tabloid sipil edisi 18

32
CMYK CMYK Edisi 18 Tahun I • 12-20 Februari 2009

Transcript of tabloid sipil edisi 18

Page 1: tabloid sipil edisi 18

CMYK

CMYK

Edisi 18 Tahun I • 12-20 Februari 2009

Page 2: tabloid sipil edisi 18

212 - 20 Februari 2009 SURAT PEMBACA

Penerbit: Perkumpulan Impact Aceh, Alamat Redaksi: Gedung Impact, Jalan T Iskandar No: 50, Lambhuk, Ulee Kareng, Banda Aceh 23118.Telp. 0651-28541, Fax. 0651 – 28542 Rekening Bank: 105-00-0531602-5, Bank Mandiri a/n Perkumpulan Impact. Pemimpin Umum: Ramadhanalubis, Wakil Pemimpin Umum: Teuku Ardiansyah, Pemimpin Redaksi: Ahmady, Redaktur Pelaksana: Adi Warsidi, Redaktur: Qahar Muzakar,Rahmad Sanjaya, Reporter: Tahara, Junaidi Mulieng, Mellyan, Irman, Ifdhal Redaktur Artistik: Maha, Sekretaris Redaksi: Rahmawati,Information Technology: Kamaruddin, Pemimpin Usaha: Jauhari Samalanga, Manager Sirkulasi: M. Yusuf, zahabi, Manager Iklan: DarmansyahSiregar, Manager Produksi: Muhammad Aulia, Manager Keuangan: Muslim Hasan Birga

IPemekaranNDONESIA dikejutkan dengansebuah peristiwa demonstrasi diSumut yang berakhir tragis dengantewasnya Ketua DPRD Sumut,

Abdul Aziz Angkat. Peristiwa itu berupapenyerbuan ribuan massa pendukungpembentukan Provinsi Tapanuli (Protap)yang memasuki ruang sidang utamaDPRD Sumut sambil membawa sebuahpeti jenazah untuk menemui wakil rakyatyang sedang menggelar rapat paripurnadi tempat itu pada 3 Pebruari 2009.

Ketua DPRD Sumut, Abdul AzizAngkat yang awalnya berhasil me-nyelamatkan diri ke ruangan FraksiPartai Golkar, dibawa keluar sambildicaci-maki, ditarik-tarik, dan bahkanharus menerima pukulan dari sejumlahpengunjuk rasa. Diduga tidak kuatmenahan serangan, Aziz Angkat, yangjuga Sekretaris Partai Golkar Sumut,terkapar dan meninggal dunia meskisempat dilarikan ke rumah sakit GleniInternasional Medan.

Apakah begitu mahalnya dan begitupentingkah Provinsi Tapanuli, sehinggaharus mengambil “tumbal” dengan nyawaseorang Ketua DPRD?

Anarkisme yang ditunjukkan massapendukung Protap mendapat keca-manan dari berbagai elemen masyarakat.Laskar Pembela Islam (LPI) dan ForumUmat Islam Bersatu (FUIB) Sumutmendesak pembubaran panitia pem-bentukan Protap. Ketika berunjukrasa digedung DPRD Sumut, pertengahanFebruari lalu, koordinator aksi menuntutketegasan pemerintah untuk tidak lagi“memberi hati” kepada panitia pem-bentukan Protap.

Tindakan anarkis yang dilakukanpara pendukung yang didampingi tokohpembentukan Protap tidak bisa ditolerirsama sekali. Mereka harus ditindaktegas. “Mau jadi apa republik ini kalausemua keinginan harus main paksabegitu,” ungkap peserta aksi.

Pemekaran yang berujung kematianketua DPRD Sumut itu juga berimbas keberbagai wilayah. Maklum, isu peme-karan bukan hanya ada di SumateraUtara, tapi juga di daerah lain, termasukAceh. Sejak empat tahun terakhir, adasekelompok warga di Aceh bagian tengahyang masih menggaungkan tuntutanpemekaran wilayah. Mereka menuntutpembentukan Provinsi Aceh LeuserAntara (ALA). Motornya, termasuk tokohmasyarakat dan pejabat yang sekarangberkuasa.

Benarkah pemekaran itu untukkesejahteraan rakyat? Idealnya ya,seperti itu. Namun yang sesungguhnyaterjadi, pemekaran adalah buah darikeliaran libido politik para tokoh danpejabat di daerah tersebut. Merekaterobsesi bisa menjadi penguasa jikapemekaran bisa terlaksana. Sesung-guhnya ada tiga aktor yang selalumengambil peran dalam setiap rencanapemekaran wilayah baru, yakni kalanganeksekutif, politisi dan pengusaha. Merekainilah, dengan dalih untuk kesejahteraanrakyat, menghasut dan membayarpeserta aksi untuk mau melakukan apasaja asal hasrat membentuk wilayah barutercapai.

Padahal jika berkaca dari kasuspemakaran sebelumnya, dari lebih 200wilayah pemekaran baru di Indonesia,hanya 20 persen yang bsia dikatrakansukses. Selebihnya hanya bagi-bagikekuasaan kalangan elit saja.

MASYARAKAT Sabang, Pulau Weh,masih di bawah bayang-bayang keraguan.Pemerintah sebelumnya berkali-kaliberjanji akan menjadikan perekonomiandi wilayah itu berkembang.

Pemerintah menetapkan kawasanperdagangan dan pelabuhan bebas Sabangyang meliputi gugasan Pulau Weh danPulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar melaluiUU Nomor 36 dan 37/2000 untuk jangkawaktu 70 tahun.

Janjinya, kawasan Sabang akan di-fungsikan sebagai sentral pengembanganindustri padat teknologi memberi manfaatuntuk mengembangkan industri, pe-ngumpulan dan penyaluran hasil produksidari dan ke seluruh nusantara serta luarnegeri. Kawasan Sabang memiliki luas39.375 Ha (Singapura 67.400 Ha, sementaraPulau Batam 41.500 Ha). Kawasan Sabangberbatasan dengan Teluk Benggala (utara),Samudera Indonesia (selatan), SelatMalaka (timur), dan Samudera Hindia(barat). Letak kawasan Sabang beradapada jalur lalu lintas pelayaran inter-nasional (International Shipping Line) danpenerbangan internasional. Secara re-gional geografis posisi Sabang sangatstrategis di jalur pelayaran dari AsiaSelatan menuju Asia Timur dan Australia.

Banyak keuntungan tercapai jikapembangunan pelabuhan Teluk Sabangterwujud, diantaranya akan mampu

Pasar LambaroSemrawut

menampung tenaga kerja yang cukupbanyak dan penambahan pendapatandaerah dengan perhitungan sekitar Rp5triliun per-tahun dari operasional pela-buhan. Untuk itu, kita berharap programBPKS mampu menggapai harapan itu.

Pertanyaannya, bisakah BPKS menja-lankan semua misi tersebut?

Ini yang masih menjadi tanda tanyadi kalangan warga Sabang. Hari harikami masih menunggu gebrakan apa sajayang dilakukan BPKS untuk Sabang. Tapisetiap hari kami sebagai warga Sabangterus gundah, pasalnya yang mencuat kepermukaan adalah konflik antara BPKSdan Pemerintah Kotamadya Sabang.

Keduanya saling adu kekuatan. Pe-merintah mengaku berkuasa di bidangadmintasi sedangkan BPKS merasaberkuasa bidang otorita pembangunanSabang. Ujung-ujungnya, banyak pro-gram yang tertunda.

Korbannya adalah rakyat. Kami punbertanya, sampai kapan konflik antarakedua lembaga itu terus berlangsung ?Dan di mana peran Gubernur Aceh dalammeredakan perseteruan tersebut. Kalau itumasih saja terjadi, pembangunan pela-buhan Sabang hanyalah mimpi.

Khairul AzwarWarga Kotamadya Sabang

PASAR tradisional Lambaro, di Keca-matan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar,yang merupakan salah satu pusat per-

dagangan terbesar “darurat” pasca tsu-nami 26 Desember 2004, kini sangatlahsemrawut. Kami sangat prihatin atassemrawutnya pasar ini, padahal Lambaromerupakan satu-satunya pusat per-dagangan yang hidup pasca tsunami diAceh.

Lambaro merupakan salah satu pasaralternatif bagi masyarakat Kota BandaAceh dan Aceh Besar untuk membeliberbagai kebutuhan pokok pasca bencanatsunami. Keprihatinan mendalam ataskesemrawutan pasar tradisional tersebutdalam beberapa bulan terakhir. Kamitidak bisa membayangkan bagaimanakalau sebuah pasar yang terlihat sem-rawut seperti ini, terutama sejak diba-ngunnya akses jalan menuju pusat pasartersebut.

Badan jalan yang telah diaspal hotmixbukan menambahkan keindahan, tapisebaliknya membuat kemacetan karenakendaraan terpaksa diparkir di badanjalan. Mobil banyak yang parkir di badanjalan karena tidak tersedianya lahanparkir. Sebelumnya, kendaraan diparkirdi depan toko, namun kini tidak bisa lagisetelah ada bangunan pembatas antararuas jalan dengan halaman toko. Akibattidak adanya lahan parkir maka masya-rakat pembeli engan berbelanja di pasartradisional Lambaro.

Kalau itu dibiarkan berlangsungmaka sangat dikhawatirkan tidak ada lagiorang datang ke pasar Lambaro. Untuk itu,saya berharap Pemkab Aceh Besar menin-jau kembali pembangunan beton pem-batas di ruas jalan masuk pasar Lambaro.

Usman HasanWarga Lambaro, Aceh Besar

Konflik BPKSdan PemkoSabang

Page 3: tabloid sipil edisi 18

3 12 - 20 Februari 2009 DAFTAR ISI

LAPORAN UTAMA

4

NANGGROE

NASIONAL

FIGUR 22UKM

KPU akan membuat kebijakanafirmatif untuk keterwakilan calegperempuan. Setiap tiga kursi yangdimiliki satu partai, minimal satukursi harus diberikan pada satucaleg perempuan. Nantinya DPRAakan berpeluang diisi oleh23 caleg perempuan.

SaatnyaPerempuan Bicara

LINGKUNGAN

Program LamteubaTinggal Nama

EKONOMI

Banjir Rohingyadi Perairan Aceh

6

10

Tercampak dariNegeri Sendiri

16Janji Pemerintah Acehmengembangkan kawasanpertanian di Desa Lamteuba,ternyata isapan jempol belaka.

Di negeri asalnya, etnis Rohingyakerap jadi sasaran penyiksaanpenguasa junta militer. Banyakmasjid mereka yang dirubuhkan.

Sudah puluhan ribu wargaRohingya pindah ke Jepangdan Eropa.

14

20

Permintaan luar negeri terhadapkopi Arabika dari Tanah Gayomasih tetap tinggi. Krisis globaltidak membuat penggemar kopimenghentikan hobi merekamenyeruput minuman ini setiappagi. Kopi Arabika bahkanpenyumbang terbesar devisanegara

BUDAYA26

Tak Mekar LaluMembunuh

Batu Bata takLagi Jaya

Teater untukGampong

30

Potensi konflik di Aceh masihtinggi. Selain penanganan korbantsunami yang kacau balau,intimidasi terhadap partai politikterus terjadi. Selain partai lokal,partai nasional pun jadi korban.Kegagalan BRA pun masih terusdibahas.

Antara Fashiondan Film

Sang MaestroPenebar PesonaSebut saja nama Udin Pelor!Semua orang Aceh pastimengenalnya. Hidupnya tidakpernah lepas dari seni. Iapernah melakoni hidup sebagai

tukang obat, penyanyi, promotorshow, pembaca acara, tapisemua itu tidak lepasdari dunia seni. 18

Kopi Gayo MasihDitunggu

Untuk menggugah kepedulianwarga Aceh terhadap orang cacat,kalangan seniman Acehmenggelar acara kelilingkampung.

Misi pembentukan ProvinsiTapanuli terkaitKristenisasi.

Nab

ella

Vol

ary

Seni Grafiti – Sekelompok pelajar sekolah menengah atas Banda Aceh asyik mengecat dinding tembok lapangan basket Blang Padang. Mereka bukanlah pelajar sembarangan, tapi anak-anakmuda yang memiliki jiwa seni. Kemampuan mereka meracik gambar ditumpahkan dalam aksi grafiti, mengecat dinding tembok itu. Hasilnya, terciptlah lukisan yang mengagumkan. Bukanhanya indah, tapi juga bermakna pesan moral. Inilah anak kreatif yang tahu di mana tempatnya untuk berkarya.

SOSOK

RAHMAD SANJAYA

Page 4: tabloid sipil edisi 18

412 - 20 Februari 2009 LAPORAN UTAMA

CMYK

CMYK

UDAH sepekan terakhir iniRasyid, Rahmad, Iqbal, Shan-deran, dan rekan-rekannya tidakbisa makan enak dalam kamppenampungan yang disediakan

untuk mereka di kawasan TNI Ang-katan Laut Sabang. Hati merekagundah. Raut wajah mereka yangsebelumnya ceria, kembali muramdurja. Seakan sudah membayangkanbakal ada penderitaan berat meng-hadang di depan.

“Matilah kami. Pasti nanti akandianiaya lagi oleh pasukan juntamiliter,” kata Rasyid, 43 tahun, dalambahasa melayu yang terbata-bata. Iadan rekan-rekannya baru saja usaidiwawancai pejabat DepartemenLuar Negeri Indonesia. Setelahwawancara itulah, Rasyid dan rekan-rekannya mulai gelisah, sebab adaindikasi Pemerintah Indonesia akanmengembalikan mereka ke negaraasalnya, Myanmar.

Rasyid adalah bagian dari 193orang warga etnis Rohingya dariMyanmar yang terdampar di per-airan Sabang 7 Januari lalu. Merekamengaku terpaksa meninggalkannegaranya untuk mencari peng-hidupan baru di negeri lain. AwalDesember lalu mereka berlayar dariPelabuhan Teknaf dengan meng-gunakan kapal nelayan kecil. Tujuan-nya Malaysia atau Jepang.

Mereka sebenarnya tidak tahupasti di mana arah kedua negaratersebut. Tapi karena hasrat mening-galkan negeri sendiri sudah tidaktertahankan, mereka nekad me-nyeberangi lautan kendati hanyamenggunakan perahu nelayan rong-sokan, panjangnya 13 meter denganlebar sekitar 4 meter. Sejatinya kapal

Banjir Rohingya di Perairan AcehSekitar 400 warga muslim Myanmarterdampar di Aceh. Mereka mengaku korbankonflik yang terjerat dalam kemiskinan danpenderitaan. Berharap ada negara ketigayang menerima mereka, tapi Indonesia justrumau mengembalikan ke negara asalnya.

S

nelayan itu hanya mampu meng-angkut 40 orang, tapi demi harapanperubahan, perahu tersebut dipaksamemuat hingga 200 penumpang.Mesin pun seadanya.

Untuk mencapai negeri yangdiimpikan, mereka memperkirakanbakal bisa ditempuh dalam waktuseminggu. Makanya, sebagai bekaldalam perjalanan, setiap orang me-nyiapkan makanan untuk kebutuhanselama 10 hari.

Jika sampai di Malaysia, sudah adaagen yang akan membantu merekamencarikan pekerjaan. Kalau bisasampai di Jepang, lebih bagus lagi,sebab di sana ada komunitas perantauRohingya yang siap menampungmereka. Merantau ke negeri luaradalah keputusan terbaik bagi pe-

muda Rohingya itu, karena di negerimereka sendiri, etnis Rohingya kerapmenjadi sasaran kekejaman pasukanjunta militer Myanmar.

Menurut cerita Rasyid, ada se-kitar 20 kapal yang keluar dariPelabuhan Teknaf secara bersamaanpada awal Desember tahun lalu.Masing-masing kapal mengangkutsekitar 200 penumpang. Mulanyamereka bertekad akan berlayarsecara konvoi, jadi jika ada satu boatyang bermasalah, bisa ditolong olehboat lainnya.

Namun kuatnya sapuhan ombakmembuat iring-iringan pengungsi itutercerai berai. Perjalanan yang di-perkirakan selesai sekitar seminggu,ternyata penuh liku. Seminggu telahberlalu, mereka belum juga mene-mukan daratan di negeri impian.

Rasyid yang bergabung satu boatdengan beberapa pemuda sedesanya,tak lagi bisa melihat rekan merekadi perahu lainnya. Semuanya sibukmenyelamatkan diri. Persediaanbahan makanan sudah habis. Hinggamemasuki minggu kedua, tak jugaada daratan yang terlihat. Mesinsudah kehabisan bahan bakar. Kon-disi semua penumpang kian me-nyedihkan.

Mulailah ada beberapa anggotarombongan itu yang sakit. Memasukiminggu ketiga, tiga orang meninggaldunia karena kelaparan dan cuacayang buruk. Tidak ada pengobatan,sebab mereka tidak pernah terpi-kirkan risiko sakit di perjalanan.Ketika ada penumpang boat yangsakit, paling hanya dibiarkan saja.“Kita hanya bisa berdoa kepada Al-lah agar ia sembuh,” ungkap Rasyid.Umumnya warga etnis Rohingya ituberagama Islam.

Ada kalanya doa mereka ter-kabul. Tapi ada pula yang tidaksanggup bertahan hidup, hingga ajalpun menjemput. Jika ini terjadi, tidakada pilihan, mayat itu terpaksadimakamkan di laut lepas. Di biarkanmengapung tanpa arah dan tujuanyang jelas.

Dalam rombongan Rasyid, ada11 penumpang yang meninggaldalam perjalanan. Semuanya dibuangke laut.

Selama 22 hari lamanya merekaterombang-ambing tanpa arah. Me-sin kapal sudah tidak berfungsi lagi.Rusak. Sampai akhirnya merekatidak sadar, ombak telah merapatkankapal mereka ke perairan Pulau Weh,Provinsi Aceh. Nurdin dan rekan-rekannya, nelayan Sabang yangkebetulan sedang melaut dan meli-hat perahu tersebut, akhirnya me-nyeretnya menyentuh daratan. Pe-ristiwa itupun segera dilaporkan keTNI-AL yang berada di Sabang.

Bukan sekali ini saja Sabangmenerima kedatangan ‘tamu’ daripengungsi Rohingya. Pada 2005, jugaada sebanyak 203 orang rombonganperahu asal Myanmar yang terd-ampar di Sabang. Kasusnya sama,ingin mencari penghidupan baru dinegeri baru, tapi mereka justruterdampar di Sabang. Pada akhirnyaPejabat Departemen Luar Negeri In-donesia memutuskan memulangkanmereka ke negeri asalnya.

Tampaknya untuk kasus terbaruinipun, pemerintah Indonesia sudahmenyiapkan langkah yang sama.Tapi masalahnya lebih rumit lagi,sebab peristiwa terdamparnya ma-nusia perahu di Aceh bukan hanyaterjadi di Sabang. Senin 2 Februarilalu, warga Kuala Idi, Aceh Timur

Page 5: tabloid sipil edisi 18

5 12 - 20 Februari 2009 LAPORAN UTAMA

CMYK

CMYK

juga dikejutkan dengan kasus yangsama.

Sekitar 68 mil dari bibir pantaiIdi, sebuah kapal nelayan setempatKM Sepakat, menemukan satu boatkecil yang penuh sesak yang muatanmanusia. Dari kejauhan terlihatkalau penumpang perahu tersebutsangat mengharapkan bantuan.

‘’Tolong…tolong.. ! ‘’teriak me-reka. Ada yang mengibarkan bajudegan kayu sebagai simbol butuhbantuan.

Anak buah kapal KM Sepakatakhirnya memutuskan mendekat.Saat itulah mereka memastikankalau manusia yang ada di perahuitu dalam keadaan sekarat. Sebagiandi antaranya bahkan tidak lagimampu berdiri. KM Sepakat ke-mudian menarik boat tersebut kepantai Idi, Aceh Timur. Selanjutnyadilaporkan kepada aparat keamanan.

Setelah didata, ada 198 orangmanusia yang ada dalam boat ter-sebut. Sebagian besar etnis Rohingyadari Myanmar. Ada 20 orang yangberkewarganegaraan Bangladesh.Untuk sementara penanganan me-reka ditangani oleh PemerintahKabupaten Aceh Timur. Manusiaperahu itu diinapkan Kantor CamatIdie Rayeuk.

Warga pun heboh. Hampir se-tiap hari lokasis penampungan pe-ngungsi tersebut diramaikan para

pengunjung yang ingin manusiaberwajah asing tersebut. “OrangMyanmar kok seperti orang Indiaya,” kata Aminah, 23 tahun, wargaIdie Rayeuk. Selama ini Aminahhanya tahu kalau warga Myanmarmirip orang China, agama merekapun kebanyakan budha. Tapi orangMyanmar yang terdampar ini ham-pir semuanya beragama Islam.

Perasaan seagama inilah yangjuga mendorong warga setempatturut memberikan bantuan. Se-banyak 50 pengungsi yang sakitterpaksa dilarikan ke puskesmasterdekat. Selama lebih sepekan diIdie Rayeuk, kondisi para pengungsiitu sudah membaik. Mereka sudahbisa tertawa dan bermain bersama.Tapi tetap dalam pengawasan aparatkeamanan.

Yang repot tentu saja Depar-temen Luar Negeri (Deplu) Indone-sia. Baru saja mereka usai melakukanpenelitian dan pendataan terhadappengungsi Myanmar di Sabang,muncul lagi kasus serupa di AcehTimur. “Aceh tampaknya sudahdibanjiri pengungsi Myanmar,” kataKetua Tim Deplu, Kusuma Pradopo.

Pemerintah Aceh pun tidak kalahgalaunya. Gubernur Irwandi me-merintahkan agar pemerintah me-ngalokasikan dana untuk membantukebutuhan para pengungsi tersebut.“Soal nasib mereka kita serahkan

kepada Deplu. Tapi selama merekadi sini, kita tetap akan membantu,”katanya.

Hasil verifikasi yang dilakuka diAceh Timur, kasusnya ternyataberbeda dengan pengungsi yang adadi Sabang. Meski sama-sama etnisRohingya dari Myanmar, namunkisah perjalanan mereka berbeda.Pengungsi yang ada di Aceh Timuradalah buangan dari Thailand.Sepekan sebelum tersesat di KualaIdi, manusia perahu itu sebenarnyasudah menyentuh bibir pantai Ra-nong, sebuah kawasan pelabuhan diwilayah Thailand Selatan. Namunmereka langsung ditangkap karenadituduh ingin memasuki kawasanThailand secara ilegal.

Malah beberapa pengungsi ituada yang mengaku korban penga-niayaan polisi Thailand. “Kamidicampuk dan dipukuli,” kata Rah-mad, salah seorang dari pengungsitersebut. Setelah ditahan selama tigahari di Thailand, mereka dipaksakeluar. Semua pengungsi itu disuruhnaik ke boat yang mereka tumpangisemula. Boat tersebut ditarik olehkapal militer Thailand ke tengah,setelah itu dibiarkan terombang-ambing di laut lepas. Tidak se-muanya penumpang dibuang kelaut.

‘’Ada 66 rekan kami yang ditahanpolisi Thailand. Mereka dituduh

sebagai pimpinan yang membawakami masuk secara ilegal ke negaraitu,” kata Rahmad. Ia sendiri tidaktahu bagaimana nasib rekannyatersebut.

Tindakan kepolisian Thailanditu langsung mendapat sorotandunia internasional. KomunitasRohingya di Jepang melakukan aksididepan kantor Kedutaan Myanmardi Tokyo memprotes tindakan tidakmanusiawi pemerintah gajah putihtersebut. Protes itu akhirnya me-ngundang lembaga PBB untuk uru-san pengungsi UNHCR, terjun lang-sung ke Bangkok bertemu MenteriLuar Negeri Thailand. Dari hasilpembicaraan itu, pemerintah Thai-land berjanji akan memulangkan 66warga Rohingya yang masih ditahandi negara itu ke negara asalnya,Myanmar.

Sementara untuk kasus di Aceh,UNHCR tidak terlibat menanga-ninya karena pemerintah Indonesiamasih bisa menanganinya. “Pe-ngungsi di Aceh akan kita tanganisendiri, tidak perlu melibatkanbadan PBB,” kata Juru bicara De-partemen Luar Negeri Teuku Fai-zasyah di Jakarta. Tapi sama halnyadengan Pemerintah Thailand, Pe-merintah Indonesia juga berencanauntuk mengembalikan pengungsiitu ke negara asalnya.

amd, amran

ANJIR pengungsi Myanmar membuatsejumlah negara kelabakan. Indone-sia, Thailand dan India adalah tiganegara yang kedatangan manusia

perahu itu. Di India, yang terdampar hanyasatu kapal. Jumlahnya sekitar 100 orang. DiThailand, yag terdampat pernah mencapai1.200 orang. Namun semuanya sudah dilepassecara paksa ke laut lepas. Pemerintah Acehlebih repot lagi, karena ada 391 orang yangterdampar di provinsi ini.

Jelas bahwa Aceh bukanlah tujuan ma-nusia perahu tersebut. “Mereka hanya ter-dampar di Aceh,” kata Juru bicara Depar-temen Luar Negeri Teuku Faizasyah. Parapengungsi itu sebenarnya mau menuju Ma-laysia dan Jepang. Tapi karena sudah mema-suki wilayah Indonesia, mau tidak maupemerintah harus turun tangan mena-nganinya.

Karena menyangkut hubungan antar-negara, penanganannya menjadi tanggung-jawab Departemen Luar Negeri. PemerintahAceh hanya membantu secara kemanusiaan.Deplu sendiri sudah mengirim tim gunamemverifikasi para pengungsi tersebut.Keputusannya, Deplu akan memulangkanmereka ke Myanmar.

Tapi masalahnya tidak semudah itu,sebab menyangkut kemanusiaan. Dari hasilpenelusuran Tim Deplu, terungkap kalaupengungsi itu mengaku korban kekerasan dinegerinya sendiri.

“Kalau kami dipulangkan ke Myanmar,pastilah akan disiksa lagi. Tolongnya, carikankami tempat yang bisa hidup. Apapun akankami kerjakan asal tidak dipulangkan keMyanmar,” kata Rahmad, salah seorangpengungsi Rohingya yang ada di Idi.

Tidak semua pengungsi itu melarikandiri karena konflik. Banyak dari mereka

Dipulangkan? Matilah Kami..!

merantau karena terhimpit masalah ekonomi.Nurullah, 20 tahun, misalnya, sudah dua tahuntidak punya pekerjaan tetap. Ia pernah mengadunasib ke Bangladesh, namun situasinya sama.Myanmar dan Bangladesh sama-sama terhimpitmasalah kemiskinan.

Kondisi ini yang memaksanya mencarinegeri baru. Nurullah tahu bagaimana risikosebagai pendatang ilegal, tapi ia tidak peduli.Bersama ratusan lelaki kampung halamannyamemasuki kawasan Thailand secara ilegal.Namun, mereka ditangkap, lalu disiksa sebelumakhirnya dipaksa meninggalkan negeri itudengan boat yang sama.

Kalau saja dikembalikan ke Myanmar,Nurullah yakin situasi yang mereka akan alami

B

lebih buruk lagi. “Pastilah kami akan menjadisasaran kebengisan junta militer,” katanya.Sebelumnya ia pernah mendengar cerita tentangwarga Myanmar yang dikembalikan ke negeriasalnya. Kin nasibnya tidak diketahui setelahditahan junta militer yang berkuasa.

Pemerintah Indonesia bukan tidak memahamikegelisahan ini. Itu sebabnya langkah diplomatikdengan pemerintah Myanmar terus dilakukan.Harus ada jaminan, Pemerintah Myanmarnantinya akan memberlakukan mereka secaramanusiawi. Masalahnya, Myanmar bukanlahnegara yang mudah tunduk kepada negara lain.Lho, PBB saja berani mereka lawan, apalagi Indo-nesia!

amd, amran

Page 6: tabloid sipil edisi 18

612 - 20 Februari 2009 LAPORAN UTAMA

ELANGGARAN Hak Azasiyang kerap dilakukan juntamiliter Myanmar membuatsejumlah suka minoritas dinegara itu selalu menjadi

sasaran korban. Salah satunya di-alami etnis Rohingya, yang banyaktinggal di perbatasan antara Myan-mar dan Bangladesh. Berbeda de-ngan etnis Myanmar lainnya yangberagama Budha, etnis Rohingnyaadalah penganut muslim.

Secara fisik, mereka sangatberbeda dengan warga Myanmarlainnya yang menyerupai China.Wajah warga Rohingya lebih miripdengan orang India, Banglades atauArab. Bahkan bahasanya pun tidakbeda dengan bahasa Bangladesh.Etnis ini banyak berdiam di kawasanNorthern Rakhine State, sebelahbarat Myanmar atau sebelah selatanBangladesh.

Perhatian pemerintah Myanmarterhadap etnis ini memang sangatminim. Hanya sedikit warga Ro-hingya yang mendapat kesempatan

Tercampak dariNegeri Sendiri

Di negeri asalnya, etnis Rohingya kerap jadisasaran penyiksaan penguasa junta militer.Banyak masjid mereka yang dirubuhkan.Sudah puluhan ribu warga Rohingya pindahke Jepang dan Eropa. Desember lalu, lebihdari 1.500 orang keluar dari wilayah itu.

berperan dalam pemerintahan.Amnesti internasional menye-

butkan, sejak junta militer berkuasa1978, nasib warga etnis Rohingyatidak pernah mendapat perhatian.Mereka dibiarkan menderita, tanpaada pembangunan di wilayah ter-sebut. Akibatnya, banyak etnis iniyang menyeberang ke Bangladeshuntuk mencari kehidupan. Toh diBangladesh mereka tidak bisa nya-man, sebab kehidupan di negaratersebut juga tidak jauh beda dengankondisi di Myanmar.

Sebagai warga negara Myanmar,hak-hak warga Rohingya nyaristidak ada. Mereka terus dikenakanpajak yang tinggi. Tanah-tanah wargadisita untuk negara. PemerintahMyanmar juga membatasi perka-winan warga etnis ini. PemudaRohingya banyak yang dipaksabekerja oleh militer Myanmar se-bagai buruh paksa untuk pem-bangunan jalan-jalan dan kamp-kamp militer. Tidak ada gaji. Makanpun seadanya.

Pengusaha junta militer banyakmerusak masjid-masjid yang didi-rikan warga Rohingya di pedesaan.Kebebasan menjalankan ibadahshalat pun kerap dihalang-halangi.“DI Myanmar, kami dianggap bagai-kan kotoran,” cerita Rahmad, salahseorang warga Ronghingya. Tidakheran, jika ada kesempatan keluar

dari negara itu, warga Rohingya pastiakan meninggalkan negaranya.

Di negara Myanmar yang ber-penduduk sekitar 50 juta jiwa, sukuRohingya merupakan minoritasdengan jumlah sekitar 800.000 jutajiwa. Mereka umumnya hidup didaerah-daerah terpencil. Hampirsemuanya terjerat dalam kemis-kinan. Sebagian besar bekerja se-bagai nelayan dan petani. Jarangsekali ada etnis Rohingya yangbekerja di lembaga-lembaga milikpemerintah. Karena jumlahnya kecil,partai politik pun tak melirikmereka.

Sejak 1978 ada sekitar 200 ribuwarga Rohingya yang masuk kewilayah Asia. Mereka keluar dariMyanmar karena takut dengan kebi-jakan perbudakan penguasa militer.Walau sangat beriko keluar darinegeri itu, tapi mereka tidak peduli.Mereka nekad mencari negara baruhanya mengandalkan perahu kayukecil yang menggunakan mesinseadanya. Dengan perahu itulahmereka keluar dari negerinya, nekadmenerobos tingginya ombak dilautan Samudera pasific.

Sejatinya perahu itu berka-pasitas 30 penumpang. Namun ter-kadang yang menaikinya mencapai230 orang. Ketika hidup semakinterdesak, tampaknya warga Ro-hingya ini tidak lagi peduli dengan

apapun risiko yang mereka hadapidi laut lepas. Prinsipnya, yangpenting bisa keluar dari Myanmar.

‘’Kami diperlakukan sepertibinatang di Myanmar. Anak mudasering ditangkap untuk dipaksabekerja di kamp militer. Merekasangat tidak manusiawi, ‘’ kataMalik, 34 tahun, warga pedalamanDesa Fadanardale, 400 kilometersebelah utara Yangon. Malik ber-cerita, sudah banyak sahabatnyayang nekad keluar dari negeri itusejak 10 tahun silam. Sebagian besarmenuju Malaysia, Thailand danJepang. Scara diam-diam etnis Ro-hingya ini cukup banyak yangtinggal di Indonesia secara ilegal.

Negara yang menjadi tujuanfavorit mereka adalah Jepang. Dinegeri sakura itu sudah banyakwarga Rohingya yang bekerja se-bagai buruh kasar. Komunitas Ro-hingya pun sudah terbentuk di To-kyo. Mulanya mereka adalah pen-datang ilegal. Berkat bantuan peru-sahaan yang ada di sana, merekatetap mendapat jaminan tinggal diJepang. Syaratnya, asal tidak terlibatkriminal.

Warga Rohingya umumnyapekerja sebagai kuli bangunan,pekerja restoran, buruh pelabuhan,pekerja kebun atau apapun yangtidak membutuhkan pendidikan.“Kami tidak pernah memilih peker-jaan. Asal bisa keluar dari Myanmar,apapun siap kami kerjakan,”tambah Malik. Demi mendapatkankehidupan yang layak, merekaterpaksa meninggalkan anak istri dikampung halaman.

Jangan heran jika banyak sekaliperempuan etnis Rohingya yangditinggal suaminya. Namun bagimereka itu bukanlah masalah besar,sebab suami yang bekerja di luarnegeri biasanya mengirim uang kekampung halaman untuk biaya hi-dup keluarga.

Nur Kahtun, 26 tahun, yang jugawarga Desa Fadanardale mengakusudah dua tahun ditinggal suaminyayang merantau ke Jepang. Baginyaitu adalah risiko hidup sebagai etnisRohingya yang terus menerus ditin-das di negaranya. Setiap bulan iamengaku tetap mendapat kirimandari suaminya. “Hidup seperti inilebih baik ketimbang suami sayadijadikan budak di sini,” katanyakepada kantor berita Reuter.

Semangat keluar dari Myanmartampaknya masih dirasakan olehetnis Rohingya lainnya. Pada De-sember lalu, aksi pelarian massaldimulai. Pada dinihari, ada 20 kapalnelayan kecil yang ditumpangilebih dari 3.000 lelaki etnisRohingya keluar dari muara sungaiFadanardale. Satu kapal isinya rata-rata 200 orang. Usia lelaki itu antara25-60 tahun. Mereka membawabekal seadanya, cukup untuk 10 haridalam perjalanan. Kondisi kapalyang digunakan pun sangat tidakmemadai. Ada yang sudah reyot.

Iqbal, 35 tahun, salah satu yangikut dalam rombongan di kapalreyot itu. Tadinya semua rombonganitu berharap bisa berlayar sampai diMalaysia. Di negeri melayu tersebut,kabarnya ada yang menjanjikanpekerjaan sebagai buruh perke-

P

Page 7: tabloid sipil edisi 18

7 12 - 20 Februari 2009 LAPORAN UTAMA

bunan. Lagi pula sudah ada beberapaorang etnis Rohingya yang bekerjadi sana.

Tapi gelombang besar yangmelanda Selat Melaka membuatrombongan mereka berserak. Tidakjelas lagi arah mana yang dituju.Selama 22 hari mereka terombangambing di laut lepas. Makanan tidaklagi mencukupi. Air minum hanyamengharapkan hujan. Mesin kapalrusak. Kapal terbuai ke sana kemarioleh angin dan ombak.

Selama dalam perjalanan itulah,banyak dari mereka yang jatuh sakitdan kemudian meninggal dunia.Jika nyawa sudah melayang, biasa-nya mayatnya dibuang ke laut lepas.

Angind an ombak besar itulahyang membuat mereka terdampar diberbagai tempat. Ada yang terdamparke wilayah Pulau Andaman, India, adayang ke Sabang, ada pula yang ke Thai-land. Tidak satupun yang berhasilmerapat ke daratan Malaysia.

Kantor berita Reuter menye-butkan, ada dua kapal yang ter-dampar di daratan India. Kapal yangtadinya berpenumpang hingga 200orang, kini tinggal puluhan oranglagi. Mereka yang bertahan di dalamboat, semuanya dalam keadaan kritiskarena kelaparan. Entah ke manayang lainnya. Kemungkinan me-ninggal dan mayatnya dicampakkanke laut lepas.

Di wilayah selatan Thailand,tepatnya kawasan Ranong, angkatanlaut setempat menemukan dua kapalpengungsi terdampar di ujung SelatMalaka. Kedua kapal itu kemudiandigiring masuk ke wilayah daratan.

Selama seminggu pengungsi Ro-hingya itu sempat ditampung dikamp kawasan pantai Ranong. Na-mun perlakuan yang diberikanangkatan laut Thailand agaknyatidak bersahabat.

Banyak dari pengungsi tersebutyang dianiaya. Puncaknya, mereka

dilarikan ke rumah sakit terdekat untukperawatan lebih lanjut. Maklum, se-lama dua minggu terombang ambingdi laut lepas, tidak ada makanan yangbisa mereka santap.

Saat dibuang pasukan angkatanlaut Thailand, ada 220 orang pe-ngungsi di atas boat nelayan tersebut.Dalam perjalanan, 22 orang me-ninggal dunia karena kelaparan dansakit. Mayat mereka terpaksa di-buang ke laut lepas. Saat mendaratdi Kuala Idi, tinggal 198 yang ada digladak boat tersebut. Tidak se-muanya warga Myanmar. Ada 20orang di antaranya warga Bang-ladesh.

Mereka ini bukanlah rombo-ngan pertama yang terdampar diAceh. Sebelumnya pada 7 Januari2009, nelayan Sabang menemukansatu kapal dalam ukuran yang samaterdampar terombang ambing tidakjauh dari bibir pantai Sabang arahSelat Malaka.

Myanmar, yang dulu dikenaldengan sebutan Burma memangtelah dicap PBB sebagai negara yangsarat dengan pelanggaran Hak AzasiManusia. Negara yang luasnya men-capai 680 km² ini telah diperintaholeh pemerintahan militer sejakkudeta tahun 1988. Myanmar adalahnegara berkembang dan memilikipopulasi lebih dari 50 juta jiwa. Ibukota negara ini sebelumnya terletakdi Yangon sebelum dipindahkanoleh pemerintahan junta militer keNaypyidaw pada tanggal 7 Novem-ber 2005.

Pada 1988, terjadi gelombangdemonstrasi besar menentang pe-

merintahan junta militer. Gelombangdemonstrasi ini berakhir dengantindak kekerasan yang dilakukantentara terhadap para demonstran.Lebih dari 3000 orang terbunuh. Padapemilu 1990 partai pro-demokrasipimpinan Aung San Suu Kyi me-menangi 82 persen suara namun hasilpemilu ini tidak diakui rezim militerberkuasa. Bukan hanya itu, Aung SanSuu Kyi yang menjadi pimpinanpergerakan rakyat demokratik dinegeri itu, terpaksa hidup dalampenjara kota sampai sekarang.

amd, amran

Thailand Menganiaya Aceh Menampung

ENJADI bagian dari etnis Ro-hingya, berarti menjadi wargatanpa negara. Junta Myanmartidak mengakui etnis Rohingya

sebagai satu dari 130 etnis minoritas dinegara itu. Padahal, etnis ini sudah ada diMyanmar sejak awal abad ke VII. Kondisi iniyang menyebabkan etnis Rohingya mengakulebih dekat dengan komunitas warga Bang-ladesh. Namun hidup di Bangladesh tidak

beda dengan Myanmar. Jeratan kemiskinanselalu membelenggu mereka.

Itu sebabnya pemuda Rohingya termasukyang kerap menjadi sasaran cukong tenagakerja. Mereka dibujuk untuk bekerja diMalaysia, Thailand dan Indonesia. Untuk bisamasuk ke negara baru itu, para agen me-mungut 30.000 taka (sekitar Rp 5 juta) ataulebih dari setiap orang. Banyak yang menjualharta mereka hanya untuk mendapatkanmodal keluar dari negerinya. Sesampai dinegeri tujuan, bukan kehidupan baru yangmereka rasakan. Justru mereka mendapatperlakuan tidak manusiawi.

Seperti ketika terdampar di pelabuhanRanong, Thailand, para pemuda Rohingya inimengalami siksaan yang amat pedih darimiliter Thailand.

“Belakang kami dicambuk hinggaberdarah-darah. Kami dituding hanyasampah yang ingin mengotori negeri mere-ka,” kata Rahmad, 36 tahun, satu-satunyaanggota pengungsi itu yang bisa berbahasaMelayu. Rahmad pernah bekerja dua tahun diMalayasia sebagai buruh ilegal sebelumtertangkap dan dipulangkan kembali kenegaranya tahun lalu. Tahun ini ia berencanamasuk lagi ke negeri itu secara ilegal.

Saat ini ada 66 orang lagi pengungsiRohingya yang berhatan di Thailand.Rahmad dan rekan-rekannya tidak tahu

bagaimana kondisi mereka sekarang. Iajuga tidak paham mengapa rekannya itutidak ikut dilepaskan saat angkatan lautThailand ‘membuang’ para pengungsi itukembali ke tengah lautan.

Ada kecurigaan 66 pemuda Rohingya ituakan dijadikan sebagai budak oleh pasukanThailand mengingat banyak sekali proyekpembanguan kamp militer yang terdapat diwilayah Ranong. Wilayah itu merupakansalah satu kamp perbatasan Thailand denganMalaysia, sekitar 400 km dari Genting Kra.

Namun sebelum praktik perbudakan ituberlangsung, awal Februari lalu, UNHCR,lembaga PBB yang mengurus masalahpengungsi telah mengutus komisionirkhusus, yaitu Hall Raymond untuk me-lakukan pembicaraan dengan Menteri LuarNegeri Thailand Kasit Piromya.

Kasit mengaku kalau 66 pengungsi Ro-hingya itu ditahan karena dituduh memasukiwilayah Thailand tanpa izin. Kepada HallRaymond, Thailand berjanji akan melepaskanpara pengungsi itu untuk diurus oleh UN-HCR.

Itu bedanya dengan pengungsi yang adadi Aceh. Campur tangan PBB tidak ada di sini.Sehingga pemerintah Indonesia yang se-penuhnya membuat keputusan soal nasibwarga pendatang tersebut.

amd, amran

MMenlu Thailand Kasit Piromya dan pejabat UHNCR Hall Raymond

dipaksa naik kembali ke kapal danditarik hingga ke laut lepas. Selan-jutnya kapal boat tanpa mesin itudibiarkan terombang ambing di lautSelat Malaka selama dua minggu.Kapal inilah yang kemudian ter-dampar di perairan Kuala Idi, AcehTimur, 3 Februari lalu. Saat ditarik kedarat, terdapat 198 orang pemuda yangada di dalam kapal tersebut.

Kondisi mereka sangat mem-prihatinkan. Lemah, pesakitan dan adayang dalam kondisi tidak sadarkan diri.Semuanya mengaku dalam kondisilapar. Sebanyak 45 orang terpaksa

Sejak 1978 ada sekitar 200ribu warga Rohingya yang

masuk ke wilayah Asia.Mereka keluar dari Myanmar

karena takut dengankebijakan perbudakan

penguasa militer. Walausangat beriko keluar dari

negeri itu, tapi mereka tidakpeduli. Mereka nekad

mencari negara baru hanyamengandalkan perahu kayu

kecil yang menggunakanmesin seadanya.

Page 8: tabloid sipil edisi 18

812 - 20 Februari 2009 NANGGROE

CMYK

CMYK

EBUAH mobil Escudo ber-nomor polisi BK 1652 GC,bergerak ke arah kota BandaAceh dari Krueng Raya. Mobildisupiri Zakaria (38 tahun), di

sampingnya duduk Muhammad Nur(48 tahun). Keduanya anggota Ko-mite Peralihan Aceh (KPA), wilayah

Teror Merenggut NyawaTeror di Aceh terhadap unsur KPA maupun PAmulai berubah arah. Tak lagi fasilitas fisikyang dijadikan sasaran, tapi mulai ke persondan muncullah korban. Polisi masih belummampu mengungkap pelaku.

S

Aceh Besar.Siang itu 4 Februari lalu, tiada

firasat apapun bagi Zakaria, bahkantiada perhatiannya saat sebuahsepeda motor merek honda me-ngikuti dari belakang. Sekitar tapalbatas Desa Cot Paya dan Lambada,Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar,motor yang ditumpangi dua orangitu memepet dari kiri.

Dan petaka itu terjadi, dor... dor...beberapa kali tembakan terdengar.Peluru mengarah ke mobil mereka.Keduanya terkena tembakan jarakdekat dari pistol orang tak dikenalyang duduk di belakang sepeda mo-

tor. “Kejadiannya begitu cepat, sayatak menyangka, kami terkena,” ujarZakaria.

Usai beraksi, pelaku melarikanmotornya ke arah jalan Desa CotPaya. M Nur terkena di dada danlengan kiri, Zakaria luka tembak dibagian perut, dada dan lengan kiri.Darah mengucur deras.

Zakaria masih sanggup me-ngendalikan mobilnya, langsungmenuju ke Rumah Sakit UmumZainoel Abidin yang berjarak sekitar6 kilometer dari lokasi. Di sanadiketahui rekannya telah tewasakibat tembakan tersebut. “Sayatidak mengenal pelaku penembakanitu,” ujarnya.

Tak sampai satu jam, kepolisianyang mengetahui kabar itu bergerakcepat. Mereka ke lokasi untuk pe-nyelidikan. Beberapa selongsongpeluru ditemukan. Jalan-jalan dila-kukan razia, guna mengejar pelaku.Saksi korban juga dimintai kete-rangan.

Saat itu, Wakil Kepala Kepo-lisian Kota Besar Banda Aceh, AKBPCahyo Budi mengatakan pihaknyabelum mengetahui bagaimana per-sisnya kejadian tersebut. “Kami barumendapat kesaksian dari korban,belum ada saksi mata masyarakat,”ujarnya.

Pihaknya juga belum menge-tahui motif di balik penembakantersebut. “Kami akan terus me-nyelidiki dan mengungkap kasustersebut.”

Kabar duka juga datang dariKabupaten Bireuen. Hitungan mun-

dur 12 jam, Selasa malam, DediNovandi (33 tahun) Sekretaris KPABireuen juga mati ditembak darijarak dekat. Korban yang merupakanwarga Kampung Baro, Kota Juangterkapar di dalam mobilnya, sedanBK 118 RW.

Insiden tersebut persis terjadi didepan rumahnya. Malam itu, Dedialias Abu karim menyetir sendirimobilnya pulang ke rumah. Saatpenembakan, warga sekitar tiadayang tahu, hanya mendengar suaratembakan.

Usai pelaku mengeksekusi kor-ban, warga keluar rumah mencaritahu. Abu Karim bersimbah darahdan dilarikan ke Rumah Sakit U-mum dr Fauziah yang hanya ber-jarak 500 meter. Nyawanya taktertolong, Abu Karim meninggalkanseorang istri dan dua orang anak,salah satunya anak angkatnya.

Polisi terus memburu pelaku.Kapolres Bireuen, AKPB TeukuSaladin saat pemakaman keesokanharinya, mengimbau warga janganterpancing. “Agar masyarakat janganterpancing, tetap sabar dan berdoaagar kami mampu memgungkappelaku tersebut,” ujarnya. Pemaka-man tokoh GAM itu dihadiri ratusantokoh, termasuk Gubernur AcehIrwandi Yusuf.

Dua kasus teror yang berakhirhilangnya nyawa itu membuat be-rang KPA. Juru Bicara Komite Pera-lihan Aceh (KPA) Pusat, IbrahimSyamsuddin angkat bicara. “KPAkembali berduka atas kehilangankader terbaiknya, yang selama inisangat berkomitmen untuk menjagaperdamaian di Aceh,” ujarnya.

Dia menilai penembakan ter-hadap anggota KPA dilakukan olehpihak-pihak yang tidak mengingin-kan Aceh damai dan aman. KPA be-lum bersedia menyebut pihak manayang dimaksud.

Menurutnya, rangkaian terorterhadap KPA tidak hanya dilakukanterhadap fasilitas fisik milik mereka,seperti penggranatan kantor danpembakaran kenderaan. ”Tetapisudah mulai mengarah kepada tokohdan anggota KPA di berbagai tem-pat,” ujarnya.

Ibrahim mengharapkan pihakkepolisian dapat menghentikanteror dan pembunuhan terhadaptokoh dan anggota KPA serta ma-syarakat. Juga mengungkap kasus-kasus kriminal lainnya yang seka-rang marak terjadi di Aceh. Pelakuperlu segera dipatahkan dan ditang-kap, agar mereka tidak semakinmerajalela.

Kalau kepolisian tidak mampumenangani situasi di Aceh, makasemua pihak yang pro-perdamaianharus meminta dan mendesak pihakinternational agar segera melakukanlangkah-langkah kongkrit di Acehguna untuk menyelamatkan per-damaian. Selain itu juga perlu agarpemilu 2009 tidak terganggu nan-tinya.

Sejauh ini, kata Ibrahim, pihak-nya tetap komitmen untuk tidak lagiterserat dalam konflik baru. KPAsangat percaya pada mekanismeperdamaian dan demokrasi. ”Kamimenyerukan kepada semua pihakuntuk tidak mengorganisir kelom-

AK JAELANI/ACEHIMAGE.COM

AK JAELANI/ACEHIMAGE.COM

Page 9: tabloid sipil edisi 18

9 12 - 20 Februari 2009 NANGGROE

CMYK

CMYK

Dinamika politik yang turun naikdi Aceh membuat perhatian dunia takhenti-hentinya tertuju ke daerah ini.Uni Eropa termasuk yang palingconcern memberikan perhatian untukAceh. Menjelang pemilu April men-datang pun, Uni Eropa sudah me-nyiapkan tim yang akan diturunkan keAceh.

“Tim yang diturunkan ke Acehsudah disipkan oleh Uni Eropa,” kataKepala Komisi Uni Eropa KantorAceh, John Penny. Begitu pemerintahIndonesia memberi lampu hijaukedatangan pemantau itu, merekalangsung datang ke Aceh. Tim ituterdiri dari perwakilan 14 negara UniEropa.

Menurut UU No 22 Tahun 2007tentang Penyelenggaraan Pemilu,kehadiran pemantau asing se-benarnya diperbolehkan datang keIndonesia. Masalahnya, pemantau itutidak boleh datang secara langsung,tapi harus melalui beberapa tahapan.Yang lebih penting lagi, UU tersebutmenuliskan, pemantau asing ituhanya bisa masuk ke negeri ini jikamendapat undangan resmi dariPemerintah Indonesia. Selagi tidakada undangan dari pemerintah,jangan harap bisa masuk.

pok masyarakat untuk kepentingansesaat dengan cara-cara membang-kitkan dendam masa lalu dan isuseparatisme di Aceh.”

KPA pantas cemas dengan kon-disi akhir-akhir ini. Mereka tercatatsebagai sasaran kekerasan akhir-akhir ini, mulai dari penggranatankantor dan rumah, teror dan anca-man telepon, pembakaran kendera-an sampai kepada penghilangannyawa.

Dari dari beberapa kasus ter-sebut, sampai berita ini diturunkan,belum satupun yang berhasil di-

bongkar pihak kepolisian. Terkait te-wasnya dua anggota KPA, KepalaHumas Kepolisian Daerah (Polda)Aceh, Komisaris Besar Farid Ahmad,mengatakan masih terus memburupelaku.

Menurut Farid, penyelidikanterhadap kedua kasus tersebut di-lakukan oleh Kepolisian Kota BesarBanda Aceh dan Kepolisian ResortBireuen. Pihaknya mengaku seriusdalam membongkar kasus pem-bunuhan terhadap mantan anggotaGerakan Aceh Merdeka (GAM).”Sejauh ini, belum ada perkem-

bangan yang berarti,” ujarnya pekanlalu.

Bagaimana dengan kasus peng-granatan kantor lainnya? FaridAhmad mengaku sulit mengungkapkasus-kasus kekerasan di Aceh.“Salah satu kendalanya adalahbelum turunnya laporan hasil pe-nyelidikan dari tim laboratoriumforensik Mabes Polri,” ujarnya.

Belum adanya laporan tersebutmembuat mereka kesulitan me-ngembangkan beberapa kasus peng-granatan di Aceh. Di antaranya adalahkasus penggranatan terhadap kantor

Komite Peralihan Aceh (KPA), rumahKetua Partai Aceh yang terjadi tahun2008 lalu dan Kantor Pusat Partai Acehserta penggranatan mobi KPA diHotel UKM, Peunayong, medioJanuari lalu.

“Ini susah, namanya juga OTK(orang tak dikenal). Perlu data dariforensik dulu untuk mengetahuimodel granat dan lain-lain,” kataFarid.

Kendala lainnya, kata Faridadalah minimnya partisipasi ma-syarakat dalam membantu kepo-lisian menjaga keamanan ling-kungannya. Masyarakat juga belumberani melapor kepada polisi jikaada orang-orang yang patut dicu-rigai. “Siskamling juga tidak ada lagidi Aceh, ini sangat menyulitkankami,” ujarnya.

Polda Aceh juga belum dapatmemastikan apakah kasus-kasuspenggranatan saling berkaitan satusama lain. “Kita masih perlu selidikilebih lanjut, tidak bisa pastikan kalaubelum ada bukti kongkrit,” ujar Farid.

Sementara itu, KoordinatorKomisi untuk Orang Hilang danKorban Tindak Kekerasan (KontraS)Aceh, Hendra Fadil mengatakansejauh ini belum dapat memetakanpihak mana yang melakukan terortersebut di Aceh. “Kami kesulitanmelihat pihak mana. Ini juga adayang aneh, seperti beberapa terormalah terjadi di pusat kota, dekatdengan kantor-kantor pihak ke-amanan,” ujarnya.

Dia menilai, insiden tersebutjuga disebabkan oleh lemahnyaperan kepolisian dalam mengung-kap kasus-kasus kekerasan yangselama ini terjadi di Aceh. Baikpelaku, pola maupun motif tindakankekerasan ini.

Dalam hal ini, kata Hendra,kepolisian terkesan melakukan pem-biaran. KontraS mendesak polisi untukbekerja lebih keras mengungkappelaku kekerasan di Aceh. Pihaknyameminta Kepala Kepolisian RepublikIndonesia (Kapolri) untuk segera me-ningkatkan performance personelnya diAceh. “Kepolisian harusnya menjadigarda terdepan penegakan hukum,”kata Hendra.

KontraS Aceh juga mengimbauPemerintah Aceh, partai lokal dannasional dan segenap masyarakatAceh untuk bahu membahu menjagakeamanan dan perdamaian di Aceh.Tentunya perlu sebuah pembahasanbersama meminimalisir kemelutyang terjadi akhir-akhir ini.

Gubernur Aceh harusnya segeramelakukan respon cepat terhadapsemakin buruknya kondisi keamanandi Aceh. KontraS merujuk pada Un-dang Undang Nomor 11 Tahun 2006tentang Pemerintahan Aceh. Pasal 204(3) dan (4) disebutkan bahwa dalamkeadaan damai, maka pemerintahdaerah memegang kendali keamananteritorinya. “Jadi ini perlu dipikirkanbersama,” ujar Hendra.

Pihaknya khawatir, jika kondisitersebut tak bisa ditangani, makaproses pemilu 2009 akan terganggudengan persoalan keamanan, baikteror maupun tindakan kriminallainnya.

Adi W

Pemantau Kok tak Datang Juga?Undangan ini yang sejak lama

ditunggu-tunggu Uni Eropa. Konsepundangan sudah disusun. Beberapapejabat Uni Eropa di Jakarta sudahmelakukan lobi terhadap De-partemen Luar Negeri agar un-dangan itu segera ditandatangani.Namun sampai sekarang belumsetitikpun ada dibubui tandatanganresmi Menteri Luar Negeri Indone-sia. Padahal, pelaksanaan Pemilutidak sampai dua bulan lagi. Se-belumnya Uni Eropa berharapsudah bisa masuk ke Aceh sejakawal tahun ini.

Karena terus ditunda-tundaitulah, pejabat Uni Eropa mulaipasrah. “Tampaknya PemerintahIndonesia tidak mau mengundangpemantau asing untuk Pemilumendatang,” kata John Penny, dalamkonfrensi pers di Kantor Uni EropaBanda Aceh beberapa waktu lalu.Keputusan pemerintah Indonesia itumemang belum final, namun dapatdipastikan pemerintah tidak akanmengundang pemantau asing.

Kehadiran pemantau asing diAceh bukan hanya kehendak duniainternasional. Pemerintah Aceh punsejak awal telah melakukan Pe-merintah pusat untuk mengundang

pemantau asing ke daerah ini.“Pemilu di Aceh masih rawan.Kehadiran pemantau internasionalmasih diperlukan di daerah ini,” kataGubernur Irwandi Yusuf.

Banyaknya kasus teror danintimidasi yang terjadi belakangan initermasuk yang mendorong pemerintahAceh terhadap kedatangan pemantauasing itu. Lebih-lebih pengurusKomiter Peralihan Aceh (KPA) danPartai Aceh. Sejak dulu mereka sudahmengampanyekan agar pemantauasing diberi keleluasaan masuk Aceh.

“Jika pemantau asing tidak masukke Aceh, kami khawatir akan banyakteror dan korban yang jatuh lagi.Semakin dekat pemilu semakinbanyak kekerasan yang terjadi,” kataMuzakir Manaf, ketua KPA sekaligusKetua Umum Partai Aceh.

Tapi harapan itu tampaknyamasih jauh dari kenyataan. Sampaisekarang Departemen Luar Negeritak mau sekalipun berkomentar soalkehadiran pemantau asing di Aceh.Kalaupun ada pemantau yangberoperasi di Aceh, paling hanyapemantau lokal. Ya, kuku merekatentu saja tidak setajam pemantauasing.

fazry

Page 10: tabloid sipil edisi 18

1012 - 20 Februari 2009 NANGGROE

AATNYA perempuan berjayalagi di Aceh’. Pernyataan inilahyang tercetus dalam pelatihandengan topik Media dan calonanggota legislatif perempuan

yang berlangsung di Banda Acehawal Februari lalu. Pelatihan yangdidukung International RepublicanInstitute (IRI) itu diikuti sekitar 70caleg perempuan dari semua partaiyang ada di Aceh. Mereka berdiskusibagaimana mendekati media dalamkegiatan kampanye maupun akti-vitas lainnya.

“Perempuan tidak memilikidana kampanye seperti halnya paracaleg laki-laki. Tapi kami tidak mauketinggalan dengan kaum laki-laki,”kata Ismi, salah seorang caleg daripartai lokal yang hadir dalam pela-tihan itu.

Dari pengakuan mereka, te-rungkap kalau kehadiran calegperempuan di Aceh ada yang diang-gap hanya sebagai aksesoris. Se-kedar memenuhi kuota 30 persenyang ditetapkan KPU. Itu sebabnya,banyak dari caleg perempuan ituyang ditempatkan di nomor sepatu

SaatnyaPerempuanBicaraKPU akan membuat kebijakan afirmatif untukketerwakilan caleg perempuan. Setiap tigakursi yang dimiliki satu partai, minimal satukursi harus diberikan pada satu calegperempuan. Nantinya DPRA akan berpeluangdiisi oleh 23 caleg perempuan.

alias nomor tidak jadi.Tapi semuanya berubah setelah

Mahkamah Konstitusi (MK) mem-buat keputusan mengejutkan. Perte-ngahan Januari lalu MK memba-talkan pasal 214 UU 10 tahun 2008mengenai penetapan caleg ber-dasarkan bilangan pembagi dannomor urut. Selanjutnya MK me-mutuskan, penetapan caleg terpilihharus berdasarkan suara terbanyak.

Boleh jadi putusan MK itu mem-buat perempuan tidak diuntungkan.Faktor popularitas caleg menjadiacuan. Popularitas dianggap sejalandengan kemampuan dana kampanyeatau promosi. Secara umum, caleglaki-laki yang lebih berpeluangsebab mereka punya dana lebihbesar untuk berkampanye. Peluangcaleg perempuan menjadi mengecil.

Protes pun mencuat ke kantorKomisi Pemilihan Umum. Ber-dasarkan UU No 10 Tahun 2008 adaaturan yang mengharuskan 30 persenkursi di parlemen – mulai dari DPRRI, DPR provinsi maupun DPRK –diberikan kepada caleg perempuan.Namun keputusan MK soal suara

terbanyak bisa jadi akan memupussemua harapan itu. Suara terbanyakberpeluang membuat caleg pe-rempuan tersingkir dari persaingan.

KPU rupanya menyadari ke-gelisahan ini. Maka dibuatkan ke-putusan yang mengatur kursi pe-rempuan di sebuah partai politik. Da-lam waktu dekat KPU akan mem-buat kebijakan, di mana setiap tigakursi yang diperoleh satu partaipolitik, satu kursi di antaranya harusdiberikan kepada caleg perempuan.Kebijakan ini disebut afirmatif action.

Sebagai gambaran, di DPRAakan ada 69 kursi yang diperebutkan44 partai politik dalam Pemilu Aprilmendatang. Saat ini hanya empatkursi yang dimiliki wakil dariperempuan. Dengan berlakunyaputusan KPU ini, dari 69 kursitersebut, perempuan berpeluangmengisi 23 kursi. ‘’Ini berarti peluangperempuan untuk merebut kursi diparlemen lebih terbuka,” kata ArbieSanit, pengamat politik dari Univer-sitas Indonesia.

KPU tampaknya tidak akan lagibergeser dari kebijakan ini. KetuaKPU Abdul Hafiz Anshary mengakusudah melakukan diskusi denganMahkamah Konstutusi. ‘’Semua kitasudah bahas bersama. Tidak adamasalah hukum yang dilanggarKPU. Putusan segera kita buat,” kataHafiz.

Kebijakan afirmatif action tidakmengalir dengan mulus. Dalamberbagai rapat di KPU, munculperdebatan yang sangat ketat. ‘’Se-tiap rapat berlangsung alot. Banyakyang menentang kebijakan ini,” kataanggota KPU Andi Nurpati. TapiKPU tampaknya sudah berbulattekad. Afirmatif action akan dija-lankan karena menyangkut keter-wakilan perempuan di parlemen.

Salah satu yang diatur dalamkebijakan ini adalah, apabila dalamsuatu daerah pemilihan terdapatcaleg yang memperoleh jumlahsuara sama, caleg terpilih ditetapkanberdasarkan sebaran perolehansuara yang paling luas. Jika dalam

satu daerah pemilihan, parpol mem-peroleh kursi di parlemen namuntidak ada pemilih yang memilihcaleg, maka penentuan caleg yangakan menduduki kursi di parlemendiserahkan pada partai.

Para caleg perempuan di Acehmenyambut baik keputusan ini.Gairah mereka untuk bersaing de-ngan caleg laki-laki semakin meng-gebu-gebu. “Saatnya perempuanAceh tampil ke depan,” kata Nova,caleg perempuan dari partai Per-satuan pembangunan (PPP) untukDPRK Banda Aceh. Perempuan yangtadinya terkesan sebagai aksesorisbelaka, kini justru memiliki peluangyang sama dengan laki-laki.

“Kita harus merebut kursi par-lemen sebanyak-banyaknya untukperempuan agar suara perempuanselalu didengar,” tambahnya. Untukmencapai harapan tersebut, tentusaja persiapan kampanye dan pro-mosi di media massa maupun pro-mosi outdoor, harus direncanakansecara matang. Itu sebabnya merekasangat antusias hadir dalam pela-tihan soal pemanfaatan media se-bagai alat promosi (personal brand-ing).

Beberapa caleg perempuan itumengaku akan melakukan promosidari door to door untuk menggugahmasyarakat agar memilihnya. “Sayatidak punya biaya yang besar untukiklan di media massa. Yang bisa sayalakukan cuma mendatangi pen-duduk dari rumah ke rumah,” kataLela, salah satu kandidat dari partailokal.

Tadinya Lela tidak terlalu an-tusias menghadapi kampanye men-datang. Tapi karena MK memu-tuskan berdasarkan suara terbanyak,semangatnya jadi bangit. Putusan ituberarti tidak lagi mempertimbang-kan nomor urut. Semua kandidat –di nomor urut berapapun dia berada– tetap punya peluang untuk dudukdi parlemen.

Salah satu strategi yang dila-kukan para caleg perempuan Acehadalah bagaimana untuk meng-

‘S

RAHMAD SANJAYA

Page 11: tabloid sipil edisi 18

11 12 - 20 Februari 2009 NANGGROE

kampanyekan nama mereka, bukanlagi foto. Sebab dalam kertas suarayang akan dicoblos nanti, tidak adaterpampang foto kandidat. Yang adahanya nama dan lambang partai.Hanya kertas suara Dewan Per-wakilan Daerah (DPD) yang punyafoto kandidat.

Persaingan ketat merebut kursiparlemen tidak lagi terjadi antarpartai. Caleg sesama partai punsudah saling jegal. Persaingan inijuga terlihat pada pemasanganspanduk di berbagai sudut kota.Nyaris tidak ada lagi caleg yangmempromosikan partai mereka.Yang mereka pikirkan justru merekasendiri.

Bahkan di Kota Banda Aceh,sangat sulit mencapai tempat yangbebas dari spanduk atau pampletcaleg. Banyak parpol dan calegmemasang spanduk, bendera, mau-pun umbul-umbul hanya memen-

tingkan keuntungan sepihak tanpamempertimbangkan kaidah kein-dahan.

Berdasarkan pengamatan SI-PIL, berbagai trik dilakukan parasimpatisan ataupun caleg untukmenyikut pesaingnya, mulai dariperusakan alat peraga calon, mela-rang calon memasang alat peraga,hingga melaporkan kesalahancalon lain. Ketua Panitia Pe-ngawas Pemilu Provinsi AcehNyak Arief Fadillah mengakui,sudah ada beberapa laporan pe-langgaran pemilu di Aceh terkaitperusakan alat peraga.

Biasanya perusakan dilakukansimpatisan caleg, baik dari satu partaimaupun lain partai. Ia mengaku,Panwaslu Aceh sudah berkoordinasidengan kepolisian dan kejaksaandalam Sentra Penegakan HukumTerpadu (Sentra Gakkumdu). Inimerupakan tindak lanjut nota kese-

pahaman antara Badan PengawasPemilu, Kepolisian Negara RI, danKejaksaan Agung.

Apabila pelanggaran masih ter-masuk pidana pemilu, Sentra Gak-kumdu akan menangani dan segeramelimpahkan kepada kepolisian.Jika pelanggaran sudah masuk ranahkriminal biasa, polisi berwenangmenangani secara langsung.

Menentang KPUKeputusan KPU memberi slot

yang lebih besar kepada perempuansebenarnya tidak berjalan mulus.Sejumlah politisi dan partai me-nentang kebijakan ini. Anggota priaumumnya menolak usulan itu. Seba-liknya, anggota perempuan men-dukung rencana itu.

Anggota Komisi II dari FraksiPartai Golkar (F-PG), Ferry Mur-syidan Baldan, termasu yang me-nolak keputusan KPU ini. Aturan itudinilai tidak adil. ‘’Jika ingin menga-

komodasi perempuan dalam lem-baga legislatif, seharusnya dila-kukan dari awal dengan menentukanporsi perempuan dalam kursi lem-baga legislatif,” katanya.

Dari kalangan partai, PartaiKebangkitan Nasional Ulama (PK-NU) termasuk yang keras meno-lak rencana tersebut. Mereka me-nuding kalau KPU tidak ber-wenang mengatur masalah ini.“Itu bukan domain KPU. Itu kewe-nangan parpol. Toh parpol telahmemberi ruang yang cukup bagiperempuan,” kata Khairul Aman,Ketua PKNU. Alasan lain, pemilumerupakan sarana bagi rakyatuntuk memilih wakilnya secaralangsung dan itu diakomodasiMahkamah Konstitusi melaluiputusannya soal mekanisme suaraterbanyak untuk penetapan ang-gota DPR/DPRD.

Amd,ifdhal

Putusan Mahkamah Konstitusi(MK) yang membatalkan Pasal 214Undang-Undang Nomor 10 Tahun2008 tentang Pemilu anggota DPR,DPD dan DPRD membuat calonanggota legislatif (caleg) nomorurut jadi merasa kelabakan.Seorang Caleg untuk DPR Acehmengaku kecewa dengan putusantersebut, sebab selama ini ia lebihbanyak berkiprah di partai.Sementara putusan MK tersebutmemaksa setiap kandidat harusturun ke bawah untuk meng-himpun dukungan darimasyarakat.

Padahal sebelum ia sudahbersiap-siap untuk duduk diparlemen. Ia tidak pernah terpikirbagaimana rumitnya berkampanyedalam pemilu nanti, sebab banyakmenduga partainya akan meraihkursi cukup besar. “Lagi pula sayaini kan sudah belasan tahunmembesarkan partai. Wajar jikasaya ditempatkan di nomor jadi,”katanya.

Tapi kini MK telah mem-buyarkan semua impiannya itu.Keputusan suara terbanyak yangduduk di parlemen membuatnyaharus merancang dari awalsistem kampanye yang me-nyentuh langsung para pemilih.

MK memutuskan calonanggota legislatif (caleg) terpilihdalam Pemilu 2009 tidak bolehlagi menggunakan standar gandamemakai nomor urut danperolehan suara masing-masingcaleg seperti yang tertuangdalam Pasal 214 huruf a, b, c, d,dan e UU Nomor 10/2008, tetapididasarkan pada suara terbanyak.

Pasal 214 menyebutkan,calon terpilih adalah calon yangmendapatkan suara di atas 30persen bilangan pembagipemilih (BPP) atau menempatinomor urut kecil jika tidakmemperoleh 30 persen BPP ataumenempati nomor urut kecil jika

Menunggu Orang Gila BaruMenunggu Orang Gila BaruMenunggu Orang Gila BaruMenunggu Orang Gila BaruMenunggu Orang Gila Barumemperoleh BPP.

Dengan kondisi ini, calegyang akan menduduki parlemennantinya akan sulit untukditebak. Besar kemungkinancaleg yang terpilih adalahwajah-wajah baru.Mereka merupakanpolitisi lokal,ulama lokal,ataupun pemimpinmasyarakat lokal.Tokoh elite partaiataupun politisiDPR yang selamaini banyakberkiprah dipartai,diperkirakan akantersingkir.”Kemungkinantokoh-tokohpengurus partaiakan tergusur dariDPR karenamereka umumnyatidak mengakar,”kata SyamsuddinHaris pengamatpolitik dari LIPI.

Yang lebihironi lagi,diperkirakan bakalbanyak orang yangfrustasi dengansistem baru ini.Menurut ArbieSanit, pengamatpolitik UI, janganheran jika nantinyaakan banyak yanggila akibat terlalumenghamburkandananya untukkampaye, tapitidak terpilih.

“ Sistem suaraterbanyak dalamPemilu 2009 akansemakin membuatcaleg yang gagal

menjadi gila dan nekat bunuhdiri,” katanya.

Menurut Arbi, data oranggila akibat gagal nyaleg padaPemilu 2004 saja sudah sangatbanyak. Apalagi dengan sistem

kompetisi penuh yang mem-butuhkan biaya dan energi yangtak sedikit, angka orang gila danbunuh diri diperkirakan akannaik tajam.

Amd

Page 12: tabloid sipil edisi 18

PRO KONTRA

CMYK

CMYK

12Edisi 14 •Tahun I • 1 - 15 Desember 2008

Dari Rp9,7 tr i l iun dana APBA 2009 yang disahkan DPRA baru-baru in i , ada tersel ip dana Rp45 mi l iar yang disalurkan keberbagai lembaga dan yayasan swasta. Yang menjadi persoalan, lembaga yang mendapat dana i tu terkai t erat dengankekuasaan. Ada yang dekat dengan partai , ada yang mi l ik keluarga gubernur dan waki l gubernur. Untuk mengulas polemik in i ,ber ikut dua pandangan berbeda mengenai kontroversi i tu.

Itu Bukan Dana IlegalOleh : Irwansyah

ADA dasarnya, alokasiAnggaran PendapatanBelanja Aceh (APBA)tahuh 2009 yangdianggarkan untuk

yayasan, Ormas-ormas danLembaga lainnya, bukan sepertiyang dituding dalam pemberitaanmedia selama ini. Peruntukkandana itu malah lebih besar yaitusebanyak Rp280 miliar, bukanRp45 miliar. Dan jumlah lembagapenerimanya melebihi 225lembaga. Dana itu juga tersebar diBiro Keistimewaaan Aceh, DinasPemuda dan Olah Raga(Dispora), DinasPendidikan danKesbang Linmas.

Karena itu, di-perlukan adanyatransparansi dalammempublikasikanpemakaian dana itu.Jangan cuma dana Rp45miliar itu, menjadisorotan.

Pemberitaan mediaselama ini sangat lahtidak fair. Media hanyamempermasalahkandana Rp45 miliar,sementara sisanya yanghampir Rp300 miliar itutak pernah ada pihakyang mempermasalah-kannya. Padahal,banyak lembaga yangmenikmati uang rakyattersebut, namun kenapahanya Rp45 miliar yangdipermasalahkan.

Hal yang menjadipertanyaan besar menurut kamiadalah kenapa ini mestidiperdebatkan padahal uang itujelas-jelas mereka peruntukkanuntuk rakyat, melalui yayasan danlembaga milik masyarakat.Pengalokasiannya juga sangatjelas, pemberiannya jelas dandisetujui oleh Gubernur Aceh,Irwandi yusuf. Dana yang merekaterima itu bukanlah uang ilegaldan resmi pemanfaatannya.

Bukankah setiap sen uangAPBA yang dikucurkan, makapihak penerima akan dimintakanpertanggung jawaban nantinya?Bukan untuk dihabiskan olehpengurusnya. Jadi kecilkemungkinan akan terjadipenggelapan uang tersebut,bahkan gajinya pengawasnyapaling banyak Rp1 juta perbulan.

Begitu juga dalam mengalo-kasikan dana, dewan tetap

menggunakan prosedur yang adatanpa memilih dan memilahdaerah-daerah penerima bantuantersebut. Seluruh daerah mendapathak yang sama dalam anggarantersebut sesuai dengan ketentuanyang berlaku. Pemberian ang-garan untuk lembaga dan yayasantiap tahunnya selalu mendapatkanporsi dalam APBA yang diuslkanoleh eksekutif, namun tak adapihak yang mengobok-obokkepermukaaan akan alokasi uangrakyat tersebut.

Tapi, ketika anggota dewan

terhomat mengalokasikan danauntuk organisasi masyarakat yangmemang layak dibantu, malahmenjadi pro dan kontra akanpengalokasian dana tersebut.kanapa giliran kami yang usulkantidak boleh.

Kita seharusnya memiliki hakyang sama selaku wakil rakyatyang telah diamanahkan padaPemilu 2004 lalu, untuk mensejah-terakan rakyat. Namun kenapa halini berbalik arah. Seakan-akanalokasi tersebut menjadi ajangkampanye oleh anggota dewan.Kami tak ingin mencari po-pularitas disini, selama kami disini maka apa yang bisa kamilakukan untuk rakyat, maka ituyang akan kami lakukan.

Pemberian dana langsungkepada yayasan tersebut me-rupakan salah satu upaya untukmenghindari pemotongan-

pemotongan. Di mana bilapenyaluran diberikan melalulidinas, diyakini jumlah yangditerima tak sesuai denganbantuan tersebut. Makanya lebihbaik, kita salurkan langsung biarmereka kelola sendiri.

Untuk itu perlu adanyatransparansi dalammengumumkan lembaga-lembagapenerima amparahan uang rakyat.Bukan saja Rp45 miliarsebagaimana yang ditudingsebagai kaki tangan partai. Publikbisa menilai mana yang kaki

tangan partai dan mana yangbukan. Apakah hal tersebutmemang adanya, atau hanyasebagai trik untuk dipilih kembalipada Pemilu 2009 ini yang telah didepan mata. Itu semua takmenutup kemungkinan.

Dan kami ingin menjelaskan,tudingan-tudingan yang menga-takan sebagain besar lembagapenerimaan dana APBA itu adalahlembaga bentukan PKS adalahsalah besar. Memang ada anggota-anggota PKS yang aktif di lem-baga-lembaga tersebut. Dan adajuga alumni-alumni dari sebagianlembaga itu, seperti KAMMI yangkemudian mereka menjadipengurus partai.

Lagi pula, bukan hanyalembaga-lembaga yang adahubungannya dengan PKS sajayang menerima sejumlah danadari pemerintah. Lembaga seperti

Yayasan Sambinoe yang dikelolaoleh Istri Gubernur Aceh,kemudian ada Yayasan Konirymilik Wakil Gubernur Aceh,demikian juga dengan lembagapendidikan lain, seperti Yapena,bahkan Komite Peralihan Aceh(KPA) juga mendapat dana.Organisasi kepemudaan dankeagamaan juga banyak yangmendapat dana bantuan dariAPBA.

Bagi saya usalan anggaran itudapat membantu masyarakat diseluruh Aceh. Dana itu pun bukan

untuk disalah gunakanuntuk kepentinganpribadi atau ke-pentingan kampanye2009 ini. Untukmengantispasi akanadanya indikasi sebagaikaki tangan partai dandimanfaatkan sebagisuasana kampanye,saya menganjurkandana itu dicairkansetalah berlangsungnyaPemilu 9 April nanti.

Tidak ada kaitandana itu denganpemilu, karenamemang lembagayang menerima danaitu hanya bekerjauntuk masyarakat.Kalaupun ada yangmemiliki hubungandekat dengan partai,itu sifatnya personalkepengurusannya saja.Jadi, jangan adaanggapan dana itu

mengucur karena ada lobi darianggota DPR Aceh. Justrupertanyaan kami, apakah salahjika ada aktivis partai yangberbuat demi kemanusiaanmelalui yayasan yang merekabentuk? Apakah salah jikalembaga kemanusiaan ke-mudian mendapat dana daripemerintah?

Saya sendiri heran, seolah-olah ada persepsi bahwa lem-baga yang mendapat dana dariluar negeri lebih bergengsiketimbang lembaga yangmendapat dana dari anggarandaerah. Padahal kan masyarakatbisa melihat dengan jelas, siapasaja yang berbuat nyata dilapangan. Toh nantinya pe-nyaluran dana Rp45 miliar itutidaklah sembarangan. Rakyatpun bisa memantaunya.

Ketua Fraksi PKSdi DPR Aceh

P

Page 13: tabloid sipil edisi 18

PRO KONTRA

CMYK

CMYK

13Edisi 14 •Tahun I • 1 - 15 Desember 2008

Oleh: Hendra Budian

Ini Bentuk Money Laundering

DIAWAL tahun 2009,rakyat Aceh disuguhiberita tidak me-ngenakkan. DewanPerwakilan Rakyat

Aceh (DPRA) mengalokasikandana sekitar Rp45 Miliyar untuklembaga, yayasan, organisasiyang belum semua jelas sepakterjangnya. Menurut temuanGeRAK Aceh (salah satu lembagaanti korupsi di Aceh), danatersebut di-plot melalui danaAspirasi Dewan yang dipe-runtukkan bagi 225 lembaga,yayasan, organisasidi Aceh.

Sebagaimanakita ketahui, DPRAmerupakan lembagaperpanjangantangan rakyat Acehuntuk mengawasikinerja eksekutifyang juga dipilhlangsung olehrakyat Aceh. Dalamtugas dan we-wenangnya, DPRAsebagai legislativetidak hanya ber-peran mengawasieksekutif, tapi jugadiberi ruangmengatur budget(anggaran) . Ang-gota dewan melaluiKelompok KerjaPanitia Anggaran(Pokja Panggar)berwenang me-ngutak-atik danaAnggaran Pen-dapatan dan BelanjaAceh (APBA).

Sementara yang duduk dikursi DPRA merupakan per-wakilan dari partai politik, dantentunya juga langkah yangdiambil dalam mengeluarkansebuah kebijakan, sarat dengannuansa politis; berimplikasiterhadap partai pengusung. Disinilah setiap anggota dewanharus bisa bersikap profes-sional. Ketika sudah duduksebagai anggota DPRA, tugasdan wewenangnya haruslahmendahulukan kepentinganrakyat, bukan untuk partai.

DPRA seharusnya lebihmementingkan kebutuhan yangbenar-benar mendesak. Kebu-tuhan itu misalnya, trackingterhadap mutu pelayanankesehatan di Aceh. Ini sangatberalasan, seperti yang kita bacadi berbagai media massa, dimana masih banyaknya kasusmasyarakat pengguna layanankartu Jaminan KesehatanMasyarakat (Jamkesmas) haruskehilangan nyawanya karena

tidak mendapat pertolonganmedis. Atau kesulitan pasienpengguna Jamkesmas dalammelakukan pengurusan di rumahSakit.

DPRA juga tidak bolehmenutup mata terhadap mutupendidikan di Aceh. Berapa unitrumah sekolah yang belumlengkap fasilitas belajar mengajar?Semisal guru, Laboratorium,Pustaka, fasilitas dan tenagapendukung lain. Harus diingat,pendidikan Aceh berada diperingkat paling bawah? Se-

harunsya hal-hal seperti itulahyang patut menjadi perhatianutama.

Baru-baru ini, ratusan korbankonflik tsunami datang ke BandaAceh untuk menuntut hakpembangunan rumah, sebabkorban konflik belum semuanyamendapat rumah. Kenapa DPRAtidak memikirkan hal ini? Kenapamalah lebih memikirkan pem-berdayaan ratusan organisasiyang tak jelas keberadaannya.Sebagai perwakilan rakyat, DPRAseharusnya lebih membangundaya tanggap dan sensitifitassosial yang tinggi. Karena merekadigaji dari uang rakyat, danbekerja untuk rakyat, bukan untukpartai.

Misi terselubungBerat dugaan, pengalokasian

uang rakyat kepada 225 lembagatersebut sarat dengan kepentinganpolitik 2009. Pemilu tinggalhitung hari. Masing-masing partaipolitik mengeluarkan strategi.Namun, sangat tidak baik ketikauang rakyat ini diarahkan untuk

kepentingan partai politik.Menguat indikasi tersebut

disebabkan ada beberapalembaga yang mendapat bantuanmempunyai hubungan dekatdengan satu, dua partai politik.Bukan hanya itu, pembagianbantuan tersebut juga berdekatandengan waktu pemilu. Kalaumemang ini tidak dimaksudkanuntuk pemilu, kenapa barusekarang ini muncul?

Beberapa lembaga yangdirekomendasikan oleh dewanhampir seluruhnya memiliki

hubungan dengan beberapapartai politik maupunpolitisinya. Memang hal ini sulitdibuktikan secara yuridis ataulegal formil, karena memang itumerupakan ruang bagi untukmelakukan upaya moneylaundryng! Mana mungkinperampok melakukan aksi tanpamenggunakan sebo (penutupwajah)? Mustahil kan?

Bahkan, kita perlu mem-pertanyakan terhadap hak danlegalitas lembaga dalam men-dapat bantuan. Ada lembagayang tidak pernah kita dengarsebelumnya, atau hanyaberkantor dalam tas. Ada jugalembaga yang mendapat bantuandari mulai level provinsi sampaikabupaten. KAMMI misalnya,lembaga ini mendapat kucurandana sampai ke kabupaten,IKADI, juga begitu.

Kalau DPRA mau fair,seharusnya mereka melakukantracking terlebih dahuluterhadap lembaga-lembagatersebut. Kalau lembaga dakwah,

kenapa hanya lembaga “A” yangmendapat bantuan? Apa kele-bihan lembaga tersebut? Lem-baga siswa, mahasiswa jugaharus seperti itu, kenapa hanyalembaga “B” yang dapat. Se-harusnya DPRA lebih pekaterhadap hal itu, agar publiktidak mengasumsikan hal lain.

Rakyat pun sudah mem-pertanyakan soal pengalokasianuang rakyat tersebut. Tapi DPRAnampaknya belum juga mengu-bah sikap. Sebagai elemen sipil,perlu saya tegaskan, agar DPRA

berfikir lebih jernihdan bijaksana lagi.Mereka seharusnyamendengar aspirasidari arus bawah,bukan me-ngabaikan.Sehingga citramereka secarapersonal danlembaga BPRA tidakburuk dimata rakyatAceh. Sebaiknya,DPRA harusmementingkan hal-hal tersebut

Jika pun DPRAtidak bisa mem-bahas ulang untukmemangkas danmerumuskankembali danaaspirasi yangselanjutnya beradadibawah BiroKeistimewaanSetda Aceh itu,maka menurutsaya, anggaran

tersebut harus dicairkan setelahpemilu berlangsung, sehinggaanimo yang berkembangterhadap penggunaan anggarantersebut untuk kampanyepolitik secara tidak langsungdapat dikurangi. BiroKeistimewaan juga harusmelakukan ferivikasi ulangterhadap lembaga-lembagatersebut. Agar uang yangbersumber dari APBA yangnotabenenya uang rakyat Acehdapat dipertanggung jawabkandunia dan akhirat.

Maka sekali lagi, sebaiknyaagar dana yang sudah diang-garkan dapat dikucurkan paskapemilu. Tujuanya, agar rakyatdapat menguji ketulusananggota dewan dalammerumuskan dana aspirasitersebut. Sehingga klaim ataukecurigaan bahwa dana tersebutdigunakan sebagai alatkampanye calon anggpotalegislatif dapat diminimalisir.

Ketua Aceh Judicial Monitor-ing Institute (AJMI)

Page 14: tabloid sipil edisi 18

1412 - 20 Februari 2009 NASIONAL

ELAMA minggu pertama Feb-ruari ini, penonton televisi diIndonesia kerap disuguhkanberita memiriskan tentang aksidemo anarkis di DPRD Su-

matera Utara. Sekelompok ma-hasiswa dan pemuda yang mengakuwarga Tapanuli masuk menerobosruang sidang dan merusak seluruhperalatan yang ada di ruangan itu.Para anggota DPRD Sumut yangtengah melakukan rapat, tak mampuberbuat apa-apa. Mereka justruterancam aksi massa yang beringas.Beberapa di antaranya terpaksa larike luar ruangan menyelamatkandiri.

Massa semakin tidak terkendalikarena nyaris tidak ada polisi yangmenghambat aksi tersebut. Pen-demo tampak begitu bebas mela-kukan apa saja di ruangan itu. Merekaberteriak-teriak mengecam seluruhanggota DPRD Sumut. ‘’Kalian harusdukung pembentukan ProvinsiTapanuli. Kalau tidak, nyawa kalianterancam!” teriak mereka.

Hanya ada beberapa orangwakil rakyat di DPRD itu yang tetap

Tak Mekar Lalu MembunuhMisi pembentukan Provinsi Tapanuli terkaitKristenisasi. Mereka ingin menjadikan ProvinsiTapanuli pusat penyebaran kristen di Sumatera.Kristenisasi di Aceh menjadi target selanjutnya.Karena dihambat, akhirnya Ketua DPRD Sumutyang jadi korban.

tenang menyikapi aksi brutal ter-sebut. Salah satunya H Abdul AzizAngkat, ketua DPRD Sumut yangjuga Sekretaris DPD Golkar SumateraUtara.

Semula Aziz ingin bersikapjantan berhadapan langsung denganperwakilan pengunjukrasa. “Marikita bicarakan dengan hati yangtenang,” katanya kepada kerumu-nan massa. Ironisnya, sikap bijakyang ditunjukkan Aziz justru ditang-gapi dengan negatif oleh massa.Mereka menuding Aziz termasukyang berperan menghalang-halangipembentukan Provinsi Tapanuli.

“Siapapun yang menghalangipembentukan Provinsi Tapanuli, kitahantam saja!” teriak massa. Suasanasemakin tidak terkendali ketika Azizmencoba keluar ruangan. Ia ber-maksud ingin bertemu denganmassa di luar saja, mengingat situasidi dalam ruangan sudah sangatkisruh.

Saat melangkah ke luar itulah,massa semakin beringas terhadapdirinya. Tidak hanya caci maki yangmereka lontarkan kepada Aziz, tapijuga pukulan. Beberapa pengun-jukrasa menjotos wajah dan bagiantubuh Aziz, sehingga ayah tiga anakitu merasa kesakitan. Tak seorangpun polisi terlihat mengawalnya.

Dalam situasi yang panas itulah,Aziz yang terus berjalan ke luarruangan, tiba-tiba terjatuh. Wajahnyapucat pasi. Beberapa rekannya lang-sung mencoba menolong dan mem-

bawa Aziz ke Rumah Sakit Gle-neagle. Hanya tiga jam di rumahsakit itu, nyawa mantan pengurusHimpunan Mahasiswa Islam (HMI)Sumatera Utara ini tidak tertolonglagi. Ia menghembuskan nafas sorehari pada 3 Fabruari lalu.

Dokter mengatakan Aziz me-ninggal dunia akibat seragan jan-tung. Tidak bisa ditampik, pukulandan aksi demo anarkis itu adalahpenyebabnya.

Aziz Angkat baru dua bulanmenjabat sebagai Ketua DPRD Su-mut menggantikan Abdul WahabDalimunthe, yang di-recall Golkarkarena pindah ke Partai Demokrat.Selama hidupnya Aziz dikenal seba-gai politisi santun dan tokoh yangmudah bergaul. Tidak heran keper-giannya mengejutkan banyak pihak.

Belakangan situasinya mem-balik. Massa yang tadinya mela-kukan aksi demo, setelah tahu Azizmeninggal dunia, langsung mem-bubarkan diri, mencoba meng-hilangkan jejak. Ada yang buru-burukembali ke kampungnya. Ada yangmencoba lari ke luar Provinsi Suma-tera Utara. Tapi polisi cepat bertin-dak. Malam harinya, tujuh tokohpenggerak massa itu diciduk polisidari sebuah hotel di Medan. Merekalangsung dinyatakan sebagai ter-sangka dan ditahan.

Mereka adalah Ketua PanitiaPembentukan Provinsi Tapanuli(Protap) GM Chandra Panggabean,Eron Lumbangaol (anggota DPRD

Sumut), anggota panitia Burhanud-din Rajagukguk (mantan tokohMahasiswa Kristen Sumut), Da-tumira Simanjuntak (pendeta), Vik-tor Siahaan (wartawan SIB yang jugakoordinator lapangan) serta RMSimanjuntak, (aktivis kristen Sumut).Di samping itu, ada juga beberapamahasiswa yang dituduh melakukankekerasan. Termasuk pula RudolfMarpaung (Pembantu Rektor Uni-versitas Sisingamangaraja ). Hinggapertengahan Februari ini palingtidak sudah 39 orang yang dinyata-kan tersangka. Kesemuanya adalahtokoh kristen Tapanuli.

Sebagian besar massa aksi ituadalah mahasiswa Universitas Sisi-ngamangaraja dan Universitas Ta-panuli. Keduanya memang satukepemilikan, milik keluarga GMPanggabean, ayah Chandra Pang-gabean. Universitas Sisingamanga-raja berdiri di Medan, sedangkanUniversitas Tapanuli ada di Taru-tung, ibukota Tapanuli Utara.

Saat melakukan unjukrasa, paramahasiswa itu dengan bangganyamemakai simbol-simbol atributkampus, seperti jaket kuning danbendera kampus. Kedua kampus inibukanlah tempat belajar favorit diMedan. Hanya beberapa orangmahasiswanya berasal dari Medan.Sebagian besar berasal dari TapanuliUtara atau Simalungun. Jumlahnyapun relatif sedikit. Dibanding kam-pus lain yang ada di Medan, Univer-sitas Sisingamangaraja tergolongkampus ‘orang-orang kampung’.

Selain sebagai pemilik duakampur tersebut, GM Panggabeanjuga dikenal sebagai pemilik HarianSinar Indonesia Baru (SIB), sebuahkoran yang cukup tua di SumateraUtara. Walaupun bukan harianberkualitas, namun SIB cukup ber-pengaruh di kalangan etnis batak.Sebagian besar pasarnya beredar diwilayah Tapanuli Utara, TapanuliTengah dan Simalungun.

Disebut tidak berkualitas, sebabtata letak koran itu sangat seram-pangan. Bahasanya juga terkadangsulit dimengerti. Isinya lebih banyakberita provokasi. Harian SIB kerapsekali bermasalah, bukan hanya dikalangan etnis lain, tapi juga dikalangan etnis batak sendiri. Meskidemikian, hingga sekarang koranitu masih eksis sebagai media hariandi Sumatera Utara.

Dua kekuatan inilah – harian SIBdan mahasiswa — menjadi amunisiutama dalam menggerakkan tun-tutan pemekaran Provinsi SumateraUtara. Yang menjadi motornyaadalah Chandra Panggabean, putraGM Panggabean.

Chandra dibantu beberapa or-ang wartawannya, antara lain Vic-tor Siahaan, wartawan senior yanglama ngepos Polda Sumut. Tidak he-ran jika Victor kenal dengan banyakpolisi Sumatera Utara. Untuk urusandengan polisi, Victor jagonya.

Tentu bukan hanya mereka yangmenjadi tokoh dibalik tuntutan peme-karan ini. Ada sejumlah tokoh batakdi Jakarta yang mendukung peme-karan ini, termasuk Letjen (purn) TBSilalahi, yang saat ini menjabat seba-gai penasihat Presiden Susilo Bam-bang Yudoyono. Dari kalangan poli-

S

Page 15: tabloid sipil edisi 18

15 12 - 20 Februari 2009 NASIONAL

tisi, sejumlah tokoh PDI Perjuanganyang berasal dari Sumatera Utara, adadi belakang aksi ini.

Yang tidak kalah pentingnya,tuntutan pembentukan ProvinsiTapanuli didukung penuh olehkalangan pendeta dan misionariskristen. Kalau saja provinsi ini jaditerbentuk, mereka berencana akanmenjadikannya sebagai pusat pe-ngembangan kristen di Sumatera.

Warga di wilayah Tapanuli me-mang tidak semuanya beragamaKristen. Ada beberapa wilayah yangkental dengan Islam-nya. Seperti Ta-panuli Selatan, Mandailing Natal,dan sebagian kabupaten TapanuliTengah dan serta Dairi, kampung ke-lahiran Aziz Angkat. Namun secarakeseluruhan, jumlah warga nasranijauh lebih besar. Dalam bidangpemerintahan pun, sebagian besarkekuasaan ada di tangan tokoh-tokoh kristen.

Itu sebabnya, ketika tuntutanProvinsi Tapanuli mencuat ke per-mukaan, banyak muncul tantangandari kelompok muslim. Bekali-kaliaksi pro pemekaran berlangsung diDPRD Sumut, berkali-kali pulakelompok muslim melakukan aksipenolakan. Pro kontra ini yangmembuat DPRD Sumut tak maugegabah. Jika salah membuat ke-putusan, bukan tidak mungkin bakalmucul konflik antaragama di Su-matera Utara.

Para tokoh kristen itu tidak maumundur. Terhambat di provinsi,mereka menyampaikan aspirasihingga ke DPR RI. Didukung se-jumlah tokoh Batak di Jakarta,konsep pemekaran telah diajukan keDPR RI sejak 1998. Bahkan sedikitnyatiga kali DPR RI sempat membahasmasalah pembentukan ProvinsiTapanuli ini. Tapi tetap saja ter-hambat, sebab menurut UU No 32Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah serta PP No 78 Tahun 2007tentang Pemekaran, syarat pemben-tukan wilayah otonomi baru harus

mendapat persetujuan DPRD induk-nya. Rekomendasi ini yang belumdikeluarkan oleh DPRD Sumut.

Kalau saja DPRD Sumut maumengeluarkan rekomendasi, sudahtentu harapan mereka untuk men-dapatkan provinsi baru akan terwu-jud. Chandra Panggabean, EronLumbanggaol dan sejumlah motorpemekaran yang memang terobsesimenjadi pejabat di provinsi baru itu,bakal mendapat kekuasaan baru.Makanya, kekesalan mereka terusditujukan kepada DPRD Sumut.

Pada awal Febraru lalu Chandra,Eron dan Jamaluddin merencanakanaksi untuk menggeber DPRD Sumutsoal rekomendasi itu. Berita-beritaprovokasi sudah dimuat terlebihdahulu di Harian SIB Medan. Dalamberitanya, SIB selalu menyebut aksipro pemekaran merupakan tuntutanrakyat. Para pembaca digiring untukmendukung aksi tersebut. NamaChandra, Eron dan Jamaludin, di-sebut sebagai tokoh teladan danmotor aksi tersebut. Massa dida-tangkan dari kalangan mahasiswaUniversitas Sisingamangaraja danUniversitas Tapanuli. Masing-ma-sing mendapat uang jasa Rp 20 ribu.

Setelah semuanya matang, se-kitar pukul 11.00 WIB Selasa 3Februari lalu, ratusan massa propemekaran mendobrak pagar DP-RD Sumut. Anehnya, ruang gerakaksi massa ini sangat leluasa.Biasanya polisi selalu tanggap jikaterjadi aksi di DPRD Sumut. Tapiyang terjadi hari itu sebaliknya.Hanya belasan orang polisi yangterlihat. Itupun tidak melakukantindakan apapun.

Melihat situasi yang begitubebas, para pengunjukrasa seakanmerasa di atas angin. Setelah meru-sak dan menerobos pintu pagar,mereka langsung masuk ke ruangsidang anggota dewan. Di sinilahaksi anarkis itu semakin brutal.Hampir seluruh ruang rapat dewandiobrak-abrik. Massa juga membawa

masuk sebuah peti mati yang sudahmereka siapkan.

Yang jelas, semua aksi tersebutsudah direncanakan secara matangdua hari sebelumnya. Polisi begitulunak, diduga karena ada pem-bicaraan sebelumnya dengan salahseorang wartawan SIB yang juga ikutdalam aksi tersebut. Sikap tidak bijakinilah yang kemudian berbuntutpada pencopotan Irjen Pol Nana Su-karno dari jabatan Kapolda Sumut

serta Kombes Aton Suhartono darijabatan Kapoltabes Medan.

Kepala Polri Jenderal (Pol)Bambang Hendarso Danuri di Jakar-ta menjelaskan, tim dari Mabes Polrimenemukan adanya pelanggaranpada pengamanan demonstrasi diMedan. ”Mereka tidak profesionaldalam melakukan tugas, sehinggaperlu ada sanksi,” katanya. Kapolriberjanji akan mengusut tuntas se-luruh kejadian itu. Amd

Aksi anarkis DPRD Sumut 3Februari lalu menorehkan catatankelam demo aksi pemekaran diIndonesia. Unjukrasa yang menelankorban meninggalkan Ketua DPRDSumut H Aziz Angkat memaksapemerintah pusat mengkaji kembaliprogram pemekaran di tanah air.Kemungkinan besar pemerintah akanmenututp semua kran pemekaran diIndonesia. Dengan kata lain, ProvinsiTapanuli kini hanya tinggal mimpi.

Sejalan keputusan itu, ambisisejumlah tokoh di Aceh bagian tengahuntuk menuntut pembentukan ProvinsiAceh Leuser Antara (ALA), juga ikutterbenam. Pemerintah menilai, baikProvinsi Tapanuli maupun Provinsi ALA,sama-sama tidak layak untuk dijadikansebagai daerah otonomi baru. Tuntutankedua provinsi itu lebih banyak karenakepentingan elit ketimbang untukkesejahteraan rakyat.

Sejak 1999 hingga 2008 DPR RIdan pemerintah telah mensahkanpembentukan 207 daerah otonomi baru.Namun dari penelitian yang dilakukanlembaga study Otonomi daerahUniversitas Indonesia, hanya 20 persendari daerah baru itu yang bisa di-

Tak ada Lagi Provinsi Barukatakan sukses. Selebihnya terusmenyusu ke pemerintah pusat. ProvinsiGorontalo, Provinsi Riau Kepulauan danProvinsi Banten masuk ketegori yangberhasil sebagai daerah otonomi baru.Lainnya, hanya bagi-bagi kekuasaanpara elit.

Desakan demi desakan untukmenghentikan pemekaran di Indonesiasebenarnya telah berkumandang sejaklama. Tapi pemerintah dan DPR RIseakan mengabaikan ini. Sejak kasusSumatera Utara inilah, gaung peng-hentian pemekaran mencuat lagi.

Di DPRD Sumut sendiri semangatmenghentikan pembahasan pemekaranitu sudah menjadi kebulatan tekatsejumlah fraksi, kecuali Fraksi PDIPerjuangan yang tampaknya masihingin pembentukan provinsi baru.Jangan heran, sebab anggota fraksipartai ini mayoritas beragama kristendan berasal dari Tapanuli.

Kalangan akademisi pun sudahmendesak agar pusat menghentikanpemekaran di Indonesia. Dikha-watirkan, pemekaran ini akan berujungkepada munculnya konflik etnis diwilayah tersebut.

Amd

Page 16: tabloid sipil edisi 18

1612 - 20 Februari 2009 FIGUR

CMYK

D UNIA modeling adalah awal karir NabellaVolary. Dia telah menggelutinya sejak duduk dibangku kelas satu SMA. Besutan Rasman Abbas(Cek man) ini semakin matang pada ranah fashion,baik di tingkat regional maupun nasional. Jangan

tanya masalah prestasi. Ia kerap muncul sebagai juara dalam berbagaievent dan festival.

“Dunia modeling penuh tantangan. Bukannya mudah berjalan di catwalkdengan sepatu berhak 9 sentimeter. Semua membutuhkan latihan ekstra ketat,” ujar

dara kelahiran 2 Juni, delapan belas tahun lalu.Kata Bella, mencapai hasil maksimal butuh latihan yang serius. Itu dibuktikannya

dari beberapa lomba yang diikutinya. Bella peraih juara pertama lomba catwalk Aceh,Finalis Lomba Model Majalah Kawanku, juara kedua Duta Wisata II yang diadakan diAceh beberapa waktu lalu, dan masih banyak lainnya.

Mahasiswi Pertanian Jurusan Agrobisnis, Universitas Syiah Kuala ini menilai duniamodel, merupakan dunia yang glamor dan memiliki cita rasa tersendiri bagi sebagianmasyarakat. Lainnya, banyak juga masyarakat yang memandang sebelah mata untuk duniamodeling. “Namun saya dan kawan-kawan tetap konsisten akan apa yang kami geluti hariini, saya yakin lewat fashion orang lain akan mengenal asal, suku dan identitas kita, makayakinlah ketika fashion Aceh dikenal orang, maka semua akan mencari kekhasan kita lewat

pakaian,” papar putri kedua pasangan Syamsuar dan Rahmah ini.Modeling bukanlah satu-satunya bidang ekspresi yang digeluti Bella. Dia juga mulai debutan di

dunia akting. Setelah lolos dua kali tes casting, Bella dinobatkan menjadi pemeran utama dalamfilm Lemak Mabok, memerankan Farida.

Film komedi Aceh itu disutradarai Nisfu Candra Dirwata dan diproduksi Ide Production.Film Lemak Mabok ini merupakan film yang memasukkan unsur etnikalitas Aceh, sarat akanpesan dari cuplikan peristiwa yang akrab di masyarakat Aceh. “Inilah Film pertama saya.Sempat bingung juga ketika terpilih sebagai pemeran utama, tapi lama-kelamaan peran itumenjadi menyatu dengan saya dan semua ini berkat sutradara yang terus menerusmengarahkan saya untuk benar-benar menjadi Farida,” urainya

Pengakuan Bella, pengalaman baru menjadi bintang film mesti terus diasahnya.Tak seperti dunia fashion yang sudah melekat sejak lama. “Saya juga mulaimenyukai dunia peran, hanya saja masih baru dan perlu banyak belajar,”ujarnya.

Bella sangat terbantu untuk itu, banyak seniornya yang siapmendidik. Kedekatannya dengan para seniman teater TamanBudaya sangat membantunyasebagai tempat bertanya,berbagai persoalan

tentang seni peran.“Saya ingin

mendalami seniperan secaraserius sepertiketika sayaberada di duniafashion,” ujarnya.Rahmad Sanjaya

Page 17: tabloid sipil edisi 18

17 12 - 20 Februari 2009 FIGUR

CMYK

Ridho Berlian Laksamana

Pemain Bass CilikMeski terasa besar dan berat untuk

ukurannya, bukan halangan bagi RidhoBerlian Laksamana untuk menyandangGuitar Bass Electric, dalam pertunjukanmusik. Dia masih belia, baru duduk dikelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 BandaAceh.

Ridho, begitu dia kerap disapa,tergabung dalam Noktah (titik) Band danpiawai di atas panggung dengan gitarempat senar. Aksi panggungnya me-mukau, terbukti ketika Noktah Bandpentas sebagai eksibisi di acara LustrumLeha-leha Teknik Unsyiah beberapa waktulalu. Ridho membetot bass, memukaubanyak penonton yang hadir.

Ridho belajar gitar bass sejak umursembilan tahun. Memainkan bassbukanlah semudah bermain gitar biasa.Ketekunan dalam mempelajari bagaimanacara memetik, menggaruk dan membetotsenar harus secara kontinu, agar dapatmenghasilkan permainan yang sesuaidengan format lagu yang dibawakan.

Pengakuan putra kedua dari Sya-rifuddin dan Oriza Satifa ini, sebelumbergelut dengan gitar bass, pada saatberusia empat tahun sampai delapantahun, dia sudah akrab dengan gitar biasa.“Pada mulanya gitar bass itu lebih beratjika saya sandang, namun karenaseringnya latihan, sudah tidak terasa lagiberatnya,” ujarnya.

Ridho mengatakan bermain bass lebihasyik ketimbang bermain gitar biasa.“Senarnya hanya empat dan besar-besar,apalagi saat bermain di atas panggung,saya dapat merasa lebih percaya diri,” ujarpenggemar Bondan Prakoso ini.

Berbekal kesungguhan berlatih,keinginannya menjadi seorang musisi mulaiberbuah. Di usianya yang sepuluh tahun,Ridho sudah mampu menapaki cita-citanya, meski baru tangga nada pertama.

Kariernya tak hanya sekedarkebisaaan dan ketekunan. Jelasnya,orangtuanya pun mendukung ambisi Ridhosebagai musisi cilik di Aceh. Rahmad S

Banyak hal yang dilakukan oleh aktifisperempuan yang satu ini, dari membicarakanpersoalan pemberdayaan perempuan, sampai keurusan gaya hidup terkini yang digandrungi kaumhawa.

Tapi Herlina punya bakat lain yang tak bisadiganggu gugat, olah vokal. Ketika dia beradadalam kelompok koornya di Taman Budaya, tiadalain yang dipikirkannya, hanya nada dan irama.“Saya sangat menyukai seni vocal sejak kecil,”ujar pemilik suara sopran ini.

Perempuan yang lahir 27 tahun lalu me-ngatakan, bakat seni yang dimilikinya tidak harusdibuang begitu saja, meski aktif di berbagaiorganisasi perempuan. Bakat harus terus diolahsetiap saat, ibarat pisau yang terus diasah,jangan biarkan bakat itu terpendam danmengendap sebab itu akan merugikan.

Keterlibatan Alin, panggilan akrabnya, dalampaduan suara ternyata bukan sekadar me-nyalurkan hobi dan mengasah kemampuan.Tetapi di dalam kelompoknya, dia belajar dan

Herlina

Aktifis Berbakat Nyanyimerasakan banyak pengetahuan yang ber-tambah.

“Bagi saya pembagian suara sepertitenor, sopran, alto dan lain sebagainya,seperti kita hidup bermasyarakat, berbedabaik suku, agama, pendapat, pola pikir, adalaki-laki dan ada perempuan. Biasanya kitajarang sekali bisa menerima perbedaantersebut, sementara di kelompok paduansuara, perbedaan dapat membuat lagumenjadi indah,” jelasnya.

Dari itu juga pelajaran kehidupan diserapnya,kalau setiap perbedaan itu adalah keindahan.“Kesenian seperti paduan suara sudah membericontoh yang baik kepada kita; berbeda, bersatuuntuk mencapai keindahan,” ujarnya.

Pengakuan Alin, mengikuti kelompok paduansuara bagi dirinya membuat bahagia. “Lewatnyanyian, orang yang mendengarkan sedikitbanyaknya pasti akan tergugah dan jugaterhibur,” ungkap putri pelukis Suharno Manaf ini.

Rahmad Sanjaya

Sikap kejam yang diberlakukanmiliter Thailand terhadap pengungsiRohingya yang terdampar di negaraitu, mengundang protes keras dariaktris Angelina Jolie. Istri aktor BradPitt yang didaulat sebagai dutaUNHCR ini mengaku sangat kecewamendengar kabar tersebut. ‘’Thailandsungguh tidak manusiawi,” Kata artisberusia 33 tahun tersebut.

Untuk itu ia mendesak PemerintahThailand menghormati hak asasimanusia perahu Rohingya dariMyanmar. Hari Kamis 5 Februari lalu,Jolie dan pasangannya aktor Brad Pitt,berada di Thailand guna mem-bicarakan masalah tersebut. Merekamengunjungi penampungan pengungsiBan Mai Nai Soi di perbatasanThailand-Myanmar.

Kunjungan Jolie diThailand, kata jurubicara BadanPengungsiPerserikatanBangsa-Bangsa(UNHCR), KittMcKinsey,kebetulan

Angelina Jolie

Pengungsi Rohingyaterjadi bersamaan dengan kasusmanusia perahu Rohingya.

”Dia (Jolie) tersentuh dengankeadaan pengungsi Rohingya. Diaberharap seharusnya hak pengungsiRohingya tetap dihormati,” kataMcKinsey.

Saat berada di Ban Mai Nai Soi,Jolie berbicara dengan para pe-rempuan. Dia bertemu anak-anakyatim piatu di asrama dan men-dengarkan kecemasan para gadis jikamereka dikembalikan ke Myanmar.Kasus yang sama ia dengar pula yangterjadi di Aceh. “Umumnya pengungsiitu berharap tidak dikembalikan kenegaranya,” ujar Jolie. Tapi ia tidakbisa berbuat apa-apa tentang sikapThailand itu.

Yang ia kampanyekan, bagaianaagar pemerintah Thailand dan juga

Indonesia bijak melihatnasib pengungsi tersebut.

Kalaupun harusdikembalikan, harus

ada jaminan wargatersebut tidakdianiaya. Rahmad

FOTO-FOTO RAHMAD SANJAYA

Page 18: tabloid sipil edisi 18

1812 - 20 Februari 2009 SOSOK

ENGAN berperawakan alacowboy, si pembaca acara itumenyerigai penonton dengansuara-suara desing peluru dandentuman bom. Terkadang ia

menggunakan bahasa Aceh, ter-kadang bahasa China, atau bisa pulaberbahasa Inggris. Sudah pasti semuaucapannya itu bersalahan. Tapi itutidak penting, yang penting, pe-nonton pastilah terpingkal-pingkaldengan gayanya. Lucu, menghiburdan asyik ditonton. Tak jarang justrukehadiran pembawa acara itu lebihmenarik ketimbang acara yangsesungguhnya.

Namanya Mahyuddin Ismail.Tapi jika menyebut nama itu didepan umum, semua pasti bingung.Tidak banyak yang kenal dengannama Mahyudin. Sebaiknya panggilnama popularnya saja: Udin Pelor!

Barangkali tidak ada warga Acehyang tidak mengenalnya. Sejakbelasan tahun silam, Udin Peloradalah trade mark berbagai acarapertunjukkan yang ada di Aceh. Iaadalah simbol suksesnya sebuah

Sang MaestroPenebar PesonaSebut saja nama Udin Pelor! Semua orangAceh pasti mengenalnya. Hidupnya tidakpernah lepas dari seni. Ia pernah melakoniprofesi sebagai tukang obat, penyanyi,promotor show, dan pembaca acara. Tapisemua itu tidak lepas dari dunia seni.

acara pertunjukan di tanah nanggroeini.

Meski sangat terkenal di Aceh,jangan pikir ia hidup bak selebriti.Gaya hidupnya tidak jauh sepertiwarga desa di pedalaman. Ramputpanjangnya selalu dikucir ke bela-kang. Kerap memakai celana jeanbelel. Hidupnya bagaikan angin.Datang dan pergi sesuka hatinya.

“Saya akan bergeak sesuai hati.Jika hati saya mengatakan ia, makasayapun ke sana. Jika tidak, sayatidak akan ke sana,” katanya terse-nyum. Entah apa makna kalimat itu,tapi semua rekan-rekannya tahu,Udin adalah sosok seniman yangtidak mau tundak pada kekuasaanapalagi uang. Ia tunduk pada nurani.Baginya setiap gerak hidup adalahseni.

Itu pula yang membuat lelakigaek kelahiran Matang GeulumpangDua, 6 Juni 1945 ini masih terusmenebar pesona di kalangan wargaAceh. Kesederhanaannya, kepedu-liannya pada seni, perhatiannya padaorang kampung, semua ada pada diriUdin Pelor. Hingga di usianya yangsudah mencapai 64 tahun inipun,Udin tetap tidak bisa melepaskan diridari dunia seni.

Walau namanya populer dikalangan pejabat, Udin Pelor tidakpernah sekalipun memanfaatkanpeluang itu untuk mencari kekua-saan. Hingga sekarang hidupnya

tertumpu pada usaha mandiri yangdilakukannya sejak usia 16 tahun,mulai berjualan durian, jualan bukubacaan, menulis, hingga kesenianlainnya. “Hidup adalah seni. Seniharus hidup,” itu prinsipnya.

Dalam dunia seni, Udin Peloradalah sosok pendobrak komposisimusik Aceh. Dia orang pertama yangmengubah tone dan ritmik musikAceh dengan meletakkan pondamendasar alat musik tradisional.

Lahir dari keluarga petani, sejakkecil kehidupan Udin Pelor kerapberbalut lingkungan konflik. Semasaremaja, daeranya termasuk yangrawan konflik. Kala itu Aceh berge-jolak dengan hadirnya perlawanandari kelompok DI/TII pimpinanulama Teungku Daud Beureu-eh.Udin yang ketika itu punya sebuahboat nelayan kecil, pernah membawapasukan tentara menuju kuala Lang-sa.

Dalam perjalanan, terjadi kontaktembak. Semua yang ada dalamperahu itu meninggal dunia. HanyaUdin yang tidak tersentuh peluru. Iaterpaksa membawa mayat itu kem-bali ke daratan.

Banyak orang heran mengapaUdin bisa selamat. “Barangkalikarena yang menembak itu kenaldengan saya, jadi mereka tidakmenembak saya,” kata Udin menge-nang kisah sambil terkekeh.

Sejak itulah, salah seorang pe-

jabat Pabean di Aceh Timur me-nyebut dirinya dengan nama UdinTse Pelor yang artinya Udin sisa pelor.Belakangan justru nama itu kianpopular dan jadilah pria kurus tinggiini dipanggil Udin Pelor.

Popularitas nama itu kian men-julang karena Udin Pelor juga aktifdalam kegiatan sandiwara di kam-pungnya. Lambat laun nama Mah-yudin Ismail menghilang ditelanalam. Udin Pelor semakin dikenal,sebab ia memang kerap menam-pilkan adegan lucu kala tampil diatas pentas. Panggung sandiwaradikenalnya saat bergabung dalamGelanggang Labu, sandiwara rakyatyang sering pentas keliling desa, darisatu tempat ke tempat yang lain.

Selama bergabung dalam ke-lompok Gelanggang Labu, banyakpengalaman hidup yang diperolehUdin Pelor. Di situ ia mengenalbagaimana karakter penonton hibu-ran di Aceh. Sandiwara yang diper-tontonkan Gelanggang Labu bia-sanya selalu dipadari pengungjungkarena cerita yang dibawakan ba-nyak mengandung kisah tentangperjuangan Aceh, pendidikan agama,hukum Islam dan hubungan sosialmasyarakat. Penampilannya yangkhas menjadikan Udin sebagai tokohutama dalam kelompok itu. Ia sim-bol kesuksesan setiap pemantasan.

Hidup sebagai seniman teatertidak membuatnya lepas dari bebanekonomi. Terkadang penghasilanmereka lumayan, tapi tidak jarangpas-pasan. Tidak jarang hasil yangdiperoleh dari pementasan itu tidakbisa dibagi rata sesama 30 anggotateater tersebut. Namun karena hidupseagai seniman sejati, bagi Udin,honor bukanlah seghala-galanya.Tujuan utamanya adalah mem-populerkan seni dan menghiburmasyarakat.

Suatu ketika, usai tampil disebuah desa di Aceh Utara, seseorangmendatanginya. Lantas mengu-sulkan Udin untuk berjualan obatsaja. “Dengan tehnik Anda melawanseperti di atas pentas itu, pasti akansukses sebagai penjual obat,” kata-nya. Kala itu memang jualan obat dijalanan sedang menjadi tren. Oranglebih suka membeli obat di pinggirjalan ketimbang di apotik. Tentu sajasi penjual obat harus mampu meng-hibur penonton terlebih dahulu.

Udin Pelor sosok yang bisamelakukan itu. Dengan kemam-puannya bercerita dan melawan, iapun mulai berjualan obat. Duniateater tetap tidak ditinggalkan.Beberapa trik jualan obat mulaidipelajarinya secara alami.

“Kita harus hibur dulu semuaorang. Nanti mereka akan datang kedepan kita. Setelah mereka terhibur,lalu tawarkan barang yang kita maujual,” katanya. Obat yang dijajakanUdin hanyalah obat sederhana.Terkadang obat cacing, obat batukarang, obat kecantikan. “Pokoknyasaya tidak menipu pembeli,” kata-nya. Terkadang obat itu ada yangdiraciknya sendiri, tapi ada pula yangdibeli di apotik.

“Saudara-saudara, kalau anda ter-kena penyakit cacing maka pakailahramuan kami ini, yang paling top dan

D

FOTO-FOTO: RAHMAD SANJAYA

Page 19: tabloid sipil edisi 18

19 12 - 20 Februari 2009 SOSOK

ampuh membasmi cacing yang bersarangdi perut anda, ingat saudara-saudara,cacing yang ada pada tubuh kita dan pal-ing berbahaya bukanlah cacing gelang,tapi cacing yang kecil-kecil, alias cacingkeremi, maka untuk membasminyaminumlah ramuan ini secara teratur, dijamin sembuh seratus persen, kalau tidakuang kembal.”

Tidak banyak penjual obat yangmemiliki keahlian seperti Udin. Takheran jika namanya semakin ter-kenal. Di manapun Udin Pelormenjual obat, semua orang pastiakan berkerumun di sana. Terkadangbanyak dari penonton itu yang tidakmau beranjak dari tepatnya ber-jualan, hingga acara selesai.

Yang ditunggu-tunggu tentunyacara Udin melawan. Ia terkadangmeniru suara binatang, berbahasaasing dan sebagainya. Semua orangterpingkal-pingkal dibuatnya. Sam-pai-sampai orang menganggap obatUdin bukan yang utama, tapi aksi

seninya yang ditunggu.“Penonton itu lebih suka hi-

buran. Karena asyik menontonhiburan sampai-sampai mereka lupabeli obat,” ujarnya terpingkal-ping-kal. Udin sendiri tidak keberatandengan itu. Baginya, yang pentingbisa berkesenian. Jualan obat me-mang untuk mendapatkan uang, tapiunsur seni tetap tidak dilupakannya.

Terkadang bermain teater, ter-kadang jual obat. Itulah dua duniayang dilakoni Udin Pelor pada tahun70-an. Tidak hanya sebagai pemainsandiwara, terkadang ia bertindakselaku promotor. Beberapa kali iamengundang kelompok teater dariMedan untuk mentas di Aceh. Adakalanya undang, tapi banyak rugi-nya. Sampai-sampai ia pernah men-jual tanah sebagai modal men-datangkan seniman dari Medan.

“Itulah hidup. Bagi saya yangpenting menikmati hidup, bukanmencari untung,” katanya. Selama

hidup berpindah dari kota ke kotaitulah, Udin berupaya mencari jo-doh. Ia pernah mendengar nasihatorang tuanya di kampung untukmencari jodoh seorang wanita ber-nama Siti Hawa. Berkali-kali iamencari wanita bernama seperti itu,ternyata sulit. Pernah suatu ketika iamenemukannya, tapi sudah nenek-nenek.

“Ternyata tidak banyak wanitaAceh yang bernama Siti Hawa,”kenangnya. Merasa frustasi, ia tidaklagi peduli dengan nama itu. Dalamsuatu acara pementasan di Pidie,justru ia tertarik dengan seorangwanita dari Desa Lueng Putu. Hali-mah namanya. Pada 1972 ia nekadmempersunting wanita cantik itu.Dari hasil pertemuan dua anakmanusia ini, mereka dikaruniasiseorang putri. Hingga sekarang Udinmengaku sangat bahagia hidupbersama Halimah.

Setelah berkeluarga Udin masihsempat menekuni bisnis jual obat dipinggir jalan. Bebragai cemoohanorang kerap ia terima. Salah satunya,ia pernah diusir seorang warga etnistionghoa ketika berjualan di depantoko. Udin mengaku kecewa.

Suatu ketika, muncul masalahseorang anak Aceh dengan seorangetnis Tionghoa. Udin yang tidakpernah melupakan sakit hatinya itu,ikut sebagai salah satu motor untukmengusir etnis itu dari Aceh. Sekitartahun 1974 terjadilah aksi besar-besaran di Aceh yang memaksaratusan keluarga keturunan Tiong-hoa hengkang dari daerah ini.

Usai kemelut itu, ia kembaliberkarya di pinggir jalan dan di ataspentas. Tapi teman-temannya kemu-dian menyarankan Udin agar me-ninggalkan kegiatan itu. Soalnya,orang-orang selalu mengerumu-ninya hanya untuk melihat Udinberceloteh dan berkisah. Membeliobat bukan yang utama.

Atas saran rekan-rekannya, Udinakhirnya mulai menekuni duniamaster of ceremony (MC) atau pem-

bawa acara di berbagai kegiatan senidan formal lainnya. Udin rupanyasetuju dengan usul itu. Sejak peng-hujung tahun 80-an mulailah iatampil sebagai pembaca acara diberbagai kegiatan seni. Tidak jarangia diundang untuk acara-acara peme-rintahan. Di sinilah Udin menge-luarkan jurus barunya sebagai tu-kang ngocol.

Dasar pelor! Udin tidak mauberhenti di satu titik. Tidak puashanya menjadi pembaca sebuahacara, Udin kembali menekuni mu-sik, dunia yang sempat ia gelutisemasa remaja. Ia sempat mene-lurkan satu buah album trio bersamaIstri dan anaknya. Lagu ini berfor-mat musik gaya baru berbau coun-try dan India. Nama Udin menjaditaruhannya.

Tidak sia-sia. Album tersebutmeledak di seluruh Aceh. Namabesar Udin Pelor bak mengalahkansegalanya. Itu sebabnya ia dikatakansebagai salah satu pembaharu dalammusik Aceh. Sejak peluncuran albumtersebut, banyak seniman musikAceh yang melahirkan musik de-ngan corak yang sama.

Sambil mengenang kembali kemasa silam, Udin mencoba me-ngingat beberapa bait dalam lagunyatersebut. “Ingat-ingat wahe rakan droe/Bak tatiek duro bak jalan raya/ Han binasata jak binasa ta wo/ Peunyakit tablo utangtapeuna//Tameututo bek leupah-leupah/Peukara lidah yoe cok binasa/ Seubab lidahjuwah ban rimoung/ Keumeunan neu-kheun le ureung tuha//Taba peusunakeugob tapeugah/ Narit fitnah asai bakgata/Di yaumil masya kateusuet lidah/Panyang meuleumpah meuribe deupa//Gunteng neuraka meu yue koh lidah/Teumpat keuneubah dalam neuraka.”

Sebagai seorang pekerja seni,Udin mengaku sudah banyak mera-sakan asam garam kehidupan ini. Iamerasa pernah hidup bagaikanseorang pejabat negara. Tinggallama di sebuah hotel di Banda Aceh.Namun yang lebih penting baginyaadalah semangat untuk terus berkip-rah di dunia kesenian.

“Saya hanya akan berhenti ber-lumur dengan dunia seni jika sayatidak lagi punya umur,” katanya. Iatidak memiliki banyak harta yangbisa diwariskan untuk anak dan duacucunya. Satu-satunya yang dian-dalkannya adalah karya-karya seniyang sudah pernah ia telurkan.Termasuk album lagu yang pernahpopuler di Aceh.

“Saya sudah katakan kepada istridan anak saya, cuma syair-syairinilah harta paling berharga saya,biasanya kalau penciptanya sudahtidak ada, syair-syair ini akan di cariorang,” kelakarnya. Meski usianyasudah tidak muda lagi, tapi jiwa UdinPelor tidak pernah berubah. Ia tetapsemangat. Setia dalam berteman dantetap komitmen dalam dunia seni.

Penampilannya tidak banyakberubah dengan Udin pada masamuda dulu. Ramput tetap panjangdikucir ke belakang, kerap tampildengan topi cowboy, celana jeansdan baju longgar selalu menjadi cirikhasnya. Dunia Udin adalah duniaseni. Dunia yang membuat orangselalu mengenangnya.

Rahmad Sanjaya

Tak Butuh PenghargaanNamanya memang sangat mentereng

di Aceh. Ia menjadi simbol budaya dan seni.Udin kerap diundang ke berbagai pentaskesenian di berbagai kota. Citra Aceh selaludipertahankannya. Tapi jangan pikir iabanyak mendapat penghargaan. Sampaisekarang tidak satupun pengharaan yangpernah diterima Udin Pelor.

Menghargai pekerja seni sepertinyabukan budaya bagi Pemerintah Aceh. Lihatsaja bagaimana kehidupan seniman kon-dang dari Aceh Tengah, PMTOH, Toet danlainnya. Nama mereka tidak hanya populerdi Aceh, tapi juga seluruh nusantara. Tapipenghargaan pemerintah Aceh tak pernahsecuilpun menyentuh mereka. Penghargaanjustru diterima dari perseorangan di Jakarta.

Ketika dua seniman kondang itumangkat, barulah terasa betapa besarnyaperanan mereka dalam mendobrak duniaseni di Aceh. Karya-karya mereka masihberjaya sampai sekarang. Anehnya, Pe-merintah Aceh tidak punya dokumentasi itu.Justru ada di luar Aceh.

Inilah salah satu yang disesalkan Udin

Pelor terhadap Pemerintah Aceh. Masih adaanggapan bahwa seniman adalah bebanyang memberatkan. Padahal perananseniman sangat besar dalam menyuarakanapapun yang terjadi di tingkat masyarakat.Ketika konflik mendera Aceh, para senimanAceh juga berjuang lewat jalur seni.

Udin sendiri tidak berharap banyakagar Pemerintah Aceh menyadari masalahini. “Saya tidak memiliki muka untukmengemis pada mereka yang punya banyakdana, apalagi Pemerintah. Bagi saya, adanyakesadaran berbudaya sudah cukup. Tidakperlu bantu saya. Saya Cuma minta mereka-mereka menyadari akan adanya budaya disekitar kita,” ujarnya.

Memasuki usia yang sudah senja, Udinlebih banyak menikmati hidup denganagama dan seni. Terkadang ia menerimabanyak tamu yang mau berbagi penga-laman. Kebanyakan mereka adalah se-niman muda. Meski tidak muda lagi, tapiUdin Pelor ternyata masih menebarpesona.

Rahmad Sanjaya

Page 20: tabloid sipil edisi 18

2012 - 20 Februari 2009 LINGKUNGAN

AWASAN Lamteuba, AcehBesar, beberap waktu lalusempat menjadi pembicaraandi tingkat nasional. PemerintahAceh bahkan pernah mem-

perkenalkan kawasan itu kepadasejumlah lembaga asing, sebagailokasi percontohan untuk kawasanpertanian masa depan. Warga Lam-teuba yang dulunya dikenal banyakterlibat sebagai petani ganja, akandilatih mengelola pertanian yangberbau bisnis. Seluruh kegiata di sanaakan dibantu oleh sebuah lembagasosial dari Thailand, Mae Fah LuangFondation.

Mae Fah Luang Fondation (MF-LF) adalah lembaga donor yangdikelola oleh keluarga kerajaan Thai-land. Lembaga ini pernah suksesmengembangkan kawasan pertaniandi Kamboja, Myanmar dan wilayahkonflik lainnya. Semua lokasi yangdikembangkan itu mulanya adalahladang ganja atau heroin. Namunsemuanya berubah berkat jasa MF-LF. Berkat jasanya itulah, MFLFbeberapa kali mendapat penghar-gaan internasional, karena bisamengubah paradigma warga, daripenanam ganja menjadi petani yangsukses.

Program itupula yang semulaakan dikembangkan MFLF di Aceh.Awal 2008 lalu MFLF datang ke Acehdan menawarkan kerjasama denganPemerintah Aceh untuk membuat

Program LamteubaTinggal Nama

Janji Pemerintah Acehmengembangkankawasan pertanian diDesa Lamteuba, ternyataisapan jempol belaka.Yayasan Mae Fah Luangyang berjanji membantuprogram itu, telahhengkang ke DesaMaheng. Istri gubernurturut bermain?

lokasi pertanian di wilayah ini.Pemerintah Aceh lantas menunjuklokasi Lateuba sebagai tempatnya.

Pihak MFLF sudah setuju. A-palagi Lamteuba sebelumnya dike-nal kawasan ladang ganja. MFLFberharap bisa mendidik warga desadi sana untuk beralih menjadi petaniyang sukses. Selain mengembangkanlapangan pertanian, rencananya didesa itu juga akan didirikan pusatpeternakan kambing.

Pemerintah Aceh menggaetMFLF dengan harapan bisa me-ngembangkan tiga program utama,yaitu ekonomi, kesehatan, danpendidikan. Program ini bisa me-ningkatkan gerakan-gerakan eko-nomi yang bersumber dari agrobis-nis. MFLF memulai aksinya per-tengahan 2008 lalu dengan pena-naman beberapa jenis palawija, seba-gai pilot project pertanian alternatif.

Lamteuba merupakan kemu-kiman yang tergabung delapan desadi dalamnya; Gampong Ateuk, LamApeng, Blang Tingkeum, Lambada,Lampante, Meurah, Lamteuba Droedan Pulo. Masyarakat di daerah ini,sebagian besar berprofesi sebagaipetani. Pada masa konflik melandaAceh, Lamteuba termasuk daerahhitam, karena sering kali dijadikanbasis Gerakan Aceh Merdeka (GAM)sebagai tempat persembunyian.

Daerah ini tergolong subur.Letaknya tidak jauh dari kaki gunung

Seulawah Agam, sekitar 500 meterdari permukaan laut. Bisa ditempuhdalam dua rute perjalanan. Dari ruteatas, jarak tempuh mencapai 62 kilo-meter yang melalui Seulimum.Sementara rute bawah berjaraktempuh 48 kilometer yang melaluipelabuhan Malahayati, Krueng Raya.

Kendati tak jauh dari ibukotaprovinsi, jalan menuju ke sana masihparah. Wilayah itu lumayan terisolir,tidak adanya transportasi umum,membuat aktifitas perekonomianmasyarakat Lamteuba tidak berjalan.Bahkan, untuk mendapatkan kebu-tuhan sehari-hari saja, masyarakatharus pergi ke Banda Aceh.

Selama ini Lamteuba kurangtersentuh program pemerintah Aceh.Bangunan pun tidak banyak yangberdiri di sana. Keadaan ini semakindiperparah dengan tidak tersedianyalapangan kerja tetap bagi masyarakatsetempat untuk memenuhi kebu-tuhan hidup.

Makanya, ketika MFLF me-nyatakan siap membangun daerahitu, warga Lamteuba mengaku sangatsenang. Untuk untuk mendukungpelaksanaan program tersebut, war-ga menyerahkan semua lahan me-reka untuk proyek pertanian. Tercatat5.000 hektar tanah warga siap dija-dikan lahan pertanian buah. Se-banyak 800 hektar lainnya untuk per-sawahan. Program itu melibatkansekitar 4.000 jiwa warga setempat.

Semua persiapan sudah lancar.Untuk menjalankan misi itu, MFLFmendatangkan belasan tenaga kerjakhusus dari Thailand. Di antaranyaada ahli bidang pertanian tanamankeras dan sejumlah ahli peternakanyang berpengalaman.

Namun, selama tiga bulan pro-gram berjalan, ternyata MFLF ter-kesan tidak serius menggarap ka-wasan tersebut. Tidak satupun ke-giatan di Lamteuba yang mem-buahkan hasil. Ladang gambut dantanah kosong masih terbentang luasdi sana. Tidak ada lahan pertanianbuah, tidak ada pembibitan tanamandi sana. Yang ada hanya debu danasap yang mengepul dari mobilpengangkut kayu yang melintasjalan daerah itu.

“Mulanya mereka sangat meng-gebu-gebu akan membangun desakami. Tapi ternyata semua itu omongkosong belaka,” kata Nasir, salahseorang tokoh masyarakat di Lam-teuba. Pihak MFLF dianggap hanyamemanfaatkan masyarakat untukpopularitas organisasi mereka.

Misalnya, kata Nasir, ada ma-syarakat yang menanam cabe dantomat, mereka foto dan mengatakanbahwa itu kerja mereka. Padahal itumurni usaha warga di desa di sanatanpa ada bantuan mereka sedikitpun. “Ini yang membuat masyarakattidak suka sama mereka,” katanya.Bahkan kerbau ada pula kerbau

K

FOTO-FOTO JUNAIDI MULIENG

Page 21: tabloid sipil edisi 18

21 12 - 20 Februari 2009 LINGKUNGAN

ELIHAT situasi Desa Lamteuba,yang terbayang adalah sebuahdesa kubuh yang tak tersentuhpembangunan. Warga desa ini

hidup dalam kemisinan. Sangat kontrasdibanding lahan desa yang terkenal subur.Dulu sebagian warga Lamteuba hidup darimenanam ganja. Setelah tanaman inidiberantas, warga tidak tahu lagi dari manauntuk hidup. Mereka sempat berharapbanyak dengan kedatangan Mae Fah LuangFoundation (MFLF) yang diundang olehPemerintah Aceh. Belakangan MFLFhenkang dan memilih bekerjasama denganyayasan yang dikelola Darwati A Gani, istriGubernur Irwandi Yusuf.

Satu-satunya program yang tersisa diLamteuba adalah rencana pemerintah untukmenjadikan kawasan itu sebagai pilotproyek pemberatasan malaria untukProvinsi Aceh. Lamteuba sebagai lokasipercontohan, sebab daerah ini merupakansalah satu daerah endemis malaria. “Karena itu kita memilih Lamteuba sebagaipilot poyek yang kasusnya malaria sudahmulai menurun,” kata Kepala Dinas Ke-sehatan Provinsi Aceh TM Thaib.

Kasus malaria tertinggi di Lamteubaterjadi pada pada 2006 yaitu sebanyak 751kasus, kemudian turun pada 2007 menjadi150 kasus. Pada 2008 kurang dari 50 kasusdengan rincian 12 kasus terjangkit padapenduduk dan selebihnya para pendatang didaerah ini.

Menurut kepala Puskesmas Lamteuba,dr Natalina Kristanto saat ini di daerahtersebut hampir tidak ditemukan kasusmalaria namun pada masa penularan palingbanyak terdapat tiga kasus.Menurunnyakasus malaria secara signifikan di daerahitu, kata Natalina, karena dukungan kaderyang aktif dan peran serta masyarakat.

“Masyarakat turut berperan aktifmemberantas malaria, mereka juga cepatmerespon dengan langsung membawa kepuskesmas jika ada yang dicurigai malaria,”

milik warga desa yang merekasuntik, dan sampai sekarang kerbauitu tidak beranak lagi.

Tadinya warga berharap MFLFakan mengembangkan Lamteubaseperti yang dijanjikannya semula.Akan ada lokasi pertanian yangsubur di desa itu. Nyatanya, wargasetempat hanya disuruh menanamterong Thailand, padahal warga tahuterong tidak terlalu diminati wargaAceh. Selain itu, tambah Nasir, tidaksemua masyarakat desa bisa makanterong. “Kalau misalnya, kami tidakpunya beras untuk dimasak, apakami harus makan terong,” ujarNasir kesal.

Warga Desa Lamteuba pun bi-ngung. Hubungan keduanya kian ru-nyam dan akhirnya program tak ber-jalan. Puncaknya, diam-diam MFLFhengkang dari Lamteuba.

“Mereka keluar dari Lamteubatanpa memberitahukan apa-apa.Masyarakat semakin yakin, bahwakeberadaan mereka di sana tidaksepenuhnya ingin membantu ma-syarakat. Kami kecewa terhadapMFLF,” ujar Muhammad Nasir,pemuda Lamteuba.

Padahal, ungkap Nasir, waktuMFLF dan Pemerintah Aceh masukke Lamteuba, warga desa semuadikumpulkan. Tapi waktu merekakeluar, tidak ada pemberitahuan apa-apa kepada warga desa. “Begini

caranya bertamu, padahal merekaberasal dari negara yang dikenalmemiliki nilai sosial tinggi,” ungkapNasir.

Mukim Lamteuba MuhammadHasyim, membenarkan kepergianMFLF dari Lamteuba tanpa se-pengetahuan masyarakat. Bahkan,yang menyedihkan lagi, siang harisebelum keberangkatan MFLF, me-reka memerintahkan kepala desa didaerah tersebut agar mendata jumlahternak masyarakat untuk dikebiridan penyuntikan.

“Tapi malam harinya, merekadatang ke saya menyerahkan kuncikantor. Katanya mereka mau keMaheng. Saya juga tidak bisa berbuatapa-apa, karena mereka sudah siapuntuk berangkat, mereka bilang akankembali lagi ke sini. Yang jadi per-masalahan sekarang, kepala desanyaharus menerima gunjingan masya-rakat, karena sudah terlanjur mendataternak masyarakat,” ujarnya.

Hasyim juga mengaku kecewa.Selain itu dia mengungkapkansebenarnya yang dibutuhkan mas-yarakat Lamteuba adalah lapangankerja. “Dengan adanya lapangankerja, ekonomi masyarakat juga akantumbuh. Tapi dari program MFLF ini,masyarakat tidak mendapatkan haltersebut,” ungkap Hasyim.

Tersiar kabar, keluarnya MFLFdari Lamteuba karena dirayu oleh

Yayasan Sambinoe, sebuah lembagayang dikelola oleh Darwati A.Gani,isteri gubernur Aceh Irwandi Yusuf.Dugaan ini dikuatkan, karena MFLFkeluar dari Lamteuba setelah Sam-binoe masuk untuk melakukanpemberdayaan pertanian kedelai disalah satu kampung di Lamteuba.

Kabar ini sudah tersiar luas dikalangan warga Lamteuba “MFLFdijemput Sambinoe dengan alasanjalan ke Lamteuba susah dilaluikarena jembatannya rusak parah,”kata Zulfahmi, tokoh masyarakatLamteuba. Kebetulan Yayasan Sam-binoe punya program di Desa Ma-heng, Aceh Besar, jadilah MFLFmengalihkan programnya di sana.Program yang tadinya akan dikem-bangkan di Lamteuba, semua di-alihkan ke Maheng. Tenaga ahli yangsemula tinggal di Dea Lamteuba,juga pindah dan menetap di Maheng.

Ketua Harian Yayasan Sam-binoe, Misdawan mengakui, Yaya-san Sambinoe memang mengajakMFLF kerjasama untuk melaksana-kan program di Maheng.

“Atas dasar ajakan itu, MFLFmengirim beberapa orang ke Ma-heng untuk melakukan peninjauanlapangan,” katanya. Belakanganjustru Maheng yang menjadi pusatprogram MFLF di Aceh. Tapi Misda-wan mengaku MFLF masih punyaprogram di Lamteuba bersama Sam-

binoe, berupa program pemberan-tasan penyakit malaria.

Di Desa Maheng yang terdapatdi kaki gunung Seulawah, YayasanSambinoe mengelola beberapa pro-gram pertanian palawija, peternakankambing dan juga perikanan darat.Sejumlah pejabat daerah dikerahkanuntuk membantu kegiatan yayasanini. Listrik yang tadinya tidak ada,kini sudah masuk.

Pengaruh Darwati A Gani, selaluistri gubernur Aceh dan pengelolaYayasan Sambinoe sangat berperanmendorong agar pejabat Aceh mem-bantu program tersebut. Wajar sajajika MFLF lebih senang bekerjasamadengan Yayasan Sambinoe, karenamereka punya akses langsung de-ngan pemegang kekuasaan.

Program kerjasama YayasanSambinoe dan MFLF di Maheng inibelum banyak diketahui orang.Kabarnya pemerintah Aceh sengajamenutup-nutupinya agar tidak malukepada publik dan dunia inter-nasional. Sebelumnya Irwandi telahmenggembar-gemborkan kalau pro-gram MFLF ada di Lamteuba, bukandi Maheng. Program di Maheng ituadalah kegiatan Yayasan Sambinoe,lembaga yang dikelola istri Irwandi.Tapi tidak disangka, justru yayasanitu yang menjadi pemicu agar MFLFmeninggalkan Lamteuba.

Junaidi Mulieng

Pusat Pemberantasan Malaria

ujarnya.Perilaku masyarakat yang menjadi sumber

penularan malaria juga bisa diubah sehinggamasyarakat bisa hidup lebih sehat.

Desa ini memiliki enam kader pemberantasanmalaria yang direkrut dari masyarakat setempat.Mereka bertugas memberi penyuluhan bahkanmengambil sampel darah dari warga yang didugamalaria.

Program pemberantasan malaria merupakansatu-satunya kegiatan MFLF yang masih di-kembangkan di Lamteuba. Yayasan Sambinoe yangdikelola Darwati A Gani, juga ikut terlibat dalamprogram ini. Kedua lembaga ini mengembangkanprogram pemberantasan, dengan beberapa tahapan,

yakni deteksi, diagnosa, penanganan dan pen-cegahan serta membangun kapasitas masyarakatsetempat untuk memberantas malaria.

Bagi masyarakat Lamteuba, pemberantasanmalaria tentu sangat penting. Namun sesungguhnyayang lebih penting lagi adalah pembangunanekonomi.

Tadinya mereka berharap Mae Fah Luang bisamendorong perbaikan ekonomi ini. Namun YayasanSambinoe justru telah merebut mereka dan memin-dakan program ekonomi tersebut ke Desa Maheng,lokasi yang menjadi proyek Yayasan Sambinoe. Iniyang membuat warga desa kecewa. YayasanSambinoe telah meruntuhkan harapan warga desaitu. Junaidi Mulieng

M

Page 22: tabloid sipil edisi 18

2212 - 20 Februari 2009 EKONOMI

CMYK

CMYK

RISIS ekonomi global yangmelanda dunia sejak September2008 telah mengganggu ekspornon-migas Indonesia yang cen-derung menurun, karena daya

beli di luar negeri lesu. Provinsi Acehyang kini sedang memulai mem-bangun ekonomi sejak dilanda kon-flik dan musibah tsunami, juga ikutteribas krisis tersebut.

Namun, krisis yang sudah me-masuki bulan keempat ini belumberpengaruh terhadap perdaganganluar negeri Aceh, karena memangkomoditi non migas yang dieksporpada tahun 2008 masih sedikit, hanya13 jenis. Dari 13 jenis tersebut hanyatujuh komoditi hasil non-industri,seperti kopi Arabika, getah damar,madu, biji coklat, pinang, damar dantempurung kelapa sawit. Dari jumlahtersebut, kopi Arabika merupakankomoditi yang paling besar me-nyumbangkan devisa bagi negara.

Berdasarkan data dari DinasPerindustrian Perdagangan Koperasidan UKM Provinsi Aceh, realisasinilai ekspor kopi Arabika hinggaperiode Januari-September 2008mencapai 21,255 juta dolar AmerikaSerikat (5,815 ribu ton) atau me-ningkat 17,66 persen dibandingkantahun 2007 yang hanya 18,890 jutadolar AS (6,038 ribu ton).

Kepala Disperindagkop danUKM Aceh, Cipta Hunai di BandaAceh, menyatakan, pangsa pasarterbesar komoditi kopi Arabikaadalah Amerika Serikat. AmerikaSerikat merupakan negara palingbesar yang mengimpor kopi Acehhingga September 2008 yakni men-

Kopi Gayo Masih DitungguPermintaan luar negeri terhadap kopiArabika dari Tanah Gayo masih tetaptinggi. Krisis global tidak membuatpenggemar kopi menghentikan hobimereka menyeruput minuman ini setiappagi. Kopi Arabika bahkan penyumbangterbesar devisa negara

K

capai 14,946 juta dolar AS (4,129 ributon) atau 70,30 persen dari total eksporkomoditi tersebut. Oleh karenanya,pada saat krisis ekonomi yang melan-da Amerika Serikat, para eksportirmulai lesu, karena ekspor terhenti,katanya.

Kemudian, negara pengimporlainnya Kanada dengan nilai 1,742 jutadolar AS (434,7 ton), Meksiko 1,164juta dolar AS (288 ton), Australia 130,8ribu dolar AS (37,2 ton), dan SelandiaBaru senilai 126,171 ribu dolar AS (36ton).

Selain itu, negera tujuan eksporkopi Aceh juga ke Masyarakat Eko-nomi Eropa (MEE), yakni Inggris,Berlgia, Jerman, Norwegia, Swedia,serta Selandia Baru. Negara pengim-por terbesar adalah Jerman dengannilai 916.775 dolar AS (291,96 ton).

Ia menyatakan, bila ditinjau daripangsa pasar, seharusnya eksportir

Aceh tidak hanya melihat AmerikaSerikat, tapi bagaimana pasar Eropadiperluas, baik negara tujuan dan vol-ume ekspornya. Dengan demikian,pangsa pasar kopi Aceh tidak hanyatergantung pada Amerika Serikat saja,sehingga apabila terjadi krisis ekono-mi seperti sekarang ini dampaknyatidak terlalu besar, katanya.

Prospek cerahKopi Arabika yang diekspor

seluruhnya dihasilkan di KabupatenAceh tengah dan Bener Meriah, se-hingga dataran tinggi Gayo tersebutmerupakan sentra produksi komodititersebut.

Ketua Forum Kopi Aceh (FKA),Mustafa Ali menyatakan, kopi meru-pakan komoditi andalan masyarakatyang berada di daerah berhawadingin itu, karena sudah bertahun-tahun penghasilan mereka dari tana-man tersebut.

Pada bulan pertama krisis eko-nomi, katanya, petani di daerah itusempat khawatir, karena hasil kopimereka tidak bisa dipasarkan, karenapembeli luar negeri tidak mau belilagi. Namun, kekhawatiran tersebutmulai hilang, karena ternyata pasarankopi Arabika masih tetap eksis.

“Meksipun krisis ekonomi glo-bal masih melanda dunia, namunpasaran kopi Arabika pada tahun 2009masih cukup cerah. Hal itu dilihat darifaktor harga yang semakin mem-baik,” ujarnya.

Ia menyatakan, harga kopi diAceh Tengah dan Bener Meriah ber-gerak naik mendekati normal,setelah sebelumnya sempat turunakibat berkurangnya permintaanluar negeri, akibat krisis ekonomiglobal. Harga biji kopi gabah(kualitas ekspor) di tingkat petanisaat ini Rp13 ribu hingga Rp14 ribu/kg, sedangkan sebelumnya sempat

turun Rp9.000/Kg.“Naiknya harga kopi tersebut

bersamaan dengan meningkatnyapermintaan, termasuk dari luar ne-geri.”

Sehubungan dengan itu, Peme-rintah Kabupaten Aceh Tengah terusberupaya meningkatkan mutu kopi didaerah itu, sehingga bisa tetap ber-saing di pasaran luar negeri.

Sekitar 16 ribu dari 85 ribu hek-tare tanaman kopi Arabika di Ka-bupaten Aceh Tengah dan Bener Me-riah kini secara bertahan sedangdirehabilitasi, karena selain sudahtidak produkstif lagi, juga ada pohonyang tidak cocok dengan kondisialam.

Mustafa Ali menyatakan, keduapemerintah di kabupaten itu akanmembantu petani untuk meremajakankembali tanaman kopi mereka yangsudah tua dan tidak produktif lagi. DiKabupaten Aceh Tengah sedikitnya8.000 ha dan Bener Meriah 8.000 hatanaman kopi yang harus diremajakankembali dengan varitas unggul.

Pemerintah setempat sudah me-lakukan pembibitan tiga varitas kopiunggul yang telah ditetapkan, yaknivaritas Timtim, Borbor, dan PB-88.Ketiga jenis kopi tersebut merupakanhasil penelitian Dr. Surib dari BalaiPenelitian Kopi dan Kakao di Jember,Jawa Timur.

“Jadi, dari hasil penelitian hanyatiga varitas kopi tersebut yang cocokditanam di kawasan daratan tinggiGayo, Aceh Tengah dan Bener Meriah,”katanya.

Mustafa menyatakan, pengem-bangan tanaman kopi di daerah itutidak perlu lagi dengan sistem eksten-sifikasi, tapi intensifikasi denganmelakukan rehabilitasi secara besar-besar, karena memang luasnya sudahcukup memadai.

Page 23: tabloid sipil edisi 18

23 12 - 20 Februari 2009 PENDIDIKAN

CMYK

CMYK

“Dengan luas lahan yang adasekarang ini saja, produksi kopiArabika sudah sangat melimpah,sehingga tidak perlu perluasanlahan,” katanya.

DipatenkanKopi Arabika kini akan di-

usulkan untuk dipatenkan dari sisigeografis, sehingga memiliki daya

jual yang tinggi. Mustafa Ali me-nyatakan, pihaknya akan mengu-sulkan ke Departemen Hukum danHAM agar kopi Arabika mendapatsertifikasi indikasi geografis kopiArabika dataran tinggi Gayo.

Sebelumnya, katanya, pihaknyaakan melakukan sosialisasi kepadamasyarakat, menyusun buku yang

melibatkan para ahli, dan kemudiandi seminarkan. Disebutkan, apabilakopi Arabika NAD tersebut me-miliki hak paten, maka semuaproduk yang dikeluarkan dari tanahGayo harus ada lebel sertifikasi.Tujuan sertifikasi tersebut selain bisameningkatkan pendapat daerah,juga melindungi petani di daerah

tersebut, katanya. Dengan adanyasertifikasi, mutu kopi Arabika bisadipertahankan, sehingga daya saingdi pasaran luar negeri semakin kuat,tambahnya.

Selain itu, Departemen Pertanianjuga diharapkan bisa memberi ser-tifikasi terhadap tiga bibit unggulkopi Arabika yang dikembangkanselama ini.

Ketiga jenis kopi Arabika ter-sebut adalah Timtim, Borbor dan P-88. Biji kopi yang berasal dari tigajenis bibit itu juga sudah dites di luarnegeri, dan sesuai dengan selerakonsumen, ujarnya.

Departemen Pertanian diha-rapkan bisa memberi sertifikasiterhadap tiga jenis bibit kopi Arabikatersebut, sehingga bisa dilakukanpenangkaran secara besar-besaruntuk dikembangkan di daerahtersebut, katanya. “Kita meng-inginkan agar produktivitas tana-man kopi di dataran tinggi Gayo bisaditingkatkan lagi, sehingga produksikomoditi tersebut bisa meningkat,”katanya.

Oleh karenanya, untuk mening-katkan produksi harus melaluisistem intensifikasi, yang antaralain mengembangkan bibit unggulyang telah terbukti hasilnya,ujarnya.

Selain itu, program lain yangharus dilakukan adalah rehabilitasitanaman kopi yang tidak produktiflagi. “Jadi, setiap tahun FKA mintakepada Pemerintah Kabupaten AcehTengah dan Bener Meriah untukmengalokasikan dana pengadaanbibit. Alhamdulillah permintaantersebut direspon, sehingga mulaitahun lalu pemerintah menyediakansatu juta bibit,” kata Mustafa Ali.

Rizanul

PETANI kopi di tanah Gayo pantasbergembira. Di tengah krisis global yang melandadunia, permintaan kopi dari daerah pegununganAceh nan dingin ini terus meningkat. Hargapenjualan kopi Gayo di kalangan petani pun masihcukup menggembirakan. Data dari kalangan petanidi Takengon menyebutkan, harga kopi hijaukualitas ekspor di tingkat petani berkisar Rp 24.000- Rp24.500 per kg. Sementara kopi gabahRp13.000 hingga Rp13.500 per kg, biji kopigelondongan antara Rp3.500 hingga Rp4.000/bambu (satu bambu = 1,5 Kg).

Beberapa bulan sebelumnya harga kopi diAceh memang sempat menerima dampak dari krisisglobal tersebut. Bahkan harga pernah anjlok hingga30 persen. Namun situasi itu hanya berlangsungselama dua bulan. Sejak penghujung tahun laluharga kembali naik menuju titik normal yangmenguntungkan petani. Kopi adalah satu-satunyakomoditi yang tidak terpengaruh lagi dengan kondisikrisis ekonomi.

“Sekarang ini, Alhamdulillah permintaan kopisudah mulai stabil, bila dibandingkan pada saatkrisis ekonomi awal September 2008. Harganyapun sudah mulai normal,” kata Mustofa, salahseorang petani kopi di Aceh Tengah. Luas tanaman

Jerit Tangis Petani Kopidi Luar Aceh

kopi Arabika di Kabupaten Aceh Tengah dan BenerMeriah mencapai 50 ribu hektare dengan produksisekitar 50 ribu ton/tahun.

Nilai ekspor kopi Arabika asal Aceh pada 2008tercatat 24,979 juta dolar Amerika Serikat (AS) ataunaik 38 persen dibandingkan tahun sebelumnyayang hanya 18,064 juta dolar. Kenaikan nilai eksporitu menunjukkan bahwa komoditi kopi tidakterpengaruh oleh krisis ekonomi yang melandadunia sejak September 2008. Volume ekspor kopiAceh tahun lalu naik dari 6.038 ton pada 2007menjadi 6.933 ton. Untuk tahun ini prospek eksporkopi Aceh masih cerah karena permintaan duniamasih tinggi.

Suka cita yang dialami petani Kopi di datarantinggi Gayo ini berbanding terbalik dengan petanikopi di luar Aceh. Suasana di wilayah Lampung —salah satu provinsi yang juga penghasil kopi diIndonesia – berbeda dengan Aceh. Petani kopi diwilayah ini justru hidup merana karena harga kopimereka terus anjlok. Saat ini harga kopi hijau diwilayah mencapai Rp13.000 perkilogram (kg).Padahal sebelumnya harga kopi itu mencapai Rp22.000 per kg. Kopi lampung adalah jenis robusta.Berbeda dengan kopi Aceh yang berjenis arabika.

Akibat penurunan yang mengejutkan itu, para

petani di Lampung berencana untuk menebangtanaman kopi mereka dan menggantikannyadengan jenis tanaman lain. Melihat iklim di daerahitu, petani Lampung berencana menanam coklatdan karet sebagai pengganti kopi.

Rencana ini yang membuat kalangan eksportirkopi di Indonesia menjadi resah. Pemerintah dimintamenghimbau petani kopi Lampung agar melanjutkanniat mereka ini. “Kita minta pemerintah meyakinkanpetani kopi di Lampung untuk tidak menebang kopimereka dan menggantikannya dengan tanamanlain,” kata Ketua Kompartemen Pembinaan Produksidan Mutu (PPM) Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia(AEKI) Lampung Riswansyah Djahri.

Untuk mendorong petani Kopi di sana agartetap mempertahankan tanaman kopinya, AEKILampung dan pemerintah setempat mulai meng-galakkan kampanye memperluas tanaman kopi.Salah satunya dengan membagi-bagikan bibitsecara gratis. Sampai Januari ini sebanyak 30.000batang bantuan Mentan sudah diberikan kepadamasyarakat. Namun tampaknya kampanye itu tidakbanyak membantu. Sampai bulan ini petani kopi diLampung masih resah karena harga belum juamembaik.

Rizanul

Cafe Starbucks yang tersebar di berbagai negara, masih menjadikan kopi gayo sebagai salah satu minuman favorit

Page 24: tabloid sipil edisi 18

2412 - 20 Februari 2009 BISNIS

CMYK

CMYK

ERPETUALANG dalam alamyang masih asri. Mencobatantangan mengadu nyalipada tali-tali sambil me-layang antara bukit. Flying

Fox, itulah fasilitas yang coba dita-warkan pada sebuah tempat wisatasekaligus olahraga di D’Mata Ie Hillside.

Berlokasi di Mata Ie, tempat itudibangun Teuku Darmawan, putera asliAceh yang telah mampu menciptakanlokasi wisata baru untuk masyarakat.

Mencoba Nyali di Tali GantungFlying Fox, adalah salah satu gametantangan individu yang coba di-tawarkan.

Diadaptasi dari pelatihan militer ini,dilakukan dengan cara meluncur dariketinggian tertentu. Tujuan akhir darigame ini adalah untuk memantapkanseseorang, bahwa kita harus bisamengambil keputusan dengan cepat dantepat. Berani berkata “ya” atau “tidak”.Wahana baru yang terdapat di D’Mata IeHillside ini, sangat menarik bagi orang-

orang yang ingin menguji adrenalinnya,terbang melewati arena out bound danpara pengunjung yang berada di bawah.

Sangat menyenangkan, permainan iniaman, karena sebelum meluncur per-lengkapan keselamatan langsung dibawah pengawasan operator. Setiappeluncur wajib mengenakan back harnessatau seat harness dan carabiner. Sehinggapengunjung dapat memperagakan Spiderstyle dan Superman style.

Dengan mengeluarkan biaya

sebesar Rp 20.000, anda sudah bisamenikmati permainan satu ini. Per-mainan yang membutuhkan keberaniandan mental kuat ini, selain digemariorang dewasa juga disukai anak-anak.

Meluncur dengan flying fox! bagai-mana rasanya ya?...Yang jelas anda akanmendapatkan pengalaman berbeda.Nyali anda akan ditantang dalam gameini. Dan akan lebih seru lagi kalaulintasannya panjang.

Junaidi Mulieng

B

FOTO-FOTO JUNAIDI MULIENG

Page 25: tabloid sipil edisi 18

25 12 - 20 Februari 2009 BISNIS

CMYK

CMYK

’MATA Ie Hillside. Tulisan ituterpampang pada sebuah span-duk di lereng gunung Mata Ie,Aceh Besar, sekitar setengahjam memakai motor dari pusat

kota Banda Aceh. Tempat wisata itumenjanjikan, menawarkan berbagaipermainan baru sekaligus wisatabagi masyarakat Aceh.

Setelah melewati beberapa tanja-kan dari gunung itu, akan terlihatsebuah tempat yang diberi pengamandengan pagar sekitar tiga meter. Dibalik pagar, tepatnya di tempat parkir,ratusan mobil serta motor pribadimemenuhi area sebelah kiri.

Sebuah pos lalu dilewati. Pe-ngunjung wajib membayar tiketmasuk, Rp 25.000 per orang. merekaakan mendapat soft drink serta fasilitasbebas berenang di kolam biasa dankolam air laut sampai sore. Kolamini akan dijumpai ketika menurunitanjakan dari pintu masuk.

Setiap pengunjung juga bebasbermain di area pohon dan jembatangantung, yang terletak di bagianbelakang D’Mata Ie Hillside, sertabebas untuk keliling tempat seluasdua hektar tersebut.

Tempat yang baru dibuka akhirtahun 2008 lalu, juga menawarkanberbagai hiburan permainan lain-nya. Misalnya jika ingin menikmatipermainan ATV sircuit (motor mesinkecil), yang terletak di tengah wa-hana bermain tersebut, harus me-nambah Rp 20.000 untuk empat kali

Menarik Laba di Mata IeTempat itu berawal dari arena pribadi, laludtawarkan ke umum. Jadilah arena wisatadan bermain yang menjanjikan. Setiap akhirpekan banyak keluarga yang berlibur kesana. Jadilah kawasan Mata Ie sebagai lahanbisnis hiburan baru.

putaran.Sedangkan bagi pengunjung

yang ingin menguji nyali denganbermain flying fox, bergelayutan danmeluncur dengan tali yang keting-giannya lebih dari 10 meter, dikenaibiaya tambahan Rp 20.000 untuksekali terjun. Soft gun atau arenapermainan tembak menembak alatentara sedang dalam proses izin danpengerjaan, belum bisa dinikmati.

Untuk keamanan pengunjung,permainan ini diawasi oleh pekerjayang sudah berpengalaman. Darisekian banyak wahana bermain,kolam renang yang paling banyakdiminati. Maklum, selain gratis,airnya juga sangat dingin dan segar.Sesuai dengan namanya Mata Ieyang berarti ‘mata air’, semua airyang terdapat di kawasan itu adalahdari mata air pegunungan. Mata Ieadalah sumber air alama yang men-jadi andalan penduduk Banda Aceh.

Selain tempat bermain, D’MataIe Hillside juga menyediakan tempatuntuk santai dan restoran yangdibuat di tempat yang menanjak,tempat duduk dibuat pada sisi kirilereng gunung batu yang berundak-undak, menambah keindahan tem-pat ini. Para pengunjung juga di-manjakan dengan keindahan gunungMata Ie, pepohonan menghijau sertaudaranya yang sejuk. Di sisi kanan,group band lokal menghibur parapengunjung dengan alunan musikyang merdu.

Bagi pengunjung yang inginmenikmati keindahan alam sambilmengadakan berbagai pertemuan,tempat ini juga menyediakan ru-angan untuk meeting. Melihat konseppembangunan D’Mata Ie Hillside,yang terbayang adalah sebuah kon-sep lokasi wisata yang mengan-dalkan keindahan pemandangan

alami: hutan Aceh. Boleh jadi inilahlokasi wisata pertama yang terdapatdi kawasan hutan di Aceh. Karenamenghadirkan konsep baru, tidakheran jika setiap akhir pekan banyakkeluarga yang boyongan ke sana.Mata Ie bisa ditempuh dengan meng-gunakan sepeda motor atau mobil.Jaraknya sekitar 15 km dari pusatkota Banda Aceh.

Selain sebagai lokasi hiburankeluarga, kawasan D’Mata Ie Hillsidebisa juga sebagai tempat rapat.“Sekarang saja ramai yang pesanuntuk berbagai keperluan acara perpaket. Untuk satu hari paket out bondRp 1,3 juta sampai Rp 3,5 juta,tergantung jumlah pesertanya,”ungkap Linda Darmawan, pengelolataman rekreasi tersebut.

Menurutnya, awal mula tempatitu dibuat untuk kepentingan pri-badi, berekreasi dan berlibur. Lamakelamaan karena banyaknya per-mintaan dari para relasi agar tempat

tersebut dibuka untuk umum, makatanggal 26 Desember 2008, tempat ituresmi dibuka untuk umum.

“Pada awalnya ide membukatempat ini lahir dari trauma orangAceh terhadap laut akibat tsunamipenghujung 2004 lalu, nggak beranike laut, kita buka tempat di gunungdan kebetulan di Aceh belum adatempat yang seperti ini,” ujar Linda.

Respon masyarakat terhadaptempat yang buka setiap hari inicukup bagus, terbukti saban Sabtudan Minggu jumlah pengunjungmencapai 1.000 orang. Sedangkanpada hari kerja jumlanya sekitarhanya 80 sampai 100 orang. “Kitanggak pernah menyangka kalauakan seramai ini, padahal awalnyahanya tempat rekreasi keluarga,”tambah ibu tiga anak ini.

Melihat antusias pengunjungyang baik, rencananya T Darmawansang pemilik D’Mata Ie Hillside akanmenambah beberapa jenis permai-nan lagi di tanah pribadi warisanmilik keluarganya itu. Seperti waterboom dan kebun binatang.

Rancangan tempat dengan ber-bagai permainan wisata itu telahmenghabiskan dana lebih dari Rp 8,8milyar. Darmawan yang arsitek itumerancangnya sendiri.

Tempat itu dibuka setiap hari, diluar Sabtu dan Minggu, arena dibukamulai pukul 09.00 WIB sampai pukul22.00 WIB. Akhir pekan, baru ditutuppada pukul 24.00 WIB. “Walaudibuka sampai larut malam, tempatini dilarang mesum,” kata Bustari,seorang penjaga.

Menurutnya, malam hari tempatini khusus dibuka untuk keluarga danmeeting, tidak untuk yang berpasang-pasangan belum menikah. Sedangkandi siang hari dibuka untuk umum, dantidak ada celah untuk berbuat mesum,karena semua ada pengawasannya.“Kalau untuk duduk-duduk dan santai,masih oke lah,” ujar laki-laki 38 tahunitu serius.

Untuk keamanan dan kenya-manan, arena rekreasi seluas duahektar ini mempekerjakan sekitar 50orang karyawan, mulai dari waiters,petugas pengawas permainan sam-pai satpam. Dengan gaji mulai dariRp 1,3 juta hingga Rp 2,5 juta per-bulan. Setiap petugas disediakanmess yang tersebar di sekitar tempatrekreasi tersebut.

Mellyan

D

FOTO-FOTO JUNAIDI MULIENG

Page 26: tabloid sipil edisi 18

2612 - 20 Februari 2009 UKM

AJAH Zulfikar tak lagidiselumuti senyum. Ketikamendengar Badan Behabili-tasi dan Bekonstruksi (BRR)akan mengakhiri masa

tugasnya di Aceh tahun ini, ia punmulai mengambil ancang-ancanguntuk memulai langkah baru.Bisnis batu bata yang sudahdigelutinya sejak lima tahun lalutampaknya tidak menjanjikanlagi.

‘’Saya mungkin akan beralihke bisnis perikanan, ‘’ katanya saatditemui di kawasan pabrik batubata miliknya di Aceh Besar.Seraya menunjukk ke tumpukanbatu bata yang menggunung dilokasi pabrik itu, Zulfikar berujar,‘’ Lihatlah batu bata itu. Sudahberbulan bulan teronggokmenunggu pembeli, tapi belumjuga laku.”

Padahal tidak sedikit danayang sudah diinvestasikannyauntuk memulai bisnis ini. Sebe-lumnya ayah dua anak inimengembangkan bisnis peri-kanan. Ia sempat punya dia boatpenangkap ikan yang beroperasidi Pantai Barat Aceh. Setelahtsunami melanda, ia beralihprofesi mengembangkan bisniskerajinan batu bata. Ia tertarik,karena selain memiliki jaringanke berbagai kalangan pengusaha,Zul mengaku punya teman diMedan yang juga berpengalamanmengembangkan bisnis ini.

Dari temannya itu, Zul lantasbelajar banyak tentang lika likubisnis batu bata. Ia menjual salahsatu biat pukatnya dan membelimesin pencetak batu bata diMedan seharga Rp 90 juta. Mesinitu sejatinya untuk mobil, tapikemudian dimodifikasi menjadimesin perakit batu bata. Dalamsehari, ribuan bata bisa dicetakdengan menggunakan mesintersebut.

Langkah Zulfikar tidak salah.Baru sebulan mengembangkanbisnis batu batanya, permintaantak pernah berhenti. Mesin yangdibelinya itu nyaris tidak pernahberhenti berbunyi. Denganmempekerjakan empat pemudasetempat, siang malam merekasibuk meracik batu bata untukkebutuhan rehab rekon di Aceh.

Dalam tiga tahun terakhir,pundi-pundi keuangan Zulfikarterus bertambah karena permintaanseakan tidak pernah berhenti.Dalam sebulan, paling sedikit iaharus melayani permintaan batubata sebanyak 10 ribu unit. Bahkan

Batu Bata tak Lagi JayaSeiring berakhirnya proses rehab rekon,permintaan batu bata semakin menurun.Pengusaha terpaksa banting harga. Bisnis batubata yang dulu sempat menggiurkan, kini taklagi bergengsi.

pada dua tahun pertama ia pernahkelabakan harus menyiapkanpermintaan dari kontraktorsebanyak 100 ribu batu bata.

Jika sebuah bata batu dihargaiRp 500, berarti dalam sebulanZulfikar pernah mendapatkanomzet hingga Rp 50 juta. Darijumlah itu, sekitar Rp 30 jutamerupakan keuntungan bersihsetelah dipotong harga beli tanahdan gaji pekerja hariannya.

‘’Saat itu bisnis batu batamemang sedang booming.Sampai-sampai saya harusmembeli dari pabrik lain karenapabrik yang saya punya tidaksanggup memenuhi permintaanpembeli,” katanya. Padahalsebelum tsunami, harga jual batubata di Banda Aceh hanya Rp 250per buah. Setelah tsunami, ketikarehab rekon tengah menggila,harga kalangan pengrajin me-naikkan harga jualnya hingga 100persen atau dua kali lipat. Begi-tupun, kebutuhan batu bata dibanda Aceh masih terasa kurang.

“Rasanya keputusan sayaberalih menjadi pengusaha batubata adalah keputusan yang tepatsaat itu,” ujar Zulfikar.

Memasuki tahun keempatpascabencana tsunami, mulailahtanda-tanda penurunan omzetdirasakan Zulfikar. Permintaanyang tadinya minimal 10 ribu perbulan, mulai menurun sedikitdemi sedikit. Belakangan penu-runan itu kian tajam. Bahkankalangan pengusaha konstruksimulai berani menawar hargalebih rendah lagi.

‘’Dulu kontraktor itu tidakpernah menawar-nawar harga.Mereka telepon dan butuh batubata sekian, lalu kami antar,”tambah Zul. Sekarang, kalanganpengusaha batu bata terpaksa

harus merayu agar produk batubatanya dibeli. Harga terpaksaditurunkan, dari Rp 500 per buahmenjadi Rp 300.

Dalam beberapa bulanterakhir, omset penjualan batubata di pabrik Zulfikar palingbanyak sekitar 5.000 buah perbulan. Dalam sebulan ia hanyamendapatkan hasil penjualan Rp2,5 juta. “Jelas hasil itu tidaksepadan dengan harapan sayadulu. Biaya operasional jugasangat besar,” katanya. Belumlagi biaya pembelian kayu untukpembakaran yang nilainya Rp 600ribu satu truk. Agar lebihberhemat, Zul terpaksa me-ngurangi jumlah karyawannya,menjadi satu orang saja.

Banyaknya pengrajin batu batadi wilayah Aceh Besar membuatpersaingan bisnis ini semakin ketat.Kalangan pengusaha kontruksi kinibisa leluasa memilih batu batayang mereka suka karena stoksangat banyak di pasaran.

Bisnis batu bata yang sempatmenjadi idola, kini tidak lagibergengsi. Berkurangnya aktivi-tas rehab rekon membuat permin-taan terus menurun. Kondisi iniyang membuat Zul bersiap-siapkembali ke bisnis lamanya, jadinelayan. Mumpung ia masihmemiliki satu kapal kecil penang-kap ikan yang selama ini dise-wakan kepada rekannya.

‘’Tampaknya batu bata akansaya tinggalkan. Saat ini sedangmusim ikan di pantai barat,”katanya. Saat ditemui di rumah-nya di kawasan Lhung, AcehBesar, beberapa waktu lalu, Zulsedang bergelut dengan jaring-jaring ikan yang lama tidakterpakai. Jaring itu disimpannyadi gudang belakang. ‘’Sudahempat tahun saya tidak meng-

gunakan jaring ini. Kini saatnyamereka digunakan lagi.”

Bisnis batu bata tetap tidakakan ditinggalkannya. Tetapdijalankan, namun hanya seke-darnya saja, sebab pembeli jugatidak terlalu banyak. Di lokasipembakaran batu batanya, Zulmemiliki empat dapur pem-bakaran. Masing-masing dapurbisa membakar delapan ribu batubata. Sekarang hanya dua dapursaja yang beroperasi, itupunsesekali.

Belum ada data yang pastiberapa jumlah pabrik batu batayang ada di kawasan Aceh Besar.Namun Zul memperkirakan lebihdari 200 lokasi pembakaran batubata di kabupaten ini. Belum lagibeberapa tempat yang ada disekitar Banda Aceh.

Sebelum tsunami melanda,pabrik batu bata di kawasan AcehBesar hanya sekitar 50 buah.Setelah tsunami, karena tingginyapermintaan, banyak pengusahayang mengembangkan bisnis ini.Yang terbanyak berada di AcehBesar karena bahan bakunya,tanah merah, mudah diperoleh dikaki bukit. Malah ada pulapengusaha di Banda Aceh yangmengembangkan bisnis batu batadi tengah kota, dengan membelitanah merah dari Aceh Besar.

Sekarang semua pengusahabatu bata itu bernasib samaseperti Zulfikar. Mereka me-ngeluh karena semakin turunnyapermintaan. Harga batu bataterpaksa diturunkan karenarendahnya permintaan pembeli.Ironisnya, biaya operasionaljustru semakin mahal, termasukgaji karyawan yang harus dinaik-kan seiring naiknya upah mini-mun regional di Banda Aceh danAceh Besar. Rizanul

W

Page 27: tabloid sipil edisi 18

27 12 - 20 Februari 2009 UKM

ENGKEL itu tergolong langka.Tak ada mobil atau motor yangparkir diperbaiki di sana, takjuga peralatan rumah tangga.Yang terlihat hanyalah kubah-

kubah masjid berbahan besi antikarat. Bentuknya bak perak yangmengkilap. Sebuah papan namaterpampang di atas kerangka beng-kel tersebut: Kubah Tamita Jaya. Dikalangan warga Banda Aceh, beng-kel yang terdapat di Desa Lueng Bataitu memang dikenal sebagai pusatpembuatan kubah masjid.

Bengkel tersebut didirikan olehImran Saleh. Dia memang seorangseniman logam yang sangat mahirmenciptakan kreasi dari besi. Imrantertarik mengembangkan bengkelkubah masjid karena sangat sedikitorang di Aceh yang tertarik me-ngembangkan bisnis itu. “Di Acehbanyak masjid, tapi hanya sedikityang bisa menciptakan bengkeluntuk kubah masjid,” katanya. Inilahyang dilihat sebagai peluang bisnisoleh Imran Saleh.

Dia membangun usahanya diAceh pascatsunami lalu. Bengkelnyasederhana, sebuah ruko berukuran 3 x4 meter yang dipenuhi besi dan rangka

MelirikBisnisLangkaSukses mendirikan bengkelpembuatan Kubah di Pulau Jawa,Imran akhirnya memutuskan pulangkampung ke Aceh dan mendirikanusaha pembuatan kubah masjid diBanda Aceh. Pasarnya tersebar diseluruh Aceh. Biasanya menjelanghari raya omset akan naik.

kubah. Saat SIPIL menjenguk ke sana,suara bising timbul dari mesin sertapalu yang beradu dengan rangkakubah. Cat bagian dinding ruko mulaiterkelupas. Tempat tersebut disewa Rp10,5 juta pertahun.

Imran memanfaatkan bagianbelakang ruko untuk tempat tinggalpengurus bengkel dengan istri dananak mereka yang ikut membantumembuat kubah tersebut.

Sejatinya, bengkel tersebutadalah sebuah cabang dari usahapembuatan kubah yang terdapat diJakarta dan Medan. Sang pemilik,Imran Saleh yang asli putra Aceh,sebelumnya telah sukses membukausahanya di Pulau Jawa. Karena itupula, dia membuka cabang bengkelkubah di Aceh. Para pekerjanyaberasal dari Bandung, Jawa Barat.Termasuk Haris, ketua cabang beng-kel kubah Aceh. Sementara beng-kenya yang di Jawa tetap berjalansampai sekarang.

Imran sendiri mulai banting stirmenjadi pengrajin kubah masjidketika ia tinggal di Jakarta. Mulanyaia hanya ahli bangunan biasa. Suatuketika ia mendapat order untukmembangun masjid. Di sanalah ia

mulai merancang pembuatan kubah.Sejak saat itu ia terus belajar danmempelajari teknik khusus pem-buatan kubah masjid. Kebetulan kalaitu banyak pesanan kubah masjid diPulau Jawa, sehingga bisnis Imranmulai maju. Ia juga membuka pen-didikan kursus pembuatan kubah dibengkelnya di Jakarta.

Ketika tsunami menghantamAceh, Imran terpikir bakal banyakmasjid yang akan direnovasi setelahrusak dihantam gelombang raya itu.Kebetulan ia ingin sekali pulangkampung. Maka klop lah, impianpulang kampung bisa berjalan,sekaligus bisa membuka ladangusaha baru di Banda Aceh. Berbekalkeahlianya itulah, Imran membukausaha baru di Banda Aceh. Benar saja,ketika pertama kali berdiri, banyakorder yang diterimanya.

Bengkelnya di Banda Aceh yangmulai beroperasi awal 2005 itu, sampaisekarang bahan bakunya masih di-datangkan dari pulau Jawa. Untukmembuat kubah masjid, dibutuhkanbesi dan lempengan stainless mengkilapuntuk menutup serta melapisi rangkabesi, bakal kubah masjid.

“Di sini bahan bakunya susahdidapat. Kalaupun ada, harganyamahal, pekerjanya juga dari Jawakarena di sini susah cari orang untukkerja,” ujar kepala bengkel, Harisyang telah memutuskan untuk me-netap di Aceh.

Kubah masjid berukuran be-ragam, mulai yang paling kecilberdiamater 40 sentimeter sampaiyang paling besar, ukuran 12 meter.Namun Haris juga menerima pem-buatan kubah sesuai pesanan. Pe-ngakuannya beberapa waktu lalu,mereka membuat kubah denganukuran 18 meter.

Menurutnya, untuk membuatsatu kubah berukuran 40 sentimeter,menghabiskan seperempat lembarstainless yang berukuran 1 x 2 meter.Sedangkan untuk membuat kubahukuran 12 meter menghabiskan 140lembar. Satu lembar stainless dibelidengan harga Rp 200 ribu.

Proses penyelesaiannya juga

tergantung besar atau kecil kubahyang disiapkan. Biasanya untukmenyelesaikan sebuah kubah yangberukuran 40 sentimeter, dibutuhkanwaktu tiga hari. Harga jualnya Rp4,5 juta. Sementara untuk menye-lesaikan kubah 12 meter, diperlukanwaktu seminggu lebih, dengan hargajual Rp 144 juta perbuah.

Dalam sebulan, bengkel kubahtersebut menjual satu atau dua kubahmasjid. Haris tidak bisa menghitungsecara jelas berapa omset bengkel itudalam sebulan. Soalnya, tingkatpenjualan juga tidak tetap.

“Pernah juga nggak laku samasekali dalam satu bulan, tapi kita tetapmembuatnya untuk stok. Sekarang,kubah yang besar paling banyaklaku,” ungkap ayah dua anak ini.

Konsumen kubah masjid dariTamita Jaya ini tersebar di seluruhwilayah Aceh, mulai dari pesisir baratselatan hingga utara dan timur Aceh.Bahkan mereka juga memenuhi pe-sanan stok kubah masjid dari Bireuen.

Pesanan sepi biasanya pada per-tengahan tahun. Mereka akan ke-banjiran order menjelang lebaran.“Mungkin waktu lebaran ramai yangbuat masjid atau renovasi,” ujar Haris.

Haris membawahi sepuluh or-ang pekerja. Mereka digaji Rp 30.000sampai Rp 60.000 per hari, sesuaidengan berat pekerjaan masing-masing. Jumlah tersebut bersih, diluar jatah makan yang sudah menjaditanggungan bengkel Tamita Jaya.

Bengkel ini menjual dua jeniskubah, yaitu kubah berbentuk se-tengah lingkaran dan kubah biasaatau lingkaran penuh. Dari satu buahkubah yang berukuran besar, pe-miliknya mendapat keuntunganbersih 20 persen. “Keuntungan itusudah dipotong untuk gaji pegawaidan membeli bahan baku yangtergolong mahal itu,” kata Haris.

Selain memproduksi kubahmasjid, bengkel ini juga menerimatitipan kubah yang berasal dari Jawauntuk dijual, dengan cara membagikeuntungan hasil penjualan bersamapihak yang menitip kubah tersebut.

Mellyan

B

FOTO-FOTO JUNAIDI MULIENG

Page 28: tabloid sipil edisi 18

2812 - 20 Februari 2009 PARIWARA

NTUK membuat laporan in-dept reporting berita televisi,tidak mesti menonjolkan ka-mera, itu poin ketiga. Yang

penting melakukan observasi, fokusyang jelas dan ada bahan awal,” ujarDhandhy Dwi Laksono, produsersalah satu terlevisi swasta dalamsebuah kegiatan belajar mengajar diBanda Aceh.

Para mahasiswa mahfum. Be-ragam pertanyaan pun muncul.Semuanya demi mendalami ilmujurnalistik untuk melakukan liputanyang lebih baik. Dandhy menjabar-kan semua pertanyaan itu berda-sarkan kemampuan yang dimi-likinya. Banyak yang puas, danbarangkali ada juga yang masihkurang menangkap. Ya, itulah dina-mika yang berlangsung di ruangbelajar Muhamrram Jurnalis School,sebuah lembaga kursus jurnalis yangbaru berdiri di Banda Aceh. Dandyhanya satu dari beberapa wartawanyang memberi kuliah umum dikursus itu. Dia diundang dari Jakartauntuk memberikan kuliah umumberdasarkan pengalamannya se-bagai wartawan TV.

Muharram Jurnalis School (MJS)adalah sekolah yang lain dari bi-asanya. Pendirian lembaga kursus inidiprakarsai Aliansi Jurnalis Inde-penden (AJI) Banda Aceh. Hara-pannya, MJS akan menjadi sekolahuntuk para calon wartawan di Aceh.

Arena Belajar Kuli Tinta

AJI Banda Aceh membidani lahirnya sekolahjurnalistik di Banda Aceh. Pendanaannya dariKanada. Idealnya guru harusnya wartawanlokal, bukan wartawan Jakarta.

MJC diresmikan pada Novem-ber 2008 silam oleh Debra Bucher,Perwakilan Development and Peace(D&P), sebuah organisasi non pe-merintahan asal Kanada yang ter-libat dalam pemulihan kondisi Acehpascatsunami. D&P lah yang men-danai operasional sekolah tersebutselama dua tahun ke depan.

Maimun Saleh, Rektor MJCkepada Sipil mengatakan, sekolahdibuka karena banyak jurnalis Acehyang tidak memiliki akses untukpendidikan formal dalam mening-katkan kemampuan jurnalistiknya.Akibatnya karya jurnalistik cen-derung bernilai rendah. “Lainnyaadalah agar adanya proses regenerasiwartawan di Aceh,” ujarnya.

Nama Muharram diambil darinama Ketua AJI Banda Aceh, Muhar-ram M Nur, wartawan Aceh yangmeninggal saat bencana tsunamimelanda Aceh, 26 Desember 2004silam. Muharram adalah ketua AJIkedua semenjak organisasi ini ber-diri di Banda Aceh pada 2000.

Lembaga pendidikan jurnalis initerbuka bagi siapa saja yang ber-minat di bidang jurnalistik. MenurutMaimun, tahap pertama, MJC me-nerima sebanyak 60 orang. Merekaterdiri dari pekerja pers pemula danmahasiswa dari berbagai perguruantinggi yang menyukai jurnalistik.Masuk sekolah tak sembarang, tapimelalui proses seleksi yang ketat.“Ada 200 orang yang mendaftar,setelah diseleksi tinggal 60 orang,”ujar Maimun

Mahasiswa terbagi dalam tigakelas, cetak, radio dan televisi. Untukmemudahkan proses belajar me-

ngajar, kelas cetak dibagi dalam duabagian, untuk mahasisiwa dan jur-nalis. Sedangkan radio dan televisikhusus untuk para jurnalis yangumumnya masih pemula.

Mahasiswa MJC akan dibinaselama satu semester atau enambulan dengan jadwal belajar harisabtu, ditambah dua kali kuliahumum dalam sebulan, yang meng-gabungkan semua kelas. Tenagapengajarnya adalah jurnalis seniordari lokal dan nasional.

MJC menerapkan sistem belajardengan menggabungkan teori danpraktik. Untuk mendukung kegiatantersebut, MJC menyediakan fasilitaslaboratorium bagi kelas cetak, agarmemudahkan mahasiswa menulisserta mengolah berita. Sedangkankelas radio dan televisi disediakanfasilitas studio. “Setelah merekabelajar teori bisa langsung praktik,ini untuk memudahkan mahasiswadalam belajar,” ujar Maimun.

Sekolah gratis, tidak memungutbayaran apapun. Minimal untuktahap pertama dalam dua tahun kedepan. Menurut Maimun, sekolahtersebut nantinya akan diplot jangkapanjang, menjadi sebuah lembagapendidikan yang permanen di Aceh.

Setelah tidak lagi didanai D&P,sekolah akan berusaha mencari fund-ing lain. Juga akan mewajibkansiswanya untuk membayar, sampaikepada menawarkan program pe-latihan menulis kepada instansi yangmembutuhkannya. “Kita tatap upa-yakan sekolah itu tidak mati.”

Menurut Ketua AJI Banda Aceh,Muhammad Hamzah, didirikannyaMJC bertujuan untuk mendidik

jurnalis muda yang profesional danbertanggung jawab. Diharapkannantinya berita yang tersaji di ber-bagai media massa kepada publiklebih berkualitas. Terutama karenadirasakan adanya kesulitan re-generasi di level penulis dan re-daktur.

Hamzah menambahkan, jurnalismemegang peranan penting bagiAceh yang saat ini dalam masa transisi,setelah konflik maupun pascatsunami.Media punya andil dalam menjagaperdamaian Aceh maupun hak asasimanusia. “Karena media mempunyaikekuatan besar membentuk caraberfikir sebuah bangsa.”

Nana Muliana, Mahasiswa Fa-kultas Dakwah Institut Agama IslamNegeri Ar-raniry (IAIN) yang men-jadi seorang mahasiwa di MJC , seko-lah tersebut merupakan lembagapendidikan pendukung bagi anakmuda yang ingin belajar sekaligusmemperdalam ilmu jurnalistik.

Dengan tenaga pemgajar handalyang berasal dari daerah dan na-sional, para jurnalis pemula bisabelajar profesional. “Banyak hal baruyang saya dapatkan dari MJC. Se-perti cara menulis serta metodemenghadapi narasumber yang sesuaijurnalistik,” ujarnya.

Walaupun demikian, Nana me-ngakui metode yang diterapkan MJCbelum sepenuhnya sesuai denganharapan. Seperti masalah kedisip-linan serta kuliah umum yang diang-gapnya membosankan. “Sebenarnyaudah lumayan untuk kuliah khusus,tapi waktu kuliah umum terasamembosankan, kayak kuliah dikampus juga, mungkin karena rame,”ungkap perempuan kelahiran 1987ini.

“Kalau masalah disiplin, terasamasih kurang. Contohnya bataspengumpulan tugas, terkesan nggaktegas sehingga kita nggak terpacuuntuk menyelesaikannya,” tambahNana.

Ia berharap kedisiplinan sertametode belajar bisa lebih variatifsehingga mahasiswa MJC berse-mangat mengikuti kuliah sertadapat menyerap ilmu yang diberikantenaga pengajar dengan sempurna.

Terkait kurang disiplinnya MJC,terutama kurang tegasnya prosespenugasan mahasiswa, Maimunmengakui hal itu. Dia berjanji,sekolah akan terus memperbaiki dikemudian hari. “Maklum, kita masihbaru dan sedang membenahi se-muanya,” demikian Rektor MJC.

Adi W, Mellyan

“U

jurnalismemegang

peranan pentingbagi Aceh yangsaat ini dalammasa transisisetelah konflikyang panjang ”

“ JUNAIDI MULIENG

Page 29: tabloid sipil edisi 18

29 12 - 20 Februari 2009 SENI

Tokoh Absurd dalam Diri KitaOleh: Djamaluddin Sharief *

ELALUI bukunya, TheAnatomy of Drama, MartinEsslin dalam salah saturisalahnya menyatakan

bahwa kandungan masalah yangterdapat dalam teater modern makinlama akan semakin komplek. Teatermasa kini, seiring dengan melajunyaperadaban umat manusia tidak hanyaberbicara seputar nasibnya, moral dankekuasaan seperti pada zaman Yunanikuno, melainkan sudah semakinterfokus pada masalah-masalah yanglebih spesifik seperti bahasan politik,ekonomi dan hubungan antar manusiasecara individu.

Pada akhir abad ke-19, munculteater modern yang diakibatkan olehkeraguan manusia terhadap ke-benaran-kebenaran dari nilai-nilaiyang hadir di tengah masyarakat.Padahal manusia itu sendiri dapatmenciptakan peradaban baru dengannilai-nilai yang baru pula.

Teater modern sejak munculnyamulai berkembang di seluruh dataranEropa dan kemudian menjalar keAmerika Serikat serta bagian dunialainnya. Sedangkan absurditas dalamteater muncul setelah Perang Dunia IIdan merambah seluruh dataran Eropa.Bentuk teater ini menolak untukdigolongkan ke dalam aliran-aliranyang sudah ada dan lebih memberiperhatian pada sisi kemanusiaan.

Albert Camus, salah seorang yangpaling fasih menjelaskan absurdismemenyebutkan bahwa manusia absurdialah manusia yang di satu pihakmenyadari keinginannya untuk hidupdalam ketertiban, di lain pihak

Karya seni pada umumnyaadalah perkawinan ataupergulatan antara pikiran danperasaan seniman yangsubjektif dengan realitasobjektif yang ada dalamdalam kehidupannya.Subjektifitas seniman munculdisebabkan pilihan hidupyang dibentuk olehlingkungan seniman itusendiri. Sementara objektifitashadir dalam realitas manusiatanpa bisa dinafikan.Pergulatan inilah yangmenjadikan karya seni itubermakna.

menyadari pula bahwa alam semestatidaklah tertib. Di satu sisi iamendambakan rasionalitas, di sisi lainbahwa alam semesta tidaklah rasional;hatinya penuh pertanyaan bilaberhadapan dengan alam semestayang bisu; hasratnya yang menggapai-gapai makna hanya menangkap ruangyang kosong tanpa makna.

Ditambahkan oleh Camus bahwamanusia hidup tidak bahagia dan ia(kemudian) mati. Manusia tidak tahuuntuk apa ia menderita dan mati.Nasib manusia yang seperti itu tidakbisa lain kecuali bersifat konyol aliasabsurd.

Absurditas dalam konsep AlbertCamus tersebut memiliki kemiripandengan konsep chaos yang ditulisZiauddin Sardar dan Iwona Abramsyang menjelaskan bahwa chaosmenarik karena ia menghubungkanpengalaman sehari-hari manusiadengan hukum-hukum alam dengancara mengungkapkan kaitan samaantara manusia kesederhanaan dankompleksitas serta antara keteraturandan keacakan. Chaos menampilkansebuah semesta yang pada suatu saatdeterministik dan mematuhi hukum-hukum fisika dasar, namun berpotensiuntuk menjadi tak teratur, kompleksdan tak teramalkan.

Banyak naskah-naskah teater yangberbicara tentang tokoh yang hidupdalam pertentangan keinginan, antarakeinginan manusia terhadap hidupyang tertib dengan keinginan manusiayang irrasional. Terdapat tokohsebagai raja sudah terbiasa dengankalimat-kalimat perintah dan ini

merupakan wujud dari otokrasikekuasaan, menginginkan dirinyadiperintah yang merupakan wujudirrasional dalam otokrasi kekuasaan.Hal ini merupakan kekonyolan-kekonyolan dari keinginan manusiayang kadangkala tidak rasional.Seperti juga sering tanpa sadar munculsosok lain dalam diri kita bila kitamau jujur. Kita acap merasa bukan dirikita pada waktu-waktu tertentu.

Nah, tokoh absurditas dalamnaskah teater akan terlihat bahwamanusia pada sisi tertentu memilikikeinginan yang tidak masuk akal danmenunggu sesuatu yang tidak jelas.Dalam kehidupan sehari-hari seringterlintas keinginan yang sama denganmenuntut sesuatu yang tidak jelassebagai wujud dari keinginan manusiasecara umum yang juga kadang-kadang tidak jelas.

Dalam pandangan filsafat absurd,memang tidak ada yang dapat dicapaiatau ditunggu dalam alam semestayang irrasional. Oleh karena itu makakeinginan yang terlintas sesaat hanyasemata-mata hendak pergi melanglangbuana dalam jagad pikiran yang aneh.Jagad pikiran tersebut tidak jelas maubermuara kemana. Akan tetapiabsurditas memang mengarah padasesuatu yang tidak jelas, yang di-pentingkan adalah masalah bukanmenyelesaikan masalah.

Karya absurd seperti SamuelBeckett dan Eugene Ionesco, menarikperhatian kita untuk lebih me-renungkan makna hidup, dengansebuah pertanyaan sederhana; maknaapa yang akan kita berikan pada hidup

kita ini?Benny Yohanes mengatakan

bahwa menjadi aktor adalah usahamemaparkan hakikat sebuah kejadian.Dalam teater kejadian-kejadian ituterutama di ekspresikan melalui kata-kata. Kata-kata adalah bentukpengabdian dari suatu kejadian.Karena itu, tantangan yang palingprinsipil bagi aktor teater adalahkesanggupannya untuk merawat kata-kata yang mengungkapkan emosiabadi yang termuat di balik kata-kata.

Lalu bagaimana dengan kita,pengalaman empirik yang seringdisebut dejavu atau hal lain yangsenada dengan itu. Sudah siapkah parateaterawan di Aceh untuk menyelamipikiran-pikiran konyol dalam teater?Tentu saja dengan kemasan yang layakdan dapat dicerna oleh masyarakatpenonton. Meski pada sisi lain, teaterseharusnya mampu mencerdaskanpenonton lewat tontonan yang tidakhanya menyuguhkan persoalankelucuan semata.

Nilai pesan jauh lebih pentingketimbang hanya berkutat padakelucuan yang sebenarnya tidak lucu.Paling tidak para teaterawan Acehjangan sampai terjebak pada ke-dangkalan berpikir sehingga tidakterjadi adaptasi yang mentah terhadapnaskah-naskah dari barat. meskipunbegitu, ada usaha untuk mencobabelajar lewat naskah-naskah yangmampu mencerdaskan aktor, sutradaradan tentu saja, penonton di Aceh.

Penulis adalah Alumni SekolahTinggi Seni Indonesia (STSI) PadangPanjang, berdomisili di Banda Aceh.

M

Page 30: tabloid sipil edisi 18

3012 - 20 Februari 2009 BUDAYA

ERTENGAHAN Januari 2009lalu, di pedalaman AcehBesar, para seniman meng-gelar tikar plastik, sebagaialas untuk mereka dan

warga. Pada sebuah tanah lapangdi depan kantor desa Lheu,Kecamatan Seulimum, merekapunya hajatan menghibur wargadengan pentas teater.

Anak-anak, muda-mudi dantetua desa berkumpul sore itu,menonton aksi seniman yangtergabung dalam KomunitasSeniman Muda Aceh atau di-singkat KOSMA. Mereka me-nyaksikan semua ulah anak-anakmuda itu sampai usai. Sebuah

Untuk menggugah kepedulian warga Acehterhadap orang cacat, kalangan senimanAceh menggelar acara keliling kampung.Mereka menyebutnya program saweugampong. Dengan pertunjukan teater,mereka mengundang agar semua wargamenghargai penyandang cacat.

Teater untuk Gampongteater yang dikemas dalamsandiwara keliling dan diiringipentas musik kontemporer,paduan alat musik tradisional danmodern.

Pemimpin KOSMA, IwanSetiawan sebelumnya menjelaskanterlebih dahulu tentang tujuanmereka menggelar acara tersebut.Selain menghibur, masyarakatAceh yang berdomisili di pe-desaan, menurutnya, sangatmemerlukan informasi dan hal-hal yang dapat memberikan efekpositif terhadap pemikiran awamorang desa.

Karena itulah mereka menge-mas program Saweu Gampong,sebuah program yang pernahpopuler saat tsunami masih belumterlalu jauh dari ingatan. Kini aksiit hampir tak terdengar gaungnya.Maklum, kurang donator hinggadana pun cekak. Banyak senimanyang tak sanggup lagi masukkampung.

Tapi KOSMA terus saja maju.Gayung bersambut ketika Handi-cap dan PIDA – dua lembaga

donor yang peduli dengan budaya— mau be kerjasama. Mengangkatisu sosialisasi untuk wargatentang Penyandang Cacat,mereka keliling dengan teaternya.Wilayah cakupan yang merekakunjungi lumayan luas di AcehBesar. Di antaranya; Lamnga, IeSueum, Lamtengoh, Lambaro,Lamkawe, Pante Raja, Dilip Bukti,Buklok, Lheu, Sepat Baro danLamteba.

“Sosialisasi ini sebenarnyalanjutan program tahun kemarin,kali ini kita bersosialisasi di 16desa. Sosialisasi ini sudah kitalakukan sejak 11 Januari lalu danakan berakhir pada 7 Maret 2009,”ujarnya

Iwan menambahkan, ketertari-kan mereka atas program inikarena rasa kemanusiaan. Me-nurutnya, semua orang perluberinteraksi, tanpa kecuali. Pentasseni yang mereka pertontonkan kependuduk desa adalah teater.Dalam teater itu, mereka me-ngajak semuanya peduli terhadapsaudara-saudara penyandang

cacat, baik yang cacat sejak lahir,cacat karena konflik atau karenatsunami. Pentas itu sekaligusmengandung misi mengajak orangcatat untuk tampil percaya diri.Jangan merasa kalah denganorang normal.

Umumnya mereka yangmengalami cacat tubuh, kataIwan, akan minder baik secarapribadi maupun dalam kehidupanlingkungannya. “Kami inginmenuntun mereka pada wilayahyang lebih positif dan me-yakinkan mereka dan wargaumumnya, bahwa penyandangcacat juga mampu berbuat lebihdari orang-orang yang normal.”

Dalam melakukan sosialisai,para seniman KOSMA membuatmini drama yang berisikan pesan-pesan langsung yang menggugahkehidupan masyarakat Gampong.Bahasa yang digunakan sangatsederhana dan mudah dimengerti.Bahasa daerah menjadi andalankarena banyak orang kampungtidak tidak paham bahasa na-sional.

P

RAHMAD SANJAYA

Page 31: tabloid sipil edisi 18

31 12 - 20 Februari 2009 BUDAYA

Dimana Tabloid SIPIL Bisa DidapatAnuar ArJl Cut Nyak Dhien Setui.Banda AcehM. FadirJl Banda Aceh Medan Kios RemisGrong-grong. SigliHp. 08126997662YanuarJl Iskandar Muda SigliHp. 085277316526ZulkifliJl Banda Aceh Medan sampingToko Bahagia BeurneunM. JafarJl Banda Aceh Medan depanBpd LumputuHp. 085277112544Muklis/JafarBelakang Halte Bus TrenggadingHp. 081360965535Toko Buluh IndahJl Iskandar MudaKota MeurduBnga YadiToko Planet SamalangaHp. 081269806521ArmiyaJl Gajah No. 2 terminal BireunHp. 085260291090AlahuddinJl Banda Aceh Medan Patupataceh UtaraUsmanJl Suka Ramai LhokseumaweHp. 081360027784MahiddinSamping Masjid Mon GeudongLhokseumaweHp. 081360163142Faruddin Toko BerdikariJl Banda Aceh MedanLhoksukonHp. 085277776050Toko SinarJl Cikditoro no. 24 Panton LabuHp. 085261679335Toko DinarJl Banda Aceh MedanLhok NibungM. NasirJl Banda Aceh MedanJolok, Kuta BinjaiHp. 085261747605Bapak UmarToko Buku Bina IlmuJl Banda Aceh Medan Idi Rayeuk

Hp. 064621785MuklisToko Multi MediaJl Banda Aceh MedanHp.08527089524YosainiJl A. Yani No 33 Depan Masjid Raya LangsaHp. 085262260200JailaniJl Rel kereta api. No. 1LangsaHp. 081361768187Jhon FirlyJl Yos Sudarso BelkodaTakengonHp. 081360067752Toko SaliJl Takengon Pondok BaruSimpang TigaBener MeriahRapi IndahJl Syiah Utama Pondok BaruBener MeriahRamdaniUb Waspada Jl Gajah Mada No. 62MeulabohHp. 081269232506FikriJl Syiah Kuala,Kantor DPW PRA Aceh BaratHp. 081377272009AdiJl Melauboh TapaktuanBlang PidieHp.081360701290MuklisToko Buku AlqaidaBlang PidieHp. 081360568989Teja Kesuma Kordinator JKMA,Aceh Selatan Loket Sejati Tour MeukekHp. 085260434245Maryada Adziya AgencyJl Tapaktuan MedanKedai RundingHp. 085277333307NadirsyahJl A. Yani Toko Obat Segar KutacaneHp. 081376069699Bang AgusJl B.Aceh - MedanKuala SimpangHp.085297319029Erwin WijayaPerusahaan Angkutan UmumCV. Anugrah Jaya Jl Masjid Pase SingkilTlp. 0658-21095

Misalnya, mereka pernahmempertontonkan sebuah ceritatentang seorang anak cacat yangjustru berhasil dalam pendidikan.Ada pula kisah lain tentang anakcacat yang sangat baik hati. Semuatontonan itu memang bertujuanuntuk menggugah kesadaransemua orang terhadap cacat fisik.

Walau tema yang diangkatsangat sederhana, namun dayatarik terhadap tontonan tersebutsangat tinggi. Setiap acara yangdigelar, penonton umumnya sangatramai.

Daya pikir dan nalar paraseniman ini sangat brilian, merekasanggup merangkul masyarakatgampong hampir ke seluruhpelosok untuk menyaksikansosialisasi baik di balai desamaupun di lapangan desa. Terbuktisetiap kali mereka hadir di desa,penontonnya lumayan banyak danantusias. Seniman muda ini jugamelakukan sosialisasi melaluiposter dan spanduk agar ma-syarakat desa tahu, bila merekaakan datang.

Seorang personel KOSMA,Fuad mengatakan, sebelum merekatampil, tim promosi terlebihdahulu menjumpai kepala desa.Izin kemudian didapat, mereka lalubergerak untuk menempelkanpengumuman dan membagi poster.

“Selama kami melakukansosialisasi sebelum pertunjukan,kami tidak mengalami kendalaapapun, yang ada hanya antusiasaparat desa yang kami lihat.Hampir semua desa yang kamidatangi memberikan respon positifatas kegiatan ini,” ujar Fuad

KOSMA kerap mendapatacungan jempol dari aparat desadan tidak jarang setelah sosialisasi,para ibu, aparat desa dan anak-anaksesungukan melepas kepergianmereka. Para seniman itu telahmemberikan pemahaman yangsangat hakiki bagaimana

menghargai sesama manusia,termasuk orang cacat sekalipun.

Misalnya ada satu yang palingmembekas pada KOSMA, ketikamereka akan meninggalkan DesaLamnga. Para ibu-ibu memberikanmereka lontong sayur. Katamereka, warga tidak bisamembayar mereka apapun, hanyalontong sayur yang mereka punya.“Semoga adik-adik jangan bosandatang ke desa kami ini,” kata Iwanmenirukan pesan seorang ibu.

“Saya langsung terenyuh dantidak dapat berkata apa-apa lagi,bagi saya inilah penghargaan yangpaling tinggi selama ini, karenaibu-ibu itu memberi atas dasarkeikhlasan yang tinggi ataskehadiran kami di desa mereka,”urai Iwan.

Dari hasil program SaweuGampong oleh KOSMA, beberapadesa di Aceh Besar sudah terlihatkemandirian beberapa penyandangcacat yang dulunya takut ber-interaksi dengan masyarakat didesanya. Mereka tak segan lagiberbaur dan mengerjakan banyakhal. Beberapa orang penyandangcacat yang dijumpai KOSMA,optimis merubah pola hidupmereka dari ketergantungandengan keluarga menjadi kreatifdan mandiri.

Teater untuk gampong terussaja dilakoni oleh mereka paraseniman muda. Keluar-masukgampong untuk sebuah sosialisasi,mungkin ke depan juga tentangperdamaian. Selain menghibur,juga berisi pendidikan.

Aksi brilian seniman Aceh inisekaligus menampik anggapanbahwa karya seni hanya kerapdipertontonkan untuk orang kota.Nyatanya, karya seni seperti teatersudah mulai dikenal masyarakatdesa. Teater juga alat sosialisasiefektif untuk menyampaikanprogram pemerintah.

Rahmad Sanjaya

Page 32: tabloid sipil edisi 18

3212 - 20 Februari 2009

CMYK

CMYK