan membawa data diri, diantaranya KTP dan kartu keluarga. Selanjutnya, masyarakat dapat langsung menggunakan kartu BPJS ke 19 rumah sakit yang telah berse-dia mendukung program ini.=

Oleh Faris Yursanto

BPJS untuk Rakyat IndonesiaRegional

menjaga suhu agar tetap stabil dan menjaga sirkulasi udara dalam ruang pengering. Ter-akhir, meletakkan rak di dalam ruang pengering yang terbuat dari kayu dan jaring-jaring alu-munium agar terhindar dari karat.

Setelah selesai dibuat ke enam orang ini sempat ke-bingungan untuk membawa alat ke lokasi. Hal itu dise-babkan akses jalan yang tidak memungkinkan untuk dile-wati kendaraan roda empat. Hingga akhirnya, pada De-sember lalu mereka berinisi-atif mengundang masyarakat Pulau Pasaran ke Unila untuk memberikan penyuluhan dan penjelasan tentang alat pe-ngering ikan tersebut. Tanpa disangka, inovasi ini mendapat apresiasi yang sangat baik dari masyarakat pulau pasa-ran. Masyarakat sangat kagum dan antusias mengetahui telah diciptakannya alat yang akan membawa banyak perubahan pada industri pengeringan ola-han laut mereka.

Sayangnya, biaya produksi untuk pembuatan satu buah alat tergolong lumayan mahal. Apabila diterapkan untuk se-luruh masyarakat, dana yang dihabiskan bisa dirasa mem-beratkan bagi para pelakon in-dustri di Pulau Pasaran terse-but. Selain itu, masyarakat juga sempat mempertanyakan kelanjutan pengolahan hasil laut mereka. Mereka juga sem-pat merekomendasikan pada mereka agar kiranya dapat dibuat alat dengan teknologi baru yang akan membantu me-reka dalam proses packing. =

Page 8: Tabloid Teknokra Edisi 132

8 No 132 Tahun XIV TrimingguanEdisi Januari 2014Artikel Tema

Dunia dibangun atas dasar berbagai pemiki-ran para intelek yang mencurahkan semua daya pikirnya untuk terus berkarya. Tak

terasa, 1155 tahun sudah dunia ini diisi oleh para mahasiswa. Universitas Al-Qarawiyyin tercatat se-bagai universitas pertama yang berdiri di dunia. Milyaran intelek muda telah lahir di dunia ini, na-mun tidak semua dari mereka mampu menjalan- kan perannya sebagai mahasiswa dengan baik. Sejarah membuktikan perubahan besar dalam diri seseorang ba nyak terjadi ketika mere-ka menapaki bangku perkuliahan. Mahasiswa menjadi posisi strategis bagi seseorang yang ingin mencari jati diri dan melompat menuju kesuk-sesan dalam hidupnya.

Di era globlalisasi sekarang ini, sering kita jump-ai lulusan sarjana yang susah mendapat kesem-patan bekerja. Gelar sarjana tak menjadi jaminan seseorang untuk sukses. Semakin banyak orang kuliah, maka semakin banyak orang mengang-gur. Kualitas mahasiswa sekarang banyak men-galami penurunan dibanding dengan maha- siswa pada zaman dulu. Hal itu karena adanya perge-seran nilai-nilai etika yang mempengaruhi budaya kita. Semakin banyaknya wadah pencetak sarjana yang berdiri, maka akan melahirkan lulusan yang ber-macam-macam juga ku alitasnya, meski dengan status yang sama sebagai seorang sarjana.

Sosok mahasiswa ideal secara singkat dapat dirang-kum dalam tiga kata, yaitu berprestasi, berorganisasi, dan berbudi pekerti. Tak dipungkiri, mendapatkan nilai Indeks Prestasi (IP) yang baik menjadi prestasi yang dinanti oleh hampir sebagian besar maha- siswa. Penafsiran prestasi mahasiswa inilah yang pada akhirnya akan menjadi orientasi. Ketika ses-

eorang berpikir bahwa mahasiswa berprestasi adalah mereka yang nilai akademiknya tinggi, maka

terbentuklah pola sikap seorang mahasiswa yang lebih mengedepankan perkuliahan dan nilai

akademik sebagai aktivitas pertama dan uta-manya di kampus.

Orientasi ini akan terus berlanjut manakala prospek akademiknya terjaga dan potensial.

Kisah ini akan mulai berubah ketika setiap hara-pan akan nilai akademik yang tinggi mulai tidak

terlihat di depan mata. Ketika Indeks Prestasi yang didapat jauh dari harapan dan tidak ada peluang merubahnya. Ba nyak para mahasiswa yang me ngalami hal tersebut dengan mudah merubah orientasi dan mencari batu loncatan dengan masuk ke organisasi atau mencari aktivi-

tas di luar kampus. Hal ini dilakukan untuk men-jaga prospek masa depannya yang dirasa sulit didapat dengan potensi nilai akademik yang ia miliki. Akti- vitas rutin inilah yang nanti nya akan membentuk karakter mahasiswa hingga mengarahkannya kepada aktivitas pra-profesi yang akan digeluti.

Maka persepsi ‘prestasi’ di sini adalah pen-capaian dari mahasiswa dari apa yang ia lakukan di kampus dengan kategori pencapaian maksimal dengan parameter yang jelas dan orang lain men-gakuinya. Seorang mahasiswa dengan IPK 3,2 namun menjadJuara Nasional OSPTN secara de jure akan akan diakui prestasinya daripada mahasiswa yang mendapat IPK 4,00 tapi hanya sebatas itu penca-paiannya. Artinya prestasi di sini membutuhkan pe- ngakuan. Menjadi mahasiswa berprestasi berarti ke-tika mahasiswa tersebut mampu memiliki pencapaian maksimal dengan parameter yang diakui bersama se-hingga hal tersebut menjadi pengakuan atas prestasi yang didapat. Semakin luas tingkat pengakuannya, maka semakin tinggi prestasinya.

Selain akademik, organisasi menjadi warna tersend-iri bagi mahasiswa menjalani kehidupannya di kam-pus. Luasnya teritorial kampus dapat berubah men-jadi sempit sebesar ukuran sekretariat organisasi yang menjadi ruang belajar dan karyanya. Akan tetapi dari ruangan sekian meter ter sebut menghasilkan ke-mampuan dan wawasan yang luas. Maka orga nisasi menjadi jembatan bagi seorang mahasiswa mengenal dunia masyarakat.

Pengalaman berorganisasi mem berikan bekal kepa-da lulusan perguruan tinggi dalam ber bagai hal, anta-ra lain kemampuan dan berkomunikasi, kemampuan perpikir logis-sistematis, kemampuan menyampaikan gagasan di muka umum, kemampuan melaksanakan fungsi manajemen, serta kemampuan memecahkan permasalahan. Dengan pengalaman dan kemampuan yang terbentuk ini, maka ketika aktivis memasuki du-nia kerja akan lebih tanggap, terampil, cekatan, dan mampu menyesuaikan dengan keadaan. Selain itu, ia

akan lebih mampu me ngurai permasalahan yang dih-adapi dalam setiap penugasan. Sejarah membuktikan banyak orang-orang besar di negeri ini berawal dari para mahasiswa yang sukses di dunia organisasi. Ide-alnya seorang mahasiswa bagaimanapun juga ia harus merasakan manisnya dunia organisasi sebagai bagian dari pembentukan dirinya di kampus.

Poin ketiga adalah budi pekerti. Budi pekerti han-ya dapat di bangun secara perlahan yang kemudian menjadi karakter sesorang. Secara prestasi akademik seorang mahasiswa ia baik, lalu juga punya posisi strategis di organisasi, namun secara afektif sikapnya buruk dan tidak disukai orang lain. Maka dengan posi-si tersebut, dia belum memasuki kategori mahasiswa ideal karena dinamika kampus membutuhkan maha-siswa yang fleksinal dalam bersosialisasi dan memiliki penerimaan yang baik di masyarakat.

Ketika kampus disebut seb agai miniatur negara, maka benar adanya bahwa mahasiswa yang ada adalah miniatur masyarakat. Karena kelak ketika mer-eka lulus akan menjadi bagian dari masyarakat secara sosial. Maka pelajaran dalam bersosialisasi itu juga akan terjadi di kampus. Beragamnya karakter maha-siswa, dosen, serta civitas akademika lainnya menjadi objek pembentukan komunikasi sosial mahasiswa. Maka, menjaga budi pekerti inilah yang menjadi kunci dalam menghadapi beragamnya karakter masyarakat kampus itu sendiri.

Setiap mahasiswa hen daknya benar-benar bisa mengolah diri dan waktunya. Ia harus mengetahui bagaimana caranya meraih prestasi yang tinggi dan melaksanakannya dengan penuh kesungguhan. Ini yang harus diprioritaskan. Ia juga harus me nyisihkan waktunya untuk berlatih berorganisasi. Ia bisa me-milih di antara organisasi yang ada, baik intra maupun ekstra kampus. Yang terakhir ia harus belajar tentang sopan-santun dan tata karma, baik dalam bertutur maupun berperilaku. Ia harus bisa menempatkan diri di hadapan atau kepada siapa ia berucap dan ber-tindak. Setiap orang hendaknya tahu, bahwa makin tinggi status orang yang dihadapi, maka makin dibu-tuhkan kehalusan budi pekerti.

Ketiga kriteria ini hakikatnya tidak terpisahkan bagi keberhasilan hidup mahasiswa di masa depan. Kaitan ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut prestasi mengantarkan lulus seleksi dalam mendapatkan pe-kerjaan, pengalaman organisasi menjadikan sukses melaksanakan pekerjaan, dan budi pekerti membuat diterima dalam setiap pergaulan. Demikianlah tiga kriteria mahasiswa yang ideal. Dengan tiga kriteria ini, serta dilandasi nilai-nilai religi, maka ke suksesan hidup akan mudah menghampiri.=

IDEALNYA SEORANGMAHASISWA

* FKIP Geografi 2009 Presiden BEM U KBM Unila ‘13-’14

Ilustrasi Retno Wulandari

Nanda Satriana I. P. *

Iklan

Redaksi menerima kritikan, dan saran ser-ta kiriman berupa : Artikel atau opini, su-rat pembaca, dan informasi seputar Unila (diketik font cambria, ukuran 12 pt). Tu-lisan yang masuk menjadi milik redaksi dan redaksi berhak menyunting naskah sepanjang tidak mengubah makna tulisan.

Info Redaksi

Page 9: Tabloid Teknokra Edisi 132

9No 132 Tahun XIV TrimingguanEdisi Januari 2014

Ngekhibasw Suara Mahasiswa

Sampaikan Keluhanmu lewat SMS Mahasiswa,dengan format Nama_Juru-san/Angkatan_Komentar. Kirim ke 08981735868/

Apresiasi

Nengah Okta YulianiFMIPA, Fisika 2012

PUISI

Kami disini bukan untuk berdiamTermenung dan tergilas perubahanKami juga tidak hanya sekedar berkicauAtau mematung dengan realita yang adaKami bergerak,Memberi semangat perubahan

Bukan hanya dengan kata sumbangAtau dengan tindakan tanpa hargaKami datang untuk merubah peradabanMerubah pola pikir yang telah usangMendekati mereka yang ingin berjalan bergandenganBukan pada mereka yang memberi halangan

Kami datang dengan gebrakan baruMembawa perubahan nyataBukan hanya dikataNamun dengan senjata berupa bukti bermaknaKami tak perlu omong kosongTak perlu mereka yang apatis

Meski dengan nyawa kami tetap berjuangMenggenggam pena dan kertas untuk melawanMelawan pikiran yang telah kumuhKami membawa gebrakan baru. Memperbarui yang telah lama.

GEBRAKAN BARU

Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai identias lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami mencocokkannya dengan data siakad Unila

Ayah……Pedulimu hangat menyelimuti kehidupankuMarahmu tanda kasih sayangmu padakuSetahun sudah kau pergi, kini hanya rindu men-emaniDo’aku kan slalu ada disini, menemani mu meng-hadap illahi

Ayah…..Air mata ini menetes tak henti, menyesali segala salahdiriTerbuang waktu mengabdi, sampai akhirnya kau tlah dipanggil IllahiRasa acuhku menyayat hatimuRasa egoku memporak-porandakan harapanmuKini setahun sudah q menyimpan sesal dan rinduPadamu Ayah pahlawan hidupku

Andai ada mesin waktu yang membawa kupad-amuKan ku peluk erat tubuh gagahmuKan ku cium kerut keningmu yang slalu bersu-judpada NYAKan ku jalan kan segala pinta mu dengan tulusTapi itu semua telah berlalu setahun lalu

Ayah….Masih terngiang jelas saat kita bercengkramaBerjuang bersama menggapai asa

SETAHUN RINDU

Canda tawa itu kini t’lah tiadaSetelah setahun lalu kau dipanggil oleh-NYABerjuang demi cinta tak membuatmu lelah

Bersabar demi masa depan anakmu yang cerahTak ingin kau terlihat lelahWalau mata tirusmu terlihat memerah

Ayah begitu besar pengabdianmu demi anakmuBegitu besar peranmu untuk kesuksesankuTanpa sepeser pun kau menghapkan imbalanDan kini ku telah kau tinggalkan

Selamat jalan ayah…….Aku tak kan pernah lelah mendo’akanmuAgar ampunan Allah selalu mengiringi perjalananmu

Pengabdianmu, pengorbananmu, semangat dan cintamuKan ku bawa menemaniku menuntut ilmuKu yakin bahwa Allah punya rencana baik untuk ku dan untukmu

Ayah…….Setahun kau t’lah pergiDan ku tetap disiniMerindukanmu...

Rahmatullah (Pendidikan Matematika ‘09)

0821179368xxx

Kampus unila yang bergelar kampus hijau perlahan-lahan berubah menjadi bangunan terutama di fakultas hukum, ekonomi, dan FISIP. ditambah lagi den-gan birokrasi dan manajemen kampus yang kurang baik. dosen fisip juga banyak yang suka memaksa mahasiswanya un-tuk memberikan uang pelicin skripsi dan seminar dengan berbagai alasan pribadi, namun mahasiswa banyak yang takut wisudanya diperlama dan dipersulit.

Alwi Karya Sasmita (Teknik Geofisika’11) 085789551xxx

Ke Pak rektor, gini Pak, masalah gedung teknik geofisika, kapan bisa dibangunnya? terus, kok Unila jadi tempat pembuangan sampah, yang tidak jauh dari gedung teknik kimia?

*Imam GunawanRedaktur Artistik UKPM Teknokra

Periode 2013-2014

Website Unila tidak update info beasiswa?

Padahal internet jadi konsumsi sehari-hari

Beli buku nilai jadi bagus?

Dosen salah atau mahasiswa bermasalah tuh

Unila kotor?

Wacana lama, kapan mau bersih?

Satpam tangkap maling?

Akhirnya ada yang ketangkap juga

Page 10: Tabloid Teknokra Edisi 132

10 No 132 Tahun XIV TrimingguanEdisi Januari 2014

Banyak cara mengungkap-kan kepedulian terhadap lingku ngan. Sekelompok ma-hasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung memilih Himasylva se bagai sebagai wa-dahnya. Lembaga mahasiswa tingkat fakultas ini merupakan rumah bagi segenap maha-siswa Jurusan Kehutanan. Ke-bersamaan mereka disatukan oleh alam. Sapaan “Salam Rim-ba!” mereka gunakan sebagai bentuk seruan menjaga hutan.

Himasylva sudah menjalank-an roda organisasinya selama enam belas tahun. Ibarat ma-nusia, Himasylva menginjak usia remaja. Semangat para anggota Himasylva mengajak mahasiswa lain juga meremaja setiap hari. Seperti Sore itu (11/01) para rimbawan Hi-masylva berkumpul dan saling bercengkrama di sekretariat yang mereka sebut Camp Rim-bawan. Intensitas bertemu yang tinggi di tempat itu mem-perat solidaritas antar anggota.

Organisasi yang berdiri sejak 25 Juni 1997 ini dinahkodai oleh Jazuli, mahasiswa Jurusan Kehutanan 2010. Himasylva berusaha mencapai tujuan un-tuk mewujudkan masyarakat yang cinta hutan lestari. Hima-sylva mempunyai lima bidang dalam menjalankan roda or-ganisasi. Bagian komunikasi, informasi, dan pengembangan masyarakat menjadi bidang yang konsentrasi mengurusi kegiatan lingkungan. Mereka tak jarang mengadakan ke-giatan demi menghidupkan kembali kepedulian terhadap alam.

Sesuai dengan jurusannya, rimbawan Himasylva mempu-nyai tanggungjawab besar un-tuk menjaga hutan dan ling-kungan hidup. Tak sekadar perkumpulan mahasiswa juru-san, Himasylva banyak melakukan aksi konkret untuk keberlangsun-gan hutan dan lingkungan. Mereka melakukan perbaikan lingkungan, kampanye, diskusi dan peng-

Rumah Bagi Pecinta Hutankaderan pecinta hutan. “Jenis kegiatan yang Himasylva laku-kan itu berbeda, karena ada satu hal dalam kegiatan yang diperjuangkan yaitu konser-vasi hutan,” ujar Jazuli.

Sebagai bentuk keprihati-nan mereka terhadap hutan Indonesia, setiap peringatan hari bumi tanggal 22 April, Hi-masylva menggelar hari bebas kendaraan bermotor. Mereka juga pernah mengadakan aksi menanam pohon Indonesia. Operasi Pohon di Unila juga digelar dengan membersihkan atribut yang dapat merusak pohon.

Tahun ini, Himasylva juga mengadakan diskusi lingkun-gan yang membahas penge-lolaan dan pemanfaatn ruang terbuka hijau di Kota Ban-darlampung. Saat itu, panitia menghadirkan lima pembicara dari berbagai instansi, dianta-ranya Bappeda, Dinas Keber-sihan dan Pertamanan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan,

serta Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kota Bandarlam-pung. Mereka juga mengun-dang Lembaga Swadaya Ma-syarakat Wahana Lingkungan Hidup (LSM Walhi) dan Ketua Jurusan Kehutanan.

Berbagai kegiatan yang telah mereka lakukan membuat Hi-masylva mendapat kepercay-aan besar. Himasylva pernah menjadi pengurus pusat ika-tan mahasisawa kehutanan Indonesia yang bernama Sylva Indonesia tahun sejak 2008 hingga 2010. Selama enam tahun Himasylva juga rutin melaksanakan pendidikan kon-servasi lingkungan bagi siswa SMA se-Lampung.

Oleh Sindy Nurul M.

Zona Aktivis

Saat ini Himasylva sedang menggalakkan program desa binaan di Desa Talang Padang, Kecamatan Kelumbayan, Ka-bupaten Tanggamus. Program ini digadang demi peningkatan pengelolaan potensi ekowi-sata. “Kerja sama yang paling erat dengan balai konservasi sumber daya Alam Provinsi Lampung, tiap event selalu disupport,” ujar Jazuli.

Anggota Himasylva berharap berbagai aksi yang mereka lakukan dapat membawa pe-rubahan. Keringat dan tenaga yang mereka keluarkan untuk menggelar setiap acara akan terbayar saat hutan Indonesia kembali mendapat perhatian. =

Himasylva,

Dok

sepadan dengan yang dibayar . Hanya snack, seminar kit, dan kalender,” curhat Dewi.

Setelah menjalani semua in-struksi dosen, Dewi mengaku mendapat nilai A. “Ya memang dia ngasih nilai A, tapi dikit-dikit duit,” ujar Dewi kesal. Menurutnya, ia tak dapat me-nolak permintaan dosen kare-na semua teman di program studinya juga ikut. Ia berharap agar dosen yang berperilaku demikian mendapat teguran agar tidak menjadi budaya.

Menanggapi hal tersebut, Rektor Universitas Lampung, Prof. Sugeng P. Hariyanto ang-kat bicara. Menurutnya, jika ada dosen yang melakukan pelanggaran yang bertang-gungjawab lapor adalah pihak jurusan Jika ada laporan, ke-mungkinan tunjangan person-al dosen akan dicabut.

Sugeng mengaku belum per-nah mendapat laporan men-genai kinerja dosen. Menu-rutnya, tahun ini akan mulai dilakukan pengecekan tentang kinerja dosen. Selanjutnya, dekan atau pihak jurusan akan mengecek kebenarannya. “Bet-ul tidak dosen tersebut telah melaksanakan dan memenuhi kewajibannya,” tutur Sugeng saat ditemui di GSG. Untuk dosen yang terbukti melaku-kan pelanggaran, sudah ada undang-undang yang menga-tur. Jika dianggap fatal, dosen tersebut dapat diberhentikan,” tambahnya.

Solusi yang disampaikan oleh Sugeng adalah menindak oknum dosen yang melanggar undang-undang. “Jika memang ada praktek yang sedemikian, maka yang salah jelas dosen-nya. Tapi, mahasiswa juga jangan mau, harus membantu dengan cara bicara,” tegas Su-geng. Untuk mahasiswa, seha-rusnya dia mau melapor. Jika tidak berani, bisa bicara den-gan Pembimbing Akademik (PA), tapi jangan saling memo-jokkan,” tambah Sugeng.

Sanksi dan aturan yang akan diterapkan ini merupakan per-aturan Unila dan bukan badan hukum sehingga dosen han-ya dibina. “Kecuali memang dosen tersebut sudah tidak bisa dibina dan dibimbing, apa boleh buat akan ditindak lanju-ti sesuai perundang-undangan yang berlaku. Dosen tersebut juga dapat dipecat, namun be-lum tentu dipecat sebagai PNS. Jadi, pegawai negerinya tidak dipecat,” ujarnya. Menurutnya, wewenang tertinggi untuk memecat dosen dipegang oleh menteri. Rektor menghimbau warga Unila bekerja sesuai aturan. “Ingat bahwa dosen adalah seorang abdi negara, bersedia menjadi dosen yang tugasnya adalah tri darma perguruan tinggi. Kalau tidak mau jadi dosen bilang saja, ma-sih banyak yang mau menjadi dosen kok,“ tukasnya.

Sementara itu, saat dikon-firmasi ke kepala Jurusan Sosiologi, Drs. Susetyo, M. Si

mengaku belum mengetahui masalah ini. Mengenai buku fiktif tersebut, ia tak dapat memberikan pendapat banyak karena hal itu adalah urusan pribadi dosen dan tidak ter-kait kelembagaan. Menurut Sus, jika dosen terbukti tidak memberikan buku yang men-jadi hak mahasiswa, hal terse-but merupakan pembohongan publik. “Kalo fiktif nggak dapat buku, uang sudah diterima, ya diminta saja,” ujar Sus. Saat ditanyai mengenai kebijakan yang akan diambil, Sus men-gaku akan menyelidikinya ter-lebih dahulu.

Agus Hadiawan, Dekan FI-SIP berpendapat dosen yang bersangkutan akan ditindak setelah ada laporan masuk. “Untuk pemberian sanksi pun tidak bisa begitu saja memecat karena hubungan antar dosen pun kerabat, mungkin lebih pada pola pembinaan,” ujar Agus.

Saat ditemui Sabtu (11/01) di Gedung B lantai 3 FISIP, Drs. Gunawan Budikahono berse-dia memberikan tanggapan-nya. Ia membenarkan bahwa dirinya adalah dosen pengajar Sosiologi di Jurusan Ilmu Ko-munikasi serta pengajar So-siologi Pedesaan dan Sosiologi Modern di Jurusan Sosiologi. Gunawan membenarkan per-nah menyarankan mahasiswa untuk membeli buku pada dir-inya dan buku tersebut wajib. “Dengan adanya buku terse-but, setidaknya mahasiswa

dapat belajar. Tapi apa boleh buat, sampai UAS bukunya juga belum datang,” ujarnya.

Gunawan memberi infor-masi, bahwa dengan mem-beli buku tersebut, setidaknya mahasiswa mempunyai nilai tambahan. Kepada reporter Teknokra, ia meminta maaf atas kejadian dan berjanji akan bertanggung jawab dengan memberikan buku yang belum datang. Jika dalam satu bu-lan buku tak kunjung datang, maka dia akan mengembalikan uang.

Sedangkan mengenai uang 25 ribu rupiah yang ia tarik dari mahasiswa, Gunawan mengatakan uang itu untuk pengadaan buku berupa ma-teri demi menunjang mata kuliah. Namun, buku tersebut juga belum didapat. Akhirnya, ia memutuskan untuk melaku-kan ujian take home.

Sementara itu, Ana agustina membenarkan bahwa dirinya adalah pemegang mata kuliah Pengantar Hubungan Masyara-kat. Mengenai keluhan maha-siswa, ia merasa dirinya mera-sa keteteran di semester ini. Menurutnya, ia sempat hadir sebanyak tiga kali dan mem-berikan materi. Ia membenar-kan jadwal mata kuliah yang ia ampu sering kosong lantaran ia jarang masuk. Dia mengakui kewajiban mengajar maha-siswanya telah ia lalaikan.

Ia bercerita, saat pergan-tian jadwal, dirinya sedang dalam kondisi berduka pasca

meninggalnya sang ayah. Dis-aat yang bersamaan, ia juga sedang menjadwalkan umroh sehingga meninggalkan jadwal perkuliahan. Saat ini dia me-nyandang status sebagai dosen tetap. Menurutnya, kesalahan yang ia lakukan adalah tidak berkomunikasi dengan anak mahasiswa. Saat diklarifikasi tentang kesibukannya diluar kampus, dirinya mengaku tidak sedang sibuk. “Biasanya Maha-siswa menghubungi lewat SMS atau By Phone. Kadang mereka telepon dan saya jawab kok,” ungkap Ana.

Jika masalah nilai , Ana men-gaku terbuka kepada maha-siwanya. “Saya berusaha me-nilai secara fair, terbuka untuk mahasiwa. Mereka boleh tanya kepada saya, misalnya kenapa mahasiswa dapat D. Kan ada presentase yang jelas. Bukan berarti saya kenal Si A atau Si B, nanti nilainya bagus,” ujar Ana yakin.

Ketika dimintai konfirmasi melalui telepon, Marthadi-natha membenarkan bahwa dirinya adalah dosen mata ku-liah Aerobik. Ia yang sedang di luar kota menjelaskan seminar diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Olahraga yang terbuka untuk umum. “Saya hanya me-nyarankan kepada mahasiswa untuk mengikuti seminar itu, tidak mewajibkan dan tidak berpengaruh pada nilai ma-hasiswa,” jelas Martadinatha menjawab keluhan mahasiswa.

Lanjutan...

Page 11: Tabloid Teknokra Edisi 132

ww

11No 132 Tahun XIV TrimingguanEdisi Januari 2014 Pojok PKMLife Style

“Pokoknya tahun ini gue harus lulus, cari kerjaan terus nikah deh,” ujar seorang mahasiswa. “Kalau gue sih mau me-nikmati liburan dulu ke Malang atau Jogja, sebelum garap skripsi,” ujar mahasiswa lainnya. “Intinnya tahun ini kita harus lulus,” timpal mahasiswa lainnya lagi.

Percakapan tiga mahasiswa tersebut terjadi selepas perayaan tahun baru 2014. Perayaan tahun baru saja usai. Tidak sedikit orang menggantungkan harapannya demi ter-capainya keinginan yang “katanya” dapat mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik.

Awalnya, tradisi sekuler ini pada umumnya berlaku di dunia barat. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan pe-rubahan zaman yang didukung teknologi modern, tradisi serupa banyak kita temui di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Asal muasal tradisi tahunan ini bermula dari penduduk Babilonia Kuno yang berjanji kepada para dewa yang mer-eka sembah. Setiap awal tahun mereka akan mengembalikan benda-benda yang telah mereka pinjam dan membayar se-luruh hutang mereka. Bangsa Romawi memulai awal tahun dengan berjanji kepada Dewa Janus yang namanya diabadi-kan menjadi nama bulan Januari.

Mungkin kata resolusi tidaklah asing lagi bagi kita. Kini, resolusi jadi satu kata yang sering diperbincangkan ketika tahun baru. Biasanya, banyak program di stasiun televisi yang ramai meliput mengenai resolusi mulai dari artis sam pai pejabat negara .

Namun apakah sebenarnya arti dari kata resolusi itu? Re-solusi adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa per-mintaan atau tuntutan yg ditetapkan oleh rapat, pernyataan tertulis. Biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal. Definisi tersebut terurai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Kalau kita merujuk arti atau makna dari kata tersebut, berarti resolusi adalah hasil rapat yang berisi tuntutan. Namun kata tersebut telah mengalamai perluasan makna. Makna dari resolusi sekarang dapat diartikan harapan- harapan yang sungguh-sungguh dari pribadi seseorang.

Kita sebagai golongan intelektual muda sudah seharus-nya menjadikan resolusi yang kita susun baik ini menjadi tumpuan kita untuk melangkah ke depan. Caranya dengan mengimplementasikan ke dalam dunia nyata untuk peruba-han . Hal ini karena pada dasarnya resolusi identik dengan perubahan dimana perubahan bukanlah menerapkan metode, teknologi, struktur atau manajer baru. Perubahan adalah cara mengubah manusia dalam berpikir dan ber-prilaku.

Akan tetapi tidaklah mudah untuk mengimplementasikan-nya. Ketika resolusi yang sudah susun itu sangat baik, namun kita sendiri masih bingung apa yang akan kita lakukan tentu akan menjadi buruk. Hal itulah yang membuat segudang res-olusi kita tidak maksimal bahkan gatot (gagal total).

Menurut Frank Ra(penulis buku resolusi tahun baru “ A course in Happiness) menyatakan bahwa resolusi akan lebih berkelanjutan jika kita berbagi, baik dalam hal dengan siapa anda berbagi manfaat dan resolusi anda, dan dengan siapa anda berbagi jalan untuk menjaga resolusi anda.

Kemampuan kita sebagai mahasiswa sangatlah kompleks yang dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat, lingkungan, dan bangsa. Sudah seharusnya resolusi seorang mahasiswa berpedoman dengan hakikat, peran, dan fungsi mahasiswa itu sendiri yang di gadang-gadang sebagai agent of change,moral force, social contro,l dan iron stock. Itu semua merupakan bentuk impelementasi nyata mahasiswa, untuk mewujudkan yang namanya resolusi karena jika mahasiswa sendiri sadar akan perannya dalam masyarakat sewajarnya mahasiswa menjadi harapan masyarakat bukan sekadar penganut hedonistik.

Tetap berpikir merdeka! =

Resolusi

M. BurhanPemimpin Umum

Iklan

Gadget, dikutip dari wiki-pedia bahasa indonesia, dianggap dirancang se-

cara berbeda dan lebih canggih dibanding teknologi normal yang ada pada saat pencipta-annya. Dewasa ini penggunaan gadget di kalangan mahasiswa meningkat pesat. Perkemba-ngannya pun pesat, begitu pula rancangan teknologinya yang cepat mengalami pembaruan. Sehingga munculnya produk baru pun menjadi lebih cepat.

Dimata sebagian maha-siswa, gadget menjadi barang yang wajib dibawa. “Tiada hari tanpa gadget,” kata Ovita Indah Pangesti, mahasiswa Administrasi dan Bisnis 2013. Bagi Ovita gadget adalah pacar. Pagi-pagi, sebelum melakukan aktifitas lainnya, Ovita rajin mengecek gadgetnya terlebih dahulu. Sehari-hari, Ovita menggunakan gadgetnya seb-agai sarana pembelajaran dan hiburan, mulai dari menden-garkan musik, games, browsing untuk tugas, dan media sosial seperti twitter, dan facebook.

Hal yang sama juga diung-kapkan Tiffany Anandhini Putri Ramli , mahasiswa Ilmu Pemerintahan 2010. “Nggak bisa pisah. Apalagi kalau lagi nunggu, pasti pegang gadget,” kata Tiffany, sapaanya. Bag-

inya gadget telah merubah ke-biasaanya. Sebelum ini, Tiffany biasanya menghabiskan waktu untuk menonton TV. Semen-jak memiliki gadget, Tiffanny beralih. Tidak hanya untuk browsing atau media sosial, Tiffanny juga hobi bermain games di gadgetnya.

Tiffanny mengaku sering lupa waktu ketika bermain dengan gadgetnya. Bergadang, menjadi hal yang biasa saat bersama gadget. Selain games dan musik, media sosial sep-erti twitter yang biasanya jadi teman tiffanny pada malam hari bahkan subuh. “Sampai isinya sendiri,” ungkap tiffany. Biasanya kalau sudah lelah, Tif-fany pun pergi tidur dengan lagu yang masih diputar dari gadget-nya sebagai pengantar tidur.

T i f f a n y p u n s e n a n g berkomunikasi dengan teman-temannya melalui gadget. Menurutnya fasilitas voice talk yang ada di gadget sudah cu-kup untuk berkomunikasi den-gan teman-temannya. Ketika kuliah pun Tiffany tidak bisa lepas dengan gadgetnya.

Meskipun menyadari resiko dari kegiatan malamnya, Tif-fany tetap tidak bisa lepas dari gadget. Berat badannya yang menurun tidak menjadi ala-san untuk beralih dari gadget. Uring-uringan saat paket data habis, atau tidur menjadi tidak nyaman pun dialami. Meski-pun begitu, gadget tetap men-jadi teman yang tak terganti-kan ketika jenuh dan sendiri.

Berbeda dengan Tiffany dan Ovita, Syamsul Ma’arif, maha-siswa Teknik Geofisika 2011 menemukan hal lain yang me-narik baginya. Dengan alasan menghilangkan kebosanan, Syamsul sering menggunakan gadgetnya sebagai media un-tuk browsing. Ketertarikannya jatuh pada kemajuan teknolo-ginya. Untuk membayar rasa penasarannya, Syamsul rela

menghabiskan waktu berma-lam-malam dengan gadgetnya.

Bermain games pun menjadi konsumsi malamnya. Syamsul mengaku pernah bermain se-malaman hingga bangun ke-siangan. Akibatnya ia datang terlambat ketika UAS. Rasa jera pun sempat dirasakan, tetapi semuanya kembali seperti semu-la seiring berjalannya waktu.

Menanggapi kegiatan ma-hasiswa yang kecenderungan dengan gadgetnya, Ratna Wi-diastuti, Dosen Psikologi Pen-didikan Bimbingan Konseling FKIP Unila menyatakan tidak setuju meskipun gadget di-manfaatkan sebagai fasilitas pembelajaran. Mencari infor-masi untuk tugas atau infor-masi pembelajaran hanya mel-atih memori jangka pendek, sedangkan untuk dunia kerja, mahasiswa dituntut untuk me-miliki memori jangka panjang yang menurutnya didapat dari membaca buku.

Menurutnya ada sekitar 5-10% mahasiswa dalam satu kelas yang ketergantungan gadget. Ketergantungan ini dapat nampak dari perilaku-nya yang berubah. Pertama ce-mas ketika berpisah sebentar dengan gadget. Cemas ditandai dengan perut mulas, beker-ingat, dan pikiran yang selalu khawatir. Kedua obsesif, sep-erti melakukan hal yang beru-lang-ulang, seperti cek media sosial. Ketiga, menjadi sering melamun dan gelisah.

Ratna mengatakan setahun yang lalu, penggunaan internet yang berlebihan ini (internet disorder) akan dimasukkan dalam kategori gangguan jiwa. Internet disorder ini akan me-nimbulkan kerusakan pada otak limbik, sehingga sulit menyampaikan emosi. Ratna menyarankan untuk meng-gunakan internet secukupnya dan tetap memperhatikan jam tidur yang seharusnya. =

Oleh Fitri Wahyuningsih

Hati-hati dengan Teknologi

Page 12: Tabloid Teknokra Edisi 132

12 No 132 Tahun XIV TrimingguanEdisi Januari 2014Ekspresi

Udara bulan Desember daerah Prague, Republik Cheko baru kali itu ia ra-

sakan. Kedatangannya ke negara di Eropa Tengah itu demi mewakili Indonesia di ajang scrable interna-sional 2013. Fadlan Satria, maha-siswa jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian menjadi satu-satunya peserta asal Indonesia. Kecintaan-nya kepada permainan kosa kata bahasa inggris itu membawa ma-hasiswa semester lima itu ke kelil-ing beberapa negara.

Pemuda asal Kabupaten Tulang Bawang itu tak pernah memba-yangkan dapat berkunjung ke Malaysia, Thailand, dan Cheko. Sejak kelas dua sekolah dasar, ia dan kedua orang tuanya menetap di Desa Gunung Sari. Kepindahan-nya bersamaan dengan pemindah tugasan ibundanya yang berpro-fesi sebagai PNS. Saat itu, ia benar-benar merasakan sulitnya akses pendidikan. Tak hanya itu, desa nya

bahkan belum tersentuh listrik. Untuk ke pasar saja, ia harus ber-jalan cukup jauh. Tetangga sekitar rumahnya yang berkomunikasi dengan bahasa Jawa juga mem-buat pemuda keturunan lampung ini kesulitan beradaptasi.

Namun, keadaan itu membuat semangat Fadlan menuntut ilmu meruah. Apalagi, saat hari raya Idul Fitri, ia mendengar saudaran-ya lancar bertutur dalam bahasa inggris. Dari situ, ia seperti jatuh cinta pada bahasa internasional itu. Padahal, di sekolah tempat ia belajar belum ada mata pelajaran bahasa inggris untuk anak SD. Anak pertama dari dua bersauda-ra ini mantap meminta izin kepada orangtuanya untuk hijrah ke Ban-darlampung.

Di ibukota provinsi inilah ia mulai giat mempelajari bahasa inggris. Semangatnya begitu be-sar. Ia memulai langkah dengan banyak bertanya pada saudaranya

mengenai bahasa inggris. Menge-lilingi toko buku untuk membeli buku-buku bahasa inggris juga sudah ia lakukan. “Sangking antu-siasnya, setiap gambar binatang dan lainnya yang ada di kamus atau buku saya hafalin kata-katan-ya,” ungkapnya.

Fadlan mulai mengenal scrable sejak duduk dibangku sekolah menengah atas. Kala itu, ia ber-gabung dengan English Club di sekolahnya. Bahkan lulusan SMA N 5 Bandarlampung ini pernah di-percaya menjadi ketua komunitas pecinta bahasa inggris itu. Dari situ, Fadlan mulai banyak mengi-kuti berbagai kompetisi scrable. Tak kurang dari 50 kali kemenan-gan kompetisi scrable tingkat dae-rah pernah ia raih. Ditingkat nasi-onal, ia juga telah meraih 10 kali kemenangan.

Laki-laki bertubuh tinggi ini se-lalu ingin membanggakan orang-tuanya. Hidup menumpang mem-buatnya harus ikut membantu meringankan beban sang nenek. Berkat hobi bermain scrabble, ia sudah mampu membeli LKS dan buku-buku pelajaran dari uang hadiah kemenangannya. Ia pun tak sungkan membagi ilmu dengan teman-teman, saudara, dan tet-angganya. Kemenangan yang acap kali ia dapat juga memberikannya kesempatan sebagai pengisi acara seminar dan pengajar mengajar bahasa inggris di beberapa seko-lah di Lampung.

Menurutnya, ia bukannya tak pernah kalah. Fadlan bahkan

mengaku sering kali mengecap pa-hitnya kekalahan. Namun Fadlan selalu memegang moto “to be an expert learn from the expert”. Ia justru belajar dari lawan yang telah mengalahkannya. Ia pun tak memilih putus asa. Dari setiap kekalahan, ia justru penasaran dan mencari tahu penyebab ia kalah. Berkali-kali kalah, berkali-kali pula Fadlan berbenah diri dan strategi untuk menghadapi lawan-nya di lain pertandingan. Baginya, tak sekadar hadiah yang ia dapat-kan, namun juga kenalan orang-orang hebat. “Bener kalau diatas langit, masih ada langit. Jadi kita jangan sampe sombong”, ujarnya.

***Semangat berjuang yang selalu

ia tanamankan sejak SMA sem-pat pupus saat ia akan berangkat ke Cheko. Ajang dunia Scrabble Championship Tournament telah menjadi impiannya sejak lama. Namun, saat ia telah mendapat-kan kesempatan itu, impiannya tersandung urusan rupiah. Biaya tiket sebesar 25 juta rupiah harus ia tanggung untuk dapat terbang ke Cheko. Dana itu harus Fadlan sediakan dalam kurun waktu tak kurang dari dua bulan.

Keluarganya yang sederhana membuatnya sanksi dapat me-ngumpulkan uang sebanyak itu. Ibu yang berprofesi sebagai guru bimbingan konseling dan ayah yang bekerja sebagai buruh mem-buatnya harus berpikir keras mendapatkan biaya.

Sempat, ia mengirimkan proposal kepada pemerintah kota Bandarlampung. Akses kementerian nasional juga ia tembus. Fadlan mengaku pernah bolak-balik Lampung–Jakarta un-tuk me ngirim proposal ke Kemen-pora dan Kemendikbud Republik Indonesia. Tapi sayang, ia belum berhasil mendapatkan bantuan dana satu rupiah pun. Satu bu-lan menjelang keberangkatan, ia belum juga mendapat bayangan dana. Kedua orangtuanya bahkan sempat pesimis. Jika hanya me-ngandalkan kantong pribadi tentu saja sangat sulit.

Keajaiban mulai muncul saat Fadlan mendapat tawaran ban-tuan dari beberapa temannya yang ia kenal lewat jejaring facebook. Saat itu rekannya, Riky Purnomo

Memulai Mimpi dari Semangat

asal Singapura dengan senang hati membantu biaya tiket. Selain itu, rekannya dari Australia Alastair Richards dan ibunya juga mem-berikan tiket dan tempat mengi-nap saat dia mengikuti perlom-baan di Thailand sebelum event dunia di Cheko. Menurutnya, ke-mudahan itu berkat do’a dan du-kungan orang tuanya.

Ia juga mencoba menceritakan kesulitan dana kepada dosen juru-san dan pihak dekanat di fakultas-nya. Dari situ, ia dibantu untuk bertemu dengan petinggi rektorat. Menurutnya, Unila membantu-nya menyebarluaskan masalah itu melalui website dan media massa. Perlahan jalan pun terbuka. Ia mendapat kucuran dana dari pemerintah kota Bandarlampung dan pihak dekanat FP.

Saat pertandingan, ia sem-pat melawan perwakilan dari negara Perancis, Amerika, Oman, Thailand, dan Scotlandia. Menjalani 31 ronde, dengan 15 kali menang dan 16 kali kalah, ia mampu membawa Indonesia menempati peringkat 75 dari 110 negara. Meski belum menempati puncak teratas, ia tetap bangga karena dapat ambil bagian meng-harumkan nama Indonesia. Ia juga mengaku mendapat teman, sa-habat, dan pengalaman yang amat berharga. Salah satunya ia berhasil mengalahkan runner up piala du-nia scrabble tahun 2011, Andrew Fisher.

Kini, melalui hobi bermain scrabble-nya, ia tengah menjalank-an usaha penjualan alat scrabble di wilayah Lampung. Bulan depan, ia berencana meluncurkan toko yang ia namai “Satria Scrabble Shop”. Nantinya, toko itu akan banyak menjual pernak-pernik yang ber-hubungan dengan scrabble. Selain mencoba peruntungan di bidang bisnis, ia pun menargetkan untuk mendapatkan beasiswa S2 di Luar negeri.

Menurutnya, niatan baik dan kemauan yang keras akan membuka jalan kesuksesan. “Sekarang banyak orang yang cuma menulis mimpinya, tapi ti-dak tau apa yang harus dilakukan untuk mewujudkannya,” tuturnya. “Satu lagi, Hidup mudah itu patut dicurigai,” ujarnya mengakhiri perbincangan. =

Fadlan Satria,

Foto

Kur

nia

Mah

ardi

ka

Oleh Ayu Yuni Antika

Iklan