Majalah teknokra edisi 129

28
ISSN 0215-8116 N0.129 Edisi Juni 2013 Teknologi, Inovasi, Kreativitas, dan Aktivitas Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh Majalah Mahasiswa Universitas Lampung

description

Majalah Teknokra edisi 129. Diterbitkan oleh UKPM Teknokra Universitas Lampung. Sempat menjadi nominator best cover kategori majalah regional Sumatra oleh ISPRIMA 2014.

Transcript of Majalah teknokra edisi 129

Page 1: Majalah teknokra edisi 129

ISSN 0215-8116N0.129 Edisi Juni 2013

Teknologi, Inovasi, Kreativitas, dan AktivitasIlmiah Bisa, Populer Juga Boleh

Majalah Mahasiswa Universitas Lampung

Pewayangan Birokrat

Lakon

Page 2: Majalah teknokra edisi 129

MAJALAH TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0727) 788717 E-Mail [email protected] WEBSITE www.teknokra.com

Pelindung: Prof.Dr.Ir.H.Sugeng P.Harianto,M.S Penasihat: Prof.Dr.Sunarto,SH,MH Dewan Pembina: Maulana Mukhlis, S.Sos., MIP. Anggota Dewan Pembina: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo,M.Sc., Asep unik SE.ME., Drs.M.Toha B Sampurna Jaya.MS., Ir.Anshori Djausal,MT., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nananng Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA

Pemimpin Umum: Rudiyansyah Pemimpin Redaksi: Rikawati Pemimpin Usaha: Rukuan Sujuda Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan: Aprohan Saputra Kepala Kesekretarian: Inayati Sofiah Redaktur Pelaksana: Vina Oktavia Redaktur Pelakasana Online: Lutfi Yulisa Redaktur Berita: Novalinda S,Yurike P Reporter : Hanna F Redaktur Foto: Alvindra Fotografer: Kurnia M Redaktur Artistik: M.Burhan Staf Artistik: Fitri Wahyuningsih Kameramen: Yovi L Redaktur Webdesign: Hermawan S (Non Aktif) Webdesigner: Faris Yursan-to Manajer Keuangan: Puji Lestari Staf Keuangan: Desfi Dian M (Non Aktif) Koordinator Periklanan: Desfi Dian M (Non Aktif) Koordinator Pemasaran: M Faza P Staf Pemasaran: Imam G Staf Iklan: Veny P.S (Non Aktif) Staf Kesekretariatan: Hayatun Nisa Staf Litbang: Jenni Ayuningtyas Magang: Tara Mela A, Adi N, Andi, Puspita S, Adji Setyawan, Ayu Yuni A, Cherli Medika,Dhevi Maryanti,Fitria W, Iin Maryana, Khorik I, Lia Vivi F, Ramon M S, Rio A, Sindy N M, Suci Tri K, Winal P, Wina S, Zahidah S.

SALAM REDAKSI

2 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Awalnya kami tak punya bekal apapun untuk menempuh jalan ini. Kami hanya

tahu bahwa kami harus terus ber-jalan. Lagi dan lagi. Kami hanya ya-kin suatu saat akan melihat awan dan berdiri di puncak. Puncak yang bernama ideologi.

Ya, disini kami mencari ide-ologi. Tak sekadar ilmu. Ideologi yang mengajarkan kami untuk terus berjalan di atas altar pe-rubahan. Perubahan ke arah yang lebih baik. Kami tak ingin men-jadi aktivis yang pernah begitu menggebu-gebu dimasanya, na-mun semangatnya patah seiring berjalannya waktu. Atau aktivis yang mengaku memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Namun

lambat laun memilih jadi bagian ketidakadilan. Kami tak ingin ber-selingkuh dengan ideologi dan akhirnya memilih jalan tengah.

Kami sadar tak mudah untuk terus menapaki jalan ini. Banyak kerikil yang menyadarkan kami bahwa jalan ini memang tak mu-dah.Namun, kerikil-kerikil itu pula yang menuntun kami menuju ideologi yang kami cari. Menjaga konsistensi dan fungsi sebagai lembaga pers mahasiswa.

Majalah Trimingguan edisi 129 ini menjadi bukti konsistensi kami. Kami menyajikan berita untuk seluruh civitas akademika Unila. Tidak ada maksud untuk menjelek-jelekkan nama baik kampus. Kami hanya berusaha menjadi lembaga kontrol sosial. Lembaga yang me-

nyadarkan Unila bahwa banyak pekerjaan rumah yang mesti dibenahi. Unila merupakan rumah bagi ribuan mahasiswa untuk me-nuntut ilmu. Rumah yang harus terus dibenahi agar setiap orang yang keluar menjadi orang-orang yang lebih baik dan memegang teguh ideologi.

Kami berharap dari setiap langkah kecil ini, ada perubahan yang lebih baik. Tak sekadar jadi opini, tapi juga menjawab aspirasi mahasiswa yang suaranya ingin didengar.

Terima Kasih kepada pem baca yang telah memberikan kritik dan saran. Inilah persembahan dari kami. Selamat membaca.

Tetap Berpikir Merdeka!

MENGGAPAI

ASADok.

Page 3: Majalah teknokra edisi 129

C O M M E N T

Judul:Lakon Pewayangan

Birokrat

Ide & Desain:Hayatun Nisa &

Fitri Wahyuningsih

Kyay Jamo Adien

3No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

April lalu sebuah media on-line memberitakan dugaan penerbitan ijazah tidak

sesuai prosedur terjadi di Unila, dari pemberitaan tersebut tak banyak reaksi yang dilakukan bi-rokrat kampus. Awalnya hanya satu media, namun kian lama kian banyak media yang mem-beritakan. Bahkan menjadi head-line diberbagai media cetak lokal maupun nasional.

Sejak itu, wajah birokrasi se-makin sering “nongol” di media dengan berbagai bantahan juga alasan yang berbeda-beda. Saling menutupi kebohongan, itulah yang sedang dilakukan. Sehingga sudah menjadi konsumsi publik pernyataan yang dilontarkan hari ini akan berbeda keesokan harinya.

Ternyata pernyataan yang dilontarkan birokrat itu menjadi bomerang karena semakin mer-eka membantah namun fakta yang ada tak bisa terbantahkan, akhirnya memilih menghindar lalu bungkam. Itulah cara yang pal-ing aman menutupi kebohongan.

Bau busuk sulit untuk disembun-yikan, serapih apapun menyem-bunyikan kebohongan itu pasti ada celah untuk mengungkap ke-benaran. Jalan kebenaran itu mu-lai ditemukan. Birokrat sulit untuk mengelak, kebohongan hirarki yang sudah direncanakan tak lagi bisa ditutup tutupi.

Birokrat lupa masyarakat tidak bodoh untuk mengartikan se-tiap pernyataan bantahan yang sudah menjadi konsumsi publik, perlahan fakta mulai terkuak. Pernyataan bantahan tak lagi berarti. Birokrat mulai kelimpung-an lalu membuat kesepakatan untuk bungkam dan menutupi kebohongan. Cara ampuh mem-buat orang lain bungkam dengan mengatasnamakan birokrasi kesewenangan.

Tak hanya kebohongan yang paatut dikoreksi tetapi juga pi-hak-pihak yang hanya menjalank-an perintah atasan juga ikut andil menutupi kebohongan itu. Atas dasar ketaatan kepada atasan dan kesewenangan atasan men-jadi kunci kebohongan atas kasus

KEBOHONGAN BIROKRATini. Dan pada akhirnya ada pihak tertentu yang hanya menjalankan perintah ikut terjerat dalam pusar kebohongan.

Ironis memang kampus hijau menjadi ajang kebohongan, jika pucuk pimpinan saja sudah men-gajarkan lalu bagaimana dengan bawahanya. Jangan sampai ke-bohongan yang dilakukan birokrat nama baik lembaga dan kepercay-aan masyarakat ter hadap Unila menjadi taruhanya.

Tak mudah mengakui kebohon-gan yang sudah terstruktur, na-mun akan lebih bijak mengakui dan memperbaiki sehingga pihak lain tak ikut menjadi korban. Se-belum bertambah lagi kebohong-an-kebohongan yang lain ada baiknya birokrat menyelamatkan nama baik kampus Unila dengan mengatakan kebenaran dan tak lagi berbogong.

Oknum yang terlibat harus mendapatkan sanksi, jika tidak maka akan banyak lagi kasus- kasus lain yang hilang ditutup dengan kebohongan. nama baik lembaga harus diselamatkan=

COVER

Page 4: Majalah teknokra edisi 129

4 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Kurangnya fasilitas dan ke-bersihan membuat mahasiswa enggan mengunjungi kantin yang terletak di belakang gedung labo-ratorium Fakultas Teknik (FT). Tak pernah ada perbaikan sejak kantin tersebut berdiri. Awalnya ada 13 kantin tapi sampai sekarang ting-gal 4 kantin, menurut keteran-gan salah satu pedagang kantin bernama Raden, kantin memang sengaja ditinggalkan para peda-gagangnya karena sepi pelang-gan sehingga mereka mengalami kerugian. Lokasi yang tidak strat-egis menjadi keluhan utama para pedagang. Dulunya mereka per-nah dijanjikan akan dipindahkan di dekat mushola FT namun hingga kini tidak kunjung terealisasi.

Hal senada juga disampaikan Siti Aisyah yang juga pedagang di kantin FT. “Ya kalo ingin diperbai-ki ya perbaiki sendiri, misalkan di-cat ya dicat sendiri oleh pedagang dan kalau pun mau direnovasi sendiri percuma karena hasilnya tidak sebanding. Jadi terima saja apa adanya,” tambahnya.

Aisyah dan para pedagang yang lain berharap agar kantin bisa diperbaiki agar kantin bisa berkembang dan mahasiswa be-tah untuk makan di kantin FT.

Azlia Metta Y, mahasiswa Teknik Kimia 2008 mengatakan enggan untuk ke kantin karena Kebersihan kantin yang tidak ter-awat dan jarak yang jauh menjadi alasannya jarang makan di kantin FT. “Saya pernah beli dikantin tersebut, tapi jarang kalo kepepet saja,” ujarnya.

Menanggapi keluhan dari para pedagang dan mahasiswa, Pembantu Dekan II Fakultas Teknik Dra. Sumiharni menjelas-kan, yang mengelolah kantin FT bukan bagian dekanat tapi dike-lolah Dharma Wanita FT. Dirinya tidak bisa berbuat banyak karena memang ditempatkan di sana se-belum dia menjabat PD II. Melihat kelayakan kantin FT yang sudah ada tersebut, ia menginginkan kantin yang higienis, murah, dan harga terjangkau bagi mahasiswa, ia akhrinya mendirikan kantin baru.

Dia menambahkan, kantin baru yang berdiri didekat mushola FT tersebut merupakan kerjasama FT dengan investor sesuai den-gan peraturan yang dicanangkan Unila, karena untuk membuat kantin tidak boleh menggunak-an uang pemerintah termasuk mushola. Nantinya bangunan itu menjadi milik Unila. Ada batasnya serta ada perjanjian yang dibuat.

Selain itu dirinya mengklarifi-kasi tidak pernah mengeluarkan wacana menjanjikan kantin lama dipindah dekat mushola. Fakultas hanya memfasilitasi tempat dan letak, sedangkan iuran Rp.10000 per minggu sebagai biaya kebersi-han dan sebagainya, namun yang mengelola tetap Dharma Wani-ta. Dirinya mengaku hanya bisa menghimbau para pedagang lama agar tetap manjaga kebersihan dan ketertiban, ia juga membe-baskan para pedagang memper-baiki fasilitas dan mengembang-kan usaha mereka sesuai dengan aturan Uuiversitas.=

Oleh Fitri Wulandari

Kantin FT Tak Terawat

Adanya kebijakan baru dalam periode kepengurusan Lembaga Kemahasiswaan (LK) disambut baik berbagai pihak. Pembantu Rektor III Prof.Sunarto menjelas-kan kepengurusan yang akan di-ubah masa periode ini untuk men-gatur jalannya sistem keuangan serta tertatanya administrasi pada kepengurusan LK. Kebijakan ini baru sebatas wacana yang intinya ingin menyamakan periode kepen-gurusan lembaga kemahasiswaan dari bulan Januari ke Desember.

Ia menambahkan untuk se-mentara baru sekedar melakukan komunikasi dengan Pembantu Dekan III dan lembaga kemaha-

siswaan yang ada di Unila tetapi belum mendapatkan rumusan yang pas untuk mengganti peri-odenya.

Ketua Majelis Permusywaratan Mahasiswa (MPM), Nofra Hardiko mengaku mendukung rencana ini. “Bagus karena untuk lebih mempercepat proses kaderisasi di Unila,” ujar mahasiswa teknik kimia ‘08 ini. Namun, menurut-nya kebijakan tersebut belum ada konsep dan surat keputusannya. Ia menambahkan bahwa penera-pan kebijakan tersebut masih simpang siur. “Belum jelas ada di-tahun ini atau ditahun berikutnya, dan masih belum pasti juga untuk

wacana yang kabarnya dibuat 1,5 tahun,” tambahnya. Menurutnya, kebijakan baru ini agak berat diteri-ma jika diterapakan tahun ini. Hal ini karena kondisi kepengurusan yang sudah ada hampir berakhir.

Gubernur FKIP, Arief Ageng Sanjaya juga sependapat dengan Nofra. Menurutnya, perubahan periode kepengurusan LK tersebut adalah kebijakan yang tepat. “Se-lama itu tidak mengganggu kelan-caran kegiatan organisasi kita dan sifatnya positif ya gak masalah, kita juga ngejalaninnya juga gak masalah, mau dia 1 tahun atau 1,5 tahun,” ujar mahasiswa pendidikan matematika ‘09 ini.=

Kebijakan Baru Kepengurusan Lembaga KemahasiswaanOleh Cherli Medika

KAMPUS IKAM

Page 5: Majalah teknokra edisi 129

5No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

KAMPUS IKAM

Lampu Surya. Dua petugas instalasi listrik sedang memasang lampu tenaga surya didepan Gedung Serba Guna yang berjumlah sebelas buah.

Foto Kurnia Mahardika

Nofra Hardiko Sahputra dan Dedi Irawan merupakan maha-siswa Jurusan Teknik Kimia Uni-versitas Lampung angkatan tahun 2008 yang mendapatkan juara pertama kategori Problem Solv-ing pada lomba Regional Future Energy Challange 2013 yang diada-kan di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 25-27 april 2013. Lomba rutin diadakan setiap tahunnya di bidang teknik kimia dan tahun ini merupakan yang ke-13 kalinya diadakan. diikuti oleh mahasiswa teknik kimia se-Asia Tenggara. Empat negara yang mengikuti lomba ini Indonesia, Malaysia, Fili-pina, dan Singapura.

Sementara itu, juara II diraih oleh University Technologi Petro-nas Malaysia, sedangkan tuan rumah Institut Teknologi Bandung mendapat Juara III.

Ada tiga kategori yang dilombakan yaitu, Desain Pabrik, Problem Solving, dan Poster Competition. Teknik Kimia Unila

mengirimkan 4 tim, 2 tim mengi-kuti kategori Desain Pabrik dan 2 tim yang lain mengikuti lomba kategori problem solving.

Menurut Dedi, syarat untuk mengikuti lomba problem solving yaitu mengirimkan abstrak atau gambaran solusi yang kepada pa-nitia atau pihak yang memiliki per-masalahan pabrik.

Saat itu, ia dan timnya meny-elesaikan permasalahan dari PT. Pertamina yang ada di Dumai, Riau yang ingin meningkatkan kuantitas bahan bakar Avtur dan Diesel. Kedua bahan bakar terse-but memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibanding bahan bakar lain-nya. “Untuk meningkatkan kuan-titas dua bahan bakar tersebut, kami menawarkan solusi dengan Mengevaluasi dari unit reaktor,” ujar Dedi.

“Untuk kriteria Penilaiannya itu 50% dari Laporan, 30% Debat, 20% Presentasi dan tanya jawab, dan 20% dari tes tertulis” ujar No-

fra.Pembimbing sekaligus Seker-

taris Jurusan Teknik Kimia Heri Rustamaji mengatakan, persiapan untuk mengikuti lomba hingga sampai ke grand final adalah 6 bulan. Menurutnya, kendala yang dirasakan adalah penulisan karya tulis yang harus menggunakan bahasa inggris. Ia menambahkan, peserta juga wajib mempresen-tasikan abstraknya dalam bahasa inggris saat memasuki grand final. Namun, kerja keras Nofra dan Dedi akhirnya membawa mereka menjadi juara pertama. “Harapan saya mahasiswa Teknik Kimia dan seluruh mahasiswa Unila ada se-mangat untuk lebih berprestasi lagi dan semangat dalam mem-bangun nuansa akademik di Unila ini,” ujarnya.

Dari 4 tim yang dikirimkan Unila, memang hanya 1 tim dari kategori problem solving yang berkesempatan masuk ke grand final.=

Teknik Kimia Juara Kompetisi Asia TenggaraOleh Ayu Yuni Antika

Page 6: Majalah teknokra edisi 129

6 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

KAMPUS IKAM

Renovasi. Seorang tukang bangunan sedang melewati balokan kayu yang akan digunakan untuk merenovasi gedung G jurusan pendidikan matematika dan lmu pengetahuan alam.

Foto Kurnia Mahardika

Pukul 07.30 gedung G Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ju-rusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FKIP PMI-PA) mulai ramai oleh mahasiswa.

Gedung ini memiliki 10 ruan-gan yang digunakan oleh empat program studi, yaitu pendidikan matematika, fisika, kimia, dan bi-ologi. Kapasitas setiap ruangan tak lebih dari 70 orang sehingga ruang belajar terasa sempit. Pada-hal, dari data Siakad Unila, jumlah mahasiswa yang belajar digedung G sebanyak 1666 mahasiswa. Aki-batnya, terkadang mahasiswa harus mencari kelas hingga diluar gedung.

Kondisi tersebut menuai ke-luh dari mahasiswa. Deshi Am-barwati (FKIP MIPA ‘12) merasa kurang nyaman dengan ruang kelas yang sempit. “Kurang nya-man, kurang lebar jadinya kita gak konsen. Harapannya sih dibagusin aja ruangannya biar mahasiswa nyaman belajar,” terangnya.

Hal senada juga disampaikan Rizky Nanda. Mahasiswa FKIP Fisi-ka ini mengeluhkan ruangan yang sempit sehingga perkuliahan men-jadi tidak kondusif. Terlebih lagi

jika mati lampu mahasiswa mulai kipas-kipas karena ruangan yang kecil menyebabkan sirkulasi udara menjadi sangat minim.

Rizky menambahkan, selain ma-salah ruangan yang kecil, kursi untuk belajar juga minim dan banyak yang rusak. Jika kuliah umum berlang-sung, mahasiswa yang tidak keba-gian kursi akan mengambil kursi dari gedung lain.

Ia berharap ruang belajar bisa diperbanyak karena setiap ang-katan terdiri dari dua kelas. Se-mentara, ruang kelas tidak cukup untuk menampung seluruh maha-siswa. Rizky menambahkan, kelas yang tidak mendapat ruang bela-jar digedung G terpaksa mencari ruangan diluar gedung.

“Sempet gak masuk 2 hari, gara-gara kelas direnovasi da-dakan tanpa sepengetahuan mahasiswa, ketika melihat kelas yang berantakan, mahasiswa pun kaget dan bingung mau belajar dimana. Akibatnya, selama 2 hari mereka sempat tidak masuk ku-liah,” tutur Rizky.

Kini, renovasi yang sudah dilakukan membuat gedung G menjadi lebih rapih. Tata ruang

menjadi lebih teratur dan tembok gedung kembali dicat ulang. Na-mun, renovasi ini belum menam-bah jumlah ruangan yang ada di gedung G.

Menanggapi hal tersebut Ketua Jurusan Dr. Chaswita men-gatakan setiap tahunnya pihak jurusan melakukan penambahan kursi. “Terkadang ketika mereka yang kuliah diluar gedung G FKIP MIPA tidak mengembalikan kursi ke tempat semula,” terangnya.

Sebenarnya sudah ada usulan dana ke APBN tiap tahun, namun sampai sekarang dana tersebut belum cair. Chaswita juga tak menampik jika hal itu menim-bulkan suasana belajar menjadi tidak efektif. “Suasana belajar seperti itu tidak efisien. Namun tak ada pilihan lain, jika berharap dari dana APBN susah diprediksi,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan akan memperluas ruang kelas bagian depan dan menambah ru-angan di gedung pasca sarjana. “Untuk rencana kedepannya juga akan menambah gedung menjadi tingkat tiga,” ujarnya mengakhiri percakapan.=

Ruang Sempit, Perkuliahan Tidak KondusifOleh Sindy Nurul Mugniati

Page 7: Majalah teknokra edisi 129

7No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

KAMPUS IKAM

Foto Kurnia Mahardika

Tahun 2007 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) mem-buka Program Studi Geofisika. Kemudian, ditahun 2008 PS Geo-fisika ini dialihkan ke Fakultas Teknik dengan alasan lebih meng-utamakan teknik dibanding teori.

Surat Keputusan (SK) pengali-han tersebut turun pada 2009 dari Fakultas MIPA . Sejak itu, Teknik Geofisika resmi menjadi jurusan Fakultas Teknik tetapi belum me-miliki gedung. Dosen disediakan satu ruangan kecil untuk rapat, ruang dosen, sedangkan ma-hasiswa disediakan ruang kelas yang mengikuti jadwal Teknik Sipil dan Tata Usaha (TU) di Gedung E. Sampai saat ini, perkuliahan masih menggunakan Laborato-rium jurusan Teknik Kimia yang belum digunakan karena alat-alat belum lengkap. “Ketika pimpi-nan mempersilahkan kita untuk pindah seharusnya segala fasili-tas terpenuhi termasuk bangu-nan gedung perkuliahan namun hingga saat ini belum terpenuhi,”

ujar Zainudin, Sekretaris Jurusan Teknik Geofisika, Kamis (16/5).

Menurut Zainudin ditahun 2010 proposal pembangunan gedung sudah diajukan pihak ju-rusan, namun belum bisa tereal-isasi karena ditahun yang sama Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) digunakan untuk pembangunan gedung di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FI-SIP). Sedangkan ditahun 2011 dan di 2012 Unila belum mendapatkan anggaran APBD untuk pembangu-nan gedung.

Maret lalu pihak Jurusan kem-bali mengajukan anggaran pem-bangunan gedung kepada pihak fakultas tetapi hingga kini belum mendapatkan jawaban.

Zainudin juga menunjukkan desain bangunan gedung yang telah dirancang, mulai dari ke-lengkapan gedung hingga labo-ratorium yang akan digunakan. Dalam pembangunan gedung ini membutuhkan anggaran dana sebesar 25 milyar.

Untuk menyiasati ketiadaan

alat perkuliahan, mahasiswa mengikuti penelitian dosen dan mengadakan kerjasama dengan perusahan-perusahan pertam-bangan. Usaha tersebut membuat mahasiswa tetap dapat mengikuti perkuliahan sebagaimana semes-tinya.

Ditemui di ruang kerjanya, Ju-mat (17/5) Pembantu Dekan (PD) II Fakultas Teknik Sumiharni men-gatakan saat ini sedang mengusa-hakan pembangunan gedung. “Gedung perkuliahan Teknik Geo-fisika masih diusahakan, karena untuk membangun gedung tidak membutuhkan sedikit biaya teta-pi banyak. Oleh karena itu, kami pihak fakultas terus mengajukan usulan pembangunan gedung,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut Dekan Fakultas Teknik Lusiana mengatakan pembangunan ge-dung Teknik Geofisika sudah diaju-kan ke pihak rektorat dan telah diajukan ke pihak Dirjen Pendidi-kan Tinggi untuk pembangunan gedung. =

Menanti Pembangunan GedungOleh Lia Vivi Farida

Antre. Tidak imbang-nya jumlah pendaftar ulang Seleksi Nasional Masuk Per-guruan Tinggi (SNMPTN) dengan pani-tia pelaksana verifikasi berkas mengakibat-kan antrean panjang di belakang rek-torat, Selasa (18/6).

Page 8: Majalah teknokra edisi 129

8 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Dua puluh sembilan Mei lalu Unila mengadakan pesta demokrasi Pemili-han Raya (Pemira) pres-

iden dan wakil presiden maha-siswa. Nanda Satriana Ikhsanudin Pratama (FKIP Geografi ‘09) dan Ari Wibowo (FT Mesin ‘10) terpilih sebagai Presiden dan Wakil Pres-iden Badan Eksekutif Mahasiswa periode 2013-2014.

Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) maha-siswa tampak antri untuk melaku-kan pemilihan yang bersamaan dengan pemilihan gubernur. Hal senada juga terjadi di Fakultas Teknik, tempat pemungutan su-

ara (TPS) terlihat ramai didatangi mahasiswa yang akan memilih. Panitian sengaja menyiapkan kur-si untuk menunggu antrian.

Nani Depahini (FKIP Fisika ‘10) mengaku paham akan pentingnya Pemira. Menurutnya, hal terse-but menyangkut kemajuan Unila walaupun adanya BEM U selaku organisasi yang memilki fungsi advokasi, eksekutif, dan layanan belum terlalu ia rasakan. Ia me-nambahkan, kegiatan yang dilak-sanakan BEM U tidak merangkul kebutuhan mahasiswa. “Tentu saja harapannya untuk yang ter-pilih nantinya bisa menjalankan fungsinya sesuai goal setting

Oleh Hayatun Nisa F, Lia Vivi Farida, Fitria Wulandari

awal,” ujar Nani. Namun, antrian panjang han-

ya terlihat di dua fakultas terse-but. di enam fakultas lain, partisi-pasi mahasiswa sangat minim.

Fakultas Hukum (FH) misal-nya, tak tampak adanya pesta de-mokrasi. Tempat pemungutan su-ara terlihat sepi sejak pagi hingga perhitungan suara. Bahkan ketika Panitia Khusus (Pansus) meng-himbau mahasiswa menggunakan toak tetap saja tidak menarik ma-hasiswa untuk mendatangi TPS. Padahal banyak mahasiswa terli-hat duduk dan mengobrol di seki-taran TPS. Hal yang tak jauh ber-beda juga terjadi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).

Kinerja BEM U yang tidak dirasakan oleh mahasiswa men-jadi alasanya. Mahasiswa Hukum Perdata 2010, Ershe Wida ML mengaku sama sekali tidak tahu mengenai profil tiap kandidat. Ia cenderung ikut-ikutan karena

Kinerja BEM U Tak Dirasakan Mahasiswa

KAMPUS IKAM

Foto-foto: Kurnia Mahardika

Page 9: Majalah teknokra edisi 129

9No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

rekanya menjadi tim sukses salah satu kandidat. “Ya karena dari tahun ke tahun tidak merasakan efek dari BEM itu sendiri jadi ya milih-milih saja,” jelas Ershe.

Ia menambahkan kurangnya sosialisasi dari Pansus mengenai Pemira menyebabkan banyak mahasiswa yang tidak mengeta-hui adanya pemilihan Capres dan Cawapres mahasiswa.

Kondisi lebih memprihat-inkan terjadi di Program Studi (Prodi) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Prodi Seni yang terle-tak di Ratulangi, Tanjung Karang. Demokrasi dirasa belum terjadi, Devrizal (PAUD ’12) mengatakan bahwa Capres dan Cawapres ti-dak pernah berkunjung ke cabang Unila di Ratulangi.

Selain itu, pihak Pansus kurang memberikan informasi menyeluruh mengenai pemilihan Capres dan Cawapres khususnya di Prodi PAUD dan Seni. “Saya aja gak tau kalau hari ini pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, baru tau tadi malam itu pun dari jar-koman, Saya aja gak milih, karena

memang saya gak tau,” ujar Patra Yuvison (PAUD’12).

Keluhan yang disampaikan mahasiswa juga diakui Andhika Prayoga (Hukum ’09), Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPM U), menurut-nya angka partisipasi mahasiswa dalam Pemira kali ini menurun dibanding Pemira dua tahun lalu. Selain kurangnya sosialisasi dari Pansus, koordinasi yang lemah ke fakultas serta kurangnya partisi-pasi politik menjadi penyebabnya.

Menanggapi hal itu Ketua Pansus Anggi Arif Wibowo (Eko-nomi Pembangunan’11) me-maparkan Pansus sudah maksi-mal melakukan publikasi Pemira melalui banner, pamflet, liftlet, jarkoman, media online, dan sos-ialisasi keliling fakultas.

Presiden mahasiswa terpilih, Nanda Satriana merasa senang Pemira kembali terlaksana setelah tahun lalu aklamasi. Menurutnya, Pemira kali ini cukup representatif meskipun tak seluruh mahasiswa menggunakan hak pilih. Partisi-pasi mahasiswa yang mengalami

penurunan ia beranggapan tidak serempaknya pelaksananan Pe-mira fakultas dan universitas men-jadi penyebabnya.

Terkait keluhan mahasiswa terhadap kinerja BEM U selama ini, Nanda menjelaskan kurang-nya kepedulian pemimpin untuk turun ke bawah, sehingga ia dan pasangannya Bowo akan benar-benar mendengarkan langsung dari bawah apa yang mahasiswa inginkan. “Doakan dalam 100 hari pertama saya dan Bowo mampu ke bawah untuk mendengar keinginan mahasiswa,” terang Nanda.

Sedangkan untuk meminimal-isir mahasiswa yang tidak peduli terhadap Unila menurutnya ha-rus sering dilakukan interaksi dan diskusi agar terbangun kepedu-lian bersama. BEM fakultas juga tak lepas berperan dalam pencer-dasan terhadap kondisi fakultas-nya kepada mahasiswa. “Harapan saya ke depan Pemira universitas dan fakultas dapat dilaksanakan secara serentak,” ujarnya.=

Sepi. Meski sudah disosialisasikan namun Pemilihan Raya (Pemira) yang dilaksanakan pada Rabu (29/5) kurang mendapatkan antusias dari mahasiswa universitas lampung.

Page 10: Majalah teknokra edisi 129

10 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

REGIONAL

Oleh M. Faza Pandunegoro

Sejak 2012, pemandangan di sepanjang Jalan Zainal Abidin Pagar Alam, Bandar-

lampung banyak mengalami pe-rubahan. Tak hanya universitas, perguruan tinggi, dan sekolah yang didirikan di daerah ini. Kini, beberapa mall dan tempat ‘nong-krong’ berdiri kokoh di beberapa titik. Giant, Mall Bandarlampung, Pizza hut, dan KFC telah berop-erasi sampai sekarang. Mall Ke-daton yang berada antara jalan Zainal Abidin Pagar Alam dan Teuku Umar juga hampir selesai dibangun.

Pembangunan mall dan tem-pat ‘nongkrong’ yang berkem-bang setahun belakangan mempunyai dampak yang cu-kup besar, khususnya bagi ma-hasiswa. Sejak adanya mall ter-sebut, mahasiswa lebih memilih menghabiskan waktu untuk berja-lan-jalan daripada membaca buku di perpustakaan. Juwita Liasari misalnya, mahasiswi Unila Jurusan Manajemen ’12 ini memilih pergi ke tempat karaoke usai kuliah. Saat ditemui di Mall Lampung, ia mengaku pergi berkaraoke untuk mencari hiburan. “Karaokean gak papa, yang penting gak belanja di mall.” Tuturnya.

Drs. Holiulloh M.Si selaku Ke-pala Jurusan Prodi Pendidikan kewarganegaraan mengungkap-kan bahwa pusat perbelanjaan memberikan dampak positif dan negatif bagi siswa dan mahasiswa. Menurutnya, pembangunan mall dapat memudahkan mahasiswa dalam mencari kebutuhan sehari-hari. Namun, tak dipungkiri ke-hadiran mall akan mengundang minat siswa dan mahasiswa

untuk sekedar ‘nongkrong’. Dam-paknya, kebiasaan jalan-jalan di mall ini juga dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik. “Kalau merasa terganggu, kam-pus atau sekolah bisa mengadu-kan hal ini ke pemerintah daerah.” Ujar Holiulloh memberikan solusi.

Holiulloh juga mengungkap-kan bahwa peran pengajar untuk memberikan pengajaran nilai menuju pendidikan karakter ha-rus lebih ditingkatkan. ”Ketika sudah terlanjur maka pengajar harus memberikan transfer of knowledge and value, tidak hanya pengetahuan, tapi ditambah den-gan nilai.” tambahnya.

Pendapat Holiulloh juga di-amini oleh Virgi Caksono yang jug mahasiswa Universitas Lampung. “Mall yang sekarang ada lebih banyak ke hiburan, dan yang sifat-nya hura-hura,” ujar mahasiswa fakultas Hukum ’11 ini. Menurut-nya, mall tersebut seharusnya lebih banyak diisi dengan toko buku dan alat tulis karena berada di zona pendidikan.

Tak sependapat dengan Virgi, Tina Susanti S.Pd, maha-siswa S2 Universitas Lampung mengungkapkan bahwa keha-diran mall di dekat kampus sangat membantu. Ia merasa lebih mu-dah untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan pribadinya. “Saya dan para mahasiswa jadi tidak kesusahan untuk mencari sesuatu yang dibutuhkan.”ujar mahasiswa Teknologi Pendidi-kan ’11 ini. Mahasiswa Perguruan Tinggi Teknokra, Firda Maulidya juga sependapat dengan Tina. “ Ya strategis mall-nya, untuk mem-beli kebutuhan tidak jauh, pas pu-

lang bisa lihat-lihat kesana gitu,” ujar wanita yang baru saja men-jadi duta kampus ini.

Melihat tata ruang kota yang demikian, seorang ahli kebijakan publik, Budi Kurniawan mengkri-tik kebijakan ini. “Tata kota itu se-harusnya ada daerah pendidikan dan pasar di tempat yang lain,” ujar laki-laki yang juga dosen Ilmu Pemerintahan Unila ini. Ia menam-bahkan, tata kota di luar negeri memisahkan lokasi pembangunan sekolah dan pusat perbelanjaan. Pengalaman itu ia ketahui saat menuntut ilmu dinegeri kanggu-ru. Menurut Budi, untuk mengu-rangi pembangunan mall di dekat sekolah atau kampus, pemerintah harus mengenakan pajak yang tinggi.

Menanggapi hal tersebut, Asisten III walikota Bandar-lampung, Deddy Amarullah men-gatakan bahwa tidak ada yang salah dari tata ruang di kota Bandarlampung. Menurutnya, tidak ada peraturan yang berten-tangan dengan pembangunan be-berapa mall tersebut. Ia menam-bahkan, pemerintah memberikan izin mendirikan mall di pinggir jalan agar konsumen lebih mudah untuk berbelanja. “Jangan semua terpacu di ibukota, macet kota ini,” tanggapnya.

Mengenai kawasan pendidi-kan, Deddy membenarkan bahwa banyak terdapat lembaga pendi-dikan di jalan Zainal Abidin Pagar Alam. “Itu bener zona pendidikan, tetap tidak serta-merta dimonop-oli pendidikan, yang pentingkan tidak bersebelahan,” ungkap-nya.=

Saat Metropolitan dalam Kawasan Pendidikan

Page 11: Majalah teknokra edisi 129

11No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

ZONA AKTIVIS

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci Unila berdiri pada 9 September 2000) di lapan-gan rektorat Unila yang diresmi-kan oleh Dr. Sultan Djasmi, M.Pd selaku Pembantu Rektor (PR) III. UKM yang berdiri pada tahun 1985 ini pernah vakum dan aktif kembali ditahun 2000 yang dip-rakarsai oleh; Muhammad Fuad, Andi Gustiawan, Bagus Dwitomo (FH), Imam Darmawan (FISIP), Widiyatmoko (FT), Taufiq Ibnu-groho (FH), Eko Prasondita (FP), Okta Devi (FMIPA), dan Khairuni-sa (FMIPA).

Kepengurusan 2013/2014 UKM Tapak Suci diketuai oleh Wawan Santoso (Bahasa Indo-nesia ’11) Sekertaris Umum Hanifah (FKIP Fisika ’12) Wakil Sekretaris Hana Yakfi Aningsih (FKIP Bahasa In-donesia ’10), Bendum Nur Mila (FKIP Bahasa Indonesia ‘12), Wabendum Asri Dahlia (FKIP Sejarah ’12).

Selain itu, Tapak Suci terbagi atas tiga departemen Kepala De-partemen Kaderisasi Ali Usman (FH ’12), Kepala Departeman Or-ganisasi Yuliani (FKIP Penjas ’11), dan Kepala Departemen Prestasi Amin Waliyudin ( FH ’11).

UKM Tapas Suci merupakan suatu wadah untuk mengem-bangkan bakat dan prestasi di-bidang seni bela diri Indonesia untuk meningkatkan fisik dan

mental seorang atlit. latihan wa-jib dilaksanakan setiap hari Selasa dan Kamis pukul 16.00 WIB di la-pangan belakang rektorat. Selain latihan rutin, Tapak Suci mem-punyai tradisi yang wajib dilak-sanakan setiap tahunnya, seperti; Milad Tapak Suci Unila, pendada-ran, musyawarah cabang, rapat kerja, training pengurus, latihan kepemimpinan pelatih, pelantikan atlit, dan silaturahmi akbar lima tahunan (diselenggarakan 5 ta-hun sekali).

Selain memiliki agenda rutin, UKM ini juga memiliki agenda be-sar setiap tahunya. Agenda besar yang dimiliki oleh Tapak Suci Unila antara lain latihan gabungan, uji-an kenaikan tingkat, kejuaran re-gional pencak silat championship Jawa-Sumatera.

Dan ditahun ini akan menga-dakan kejuaraan regional pencak silat Championship termasuk agenda terbesar dalam kepengu-rusan ini yang selenggarakan di Gedung Serba Guna (GSG) Unila pada tanggal 28-30 Juni 2013, ke-juaraan ini bertujuan untuk me-nyaring bibit-bibit unggul siswa SD, SMP, dan SMA, dan juga se-bagai ajang reuni antar alumni karena acara ini diperuntukkan untuk alumni-alumni yang mem-buka cabang latihan di daerahnya masing-masing.=

Bela Diri Lewat Tapak Suci

KEJUARAAN YANG PERNAH DI RAIH

1. Kejurnas Pencak Silat Antar Perti Se-Indonesia, Unhas, Makassar 9-14 April 2012Juara I Kategori Ganda Putri (Marita Dwi Yesida & Hana Yakfi Aningsih)

2. Kejuaraan Invitasi Pencak Silat Tapak Suci Martial Art Competition Of Java Air-langga Cup, Surabaya 6-12 Mei 2012Juara 3 Kelas A Puteri Putri ArienalJuara 3 Kelas C Puteri Marita Dwi YesidaJuara 3 Kelas D Putera Amin Waliyudin

3. Kejuaraan Unila Open 14-16 September ‘12Juara 1 Kelas A Putera Asep KurniawanJuara 1Kelas B Putera Yuber AbadiJuara 2 Kelas C Putera Ahmad Qosasih(poll A)Juara 3 Kelas C Putera Pungki Wawana Putra (poll B)Juara 2 Kelas D Putera SadamJuara 1 Kelas E Putera Amin Waliyudin (poll A)Juara 3 Kelas E Putera Billi Martin (Poll B)Juara 2 Kelas F Putera ArdiyansahJuara 2 Kelas H Putera IrfanJuara 1 Kelas A Puteri Yuli SuprihatinJuara 2 Kelas B Puteri Marita Dwi YesidaJuara 3 Kelas C Puteri Nur MilaJuara 2 Kelas D Puteri Inayatus SholehahJuara 1 Tunggal Putera Yuber AbadiJuara 1 Tunggal Puteri Desi AriyaniJuara 1 Ganda Puteri Marita Dwi Yesida & Hana Yakfi Aningsih

4.Tapak Suci Brawijaya University Internasi-onal Open, 6-12 Desember 2012Juara 2 Kelas A Putera Imam Syafe’iJuara 3 Kelas B Putera Yuber AbadiJuara 3 Kelas D Putera Amin Walliyuddin

Page 12: Majalah teknokra edisi 129

12 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Apresiasi

Pagi..

Aku Vampir Abnormal

Harmoni..Dan embun pagi yang sejukBersama lewati medan licin dan curam karna ulah si hujanTetap ia trabas kubangan air bekas hujan itu walau sengajaBersama-sama mengemban satu misi Dan benar kau pemenangnyaTanpa perisai dan pedang samuraiKau pahlawan idaman bagi mereka

Oh Harmoni..Alam..Dan aku yang diam diam....Aku pun punya cinta di sepanjang hari-hari kitaSeperti cintaku pada pagi hari dengan sinar mentari yang mencuat jauh di atas sana. Menyengat panas. Namun kaya akan manfaat Dengan keharuman dari aroma segar biji kopi dari pohonnya Dengan ketenangan melihat awan biruDengan kebahagiaan dari angin sejuk di siang hari tepat di bawah pohon rindangDengan kemerduan suara hujan bagai nada minorDengan kerinduan akan gunung yang kita daki bersama

Bersama cinta-cintaku itulah aku mulai tergoda untuk merasakan kembali perjalanan sakral akan pemaknaan solidaritas yang beradu akur dengan segala perbedaan.

Aku adalah vampir pecinta kopiVampir abnormal yang siang pun bermandi matahariAku tak sepayah vampir penghisap darah,Aku tak bertaring tapi aku ganas dan pedasAku hidup untuk dunia yang lainKetika orang normal menjadi tak normal

Menjadi nocturnal bukanlah pili-han, tapi tuntutanMengejar angin malam sebagai vampirDan hidup tak normal sebagai manusia.Jadi aku manusia atau vampir?Ah, aku sulit membedakannya.Dan matahari rupanya sudah mengutuk cakrawala.Selamat pagi, dan selamat tidur...

*Yessi SaraswatiKepala Divisi Pengabdian MasyarakatUKM KSR PMI Unit Unila 2012-2013

*Fitri WahyuningsihStaff Artistik UKPM Teknokra

Page 13: Majalah teknokra edisi 129

13No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Ole

h Fi

tri W

ahyu

ning

sih

Page 14: Majalah teknokra edisi 129

14 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

EKSPRESI

Mengikuti organisasi serta sukses menjadi pebisnis adalah pili-han mahasiswa yang

satu ini. Tak ingin mengikuti trend mahasiswa masa kini yang meng-habiskan waktu luang dengan bermain, tidur atau nongkrong ke mall usai kuliah.

Chofi Qolbi namanya, maha-siswa Fakultas Kedokteran ang-katan 2010 yang memiliki banyak kesibukan dalam perkuliahan. Terlebih lagi Fakultas Kedokteran yang dianggap sulit dalam proses perkuliahan. Namun, hal itu ia tampik dengan aktif di berbagai organisasi dalam maupun luar kampus. Dan kini ia menjabat se-bagai gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ke-dokteran. “Banyak yang bilang kuliah di kedokteran itu berat tapi menurut saya sama dengan fakultas lain, tetap ada waktu longgar kok, dan Allhamdulillah kuliah lancar IPK saya masih 3,54,” ujarnya.

“Organisasi itu ilmu lapangan kalo dibangku kuliah kan teori aja. Selain itu, banyak mahasiswa yang setelah wisuda jadi ngang-gur. Kalo ikut organisasi kan ada link,” tambahnya.

Tak hanya kuliah dan organ-isasi yang menjadi kesibukannya, menjalani bisnis dan menjadi seorang trainer motivasi bahkan penulis buku ia lakoni. Bisnis yang ia jalankan hanya bermodalkan

nol rupiah. Ia pun sudah mener-bitkan satu buku dipertengahan tahun 2012 silam. Menjadi trainer baik di Lampung maupun luar Lampung sudah menjadi rutini-tasnya.

Berasal dari keluarga seder-hana tidak membuatnya patah semangat dalam meraih cita-cita. Ayahnya hanya seorang guru matematika di SMA sedangkan ibunya berprofesi sebagai penjual baju di pasar.

Sejak Sekolah Dasar Chofi memang sudah aktif dalam or-ganisasi. “Ikut organisassi udah sejak Sekolah Dasar (SD), ya ikut Pramuka gitu lah,” terangnya.

Beranjak ke bangku SMP dan SMA, pria yang punya hobby fut-sal ini semakin menggilai organ-isasi, ini terbukti dengan organisa-si yang diikutinya. SMP Chofi aktif di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai kepala bidang aka-demik. Selain itu dia juga menjadi ketua umum Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Bhinneka Cwara ser-ta menjabat sebagai kaderisasi di rohani islam (ROHIS) Ar-Rabbani.

Meski aktif diberbagai or-ganisasi tak membuat nilai aka-demiknya turun. Saat pemba-gian buku raport. Chofi selalu mendapat peringkat di kelasnya. Bahkan meraih juara 1 berturut-turut dari SD, SMP dan SMA. Ia pun semakin berprestasi ke-tika ditahun 2003, 2006 dan 2009 menjuarai lomba olim-piade matematika tingkat kabupaten. Tidak hanya itu saja Chofi juga sering menjuarai lomba nasyid tingkat provinsi.

Meski berprestasi dibidang akademik dan non akademik orang tuanya tak pernah memaksa dirinya untuk ber-prestasi. Orang tuanya hanya memberi arahan saja.

Memasuki bangku kuliah pria asal Tulang Bawang Barat ini sempat minder. “Dulu logat jawanya lebih parah dari ini, sekarang udah agak mendingan. Sempet down juga, apalagi kan

mayoritas mahasiswa kedokteran berasal dari luar Lampung. Tapi karena inget semangat orang tua jadi semangat lagi,” tuturnya.

Terbiasa dengan banyak keg-iatan akademik dan non akademik membuat Chofi ingin melaku-kan hal yang berbeda tak hanya sekedar kuliah saja. Terlebih lagi, menurut pria berusia 20 tahun ini kuliah tidak 24 jam sehingga ban-yak hal lain yang bisa dilakukan. Akhirnya disemester satu ia me-mutuskan untuk memulai bisnis dengan biaya nol rupiah.

Awalnya ia berjualan jam tan-gan namun lambat laun ia tertarik dengan dunia trainer. Ia memu-lai mencari kegiatan lain dengan mengikuti sebuah sekolah trainer di Lampung. Ini berawal ketika waktu propti jurusan ada training motivasi dengan pengisi trainer yang sama waktu trainer SMA. K e m u - dian Chofi meng- hubungi kon- t a k

y a n g

Komitmen dengan WaktuOleh Kurnia Mahardika

Page 15: Majalah teknokra edisi 129

15No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

ada untuk bergabung dengan sekolah trainer tersebut. Selama dua hari dan tiga kali mengikuti magang ia menggali ilmu tentang trainer motivasi hingga akhirnya kini sudah bisa menjadi trainer. Namun untuk menjadi trainer yang handal menurutnya butuh waktu dan pengalaman yang ban-yak. serta sudah mendapat lima sertifikasi, satu diantara adalah sertifikasi dibidang trining bisnis dan empat diantaranya adalah sertifikasi dibidang training moti-vasi dan dapat mengikuti trainer di luar kota.

Sukses didunia trainer Chofi mencoba peruntungan didunia kuliner, kali ini dia bekerjasama dengan dua rekannya Winda Yunika (Hukum ‘9) dan Meta Yunika (Kedokteran, 2010) den-gan mendirikan pempek rainbow. Selain itu Chofi juga mempunyai CV. Aorta yang bergerak dibidang trining and consulting serta pemi-lik Rhoudah celuler.

Sukses dengan tiga bisnisnya itu bukan berarti Chofi tak pernah rugi. Ia sempat mengalami rugi ketika mengawali usaha dibidang konveksi ditahun 2009. “Yang na-manya usaha pasti pernah rugi. Dulu waktu awal-awal jual kaos sama jaket gak dapet untung yang ada malah rugi. Banyak nom-boknya ketimbang untungnya, kayak nombokin biaya ongkos kirim. Misal dari 100 jaket saya cuman dapet 1 buah jaket” ke-nangnya. Bahkan tak jarang ada nada miring yang mampir ke telin-ganya. Contohnya waktu berjua-lan jam monol ia sempat dibilang tukang broadcast jualan karena seringnya blackberry massanger (BBM) yang ia kirim isinya hanya menawarkan dagangannya itu. Namun Chofi tak putus asa karena dia mempunyai prinsip “There is not failure, that’s only feedback. Tidak ada yang namanya kegaga-lan yang ada hanya feedback dari setiap yang kita lakukan”.

Kini dari hasil bisnisnya itu Chofi sudah mampu membiayai kuliah dan kebutuhan sehari-hari. Selain itu, ia bisa membiayai dir-inya untuk mengikuti training-

training diluar kota. “Untuk urusan sepele beli

buku, beli Hp Blueberry sampai Blackberry atau baju ya masih bisa lah,” ungkapnya. Selain menjadi pebisnis pria yang hobi berjualan ini juga aktif sebaagai trainer. Un-tuk urusan trainer Chofi tak per-nah mengharap bayaran jika yang mengadakan adalah lembaga ke-mahasiswaan.

Disela-sela kesibukanya se-bagai Gubernur BEM, menjadi trainer dan aktif berbisnis Chofi menyempatkan dirinya menulis buku yang merupakan salah satu dari impiannya. Buku yang ia tulis pertengahan tahun 2012 itu kini sudah diterbitkan diseluruh toko buku gramedia di Indonesia. Buku yang pertama adalah Yes-Set. “Sebuah keajaiban sekali, karena banyak orang menerbitkan buku-nya dipublikasikan sendiri. Tapi saya baru ngasih draft besoknya sudah ditelepon oleh penerbit. Ini semua karena kuasa Allah,” cerita Chofi.

Salain itu, Chofi juga pernah-mengadakan workshop menulis untuk mencari bibit penulis dima-na peserta akan dibimbing untuk menulis buku dan tulisan yang layak akan di rekomendasikan ke penerbit nasional.

Menjalankan berbagai peran dan kesibukan tidak mebuat perkuliahanya terganggu. ia me-miliki cara tersendiri untuk men-gatur waktu setiap minggunya sehingga terencana. “Dalam satu minggu itu saya fokuskan dengan kegiatan-kegiatan yang saya mi-liki. Dua hari fokus di kuliah, satu hari spiritual, satu hari ngurusin bisnis, dan satu hari ngurusin organisasi. Jadi kalau waktunya buat kuliah ya kuliah aja, tapi kalo ada waktu senggangnya ya bisa digunain buat mengerjakan yang lain,” ujarnya.

Menurut pria berusia 20 ta-hun ini, membagi waktu adalah hal yang mudah. Karena “Mem-bagi waktu itu hal yang mudah, kita punya waktu 24 jam. Tinggal kita alokasikan aja kemana waktu itu mau dipakai, yang sulit adalah komitmen dengan waktu,” terang

Chofi.Rekan bisnis Chofy Winda

Yunika (Hukum, 09) mengatakan walaupun Chofi sibuk tetapi selalu menyempatkan waktu untuk rapat membahas usaha yang kini mereke geluti. “Masih ada waktu kok buat kumpul, kalau ada kepentingan rapat dia selalu datang. Tapi pasti bisa kok, kalo gak bisa paling kita Bbm-an,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan rekan sekelasnya Meta Yunika (ke-dokteran, 10), menurutnya Chofi tak pernah kesulitan dalam perkuliahan terutama dalam hal membagi wak-tu. “Dikelas gak pernah keteteran kok, dia kan juga mahasiswa ber-prestasi di fakultas,” Ujarnya.=

CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : Chofi Qolbi NATempat, Tgl Lahir : Dayamurni, 18 November 1992Riwayat Pendidikan : SDN 1 DayamurniSMPN 1 TumijajarSMAN 1 TumijajarFakultas Kedokteran UNILARiwayat Prestasi Juara 1 Olimpiade Matematika SD,SMP,SMA tingka kabupatenJuara 3 Olimpiade Matematika SD tingkat provinsiFinalis Honda Best Student Regional LampungJuara 3 LCT GIS LampungJuara 1 Presentasi ILMIAH se-SumateraJuara 3 Mahasiswa Berprestasi FK UNILAJuara 2 Nasyid Tingkat SMA se-Lam-pung FPPI 2009Juara 2 Nasyid Tingkat SMA SIAR(silaturahmi anak rohis) se-LampungJuara 1 Nasyid Tingkat SMA se-TulangbawangJuara 2 Nasyid tingkat SMA PENTAS PAI Dinas Pendidikan provinsi LampungSiswa Terfavorit SMAN 1 TumijajarJuara 1 Nasyid Tingkat SMA Se-SUMBAGSEL(Sumatera Bagian Selatan)Duta Favorit Mahasiswa BKKBN Lampung

Page 16: Majalah teknokra edisi 129

16 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Laporan Utama

Oktober 2011, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP ) Agus

Hadiawan diperintahkan mencari data mahasiswa bernama Fajrian oleh Rektor Unila Prof.Sugeng P Harianto. Titah itu ia terima via telepon dari Jakarta. Agus lalu mencari berkas milik Fajrian yang tercatat sebagai mahasiswa Ju-rusan Ilmu Komunikasi angkatan 2000 ke bagian akademik. Berkas Fajrian ia terima dari Sariyanah, mantan Kepala Sub Bagian Aka-demik FISIP.

Satu jam kemudian, Agus dimin-ta menjemput Sugeng di Bandara Raden Intan, Branti Raya. Dua orang pejabat ikut serta bersama Sugeng. Seorang diantaranya Prof. Sylvia Murni yang saat itu menjabat Walikota Jakarta Pusat. Pertemuan lalu dilanjutkan di ru-ang rektor yang saat itu masih ditemani dua koleganya, ia me-minta Agus memberikan berkas Fajrian dan memerintahkan Agus untuk menerbitkan ijazah Fajrian. Tak hanya Agus yang dipanggil, Kepala Bagian Akademik saat itu Damanhuri ikut serta dalam per-temuan itu.

Agus menolak meluluskan Fajri-an sebagai mahasiswa Unila kare-na tidak sesuai prosedur. Reaksi yang sama juga ditunjukkan Da-manhuri. Namun, saat itu Sugeng mengatakan Fajrian adalah ma-hasiswa yang pintar, Fajrian juga dikabarkan akan melanjutkan studi ke Belanda. Ia juga bekerja di salah satu program acara di Metro Tv bernama Eagle Award. Akhirnya Agus dan Damanhuri tak bisa menolak perintah atasannya itu.

Pengakuan itu disampaikan Agus Hadiawan dalam pertemuan

di Kampung Bambu pada 6 April lalu, pertemuan yang digawa-ngi Prof. Sutopo Ghani Nugroho dan Prof. Muhajir Utomo atas inisiatif dosen Pembimbing Aka-demik Fajrian Cahyono Eko S. Pertemuan juga dihadiri beberapa dosen FISIP diantaranya, Susetyo Ketua Jurusan Sosiologi , Ibrahim Besar sekretaris saat Idha Nurhai-da menjabat Kajur Ilmu Komuni-kasi, Ikram dosen pembimbing skripsi. Turut diundang Sarwoko dan Idha Nurhaida yang saat itu tak dapat hadir karena urusan keluarga masing-masing, Teguh Raharjo, Kajur Ilmu Komunikasi saat ini pun diundang. Namun tak dapat hadir karena menjadi ketua panitia di resepsi pernikahan tet-angganya. Muhajir dan Sutopo sempat heran dengan kehadiran Agus Hadiawan di pertemuan tersebut, menurut Muhajir Agus tak ikut diundang kala itu.

Keheranannya cukup beralasan, Maret 2013 saat acara wisuda di Gedung Serba Guna Unila, Mu-hajir sempat menanyakan ma-salah ijazah kepada Agus, namun saat itu Agus menjawab kalau penerbitan ijazah tersebut sesuai prosedur dan mengatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah lulus. Ia pun segera mema-suki GSG karena acara akan dimu-lai. “Saya tanya tentang masalah penerbitan ijazah Fajrian pak Agus hanya menjawab, ‘oh itu su-dah lulus,’ lalu saya tanya lagi apa benar sudah lulus tetapi acara akan segera dimulai pak Agus bu-ru-buru masuk ke GSG dan tidak menjawab pertanyaan saya lagi,” jelas Muhajir.

Pertemuan di awal April itu dibenarkan oleh Susetyo yang

saat itu hadir, dia juga membenar-kan bahwa saat itu Agus Had-iawan hadir pa-dahal tak turut diundang dan menceritakan kronologi yang s e b e n a r n y a , namun dirinya enggan men-gatakan isi dari kronologi yang d i s a m p a i k a n Agus dengan alasan tidak ada kaitannya dengan ma-salah pener-bitan ijazah tersebut, saat itu dirinya han-ya salah diun-dang.

Hal ini juga d i b e n a r k a n Teguh Raharjo yang mengetahui kedatangan Agus di pertemuan dan juga pengakuan Agus saat itu. Teguh yang tak hadir mengetahui hal itu melalui Ibrahim.

Hal berbeda disampaikan Ikram, ia membantah adanya perte-muan. Menurutnya masalah tersebut tidak perlu diperpanjang karena Inspektorat Jenderal pen-didikan Tinggi sudah memeriksa semua pihak yang terkait akan masalah tersebut.

Sariyanah Kasubag Akademik yang pensiun sejak Juni 2012 membenarkan Agus pernah me-minta berkas Fajrian. Ia pun mem-berikan berkas yang berisi berita acara ujian kompre Fajrian, dalam

Lakon Pewayangan BirokratOleh Hayatun Nisa

Page 17: Majalah teknokra edisi 129

17No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

berkas tersebut Fajrian telah lulus ujian komprehensif namun ada catatan untuk revisi, Sariyanah menambahkan Fajrian tidak per-nah terdaftar sebagai wisudawan.

Ketika dikonfirmasi perihal per-temuan tersebut, Rabu (12/7 )Agus Hadiawan mengatakan per-temuan itu sudah lama sekali, namun kemudian

dirinya memban-tah adanya pertemuan di Kam-pung Bambu malam itu. “Tidak pernah ada pertemuan

seperti itu semua urusan ini sudah diserahkan ke pihak ins-pektorat, kami hanya menunggu

hasil dari pemeriksaan tersebut. Saya tidak bisa memberikan tang-gapan lagi karena hal ini sudah di-rapatkan dengan rektor,” terang Agus.

Hal senada juga disampai-kan Rektor Unila, Prof. Sugeng P. Harianto, Sembari berjalan

terburu-buru, dikawal sopir dan satpam rek- tor

t i d a k banyak bicara

ketika dimintai konfirmasi atas

pengakuan Agus. “Ya tanya Pak Agus Hadi-

wan,” jawabnya singkat.***

Penerbitaan ijazah Fajrian yang tak sesuai prosedur ternyata tanpa sepengetahuan Pembantu Rektor I bidang aka-demik yang waktu itu dijabat Prof. Hasriadi Mat Akin.

Tahun 2012 lalu pegawai Biro Akademik, Siti Juriyah yang men-

gurusi pendaftaran wisuda keta-kutan menyimpan rahasia terse-but, sehingga dirinya datang pada Hasriadi mengadukan semua hal yang ia ketahui sembari memba-wa salah satu bukti yang menun-jukkan adanya pelanggaran. Juju sapaan akrabnya menunjukkan

bukti dua buku wisuda yang sama, dua buku tersebut dicetak di wak-tu yang berbeda dengan isi yang berbeda pula. Cetakan pertama Desember 2011 sedangkan ce-takan kedua pada Februari 2012.

Menurut pengaduan Juju pada Hasriadi, cetakan pertama ada 62 nama wisudawan dari FISIP yang tercatat, cetakan pertama terse-but dicetak ribuan yang dibagikan ke para wisudawan. Namun Feb-ruari 2012 buku yang sama dicetak ulang dengan jumlah wisudawan FISIP menjadi 63 wisudawan.

Nama wisudawan ke 63 itu ternyata Fajrian. Tercatat Fajrian lulus pada 17 November 2008, dengan NPM dan English Place-ment Test (EPT) yang dikosong-kan. Buku cetakan kedua itu pun hanya dicetak 200 buah yang dibagikan ke fakulas-fakultas saja.

Kronologis cerita tersebut dis-ampaikan Prof. Sutopo Ghani ber-dasarkan cerita Ir.Sulastri Ramli kapada dirinya. Menurut Sutopo Juju memang dekat dengan Su-lastri yang saat itu menjabat PR II, sebelum Juju mengungkapkan hal tersebut ke Hasriadi ia terlebih dahulu menceritakannya kepada Sulastri.

Sejak itu, Hasriadi Mat Akin mu-lai andil menutupi kasus ini, Ok-tober 2012 sedang berlangsung pemilihan Pembantu Rektor, Hasriadi kembali sebagai kandidat calon PR I dengan pesaing Prof. John Hendri yang sedang menja-bat sebagai Ketua Lembaga Pene-litian Unila.

Ketika pemilihan nama Hasriadi keluar sebagai pemenangnya. Namun, usai rapat senat itu rek-tor manghampiri Hasriadi. Rektor mengatakan pada Hasriadi dirinya akan menggunakan hak preroga-tif sebagai rektor untuk tidak mel-antik Hasriadi dan tetap melantik John Hendri yang hanya selisih enam suara.

Sulastri Ramli dan kedua rekan-nya Ida Farida dan Sutopo makan siang di ruanganya usai rapat senat pemilihan pembantu rektor sembari membicarakan kejadian

Page 18: Majalah teknokra edisi 129

18 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Laporan Utama

usai rapat tadi. Lalu ketiganya medatangai Hasriadi di ruangan-nya.

Menurut Farida, di ruangan itu Hasriadi menunjukkan fotokopi buku wisuda kepada ketiganya. Hasriadi tampak geram sambil menceritakan rencana awalanya untuk membagikan fotokopi buku wisuda kepada seluruh ang-gota rapat senat jika namanya tidak menang. Farida, Sutopo, dan Sulastri pun mengambil be-berapa lembar fotokopian terse-but, setelah mendengar cerita Hasriadi tentang kejadian usai rapat, Sutopo pun memberi sa-ran kepada Hasriadi agar segera memberitahukan rektor bahwa ia mengetahui adanya kejanggalan pada buku wisuda yang menun-jukan bukti dugaan pelanggaran terkait penerbitan Ijazah Fajrian.

Hasriadi pun menuruti saran tersebut, dirinya langsung men-emui rektor di ruang rektor den-gan membawa bukti. Sedang-kan ketiga anggota senat tetap menunggu di ruangannya. Selang beberapa lama Hasriadi kembali ke ruangannya, kesepakat sudah ia dapat dengan rektor. Ia mem-beritahukan kepada ketiga senat yang menunggunya itu bahwa rektor akhirnya akan melantik dir-inya.

Hal tersebut dibenarkan Sutopo, bahwa usai rapat senat terjadi pertemuan yang tak diren-canakan di ruang PR I. “Saya han-ya memberi saran, saat itu saya bi-lang kamu punya kartu truf pakai saja itu, agar rektor mau melantik kamu,” jelas Sutopo.

Sementara jas untuk pelanti-kannya sedang dibuat, Hasriadi menghubungi Sutopo via telepon, meminta Sutopo untuk memus-nahkan fotokopi buku wisuda yang terdapat tulisan tangannya tentang pelanggaran ijazah Fajri-an dan meminta Sutopo untuk ti-dak membahas masalah tersebut. Sutopo heran mendengar per-mintaan Hasriadi karena ketika perbincangan Hasriadi bersama tiga senat senior di ruanganya

usai rapat senat pemilihan Pem-bantu Rektor kala itu, Hasriadi berjanji akan mengusut tuntas permasalahan tersebut setelah dirinya dilantik.

Hasriadi pun akhirnya dilantik untuk kedua kalinya menjabat se-bagai PR I. Dua bulan menjabat Hasriadi tak kunjung membahas masalah ijazah tersebut, melihat hal itu para senat pun sepakat meminta rektor untuk mengada-kan rapat senat yang hampir dua tahun tak diadakan membahas masalah akademik.

Namun permintaan tersebut tak dipenuhi rektor tanpa alasan yang jelas. Hingga tahun 2013 ma-salah itu masih belum dibahas dan diselesaikan, sampai pada awal tahun 2013 situs berita online Bua-nasumbagsel.com memberitakan penerbitan ijazah yang tak sesuai prosedur di Unila. Berdasarkan keterangan Sutopo tak diketahui siapa yang melaporkan masalah tersebut. April lalu` laporan ter-kait dugaan pelanggaran per-aturan akademik di Unila sampai pada Inspektorat Jendral Kemen-trian Pendidikan dan Kebudayaan.

Saat dikonfirmasi Juju enggan menanggapi terkait pengaduan-nya tersebut kepada Hasriadi Mat Akin, dirinya tidak mau angkat bi-cara mengenai masalah tersebut dengan alasan semuanya sudah diperiksa Itjen sehingga harus ada perintah dari atasan jika ingin ber-bicara terkait masalah itu. “Saya

tidak mau bicara mengenai hal itu, saya takut salah bicara dan saya tidak punya wewenang untuk mengkonfirmasi apapun. Saya su-dah diperiksa Inspektorat Jendral Pendidikan Tinggi, Itjen jadi saya tidak mau bicara,” jelas Juju.

Senada dengan Juju, Daman-huri juga tidak mau mengkon-firmasi kaitan dirinya dengan masalah penerbitan Ijazah terse-but. Ia mengatakan tak punya wewenang untuk angkat bicara. “Terkait masalah ini saya tidak bisa bicara, saya tidak punya wewenang. Silahkan saja tan-yakan hal ini ke bagian Humas, saya sudah diperiksa oleh Itjen,” terang Damanhuri.

Setali tiga uang saat ditemui di ruangannya Rabu (12/6), Hasriadi enggan memberikan tanggapan-nya “No comment no comment, semuanya sudah selesai. Saya sudah diperiksa Itjen,” tanggap Hasriadi. Ketika ditanya terkait masalah buku wisuda dirinya juga tidak mau banyak bicara, ia meminta supaya mengikuti saja pemberitaan yang sudah ada.

,,

Saya hanya memberi saran saat

itu saya bilang kamu punya kartu truf pakai saja itu, agar rektor mau melantik kamu

Prof. Sutopo Ghani

Page 19: Majalah teknokra edisi 129

1919No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Bukti pelanggaran tidak hanya pada buku edaran wisuda tetapi juga pada temuan pihak jurusan Ilmu Komunikasi. Teguh Raharjo , Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi mengatakan setelah pemberi-taan di buanasumbagsel.com dirinya beserta Sarwoko dan Ibrahim Besar mengadakan dis-kusi membahas masalah yang membawa nama Jurusan Ilmu Ko-munikasi, selanjutnya teguh mel-aporkan hal tersebut ke Dekan. Sampai akhirnya Itjen turun untuk melakukan pemeriksaan terkait masalah tersebut. Pihak jurusan telah mempelajari semua materi yang berkaitan dengan masalah penerbitan ijazah tersebut.

Menurut Teguh pihak jurusan juga menggali informasi tentang

PERATURAN PUN DILANGGAR

ujian skripsi Fajrian melalui dosen pengujinya Ikram, Nurhaida, dan Firman Asyaf. 17 November 2008 Fajrian memang dinyatakan lu-lus ujian skripsi namun lulus ber-syarat yaitu skripsinya perlu revisi. Fajrian diberi waktu selama dua bulan untuk melakukan revisi na-mun Fajrian tidak melakukan revi-si. Hal ini terbukti tidak ada skripsi Fajrian di perpustakaan fakultas dan perpustakaan pusat. Menurut Teguh, Hasil penelusuran pener-bitan ijazah, Fajrian melanggar peraturan akademik tahun 2008 pasal 38 ayat 1 sampai 5.

Peraturan akademik yang dipak-ai disesuaikan dengan waktu Fajrian lulus ujian. Pelanggaran yang dilakukan diantaranya ti-dak melakukan perbaikan skrip-

si, tidak pernah m e n g u m p u l k a n skripsi, dan tidak pernah mendaftar wisuda. Selain itu, ditemukan kejang-galan pada buku wisuda. “Kalau Fajrian tidak per-nah mengumpul skripsi dan tidak pernah mendaftar wisuda seharus-nya namanya tidak terdaftar dalam buku wisuda 14 de-sember 2011, dan nilai EPT kosong,” terang Teguh. Ia juga menerang-kan tidak men-getahui adanya dua edaran buku wisuda Karena pi-

hak jurusan hanya memperoleh buku wisuda yang berjumlah 63 mahasiswa.

Pada sistem informasi akademik (Siakad) juga terdapat Kejang-galan, siakad Fajrian menunju-kan Fajrian mengisi kartu ren-cana studi (KRS) di tahun ajaran 2000/2001, 2001/2002, 2002/2003, 2003/2004, dan 2004/2005, na-mun pada TA 2005/2006 dan 2006/2007 tidak mengisi KRS. Na-mun tahun 2008 Fajrian mengisi KRS kembali. Jika dianalisis di TA 2005/2006 dan 2006/2007 tidak mengambil cuti dan tidak mem-bayar SPP seharusnya berda-sakan peraturan akademik pasal 26 ayat 2 tentang putus studi, ma-hasiswa dinyatakan putus studi administratif bila yang bersangku-tan tidak membayar SPP selama dua tahun. Tidak melaksanakan daftar ulang selama 2 semester atau lebih berturut-turut dan/atau meninggalkan kegiatan akademik selama 2 semester atau lebih ber-turut-turut tanpa memiliki izin cuti akademik. Karena itu jurusan me-minta agar gelar sarjana Fajrian dicabut.

Kajur Ilmu Komunikasi ini juga mengatakan sebelumnya rapat pimpinan FISIP pernah diadakan membahas usulan jurusan un-tuk mencabut gelar Fajrian pada pertengahan bulan Mei, namun belum ada tanggapan dari rek-tor. Hingga pada selasa 4 Juni lalu diadakan yang kedua salah satunya membahas kelanjutan informasi usulan, karena usulan pertama tidak kunjung ada jawa-ban. “Jawaban rektor pada rapat pimpinan kedua mengatakan saat itu menunggu evalusi dari Itjen, tapi yang diherankan kenapa lama sekali,” terang Teguh saat ditemui di rumah rekannya pada 15 Juni lalu.= Bersambung ke hal 24

=

Page 20: Majalah teknokra edisi 129

20 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Artikel Tema

Pers adalah satu organ dari institusi media mas-sa dimana posisinya ada didalam satu sistem yang

berkaitan dengan masalah kultur tertentu saat menghadapi suatu konflik yang terjadi dimasyarakat. Pada posisi tersebut pers bertu-gas mekomunikasikan sedikit ban-yak hal yang terjadi pada masalah tersebut kepada khalayak luas dan komunikasi itu dapat berim-plikasi pada dua hal yaitu apakah pemberitaan akan mengakibat-kan konflik menjadi intensif atau sebaliknya.

Menurut Andrew Arno (1984)

posisi pers dalam “menjem-batani” konflik ke proses komu-nikasi akan sangat berbahaya jika tidak ada mekanisme kontrol un-tuk mencegah konflik yang telah berevolusi menjadi berita tidak mengalami distorsi fakta atau lebih parah media yang awalnya melemparkan wacana yang ti-dak berimbang, lalu larut dalam konflik yang ada kemudian ber-lindung dalam ruangan bernama kebebasan pers. Kebebasan pers bukanlah tanpa batas, dalam The Cannon of Jurnalism, pers bertang-gungjawab atas kesejahteraan masyarakat, ketulusan, kejujuran, tidak memihak, berimbang, sopan dan menghormati kehidupan ses-

eorang. Salah satu poin yang diangkat adalah mengenai asas praduga tidak bersalah yang seharusnya juga diad-

opsi oleh pers dalam mew-artakan satu berita sangat menarik untuk diperdebatkan jika dikaitkan dengan kebe-basan pers.

Praduga tidak bersalah (presumsion of innocent)se-cara umum adalah asas uni-versal dalam dunia hukum, asas tersebut menghendaki bahwa setiap orang sebe-lum adanya putusan hakim yang menyebutkan bahwa dia adalah pelaku kejahatan maka ia dianggap tidak bersalah, asas ini berlaku universal dan menyangkut perlindungan hak asasi manusia walaupun ada beberapa negara yang justru memberlakukan kebalikannya yaitu asas praduga bersalah

(presumsion of guilt) contohnya

Mesir. Ruang kosong antara dugaan dan putusan tersebut ter-isi makna yang harus ditafsirkan sendiri dan disini adalah manuver subjektivitas yang terjadi, dalam ruang ini semua dapat terjadi, dan yang mengisi ruang ini adalah: media.

Asas tersebut selayaknya menjadi bintang pemandu pers dalam memberikan informasi. Pemberitaan pers sudah semes-tinya menjamin kebebasan untuk menikmati asas-asas sebagaima-na diatas. Asas tersebut meng-hendaki setiap insan pers untuk juga menghormati martabat ob-jek pemberitaannya. Karena jika hal tersebut tidak terakomodasi niscaya akan terjadi satu pelang-garan hak asasi manusia atau yang acapkali kita sebut dengan peradilan pers (trial by the press)berupa rusaknya martabat orang tersebut dimata umum padahal belum ada kekuatan hukum yang menyatakan ia benar-benar ber-salah.

Karena hal tersebut menyang-kut hal substantif dalam pemberi-taan maka proses tersebut tidak sepenuhnya dapat diperkaran dalam jalur hukum. Media me-miliki satu kanal khusus untuk menampung sekaligus menjadi sarana klarifikasi atas satu pem-beritaan yang ingin disangkal oleh pihak yang bersangkutan melalui mekanisme hak jawab. Hak jawab adalah sarana untuk klarifikasi yang ditentukan oleh undang-undang pers, dimana pihak yang merasa dirugikan diberikan saran complaint atas pemberitaan yang naik cetak, media wajib untuk

Menuntut ProporsionalitasHak Jawab

Ilust

rato

r Fitr

i Wah

yuni

ngsi

h

Page 21: Majalah teknokra edisi 129

21No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

menerbitkan apa yang dikeluhkan oleh pembaca. Namun yang men-jadi permasalahan adalah propor-sionalitas penayangan hak jawab dimedia massa yang sangat tidak sebanding dengan porsi pemberi-taan dimana hak jawab yang ter-bit tidak sebanding dengan pem-beritaan yang muncul berkali-kali.

Salah satu contoh pemberita-an tidak berimbang yang pernah dilakukan oleh pers adalah dalam kasus Asian Agri yang berujung gugatan di pengadilan. Hakim me-mutuskan untuk memenangkan Asian Agri akibat melanggar asas praduga tidak bersalah lantaran kasus yang didakwa kepada Asian Agri belum memenuhi keputu-san hukum tetap diberitakan olehTempo secara besar-besaran dan dianggap tidak proporsional dalam menampilkan hak jawab yang dilayangkan Asian Agri.

Kolom hak jawab yang sangat minim tampaknya tidak menjadi satu solusi untuk klarifikasi atas pemberitaan yang tidak berim-bang belum lagi jika kita berbicara mengenai hak jawab di televisi. Sebagai contoh beberapa kasus

korupsi kakap yang diberitakan dibeberapa media besar secara bombastis ternyata tidak terbukti dipengadilan apakah dapat diha-pus dengan satu kolom terbatas sebagai sarana rehabilitasi nama baik padahal dalam hukum acara diperadilan bahwa jika satu anak manusia tidak terbukti sah dan meyakinkan maka hakim memer-intahkan untuk merehabilitasi nama baiknya dan mendapatkan ganti rugi.

Hak jawab saat ini bagi media massa bukanlah menjadi sesuatu yang penting karena selain di-anggap merugikan media massa kerap memangkas dan menay-angkan hak jawab secara tidak utuh sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh mereka yang merasa dirugikan tidak tersampai-kan dengan baik. Tindakan yang harus dilakukan saat menghadapi masalah demikian harus dimulai dengan langkah “legowo” media massa untuk lebih pro-aktif me-nyelesaikan masalah tersebut, karena langkah tersebut mustahil ditempuh oleh korban pemberi-taan yang lemah jika dihadapkan

dengan dominasi media massa.Media massa yang mengen-

dalikan pekerja pers dewasa ini bukanlah satu institusi bebas nilai dan imun dari pengaruh ekonomi dan politik sehingga tidak dapat disangkal jika pers kadangkala bergerak dalam ranah kepentin-gan pragmatis pemilik modal se-hingga benarlah apa yang diutara-kan oleh David T. Hill (1992) bahwa industri media massa tidak terlalu menguntungkan tetapi ia mempunyai nilai yang sangat strategis dalam berbagai bidang.Selanjutnya semua polemik ha-rus diposisikan dalam sarana yang pas. Dewan pers yang dalam melakukan tugasnya bersifat menunggu pengaduan tidaklah serta merta membuatnya men-jadi pasif, satu tindakan yang aktif yang harus dilakukan oleh dewan pers adalah mengusulkan kepada media untuk merehabilitasi mer-eka yang telah dirugikan melalui pemberitaan secara imbang.=

NgekhibasDapat gelar tanpa skripsi,Kira-kira ijazahnya berlaku gak ya?

Ruang kuliah sempit, Jadi kipas-kipasan aja di ruangan

Mall dikawasan pendidikan, Wah, perpustakaan Unila bisa makin sepi

Pemira sepi, Kinerja BEM U gak dirasakan mahasiswa sih!

Andhika PrayogaMahasiswa Fakultas HukumUniversitas Lampung

Page 22: Majalah teknokra edisi 129

22 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Inovasi

Berawal dari pengalamannya ter-jebak banjir yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat mem-

buat Dyah Indriyana Kusumastuti terin-spirasi membuat suatu metode yang bisa meminimalisir kerugian akibat bencana banjir. Dosen jurusan Teknik Sipil Unila ini membuat metode prakiraan banjir dan sistem peringatan dini melalui Distributed Hydrology Model berbasis Sistem Infor-masi Geografis. Metode ini bisa mem-perkirakan apa yang akan terjadi apabila hujan terjadi, apakah akan terjadi banjir atau tidak. Penelitian yang dilakukan oleh Dyah dan kawan-kawan ini didanai me-lalui program Penelitian Strategi Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Dyah dan kawan-kawan melakukan penelitian ini selama 3 tahun.

Tahun pertama fokus pada penguku-ran dan Hidrologi Satuan Terukur (HST). Pengukuran dan pendataan dilakukan untuk mengetahui berapa banyak volume air ketika hujan terjadi, apakah hujan ber-potensi menyebabkan banjir atau tidak. Alat yang diperlukan dalam penelitian ini

adalah Automatic Water Level Recorder (AWLR) dan Automatic Rain Gauge (ARG).

Automatic Water Level Recorder (AWLR), alat ini berfungsi untuk men-getahui berapa debit air yang ada saat hujan turun di waktu tertentu. Alat ini berbentuk tali yang panjangnya 2 meter pada ujung satu dipasang Logger dan yang ujung satu lagi diberi Chip. Logger berfungsi untuk mendeteksi volume saat terjadi hujan sedangkan Chip berfungsi untuk mencatat data yang dideteksi oleh Logger.

AWLR dimasukkan ke dalam pipa ber-diameter 2 inch dengan beberapa lubang untuk keluar masuknya air ketika aliran air sungai meninggi maka akan direspon oleh Logger dan memberi informasi ke-pada Chip.

Automatic Rain Gauge (ARG), alat ini berfungsi untuk menghitung jumlah curah hujan dalam satuan waktu tertentu secara otomatis dengan bantuan baterai sebagai sumber tenaganya. Data yang ada pada AWLR dan ARG akan diambil dengan skala waktu tertentu. Dengan AWLR dan ARG kita dapat mengetahui

Minimalisir Resiko Banjiroleh Faris Yursanto

Alat Automatic Water Level Recorder (AWLR)

Pemasangan pipa untuk menghitung debit air

Page 23: Majalah teknokra edisi 129

23No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Sampaikan Keluhanmu lewat SMS Mahasiswa, dengan format Nama_NPM_Jurusan/Fakultas_ Komentar. Kirim ke 08992268489/ 085789666911 atau Teknokra Unila @TeknokraUnila

Suara Mahasiswa

Redaksi hanya akan memuat SMS/komentar yang disertai identitas lengkap dan bisa di-pertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami akan me ncocokkannya dengan data siakad Unila.

apakah akan terjadi hujan atau tidak pada saat hujan terjadi. Dari situlah kita bisa meminimalisir re-siko untuk antisipasi banjir.

Di tahun kedua yang saat ini sedang dikerjakan adalah Pengu-kuran Hidrologi Satuan Terukur (HST) dan Hidrologi Satuan Sin-tetis (HSS) yang menggunakan Sistem Informasi Geografis serta melanjutkan pengukuran yang dilakukan pada tahun pertama. Sistem ini merupakan sistem informasi untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kem-bali, mengolah, menganalisa, dan

Emtizal Saprodi (Pend. Geografi ‘11)

Saya sebagai mahasiwa di Unila khususnya di FKIP sarana prasarana seperti toilet menurut saya sangat kurang memadai, tolong untuk rektor jilid II mana perubahan yang dijanjikan. Jangan hanya janji-janji belaka.

Muhrodin (Penjaskes ‘11)

Untuk prodi penjaskes diberi-kan fasilitas yang cukup? Ketika ku-liah di lapangan sering kecewa. Kol-am renang bayar bahkan parkirnya bayar, tempat lompat jauh tidak di-rawat, bola dan net mahasiswa beli sendiri. 14 tahun hanya jadi program studi tidak ada peningkatan. Mohon disampaikan ke publik, khususnya

birokrat. Terima kasih.

Johanes T.H Tarigan (Budidaya Perairan ‘05)

Tolong dilaporkan pegawai ge-dung A Fakultas Pertanian. Ada em-pat lorong pelayanan mahasiswa di gedung A FP. Namun sering kali saya bingung pukul berapa sebenarnya lay-anan dibuka tiap harinya. Sama sekali tidak masuk akal saya kinerja pegawai yang semerawut seperti itu. Ironis-nya, hal tersebut terjadi tiap pekan.

Febriana Ulfa (Penjaskes ‘11)

Bidik misi kenapa orang-orang mampu. Saya dari keluarga yang kurang mampu tidak mendapatkannya.

Agung Rhafdho W. (Teknologi Hasil Pertanian ‘12)

Saya sebagai mahasiswa mera-sa tidak nyaman saat makan di kan-tin fakultas, tempat yang kumuh, sampah banyak berserakan, tempat parkir tidak ada, bangunan tidak permanen yang menyebabkan kan-tin terlihat kurang terawat.

Nurhadi (Pend. MIPA ‘10)

Alhamdulillah calon gedung Pasca Sarjana FKIP yang tak kunjung tampak berdirinya, sudah menam-pakkan kebermanfaatannya. Selain menjadi tempat tumbuhnya tumbu-han liar juga menjadi tempat untuk pembuangan sampah.

menghasilkan data yang mempu-nyai referensi geografis atau laz-im disebut data geospatial. Dari sistem ini kita juga dapat menge-tahui karakteristik Sub-DAS-sub-DAS yang ada untuk mengetahui Hidrologi Satuan Sintetis (HSS). Sedang data geospatial mendu-kung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelo-laan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transpor-tasi, fasilitas kota dan pelayanan umum lainnya. Dan dilanjutkan pengukuran aliran sungai di tem-pat-tempat lain yang belum diu-

kur. Dengan menggunakan ban-

tuan Sistem Informasi Geografis kita dapat mengetahui karak-teristik Sub-DAS-sub-DAS yang ada untuk mengetahui Hidrologi Satuan Sintetis (HSS). Pada tahun ketiga yang merupakan tahap terakhir yaitu fokus pada proses menghubungkan data yang ada di lapangan dengan teknologi in-formasi yang ada sehingga bisa menjadi sistem peringatan dini. Ketika tahap ini selesai barulah penelitian ini bisa diujicobakan dan bermanfaat.=

Page 24: Majalah teknokra edisi 129

24 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

WAWANCARA KHUSUS

Laporan Utama

Kasus penerbitan ijazah yang ti-dak sesuai prosedur ramai diperbi-cangkan di berbagai media cetak maupun elektronik. Menanggapi hal itu Inspektorat Jenderal Pen-didikan Tinggi yang dikepalai oleh Haryono Umar menurunkan tim inspeksi ke Unila untuk memveri-fikasi banyaknya pengaduan ter-kait masalah tersebut.Reporter Tenokra Hayatun Nisa F melaku-

kan wawancara khusus terkait hasil pemeriksaan tersebut. Saat ditemui di kediamannya daerah Ciputat Baru Tanggerang Selatan, Haryono Umar mejelaskan perihal inspeksi tersebut, berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana awal dari pemerik-saan Itjen di Unila ?

Awalnya ada laporan dari

masyarakat kalau ada kasus penerbitan ijazah yang tak sesuai prosedur di Unila, ti-dak membuat skripsi namun mendapatkan ijazah. Dengan pengaduan tersebut kami telusuri siapa saja yang ter-libat dalam kasus. Memang sudah diketahui pejabat-pej-abat yang terkait dan semua sudah kami periksa. Pemerik-

Oknum Bersalah Harus Dikenakan Sanksi

Prof. Haryono Umar:

Oleh Hayatun Nisa F

Saat dikonfirmasi melalui tele-pon mengenai pemberitaan ter-kait dirinya Fajrian tak pernah ada jawaban, 10 Juni 2013 reporter Teknokra menyambangi Studio Samuan tempat Fajrian bekerja di sebuah Production House (PH) film yang terletak di rumah kantor Permata Senayan Blok D 33 jalan Tentara Pelajar Kebayoran Lama Jakarta.

Seorang pegawai bernama

Linda yang bekerja sebagai Office Girl di studio samuan menjelaskan bahwa Fajrian bekerja freelance disana jadi ketika ada proyek be-sar saja Fajrian datang ke Samuan. Fajrian juga merupakan teman pe-milik Studio samuan yaitu Chan-dra, Fajrian juga bekerja di PH tersebut sejak tahun 2008.

Reporter teknokra mencoba menghubungi Fajrian melalui sambungan telepon tempat ia

bekerja, Linda pun menghubungi Fajrian namun tak ada jawaban, beberapa menit kemudian Fajrian balik menelepon dan ternyata ia sedang berada di luar kota dan tidak mau ditemui.

Selama kuliah Fajrian memang tertarik pada Film, dirinya meru-pakan pendiri Komunitas Layar, komunitas film di lampung. Pada tahun 2006 dirinya memulai karir sebagai asisten Koordinator pro-gram acara Eagle Award di Metro Tv. Pada tahun 2007 dan 2008 dirinya menjadi finalis nasional IYCE (International Young Creative Entrepreneur) untuk bidang Film yang diselenggarakan oleh The British Council. Di tahun 2007 hing-ga 2009 dirinya menjadi koordina-tor dan produser program Eagle Award Metro Tv, pada tahun 2009 dan 2010 dirinya menjadi juri film documenter dalam Festival Film Indonesia. Baru sejak pertenga-han 2011 dirinya bekerja di sebuah PH membuat feature pendek ten-tang Indonesia yang ditanyang-kan di APTN (Associate Press Tele-vision Network) sekaligus bekerja sebagai Freelance documentary atau produser audio visual. =Foto: Hayatun NisaBekerja. Studio tempat Fajrian bekerja freelance

sejak tahun 2008 yang terletak di kebayoran lama Jakarta, foto di bidik Senin (10/6).

Page 25: Majalah teknokra edisi 129

25No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Prof. Haryono Umar

saan dilakukan sesuai dengan peraturan akademik. Pemer-iksaan selama satu minggu dan selama dua minggu kami memproses materi dari ins-peksi tersebut.

Sesuai atau tidak penemuan Itjen dengan pengaduan?

Ini kan hasil audit yang akan kami serahkan ke kementerian dengan tembusan kepada Dir-jen Pendidikan Tinggi untuk ditindak lanjuti, sedangkan mengenai materi pemerik-saan saya tidak akan bicarakan karena memang tidak boleh terkait masalah etika, tapi yang jelas kami sudah melaku-kan pemeriksaan itu dan kami juga sudah usulkan rekomen-dasi ke Kementerian

Apa saja yang menjadi rekomen-dasi?

Kami sudah mengusulkan rekomendasi untuk men-genakan sanksi kepada para pejabat Unila yang terbukti melakukan pelanggaran dan karena ada dugaan pelang-garan pidana maka kami juga merekomendasikan untuk segera diserahkan ke kepoli -

sian. Lalu kelanjutan setelah pemerik-saan?

Fajrian tidak termasuk pi-hak yang kami periksa karena bukan mahasiswa lagi, ranah kami pada

Bagaimana manajemen pendidikan di Unila berjalan. Sedangkan yang berkaitan dengan apa yang ramai diberi-takan media mengenai unsur-unsur lain biarkan kepolisian yang menindak lanjuti karena kepolisian memiliki ranah yang lebih luas terkait masalah tersebut.

Terkait ada kemungkinan jurusan yang akan dibekukan?

Sanksi yang diberikan itu kan terhadap orang bukan lemba-ga, masa yang tidak bersalah ikut dikenai sanksi dan tidak boleh itu. Makanya kami disitu kan independent, objektif, profesional, dan proporsional. Ya sesuai dengan proporsinya saja, siapa yang bersalah ya dia yang dikenai hukuman. Yang tidak bersalah jangan diikut-ikutkan, ini kan oknum dima-na-mana ya seperti itu yang harus kita bela itu lembaga.

Bagaimana jika keputusan ke-menterian tidak sesuai dengan rekomendari Itjen ?

Saya juga heran kenapa satu orang (Fajrian) bisa jadi ramai seperti ini. Dan yang menjadi ke khawatiran saya kelemahan dari Dirjen, yaitu eksekusi tidak sesuai dengan apa yang kami rekomendasikan. Dirjen akan mepelajari dulu apa yang kami rekomendasikan. Sekarang tinggal bagaimana mahasiswa mengawali itu agar segera beres jangan sampai menjadi konsumsi politik. Kementerian juga harus tang-gap menindak lanjuti masalah itu, apalagi rekomendasi yang harus segera diserahkan ke ke-polisian agar cepat clear. Jan-gan sampai sama seperti kasus sebelumnya seperti di Kemen-terian Kebudayaan kalau saat itu tidak didorong-dorong ti-dak diserahkan ke KPK, karena ada dorongan dari publik dan media akhirnya langsung dis-erahkan ke KPK. Selanjutnya kami akan terus memantau sampai keputusan dari Kemen-trian keluar.=

Foto: Rikawati

Page 26: Majalah teknokra edisi 129

POJOK PKM

26 No.129 Tahun XIII Trimingguan Edisi Juni 2013

Masih belum hilang dari ingatan kita gema pe-ringatan sebuah me-

mentum besar bagi bangsa ini. Tepat 20 Mei lalu peringatan hari kebangkitan nasional masih disu-arakan. Tak melulu menandainya dengan rangkaian upacara dan aksi, ucapan selamatpun berte-baran dijejaring sosial menandai peristiwa yang kini menjadi tolak sejarah pergerakan pemuda Indo-nesia.

Tak bisa langsung berkesim-pulan, pemuda negeri ini paham akan makna hari kebangkitan nasional,atau hanya sekadar melakukan perayaan meski peng-guna jejaring sosial di indonesia 67,4 % adalah pemuda usia 13-24 tahun (data checkfacebook.com).

***Kembali kepada sejarah bangsa,

Kebangkitan Nasional ditandai munculnya sebuah organisasi pemuda Boedi Oetomo. Didirikan 20 Mei 1908 oleh Sutomo dan para aktivis mahasiswa STOVIA pada waktu itu Goenawan Man-goenkoesoemo dan Soeraji. Or-ganisasi pemuda pertama yang ada di nusantara.

Berdirinya Budi Utomo adalah momentum kebangkitan nasional yang mengbangkitkan semangat persatuan, kesatuan dan nasi-onalisme Indonesia. Semangat untuk mencapai sebuah pen-gakuan bangsa yang merdeka dan berdaulat dari kaum penjajah.

Bukan tak ada halangan perger-akan pemuda pada masa itu. Batas batas nyata dan sekat ke-daerahan memang masih sangat terasa. Hingga muncul pemuda pemuda yang menyatakan semua itu adalah sekat yang harus disat-ukan dan batas yang harus ditang-galkan. Tak sampai disitu keterba-

tasan teknologi adalah hal nyata. Jangankan jaringan

BATAS NYATA !

internet, berkirim pesanpun ha-rus dibatasi jarak. Namun semua itu bukanlah hambatan karena jaringan kesamaan tekat dan pan-dangan sebuah amunisi ampuh, meski jarak terbentang dari ujung Sabang sampai Marauke.

Berbeda dengan kondisi saat ini. Survey yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet In-donesia (APJII) mencatat jumlah pengguna internet di Indonesia akhir 2012 mencapai 63 juta orang atau 24,23 persen dari total popu-lasi negara ini. Angka tersebut selalu meningkat dari tahun ke-tahun. Perkembangan inilah yang membuat akses informasi sema-kin mudah diakses oleh siapapun, dimanapun. Kini tak lagi berarti batas nyata dalam dunia yang serba maya.

Alhasil generasi saat ini adalah generasi yang seharusnya dapat berbuat lebih banyak, untuk bang-sanya melampaui pemuda yang 105 tahun lalu menyerukan ke-bangkitan meski dalam keterba-tasan. Namun faktanya generasi saat ini cendrung lebih apatis dan berpikir pragmatis. Keterbukaan akses informasi menjadikan mere-ka berada dalam batas batas yang

mereka ciptakan sendiri. Mengua-sai teknologi hingga menghamba pada hasil dari sebuah modereni-sasi.

Interaksi langsung yang dahulu dijunjung, kini tak hayal sebuah hal yang mahal. Antar individu yang dahulu merasa senasib sepenangungan kini tak bertegur meski dalam satu ruangan. Keasi-kan dengan perangkat perangkat gedzged keluaran terbaru yang tak pernah lepas dari genggam. Tak sadar bahwa mereka telah melapaskan sebuah nilai nilai awal kebangkitan yang dahulu dieluh eluhkan.

Sehingga jelas sudah generasi muda saat ini yang memaknai ke-bangkitan nasional hanya sebatas perayaan. Namun tidak paham sa-jarah apalagi esensi. Sekat nyata yang dahulu dibiaskan kini sema-kin diperjelas. Belum lagi sekat sekat yang mengatasnamakan golongan pergerakan,dalam ling-karan kaum intelektual.

Tidak berlebihan jika tokoh tokoh pemuda Indonesia pada masa kebangkitan belum tergan-tikan. Mahakaryanya akan tetap mendapatkan pengakuan dunia. Atas pemikiran dan perjuangan memperoleh kemerdekaan.

Namun tak bisa dipungkiri to-koh tokoh masa lampau sudah seharusnya berganti, pemuda masa kini adalah mahasiswa yang harus menjadi tumpuan bangsa ini tetap tegak berdiri. Tak ada lagi sekat apalagi keberagaman men-jadi suatu penghalang. Kita berdiri dalam satu tanah yang tak lagi me-megang kearifan. Birokrat tempat kita berdiripun sudah menyalahi aturan. Memihak pada segelintir orang yang berkepentingan.

Inilah batas nyata yang sudah seharusnya kita bongkar bersa-ma-sama!

Tetap Berpikir Merdeka !

RudiyansyahPemimpin Umum

Page 27: Majalah teknokra edisi 129
Page 28: Majalah teknokra edisi 129