TABLOID GABE EDISI EMPAT

16
Rekson Sitorus LUMBAN RUHAP PENGUSAHA ULUNG dari MENYINGKAP FAKTA KEMERDEKAAN DI HABINSARAN EDISI 4 | OKTOBER 2013 EDISI GRATIS DAFTAR CALEG TETAP DAN NASSAU HABINSARAN, BORBOR, HABINSARAN MENUJU KABUPATEN KE-26 DI SUMUT

description

TABLOID GABE KEMBALI MENYUGUHKAN BERITA-BERITA HANGAT DAN SPEKTAKULER

Transcript of TABLOID GABE EDISI EMPAT

Page 1: TABLOID GABE EDISI EMPAT

Rekson SitorusLUMBAN RUHAP

PENGUSAHA ULUNGdari

MENYINGKAP FAKTA KEMERDEKAAN DI HABINSARAN

EDISI 4 | OKTOBER 2013ED

ISI G

RATIS

DAFTAR CALEG TETAP

DAN NASSAUHABINSARAN, BORBOR,

HABINSARAN MENUJU KABUPATEN KE-26 DI SUMUT

Page 2: TABLOID GABE EDISI EMPAT

02 GABE© Oktober 2013

Dewan Redaksi:

Maddenleo T Siagian, Juliardos JM Lubis

Pemimpin Redaksi: Ishak H Pardosi

Redaktur: Pangeran Pardosi

Reporter: Budi Simanjuntak

Kartunis: Jeff Rekando

Situs: www.tabloidgabe.com

Email: [email protected]

Alamat Redaksi: Taman Chrysant I Blok O3 Nomor 6, Sektor

XII.3 Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan 15317

Mencoba Listrik Tenaga Air Sungai

Siapa sangka kalau kawasan Puncak Bogor yang hanya berjarak 50 kilometer dari Jakarta, masih saja ada warga yang belum kebagian listrik. Nasib buruk ini menimpa keluarga Ahmad

Sanip, seorang petani dengan tujuh orang anak. Keluarga Sanip tinggal di rumah sederhana di tepi sungai Curug Panjang, Desa Ciamiang, Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat.

Meski dinomorduakan pemerintah, Sanip tak berkecil hati. Ia lalu meracik tenaga listrik menggunakan tenaga air sungai di pinggir rumahnya. Alatnya biasa saja, berupa kincir sederhana dan dinamo. Namun, kincir air Sanip mampu mengelu-arkan daya 300-400 Watt. Lumayan buat menerangi rumahnya sendiri, termasuk untuk televisi dan setrika. Hebatnya lagi, Sanip sudah menikmati listrik buatannya sejak 16 tahun silam.

Sanip bercerita, cara pembuatan pembangkit listrik tersebut cukup mudah. Pertama, membuat selokan kecil di tepi sungai. Selokan itu berguna untuk me-nampung air sungai. Air sungai ditampung atau dibendung, agar air mengalir dengan stabil atau tenang. Air yang mengalir ini kemudian jatuh di atas kincir. Air yang jatuh itu akan membuat roda kincir berputar. Perputaran kincir ini kemudian dihubungkan ke dinamo, sehingga menghasilkan listrik.

Cara pemeliharaan kincir air pun

mudah. Yang penting, kincir harus sering diperiksa dan dibersihkan secara teratur. Selain itu, kalau ada bagian kincir yang kendur atau rusak, harus segera diperbaiki. GABE

EDITORIAL

Page 3: TABLOID GABE EDISI EMPAT

03Oktober 2013 ©GABE

Hiruk-pikuk pesta kemerdekaan ke-68 Republik Indonesia baru saja berlalu. Parade anak-anak sekolah menuju lapangan upacara menjadi pertanda dimulainya puncak perayaan ke-merdekaan di Parsoburan. Ritual lain yang tak kalah seru adalah pertandin-gan berbagai cabang olahraga di samp-ing gemuruh tepuk tangan di tengah lapangan lomba tari-tarian. Indonesia merdeka, Parsoburan merdeka. Meski harus diakui pula, kemerdekaan ses-ungguhnya belum merata di seluruh Nusantara.

erdeka. Itulah tema be-sar yang diusung setiap 17 Agustus tiba. Warga Habinsaran, Borbor, dan Nassau juga termasuk di dalamnya. Kemerdekaan

semakin sempurna setelah rezim reformasi menawarkan segala kebebasan. Bebas bicara, bebas berpendapat, dan bebas berekspresi. Barangkali, kebebasan itu sudah menjadi ba-gian yang seutuhnya dinikmati masyarakat Habinsaran dan sekitarnya. Tidak ada lagi dis-kriminasi. Tidak lagi melulu menjadi monop-oli PNS atau segelintir kelompok yang dekat dengan penguasa. Walau harus diakui pula, kebebasan itu seringkali tidak diinginkan pi-hak yang merasa kepentingannya terganggu. Alergi kritik, lebih tepatnya.

Wajah Habinsaran pasca kemerdekaan me-mang sudah banyak berubah. Pembangunan kian berdenyut oleh datangnya era otonomi daerah. Itu harus disyukuri. Roda perekono-mian sudah lumayan berjalan kencang. Meski sesekali tersendat karena belum sepenuhnya didukung infrastruktur memadai. Pun begitu, nyatanya masih ada masyarakat yang belum menikmati pembangunan era kemerdekaan. Sudah barang tentu itu terjadi bukan karena ulah penjajah Belanda. Bukan pula karena pendudukan Jepang.

Bersama Benahi Habinsaran

KENYATAAN hari ini menunjukkan masih banyak lubang kesenjangan di Habinsaran. Meski sebenarnya masih banyak pula ma-syarakat di belahan Nusantara lain yang ber-nasib serupa. Bahkan lebih parah. Barangkali, ada baiknya bila persoalan yang melilit ma-syarakat Habinsaran dan sekitarnya diulas kembali. Apa saja?

Pertama, proyek pembangunan Pos Kes-ehatan Desa (Poskesdes) di Desa Pararun-gan, Lumban Lintong. Nasib proyek berang-garan seratus juta lebih dibiarkan begitu saja, setengah jadi, tanpa atap. Sedianya, fasilitas kesehatan tersebut sudah harus rampung 5 Desember 2012, sejak digarap 7 Agustus di tahun yang sama. Jarak Parsoburan, ibukota Habinsaran, dengan Pararungan sebenarnya hanya berkisar 30 kilometer, tetapi harus di-tempuh selama 2,5 jam mengendarai sepeda motor. Itu terjadi oleh buruknya infrastruktur di samping kondisi geografis yang kurang me-mihak.

Masyarakat Pararungan yang berbatasan den-gan Desa Panamparan mayoritas beragama Parmalim, kepercayaan kuno Batak. Hanya 70 KK yang berdiam di sana. Rumah tinggal ma-sih didominasi rumah asli Batak, kecuali ata-pnya yang sudah dipasangi seng. Pararungan mungkin merupakan satu-satunya wilayah di Tobasa yang sulit ditemukan ternak babi. Leb-ih tertarik dengan ternak kambing dan kuda. Di samping bertani sebagai mata pencaharian utama.

Pil pahit menyusul mangkraknya proyek Po-skesdes Pararungan semakin memperpanjang ketergantungan mereka terhadap pengobatan tradisional. Terutama jasa ‘sibaso’ yang setia membantu para ibu untuk melahirkan.

Sebenarnya, bidan desa alias bindes pernah ditugaskan di kampung ini. Sayang, bindes

idaman itu memilih hengkang, mungkin karena tak kuat berdiam di wilayah terisolir. Komplit sudah, bindes berlalu, Poskesdes pun membisu.

Kedua, masyarakat Pararungan dan seki-tarnya, termasuk Lumban Balik di dalamnya hingga kini belum juga dialiri listrik. Sudah berulangkali masyarakat Lumban Balik bersa-ma Himpunan Mahasiswa Tobasa melakukan aksi demo di depan kantor Bupati Tobasa dan DPRD Tobasa. Tuntutannya sama, yakni agar Bupati Tobasa Kasmin Simanjuntak mengu-payakan jaringan listrik ke daerah itu. Tekad para pendemo semakin memuncak karena dalam kampanyenya semasa Pilkada 2010, Kasmin pernah menjanjikan akan memban-gun jaringan listrik ke wilayah yang cukup terisolir itu. Tetapi hingga menginjak tahun ketiga kepemimpinannya, janji itu belum juga ditepati.

Lantas, apakah Kasmin seratus persen bisa disalahkan? “Bupati Tobasa tidak seratus persen salah. Sebab, PLN seringkali kesulitan saat membangun jaringan. Bayangkan, untuk membangun satu tiang listrik saja bisa beruru-san dengan polisi hutan. Kita diwajibkan mengurus izin dulu dari Dinas Kehutanan,” ujar Nur Pamudji kepada GABE, di rumah di-nasnya di Jakarta, awal Agustus 2013.

Dikatakan Nur, persoalan jaringan ke Lum-ban Balik juga sudah pernah disampaikan anggota DPR asal Demokrat Johny Allen Marbun kepada dirinya. “Saya jawab itu tadi, diperlukann izin dari Kehutanan untuk mem-bangun tiang-tiang listrik,” katanya.

Nur mengakui, izin dari Kehutanan memang diperlukan apabila jaringan listrik harus me-lewati kawasan hutan. Hal seperti itu sudah biasa dilakukan dan tidak pernah menemui masalah. Akan tetapi, untuk membangun tiang listrik yang berada di sepanjang jalan umum, pihaknya sering mengalami kewala-han.

LAPORAN UTAMA

HUT Ke-68 RIMenyingkap Fakta Kemerdekaan di Habinsaran

Semua elemen masyarakat terlebih anak-anak sekolah di Habinsaran memeriahkan perayakan HUT RI ke-68, sekalipun dalam kondisi yang memprihatinkan karena sering mati lampu dan jaringan telepon selular yang bermasalah.

Mencoba Listrik Tenaga Air Sungaimudah. Yang penting, kincir harus sering diperiksa dan dibersihkan secara teratur. Selain itu, kalau ada bagian kincir yang kendur atau rusak, harus segera diperbaiki. GABE

EDITORIAL

Page 4: TABLOID GABE EDISI EMPAT

04 GABE© Oktober 2013

Seandainya Bupati Tobasa melakukan inter-vensi dan siap pasang badan kepada Kehuta-nan, apakah PLN bersedia membangun jarin-gan listrik ke Lumban Balik dan sekitarnya? “PLN siap. Kalau pemimpinnya seperti Jokowi itu bisa saja dilakukan. Toh, ini kan untuk ke-pentingan umum, demi masyarakatnya send-iri. Apalagi, tiang listrik itu tidak akan meng-ganggu,” jawab Nur.

Ketiga, proyek pencetakan sawah seluas 160 hektar di desa Tornagodang, Kecamatan Habinsaran, Tobasa juga menuai tanda tanya besar. Proyek dengan anggaran Rp 1,6 Miliar itu hanya digarap seluas 40 hektar saja. Sele-bihnya, dibiarkan terkatung-katung. Kuat dugaan, proyek tersebut terbengkalai karena sarat korupsi. Nilai korupsinya mencapai Rp 1,2 Miliar. Jumlah yang cukup fantastis untuk pedesaan sekelas Tornagodang.

Kenyataan itu akhirnya membuat anggota DPRD Tobasa, Pendeta Gumontang Pasaribu merasa yakin hadirnya praktek kongkalikong di balik proyek itu. Kunjungan ke lokasi proyek bersama rombongan Komisi C, DPRD Tobasa pada Jumat (21/6/2013) kian men-guatkan dugaannya. “Berdasarkan hasil kun-jungan ditambah informasi dari masyarakat yang kami terima di Tornagodang, proyek itu memang tidak sesuai dengan yang diingink-an,” ujar Gumontang kepada GABE, Selasa (25/6/2013).

Ditanyakan apakah ada indikasi korupsi dalam proyek itu, Gumontang belum bisa me-mastikan. Namun dia mendesak Kejaksaan Negeri Tobasa segera menuntaskan kasus tersebut. “Kasusnya sekarang sudah ditangani kejaksaan. Tetapi DPRD juga secepatnya akan memanggil pihak terkait seperti Dinas Perta-nian dan pihak lainnya. Baru kita akan buat rekomendasi secara resmi,” tukas dia.

Saat ini, Kejaksaan Negeri Tobasa memang mengusut kasus itu. Di samping menelusuri dugaan korupsi oleh kontraktor dan konsul-tan proyek, tugas penegak hukum semakin melebar karena disinyalir juga ikut melibat-kan segelintir oknum kelompok tani setempat.

Secara pribadi, politisi Hanura ini melan-jutkan, dirinya sangat menyayangkan nasib pencetakan sawah itu. Apalagi dengan ke-beradaan sawah itu sangat jelas akan menin-gkatkan kesejahteraan masyarakat Tornago-dang. “Sangat disayangkan kenapa itu bisa terjadi,” demikian Pendeta Gumontang.

Sepuluh Ribu Desa Masih Gelap Gulita LEWAT BERBAGAI lit-eratur dan foto, ada baiknya Anda mencermati bagaima-na perjuangan anak-anak pedesaan ketika malam tiba. Untuk belajar saja, mereka hanya dibantu penerangan seadanya; seperti lampu teplok. Bila sedikit berun-tung bisa menyalakan lilin atau lampu petromax. Untuk belajar saja sudah sulit maka jangan berharap bisa menik-mati tayangan televisi atau sekadar menden-garkan lagu lewat radio. Hanya di beberapa tempat saja radio bisa dinikmati, tentu saja mengandalkan tenaga baterai. Bukan listrik. Saat ini, terdapat 10.211 desa yang masih gelap gulita karena belum mendapat pasokan listrik. Jumlah itu kurang lebih 13% dari total seluruh desa di Indonesia yang mencapai 72.944 desa/kelurahan hingga akhir 2012. Sebagian besar desa tak beruntung itu berada di luar Jawa dan Bali. Tercatat, hanya 401 desa non listrik yang berada di Jawa dan Bali.

Telunjuk siapa yang seharusnya bertang-gungjawab atas ketimpangan pembangunan itu pun akhirnya mengarah ke PLN. Maklum, PLN memang satu-satunya pemegang lisensi kelistrikan di Tanah Air. Akan tetapi, angga-pan PLN merupakan pihak yang paling layak dituntut untuk mengalirkan listrik ke seluruh Nusantara ternyata tidak sepenuhnya benar. Banyak pihak yang semestinya ikut mengam-bil peran. Persoalan utama yang dihadapi PLN adalah minimnya jalan besar di desa-desa terpencil tersebut. Kondisi ini jelas membuat PLN ke-sulitan untuk membangun tiang-tiang listrik.

Besarnya biaya investasi yang diperlukan untuk penyambungan jaringan listrik adalah kendala lain yang dihadapi PLN. Per tahun, investasi yang digelontorkan PLN untuk pro-gram listrik masuk desa hanya berkisar Rp85 miliar hingga Rp100 miliar. Dana tersebut hanya bisa menyambungkan sekitar tiga desa hingga empat desa.

Sebenarnya, PLN terus berupaya agar jaringan listrik masuk ke seluruh pelosok Indonesia. Upaya itu tercetak dalam program p e m b a n g u n a n pembangkit listrik program percepa-tan tahap I 10.000 Mega Watt (MW) atau Fast Track Program I akan beroperasi di 2014. Sedangkan tahap II dengan daya yang sama diharapkan

akan beroperasi sesuai jadwal pada 2016. Sayangnya, program ambisius PLN ini tidak semudah yang dibayangkan. Kendala demi kendala seperti nakalnya kontraktor meru-pakan tantangan yang perlu diselesaikan.

Tradisi Pawai OborPAWAI OBOR yang lebih populer dengan sebutan ‘Marobor’ masih tetap dipertah-ankan di Habinsaran. Sedangkan di daerah lain, tradisi ini sudah banyak ditinggalkan. Itulah salah satu bukti masyarakat Habinsa-ran sangat memahami makna pentingnya ke-merdekaan.

Tradisi Marobor memang tidak dapat dipisah-kan dari Proklamasi yang dibacakan Soek-arno. Meskipun sebenarnya, Marobor meru-pakan kejadian yang sangat lazim dilakukan saat itu ketika bulan puasa tiba. Kebetulan, bulan puasa alias Ramadan jatuh tepat pada Agustus 1945.

Diketahui, kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Je-pang makin lemah. Kepastian berita kekalah-an Jepang terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari, sekutu mengumumkan Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir.

Para pemuda akhirnya menculik Soekarno dan membawanya ke Rengasdengklok, Kar-awang, Jawa Barat, 16 Agustus 1945. Di sana, Soekarno didesak untuk mengumumkan ke-merdekaan Indonesia di Jakarta. Singkat ceri-ta, Soekarno setuju. Namun, untuk membawa Soekarno ke Jakarta terlalu berisiko karena pasukan Jepang masih berjaga-jaga di sepan-jang jalan.

Untuk mengelabui pasukan Jepang, para pemuda akhirnya menyiasatinya dengan membawa obor. Pasukan Jepang akhirnya tertipu karena mengira rombongan pem-bawa obor itu hanyalah pemuda yang sedang merayakan bulan puasa. Esok harinya, Soek-arno dan Hatta resmi memproklamasikan ke-merdekaan Indonesia di Jakarta.

TIM GABE

Page 5: TABLOID GABE EDISI EMPAT

05Oktober 2013 ©GABE

1. PARTAI NASDEM

1. JONNER PANE2. PARLINDUNGAN SIPAHUTAR3. KRISTINA ELFRIDA LEWAR4. HORMA BERLIANA PANE5. SORIP SILAEN

2. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

1. ELISABET SIMANJUNTAK2. St. PARSAORAN SILAEN3. MUKKA SILAEN, SE. MM4. FRISKA SERLYANA SILAEN5. TUNGGUL SIANIPAR

3. PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

1. BANGAR SIAGIAN2. SAIBAH

4. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN

1. LINTON PANJAITAN, SE2. LUNGGUK SUPRAPTO HUTAPEA3. MESDIANA SILAEN4. NIKSON PANJAITAN. SH5. MAULINA SURYANI PASARIBU

5. PARTAI GOLONGAN KARYA

1. Drs. MANARHAP SIMANJUNTAK2. DAPOT H. LUBIS, A.Md3 .TIURMA EVELINA NAPITUPULU, AM.Keb4 MADLAWAN PANE5 AFRINA LILIS PASARIBU

6. PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA

1. ASMADI LUBIS, SH, MKn2. PNMH. PANDAPOTAN PARDOSI3. Ny. ROSINTAN LUBIS4. REKJON PASARIBU5 TIAMIN PANE

7. PARTAI DEMOKRAT

1 Ir. BOIKE PASARIBU2 TOMI AMRAN SIMANJUNTAK 3 MARIA FRANSISCA KONIDWIASTUTI4 RONI SALONGI BATUBARA5 BOBBY SIMANJUNTAK

10. PARTAI HATI NURANI RAKYAT

1 Pdt. GUMONTAN PASARIBU, STh2 WILSON PANGARIBUAN, ST. MM3 CEMCINA TANJUNG4 RENDELINA SIMANJUNTAK5 NELSON J. SIMANGUNSONG, A.Md

15. PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA

1 USDEN SIANIPAR, ST2 LISTON HUTAJULU, ST3 ROYANI SIANIPAR4. SAURMAIDA SIMANJUNTAK5. BINER PANE

Daftar Caleg Tetap Tobasa Mewakili Habinsaran, Borbor, dan Nassau

KPUD Tobasa resmi mengumumkan Daftar Caleg Tetap (DCT) untuk Pemilu 9 April 2014 mendatang. Para caleg tersebut akan bertarung memperebutkan

30 kursi DPRD Tobasa. Kali ini, wilayah Tobasa akan dibagi dalam lima daerah pemilihan.

KECAMATAN HABINSARAN, Borbor, dan Nassau masuk dalam daerah pemilihan Tobasa 5 dan mendapat kuota 5 kursi DPRD. Sedangkan jumlah peserta Pemilu yang ikut bertarung di Dapil 5 adalah 11 partai politik dari 14 partai politik. Tiga partai yang tidak mempunyai caleg tersebut adalah PAN, PPP, dan PBB.

Dari Habinsaran, Borbor, dan Nassau terdapat 42 caleg yang selanjutnya akan ditetapkan sebagai anggota legislatif. Itu artinya, dari ke-42 caleg terdapat 37 caleg yang akan gagal melenggang ke DPRD Tobasa. Lantas, siapa sajakah yang akan sukses menjadi anggota dewan yang terhormat? Masyarakat adalah penentunya. Inilah Daftar Caleg Dapil 5 berdasarkan nomor urut partai politik:

POLITIK

Page 6: TABLOID GABE EDISI EMPAT

06 GABE© Oktober 2013

LAPORAN KHUSUS

Mengeluh, menggerutu, bahkan mencaci, dan berusaha mencari tahu

kenapa jaringan komunikasi ke Habin-saran, Borbor, dan Nassau (Habor-nas) terputus dalam pekan terakhir.

Sinyal Telkomsel ketiga kecamatan itu memang tiba-tiba lenyap sejak akhir Agustus. Berhari-hari lamanya. Apa

yang terjadi sebenarnya?

unia maya teruta-ma facebook men-jadi tempat curhat masyarakat Habor-nas di tanah ran-tau. Semua saling bertanya, ada apa gerangan jaringan

seluler ke kampung? Semua sudah tentu penasaran, lalu menduga-duga apa yang sedang terjadi. Semua kompak mencari tahu. “Gabe so boi iba puang martelepon tu hallet di huta,” keluh seorang warga Parsoburan di Jakarta. “Ai naboa do Tel-komsel on, naung digais do sinyal i tu luar negeri?” timpal warga lain berusaha ber-canda.

Facebooker lain menyelutuk, “Nadisegai do inna tower ni Telkomsel na di Ombur i.” Lalu ditimpali kawannya yang lain, “Su-dah saatnya pemerintah setempat menin-daklanjuti karena ini untuk kepentingan bersama, bukan perorangan.” Masih ban-yak komentar lain yang bernada serupa. Semuanya merasa dirugikan dan berharap kembali normal secepatnya.

Begitulah situasinya, masyarakat Habor-nas di perantauan, terpaksa harus puasa bicara dengan sanak saudara di kam-pung halaman. Kalau mau, keluarga di kampung mesti keluar dari Parsoburan menuju Matio, di sekitar Bukit Tangiang. Di sana, sinyal beroperasi normal, tanpa kendala. “Halo, ai di Matio do nuaeng au, benna boi ho hutelepon,” kata seorang kawan, sedikit mengeluh.

GABE lalu mencoba menghubungi opera-tor Telkomsel lewat Call Center dan media sosial twitter @Telkomsel. Anehnya, Tel-komsel seperti tidak tahu apa-apa karena selalu menanyakan hal-hal yang kurang masuk akal alias tidak nyambung.

Contoh, Telkomsel bertanya lokasi detail gangguan sinyal. GABE pun memberikan

alamat lengkap dan beberapa nomor tel-epon yang kena gangguan. Tunggu punya tunggu, Telkomsel lalu bertanya kembali, “Mohon dikirimkan jenis handphone, IMEI, dan PIN.” Permintaan ini jelas tidak masuk akal karena sejak awal sudah dit-erangkan tower BTS di Bukit Tangiang-lah yang bermasalah.

Namun, lagi-lagi Telkomsel mengirimkan permintaan serupa. Operator Telkomsel selalu meminta jenis HP yang dipakai, apakah berlangganan paket BB atau tidak, dan lain-lain yang bersifat data teknis. Bila disimpulkan, operator Telkomsel tidak bisa mengerti persoalan yang sangat mu-dah.

Terlepas dari kelemahan Telkomsel me-nanggapi keluhan pelanggannya, ternyata ada cerita lain di balik menghilangnya

sinyal ke Habornas. Konon, persoalan sesungguhnya adalah Telkomsel belum membayar sewa lahan Tower BTS kepada pemilik lahan di Bukit Tangiang. Kesal tidak dibayar sejak enam tahun silam, pe-milik lahan tersebut lalu memutus sum-ber tenaga BTS. “Ini hanya semudah men-yalakan atau mematikan meteran listrik, tinggal klik, sinyal ke Habornas langsung menyala kembali,” ujar sumber GABE.

Dari penelusuran GABE, pihak Telkomsel sebenarnya sudah membayarkan sewa. Hanya saja, Telkomsel membayar ke pihak yang bukan pemilik lahan. Dengan kata lain, Telkomsel bisa dianggap lalai, atau memang murni tertipu. Timbul pertan-yaan, apakah mungkin perusahaan sebe-sar Telkomsel bisa menunggak selama enam tahun? Atau, masuk akalkah Tel-komsel membangun BTS di lahan yang

D

Misteri Sinyal di Bukit Tangiang

Page 7: TABLOID GABE EDISI EMPAT

07Oktober 2013 ©GABE

LAPORAN KHUSUS

status kepemilikannya masih bermasalah? Lalu, kepada siapakah Telkomsel memba-yarkan sewa lahan itu? “Orang kuat di To-basa,” bisik sumber lain.

Anggota DPRD Tobasa Pendeta Gumon-tang Pasaribu saat dihubungi GABE, Ju-mat (6/9/2013) mengatakan, dirinya su-dah menyampaikan hal tersebut pihak Dinas Kominfo Tobasa dan Telkomsel di Balige. Politisi Hanura asal Borbor ini juga mengiyakan persoalan sesungguhnya adalah kepemilikan lahan BTS. “Sudah saya laporkan ke Pemda dan Telkomsel di Tobasa. Kata mereka, ini masalah kepemi-likan lahan,” katanya.

Sayangnya, Gumontang belum mengeta-hui secara detail persoalannya. Namun ia juga berjanji akan terus menindaklan-juti kasus tersebut. Menurut Gumontang, pihaknya juga siap dan akan maju terus

walaupun kasus itu tern-yata melibatkan pihak-pihak tertentu. “Tidak ada alasan untuk takut. Karena ini menyangkut kebutuhan masyarakat luas,” cetus dia.

Dia pun mengapre-siasi pernyataan sikap yang telah dilayangkan masyarakat Habornas yang telah disebarkan ke pihak-pihak terkait. Menurut dia, langkah itu sangat tepat agar Pem-da dan Telkomsel bisa segera menyelesaikan persoalan. “Kalau masih ada dukungan yang lain seperti dari anak ran-tau, kami sangat men-dukung,” papar Gumon-tang.

Ia juga sudah mengin-gatkan pihak Pemda dan Telkomsel agar segera bertindak cepat. Kalau tidak, imbau Gumon-tang, masyarakat Habor-nas bisa jadi akan mel-akukan unjuk rasa. “Saya sudah mengingatkan mereka, jangan sampai nanti masyarakat berun-juk rasa karena ini,” tu-kas dia.

Sementara itu, Kabag Humas Tobasa Luk-man Siagian belum bisa berkomentar ban-yak. Padahal, masalah tersebut telah men-jadi perbincangan hangat di masyarakat. Namun, Lukman beralasan, hal tersebut harus lebih dulu dikonfirmasi ke lokasi. “Nanti ya, saya konfirmasi dulu ke lapa-ngan,” jawab dia ketika dihubungi GABE, Jumat (6/9/2013).

Keterangan Lukman berbeda jauh dengan anggota Komisi I DPR Ramadhan Pohan di Jakarta. Saat bertemu dengan Dirut Tel-komsel, Alex Sinaga, politisi Demokrat itu sudah menyampaikan keluhan tersebut secara langsung. “Baru saja bertemu den-gan Dirut Telkomsel, sinyal di Habinsaran sudah di-follow up,” ujar Pohan kepada GABE, Kamis (5/9/2013).

Derasnya tuntutan masyarakat, pihak

Telkomsel akhirnya menemui pemilik lahan BTS, Sabar Simanjuntak di kedia-mannya, di sekitar Bukit Tangiang, Silaen, Jumat (6/9/2013). Tidak jelas apa kesepa-katan dalam pertemuan itu. Telkomsel tidak memberikan pernyataan apapun. Namun yang jelas, penantian seminggu masyarakat Habornas menyusul hilangn-ya sinyal Telkomsel resmi berakhir. “Nun-ga lekket be muse sinyal tu Parsoburan,” ujar Sabar saat dihubungi GABE, sesaat setelah sinyal kembali mengudara di lan-git Habornas. Ditanyakan apakah betul ada sengketa lahan atas pembangunan BTS tersebut, Sabar enggan berkomentar. “Nunga be lae, dangadong be masalah. Nga sae be sude,” ujar Sabar, menyisakan teka-teki.

Semoga saja, sinyal ke Habornas tidak lagi mengalami gangguan di kemudian hari. Kalaupun ada, itu hanya sebatas ganggu-an teknis saja, seperti kena petir dan lain sebagainya. Bukan karena yang lain-lain.

Menanti Sinyal XL di Langit Habornas

OPERATOR SELULER PT XL Axiata Tbk sepertinya akan menjadi pesaing baru Tel-komsel di tiga kecamatan yakni Habinsa-ran, Borbor, dan Nassau, Kabupaten Toba-sa. Ini menyusul besarnya peluang bisnis yang bakal diperoleh perusahaan. Saat ini, setidaknya terdapat 20 ribu jiwa di tiga ke-camatan tersebut, yang tentu saja menjadi peluang bisnis menggiurkan.

Dirut XL Hasnul Suhaimi mengatakan keinginan tersebut kepada GABE, Rabu (4/9/2013). Hasnul berjanji akan meng-kaji terlebih dulu sebelum memutuskan membangun jaringan XL ke wilayah yang berjarak 50 kilometer dari Balige, ibukota Tobasa. “Saya cek dulu prioritas di lapan-gan ya,” singkat Hasnul.

Diketahui, saat ini operator yang masuk ke tiga wilayah itu masih dikuasai Telkom-sel. Pelayanan perusahaan asal Singapura ini pun belakangan dipertanyakan meny-usul sinyal yang sering menghilang. Lebih repot lagi, tidak ada penjelasan resmi dari pihak Telkomsel kenapa hal itu bisa ter-jadi. Dengan demikian, apabila XL serius masuk ke Habinsaran dan sekitarnya, Tel-komsel bukan tidak mungkin akan tinggal sejarah. TIM GABE

Misteri Sinyal di Bukit Tangiang

Page 8: TABLOID GABE EDISI EMPAT

08 GABE© Oktober 2013

Rekson Sitorus adalah pemilik PT Godang Tua Jaya yang bergerak di bisnis pengolahan sampah di Bekasi, Jawa Barat. Godang Tua Jaya tidak hanya menampung

sampah yang mayoritas berasal dari Jakarta, tetapi juga mengo-

lahnya menjadi lebih berdayaguna. Salah satunya menjadi pembang-kit tenaga listrik. Inilah Rekson Sitorus, putera Lumban Ruhap,

yang telah menuai sukses di tanah rantau.

ekson Sitorus ba-rangkali sudah hampir bisa dis-ejajarkan den-gan DL Sitorus, Martua Sito-rus, dan Lab-ora Sitorus.

Itu bila dinilai dari se-berapa banyak kekayaan mere-

ka. Bedanya, Rekson menekuni bisnis yang unik. Yakni, mengelola sampah. Tapi siapa sangka, bisnis pengolahan sampah milik Rekson ternyata sangat menggiurkan. Bahkan, kalau Rekson sekadar iseng atau ingin mencuri per-hatian nasional, mudah saja dia laku-kan. Caranya dengan menolak kiri-man sampah dari Jakarta, semisal dua atau tiga hari. Dijamin, Jakarta akan mengalami kepanikan karena sampah yang bertumpuk. Sekadar catatan, volume sampah Jakarta dalam sehari kini mencapai 6.500 ton.

PT Godang Tua Jaya beroperasi Tem-pat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Karyawannya sudah ratusan belum termasuk pemulung sampah yang jumlahnya melebihi hitungan jari. Godang Tua Jaya ber-tugas mengolah sampah menjadi ba-han yang berdayaguna, seperti pupuk kompos atau pupuk cair. Bukan itu saja, perusahaan ini juga mendaur ul-ang sampah plastik.

Sejak 2008, perusahaan milik Rekson juga mengembangkan pembangkit listrik tenaga sampah. Kapasitasnya saat ini mencapai 12,5 MW, dan akan terus dikembangkan hingga 14 MW. Sedangkan hasil listriknya dijual ke PLN.

Sebelum disulap menjadi TPST, lokasi itu adalah sumber tanah urukan un-tuk proyek pembangunan perumahan di Podomoro, Kelapa Gading, dan Sunter. Dari sinilah cerita kesuksesan Rekson dimulai. ”Saya langsung berubah profesi. Setelah saya coba, saya perhatikan, saya merasa cocok. Saya langsung tertarik. Saya katakan

pada diri saya, ah, ini dunia saya. Menjadi kontraktor penggalian tan-ah. Saya masih ingat waktu itu tahun 1980,” kisah Rekson.

Pada 1993, dia mendirikan PT Go-dang Tua Jaya. Nama itu agaknya sengaja dipilih karena di situ terkand-ung obsesi untuk menjadi ”berkah yang besar.” Apa salahnya mematok sebuah harapan. Yang jelas ini bukan sekadar mimpi. Perusahaan yang dia kendalikan kemudian digandeng oleh pemodal besar, PT Navigat Organic Energy Indonesia, dengan melibatkan investasi awal sebesar Rp 700 miliar. Nilai yang cukup bombastis, apalagi

P R O F I L

R

Rekson SitorusPengusaha Ulung dari Lumban Ruhap

Page 9: TABLOID GABE EDISI EMPAT

09Oktober 2013 ©GABE

P R O F I L

untuk sekelas anak Habinsaran.

Rekson memiliki watak yang terbuka. Inilah mungkin yang membuat dia sukses dalam bisnis yang berhadapan dengan rupa-rupa manusia dengan segala karakternya. Bagi dia, kuncinya adalah mencoba berteman dengan ban-yak orang. Tak pernah mencari musuh. “Itulah yang membuat kita bisa eksis sampai sekarang. Kita juga selalu beru-paya berbuat baik terhadap lingkun-gan. Kepada karyawan pun saya tidak pernah menunjukkan bahwa saya bos. Pengalaman saya menunjukkan orang yang menamakan diri bos selalu bersi-kap kasar. Kepada aparat mereka juga sombong-sombong. Loh, masyarakat ini kan asetmu kok kau kasarin,” dia mem-berikan nasehat bisnis.

Gagal Jadi Pelaut

REKSON SITORUS melalui perjalanan panjang sebelum menjadi miliarder. Ia betul-betul merintis dari bawah. Usai menamatkan SMA tahun 1971 di Pema-tang Siantar, dia tembak langsung ke Jakarta. Melamar ke Akademi Ilmu Pe-layaran, hingga lulus tahun 1974.

”Setelah praktek di laut, saya tidak bisa menghayati pekerjaan itu. Batin saya berkata bahwa sosok saya bukan seorang pelaut. Berminggu-minggu ter-katung-katuing di laut, tak tahan. Saya tidak bisa menjiwai pekerjaan di laut,” kenang dia.

Roda perusahaan Rekson juga sem-pat terseok pada krisis moneter 1998. Sampai-sampai alat-alat usahanya disita karena tidak bisa menyelesaikan kewa-jiban. ”Saya menghadapi tantangan itu dengan sabar, Jadi, kalau kita bisa men-capai keberhasilan seperti ini, mustahil itu hanya karena kerja keras kita saja. Semua itu adalah karena kasih dan ke-murahan Tuhan. Murni karena Tuhan memberikan itu kepada kita.”

IHP/GABE

Rekson SitorusPengusaha Ulung dari Lumban Ruhap

Dari kiri, Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan, Executive Vice President Solena Yves Bannel, Direktur Gas PT Pertamina Hari Karyuliarto dan Direktur Utama PT Godang Tua Jaya Rekson Sitorus. Usai menandatangani kerjasama pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) Bantargebang di Jakarta.

Alat berat dan para pekerja serta pemulung bahu-membahu memilah dan menyaring gunungan sampah di Bantar Gebang, Bekasi.

Page 10: TABLOID GABE EDISI EMPAT

010 GABE© Oktober 2013

Ada tiga nama yang direko-mendasikan DPRD Sumut. Pertama, Provinsi Suma-tera Tenggara yang terdiri dari Kabupaten Tapanuli

Selatan, Mandailing Natal, Padang Sidempuan, Padang Lawas, dan Padang Lawas Utara dengan ibukota Padang Sidempuan.

Kedua, Provinsi Kepulauan Nias, terdiri dari Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, dan Gunung Sitoli. Ketiga, Provinsi Ta-panuli, terdiri dari Kabupaten Samo-sir, Toba Samosir, Tapanuli Tengah, Humbang Hasun-dutan, dan Sibolga. Sedangkan kabu-paten/kota yang tidak disebutkan, tetap berada dalam wilayah Provinsi Sumut, seperti Ka-bupaten Simalun-gun dan lainnya.

Ketua Pansus Pemekaran DPRD Sumut Alamsyah Hamdani dalam laporannya me-nyebutkan, usu-lan pemekaran provinsi tersebut sudah mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang di-tuangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Peng-gabungan Daerah.

“Peraturan inilah yang kemudian wajib dijadikan rujukan, sedangkan proses pembentukan daerah didasari tiga per-syaratan, yakni syarat administratif, teknis dan syarat fisik kewilayahan,” katanya.

Hal itu dia katakan pada Sidang Pari-purna Pemandangan Umum Ranper-da Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Sumut 2012 di ruang rapat DPRD Sumut, Senin (19/8/2013). Menurut Alamsyah, pada prinsipnya DPRD Sumut tidak akan pernah meng-hambat pemekaran yang dimaksudkan untuk memperpendek rentang kendali

pemerintahan guna percepatan kese-jahteraan rakyat.

Sementara, dari pihak pemerintah, Dirjen Otda Kemendagri Djoherman-syah Djohan berkali-kali menegaskan pemekaran daerah harus menunggu se-lesainya pembahasan RUU pemekaran daerah, yang akan memuat ketentuan-ketentuan anyar, yang berbeda dengan aturan sebelumnya.

Sumut Juara Satu Korupsi

BARU-BARU INI Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) mengeluarkan data mengejutkan. Data tersebut menyangkut empat provinsi terbesar di Indonesia yakni, provinsi Su-mut, Aceh, Papua Barat dan DKI Jakarta sebagai provinsi dengan kasus korupsi tertinggi. Tak tanggung-tanggung keru-gian negara yang ditimbulkan mencapai Rp 400 miliar lebih.

Fitra menyebutkan, provinsi Sumut menempati posisi pertama wilayah ter-korup. “Urutan pertama Sumut, kemu-dian disusul Provinsi Aceh, Papua Barat dan DKI Jakarta. Kerugian negara dik-etahui setelah Badan Pemeriksa Keuan-gan (BPK) Semester II Tahun 2012,” ujar Direktur Investigasi dan Advokasi Fitra, Uchok Sky Khadafi di Jakarta.

Dikatakan Uchok, secara kuantitas kasus

korupsi yang terjadi di Sumut, memang angkanya jauh di bawah DKI Jakarta. Yaitu hanya 278 kasus, sementara di DKI tercatat mencapai 967 kasus. Namun nilai potensi kerugian negara yang dit-imbulkan, di Sumut mencapai Rp 400 miliar lebih. Sementara di DKI Jakarta hanya Rp 191 miliar.

“Ini menjadi bukti ketidak seriusan ke-pala daerah melakukan pemberantasan korupsi di instansi-instansinya. Karena

saat terpili, yang dip-ikirkan bukan melay-ani rakyat. Tapi, lebih kepada mencari kem-bali modal yang telah dikeluarkan agar bisa menang di Pilkada selanjutnya,” ungkap Uchok.

Ironisnya, dari hasil investigasi yang di-lakukan Fitra, para anggota DPRD cend-erung bukan melaku-kan pengawasan terhadap eksekutif. Namun justru beker-jasama mencari ma-teri lewat program-program APBD demi kepentingan pribadi dan partai. “Selama ini wakil rakyat bu-kannya memper-

juangkan aspirasi atau anggaran untuk rakyat. Kalau melihat anggaran untuk daerah, masyarakat tidak bisa membe-dakan antara anggaran yang boros atau dikorup. Karena semua masuk kantong mereka,” katanya.

Uchok yakin jika BPK melakukan audit yang lebih intensif, maka temuan ter-jadinya potensi korupsi akan jauh lebih besar. “Selama ini hanya di bawah 30 persen dokumen program yang dilaku-kan verifikasi ke lapangan. Sehingga temuannya sedikit. Dan juga keban-yakan teknik auditnya bukan investigasi program, tapi hanya audit program. Jadi temuannya banyak yang dibantah oleh Pemda setempat,” katanya.

Beberapa sektor yang berpeluang ter-jadinya korupsi di antaranya sektor penerimaan pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Dekonsentrasi. IHP/GABE

Sumut Diusulkan Menjadi Empat ProvinsiPemekaran Provinsi Sumatera Utara kembali dibahas di DPRD Sumut. Rencananya, Sumut akan dimekarkan menjadi empat Provinsi. Impian mewujudkan Provinsi Ta-

panuli kembali mengemuka. Akankah kandas seperti sebelumnya?

Nasional

Page 11: TABLOID GABE EDISI EMPAT

011Oktober 2013 ©GABE

Nasional

irektur Operasion-al Lion Air Edward Sirait meminta generasi muda di kawasan Tapanuli, semakin banyak memenuhi kebu-

tuhan tenaga ahli Indonesia di bidang kedirgantaraan. “Putra-putri dari kawasan Tapanuli diharapkan tidak hanya berhadapan dengan sawah se-hingga hanya menjadi petani. Tapi ke depan harus bisa berprofesi sebagai pilot, teknisi dan pramugari,” ujar Ed-ward di Silangit, Minggu (8/9/2013).

Edward menambahkan, pemenuhan kebutuhan penerbangan di Tanah Air yang berasal dari generasi muda Ta-panuli bisa terwujud, jika kecintaan remaja tunas bangsa tersebut dapat tumbuh terhadap dunia penerban-gan.

Apalagi, kata dia, setiap saat para gen-erasi penerus itu bisa melihat secara langsung hadirnya pesawat terbang di Bandara Silangit. Dengan dibu-kanya rute penerbangan tujuan Hang Nadim Batam mulai Jumat (6/9/2013) lalu, diharapkan generasi muda bisa

berkiprah dalam industri penerben-gan. “Pembukaan rute penerbangan dari Bandara Silangit-Batam, men-jadikan akses menuju Danau Toba semakin lebih mudah dan tidak me-makan waktu lama,” terangnya.

Batam-Silangit Tiga Kali Seminggu

EDWARD SIRAIT menerangkan, jadwal penerbangan Batam-Silangit dilaksanakan tiga kali seminggu, yakni Rabu, Jumat, dan Minggu. Waktu keberangkatan dari Batam pu-kul 08.30 WIB, tiba di Silangit pukul 09.50 WIB. Kemudian berangkat lagi dari Silangit pukul 10.35 WIB dan tiba di Batam kembali pukul 12.15 WIB.

“Berdasarkan survei yang kami laku-kan, tercatat hampir 2,5 juta warga Batak yang bermukim di Jakarta dan sekitar satu juta di Batam. Sehingga potensi tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam mengoperasikan penerbangan rute Silangit-Jakarta via Batam,” ujar putera asal Porsea ini.

Edward menyebutkan, saat ini pe-rusahaan Lion Air memiliki hampir 2.400 pramugari. Tapi hanya seki-

tar 200 orang yang berasal dari et-nik Batak. Hal tersebut merupakan tantangan bagi para remaja dari ka-wasaan Tapanuli agar mampu bersa-ing secara sehat. “Penerbangan yang dibuka melalui jalur Bandara Silan-git, merupakan program kepedulian terhadap kampung halaman sendiri,” tambahnya.

Di pihak lain, ia melanjutkan, cu-kup banyak permintaan konsumen agar penerbangan langsung Jakarta-Silangit dibuka. Namun saat ini baru bisa dilayani dengan transit di Batam saja. Akan tetapi, apabila permintaan makin bertambah, tidak tertutup ke-mungkinan akan dilakukan pener-bangan dari Silangit ke Jakarta tiap hari dan tidak perlu transit Batam. “Saat ini, Lion Air memiliki empat op-erator penerbangan, termasuk Wings Air, Batik Air dan Travel Jet. Untuk 2015, sejumlah pesawat terbang sudah dipesan lagi,” kata Edward.

MS/GABE

Lion Air Ajak Orang Batak Jadi Pilot dan Pramugari

Page 12: TABLOID GABE EDISI EMPAT

012 GABE© Oktober 2013

Dari latar belakang tersebut, kita tentu mendapat gambaran bahwa penduduk di wilayah Habinsaran

sudah terlebih dahulu merasakan se-cara langsung bagaimana pola hidup yang diterapkan oleh kaum kolonial Belanda. Setidak-tidaknya, masyara-kat pada saat itu dapat memetik pe-lajaran bertani, pendidikan zending, peradaban beragama dan konstituen lainnya. Apakah dengan proses in-teraksi sosial demikian, masyarakat Habinsaran lantas mengalami kema-juan? Tidak!

Faktor Ketertingalan

Banyak faktor yang mempengaruhi ket-ertinggalan di wilayah Habinsaran. Faktor tersebut antara lain karena daerah ini, jauh dari jangkauan jalan lintas provinsi. Kita tahu bahwa jarak antara daerah Habin-saran dengan ibukota kabupaten Tobasa, Balige, kurang lebih 46 km. Kemudian setelah Indonesia merdeka, agaknya ke-camatan ini tetap terisolir. Arus pemban-gunan yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, yang berupa infrastruktur ataupun non-infrastruktur rasa-rasanya tidak sepenuhnya sampai. Hal tersebut, akibat dari rendahnya pelayanan pemer-intah daerah dalam sektor pembangunan itu sendiri. Fenomena yang memprihat-inkan ini terjadi dari 1945 hingga 1980-an.

Awal Kemajuan

NAH, Setelah tahun 1980-an, Apa yang terjadi? Perkembangan apakah yang dapat kita lihat di daerah Habinsaran? Pertama, yaitu pembangunan transportasi jalan ke Borbor, Nassau ataupun Pintu Pohan Meranti , yang kini sudah menjadi keca-matan yang baru dimekarkan di wilayah Habinsaran. Kedua, pembangunan perke-bunan teh oleh PTP Nusantara IV di Si-bosur, yang prospeknya memberikan in-come besar untuk kecamatan Habinsaran.

Ketiga, pembangunan sektor pendidikan. Keempat, upaya perbaikan perekonomian masyarakat, Kelima pelayanan kesehatan masyarakat, semuanya memperlihatkan kemajuan yang membanggakan. Dengan menampik kemajuan seperti itu, apakah kita lantas menunjukkan suatu euforia yang luar biasa? Tidak! Hal tersebut suatu kewajaran berbangsa dan bernegara. Wa-jar-wajar saja, begitu.

Rencana Besar dan Kerja Keras

PERTANYAAN utama sekarang, Mung-kinkah Kecamatan Habinsaran menjadi Kabupaten ke-26 di Sumatera Utara? Jawabnya: “Sangat mungkin!” Tiada yang tidak mungkin apabila seluruh kompo-nen terkait, “mardos ni roha” atau mau bekerjasama untuk menyusun proposal tentang pembentukan kabupaten tersebut sesuai dengan isi Undang Undang Oto-nomi Daerah. Diharapkan pula agar para intelektual daerah Habinsaran, cendiki-awan, negarawan, sosiolog, politikus, eko-nom, budayawan, usahawan, alim ulama, dan seluruh lapisan masyarakat, seiring sehati, sama-sama mendukung langkah-langkah perwujudan program ini. Kemudian kebulatan tekad itu, secara le-gal dikondusifkan dengan pejabat pemer-intah kabupaten, provinsi, ataupun pusat. Bahkan, bukan itu saja. Pihak terkait yang tidak kalah pentingnya untuk memroses gagasan ini adalah pihak legislatif ataupun

pihak yudikatif danlawyers.

Wacana ini bukanlah mimpi. Namun, walaupun ada yang mengklaim bahwa ini adalah sebuah mimpi, janganlah kita surut oleh tantangan itu. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Agaknya makna peribahasa ini memicu seman-gat untuk mewujudkan mimpi besar tersebut. Mimpi besar harusdirealisasikan dengan kerja keras.

Cita-cita

KADANG KALA, mimpi identik dengan cita-cita. Jadi, apabila kita ber-cita-cita untuk meningkatkan martabat dan kesejahteraan masyarakat Habinsa-ran, maka satu-satunya jalan yang dapat ditempuh adalah dengan mengupayakan agar Kecamatan Habinsaran menjadi se-buah Kabupaten. Dengan demikian, se-cara otomatis, percepatan pembangunan di wilayah tersebut akan terimplementa-sikan dengan baik dan merata.

Contoh pembanding dapat kita lihat dua kabupaten yang baru dimekarkan di wilayah Tobasa, yakni Kabupaten Samosir dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Pertumbuhan dan perkembangan pem-bangunan di kedua kabupaten ini melaju dengan pesatnya seiring dengan kema-juan zaman.

Sampel tersebut kiranya membangkit-kan prediksi kita untuk mengatakan bahwa Habinsaran nantinya akan lebih maju daripada keadaan sekarang sebab potensi alamnya cukup banyak, keadaan wilayahnya pun cukup luas untuk dio-lah demi hal-hal yang berfungsi serta produktif untuk mendukung anggaran pendapatan daerah.

Petam Marpaung pernah menjadi Pendidik di SMA Negeri 1 Habinsa-ran. Saat ini mengabdi di SMA Neg-eri 1 Sipagimbar, Tapanuli Selatan.

Habinsaran Menuju Kabupaten Ke-26 di SumutKecamatan Habinsaran adalah salah satu kecamatan terluas di Kabupaten Tobasa. Selain itu, kecamatan ini dikat-egorikan pula sebagai kecamatan tertua. Mengapa? Alasannya begini: jauh sebelum Indonesia merdeka, daerah Habinsaran sudah menjadi wilayah kenegerian orang Belanda. Orang Belanda ketika itu bertujuan untuk men-gambil harta kekayaan yang dimiliki oleh alam Habinsaran, seperti, kemenyan, kulit manis, rotan, kopi, getah

pinus dan nilam.

O p i n i

Page 13: TABLOID GABE EDISI EMPAT

013Oktober 2013 ©GABE

HKBP Sutoyo, Jakarta Timur mempunyai sejarah manis. Di gereja ini, telah terjadi dua kali pelantikan Badan Usaha HKBP. Periode pertama, dipimpin Dumoli Siahaan yang ditahbiskan Ephorus Emeritus Pdt DR Bonar Napitupulu. Sedangkan periode kedua dipercayakan kepada St

Ignatius Pakpahan yang dilantik Ephorus WTP Simarmata. Dumoli dan Ignatius adalah jemaat yang terdaftar di HKBP Sutoyo. Lebih menarik lagi, sebelum menjadi Ephorus, Pdt DR Bonar Napitupulu adalah Pendeta Resort HKBP Sutoyo.

Badan Usaha HKBP kembali dilantik untuk periode 2013-2017. Inilah periode kedua setelah Badan Usaha dibentuk pertama kali pada 2008 silam. Optimisme tentu harus dikede-pankan; periode saat ini ha-

rus lebih baik dari sebelumnya. Namun perlu dicermati, apakah pembentukan Badan Usaha akan mampu menjawab tantangan yang diha-dapi HKBP ke depan?

Kalau dihitung-hitung, harta dan kekayaan HKBP sungguh luar biasa. Jumlahnya sudah pasti mencapai triliunan rupiah. Jemaat HKBP yang kaya raya pun sudah teramat banyak. Be-gitu juga dengan jumlah gereja dan pendetan-ya. Tersebar di seluruh Nusantara dan penjuru dunia. Lalu, apa fungsi Badan Usaha HKBP? Pertanyaan ini sekilas mudah dijawab. Ya, un-tuk mengelola aset HKBP. Tetapi jika dijabar-kan lebih luas, seperti apa model pengelolaan aset dan kekayaan HKBP? Terpenting lagi, sep-erti apa manfaat yang diperoleh jemaat HKBP dengan dibentuknya Badan Usaha?

Pertanyaan itu menjadi sulit dijawab jika di-kaitkan dengan realitas yang ada. Selama ini, model pengelolaan harta dan kekayaan HKBP masih bersifat sentralistik, dikendalikan penuh oleh Kantor Pusat HKBP di Pearaja, Tapanuli Utara. Delegasi kewenangan ke distrik atau resort belum sepenuhnya berjalan. Bahkan, hampir tidak ada. Namun, fakta ini masih bisa dimaklumi mengingat HKBP bukanlah perusa-haan yang memerlukan akuntabilitas keuan-gan. Sebagai institusi gereja, HKBP mendapat-kan kepercayaan penuh dari para jemaatnya untuk mengelola keuangan. Tidak perlu mem-pertanyakan akuntabilitas keuangan HKBP. Seandainya pimpinan HKBP membelokkan keuangan jemaatnya hanya untuk kepentingan

pribadi atau kelompok, itu dosa mereka. Biar-lah mereka berurusan dengan Tuhan.

Barangkali, pertanyaan yang masih menggan-tung hingga kini adalah seperti apa manfaat bagi jemaat dengan dibentuknya Badan Usaha. Terutama bagi jemaat yang berada di daerah terpencil. Bukan bagi jemaat yang menetap di perkotaan seperti Jakarta. Lagipula, masyara-kat perkotaan hanya punya sedikit waktu me-mikirkan hal di luar rutinitasnya. Ibarat kata, bisa pergi ke gereja saja sudah syukur. Tidak ada waktu lagi untuk berbuat untuk HKBP. Di sinilah pentingnya memberikan apresiasi kepa-da jemaat yang siap dan rela ikut terlibat dalam kepengurusan Badan Usaha HKBP. Mereka dengan sukarela ingin membangun HKBP, tan-pa pamrih tentu saja.

HKBP Hite Tano

SALAH SATU contoh betapa kesenjangan ma-sih terjadi di tubuh HKBP adalah masih ban-yaknya gereja HKBP yang terkesan diabaikan. Lihat saja, HKBP Hite Tano yang terletak di Kecamatan Habinsaran, Tobasa. Padahal, jarak antara kantor Distrik IV Toba dengan gereja ini hanya sekitar 50 kilometer saja. Tetapi faktan-ya, fisik gereja pagaran Resort Parsambilan ini masih jauh dari layak. Padahal, gereja ini sudah tergolong uzur karena sudah berdiri sejak 1903 silam. Hite Tano adalah salah satu wilayah penginjilan di Habinsaran, semasa Distrik Toba Habinsaran berdiri di Sitorang-Parsam-bilan, Kecamatan Silaen, tetangga Habinsaran di sebelah barat.

Bangunan HKBP Hite Tano berdiri di kaki pe-bukitan. Masih tampak seadanya tanpa sentu-han artistik pada bangunannya. Terbuat dari papan kayu dan minim pengecatan. HKBP yang belum mempunyai pendeta ini terletak di

antara perbatasan dua resort; Resort Parsam-bilan dan Resort Parsoburan, Distrik IV Toba. Namun secara geografis, HKBP Hite Tano lebih dekat ke HKBP Tornagodang, pagaran HKBP Resort Parsoburan.

Itu masih satu contoh. Masih banyak gereja HKBP yang belum menggambarkan kebesaran gereja yang didirikan IL Nommensen ini. Se-lain faktor fisik, sejarah penginjilan HKBP di kawasan Habinsaran juga masih samar-samar. Tidak ada literatur yang dikeluarkan HKBP ihwal masuknya berita sukacita ke daerah ini. Untuk Tapanuli, jejak penginjilan HKBP masih berkutat di Tarutung, Balige, Sigumpar, dan paling jauh di Silaen. Untuk Habinsaran dan sekitarnya, belum ada yang bisa dibanggakan.

Bandingkan dengan kawasan Jakarta dan sekitarnya. Sangat mudah menemukan gereja HKBP dengan arsitektur mewah dan memu-kau. Jumlah pendetanya bisa sampai tiga atau empat orang. Suasana kontras semakin terasa dengan jejeran mobil mewah di pelataran gere-ja. Kondisi yang teramat jauh dari kenyataan di Tanah Batak. Mencari tahu siapa saja yang per-nah bertugas di sebuah resort di Jakarta juga sangat mudah. Arsip dan korespondensinya sudah pasti lebih canggih, ditambah dukungan pesatnya teknologi.

Menyadari fakta-fakta tersebut, saatnya sam-pai pada pertanyaan akhir; apakah Badan Us-aha HKBP juga ditugasi untuk menghilangkan kesenjangan itu? Sebab, apabila Badan Usaha hanya berkutat di masalah angka-angka tanpa terobosan, tentu saja akan sangat disayang-kan. Sesekali, mampirlah ke kampung kami. Di sana, banyak yang perlu dicermati.

IP/GABE

BUDAYA

Badan Usaha HKBPSesekali Mampirlah ke Kampung Kami

Jemaat HKBP Hite Tano Kecamatan habinsaran, Tobasa beranjak pulang setelah melaksanakan ibadah ming-

guan di Gereja yang tidak begitu elok.

Page 14: TABLOID GABE EDISI EMPAT

014 GABE© Oktober 2013

T E K N O L O G I

BTS adalah kependekan dari Base Transceiver Station. Terminolo-gi ini termasuk baru dan mulai

populer di era telepon selular saat ini. BTS berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain. Satu caku-pan pancaran BTS dapat disebut Cell. Komunikasi selular adalah komunikasi modern yang mendukung mobilitas yang tinggi. Dari beberapa BTS kemudian dikontrol oleh satu Base Station Controller (BSC) yang terhubungkan dengan koneksi microwave atau-pun serat optik.

Meskipun istilah BTS dapat diterapkan ke salah satu standar komunikasi nirkabel, biasanya dan um-umnya terkait dengan teknologi komunikasi mo-bile seperti GSM dan CDMA. Dalam hal ini, BTS merupakan bagian dari base station subsystem (BSS) perkembangan untuk sistem manajemen. Ini juga mungkin memiliki peralatan untuk mengenkripsi dan mendekripsi komunikasi, spektrum penyaringan alat (band pass filter), dll antena juga dapat diper-timbangkan sebagai komponen dari BTS dalam arti umum sebagai mereka memfasilitasi fungsi BTS. Biasanya BTS akan memiliki transceiver beberapa (TRXs) yang memungkinkan untuk melayani be-berapa frekuensi yang berbeda dan berbagai sektor sel (dalam kasus BTS sectorised).

Sebuah BTS dikendalikan oleh kontroler induk base station melalui fungsi base station kontrol (BCF). BCF ini dilaksanakan sebagai unit diskrit atau bah-kan tergabung dalam TRX di BTS kompak. Para BCF menyediakan operasi dan pemeliharaan (O & M) koneksi dengan sistem manajemen jaringan (NMS), dan mengelola kondisi operasi dari TRX masing-masing, serta penanganan perangkat lunak dan koleksi alarm. Struktur dasar dan fungsi dari BTS tetap sama tanpa teknologi nirkabel.

Topologi BTS

BTS dan telepon genggam (handphone) sama-sama disebut transceiver karena sifatnya yang sama-sama bisa mengirim dan menerima informasi. Pada saat BTS mengirim informasi kepada perangkat telepon selular, saat itu pula telepon selular tersebut bisa mengirim informasi kepada BTS secara bersama-sama selayaknya saat mengobrol melalui telepon kita

bisa berbicara bersamaan.

Dalam topologinya BTS berfungsi untuk menye-diakan jaringan (interface) berupa sinyal radio gelembang elektromagnetik untuk penggunanya dalam hal ini adalah handphone, modem, fax dll.

Frekuensinya mengikuti alokasi yang telah diberi-kan pemerintah kepada operator masing-masing, ada yang di band 450Mhz, 800Mhz, 900Mhz, 1800 Mhz maupun frekuensi di atas itu. Komunikasi dari arah BTS ke pengguna disebut downlink, sedangkan jalur frekuensi yang digunakan mengirim informasi dari pengguna ke BTS disebut uplink

Ada penyebab dimana frekuensi downlink dibuat lebih tinggi daripada frekue-nsi uplink, hal ini berhubungan dengan masalah daya yang harus disediakan oleh perangkat peng-guna dalam hal ini adalah battery handphone. Dalam ilmu sains semakin tinggi frekuensi maka gangguan (noise) akan semakin besar, sehingga diperlukan daya yang lebih besar agar kualitasnya lebih terjamin. Kalau frekuensi up-link menggunakan frekuensi yang tinggi maka konsekuensinya bat-tery handphone bisa lebih boros dan cepat habis. Makin jauh jarak pengguna handphone ke BTS juga berpengaruh terhadap kebutuhan daya Hubungan jarak adalah ber-banding terbalik dengan kualitas sinyal, makin dekat jarak makin bagus pula kualitasnya. Sebaliknya makin jauh jarak makin berkurang kualitasnya. Efeknya apa? kalau kualitas sinyal handphone yang diterima oleh BTS menurun maka BTS akan memerintahkan hand-phone untuk menaikkan daya pancarnya, tentu saja pemakaian battery akan cepat habis.

Komponen BTS

Tower

TOWER adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi tiga atau segi empat, atau hanya berupa pipa panjang berbentuk bulat, yang bertujuan untuk menempatkan antena dan radio pemancar maupun penerima gelombang telekomu-nikasi dan informasi. Tower BTS (Base Transceiver System) sebagai sarana komunikasi dan informatika, berbeda dengan tower SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) Listrik PLN dalam hal konstruksi, maupun resiko yang ditanggung penduduk di bawahnya. Tower BTS komunikasi dan informatika memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia dan mahluk hidup di bawahnya, karena memiliki radiasi yang sangat kecil sehingga sangat aman bagi masyarakat di bawah maupun disekitarnya.

Tipe Tower jenis ini pada umumnya ada 3 jenis

1. Tower dengan 4 kaki, atau tower pipa besar (diameter pipa 30 cm keatas)

Tower dengan 4 kaki sangat jarang di-

jumpai roboh, karena memiliki kekuatan tiang pan-cang serta sudah dipertimbangkan konstruksinya. Tipe ini mahal biayanya (650 juta hingga 1 milyar rupiah), namun kuat dan mampu menampung ban-yak antenna dan radio. Tipe tower ini banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan bisnis komunikasi dan informatika yang bonafid. (Indosat, Telkom, Xl, dll).

2. Tower segitiga yang dikokohkan dengan tali pan cang.

Tower Segitiga disarankan untuk memakai besi dengan diameter 2 cm ke atas. Beber-apa kejadian robohnya tower jenis ini karena memakai besi dengan diameter di bawah 2 cm. Ketinggian maksimal tower jenis ini yang direko-mendasi adalah 60 meter. Ketinggian rata-rata adalah 40 meter. Tower jenis ini disusun atas beberapa stage (potongan). 1 stage ada yang 4 meter namun ada yang 5 meter. Makin pendek stage maka makin kokoh, namun biaya pembuatannya makin tinggi, karena setiap stage membutuhkan tali pancang/spanner. Jarak patok span-ner dengan tower minimal 8 meter. Makin panjang ma-kin baik, karena ikatannya makin kokoh, sehingga tali penguat tersebut tidak makin meruncing di tower bagian atas.

3) Pipa besi yang dikuatkan dengan tali pancang.

Tower jenis ketiga lebih cenderung untuk dipakai secara personal. Tinggi tower pipa ini sangat disa-rankan tidak melebihi 20 meter (lebih dari itu akan melengkung). Teknis penguatannya dengan span-ner. Kekuatan pipa sangat bertumpu pada spanner. Sekalipun masih mampu menerima sinyal koneksi, namun tower jenis ini tidak direkomedasi untuk penerima sinyal informatika (internet dan intranet) yang stabil, karena jenis ini mudah bergoyang dan

Lebih Dekat dengan BTS (Base Transceiver Station)

Page 15: TABLOID GABE EDISI EMPAT

015Oktober 2013 ©GABE

T E K N O L O G I

akan mengganggu sistem koneksi datanya, sehingga komputer akan mencari data secara terus menerus (searching).Tower ini bisa dibangun pada areal yang dekat den-gan pusat transmisi/ NOC = Network Operation Systems (maksimal 2 km), dan tidak memiliki an-gin kencang, serta benar-benar diproyeksikan dalam rangka emergency biaya. Dari berbagai fakta yang muncul di berbagai daerah, keberadaan Tower me-miliki resistensi/daya tolak dari masyarakat, yang disebabkan isu kesehatan (radiasi, anemia dll), isu keselamatan hingga isu pemerataan sosial. Hal ini se-

mestinya perlu disosialisasikan ke masyarakat bahwa kekhawatiran pertama (ancaman kesehatan) tidaklah terbukti. Radiasinya jauh diambang batas toleransi yang ditetapkan WHO.

Tower BTS terendah (40 meter) memiliki radiasi 1 watt/m2 (untuk pesawat dengan frekuensi 800 MHz) s/d 2 watt/m2 (untuk pesawat 1800 MHz). Sedangkan standar yang dikeluarkan WHO maxi-mal radiasi yang bisa ditolerir adalah 4,5 (800 MHz) s/d 9 watt/m2 (1800 MHz). Sedangkan radiasi dari radio informatika/internet (2,4 GHz) hanya seki-tar 3 watt/m2 saja. Masih sangat jauh dari ambang batas WHO 9 watt/m2. Radiasi ini makin lemah apabila tower makin tinggi. Rata-rata tower seluler yang dibangun di Indonesia memiliki ketinggian 70 meter. Dengan demikian radiasinya jauh lebih kecil lagi. Adapun mengenai isu mengancam keselamatan (misal robohnya tower), dapat diatasi dengan penera-pan standar material, dan konstruksinya yang benar, serta pewajiban perawatan tiap tahunnya.Komponen yang ada pada tower BTS:

1. Antenna Sektoral

Antena didefinisikan sebagai suatu struktur yang berfungsi sebagai pelepas energi gelombang elektro-magnetik diudara dan juga bisa sebagai penerima/

penangkap energi gelombang elektromagnetik di-udara. Karena merupakan perangkat perantara an-tara saluran transmisi dan udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai (match) dengan saluran pencatunya. Antena adalah alat yang digunakan untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal elektromag-netik lalu meradiasikannya. Antena sektoral meru-pakan antena yang memancarkan dan menerima sinyal sesuai dengan sudut pancar sektornya. Antena yang digu-nakan adalah antena 3 sektor dengan kombinasi Distributed Control Sys-tem.

2. Antenna Microwave

Microwave system adalah sebuah sistem pemancaran dan penerimaan gelombang mikro yang berfrekuensi sangat tinggi. Microwave system digu-nakan untuk komunikasi antar BTS atau BTS-BSC.Microwave System yang digunakan merupakan sistem in-door. Namun antena microwave tetap terpasang menara.Pada antenna Microwave (MW) Radio, yang bentuknya seperti rebana gen-derang, itu termasuk jenis high perfor-mance antenna. Biasanya ada 2 brand, yaitu Andrew and RFS. Ciri khas dari antenna high performance ini adalah bentuknya yang seperti gen-dang, dan terdapat penutupnya, yang disebut ra-dome. Fungsi radome antara lain untuk melindungi komponen antenna tersebut, dari perubahan cuaca sekitarnya.

3. Penangkal petir

Penangkal petir itu semacam rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan bagi petir menuju ke per-mukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang dilewatinya.

4. Lampu

Lampu adalah peralatan yang dapat mengubah en-ergi listrik menjadi energi cahaya. Lampu digunakan untuk penerangan di sekitar lingkungan BTS

5. Shelter

Shelter BTS adalah suatu tempat yang disitu ter-dapat perangkat-perangkat telekomunikasi. Untuk letaknya, biasanya juga tidak akan jauh dari suatu Tower atau Menara karena adanya ketergantungan sebuah fungsi diantara keduanya, yakni shelter BTS dan Tower.

Komponen yang ada pada shelter

Pada suatu shelter terdapat RBS 3G dan RBS 2G,1 RBS terdapat 6 TRU dan 1 TRU terdapat 2 TRx. TRx adalah perangkat yang memancarkan dan menerima sinyal komunikasi dari/ke perangkat mo-bile.TRx terdiri dari perangkat Transmitter dan Re-ceiver

• �TransmisiPerangkat yang digunakan untuk mengatur slot trafik pada BTS.Menghubungkan dari TRx ke BOIA adalah Prosesor BTS (bentuk sama dengan Base band,namun memiliki port penghubung untuk maintenance)

• Rectifier Rectifier sebagai penyearah tegangan dari tegangan AC yang berasal dari PLN dikonversikan ke dalam tegangan searah untuk dikomsumsi perangkat lain-nya. Terdapat 2 buah modul, tiap modulnya men-suplai 30 Ampere, Tegangan yang digunakan di BTS adalah -48 Vdc

• AC (Air Conditioner)

AC adalah suatu komponen/peralatan yang dipergu-nakan untuk mengatur suhu, sirkulasi, kelembaban dan kebersihan udara di dalam ruangan

• PDB (Power Distribution Board)Berupa kotak berisi MCB / saklar-saklar power tiap-tiap perangkat.

• Lampu

Untuk memberi penerangan di sekitar BTS. • Power Distribution Box

Untuk mendistribusikan dan membagikan arus lis-trik ke berbagai komponen yang digunakan pada BTS

• Grounding

Berfungsi untuk mengurangi atau menghindari ba-haya yang disebabkan oleh tegangan tinggi, misalnya bahaya petir dengan tegangan tinggi.

Kesimpulan Teknologi seluler adalah sistem telekomunikasi tanpa kabel atau sering disebut dengan nirkabel yang memakai gelombang radio sebagai sinyal pembawan-ya dengan sel berbentuk segi enam, di mana teknolo-gi tersebut ada pada BTS, komponen utama yang ada pada BTS adalah tower dan shelter dimana dua bagian tersebut juga memiliki banyak komponen.

Selain itu juga semua BTS memiliki spesifikasi dan kapasitas yang berbeda dari segi penggunaan kom-ponen dan power yang dipakainya, biasanya disesui-kan menurut fungsi dan kondisi di masing-masing wilayah.

Page 16: TABLOID GABE EDISI EMPAT

Astrid Panjaitan Si Cantik Manis Puteri Tornagodang

Astrid Tiar Yosephine Panjaitan yang lebih dikenal dengan Astrid adalah salah satu selebriti Indonesia yang telah sukses mejeng di papan atas.

Wanita cantik kelahiran Jakarta, 12 Juli 1986, ini sangat layak menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Habinsaran di jagat hiburan.

Astrid adalah bungsu dari pasangan W Panjaitan dan T br Silaen, yang keduanya berasal dari Tornagodang, Habinsaran. Saat ditanyakan apakah Astrid tahu di mana itu Tornagodang, dia menjawab, “kampung halaman saya. ”Di jajaran pemerintahan Jakarta, W Panjaitan cukup dikenal karena pernah menjabat sebagai Kepala Satpol PP.

Ya, Astrid memang tidak lahir di Tor-nagodang, tetapi ia selalu menghargai asal-usul keluarganya. Sejak kecil, wanita bertinggi badan 169 cm ini memang mendapat pendidikan yang cukup ketat dari ayah tercinta. Bahkan, Astrid sebenarnya tidak direstui terjun ke dunia selebriti.

“Ayah menginginkan saya kuliah,” ujarnya mengenang ketika dia terpilih

sebagai Gadis Sampul, tahun 2000 silam.

Astrid dinilai lebih mengutamakan karier sebagai artis ketimbang sekolah. Sang ayah tidak suka bila puterinya menjadi fotomodel, main sinetron, dan mem-

bawakan acara hiburan musik seperti Inbox dan Dahsyat. Kendati begitu, Astrid bisa memaklumi sikap ayahnya. Ketiga kakaknya merupakan dokter spesialis mata, spesialis penyakit dalam, dan profesional di bidang teknologi informasi. Bahkan ibunya, T. Silaen, juga seorang dokter.

Astrid selalu mengingat sindiran ayahnya. Pernah, pada suatu acara, ayahnya memperkenalkan anak-anaknya. Ayahnya tampak bangga memperkenalkan tiga abangnya sekaligus keahlian masing-masing. Namun, giliran Astrid, ayahnya tak memperkenalkan bahwa putri tunggalnya itu adalah artis.

Astrid memberanikan diri bertanya tentang sikap ayahnya. Tapi jawabannya menyakitkan. “Papa tidak bangga kamu sebagai artis,” ujar Astrid menirukan ayahnya. Tidak cuma itu. Di rumah, Astrid disindir lewat foto pajangan. Foto-foto kakaknya mengenakan toga wisuda terpasang di ruang tamu.

Sebenarnya foto Astrid juga ada. Terlihat cantik. Tapi ayahnya menorehkan satu tulisan: “Kapankah Anda sekolah?”. Lagi-lagi, Astrid tak berkecil hati, bahkan dia melayangkan pujian. “Sindiran yang keren,” katanya. Sindiran sang ayah, menurut Astrid, ada benarnya. Menurut dia, artis lebih dikenal karena paras cantik dan sosok seksi ketimbang cerdas dan pintar. Padahal artis era 1980-an dan 1990-an banyak yang pakar di bidang seni. Dia menyebutkan di antaranya Christine Hakim dan Lula Kamal. “Saya ingin seperti mereka,” kata wanita lulusan SMA 78 Jakarta ini.

Astrid memulai kariernya di dunia hiburan sebagai GADIS Sampul tahun 2000. Namanya melejit lewat sinetron Atas Nama Cinta. Sinetron lain yang pernah dibintanginya antara lain Atas Pusing Bawah Pening, Tangisan Anak Tiri, Buruan Sayang Gue, Topeng, dan Ajari Aku Cinta

Astrid menikah dengan seorang dokter bernama Gerhard Reinaldi Situmorang pada Sabtu, 21 Juli 2012. Keduanya melakukan pemberkatan di Gereja HKBP Menteng, Jakarta Pusat. Saat ini, Gerhard dan Astrid sudah dikaruniai satu orang anak perempuan yang diberi nama Dialucita Annabel Estheressa Thiorina Situ-morang. BS/GABE

Bukan main kebahagiaan Pangeran Pardosi saat mengikuti acara wisuda Universitas Persada Indonesia Yayasan Administrasi Indonesia (UPI YAI) Jakarta. Bertempat di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (20/8/2013), Redaktur Pelaksana Tabloid GABE, ini resmi

menyandang gelar Sarjana Komputer alias S.Kom.

Menjadi sarjana sama sekali tidak pernah terlintas di benak Pangeran Pardosi. Sebab, pria asal Parso-buran, Habinsaran, Tobasa, ini sudah merampungkan pendidikan SMA di Parsoburan pada 1999. Selepas

SMA, ia memilih merantau ke Kalimantan, berbelok sedikit dari kebiasaan perantau yang kerap hijrah ke Jakarta. Di Kalimantan, Pangeran bekerja di perusahaan minyak yang berlokasi di lepas pantai. Itu sebabnya, pria yang mahir bermain gitar ini sudah akrab dengan helikopter. “Kami diantar dan dijemput menggunakan helikopter,” katanya.

Bekerja di pertambangan ternyata tidak membuat Pangeran berpuas diri. Ia lalu memutuskan untuk terbang ke Jakarta, dan akh-irnya bekerja di sejumlah perusahaan. Namun lagi-lagi, Pangeran ingin yang lebih. Bukan sekadar menjadi pekerja tanpa embel-embel sarjana. Karena kerja keras dan kegigihannya, Pangeran akhirnya mampu menuntaskan impiannya.

Segenap jajaran Tabloid GABE mengucapkan

Selamat dan Sukses atas Wisudanya saudara

kami Ivan Gerand Pardosi. Semakin jaya dan

semoga lekas “mangoli”.

Kerja Keras Pangeran Pardosi Berbuah Sarjana