Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

162
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas sampai pada bayi baru lahir. Asuhan kebidanan ini dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui hal hal apa saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin, nifas sampai dengan bayi yang dilahirkannya serta melatih mahasiswa dalam melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat, antisipasi masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan segera, melakukan perencanaan dan tindakan sesuai kebutuhan ibu, serta mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) penurunan angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup masih terlalu lamban untuk mencapai target Tujuan Pembangunan

Transcript of Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

Page 1: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan

kebidanan yang diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil,

bersalin, nifas sampai pada bayi baru lahir. Asuhan kebidanan ini

dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui hal – hal apa saja

yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin, nifas

sampai dengan bayi yang dilahirkannya serta melatih mahasiswa

dalam melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat,

antisipasi masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan

segera, melakukan perencanaan dan tindakan sesuai kebutuhan ibu,

serta mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah

dilakukan.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

penurunan angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup

masih terlalu lamban untuk mencapai target Tujuan Pembangunan

Page 2: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

2

Millenium (Millenium Development Goals/MDGs) dalam rangka

mengurangi tiga per empat jumlah perempuan yang meninggal

selama hamil dan melahirkan pada 2015, untuk mencapai target

MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015

seharusnya 5,5 persen per tahun. Namun data WHO, UNICEF,

UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu hingga

saat ini masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005,

sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah

persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang

sebanyak 576.000. Menurut data WHO, sebanyak 99 persen

kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di

negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara

berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu

per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio

kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara

persemakmuran. Terlebih lagi, rendahnya penurunan angka

kematian ibu global tersebut merupakan cerminan belum adanya

penurunan angka kematian ibu secara bermakna di negara-negara

yang angka kematian ibunya rendah. Artinya, negara-negara

Page 3: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

3

dengan angka kematian ibu tinggi belum menunjukkan kemajuan

berarti dalam 15 tahun terakhir ini (Antaranews.com, 2009).

Pada Survey Demografi Kesahatan Indonesia (SDKI) tahun

2008. Angka kematian ibu (AKI) saat ini 228 per 100.000

kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 31,4 per 1.000

kelahiran hidup. Target tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI)

menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan target Angka

Kematian Bayi (AKB) menjadi 17 per 1.000 kelahiran hidup

(Depkes, 2009).

Berdasarkan penyebab, kematian ibu dapat digolongkan

menjadi dua antara lain yaitu kematian obstetrik langsung (Indirect

Obstetric Deaths) dan kematian obstetrik tidak langsung (direct

obstetric deaths). Kematian obstetrik langsung disebabkan

komplikasi kehamilan, persalian, dan nifas, dan kematian ibu

diantaranya terjadi pada proses persalinan sekitar 90 % merupakan

komplikasi dari obstetrik (Prawirohardjo, 2002). Adapun

penyebab utamanya kematian ibu adalah perdarahan 28%, infeksi

11%, preeklamsia dan eklamsi (keracunan kehamilan) 24 %, partus

lama dan komplikasi abortus sekitar 33 %. Sedangkan kematian

setelah persalinan yang terjadi pada masa nifas diantaranya

Page 4: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

4

perdarahan post partum (HPP), sepsis (infeksi masa nifas), dan

partus lama (datastatistik, 2009).

Di dunia diperkirakan setiap tahun hampir 3,3 juta bayi

lahir mati dan lebih dari 4 juta lainnya mati dalam 28 hari pertama

kehidupannya. Jumlah terbesar kematian bayi terjadi di wilayah

Asia Tenggara (1,4 juta kematian bayi dan 1,3 juta lahir mati)

(http://kesehatan.kompas.com/read/2010). Strategi Untuk

Menurunkan Angka Kematian Bayi

yang pertama adalah Pemberian ASI. Yang kedua Upaya dehidrasi

oral (ORAL). Diare juga merupakan penyebab utama kekurangan

gizi pada anak-anak, namun demikian Upaya Dehidrasi Oral

(URO) dapat digunakan untuk mencegah atau merawat dehidrasi

yang disebabkan diare yang merupakan sebab umum dari kematian

anak balita. Dan yang ketiga adalah pemberian Imunisasi

(www.google.http://id.shvoong.com).

Pada Puskesmas Kecamatan Palmerah jumlah ibu bersalin

dari Januari 2009 sampai Januari 2010 berjumlah 852 pasien,

dengan rujukan ke Rumah Sakit 85 pasien. Apabila

dipresentasekan Tahun 2008 Puskesmas Kecamatan Palmerah 90,

93 % ibu bersalin normal di Puskesmas tanpa komplikasi dan 9, 07

Page 5: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

5

% ibu bersalin dirujuk ke Rumah Sakit. Maka dari itu penulis

tertarik untuk mengambil kasus tentang “ Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Ny. M “ agar dapat terdeteksi secara dini

komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil, bersalin, nifas

sampai dengan bayi baru lahir serta meningkatkan jumlah

persalinan dengan pelayan kesehatan yang bertujuan untuk

menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan

kebidanan sesuai dengan teori dan kebutuhan ibu pada

asuhan kebidanan ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir

dan ibu nifas.

1.2.2. Tujuan Khusus

1) Dapat melakukan pengkajian terhadap ibu hamil, ibu

bersalin, bayi baru lahir, dan ibu nifas sesuai dengan

manajemen asuhan kebidanan secara baik dan benar.

2) Dapat menegakkan diagnosa secara tepat pada ibu

hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, dan ibu nifas

Page 6: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

6

sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan secara

baik dan benar.

3) Dapat melakukan antisipasi masalah yang mungkin

terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir

dan ibu nifas sesuai dengan manajemen asuhan

kebidanan secara baik dan benar.

4) Dapat menentukan tindakan segera jika dibutuhkan

pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, dan ibu

nifas sesuai dengan manajemen asuhan secara baik

dan benar.

5) Dapat melakukan perencanaan pada ibu hamil, ibu

bersalin, bayi baru lahir, dan ibu nifas sesuai dengan

manajemen asuhan kebidanan secara baik dan benar.

6) Dapat melakukan pelaksanaan tindakan pada ibu

hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir dan ibu nifas

sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan secara

baik dan benar.

7) Dapat mengevaluasi tindakan yang diberikan pada ibu

hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir dan ibu nifas

Page 7: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

7

sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan secara

baik dan benar.

1.3. Ruang Lingkup

Dalam penyusunan laporan praktek klinik ini penulis

membahas tentang manajemen kebidanan komprehensif pada Ny. M

yang dilakukan sejak tanggal 22 November 2010 sampai dengan

tanggal 31 Desember 2010. Dimulai dari Antenatal Care dimana

Antenatal Care (ANC) ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu, ANC I

pada tanggal 14 Desember 2010, ANC II pada tanggal 21 Desember

2010, persalinan Ny. M berlangsung pada tanggal 24 Desember

2010, pengawasaan enam jam masa nifas dilakukan pada tanggal 24

Desember 2010 di Ruang Perawatan, keempat proses ini berlangsung

di Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat. Sedangkan

pengawasan masa nifas hari keenam sampai keempat puluh hari

(kunjungan rumah) dilakukan sebanyak tiga kali yaitu kunjungan

rumah hari keenam pada tanggal 06 Januari 2011, kunjungan rumah

minggu kedua pada tanggal 20 Januari 2011 dan kunjungan rumah

keempat puluh hari pada tanggal 02 Februari 2011.

Page 8: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

8

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. KEHAMILAN

2.1.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah proses dimana spermatozoa bertemu

ovum kemudian terjadilah fertilisasi (pembuahan) sampai lahirnya

janin kehamilan normal berlangsung kira-kira 280 hari atau 40

minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir sampai persalinan

(Saifuddin, 2002).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan

5dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari

konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat

sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan

(Safuddin, 2006).

Page 9: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

9

Kehamilan adalah pertemuan dan persenyawaan sel telur

(ovum) dan sel mani (sperma) yang kemudian akan berkembang

menjadi zygote, zygote yang kelak akan menjadi anak untuk

sebagian mempunyai sifat – sifat dari ibu dan zygote akan tumbuh

dan berkembang di rahim ibu selama kurang lebih 40 minggu atau

280 hari. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus

adalah kira – kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300

hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan

matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut

kehamilan postmatur. Kehamilan antar 28 dan 36 minggu disebut

kehamilan premature (Sarwono, 2005).

2.1.2. Perubahan Anatomik dan Fisiologis pada Wanita Hamil

1. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus

luteum graviditasi sampai terbentuknya plasenta pada kira –

kira kehamilan 16 minggu.

2. Mammae

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomammotropin, estrogen, dan progesteron.

Page 10: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

10

3. Sirkulasi Darah

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh

adanya sirkulasi ke plasenta, uterus akan semakin membesar

dengan pembuluh – pembuluh darah yang membesar pula,

mamma dan alat – alat lain yang memang berfungsi

berlebihan dalam kehamilan.

4. Sistem Respirasi

Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya

tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas.

5. Traktus Urinarius

Kandung kemih tertekan oleh penurunan kepala yang

memasuki pintu atas panggul, akibatnya sering kencing.

6. Traktus Digestivus

Pada bulan – bulan pertama kehamilan terdapat

perasaan enek (nausea), akibat kadar hormon estrogen yang

meningkat.

7. Kulit

Terdapat hiperpigmentasi yang disebabkan oleh

pengaruh Melanophore Stimulating Hormone ( MSH ) (

Sarwono, 2005 ).

Page 11: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

11

2.1.3. Metabolisme

1. Metabolisme basal naik sebesar 15 % sampai 20 % dari

semula, terutama pada trimester III.

2. Kebutuhan Zat Mineral untuk ibu hamil :

1) Kalsium, 500 mg setiap hari, 30 – 40 gram untuk

pembentukkan tulang janin.

2) Fosfor, rata – rata 2 gram dalam sehari

(1) Zat Besi, 800 mgr atau 30 – 50 mgr sehari

(2) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan

dapat terjadi retensi air (Yuni Kusmiyati, 2009)

3) Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5 sampai 16,5

kg selama hamil ( Manuaba, 2009 ).

Vitamin BI (Tiamin) berperan penting dalam metabilisme

karbohidrat dan asam lemak, pertubuhan fisik, memelihara

kesehatan kulit, rambut, otot, funsi darah, kesehatan sistem saraf

dan otak, metabolisme alkohol. Sumber : daging, hati, susu,

kunung telur, kacang-kacangan. Disamping itu juga vitamin B1

berfungsi menstabilkan nafsu makan, menunjang proses

pertumbuhan, serta membangun tonus otot yang baik. Vitamin

Page 12: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

12

B1 diberikan juga pada ibu hamil dengan dosis 25-100 mg/hari

(Adhi Djuanda, 2007).

Vitamin C 10 mg tab/hariberperan penting untuk produksi

kolagen (pada jaringan ikat, penyembuhan luka, kesehatan sistem

dan saraf dan sistem imun, produksi hormon sdrenal, sebagai

antioksidan untuk membantu mencegah penyakit, dan juga dapat

membantu dalam mengabsorpsi lebih baik. Vitamin C juga

diperlukan pada ibu hamil dan masa penyembuhan (Yuni

Kusmiyati, 2009).

2.1.4. Perubahan Psikologis pada Wanita Hamil :

Trimester ke tiga sering kali disebut periode

menunggu/penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa

tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah

waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai

orang tua seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi.

Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal

yang mengingatakan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa

khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ibu merasa

khawatir dan gelisah tentang proses persalinan yang akan dihadapi.

Page 13: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

13

Merasa takut organ vitalnya mengalami kerusakan karena

persalinan, rasa nyaman berkurang karena janin yang mulai

membesar, libido meningkat tetapi terhambat dengan perut yang

besar, serta krisis identitas.

Trimester ketiga merupakan soal persiapan aktif untuk

kelahiran bayi yang akan dilahirkan dan bagaimana rupanya serta

prsiapan untuk menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga

tentang jenis kelanin bayinya, (apakah laki-laki atau perempuan)

dan akan mirip siapa.

Pada trimester III inilah ibu memerlukan dukungan dari

suami, memberi sugesti pada ibu bahwa persalinan itu hal yang

biasa dan normal pada setiap wanita, memperhatikan perkiraan

waktu melahirkan dan tanda-tanda persalinan akan tiba, membantu

istri mempersiapkan perlengkapan persalinannya dan suami siaga

di rumah. Support tenaga kesehatan antara lain memberi dukungan

moral, meyakinkan ibu dapat menghadapi kehamilan dengan

perubahan yang dirasakannya, bekerjasama dan membangun

hubungan baik dengan ibu, berfungsi sebagai fasilitator bagi ibu,

memberikan informasi dan edukasi pada ibu mengenai kehamilan

dan membantu menjelaskan tentang mitos-mitos yang berlaku di

Page 14: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

14

masyarakat baik yang bermanfaat ataupun yang merugikan

kesehatan ibu dan janin (Varney Midwifery, 2002).

2.1.5. Antenatal Care (ANC)

Antepartum care adalah pengawasan kehamilan untuk

mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit

yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi

kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan ( risiko tinggi, risiko

meragukan, risiko rendah ) ( Manuaba, 2009 ).

2.1.6. Tujuan Asuhan Antenatal

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental

dan sosial ibu dan bayi.

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

Page 15: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

15

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI ekslusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

(Sarwono, 2005).

2.1.7. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Kunjungan antenatal care ( ANC) adalah kontak ibu hamil

dengan perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan

kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi

dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan.

1. Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama kali, yang ideal adalah sedini mungkin

ketika terlambat haid.

2. Pemeriksaan ulang

1) Setiap 1 bulan sampai umur kehamilan 28 minggu.

2) Setiap 2 minggu pada usia kehamilan 28 – 36 minggu.

Page 16: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

16

3) Setiap 1 minggu setelah kehamilan 36 minggu ( Hj. Salmah,

2006 ).

Kebijakan program dalam kunjungan antenatal sebaiknya

dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, yaitu satu kali

pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali

pada triwulan ketiga ( Saiffudin,. 2006 ).

2.1.8. Refokus Antenatal Care

1. Deteksi Dini.

Mengkaji data subjektif atau keluhan-keluhan yang dialami

pasien kemudian menghubungkan dengan data subjektif.

2. Promosi Kesehatan.

Memberikan penyuluhan atau memberikan pengarahan yang

terbaik untuk pasien tetapi yang berhak menentukan pasien.

3. Pertolongan Persalinan Aman dan Bersih.

Membantu ibu untuk menghadapi persalinan, seperti

membantu ibu untuk menentukan dimana akan bersalin dan

ditolong oleh tenaga kesehatan yang profesional dan terampil

serta menjaga pencegahan infeksi.

Page 17: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

17

4. Persiapan Adanya Kegawatdaruratan

Menyiapkan kegawatdaruratan saat persalinan seperti donor,

transfortasi, biaya, pengambil keputusan. ( Hj. Salmah, 2006 ).

2.1.9. Tahap – tahap Pemeriksaan pada Kehamilan

1. Mencatat hasil pengkajian data subjektif

1) Biodata ibu dan suami : umur, pendidikan, pekerjaan, agama,

suku bangsa, alamat rumah, nomor telepon, alasan

memeriksakan diri / keluhan utama.

2) Riwayat Kehamilan Sekarang

(1) Hari Pertama Haid Terakhir ( HPHT )

(2) Riwayat Antenatal sebelumnya, jika ada

(3) Gerakan janin dirasakan sejak kapan dan keadaan

sekarang

(4) Tanda dan bahaya sesuai umur kehamilan ibu saat diberi

asuhan :

Triwulan I : Mual / muntah berlebihan, perdarahan, dll

Triwulan II : Perdarahan, lelah, sering pusing, dll

Triwulan III : Sakit kepala, pandangan kabur, nyeri pada

ulu hati, perdarahan, dll

Page 18: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

18

3) Keluhan lain seperti sakit pinggang, keram ( lazim pada

kehamilan )

4) Kebiasaan mengkonsumsi obat – obat yang membahayakan

kehamilan

5) Kondisi psikis ibu, kekhawatiran terhadap kehamilan,

persalinan, rasa malu akibat kehamilannya

6) Perilaku yang membahayakan kehamilan : diurut dukun,

aktivitas yang membahayakan kehamilan

7) Sikap atau respons terhadap kehamilan sekarang :

(1) Direncanakan, tetapi tidak diterima

(2) Tidak direncanakan, tetapi diterima

(3) Tidak direncanakan dan tidak diterima

(4) Direncanakan dan diterima

8) Dampak aktivitas seksual terhadap kehamilan

9) Perilaku spiritual dan sosial. Apakah saat beribadah ibu

mendoakan keselamatan janinnya

10) Pola eliminasi ( sembelit, diare, sering kencing, dan sakit

ketika berkemih )

11) Riwayat Kebidanan yang lalu

(1) Tanggal, bulan, dan tahun kelahiran

Page 19: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

19

(2) Lahir aterm, preterm, atau abortus

(3) Jenis persalinan

(4) Berat badan bayi yang dilahirkan

(5) Penolong persalinan

(6) Tempat bersalin

(7) Komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas

(8) Keadaan anak sekarang ( hidup / mati, sehat / sakit,

cacat)

(9) Lama menyusui

12) Riwayat menstruasi

Menarche, siklus, lama haid, dismenorea, dan jumlah

darah yang keluar

13) Riwayat Pemakaian Kontrasepsi

Jenis kontrasepsi yang dipakai, lama pemakaian, dan

keluhan / efek samping / komplikasi pemakaian kontrasepsi

14) Riwayat Kesehatan

Penyakit yang diderita ibu dahulu dan sekarang (

kardiovaskuler, TORCH, hipertensi, DM, asma, TBC,

malaria, hepatitis, epilepsi, dan PMS ). Penyakit keturunan

keluarga ( jantung, DM, asma, dan gangguan jiwa ). Penyakit

Page 20: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

20

keluarga yang menular ( HIV / AIDS, hepatitis, TBC ) dan

faktor keturunan gemelli

15) Status Sosial

Status perkawinan (lama menikah, pernikahan yang

ke berapa), respon keluarga terhadap kehamilan, dukungan

suami dan keluarga dan pengambilan keputusan dalam

keluarga

16) Pola konsumsi makanan dan minuman

Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman

yang membahayakan kehamilan

17) Kebiasaan yang merugikan kesehatan ibu

Ibu / suami merokok, minum – minuman yang

beralkohol dan obat – obatan terlarang, memelihara atau

kontak dengan kucing

18) Rencana tempat melahirkan, penolong dan pendamping

persalinan

19) Pengetahuan ibu tentang :

(1) Tanda bahaya sesuai umur kehamilan

(2) Nutrisi dan istirahat selama kehamilan

(3) Hubungan seksual sesuai umur kehamilan

Page 21: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

21

(4) Posisi hubungan seksual yang aman dan berbahaya

terhadap kehamilan

(5) Bahaya prostaglandin terhadap kehamilan

2. Mencatat hasil Pengkajian Data Objektif

1) Tinggi dan Berat badan

2)Tanda – tanda vital

3) Lingkar Lengan

4) Postur tubuh ( lordosis )

5) Pemeriksaan kepala dan leher

6) Edema pada wajah

7) Keadaan konjungtiva

8) Keadaan mulut apakah pucat atau tidak

9) Pembengkakkan saluran limfe dan kelenjar tiroid pada leher,

pembesaran vena jugularis

10) Hasil pemeriksaan tangan dan kaki

(1) Edema pada jari tangan dan ekstremitas bawah

(2) Keadaan kuku jari apakah pucat atau tidak

(3) Varises vena kaki

(4) Refleks patela kiri dan kanan

11) Hasil pemeriksaan payudara

Page 22: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

22

(1) Ukuran payudara, simetris atau tidak

(2) Puting susu menonjol, datar atau masuk

(3) Pengeluaran colostrum atau cairan

(4) Retraksi, dimpling

(5) Benjolan pada payudara

(6) Pembesaran kelenjar ketiak

12) Hasil pemeriksaan abdomen

(1) Luka operasi

(2) Pengukuran TFU > 22 minggu, diukur dengan pita ukur

menurut teknik McDonald

(3) Hasil palpasi dengan teknik Leopold untuk menentukan

letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala dilakukan

pada usia kehamilan > 36 minggu atau 2 minggu apakah

hasil pengukuran TFU dengan cara McDonald melebihi

standar

(4) Frekuensi, intensitas, dan irama DJJ sejak usia kehamilan

> 20 minggu

13) Pemeriksaan genital luar ( varises, perdarahan, luka, cairan

yang keluar, pengeluaran dari uretra dan kelenjar skene,

Page 23: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

23

keadaan kelenjar bartolin apakah ada massa atau ada cairan

yang keluar )

14) Pemeriksaan laboratorium ( uji urine kehamilan pada umur

kehamilan < 20 minggu, reduksi urine, protein urine, kadar

hemoglobin darah, golongan darah [ bila diperlukan ])

(Dra.G.A.Mandriwati, MKes, 2007).

2.1.10. Tahap – Tahap Pemeriksaan Leopold

1. Tahap Persiapan Pemeriksaan Leopold

1) Penderita tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi

2) Kedudukan tangan pada saat pemeriksaan dapat di atas

kepala atau membujur di samping badan

3) Kaki ditekukkan sedikit sehingga dinding perut lemas

4) Bagian perut penderita dibuka seperlunya

5) Pemeriksaan menghadap ke muka penderita saat melakukan

pemeriksaan Leopold I sampai Leopold III, sedangkan saat

melakukan pemeriksaan Leopold IV pemeriksa menghadap

ke kaki.

Page 24: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

24

2. Tahap Pemeriksaan Leopold

1) Leopold I

(1) Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk

menentukan TFU, sehingga perkiraan umur kehamilan

dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir.

(2) Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak

membujur sungsang, kepala bulat keras dan melenting

pada goyangan ; pada letak kepala akan teraba bokong

pada fundus : tidak keras tak melenting, dan tidak bulat :

pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bagian –

bagian janin.

2) Leopold II

(1)Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi

uterus untuk menetapkan bagian apa yang terletak di

bagian samping

(2) Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang

teraba rata dengan tulang iga seperti papan cuci

(3) Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana kepala janin

Page 25: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

25

3) Leopold III

Menetapkan bagian apa tang terdapat di atas simfisis

pubis. Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong

teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simfisis

pubis akan kosong.

4) Leopold IV

Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa

menghadap ke arah kaki penderita untuk menetapkan bagian

terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul. Bila

bagian terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran

terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksa

divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum

masuk PAP maka tangan pemeriksa konvergen

3. Pemeriksa Pembantu Leopold

1) Pemeriksaan Budin

(1) Dipergunakan pada letak membujur, untuk lebih

menetapkan dimana punggung janin berada

(2) Teknik fundus uteri didorong ke bawah, badan janin akan

melengkung sehingga punggung mudah ditetapkan.

2) Pemeriksaan menurut Ahlfeld

Page 26: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

26

Janin dengan letak membujur didorong ke salah satu

sisi sehingga janin mengisi ruangan yang lebih terbatas.

Dengan mendorong janin ke satua arah, maka pemeriksaan

punggung janin lebih mudah dilakukan.

3) Pemeriksaan menurut Knebel

Pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan menurut

Leopold III.

Table 2.1

Ukuran TFU yang sesuai dengan usia kehamilan menurut

Spiegelberg:

Usia kehamilan Ukuran tinggi fundus uteri dalam cm

22- 28 minggu

28 minggu

30 minggu

32 minggu

34 minggu

36 minggu

38 minggu

40 minggu

24 -25cm diatas simfisis

26,7 cm diatas simfisis

29,5 – 30 cm diatas simfisis

29,5 – 30 cm diatas simfisis

31 cm diatas simfisis

32 cm diatas simfisis

33 cm diatas simfisis

37,7 cm diatas simfisis

( Sarwono, 2005 ).

Page 27: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

27

Selain rumus diatas ada juga cara lain untuk menentukan

umur kehamilan berdasarkan Rumus Neagle Hari + 7, Bulan -3,

Tahun +1. ( Hj. Salmah, 2006 ).

2.1.11. Pemeriksaan Denyut Jantung Janin

1. Kaki ibu hamil diluruskan sehingga punggung janin lebih dekat

dengan dinding perut ibu

2. Punctum maximum denyut jantung janin ditetapkan di sekitar

scapula

3. Denyut jantung janin dapat ditetapkan dengan cara dihitung

selama 1 menit penuh

4. Jumlah DJJ normal antara 120 – 160 x per menit ( Manuaba,

2009 ).

2.1.12. Perhitungan TBJ ( Taksiran Berat Janin )

TBJ = [ Tinggi Fundus Uteri ( dalam cm ) – N ] x 155

N = 13, bila kepala belum melewati pintu atas panggul

N = 12, bila kepala masih berada di atas spina iskiadika

N = 11, bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika

( Arif Mansjoer, 2001).

Page 28: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

28

2.1.13 Diagnosa Kehamilan

Kehamilan matur ( cukup bulan ) berlangsung kira – kira 40

minggu ( 280 hari ) dan tidak lebih dari 43 minggu ( 300 hari ).

Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut

kehamilan premature. Sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut

kehamilan postmature. Menurut usia kehamilan dibagi menjadi :

1. Kehamilan trimester pertama : 0 – 14 minggu

2. Kehamilan trimester kedua : 14 – 28 minggu

3. Kehamilan trimester ketiga : 28 – 42 minggu

( Arif Masjoer, 2001 ).

2.1.14 Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil

1. Makanan ( diet ) wanita hamil

Wanita hamil harus betul-betul mendapat perhatian

susunan dietnya terutama mengenai jumlah kalori, protein yang

berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Zat-zat

yang diperlukan : protein, karbohidrat, lemak, mineral, atau

bermacam-macam garam terutama kalsium, fosfor, dan zat besi

(Fe), vitamin dan air.

Page 29: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

29

Makan makanan yang bergizi sesuai dengan anjuran

petugas kesehatan. Makan 1 piring lebih banyak dari sebelum

hamil untuk menambah tenaga, makan makanan selingan, pagi

dan sore hari seperti bubur kacang hijau, kue – kue dan lain –

lain.

Nilai gizi dapat ditentukan dengan bertambahnya berat

badan sekitar 6,5 – 16,5 Kg selama kehamilan. Berat badan

yang bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapat

perhatian khusus karena kemungkinan terjadi penyulit

kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari ½ Kg /

minggu.

2. Pekerjaan rumah tangga / wanita pekerja

Istirahat berbaring sedikitnya 1 jam pada siang hari dan

kurangi kerja berat karena istirahat yang cukup akan

memulihkan tenaga ibu.

Pekerjaan rutin dapat dilakukan. Bekerjalah sesuai

dengan kemampuan dan makin dikurangi dengan semakin

tuanya kehamilan. Cukup istirahat dan tidur.

Page 30: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

30

3. Hubungan seksual

Hamil bukanlah halangan untuk melakukan hubungan

seksual. Boleh melakukan hubungan suami istri selama hamil

tidak ada keluhan. Tanyakan kepada bidan atau dokter tentang

hubungan yang aman selama hamil.

Hubungan seksual dihentikan bila sering abortus atau

prematur, perdarahan pervaginam, terdapat tanda infeksi dengan

pengeluaran cairan disertai rasa nyeri / panas, hentikan

hubungan seksual pada dua minggu menjelang persalinan.

4. Gerak badan

Kegunaannya sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan

bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak.

Dianjurkan berjalan-jalan pada pagi hari dalam udara yang

masih segar. Gerakkan badan yang melelahkan tidak dianjurkan.

5. Pakaian hamil

Pakaian untuk ibu hamil harus longgar, bersih dan tidak

ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Pakaian yang baik

untuk ibu hamil adalah yang terbuat dari katun karena

mempunyai kemampuan menyerap, terutama pakaian dalam.

Pakailah kutang yang longgar dan dapat menyokong payudara.

Page 31: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

31

Pakaian dalam hendaknya diganti minimal tiga kali untuk

menjaga kebersihan.

6. Menjaga kesehatan ibu hamil

Mandi pakai sabun setiap pagi dan sore hari. Karena

mandi secara teratur dapat mencegah sakit kulit. Gosok dua kali

sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur, karena gosok gigi

secara teratur dapat mencegah sakit gigi dan gusi.

7. Pemeliharaan payudara

Payudara merupakan sumber ASI yang akan menjadi

makanan utama bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya harus

sering dirawat. Pakaialah kutang yang sesuai dengan ukuran

payudara sehingga dapat menyokong payudara.

Puting susu dan areola harus dalam keadaan bersih dan

harus dibersihkan setiap hari. Puting susu perlu ditarik – tarik

sehingga menonjol dan memudahkan untuk memberikan ASI.

8. Pemberian obat – obatan

Pemberian obat – obatan harus sesuai petunjuk dokter /

bidan karena harus diperhatikan apakah obat tersebut

berpengaruh terhadap pertumbuhan janin dalam kandungan

( Hj. Salmah, 2006 ).

Page 32: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

32

2.1.15. Terapi pada Wanita Hamil

1. Imunisasi

Vaksinasi dengan tetanus toksoid (TT) dianjurkan untuk

dapat menurunkan angka kematian bayi karena infeksi tetanus.

Vaksinasi tetanus toksoid (TT) dilakukan dua kali selama

hamil.

Tabel 2.2

Interval Pemberian Imnunisasi TT

Antigen Interval Lama Perlindungan % perlindungan

TT 1 Pada kunjungan ANC pertama - -

TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99

TT 5 1 tahun setelah TT 4

25 tahun atau seumur

hidup

99

( Saifuddin, 2006 ).

Page 33: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

33

2. Kebutuhan akan zat besi

Wanita dalam kehamilannya memerlukan tambahan zat

besi sekitar 800 mg atau sekitar 30-50 mg sehari

(Saifuddin, 2006)

2.1.16. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

1. Perdarahan pervaginam.

2. Sakit kepala hebat.

3. Gangguan penglihatan.

4. Pembengkakan pada wajah, tangan dan kaki.

5. Nyeri abdomen (epigastrik).

6. Janin tidak bergerak seperti biasanya (Saifuddin, 2002).

2.1.17. Ketidaknyamanan pada Ibu Hamil

1. Edema

Terjadi pada trimester kedua dan ketiga

Dasar anatomis dan fisiologis :

1) Peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh hormonal

2) Kongesti sirkulasi pada ekstremitas bawah

3) Peningkatan permeabilitas kapiler

Page 34: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

34

4) Tekanan dari pembesaran uterus pada vena pelvik ketika

duduk atau pada vena cava inferior ketika berbaring.

Cara mencegah :

(1) Hindari posisi berbaring terlentang

(2) Hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama istirahat

dengan berbaring miring ke kiri, dengan kaki agak

ditinggikan

(3) Tinggikan kaki

(4) Jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk

atau berdiri

(5) Angkat kaki ketika duduk atau istirahat

(6) Hindari kaos kaki yang ketat

(7) Lakukan senam ( latihan ) secara teratur

2. Insomnia ( sulit tidur )

Mulai pertengahan masa kehamilan

Dasar anatomis dan fisiologis :

1) Pola tidur berubah tidur nyenyak ( REM ) meningkat mulai

minggu ke- 25, berpuncak pada minggu ke – 33 sampai 36,

kemudian menurun ke tingkat sebelum hamil pada saat cukup

bulan

Page 35: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

35

2) Bangun di tengah malam : ketidaknyamanan karena uterus

hamil, nocturia, dyspnea, hearthburn, kongesti hidung, sakit

otot, stress, dan cemas.

Cara mencegah :

(1) Gunakan teknik relaksasi

(2) Mandi air hangat, minum – minuman hangat (susu, teh

dengan susu) sebelum pergi tidur

(3) Melakukan aktifitas yang tidak menstimulasi sebelum tidur

(WHO, 2006).

2.1.18. Pendokumentasian dengan SOAP

1. Mencatat data subjektif

2. Mencatat data hasil pengkajian, diagnosis kebidanan, masalah

klien yang perlu dipecahkan dengan memberi asuhan dan

kebutuhan klien / ibu hamil yang diberi asuhan berdasarkan

maslahnya

3. Mencatat perencanaan asuhan yang meliputi perencanaan

tindakan asuhan, pelaksanaan tindakan asuhan, dan hasil

evaluasi tindakan asuhan (Dra.G.A.Mandriwati, 2005).

Page 36: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

36

2.2. PERSALINAN

2.2.1 Definisi Persalinan

Persalinan adalah suatu proses dimana selaput ketuban,

bayi, dan plasenta keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap

normal jika proses terjadinya pada usia kehamilan cukup bulan

(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Departemen

Kesehatan, 2004).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya

serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah

proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan

lahir (Sarwono, 2006).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 -

42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun pada janin (Sarwono, 2006).

Page 37: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

37

2.2.2 Tanda dan Gejala Persalinan

1. Penipisan dan pembukaan serviks.

2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada

serviks (Frekuensi min 2x dalam 10 menit ).

3. Keluarnya lendir bercampur darah (‘Show’) melalui vagina

( Asuhan Persalinan Normal , 2007).

2.2.3 Faktor – Faktor Penting Dalam Persalinan

Terdapat 4 faktor penting yang perlu diperhatikan dalam

persalinan, yaitu passenger, passage, power, dan psychologic

response.

1. Passanger

Terdiri dari janin dan placenta. Hal yang perlu dikaji adalah

usia kehamilan, ukuran kepala janin, posisi ( puka, puki )

janin, lokasi janin terhadap sumbu ibu ( letak bujur, letak

lintang), presentasi kepala atau bokong, sikap fleksi atau

ekstensi dan letak placenta.

2. Passage

Bentuk dan diameter pelvis, peregangan segmen bawah

uterus, dilatasi serviks, vagina, dan introitus.

Page 38: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

38

3. Power

Kekuatan primer adalah kontraksi uterus yang memiliki

intensitas, durasi dan frekuensi. Sedangkan kekuatan

sekunder adalah mengejan.

4. Psychologic Response

Respons psikologis bergantung pada pengalaman

sebelumnya, kesiapan emosi, persiapan, sistem pendukung,

lingkungan, mekanisme koping, kultur dan sikap terhadap

kehamilan (dra. Ni Nengah Susanti, 2009).

2.2.4 Proses Persalinan Normal

1. Kala I

Pada kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi

uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan

lengkap (10 cm). Lamanya kala I untuk primigravida

berlangsung 13 jam sedangkan multigravida 6 sampai 7 jam.

Persalinan Kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu :

Fase Laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi

sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter

3 cm.

Page 39: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

39

Fase aktif : dibagi dalam 3 fase yakni :

1) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam

pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.

2) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam

pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4

cm menjadi 9 cm.

3) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat

kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari

9 cm menjadi lengkap (Sarwono, 2006).

Penanganan kala I :

1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia

tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan

2) Berikan informasi mengenai proses dan

kemajuan persalinannya

3) Dengarkan keluhannya dan cobalah

untuk lebih sensitif terhadap

perasaannya

4) Lakukan perubahan posisi

5) Sarankan ia untuk berjalan

Page 40: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

40

6) Ajaklah suami atau keluarga untuk

memijat atau menggosok punggungnya

atau membasuh mukanya di antara

kontraksi

7) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas

sesuai dengan kesanggupannya

8) Ajarkan teknik relaksasi

9) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu

dalam persalinan

10) Memberikan ibu cukup minum

11) Sarankan ibu untuk berkemih sesering

mungkin

Table 2.3

Pemantauan pada Persalinan

Parameter Frekuensi pada fase laten Frekuensi pada fase aktif

TD

SUHU

NADI

Setiap 4 jam

Setiap 4 jam

Setiap 30 – 60 menit

Setiap 4 jam

Setiap 4 jam

Setiap 30 – 60 menit

Page 41: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

41

DJJ

KONTRAKSI

PEMBUKAAN

PENURUNAN

Setiap 1 jam

Setiap 1 jam

Setiap 4 jam*

Setiap 4 jam*

Setiap 30 menit

Setiap 30 menit

Setiap 4 jam*

Setiap 4 jam*

*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam

Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :

1) Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan

durasi

2) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per jam selama

persalinan, fase aktif ( dilatasi serviks berlangsung atau ada di

sebelah kiri garis waspada)

3) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin

Kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala I :

1) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten

2) Atau kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm per jam

selama persalinan fase aktif ( dilatasi serviks berada di sebelah

kanan garis waspada )

3) Atau serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin

Kemajuan pada kondisi janin :

1) DJJ tidak normal

Page 42: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

42

2) Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan verteks fleksi

sempurna digolongkan ke dalam malposisi dan malpresentasi

3) Adanya persalinan lama

Kemajuan pada kondisi ibu :

1) Denyut nadi ibu meningkat

2) Tekanan darah ibu menurun

3) Terdapat aseton dalam urine ibu (Saifuddin, 2002).

2. Kala II

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhirnya dengan lahirnya bayi, kala dua

dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Lama persalinan kala II pada

primigravida 1 setengah jam sampai 2 jam dan pada multigravida 30

menit sampai 1 jam.

Penanganan kala II :

1) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu

2) Menjaga kebersihan ibu

3) Mengipasi dan massase untuk menambah kenyamanan bagi ibu

4) Menjaga privasi ibu

5) Memberikan penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan

Page 43: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

43

6) Memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan

keterlibatan ibu

7) Mengatur posisi ibu : jongkok, menungging, tidur miring dan

setengah duduk

8) Menganjurkan ibu untuk berkemih sesering mungkin

9) Memberikan cukup minum (Saifuddin, 2006).

3. Kala III

Kala III persalinan dimulai setelah bayi lahir dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Lama

persalinan kala III pada primigravida 30 menit dan multigravida

15 menit.

Penanganan kala III :

1) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus

berkontraksi yang juga mempercepat pengeluaran plasenta

2) Lakukan PTT selama uterus berkontraksi

3) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan

menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati

plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakkan ke bawah

dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Setelah itu memutar

Page 44: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

44

plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput

ketuban

4) Masase fundus

5) Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 15 menit, berikan

oksitosin 10 unit IM dosis kedua

6) Jika plasenta belum lahir juga dalam waktu 30 menit :

(1) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika

kandung kemih penuh

(2) Periksa adanya tanda pelepasan plasenta

(3) Berikan oksitosin 10 unit IM dosis ketiga

(4) Siapkan rujukan jika tidak ada tanda pelepasan plasenta

7) Periksa robekan pada vagina atau serviks lalu dijahit atau

perbaiki episiotomi

Tanda Pelepasan Plasenta

1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

2) Tali pusat bertambah panjang

3) Semburan darah mendadak dan singkat ( Asuhan

Persalianan normal, 2007 ).

Manajemen Aktif Kala III

Page 45: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

45

1) Pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi

lahir

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali

3) Massase fundus uteri ( Asuhan Persalinan Normal, 2007 ).

4. Kala IV

Kala IV dimasukan untuk melakukan observasi karena

pendarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam

pertama.

Penanganan pada kala IV :

1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap

20 – 30 menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat,

massase uterus sampai menjadi keras

2) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan

perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30

menit selama jam kedua

3) Anjurkan ibu untuk minum

4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang

bersih dan kering

Page 46: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

46

5) Biarkan ibu istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu

untuk diberikan ASI

6) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan

ibu dibantu karena dalam keadaan lemah. Pastikan ibu

sudah BAK dalam 3 jam pascapersalinan

7) Ajari ibu atau anggota keluarga tentang :

(1) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan

kontraksi

(2) Tanda – tanda bahaya bagi ibu dan bayi (Saifuddin,

2006 ).

2.2.5. Posisi Ibu Dalam Persalinan

1. Posisi Litotomi

Posisi yang umum dimana wanita terbaring terlentang

dengan kaki ditekuk, kedua paha diangkat kesamping kanan dan

kiri. Dan gaya gravitasi untuk membantu ibu melahirkan

bayinya.

2. Posisi jongkok atau berdiri

Membantu mempercepat kemajuan kala 2 persalinan dan

mengurangi rasa nyeri.

Page 47: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

47

3. Posisi merangkak dan berbaring miring kekiri

Posisi merangkak dapat mengurangi rasa nyeri punggung

saat persalinan, sedangkan posisi miring kekiri memudahkan

ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami

kelelahan dan juga dapat mengurangi resiko terjadinya laserasi

perineum.

Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali

pada posisi berbaring terlentang ( supine position ). Alasannya

jika ibu berbaring telentang maka berat uterus dan isisnya (

janin, cairan ketuban, plasenta, dll) menekan vena cava inferior

ibu.

Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi

utero-plasenter sehingga akan menyebabkan hipoksia pada bayi.

Berbaring telentang juga akan mengganggu kemajuan

persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif

(enkin, et al, 2000) ( Asuhan Persalinan Normal, 2007 ).

2.2.6. Laserasi Jalan Lahir

Laserasi jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari

perdarahan pascapersalinan. Perdarahan pascapersalinan dengan

Page 48: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

48

uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan

serviks atau vagina.

Laserasi pada perineum diklasifikasikan berdasarkan luasnya

robekan, yaitu :

1. Derajat 1 : Mukosa vagina, kulit perineum

(Penjahitan tidak diperlukaan jika tidak ada

perdarahaan dan jika luka teraposisi secara

alamiah).

2. Derajat 2 : Mukosa vagina, kulit perineum, dan otot

perineum

3. Derajat 3 : Mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum

dan otot sfingter ani.

4. Derajat 4 : Mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum,

otot sfingter ani dan dinding depan rektum.

(Pada laserasi perineum derajat III dan IV

memerlukan teknik dan prosedur khusus maka

pada derajat tersebut segera dirujuk) (Asuhan

Persalinan Normal, 2007).

Perbaikan Robekan Tingkat I dan II:

Umumnya robekan tingkat I dapat sembuh sendiri, tidak perlu

dijahit.

Page 49: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

49

1. Kaji ulang prinsip dasar perawatan

2. Berikan dukungan emosional

3. Pastikan tidak ada alergi terhadap lignokain atau obat-obatan sejenis

4. Periksa vagin, perineum, dan serviks

5. jika ada robekan panjang dan dalam, periksa apakah robekan itu tingkat

III atau IV:

(1) Masukan jari yang bersarung tangan ke anus

(2) Identifikasi sfingterani

(3) Rasakan tonus dari sfingter

6. Ganti sarung tangan

7. Jika sfingter kena, lakukan reparasi robekan tingkat III atau IV

8. Jika sfingter utuh, teruskan reparasi

9. A dan antisepsis di daerah

10. Masukan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong

masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan

masuk atau keluar

11. Aspirasikan dan kemudian suntikan sekitar 10 ml lignokain 0,5 %

dibawah mukasa vagina, dibawah kulit perineum, dan pada otot-otot

perienum.

Page 50: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

50

Catatan: Aspirasi untuk menyakinkan suntikan lignokain tidak masuk

dalam pembuluh darah. Jika ada darah pada aspirasi, pindahakan

jarum ketempat lain. Aspirasi kembali. Kejang dan kematian dapat

terjadi jika lignokain diberikan lewat pembuluh darah (I.V).

12. Tunggu 2 menit agar anastesi efektif

Jahitan Mukosa Vagina

Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catgut kromik 2-0.

Mulai dari sekitar 1 cm di atas puncak luka di dalam vagina sampai pada

batas vagina.

Jahitan Otot perineum

Lanjutkan jahitan pada daerah otot perineum sampai ujung luka

pada perineum secara jelujur dengan catgut kromik 2-0. Lihat ke dalam

luka untuk mengetahui letak ototnya. Penting sekali untuk menjahit otot

ke otot, agar tidak ada rongga di antaranya.

Jahitan Kulit

Carilah lapisan subkutikuler persis dibawah lapisan kulit.

Lanjutkan dengan jahitan subkutikuler kembali ke arah batas vagina,

akhirnya dengan simpul mati pada bagian dalam vagina. Untuk membuat

simpul mati benar-benar kuat, buatlah 1 ½

simpul mati. Potong kedua ujung

benang, dan hanya disisakan masing-masing 1cm. Jika robekan cukup luas

Page 51: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

51

dan dalam, lakukan colok rektal, dan pastikan tidak ada bagian rektum

terjahit.

Robekan Tingkat III dan IV

Jika robekan tingkat III tidak diperbaiki, pasien dapat menderita

gangguan defeksasi dan flatus. Jika robekan tidak diperbaiki, dapat terjadi

infeksi dan fistula rektovaginal.

1. kaji ulang prinsip dasar perawatan

2. lakukan blok pudendal atau ketamin

3. Minta sisten menahan fundus dan melakukan masase uterus

4. Periksa vagina, serviks, perineum dan rektum

5. Cek apakah sfingterani robek:

6. Jari bersarung tangan masukan ke dalam anus

7. Identifikasi sfingterani

8. Periksa permukaan rektum

9. Ganti sarung tangan

10. A/antisepsis pada daerah robekan

11. Pastikan tidak alergi terhadap lignokain atau obata-obatan sejenis

12. Masukan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong

masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan

masuk atau keluar.

Page 52: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

52

13. Aspirasi dan kemudian suntikkan sekitar 10 ml lignokain 0,5 %

dibawah mukosa vagiana, dibawah kulit perineum dan pada otot-otot

perineum.

14, Tunggu 2 menit agar anastesi efektif

15. Tautkan mukosa rektum dengan benang kromik 3-0 atau 4-0 secara

interuptus dengan 0,5 cm antara jahitan. Jahitlah otot-otot dengan

rapih lapis demi lapis dengan jahitan satu-satu.

Jahitan Sfinter Ani

Jepit otot sfingter dengan klem Allis atau pinset. Tautkan ujung

otot sfingter ani dengan 2-3 jahitan benang kromik 2-0 angka 8 secara

interuptus. Larutkan antiseptik pada daerah robekan. Reparasi mukosa

vagina, otot perineum, dan kulit.

Perawatan Pascatindakan

Apabila terjadi robekan tingkat IV (robekan sampai mukosa

rektum), berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal ( ampisilin 500 mg

per oral dan metronidazol 500 mg per oral). Observasi tanda-tanda infeksi.

Jangan lakukan pemeriksaan rektal atau enema selama 2 minggu. Berikan

pelembut feses selama seminggu per oral (Saifuddin, 2005).

Page 53: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

53

Tujuan Menjahit Laserasi

Tujuan menjahit laserasi adalah untuk menyatukan kembali

jaringan-jaringan tubuh dan mencegah kehilangna darah yang tidak perlu.

Berikan anestesi lokal pada setiap ibu yang memerlukan penjahitan

laserasi.

Penjahitan sangat menyakitkan, oleh sebab itu penggunaan anestesi

lokal merupakan asuhan sayang ibu. Anestesi yang digunakan adalah

Lidocain 1 %.

Jika tidak tersedia Lidocain 1 %, gunakan Lidocain 2 % yang

dilarutkan dengan air steril dengan perbandingan 1 : 1.

Secara umum Prosedur untuk menjahit episiotomi sama dengan

menjahit laserasi perineum. Jika episiotomi sudah dilakaukan, lakukan

penilaian secara hati-hati untuk memastikan lukanya tidak meluas.

Sedapat mungkin, gunakan jahitan jelujur,. Jika ada sayatan yang terlalu

dalam hingga mencapai lapisan otot, mungkin diperlukan penjahitan

secara terputus untuk merapatkan jaringan ( Asuhan Persalinan Normal,

2007).

Page 54: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

54

2.2.7. Partograf

Menurut Yayasan Bina Pustaka ( 2003 ), partograf dipakai

untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas

kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan.

Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm ( fase aktif ). Partograf

sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa

menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan

komplikasi. Untuk menggunakan partograf, petugas harus

mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :

1. Denyut jantung janin dicatat setiap 1 jam pada fase laten dan

setiap 30 menit pada fase aktif

2. Air ketuban : catat warna air ketuban setiap melakukan

pemeriksaan dalam :

1) U : Selaput utuh

2) J : Selaput pecah, air ketuban berwarna jernih

3) M : Air ketuban bercampur mekonium

4) D : Air ketuban bercampur darah

5) K : Tidak ada cairan ketuban atau kering

3. Perubahan bentuk kepala janin ( moulage )

1) 0 : Sutura terpisah

Page 55: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

55

2) 1 : Sutura ( pertemuan 2 tulang tengkorak )

3) 2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

4) 3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

4. Pembukaan mulut rahim ( serviks ) dinilai tiap 4 jam dan

diberi tanda ” X ”

5. Penurunan : mengacu pada bagian kepala ( dibagi 5 bagian )

yang teraba di atas simfisis, catat dengan tanda ” O ”

6. Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani

setelah pasien diterima

7. Jam : Catat jam sesungguhnya

8. Kontraksi : catat tiap 30 menit, lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan

lamanya tiap kontraksi dalam hitungan detik dengan tanda :

1) Kurang dari 20 detik

2) Antara 20-40 detik

3) Lebih dari 40 detik

9. Oksitosin jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya

oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per

menit

10. Obat yang diberikan, catatlah semua obat lain yang diberikan

Page 56: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

56

11. Nadi, catatlah setiap 30 – 60 menit pada fase laten dan fase

aktif serta tandai dengan sebuah titik besar ( • )

12. Tekanan darah, catat tiap 4 jam dan tandai dengan anak

panah ↕

13. Suhu badan, catat setiap 4 jam pada fase laten dan setiap 2

jam pada fase aktif

14. Protein, aseton, volume urine, catatlah setiap kali ibu

berkemih

Bila temuan – temuan melintas ke arah kanan dari garis

waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian

terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan

yang tepat (Saiffudin, 2006).

Pencatatan Pada Lembar Belakang Partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk

mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan

kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I

hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini

disebut sebabagi catatan persalinan.

Nilai dan catatn asuhan yang diberikan kepada ibu selama

masa nifas (terutama pada kala IV persalinan) untuk

Page 57: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

57

memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit

dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini

sangat penting, terutama untuk membuat keputusan klinik

(misaln’ya pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan). Selain

itu catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan untuk

menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan persalinan

yang aman dan bersih telah dilakukan.

Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:

1. Data atau informasi umum

2. Kala I

3. Kala II

4. Kala III

5. Bayi baru lahir

6. Kala IV ( Saifuddin, 2002).

2.2.8. Rekomendasi Kebijakan Teknis Asuhan Persalinan dan

Kelahiran

1. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi harus dimasukkan

sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk

Page 58: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

58

hadirnya keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan

bagi ibu.

2. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan

berfungsi sebagai suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.

3. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika

benar-benar dibutuhkan. Prosedur ini hanya dibutuhkan jika

ada infeksi atau penyulit.

4. Manajemen aktif kala III, termasuk melakukan penjepitan dan

pemotongan tali pusat secara dini, memberikan suntikan

oksitosin IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali

(PTT) dan segera melakukan masase fundus, harus dilakukan

pada semua persalinan normal.

5. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi

setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai

ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap

15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam

kedua.

Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk

memastikan tonus uterustetap baik, perdarahan minimal dan

pencegahan perdarahan.

Page 59: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

59

6. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering

diperiksa dan dimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota

keluarga dapat diajarkan melakukan hal ini.

7. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus

segera diselimuti dan bayi dikeringkan serta dijaga

kehangatannya untuk mencegah terjadinya hipotermi.

8. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus

disediakan oleh petugas dan keluarga (Saifuddin, 2006).

2.2.9 Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan dan Kelahiran

Bayi

Ada lima aspek dasar atau Lima Benang Merah, yang

penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan

aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik

normal maupun patologis. Lima Benang Merah tersebut adalah:

1. Membuat Keputusan Klinik

Suatu pengambilan keputusan berdasarkan ilmu pengetahuan

dan di tunjang dengan hati. Membuat keputusan merupakan

proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan

menentukan asuhan yang dperelukan oleh pasien.

Page 60: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

60

Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi

pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan

pertolongan.

2. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu.

Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan

mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan

dan kelahiran bayi.

3. Pencegahan infeksi

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk

menangani peralatan, perlengkapan sarung tangan dan benda-

benda lain yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat

benda- benda lebih aman untuk di tangani oleh petugas. Segera

setelah digunakan, masukan benda-benda yang terkontaminasi

kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

4. Pencatatan (Rekam Medik) asuhan persalinan

Catat semua asuhan yang telah diberikan pada ibu dan/ atau

pada bayinya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa

hal tersebut tidak dilakukan. Pencatatan adalah bagian penting

Page 61: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

61

dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan

penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan

asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran

bayi.

5. Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas

rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap,

diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru

lahir.

Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan

normal namun sekitar 10- 15 % diantaranya akan mengalami

masalah.

Lima Benang Merah ini akan selalu berlaku dalam

penatalaksanaan persalinan, mulai dari kala I hingga kala IV,

termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir (Asuhan Persalinan

Normal, 2007)

2.2.10 Persiapan Penolong Persalinan

Salah satu persiapan penting bagi penolong persalinan adalah

memastikan penerapan prinsip dan praktik pencegahan infeksi

Page 62: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

62

yang dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung

tangan dan perlengkapan perlindungan pribadi.

Perlengkapan perlindungan pribadi yaitu terdiri dari penutup

kepala, pelindung mata (kaca mata), masker digunakan untuk

menutup mulut, celemek, dan sepatu yang tertutup.

Perlengkapan persiapan penolong persalinan tersebut dikenakan

selama membantu kelahiran bayi dan plasenta serta saat melakukan

penjahitan laserasi atau luka episiotomi (Asuhan persalinan

Normal, 2007)

2.3. BAYI BARU LAHIR

2.3.1. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari

kehamilan 37 minggu – 42 minggu dan berat badan lahir 2500

gr – 4000 gr (Saifuddin, 2002).

Bayi Baru Lahir Normal adalah bayi yang lahir secara

spontan dengan umur kehamilan cukup bulan dan dengan berat

badan normal 2500-4000 gram (Arief Mansjoer, 2001).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir

Page 63: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

63

2500-4000 gr. Pada periode pascapartum, bayi baru lahir

mengalami perubahan biofisiologi dan prilaku yang kompleks

akibat transissi kekehidupan ekstrauterin. Beberapa jam pertama

setelah lahir, menampilkan suatu periode penyesuain kritis bagi

bayi baru lahir. Pada sebagian besar lingkungan, perawat

memberikan perawatan langsung kepada bayi segera setelah lahir

(Pusdiknakes, 2006).

2.3.2 Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

1. Masa gestasi 37 – 42 minggu

2. Berat badan lahir 2500 – 4000 gram

3. Panjang badan 48-53 cm

4. Lingkar lengan 10-12 cm

5. Lingkar dada 30 – 38 cm

6. Lingkar kepala 33 – 35 cm

7. Bunyi jantung dalam menit pertama + 180 x/menit kemudian

menurun sampai 120 – 140 x/menit.

8. Pernafasan pada menit pertama cepat + 80 x/menit kemudian

menurun sampai 40 x/menit.

Page 64: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

64

9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

terbentuk dan diliputi varnik casesosa.

10. Rambut lanugo terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

11. Kuku terlihat agak panjang dan lemas.

12. Genetalia (labia mayora sudah menutupi labia minora) pada

perempuan dan pada laki-laki (testis sudah turun di skrotum).

13. Refleks sucking, rooting, grap, tonic neck, moro dan stapping

sudah terbentuk dengan baik.

14. Mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama (Saifuddin,

2002).

2.3.3. Perubahan Fisik Neonatus Setelah Kelahiran

1. Perubahan Fisik Fisiologis

Perubahan lingkungan dalam uterus keluar uterus, maka

bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan

termik.

Hasil rangsangan ini membuat bayi akan mengalami

perubahan metabolik, pernafasan, sirkulasi dan lain-lain.

Page 65: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

65

1) Gangguan metabolik karbohidrat

Kadar gula darah tali pusat yang 65 mg/100 ml akan

menurun menjadi 50 mg/100 ml dalam waktu 2 jam

sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus

pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil

metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat

mencapai 120mg/100ml.

2) Gangguan umum

Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada di tempat

yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam

keadaan basah. Bila dibiarkan saja dalam suhu kamar 250C

maka bayi akan kehilangan panas, melalui evaporasi,

konversi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit.

Sedangkan pembentukan panas yang dapat

diproduksi oleh tubuh hanya sepersepuluh dari yang

dibentuk dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan

menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 20C dalam

waktu 15 menit.

Hal ini sangat berbahaya terutama untuk neonatus

bayi berat lahir rendah dan asfiksia, akibat tubuh yang

Page 66: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

66

rendah metabolisme jaringan akan meningkatkan dan

asidosis metabolik yang ada akan bertambah berat sehingga

kebutuhan oksigen pun akan meningkat, hipotermia ini juga

akan menyebabkan hipoglikemia, bayi baru lahir dapat

mempertahankan suhu tubuhnya dengan mengurangi

konsumsi energi serta merawatnya di dalam Neutral

Thermal Environment (NTE).

3) Perubahan sistem pernafasan

Pernafasan pertama bayi normal terjadi dalam

waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernafasan ini timbul

sebagai akibat aktivitas susunan saraf pusat dan perifer

yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti:

kemoreseptor carotid yang sangat peka terhadap

kekurangan oksigen. Rangsangan hipoksemia, sentuhan

dan perubahan suhu di dalam uterus dan di luar uterus.

Semua ini menyebabkan perangsangan pusat

pernafasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan

tersebut untuk menggerakkan diafragma serta otot-otot

pernafasan lainnya.

Page 67: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

67

Tekanan rongga dada bayi pada waktu memulai

jalan lahir pervaginam mengakibatkan bahwa paru-paru,

yang pada janin normal cukup bulan mengandung 80

sampai 100 cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini, sesudah

bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara, paru-

paru berkembang, sehingga rongga dada kembali pada

bentuk semula.

4) Perubahan sistem sirkulasi

Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen

di dalam alveoli meningkat, sebaliknya tekanan karbon

dioksida menurun. Hal tersebut mengakibatkan turunnya

resistensi pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran

darah ke alat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah

dari arteri pulmonaris mengalir ke paru-paru dan duktus

arterious menutup.

Dengan menciutnya arteri dan vena umbikalis dan

kemudian dipotongnya tali pusat darah dari plasenta

melalui vena inferior dan foramen oval ke atrium kiri

berhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari

paru-paru tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi dari

Page 68: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

68

pada tekanan di atrium kanan. Ini menyebabkan foramen

oval menutup, sirkulasi janin sekarang berubah menjadi

sirkulasi bayi yang hidup di luar badan ibu.

5) Perubahan Lain

Alat-alat pencernaan, hati, ginjal, dan alat-alat lain

mulai berfungsi (Sarwono, 2005).

2.3.4. Perubahan Fisik Patologis

Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda

kegawatan/kelainan yang menunjukkan suatu penyakit.

Menurut Yayasan Bina Pustaka (2002) tanda-tanda bahaya

pada bayi adalah :

Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau

beberapa tanda-tanda berikut :

1. Sesak nafas

2. Frekuensi pernafasan 60 x/menit

3. Gerakan retraksi di dada

4. Malas minum

5. Panas atau suhu badan bayi rendah

6. Kurang aktif

Page 69: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

69

7. Bayi lahir rendah (1500 – 2500 gram) dengan kesulitan minum

Tanda-tanda bayi sakit berat

Apabila terdapat salah satu atau tanda-tanda berikut:

1. Sulit minum

2. Perut kembung

3. Sianosis sentral (lidah biru)

4. Periode apneu

5. Kejang/periode kejang-kejang kecil

6. Merintih

7. Perdarahan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Tanda-Tanda Bahaya yang Harus Diwaspadai pada Bayi Baru Lahir :

1. Pernapasan – sulit atau lebih dari 60 kali / menit.

2. Kehangatan – terlalu panas (> 38º C atau terlalu dingin < 36ºC)

3. Warna – kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru / pucat,

memar.

4. Pemberian makan – hisapan lemah, mengantuk berlebihan,

banyak muntah.

5. Tali pusat – merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,

berdarah.

Page 70: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

70

6. Infeksi – suhu miningkat, merah, bengkak, keluar cairan

(nanah). Bau busuk, pernapasan sulit.

7. Tinja / kemih – tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek,

sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.

8. Aktivitas – menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah

tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang

halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus (Saifuddin,

2002).

2.3.5. Keadaan Klinik Bayi Normal Segera Sesudah Lahir

Pada waktu lahir bayi sangat aktif. Bunyi jantung dalam

menit-menit pertama kira-kira 180x/menit yang kemudian turun

sampai 140x/menit -120x/menit pada wakru bayi berumur 30

menit. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama (kira-kira

80x/menit) disertai dengan pernapasan cuping hidung, retraksi

suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10

sampai 15 menit. Kelanjutan keaktifan yang berlebih-lebihan ialah

bayi menjadi tegang dan relatif tidak memberi reaksi terhadap

rangsangan dari luar dan dari dalam. Dalam keadaan ini bayi

tertidur untuk beberapa menit sampai 4jam.

Page 71: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

71

Pada saat bayi pertama kali bangun dari tidurnya ia menjadi

mudah terangsang, dengan frekuensi bumyi jantung meningkat,

dan dengan perubahan warna, serta kadang-kadang dengan

keluarnya lendir dari mulut. Sesudah masa ini dilampaui, keadaan

bayi mulai stabil, daya isap serta refleks mulai teratur (Sarwono,

2005).

2.3.6. Pemantauan Bayi Baru Lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk

mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi

masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian

keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas

kesehatan.

1. Dua jam hari pertama sesudah lahir

Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama

sesudah lahir meliputi:

1) Kemampuan bayi menghisap kuat atau lemah

2) Bayi tampak kuat atau lunglai

3) Bayi kemerahan atau kebiruan

Page 72: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

72

2. Sebelum penolong persalinan meninggaklan ibu dan bayinya,

penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian

terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan

tindak lanjut seperti:

1) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan

2) Gangguan pernafasan

3) Hipotermi

4) Infeksi

5) Cacat bawaan dan trauma lahir (Saifuddin, 2006).

2.3.7. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Menurut buku Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal

(2002) asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan

pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian

besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan

dengan sedikit bantuan atau gangguan.

Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir:

1. Menjaga agar bayi tetap kering dan hangat.

2. Usahakan adanya kontak dini antara kulit bayi dengan kulit

ibunya sesegera mungkin.

Page 73: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

73

3. Penilaian bayi waktu lahir.

2.3.8. Rooming In

Rawat gabung atau rooming in adalah suatu sistem

perawatan dimana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit. Dalam

pelaksanaannya bayi harus selalu berada disamping ibu sejak

segera setelah dilahirkan sampai pulang.

Tujuan rawat gabung:

1. Bantuan emosional. Bayi akan memperoleh kehangatan

tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayang ibu

(bonding effect).

2. Penggunaan air susu ibu (ASI). ASI adalah makanan bayi

yang terbaik.

3. Pencegahan infeksi. Bayi yang melekat pada kulit si ibu akan

memperoleh transfer antibody dari si ibu. Kolostrum yang

mengandung antibody dalam jumlah tinggi, akan melapisi

seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi dan

diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan

yang tinggi.

4. Pendidikan kesehatan (Sarwono, 2005).

Page 74: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

74

2.3.9. Inisiasi Menyusu Dini

1. Insiasi menyusui dini adalah memberikan kesempatan pada

bayi untuk melekat pada kulit ibu (skin to skin contact) dan

kontak antara ibu dan bayi (bounding attachment) serta

memotivasi bayi menyusui dengan upaya sendiri (30 menit - 1

jam) setelah lahir.

2. Insiasi menyusui dini merupakan masa emas bagi tumbuh

kembang bayi (golden periode) sehingga bila hal ini dilakukan

sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui, karena insiasi

menyusui dini merupakan langkah awal keberhasilan menyusui

eksklusif.

1) Tata laksana insiasi menyusui dini (dalam satu jam

pertama) kehidupan bayi

2) Siapkan pendamping ibu saat melahirkan yang tepat,

sensitive dan mendukung ibu.

3) Biarkan ibu menentukan cara dan posisi melahirkan.

4) Keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan verniks

yang menyamarkan kulit bayi.

Page 75: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

75

5) Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi

melekat pada kulit bayi, selimuti keduanya, kalau perlu

menggunakan topi bayi.

6) Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri, bila perlu ibu

boleh mendekatkan puting susu tapi jangan memaksakan

bayi ke puting susu.

3. Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi

pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik

dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman

yang aman untuk bayi mencegah infeksi nasokomial. Kadar

bilirubin bayi juga cepat normal karena pengeluaran mekonium

lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi

baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih

tenang sehingga mendapat pola tidur yang lebih baik. Dengan

demikian, berat badan bayi cepat meningkat dan lebih cepat

keluar dari rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat mengoptimalkan

pengeluaran hormone oksitosin, prolaktin, dan secara

psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi

(Sarwono, 2005).

Page 76: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

76

2.3.10 Pemberian ASI sedini mungkin

Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan

diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk

mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin inilah yang mengacu

payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi

menghisap puting susu akan semakin banyak prolaktin dan ASI

dikeluarkan. Pada hari-haru pertama kelahiran bayi, apabila

penghisapan puting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan

secara bertahap 10-100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah

hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800ml

ASI perhari ( kisaran 600-1000 ml ) untuk tumbuh kembang bayi.

Produksi Asi mulai menurun ( 500-700 ml ) setelah 6 bulan

pertama dan menjadi 400-600 ml pada 6 bulan kedua usia bayi.

Produksi ASI akan menjadi 300-500 pada tahun kedua usia anak.

Keuntungan pemberian ASI

1. Mempromosikan keterikatan emosional ibu dan bayi

2. Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui

kolostrum

3. Merangsang kontraksi uterus.

Page 77: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

77

Memulai pemberian ASI

Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan ekslusif. Bayi

baru lahir harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir.

Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera

menyusukan bayi setelah tali pusat diklem dan dipotong.

Beritahu bahwa penolong akan selalu membantu ibu untuk

menyusukan bayinya setelah plasenta lahir dan memastikan ibu

dalam kondisi baik ( termasuk dalam menjahit laserasi ). Keluarga

dapat membantu ibu untuk memulai pemberian ASI lebih awal.

Memulai pemberian ASI secara dini akan :

1. Merangsang produksi ASI

2. Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal

pada bayi paling kuat dalam beberapa jam (Sarwono, 2005).

2.3.11 ASI EKSKLUSIF

Asi eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah

bayi hanya diberi ASI saja tanpa diberi tambahan makanan seperti

( pisang, pepaya, bubur susu, bubur nasi tim ) dan minuman

(seperti susu formula, jeruk, air teh, air putih). Pemberian ASI

Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya 6 bulan,

Page 78: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

78

setelah bayi berumut 6 bulan ia harus mulai dikenalkan dengan

makanan dan minuman tambahan, sedangkan ASI dapat diberikan

sampai usia bayi berumur 2 tahun.

Pada umumnya bayi sehat tidak memerlukan makanan

tambahan sampai bayi berusia 6 bulan, terkecuali bayi dalam

keadaan-keadaan tertentu, contoh ibu dalam keadaan sakit berat,

selain itu bayi juga harus sering disusui minimal 3 jam sekali dan

jangan diberi DOT atau empeng karena akan menimbulkan

infeksi dan gangguan masa pertumbuhan.

Manfaat ASI pada bayi :

1. ASI sebagai nutrisi

2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh

3. ASI meningkatkan kecerdasanmenyusui meningkatkan jalinan

kasih sayang (Asuhan persalinan Normal, 2007).

2.3.12. Refleks Bayi Baru Lahir

1. Rooting refleks (Refleks mencari puting)

Begitu sudut bibir dan pipi disentuh dengan tangan, maka bayi

akan memiringkan kepalanya kearah datangnya sentuhan

dengan mulut yang membuka.

Page 79: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

79

2. Sucking Refleks (Refleks menghisap)

Rangsangan puting susu pada langit-langit mulut bayi

menimbulkan refleks menghisap.

3. Swallowing Refleks (Refleks Menelan)

Kumpulan ASI didalam mulut bayi mendesak otot-otot

didaerah mulut dan faring untuk mengaktifkan reflex menelan

dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.

4. Refleks Moro (Refleks terkejut, karena mendengar suara yang

keras)

Ditandai dengan kedua tangan dan kakinya tegang serta

kepalanya tertarik kebelakang sekejap, jari jemarinya

menggenggam.

5. Refleks Melangkah

Jika bayi dipegang pada kedua ketiaknya dalam posisi berdiri

dan kakinya disentuhkan ke lantai/meja, ia akan melakukan

gerakan seperti melangkah.

6. Refleks Menggenggam

Jika telapak tangan bayi disentuh dengan jari, dia akan

menggenggam jari yang menyentuhnya.

Page 80: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

80

7. Refleks Babinsky

Jika telapak kakinya disentuh/digores dengan ujung jari

pemeriksa maka jari-jari kaki bayi akan meregang (tertarik

kebelakang).

8. Refleks Tonus Leher asimetrik

Ketika bayi dibaringkan dan kepalanya dimiringkan ke kiri,

maka lengan kirinya akan meregang lurus sementara siku

lengan kanannya akan melipat (A.Aziz Alimul Hidayat, 2008).

2.3.13. Merawat Tali Pusat

1. Jangan membungkus puting tali pusat atau perut bayi atau

mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puting tali pusat.

2. Nasehati hal yang sama bagi ibu dan keluarganya.

3. Mengoleskan alcohol atau betadhine (terutama jika pemotong

tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan

tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat

basah/lembab.

4. Beri nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan

bayi:

1) Lipat popok dibawah puting tali pusat.

Page 81: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

81

2) Jika puting tali pusat kotor, bersihkan hati-hati dengan air

DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama

dengan menggunakan kain bersih.

3) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika

pusat menjadi merah, bernanah atau berdarah atau berbau.

4) Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah,

mengeluarkan nanah atau darah segera rujuk bayi ke

fasilitas kesehatan yang dilengkapi perawatan untuk bayi

baru lahir (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

2.3.14. Profilaksis Perdarahan Bayi Baru Lahir

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1

mg intramuskuler di paha kiri segera mungkin untuk mencegah

perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat

dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Asuhan Persalinan Normal,

2007). Fungsi vitamin K berkaitan dengan gangguan pembekuan

darah sehingga bayi tidak akan mengalami perdarahan. Vitamin K

bekerja pada factor pembekuan darah II, VI, IX, dan X. Perdarahan

bayi baru lahir dapat terjadi dari gastrointestinal, kulit akibat

suntikan atau dari umbilikusnya.

Page 82: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

82

Oleh karena itu perhatikan kemungkinan terjadi perdarahan

dari tempat tersebut setiap saat khususnya pada 24 jam pertama

(Manuaba, 2009). Selain itu vitamin K pada bayi baru lahir

berfungsi untuk mencegah perdarahan intrakranial yang

disebabkan oleh trauma jalan lahir lunak ataupun jalan lahir keras

yang dimana vitamin K bekerja pada faktor pembekuan darah.

2.3.15. Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Hepatiais B bermanfaat untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

Imunisasi ini diberikan sedini mungkin segera setelah bayi lahir.

Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B. Jadwal

pertama, imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0

(segera setelah lahir menggunakan unijact), 1 dan 6 bulan. Jadwal

kedua, imunisasi Hepatitis B sebanyak 4kali, yaitu pada usia 0, dan

DPT + Hepatitis B pada 2, 3, 4 bulan usia bayi (Asuhan Persalinan

Normal, 2007).

Page 83: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

83

2.3.16. Pemberian obat tetes / salep mata

Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara

hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia

neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorea tinggi. Setiap

bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.

Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%

dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia

(penyakit menular seksual) (Saifuddin, 2006).

2.3.17. Jadwal Imunisasi

Beritahukan ibu tentang imunisasi lengkap apa saja

manfaatnya bagi bayi, imunisasi lengkap adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4

Imunisasi dan Intervensi Pemberian

No

Jenis

Imunisasi

Banyak

Pemberian

Intervensi

Pemberian

Usia Bayi

1. Hepatitis 3x 4 minggu 1. Hepatitis B 1 usia 0-7 hari

2. Hepatitis B 2 usia 2 bulan

3. Hepatitis B 3 usia 3 bulan

Page 84: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

84

2. BCG 1x - Usia 1 bulan

3. DPT 3x 4 minggu DPT 1 usia 2 bulan

1. DPT 2 usia 3 bulan

2. DPT 3 usia 4 bulan

4. Polio 4x 4 minggu 1. Polio 1 usia 2 bulan

2. Polio 2 usia 3 bulan

3. Polio 3 usia 4 bulan

4. Polio 4 usia 9 bulan

5. Campak 1x - Usia 9 bulan

(Arif mansjoer, 2001).

2.3.18. Mekanisme Kehilangan Panas

Adapun mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir

dapat terjadi melalui sebagai berikut :

1. Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh

bayi. Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan

ktuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh

bayi tidak segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi

setelah dimandikan.

Page 85: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

85

2. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi yang

diletakkan diatas meja, tempat tidur atau timbanagn yang

dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akibat

proses konduksi.

3. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi

terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang

dilahirkan atau ditempatkan dalam ruangan yang dingin adakan

cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga

dapat terjadi jika ada tiupan kipas angin, aliran udara atau

penyejuk ruangan.

4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi

ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh

lebih rendah dari temperature tubuh bayi. Bayi akan mengalami

kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih

dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi

(Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Page 86: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

86

2.3.19 Pertambahan Berat Badan Bayi

Pertambahan berat badan bayi bisa dilihat per triwulan.

Pada triwula I, kenaikan berat badan berkisar 150-250

gram/minggu. Triwulan II kenaikannya 500-600 gram/bulan,

triwulan III naik 350-450 gram/bulan, dan triwulan IV sekitar 250-

350 gram/bulan. Acuan untuk melihat normal tidaknya BB adalah

saat usianya mencapai 6 bulan dan 1 tahun. Di usia 6 bulan BB

bayi harus mencapai 2 kali lipat BB lahir dan menjadi 3 kali

lipatnya pada usia 1 tahun.

Dalam prakteknya, bayi-bayi yang lahir dengan BB rendah

akan lebih cepat bertambah BBnya seakan-akan mengejar

ketinggalannya dan pada saat usianya mencapai 5 bulan maka

beratnya mencapai 6 kg. Bayi-bayi yang besar pada waktu lahir

sering tumbuh lambat, selama 3 bulan pertama BB bayi rata-rata

70gram/bulan. Kemudian pertambahan akan makin lambat, pada

usia 4-6 bulan BB bertambah 600gram/bulan. Pada usia 7-9 bulan

pertambahan berat badannya hanya 400gram saja per bulan. Pada

usia 10-12 bulan pertambahan berat badannya rata-rata

300gram/bulan atau 3 kali BB saat lahir. Pertambahan BB pada

tahun kedua hanya 200-250gram/bulan saja. Pertambahan ini akan

Page 87: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

87

sangat dipengaruhi oleh banyaknya makanan dan keaktifan

pencernaan, jenis makanan, aktifitas dan lain-lain.

Bila penambahan BB bayi hanya 125 gram saja padahal

biasanya ia naik 200 gram, maka ini perlu dicemaskan, apalagi

kalau bayi tampak sehat. Tunggulah sampai minggu berikutnya,

mungkin beratnya naik sampai 300 gram untuk mengejar

ketinggalannya diminggu lalu. Selain itu perlu dipertimbangkan

pula bahwa semakin besar bayi, makin lambat kenaikan berat

badannya (Arsipbayi.blogspot.com)

2.4. MASA NIFAS

2.4.1. Definisi Masa Nifas

Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus

selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi,

seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada

kehamilan dalam waktu 3 bulan (Saifuddin, 2002).

Nifas ( puerperium ) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat – alat kandungan kembali keadaan sebelum

hamil (Saifuddin, 2006).

Page 88: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

88

Post partum adalah masa setelah partus selesai, dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat

genetalia baru pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan

dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 2005).

2.4.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologik

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu maupun bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayi dan perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin, 2006).

2.4.3 Perubahan-Perubahan Fisiologi

Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologi, yaitu:

1.Perubahan fisik

2.Involusi uterus dan pengeluaran lokhia

3.Laktasi/ pengeluaran Air Susu Ibu

Page 89: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

89

4.Perubahan sistem tubuh lainnya

5.Perubahan psikis (Saifuddin, 2006).

2.4.4. Involusi Alat-alat Kandungan

1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)

sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Setelah janin

dilahirkan fundus uteri setinggi pusat, segera setelah plasenta

lahir maka fundus uteri 2 jari di bawah pusat.

2. Bekas implantasi uri: Plasental bed mengecil karena

kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter

7,5cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu

keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.

3. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan

sembuh dalam 6-7 hari.

4. Rasa sakit, yang disebut after pains, (merian atau mules-

mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4

hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu

mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan

obat-obat antisakit dan antimules.

Page 90: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

90

5. Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan

vagina dalam masa nifas.

1) Lochia Rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, Lanugo,

mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.

2) Lochia sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi

darah dan lendir pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

3) Lochia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah

lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

4) Lochia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

5) Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah berbau busuk.

6) Lochiostasis: lochia tidak lancer keluar.

6. Serviks: setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga

seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya

lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.

Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim;

setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari

hanya dapat dilalui 1 jari.

Page 91: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

91

7. Ligamen-ligamen: Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang

meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara

berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga

tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi,

karena ligamentum rotundum menjadi kendor.

8. Masalah traktus urinarius: Kesulitan miksi mungkin terjadi

dalam 24 jam setelah melahirkan karena refleks gertusor yang

disebabkan oleh tekanan pada basis kandung kemih selama

melahirkan.

10. Perubahan lain pada masa nifas: Suhu badan inpartu pada

wanita tidak lebih dari 37˚C. Sesudah partus suhu dapat naik

0’5˚C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 38˚C. Sesudah

12 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan kembali

normal bila suhu badan lebih dari 38˚C mungkin ada infeksi

(Suherni, 2009).

Page 92: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

92

Tabel 2.5

Tinggi Fundus Uterus dan Berat Badan Uterus Menurut Masa

Involusi

Involusi TFU ( Tinggi fundus

Uteri)

Berat uterus

Bayi Lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu

8 minggu

Setinggi pusat, 2 jbpst

Pertengahan pusat

simfisis

Tidak teraba di atas

simfisis

Normal

Normal tapi sebelum lahir

1000 gram

750 gram

500 gram

50 gram

30 gram

*jbpst : jari di bawah pusat

(Saleha. Siti, 2009).

Page 93: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

93

2.4.5. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Menurut teori Rubin dan Mercer

Konsep Dasar:

1. Periode postpartum menyebabkan stress emosional terhadap

ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik

yang hebat.

2. Faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa

menjadi orang tua pada masa postpartum adalah:

1) Respon dari dukungan keluarga dan teman.

2) Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan

dan aspirasi.

3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu.

4) Pengaruh budaya.

Menurut Rubin melihat beberapa Fase aktifitas Penting

sebelum menjadi ibu yaitu:

1. Talking On

Pada fase ini dikenal dengan tahap meniru dan sudah

mulai membayangkan peran yang dilakukannya pada tahap

sebelumnya.

Page 94: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

94

2. Talking in

Periode ini terjadi 1-2 hari setelah melahirkan, ibu yang

baru biasanya pasif dan tergantung perhatiannya difokuskan

pada perhatian tubuhnya. Ia akan sering mengulang

pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan, nutrisi

tambahan sangat diperlukan karena selera makan yang

meningkat.

3. Talking Hold

Periode ini berlagsung 2-4 hari setelah melahirkan ibu

menaruh perhatian dan kemampuannya untuk menjadi orang

tua yang berhasil, ibu berfokus pada pengembalian kontrol

terhadap fungsi tubuhnya kekuatan dan daya tahan tubuh, serta

berusaha untuk terampil dalam merawat bayi. Peka terhadap

perasaan tidak mampu dan cendrung memahami saran-saran

perawat sebagai kritik yang dan tertutup.

4. Periode Letting Go

Periode ini umumnya terjadi setelah ibu baru kembali

kerumah. Ini melibatkan waktu reorganisasi keluarga, ibu

menerima tanggung jawab untuk perawatan bayi dan depresi

postpartum umumnya terjadi pada tahap ini.

Page 95: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

95

5. Depresi Postpartum

Banyak ibu mengalami perasaan kekecewaan setelah

melahirkan berhubungan dengan hebatnya pengalaman

melahirkan dan keraguan untuk mengatasi kebutuhan

membesarkan anak. Biasanya depresi ini ringan dan sementara,

jarang terjadi secara relatif depresi ringan dapat mengarah

kepada psikosa postpartum, kondisi patologis (Barbara

R.Stright RN, 2004).

2.4.6. Deteksi Dini Komplikasi dan Penyakit Pada Masa Nifas

Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pasca

persalinan. Oleh karena itu, sangatlah penting kita mengetahui

tanda-tanda bahaya yang menandakan perlunya seorang ibu paska

salin dirumah perlu segera mencari bantuan medis. Hal ini

merupakan tindakan untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya

tanda-tanda bahaya dalam upaya meminimalkan kematian ibu dan

bayi.

Tanda-tanda bahaya yang dapat timbul pada masa nifas,

antara lain:

Page 96: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

96

1. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba

bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa

atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali

dalam setengah jam).

2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk.

3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau pinggang.

4. Pembengkakan di wajah dan tangan.

5. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kemih atau

jika merasa tidak enak badan.

6. Payudara berubah menjadi merah, panas dan terasa

sakit.

7. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

8. Rasa sakit, merah, lunak dan atau pembengkakan di

kaki.

9. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.

(Saleha. Siti, 2009).

Page 97: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

97

2.4.7. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Table 2.7. Kunjungan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam

Setelah

Rujuk

- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

- Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

persalinan jika perdarahan berlanjut.

- Memberikan konseling pada ibu atau slah satu anggota

Keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.

- Pemberian ASI awal

- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

Hipotermia.

- Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran.

2

6 hari

Setelah

Kelahiran

- Memastikan involusi uterus berjalan normal.

- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal.

Page 98: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

98

- Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan

istirahat.

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

3 2 minggu

Setelah

Persalinan

- Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)

4 6 minggu

Ibu setelah

Persalinan

- Menanyakan pada Ibu tentang penyulit-penyulit yang

atau bayi alami.

- Memberikan konseling untuk KB secara dini.

(Saifuddin, 2006).

Page 99: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

99

2.4.8 Penanganan Masa Nifas

1. Kebersihan Diri

1) Mengajarkan ibu tentang cara membersihkan daerah

kemaluan.

2) Memberitahukan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya

2x dalam sehari.

3) Memberitahukan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin.

2. Istirahat

Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, sebab

kurang istirahat akan mempengaruhi seperti mengurangi

produksi ASI, memperlambat proses involusi uterus dengan

memperbanyak perdarahan dan dapat menyebabkan depresi.

3. Gizi Ibu Menyusui

Mengkonsumsi makanan tambahan 500 kalori tiap hari.

Makan makanan gizi seimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup.

Page 100: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

100

4. Pemberian vitamin A

Tindakan yang baik pada ibu nifas normal adalah

minum vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin

A kepada bayinya melalui ASI.

5. Perawatan Payudara

1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering

2) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum pada sekitar

puting susu setiap selesai menyusui.

3) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali

6. Hubungan Seksual (Senggama)

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami

istri begitu darah berhenti dan ibu dapat memasukan jari ke

dalam vagina tanpa rasa nyeri. Akan tetapi banyak budaya

yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami-istri

sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6

minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada

psangan yang bersangkutan.

7. Keluarga Berencana

Merencakan kepada keluarga untuk melakukan program KB.

Page 101: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

101

1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya

2 tahun sebelum ibu hamil kembali.

2) Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama

menyusui ekslusif atau penuh enam bulan dan ibu belum

mendapatkan haid (metode amenorea laktasi).

3) Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi

menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.

4) Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi

yang diperbolehkan selama menyusui, yang meliputi :

(1) Cara penggunaan

(2) Efek samping

(3) Kelebihan dan keuntungan

(4) Indikasi dan kontra indikasi

(5) Efektifitas

5) Metode hormonal, khususnya kombinasi oral (estrogen

progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang

menyusui. Oleh karena itu janganlah menganjurkan

kurang dari 6 minggu pasca persalinan. Umunya bagi ibu

menyusui tidak perlu melakukan sampai saat itu, karena

dapat mempersingkat lamanya pemberian ASI, akibatnya

Page 102: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

102

hormon steroid dalam jumlah kecil ditemukan dalam

ASI. (Suherni, 2009).

6) Metode kontrasepsi yang boleh digunakan bagi ibu

selama menyusui:

(1) Metode amenorea laktasi (MAL)

(2) Metode Barier (Kondom)

(3) Kontrasepsi Progestin (Suntik progestin/suntik 3

bulan, pil progestin/mini pil)

(4) Implant

(5) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (Saifuddin,

2006).

Page 103: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

103

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

Kunjungan ANC hari I Tanggal 14 Desember 2010 ( ANC ke-1 )

Pada tanggal 14 Desember 2010 pukul 10.00 WIB, seorang

pasien datang atas nama Ny. M, umur 32 tahun, kebangsaan Indonesia,

pendidikan terakhir SMK, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat rumah

Jln. Pesing Gadog Green Garden RT.10 RW.04. Pasien adalah istri

dari Tn. S, umur 31 tahun, kebangsaan Indonesia, pendidikan terakhir

SMK, pekerjaan security.

Pada saat itu, pasien datang ke Poli KIA Puskesmas Kecamatan

Palmerah ingin memeriksakan kehamilannya. Pasien mengatakan tidak

merasakan keluhan apa – apa.

Klien mengatakan HPHT tanggal 23 Maret 2010 lamanya 7

hari dalam sehari klien mengganti pembalut 2x. Siklus haid Ny. M 28

hari teratur konsistensi cair, taksiran persalinan tanggal 30 Desember

2010.

Page 104: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

104

Pola makan saat ini teratur, makan 3x dalam sehari dengan

menu seperti nasi, ikan, tempe, tahu, dan sayur. Ny. M tidak pernah

mengalami perubahan pola makan dan nafsu makan saat ini baik atau

biasa.

Pola eliminasi lancar dan tidak ada gangguan dengan frekuensi

buang air besar 1 kali sehari, warna kuning, konsistensi lunak, buang

air kecil lebih dari 4 kali dalam sehari, warna kuning jernih. Aktifitas

sehari-hari yang dilakukan seperti biasa, melakukan pekerjaan rumah

tangga seperti menyapu, mencuci piring, dan memasak. Pola istirahat,

yaitu tidur siang ± 2jam, malam ± 7-8 jam. Pada kehamilan ini telah

memperoleh imunisasi TT lengkap, yaitu TT1 pada tanggal 19 Agustus

2010 dan TT2 pada tanggal 16 September 2010 di poli KIA Puskesmas

Palmerah. Klien pernah menggunakan alat kontrasepsi yaitu kondom.

Riwayat kehamilan, kehamilan ini merupakan kehamilan yang

kedua dan tidak pernah mengalami keguguran. Pada kehamilan

pertama tahun 2004 Ny. M tidak ada keluhan pada kehamilan nya,

pada riwayat persalinan nya normal, bayi lahir spontan dengan jenis

kelamin perempuan, berat badan 3400 gr, keadaan bayi normal tidak

ada cacat, bersalin oleh bidan di Puskesmas Kecamatan Palmerah, dan

masa nifas Ny. M normal.

Page 105: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

105

Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita seperti:

jantung, hipertensi, diabetes melitus, anemia, hepar, HIV atau AIDS,

TBC, malaria dan gangguan mental tidak ada.

Perilaku kesehatan saat tidak pernah mengkonsumsi minum-

minuman keras (alkohol) atau obat-obatan terlarang, jamu- jamuan,

merokok dan makan sirih. Dalam sehari mengganti celana dalam 2 kali

atau 3 kali dalam sehari bila terasa lembab.

Kehamilan ini merupakan kehamilan yang diinginkan. Ny. M

dan suami menginginkan jenis kelamin tertentu yaitu jenis kelamin

laki - laki, menikah satu kali dengan lama pernikahan 8 tahun, tinggal

bersama suami. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan,

persalinan, dan nifas tidak ada.

Riwayat kesehatan mengenai penyakit keturunan seperti asma,

dibetes melitus, hipertensi dan jantung tidak ada serta tidak ada

riwayat keturunan kembar dalam keluarganya.

Setelah dilakukan pemeriksaan umum, didapatkan hasil:

keadaan baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,

tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit,

suhu 36˚C, berat badan saat ini 78 kg, kenaikan berat badan selama

hamil 13 kg dan tinggi badan 158 cm. Berdasarkan pemeriksaan

Page 106: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

106

sistematik diperoleh hasil, rambut hitam, bersih dan tidak rontok, pada

mata, kelopak mata tidak oedema, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, hidung tidak ada sumbatan, lidah bersih, gigi dan

geraham bersih tidak ada karies dan tidak teraba adanya pembesaran

baik pada kelenjar thyroid maupun pada kelenjar getah bening.

Pada pemeriksaan payudara terdapat pembesaran (normal),

bentuk kedua payudara simetris, puting susu menonjol, dan tidak

terdapat benjolan atau tumor serta pada payudara tidak ada

pengeluaran. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil bentuk

abdomen membesar sesuai dengan usia kehamilan, tidak terdapat luka

bekas operasi, terdapat striae gravidarum dan tidak ada linea nigra.

Dari pemeriksaan palpasi abdomen didapatkan hasil TFU: 33

cm, Leopold I: pada bagian fundus teraba bagian lunak, agak bulat,

dan tidak melenting, Leopold II: pada sebelah kanan perut ibu teraba

panjang, lurus, keras, seperti papan dan pada sebelah kiri perut ibu

teraba bagian kecil-kecil janin, Leopold III: teraba bulat keras, dan

melenting dan Leopold IV: tidak dilakukan.

Pada pemeriksaan auskultasi, punctum maksimum berada di 2

jari bawah pusat kuadran kanan ibu, denyut jantung janin (+) dengan

frekuensi 131x/menit teratur. Pada pemeriksaan ekstrimitas tidak

Page 107: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

107

terdapat oedema, tidak ada kekakuan pada sendi, tidak ada kemerahan,

tidak ada varises dan refleks patella positif pada kaki kanan dan kiri.

Pada pemeriksaan punggung dan pinggang, posisi tulang

belakang lordosis dan tidak ada rasa nyeri pada pinggang. Pada

pemeriksaan laboratorium terakhir pada tanggal 01 November 2010

didapatkan kadar HB 11.6 gr %, golongan darah O, protein urine dan

urine reduksi negatif.

Pada pemeriksaan ano-genital, tidak ada pembengkakkan

kelenjar skene dan kelenjar bartholin, dan keadaan vulva bersih, dan

tidak ada haemoroid.

Diagnosa pada Ny. M adalah G2P1A0 hamil 38 minggu. Janin

tunggal hidup intra uterine presentasi kepala.

Rencana dan tindakan yang dilakukan adalah :

1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan,

bahwa saat ini keadaan ibu dan janin baik, usia

kehamilan ibu 38 minggu dan diperkirakan taksiran

persalinan tanggal 30 Desember 2010.

2. Memberitahukan ibu bahwa jenis kelamin laki-laki

ataupun perempuan sama saja. Ibu mengerti dan akan

Page 108: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

108

menerima apapun jenis kelamin bayinya ketika sudah

lahir nanti.

3. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya kehamilan

seperti: sakit kepala yang berat, pandangan kabur, nyeri

ulu hati, janin tidak bergerak seperti biasanya,

pengeluaran darah pervaginam dan bengkak pada

wajah, ekstremitas tangan dan kaki.

4. Memberitahukan ibu mengenai tanda-tanda persalinan

seperti mules-mules yang sering dan terus-menerus

yang menjalar dari pinggang ke bagian perut dan

adanya pengeluaran lendir bercampur darah.

5. Memberitahukan ibu untuk mempersiapkan

perlengkapan persalinan seperti: pakaian ibu, pakaian

bayi, pendamping persalinan, biaya dan transportasi.

6. Memberikan ibu therapy SF 30 mg 2 x 1 tab / hari, Vit

C 10 mg 2 x 1 tab / sehari, kalk 500 mg 1 x 1 tab /

sehari.

SF : diminum malam hari dengan air putih atau air

jeruk. Jangan dengan air kopi atau teh karena akan

Page 109: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

109

menghambat penyerapan. Efek samping :

konstipasi, mual, warna faces hitam

Kalk : diminum pagi hari dengan air putih atau air jeruk.

Jangan dengan air teh atau kopi, karena akan

menghambat penyerapan. Efek samping : mual.

Vit C : untuk membantu penyerapan dari obat. Ibu

mengerti dan akan meminum obatnya secara

teratur

7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang berikutnya 1

minggu yang akan datang yaitu pada tanggal 21

Desember 2010 atau jika ada keluhan segera datang ke

petugas kesehatan.

8. Mengevaluasi ibu apakah ibu sudah memahami apa

yang telah dijelaskan tentang tanda – tanda bahaya

kehamilan, tanda persalinan, persiapkan perlengkapan

persalinan, therapy yang diberikan, kunjungan ulang

berikutnya 1 minggu kemudian dan ibu telah mengerti

apa yang telah dijelaskan.

Page 110: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

110

Kunjungan ANC hari II Tanggal 21 Desember 2010 (ANC ke- 2)

S: Ny. M datang ke Poli KIA Puskesmas Palmerah untuk kunjungan

ulang dalam memeriksakan kehamilannya. Ny. M mengatakan

tidak merasakan keluhan apa-apa.

O: Keadaan umum : baik Kesadaran : compos mentis

Keadaan emosional : stabil

Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi : 82x/menit

Pernapasan : 20x/menit Suhu : 36˚C

Berat badan : 78 kg

Kelopak mata tidak oedema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik.

Wajah : tidak terdapat oedema

Payudara : Bentuk simetris, puting susu bersih, benjolan tidak ada,

puting susu menonjol, pengeluaran colostrum

Pemeriksaan Abdomen :

TFU : 33 cm,

Leopold I : pada fundus teraba bagian lunak, agak bulat, dan

tidak melenting.

Leopold II : pada sebelah kiri perut ibu teraba panjang, lurus,

Page 111: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

111

keras, seperti papan dan pada sebelah kanan perut

ibu teraba bagian kecil-kecil janin

Leopold III : teraba bagian bulat keras, dan tidak melenting

Leopold IV : teraba 4/5 bagian janin

Pemeriksaan auskultasi : punctum maksimum berada di 3 jari

bawah pusat kuadran kiri ibu, denyut jantung janin (+) dengan

frekuensi 135x/menit teratur.

TBJ: (33-12) x 155 = 3.255 gram.

Ekstremitas : Oedema (-), varises (-), Refleks patella +/+

A :G2P1A0 hamil 39 minggu

Janin tunggal hidup, intra uterine, presentasi kepala

P :

1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa saat

ini keadaan ibu dan janin baik. Usia kehamilan ibu saat ini 39

minggu dan posisi janin dalam keadaan normal yaitu bagian

terendah janin adalah kepala.

2. Mereview ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti: sakit

kepala yang berat, pandangan kabur, nyeri ulu hati, janin tidak

bergerak seperti biasanya, pengeluaran darah pervaginam dan

Page 112: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

112

bengkak pada wajah, ekstremitas tangan dan kaki. Ibu

mengerti dan dapat menyebutkan tanda bahaya kehamilan.

3. Mereview ibu mengenai tanda persalinan, seperti mules-mules

yang sering dan terus-menerus yang menjalar dari pinggang

ke bagian perut dan adanya pengeluaran lendir bercampur

darah. Ibu mengerti dan dapat menyebutkan tanda persalinan.

4. Mereview ibu mengenai persiapan persalinan seperti: pakaian

ibu, pakaian bayi, pendamping persalinan, biaya dan

transportasi. Ibu mengerti dan dapat menyebutkan persiapan

persalinan.

5. Memberikan ibu therapy SF 30 mg 2 x 1 tab / hari, Vit C 10

mg 2 x 1 tab / hari, kalk 500 mg 1 x 1 tab / sehari.

SF : diminum malam hari dengan air putih atau air jeruk.

Jangan dengan air kopi atau teh karena akan

menghambat penyerapan. Efek samping : konstipasi,

mual, warna faces hitam

Kalk : diminum pagi hari dengan air putih atau air jeruk.

Jangan dengan air teh atau kopi, karena akan

menghambat penyerapan. Efek samping : mual.

Page 113: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

113

Vit C : untuk membantu penyerapan dari obat. Ibu mengerti dan

akan meminum obatnya secara teratur

6. Menganjurkan ibu untuk kujungan ulang berikutnya 1 minggu

yang akan datang yaitu pada tanggal 28 Desember 2010 atau

jika ada keluhan segera datang ke petugas kesehatan.

7. Melakukan pendokumentasian.

8. Mengevaluasi ibu apa yang sudah dijelaskan tentang tanda

bahaya kehamilan, tanda persalinan, persiapan persalinan

dengan hasil ibu mengerti apa yang telah dijelaskan, dapat

menyebutkan tanda bahaya kehamilan, persalinan, persiapan

persalianan dan ibu menerapkan itu.

3.2. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Manajemen Kala 1

Ny. M pada tanggal 24 Desember 2010 pukul 04.00 WIB

datang ke Puskesmas Kecamatan Palmerah dengan keluhan utama

mules-mules sejak pukul 22.00 WIB dan baru saja keluar sedikit

lendir darah. Ny. M mengatakan saat ini tidak mempunyai keluhan

seperti pusing, mata berkunang-kunang, nyeri ulu hati, dan

Page 114: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

114

pandangan kabur. Riwayat kehamilan, pergerakan fetus hingga saat

ini masih dirasakan ± 22 kali.

Setelah dilakukan pemeriksaan umum, didapatkan keadaan

umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,

TTV: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84 x/menit, pernapasan

20x/menit dan suhu 36˚C.

Pada pemeriksaan palpasi diperoleh hasil: TFU 32 cm,

Leopold I: bagian fundus teraba agak bulat, lunak dan tidak

melenting, Leopold II: bagian kiri perut ibu teraba bagian keras, lurus

seperti papan, bagian kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil dari

janin, Leopold III: teraba bagian bulat, keras, tidak melenting,

Leopold IV: perabaan 4/5 bagian. His 2x 10 menit lamanya 30 detik.

taksiran berat janin (TBJ): 3100 gr. Pada pemeriksaan auskultasi

punctum maximum 3 jari bawah pusat kuadran kiri. Denyut jantung

janin (+) frekuensi 141 x/menit.

Pada pemeriksaan anogenital, perineum ada luka parut dan

belum menonjol, vulva dan vagina tidak ada oedema dan tidak ada

varises, pengeluaran pervaginam darah lendir, kelenjar bartolin dan

kelenjar skene tidak ada pembesaran, anus tidak ada hemoroid.

pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi untuk menegakkan

Page 115: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

115

diagnosa dan diperoleh hasil dinding vagina tidak ada benjolan,

porsio tebal, pembukaan 1 cm, ketuban (+), presentasi kepala.

Diagnosa G2P1A0 hamil 39 minggu inpartu fase laten. Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah Memberitahukan hasil

pemeriksaan kepada ibu yaitu pemeriksaan: Tekanan darah 130/80

mmHg, usia kehamilan 39 minggu, kondisi janin baik djj (+) 141

x/menit. Mengobservasi ibu dan janin, yaitu Djj, nadi, his setiap 30

menit sekali, suhu setiap 2 jam sekali, tekanan darah, dan pembukaan

setiap 4 jam sekali atau jika ada indikasi kemajuan persalinan.

Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih.

Menghadirkan pendamping persalinan yaitu suami atau keluarga.

Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan disekitar ruang bersalin untuk

membantu penurunan kepala janin. Memenuhi kebutuhan hidrasi

dengan diberikan teh manis. Mengobservasi pemeriksaan dalam 4

jam kemudian yaitu pukul 08.00 WIB atas indikasi menilai kemajuan

persalinan. Merencanakan persalinan pervaginam. Menyiapkan alat-

alat (partus set), alat-alat resusitasi dan emergency set.

Mendokumentasikan kedalam partograf.

Page 116: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

116

Pukul 08.00 WIB

Ny. M mengeluh mules yang semakin sering, lendir darah

semakin banyak dan belum keluar air – air.

Setelah dilakukan pemeriksaan umum, didapatkan keadaan

umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,

TTV: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan

22x/menit dan suhu 36˚C.

Pada pemeriksaan auskultasi punctum maximum 3 jari bawah

pusat kuadran kiri. Denyut jantung janin (+) frekuensi 140 x/menit

teratur. His 3x 10 menit lamanya 35 detik.

Pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi untuk menegakkan

diagnosa dan diperoleh hasil dinding vagina tidak ada benjolan, porsio

tipis lunak, pembukaan 9 cm, ketuban (+), presentasi kepala,

penurunan kepala H III, posisi ubun-ubun kecil kiri depan, molase

tidak ada.

Diagnosa G2P1A0 hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase aktif.

Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.

Perencanaan tindakan yang akan dilakukan adalah :

1. memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan, bahwa

saat ini ibu sudah pembukaan 9 cm, saat ini keadaan ibu

Page 117: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

117

dan janin baik (tekanan darah ibu 120/80 mmHg dan

denyut jantung janin (+) 140 x/menit teratur.

2. menganjurkan ibu untuk relaksasi yaitu ambil nafas

panjang kemudian buang nafas perlahan-lahan melalui

mulut seperti meniup balon. Ibu mengerti dan mau

melakukanya.

3. Memberitahukan ibu cara meneran yang baik saat

pembukaan lengkap nanti. Ibu mengerti.

4. memberikan ibu kebutuhan hidrasi (air putih, teh manis).

Ibu mau meminumnya.

5. memberikan ibu support dan dukungan. Ibu semangat.

6. memposisikan ibu senyaman mungkin (posisi litotomi,

berbaring miring kiri, jongkok, merangkak dan berdiri) dan

ibu nyaman dengan posisi terbaring terlentang dengan kaki

ditekuk, kedua paha diangkat kesamping kanan dan kiri

serta ibu nyaman dengan posisi berbaring miring kiri ketika

adanya his. Ibu mengerti dan merasa nyaman.

7. menghadirkan pendamping, yaitu suami Tn. S. Suami mau

mendampingi selama persalinan.

8. mengobservasi DJJ diantara his.

Page 118: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

118

9. merencanakan persalinan pervaginam.

10. merencanakan tindakan amniotomi.

11. memindahkan Ny. M ke Ruang Bersalin II

12. merencanakan VT 1 jam kemudian yaitu pukul 09.00 WIB.

13. mendokumentasikan ke dalam partograf dan catatan

persalinan.

Manajemen Kala II

Pukul: 09.10 WIB

S : Ibu mengatakan mules semakin sering ,merasa ingin

meneran dan ingin BAB.

O : Keadaan umum: baik

Keadaan emosional: stabil

Kesadaran: compos mentis

Tekanan darah: 120/80mmHg Nadi 80 x/menit

Suhu 36˚C Pernapasan 22x/menit

His : 4 x 10 menit dengan lama 40 detik

DJJ : 139x/menit

Page 119: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

119

terdapat tanda-tanda gejala kala II yaitu

adanya dorongan ibu untuk meneran, tekanan pada

anus, perineum menonjol, vulva membuka.

PD atas indikasi menilai kemjuan persalinan :

Dinding vagina : tidak ada benjolan.

Portio : sudah tidak teraba

Pembukaan : 10cm

Ketuban : (-) AMR (amniotomi

membran) pukul 09.15

WIB warna jernih, berbau

khas amnion, jumlah

amnion ± 1000.

Presentasi : kepala

Penurunan kepala : hodge IV

Posisi : ubun-ubun kecil kiri depan

Moulage : tidak ada penyusupan (0)

A : G2P1A0 hamil 39 minggu partus kala II

Janin tunggal hidup presentasi kepala.

P :

Page 120: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

120

1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan,

bahwa pembukaan saat ini sudah lengkap dan ibu

sudah boleh meneran jika terasa mules.

2. Memposisikan ibu senyaman mungkin.

3. Menghadirkan pendamping persalinan yaitu suami

Tn.S.

4. Memberikan dukungan mental kepada ibu.

5. Memberikan ibu kebutuhan hidrasi (teh manis).

6. Mengobservasi DJJ diantara his

7. Membimbing ibu untuk meneran jika ada his.

8. Mendekatkan partus set.

9. Memimpin dan menolong persalinan secara APN.

10. Melakukan IMD segera setelah bayi lahir.

11. Melakukan pendokumentasian ke partograf.

Pukul: 09.45 WIB

Bayi lahir spontan letak belakang kepala, menangis kuat, warna kulit

kemerahan dan tonus otot aktif, jenis kelamin laki-laki, cacat (-),

segera dilakukan IMD

Page 121: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

121

Manajemen Kala III

Pukul: 09.46 WIB

S : Ibu mengatakan perut terasa mules dan ibu merasa lelah

O : Keadaan umum baik, TFU : sepusat, kontraksi baik,

kandung kemih kosong, tidak ada janin kedua, perdarahan

± 50cc, terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta: tali pusat

bertambah panjang, darah mengalir secara tiba – tiba,

uterus globular.

A : P2A0 partus kala III

P :

1. Menyuntikan oksitosin 10 U ke 1/3 bagian lateral paha ibu

secara intra muskular.

2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT).

Plasenta lahir spontan.

3. Masase fundus uteri selama 10-15 detik, setelah plasenta

lahir.

Pukul 10.00 WIB

Plasenta lahir spontan lengkap dengan selaput amnion dan chorion.

Kotiledon lengkap, panjang tali pusat ± 50 cm, tebal ± 3 cm, diameter

Page 122: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

122

± 20 cm, berat ± 500 gram, insersi tali pusat marginalis, memiliki 2

arteri dan 1 vena.

Manajemen Kala IV

Pukul: 10.01 WIB

S : Ibu mengatakan perut terasa mules dan merasa senang atas

kelahiran bayinya.

O : Keadaan umum baik, Keadaan emosional stabil,

Kesadaran composmentis. Tekanan darah: 120/80 mmHg,

Nadi 82 x/menit, Suhu: 36˚ C, Pernapasan: 20x/menit.

Kontraksi uterus baik, TFU: 2 jari bawah pusat, Kandung

kemih kosong, Perdarahan ±100cc, Perineum ruptur grade

II.

A : P2A0 partus kala IV

Masalah : Perineum rupture grade II

Masalah potensial : HPP

Tindakan segera : Penjahitan rupture perineum

P :

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu

baik.

Page 123: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

123

2. Melakukan Informed Consent untuk melakukan penjahitan

luka perineum

3. Melakukan penjahitan perineum ruptur grade II dengan

teknik jelujur dan melakukan anastesi Lidokain 2 % pada

perineum sebelum tindakan penjahitan.

4. Membersihkan ibu dan menggantikan pakaian ibu dengan

pakaian yang kering.

5. Membersihkan alas tempat tidur ibu dengan menggunakan

air clorin.

6. Mendekontaminasikan alat-alat persalinan kedalam air

clorin 0,5 % selama 10 menit.

7. Memberi selamat kepada ibu dan mengajarkan ibu dan

keluarga untuk masase uterus, menjelaskan kepada ibu

bahwa mules yang akan di alami saat masa nifas adalah hal

yang normal, karena mules tersebut merupakan involusi

uterus (pengembalian bentuk uterus seperti sebelum hamil )

dan memberitahukan ibu kontraksi yang baik dan kontraksi

yang jelek.

8. Memberikan ibu kebutuhan nutrisi (nasi, lauk pauk, sayur)

dan hidrasi (air putih).

Page 124: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

124

9. Memantau tanda-tanda vital, kontraksi uterus, TFU, jumlah

perdarahan, kandung kemih setiap 15 menit pada jam

pertama dan 30 menit pada jam kedua.

10. Memberikan ibu therapy SF 30 mg 2 x 1 tab/hari, Vit C 10

mg 2 x 1 tab/hari, Vit.A dengan dosis 200.000 IU,

Amoxicilin 500 mg 2 x 1 tab/ hari.

11. Memindahkan ibu ke ruang perawatan nifas setelah 2 jam

post partum yaitu pukul 12.00 WIB.

12. Mendokumentasikan persalinan kedalam partograf dan

catatan persalinan.

13. Mengevaluasi dengan hasil ibu bersedia dilakukan

penjahitan perineum dengan anastesi, ibu mengerti

penyebab rasa mules karena pengaruh proses involusi, ibu

mengetahui cara memantau kontraksi uterus, dan ibu

bersedia meminum SF, Vit C, Vit. A dan terapi amoxicillin.

3.3. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Pada tanggal 24 Desember 2010 pukul 10.30 WIB dilakukan

pemeriksaan umum dan fisik oleh mahasiswi bidan Tio Fanny Sitorus

dan diperoleh hasil:

Page 125: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

125

S : Ibu mengaku adanya proses perlekatan antara ibu dan bayinya,

adanya proses mencari puting susu ibu, bayi sudah menghisap dan

menelan ASI.

O : Keadaan umum baik. Bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan

dan tonus otot akitif. Berat badan 3200 gram, panjang badan 50

cm, lingkar kepala dan lingkar dada tidak dilaksanakan, suhu 36,6

0 C, pernafasan 48 x/menit, denyut jantung bayi 130 x/menit. Kulit

tampak kemerahan, pada kepala tidak ada chaput suksedanium dan

cephal hematoma, mata tidak ada pus dan tidak ada strabismus,

tidak ada pernafasan cuping hidung, lubang telinga (+) kanan dan

kiri, mulut tidak ada kelainan tidak ada labio schizis, labio

palatoschizis, dan labio genatoschizis, Leher tidak ada kelainan

seperti stroma, Dada tidak ada kelainan, tidak ada retraksi dada,

Paru-paru tidak ada wheezing dan mengik, tampak normal, Jantung

tidak ada kelainan seperti bunyi gallop dan tampak normal,

Abdomen tampak normal tidak ada accites, Umbilikus tidak ada

kelainan dan tidak ada hernia umbilikus, pada genitalia testis sudah

turun ke dalam scrotum, Anus positif dan tidak terdapat atresia ani,

Ekstrimitas tangan dan kaki normal, Refleks positif pada refleks

morro (bayi terkejut), refleks tonick neck (badan bayi menahan

Page 126: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

126

leher), refleks grasping (tangan bayi menggenggam erat tangan

ibunya) , refleks rooting (bayi mencari rangsangan pada pipinya),

refleks sucking (bayi menghisap kuat saat menetek ASI) dan

refleks babynsky (bayi terangsang saat kedua telapak kaki

disentuh).

A : Neonatus cukup bulan sesuai dengan masa kehamilan 1 jam

pertama.

P : 1. Melakukan informed consent untuk melakukan

pemeriksaan BBL. Ibu bersetuju untuk melakukan

pemeriksaan BBL.

2. Membersihkan jalan nafas.

3. Mengeringkan dan menghangatkan bayi.

4. Mengganti kain bayi dengan kain yang kering.

5. Membungkus tali pusat dengan kassa.

7. Menulis identitas bayi.

8. Memakaikan peneng.

9. Melakukan cap kaki bayi.

10. Memberikan salep mata tetrasiklin 1% berfungsi untuk

pencegahan penyakit mata karena klamida (penyakit

menular seksual).

Page 127: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

127

11. Memberikan vitamin K 0,5 cc (1mg) melalui IM pada paha

kiri, berfungsi untuk mencegah pendarahan bayi baru lahir

akibat defisiensi vitamin K 1 mg yang dapat dialami oleh

sebagain bayi baru lahir.

12. Melakukan rooming in dengan ibu, melakukan pengawasan

bayi 2-6 jam setelah lahir.

13. Melakukan dokumentasi.

14. Mengevaluasi dengan hasil ibu bersedia bayinya dilakukan

pemeriksaan, pemberian vitamin K.

15. Rencana suntik imunisasi HbO pada 6 jam post partum

setelah bayi dimandikan

Perkembangan Neonatus

Tanggal: 24 Desember 2010, Pukul 16.00 WIB

S : Ibu mengatakan bayinya mau menyusu pada kedua payudaranya

dan bayinya belum BAK dan BAB.

O : Keadaan umum bayi baik, tampak sehat dan aktif. Berat badan:

3200 gram, panjang badan 50 cm, suhu 36,4˚C, pernafasan

48x/menit, nadi 134x/menit. Refleks positif pada refleks morro

(bayi terkejut), refleks tonick neck (badan bayi menahan leher),

Page 128: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

128

refleks grasping (tangan bayi menggenggam erat tangan ibunya) ,

refleks rooting (bayi mencari rangsangan pada pipinya), refleks

sucking (bayi menghisap kuat saat menetek ASI) dan refleks

babynsky (bayi terangsang saat kedua telapak kaki disentuh).

A : Neonatus cukup bulan sesuai dengan masa kehamilan 6 jam.

P :

1. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif. Ibu

mengerti dan mau memberikan ASI ekslusif.

2. Mengevaluasi ibu tentang posisi dan perlekatan menyusui.

3. Observasi suhu, pernafasan, dan nadi.

4. Menyendawakan bayinya setelah minum ASI. Ibu

menyendawakan bayi setelah minum ASI.

5. Memberitahu ibu bahwa bayi nya akan dimandikan dan di

suntik imunisasi HbO. Ibu setuju bayinya untuk dimandikan

dan di suntik imunisasi HbO.

6. Membungkus tali pusat bayi dengan kassa kering dan tanpa

diberi apapun.

7. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayinya.

8. Menjaga kehangatan bayi dengan membedong bayi.

Page 129: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

129

9. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya pada bayi

seperti: bayi diam saja, bayi mencret-mencret, bayi kuning,

suhu bayi panas sekali, suhu bayi dingin sekali dan bayi tidak

mau menyusu. Ibu mengerti tanda bahaya bayi.

10. Memberitahukan ibu untuk memanggil bidan dan petugas

kesehatan jika terdapat salah satu tanda bahaya nifas atau

keluhan-keluhan.

11. Dokumentasi

Tanggal 06 Januari 2011 hari ke 6 (Kunjungan Rumah)

S : Ibu mengatakan bayinya mau menyusu, bayinya tenang (tidak

rewel) dan tali pusat sudah puput pada tanggal 29 Desember 2010.

O : Keadaan umum baik

HR : 140x/menit Rr : 66x/menit

Suhu: 36,8˚C.

BB: 3500 gram PB: 50 cm.

Refleks positif pada refleks morro (bayi terkejut), refleks tonick

neck (badan bayi menahan leher), refleks grasping (tangan bayi

menggenggam erat tangan ibunya) , refleks rooting (bayi mencari

rangsangan pada pipinya), refleks sucking (bayi menghisap kuat

Page 130: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

130

saat menetek ASI) dan refleks babynsky (bayi terangsang saat

kedua telapak kaki disentuh).

A : Neonatus cukup bulan sesuai dengan masa kehamilan hari ke-6.

P :

1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa

bayi dalam keadaan baik dengan berat badan 3500 gram dan

suhu 36,8 0 C.

2. Mereview ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif. Ibu mau

memberikan ASI ekslusif.

3. Mengevaluasi ibu tentang posisi dan perlekatan menyusui

yaitu perut ibu menempel dengan perut bayi, telingan dan

bahu bayi dalam posisi satu garis lurus, dagu bayi menempel

dengan payudara, dan mulut bayi membuka sampai menutupi

areola. Ibu sudah mengerti dan melakukanya.

4. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya selama 15-30

menit setiap pagi. Ibu mengerti dan mau mengikuti.

12. Mengevaluasi perawatan bayi sehari – hari seperti tali pusat

dibungkus dengan kassa kering dan tanpa diberi apapun,

mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayinya,

Page 131: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

131

menjaga kehangatan bayi dengan membedong bayi,

menyusui bayinya. Ibu mengerti dan mau mengikutinya.

5. Mengevaluasi kepada ibu mengenai tanda bahaya pada bayi

seperti: apakah ada tanda bayi diam saja, bayi mencret-

mencret, bayi kuning, suhu bayi panas sekali, suhu bayi

dingin sekali dan bayi tidak mau menyusu. Ibu mengerti

tanda bahaya bayi.

6. Menganjurkan ibu datang ke Puskesmas untuk kontrol ulang

agar bayi mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan dan atau jika ada keluhan-keluhan.

7. Dokumentasi

Tanggal 20 Januari 2011 minggu ke 2 (Kunjungan Rumah)

S : Ibu mengatakan bayinya mau menyusu, bayi tenang (tidak rewel)

dan keadaan bayi sehat.

O : Keadaan umum baik

Suhu: 36,8˚C HR: 144x/menit

Rr : 48x/menit

BB: 4150 gram

Page 132: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

132

Refleks positif pada refleks morro (bayi terkejut), refleks tonick

neck (badan bayi menahan leher), refleks grasping (tangan bayi

menggenggam erat tangan ibunya) , refleks rooting (bayi mencari

rangsangan pada pipinya), refleks sucking (bayi menghisap kuat

saat menetek ASI) dan refleks babynsky (bayi terangsang saat

kedua telapak kaki disentuh).

A : Neonatus cukup bulan sesuai dengan masa kehamilan minggu ke 2

P :

1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa bayi

dalam keadaan baik dengan berat badan 4150 gram dan suhu

36,8 0 C.

2. Mereview ibu mengenai tanda bahaya pada bayi seperti: bayi

diam saja, lemas, tidak aktif, bayi mencret-mencret, bayi

kuning, suhu bayi panas sekali, suhu bayi dingin sekali dan

bayi tidak mau menyusu. Ibu mengerti dan masih ingat tanda

bahaya bayi.

3. Menganjurkan ibu untuk melaksanakan jadwal imunisasi bayi

sesuai dengan jadwal yaitu saat usia bayi 1 bulan akan

mendapatkan imunisasi BCG dan polio I yang telah ditentukan

Page 133: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

133

pada tanggal 26 januari 2011 oleh Bidan Puskesmas Palmerah.

Ibu mengerti dan mau untuk melaksanakan imunisasi.

4. Memberitahukan ibu untuk datang ke Puskesmas jika terdapat

keluhan. Ibu mengerti.

5. Dokumentasi.

Tanggal 2 Februari 2011 minggu ke 6 (Kunjungan Rumah)

S : Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat, bayi tenang (tidak rewel)

dan keadaan bayi sehat.

O : Keadaan umum baik

Suhu: 36,8˚C HR: 136x/menit

Rr : 42x/menit

BB: 4500 gram

Refleks positif pada refleks morro (bayi terkejut), refleks tonick

neck (badan bayi menahan leher), refleks grasping (tangan bayi

menggenggam erat tangan ibunya) , refleks rooting (bayi mencari

rangsangan pada pipinya), refleks sucking (bayi menghisap kuat

saat menetek ASI) dan refleks babynsky (bayi terangsang saat

kedua telapak kaki disentuh).

A : Bayi usia 6 minggu

Page 134: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

134

P :

1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan.

2. Mereview ibu mengenai tanda bahaya pada bayi seperti: bayi

diam saja, lemas, bayi mencret-mencret, suhu bayi panas

sekali, dan bayi tidak mau menyusu. Ibu mengerti dan masih

ingat tanda bahaya bayi.

3. Menganjurkan ibu untuk memberikan bayinya ASI ekslusif

saja selama 6 bulan. Ibu mengerti.

4. Memberitahukan ibu untuk datang ke Puskesmas jika terdapat

keluhan. Ibu mengerti.

5. Dokumentasi.

3.4. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Tanggal: 24 Desember 2010, Pukul 16.00 WIB

S : Ibu mengatakan nafsu makan bertambah dan perut terasa mules

ketika menyusui bayinya.

O : Keadaan umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran

composmentis. Pemeriksaan TTV: Tekanan darah: 120/80

mmHg, denyut nadi 81x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu

36°C. Pada pemeriksaan payudara simetris, pembesaran normal,

Page 135: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

135

dan terdapat pengeluaran (ASI) dan tidak ada pembengkakan.

Pada uterus, kontraksi baik, TFU 2 jari bawah pusat, pengeluaran

lochea rubra dengan jumlah ± 50cc konsistensi cair. Luka jahitan

perineum bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi, peristaltik

baik, flatus (+) kandung kemih kosong, BAK sudah BAB belum.

A : P2A0 6 Jam post partum

Masalah: Perut terasa mules

P :

1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa

saat ini ibu dalam keadaan normal dan memberitahukan

mules yang saat ini dirasakan merupakan pengaruh

hormone yang juga berperan dalam pengeluaran ASI dan

proses involusi uterus. Sehingga saat menyusui akan terasa

mules. Ibu mengerti

2. Memberitahukan ibu untuk istirahat cukup. Ibu mengerti.

3. Memberitahukan ibu agar memberikan ASI jika bayi

terbangun dan merasa lapar atupun haus. Ibu mengerti dan

mau memberikan ASI nya.

4. Memberitahukan ibu untuk mobilisasi seperti miring kekiri

dan kekanan. Ibu mengerti.

Page 136: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

136

5. Memberikan ibu kebutuhan nutrisi (nasi, sayur mayor, lauk

pauk) dan cairan (air putih), dan menganjurkan ibu untuk

mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti buah dan

sayur mayur. Ibu mengerti dan mau memakannya.

6. Menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut 3 kali sehari

atau jika sudah terasa penuh dan lembab serta memberitahu

ibu untuk jangan takut membersihkan luka jahitan,

menganjurkan ibu untuk membersihkan luka jahitan dengan

air bersih dan jika ingin menggunakan sabun, gunakan

sabun cair agar sisa sabun tidak menempel. Ibu mengerti

dan mau mengikutinya.

7. Memberitahukan ibu untuk merawat payudara agar puting

susu tetap bersih dan kering. Ibu mengerti dan mau

mengikutinya.

8. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya ibu nifas

seperti: pengeluaran cairan pervaginam yang baunya

menusuk, pengeluran darah yang luar biasa, demam, mual-

muntah, dan tidak nafsu makan, sakit perut pada bagian

bawah, pandangan kabur, bengkak pada muka dan

ekstrimitas. Ibu mengerti tanda bahaya nifas.

Page 137: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

137

9. Memberitahukan ibu untuk memanggil bidan dan petugas

kesehatan jika terdapat salah satu tanda bahaya nifas atau

keluhan-keluhan. Ibu mengerti kemana dia harus datang

apabila terdapat tanda baya nifas.

10. Dokumentasi

Perkembangan Masa Nifas

Tanggal 06 Januari 2011 hari ke 6 (Kunjungan Rumah)

S : Ibu mengatakan perut sudah tidak terasa mules, bayi menyusu kuat

dan tidur ibu tidak terganggu. Ibu mengaku BAB 1x sehari dan

BAK 3 - 4 x sehari.

O : Keadaan umum : baik Keadaan emosional : stabil

Kesadaran : composmentis

Pemeriksaan fisik:

Konjungtiva : tidak anemis Sklera : tidak ikterik

Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi :80x/menit

Rr : 20 x/m Suhu : 36º C

Payudara : simetris. Pembesaran : normal Pengeluaran : ASI

TFU : tidak teraba Kontraksi uterus: baik

Pengeluran pervaginam : Lochea serosa (berwarna kuning)

Page 138: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

138

Perineum : luka jahitan kering.

A : P2A0 post partum hari ke-6

P :

1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu

dalam keadaan baik dengan tekanan darah 120/80 mmHg.

2. Memberitahukan ibu untuk menjaga kebersihan diri. Ibu

mengerti dan mau menjaga kebersihan dirinya.

3. Memberitahukan ibu untuk tetap menjaga kesehatan serta

istirahat yang cukup. Ibu mengerti dan mau mengikutinya.

4. Mereview kepada ibu mengenai tanda bahaya ibu nifas

seperti: apakah ada pengeluaran cairan pervaginam yang

baunya menusuk, pengeluran darah yang luar biasa, demam,

mual-muntah, dan tidak nafsu makan, sakit perut pada bagian

bawah, pandangan kabur, bengkak pada muka dan

ekstrimitas. Ibu mengerti dan masih ingat tanda bahaya nifas.

5. Memberitahukan ibu jika terdapat keluhan-keluhan segera

datang ke Puskesmas atau ke tenaga kesehatan terdekat. Ibu

masih ingat kemana dia harus datang apabila terdapat salah

satu tanda bahaya nifas atau keluhan-keluhan lainya.

6. Dokumentasi

Page 139: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

139

Tanggal 20 Januari 2011 minggu ke 2 (Kunjungan Rumah)

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ibu mengaku BAB 1 x sehari

dan BAK ± 3 – 4 sehari.

O : Keadaan umum : baik Keadaan emosional : stabil

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi : 82x/menit

Pernapasan 20x/menit Suhu 36°C

Konjungtiva : tidak pucat dan sklera tidak ikterik

Payudara : simetris. Pembesaran : normal Pengeluaran : ASI

TFU : tidak teraba Kontraksi uterus: baik

Pengeluran pervaginam : Lochea alba(berwarna putih)

Perineum : luka jahitan kering.

A : P1A0 post partum 2 minggu

P :

1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu

dalam keadaan baik dengan tekanan darah 120/80 mmHg dan

suhu 36 0

C.

2. Menganjurkan ibu untuk makan makanan seimbang, seperti

lauk pauk, sayur, dan buah – buahan. Ibu mengerti dan mau

mengikutinya.

Page 140: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

140

3. Memberitahukan ibu untuk menjaga kebersihan diri. Ibu

sudah mengerti untuk menjaga kebersihan dirinya.

4. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu sudah

mengerti untuk istirahat yang cukup.

5. Memberitahukan ibu mengenai alat kontrasepsi yang cocok

untuk ibu menyusui yang tidak mengganggu produksi ASI

seperti KB suntik 3 bulan, mini pil, kondom, IUD, Implant,

dan MAL. Dan yang tidak diperbolehkan yaitu untuk

menggunakan KB suntik 1 bulan, pil kombinasi karena hal

itu bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang merencanakan

ASI ekslusif sebab dapat mempersingkat lamanya pemberian

ASI, akibatnya hormon steroid dalam jumlah kecil ditemukan

dalam ASI. Ibu mengerti tentang alat kontrasepsi yang cocok

bagi ibu menyusui.

6. Mengingatkan ibu kembali mengenai tanda bahaya ibu nifas

seperti: pengeluaran cairan pervaginam yang baunya

menusuk, pengeluran darah yang luar biasa, demam, mual-

muntah, dan tidak nafsu makan, sakit perut pada bagian

bawah, pandangan kabur, bengkak pada muka dan

ekstrimitas. Ibu masih ingat tanda bahaya nifas.

Page 141: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

141

7. Mereview ibu mengenai penjelasan yang telah diberikan,

seperti pentingnya ASI, perawatan dan kebersihan diri. Ibu

mengerti pentingnya ASI, perawatan dan kebersihan diri.

8. Memberitahukan ibu jika terdapat keluhan-keluhan segera

datang ke Puskesmas atau ke tenaga kesehatan terdekat. Ibu

mengerti.

9. Dokumentasi.

Tanggal 2 Februari 2011 minggu ke 6 (Kunjungan Rumah)

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan ingin menjadi akseptor KB.

Ibu mengaku BAB 1 x sehari dan BAK 3 - 4 x sehari.

O : Keadaan umum : baik Keadaan emosional : stabil

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi : 82x/menit

Pernapasan 20x/menit Suhu 36,5°C

Konjungtiva : tidak pucat dan sklera tidak ikterik

TFU : tidak teraba

Pengeluran pervaginam : Lochea alba(berwarna putih)

Perineum : luka jahitan kering.

A : P1A0 post partum 6 minggu

Page 142: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

142

P :

1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan.

2. Memberitahukan ibu mengenai alat kontrasepsi yang cocok

untuk ibu menyusui yang tidak mengganggu produksi ASI

seperti KB suntik 3 bulan, IUD, Implant, dan MAL. Ibu

mengerti alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu menyusui.

3. Menganjurkan ibu untuk segera menjadi akseptor KB. Ibu

mempunyai rencana untuk menjadi akseptor KB spiral.

4. Mereview ibu mengenai penjelasan yang telah diberikan,

seperti pentingnya memberikan ASI ekslusif. Ibu masih ingat

mengenai pentingnya memberikan ASI ekslusif.

5. Memberitahukan ibu jika terdapat keluhan-keluhan segera

datang ke Puskesmas atau ke tenaga kesehatan terdekat. Ibu

mengerti.

6. Dokumentasi.

Page 143: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

143

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

4.1 Manajemen Kebidanan Pada Ibu Hamil

Pada tanggal 24 Desember 2010 Ny. M datang ke Puskesmas

Kecamatan Palmerah untuk periksa hamil, penulis menerima pasien

dengan rasa hormat. Sebelum melakukan anamnesa dan

pemeriksaan, penulis saling berkenalan dan menjelaskan tentang

surat informed consent dan Asuhan Kebidanan Komprehensif

kepada Ny. M dan juga suaminya Tn. S. Surat persetujuan pun

ditandangani oleh Ny. M yang disetujui juga oleh suaminya. Dalam

hal ini dengan adanya informed consent, penulis sudah membekali

diri dari hukum apabila terjadi sesuatu nantinya. Informed Consent

berguna sebagai bukti persetujuan dari berbagai pihak baik itu dari

penulis, pembimbing lahan dan akademik serta dari pasien itu sendiri

untuk dilakukannya Asuhan Kebidanan Komprehensif kepada Ny.

M.

Pada Kunjungan ANC Ny. M dimulai dari anamnesa yang

Page 144: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

144

meliputi identitas, keluhan yang dirasakan, riwayat kehamilan yang

sekarang dan yang lalu, riwayat kesehatan, riwayat psiko-sosial dan

aktifitas sehari-hari serta dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,

pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi

serta pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut ditujukan untuk

mendeteksi secara dini kesehatan Ny. M sesuai dengan refokus ANC

pertama adalah mendeteksi dini ( Salmah. Hajjah. 2006 ) . Sehingga

dalam hal ini terdapat kesesuaian antara teori dengan praktek.

Ny.M mengaku HPHT tangal 23 Maret 2010, apabila dihitung

dengan rumus Naegle didapat tafsiran persalinannya yaitu tanggal 30

Desember 2010, Ny. M menjalani proses persalinan pada usia

kehamilan 40 minggu (aterm) pada tanggal 24 Desember 2010.

Dalam hal ini terdapat kesesuaian dengan teori yang menyatakan

Perkiraan partus menurut rumus Naegle yaitu : hari + 7, bulan – 3

dan tahun + 1 (Salmah. Hajjah. 2006).

Refokus ANC yang kedua adalah Promosi Kesehatan (Salmah.

Hajjah. 2006 ) promosi kesehatan yang telah dilakukan penulis

kepada Ny. M adalah memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda

bahaya pada kehamilan, tanda-tanda persalinan, persiapan ibu untuk

laktasi dengan mengajarkan ibu untuk perawatan payudara, menjaga

Page 145: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

145

personal hygiene, mengatur pola istirahat. Maka hal ini terdapat

kesesuaian antara praktek di lapangan dengan tinjauan teori.

Refokus ANC yang ke-3 adalah persiapan persalinan yang

bersih dan aman (Salmah. Hajjah. 2006) pada ANC Ny. M telah

dipersiapkan untuk persalinan yang bersih dan aman yaitu Ny. M

akan melahirkan di Puskesmas Palmerah, persalinan akan ditolong

oleh bidan, akan didampingi oleh suami dan pengambilan keputusan

dalam keluarganya adalah suami dan ibunya. Dengan pertolongan

dengan tenaga kesehatan yang terampil diharapkan proses persalinan

dapat dilalui dengan baik tanpa komplikasi yang menyertai. Dan

tenaga kesehatan dapat melakukan asuhan persalinan dan asuhan

pada bayi baru lahir dengan baik. Ny. M juga sudah mempersiapkan

perlengkapan untuk bersalin termasuk dana untuk persalinan. Maka

dalam hal ini terdapat kesesuaian antara teori dengan praktek.

Refokus ANC yang ke-4 adalah persiapan menghadapi

kegawatdaruratan (Salmah. Hajjah. 2006). Pada Ny. M telah

dijelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan

kegawatdaruratan yang tidak terduga pada saat persalinan. Penulis

telah berdiskusi dengan Ny. M tentang persiapan kegawatdaruratan

yaitu (Bidan, Alat, Keluarga, surat, Obat, Kendaraan, Uang dan

Page 146: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

146

Donor darah [BAKSOKUDA]). Dan Ny. M pun sudah

mempersiapkan persiapan kegawatdaruratan di atas jika sewaktu –

waktu terjadi kegawatan. Dalam hal ini antara teori dengan praktek

terdapat kesesuaian.

Kebutuhan Zat Mineral untuk ibu hamil yaitu kalsium 500 mg

setiap hari, 30 – 40 gram untuk pembentukkan tulang janin. Zat Besi

800 mgr atau 30 – 50 mgr sehari. Vitamin C 10 mg berperan penting

untuk produksi kolagen (pada jaringan ikat, penyembuhan luka,

kesehatan sistem dan saraf dan sistem imun, produksi hormon

sdrenal, sebagai antioksidan untuk membantu mencegah penyakit,

dan juga dapat membantu dalam mengabsorpsi lebih baik (Yuni

kusmiyati, 2009). Pada kasus Ny.M saat ANC diberikan terapi SF 30

mg 2 x 1 tab/hari, Vitamin C 10 mg 2 x1 tab/hari dan Kalk 500 mg 1

x 1 tab/hari yang mengandung vitamin dan mineral. Maka dalam hal

ini terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus.

Umur kehamilan Ny. M sudah memasuki trimester III, penulis

memberikan konseling tentang persiapan perlengkapan persalinan,

memberitahukan perkiraan persalinan, tanda-tanda persalinan dan

kegawatdaruratan, tetap memberikan dukungan moral dan

meyakinkan ibu dalam menghadapi persalinan nantinya. Hal ini

Page 147: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

147

sesuai dengan teori (Varney Midwifery,1999) yang menyatakan

bahwa usia kehamilan trimester III sering disebut periode

menanti/menunggu, mempersiapkan kelahiran dan kedudukan

sebagai orang tua. Pada trimester III inilah ibu memerlukan

dukungan dari suami, memperhatikan perkiraan persalinan dan

mempersiapkan perlengkapan persalinan. Ibu juga merasa khawatir

dan gelisah tentang proses persalinan yang akan dihadapi nantinya.

Maka dalam hal ini terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus.

4.2. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Penipisan dan pembukaan serviks. Kontraksi uterus yang

mengakibatkan perubahan pada serviks (Frekuensi min 2x dalam 10

menit ). Keluarnya lendir bercampur darah (‘Show’) melalui vagina

( Asuhan Persalinan Normal , 2007). Ny. M datang ke Puskesmas

kecamatan Palmerah pukul 04.00 WIB, dengan keluhan mules-

mules sejak pukul 22.00 WIB sudah keluar darah lendir, dan belum

keluar air – air, pada pemeriksaan his di dapatkan his bagus dengan

frekuensi 2 x 10 menit lamanya 30 detik. Maka hal ini terdapat

kesesuaian antara teori dan tinjauan kasus.

Page 148: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

148

Pada pukul 04.00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam atas

indikasi untuk menetukan diagnosa, didapat hasil diagnosa G2P1A0

hamil 40 minggu inpartu kala I fase laten. Janin tunggal hidup

intrauterin presentasi kepala. Dilihat dari teori menunjukkan bahwa

Ny. M dalam kala I fase laten. Menurut sumber buku (Sarwono,

2006), kala I terjadi mulai dari adanya tanda-tanda persalinan sampai

pembukaan lengkap (10 cm), proses ini di bagi menjadi dua fase

yaitu fase laten di mulai dari serviks membuka sampai 3 cm, dan

fase aktif dari serviks membuka 4 cm sampai 10 cm. Jadi antara

tinjauan kasus dan teori telah sesuai.

Asuhan yang diberikan pada ibu pada Kala I fase laten sesuai

dengan (Sarwono, 2006) antara lain membantu ibu dalam persalinan

jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan, memberikan

informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya,

mendengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap

perasaannya, melakukan perubahan posisi, menyarankan ia untuk

berjalan, mengajak suami atau keluarga untuk memijat atau

menggosok punggungnya atau membasuh mukanya di antara

kontraksi, memperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan

kesanggupannya, mengajarkan teknik relaksasi, menjaga hak privasi

Page 149: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

149

ibu dalam persalinan, memberikan ibu cukup minum. Asuhan yang

diberikan pada kala I fase laten Ny. M yaitu memberikan informasi

mengenai proses dan kemajuan persalinannya, melakukan perubahan

posisi, menyarankan ia untuk berjalan, memperbolehkan melakukan

aktivitas sesuai dengan kesanggupannya, mengajarkan teknik

relaksasi, menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, memberikan ibu

cukup minum. Jadi antara tinjauan kasus dan teori telah sesuai.

Persiapan penting bagi penolong persalinan adalah

memastikan penerapan prinsip dan praktik pencegahan infeksi yang

dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan dan

perlengkapan perlindungan pribadi yaitu terdiri dari penutup kepala,

pelindung mata (kaca mata), masker digunakan untuk menutup

mulut, celemek, dan sepatu yang tertutup (Asuhan Persalinan

Normal, 2007). Pada proses persalinan Ny. M penulis tidak

mengenakan persiapan penting bagi penolong persalinan yaitu sepatu

yang tertutup. Maka antara tinjauan kasus dan teori terdapat

kesenjangan. Karena di lahan praktek tidak tersedia sepatu yang

tertutup.

Menurut buku Depkes 2007, ibu dapat melahirkan bayinya

pada posisi apapun kecuali pada posisi berbaring terlentang (supine

Page 150: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

150

position) dengan alasan jika ibu berbaring terlentang maka berat

utreus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta dll) menekan vena

kava inferior ibu. Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui

sirkulasi utero-plasenter sehingga akan menyebabkan hipoksia pada

bayi. Berbaring terlentang juga akan mengganggu kemajuan

persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif. Posisi

meneran Ny. M saat melahirkan adalah posisi litotomi dan ibu

nyaman dengan posisi tersebut. Jadi antara tinjauan kasus dan teori

telah sesuai.

Pada 5 benang merah dalam asuhan kebidanan, asuhan

sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan

keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah

dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses

persalinan dan kelahiran bayi. Pada kasus Ny. M, saat bersalin suami

diikutsertakan dalam proses persalinan sehingga pasien mendapatkan

dukungan emosional dari suami.

Bayi diletakkan di antara kedua payudara ibu. Hal ini sesuai

dengan teori (Roesli Utami, 2008) yang menganjurkan untuk

melakukan IMD segera bayi lahir. Setelah bayi Ny. M lahir langsung

segera dilakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) yang dilakukan

Page 151: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

151

selama 1 jam agar bayi langsung mulai menyusu sendiri. Hal ini

sesuai antara teori dengan praktek.

Pada kala III asuhan yang diberikan pada Ny. M antara lain

penyuntikkan oksitosin IM di sepertiga bagian atas paha bagian luar,

melakukan PTT, dan massase fundus uteri. Hal ini sesuai dengan

sumber (Depkes RI. 2007) yaitu pemberian oksitosin dalam 1 menit

pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat

terkendali, dan massase fundus uteri. Sehingga antara teori dengan

praktek terdapat kesesuaian. MAK III akan mencegah terjadinya

perdarahan karena tidak adanya kontraksi karena oksitosin dan

massase akan merangsang kontraksi menjadi baik.

Pada kala IV, asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. M

adalah pengawasan kala IV selama 2 jam post partum, observasi

TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15

menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Hal ini

sesuai dengan teori pada buku (Depkes.2007). Pada kala IV

dilakukan pencegahan infeksi berupa mendekontaminasikan alat-alat

persalinan dengan larutan klorin 0,5% selam 10 menit. Sehingga

antara teori dengan praktek terdapat kesesuaian.

Page 152: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

152

Lamanya persalinan normal pada multigravida adalah kala I

berlangsung selama 6 sampai 7 jam, kala II berlangsung selama 15

menit sampai 1 jam, kala III berlangsung selama 15 menit dan kala

IV berlangsung selama 2 jam (Saifuddin, 2006). Pada kasus Ny.M

kala I berlangsung selama 6 jam, kala II berlangsung selama 35

menit, kala III berlangsung 15 menit, dan kala IV berlansung selama

2 jam. Pada proses lamanya persalinan kala I, kala II, kala III, dan

kala IV pada Ny. N tidak melawati waktu lamanya persalinan normal

pada multigravida, maka kasus Ny. N terdapat kesesuaian antara

kasus dan teori.

Menurut buku Depkes 2007, berikan anastesi lokal secara

dini agar obat tersebut memiliki cukup waktu untuk memberikan

efek. Menggunakan anastesi lokal adalah bagian dari asuhan sayang

ibu. Obat standar untuk anastesia lokal adalah 2% lidokain

dilarutkan dengan 2ml aquades. Pada kasus Ny. M terjadi ruptur

derajat 2 yaitu terjadi robekan pada mukosa vagina, komisura

posterior, kulit perineum dan otot perineum. Sebelum penjahitan

dilakukan anastesi lokal yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri

pada ibu. Dan ini merupakan asuhan sayang ibu, dilakukan sesuai

dengan kebijaksanaan puskesmas dalam melakukan tindakan, IMD

Page 153: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

153

tetap dilakukan saat proses penjahitan dan ibu fokus dengan bayinya.

Sehingga antara teori dengan praktek terdapat kesesuaian.

4.3. Manajemen Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Berdasarkan hasil pemeriksaan 3 hal penting penilaian awal

ketika bayi baru lahir, bayi Ny. M tidak dilakukan tindakan resusitasi

karena kondisi bayi Ny. M menangis kuat, kulit kemerahan dan

tonus otot aktif. Hal ini sesuai dengan teori (Depkes,APN 2007) yang

menyatakan bahwa pengambilan keputusan untuk tindakan resusitasi

apabila kondisi bayi tidak menagis kuat, warna kulit kebiruan dan

gerakan tidak aktif. Sehingga antara teori dengan praktek terdapat

kesesuaian

Untuk mencegah terjadinya hipotermi evaporasi adalah cara

kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas

terjadi karena menguapnya cairan ktuban pada permukaan tubuh

setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Hal

yang sama dapat terjadi setelah dimandikan (Asuhan Persalinan

Normal, 2007). Pada kasus Ny. M setelah bayi lahir dilakukan

penggantian kain yang basah dengan kain yang kering untuk

Page 154: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

154

menjaga agar bayi tetap kering dan hangat. Sehingga antara teori

dengan praktek terdapat kesesuaian

Pada pemeriksaan Antropometri didapatkan hasil berat badan

3200 gram, panjang badan 50 cm. Menurut (Sarwono, 2002)

menyatakan bahwa berat badan lahir normal berkisar antara 2500 –

4000 gram, panjang badan 40 – 51 cm. Maka dalam hal ini terdapat

kesesuaian antara teori dan praktek.

Bayi Ny.M dinyatakan bayi yang partus matur ditandai

dengan sudah turunnya scortum ke testis. Hal ini sesuai dengan teori

menurut (M.Sholeh2001) Bayi yang dikatakan partus matur ditandai

dengan : apabila berjenis kelamin laki-laki scrotum sudah turun ke

testis dan pada perempuan labia mayor sudah menutupi labia minor.

Jadi antara tinjauan kasus dan teori telah sesuai.

Pada kasus bayi Ny. M, setelah bayi lahir, bayi diberikan Vit

K 0,5cc atau 1mg melalui IM. Pada buku (Depkes.APN.2007), untuk

mencegah perdarahan karena defisiensi vitamin K. Jadi antara kasus

dengan teori yang didapat terdapat kesesuaian.

Pada bayi baru lahir diberian obat mata eritromisin 0,5% atau

tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena

klamidia (penyakit menular seksual) (Sarwono, 2006). Pada kasus

Page 155: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

155

bayi Ny. M diberikan obat mata tetrasiklin 1% untuk mencegah

penyakit mata klamidia ( penyakit menular seksual). Sehingga antara

tinjauan kasus dan teori telah sesuai.

Menurut buku (Depkes.APN.2007), pemberian imunisasi

Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap

bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi. Imunisasi ini diberikan

sedini mungkin segera setelah bayi lahir. Terdapat 2 jadwal

pemberian imunisasi Hepatitis B. Jadwal pertama, imunisasi

Hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0 (segera setelah lahir

menggunakan unijact), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi

Hepatitis B sebanyak 4kali, yaitu pada usia 0, dan DPT + Hepatitis B

pada 2, 3, 4 bulan usia bayi. Dan pada kasus bayi Ny. M pemberian

imunisasi Hepatitis B dilakukan 6 jam setelah lahir, menurut penulis

pemberian imunisasi Hepatitis B, tidak sesuai dengan jadwal

pertama karena pemberian Hepattitis B tidak diberikan segera

setelah lahir. Maka antara kasus dengan teori terdapat kesenjangan.

Menurut buku (Arif mansjoer, 2000) yang menyatakan

bahwa imunisasi BCG dan Polio I diberikan pada usia bayi 1 bulan.

Penulis menganjurkan Ny. M untuk memberikan imunisasi BCG dan

Polio I sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan yaitu usia, bayi

Page 156: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

156

1 bulan, bayi Ny. M diberikan imunisasi BCG dan Polio I pada

tanggal 26 Januari 2011, tepat usia bayi Ny. M 1 bulan.

4.4. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Nifas

Menurut teori reva rubin, periode yang terjadi 1-2 hari

setelah melahirkan (talking in), ibu yang baru biasanya pasif dan

tergantung perhatiannya difokuskan pada perhatian tubuhnya. Ia

akan sering mengulang pengalamannya waktu bersalin dan

melahirkan, nutrisi tambahan sangat diperlukan karena selera makan

yang meningkat. Pada hari pertama pasca melahirkan Ny. M

menceritakan tentang pengalamannya pada saat proses kelahiran

anaknya. Ia mengatakan bahagia dan terharu bahwa ia dapat bersalin

secara normal dan mendapatkan anak yang sehat tanpa adanya

kecacatan. Pada hari pertama ini pun ia, mengatakan nafsu makan

bertambah atau berubah dari biasanya. Pada kasus Ny. M ia kembali

mengulang proses persalinannya. Sehingga terdapat kesesuaian

antara teori dan praktek.

Keluhan mules pada post partum adalah fisiologis karena

rasa mules terjadi karena adanya kontraksi uterus, pembuluh darah

bekas implantasi uri terbuka kemudian terjepit oleh kontraksi

Page 157: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

157

tersebut dengan terjepitnya pembuluh darah, maka perdarahan akan

berhenti (Suherni, 2009). Pada post partum Ny. M keluhan yang

dirasakan yaitu perut terasa mules, rasa mules yang dirasakan oleh

Ny. M adalah fisiologis karena rasa mules terjadi disebabkan adanya

kontraksi Uterus (Involusi). Maka pada kasus Ny. M telah sesuai

dengan teori dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan hasil

data pada Ny. M.

Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri

dan vagina dalam masa nifas. Lochia Rubra (cruenta) berisi darah

segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,

Lanugo, mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan. Lochia

sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir pada

hari ke 3-7 pasca persalinan. Lochia serosa berwarna kuning, cairan

tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. Lochia alba

cairan putih, setelah 2 minggu. Pada kasus Ny. M pada nifas hari

pertama mengeluarkan darah berwarna merah dengan konsistensi

encer yaitu lochia rubra. Nifas hari ke enam mengeluarkan darah

berwarna kekuningan yaitu lochia serosa. Nifas 2 minggu

mengeluarkan cairan putih yaitu lochia alba. Nifas 40 hari Ny. M

Page 158: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

158

masih mengeluarkan sedik cairan putih yaitu lochia alba. Maka

terdapat kesesuaian antara teori dan praktek.

Menurut Saifudin, 2002 yang menyatakan dalam penyuluhan

gizi pada masa nifas pil zat besi harus diminum untuk menambah zat

gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin, minum Vitamin A

(200.000 unit) agar bisa memberikan Vit A kepada bayinya melalui

ASI nya, ibu menyusui dalam masa nifas harus makan dengan diet

berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang

cukup. Akan tetapi pada teori tidak dituliskan mengenai antibiotik

(amoxilin). Setelah bersalin Ny. M diberikan therapy SF 50 mg 2 x 1

tab/sehari, Vitamin C 10 mg 2 x 1 tab / sehari, Vitamin A (200.000

unit) peroral 1 x 1 tab/sehari dan antibiotika amoxicilin 500 mg 2 x 1

tab/sehari. Hal ini menyatakan bahwa ada kesenjangan antara

tinjauan kasus dengan teori. Karena menurut penulis, Ny. M

diberikan therapy antibiotik (amoxilin) adalah untuk proses

penyembuhan luka jahitan pada perineum. Vitamin A diberikan agar

memberikan efek penyembuhan luka uterus dan jalan lahir ibu

menjadi cepat pulih dan dapat menyalurkan vitamin A ke bayi

melalui ASI sehingga bayi mendapat asupan vitamin A sejak dini.

Page 159: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

159

Pada 2 minggu post partum asuhan kebidanan yang diberikan

pada pasien menurut Buku (Sarwono.2002) adalah memastikan

involusi uterus berjalan normal, menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup

makan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik

dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling

pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap

hangat dan merawat bayi sehari-hari. Akan tetapi pada kasus Ny. M

selain penyuluhan diatas, penulis memberikan penyuluhan mengenai

KB untuk promosi kesehatan dan konseling. Hal ini terdapat

kesenjangan antara teori dengan praktek. Penkes tentang KB penulis

sampaikan agar ibu mulai memikirkan dan mendiskusikan kepada

suami, KB apa yang sesuai sehingga dapat dimulai setelah 6 minggu

postpartum.

Page 160: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

160

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Dalam melakukan pengkajian pada Ny. M dari sejak hamil,

bersalin, bayi baru lahir, dan nifas sudah dilakukan sesuai

dengan manajemen atau format yang telah disediakan dari

institusi sesuai dengan asuhan kebidanan dengan lancar.

2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan data yang didiperoleh

dari Ny. M sejak hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas.

3. Dari hasil interpretasi data Ny. M mahasiswa mampu

mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi selama proses

kehamilan, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas dengan

memberikan penyuluhan kesehatan berdasarkan keluhan dan

kebutuhan Ny. M

4. Evaluasi perlunya tindakan segera pada Ny. M selama proses

kehamilan, bersalin, bayi baru lahir dan nifas sudah dilakukan

sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan.

Page 161: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

161

5. Perlunya pengembangan rencana asuhan yang sesuai dengan

keluhan dan kebutuhan pada Ny. M dalam proses kehamilan,

bersalin, bayi baru lahir, dan nifas sesuai dengan manajemen

asuhan kebidanan.

6. Telah dilaksanakan rencana asuhan yang yang dibuat

berdasarkan kebutuhan Ny. M pada saat kehamilan, bersalin,

bayi baru lahir dan nifas sesuai dengan manajemen asuhan

kebidanan.

7. Telah dilakukan evaluasi pada Ny. M pada saat kehamilan,

bersalin, bayi baru lahir dan nifas, Ny. M mengerti hal yang

sudah dijelaskan serta dapat menerapkannya.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Puskesmas Palmerah

1. Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan menambah

sarana dan prasarana dalam pelayanan kepada

masyarakat.

2. Dapat memberikan bimbingan intensif kepada

mahasiswa.

Page 162: Studi kasus manajemen asuhan kebidanan antenatal,intranatal,puerperium, dan care of newborns

162

5.2.2. Bagi Institusi

1. Dapat meningkatkan kualitas dalam menambah

referensi atau buku-buku tentang kebidanan terutama

tentang fisiologi dan patologinya.

2. Diharapkan akademik memberikan bimbingan kepada

mahasiswa dalam pembuatan makalah ataupun di lahan

praktek.

5.2.3. Bagi Mahasiswi

1. Diharapkan mahasiswa dalam memperoleh ilmu yang

di lahan praktek dan bisa mengaplikasikannya secara

benar.

2. Diharapkan mahasiswa dapat menggali pengetahuan

lebih dalam dan meningkatkan mutu pelayanan agar

lebih trampil lagi.

3. Diharapkan mahasiswa mampu menjalin kerjasama

yang baik dengan petugas kesehatan lain sehingga

terwujud suatu tim yang baik.