Tabloid Teknokra Edisi 134

12
Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh Tetap Berpikir Merdeka! Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas No 134 Tahun XIV Trimingguan Edisi April 2014 www.teknokra.com FB: Teknokra Unila @TeknokraUnila Halaman 4 Fasilitas email yang disediakan Unila belum mendapat sambutan meriah dari civitas akademi- ka Universitas Lampung. Halaman 3 Dana yang fantastis untuk berlangganan e- journal tersebut terasa percuma karena tidak dibarengi dengan besarnya jumlah mahasiswa dan dosen Unila yang mengaksesnya. Halaman 12 Kesibukannya sebagai dosen dan Dekan tak membuatnya lelah. Ia mengaku senang mengerjakan semua tanggungjawab itu. BERAT SEBELAH (MASIH)

description

 

Transcript of Tabloid Teknokra Edisi 134

Page 1: Tabloid Teknokra Edisi 134

Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh

Tetap Berpikir Merdeka!Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung

Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas

No 1

34 T

ahun

XIV

Trim

ingg

uan

Edisi

Apr

il 20

14

ww

w.te

knok

ra.co

mFB

: Tek

nokr

a Un

ila@

Tekn

okra

Unila

Halaman 4Fasilitas email yang disediakan Unila belum mendapat sambutan meriah dari civitas akademi-ka Universitas Lampung.

Halaman 3Dana yang fantastis untuk berlangganan e-journal tersebut terasa percuma karena tidak dibarengi dengan besarnya jumlah mahasiswa dan dosen Unila yang mengaksesnya.

Halaman 12Kesibukannya sebagai dosen dan Dekan tak membuatnya lelah. Ia mengaku senang mengerjakan semua tanggungjawab itu.

BERAT SEBELAH(MASIH)

Page 2: Tabloid Teknokra Edisi 134

2 No 134 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014Comment Salam Kami

TABLOID TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0721) 788717 EMAIL [email protected], [email protected] WEBSITE www.teknokra.com

Pelindung: Prof.Dr.Ir.H.Sugeng P.Harianto,M.S Penasihat: Prof.Dr.Sunarto,SH,MH Dewan Pembina: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo,M.Sc. Anggota Dewan Pembina: Asep unik SE.ME., Drs.M.Toha B Sampurna Jaya.MS., Ir.Anshori Djausal,MT., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Maulana Mukhlis, S.Sos., MIP., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Herma-wan S.Sos,M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA, Rudiyansyah, Rikawati, S,Sos., Rukuan Sujuda, S.Pd.

Pemimpin Umum: Muhamad Burhan Pemimpin Redaksi: Vina Oktavia Pemimpin Usaha: Yurike Pratiwi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan: Novalinda Silviana Kepala Kesekretarian: Fitri Wahyuningsih Redaktur Pelaksana: Aprohan Saputra, Fitri Wahyuningsih Redaktur Berita: Yovi Lusiana, Reporter : Khorik Istiana, Ayu Yuni Antika, Lia Vivi Farida Redaktur Foto: Kurnia Mahardika Fotografer: Fitria Wulandari Redaktur Artistik: Imam Gunawan Staf Artistik: Retno Wulandari Kameramen: Kurnia Mahardika Webmaster: Faris Yursanto Manajer Keuangan: Faris Yursanto Manajer Usaha : Hayatun Nisa Staf Keuangan: Ayu Yuni Antika Staf Periklanan: Sindy Nurul Mugniati Staf Pemasaran: Fahmi Bastiar Staf Kesekretariatan: Fitria Wulandari, Staf Pusat Penelitian dan Pe ngembangan: Hayatun Nisa Magang: Cherli Medika, Ramon M S, Suci Tri K, Harianto A, Anzanis M, Fajar Nurrohmah, Indra , Mita Wijayanti, Prayoga DP, Rika A,Siti Sufia, Sri L, Wawan Taryanto, Wu-lan S, Yasrifa F A, Yola Savitri, Yola Septika, Ahmad R, Ana Pratiwi M, Diah Permatasari, Kurnia Dwi P.S, Meri Herlina, M. Erig Rustantyo, M. Ziea U.A, Nur Kholik, Purwo Kuncoro, Ridha P, Riska Martina.

Duh, Fasilitas!

Foto

Kurn

ia Ma

hard

ika

Cover

Ide & DesainRetno Wulandari

DinamikaSalam hangat pembaca. Teknokra kembali hadir dengan

informasi-informasi seputar Universi-tas Lampung. Senang rasanya melihat tabloid ini berada di tangan pembaca. Kami berharap tabloid edisi 134 kali ini membawa perubahan yang lebih baik di Unila.

Pembaca, pada edisi ini Teknokra me-nyajikan permasalahan usang yang ada di kampus ini. Masalah fasilitas tak kun-jung bertemu solusi. Permasalahan pun terus bertambah, mulai dari urusan buang hajat sampai urusan penelitian.

Pendapat mahasiswa soal fasilitas menjadi tema dalam reportase khusus kami kali ini. Tak tanggung-tanggung, reporter Teknokra harus mewawanca-rai 28 narasumber demi berita ini. Di-visi Penelitian dan Pengembangan juga harus melakukan survei ke mahasiswa Unila. Semua ini kami lakukan agar pemberitaan kami mendapat keperca-yaan pembaca dan tak dianggap se-bagai bualan belaka.

Selama proses penggarapan, berbagai kendala juga kami hadapi. Dihadapkan pada target terbit tiga mingguanan, juga kegiatan open rekrutmen yang wajib di-laksanakan. Tak hanya itu, kru Teknokra juga harus mempersiapkan kegiatan nasional yang rutin diadakan. Kami ma-sih harus berbagi waktu dengan jadwal kuliah yang makin padat. Memang sulit membagi kesibukkan, mengingat status

kami pun masih mahasiswa yang wajib mengikuti proses perkuliahan. Meski-pun begitu kami terus berusaha tetap menyajikan informasi untuk pembaca.

Pandangan miring terhadap kami pun tetap bermunculan. Lagi-lagi, bu-kan maksud mencari aib sendiri, Tek-nokra hanya melakukan fungsinya se-bagai media kontrol sosial. Berusaha tetap berada di koridor jurnalistik yang semestinya. Tidak bermaksud membela diri, kami hanya ingin menjaga Unila agar tetap memikirkan perubahan yang lebih baik. Semua pengalaman ini kami anggap sebagai dinamika.

Pembaca, Selain berita-berita seputar kampus Unila, di edisi kali ini Teknokra telah memiliki kru-kru baru yang ter-jaring melalui penerimaan magang be-berapa hari yang lalu. Kenyataan bahwa saat ini banyak mahasiswa yang memil-ih apatis tidak menyurutkan niat Tek-nokra untuk terus melahirkan ge nerasi guna meneruskan informasi.

Teknokra tak bosan mengajak pem-baca sekalian untuk terus berpikir kri-tis. Berbagai pemberitaan yang kami sa-jikan juga demi mencari solusi terbaik untuk mengatasi berbagai persoalan. Semoga setelah ini tumbuh tunas-tunas ide yang mampu menjawab solusi per-masalahan ini. Pembaca, inilah persem-bahan kami, Tabloid Teknokra. Edisi 134. Selamat Membaca.=

Tetap Berpikir Merdeka!

Penambahan jumlah mahasiswa di Universitas Lampung ternyata tidak diimbangi dengan penambahan jumlah fasilitas belajar. Lantaran ingin tetap mendapatkan ilmu yang diidam-idamkan dari kampus hijau Unila, banyak mahasiswa yang rela berangkat kuliah jauh sebelum berlangsungnya perku-liahan demi mendapatkan tempat duduk. Malang bagi mahasiswa yang ter-paksa datang terlambat. Tak jarang, mereka butuh sedikit energi untuk me-ngangkut bangku kuliah sendiri.

Tak kebagian kursi, beberapa mahasiswa harus duduk lesehan di ruang ke-las. Dosen yang merasa terganggu dengan kondisi ini pun terkadang mengi-jinkan mahasiswa hanya mengisi daftar hadir, lantas pulang ke rumah masing-masing. Tak jarang, semangat belajar mahasiswa pupus lantaran dosen tak hadir atau terjadi tabrakan jadwal kuliah.

Kapasitas ruangan yang tidak memadai juga turut menurunkan semangat belajar mahasiswa. Kondisi pengap, ventilasi udara yang terbatas, juga fasili-tas penunjang seperti AC dan kipas angin yang macet menjadi alasan untuk tidak nyaman dengan suasana perkuliahan. Apalagi, mereka harus berbagi oksigen dengan 100-an mahasiswa dalam satu ruangan.

Tak dipungkiri, dosen pengajar juga butuh suasana yang kondusif untuk mentransfer ilmu. Keadaan yang tak mendukung ini menyebabkan dosen ingin mempercepat perkuliahan. Mahasiswa hanya mampu menerima kepu-tusan. Kejadian berulang-ulang itu justru menjadi biasa bak rutinitas harian. Miris, kisah ini terjadi di perguruan tinggi negeri satu-satunya di Lampung.

Diberlakukannya sistem UKT di Unila tak mengubah apapun. UKT yang sering diplesetkan sebagai uang kuliah tinggi ini, ternyata tak memberi angin segar terhadap fasilitas yang ada. Perbaikan fasilitas hanya dilakukan ketika akan akreditasi. Pemasangan AC, kipas angin, perbaikan gedung perkuliahan, itu semua nampak aktif ketika akan akreditasi. Apakah perbaikan fasilitas se-mata-mata untuk meningkatkan akreditasi? Lantas bagaimana nasib jurusan yang belum terakreditasi?

Belum lagi mahasiswa paralel yang merasa dirugikan lantaran membayar biaya kuliah yang tinggi ternyata mendapatkan fasilitas seadanya. Fasilitas penting, seperti laboratorium pun bermasalah. Sekalipun ada, fasilitas prakti-kumnya belum memadai, beberapa rusak atau bahkan tidak ada. Bagaimana mahasiswa dapat menghasilkan penelitian yang berkualitas kalau masih ha-rus memikirkan masalah pipet tetes?

Tak hanya menyangkut fasilitas pembelajaran, fasilitas umum seperti toilet juga tak luput dari keterbatasan. Antrian di depan toilet menjadi pemandan-gan biasa. Jumlahnya toilet yang tidak memadai dan kondisi yang mempriha-tinkan menjadi ihwal masalah ini.

Perpustakaan hanya mampu menyediakan buku-buku lama dan kenyaman-an ikut dipersoalkan. Perpustakaan harusnya mampu membuat mahasiswa berbetah-betah berada di sana demi peningkatan budaya membaca.

Ditengah-tengah keterbatasan fasilitas ini, jumlah mahasiswa yang diterima di Unila semakin bertambah setiap tahunnya. Pejabat kampus mengaku tak mampu melanggar titah pusat. Padahal, Unila harusnya menjadi orang per-tama yang paham kondisi kampus Unila yang sudah padat dan punya posisi tawar untuk menolak perintah itu.

Kini sekitar 25.000 mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di Unila mengharapkan fasilitas yang memadai. Dengan target top ten university pada tahun 2025, mungkinkah?=

Page 3: Tabloid Teknokra Edisi 134

3No 134 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014 Kampus Ikam

Oleh Ayu Yuni Antika

Unila-Tek: Sejak tahun 2012, Perpustakaan Universitas Lam-pung telah berlangga nan jurnal internasional me lalui EBSCO Information Services. Unila bah-kan berlangganan dua database yang ma sing-masing berisi 6.000 judul. Ini artinya, Unila mempunyai koleksi jurnal yang mencapai 12.000 judul. Bah-kan, biaya langganan tersebut mencapai 200 juta rupiah per tahunnya. Hal ini diakui oleh Sugiyanta yang menjabat Ke-pala Perpustakaan Unila saat ditemui pada Jumat (21/3).

Dana yang fantastis untuk berlangganan e-journal terse-but terasa percuma karena ti-dak dibarengi dengan besarnya jumlah mahasiswa dan dosen Unila yang mengaksesnya. Menurut Sugiyanta sejak ta-hun 2012, jurnal tersebut baru diakses 10.000 kali. “Apakah yang mengakses satu orang berkali-kali, atau satu orang satu kali saya juga tidak tau,” ujarnya. Menurutnya, jumlah ini masih jauh dari harapan yaitu 30.000 pengakses.

Sugianta sebenarnya amat menyayangkan minimnya mi-nat mahasiswa untuk meng-akses e-journal. Menurutnya, mahasiswa perlu banyak mem-baca literatur yang berkualitas, seperti jurnal nasional dan internasional. Ia mengatakan sejauh ini fakultas yang paling sering mengakses e-journal adalah Fakultas Pertanian.

Saat ditanya tentang ke-beradaan e-journal Unila, sa-lah satu mahasiswa jurusan Agroteknologi 2010, Heny Su-santi mengaku bahwa dirinya belum mengetahui hal terse-but. “Selama ini seringnya liat jurnal IPB dan jurnal Fakultas Pertanian sendiri, sering liat e-book juga,” ujarnya. Maha-

E-Journal Seharga 200 JutaMinim Pengakses

siswa yang sedang menyusun skripsi ini mengatakan bahwa jurnal sangat penting untuk menambah pengetahuannya da lam proses penggarapan skripsinya.

Heny menyayangkan pro-gram baik ini tidak didukung oleh sosialisasi yang maksimal sehingga tidak banyak maha-siswa yang tahu. “ Kedepannya sih, supaya dibuat sosialisasi yang lebih menarik agar semua mahasiswa tahu dan pasti ada tindak lanjut kedepan-nya,” ujarnya. Ia juga berharap skripsi mahasiswa dapat di up-load oleh Perpustakaan Unila.

Senada dengan Heny, Dwi Rahayu (Kehutanan ’11) me-ngaku belum mengetahui adanya informasi tentang e-journal tersebut. “Nggak ada sosialisasi, saya juga jarang ke perpus, tapi lebih sering ke perpus jurusan,” ujarnya. Mahasiswa semester enam ini mengatakan bahwa beberapa dosen sudah menyarankan untuk melihat jurnal, tetapi be-lum ada dosennya yang mem-berikan informasi tentang e-journal di Unila. Sebenarnya ia sangat mendukung adanya program tersebut, tapi karena kurangnya sosialisasi mem-buat banyak mahasiswa yang tidak mengetahuinya.

Salah satu dosen jurusan Agroteknologi di Fakultas Pertanian, Syamsul Arif me-ngatakan bahwa dirinya sudah mengetahui tentang e-journal Unila tersebut saat membuka sikad Unila. Tetapi menurut-nya memang judul jurnal yang tersedia belum cukup leng-kap. Jauh sebelum e-journal ada di perpustakaan Unila, ia me ngakui bahwa dirinya sering mencari referensi atau literatur dari jurnal nasional

maupun internasional di Dikti dan EBSCO untuk keperluan materi perkuliahan. Salah satu anggota perpustakaan nasional ini juga menyayang-kan kurangnya sosialisasi dari pihak terkait perihal e-journal tersebut. “Harapannya selain diadakan sosialisasi lebih lanjut, ya mahasiswa ha-rus dibimbing sampai bisa me-manfaatkan e-journal itu den-gan simple acces,” tambahnya.

Perihal sosialisasi, Sugianta mengaku pihaknya sudah per-nah melakukan sosialisasi e-journal di Perpustakaan. Saat itu ia berharap peserta yang datang dapat menyosialisa-sikannya kepada rekan atau teman-temannya. Sosialisasi e-journal yang kurang maksimal diakuinya sebagai penyebab minimnya pengakses. Menu-rutnya, dosen diharapkan mampu menjadi penghubung untuk mempromosikan e-jour-nal kepada mahasiswa.

Selain mengenai sosialisasi, alasan lain yang membuat minimnya pengakses e-journal internasional adalah masalah bahasa. Mayoritas jurnal ber-bahasa inggris membuat seba-gian mahasiswa enggan meng-artikannya ke dalam bahasa Indonesia.

Tahun ini, pihak perpustakaan Unila berencana akan menam-bah satu lagi database sehingga nantinya akan tersedia 18.000 judul. Selain e-journal, pihak perpustakaan Unila juga sudah berlangganan e-book sejak Janu-ari 2014. Dengan mengeluar-kan dana tambahan 200 juta, Perpustakaan Unila akan me-miliki koleksi 124 judul e-book. Mahasiswa dapat mengak-sesnya di alamat www.search.ebscohost.com dengan syarat memiliki login Unila. =

FMIPA-Tek: Demi menjaga kebersihan pantai dan terumbu karang, klub selam Anemon mengadakan kegiatan Coral and Costal Clean up selama tiga hari pada (14-16/3). Kegiatan yang berlangsung di Pulau Tegal ini dihadiri oleh 39 mahasiswa yang berasal dari Unila, Poltekkes, Untirta, dan umum.

Kegiatan dimulai dengan seminar terumbu karang pada hari Jum’at dan pengecekan kesehatan warga desa Gebang. Acara dilanjutkan dengan kegiatan snorkling dan hari Minggu sem-bari membersihkan terumbu karang dan pesisir pantai.

Agnes Maludfi Putri selaku ketua pelaksana menerangkan kegiatan ini telah dipersiapkan sejak Desember. Menurutnya, beberapa peserta sempat mengalami kecelakaan saat me-nyelam, seperti terkena bulu babi, tergores terumbu karang, dan kram otot.

Amalia, Koordinator Humas Publikasi dan Dokumentasi (HPD) mengatakan warga sangat antusias menyambut cek kesehatan yang dibantu oleh Dinas Kesehatan, Korp Sukarela (KSR) Unila dan Pehimpunan Pakis Rescue Team Kedokteran Unila ini. “Apalagi selama ini sudah ada beberapa keluarga yang terkena talasemia dan disentri,” ujarnya..=

Coral and Costal Clean UpAla Anemon

Oleh Wawan Taryanto

FK-Tek: Sebanyak 17 lulusan Fakultas Kedokteran (FK) Uni-versitas Lampung mengikrarkan sumpah dokter pada Rabu (2/4). Sebelum melakukan prosesi ini, mereka harus men-jalani rangkaian panjang, yakni yudisium, uji kompetensi dok-ter, dan ujian teori.

Usai menjalani sumpah dokter, mereka masih harus men-jalani untuk internship mendapatkan surat izin praktek. Internship merupakan program magang bagi dokter yang baru menyelesaikan masa pendidikan profesi. Melalui prak-tek langsung, mereka dapat mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh selama pendidikan. “Pe nempatan internship ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,” ujar Sutyarso selaku dekan FK. Ia ber-harap seluruh alumni dapat bekerja dengan menjalankan kode etik dalam pelaksanaan praktek kedokteran.=

17 Calon Dokter Ikrarkan SumpahOleh Kurnia dwi P.S

Oleh Ahmad Roihan

FISIP-Tek: Training motivation yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) So-siologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) mendapat sam butan antusias dari peserta. Acara yang bertemakan Pribadi Mandiri Penuh Prestasi ini di-laksanakan di Gedung B Fisip Unila pada (22/03).

Ketua pelaksana, Zirwan Siddik (Sosiologi ’13) me ngatakan pani-tia juga mengundang beberapa lembaga kemahasiswaan yang ada di Unila dan perguruan tinggi lain. Seorang motivator Hengky

Membangun Pribadi MandiriYuliansyah (Ilmu Komunikasi ’09) hadir sebagai pembicara. Acara yang dihadiri oleh sekitar 200 orang ini dibuka langsung oleh Pembantu Dekan III Fisip, Pairul Syah.

Saat menyampaikan materi, Hengki mengatakan bahwa ke -suksesan sebenarnya tak butuh banyak modal. Menurutnya, potensi diri yang sudah Tuhan berikan harus diasah dengan tindakan. “Dream, pray, and action!,” ujarnya. Menurutnya, dengan melakukan hal tersebut mahasiswa dapat menjadi prib-adi mandiri yang berprestasi.

Ia juga menghimbau agar ber-hati-hati dalam meren canakan sesuatu agar tidak mengalami kegagalan.

Ketua HMJ Sosiologi, Achmad Fachri Setiawan (So-siologi ’11) mengungkapkan bahwa acara serupa perlu diadakan setiap tahun su-paya mahasiswa termotivasi dalam bidang akademik dan non akademik. Salah seorang peserta dari Perguruan Tinggi Teknokrat, Edi Hermanto me-ngaku senang dan aca ra itu mampu membuatnya berpikir ma ju. =

Oleh Fitria WulandariParkir Sembarangan. Empat sepeda motor dan satu buah sepeda ontel terlihat parkir di antara Gedung D dan Laboraturim Akuntasi FKIP. Meskipun lahan parkir sudah ditambah dan mendapat teguran Satpam, mahasiswa dan karyawan tetap saja memarkirkan motornya. Foto dibidik Rabu, (26/3).

Page 4: Tabloid Teknokra Edisi 134

4 No 134 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014Kampus Ikam

Oleh Fitria WulandariManajemen Expo. Para peserta lomba sedang sibuk mengasah kemampuan dan kekreativan mereka dalam membuat graffity. (26/3).

Oleh Khorik Istiana

Oleh Sindy Nurul Mugniati

Unila-Tek: Fasilitas email yang disediakan Unila belum mendapat sambutan meriah dari civitas akademika Univer-sitas Lampung. Padahal, email ini dapat digunakan sebagai alat bertukar informasi, data, dan do-kumen melalui internet. Pengu-naan fasilitas email secara terus-menerus juga dapat menaikkan peringkat webomatrik Unila.

Salah seorang dosen FMIPA Biologi Unila, M. Kanedi me-ngaku mengetahui layanan email Unila, namun dirinya ti-dak menggunakannya. Dosen FMIPA Biologi ini mengatakan bahwa dirinya selalu menggu-nakan email yahoo sejak tahun 2000. Kanedi sempat berbicara bahwa kendala email Unila adalah putus-putus dan sulit diakses. Namun, ia juga tidak terlalu mengetahuinya karena dirinya tak menggunakan la-yanan tersebut.

Dosen lain dari Fakultas Pertanian Unila, Sunyoto juga membenarkan adanya kendala koneksi email Unila. Ia me-ngaku sudah tiga tahun meng-gunakan layanan email. Ia me-nambahkan email Unila sulit diakses saat di luar kampus dan saat listrik terputus. Peng-gunaan secara bersamaan juga membuat koneksi email sa-ngat lambat. “Jarang memakai, pa ling kalo buka siakad dan pengumuman,” ujarnya.

Sunyoto merasa belum per-

nah ada sosialisasi tentang layanan ini. Menurutnya, se-lama ini dosen yang harus aktif untuk mencari tahu di Puskom.Sunyoto berharap agar layanan tersebut dapat menyimpan lebih banyak data dan mempunyai sistem canggih agar tidak terjadi ke-bobolan dokumen penting.

Sri Winanarni (Kehutanan ’11) juga belum mengetahui tentang fasilitas email Unila. Selama ini, Sri juga meng-gunakan layanan email yang disediakan oleh yahoo. Sri menilai positif mengenai fasilitas email yang dise-diakan Unila. Ia juga ingin menggunakan fasilitas terse-but jika ada perlu.

Menanggapi hal terse-but, Kepala Puskom Unila, M. Komarudin menjelaskan bahwa layanan email domain @unila.ac.id ini telah ada se-jak 1996. Layanan ini sebagai sebagai email yang sah dari perguruan tinggi dan menjadi identitas asal lembaga. Menu-rutnya, email ini diperuntuk-kan bagi dosen, mahasiswa, dan kolega dari perguruan tinggi lain. “Termasuk ber-hubungan dengan Dikti untuk progam PKM,” terangnya.

Komar mengaku bahwa kendala yang sering terjadi adalah pemutusan layanan saat mati lampu. “Begitu ny-ala lampu, harus mengguna-

kan proses cheking yang panjang,” ujar Komar. Ia menjelaskan bah-wa server tersebut seharusnya ti-dak boleh mati. Selain itu, layanan email unila juga sering dimasuki oknum yang tidak bertanggung jawab yang disebut pishing.

Oknum ini mengaku sebagai admin dari Unila dan meminta user serta password pengguna. Apabila tertipu, oknum terse-but dapat melakukan tindakan yang dapat memperlambat jari-ngan. Selain itu, email ini juga hanya mampu menampung 1 GB. Menurutnya, itulah yang menjadi alasan para dosen meninggal-kan email Unila dan beralih pada email lain. Namun, Komar men-jamin kecepatan berkirim pesan melalui email Unila cukup cepat.

Ia menambahkan, perbaikan layanan telah dilakukan melalui kerjasama dengan google. Akhir 2013, Unila meminta google menyediakan layanan email menggunakan domain google namun server tetap Unila. La-yanan ini mempunyai keunggu-lan juga dapat menampung data sampai 25 GB dan tidak akan mengalami gangguan saat mati lampu. Kerjasama itu akan mulai disosalisakian pada April 2014 dengan melakukan Road Show setiap fakultas. “Diutamakan para dosen dan perwakilan dari mahasiswa,” tambahnya. Ia ber-harap kerjasama ini dapat me-ningkatkan pengguna layanan email Unila.=

Layanan e-mail UnilaBelum DilirikUnila-Tek: Lembaga Penyedia

Dana Pendidikan (LPDP) me-nyediakan dana bagi lulusan S1 yang berminat melanjutkan studi ke S2. Selain itu, tersedia juga dana beasiswa thesis dan disertasi. Pengaliran dana ini ditujukan untuk memperluas akses pendidikan magister di S2. Program ini diharapkan mampu menambah kuantitas dosen. Demikian disampaikan Eko Prasetyo selaku direktur uta-ma LPDP dalam sosialisasi yang dilakukan pada Senin (17/3).

LPDP mempunyai program bidang studi yang menjadi pri-oritas, yaitu teknik, sains, per-tanian, kedokteran, akuntansi, ekonomi, hukum, agama, so-sial, dan budaya. Menariknya, pendaftaran dibuka sepanjang tahun dengan periode seleksi dua kali setahun, yaitu yakni Maret dan September. Seleksi oleh panitia dilakukan seba-nyak 4 (empat) kali, yaitu pada

Kesempatan Beasiswa S2 Terbuka Lebar

bulan Maret, Juni, September, dan Desember.

Calon pendaftar dapat me-ngakses www.lpdp.depkeu.go.id Untuk melakukan regi-strasi. Secara umum, per-syaratan beasiswa ini sama seperti beasiswa lainnya. Apa-bila lolos tahapan seleksi ad-ministrasi dan dokumentasi subtantif, peserta masih ha-rus mengikuti tes wawancara dan presentasi. Beasiswa ini terbuka untuk semua lulusan S1, kecuali dosen. Sementara syarat khusus bagi beasiswa tesis adalah berusia maksimal 40 tahun dan 47 tahun untuk disertasi.

Eko berharap lulusan Uni-versitas Lampung dapat meng-ambil kesempatan ini. Menu-rutnya, selama ini peserta yang mengikuti program ini masih didominasi mahasiswa Pulau Jawa. “Tahun ini kami menyi-apkan 2000 kouta,” ujarnya.=

FEB-Tek: Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengadakan Seminar Nasional pada (2/4) di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung. Acara ini mengusung tema Tantangan dan Peluang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Seminar ini menghadirkan Menteri Koperasi dan UMKM, Syariref, Asrian Hendi C, SE., M.Si., dan Tri Wintarto selaku pimpinan Bank Indonesia Provinsi Lampung.

Harry Walfi (Ekonomi ’13) selaku ketua pelaksana ke­giatan mengatakan tujuan acara adalah untuk mengako-modir mahasiswa dan memberikan manfaat di bidang akademisi. Ia juga berharap kegiatan berjalan lancar dan sesuai target.

Selain seminar, akan digelar juga pelatihan kewirausa-haan dan lomba. Selain itu, di akhir acara juga akan ada harmony of economi berupa festival seni dan akustik. “Per-siapan yang telah dirancang jauh hari ini dapat berlang-sung lancar, terakomodir, dan bermanfaat,” ujar Indiana Anas selaku Gubernur BEM-FEB.=

BEM-FEBHelat Seminar Ekonomi

Oleh Riska Martina

Oleh Meri Herlina

FKIP-Tek: Forum Pengkajian dan Pembinaan Islam (FPPI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universi-tas Lampung (Unila) mengadakan acara perlombaan untuk mahasiswa Unila. Acara yang dikemas dengan nama Gema dalam Aksi (Galaksi) ini berlangsung pada (15-28/3). Ber-bagai perlombaan yang diadakan adakan Cerpen, da’i dan da’iyah, tartil Qur’an, dan Cerdas Cermat. Fida Al-Hikmah (Geografi 2013) mengatakan lomba cerpen mendapat an-tusiasme dari peserta di berbagai fakultas.

Selain lomba, bazar buku-buku islam juga turut meme-riahkan acara. Acara ditutup dengan berbagi bersama anak-anak yatim melalui acara bakti sosial dan berkun-jung kesalah satu panti asuhan bernama Panti Asuhan Mahmudan yang ada di daerah Kemiling. =

Galaksi FPPI

Page 5: Tabloid Teknokra Edisi 134

5No 134 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014 Kampus Ikam

Oleh Fitria WulandariPerketat Keamanan. Seorang Satpam FISIP memeriksa STNK dan KTM di gerbang keluar FISIP. Aktivitas ini mulai diterapkan sejak 24 maret demi meningkatkan keamanan. Foto dibidik, Rabu (26/3).

FMIPA-Tek: Memperingati hari jadi yang ke-13, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung akan menyelenggara-kan berbagai kegiatan. Acara seminar, bakti sosial, bazar, dan berbagai lomba yang berhubungan dengan fisika untuk siswa SMA dan SMP siap digelar pada (4-13/4). Acara berte-ma Fisika untuk Bumi Lampung yang Cerdas bertujuan untuk memperkenalkan jurusan fisika di kalangan pelajar.

Saat ditemui, Fathul Bari (Fisika’11) mengatakan bahwa perayaan dies natalis tahun ini berbeda dari tahun sebelum-nya karena untuk pertama kali mereka mengadakan lomba LCT Fisika. Selain itu, akan ada olimpiade Fisika tingkat SMA. “Harapannya siswa SMA lebih tertarik dengan jurusan Fisika FMIPA,” ujarnya. =

Fisika untuk Lampung Cerdas Oleh Nurkholik

Unila-Tek: Koperasi Universi-tas Lampung yang terletak di sebelah kantin Kejujuran Bina Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tak lagi dirasakan manfaatnya. Selama ini, koperasi yang berang-gotakan dosen dan karyawan Unila sebanyak 18000 orang ini bergelut pada usaha sim-pan pinjam.

Salah seorang dosen Fakultas Pertanian, Sumaryo G.S mengatakan banyaknya jumlah anggota koperasi me-nyebabkan koperasi tak kon-dusif. Selain itu, ia menilai manajemen koperasi kurang jelas. Tak ada perjanjian men-jadi anggota koperasi karena dosen dan karyawan otomatis menjadi anggota dan dikenai potongan setiap bulan. Menu-rut Sumaryo, besarnya poto-ngan yang ia rasakan mulai dari seribu rupiah hingga kini sepuluh ribu rupiah.

Koperasi Unila juga dirasa kurang untuk menyosialisa-sikan program. Selama ini, undangan hanya ditempel di Gedung Dekanat dan tak ada pendekatan pengurus ke anggota. Dulunya, Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dibagikan menjelang peringatan Hari Raya Idul Fitri berupa semba-ko. Sejak 2011, berubah men-jadi uang tunai.

Sumaryo sendiri mengaku enggan menanyakan kejelasan dana koperasi tersebut. Sepe-ngetahuannya, tahun 2000-an sempat merebak kabar yang mengatakan kas koperasi tak memiliki saldo sepeser pun. Hal ini juga menyebabkan pejabat koperasi masuk ke-dalam penjara. Sejak saat itu, antusiasme dan kepercayaan anggota, termasuk dirinya se-makin menurun. Ia mengaku hanya membayar simpanan wajib karena kewajiban yang mau tidak mau harus dibayar.

“Koperasi itu adalah dari, oleh, dan untuk anggota. Itu yang belum terwujud,” ujarnya. Menurutnya, koperasi sebatas dimodali oleh dosen, namun hasilnya belum diberikan un-tuk dosen.

Dosen Jurusan Teknik Sipil, Priyo Pratomo juga merasakan keberadaan koperasi hanya saat pembagian THR. THR yang diterima berkisar lima puluh ribu rupiah. Ia berharap koperasi dikelola oleh orang yang profesional sehingga dapat berkembang.

Pedagang yang bekerjasama dengan koperasi, Abdul Manan mengatakan bahwa uang sewa bangunan berkisar 10-15 juta/tahun. Uang tersebut dibayar langsung ke rekening koperasi. “Sejauh ini hanya penyewaan tempat saja,” ujarnya. Renovasi dan perbaikan bangunan juga ia lakukan dengan dana priba-di. “Semoga kerjasama dengan koperasi lebih baik lagi kede-pannya,” ujarnya.

Zubaidi Indra, mantan audi-tor yang juga mantan pengu-rus koperasi sekitar 10 tahun lalu merasa tak ada peruba-han yang signifikan. Sejak mengundurkan diri menjadi pengurus, ia mengatakan man-faat koperasi kian tak terasa. “Malah lebih berkembang ko-perasi di fakultas,” ujarnya. Menurutnya, koperasi sulit berkembang karena minimnya modal dan mengusulkan dana iuran sebesar 25 ribu rupiah. “Tapi dengan catatan, pengu-rusnya amanah!” ujar Zubaidi. Ia menilai koperasi akan berkembang jika pengurusnya berkompeten dan jujur dan mendapat dukungan dari para anggota dan lembaga.

Achdiansyah Sulaiman se-laku ketua koperasi Unila mengatakan bahwa pihaknya telah berusaha memberikan pelayanan terbaik. “Dosen ti-

dak percaya kepada koperasi Unila, itu terserah mereka,” tandasnya. Ia mengaku bah-wa koperasi lebih fokus pada usaha simpan pinjam sehingga dapat berkembang seperti per-bankan. Achdiansyah mengaku tak digaji dan hanya mendapat uang transport 100 ribu setiap kali rapat bulanan atau dua bu-lanan.

Achdiansyah menambahkan rapat anggota rata-rata di-hadiri oleh sekitar 200 dosen. Sementara, dana SHU yang dibagikan ke anggota berkisar 22-25 ribu rupiah. Ia men-gaku gedung kantin kejujuran adalah gedung milik Unila yang dikelola koperasi. Menurutnya, biaya sewa gedung itu adalah 20 juta/tahun. Mengenai uang renovasi, tersebut akan dipo-tong dari uang sewa.

Ia mengakui rapat anggota ta-hun 2013 belum dilaksanakan karena terkendala urusan ad-ministrasi. Serah terima laporan dari pengurus lama juga belum ada. “Sekarang ini administrasi sedang dicek oleh kantor akun-tan Publik Indarto Waluyo dari Jogja,” ujarnya. Menurutnya, selama ini sudah ada laporan tiap tahun yang ia serahkan ke rektorat untuk dimuat di web-site Unila. Ia telah mengusulkan pembangunan gedung usaha koperasi namun ditolak. Selama ini ia mengaku sudah berusaha mengembangkan dan menolong anggota koperasi.

Ia mengaku belum ada ren-cana pengembangan ke depan. Menurutnya, anggota yang ti-dak mengambil jatahnya saat pembagian SHU, uang tersebut akan dibagikan ketika anggota pensiun yang bersarannya mencapai 1,5 juta rupiah. Ia juga mengeluhkan adanya ang-gota yang meminjam namun tak kunjung mengembalikan-nya. Akhirnya, koperasi yang harus menalangi. =

Koperasi Ngadat, Salah Siapa?Oleh Siti Sufia

Oleh Diah Permata S.

Himatem Expo, Be WorldEngineer

Unila-Tek: Unit Kegiatan Maha-siswa Pecinta Alam Universitas Lampung (Mapala Unila) men-gajak civitas akaedimika Unila menghemat energi melalui pro-gram Earth Hour 2014. Gerakan menonaktifkan alat elektronik selama satu jam ini sebagai bentuk kampanye hemat en-

Satu JamHemat EnergiOleh Purwo Kuncoro

FT-Tek: Demi eksistensi dan pengabdian masyarakat, Himpu-nan Mahasiswa Teknik Mesin (Himatem) menggelar kegiatan Mechanical and engenering Expo. Acara ini mengusung tema “Be World Engineer”. Acara ini memberikan kesempatan pada sekolah menengah atas dan masyarakat umum untuk me-nyumbangkan karya terbaiknya.

Berbagai acara yang di gelar adalah seminar, bazar, dan per-lombaan. Jenis perlombaannya, antara lain karya tulis ilmiah, pidato bahasa inggris, lomba graffity, dan kontes modifikasi motor. Kontes ini diadakan di Pelataran Robinson pada (25-27/3).

Rizky Dwi Printo selaku ketua pelaksana mengatakan jum-lah panitia yang membantu kegiatan ini mencapai 250 orang. Peserta berasal dari berbagai daerah, diantaranya Metro, Pringsewu, dan Bandar Lampung. Ia berharap panitia mampu memberikan pelayanan terbaik pada peserta.

Demi gelaran ini, Rizky menuturkan panitia membutuhkan dana 60 juta rupiah. “Dana kami peroleh dari sponsor-spon-sori,” ujar Printo. Menurutnya, donatur diberi kesempatan mengisi acara dengan games atau promosi di panggung.

Acara ini mendapat sambutan positif dari beberapa dosen de ngan berpartisipasi menjadi juri. Dosen dari Fakultas Teknik dan FKIP sengaja diundang. Beberapa lembaga lainnya seperti UKMBS, LSA, IMI, dan lainnya juga menjadi juri. =

ergi dan mencintai lingku ngan hidup demi menjaga bumi. Kampanye internasional ini serentak dilakukan pada Sabtu (29/3) sejak 20.30 – 21.30 WIB.

Selain itu, Mapala Unila juga mengampanyekan hemat en-ergi melalui acara talkshow di salah satu stasiun tv lokal.

Acara itu rencananya akan menghadirkan pembicara yang berkompeten berbicara menge-nai penghematan energi dan lang-kah menjaga lingkungan hidup.

Murfiatun Hasanah (Pend. Geografi) mengatakan kampanye hemat energi ini akan membidik 1000 partisipan. Koordinasi Di-visi Lingkungan Mapala ini ber-harap penghematan energi ini berlanjut sehingga dapat mengu-rangi pemanasan global akibat emisi karbon dan efek rumah kaca dari aktivitas manusia. =

Page 6: Tabloid Teknokra Edisi 134

No 134 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 20146 Reportase Khusus

(Bersambung ke halaman 8)

Tahun 2013 lalu, Uni-versitas Lampung me-nerima mahasiswa baru

sebanyak 6.593 orang. Jumlah ini bertambah dari tahun sebe-lumnya. Mahasiswa baru terse-but disaring melalui berbagai cara. Jalur SNMPTN Undangan dan SBMPTN menyerap ma-sing-masing 1.960 dan 2.745 mahasiswa. Sejak diberlaku-kan sistem UKT, Unila juga me-nampung mahasiswa melalui jalur paralel sebanyak 893 orang. Sisanya masuk melalui jalur PMPAP, PBUD, dan PMPD.

Penambahan jumlah maha-siswa baru tersebut tentunya menambah banyak penghuni di kampus hijau ini. Sampai saat ini, jumlah mahasiswa Unila melebihi angka 25.000 mahasiswa yang terbagi dalam program D3, S1, dan S2.

Salah seorang mahasiswa Fakultas Hukum, Tina Cahyani (Perdata Ekonomi ’11) menilai fasilitas yang ada tidak sesuai dan kurang memadai dengan jumlah mahasiswa. Hari itu (21/3) ia dan teman-teman se-angkatannya terpaksa menyu-dahi jam perkuliahan sebelum waktu berakhir. Kejadian ini lantaran kapasitas ruang ke-las yang tak sebanding dengan peserta kuliah. Menurutnya, Gedung B.3 Fakultas Hukum tempatnya berkuliah hanya mampu menampung 50-60 mahasiswa. Namun, ruangan itu harus diisi lebih dari 100 mahasiswa.

Ia menambahkan, jumlah bangku juga tidak sesuai de ngan jumlah mahasiswa sehingga harus mengangkat bangku se-belum kuliah. Selain itu, fak-tor penunjang seperti AC dan kipas angin juga tak berfungsi. “Cuma ada empat pintu jen-dela. Jadi kelas itu panas dan pengap,” ujarnya. Bahkan, ia juga pernah melihat beberapa temannya duduk di lantai kare-na tak kebagian kursi. “Pernah sampek lesehan kan kelasnya berderet ke atas, jadi temen saya duduk ditangga-tanggan-ya. Alhasil, dosen pe ngajar me-nyuruh mahasiswa yang duduk di lantai untuk meninggalkan ruang perkuliahan dan hanya mengisi absensi. Dosen juga meminta jadwal pertemuan dipercepat.” Ia menambahkan kejadian ini sudah sering ter-jadi sehingga mahasiswa su-dah terbiasa dan tidak terlalu menghiraukannya.

Mahasiswa lain, Riky Farizal (Hukum’12) mengatakan ku-rangnya lahan terbuka hijau di fakultasnya menganggu kenya-manan perkuliahan. Ia sangat berharap agar fakultasnya me-nambah lahan terbuka hijau sebagai tempat diskusi.

Mahasiswa Fakultas Keguru-an dan Ilmu Pendidikan, Niluh Gede Yuli (Pend. Kewarganeg-araan ’10) mempunyai pen-galaman tak enak saat akan ke toilet. Ia mengaku sering antri karena hanya ada dua toilet di Gedung D FKIP. Padahal, jum-lah mahasiswa yang belajar di gedung itu mencapai 300-an mahasiswa. Menurutnya, toilet di itu juga sering mampet dan terkunci. Yuli juga mengatakan AC dan kipas angin di kelas-nya terkadang mati sehingga perkuliahan menjadi tak kon-dusif. “Bagaimana kita bisa belajar dengan produktif, jika ruangan panas dan tidak nya-man,” keluh Niluh.

Cica Anggun L. (PGSD ’10) mengaku pernah mengangkat bangku untuk mengikuti ku-liah. Menurutnya, bangku yang tersedia di ruang kelas sering tidak mencukupi. Anggun juga sempat tidak jadi kuliah lanta-ran ruang kelasnya digunakan oleh adik tingkatnya. Ia men-gatakan bahwa pembangunan dijurusannya baru digagas be-lakangan berbarengan dengan peningkatan akreditasi pro-gram studi.

Permasalahan minimnya toilet juga dirasakan Nurul Nikmah (Matematika’13). Ia mengatakan bahwa jum-lah toilet di Gedung Jurusan matematika hanya ada satu dan digunakan oleh seluruh mahasiswa. Nurul lebih sering memilih menahan hajat untuk ke toilet sampai waktu pulang kuliah. Ia berharap agar jum-lah toilet dijurusannya diper-banyak.

Siti Meiska A. (Agribisnis ’12) mengaku fasilitas di fakultas-nya sudah cukup baik. Namun, ia tak menampik masih adanya fasilitas yang kurang memadai. “Beberapa gedung fasilitasnya kurang sesuai dengan yang kita harepin,” ujarnya. Menu-rutnya, ruang kelas sering tak sebanding dengan kapasitas mahasiswa. Tak hanya itu, semester lalu ia dan teman-temannya juga harus mencari dan mengangkat kursi sebe-lum pelajaran dimulai. Ia juga

harus berkuliah di yang tidak mampu menampung maha-siswa sehingga ruangan terasa pengap. Kejadian tak enak itu harus terulang lagi di semester ini. “Banyak mahasiswa bikin kurang fokus belajarnya, kare-na bising. Suara dosen jadi ng-gak terdengar jelas,” ujarnya.

Ririn Pamuncak (Agribisnis ’12) membenarkan pendapat rekannya itu. Ia menambah-kan, fasilitas toilet yang dapat digunakan di Gedung D FP hanya toilet yang ada di lantai 3. Akibatnya, mahasiswa harus naik turun tangga karena toilet di lantai lain sering terkunci. Menurutnya, AC, kursi, dan toilet juga minim dan kurang layak. Bahkan, salah satu mata kuliah harus digabungkan de-ngan jurusan lain karena jad-wal dosen yang bertabrakan. Layanan wifi yang lancar di akses juga hanya ada di dekat mushola.

Ainia Irwint L. (Agroteknolo-gi ’12) juga harus merasakan ketidaknyamanan saat kuliah karena harus berbagi dengan sekitar 100 mahasiswa dalam satu ruangan. “Ruang kelas sih besar, tapi kalau mahasiwa ter-lalu banyak kurang efektif. Do-sennya bahkan sempat marah karena kelas yang ribut. “Itu bukan semata-mata salah kita, karena mahasiswanya me-mang terlalu banyak,” ujarnya.

Zaimasuri (Ilmu Komunika-si’13) mengatakan semua kelas di fakultasnya telah terpasang AC namun masih terasa panas karena AC tidak dingin. Ia juga memiliki pengalaman men-gantri saat akan menggunakan toilet. Ia berharap agar kuali-tas AC diperbaiki agar perku-liahan dapat berjalan dengan nyaman. Mahasiswa lainnya, Susi Oktaviani (Administrasi Negara’13) juga mengalami hal serupa. Ruang perkuliahan yang digunakan sering berpin-dah karena kuota tak mencu-kupi. Ia mengaku tak begitu menghiraukannya.“Saya nggak begitu mengeluhkan karena sudah biasa,” tambahnya.

Kekurangan fasilitas labo-raturium terjadi di Fakultas Teknik, Pertanian, dan MIPA. Anwar Hidayatulloh (Teknik Sipil’13) menilai fasilitas labo-ratorium di jurusannya kurang memadai. Menurutnya, hanya ada 10 komputer yang dapat digunakan di Laboraturium Pemrograman. Padahal, jum-

lah mahasiswa seangkatannya mencapai 125 orang. “Jadi ka-lau kita mau praktikum pem-rograman harus bawa laptop sendiri-sendiri,” ujarnya.

Mahasiswa jurusan Teknik Mesin 2009, Wili Alfani juga mengatakan jurusannya be-lum mempunyai Laboraturium Mekatronika yang seharus-nya digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu mekanik dalam teknik mesin. Ia me-nambahkan, alat-alat prak-tikum yang akan digunakan juga banyak yang rusak dan belum disediakan, salah sa-tunya alat kalibrasi. Padahal, alat itu sangat menentukan akurasi hasil praktikum ma-hasiswa. “Gimana kita bisa mendapat hasil dari lab kalau alat kalibrasinya tidak benar,” terang Wili. Dwi Yansa (Arsi-tektur Bangunan Gedung ’12) juga mengeluhkan tak adanya Laboratorium Analisis Struk-tur. Ia mengatakan sebelum-nya praktikum dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Survei dan Pemetaan. “Seka-rang sudah banyak mahasiswa yang memiliki laptop, sehingga praktikumnya langsung di ke-las,” ujar Dwi.

Muhamad Azhary (Teknik Geofisika’13) mengeluhkan tak sebandingnya biaya ku-liah yang harus dikeluar-kan dengan fasilitas yang ia peroleh. Mahasiswa paralel ini merasa dirugikan kerena harus membayar UKT hingga Rp 8.620.000 per semester. Padahal, fasilitas yang Unila sediakan jauh dari memadai. Jurusannya juga belum memi-liki gedung sendiri untuk be-lajar dan fasilitas penunjang perkuliahan. Ia juga masih di-repotkan mengurus KRS kare-na sebagian besar dosen tidak mengetahui bahwa mahasiswa paralel termasuk mahasiswa non reguler.

Mahasiswa Fakultas Mate-matika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Agung Munandar (Biologi ’12) mengatakan bahwa ia dan teman-temannya masih harus membeli pipet tetes sendiri un-tuk praktikum fisiologi hewan. Selain itu, mereka juga masih membeli buku panduan prakti-kum seharga 22-30 ribu rupiah.

Fakultas kedokteran tak lu-put dari permasalahan. Zulfa Labibah (Kedokteran’13) yang dikenai UKT sebesar Rp 12.380.000 mengaku harus berbagi ruangan dengan 180 mahasiswa. Menurutnya, kon-disi ini membuat pembelaja-ran kurang kondusif dan tidak nyaman. Selain itu, jadwal ku-liah juga tidak sesuai dengan jadwal. Mereka harus menye-suaikan jadwal dosen pengajar sehingga setiap malam harus menunggu jarkoman dari koor-dinator angkatan. Ia menilai fasilitas lainnya sudah cukup memadai, seperti adanya ruan-gan ber-AC dan laboratorium.

Pendapat serupa diungkap-kan Leon L. Gaya (Kedokteran ’12). Saat kuliah, kelasnya ha-rus menampung 169 maha-siswa. Tak jarang, kedatangan-nya ke kampus menjadi sia-sia karena dosen pengajar tidak hadir dan mengganti kuliah pada hari lain. Saat praktikum, ia juga harus menunggu cukup lama. “Kalau praktikum kita harus gantian. Kan 169 maha-siswa itu jadi dibagi 3 kloter,” jelas Leon.

Mahasiswa Fakultas Eko-nomi dan Bisnis lebih berun-tung. Pasalnya, permasalahan kekurangan ruang kelas dan toilet tak dialami. Septiana Wati (Manajemen’13) me-ngatakan bahwa sarana dan prasarana penunjang perku-liahan sudah sesuai seperti harapannya. Ia menilai ruang perkuliahan tempatnya bela-jar sudah memadai. “Sudah nyaman. Toilet juga bersih dan nyaman sehingga kita juga ng-gak pernah ngantri,” ujarnya. Menurutnya, lahan terbuka hi-jau yang dilengkapi beberapa Gazebo juga baik. Yuriko Pra-setiyo (Manajemen’13) mem-benarkan pendapat Septiana. Ia menambahkan pelayanan saat mengurus administrasi sudah cukup baik dan jarin-gan internet dapat diakses dari semua tempat.

Selain fasilitas yang ada di fakultas, Perpustakaan Unila juga dinilai masih kurang. Pos-maulina (PGSD ’12) me ngaku fasilitas perpustakaan belum sesuai peran yang seharusnya

Sumber data Pidato Rektor 2013

Oleh Lia Vivi F. dan Ayu Yuni A.

Setiap tahun, Universitas Lampung menambah kuota penerimaan mahasiswa baru. Penambahan jum-lah mahasiswa ini tak diimbangi dengan penambahan fasilitas yang signifikan.

(MASIH)

BERAT SEBELAH

Page 7: Tabloid Teknokra Edisi 134

No 134 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014 Polling 7

inovasiBelajar Berbagi Lewat GamesOleh Siti Sufia

Kertas bergambar itu di-penuhi garis berbentuk ko-tak-kotak. Setiap kotak berisi gambar yang berbeda. Ada tiga puluh kotak bergambar yang disertai nomor. Disela-sela ko-tak bernomor itu, masih ter-dapat kotak lain tanpa nomor. Kotak tanpa nomor menjadi pos pemberhentian. Setiap pe-main harus memberikan uang mainan sebagai sedekah.

Sekilas, permainan ini mirip seperti permainan monopoli. Namun sebenarnya prinsip permainannya bertantangan dengan permainan yang dike-nal lebih dulu itu. Permainan yang didesain oleh Ageng Sadnowo dan dua rekannya, Amrul dan Nandi Hairudin ini muncul sejak 2004. Rasa senang bersedekah, membayar zakat, dan menumbuhkan rasa empati menjadi ruh yang di-harapkan masuk pada setiap anak yang memainkannya.

Ide pembuatan permainan bernama zakati ini muncul di tempat tak terduga. Saat itu, Ageng berada di sebuah pu-sat perbelanjaan. Tiba-tiba,

sebuah permainan monopoli jatuh di depannya. Seketika, ide cemerlang itu muncul. Ageng ingin membuat per-mainan semacam monopoli yang dikemas dalam bentuk baru. Idenya berupa antitesis dari sistem ekonomi kapitalis. Permainan ini m e n e k a n k a n sistem berland-askan jiwa sosial. Kemenangan ti-dak hanya diukur dari banyaknya jumlah uang yang di-k u m -pulkan, tetapi juga zakat dan se-dekah pemain-nya.

Ageng dan kedua rekannya memang penggagas per-kumpulan sedekah yang ada di Unila. Pengalaman dan keinginan untuk menum-buhkan jiwa sosial pada anak-anak ini pada akhirnya mem-buat mereka berinovasi.

Berbeda dengan monopoli yang menggunakan dadu un-tuk memulai permainan, Za-kati menggunakan tumpukkan kartu yang di dalamnya ter-dapat dua pilihan. Setiap kartu

memiliki dua angka pili-

han.

Dok.Pemain boleh memilih salah

satu pilihan yang ada di balik kartu-kartu tersebut sebagai alat untuk melangkah ke setiap

kotak. Menurut Ageng, pilihan itu mengajarkan anak untuk berani mengambil keputusan terbaik. “Seperti halnya hidup itu pilihan,” ujarnya. Uniknya lagi, di balik masing-masing kartu tersebut terdapat nama surat dalam Al-Qur’an yang tanpa disadari membantu pe-main untuk menghafalnya.

Ada tiga mata uang yang di-gunakan dalam permainan ini,

yaitu dinar, dolar, dan rupiah. Dari ketiga mata uang yang digunakan ageng memilih dinar sebagai standar harga. Selain nilainya yang stabil, ti-dak naik turun dalam kurs,

nilai mata uang ini juga ada pada berat mater-

inya bukan nominal yang tertera.Saat berhenti pos

pemberhentian, pemain diwajibkan membayar zakat

atau sedekah yang bertujuan untuk membiasakannya di ke-hidupan nyata. Pemain boleh bersedakah dengan uang yang mereka punya. Semakin ban-yak bersedekah, maka sema-kin dekat dengan kemenangan. Namun, pemain juga tak boleh menyedekahkan semua uang-nya. Jika itu terjadi, pemain tak

dapat lagi melangkah ke kotak berikutnya. Pola permainan ini mengajarkan anak untuk tetap hidup secara seimbang. Berse-dekah dan menabung menjadi kunci memenangkan permain-an. Pemain harus cerdas me-nyisihkan uang, tapi juga tak boleh pelit untuk bersedekah. Total skor dalam permainan ini dihitung dengan menjum-lahkan sisa uang diakhir per-mainan yang ditambah dengan dua kali jumlah uang yang di-sedekahkan.

Permainan ini telah di-sosialisasikan ke berbagai sekolah dasar di Lampung dan daerah lainnya, seperti Kali-mantan, Bali, Riau, Jawa, Aceh, bahkan Australia.

Saat ini, zakati juga tengah mengalami kendala penda-naan dan terpaksa berhenti di-produksi. Games akan kembali diproduksi jika ada perusahaan yang mensponsori. Ageng dan rekan-rekannya berencana membuat zakati versi online agar permainan ini lebih diminati. “Semoga dengan adanya zakati dapat menumbuhkan jiwa cha-rity terutama untuk anak-anak dan menumbuhkan mental der-mawan,” ungkap Ageng.=

Bagaimana Pendapat Anda Mengenai Fasilitas WiFi di Unila?

Bagaimana Pendapat Anda Mengenai Fasili-tas Laboratorium di Unila?

Menurut Anda Apakah Water Closet (WC) di Unila Memadai?

Bagaimana Pendapat Anda Mengenai Fasilitas Perpustakaan di Unila?

Bagaimana Layanan Birokrasi Kampus Bidang Akademik/ Kemahasiswaan?

Bagaimana Pendapat Anda Mengenai Fasili-tas Penunjang Ruangan (Ac, kursi, dan LCD) di Unila?

Universitas Lampung telah berani meluncur-kan layanan prima ber-

basis ISO 9001:2008. Layanan ini menjadi salah satu rencana strategi Unila dalam Rencana Pengembangan Jangka Pan-jang (RPJP) periode 2011-2015. Peningkatan pelayanan secara akademik dan admin-istrasi ini mestinya dirasakan mahasiswa. Namun, fasilitas perkuliahan yang merupakan penunjang bagi kegiatan aka-demik masih banyak dikeluh-kan. Tak hanya itu, pelayanan

birokrat kampus pun masih mendapatkan keluhan. Devisi Pusat Penelitian dan Pengembangan UKPM Tek-nokra melakukan survey men-genai “Fasilitas dan Pelayanan Unila”. Dari hasil survey, sebanyak 11 % responden menilai fasilitas WiFi Unila sudah memadai, 47% responden menilai cu-kup memadai, 40% menjawab belum memadai, sedang 2% tidak menjawab. Fasilitas lab-oratorium juga dirasa belum memadai dengan hasil 38%,

28% responden menjawab cu-kup memadai, 24% menjawab tidak tahu, dan hanya 10% ko-responden menjawab sudah memadai. Terkait fasilitas penunjang ru-angan seperti AC, kursi, dan LCD, 16% koresponden men-jawab fasilitas tersebut sudah memadai, 28% menilai cukup memadai, sedangkan 54% me-nilai belum memadai, dan 2% yang tidak menjawab. Pela-yanan dari birokrasi kampus mengalami perubahan dari tahun lalu, hanya 6% respon-

Survey Membuktikan!Oleh Novalinda Silviana, Hayatun Nisa

Supervisor: Novalinda SilvianaEnumerator: Fahmi Bastiar, Fajar N, Mita W, Rika A, Siti Sufia, Wawan Taryanto, Yola Savitri, Yola Septika, Nur Kholik, A Royhan, Meri Herlina, Ridha, Kurnia, M Erig

Poling ini dilakukan pada hari 27-28 Maret 2014. Responden meru-pakan mahasiswa aktif angkatan 2011, 2012, 2013 sebanyak 100 orang, yang diambil secara acak dari setiap Jurusan atau program studi di delapan fakultas Unila. Survey ini menggunakan metode Multistep Random Sampling yang diolah menggunakan SPSS.

Bagaimana Pendapat Anda Mengenai Fasilitas yang Ada di Unila?

den yang menjawab sudah me-madai, 47% menjawab cukup memadai, sedangkan 42% me-nilai belum memadai dikare-nakan prosedur yang berbelit ketika mengurus keperluan akademik, dan 5% nya tidak menjawab.Fasilitas perpustakaan yang diperbaiki tiap tahunnya juga dirasa tidak mengalami perba-ikan, hanya 14% koresponden yang menilai sudah memadai, 43% menilai cukup memadai, 37% menilai belum memadai karena koleksi buku yang tidak

lengkap dan jumlah koleksi buku yang kurang lengkap, 6% tidak menjawab. Selain itu Water Closet (WC) juga masih menjadi masalah yang pal-ing dirasa mahasiswa, jumlah WC yang belum sesuai dengan jumlah mahasiswa, serta ke-bersihan yang kurang terjaga menjadi banyak keluhan dari mahasiswa. 10% responden menilai sudah memadai, 31% menilai cukup memadai, 58% responden menilai belum me-madai, dan 1% sisanya tak menjawab.=

A= Sudah Memadai

B= Cukup Memadai

C= Belum Memadai

D= Tidak Tahu/Tidak Menjawab

Page 8: Tabloid Teknokra Edisi 134

8 No 134 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014

MelestarikanBahasa Lampung

Regional

Oleh Wawan Taryanto

Suasana Aula yang berada di lantai 3 Hotel Nusanta-ra masih ramai meski jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Peserta rapat masih sibuk berpendapat demi menggodok kurikulum Bahasa Lampung. Kepala sekolah dari berbagai daerah di Provinsi Lampung itu sengaja hadir demi mempertahankan pelajaran Baha-sa Lampung. Mereka sepakat bahasa lampung masih penting diajarkan di sekolah.

Tak kurang dari 25 peserta ikut dalam pembahasan draft kurikulum. Pembahasan ini sekaligus sebagai upaya pelestarian bahasa daerah tersebut. Butuh wak-tu tiga hari untuk membahas masalah ini. Sejak 20 Ma-ret kemarin, perwakilan kepala sekolah SD dan SMP se-Lampung, Lembaga Pengembangan mutu pendidi-kan (LPMP), MGMP, dan Dinas Pendidikan Lampung melakukan penyusuan draft kurikulum Bahasa Lam-pung. Rencananya, penyusunan draft tersebut akan dipakai untuk kurikulum 2013 yang akan diterapkan tahun ini.

Ernawati dari LPMP mengatakan bahwa pelajaran Bahasa Lampung merupakan muatan lokal akan dia-tur oleh daerah. Menurutnya, pembahasan ini dilaku-kan untuk mendorong pemerintah daerah Lampung untuk menyetujui rencana melestarikan pelajaran Bahasa Lampung. Pasalnya, sejak satu tahun lalu, Uni-versitas Lampung telah menutup jurusan D III Bahasa Lampung. Penutupan ini berimplikasi pada minimnya ketersediaan guru Bahasa Lampung. Kekhawatiran musnahnya Bahasa Lampung meningkat apabila pela-jaran Bahasa Lampung juga dihilangkan. Menurutnya, keputusan terakhir tetap ada di pemerintah daerah. “Hasil akhirnya nanti setelah di serahkan kepada di-nas,” ujarnya.

Wanita yang merupakan Widya Iswara ini menye-butkan bahwa Bahasa Lampung masuk ke dalam muatan lokal. Dalam Permendikbud No. 81 A lampi-ran 2 tahun 2013 menyebutkan bahwa bahasa da-erah masuk ke dalam muatan lokal bersama dengan

bahasa Inggris, seni budaya, dan keterampilan. Hal ini agar bahasa Lampung tak sekadar menjadi pengeta-huan, tetapi juga dapat diterapkan dalam komunikasi sehari-hari. Ia berharap masuknya mata pelajaran Bahasa Lampung dalam kurikulum 2013 membuat dibukanya kembali Program Studi Bahasa Lampung di Perguruan Tinggi, khusunya Universitas Lampung.

Akademisi Unila, Farida Ariyani ikut memberi tanggapan. Ia berpendapat bahwa program studi ba-hasa Lampung di Universitas Lampung harus dibuka kembali. Menurutnya, seluruh kepala sekolah sangat antusias menyambut muatan lokal bahasa Lampung. Sikap ini merupakan bentuk optimisme agar Bahasa Lampung muncul kembali ke permukaan. Menurut-nya, apabila ide ini telah disetujui, ribuan guru Bahasa Lampung sangat dibutuhkan. “Selama ini banyak guru bahasa Lampung yang merupakan guru kelas. Dikha-watirkan pembelajaran bahasa Lampung menjadi ti-dak efektif,” ujarnya.

Wakil Kepala sekolah SMP 8 Bandar Lampung, Hamka mengatakan bahwa bahasa Lampung sangat diperlukan untuk masyarakat. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum mengenal bahasa Lampung. Meski di sekolahnya belum mempunyai fasilitas penunjang kamus bahasa Lampung yang me-madai, ia sangat mendukung rencana ini. Ia juga me-nuturkan jumlah guru bahasa Lampung di sekolahnya hanya ada dua orang. Jumlah itu dirasa sangat kurang. Ia juga berharap ada perguruan tinggi yang mencetak guru bahasa Lampung sehingga penyampaian kepada siswa lebih baik. =

Di berbagai daerah, ada beberapa sekolah yang tak memberikan mata pelajaran Bahasa Lampung. Hal ini me-munculkan kekhawatiran terhadap nasib bahasa daerah. Kehadiran kurikulum 2013 diharapkan mampu menga-wal kemunculan pelajaran Bahasa Lampung demi menjaga nilai-nilai kebudayaan.

menjadi pusat informasi seluruh fakultas. Menurut-nya, buku-buku yang tersedia sudah usang dan kurang pembaharuan. “Saya mencari referensi manejemen klasik tapi tidak ada,” ujarnya. Sementara itu, Ameilia Ulfa (Administrasi Bisnis ’13) mengungkapkan fasili-tas buku di Perpustakaan sudah memadai. Namun, ia menyayangkan minimnya AC yang ada di ruang baca sehingga tak nyaman.

Pendapat mahasiswa dari berbagai fakultas men-genai fasilitas Unila mendapat tanggapan dari pihak Dekanat. Heryandi selaku Dekan FH mengatakan sa-rana dan prasarana penunjang seperti AC telah ter-pasang di semua ruang perkuliahan, kecuali Aula di gedung A. Toilet juga telah diperbaiki dan direnovasi keseluruhan, “Mengenai penggunaan toilet satu pintu ya atur-atur aja oleh mahasiswanya. Yang pasti pihak fakultas telah menyediakan kebutuhan mahasiswa,” ujar Heryandi.

Ia menambahkan, pihaknya telah membagi jumlah mahasiswa baru ke dalam 4-5 kelas. Pemakaian ru-ang kelas juga disesuaikan dengan mahasiswa yang mengikuti kuliah. Menanggapi pendapat mahasiswa, menurutnya kondisi ruang kelas yang tak memadai hanya terjadi saat kuliah umum. Menurutnya, jad-wal kuliah telah disesuaikan menurut jadwal. Pihak fakultas juga telah mengusahaan sistem tiga site per-temuan dengan kelas paralel. “Saat gedung baru sele-sai dibangun, Fakultas Hukum akan menambah kuota hingga 700 mahasiswa karena jumlah dosen melebihi kecukupan,” tambahnya.

Mengenai taman terbuka hijau, ia mengatakan ta-hun ini pihaknya akan mengusahakan pembangu-nan gazebo dan perbaikan taman di depan Gedung A. Selain itu, pembangunan gedung baru di FH telah dicanangkan selesai 2014. Gedung yang memiliki 10 ruang perkuliahan dan satu aula besar dimaksudkan untuk penunjang perkuliahan.

Pembantu Dekan II FKIP, Arwin Ahmad mengatakan sarana dan prasarana penunjang perkuliahan seperti AC telah terpasang di semua ruang kuliah. Toilet dise-luruh FKIP juga telah diperbaiki dan direnovasi. Pihak fakultas berencana membuat sumur bor demi kelan-caran air. Ia mengatakan Gedung G,B, I dan C juga akan segera diperbaiki menggunakan dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Dana ini juga digunakan untuk penambahan fasilitas penunjang perkuliahan seperti AC, kipas angin dan toilet.

Sementara itu, PD II FT, M. Sarkowi mengatakan bahwa fasilitas perkuliahan yang ada di jurusan dise-diakan oleh fakultas setelah jurusan mengajukan permohonan. Sementara, berbagai bangunan seperti gedung perkuliahan, laboratorium, dan peralatan lab-oratorium didapat dari pengajuan ke pihak rektorat dan dilanjutkan ke Dikti. Menurutnya, fakultas hanya bisa menunggu keputusan dari Dikti terkait penamba-han gedung. Ia menilai ruang perkuliahan di Fakultas Teknik sudah cukup. Dalam waktu dekat, pihaknya se-dang pengajukan pengadaan alat praktikum.

Menanggapi beberapa tanggapan mahasiswanya tentang kapasitas kelas yang tak memadai, PD II FP, Prof. Irwan Sukri B. mengatakan bahwa fakultasnya masih dalam proses monitoring dan evaluasi di awal perkuliahan. “Ini kan dalam proses pendataan, mana yang kelasnya kurang kita pindah,” ujarnya. Menurut-nya, pihaknya juga selalu melakukan rapat dengan pe-jabat Dekanat lain guna membahas masalah ini. “Se-tiap senin sore kita monitoring, yang wajib jumlahnya membludak kita pecah beberapa kelas kalau perlu ke-las besar, kita tukar tempatnya,” ujarnya.

Pihaknya mengaku sudah bekerja keras untuk membangun fasilitas FP. Uang SPP yang minim men-jadi salah satu hambatannya. Prof. Irwan menambah-kan pihaknya telah mencari berbagai sumber teru-tama mengajukan proposal ke APBN. “Bertambahnya mahasiswa tiap tahunnya telah coba diseimbangkan dengan menekan mahasiswa untuk mempercepat wisuda,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan Prof. Yulianto selaku PD II FISIP. Pembangunan sarana dan prasarana penun-jang telah dilakukan. Rencana pembangunan jangka panjang adalah pengadaan Laboratorium Terpadu dan Gedung Pascasarjana. Ia mengatakan pihaknya telah membuat kelas paralel yang pembagiannya didasarkan pada NPM mahasiswa dengan menyesuaikan kapasitas Gedung. Hal ini untuk menangani masalah penamba-han jumlah mahasiswa setiap tahun.

Prof. Suharso selaku Dekan FMIPA mengatakan sara-na dan prasarana praktikum seperti pipet tetes sebena-rnya telah disediakan di laboratorium. Pihak dekanat mengaku tidak mengetahui bahwa ada bagian labo-ratorium yang meminta mahasiswa untuk membawa alat praktikum sendiri seperti pipet tetes. “Kemungki-nan pipet tetes tersebut habis karena dipakai oleh ju-rusan lain,” ujarnya. Terkait masalah toilet di Jurusan

Matematika, menurutnya bangunan itu memang sudah tua sehingga penataannya masih seperti dulu. Ia men-gaku perbaikan toilet di gedung lain sudah dilakukan. Namun, pihaknya belum mampu membangun toilet baru karena anggaran 1,9 Milyar dari PNBP hanya cu-kup untuk membayar gaji dosen dan karyawan lain.

PD II FK, Susianti membenarkan pendapat maha-siswanya terkait ruang perkuliahan yang kurang me-madai. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan kurang tersedianya ruang perkuliahan dan jumlah dosen yang tidak sesuai dengan jumlah mahasiswa. Penambahan jumlah mahasiswa ini karena berdasarkan akreditasi FK yang mendapat nilai A, daya tampung yang seha-rusnya hanya 150 mahasiswa boleh dilebihkan men-jadi 180 mahasiswa. Ia mengaku tak bisa menolak keputusan Dikti ini.

Ia menambahkan, tertundanya jadwal perkulia-han disebabkan beberapa dosen pengajar umum di-datangkan dari dokter yang bertugas di RSUD Abdoel Moeloek, sedangkan dosen tetap juga sering mengi-kuti seminar dan pertemuan nasional. Susianti men-gatakan pihaknya telah merencanakan pembangunan gedung perkuliahan selesai satu lantai tahun ini. Se-lain itu, pihak fakultas juga mengajukan penambahan dosen kepihak Dikti.

Rektor Unila, Prof. Sugeng P. Haryanto angkat bicara terkait masalah ini. Mengenai kurangnya ruang perku-liahan di beberapa fakultas, pihak rektorat berencana mengadakan pengalihan ruang kelas antar fakultas mengacu pada Institut Pertanian Bogor (ITB). Men-genai kekurangan laboratorium, pihak rektorat telah mengajukan pembangunan gedung dan laboratorium serta penambahan alat-alat praktikum ke pihak Dikti. Ia mengaku telah mengajukan 20 rencana pembangu-nan, namun usulan yang disetujui hanya dua. Akibat-nya, masih banyak fakultas yang kekura ngan gedung dan laboratorium.

Ia mengatakan penerimaan mahasiswa baru setiap tahun didasarkan oleh instruksi dari Dikti melalui APK tanpa ada pertimbangan dari universitas. “Kalau untuk top ten 2025 merupakan program dari tahun 2005, sehingga saya tinggal meneruskan saja. Jadi saya lebih fokus ke penelitian dan karya ilmiah untuk memajukan Unila,” ujarnya. Sementara itu, Pembantu Rektor (PR) II Unila, Dwi Haryono menolak mem-berikan keterangan. Ia yang sedang di luar kota me-ngatakan enggan berpendapat saat dihubungi.=

(Lanjutan halaman 6)

Page 9: Tabloid Teknokra Edisi 134

9No 134 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014

Suara MahasiswaSampaikan Keluhanmu lewat SMS Mahasiswa,dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 08981735868/ 089699271495

Apresiasi

Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai identias lengkap dan bisa dipertanggungjawab­kan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami mencocokkannya dengan data siakad Unila

Ngekhibas

M.Amran Roni (D3 akuntansi ’13)085709532xxxPak Rektor, Saya merasa rektorat su-dah ada orang dalam yang mencari keuntungan politik praktis dan poli-tik terselubung sudah terlihat. Den-gan mudahnya para elit politik me-nyuarakan suaranya lewat kampus ini. Kita sebagai mahasiswa jangan dijadikan umpan untuk itu. Saya ber-pesan pula kita sebagai mahasiswa harus selektif dalam mengikuti ke-giatan/seminar. Jangan sampai kita menjadi korban untuk kesekian ka-linya. Terima kasih.

M. Haris Kurniawan (Budidaya Perairan ’13)08974674xxxxPak Rektor tolong UKT golongan

4 dan 5 diturunkan karena sangat menguras uang orang tua. Semen-tara fasilitas yang didapatkan tidak sebanding dibandingkan universitas yang lebih bagus dari Unila. Mohon dipertimbangkan Pak.

Ni Putu Mira T. (Budidaya Perairan ’13)08578342xxxxTolong lebih bijak sama UKT. Kenapa praktikum masih bayar? Tolong beri rincian dari SPP yang dibayar, biar saya tahu transparansi SPP itu!

M. Richer (D3 Pajak ’13) 08965028xxxxKepada Bapak Rektor tolong ten-

BERGERAKLAH

Hey mahasiswa …Lihatlah mereka, lihatlah duniaLihatlah tikus – tikus mafiaBerkerah putih berdasi hitam

Tanpa belas kasih menggerogoti duniaBegitu rakus memakan semuanyaMemakan yang bukan miliknyaTak henti apapun yang terjadi

Hey kau... Iya kau mahasiswaDiamkah? Apakah engkau tak peduli ?Mungkinkah engkau seperti merekaYang tiada kasih tiada cinta

Lihatlah dengan matamu hey mahasiswaLihatlah mereka tanpa malu mengambil paksaDengarkanlah wahai intelektual mudaDengarkanlah rintihan manusiaManusia makanan tikus – tikus mafia

Bergeraklah... Bergeraklah melawanMelawan para penjajah di negeri sendiriMajulah wahai engkau anak mudaLemparkanlah tombakmu untuk melawan me reka

Tegapkan badanmu, busungkan dadamuKepalkan tanganmu kuat – kuatHentakkan kakimu didepan merekaAgar mereka tahu engkau masih ada

Erzal Syahreza Aswir Pendidikan Ekonomi 2013

HUJANLAH YANG DERAS

sepatah kayu yang bersandar di tiang bambubertanya kepada sandarannya,,

hey kah,, mengapa daku tergolek tak berdaya?hingga aku kekeringan pada kemarau yang dingin lagi sepi,,

aku kehujanan pada musim dingin yang kering tanpa tawa dan air hati? pohon terdiam,, dia sama-sama mati dalam sepi

ah,, mentari tampak berduri bagi sesiapa yang lewat hari ini

Tjampoer Adoek, DALAM sekali,, seorang lelaki duduk di bawah lampu tamanmenelaah guratan-guratan tawa kekasihnya dalam bayangan

ada bayi tanpa bayangan menari-nari dimatanyaada sekonyong air bah kesedihan mengguyur matanya...duh ah,, seekor burung pipit menyeret-nyeret kakinya,,

disamping pohon didekat kursi dan lampu taman yang padam..menelan kekalutan seorang diri,, dimatanya terlihat bayi kecil yang

bening,,menari-nari bersama setetes embun yang bening lagi sedih

semalam ia sudah merasakan kematian dalam dingin dan sepi

HUJANLAH YANG DERAS!BIAR BASAH IA, LALU BAYI DIMATANYA

PERGI DAN TUMBUH DEWASA.

Agil Ikhsandi

tang biaya UKT ditinjau ulang. Ban-yak mahasiswa yang mengeluh atas hasil UKT yang tidak tepat sasaran, termasuk saya. Saya orang biasa ke-napa UKT golongan 4? Dari segi apa penentuan itu? Itu pantas untuk golongan orang-orang kaya, bukan kami orang-orang biasa.

Bagus Dwi Susilo (D3 teknik sur-vey pemetaan ’12)085768645xxxTolong diperhatikan gedung survey dan pemetaan tidak ada AC dan fen-tilasi udaranya tidak baik. Kita pada waktu kuliah sering tidak nyaman karena panas banget. Kita juga bayar semesternya nggak murah, tapi kurang seimbang fasilitas di gedung yang kami rasakan.

Redaksi menerima kritikan dan saran serta kiriman berupa : Artikel atau opini, surat pembaca, dan informasi seputar Unila (diketik font cambria, ukuran 12 pt). Tulisan yang masuk menjadi milik redaksi dan edaksi berhak menyunting naskah sepanjang tidak me­ngubah makna tulisan.

Fasilitas minim.Kayaknya sudah dari dulu.

E-Jurnal mahal tapi minim akses?Kurang sosialisasi kali...

Email Unila tidak dilirik?Mungkin karena aksesnya sulit.

Arak-arakan wisuda?Asal nggak anarki aja...

Page 10: Tabloid Teknokra Edisi 134

10 No 134 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014

Iklan

Oleh : Rismayanti*

Pemilu dan Sikap Politik Mahasiswa

Artikel Tema

Sudah menjadi rahasia umum bahwa mahasiswa adalah kelompok sosial yang cukup diistime-wakan oleh masyarakat Indonesia. Mereka di-

anggap memiliki peranan historis yang signifikan dalam sejarah bangsa ini, terutama sebagai penyam-bung lidah rakyat yang dipercaya masih begitu ju-jur, idealis, dan bersih dari tunggangan kepentingan golongan ketimbang para elit politikus yang sudah terlalu sering membohongi masyarakat. Namun dis-ayangkan, ternyata di tengah golongan masyarakat in-telektual ini wacana apatisme terhadap proses politik semacam Pemilihan Umum yang mengarah pada pili-han menjadi golongan putih justru cukup tinggi.Tugas Historis

Ada banyak “kredo suci” yang begitu melekat se-bagai identitas sekaligus menjadi tanggung jawab bagi mahasiswa Indonesia. Diantaranya amanat Tri Dhar-ma Perguruan Tinggi yang mewajibkan setiap insan mahasiswa untuk selalu tekun dan meraih prestasi baik dalam pelajaran di kampus, penelitian di lapa-ngan, maupun pengabdian kepada masyarakat. Lalu istilah agent of change, agent of social control, and iron stock dengan gamblang menunjukkan tugas historis mahasiswa sebagai agen yang mewakili masyarakat untuk mengontrol dan mengawasi berbagai kebijakan pemerintah, pelopor terwujudnya perubahan sosial yang lebih baik, serta sebagai calon penerus generasi kepemimpinan bangsa di masa mendatang.

Mendiang Soe Hok Gie, tokoh angkatan ’66 pernah menegaskan konsep moral force sebagai batasan per-juangan yang harus dipegang teguh dan mewaspadai agar tak terjebak dalam political force. Maksudnya peranan mahasiswa sebagai penyambung lidah rakyat haruslah sebagai gerakan moral yang bangkit di kala hadirnya momentum ketidakadilan dan kesewena-ngan penguasa, setelah perubahan dicapai mahasiswa

harus kembali ke kampus dan tidak menjadi gerakan politik yang secara langsung ikut ambil bagian kekua-saan. Karena gerakan mahasiswa harus murni dan netral terhadap kepentingan politik agar ketajaman nalar kritisnya tetap terjaga.

Wejangan Gie tentu saja sangat baik, mengingat sta-tus mahasiswa hanyalah sementara waktu. Namun mahasiswa harus cerdas memahaminya dalam kon-teks realitas kekinian, semisal dalam menghadapi mo-mentum Pemilu. Nalar kritis dan netralitas tentu bu-kan berarti mutlak dipahami agar mahasiswa bersikap tak acuh pada semua proses politik, apalagi terlampau pesimis dan apriori terhadap sistem kekuasaan. Se-bagai katalisator dari harapan rakyat, mahasiswa ha-rus memahaminya dengan optimis, rasional, dan ber-tanggung jawab atas sikap apa pun yang dipilihnya. Sukseskan Pemilu.

Tentu saja golput atau tidak menggunakan hak pilih adalah sikap politik yang patut dihargai sebagai aksi protes dalam alam demokrasi seperti ini. Terlebih sejarahnya di Indonesia, aksi golput dengan tidak mendatangi TPS adalah gerakan politik radikal yang menentang status quo Orde Baru yang otoriter. Seka-rang ini trend golput memang terus meningkat setiap tahun, namun metode golput seperti itu dianggap tak lagi efektif dan ampuh sebagai aksi protes. Pasalnya justru hanya memberi celah terjadinya penyelewe-ngan oleh para oknum penjual-beli suara, sementara meski golput menembus angka di atas 50% sekalipun, ternyata tidak akan mendeligitimasi keabsahan hasil pemilu.

Tak salah jika banyak pendapat menyebut pasca reformasi, pemerintahan yang terpilih baik eksekutif maupun legislatif kinerjanya justru semakin mengece-wakan, dan perilakunya sering memalukan, sementara rakyat masih saja tenggelam dalam kemiskinan yang

tak berkesudahan. Sehingga mereka beranggapan bahwa pemilu hanyalah pestanya elit penguasa yang sudah pasti melupakan pengabdiannya pada rakyat. Tapi hiruk-pikuk ribuan calon pemimpin dan be-lasan parpol serta berlapis-lapis pemilu yang masih carut marut ini, semestinya tetap dimaknai sebagai bentuk proses pendewasaan politik bangsa kita ini yang dicapai melalui perjuangan dan pengorbanan gerakan mahasiswa.

Mahasiswa sebagai kelompok in-telektual yang penuh idealisme ha-ruslah memandang momentum pe-milu 2014 sebagai hal penting yang berbeda dari momen sebelumnya. Ta-hun ini penuh harapan baru, dimana hegemoni penguasa sebelumnya yang terbukti gagal sudah tergusur, dan so-sok-sosok pemimpin yang lebih vi-sioner pun kian bermunculan dan patut dipertimbangkan. Setiap ma-hasiswa Indonesia tentu bebas menentukan pilihan bentuk partisipasi apa yang dianggap paling tepat me-nyambut momentum pemilu 2014 ini.

Ada banyak peranan teknis yang bisa dilakukan ma-hasiswa untuk memastikan pemilu berlangsung se-suai harapan, semisal menjadi bagian dari tim penga-was, panitia penyelenggara, kampanye pemilih cerdas, atau pun mendukung kandidat tertentu. Prinsipnya, apa pun sikap politik yang kita ambil haruslah rasional dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam semangat menyambut datangnya perubahan, ayo kita hindari sikap golput, apalagi sudah banyak BEM kampus yang sudah bekerja sama dengan KPU untuk memastikan hak suara mahasiswa tetap tersalurkan meski berha-langan mudik ke TPS di kampung halaman. =

______________* Ketua Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Kota Bandar Lampung Mahasiswa Fakultas Pertanian Unila.

APA KATA MEREKATentang Arak-Arakan Wisuda

Panca Nugrahaeni (PD III Fakultas Teknik)

Wisuda itukan hari bahagia, menjadi alumni. Adik-adik yang mahasiswa juga ingin mera-sakan kebahagian kakak-kakaknya. Arak- arakan itu kan sudah tradisi, artinya kalau tidak melakukan itu tidak afdol. Untuk dibendung itu susah, kita hanya mengarahkan dalam arti kata hal yang positif. Untuk sekedar ceremony,

berbagi kebahagiaan kenapa nggak. Yang tidak setujui itu yang menjurus ke arah mengganggu. Artinya kalu meraka arak-arakan dengan mengegas, bising ibu tidak setuju. Tapi kalau sekedar ke-liling ada sedikit yel-yel, itu sih setuju.

Dani Windarto, Bimbingan Konseling’13

Sebenarnya kurang bermanfaat, capek dapat mengganggu perku-liahan juga. Apalagi kalau pe-nyampaian materi kuliahnya su-dah sampai klimaks, fokusya jadi terganggu.

Herlita Sari, Agro Teknlogi’12

Sebenarnya ada jelek dan ada nggak bagusnya. Nggak bagus-nya macet, ramai dan terkadang mengganggu kuliah. Kalau ba-iknya, dapat mengekspresikan kebahagiaan. Kenangan terakhir di kampus. Ya, buat seru-seruan aja .

Kepala Jurusan Ilmu Pendidikan, Drs Baha-ruddun, M.Pd

Selama dia tidak dekat dengan ruang perkulia-han tidak masalah. Kalau kendaraannya keli-ling kampus saja nggak masalah. Wajar-wajar saja mereka merayakan seperti itu, merayakan temannya lulus. Tapi jangan terlalu mem-bisingkan gas motor agar tidak mengganggu ketertiban.

Helrita Maulina, Fisika’10 FMIPA.

Arak-Arakan. bagus untuk meramaikan ka-kak-kakak wisuda. Tapi negatifnya lumayan keganggu kuliahnya apalagi saat masih ada kegiatan belajar mengajarnya. Kalau mau arak-arakan lebih tertib saja sih. Saya mendu-kung adanya arak-arakan, kalau saya wisuda nanti saya pun ingin di arak, kalo cuma diam saja sedih dong.

Wili Alfani, Teknik Mesin ‘09

Arak-arakan itu sudah jadi tradisi, ya suatu kebanggaan. Sebuah momen kebersamaan untuk semua angkatan. Pelepasan untuk se-nior-senior. Biar suasananya dapet dan bisa saling mengakrabkan. Negatif dari arak-arakan itu sendiri sih macet terus mengganggu ku-liah juga. Harapan untuk kedepannya sih arak- arakannya lebih dikonsepkan lagi rutenya, dan kerjasama dengan satpam, agar tidak meng-ganggu dan menimbulkan kemacetan.

Maryanto, Hukum ’11 (Kepala Dinas Kominfo Bem FH)

Arak-arakan, setuju-setuju aja. asalkan damai, jangan anarki, jangan rusuh, dan mengganggu jalan. Arak-arakan itu suatu kebanggaan ya, untuk para wisudawan. Berarti mereka diang-gap di kampus. Solusinya sih, sebaiknya arak-arakan dilaksanakan di bahu jalan seperti di trotoar. Kemudian pesertanya dibatasi, hanya adik-adik tingkatnya atau para petingginya saja.

Yenni Hernaini sosiologi ‘11

Arak-arakan boleh-boleh aja, selagi masih menjaga kondisi. Tidak merugikan pihak seki-tar dan menimbulkan kekacauan. Arak-arakan suatu penghormatan terakhir untuk melepas sebagai mahasiswa dan menjadi alumni, serta untuk meningkatkan solidaritas dan rasa keke-luargaan. Nagatifnya sih menimbulkan kema-cetan. Kalau bisa jangan menggunakan kenda-raan. Saya lebih setuju jalan kaki agar tidak mempersempit ruang gerak.

Ilustr

asi W

awan

Tarya

nto

Penulis Kurnia M, Fitria WFoto Kurnia M, Fitria W

Page 11: Tabloid Teknokra Edisi 134

ww

11No 134 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014 Pojok PKMEsai Foto

Demokrasi Dipertanyakan

Yurike Pratiwi S.

Pemimpin Usaha

Iklan

Sejak pukul 08.00 WIB pagi, Darminto (47 th) berkeliling setiap fakultas di Unila. Ia mengenda-rai motor dengan bak sampah dibelakangnya un-tuk mengumpulkan sampah. Aktivitas itu sudah menjadi ritual harian bagi ia dan petugas keber-sihan lainnya.

Tak kurang dari tiga bak sampah berhasil Dar-minto kumpulkan setiap hari. Pengangkutan sam-pah ini dilakukan hingga pukul 15.30 WIB. Sam-pah yang terkumpul berupa daun, ranting, sisa makanan, dan plastik. Sampah-sampah itu lantas dia bawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terletak tidak jauh dari Perpustakaan Unila. Disinilah, sampah-sampah itu dibakar.

Tak ada pemisahan sampah organik dan non-organik yang dilakukan oleh Darminto. Sebelum dibakar, sampah-sampah itu hanya dipisah antara sampah kering dan sampah basah. Sampah kering seperti dedaunan akan dibakar bersamaan dengan plastik. Sedangkan sampah basah dibi-arkan sampai membusuk.

Selama menjalani profesi ini, Darminto mengaku salah satu kendala saat mengumpulkan sam-pah apabila ada pohon tumbang yang mengganggu jalan. Ia akan kesulitan berkeliling mengang-kut sampah dengan motor sampah.

Darminto berharap civitas akademika Unila dapat lebih berkoordinasi dengan petugas kebersi-han saat akan menggelar acara agar kebersihan Unila dapat terjaga.=

Rabu (9/06), bangsa ini akan merayakan pesta demokrasi serentak di seluruh Provinsi untuk menentukan Calon Presiden. Perhelatan akbar ini menjadi salah satu pesta yang selalu ditung-gu-tunggu oleh Partai Politik. Pesta yang selalu menghabiskan banyak anggaran negara, daerah, dan pribadi dari masing-masing calon ini selalu dimulai dan diakhiri dengan kontrovesial. Mu-lai dari konflik dari tubuh parpol, jadwal Pemilu yang berubah, pendaftaran calon dari masing-masing Parpol, pemungutan suara yang ricuh dihampir setiap daerah menjadi warna-warni pesta demokrasi lima tahunan ini.

Mendapatkan simpatisan yang banyak dan memenangkan pe-milu adalah tujuan Parpol. Strategi kampanye disusun semenarik mungkin dengan menggelar pesta rakyat dan mengunjungi rumah warga. Parpol nakal bahkan melakukan money politic atau bagi-bagi sembako untuk mencapai tujuan tersebut.

Perguran Tinggi yang kata banyak orang merupakan miniatur Negara dan menjadi salah satu tempat bagi para pemuda untuk belajar arti penting “Demokrasi”. Pemuda-pemuda yang lahir dari universitaslah yang akan memimpin bangsa ini. Tetapi. apakah perguruan tinggi yang ada sudah menerapkan demokrasi, sebe-lum mengajarkan peserta didiknya tentang demokrasi? Pertan-yaan ini harusnya menjadi catatan penting yang harus di intro-peksi dari Perguruan Tinggi seperti Unila.

“Saya tidak tahu lagi fungsi senat itu apa, mendapatkan undan-gan hanya untuk menghadiri upacara pengukuhan guru besar saja, tetapi dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan kam-pus kami tidak pernah diundang”.

Kata-kata tersebut terlontar dari salah satu anggota senat Unila, saat berbincang. Geli rasanya mendengar kata-kata itu, dimana Senat yang mempunyai salah satu fungsi untuk membantu Rek-tor dalam menjalankan tugasnya, malah hanya bekerja saat Unila menyelenggarakan pengukuhan guru besar.

“Buat apa dibentuk jika tidak mempunyai pekerjaan, meng-habiskan uang saja untuk menggaji senat”. Itu yang ada di dalam pikiran saya saat mendengar pengakuan itu. Otak saya pun ber-pikir ulang tentang kejelasan “Statuta Unila”.

Pikiran-pikiran itu saya coba hilangkan, akan tetapi muncul kembali saat saya dan teman-teman lain bersilahturahmi ke salah pejabat Unila lainnya. Pembicaraan yang sama kembali terlontar. Ingatan saya kembali ke beberapa tahun lalu, saat Rektor justru melantik pejabat fakultas yang kalah saat pemilihan. Alasan yang menurut saya kurang masuk akal, karena pejabat terpilih pun berkompeten dan tepat waktu menempuh studi S3.

Tidak realistis rasanya saat negri ini menggebor-geborkan ten-tang pentingnya berdemokrasi, akan tetapi Perguran Tinggi yang merupakan pusat mendidik pemuda pemudi belum menerapkan sistem demokrasi dalam lingkungan kampusnya. =

Kemana Larinya Sampah Unila?Foto-foto Kurnia Mahardika

Page 12: Tabloid Teknokra Edisi 134

12 No 134 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014Ekspresi

Iklan

Silahkan tutup pintu dari luar!

Perintah ini pernah ia lon-tarkan saat mendapati mahasiswanya yang ter-

lambat datang. Ia tak mentole-lir keterlambatan meski hanya tiga menit. Laki-laki berkulit sawo matang ini memang ter-kenal sebagai dosen yang disp-lin. Ia mendidik mahasiswanya agar selalu ontime.

Seperti Siang itu, 19 Ma-ret 2014, lelaki yang belum lama didaulat sebagai Dekan Fakultas Teknik ini sudah ada di ruang kerjanya. Ia datang lima belas menit lebih cepat dari jadwal pertemuan. Prof. Suharno terlihat sederhana dengan kemeja berwarna pu-tih saat pertama kali bertemu. Dua pertemuan berikutnya, jas hitam dan kemeja hitam mem-balut tubuhnya.

Sejak menjadi Dekan, ia bertekad menanamkan ke-disiplinan kepada dosen dan karyawan. Ia selalu datang te-pat waktu saat rapat. Bahkan, malam hari sebelum rapat, laki-laki berusia 51 tahun ini akan mengingatkan seluruh dosen dan karyawan melalui SMS. Jika 5 menit sebelum rapat belum datang, ia akan segera meneleponnya.

Setiap pagi, ia bergegas mengecek semua berkas yang harus ia tandatangani, lan-tas menuju jurusan untuk mengajar. Usai mengajar, ia kembali melanjutkan tugas sebagai Dekan. Di ruangannya yang berada di lantai 2 Gedung

Dekanat, ia masih memberi-kan waktu kepada para maha-siswanya untuk dapat berkon-sultasi.

Kesibukannya sebagai dosen dan Dekan tak membuatnya lelah. Ia mengaku senang mengerjakan semua tanggung-jawab itu. Meski banyak kesi-bukan, ia mengaku baik-baik saja. “Sehat itu bukan karena tidak pernah capek,” ujarnya.

Pola hidup disiplin ini suk-ses mengantarkannya duduk menjadi orang nomor satu di Fakultas Teknik. Ia dituntut untuk mewujudkan semua visi dan misi besar fakultas. Sebagai Dekan, ia membawa visi untuk mengembang-kan Fakultas secara optimal. Dengan visi ini ia bercita-cita menjadikan Fakultas Teknik sebagai International Class.

Dengan cita-cita besarnya, ia selalu membimbing ma-hasiswanya untuk optimal dalam belajar. “Mahasiswa itu tidak ada yang bodoh, tinggal bagaimana mereka mengop-timalkannya dan bagaimana dosen dapat membimbingnya,” terangnya.

Keberhasilan yang ia raup saat ini adalah hasil dari proses yang panjang. Ia su-dah merasakan asam garam kehidupan sejak kecil. Ketika akan memasuki sekolah dasar, ia sempat tidak diperhitung-kan oleh pihak sekolah lan-taran berasal dari keluarga kurang mampu. Meski sempat ditolak, semangat belajarnya tetap meluap hingga ia mampu

Prof. Suharno,

Disiplin danMenghargai Waktu

membuahkan penghargaan dari Presiden Megawati dan SBY.

Semangat juang menempuh pendidikan semakin terlihat sejak ia mendapat beasiswa S2 dari Dikti untuk Jurusan Gunung Api di Universitas Ga-jah Mada. Usai mendapat gelar magister, ia melanjutkan gelar doktor di Auckland University, New Zewland. Aktivitas ber-jualan yang pernah ia lakukan saat menempuh S1 juga eng-gan ia tinggalkan. Bungsu dari 7 bersaudara ini tak merasa malu berdagang di negeri orang.

Waktu luang lelaki parubaya kerap dihabiskan untuk me-nyiapkan materi perkuliahan. Ketertarikannya pada geofisi-ka karena ilmu yang berhubun-gan dengan bumi itu mudah dipelajari dan dekat dengan la-pangan. Ketertarikan itu juga membuatnya menda lami ilmu geofisika secara utuh.

Kedisiplinannya soal waktu ia nilai sangat penting. Menu-rutnya, waktu yang tidak dapat terulang harus dimanfaatkan dengan baik. Itulah yang men-jadi alasan baginya untuk me-manfaatkan waktu semaksimal mungkin. “Kalau bagi orang Cina, waktu adalah uang, . Tapi kalau bagi saya waktu tidak akan terulang,” tambahnya.=

Melalui seleksi perintis yang ia jalani, Suharno mampu melanjutkan kuliah di Univer-sitas Gajah Mada. Ia terdaf-tar sebagai mahasiswa Jurusan Fisika. Kondisi ekonomi yang tak kunjung mambaik mem-buatnya harus memutar otak mencari tambahan biaya kuli-ah. Bermodal kiriman buah pi-sang dari orangtuanya, ia beri-nisiatif menjual pisang-pisang tersebut kepada pedagamg buah di sekitaran Pasar Gede. Aktivitas itu ia lakoni hingga mendapat gelar sarjana.

Jenjang karirnya kian terbu-ka setelah lulus S1. Ia pernah bekerja sebagai junior engi-neering di salah satu perusa-haan tambang. Tak bertahan lama, ia memutuskan beralih menjadi marketing. Ia juga pernah menjadi dosen Geofisi-ka di Universitas Trisakti.

Suharso mengaku sering berpindah-pindah pekerjaan karena belum menemukan kenyamanan. Orientasi beker-janya bukanlah sekadar men-cari materi, tetapi kesenangan dan kenyamanan. Pelabuhan terakhirnya jatuh pada Unila sejak 1987. Prof. Suharno ber-tahan sebagai dosen karena menemukan kenyamanan saat mengajar mahasiswa. Pe-ngabdiannya selama 27 tahun

menyelesaikan pendidikan SD hanya dalam waktu 4 tahun. Hal ini berkat kepandaian hingga mampu menguasai semua mata pelajaran dengan baik. Kepala sekolahnya pun mengizinkannya mengikuti ujian nasional di kelas 4 SD.

Orang tuanya berprofesi se-bagai petani dengan penghasi-lan dibawah rata-rata. Peng-hasilan yang minim ini menjadi satu kerikil yang menghalangi langkahnya melanjutkan pen-didikan. Bahkan waktu kecil ia sering melihat ibunya mena-ngis lantaran tak menemukan sesuatu untuk dimasak.

Keadaan yang serba sulit itu tak menyurutkan semangat belajarnya Ia percaya hidup dalam kemiskinan justru akan mendapatkan kemuliaan. “Jangan terjebak dengan ke-miskinan, karena Allah justru memuliakan kita,” jelasnya.

Sebagai anak seorang petani, sejak kecil ia selalu membantu kedua orang tuanya berda-gang dan menjemur hasil tani berupa padi, kopi, dan kede-lai. Setelah lulus dari sekolah dasar, Ia melanjutkan pendi-dikannya ke SMP dan SMA di Pringsewu. Demi biaya seko-lahnya, Suharno muda selalu membantu orang tuanya ber-tani.

Foto

Kurn

ia Ma

hard

ika