Majalah Teknokra

80

description

edisi Desember 2015

Transcript of Majalah Teknokra

Page 1: Majalah Teknokra
Page 2: Majalah Teknokra
Page 3: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 3 |

JENDELASalam Kami 4Sekilas 5Obrolan 7Pendidikan 10Komitmen 12Laporan Utama 13Kyay Jamo Adien 18Sorotan 19Pentas 21Wawancara Khusus 22Inovasi 25Ekspresi 29Konservasi 33Resesnsi 36Lifestyle 38Esai Foto 40Komik 42TTS 43Nusantara 44Komunitas 47Budaya 51Kuliner 54Sejarah 56Opini 59Laporan Keuangan 62Karikatur 63Lingkungan 64Sisi lain 67Kesehatan 69Cerpen 71Puisi 74Bidik Lensa 76Etos Kita 78

Judul: Saat LGBT Tak Lagi Malu-Malu

Ide & Desain:Fitri Wahyuningsih & Defika Putri Nastiti

Laporan Utama 13

56 Sejarah

Nusantara 44

29 Ekspresi Cover

Jejak Jawa di Tanah Tapis

Saat LGBT Tak Lagi Malu-Malu

Batik Siger untuk Bumi ruwai jurai

Selimut Asap dari riau

Page 4: Majalah Teknokra

4 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

SALAM KAMI

Tak terasa akhir pengurusan tahun ini telah di depan mata. Tapi kami di sini masih

berkutat dengan tugas-tugas yang telah menjadi tanggung jawab kami untuk pembaca semua, oleh sebab itu kepada pembaca, kami ucapkan terima kasih untuk apre-siasi kalian atas karya-karya kami di tahun ini.

Dunia perkuliahan laiknya sep-erti seseorang yang sedang me-naiki sebuah pohon, semakin ti-nggi posisinya semakin besar pula angin yang menerpa. Di tengah himpitan tugas-tugas perkuliahan yang seperti tidak berujung, kami masih menyempatkan diri untuk menunaikan tanggung jawab kami. Berkutat dengan narasumber yang sulit ditemui, duduk berjam-jam di depan komputer hingga punggung dan mata sakit, menerjang hawa dingin malam dan nyamuk-nyamuk yang sangat mengganggu, hingga

tidak tidur bermalam-malam pun kami rasakan.

Namun, kami selalu percaya bahwa proses tidak pernah meng-khianati hasil. Tidak ada hasil yang sia-sia jika dilakukan dengan se-genap hati. Di pojok PKM ini kami menerima pelajaran berharga yang mungkin tidak akan kami da-patkan di tempat manapun. Dan karena itu kami memilih menjadi berani. Berani mengambil risiko apapun demi terus menghasilkan karya yang selalu kami buat de-ngan hati.

Sebagai penutup kepengurusan, kami menyajikan majalah tahunan ini ke pada pembaca tercinta. Info seputar Unila dan Lampung coba kami kemas dengan menarik dan informatif. Semoga pembaca me-rasa senang dengan karya kami ini. Dari Pojok PKM tak henti kami mengajak pembaca untuk

Tetap Berpikir Merdeka!=

Be Brave and Keep Working

MAJALAH TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan mahasiswa (UKPM) Teknokra

Universitas Lampung

Alamat Grha Kemahasiswaan Lt. 1 Jl. Soemantri Brod-jonegoro No. 1 Bandar Lampung 3514

Telp. (0721) 788717E-Mail [email protected]

Website www.teknokra.com

Pelindung:Prof. Hasriadi Mat Akin, M.P

Penasihat:Prof. Dr. Sunarto DM, SH, MH

Dewan Pembina:Maulana Mukhlis, S. Sos., MIP

Anggota Dewan Pembina:Prof. Dr. Ir. Muhajair Utomo, M.Sc., Asep Unik, SE. ME., Drs. M. Toha B. Sampurna Jaya, M.S., Dr. Eddy Riva’i, S.H., M.H., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Her-mawan S.Sos,M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA, M. Burhan, Vina Oktavia,

S.Pd., Yurike Pratiwi

Pemimpin Umum: Faris Yursanto

Pemimpin Redaksi: Hayatun Nisa F

Pemimpin Usaha: Fitri Wahyuningsih

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan: Kurnia

Mahardika

Kepala Kesekretarian: Lia Vivi Farida

Redaktur Pelaksana: Ayu Yuni Antika

Redaktur Pelaksana Daring: Khorik Istiana, Retno

Wulandari

Redaktur Berita: Rika Andriani

Reporter: Enindita Prastiwi (Non Aktif), Ariz Nisrina, Faiza

Ukhti A

Redaktur Foto: Wawan Taryanto

Fotografer: Luvita Wilya H, Ariz Nisrina

Redaktur Artistik: Defika Putri Nastiti

Staf Artistik: Retnoningayu JU

Kameramen: Fitri Ardiani

Redaktur Daring: Yola Septika (Non Aktif)

Manajer Keuangan: Fitria Wulandari

Manajer Usaha: Imam Gunawan

Staf Keuangan: Yola Savitri

Staf Periklanan: Riska Martina (Non Aktif), Luvita Wilya H

Staf Pemasaran: Yola Septika (Non Aktif)

Staf Kesekretariatan: Fitri Ardiani

Staf Analisis dan Perpustakaan: Wawan Taryanto

Staf Pengkaderan dan SDM:Fajar Nurrohmah

Dok.

Page 5: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 5 |

SEKILAS

Unila-Tek: Munculnya wacana penerapan sistem daring mem-buat puluhan mahasiswa khawatir dalam mengikuti Test of English as A Foreign Language (TOEFL), yang merupakan syarat wisuda. Jumlah pendaftar TEOFL pun seketika meningkat begitu drastis dari bi-asanya.

Yuniyarsih (Pend. Geografi’12) baru saja menerima hasil sertifi-kat tes TOEFL dengan nilai 457 setelah sepuluh hari mengikuti les di Balai Bahasa. Mahasiswa yang telah mengadakan seminar satu itu mengaku telah mengikuti les TOEFL selama kurang lebih seminggu.

“Dalam satu hari saya belajar selama lima jam dengan total 23 jam pertemuan. Memang belum terlalu efektif, karena kita hanya dipersiapkan untuk menghadapi TOEFL, berbeda jika les di luar. Kalau di luar pasti lebih mahal,”

tukasnya.Bagi mahasiswa yang ingin

mengikuti les TEOFL di Balai Ba-hasa harus membayar sebesar tiga ratus lima puluh ribu rupiah ditambah dua puluh ribu rupiah untuk tesnya. “Katanya 2016 mau pakai online. Jadi ini buat jaga-jaga aja,” tambahnya.

Senada dengan Dwi Nur Ki-nasih (Biologi’12), mahasiswa FMIPA itu merasa khawatir den-gan sistem tes TOEFL daring yang dirasa dapat mempersulit maha-siswa nantinya. “Mahasiswa Unila kan enggak semua pinter bahasa inggris. Ditambah dengan sistem daring bisa lebih menghabiskan ke waktu dan dana,” kata Dwi se-usai mendaftar les Bahasa Inggris di Balai Bahasa.

Kepala UPT Bahasa, Deddy Supriyadi mengatakan TOEFL menggunakan sistem daring merupakan rencana yang digagas

oleh Prof. Hasriadi Mat Akin yang sebelumnnya menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik. Program ini masih dalam proses, pelaksana anya nanti harus men-gacu pada pe raturan Unila, serta harus masuk dalam perencanaan.

UPT Bahasa telah mengusul-kan regulasi ke rektor melalui wakil rektor yang baru. Deddy menjelaskan sejauh ini program daring yang diusulkan masih dia-nalisis.

Deddy mengungkapkan pe-rubahan sistem daring tersebut bermaksud memudahkan maha-siswa dalam TOEFL nantinya. Ia juga memaklumi jika sebagian ma-hasiswa khawatir dengan sistem daring yang belum pernah dilaku-kan. “Ke depan UPT Bahasa harus memiliki laboratorium berbasis komputerisasi, jika terlaksana un-tuk sementara waktu akan meng-gunakan Puskom,” paparnya.=

DIKLAT. Qadar Hasani, ketua pengelola Bidik Misi tengah menyampaikan sambutannya di pelataran Rektorat Unila. Sambu-tan ini menjadi awal pem-berangkatan kegiatan Outbond mahasiswa Bidik Misi Unila angkatan 2013. Foto dibidik Sabtu (19/12).

Mahasiswa Khawatirkan TOEFL DaringOleh Retnoningayu Janji Utami

Foto Wawan Taryanto

Page 6: Majalah Teknokra

6 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

SEKILAS

Unila-Tek: Pada kompetisi de-sain elektronika yang diseleng-garakan Institute of Electrical and Electronics Engineers Solid State Circuit Society (IEEESSCS) chapter Indonesia. Tim Elektro Unila ber-hasil menjadi juara tiga Embedded system, di Kota Bandung pada Se-lasa, (15/12).

“Monitoring Baby”, alat buatan Yoshep Valentinoc (Teknik Elek-tro ‘13), M. Bagus Nurfaif (Teknik Elektro ’13) dan Faris Lukman Hadi (Teknik Elektro ’13) ini

dibuat untuk memonitoring per-lakuan bayi.

Menurut Faris, dengan alat ini orang tua dapat melakukan kon-trol perlakuan bayi. “Bayi berger-ak kita bisa tahu, bayi nangis kita bisa tahu, ada kameranya lagi. Jadi kita tinggal bawa smartphone plus dockingnya,” jelas Faris.

Kelemahan alat ini menurut Faris masih berbentuk prototype sehingga kegunaannya masih be-lum praktis. Hal ini dikarenakan alat ini masih menggunakan kabel

dengan panjang tiga sampai lima meter. Selain itu ukuran docking nya juga masih dinilai cukup be-sar serta harganya juga tergolong mahal. Faris berharap dirinya dan Tim Teknik Elektro dapat terus berinovasi sehingga dapat menuai hasil maksimal pada tahun depan.

Faris dan timnya berhasil men-jadi kampiun usai menyisihkan 90 peserta. Sebelum memenangi lomba, mereka harus bersaing dengan empat finalis lainnya yang berasal dari Universitas lain. =

Mahasiswa Unila Juarai Lomba Desain

Pedagang. Diselenggarakannya Try Out SBMPTN di GSG Unila membuat beberapa orang menjadi pedagang dada-kan yang menjual ATK kepada para peserta Try Out. Foto dibidik Minggu (20/12).

Oleh Khorik Istiana

Foto Hayatun Nisa Fahmiyati

Page 7: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 7 |

OBROLAN

Sebagai negara tropis, yang memiliki letak geografis yang strategis, membuat Indone-

sia memiliki begitu banyak ragam flora dan fauna yang hidup me-nyebar di tiap wilayah di Indone-sia. Keragamannya tersebut akan menjadi potensi berharga bagi In-donesia sendiri, jika semua pihak mampu melindungi dan mengon-trol diri dalam pemanfaatannya. Semakin maraknya perburuan dan perdagangan satwa liar se-cara ilegal menjadi indikator bah-wa di Indonesia masih banyak pi-hak yang tak mengerti pentingnya menjaga keberlangsungan flora, fauna, dan ekosistemnya.

Undang-Undang Republik In-donesia No.5 tahun 1990 pasal 4, tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya,

menyebutkan bahwa konservasi menjadi tanggung jawab pemer-intah dan masyarakat. Mahasiswa menjadi bagian dari masyarakat, Keberadaannya sebagai generasi penerus bangsa berperan penting dalam pelaksanaan konservasi.

Bertujuan mengajak untuk lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya, Unit Kegiatan Maha-siswa Pencinta Alam (UKM Ma-pala) Unila, mengadakan seminar sebagai peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa, di Ruang Sidang Graha Kemahasiswaaan lantai 2, Sabtu (14/11). Mengusung tema Save and Protect Our Flora and Fauna, seminar tersebut menjadi usaha mahasiswa untuk menjaga satwa liar hampir punah agar dapat dinikmati generasi se la n-jutnya. Staf Bagian Fungsional Ba-

lai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung, Saturindo Xavier, menjelaskan fungsi pe-ngendalian ekosistem hutan yang coba diupayakan. Tindakan nyata untuk melindungi satwa khusus-nya di Lampung yaitu me lakukan konservasi.

Pria berperawakan tinggi dan kurus itu mengaku kesulitan untuk menyosialisasikan per-lindungan satwa langka pada masyarakat. “Tidak mungkin kami keliling ke setiap desa untuk me-nyosialisasikan semua,” ujar Sa-turindo. Menurutnya, mahasiswa harus ambil bagian membantu menyosialisasikan pentingnya me-lestarikan satwa liar yang langka ke masyarakat.

Saturindo juga mengungkap bahwa masyarakat saat ini kurang sejalan dengan BKSDA. Saat di-ajak untuk melindungi satwa liar, masyarakat malah merasa bahwa hal itu membatasi pemanfaatan sumber daya alam. Ia menambah-kan, tujuan BKSDA membatasi pemanfaatan satwa supaya anak cucu dapat menikmati satwa yang hampir punah agar tidak hanya tinggal nama.

Ia mengharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan materi yang didapat. Sehingga pele-starian satwa tak hanya dilaku-kan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi pecinta alam semata. Siapapun dapat mela-ksanakan peran perlindungan, mulai dari tidak menjual satwa liar secara ilegal, eksploitasi secara berlebihan, serta me-laporkan tindakan perdagangan satwa liar yang bersifat ilegal ke pihak yang berwajib. =

Oleh Rika Andriani

SATURINDO XAVIER :

Selamatkan Flora dan Fauna dari Kepunahan

Foto

Rik

a A

ndria

ni

Page 8: Majalah Teknokra

8 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

OBROLAN

“Bahasa membentuk karakter, kehidupan yang kehilangan ke-

heningan tidak akan berkualitas,” ungkap sastrawan asal Semarang, A.S Laksana dalam diskusi Wisata Seni Baca Sastra yang diadakan Teater Satu Lampung di Taman Budaya, Kamis (29/10). Bahasa memang tak pernah bisa lepas dari bahasan soal sastra. Pemilihan kata yang cerdik oleh si penulis akan membentuk sebuah bahasa dalam sastra menjadi sebuah kar-ya seni yang cerdik, berkualitas, dan memiliki karakter yang kuat.

Joko Pinurbo alias Jokpin, salah satu sastrawan Indonesia yang juga hadir dalam diskusi tersebut menambahkan bahwa seorang penulis harus mampu merenungi waktu untuk mendapatkan inspi-rasi dari hal-hal yang sederhana. Menurutnya, hal-hal kecil yang direnungi akan memunculkan banyak inspirasi sebagai modal

ide tulisan. Selanjutnya adalah bermain

kata, Jokpin menjelaskan pemili-han kata dalam pembutan karya sastra bertujuan agar Bahasa In-donesia menjadi lebih segar ke-tika dibaca dan didengar, yang menjadikannya sebuah daya tarik. “Sastra adalah seni bermain kata,” ujarnya. Selain itu, ia pun menegas-kan penulis-penulis pemula harus banyak membaca sebagai persia-pan mengembangkan ide tulisan. “Persiapan yang baik adalah 50 persen keberhasilan,” tambahnya.

Tantangan bagi penulis atau sas-trawan semakin bertambah ketika permasalahan dalam ka rya sastra menjadi lebih komplek setelah bergesernya seni klasik ke era ro-mantik di Eropa. Hasil ka rya yang sebelumnya menekankan pada karya struktural dan non perso-nal, berubah menjadi hasil karya personal. Lahirnya tokoh “Aku” dalam karya sastra menjadi salah

satu ciri perubahannya. Namun, menurut sastrawan

Lampung, Ahmad Yulden Erwin (43), dalam karya sastra kote­mporer “Aku” tidak selalu berce-rita tentang penulisnya. Senada dengan Yulden, Ari Pahala Huta-barat (40) memaknai sebuah kar-ya tidak hanya dengan satu cara.Makna sebuah karya ada dalam diri penulis. Untuk itu, perlu dicari tahu tentang siapa penulisnya.

Dalam diskusi yang dipandu Iswandi Pratama itu, Ahmad Im-ran berpendapat bahwa salah satu fungsi sastra adalah melihat perspektif lain dari realitas. Menu-rutnya, manusia tidak cukup hanya memaknai realitas melalui akal. Ia juga harus menyampaikan apa yang dirasakannya dalam usaha-nya menemukan ide penulisan, penulis mencari ide dari hal-hal kecil. “Menulislah dari apa yang kita rasakan, yang kita punyai, yang ada di sekeliling kita,” ucapnya. =

Oleh Fajar Nurrohmah

Sastra dan Tantangan

Daya Tariknnya

Foto Fajar Nurrohm

ah

Page 9: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 9 |

Bambang Widjojanto:

Tingkat kemiskinan di In-donesia terus meningkat, pada tahun 2013 sebanyak

28,07 juta jiwa dan meningkat menjadi 28,28 juta jiwa pada ta-hun 2014. Peningkatan secara sig-nifikan juga terjadi di tahun 2015, diperkirakan tahun ini terdapat sekitar 30, 25 juta jiwa. Hal terse-but disampaikan Bambang Wid-jojanto dalam acara Bung Hatta Sumatera Tour 2015, di Universitas Lampung (Unila), Selasa (10/11).

Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu menjelaskan meningkatnya tingkat kemiskinan di Indonesia juga diikuti dengan meningkatnya utang pemerintah Indonesia.

Dalam acara yang diseleng-garakan Bung Hatta Anti Corup­tion Award (BHACA) yang bek-erjasama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Komunitas Integritas (UKM Koin) Unila itu, Bambang me ngungkapkan enam hal yang menjadi tantangan Indonesia, dua-tiga tahun ke depan.

Pertama, tahun 2015 Pasar Bebas Asean makin tak terbe n-

dung sehingga penetrasi kepent-ingan internasional kian kuat. Kedua, adanya serbuan kejahatan dari tujuh Transnational Organize Crime yang mengepung Indone-sia. Lembaga KPK Negara lain diberikan kewenangan untuk me-nangani Tipikor, TPPU dan Pajak, “di Indonesia malah mau dihabisi kewenanganan penindakannya,” ujarnya.

Ketiga, kebijakan pembangu-nan mendatang berorientasi pada sektor maritim. Keempat, kini kekuatan Oligarkis dan Politik Kartel menguasai sumber daya publik dengan dua cara yaitu He-gemonik (demokratis dan tanpa kekerasan) dan kekuatan koer-sif. Tantangan kelima yaitu tahun 2015 disebut sebagai tahun poli-tik, karena ada Pemilihan Kepala Daerah serentak di 269 daerah. Banyak tokoh yang dikriminalisasi, Bambang memperkirakan adanya potensi penciptaan atmo sphere of fear melalui kriminalisasi pada pihak yang kritis dan dianggap berseberangan dengan kekuasaan.

Ia menambahkan lima hal yang

harus dilakukan untuk perbaikan paradigmatik pemberantasan ko-rupsi. Kesatu, kejahatan korupsi adalah well organized crime, penan-ganan kasus harus diarahkan pada pembongkaran jaringan dan kar-tel kejahatan korupsi.

Kedua, fokus yang utuh dan sistemik pada penanganan atas sistem yang mereproduksi keja-hatan, penyelesaian akar masalah korupsi yang menjadi penyebab korupsi. Ketiga, koruptor di-minta bertanggung jawab pada kerugian negara seluruh nilai kerugian berupa dampak tindak kejahatannya. Keempat, program yang ditujukan untuk membong-kar kesadaran kritis masyarakat, sikap permisifisme, perilaku ko-rup melalui program budaya anti korupsi berbasis komunitas dan masyarakat. Kelima, pengemban-gan komunikasi produktif dan interaktif dalam kampanye anti korupsi secara sistematik dan ter-struktur. “Mulailah dari yang pal-ing mungkin, seperti dari sendiri karena masa depan milik kita se-mua,” tambahnya. =

Oleh Fajar Nurrohmah

Tantangan

untuk Indonesia

Repro.

Page 10: Majalah Teknokra

10 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

PENDIDIKAN

Ratu Sri (52) sempat dibuat bingung oleh anak bungsu-nya. Anaknya yang duduk di

kelas satu sekolah dasar itu tak bisa mengikuti pembelajaran se-perti anak seusianya. Membaca dan menulis belum dikuasai sang anak. Setiap kali dibagi hasil ujian, putrinya kerap mendapatkan nilai di bawah standar. Bahkan guru-nya tak segan mengatakan kalau anaknya bodoh.

Alhasil, pada saat pembagian rapor, Sri tidak menerima rapor anaknya. Hal ini membuat Sri cukup kebingungan akan masa depan sang anak. Sadar akan hal

tersebut, Sri mencari sekolah yang tidak hanya mengembangkan sisi akademik sang anak, namun juga mentalnya. Setelah mencari-cari, sang suami merekomendasikan Sekolah Alam Lampung.

Tanpa berpikir panjang, Sri langsung mendaftarkan si bungsu ke Sekolah Alam. Tak disangka, perkembangan sang anak sudah terlihat meski baru tiga bulan. Anaknya sudah mampu membaca dan menulis. Siswa di sana tidak dituntut untuk menguasai segala hal, namun dilihat apa kemam-puan yang menonjol.

Cerita itu dipaparkan oleh Sri

dengan wajah yang sumringah sambil mengingat kenangan sem-bilan tahun lalu. Saat ini, anaknya sudah duduk di kelas sembilan. Sri me ngatakan, kalau anaknya tetap akan di Sekolah Alam hingga lulus SMA. “Kalau ada kuliah, saya juga mau kuliahin dia di sini,” ungkap Sri puas.

Cerita Ratu Sri adalah satu dari puluhan cerita wali murid di Sekolah Alam. Sekolah Alam yang terletak di JL. Airan Raya, Desa Way Hui, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan itu berdiri se-jak tahun 2003. Terdapat empat jenjang pendidikan di Sekolah

Bentuk Karakter Anak Bersama Alam

Oleh Kurnia Mahardika

Tak perlu seragam sekolah, tak perlu belajar di kelas dengan suasana membosankan, di Sekolah Alam tiap muridnya juga tak perlu terkungku dengan standar nilai seperti di sekolah formal,

karena pembentukan karakter manjadi fokus utamanya.

Foto-Foto Kurnia Mahardika

Page 11: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 11 |

Alam, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Se-kolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Konsep Green EducationSubuh Tugiono, salah satu

penggagas Sekolah Alam Lam-pung mengatakan, pada dasarnya sekolah alam sama saja dengan sekolah formal lainnya. Namun, konsep Green Education yang diterapkan menjadi keunggulan-nya.

Sekolah Alam mengajak siswanya untuk belajar bersama alam secara universal. Artinya pembelajaran diintegrasikan se-cara tematik dengan alam. Hal ini juga mengacu pada kurikulum 2013 yakni tematik terintegrasi. Sekolah Alam memiliki misi men-jadikan siswanya untuk berakhlak, berpengatahuan, memiliki sifat kepemimpinan,nm dan wirau-saha. Masing-masing kompetensi mempunyai konsep tersendiri

agar siswa dapat mencapai kom-petensi tersebut.

Untuk pengembangan ahlak, sekolah alam menggunakan me-tode teladan. Artinya, semua kompenen sekolah harus bisa menjadi teladan bagi murid-mu-ridnya. Sedangkan untuk peng-etahuan, sekolah ini mengajak siswanya untuk belajar bersama alam. Untuk menumbuhkan sifat kepemimpinan, kegiatan outbond rutin dilaksanakan. Dan untuk memupuk jiwa wirausaha siswa diajak praktik langsung dengan ahlinya.

Muhammad Alif Habibi (13) mengaku betah bersekolah di Sekolah Alam. “Belajarnya beda, lebih ke alam,” ungkapnya. Ha-bib masuk ke Sekolah Alam se-jak ia duduk di sekolah dasar. Menurutnya, cara belajar di Se-kolah Alam lebih menyenangkan. Siswa belajar tidak hanya dengan text book saja, namun diajak un-tuk mengembangkannya dengan praktik langsung ke alam.

Hal senada diungkapkan An-isa Nur Qomariah (15). Sempat mengenyam pendidikan di se-kolah formal biasa, Anisa tertarik belajar di sekolah alam. Menu-rutnya belajar di Sekolah Alam lebih bebas, “Tidak terlalu banyak aturan dan belajarnya nyaman,” akunya.

Sesuai dengan namanya, me-masuki Sekolah Alam kita akan disambut dengan rindangnya pepo-honan. Tidak hanya itu, kebun-ke-bun sayuran tempat praktik siswa juga menjadi pembeda sekolah ini. Selain itu, Sekolah Alam juga tidak menerapkan penggunaan seragam bagi siswanya.

Berbeda dengan bangunan se-kolah pada umumnya. Kelas-kelas dibuat terbuka tanpa dinding-din-ding tembok. Konsep kelas terbuka dimaksudkan agar siswanya men-dapatkan udara segar dari alam. Di Sekolah Alam, belajar bukanlah se-kedar membaca buku, namun juga membentuk karekter anak sesuai dengan visi sekolah alam. =

Suasana belajar dan mengajar pada kelas

PAUD di Sekolah Alam

Page 12: Majalah Teknokra

12 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

KOMITMEN

Banyaknya komunitas-komu-nitas Lesbian, Gay, Bisek-sual, Trasnsgender (LGBT)

yang bermunculan di Indonesia menjadi indikator bahwa ke-beradaannya yang masih dianggap minoritas tak bisa lagi diabaikan. Lampung juga tak luput dari ek-sistensi kaum LGBT, sejak ta-hun 2011 komunitas­komunitas LGBT makin banyak dan hingga kini makin berkembang dan ter-organisir dengan baik. Melalui komunitas tersebut, kaum LGBT mencoba memperjuangkan hak-hak mereka sebagai warga negara.

Istilah LGBT sendiri diguna-kan semenjak tahun 1990­an dan menggantikan frasa komunitas gay, karena istilah ini lebih me-wakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan.

Pada Orde Baru, eksistensi mereka semakin kentara berkat kehadiran organisasi seperti GAYa Nusantara maupun Arus Pelangi.

Beberapa waktu lalu, selepas Mahkamah Agung Amerika Seri-kat mengesahkan pernikahan sejenis di seluruh negara bagian, diskusi tentang hak-hak LGBT kembali marak di Indonesia.

Semarak foto berlatar pelangi di berbagai media sosial men-jadi salah satu pemicunya. Hal

tersebut dianggap sebagai tanda dukungan pada kebijakan lega­lisasi pernikahan sejenis. Publik Indonesia pun terdorong mem-bicarakan isu ini secara terbuka, baik yang pro maupun kontra.

Memang, status homoseksu-alitas sebagai gangguan jiwa su-dah dihapus dari daftar Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi II tahun 1983 (PPDGJ II) dan PP-DGJ III (1993) yang dirilis oleh Departemen Kesehatan. Selain itu, UU Pidana Indonesia juga relatif lebih toleran bagi LGBT, dibanding negara mayoritas mus-lim lainnya.

Meski begitu penolakan ter-hadap keberadaan kaum LGBT masih mendapat banyak keca-man dari masyarakat Indonesia. Diskriminasi dan stigma buruk

soal kaum LGBT sulit dihapuskan, meski mereka melalui organisasi-organisasi yang sudah terbentuk itu aktif melakukan kegiatan-ke-giatan sosial untuk melancarakan tujuan mereka, yaitu diterima oleh masyarakat.

Meski bukan sebuah penyakit, namun LGBT merupakan per-ilaku menular dengan orientasi seksual yang berbeda. LGBT yang menghendaki adanya hubungan sesama jenis ini juga akan beru-jung pada penyakit-penyakit ke-lamin yang berbahaya.

Kaum LGBT akan bertumpu pada hak asasi manusia, ketika masyarkat menyudutkan mereka sebagai masyarakat berpenyakit. Sebagian besar pasti mengaku mereka memang terlahir seperti itu, tak ada hal coba mereka ta-brak.

Respon masyarakat yang cenderung negatif inilah yang menyebabkan kaum LGBT se-makin bersatu untuk bersama-sama memperjaungkan hak-hak yang selama ini hanya menindas kaum LGBT. Dalam penyebaran-nya di masyarakat, pemerintah seharusnya lebih ketat dalam me-ngawasi hal-hal tersebut. Perilaku seksual yang menyimpang itu tak boleh merusak generasi-generasi muda Indonesia. =

Saat LGBTTak Lagi Malu-Malu

Page 13: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 13 |

LAPORAN UTAMA

Saat LGBT

Connan (39) membenar-kan posisi duduknya, air mukannya jadi lebih se-

rius ketika membicarakan tangga-pan masyarakat terhadap orang-orang seperti dirinya. “Hak asasi manusia seseorang itu adalah hak yang ia dapat semenjak lahir, hak untuk menentukan jalan hidupnya untuk memutuskan menjadi gay atau lesbi adalah hak dia, jadi sia-papun tidak bisa masuk ke pribadi seseorang untuk mengubah apa yang seharusnya menjadi hak dia,

termasuk negara,” ujar lelaki yang menjadi gay sejak SMP itu.

Di ruang tamu berukuran 4x5 meter itu, berbalut kaus oblong, celana pendek kotak-kotak, dan newsboy cap yang menghiasi kepala, Yulius Imron Connan men-ceritakan awal mula terbentuknya Seroja, komunitas gay Pringsewu yang ia dirikan. Sesekali ia men-condongkan tubuhnya ke depan untuk menekankan pembicaraan.

Sebelum Seroja terbentuk, Connan dan teman-teman Lesbi-

an, Gay, Biseksual, dan Transgen-der (LGBT) Pringsewu tergabung dalam kelompok bernama Ratu Sewu yang belum terorganisir. Ia tak ingin mereka hanya berkum-pul tanpa keorganisasian yang jelas. Maka ia pun menggagas komunitas yang terorganisir dan memiliki tujuan yang jelas. Be-rada di bawah bimbingan dan pengawasan Gaya Lentera Muda (Gaylam) Lampung, Seroja pun resmi berdiri pada 9 Juni 2010.

Sebulan sekali mereka rutin

Oleh Faiza Ukhti Annisa, Fajar Nurrohmah

Kebutuhan untuk diakui dan mendapatkan hak yang sama di masyarakat, membuat mereka

yang memilih menjadi Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) semakin gencar

melakukan kegiatan-kegiatan sosial.

Tak Lagi Malu-Malu

Rep

ro.

Page 14: Majalah Teknokra

14 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

LAPORAN UTAMA

melakukan arisan sekaligus men-jadi ajang berbagi pengalaman antar anggota. Mereka juga se-ring mengikuti pawai budaya tiap tahunnya, agar lebih dekat de-ngan masyarakat. Anggota seroja terdiri dari Waria, Gay, Laki Suka Laki (LSL) yang terdapat di tujuh kecamatan di daerah Pringsewu. Saat ini anggotanya sudah men-capai 200 orang, namun yang ter-data baru 100 orang. Seroja juga terdaftar sebagai anggota dari Gay Waria Lesbi Indonesia atau disebut Gaya Warna Lentera In-donesia (GWL INA).

Selama ini, Seroja aktif dalam jaringan kampanye Human Im­munodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syn­drome (AIDS) bekerja sama den-gan Komisi Penanggulangan Aids (KPA). Namun, Connan menyayangkan sikap KPA Pringsewu yang tidak welcome pada

Seroja. “Mungkin mereka anti dengan kondom, kita juga anti tapi alangkah baiknya jika kita mengingatkan,” ucap Connan. Berbeda dengan KPA Pringsewu, KPA Bandarlampung lebih sejalan dengan Seroja.

Connan mengatakan masyarakat selalu menjadikan kaum waria atau gay sebagai sorotan orang-orang yang ter-infeksi HIV, padahal banyak dari masyarakat umum juga terinfek-si.Untuk itu Seroja bekerja sama dengan rumah singgah kesus-teran Gereja Santo Yosep Pring-sewu untuk menghapus stigma dan diskriminasi di masyarakat.

Pria berkulit putih ini selalu mengatakan pada anggotanya untuk menjaga diri dan perilaku, karena tidak sedikit waria yang centil dan memunculkan angga-pan tidak baik dari masyarakat. “Gimana kita mau diakui di

masyarakat kalau kita sendiri tidak menghargai diri sendiri,” ujarnya.

Menyikapi norma aga-ma dalam masyarakat, kelahiran 18 Agustus 1976 ini mengatakan

kewajibannya se-bagai makhluk bertuhan selalu

ia tunaikan, ia pa-ham betul agama

melarang hubungan sesama jenis, “jadi biarkan itu hanya menjadi urusan saya dengan Tuhan,” ujarnya.

Connan pun mengakhiri obrolan siang itu dengan

mengatakan bahwa LGBT bu-kanlah sebuah penyakit yang pe-nyelesaiannya diobati, “itu adalah perasaan yang sudah dibawa se-jak lahir,” tegasnya. Ia menekan-kan bahwa ia dan teman LGBT lainnya hanya ingin diterima di masyarakat, terutama keluarga, minimal tidak adanya stigma dan diskriminsi. Mendapatkan hak yang sama dalam masyarakat, baik dalam pekerjaan maupun pela-yanan masyarakat.

***Selain komunitas gay, terdapat

juga komunitas Lesbian, Biseksual dan Transgender (LBT). Gendhis adalah salah satunya di Lampung. Komunitas yang beranggotakan para perempuan dengan orien-tasi seksual yang beragam ini, resmi terbentuk pas 24 Desem-ber 2011. Diinisiasi oleh Rendie Arga, ketua Gaylam dan digagas oleh Eky Falax.

Eky menjelaskan tujuan diben-tuknya Gendhis supaya tiap ang-gota bisa berbagi baik masalah pribadi dan belajar mengenai isu seksualitas dan gender. Seperti Seroja, Gendhis banyak terlibat dalam kegiatan sosialisasi kon-dom untuk pencegahan HIV/AID berjejaring dengan KPA.

Selain itu mereka sering men-gadakan diskusi tentang masalah seksual dan gender, hak keseha-tan seksual dan reproduksi yang berjejaring dengan Perkumpu-lan Keluarga Berencana Indone-sia (PKBI), melakukan sosialisasi Pedoman Penggolongan dan Di-agnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang bekerja sama dengan Ke-menterian Kesehatan Republik Indonesia. “Setahun terkahir ini, Fo

to F

aiza

Ukh

ti A

nnis

a

Page 15: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 15 |

kami sedang gencar menyosial-isasikan transgender perempuan ke laki-laki atau priawan,” kata Eky.

Eky mengaku santai menyikapi tanggapan masyarakat terkait norma sosial. Ia merasa Gendhis memiliki kegiatan yang positif, tidak merugikan orang lain, dan selalu berusaha menunjukkan perilaku yang baik, menjaga nor-ma dan etika dalam lingkungan.

Eky menyimpulkan mereka yang kontra dengan LGBT kare-na ketidaktahuan dan ketidakpa-haman. Menurutnya, mereka ha-nya melihat kaum LGBT adalah sebuah paham yang menular, “pa-ham mengenai LGBT itu menular sangat tidak logis, LGBT bukan virus atau pun penyakit yang bisa menular. Ketertarikan itu pro-sesnya tetap sama walaupun ori-entasinya berbeda, sama seperti orang lainnya,” tukasnya. Namun ketika ditanya mengenai norma agama, Eky merasa itu topik yang sangat sensitif dan sifatnya priva-si. “Biarkan itu menjadi urusan aku dengan Tuhan, toh hidup ini kan hidupku,” ujarnya.

***

Connan tak pernah merasa ada yang salah dengan dirinya, keluarganya tak pernah mem-bedakan dan mengasingkannya. Itu yang membuat ia lebih per-caya diri. Seingatnya, sejak kecil ia tidak berperilaku se perti per-empuan dan terkesan biasa saja. Namun saat ia duduk di kelas dua Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia tinggal seatap dengan tetangganya yang kemudian men-jadi kekasih laki-lakinya.

Hubungan mereka pun berta-han hingga bangku kuliah. Meski mantan kekasihnya sekarang su-dah menikah dan memiliki anak, mereka tetap menjaga hubungan baik dan saling menghormati pilihan hidup masing-masing. Pria berkulit putih ini tak pernah mengerti awal mula ia menyukai sesama jenis, “kalo liat cowok yang srek nyambung ngobrol dan bikin nyaman ya saya suka,” ujarnya.

Sedangkan Eky, perempuan berusia 35 tahun itu harus me­ngalami penolakan dari keluarga-nya yang masih kontra dengan pi-lihannya menjadi lesbi. Hanya sang ibu yang mengerti akan pilihannya

tersebut. Bagi eky, ketika ling-kungan keluarga terdekat sudah mendukung maka langkah yang akan dilalui akan lebih ringan. Eky juga berharap ayahnya yang telah meninggal 2005 silam dapat me­restui apa yang ia lakukan.

Eky yang sedang menjalin hubungan spesial dengan soarang perempuan, menyadari orien-tasi seksualnya menyukai perem-puan ketika menginjak semester dua di bangku kuliah. Awalnya ia merasa bingung, menyadari ia berbeda dengan wanita lain. Ia mengaku tak mendapat pengaruh dari mana pun saat memutuskan menjadi lesbi.

“Sewaktu remaja ke dewasa kan aku gak tahu, aku ini siapa, kok aku kayak gini, dulu tidak begitu tahu dan paham. Kemu-dian aku tahu, aku ternyata be-gini, ternyata orientasiku seperti ini,” jelas Eky. Saat ini ia tidak lagi berpikir untuk menikah, karena itu dirasa sensitif, terutama un-tuk pernikahan sesama jenis. Eky berpendapat, ketika dalam ber-hubungan yang lebih baik adalah menjalin hubungan keluarga dan bersilaturahmi. =

Dok.

Anggota komunitas Gendhis LBT Lampung

Page 16: Majalah Teknokra

16 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

LAPORAN UTAMA

Mahasiswa Tolak LGBT di Kampus

Unila. Kedua, memberikan surat peringatan kepada oknum yang mengajarkan tentang LGBT di kampus, serta mengeluarkan ok-num yang menyebarkan LGBT dari sivitas akademika Unila. Menurut Ayu Diah Palupi, Men-teri Pemberdayaan Perempuan BEM U menjelaskan setelah aksi itu BEM U akan memasang ban-ner, dan menyebarkan pamflet untuk meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan mahasiswa ten-tang antisipasi LGBT.

Ahmad Rio Saputra (Ilmu Ad-ministrasi Bisnis’11) mengung-kapkan ia tidak sepakat dengan adanya gerakan LGBT di Unila, “dalam agama saja hal itu sudah dilarang,” jelasnya. Melalui M.

Badrul Huda selaku Kepala Ba-gian Hubungan Masyarakat (Ka-bag Humas) Unila, Rektor Unila menyampaikan dengan tegas, di-rinya melarang komunitas LGBT melakukan aktivitas apapun di dalam kampus terutama kegiatan perayaan.

Kegiatan yang diperbolehkan ialah seminar terbuka mengenai LGBT, “misalnya melihat LGBT dari tinjauan agama, sosiologi, atau psikologi ya monggo, karena ini adalah forum ilmiah,” ujarnya. Meskipun begitu, ia menganggap LGBT adalah hak masing-masing individu.

Sanksi PemecatanIa juga akan mengantisipasi

agar kegiatan seperti seminar LGBT yang pernah diselengga-rakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di bulan No-vember 2014 dan Mei lalu tidak terjadi lagi.

Rektor mengatakan akan ada sanksi pemecatan bagi yang melanggar. Namun, sanksi masih harus melalui berbagai proses, mulai dari teguran lisan, tegu-ran tertulis, lalu proses persida-ngan, dan pengajuan rekomendasi pemecatan ke kementerian. Ka-lau pelanggaran tergolong berat, maka baru akan dilakukan peme-catan.

Sedangkan, Ikram Baadilla yang merupakan penyelenggara semi-nar tersebut tak mau memberikan tanggapan apapun. Dosen yang baru diangkat menjadi sekretaris jurusan Sosiologi FISIP Unila ini enggan menanggapi apapun yang membahas soal keterlibatannya dengan gerakan LGBT. =

Tersebarnya isu Univer-sitas Lampung (Unila) akan menjadi tuan rumah

perayaan LGBT di media sosial menuai kecaman dari banyak ma-hasiswa. Kamis (3/12), Aliansi Ma-hasiswa Unila mengadakan aksi untuk menolak adanya LGBT di lingkungan kampus. Aksi yang di-gagas oleh Badan Eksekutif Ma-hasiswa Unila (BEM U) ini meng-hasilkan tiga kesepakatan yang ditandatangani oleh Bambang Irawan (Presiden BEM U) dan Prof. Hasriadi Mat Akin (Rektor Unila).

Kesepakatan yang pertama adalah mencegah, menolak, membubarkan, dan membersih-kan gerakan dan ajaran LGBT di

Usai menandatangani MoU tolak LGBT di kampus Unila.

Foto Wawan Taryanto

Page 17: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 17 |

Feminisme selalu dianggap se-bagai awal munculnya gerakan LGBT. Ideologi yang berakar

pada perjuangan kepentingan per-empuan terhadap hak-haknya se-betulnya memiliki banyak aliran.

Ari Damastuti dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Unila menjelas-kan ada tiga jenis feminisme, yaitu feminisme liberal sebuah paham feminisme yang paling pertama muncul. Feminisme liberal didasari asumsi bahwa perempuan belum diakui sebagai full citizen yang mem-buat perempuan memperjuangkan dirinya untuk menjadi full citizen.

Paham feminisme yang kedua adalah feminisme sosial, yaitu pa-ham dengan asumsi perempuan tidak berdaya, karena tidak bisa bekerja dan menghasilkan uang

Tubuhku adalah Milikku

Bukan Penyakit Tapi Bisa Menular

sendiri. Dan terakhir adalah femi-nisme radikal yang muncul karena adanya budaya patriakhi yang mem-perjuangkan atas tubuhnya sendiri.

Menurut Ari, argumen tubuhku adalah milikku inilah yang dipakai kelompok LGBT dalam perjuan-gan mereka untuk dianggap normal. “Jadi bukan feminisme yang me-nunggangi LGBT, tapi feminisme di-tunggangi LGBT,” jelasnya.

Ia juga mengungkapkan sejarah dari munculnya LGBT adalah ka-rena adanya prinsip personal is po-litical. Kesalahpahaman feminisme radikal yang menganggap tubuhnya adalah miliknya sendiri inilah yang menjadi awal kemunculan gerakan LGBT. Perjuangan akan tubuhnya sendiri ini dimaksudkan memper-juangkan hak perempuan yang saat

itu didiskriminasi oleh tindakan laki-laki. “Dulu perempuan berjuang untuk perempuan, tidak ada laki-laki berjuang untuk laki-laki,” ung-kapnya.

Menurutnya terdapat dua fak-tor munculnya LGBT yaitu kesala-han kromosom dalam tubuhnya dan pengaruh sosialnya. “Sebagai ilmuwan seharusnya kita bisa men-cari solusi dan mengembalikan mereka ke fitrahnya,” tambahnya.

Ia menolak adanya gerakan LGBT, menurutnya manusia dicipta-kan berpasang­pasangan. Ratifikasi perkawinan antar jenis di beberapa negara merupakan sebuah kesala-han dan tidak normal dari aspek fisik. “Laki­laki ya dengan perem-puan, perempuan ya dengan laki-laki,” jelansya tegas =

Retnoriani, seorang psikolog di Rumah Sakit Jiwa Bandar-lampung mangatakan LGBT

bukanlah sebuah penyakit kejiwaan, hanya orientasi seksual yang ber-beda.

Psikolog yang juga dosen Pol-tekes Tanjung Karang ini mengung-kapkan tiga hal yang memengaruhi hal itu. Pertama adalah faktor hor-monal, yaitu terjadinya penyim-pangan kromosom dalam diri se-seorang. Kedua adalah pola asuh yang me ngalami penyimpangan pentra nsferan model.

Misalnya seorang ibu yang ingin memiliki anak perempuan tetapi ketika melahirkan ia mendapat-

kan anak laki-laki, sehingga ketika masa pertumbuhan ibunya mem-buat anaknya berpakaian seperti perempuan. “Seharusnya ibu men-jadi model bagi anak perempuan dan ayah menjadi model bagi anak laki-laki,” tambahnya.

Faktor yang ketiga adalah ma-salah trauma. Misalkan seorang anak yang orang tuanya bercerai, anak tersebut akan merasa ibu atau ayahnya tersakiti, maka akan me-nimbulkan trauma tersendiri. Anak akan cenderung berpikir bahwa perempuan atau laki-laki itu jahat.

Di bawah usia 12 tahun, masih ada kemungkinan untuk diperbaiki dengan terapi perilaku, tetapi kalau

sudah di atas 16 tahun akan sulit. Namun penyembuhan ini tergan-tung dari intensitas seksual dan ke-sadaran para LGBT untuk berubah. Sedangkan pada kasus penyimpa-ngan kromosom sangat sulit untuk disembuhkan. Retno mengaku saat ini masih sangat sedikit para LGBT yang ingin melakukan terapi.

Meski bukan penyakit, perilaku LGBT bisa menular lewat per-gaulan. “Misalkan dalam sebuah ke-lompok perempuan sedang mem-bicarakan sebuah baju yang bagus, maka teman yang lain juga akan ikut membelinya. Itu salah satu contoh perilaku yang bisa menular, begitu juga LGBT,” jelasnya =

Page 18: Majalah Teknokra

18 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |KYA

Y JA

MO

AD

IEN

Ole

h D

efika

Put

ri N

astit

i

Page 19: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 19 |

SOROTAN

JPO BUTUH PERHATIAN LEBIH

Pembangunan Kota Bandar-lampung tiap tahun terus dikebut. Sarana dan prasa-

rana pendukung perekonomian tumbuh dengan pesatnya. Infra-struktur menjadi salah satu kom-ponen yang disoroti. Perbaikan jalan ibu kota dan bertambahnya fly over menjadi buktinya.

Salah satu warga kota Bandar-lampung, Teguh (38) mengakui terjadi perubahan dan perbai-kan terhadap jalanan ibu kota. Namun, ditemui saat turun dari Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) depan pusat perbelanjaan Ramayana, Jumat (18/12) Teguh sempat mengeluh perihal kurang terawatnya JPO. “Itu sudah ada yang keropos dan karat semua. Atapnya juga ada yang bolong. Ba-haya kan,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan War-tini (46), sambil terengah­engah menaiki tangga JPO, Ibu dua anak ini menenteng dua plastik putih

belanjaannya. “Jembatan ini kurang terawat. Kadang suka ngeri kalau lewat. Takut jeblos,” tuturnya. Ia mengharapkan pemerintah serius memperbaiki jembatan di kota Bandarlampung, supaya masyara-kat tidak takut dan lebih memilih melewatinya.

Di kota Bandarlampung sen-diri, JPO yang terdapat di Jalan Zainal Abidin Pagaralam, Jalan Teuku Umar, Jalan Raden Intan, dan Jalan R.A Kartini berjumlah lima JPO. Kondisinya berbeda, ada JPO yang sudah keropos dan berlubang, atap yang jebol, baliho yang sembarang dipasang, dan juga pengemis yang sering duduk di atas jembatan. Hal ini tentu membuat masyarakat tak nyaman. Bahkan masih ada saja warga yang menyeberang tanpa menggunak-an JPO.

Ditemui di ruangannya, Se-lasa (22/12), Kepala Sub Bidang Teknik, Dinas Perhubungan (Di-

shub) Kota Bandarlampung, Haidir, mengungkapkan bahwa Dishub hanya mengadakan JPO. Pembenahan dan renovasi di-serahkan sepenuhnya kepada pi-hak pemenang lelang.

Pihak Dishub berkilah, bahwa tidak ada surat masuk terkait kondisi JPO di Bandarlampung. Sehingga Dishub menilai tidak ada permasalahan. Dishub meren-canakan untuk menambah jumlah JPO di beberapa titik, yaitu di de-pan Gedung Juang dan di daerah Mall Boemi Kedaton. “Karena ked-ua wilayah ini dinilai padat penye-berang jalan, sehingga diperlukan adanya jembatan penyeberangan orang,” terangnya. Menurutnya masalah pengemis menjadi tang-gung jawab dinas sosial, sedang-kan masalah baliho yang meng-ganggu jalan dan pe rawatan JPO lainnya menjadi tanggung jawab pihak ketiga, sesuai dengan per-janjian saat Mou. =

Oleh Lia Vivi Farida, Ayu Yuni Antika

Foto-foto Kurnia M

ahardika

Page 20: Majalah Teknokra

20 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

SOROTAn

Beberapa ruas jalan di Bandarlampung yang telah diperbaiki beberapa bulan

lalu, mulai rusak kembali. Be-berapa warga pun mengeluhkan hal tersebut. Salah satunya Syaiful Bahri, menurutnya jalan fly over bypass (depan islamic center) yang belum lama dibangun sudah mulai berlubang sehingga membahaya-kan pengguna jalan yang melintas.

“Seminggu minimal satu kali terjadi kecelakaan di situ,” kata-nya. Ia juga mengatakan kerusa-kan jalan tersebut disebabkan karena banyaknya truk-truk yang melebihi muatan yang melewati jalan itu. “Tolonglah segera diper-baiki, rakyat kecil ini kan juga bu-tuh jalan yang bagus, biar enggak was-was saat lewat,” harapnya.

Hal senada diungkapkan Syifa Fauzia, menurutnya titik kerusa-kan tidak hanya berada di jalan bypass. Jalan arah ke Desa Way Hui, Korpri pun mengalami keru-sakan. Padahal jalan itu menjadi akses para pedagang di Pasar Ka-rang Anyar.

Menangapi keluhan warga

Bandarlampung tersebut, Kepala Dinas Bina Marga diwakili sek-retarisnya, Roni Witono menje-laskan, Dinas Bina Marga telah membagi beberapa Unit Pelak-sana Teknis Daerah (UPTD) di enam daerah yang bertanggung jawab terhadap pembangunan di daerahnya.

Ketika ditemui, Roni menyam-paikan bahwa beberapa titik jalan rusak di Bandarlampung sudah diperbaiki. Ia juga menjelaskan beberapa ada beberapa jalan yang bukan tanggung jawab Bina Mar-ga, pasalnya itu adalah tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum (PU) kota Bandarlampung. “Kami hanya bertanggung jawab terha-dap ruas jalan yang berada di ka-bupaten se-Lampung. Kalau ruas jalan kota jadi tanggung jawab dinas PU,” paparnya saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (18/12).

Jalan yang sedang dalam pros-es perbaikan adalah jalan raya Hajimena depan PT. Budi Berlian lantaran sering banjir saat hujan tiba yang disebabkan tidak ada-nya selokan. Hal tersebut banyak

dikeluhkan oleh masyarakat yang sehari-hari mencari nafkah di sekitar perbaikan jalan itu.

Salah satunya Fahmi yang membuka bengkel tambal ban di daerah tersebut. Pria berdarah batak ini menyayangkan penger-jaan jalan yang dirasa terlalu lama. Menurutnya penghasilan berkurang semenjak perbaikan jalan yang menghalangi pengguna jalan untuk mampir di tempat usahanya.

Sama halnya dengan Fahmi, Ahmad yang membuka usaha ru-mah makan di sekitar jalan terse-but merasa dirugikan dengan perbaikan jalan yang berkepan-jangan. Menurutnya semenjak pengerjaan jalan, penghasilannya semakin menurun lantaran tem-pat usaha yang terlalu dekat den-gan lokasi perbaikan jalan ber-dampak terhadap pelanggan yang enggan makan, lantaran debu yang selalu menghiasi pandangan. Dirinya pun berharap penger-jaan jalan bisa cepat diselesaikan supaya usahanya dapat berjalan seperti semula. =

Jalan Bandarlampung Rusak Lagi Oleh Fajar Nurrohmah, Rika AndrianiFoto Fajar Nurrohmah

Page 21: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 21 |

Pentas

Itulah sedikit penggalan lirik lagu berjudul Doa Seorang Anak yang membuat suasana

Aula K Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Univer-sitas Lampung (Unila) malam itu menjadi haru. Tak sedikit para penyanyi yang berkaca-kaca. Suasana tersebut hadir dalam gelaran konser kedua Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Unila, Sabtu malam (19/12). Bukan tan-pa alasan suasana haru hadir di rua ngan tersebut, pasalnya ma-yoritas penonton adalah orang-tua dari para penyanyi PSM Unila.

Lilin-lilin yang diletakkan di setiap anak tangga dan digelari karpet merah menyambut para undangan dan penonton yang masuk ke aula yang disulap men-jadi ruangan konser yang cukup megah. Di dinding menuju tang-ga juga dihiasi dengan pajangan

Terimakasih ayah dan ibu kasih sayangmu padaku pengorbananmu meneteskan peluh tuk kebahagiankutuhan lindungi ayah ibukudalam doa kuberseru

foto perjalan PSM Unila selama mengikuti kompetisi, memamer-kan prestasi yang telah PSM raih selama ini.

Sebagai pembuka persemba-han PSM Unila menyanyikan lagu Zikir, dilanjutkan Bungong Jeumpa, dan Ah Tou Porosh.

Konser dilanjutkan dengan su-guhan lima lagu dari tim senior. Counting Music, take o take those lips a way, Penayuhan Bedana, Sik Sik Batumanikam, dan Yamko Rambe Yamko.

Tidak ketinggalan lagu berte-ma cinta OH Ya milik Vina Pandu-winata dan Seoson Of Love yang menjadi pemanis konser malam itu. Pada penampilannya itu tim PSM Unila tempil berbeda. Penonton seolah diingatkan pada drama musical Glee. Tidak hanya terfokus pada vokalnya saja, pada bagian itu tim PSM juga melaku-

kan koreografi laiknya pasangan kekasaih yang sedang jatuh cinta. Gemuruh tepuk tangan penon-ton memenuhi aula setiap TIM PSM usai menyelesaikan lagunya.

Penampilan paling mengesan-kan adalah saat mereka mem-bawakan lagu Doa Seorang Anak. Lewat lagu itu, mereka seolah mengucapkan terimkasih atas pengorbanan orangtua dan ber-harap ayah dan ibu mereka di-lindungi Tuhan.

Menurut Muhammad Faris Adinegoro Denis (Tehnik Mes-in’12), konser itu memang ditun-jukan untuk orang tua tim PSM Unila. Oleh karena itu mereka mengambil tema tribute to love. Dalam setiap persiapan mengiku-ti lomba tak jarang anggota PSM kerap pulang malam. “ini sebagai bukti kerja keras kami kepada orang tua,” ungkapnya. =

Oleh Kurnia Mahardika

Persembahan CintaUntUk orang tUaFoto Kurnia Mahardika

Page 22: Majalah Teknokra

22 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

Wajahnya tak asing lagi di mata masyarakat Indonesia, ia sering muncul sebagai presenter mengisi acara berita di salah satu sta-siun swasta nasional. Aiman Witjaksono yang seorang jurnalis

dan pembawa berita & dialog di salah satu stasiun televisi swasta nasional, kini dipercaya menduduki posisi wartawan senior-Produser Eksekutif pada program berita di salah satu program televisi swasta nasional. Re-porter Teknokra, Faiza Ukhti Annisa berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Aiman di Ball Room Gedung Yustinus 15 Universitas Atma Jaya, Jakarta, Minggu, (15/11), usai ia memberikan pelatihan menjadi pre-senter di acara Festival Media 2015. Berikut petikan wawancaranya:

Seberapa berarti profesi jur-nalis bagi Anda?

Jurnalis bagi saya adalah seorang pahlawan yang harus bisa memper-juangkan kebenaran, karena mem-perjuangkan kebenaran bukan hal yang mudah dan memiliki risiko.

Kenapa memutuskan pindah dari RCTI ke Kompas TV?

Untuk meraih kebenaran ada pertimbangan-pertimbangan, dan pertimbangan-pertimbangan yang berasal dari hati nurani itu adalah yang paling tinggi. Dan saya menda-patkan banyak hal di Kompas, tapi bukan berarti di tempat lain tidak.

Apa liputan yang paling berke-san bagi Anda?

Saya pernah dapet sanksi dari KPI, meskipun menurut saya secara jurnalistik tidak salah. Itu waktu saya wawancara sama Pak Ahok, pada waktu itu live dan Pak Ahok ngomong bahasa toilet, saya ingat-kan “mohon maaf Pak kita live” sampai tiga kali. Pak ahok marah, dia bilang bodohnya kompas TV

mau wawancarainya live. Setelah itu Kompas TV mendapat sanksi.

Apa liputan yang paling sulit bagi Anda?

Saya mendapatkan ancaman ke-tika saya melakukan penelusuran ke sebuah daerah yang terpencil. Foto saya ada semua di situ, dan itu sangat aneh. Itu pasti dilakukan oleh orang yang sudah biasa mela-lukan hal tersebut. itu diambil dari tempat yang jauh, berbukit-bukit, dan yang saya lihat itu pengam-bilannya sangat sulit.

Modal yang paling penting untuk dimiliki seorang pre-senter?

Konsistensi untuk memper-juangkan kebenaran. Itu saja. Pre-senter itu gak perlu cakep, soal jelek banyak yang biasa aja, asal jangan mengganggu layar. Ada yang mengganggu layar, dalam artian ter-tentu ya. Jelek atau cakep itu gak masalah, kalau kecakepan juga ba-haya, orang akan lebih liat orangnya daripada beritanya.

Tanggapan Anda mengenai program tv yang mengejar rating and share dengan ber-bagai cara?Ketika kita bicara soal rating and share kita tahu bahwa acara kita punya penonton, yang salah ialah cara mendapatkannya. Ada yang cara mendapatkannya dengan menganggangi orang kemudian disuruh berantem dan ada caranya misalnya yang lain bahas APBN di satu sisi ada isu ular phiton yang ditangkap warga di Ciledug. Oto-matis warga Jabodetabek lihat gak? Di antara kedua ini mana yang ra­ting sharenya bagus? Ya phiton. Per-tanyaannya, apakah itu kemudian lebih berpengaruh? Tidak. Mencari itu bagaimana mencarinya, bukan bagaimana kita melihat. Kita men-cari dengan cara-cara seperti itu, itul ah yang kemudian salah. Tapi kalo kita menunjukkan bahwa saya mau mancari berita tentang APBN yang transaksional. Orang de ngar APBN transaksional saja sudah mengerutkan dahi, bener gak? Males dengarnya.=

Oleh Faiza Ukhty Annisa

“Konsistensi Untuk Memperjuangkan Kebenaran”

Aiman Witjaksono:

WANSUSR

epro

.

Page 23: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 23 |

WANSUS

A.S Laksana:

Sebelumnya Anda adalah se-orang jurnalis, kenapa kemu-dian lebih memilih menjadi sastrawan?

Saya lebih dulu menulis cerita sebetulnya, cerpen saya dimuat pas kelas 2 SMA. Saya pikir waktu itu orang bilang sastra tidak bisa untuk mata pencarian, maka kalau ditanya orang cita-citamu apa? Itu ya akan terasa susah sekali untuk menjawab menulis wong banyak orang yang bilang menulis tidak bisa untuk me nyambung hidup. Saya mau jadi guru Bahasa Indo-nesia atau menjadi wartawan, itu dua-duanya berurusan dengan karangan. Yang satu menulis me-nyamar sebagai guru atau menulis tapi menyamar sebagai wartawan. Jadi ketika memutuskan men-jadi wartawan saya hanya pengen bagaimana jari-jari saya ini akrab

dengan mesin tik, dengan kom-puter, bisa akrab dengan kata-ka-ta, dan bisa bertemu orang-orang, nah rang-orang ini yang jadi su-mber inspirasi mengenali karak-ter, pemikiran ini untuk dijadikan tokoh.

Menyoal ideologi sebagai sastrawan, Anda bersama karya-karya Anda digolong-kan sebagai sastrwan yang menganut arus surealis. Bagaimana menurut Anda?

Menurut saya ya realisme, ka-rena ketika saya kecil saya mema-hami apa yang diceritakan nenek saya, ibu saya. Diceritakan ter-jadinya rawa pening misalnya dari lidi yang dicabut oleh anak bong-kok itu, saya memahaminya seba-gai realitas. Di dalam pemahaman saya hal-hal yang tidak masuk

akal itu juga realisme. Ketika saya menulis ya, saya menulis dengan ingatan terhadap keyakinan saya tentang realitas yang disampaikan oleh cerita nenek saya, ibu saya, dan tetangga saya. Saya selalu me-mahami semua yang saya dapet sebagai kebenaran kenyataan. Jadi saya tidak bisa membedakan ini surealis atau realis menurut saya ya ini realis.

Apakah Anda mengajarkan juga tentang arus sastra lain-nya yang tak Anda pilih, atau cenderung menyamakan dengan pilihan Anda?

Enggak, saya mengajarkan mereka membaca belajar dari penulis-penulis terbaik. Saya memperkenalkan aja hal-hal yang perlu dipahami oleh penulis yang nantinya membuat mereka pa-

A.S Laksana lahir di Jawa Tengah, 25 Desember 1968. ia adalah seorang sastrawan, pengarang, kritikus sastra, dan wartawan Indonesia yang

dikenal aktif menulis cerita pendek di berbagai media cetak nasional di Indonesia. A.S Laksana pernah men-jadi wartawan Detik, Detak, dan Tabloid Investigasi. Ia juga mendirikan sekolah penulisan kreatif Jakarta School. Kini ia aktif menulis cerpen, bukunya yang berjudul Bidadari yang Mengembara terpilih sebagai buku sastra terbaik versi Majalah Tempo tahun 2004. Reporter Teknokra, Fajar Nurrohmah berkesempatan mewawancarai sastrawan Indonesia itu dalam acara Wisata Seni Baca Sastra yang diadakan Teater Satu Lampung di Taman Budaya, Kamis (29/10). Berikut hasil wawancaranya.

Oleh Fajar Nurrohmah

“Banyak Membaca, Itu yang Paling Susah”

Rep

ro.

Page 24: Majalah Teknokra

24 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

WANSUS

bisa memilih sendiri, kalau Kamu mau mendapatkan cerita jangan menunggu malam hari ketika saya membaca dongeng kapan pun Kamu ingin mendapat cerita Kamu bisa baca.

Siapa sastrawan favorit Anda?

Pada waktu SMA saya menu-lis ulang empat novel Haming Way Lelaki Tua dan Laut, Pra-jurit Sweigh, Jaroslaf Haseg, John Stanbieg, Frankeln Stein karangan Marrei Selly. Dulu saya gak tau buku yang bagus seperti apa. Saya cuman berpikir pemenang nobel pasti bukunya bagus, saya dulu menemukan penilaian sendiri saya mengambil kesimpulan bah-wa pemenang nobel bagus. Saya s a n g a t suka Haming W a y c a r a n y a

mendisk-ripsikan sesuatu, c a r a m e m -

buat dia-lognya.

Dalam membuat dialog saya bela-jar banyak dari Haming Way.

Apa kategori sastra yang baik?

Cerita yang bagus cerita yang mampu membebaskan diri dari ruang dan waktu. Saya contohkan bahwa cerita-cerita mahabara-ta bisa dinikmati orang sampai sekarang, bahasanya sudah kuno tetapi ketika disampaikan dengan bahasa sekarang cerita itu masih bagus, universal ya seperti itu, dia diciptakan dalam konteks di dalam masyarakat tertentu tapi tetap bagus untuk masyarakat lain.

Apa pendapat Anda tentang hasil sastra kotemporer In-donesia?

Kalau representasi hasil sastra yg dimuat di koran-koran seka-rang itu masih jelek. Wawasan redakturnya itu sendiri tidak meningkat jadi ya seperti itu te-rus hasilnya.

Apa pesan bagi penulis pe-mula?

Banyak membaca, itu yang pal-ing susah. Kalau dia senang mem-baca saya tinggal menyampaikan untuk membuat tulisan yang ba-gus ya hanya mengajarkan teknik-teknik dasar sehingga dia tinggal mengolah yang dia punya. Perlu ketekunan untuk meningkatkan teknik menulisnya itu yang perlu ditingkatkan. =

ham bagaimana menghasilkan tulisan yang baik, saya tidak me-masukkan pikiran-pikiran saya. Tentu saja apa yang saya pikir perlu mereka lakukan agar mere-ka menemukan suara kepenga-rangan mereka sendiri dan gaya kepenulisan mereka sendiri.

Mengutip Sapardi: kita bic-ara karena mendengar dan kita menulis karena mem-baca. Nah, bagaimana ri-wayat atau pilihan membaca Anda?

Saya mendengar cerita yang disampaikan nenek saya, ibu saya. Saya senang mendengar cerita dari wayang, saya juga sering bo-los sekolah untuk nonton wayang tapi itu bukan contoh yang baik. Mendengar cerita itu membuat saya senang, setelah bisa mem-baca saya bisa memilih cerita yang saya suka. Saya membaca karena itu yang paling menyenangkan bagi saya. Kebetulan sekolah saya waktu SD tidak punya perpus-takaan, rak buku-bukunya dititip-kan di kelas saya jadi setiap hari melihat buku, bisa memin-jam buku. Ternyata mem-baca juga menyenangkan seperti orang menden-gar. Saya sering bilang ke anak saya “kalau Kamu sudah bisa membaca kamu

a k a n

Rep

ro.

Page 25: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 25 |

INOVASI

Kini Indonesia seharusnya tak hanya menjadi pasar bagi aplikasi-aplikasi bertu-

kar pesan besutan luar negeri, sep-erti BBM dari Kanada, Whatsapp dari Amerika, Line dari Jepang, dan Kakao Talk dari Korea. Karena nampaknya minat anak bangsa un-tuk membuat dan mengembang-kan aplikasi pesan instan sendiri semakin tinggi. Kehadiran LiteBIG Messenger pada Agustus 2014 lalu menambah deretan aplikasi bertu-kar pesan buatan anak bangsa.

Berbekal semangat nasiona-lisme dan kemampuan di bidang Information and Technology (IT), M Tesar Sandikapura bersama dua rekan kerjanya yaitu Andrian dan Steven menciptakan LiteBIG Mes-senger sebagai bukti bahwa Indo-nesia tak seharusnya selalu kalah dengan negara lain dalam bidang IT.

Awal kemunculannya di Google Play Store, LiteBIG Messenger ber-hasil mencapai tangga teratas se-bagai aplikasi terfavorit kategori komunikasi yang hanya dalam kurun waktu satu minggu telah memiliki 5000 pengguna dari In-donesia. Saat itu, Tesar dan timnya sebetulnya hanya mencoba me-masukkan aplikasi besutannya tersebut ke Google Play Store, dan tak menyangka kehadiran LiteBIG Messenger mendapat respon yang begitu positif. Setelah seminggu kemunculannya, LiteBIG Messe­nger sempat tidak aktif selama dua minggu, karena server yang digu-

nakannya terlalu kecil untuk me-nampung jumlah penggunanya itu. Tesar dan timnya pun harus meng-ganti server dengan kapasitas yang jauh lebih besar.

Aplikasi yang bisa diunduh se-cara gratis ini memiliki tampilan yang begitu nusantara, contohnya foto pemandangan dari berbagai daerah di Indonesia menjadi la-tar belakang di halaman utama, kolom obrolan, juga di header utama aplikasi ini. Hal ini menjadi ciri khasnya sebagai produk dalam negeri. Selain itu LiteBIG Mes-senger juga menyediakan sepuluh pilihan warna statis untuk tampilan di kolom obrolan. Menurut Tesar, tampilan aplikasinya ini sebetulnya sudah mengalami perubahan yang awalnya masih tampak begitu kaku dengan pengaturan tampilan yang terbatas.

Seperti aplikasi berbagi pesan lainnya, LiteBIG Mes­senger juga dilengkapi den-gan emoji yang jumlahnya cukup banyak dan berwar-na biru khas LiteBIG tampil ekspresif tak kalah d e n g a n e m o j i lainnya. Selain pilihan emo j i , p e n g -g u n a juga bisa mengguna-

kan stiker karakter favorit yang disediakan.

Aplikasi ini pada dasarnya me-miliki tiga navigasi utama, yaitu Contacts, Recent Chats, dan Up­dates. Di halaman Contacts peng-guna disajikan daftar kontak yang dimiliki dan terdaftar sebagai pengguna LiteBIG Messenger. Di halaman Recent Chats akan terli-hat riwayat percakapan pengguna dan grup-grup yang pengguna ikuti. Konsep news feed dapat ditemui di halaman Updates, di halaman itu pengguna dapat melihat informasi terkini seputar aktivitas pengguna lainnya.

Selain itu, LiteBIG Messenger ini m e -n y e -diakan f i t u r g r u p

Aplikasi Bertukar Pesan

Besutan Anak BangsaOleh Hayatun Nisa Fahmiyati

Repro.

Page 26: Majalah Teknokra

26 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

INOVASI

percakapan atau group chat yang mampu menampung hingga 1000 anggota di dalamnya. Penggunanya juga tak perlu menambahkan te-man yang menggunakan aplikasi ini, karena buku telepon yang ada di gawai pengguna secara otomatis terhubung dengan kontak LiteBIG Messenger, secara otomatis teman pengguna yang bergabung LiteBIG Messenger akan ditampilkan di kontak pengguna.

Keunggulan aplikasi ini den-gan aplikasi yang sudah ada sebe-lumnya adalah adanya fitur yang dapat menghapus pesan yang su-dah dikirim pengguna, lewat fitur ini pengguna juga bisa menyunting pesan yang sudah dikirim. Sehingga pengguna tak perlu khawatir salah mengirim informasi atau salah dalam pengetikan.

Dalam versi terbarunya yaitu LiteBIG Messenger versi 2.3.9, peng-guna dapat mengirim semua jenis file, seperti documen, video, foto, audio, serta kontak teman penggu-na. Kapasitas file yang bisa dikirim melalui aplikasi ini mencapai 50 MB, ini membuat pengguna tak perlu bingung mengirim file yang ukurannya besar. Selain itu, saat pengguna sedang offline atau di luar jaringan (luring), aplikasi yang dikembangkan oleh tiga developer Indonesia ini bakal menyimpan pesan pengguna sampai pengguna daring kembali.

Tesar yang juga merupakan Chief of Event Orgenizer (CEO) LiteBIG Messenger mengatakan, aplikasinya itu juga dirancang khu-sus bagi perusahaan dalam negeri yang ingin memiliki aplikasi berbagi pesan yang keamanan datanya ter-jaga dengan baik. Karena perusa-

haan dapat memiliki server sendiri atau menggunakan server milik LiteBIG Messenger, sehingga pe-rusahaan tak perlu khawatir data yang dikirim lewat aplikasi ini akan dicuri oleh perusahaan pesaing dari dalam maupun luar negeri.

Meskipun memiliki cukup ba-nyak kelebihan dibanding aplikasi lainnya, pengguna LiteBIG Mes­senger masih harus mengalami kesulitan dalam penggunaannya. Sering kali, kontak LiteBIG Messen­ger tidak sinkron secara otomatis, pengguna mesti menyegarkan kon-tak berkali-kali, baru kontak dapat diperbarui. Kesalahan juga sering terjadi saat pengguna baru mema-sang aplikasi ini. Tak jarang, penggu-na yang baru memasang aplikasi ini di gawainya kesulitan melakukan registrasi.

Sewaktu melakukan registrasi akun, tidak ada password yang di-minta. Namun, saat mau login akun, pengguna diminta memasukkan password. Ada juga yang tidak bisa melakukan registrasi, meski sudah berulang kali mendaftar dengan nomor handphone yang berbe-da. Menanggapi masih banyaknya kekurangan dari aplikasi ciptaan-nya itu, Tesar dan tim LiteBIG Mes­senger sangat berterima kasih ke-pada para pengguna karena telah menggunakan aplikasi ini dan atas banyaknya kekurangan dari kerja aplikasinya ini, ia dan timnya akan selalu melakukan perbaikan.

Aplikasi yang baru tersedia un-tuk Android ini akan terus dikem-bangkan. Tesar mengatakan timnya bakal membuat LiteBIG Messenger tersedia dalam beberapa versi, seperti Android, iOS, Web Mobile, dan PC. Sehingga pengguna iPhone,

Blackberry, Windows Phone, juga PC dapat berbagi pesan menggunakan aplikasi besutan anak bangsa ini. Selain itu, aplikasi yang sudah di-unduh sebanyak seratus ribu kali ini akan dimutahirkan lagi agar se-lanjutnya dapat mengubah kompo-sisi data yang dikirim dan diterima menjadi lebih kecil secara oto-matis. Sehingga penggunaan data menjadi lebih hemat.

Tesar mengatakan, selama ini aplikasinya ini cukup mendapat apresiasi dari pelbagai pihak, ia ber-harap warga Indonesia lebih me-milih produk dalam negeri untuk mendukung kemajuan teknologi informasi di Indosesia. Menurutnya pemerintah juga harus mulai men-dukung secara nyata karya anak bangsa, “selama ini pemerintah cenderung mendeskriditkan karya dalam negeri, menganggap re-meh karya lokal. LiteBIG memang mendapat apresiasi yang baik dari pemerintah, sayangnya selama ini hanya sebatas lip service,” ujarnya.

Namun, ia dan timnya tetap optimis bisa mengalahkan What­sapp yang sudah memiliki jutaan pengguna di dunia. Itu juga menjadi target selanjutnya setelah menin-gkatkan pelayanan sistem. “Target di tahun depan adalah 5 juta peng-guna,” tutur alumni Teknik Elektro Universitas Lampung itu. Tesar juga menambahkan, aplikasi besutannya itu begitu potensial di Indonesia, menilik Indonesia tercatat seba-gai pengguna internet terbanyak ketiga di dunia. Di awal tahun 2016 nanti, LiteBIG Messenger bakal mengadakan peluncurannya secara resmi di Lampung, sebagai salah satu strategi pengenalan Lite­BIG Messenger sendiri =

Repro.

Page 27: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 27 |

INOVASI

Kemajuan teknologi menjadi tantangan mahasiswa un-tuk terus berinovasi. Men-

ciptakan teknologi yang baru atau menjadi mahasiswa tanpa karya menjadi pilihannya. Dalam upa-yanya menyelesaikan perkuliahan M Jerry j Suja, dan kedua teman-nnya yaitu, Yudi Eka Putra dan An-

dri Gunawan kembali mengem-bangkan inovasinya yang sempat mereka ikut sertakan dalam Pe-kan Kreatifitas Mahasiswa (PKM) 2014.

Inovasi berupa robot kapal pen-gangkut sampah yang mereka na-mai Monstrolibo yang merupakan akronim dari Monster of River and

Litter Roboboat itu, mereka kem-bangkan kembali, sesuai rencana pengembangan itu selesai di bulan Agustus lalu. Robot kapalnya itu sekarang sudah dilengkapi den-gan sistem w yang memungkinkan kapal bisa bergerak sendiri tanpa harus dikontrol menggunakan re-mot kontrol seperti sebelumnya.

Robot Kapal dengan Paket Lengkap

Selain bisa mengangkut sampah, Monstrolibo kini juga bisa mengukur suhu dan keasaman air sungai. Sistem auto pilot juga berhasil ditambahkan di inovasi robot kapal tersebut, selanjutnya

inovasi itu akan terus dikembangkan.

Oleh Hayatun Nisa Fahmiyati

Mostrolibo

Foto Hayatun Nisa Fahmiyati

Page 28: Majalah Teknokra

28 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

INOVASI

Mission planner dipakai untuk menentukan titik koordinator yang akan menjadi sistem naviga-tor bagi kapal, sehingga kapal bisa bergerak sesuai dengan titik koor-dinat yang sudah ditentukan. Tiga mahasiswa Teknik Elektro Univer-sitas Lampung (Unila) angkatan 2010 itu juga menambahkan ka­mera yang akan merekam apa saja yang ada di sungai, dan langsung bisa dilihat lewat laptop yang ter-hubung melalui sinyal dengan kapal tersebut.

Selain itu, Jerry menjelaskan inovasinya itu juga bisa mengukur suhu dan ph air sungai, karena mereka juga menambahkan sen-sor suhu dan ph di inovasi robot kapalnya itu. Fungsinya agar kapal tersebut bisa mengetahui parame-ter keadaan sungai, kemudian data yang didapat akan diolah menggu-nakan Laboratory Virtual Instrumen­tation Engineering Workbench (Lab­view), yang merupakan perangkat lunak komputer untuk pemros-esan dan visualisasi data dalam bi-dang akuisisi data.

Awal pembuatannya, mereka

membutuhkan waktu sebulan un-tuk menyelesaikan badan kapal model catamaran dengan ukuran 100x60 cm yang terbuat dari tri-pleks berlapis resin dan dicat kapal. Model catamaran dipilih karena dirasa akan menjaga keseimban-gan dan memudahkan kapal untuk mengapung saat di sungai. Desain itu juga lebih modern dibanding-kan dengan contoh robot kapal yang ada di India, yang berbentuk sampan dan terbuat dari steiro­foam berukuran kecil.

Tahap pertama selesai dalam waktu enam bulan, kapal pengang-kut sampah ini menggunakan me-sin kapal motor Brushless 620 KV, dengan penggeraknya yaitu motor Servo Cordi 16 Kilo, dan putaran baling­baling mencapai 6200 KV yang diatur oleh Electronic Speed Control (ESC) dan baterai Lippo 6s 20 Ampere. Dengan itu semua kapal hanya bisa bergerak dengan kecepatan yang sangat lambat dan hanya bertahan selama satu sete-ngah jam.

Jerry mengatakan dana masih menjadi kendala dalam penge-

mbangan inovasi robot kapal tersebut. Selama ini mereka meng-gunakan dana pribadi untuk tugas akhir mereka itu. Kapal itu juga masih memiliki banyak kekurangan salah satunya robot kapal tersebut belum bisa digunakan di arus sun-gai yang deras. Sampah yang bisa diangkut juga hanya sebanyak tiga kilogram. Kapal juga belum bisa mendeteksi keberadaan sampah di sungai.

Sri Ratna Sulastri selaku dosen Teknik Elektro sekaligus pembina dari inovasi robot kapal itu men-gusulkan agar selanjutnya robot kapal tersebut dilengkapi dengan sistem sound navigation and rang­ing (sonar) sehingga bisa men-gukur kedalam sungai. Selain itu, direncanakan pengembangan se-lanjutnya akan menggunakan panel surya untuk menyokong energi penggeraknya.

Inovasi robot kapal tersebut akan terus dikembangkan oleh mahasiswa Teknik Elektro lainnya. Jerry dan kedua rekannya ber-harap robot kapal tersebut dapat bermanfaat bagi jurusannya. =

“Inovasinya itu juga bisa mengukur

suhu dan ph air sungai, karena mere-ka juga menambah-kan sensor suhu dan

ph di inovasi robot kapalnya itu. “

Page 29: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 29 |

EKSPRESI

Batik Siger untuk Bumi Ruwai Jurai

Sebuah rumah teduh beratap jerami, berdiri kokoh di persimpangan Jalan Bayam,

Kompleks Perumahan Beringin Raya, Kemiling, Bandar Lampung. Di atas pintunya terpasang ukiran emas nan mewah bertuliskan Siger Roemah Batik. Melewati pintu kacanya, kita akan dibuat takjub dengan suguhan warna dan corak batik tulis yang dipa-jang rapih di rak kayu. Warna yang mencolok dengan motif gajah, pa-yung dan perahu khas lampung tampak mendominasi.

Siang itu, Sabtu 14 November, lima orang wanita duduk di kursi

kecil. Posisinya melingkar, duduk saling membelakangi. Tangan kiri mereka memegang selembar kain putih bermotif, sedangkan ta ngan kana yang terampil me-lapisi sketsa dengan malam cair yang diletakkan tepat di tengah-tengah mereka. Kegiatan tersebut menjadi salah satu kegiatan rutin di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Batik Siger, milik Laila Al Khusna.

Menurut nenek lima cucu ini, pendirian LKP Batik Siger terse-but, dilatarbelakangi kecender-ungan masyarakat Lampung yang lebih memilih menggunakan batik

Oleh Ayu Yuni Antika

Kini, masyarakat Lampung patut bangga dengan munculnya Batik Siger khas Lampung.Batik tulis asli yang di produksi di Lampung, dari dan untuk masyarakat Lampung.

Laila Al Khusna,

printing (tekstil bermotif batik) daripada batik tulis asli (yang dibuat dengan malam, baik tulis atau cap). Sebagai keturunan pe-ngusaha batik di Solo, Laila mera-sa gerah akan hal tersebut. Selain itu, banyaknya anak putus sekolah dan ibu rumah tangga yang me-nganggur di lingkungannya, mem-buat Laila merasa terpanggil un-tuk menularkan skill membatik yang ia miliki.

Membuat sendiri kurikulum dan silabus untuk kursus dan pelatihan batik siger, Laila sudah berhasil meluluskan lebih dari 100 alumni yang tersebar ham-

Foto Ayu Yuni Antika

Page 30: Majalah Teknokra

30 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

EKSPRESI

pir di seluruh kabupaten. Dengan dukungan dari masyarakat seki-tar, LKP Batik Siger yang sudah berdiri sejak 2008 itu, berhasil menciptakan icon batik dengan motif khas Lampung seperti, ga-jah, perahu, siger, payung, dan lain sebagainya.

Mendapat Penghargaan Upakarti

Sejak kecil, Laila memang su-dah akrab dengan batik. Wanita kelahiran Solo, 17 April 1958 itu sangat mencintai batik asli Indo-nesia. Pengetahuan dan keahlian membatiknya, didapat dari ser-ingnya ia melihat proses produksi batik di perusahaan sang ayah.

Setelah hampir tujuh tahun mendedikasikan diri pada batik, Oktober 2014 lalu, Laila me-nerima penghargaan Upakarti dari pemerintah pusat melalui Kementerian Perindustrian Re-publik Indonesia. Upakarti meru-pakan penghargaan yang diberi-kan pada perajin dan pengusaha kecil atas karya, jasa, pengabdian dan kepeloporannya dalam indus-tri kecil dan kerajinan. “Bangga rasanya saat itu. Saya berharap lebih banyak lagi orang-orang yang mencintai batik,” tuturnya berharap.

Membawa Batik Berkeliling Dunia

Dedikasi tinggi terhadap ba-tik tulis, membuat Laila mampu memperkenalkan batik pada masyarakat dunia. Beberapa kota seperti Kairo, Abu Dhabi, Moskow, Berlin, Iran, dan Turki sudah ia jajaki. Mengikuti seminar, workshop, lomba, menjadi pegma-

teri, hingga memberikan pelatihan pada 35 istri duta besar telah di-lakoni.

Pengalaman amat berkesan pun ia rasakan saat dipercaya se-bagai narasumber kongres seni internasional pada 8­15 Mei 2015 di Tabriz Islamic Arts University, Iran. Dihadapan delegasi dari 50 negara di dunia, dengan bangg-anya ia memperkenalkan batik In-donesia yang sudah diakui dunia itu.

Sejarah batik, macam motif, hingga makna yang terkandung pada tiap motif diutarakannya saat kongres. “Yang buat saya terkesan, ternyata batik tak hanya dimiliki Indonesia dan Malaysia. Bahkan Perancis pun punya,” ung-kapnya. Mengetahui hal itu, Laila makin mantap dengan jalannya melestarikan batik. Ia tak ingin batik milik Indonesia kalah saing dengan batik negara lain.

Kewajiban Moral untuk Memberikan Edukasi

Anak ke dua dari delapan ber-saudara ini merasa bangga Lam-pung bisa mempunyai batik tulis yang betul-betul diproses di Lam-pung, dengan memberdayakan masyarakat Lampung. Tak berle-bihan rasanya harapan Laila, agar batik siger bersama tapis dan su-lam usus dapat menjadi tuan ru-mah di Bumi Ruwa Jurai.

Namun, banyak masyarakat Lampung yang belum menyadari apa definisi batik sebenarnya. “Ba-tik itu adalah kain yang ditulis atau di cap dengan bahan malam atau lilin khusus membatik,” terangnya. Menurutnya, dengan memakai ba-tik asli, konsumen telah memban-

tu meningkatkan perekonomian masyarakat. Satu lembar kain ba-tik dikerjakan oleh minimal lima orang pekerja, hal itulah yang tak disadari pengguna batik. “Bayang-kan, satu potong bisa menghidupi minimal lima orang,” tegasnya. Laila merasa hal ini merupakan kewajiban moral bagi pelaku us-aha batik dimanapun untuk mem-berikan edukasi pada masyarakat.

Membatik memang tidak populer dikalanga remaja. Pa-dahal menurut ibu tiga anak ini, masyarakat Indonesia wajib mengetahui warisan asli nenek moyangnya. Besar cita-cita Laila untuk menjadikan Kemiling seba-gai sentra produksi dan penjualan batik layaknya Pekalongan dan Solo. “Meski sulit saya akan beru-saha meyakinkan pemerintah, pelaku usaha, tokoh masyarakat dan semua elemen untuk mewu-judkannya,” ujarnya optimis.=

Foto Wawan Taryanto

Page 31: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 31 |

Mental Sang Juara untuk Kejuaraan

Siang itu, Dimas sedang ber-santai di rumahnya yang bera-da di Jalan Kihajar Dewantara

No 14, Kampus Metro Lampung, setelah sehari sebelumnya ia pu-lang dari pertandingan badmin-ton yang diadakan di Pekanbaru, November lalu. Ia memang tak sesibuk biasanya, cidera tumitnya yang masih dalam masa pemulihan membuatnya harus membatalkan beberapa pertandingan yang su-dah ia jadwalkan.

Seharusnya, bulan Desem-ber Dimas mewakili Indonesia ke Singapur untuk bertanding di kejuaraan Junior Open 2015, juga ikut dalam Korwil di Bangka Be-litung. Namun, kondisinya yang mengharuskannya beristirahat, membuatnya digantikan oleh at-let muda Indonesia lainnya. Hal itu juga membuatnya harus turun dari peringkat 17 menjadi peringkat ke 50 atlet nasional.

Cideranya itu ia dapat ketika mengikuti latihan di Jakarta. Saat itu, ia yang masih berusia 15 tahun harus bermain untuk kategori usia 16 tahun dan 18 tahun, yang dalam satu harinya ia harus bermain

sampai tiga kali set. Karena ter-lalu memforsir diri, tumitnya pun bengkak hingga akhirnya ia harus menjalani penyembuhan awal se-lama enam bulan, dan beberapa bulan lagi untuk pemulihan.

Meskipun begitu, Dimas me-mang keras kepala, tekadnya untuk selalu menjadi juara memotivasin-ya untuk mengikuti pertandingan di Metro untuk mewakili Provinsi Lampung dalam pertandingan yang diadakan di Pekanbaru. Dimas pun menjadi pemain yang palin muda, meski banyak yang meremekan, ia bisa membuktikan kemampuannya sebagai atlet muda dengan maju sebagai pemenang dan mewakili Provinsi Lampung ke Pekanbaru. Dalam pertandingan itu ia berhasil masuk 32 besar bertemu.

Harus banyak beristirahat dibandingkan latihan sempat mem-buat laki-laki yang baru menginjak usia 16 tahun ini merasa bosan. Bagi Dimas, latihan sudah seperti makanan sehari-hari. Sejak kecil, setiap selesai sholat subuh ia dan ayahnya mulai berlatih, lalu dilan-jutkan lagi setelah pulang sekolah. Bila dihitung, Dimas yang waktu

itu masih berusia tujuh tahun su-dah berlatih badminton selama enam jam tiap hari.

Kecintaan pada BadmintonSang ayah yang dulunya seorang

atlet badminton se-Sumatra selalu mendidiknya dengan ketat dan di-siplin. Anak bungsu dari tiga ber-saudara ini selalu diarahkan untuk menjadi atlet badminton. Kedua orangtuanya selalu yakin badmin-ton adalah jalan yang Dimas miliki.

Rasa bosan dan jengah dengan latihan yang disiplin sering Dimas rasakan. “Berat di Badminton, ka-lau tidak berhasil menjenuhkan,” ujarnnya. Namun, seiring berjalan-nya waktu, Dimas yang dulunya setengah hati untuk badminton, menjadi begitu menyenangi bad-minton. Di usia 10 tahun, Dimas berhasil memenangkan pertandin-gan tingkat provinsi, yaitu Backrie Cup. Menjadi juara membuatnya makin semangat berlatih. Katanya, ketika berakhir menjadi pemenang, dirinya selalu ingin menang dalam pertandingan selanjutnya. Hal itu menumbuhkan kecintaannya pada badminton. “Dengan Badminton

Oleh Retnoningayu Janji Utami

Seringnya menang dalam pertandingan badminton, menumbuhkan kecintaannya terhadap badminton. Sejak saat itu, ia selalu bertekad menjadi juara di setiap pertandingan. Hal itu juga yang membawa­

nya menjadi atlet nasiona di usia 13 tahun.

Foto-foto Wawan Taryanto

EKSPRESI

Dimas Wahyu Saputro

Page 32: Majalah Teknokra

32 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

EKSPRESI

saya dikenal,” itulah yang ia ra-sakan.

Raket badminton dan shuttle cock menjadi ukiran di pintu de-pan rumahnya, seolah sengaja menunjukkan pada orang-orang bahwa keluargannya selalu men-dukung Dimas sebagai atlet. Ke-percayaan orangtuanya, membuat Dimas ingin terus membang-gakan kedua orangtuanya dengan prestasi.

Keringat dan waktu yang se-lama ini ia habiskan untuk berlatih dan mengikuti pelbagai pertandi-ngan tak pernah sia­sia. Di usia 13 tahun Dimas berhasil menjadi at-let nasional, ia juga mendapatkan beasiswa untuk berlatih di Club Chandra Wijaya di Jakarta yang di-berikan oleh Pemerintah Provinsi Lampung.

Kesem- p a t a n

itu, tak disia-siakannya. Karena tekadnya yang kuat untuk maju, pada tahun 2013 memutuskan un-tuk belajar badminton di Jakarta bersama atlet lainnya. Menurut-nya, banyak atlet daerah yang memiliki potensi serupa dengan dirinya, sayangnya niatnya tidak kuat dan dukungan kurang mem-buat banyak dari mereka tidak be-rani keluar.

Menjadi atlet nasional mem-buatnnya bertemu dengan banyak teman dari berbagai daerah di Indonesia. Keragaman latar be-lakang tersebut membuat warna tersendiri di asrama tempatnya berlatih. Selama satu setengah ta-hun di asrama, porsi latihan seb-agai atlet nasional tentu berbeda. Jika dulu berlatih selama enam jam perhari, sekarang Dimas ha-rus berlatih sampai delapan jam perhari.

Dalam satu hari biasannya terdapat lima program dalam pelatihan. Menjadi atlet nasional juga membuat pemikirannya se-makin fokus ke satu arah, yaitu badminton. Mungkin dulu ha-rus membagi antara sekolah dan badminton, kini wa ktunya

lebih ba nyak dihabiskan untuk badminton.

Berlatih bad-minton leb-

i h banyak tidak berarti meni nggalkan pe-lajaran sekolah. Dimas mengikuti homeschooling, dalam satu hari biasannya ia belajar dua materi pelajaran. Nantinya, Dimas akan mengikuti ujian nasional di SMA 29 Metro.

Melihat teman-temannya yang bersekolah formal, terkadang

muncul keinginannya untuk kem-bali bersekolah dengan teman-temannya, bermain dan berku-mpul akan sangat menyenangkan pikirnya. Tapi ia juga yakin, selalu ada pengorbanan untuk suatu pencapaian yang lebih besar. Ia pun menerimannya sebagai ko-nsekuensi dari cita-citannya.

Bukan Sekadar TeknikBermain Badminton bukan han-

ya tentang teknik, kesiapan lapan-gan pun sangat dibutuhkan bagi seorang atlet. Dalam pertandi ngan Open se-Asia di Istora Sena yan, dirinnya sempat mendapatkan lawan kuat dari Vietnam. Ketida-kfokusannya membuat ia harus kalah satu poin dari Vietnam. Saat berada di lapangan, satu hal yang terpenting adalah fokus. Menden-garkan perkataan orang lain hanya akan membuatnnya kebingungan. Yang harus dipercaya adalah ke-mampuannya sendiri.

Remaja yang mengidolakan pemain asal Malaysia, Lee Chong Wei, menganggap bermain bad-minton itu sama halnnya seperti bisnis. Selalu ada yang spesial dari diri seseorang untuk menjadi juara. Kelebihan yang dipunyai ja-ngan sampai dicuri lawan, hal itulah yang membuatnnya selalu mencari kesempatan untuk berlatih secara sembunyi-sembunyi dalam menin-gkatkan kemampuannya. Baginya berlatih sendiri akan meningkat-kan kepercayaan diri dan motivasi saat pertandingan.

“Niat, disiplin, dan fokus,” kata atlet yang akan bermain di Per-tamina Open U­18, sekitar bulan Desember sebagai pertandingan di akhir tahun 2015. =

Page 33: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 33 |

KONSERVASI

Cuaca semakin panas, ke-tika mobil rombo ngan konservasi kukang baru

sampai di Bendungan Batutegi, Kabupaten Tanggamus sekitar pukul sebelas siang, Rabu (14/10). Rombongan pun masih harus menyeberangi waduk untuk sam-pai ke lokasi habituasi, yaitu di kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Batutegi.

Rombongan yang terdiri dari Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Tim Inter­national Animal Rescue (IAR) In-donesia, dan beberapa wartawan, serta mahasiswa itu membawa sepuluh kukang yang dimasukkan ke dalam kadang transportasi yang terbuat dari aluminium yang diisi dedaunan agar kukang tidak terlalu stres selama perjalanan.

Translokasi kali ini akan me-lepasliarkan sepuluh kukang yang terdiri dari enam kukang jantan bernama Usum, Piala, Mix, Raffi, Indo, dan Alex serta empat ku-kang betina yaitu Lina, Binok, Kabut, dan Gisel. Mereka ada-lah sepuluh dari sekitar seratus kukang hasil sitaan BKSDA Jawa Barat di Serang, Banten pada No-vember 2013 lalu.

Sesampainya di lokasi ha-bituasi pertama, enam kukang dilepaskan di dalam kandang habituasi yang berukuran 12x13 meter dan dibatasi dinding fiber plastik sebagai rumah sementara. Di dalamnya terdapat tanaman dan pepohonan agar kukang bisa tidur dan terbiasa dengan kondisi alam di sekitarnya sebe-lum mereka siap untuk hidup di

alam liar. Seorang petugas dari BKSDA

memasuki kandang dengan me-naiki dan menuruni tangga, hal ini dimaksudkan agar kukang tidak dapat memanjat keluar kandang nantinya. Perlahan kadang trans-portasi yang berisi kukang ikut dimasukkan ke kandang habitu-asi. Petugas pun membuka tutup kandang transportasi dari bela-kang dan dilakukan tanpa men-umbulkan suara, agar kukang tak merasa terancam, sehingga mem-inimalisir kemungkinan penyera-ngan dari kukang. Translokasi ini dilakukan siang hari saat kukang masih tertidur di kandangnya. ada tinga kandang yang disediakan di lokasi tersebut, masing-masing kandang diisi oleh dua kukang.

Sore harinya, usai memasuk-

Harapan di Tengah Perdagangan Satwa Liar

Banyak faktor yang menyebabkan perdagangan satwa liar tetap ada. Rupanya yang menggemaskan membuat kukang menjadi satwa paling diincar dalam perdagangan satwa liar. Mampukah kukang

tetap bertahan?

Oleh Retno Wulandari

Translokasi Kukang,

Foto-foto Retno Wulandari

Page 34: Majalah Teknokra

34 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

KONSERVASI

kan kukang ke kandang habitu-sainya, rombongan konservasi kukang melanjutkan perjalanan menuju camp Talang Ajir yang harus ditempuh menggunakan kapal motor. Hujan turun cukup deras kala itu, tapi tanslokasi kukang harus terus berjalan. Kondisi bendungan yang ker-ing mengharuskan rombongan tersebut berjalan cukup jauh untuk mencapai camp Talang Ajir. Untungnya hujan mulai reda, se-hingga memudahkan rombongan untuk membawa empat kukang yang ada di dalam dua kandang transportasi.

Hari pun mulai gelap, sampai di camp rombongan konservasi itu langsung membawa kukang yang tersisa ke kandang habituasi selanjutnya. Proses pelepasan ku-kang ke kandang habituasi kem-bali dilakukan. Perlahan-lahan petugas membuka tutup kandang trasnportasi dan meletakkan se-buah kayu di depannya, agar ku-kang mau keluar dari kandang dan memanjat ke atas pohon yang ada di dalam kandang ha-bituasi.

Cukup lama menunggu, akh-irnya seekor kukang menampak-kan muka dan memanjat rating, sembari mengawasi rombongan konservasi yang berada di luar kandang. Akhirnya tiga kukang lainya juga keluar dari kandang transportasi, berjalan sangat lam-bat menaiki kayu-kayu yang dise-diakan petugas menuju ranting-ranting pohon. Rombongan pun tetap mengawasi kukang-kukang tersebut hingga tak terlihat lagi karena tertutupi ranting-ranting pohon.

Pengontrolan KukangKukang akan berada di kan-

dang habituasi selama tiga bulan, petugas yang terdiri dari Oni Purwoko Basuki yang merupakan salah satu pendiri IAR dan empat warga asli Batutegi akan selalu memantau perilaku kukang. Ku-kang akan diberi makan satu kali setiap harinya sengan buah-bua-han dan getah agar kukang dapat beadaptasi dengan cepat.

Setelah tiga bulan dan kukang dianggap telah beradaptasi den-gan tempat tinggal barunya, ku-kang siap dilepasliarkan di alam liar yang masih berada di kawan

hutan lindung Batutegi. Setelahn-ya kukang-kukang tersebut masih akan dipantau setiap malam, bi-asanya tiga orang petugas akan memantau dengan receiver yaitu alat pemantau yang akan men-erima sinyal yang dikirim oleh ra-dio collar yang dipasang di leher kukang. Sehingga petugas dapat menemukan kembali keberadaan kukang di alam.

Pemantaun tetap dilakukan demi keberlangsungan kukang di alam liar. Dari hasil pantauan patugas, selama ini kukang dapat menjelajah sangat jauh dari tem-pat ia dilepaskan.Pasca pelapasan,

Tim Konservasi membawa kandang transportasi berisi kukang yang akan dibawa ke kandang habituasi.

Page 35: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 35 |

KONSERVASI

kukang akan menjadi begitu sen-sitif dengan keberadaan manu-sia, sehingga saat mengobservasi kondisi kukang, petugas harus menjaga jarak.

Petugas akan memeriksa kead-aan fisik kukang, jika terdapat luka yang tidak dapat disembuh-kan sendiri, maka petugas akan melakukan pertolongan, bahkan jika sudah sangat parah kukang akan dibawa kembali ke pusat re-habilitasi di Ciapus, Bogor untuk dioperasi.

Selain memantau dan belajar menangani urusan medis kukang, Oni dan empat petugas lainnya juga melakukan edukasi kepada masyarakat sekitar kawasan hu-tan lindung Batutegi. Penyuluhan kepada masyarakat sekitar men-genai satwa liar dan pengaruhnya terhadap rantai makanan dan ke-hidupan di sekitarnya bertujuan

agar masyarakat tidak menggang-gu apalagi menaggkap satwa liar itu.

Menurut Oni kukang tidak seperti monyet yang akan lang-sung akarab dengan manusia, ku-kang tidak dekat dengan manusia. “Kukang bukanlah hama, tapi ku-kang juga bukan hewan yang pa-tut dipelihara,” ujar Oni.

Keberadaan Kukang di Indo-nesia

Primata nokturnal yang ter-masuk dalam satwa liar yang dilindungi ini terancam punah akibat perdagangan ilegal satwa liar. Primata imut ini merupakan hewan omnivora, selain mema-kan buah-buahn, getah pohon, ia juga memakan serangga kecil yang hidup di malam hari. Gera-kannya begitu lambat, namun jika ia merasa terancam, kukang akan

bergerak dengan cepat. Meski menggemaskan, kukang ternyata memiliki racun yang cukup untuk membuat lawannya panas dingin. Racun tersebut terdapat di siku-nya, ketika ia merasa terancam, kukang akan menjilati sikunya, giginya yang telah dilumuri racun akan menggigit lawannya. Racun kukang sebenarnya memiliki reaksi berbeda-beda tergantung pada tingat alergi si korban.

Penyelamatan KukangIAR, yayasan yang bergerak di

bidang penyelamatan dan kon-servasi satwa liar di Indonesia ini mampu merawat dan mere-habilitasi kukang hasil sitaan atau serahan dari pemilik kukang. Organisasi yang telah berdiri di Indonesia sejak Februari 2008 ini, berfokus pada upaya 3R+M yaitu rescue (penyelamatan), re­habilitation (rehabilitasi), realease (pelepasliaran), dan monitor­ing (pemantauan satwa pasca pelepasliaran). Kebanyakan sat-wa liar tersebut dititipkan oleh BKSDA untuk dirawat sebelum dapat dilepasliarkan kembali di alam. Satwa akan diperiksa dan dikarantina sebelum dilakukan tindakan selanjutnya seperti pe-ngobatan dan rehabilitasi. Sebagai salah satu pendiri IAR dan su-dah bekerja di Indonesia selama kurang lebih tiga belas tahun, Oni mengatakan pemeliharaan dan penanganan satwa liar, hasil pe-nyelamatan maupun serahan dari instansi terkait sudah mulai ber-beda, menurutnya kini pemeri-ntah lebih peduli dengan adanya proses hukum kepada pelaku perdagangan satwa ilegal.=

Petugas Konservasi membuka kandang transportasi agar kukang keluar dan masuk ke kandang habituasi.

Page 36: Majalah Teknokra

36 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

RESENSI

Yevsey Klimkov, anak muda dari pedalaman desa yang tinggal bersama seorang

paman pandai besi dan seorang sepupu, Yashkaanak laki-laki yang suka menyiksanya. Setiap kali meli-hat Yashka marah-marah, Klim-kov hanya berbaring di atas tanah, meringkuk, menyiapkan tubuhnya untuk dihujani serangan membabi buta dari sepupunya, tanpa perla-wanan.

Pecundang penuh dengan per-gulatan batin Yevsey Klimkov yang setelah lulus sekolah, dikirim ke kota untuk menjalani hidupnya sendiri. Yevsey yang dibesarkan tanpa kepercayaan diri, mula-mula bekerja pada seorang revolusioner tua yang akhirnya dibunuh pem-bantunya, Rayissa Petrovna yang bekerja sama dengan seorang ma-ta-mata Czar, Dorimedont. Kema-tian majikannya ini yang kemudian membawa Yevsey pada gejolak batin yang lebih kuat lagi.

Kematian, seperti datang den-gan mudah dalam cerita yang ditu-lis Gorky ini. Dorimedont kerap

menyiksa Yevsey dan Rayissa mencekik pria itu suatu malam. Yevsey kemudian dibawa ke kantor polisi. Kisah sesungguhnya dimulai dari sini, ketika Yevsey dituntut menjadi lebih dewasa mengha-dapi kenyataan pemberontakan masyarakat Russia sedangkan dirinya dinobatkan sebagai mata-mata Czar yang harus mengamati mereka dan mempertaruhkan nyawanya dari para pemberontak.

Meskipun pergolakan batin yev-sey tidak berhenti. Ia tetap me-neruskan pekerjaannya sebagai mata-mata hingga ia ditugaskan memata-matai seorang penulis. Dan pada akhirnya masyarakat menang terhadap pemerintah. Kaum revolusioner dianggap me-nang dan berani menampakkan dirinya di depan publik. Yevsey akhirnya menceritakan seluruh ki-sah hidupnya, bagaimana ia hidup di desa, menjadi seorang mata-mata, dan bagaimana dengan pe-rasaannya yang campur aduk serta sifatnya yang penakut.

Kisah pecundang memiliki konf-lik batin yang mendalam dalam diri Yevsey. Hal ini kemudian digam-barkan begitu jelas oleh Gorky

ketika suasana politik menjadi semakin kacau. Sasha, mata-mata yang penuh ambisi menghabisi kaum revolusioner, menyebabkan kekacauan yang lebih besar. Mata-mata dibantai dan dibunuh di tem-pat umum.Hingga Zarubin diani-aya kaum revolusioner di depan mata Yevsey, ia bertekad akan mengejar dan membunuh Sasha. Namun, hingga akhir, Yevsey tetap tidak berani melakukan hal yang menurutnya benar dan ia justeru mati di atas rel ketera api-bunuh diri.

Gorky tidak hanya berhasil menyajikan konflik yang runut tetapi juga berhasil membawa-kan alur cerita yang santai namun menegangkan. Hanya saja, latar belakang sejarah yang mungkin membuat novel ini kurang dimi-nati. Penyebutan nama tokoh yang tidak sama juga membingungkan pembaca. Misalnya Yevsey yang kadang disebut Klimkov dalam deskripsi penulisnya. Kemudian penuturan sifat pecundang dalam diri Yevsey pun terkesan bertele-tele meskipun akhirnya karak-terisasi Yevsey menjadi semakin kental. =

Gejolak Batin yang Tak Terungkapkan

Judul : PecundangPenulis : Maxim GorkyPenerjemah : Ahmad AsnawiPenerbit : Narasi-Pustaka PrometheaJumlah Halaman : 406 halaman

Oleh Fitri Wahyuningsih

Rep

ro.

Page 37: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 37 |

RESENSI

Oleh Hayatun Nisa Fahmiyati

Rentang waktu sejarah republik kembali dibuka pada tahun 1991. Peri-

stiwa yang kemudian dinamai Insiden Dili 1991 itu tak pelak membawa nama Timor Timur mencuat dalam jagat konstalasi politik internasional. Konflik tak berkesudahan itu membuat situasi tak nyaman berlangsung hingga tahun 1999.

Lewat buku Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara, Seno Gumira Adjidarma men-ceritakan asal muasal terjadin-ya Insiden Dili itu. Ia mencoba menjelaskan dengan detil peri-stiwa Dili. Bukunya ini mengha-dirkan pikiran dan keheranan-nya akan adanya penindasan masyarakat Dili yang dilakukan oleh oknum dan pembunuhan Gali oleh penembak misterius.

Kumpulan esai yang disaji-kan dalam buku ini sepertinya merupakan kekesalan Seno ter-hadap ketidakberdayaan jurnal-isme dalam mengungkap fakta kekejaman bangsa ini. Seno yang

juga pernah menjadi wartawan sempat merasakan sulitnya melawan periuk kekuasaan yang mendominasi kontrol pers saat itu. Bak sebuah memoar, buku ini menunjukkan banyak kejadi-an yang dialaminya dalam usah-anya membeberkan fakta-fakta tentang peristiwa tersebut.

Sebagai korban kebijakan media tempatnya bernaung kala itu, Seno tak kemudian ti-arap dengan kondisinya, melalui jalur sastra ia pun menampilkan fakta-fakta itu. Dari situlah ke-mudian dikenal cerpen-cerpen berjudul Jazz, Parfum, dan In-siden yang isinya menyoal peri-stiwa Dili itu. Seno dengan gigih menggugat peran sastra di ten-gah masyarakat Indonesia yang diumpamakanny “masyarakat yang tidak membaca”. Tak seka-dar mengisahkan susahnya menyatakan kebenaran di era represi pers masa orde baru dalam kasus Timor Timur, Seno juga memberi solusi bagaimana berita dapat disamarkan lewat

karya sastra.Laporan harfiah, kebenaran

lapangan, kerap tak dapat diuta-rakan dengan semestinya den-gan berbagai alasana. Mulai atas nama keselamatan, keamanan, dan stabilitas negara, hingga alasan demi kepentingan umum yang ‘dangkal’ otaknya. Hal­hal seperti itu bahkan masih ber-laku di era keterbukaan infor-masi yang sering dielukan serba kebablasan seperti sekarang, hanya dengan cara yang sedikit berbeda.

Keteguhan atas prinsip yang menjadi napas utama yang me-nyemangati penulisnya, perlu diapresiasi dalam menghadapai zaman sekarang yang penuh kepalsusan. Semangat interasi yang menjadi nilai utama meru-pakan pelajaran yang bisa dipe-tik dalam menghadapi gelom-bang sejarah bangsa di masa depan. =

Judul : Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara Penulis : Seno Gumira AdjidarmaPenerbit : Bentang PustakaJumlah Halaman : 264 halaman

Jurnalisme terikat oleh seribu satu kendala, dari bisnis sampai poli-tik untuk menghadirkan dirinya, namun kendala sastra hanyalah kejujurannya sendiri. Buku Sastra bisa dibredel, tetapi kebenaran dan kesusastraan menyatu bersama udara, tak tergugat dan tak

tertahankan.

Sastra Tak Bisa DibungkamR

epro.

Page 38: Majalah Teknokra

38 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

“Sehari gak makeup, kayak gak mandi, mbak”

Kalimat itu spon-tan dilontarkan Linda (20), kala membayangkan sehari saja dirinya tak menggunakan makeup. Bek-erja sebagai Sales Promotion Girl (SPG) sebuah produk kecantikan, membuatnya harus berpenampi-lan menarik layaknya model. Pada Jumat 18 Desember, sekitar pukul 11.00 WIB itu, Linda terlihat se-dang duduk bersila di lantai stan produknya. Tangan kirinya memeg-ang kaca sedangkan tangan kanan sibuk mengusap blush on merah muda. Lipstik merah cabai pun dig-oreskan ke bibirnya sebagai sentu-han akhir.

Sudah sejak 1,5 tahun lalu, Linda mahir bersolek. Pekerjaan yang menuntutnya memakai makeup full itu, mau tak mau membuatnya bersu-sah payah belajar mem-percantik diri. Kema-hiran Linda dalam bersolek didapat dari teman kerjanya. “Gak per-nah belajar makeup, hanya lihat cara temen dandan aja,” ungkapnya. Merasa kurang percaya diri tanpa makeup, Linda

pun selalu membawa peralatan makeup saat bekerja. Susu pem-bersih, penyegar, kapas, alas bedak, bedak, eyeliner, maskara, pensil alis, blush on (perona pipi), dan lipstik tertata rapih di dalam tasnya.

Makeup memang sudah men-jadi gaya hidup remaja masa kini. Layaknya rokok yang menjadi kebutuhan laki-laki, makeup me-mang tak bisa lepas dari aktivitas keseharian wanita berbagai kalan-gan. Produk kosmetik pun makin menjamur, iklannya menjanjikan wajah tampak lebih putih, bersih, dan cerah dalam waktu singkat. Selain pemakaian kosmetik, tren perawatan di klinik kecantikan sangat digandrungi tahun ini.

Mengharapkan kulit wa-jahnya lebih bersih dan cerah, Mita Fitria Dewi

mengikuti jejak sang kakak yang melakukan perawatan di salah satu klinik kecantikan Bandar Lampung. Hasil pemeriksaan menunjukkan kulitnya bertipe kering dan ber-jerawat. Ia lantas dianjurkan mem-beli sepaket perawatan kulit wa-jah. Dengan 380 ribu rupiah, Mita mendapatkan krim pagi dan malam, sunblock, facial wash, dan toner. Pemakaian produk perawatan itu memang membuat wajahnya tam-pak lebih bersih dan cerah. Namun setelah habis, krim itu

membuat

Tren Makeup, Oleh Ayu Yuni Antika

LIFESTYLE

Perawatan yang tak Bijak

Foto Waw

an Taryanto

Mengikuti mode estetik agar lebih percaya diri, sejumlah remaja memilih makeup yang ternyata mem­bawa dampak buruk. Ingin tampil cantik dalam waktu singkat malah membuat wajah rusak.

Page 39: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 39 |

karena efek samping penggunaan makeup dan krim dari klinik kecan-tikan tertentu. Syafei yang masih aktif menjadi dosen di Fakultas Ke-dokteran Unila ini tak menampik perawatan dan penggunaan make-up remaja saat ini sudah berlebi-han. Tanpa pikir panjang, mereka ingin tampil cantik serba instan.

Membeli kosmetik yang tak jelas komposisinya. Cepat terbujuk aja-kan teman untuk ikut perawatan di klinik kecantikan adalah keputu-san yang tidak bijak. Pewarna dan bahan berbahaya seperti merkuri (Hg ; Hydrargyrum) banyak ter-kandung dalam kosmetik. Akibat pemakaian yang terlalu lama, be-resiko memicu kanker. “Memang saat pertama pemakaian, kulit akan mulus. Tapi selanjutnya akan tim-bul flek tebal yang sulit dihilang-kan,” terang Dr. Syafei saat ditemui di ruangannya, Jumat (18/12).

Menurut Doktor lulusan Uni-versitas Sumatera Utara (USU) itu, krim pemutih di klinik atau salon-salon tertentu, memiliki konsentra-si yang lebih tinggi. Akhirnya, kulit wajah belum mampu beradaptasi hingga menimbulkan iritasi, sam-pai mengalami dermatitis kontak (peradangan, gatal-gatal, perih dan lecet pada kulit). “Jika sudah merah, gatal, dan perih, menunjukkan ku-litnya sudah mengelupas. Bisa juga merangsang timbulnya jerawat,” ujarnya

Mengetahui jenis kulit sebelum memutuskan memakai makeup atau melakukan perawatan, meru-pakan prinsip utamanya. Apakah termasuk tipe kulit normal, ber-minyak, atau kering. Dalam me-milih produk kosmetik, Dr. Syafei menganjurkan konsumen membeli

kosmetik yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Pilih kosmetik yang terdapat tulisan hipoalergenic,” tuturnya. Adanya tulisan hipoa-lergenic menerangkan bahwa ba-han-bahan di dalam suatu produk kecantikan, jarang menyebabkan alergi bagi penggunanya. =

kulitnya ketergantungan. “Setelah krimnya habis, muka kembali sep-erti semula. Dan ada efek samping sedikit kusam,” keluhnya. Maha-siswi Fakultas Pertanian Unila, Ju-rusan Agribisnis 2012 ini, juga per-nah mengalami efek samping saat menggunakan salah satu produk kosmetik ternama. Faktor ketidak-cocokan membuat wajahnya malah berjerawat. Akhirnya ia memutus-kan berhenti memakainya.

Spesialis penyakit kulit dan kel-amin, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung, dr. M. Syafei Hamzah, Sp.KK FINS DV (Fellow Indone-sian Dermatovenereology) men-gaku, wanita saat ini tampil mengi-kuti mode estetik agar lebih tampil percaya diri. Pasiennya masih did-ominasi remaja putri (pelajar atau mahasiswi). Keluhannya tak lain

“Memang saat pertama

pemakaian, kulit akan

mulus. Tapi selanjutnya

akan timbul flek tebal

yang sulit dihilangkan,”

Dr. M. Syafei Hamzah

Tips menjaga kesehatan dan kesegaran kulit 1. Pola makan dengan menu

seimbang (karbohidrat, protein, serat dan vitamin serta susu)

2. Tidur yang cukup. Jangan terlalu sering begadang.

3. Olahraga rutin membantu menjaga kesegaran kulit.

4. Banyak minum air putih serta makan sayur dan buah.

5. Kurangi makanan yang berminyak dan junkfood.

Beberapa hal yang dapat dilakukan setelah timbul gejala alergi:

• Begitu timbul kemera-han dan gatal, segera stop pemakaian kosmetik.

• Mencuci wajah mengguna-kan sabun bayi untuk me-netralisir iritasi.

• Jika iritasi agak parah, dianjurkan untuk men-etralisirnya dengan larutan Natrium Klorida (NaCl) .

• Segera ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.

Foto

Ayu

Yun

i Ant

ika

Page 40: Majalah Teknokra

ESAI FOTO

Batik, bila kita temui kain yang satu ini di daerah Jawa tentu menjadi hal yang sangat lumrah. Berbagai motif dari tiap kota, baik di Jawa Barat, Jawa Tengah, maupun Jawa Timur semarak kita lihat. Mayori-tas masyarakatnya melestarikan corak dalam kain yang telah turun temurun dibuat ini. Namun siapa

sangka ternyata di Lampung juga ada batik khas Lampung.Terilhami oleh perkembangan batik Solo yang cukup banyak diminati dan diproduksi di daerah asalnya.

Siger Roemah Batik menyuguhkan kearifan lokal dalam corak batiknya. Lelambang provinsi Lampung, mahkota perempuan siger dan budaya pesisir saibatin kapal layar, menjadi icon utama batik Lampung. =

Foto-foto Wawan Taryanto

Denyut Nadi Batik Lampung

Page 41: Majalah Teknokra

ESAI FOTO

1. Mola. Proses ini merupakan tahap pertama dalam pembuatan batik yaitu menggam-

bar pola alur batik, corak, dan alur pewarnaan.

2. Nyanting. Canting digunakan untuk melapisi alur polal.

3. Ngwarna. Warna-warna batik dituangkan pada kain dengan menggunakan kuas dan cat khusus batik.

4. Melapisi. Kain batik yang telah diberi warna dilapisi dengan cairan gelas agar cat menempel dengan kuat pada kain.

5. Nglorot. Merupakan proses perebusan kain batik untuk menghilangkan lilin yang menempel pada kain.

6. Penyucian. Sebelum dicuci, kain direndam terlebih dahulu selama beberapa menit,

kemudian dicuci tanpa dikucek. Biarkan seluruh lilin yang menempel hilang dari kain.

7. Jemur. Tahap terakhir dalam proses pembuatan batik. Kain dikeringkan dan siap untuk

di rapikan.

Page 42: Majalah Teknokra

KOM

IK

Ole

h W

awan

Tar

yant

o

Page 43: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 43 |

TEKA TEKI SILANG

Mendatar:

1. Nama awal penyanyi yang menyanyikan lagu sakitnya tuh disini 2. Tidak tinggi 5. Merk salah satu minuman kemasan yang men-gandung sari buah-buahan 6. Hari ... adalah hari yang diperingati setiap tang-gal 1 Juni 9. Pasukan Penjinak Bom dan Huru Hara 10. Nama Gunung yang berada di Jambi 11. Nama salah satu danau yang terkenal di Sumatera Barat 12. Hal yang dilakukan oleh bayi saat baru lahir 15. Panggilan untuk anak laki­laki dalam bahasa Batak 17. Tidak bisa melihat 21. Nama bandara di Kota Biak 22. Hewan khas Australia 25. Lupa ingatan 27. Berhenti 28. Salah satu alat musik yang digunakan oleh group musik 29. Campuran air laut dan air tawar di sebut dengan 30. Singkong yang diolah menggunakan ragi

Menurun:

1. Permainan tradisional yang dimainkan oleh dua orang dan menggunakan biji-bijian sebagai medianya 2. Salah satu warna yang bersifat dasar dan netral 3. Nama tarian yang berasal dari Bali 4. Ikan yang baik dan bermanfaat untuk perkem-bangan otak anak 5. Ikan yang hidup di air payau 7. Nama sebelum dimasak dan menjadi nasi 8. Tempat bertemunya antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi 11. Gajah mati karena (peribahasa) 12. Cairan manis pada bunga di sebut 13. Sebutan lain untuk kodok 14. Hewan yang memiliki tanduk bercabang 16. Nama salah satu media sosial 17. Burung yang dapat menirukan suara manusia 18. Mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah merupakan sifat dari 19. Tempat beribadah umat Hindu 20. Salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia 23. Alat musik yang dimainkan dengan cara di gesek 24. Kendaraan roda dua yang memiliki suara khas dan klasik 25. Tari Saman berasal dari 26. Tidak hidup

Kirimkan JawabanAnda Ke:

UKPM Teknokra Unila, Graha Kemahasiswaan Lt.1

Universitas Lampung

Sertakan Fotokopi Lembar jawaban,

Fotokopi KTM/KTP dan Nomor Ponsel

Raih Bingkisan MenarikUntuk 3 Pemenang

DEADLINE

30 Januari 2016

Ole

h D

efika

Put

ri N

astit

i

Page 44: Majalah Teknokra

44 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

Nusantara

Oleh Fitria Wulandari

Kebakaran lahan gambut di Riau membuat kualahan

warga serta pemeritah dalam mengatasinya. Berbulan-

bulan asap menyelimuti Riau dan daerah sekitarnya. Kes-ehatan dan perekonomian

warga setempat pun menjadi terancam. Pasalnya, cuaca

yang buruk dan pemabakaran lahan menjadi penyebab keba-

karan tersebut.

Selimut Asap dari RiauFoto-Foto Fitria Wulandari

Page 45: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 45 |

Masih segar dalam ingatan Buyung Masri (48), be-tapa takutnya ia melihat

api yang membumbung lima me-ter hampir membakar rumahnya. Kala itu, Buyung sampai harus me-minjam mobil Perusahaan Dae-rah Air Minum (PDAM), untuk mengambil air di parit Jalan Raya Bangkinang. “Selama beberapa hari mematikan api, masyarakat tidak tidur. Masyarakat kualahan, sampai akhirnya gak sanggup lagi membantu,” ungkap Buyung.

Semua upaya dilakukan warga untuk memadamkan api, walau dengan peralatan seadanya. Warga Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau itu harus mengha-dapi kenyataan bahwa kebakaran lahan yang terjadi, menyebabkan kabut asap yang pekat selama berbulan-bulan.

Jarak pandang yang hanya 50 meter dan penyakit Infeksi Sal-uran Pernapasan Akut (ISPA) pun menjadi ancaman. Warga yang rumahnya berada dekat lokasi kebakaran, mau tidak mau harus mengungsi ke daerah yang lebih

aman. Langkah itu pula yang di-tempuh keluarga Buyung. Takut anaknya menderita (ISPA), Ayah lima anak itu akhirnya mengung-sikan anak dan menantunya ke Padang.

Daerah yang sempat dikunjungi Presiden Jokowi, 9 Oktober lalu itu tampak kering dan tandus. Pas-ca kebakaran, yang terlihat hanya hamparan abu, daun kering, dan arang pohon sisa kebakaran hebat di Tanah Gaplingan Koperasi Pega-wai Negeri (GKPN) Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Ka-bupaten Kampar, Provinsi Riau.

Ekonomi MelemahKabut asap yang menyelimuti

Riau hampir tiga bulan lamanya itu, menimbulkan dapak negatif bagi perekonomian masyarakat. “Biasanya sebelum ada kabut asap, ramai pembeli. Namun, se-lama ada asap pembeli menjadi berkurang, bahkan tidak ada,” ujar Ratna. Menurutnya, tahun 2015 merupakan tahun terparah bencana asap di Riau. Wanita yang setiap hari berjualan pak-aian di Pasar Senggol, Pekanbaru,

itu mengaku omsetnya menurun drastis. Apalagi sang suami yang tidak bekerja karena sibuk mem-bantu memadamkan api.

Mulyani (50) yang sehari­harinya bekerja sebagai penjahit. Mulyani mengaku tidak ada yang memesan jahitan selama terjadi kabut asap. Untuk menopang ke-butuhan sehari-hari, Mulyani ter-paksa mengeluarkan uang tabun-gannya. “Kalau simpanan habis, ya terpaksa saya harus ngutang,” ungkapnya.

Nasib serupa dialami panti asuhan anak yatim Baiturahmah Bangkinang, Desa Rimbo Panjang. Akibat asap, donatur yang sering berkunjung semakin berkurang. Ketua yayasan, Nasri Ginting ter-paksa berutang untuk memenuhi kebutuhan anak panti dan meng-gaji guru. “Gaji guru harus tetap kita bayar. Gak apa kita hutang, yang penting anak-anak bisa makan,” akunya.

Sikap PemerintahProvinsi Riau memang menjadi

salah satu daerah terparah di Pu-lau Sumatera yang mengalami ke-

Nusantara

“Selama beberapa hari mematikan api, masyarakat tidak ti-dur. Masyarakat kuala-han, sampai ak hirnya gak sanggup lagi membantu,”

Ungkap Buyung Masri

Page 46: Majalah Teknokra

46 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

bakaran hutan dan lahan. Hampir 58 juta kilometer hutan dan la-han di Riau hangus dilahap si jago merah. Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) perlindungan dan pem-berdayaan pengungsi, Badan Na-sional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia, Joko S. Wismoko mengatakan, peran BNPB dalam tragedi asap itu tak lain melakukan pendam pingan, mengedepankan peran pemerin-tah daerah, mengatur pendanaan serta mengerahkan personil TNI dan Mabes Polri.

Sebanyak 1.250 personil dik-erahkan untuk penugasan selama 14 hari. Teknologi water boom bing dan modifikasi cuaca menjadi langkah yang terus diupayakan kala itu. Meski saat ini sudah mu-lai musim hujan, pembuatan kanal bloking, sumur bor dan embung-embung sebagai tempat persedi-

aan air tetap dilakukan. Tujuannya untuk mengantisipasi kebakaran serupa. Sehingga kebakaran dapat ditangani dengan cepat. Sosialisasi pada masyarakat pun diberikan supaya tidak melakukan pemba-karan lahan.

Ia juga mengatakan, untuk dae-rah Riau sendiri hotspot api saat ini nol, namun titik asap masih ada. Ada 24 lahan yang masih ada titik asapnya. Meskipun begitu titik asap di Riau sudah mulai berkurang. Asap yang tersisa merupakan kiri-man dari Sumatera Selatan. Kare-na arah angin berasal dari selatan. “Titik api saat ini paling banyak di Sumatra Selatan dan Kalimantan Tengah. Sekarang sedang difokus-kan di Sumatra Selatan. Sudah di-lakukan penggaraman supaya ter-jadi hujan,” ujarnya.

Tingkat kesulitan saat mema-damkan api yaitu di lahan gambut.

Lahan yang bergambut membuat api sulit untuk dipadamkan. “Un-tuk mengatasi hal itu kami men-gakalinya dengan water boomb-ing, Namun satgas darat tetap memonitor setiap ada informasi sekecil apapun, mematikan api di lahan gambut itu tidak semudah yang kita bayangkan. Api yang dimatikan menggunakan water boombing hanya mati di permu-kaanya saja tapi di dalamnya masih ada bara api. Sehingga bisa men-imbulkan asap,” ujar Joko.

Setelah kunjungannya, Presiden Jokowi langsung merevisi undang-undang izin membakar lahan gam-but. Hal itu sebagai upaya tidak ada lagi yang melakukan pemba-karan lahan. Serta menindaklan-juti penegakan hukum sehingga menimbulkan efek jera untuk mereka yang melakukan pemba-karan,” tambahnya. =

Nusantara

Page 47: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 47 |

Sebagai komunitas yang be-lum lama terbentuk, komu-nitas biola sepertinya sa ngat

diminati oleh pencinta musik klasik di Lampung. Terbukti dalam setahun, komunitas yang berdiri sejak Agustus 2014 ini sudah pu-luhan kali tampil di berbagai acara di kampus-kampus maupun di acara-acara pemerintahan.

Teguh Wicaksono selaku ketua Komunitas Biola menceritakan awal mula terbentuknya komuni-tas tersebut. Berawal dari jejaring sosial Facebook, di sebuah grub bernama “Biola Indonesia”. Teguh yang saat itu sedang ada di Sema-

rang, berencana ingin pulang ke Lampung. Sebelum ia pulang, me-lalui grub Facebook Biola Indone-sia, ia menghubungi teman-teman Lampung yang juga bergabung di grub itu. “Saat itu yang merespon cuma sedikit,” katanya.

Beberapa orang yang me-respon, yaitu Vega, Kevin, Teo, Ilham, dan dirinya kemudian mengadakan janji pertemuan di gazebo beringin Universitas Lam-pung (Unila) pada Agustus 2014. Dari pertemuan tersebut lahirlah Komunitas Biola. Lulusan Univer-sitas Diponegoro (Undip) Ilmu Gizi 2008 ini juga menambahkan,

niat awal berdirinya komunitas tersebut hanya sebagai wadah untuk bisa belajar biola bersama. ”Gak kepikiran bisa tampil dima-na-mana,” ungkapnya.

Komunitas Biola pun makin dikenal di Lampung, khususnya di Kota Bandarlampung. Saat ini anggota Komunitas Biola sudah berjumlah 32 orang. Mulai dari remaja hingga orang dewasa. Me-lalui komunitas tersebut, mereka rutin bertemu tiap hari Minggu di beringin Unila untuk berlatih biola bersama.

Teguh sendiri tak menyangka, anggota komunitas yang ia diri-

Oleh Khorik Istiana

Komunitas Biola Lampung,

Wadah Bagi Pecinta Musik Klasik

Komunitas

Foto Fitri Wahyuningsih

Page 48: Majalah Teknokra

48 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

kan itu bisa bertambah semakin banyak. Padahal, ia mengaku tak banyak sosialisasi yang dilakukan, hanya omongan dari mulut ke mulut.

Dalam komunitas ini juga tidak ada sistem perekrutan khusus, siapapun bisa menjadi anggota dari komunitas alat musik klasik satu ini. Hanya modal niat dan rajin berlatih sudah cukup untuk menjadi bagiannya. Untuk berga-bung dalam komunitas ini juga tak dipungut biaya administrasi, hanya akan lebih baik punya biola sendi-ri, agar bisa berlatih di luar jadwal latihan bersama komunitas.

Saat ini, jenis biola yang dimain-kan dalam komunitas ini baru vio-lin. Jenis lain seperti viola belum bisa dimainkan. Teguh menjelak-san perbedaan viola dengan violin adalah ukuran dan suara yang di-hasilkan. Violin memiliki ukuran yang lebih besar dibanding vi-ola dan menghasilkan suara yang lebih bass. Keunikan biola dibanding alat musik lain adalah bentuknya yang klasik. Biola juga tak seperti gitar yang bisa timbul akhord jika dimainkan. Biola hanya punya satu nada.

Tidak ada pelatih khusus di ko-munitas ini, mereka belajar secara otodidak. Beberapa anggota me-mang ada yang mahir dalam mem-buat nada, mereka itulah yang ke-mudian mengajari anggota lainnya yang baru mengenal alat musik biola. Sebagian not lagu diperoleh dari google, sebagian lagi mereka membuat sendiri. Beberapa lagu yang pernah dibawakan adalah lagu dangdut iwak peyek.

Untuk dapat bermain biola, anggota baru dari komunitas ini

biasanya akan diajari tahap-tahap bermain biola. Dua bulan perta-ma, anggota baru akan diajari cara menjepit biola secara teknik den-gan benar, mulai dari posisi bahu dan lengan. Minggu selanjutnya, mereka akan diajari memegang gesekan, biasanya membutuhkan waktu dua minggu. Selanjutnya, mereka belajar menggesek, baru kemudian belajar nada dan me-mainkan biola. Teguh ber-harap agar komunitas biola nantinya mempu-nyai seorang pelatih sendiri, agar bisa mengembang-kan lagi ko-mun i tas terse-but.

B e n - t u k konsistensi Komunitas Biola ada-lah seringnya mendapat undangan untuk tampil. Dalam sekali tampil, para personalia membutuhkan waktu dua hingga tiga minggu untuk latihan. Para personil juga akan dibagi dalam beberapa grub, seperti biola 1,2,3, dan 4.

Pembagian itu disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing personil. “Mereka yang baru belajar pasti dapat yang lebih ringan,” imbuh Teguh. Tidak ada persyaratan khusus bagi ang-gota yang ingin tampil di ber-

bagai event, hanya mereka yang bisa hadir dan ikut latihan untuk penampilan yang akan diikutkan. Adakalanya saat mereka tampil, mereka mendapatkan fee sebe-sar 500 ribu rupiah hingga satu juta rupiah, tergantung siapa yang mengundang.

Berbagai kolaborasi juga per-nah mereka lakukan. Seperti menggandeng Maourisio, seorang pianis asal Italia yang sudah tiga

kali berkolaborasi den-gan komunitas biola. Komunitas biola juga

mendapat undangan un-tuk pentas di Pringsewu dalam

festival Bambu Nusantara ke IX pada November lalu, juga undan-

gan dari Gubernur Lampung un-tuk tampil berkolaborasi den-gan gamolan prodi seni Unila.

Bisa bermain biola sejak duduk di Sekolah Menegah Atas (SMA) membuatnya tertarik un-tuk bergabung dengan Komuni-tas Biola, Anggun yang sekarang seorang mahasiswi Politeknik Lampung bergabung dengan Ko-munitas biola, selain menyalurkan hobi juga sebagai pengisi waktu luangnya.

Selain Anggun, Aji Wijaya, ma-hasiswa Universitas Darmajaya ini mengatakan tertarik bergabung dengan Komunitas Biola karena ingin mencoba alat musik yang lain. Menurutnya, biola berbeda dengan alat musik lainnya. Dirinya mengaku sudah bergabung di ko-munitas ini sejak November 2014. Tampil dalam gelaran seni yang di-adakan Prodi Seni Tari Unila men-jadi penampilannya yang kelima belas kali sebagai anggota Komu-nitas Biola. =

Komunitas

Repro.

Page 49: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 49 |

Komunitas

Pandai melihat peluang dalam dunia hiburan di Lampung, Bung Dolop dan kawan-

kawan berhasil menggagas sebuah komunitas yang kemudian dina-mai Stand Up Comedy Lampung (SUCL). Sebagai sebuah komunitas, SUCL konsisten menyajikan hi-buran berupa lawakan bagi penik-matnya. Bagi sebagian orang yang kurang menyukai hiburan di televisi, SUCL menyuguhkan hiburan yang bisa dibilang berbeda dari acara la-wakan kebanyakan di Indonesia.

SUCL sendiri bertujuan un-tuk mengungkapkan kegelisahan dari setiap orang yang ingin me-ngungkapkannya, kemudian dibum-bui dengan lelucon. Komunitas ini juga memiliki visi dan misi untuk

memperkenalkan Lampung ke de-pannya. Melihat banyak dari para pemuda Lampung yang memiliki potensi untuk menghibur khalayak.

Sejak terbentuk Desember 2011, SUCL yang beranggotakan sepuluh anggota, kini sudah ber-

anggota 30 komika yang siap meramaikan panggung hiburan

Lampung. Dalam setiap open mic (baca: tampil di panggung) tema yang dibawakan bebas, tak ada ba-tasan kecuali suku, adat, ras, dan agama (SARA). Namun beberapa tema komika seringkali mengang-kat isu SARA yang bertujuan untuk mengungkapkan kegelisahan dalam bentuk guyonan.

SUCL juga kerap mengadakan event rutin seperti open mic setiap Jumat di Warung Nongkrong, Ban-darlampung. Pada event ini komika dan penonton bisa lebih dekat. Se-lain open mic, ada juga acara Stand Up Goes to School tiap seminggu sekali. Melalui acara itu, mereka menjaring siswa Sekolah Menen-gah Atas (SMA), bagi peserta yang masuk tiga besar akan dimasukkan

Oleh Yola Septika

Tak Sekadar LucuStand Up Comedy Lampung,

Kritikan penuh pesan moral tak selalu membosankan

untuk didengar, karena stand up comedy dapan menjadi

wadah untuk menyampaikan kritikan sosial dengan muatan

humor yang segar.

Ilustrasi Retnoningayu Janji Utami

Page 50: Majalah Teknokra

50 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

ke Stand Up Nite. Selama men-jalankan Stand Up Comedy Goes to School, antusias dari siswa pun beragam, beberapa bahkan ada yang melanjutkan hingga ke open mic. Acara lain yang tak kalah seru yaitu Stand Up Nite (SUN) yang dibawakan tiap setahun sekali. SUN merupakan acara akbar dari komu-nitas ini, karena dibawakan setahun sekali dan tentunya menghadirkan materi yang lebih menghibur.

Salah satu anggota, Achan men-gatakan SUCL tetap harus ber-tahan, karena komunitasnya itu menjadi wadah hiburan dan latihan bagi para komika yang ingin terus berkembang.

Ia juga mengatakan jika ingin bergabung di SUCL, setidaknya sudah tiga kali open mic dan membawakan materi yang orisinil. “SUCL terbuka untuk semua ka-langan dan umur. Bagi yang ingin bergabung bisa mengunjungi Wa-rung Nongkron tiap Jumat malam untuk open mic,” jelasnya.

Anchan juga menjelaskan, yang membedakan stand up comedy dengan acara lawak lainnya adalah materinya. Materi yang di bawakan di stand up comedy, menurut-nya bukan sekadar lelucon belaka. Ada kegelisahan yang sama antara komika dengan penonton yang ke-mudian dapat terjawab. Beberapa komika asal Lampung bahkan su-dah menembus televisi nasional . Membawakan tema ke-Lampung-an yang khas membuat Yoyo Cedal dan Newendi Septian menjadi komika yang memiliki karakter kuat dan makin unik.

Newendi biasanya membawakan materi yang mengangkat isu sosial dan keresahan lainnya yang ada di

sekitar Lampung. Seperti begal, kekerasan saat orgen dangdut, dan logat Lampung yang khas yang kemudian dikenal lebih luas oleh khalayak. Hal ini otomatis mem-bawa Lampung lebih dikenal oleh masyarakat luas.

Newendi mengaku awal keter-tarikannya dengan dunia komedi adalah saat menonton beberapa video stand up comedy Raditya Dika. Sejak saat itu, Newendi mu-lai menulis materi untuk stand up comedy. Namun, saat itu di Lam-pung sendiri belum ada komunitas yang menampung kreativitasnya. Tak lama dari itu, lewat media so-sial twitter, ia mendapat informasi bahwa ada kesempatan open mic dan Newendi tak menyianyiakan kesempatan tersebut. ”Itu per-tama kali saya mengudara di pang-gung,” tuturnya

“Pertama kali open mic, nge­boom. Tapi karena udah komit, lucu nggak lucu tetap lanjut,” tu-turnya. Ia ingat hingga tujuh kali ia open mic baru ada penonton yang tertawa. Tapi sampai saat itu, Newendi hanya menjadikan stand up comedy sebagai hobby. Hingga di tahun 2013, ada stand up com-edy festival yang diikuti ratusan komika professional di Indonesia.

Dari sanalah, Newendi bertekad untuk mendalami kancah hiburan. Meninggalkan pe-kerjaannya demi menjadi komika. Hingga awal 2014, ia masuk Stand Up Comedy Indonesia (Suci) 4 di Kompas TV. Di tahun berikut-nya, Newendi masuk di stand up comedy academy di Indosiar dan masuk sepuluh besar. Menurutnya menjadi komika ada tantangan tersendiri yakni harus membawa

citra positif untuk Lampung. “Supaya bukan cuma begal dan Andika Kan-gen Band saja yang dikenal,” katanya.

Saat ditemui di Warung Nong-krong, salah satu komika bernama Mufid memberikan beberapa tips, agar para komika dapat terus tampil di event. Menurutnya komika harus sering latihan dan sering manggung. “Yang paling penting manggung, karena kalau sudah menguasai pang-gung, apa saja enak,” tutur komika yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA ini.

Fatih Andhika, salah satu komika yang aktif di SUCL menjelaskan un-tuk membuat materi dimulai dari observasi pengamatan. Pada tahap itu komika dituntut untuk memiliki kejelian dan kepekaan akan lingkun-gan sekitar. Selain itu, komika juga di-tuntut untuk kritis. Hasil dari obser-vasi ditulis, dan dicoba ke beberapa teman. Jika teman tersebut menyu-kai atau merasa terhibur, baru ma-teri tersebut dikatakan layak untuk dapat dibawakan ke panggung event.

“Apa yang dilakukan komunitas ini tentunya berfokus menampil-kan pesan yang dibungkus hiburan. Pesan tersebut tentunya harus dibuat secara matang dalam pesan yang akan disampaikan,” tutur Fatih.

Menurutnya, untuk merampung-kan materi tidak ada waktu pasti. “Tergantung komika, kalau saya ter-gantung mood. Bisa satu minggu, ka-lau lama bisa satu bulan,” tuturnya. Ia mengaku kesulitan membuat materi ada di sense of humor yang tidak menentu. Fatih juga menambahkan, sebaiknya komika membawakan materi yang mengandung pesan moral agar apa yang didengar pe-nonton dapat bermanfaat tapi tetap mengandung humor. =

KomunitasR

epro.

Page 51: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 51 |

Malam itu Mira Olivia (24), putri sulung Sutan Bandar Mergo memakai

baju putih adat Lampung den-gan riasan siger berwarna perak duduk menunggu dengan cukup gelisah, senyuman tak pernah lu-put dari wajah Muli itu-julukan untuk gadis Lampung. Hingga yang ditunggu-tunggu pun datang.

Kutamaro selaku penglaku aris memasuki rumah Sutan Bandar Mergo kemudian memasang po-

sisi kuda-kuda di depan Mira dan memegang keris yang diangkat di muka, kemudian dengan lantang ia pun menyampaikan niatnya untuk menjemput Mira. Mira dan Kutamaro pun menunggu kepu-tusan sang sutan yang menjadi pangan tuho-orang yang paling tua dalam adat suku Kunang Lam-pung Abung Siwomigo.

Sang Sutan pun menjawab maksud penglaku aris tersebut, kemudian kembang api pun din-

yalakan, menandakan bahwa muli aris nomor satu itu telah berhasil dijemput dan dibawa ke sesat-ru-mah adat Lampung.

Waktu sudah menunjukan pukul 21.12 WIB, namun masih ada delapan muli aris yang masih di rumah masing-masing dan harus dijemput untuk dibawa ke sesat, di acara ini sesat diwakili dengan menggunakan pelataran rumah yang didekor adat Lam-pung karena belum adanya sesat

Budaya

Oleh Khorik IstianaFoto-foto Khorik Istiana

Begawai menjadi gelaran adat paling besar di Lampung. Bagi Lampung Pepadun, begawai merupakan adat pengambilan gelar sesuai dengan garis keturunan sang ayah.

Begawi, Gelar Sutan untuk Pangeran

Page 52: Majalah Teknokra

52 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

Budayadi Desa Negara Ratu Wates Kec. Gunung Sugih Kab Lampung Ten-gah itu.

Akhirnya, kesembilan muli aris tiba menggunakan kendaraan khusus yang disediakan oleh tuan rumah. Semua muli aris yang mas-uk sesat menggunakan pakaian adat Lampung serba putih, dipadu kain tapis dan siger berwarna kuning

Kembang api dinyalakan kem-bali, menambah meriah susana

malam itu, menandakan bahwa acara begawi akan segera dimulai. Begawi sendiri merupakan acara pengambilan gelar, dalam adat Lampung pepadun, gelar yang diambil sesuai dengan garis ketu-runan ayah.

Alunan musik talo pun mengir-ingi setiap muli aris yang mema-suki sesat. Mereka masuk sesuai urutan kedudukan atau tahta. Tahta yang dimaksud dalam adat Lampung ini merupakan ratu, ra-

jou, pangeran, dan sutan. Tempat duduk yang disediakan juga sudah diatur adat sesuai gelar muli aris dan mekhanai aris masing-masing.

Para muli selanjutnya akan me-nari, diantaranya yaitu Nari Di-unggak Talam. Tiap muli akan naik ke atas talam atau nampan dari kuningan, talam akan dipegangi oleh dua orang agar muli yang menari bisa menjaga keseimban-gan. Selain itu mereka juga menari Ngayak Talam, kali ini muli tidak menaiki talam, mereka hanya menari di depan talam masing-masing.

Semua perempuan yang hadir wajib mengenakan buhinjang atau sarung. Buhinjang yang digunakan juga berdasarkan statusnya. Se-orang gadis akan memakai buhin­jang setengah dia tas lutut, se-dangkan ibu rumah tangga akan mengenakan buhinjang sampai mata kaki. Haram hukumnya bagi perempuan yang tidak menggu-nakan buhinjang memasuki sesat. Tempat duduk laki-laki dan per-empuan pun dipisah, hal ini juga sudah diatur dalam tata adat Pe­padun.

Acara begawi itu dipimpin oleh dua tokoh adat yakni Sutan Raja dan Sutan Penyimbang Bumi, ser-ta dipandu Sutan Bandar Mergo. Acara dimulai dengan sirih pinang atau ucapan pembukaan yang di-bacakan salah satu tokoh adat, dilanjutkan dengan pembacaan panggeh Abung Siwo Migo. Panggeh yang dibacakan, merupakan panggeh yang telah dibakukan dan dibukukan oleh para tokoh adat. Para muli aris dan mekhanai aris kemudian menari dalam rang-ka penyambutan.

Page 53: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 53 |

Muli aris yang menari juga diururtkan berdasarkan tahta, seperti para muli aris dengan ge-lar keluarga sutan akan menari terlebih dahulu, kemudian disu-sul pangeran, rajou, dan terakhir ratu.

Ada 47 muli dan 47 mekhanai yang hadir, tiga diantaranya meru-pakan tamu dari Liwa, pakain adat yang digunakan terlihat berbeda dari muli lainnya. Setelan ber-warna merah dan hitam terlihat mencolok, ditambah siger den-gan bentuk berbeda menandakan mereka memiliki adat Lampung yang berbeda.

Sutan Penyimbang Bumi pun memanggil mekhanai aris un-tuk menari Penglaku Mekhanai. Dalam setiap tarian para muli dan mekhanai aris menari di tempat terpisah. Mekhanai aris menari berpasangan. Mengakhiri malam cangget agung itu, Sutan Penyim-bang Bumi juga memanggil para tuho untuk menari Penglaku Tuho.

Sebelumnya, tuan rumah, Sutan

Rajo Bangsawan sudah mengada-kan Nyuwak Ghuppek, yang meru-pakan proses pemanggilan satu kampung untuk menyampaikan niat ingin melaksanakan begawi.

Kemudian, prosesi yang dilak-sanakan setelah Nyuwak Ghuppek sendiri yaitu Turun Puserah Gawi, dalam hal ini seperti menurunkan berita acara untuk masyarakat bisa berembuk untuk mencapai mufakat. Mereka menentukan hari puncak atau cangget acara begawi tersebut.

Menurut Sutan Penyimbang Asal, selain acara cangget agung, masih ada acara turun mandei, dalam adat seorang yang akan mengambil gelar, pada malam cangget tersebut ia sudah men-dapatkan gelar pangiran. Acara turun mandei ini dilaksanakan di Lunjuk Kayo Agho. Mempelai wanita akan duduk di lunjuk kayu agho, sedangkan mempelai laki-laki akan ngingel tarian.

Setelah acara turun mandei selesai, acara akan dilanjutkan

dengan munggah bumei. Acara ini melibatkan sutan yang mau turun tahta dan pengiran yang akan naik tahta. pangiran yang akan naik tahta akan turun dari rumahnya, diusung jepano den-gan lawan nari, kemudian akan dibawa untuk memutari pusiban sebanyak tujuh kali putaran. Baru setelahnya pangiran akan diturunkan di tempat dia ngin­gel sutan dengan lawan narinya disaksikan dengan penyimbang-penyimbang. Kemudian setelah semua prosesi itu gelarnya pun diresmikan. Dalam adat Lampung istilah untuk meresmikan gelar disebut dicacak. Acara belum usai disitu, sang Sutan akan digotong memasuki sesat untuk dinaikkan ke pepadunnya.

Sutan akan turun dari pe­padunnya dan digantikan oleh anaknya yang menerima gelar sutan. Prosesi naik tahta dan tu-run tahta itu disaksikan oleh para penyimbang adat. Barulah setelah itu acara begawi selesai digelar.=

Budaya

Page 54: Majalah Teknokra

54 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

Kuliner

Di Jawa lapis legit lebih dike-nal sebagai jajanan pasar yang murah dan mudah

didapat. Namun, di Lampung lapis legit merupakan kue yang memi-liki harga yang cukup mahal, tak semua toko kue menjual kue la-pis satu ini. Selama ini, kue dengan rasa yang begitu legit ini hanya diproduksi oleh industri rumahan.

Seperti, Yuliawati (34), ibu ru-mah tangga yang membuka bisnis lapis legit di rumahnya. Siang itu, di halaman samping rumahnya yang beralamat di Waydadi, Sukarame, Bandarlampung, Yuli sibuk meng-hidupkan api dalam tungku kayu. Ia hendak membuat lapis legit pesan-an pelanggannya.

“Alat-alat buat lapis legit se-benernya dikit, cuma tutup tanah liat dua buah, tungku kayu, loyang, daun pisang, dan gelas yang memi-

liki bagian bawah yang rata,” jelas Yuli sembari menyiapkan adonan lapis legit.

Secara teknis, pembuatan la-pis legit Lampung memang cukup unik dan memakan waktu lama. Untuk membuat satu loyang la-pis legit dibutuhkan waktu empat hingga enam jam, tergantung pada nyala api dan panas yang diserap tungku dan tutup tanah liat. “Yang menjadikan pembuatannya lama ya karena tiap lapis itu tipis dan harus matang secara merata,” tambah Yuli.

Setelah api di tungku siap, Yuli pun mulai memanaskan tutup panci yang terbuat dari tanah liat. Setelah dirasa cukup panas, Yuli pun meletakkannya di atas loyang berisi adonan. Kemudian ia mema-naskan lagi tutup tanah liat, menu-angkan lagi adonan ke loyang yang

sama, dan menutupnya dengan tu-tup tanah liat yang sudah dipanas-kan kembali.

Sesekali Yuli meratakan adonan yang bentuknya cembung di ten-gah dengan pantat gelas. Kemu-dian kembali ia memanaskan tutup tanah liat, menuangkan adonan dengan hati-hati, begitu seterus nya hingga beberapa kali.

Proses itu yang membuat lapis legit berlapis-lapis. Daun pisang digunakan untuk menutup lapisan sudah matang sebelum ditutup dengan adonan lagi, ini dilakukan agar setiap lapisan matang merata.

Yuli mengatakan, pembutan la-pis legis seharusnya menggunakan telur itik, namun ia menggantinya dengan telur ayam. Karena jika menggunakan telur itik, pembua-tan lapis legit akan sangat mahal. Sedangkan bahan-bahan lainnya

Oleh Wawan Taryanto

Foto-Foto Wawan Taryanto

Pembuatannya yang masih tradisional, bahan­bahan yang mahal, dan memakan waktu yang lama, membuat lapis legit menjadi kue yang digemari masyarakat Lampung untuk disuguhkan

dalam acara­acara adat Lampung.

Lapis Legit

Kuliner Tradisional Selalu Digemari

Page 55: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 55 |

Kulinersama dengan resep aslinya, yakni gula, susu, vanili cair, mentega, dan sedikit tepung.

“Sebenarnya, dulu memasak lapis legit itu menggunakan kayu kopi. Karena saat ini sudah mulai langka, jadi pakai kayu biasa. Na-mun kita dapat menambahkan minyak ambon pada adonan, su-paya lapis nantinya wangi seperti dimasak dengan kayu kopi,” tam-bah Yuli.

Lapis legit Jawa sebenarnya me-miliki bahan-bahan yang serupa dengan lapis legit Lampung. Bedan-ya, lapis legit Jawa mengunakan kuning telur dan tepung sebagai bahan utamanya, sedangkan lapis legit Lampung menggunakan telur utuh sebagai bahan utamanya.

Tepung hanya sebagai pelapis loyang agar lapis legit tidak men-empel ketika ditiriskan. Dalam penggunaan susu, lapis legit Lam-pung menggunakan susu kental manis putih, sedangkan Jawa me-ngunakan susu bubuk. Dengan kata lain, lapis legit Lampung me-

miliki adonan telur, sedangkan Jawa memiliki adonan bolu.

Karena perbedaan bahan, rasa dan teksur antar keduanya tentu jelas berbeda. Lapis legit Lam-pung lebih basah dan lebih manis dibanding lapis legit Jawa. Tapi ja-ngan salah, meski memiliki tekstur lebih basah, lapis legit Lampung cukup awet untuk disimpan dalam waktu seminggu.

Begitupula dengan rasa manis-nya, meski hanya gula dan susu, namun proses pembuatannya membuat lapis legit Lampung ini memiliki manis yang optimal, mes-ki sangat manis namun tidak mem-buatnya kemanisan. Usai melalui proses yang begitu lama, lapis legit yang dibuat Yuli pun siap untuk di-antar ke pemesan.

Sebagai orang Lampung asli, Yuli cukup tahu bahwa lapis legit adalah resep tradisional milik suku Lampung. Warga asli Way Kanan itu menceritakan bahwa lapis legit merupakan kue yang dibuat oleh masyarakat Way Kanan.

Berawal dari masyarakat Way Kanan yang dulu mayoritas ada-lah peternak itik. Hampir di setiap rumah memiliki itik. Mereka pun kebingungan dengan hasil terul itik yang melimpah. Mereka me-mutuskan membuat olahan ma-kanan menggunakan telur-telur itik itu. “Akhirnya, muncullah lapis legit hasil olahan masyarakat Way Kanan,” kata Yuli.

Mulai saat itu, masyarakat Way Kanan kerap menghadirkan la-pis legit sebagai suguhan dalam banyak acara adat, seperti acara pernikahan, sunatan, hari besar agama, hingga upacara penyem-bahan tamu. Dari situ lapis legit secara perlahan menyebar ke seluruh Lampung, hingga dikenal seperti sekarang.

Meski sudah cukup dikenal masyarakat, di Lampung sendiri, makanan tradisional ini masih bersifat home industry yang masih memiliki lingkup usaha yang ke-cil. “Kayaknya belum ada yang produksi massal. Meskipun ada, itu bukanlah lapis legit asli Lampung. Kalo yang asli, kebanyakan emang masih pesenan, karena pengerjaan-nya yang lumayan lama, dan harus memakai alat tradisional supaya rasa khasnya muncul,” ujar Yuli.

Kandungan telur yang cukup banyak, membuat lapis legit Lam-pung memiliki kadar kalori yang tinggi. Satu iris lapis legit bisa me-ngandung 400 kkal. Bagi yang men-jalani program diet, lapis legit ini tak baik untuk dikonsumsi. Proses yang cukup lama dan bahan yang cukup mahal, membuat harganya cukup mahal. Satu loyang lapis legit setidaknya dijual 200 ribu rupiah.=

Proses pembuatan lapis legit dengan tungku kayu.

Page 56: Majalah Teknokra

56 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

Sejarah

Jejak Jawa di Tanah Tapis

Dua patung lembu yang menarik ‘luku’ atau alat pembajak tradisional itu diletakkan di tengah ruangan lantai satu Museum Nasional Ketrasn-migrasian, seolah siap maju untuk membajak lahan pertanian. Mungkin dari satu segi memang begitu. Memutar kembali sejarah transmigrasi di

Indonesia, menjadi simbol trasnmigran yang mayoritas adalah petani.

Oleh Hayatun Nisa FahmiyatiFoto-foto Hayatun Nisa Fahmiyati

Page 57: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 57 |

Kala itu, ketika Belanda se-makin maju akibat kekayaan yang melimpah dari hasil

menjajah Indonesia selama 350 ta-hun, Indonesia mengalami kemiski-nan dan kemerosotan tingkat hidup yang sangat parah. Kepincangan tersebut menggerakkan sekelom-pok cendikiawan dan pemuka masyarakat Belanda untuk mendi-rikan gerakan yang bertujuan men-dorong pemerintah Belanda untuk mengembalikan atau membayar utang budi bangsa Belanda kepada Indonesia.

Pada tahun 1899, seorang revo-lusionis kolonial Conrad Theodore van Deventer menulis artikel dalam majalah De Gids, berjudul Een Ee-reschuld (Utang Kehormatan). Tulisannya itu berisi angka-angka konkret yang menjelaskan kepada masyarakat Belanda, bagaimana mereka menjadi negara yang mak-mur dan maju merupakan hasil dari kolonialisasi yang berasal dari dae-rah jajahannya, Indonesia.

Lewat tulisannya, Deventer menganjurkan pemerintah Belanda untuk mengembalikan sebagian dari keuntungan yang diperoleh dari Indonesia. Caranya dengan menggunakan sisa anggaran belanja negara sejak tahun 1876 sebesar 176 juta Golden untuk membiayai pembangunan di Indonesia.

Pada tahun 1900, pemikiran politik Deventer yang kini dikenal dengan Trilogi van Deventer itu mulai diterapkan pemerintahan Hindia-Belanda (Indonesia), tiga cara tersebut yaitu irigasi, edukasi, dan migrasi. Pemerintah Hindia-Belanda pun melakukan peminda-han rakyat Jawa untuk keluar Pulau Jawa.

1905 menjadi tahun pertama pemindahan, kolonial atau sebu-tan transmigran di zaman koloni-alisasi Belanda pertama dikirim ke Provinsi Lampung. Melalui pelbagai persiapan, pemindahan pertama berlangsung pada bulan Novem-ber. Ada 155 kepala keluarga (KK) dari Desa Bagelen, Karesidenan Kedu, Jawa Tengah yang dikirim ke provinsi paling selatan di Pulau Su-matera itu.

Program migrasi yang awalnya bertujuan menyejahterakan rakyat pribumi lewat pembukaan lahan mulai mengalami penyimpangan. Migrasi ke Lampung mempunyai tujuan menetap, para imigran di-jadikan kuli kontrak. Migrasi ditu-jukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di lahan-lahan milik Belanda. Maka tak jarang banyak imigran yang melarikan diri.

Pemerintah Belanda pun

mengeluarkan Poenale Sanctie, yaitu peraturan yang menetapkan bahwa pekerja yang melarikan diri akan dicari dan ditangkap polisi, ke-mudian dikembalikan kepada man-dor. Kondisi tersebut membuat beberapa rakyat pribumi mem-berontak dan menyuarakan bahwa politik etis telah gagal dalam pelak-sanaannya. Lambat laun proses migrasi semakin membaik, berkat metode selekasi yang semakin baik, serta lokasi pemukiman yang jelas, jumlah penduduk yang bermigrasi terus meningkat. Pada tahun 1930, jumlah imigran dari jawa mencapai tiga ribu jiwa.

Namun, baru pada tahun 1950, masalah kependudukan baru diu-sahakan pemecahannya setelah pengakuan kedaulatan rakyat In-donesia. Untuk pertama kalinya, Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengirimkan 23 KK ke Desa

Bola besi empat rantai atau bola peluru dulu digunakan sebagai alat bantu pembukaan lahan untuk persiapan pemukiman transmigrasi di Provinsi Lam-

pung pada tahun 1954 - 1964.

Sejarah

Page 58: Majalah Teknokra

58 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |Wayang kulit dari Jawa Timur.

Bagelan, Gedong Tataan, Lampung Selatan pada 12 Desember 1950 yang kemudian diperingati sebagai Hari Bhakti Transmigrasi.

Sejak saat itu, masalah kependudukan menjadi masalah yang diprioritaskan penyelesaian-nya. Pelaksanaan transmigrasi diatur dalam undang-undang. Tu-juannya untuk meningkatkan kes-ejahteraan rakyat, melalui penye-baran penduduk yang seimbang demi pengembangan sumber daya alam.

Penyiapan daerah penerima di-siapkan dengan matang. Persiapan daerah penerima tidak hanya men-yangkut lahan dan perumahan bagi transmigran, tapi juga prasarana perhubungan, jalan, dan fasilitas lainnya. Sarana ibadah dan sarana pendidikan telah disiapkan di pe-mukiman.

Pertumbuhan transmigrasi ternyata mendorong pertumbuhan daerah penerima. Lampung pun se-

makin mengalami kemajuan dalam banyak bidang terutama bidang pertanian dan perkebunan. Inves-tasi mulai berkembang sejalan den-gan tumbuhnya daerah-daerah pe-mukiman baru. Kedatangan tenaga terampil dan produktif dalam jum-lah besar langsung memutar roda ekonomi setempat.

Museum sebagai Pengabadian Sejarah

Museum Nasional Ketransmi-grasian dibangun pada 12 Desem-ber 2004 bertepatan dengan Hari Bhakti transmigrasi ke-54, pemba-ngunan tersebut diinisisasi oleh Prof, Muhajir Utomo yang kala itu masih menjabat Rektor Universitas Lampung (Unila). Tujuan pemban-gunan itu adalah untuk mengabadi-kan sejarah transmigrasi di Indo-nesia. Menurut Eko Sunu Sutrisno selaku Kepala Bagian Pelayanan Museum Nasional Ketransmigra-sian, dengan alasan historisnya,

Desa Bagelen dipilih sebagai lokasi pembangun.

Bagunan megah berlantai dua bersimbol Siger mengkilap di ba-gian atas beranda akan menyapa para pengunjung saat tiba di pintu gerbang museum. Di bangian luar gedung yang bercat putih gading itu dihiasi ornamen gajah Lampung yang dipadukan ukiran khas Jawa di bagian pintu masuknya.

Suasana Jawa makin terasa ke-tika memasukinya, selain patung lembu pembajak sawah, di lantai satu terdapat beberapa ruangan koleksi yang berisi seperangkat gamelan dan wayang golek. Berse-belahan dengan ruang gamelan, ter-dapat perpustakaan yang dilengkapi beberapa komputer dan buku seja-rah. Furnitur tempo dulu berupa meja tamu, lemari, serta tempat ti-dur terbuat dari besi ikut dipamer-kan di ruangan lainnya.

Museum itu juga menawarkan ruang auditorium yang ditata la-yaknya bioskop agar pengunjung dapat menikmati film dokumenter sejarah trasnmigrasi di Indonesia. Ruangan berkapasitas 80 orang itu juga dilengkapi tempat duduk yang nyaman. Kawasan museum yang berdiri di lahan seluas 6,3 hektar itu tidak hanya diperuntukan bagi museum, terdapat juga sebelas an-jungan yang tersedia, yaitu anju ngan Bali, Jawa Timur, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Suriname. Kecuali Suriname dan Lampung, semua anjungan merupa-kan daerah asal warga transmigran. Museum ini merupakan satu-satu-nya museum transmigran yang ada di Indonesia =

Sejarah

Page 59: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 59 |

OPINI

Secara konseptual “kebuday-aan” itu berkembang sebagai perwujudan tanggapan aktif

manusia terhadap lingkungannya. Nilai-nilai, gagasan, dan keyaki-nan sebagai abstraksi pengala-man dalam menghadapi tantangan lingkungan hidup dalam arti luas, itulah yang kita definisikan sebagai kebudayaan.

Manusia tergolong sebagai makhluk yang tata susunan jas-maninya masih umum (general-ized form animal); berbeda den-gan makhluk hewan (specialized form animal). Manusia masih ser-ba canggung untuk hidup dalam lingkungan alam dalam menghada-pi tantangan tertentu. Kelemahan jasmani inilah yang merangsang diri manusia untuk mengembang-kan perlengkapan non ragawi (extra somatic tools), yang kemu-dian kita kenal sebagai kebuday-aan. Dengan demikian, manusia mengembangkan kebudayaan se-bagai penyambung kesederhanaan jasmaninya yang bersifat umum tersebut.

Pesatnya perkembangan ilmu

dan terobosan teknologi serta makin luasnya cara pandang merupakan hasil budaya manusia yang berkembang akibat proses interaksi dan komunikasi dengan lingkungan. Manusia termasuk makhluk hidup yang tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan budaya; hal inilah yang memacu dan memicu setiap manusia untuk lebih dinamis dalam beraktivitas. Dinamika dan daya dorong, baik dari dalam maupun dari luar dirin-ya - bagaikan virus - yang tumbuh dan bekembang secara cepat ke-seluruh aspek kehidupan. Virus – secara umum - diartikan oleh se-bagian mayarakat sebagai makh-luk kecil yang berkonotasi negatif, namun dalam hal ini pengertian virus adalah kebutuhan untuk lebih maju, lebih berprestasi, atau lebih banyak berkarya (need for Achivement = n.Ach).

Budaya Lampung dan Pem-bangunan

Secara historis, pengguna Bu-daya Lampung meliputi Daerah Lampung sampai Daerah Komer-

ing dan Kayuagung. Pada umum-nya, budaya Lampung dapat dilihat dari aspek sikap dan perilaku ser-ta pedoman hidup yang disebut pi’il pesengiri, juluk adek, nemui nyimah, nengah nyappur, dan sakai sambaian.

Pi’il pesengiri berasal dari dua kata; yakni : pi’il mempunyai makna rasa (sifat dan sikap yang dipertahankan), sedangkan pesen-giri berarti nilai, harga diri atau jati diri. Hal ini berarti pi’il pesengiri bermakna pantang mundur, tidak mau tertinggal, juga dapat berar-ti perangai, perbuatan, dan rasa malu.

Dalam era globalisasi ini, yang penuh dengan persaingan secara ketat dan adanya kecenderun-gan ke arah budaya materialis-tis dan budaya jalan pintas maka mengembangkan budaya malu merupakan filter untuk menyar-ing dan menghindari intevensi bu-daya negatif lainnya. Dalam kaitan ini, nilai-nilai Budaya Lampung di atas sesungguhnya memberikan kontribusi dan memiliki potensi untuk menggerakkan serta meng-

VIRUS BUDAYA

Muhammad Thoha Sampurna JayaDosen FKIP Universitas Lampung

(Pembangunan Manusia yang Berkarakter)

Repro.

Page 60: Majalah Teknokra

60 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

OPINIgairahkan pembangunan.

Namun tidak kalah pentingnya kita harus mawas diri agar pem-bangunan itu tidak akan mem-berikan dampak negatif terhadap pelestarian fungsi adat-budaya tersebut. Adalah suatu yang san-gat naif dan ironis bila pembangu-nan tersebut menimbulkan “dis-integrasi” masyarakat Lampung dengan adat-budayanya.

Pembangunan merupakan perilaku mengubah lingkungan, sehingga pembangunan tersebut akan memberikan dampak ter-hadap lingkungan sosial-budaya. Dampak tersebut memiliki dua sisi, yakni sisi positif dan sisi nega-tif. Dampak positif dapat berupa peningkaan kualitas dan harkat manusia, sedangkan dampak nega-tif dapat berupa benturan budaya, dapat melahirkan ketegangan so-sial-budaya sehingga memuncul-kan konflik nilai maupun norma kehidupan. Untuk itu, diperlukan strategi dan kebijakan pemban-gunan kebudayaan yang mencip-takan suatu “virus” budaya. Virus budaya yang dimaksud adalah budaya kerja, budaya disiplin, dan budaya malu.

Budaya kerja adalah suatu perilaku yang dinamis, selalu in-gin berperilaku (bekerja) sebaik-baiknya dan menghasilkan indeks produktivitas yang tinggi. Indeks produktivitas tersebut tercermin dari karya-karya yang optimal dan bermutu. Proses pembangunan budaya kerja merupakan proses suatu perubahan baik secara kuantitatif maupun secara kuali-tatif.

Budaya disiplin adalah suatu sikap dan perilaku untuk tetap

konsisten dan konstan dalam ber-interaksi dengan lingkungan. Kon-sistensi dalam mempertahankan kedisiplinan tercermin pada komitmen kita terhadap pengem-bangan jati diri, baik secara indi-vidu maupun kelompok. Budaya disiplin tidak hanya tercermin pada tepat waktu, tetapi juga ter-cermin pada aktivitas lain, seperti disiplin anggaran, disiplin kerja, di-siplin berlalu lintas, disiplin bicara, maupun disiplin lainnya.

Budaya malu adalah sikap, sifat, dan pola serta gaya hidup yang lebih mengutamakan marta-bat dan jati diri sebagai manusia menjunjung nilai dan etika dalam berkehidupan sebagai anggota masyarakat. Budaya malu dapat ditumbuhkembangkan dalam semua aspek dan aktivitas serta interaksi dengan lingkungan. Se-seorang merasa malu bila gagal dalam melaksanakan tugas, malu bila melakukan penyimpangan,

dan malu bila tidak disiplin dan ti-dak bekerja.

Jika ketiga virus budaya tersebut dapat tumbuh dan berkembang sejalan dengan proses pemban-gunan, maka kemudian menjadi pedoman – sebagai kompas- bagi masyarakat pendukungnya; sudah barang tentu perkembangan bu-daya yang negatif dapat dikenda-likan secara preventif maupun ku-ratif. Ketiga budaya tersebut akan terwujud dalam kehidupan ma-syarakat Lampung secara sinergis sehingga akan terjadi perubahan sikap dan perilaku serta gaya hid-up mayarakat Lampung.

Mengubah sikap, perilaku dan gaya hidup tersebut tidak ada pilihan lain kecuali melalui 3 (tiga) proses koreksi, yakni (1) koreksi sikap dan perilaku dan memiliki wawasan manusia sebagai makh-luk berpikir dan memiliki nurani, (2) koreksi secara alami oleh me-kanisme dan sistem lingkungan itu

Ilustrasi Retnoningayu janji U

tami

Page 61: Majalah Teknokra

OPINI

Iklan

IKLAN

sendiri, dan (3) koreksi budaya dengan memilih budaya yang ra-mah dan adaptif dengan lingkun-gan itu sendiri.

Dengan gambaran seperti di atas, pemberdayaan lingkungan budaya masyarakat harus dilaku-kan secara berkelanjutan den-gan usaha-usaha nyata, konkrit, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Melalui proses ini diharapkan potensi ma-syarakat akan terkuak dan inisiatif makin tumbuh dari “dalam” untuk melakukan pemberdayaan ke arah yang positif. Bantuan dari “luar” akan bertemu dengan aspirasi dari “dalam” sehingga menghasil-kan proses pemberdayaan ma-syarakat dengan terlibatnya parti-

sipasi masyarakat dalam menum-buhkembangkan budaya kerja, budaya disiplin, dan budaya malu dengan ciri-ciri khas masyarakat itu sendiri.

Strategi pemberdayaan lingkun-gan mayarakat berupa keterkai-tan (linkage) antarpelaku pem-bangunan, keterkaitan antarsek-tor, antarwilayah, antarlembaga yang berlandaskan visi dan misi pembangunan itu sendiri. “Ego sektoral” atau ego wilayah yang menghantui dalam pelaksanaan pembangunan harus dihindari dengan cara pandang bahwa Dae-rah Lampung merupakan satu kesatuan yang utuh, suatu sistem lingkungan yang terbuka.

Pembangunan memberikan

dampak terhadap perubahan tata-kehidupan sosial-budaya. Pembangunan merupakan usaha untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Oleh sebab itu, pengembangan “tri budaya” (yang berkembangbiak bagaikan virus) akan memberikan kon-tribusi percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik kesejahteraan fisik maupun kes-ejahteraan nir­fisik. Tanpa adanya strategi dan partisipasi masyara-kat di atas, perubahan sosial-bu-daya akibat proses pembangunan akan menimbulkan kejut budaya (cultural shock) dan kejut sosial (social shock) yang dapat melahir-kan “disintegrasi” manusia dengan lingkungannya.=

Page 62: Majalah Teknokra
Page 63: Majalah Teknokra

KARIKATUR

Page 64: Majalah Teknokra

64 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

LingkunganKampung Hijau

untuk Lampung Hijau

Setahun terbentuk, Kampung Hijau di Panjang Selatan diharapkan dapat menjadi percontohan

yang berhasil dan dapat diterapkan di daerah lainnya. Menanamkan pemahaman kepada

warganya dijadikan fokus dalam usaha pelestarian lingkungan hidup.

Oleh Khorik Istiana, Yola SavitriFoto-foto Wawan Taryanto

Page 65: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 65 |

S iang itu, Senin (21/11) udara panas dan debu jalanan menyelimuti ham-

pir seluruh bagian daerah Pan-jang. Hal yang lumrah ditemui untuk ukuran daerah industri dan pelabuhan dagang. Namun, di tengah kegersangan Panjang, memasuki Jalan Selat Malaka III, Gang Kiter 1, Panjang Selatan suasana tampak berbeda.

Pemandangan tampak segar, beberapa pohon rindang meng-hiasi pekarangan rumah warga. Di depan gang terpampang jelas gapura dengan plang bertuliskan Kampung Hijau. Beberapa po-hon buah seperti anggur, man-gga, kedondong, dan jambu air tampak berderet rimbun. Tiga kotak sampah berbeda (organik, anorganik, dan bahan beracun berbahaya) ditata rapi di setiap rumah. Gang Gliter merupakan

tempat percontohan Kampung Hijau.

Berawal dari perkumpulan Rukun Tetangga (RT) se-Pan-jang Selatan pada 2009 yang membahas masalah perubahan iklim. Tercetus ide pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga lainnya. Rini Murtini (54) yang saat itu berinisiatif untuk membuat sebuah perkampun-gan hijau.

Ia memberanikan diri untuk berbicara dengan Mitra Bentala, Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang lingkun-gan hidup. Beberapa proses pun dilakukan pihak Mitra Bentala untuk mengajukan wilayah gang Kiter 1 sebagai percontohan Kampung Hijau. Hingga akhirnya pemerintah Kota Bandaralam-pung setuju dengan pembangu-nan Kampung Hijau di Panjang

Selatan.Rini yang mengaku mencintai

lingkungan itu, menjadi pengelo-la harian Kampung Hijau yang diresmikan pada Agustus 2014 itu. Hal tersebut tak luput dari pendampingan dari Mitra Ben-tala. Rumahnya yang ada di Gang Kiter itu dijadikan sebagai pusat segala kegiatan Kampung Hijau.

Sesuai namanya, Kampung Hi-jau memiliki kegiatan cinta ling-kungan. Mulai dari bank sampah, Laskar Hijau, rumah belajar, me-nanam bunga dan menanam po-hon sebagai usaha penghijauan di lingkungan sekitar. Kampung percontohan ini juga fokus pada permasalah utama yaitu sampah.

Berbagai kegiatan seperti daur ulang sampah, pembuatan pupuk organik, dan bercocok tanam menjadi bagian dari ak-tivitas sehari-hari warga Kam-

Lingkungan

Page 66: Majalah Teknokra

66 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

pung Hijau. Sedangkan Laskar Hijau merupakan aktivitas in-tervensi ke anak-anak dengan menanamkan pemahaman ling-kungan dengan metode sekolah lapangan.

Di ruang tamu rumah Rini yang bercat hijau itu, terpajang rapi beberapa baju daur ulang sampah. Berdiri sejak 2009, ru-mah hijau yang dibantu Mitra Bentala dalam pengembangan-nya tersebut mampu bertahan dan tetap eksis hingga kini.

Setiap minggu, para laskar hijau yang terdiri dari anak-anak daerah sekitar berkumpul dan belajar bersama. “Dari 5 jadi 40 anak,” ujar Rini. Banyak yang dilakukan untuk mengajari anak-anak tersebut paham akan pelestarian hidup hijau Mere-ka diajak ke pinggir laut untuk dikenalkan bau sampah dan dia-jarkan memanfaatkan sampah untuk mendapat nilai ekonomis dari sampah.

Selain itu, Laskar Hijau juga diharuskan membawa sampah anorganik dari rumah. Sampah

tersebut kemudian ditimbang dan dikembalikan dalam bentuk buku tabungan dengan nomi-nal sampah tersebut. Nantin-ya, tabungan uang sampah itu, dibawa ke lapak sampah untuk ditukar saat sudah terkumpul cukup banyak.

Para ibu rumah tangga pun diajarkan membuat kerajinan dari sampah yang dikumpulkan. Musdalifah salah satu warga Kampung Hijua, saat ditemui di rumahnya, terlihat tengah asyik membuat manisan dari jambu air. Mus membenarkan bahwa setiap minggunya selalu diadakan kumpul bersama. Ia mengaku sudah mengikut pro-gram Kampung Hijau sejak awal. Menurut Mus, sejak berdirinya Kampung Hijau, warga selalu mendukung.

Melalui Mitra Bentala, Pemer-intah Kota (Pemkot) turut men-dukung kegiatan yang ada di Kampung Hijau dengan mem-berikan bantuan mulai dari pen-golahan sampah (kotak sampah), bantuan mesin pencacah, tana-

man, mainan anak-anak, buku bacaan dan bibit pohon.

Rini menjelaskan, meski war-ga Kampung Hijau sudah memi-liki kesadaran untuk menghijau-kan lingkungannya, bukan tanpa rintangan untuk mengajak warga terus ikut berpartisipasi dalam tiap kegiatan cinta lingkungan. “ya seperti menaruh tanaman di depan rumah dan rutin ber-sih-bersih,” ungkap Rini.

Rini mengaku belum semua masyarakat setempat berga-bung dalam gerakan Kampung Hijau. Warga pun kurang mema-hami bahwa inti dari dijualnya sampah tak lain untuk memeli-hara lingkungan, sedangkan uang hasil penjualan hanyalah bonusnya.

Respon dari aparat pemerin-tah memang belum terasa, maka untuk memperluas jangkauan Kampung Hijau masih terasa sangat lamban. Rini merasa kurang punya kekuatan dalam menggerakkan warga. Peran pa-mong desa pun tidak terlihat.

Rini berharap Kampung Hi-jau bisa diterapkan juga di daerah-daerah lain di Lampung, hingga terbentuk Lampung Hi-jau. Selanjutnya, tak hanya bank sampah, tetapi Kampung Hijau bisa memberikan bantuan ke-pada warganya dalam bentuk simpan pinjam yang akan diso-sialisasikan selanjutnya. “Mereka bisa meminjam uang dan nanti bisa dibayar dengan sampah misalnya. Berarti saya harus punya modal. Ada sampah yang bisa dijual ada juga sampah yang harus diperkenalkan dengan mereka,” tambahnya. =

Lingkungan

Page 67: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 67 |

SISI LAIN

Senin sore (21/12), di bawah rintik hujan, seorang laki-laki tua dengan topi hitam

di kepala, terlihat sedang duduk bersila dalam becaknya. Tatapan-nya kosong, terlihat seperti se-dang melamun. Kulitnya hitam, tubuhnya kurus hingga tulang pipinya terlihat jelas. Pakde, begi-tu sapaan akrab Suparman. Ayah dari lima anak ini, memang sering mangkal di parkiran Pasar Tugu Bandar Lampung.

Mengayuh becak sedari pagi dan baru pulang larut malam adalah rutinitasnya selama 35 ta-hun. Ia harus bekerja untuk meng-hidupi istri dan anak-anaknya. Saat usianya masih remaja, pakde bekerja sebagai buruh pabrik roti di Jawa. Akibat perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, membuat pakde diberhentikan.

Sempat ia menganggur dan ke-sulitan mencari pekerjaan. Supar-man merupakan perantau asal Jawa yang memutuskan pindah pada tahun 1979. Merasa kesuli-tan mencari pekerjaan di Bandar Lampunng akhirnya mau tidak

mau pakde memilih menjadi tu-kang becak. “Daripada menjadi pengangguran, lebih baik saya membecak mbak,” tuturnya lem-but.

Menggunakan becak bukan milik sendiri mengharuskan pak-de menyetor uang stiap harinya pada pemilik becak. Pertama kali membecak tahun 1980, pakde harus menyetor uang 700 ru-piah sampai 1.000 rupiah per harinya. Hingga saat ini, setiap harinya pakde harus menyisakan pendapatan membecaknya sebe-sar 5.000 rupiah per hari.

Penghasilan yang tidak menen-tu membuat pakde dan anaknya harus tetap sabar dalam mengha-dapi kehidupan. Kesulitan mem-besarkan anak serta hidup serba kekurangan, tidak membuat pakde kecewa, sedih, ataupun mengeluh. “Ya, saya ndak mau mengeluh mba, buat apa? Sudah nasibnya begini, jadi pasrah teri-ma saja keadaan,” ungkap pakde.

Di usia 59 tahun, pakde sema-kin hari semakin merasa kesuli-tan mengayuh becaknya. Mudah

lelah, itulah yang dirasakannya saat ini. Pakde yang sudah sering-kali dilarang dan di suruh berhen-ti bekerja oleh anak-anaknya itu, tetap saja memilih untuk bekerja. Ia yang sudah lama ditinggalkan oleh almarhumah istrinya itu, memilih hidup sebatang kara. Karena tidak mampu untuk me-nyewa kamar kos atau kontrakan. Ia memilih tinggal di garasi mobil salah satu temannya. Tidur tanpa kasur, selimut, dan bantal sudah menjadi hal yang biasa baginya.

Meskipun sudah tua, ia tetap ingin hidup mandiri tanpa ha-rus merepotkan orang lain. Tidak pernah ia mau berhenti bekerja. Takut menyusahkan anak, ka-tanya. Laki-laki renta itu amat berharap dapat menikmati dan menghabiskan masa tuanya den-gan berdagang di kios kecil-ke-cilan. Menurutnya, meskipun tak seberapa asalkan bisa menabung sedikit demi sedikit. “Karena menjadi pengangguran itu tidak enak. Membuat pikiran men-jadi stress,” ujar pakde sambil tersenyum. =

Sulitnya mencari pekerjaan di Bandarlampung membuat perantau asal Jawa ini harus menjadi tukang becak selama 35 tahun. Kini, di usiannya yang lebih dari setengah abad, ia

masih harus mengayuh becak demi menyambung hidup.

Mengayuh Rezeki di Tengah KotaOleh Fitria WulandariFoto Fitria Wulandari

Page 68: Majalah Teknokra

68 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

INFO BEASISWA

Beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) kini hadir di Universitas Lampung (Uni-

la). KSE merupakan yayasan yang didirikan sejak 3 Otober 1998 di Universitas Indonesia (UI). Beasiswa KSE yang diberikan, Sebanyak 24 perguruan tinggi negeri di Indonesia yang berun-tung mendapat kesempatan menerima beasiswa KSE. Unila termasuk universitas yang baru bergabung tahun 2015. Paguy-uban KSE Unila resmi dibentuk pada 28 September 2015 lalu. Ketua paguyuban KSE Unila, Mu-hamad Amin Tohari (Hukum ’14) mengemukakan bahwa Paguy-uban KSE merupakan kumpulan dari mahasiswa tiap fakultas yang mendapatkan beasiswa KSE.

Ada dua program utama bea-siswa KSE. Pertama, Beasiswa Reguler yang merupakan pem-

Beasiswa KSE untuk Unila

berian bantuan finansial pada mahasiswa yang membutuhkan. Bantuan tersebut berupa; ke-butuhan hidup, buku, internet, dan lain sebagainya. Kedua, Bea-siswa Unggul yang merupakan pengembangan kompetensi ma-hasiswa unggul dalam mengem-bangkan kemampuan diri, profe-sional, dan akademik.

Pendaftaran beasiswa dilaku-kan secara daring melalui web-site KSE (karyasalemempat.org). Berikut beberapa dokumen atau persyaratan yang harus dipenuhi calon pendaftar beasiswa: • Pas foto 4x6 berwarna (2

lembar)• Foto Copy Kartu Mahasiswa• Foto Copy KTP• Form KSE• Registrasi Online (Print out

data Registrasi Online mas-ing-masing)

• Surat Lamaran• Curiculum Vitae• Essay• Transkip Nilai• Rekomendasi Fakultas• Rekomendasi Paguyuban• Foto Copy Kartu Keluarga• SKTM/Slip Gaji• Rekening Listrik

Jika ingin memperoleh infor-masi lebih lanjut seputar bea-siswa KSE, dapat mengubungi Paguyuban KSE Unila lewat so-sial media, FB: KSE Unila, Id Line : Pagu yuban KSE Unila, dan Twit-ter : @KSE_Unila. =

Oleh Ayu Yuni Antika

Rejeki Dewi Mulyani (Sosiologi ’14)

089531515xxx

Sebaiknya mahasiswa yang datang ke

beringin tidak memakirkan kendaraannya di

sepanjang jalan beringin. Karena sudah jelas

terpasang rambu-rambu dilarang parkir. Jika

karena tidak ada lahan parkir, sebaiknya ma-

hasiswa berjalan kaki dari fakultasnya menuju

beringin Unila. Menurut saya letak beringin

pun cukup strategis. Terima kasih.

Tsalisa (PAUD ’15) 085788588xxx

Mohon untuk lebih diperhatikan kampus

A panglima polim. Fasilitas kursi, meja, LCD,

dan speaker masih kurang. Jalan menuju kam-

pus masih rusak, tidak ada perpustakaan dan

musholah. Mohon lebih diperhatikan lagi.

Bhakti Persada (Pend. Ekonomi ’15)

085779239xxx

mohon untuk lebih memperhatikan fasili-

tas yang ada di gedung E, seperti AC yang ja-

rang hidup sehingga mengganggu kenyamanan

dalam kegiatan perkuliahan. terima kasih.

Sampaikan keluhanmu lewat Suara Mahasiswa, dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 08982252881/08978669233 atau Line @tcl200s

Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai identias lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami mencocokkannya dengan data siakad Unila.

Suara Mahasiswa

Repro.

Page 69: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 69 |

KESEHATAN

Suhanda (20) semakin sering lupa akan kejadian yang ter-jadi dalam hidupnya, baik

yang sudah lama sampai yang baru saja terjadi. Mahasiswa semester lima yang sedang menjalani ku-liahnya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Ban-darlampung ini mengaku ingatan-nya semakin kabur sejak ia masih di semester tiga.

Awalnya ia mulai lupa teman-temanya di masa sekolah dulu, hal itu terjadi perlahan, mulai dari wajah teman-temannya yang mu-lai kabur diingatannya hingga akh-irnya Suhanda tak mengingat lagi siapa nama teman-temannya itu.

Laki-laki yang menggilai anima-si-animasi Jepang ini juga men-galami kesulitan ketika kuliah. Ia benar-benar merasa kesulitan di mata kuliah yang mengharuskan-nya menghapal. Katanya, setiap kali mencoba menghapal, tak ada yang bisa ia ingat, dan selalu be-gitu.

Kondisi itu membuat Suhanda bingung dan frustrasi, ia pun

menceritakan masalahnya kepada teman baiknya. Berkat saran dan ajakan temannya itu, Suhanda memeriksakan diri ke dokter. Ia pun melalui beberapa tes pemer-iksaan, yang mendapati ia positif menderita penyakit Demnesia Al-zheimer tingkat sedang.

Anak yatim ini belum menge-tahui secara pasti penyebab ia menderita penyakit Demensia Alzheimer itu. Sepengetahuannya, belum ada anggota keluarganya yang pernah mengidap penyakit itu.

“Sedih iya, tapi ya mau bagaimana lagi sudah ketetapan yang di atas saya dapat penyakit ini, bersyukur saya mengetahuinya dari awal saat penyakit ini belum terlalu parah kalau saya tahu saat sudah parah kan lebih susah buat mengobatinya,” ujar Suhanda.

Meski menghadapi kenyataan dengan tabah, Suhanda tetap merasa takut menderita penyakit yang belum ada obatnya itu. Dit-ambah memorinya terus terkikis, menakutkan baginya membayang-

kan ia akan melupakan semuanya di usia muda.

Kondisi ekonomi yang lemah, membuat Suhanda tak sampai hati untuk mengatakan apa yang ia alami kepada sang ibu. “Ibu saya orang kecil yang dagang di pasar, saya gak mau membebani beliau dengan penyakit saya ini,” jelas anak semata wayang itu.

Selama ini, Suhanda hanya melakukan terapi Al-Quran dan terkadang mengonsumsi obat-obatan herbal untuk mencegah penyakitnya semakin parah. Ia pun sering membuat catatan-catatan penting untuk membantu dirinya untuk mengingat sesuatu.

Cara ini menurutnya paling efektif karena dia berhasil meng-ingat dari catatan-catatan yang ia buat. Tapi yang menjadi kendala adalah dia kadang lupa menaruh buku catatannya hingga sering hi-lang.

Si Pencuri IngatanFungsi otak menjadi bagian yang

diserang oleh Alzheimer, sehingga

Alzheimer Harga Sebuah IngatanOleh Defika Putri Nastiti

Seperti pencuri ingatan, perlahan tapi pasti Alzheimer membuat penderitanya kehilangan memori kehidupannya. Meski belum bisa dis­embuhkan, penderita masih memiliki kesempa­tan menikmati hidup normal dengan perhatian

orang di sekitarnya.

Ilust

rasi

Ret

noni

ngay

u Ja

nju

Uta

m

Page 70: Majalah Teknokra

70 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

KESEHATAN

penderitanya akan mengalami penurunan fungsi otak. Penderit-anya akan kehilangan kemampuan intelektual dan sosialisasi yang cu-kup parah sampai sulit melakukan aktivitas sehari-hari, hingga me-nyebabkan kematian.

Hingga saat ini penyebab al-zheimer belum ditemukan, demikian pula obat untuk pend-eritanya. “Kita hanya bisa mence-gah agar tidak mengidap penyakit tersebut,” ujar dr. Ruth Mariva.

Menurut dokter saraf ini, pen-derita Alzheimer biasanya akan mengalami perubahan perilaku. Misalnya, bangun tengah malam dan bepergian, lupa dengan ang-gota keluarga serta identitas dirinya, bahkan bisa membuka baju di depan banyak orang.

Beberapa tanda-tanda Alzheim-er bisa dijadikan rambu-rambu waspada. Seperti, lupa akan janji, sering berbicara hal yang sama secara berulang-ulang, melaku-kan aktivitas sehari-hari jadi lebih lambat, sulit fokus, hingga menarik diri dari pergaulan. Semuanya ker-ap terjadi dan hampir setiap hari, bukan sesekali. “Kalau ada anggota keluarga yang mengalami saat ciri saja, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan dan deteksi dini,” sa-ran dr. Ruth.

Ia juga menjelaskan meski dalam beberapa penelitian Al-zheimer hanya menyerang mer-eka yang berusia lanjut, yakni 65 tahun ke atas. Namun, kini Al-zheimer sudah mulai menyerang usia muda. Hingga saat ini ilmu medis belum mendapatkan jawa-ban pasti atas fenomena tersebut, “salah satu faktornya bisa karena pola hidup,” ujar dr. Ruth.

Pola hidup masyarakat yang cender-ung tidak se-hat, konsum-si makanan cepat saji, m e r o k o k , dan kebiasan tidak sehat lainnya dapat meningkat-kan potensi ke r u s a k a n pembulu da-rah, termasuk otak. Faktor lainnya seperti stres juga menurunkan fungsi otak. Depresi berkelanjutan pun dapat merusak fungsi daya in-gat.

Fakta lain soal Alzheimer, si pencuri ingatan ini sering meny-erang perempuan dibandingkan laki-laki. Meski belum diketahui pasti penyebabnya, kemungkinan perempuan menjadi pasien ter-banyak karena perempuan lebih banyak yang mencapai usia lan-jut dibandingkan laki-laki. Masa manopause yang dialami perem-puan juga dicurigai menjadi ke-mungkinan penyebabnya.

Saat manopause, kadar estro-gen perempuan akan menurun, saat itu estrogen yang berfungsi memberi perlindungan pada ke-sehatan jantung dan pembulu darah tak bisa maksimal bekerja. Berbeda dengan laki-laki yang me-miliki jumlah estrogen yang stabil sepanjang tahun.

Butuh Dukungan KeluargaPerjalanan terakhir dari Al-

zheimer adalah kematian. Hasil penelitian selama ini menunjuk-

kan, penderita Alzheimer tidak akan mampu bertahan hidup lebih dari delapan tahun. Selama sisa hidupnya pun, penderita han-ya akan menjalani hidup yang tak berkualitas. Namun, bukan tak ada harapan, penderita Alzheimer ma-sih bisa melakukan aktivitas hidup normal dengan bantuan orang di sekitarnya. “Dukungan dari kelu-arga dan rekan memegang peran-an penting,” kata dr. Ruth.

Penderita bisa ditolong den-gan beberapa penanganan, seperti terapi obat agar kemajuannya ti-dak memburuk. Keluarga harus berusaha mencari informasi dan membantu penderita agar memi-liki hidup yang baik.

Penderita Alzheimer ha-rus terus dimotivasi untuk terus melakukan aktivitas fisik. Misal-nya, berolahraga secara teratur setiap harinya. Seperti melakukan olahraga yang tidak memberatkan tubuh, senam, jogging, atau jalan cepat. Akan lebih baik lagi apabila hal tersebut dilakukan bersama-sama. Karena kegiatan sosial dan berkumpul bersama orang ban-yak akan membuat perasaannya semakin senang. =

Repro.

Page 71: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 71 |

Tak perlu basa-basi, Dhafa sudah biasa bermain di rumah Ale, bahkan tak segan untuk masuk ke kamar Ale.

Ale yang sudah bersiap rupanya juga sudah melihat batang hidung Dhafa dari balik tirai kamarnya. Ia keluar tanpa bicara. Pergi pun tanpa pamit dengan keluarganya. Rumahn-ya masih ramai mengingat yasinan yang akan dilangsungkan sampai hari ketujuh wafatnya sang ayah.

Helm doraemon berwarna kun-ing kesukaannya sudah ia raih dari atas lemari mini yang ada di ruang tengah. Dhafa telah bersiap di atas motornya yang menderu, Ale pun menyusul duduk di belakang Dhafa, menjadi seorang penumpang yang baik. Ale hanya mengarahkan Dhafa

CERPEN

Gerimis akhir pekan di bulan Desember terus mem-basahi tanah yang belum

sempat kering karena hujan kema-rin. Akhir tahun ini, Ale benar-benar merasakan kesepian yang men-dalam. ayahnya baru saja pergi men-inggalkannya dengan segala urusan dunia.

Ini sudah memasuki malam kedua meninggalnya sang ayah. Yasinan terus digelar tiap bakda Isya selama tujuh hari berturut-turut. Sanak saudara yang datang terus mengucapkan bela sungkawa untuknya. Mereka mengatakan hal itu dengan sikap menyemangati, tapi nada kasihan dalam kalimat mereka tak bisa disembunyikan.

Ale tak dapat tidur, ia selalu ter-

ingat ayahnya. Sosok yang sangat ia sayangi, biasanya sebelum tidur, ayahnya akan datang untuk menye-limuti putri sulungya tersebut. Tak hanya itu, menjelang pagi ayahnya akan membangunkannya dengan sentuhan pijat di kaki Ale. Ingatan-nya melayang-layang, membayang-kan setiap kenangan-kenangan itu.

Ale yang diam sedari pagi me-ngurung diri di kamar mulai gelisah. Ada yang sedang ia pikirkan ma-tang-matang. Pertama, yang harus ia lakukan adalah menghubungi Dhafa, sahabatnya.

Tak lama ia menelpon Dhafa, untuk mengantarkannya pergi ke suatu tempat. Benar saja, selang sepuluh menit, pemilik nama Dhafa Perwira telah berada di rumah Ale.

Biji ApelIlustrasi Defika Putri Nastiti

Oleh Khorik Istiana*

Page 72: Majalah Teknokra

72 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

CERPEN

dengan satu kalimat. “Lampu merah Thamrin,” kata Ale singkat.

Dhafa tak banya bicara, iya terus mengendarai motornya sesuai in-truksi dari Ale. Sepanjang jalan Ale juga tak banyak bicara. Dhafa pa-ham betul, sahabatnya itu sedang terpukul.

Sampai di lampu merah, Ale tu-run dari motornya. Dhafa masih tak mengerti apa yang akan dilakukan sahabatnya tersebut. Ale berjalan menuju sebuah kantor. Dhafa hanya mengikuti Ale dari belakang sam-bil memacu sepeda motor dengan sangat pelan.

“Ale, mau kemana kita ini?”Ale sama sekali tak mengindah-

kan pertanyaan Dhafa yang sejak tadi diusik rasa penasaran. Sampai akhirnya, Dhafa memutuskan me-nepikan motornya di ruas jalan dan mengejar Ale yang berjalan tergesa-gesa Tangannya meraih tan-gan kanan Ale, cengkramannya kuat membuat Ale meraung ke sakitan. Ale pun berusaha melepas ceng-kraman tangan Dhafa dengan tan-gan kirinya. Tapi semakin kuat Ale ingin melepas cengkraman itu, se-makin kuat pula cengkraman Dhafa. Merasa usahanya tak berhasil, Ale terdiam menundukkan kepala dan menahan pilu masih saja coba ia sembunyikan dari sahabatnya itu.

“Kenapa? Apa maumu?”Diam menjadi obat paling mu-

jarab bagi Ale untuk menjawab pertanyaan dari Dhafa. Tangan kananya masih dalam cengkraman erat Dhafa, namun matanya mulai berkaca-kaca. Ale memang lebih sensitif dibanding perempuan lain-nya. Melihat mata pilu berkaca-kaca itu, Dhafa pun mulai melepas tan-gan Ale. Ini bukan pertama kalinya

Dhafa harus melihat dan menemani Ale menangis.

“Aku harus ke Kantor Polisi Dhafa,” suaranya lirih gemetar

“Kantor Polisi? Memangnya ada apa?” tanyanya memburu.

“Aku harus bertanggungjawab atas segala perbuatanku”

“Perbuatan? Ngomongin apa sih? Gak ngerti!”

“Ayah..”“Kenapa dengan almarhum ayah-

mu?”“Aku yang sudah mengakhiri

segala penderitannya!”Entah apa lagi yang harus dikata-

kan Dhafa, dadanya seketika terasa begitu sesak tapi juga masih bin-gung. Ale pun terisak dalam pelukan Dhafa. Dari nada tangisannya, Dhafa dapat merasakan penyesalan yang amat mendalam. Seolah Ale menga-takan hal yang sebenarnya.

Dhafa, lelaki yang sudah semakin dewasa itu mulai menenangkan Ale hingga tangisnya mereda. Dhafa menggiring Ale untuk duduk di bangku di tepi jalan. Mereka berdua tak memedulikan lalu lalang manu-sia yang makin ramai.

Ale yang sudah merasa sedikit tenang mulai menceritakan kro-nologi kejadiannya.

“Ingat, saat libur semester 3 yang lalu. Aku menelponmu untuk minta tolong antar ke terminal pulang menemui Ayah. Tapi, kita bertengkar hebat. Aku terus ngotot dan sangat kesal”

**“Aku ingin mengakhiri hidupn-

ya!” ujar Alesia dengan ngototnya. “Siapa yang akan Kamu akhiri

hidupnya?” ujar Dhafa penasaran. Suasana sedikit lengang, di luar

sisa-sisa hujan yang malas turun dari

genting pun menetes, hawa dingin yang dibawa hujan sore itu masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka, menyerbu bulu kuduk dua sahabat itu.

Meraka yang sudah akrab se-jak bangku taman kanak-kanak itu kini terlibat adu mulut. Ale merasa hidupnya telah hancur, setelah 20 tahun hidup dengan sabar, emosi nya kini memuncak.

“Hidupmu sudah susah, jangan timpali lagi dengan kesusahan yang akan Kamu timbulkan sendiri,” kata Dhafa menasehati

“Kenapa? Aku hanya ingin me-ngakhiri hidup seseorang”

“Ale... Ale..., ide gila dari mana yang ada di otakmu itu?”sahut Dhafa. Jari telunjuknya menoyor kepala Ale, membuat Ale makin menunduk.

Pipi Ale pun basah karena air matanya, tangis Ale mulai terde ngar, tidak keras namun cukup untuk mengundang perhatian seseorang. Ia terus menangis dan mengusir sa-habatnya lantaran ia ingin sendiri.

Dhafa yang tadinya berdiri di depan Ale pun beranjak keluar dari kamar kos itu. Dia mencoba mema-hami kondisi Ale, tekanan hiduplah yang sudah membuat Ale menjadi tidak waras pikir Dhafa.

“Temui aku kalau kondisimu merasa baik, atau setidaknya jika ingin menjalankan aksimu butuh partner untuk berkonspirasi” ujar Dhafa di daun pintu.

Memang tidak seharusnya Dhafa masuk kamar kos Ale, apalagi ka-lau sampai ketahuan ibu kos Ale, bisa-bisa Ale diusir dari tempat ting-galnya itu.

Sepulangnya Dhafa, Ale terus berkutat dengan telepon genggam

Page 73: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 73 |

miliknya. Sebuah situs internet ia buka. Diam-diam ia sudah men-tranfer uang. Ada yang ia beli dari sebuah situs internet itu.

** “9 Juni itu hari lahir ayahku

Dhafa, Kamu juga tau kan? Aku membuatkannya pai manis kesu-kaannya. Hanya dia yang makan, tak ada yang lain. Lalu dia ditemukan tak bernyawa di atas ranjangku”

“Lalu apa hubungannya dengan-mu?”

“Sangat ada. Kue yang ia makan sengaja kuberi potongan apel dan bijinya yang banyak. Sianida dari biji yang belum terkelupas adalah racun. Ayah mengalami pusing disertai se-sak napas. Keluarga hanya mengira itu gejala dari penyakit ayah (cacat bawaan). Aku paling tahu keluar-gaku seperti apa. Kakekku dan is-trinya tak akan membawa ayahku ke rumah sakit untuk berobat. Baginya sakit ayahku sudah biasa. Hingga di detik-detik kematiannya, ayahku meninggal karena makanan yang kubuat. Seperti pembunuhan be rencana”

Dhafa bingung harus berbuat apa. Tapi mulut Ale terus nyerocos sampai cerita yang akan ia sampai-kan berakhir.

“Aku ingin menyerahkan diri ke-pada Polisi”

Kali ini kalimatnya mungkin su-dah terputus

“Tindakanmu itu tidak benar, Kamu pikir dengan mengakhiri pen-deritaan ayahmu di dunia ini sudah benar. Ayahmu pasti sangat kecewa dengan perbuatanmu”

“Dhafa...ayahku seumur hidupn-ya terus dihina dan tak dianggap. Dia seperti bukan manusia yang mencoba menikmati hidup di dunia

manusia”.“Yang Aku lihat, ayahmu terus

berjuang dan tetap hidup karena ingin melihatmu. Tapi putrinya sendiri bahkan tak menginginkan-nya”.

Ucapannya membuat Ale kaget. Dhafa juga berpikir, ucapan apa lagi yang harus ia katakan pada Ale, perasaan Dhafa campur aduk, ia kecewa pada Ale tapi juga tak bisa melihat Ale terus menyalahkan diri sendiri .

“Apa bedanya Kamu dengan ke-luarga, saudara atau tetangga tak suka dengan hidup ayahmu?”

“Maksutmu apa Dhafa?”“Pikirkan lagi perbuatanmu itu

Ale! Harusnya Kamu yang saat ini berada di samping ayahmu, berjuang bersama-sama melawan kehidupan yang kejam. Aku tahu keluargamu. Bukankah kita sudah berteman dari kecil? Kamu tahu kenapa sampai sekarang aku selalu menjaga per-asaan dengan wanita mana pun, aku hanya ingin selalu disampingmu, terus memberimu support untuk tetap berjuang melewati cobaan. Tapi rupanya, seorang Ale tak cukup kuat”

Kali ini Ale cukup terpukul de-ngan pengakuan Dhafa. Ia terus berusaha menutupi perasannya yang jelas sekali dihantui rasa ber-salah. Ayahnya memang yang se-lama ini terus berjuang bersamanya. Sebenarnya Ale tak cukup dekat dengan ayahnya karena Ale jadi anak angkat saudara ayahnya. Ayah Ale yang dipandang menghabiskan harta benda hanya bisa merepotkan orang yang ada di sekitarnya lanta-ran sedikit berbeda dengan orang normal lainnya (sindrom kutukan ondine). Terus dihina dan menda-

pat banyak celaan. Ayahnya hidup hanya menanggung cobaan yang tak semestinya ia terima. Ale memang sudah memikirkannya berulang kali. Ia benci ibunya yang terus menghina ayahnya dan berharap ia cepat mati.

Begitupun kakek-neneknya yang tak suka dengan ayahnya. Rasanya dunia memang tidak adil. Tapi yang dilakukannya juga tak benar. Ale sa-dar ucapan Dhafa memang benar. Ia merasa bersalah hingga air matanya mengalir terlalu deras dalam tata-pan Dhafa.

“Brukkkkk.....” Ale terjatuh dari kursi tempat ia belajar. Pandangann-ya masih kabur, badannya jelas tera-sa sakit kerena terjatuh dari sebuah kursi . Di meja ia melihat kalender, di tanggal 9 yang sudah ia lingkari. Hari ulang tahun ayahnya.

Di tangannya masih terge nggam bungkusan biji apel yang sudah kering dioven. Besok ulang tahun ayahnya, pai kesukaan ayahnya akan ia hidangkan, dalam benaknya ter-pikirkan kalau biji apel itu sebaiknya ia simpan. Ale harus segera bersiap karena sebentar lagi Dhafa harus menjemput, mereka akan pulang ke kampung halaman bersama-sama. Pertengkarannya bersama Dhafa akan hilang dengan sendirinya, mereka memang sering bertengkar, bahkan setiap saat, tapi setiap saat pula mereka terus tersenyum dan melupakannya begitu saja.

Ale beranjak berdiri dari lantai, biji apel yang ia genggam ia simpan dalam kotak kecil dalam laci meja belajarnya. Berharap tak seorang pun akan menemukan dan menda-pat ide gila yang sama dengannya. =

*FMIPA Biologi ‘12

Page 74: Majalah Teknokra

74 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

PuisiPookaTerlebih dari apa pun

Jiwa-jiwa dalam kekacauanDikutuk mendung, dituntut kesenjangan

Menuding!Menunjuk!

Kegaduhan.

Pooka,Bersembunyilah malam iniJangan muncul petang ini

Kumohon, Pooka...Kutanamkan Shamrock agar kau tak berani!

Tapi Shamrock-shamrockku matiTertindas kejahatan dan kepicikan bumiMenghitam, jenuh dan penuh kebencian.

Kumohon, Pooka...Matikan saja dirimu,

Akalku habis,Memikirkan jimat apa yang bisa melindungiku.

Fitri WahyuningsihFT Teknik Geofisika ‘11

Anugerah TerindahAku hanya bisa membayangkan,Ibu muda yang harus mengurus bayi merahnya,Bayi perempuan mungil yang terisak dalam tangis,Dalam pelukan hangatnya,Dadanya yang mendekap ku,Bibirnya yang mengucap dzikir,Semua itu untuk ku,Aku putrinya..

Merindukan pelukan hangat itu,Merindukan tangan hangat yang slalu menyeka air mata ku,Mendengar suaranya membuat ku tenang,Mendengar suaranya membuat ku bertahan,Bertahan dari angin yang ingin menerpa ku,Mi, love you.Mi, love you.Apa yang bisa aku lakukan, saat melihat air mata itu,Saat mendengarnya merasa bersalah untuk kehidupan anak-anaknya,Mi, aku bahagia..Aku bahagia menjadi putri mu..Kehidupan yang engkau berikan lebih dari cukup untuk ku,

Biarkan omongan orang, mi..Biarkan mereka yang menggunjing tentang ku dan tentang kita,Bagi ku kebahagian mu adalah segalanya,Segalanya dalam hidup ku,Love you mi, Sutarti.

Lia Vivi FaridaFT Teknik Geofisika ‘12

Page 75: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 75 |

PUISIRisau

Aku suka bercerita dan kau suka membacaKita juga tak pernah saling sapa

Aku suka hidup di malam hari dan kau lebih suka terlelap

Kita tak pernah benar-benar akan bertemuAku menyukai pelangi, sedang kau tak suka hujan

Kita seperti el nino dan la ninaTak akan sama dan berbeda

Tapi, Aku wanita dan kau lelakiBagaimana kalau kita jodohkan saja diri kitaBagaimana kalau kita saling berdampingan

Karena perbedaan, akan menyadarkan keindahanBegitu juga dengan Kau dan Aku

Khorik Istiana

FMIPA Biologi ‘12

Ruang Hampa

Terbentur sudah aku didalam jalan buntu

Kugedor. Kupukul. Kuhantam.

Aku masih belum temukan jalan!

Dimana aku sekarang?

Jalan apa yang sedang kulalui ini?

Yang kulihat Hanya sebuah ruang hampa

Sunyi.

Sepi.

Pekat.

Tolong bawakan aku cahaya!

Bawa aku keluar dari sini

Selamatkanlah aku!

Defika Putri NastitiFKIP Pend. Ekonomi ‘13

Page 76: Majalah Teknokra

76 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

BIDIK LENSA

Nikon D3200 f/5.6

1/250 sec.ISO-100

Aww.. Kepalaku Kejepit

Sepertinya Akan BadaiNikon D3100, f/3.8, 1/40 sec, ISO-100

Foto

Luv

ita W

ilya

Hen

dri

Foto Luvita Wilya Hendri

Page 77: Majalah Teknokra

Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 77 |

BIDIK LEN

SA

Nikon D3100f/3.8

1/40 sec.ISO-100

Melewati Hujan Pasar Koga

Nikon D3200f/5.61/25 secISO-200

Hinggap

Nikon D3200 f/5.61/10 sec.ISO-400

Shock

Foto Luvita Wilya Hendri

Foto

Luv

ita W

ilya

Hen

dri

Foto Wawan Taryanto

Page 78: Majalah Teknokra

Tujuan HidupFaris Yursanto

Pemimpin Umum

78 Teknokra - Tahun 2015 Edisi 216 |

ETOS KITA

“Untuk apa kita hidup di dunia ini? Apa tujuan kita dilahirkan di du-

nia ini? apakah untuk seseorang? apakah untuk sebuah pekerjaan? apakah untuk uang? atau apa?” Pertanyaan itu mungkin pernah ter-lintas di benak masing-masing ma-nusia. Banyak dari kita sebenarnya yang tidak tahu sebenarnya apa arti kehidupan ini, dan apa tujuan kita menjalani kehidupan di dunia. Ke-banyakan dari kita hanya menjalan-kan rutinitas, tapi tidak menetapkan tujuan yang jelas dalam menjalani kehidupan.

Sesungguhnya setiap manusia adalah sama. Kita menginginkan kebahagiaan. Kita menginginkan setiap hari tidak ada masalah. Kita ingin kehadiran diri kita bisa mem-berikan manfaat bagi orang lain. kita ingin kehadiran kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Tapi apa inti sari se-benarnya dari kehidupan ini. Tujuan Hidup adalah jawabannya.

Tujuan hidup adalah sebuah ti-tik fokus kemana arah kita dalam menjalani kehidupan ini. Tujuan hidup adalah alasan mengapa kita ada di dunia ini dan memberikan jalan bagaimana kita mencapainya. Kebanyakan orang gagal adalah karena mereka tidak benar-benar memusatkan perhatiannya kepada satu titik. Salah satu alasan mengapa sedikit sekali dari kita meraih apa

yang benar-benar kita inginkan ada-lah karena kita tidak benar-benar mengarahkan perhatian kita. Seba-gian besar hanya sesekali mencoba dalam hidup mereka, sehingga tidak pernah memutuskan untuk men-guasai apapun secara khusus.

Mahatma Gandhi adalah contoh seorang manusia yang menjalani hidupnya berdasarkan Tujuan Hidup. Tujuan Hiduplah yang menggerak-kan Mahatma Gandhi untuk terus berjuang memperjuangkan keadilan. Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam pergerakan kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggu-nakan kekerasan dalam setiap aksi demonstrasinya. Mahatma Gandhi mungkin bukan pemimpin dalam arti yang sebenarnya, namun dari perjuangannya sebagai aktivis poli-tik yang mengusahakan terciptanya perdamaian dunia dimana tidak adanya kekerasan dan diskrimi-nasi, ia telah menginspirasi banyak orang untuk berpikir dengan ca-ranya tersebut. Ia bahkan banyak menginspirasi para aktivis politik dari generasi di bawahnya, seperti Nelson Mandela dan Martin Lu-ther King Jr. Gandhi juga terkenal dengan ajaran-ajarannya yang men-jadi prinsip perjuangannya. Salah satu prinsip perjuangannya adalah Ahimsa. Ajaran ini berasal dari kata himsa (kekerasan). Sesuai dengan

asal katanya, ajaran ini menyeru-kan kepada seluruh umat manusia untuk menjunjung tinggi semangat anti kekerasan dalam setiap laku kehidupannya. Pengertian ahimsa sebagai suatu sarana berarti tidak mengenal kekerasan untuk men-capai kebenaran, baik dalam wujud pikiran, ucapan maupun tindakan. Justru sebaliknya,ahimsa harus menciptakan suasana memban-gun, cinta dan berbuat baik kepada orang lain meskipun orang lain itu telah menyakitinya, bahkan terha-dap musuhnya sekalipun.

Gandhi adalah contoh nyata se-orang manusia yang mempunyai tu-juan hidup agar bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Tujuan hiduplah yang menggerakkan Gan-dhi untuk terus berjuang menuntut keadilan dan kesetaraan. Perjuangan Gandhi pun tidak sia-sia, sejarah tel-ah mencatatnya sebagai salah satu tokoh paling berpe ngaruh di India bahkan dunia.

Apapun tujuan hidup kita yang pasti kita harus bertindak. Karena tindakanlah yang bisa menunjukkan apakah kita berhasil atau tidak. Ka-rena dengan tindakan kita bisa meli-hat hasil dari tindakan kita. Walau-pun tindakan itu hasilnya baik atau buruk setidaknya kita sudah berani untuk mencoba. Semakin kita sering mencoba akan ada perbaikan-per-baikan dari setiap tindakan kita. =

Page 79: Majalah Teknokra
Page 80: Majalah Teknokra

aneka printing