Status Presus Psikotik Parini

28
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. P Umur : 33 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SLTP Status : Tidak menikah Agama : Islam Pekerjaan : Tidak bekerja Alamat : Mungkid, Magelang Mondok (yang pertama kali) di RSJP Prof. dr. Soeroyo Magelang : 29 Januari 2010 II. ALLOANAMNESIS Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 4 Februari 2010, pukul 15.00 WIB dan 5 Februari 2010, pukul 10.00 WIB Diperoleh dari 1 2 Nama Umur Jenis Kelamin Agama Status Pendidikan Terakhir Pekerjaan Hubungan Sifat Kenal Alamat Ny. R 57 tahun Perempuan Islam Janda SD Penjual kerupuk Ibu kandung Seumur Hidup Mungkid, Magelang Tn. R 38 tahun Laki-laki Islam Menikah SLTP Penjual es keliling Kakak kandung Seumur Hidup Mungkid, Magelang Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo Magelang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 1

Transcript of Status Presus Psikotik Parini

Page 1: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. P

Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SLTP

Status : Tidak menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Mungkid, Magelang

Mondok (yang pertama kali) di RSJP Prof. dr. Soeroyo Magelang : 29

Januari 2010

II. ALLOANAMNESIS

Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 4 Februari 2010, pukul 15.00 WIB

dan 5 Februari 2010, pukul 10.00 WIB

Diperoleh dari 1 2NamaUmurJenis Kelamin AgamaStatusPendidikan TerakhirPekerjaan Hubungan Sifat KenalAlamat

Ny. R57 tahun PerempuanIslamJanda SDPenjual kerupukIbu kandungSeumur HidupMungkid, Magelang

Tn. R38 tahunLaki-lakiIslamMenikahSLTPPenjual es keliling Kakak kandungSeumur HidupMungkid, Magelang

A. SEBAB DIBAWA KE RUMAH SAKIT

Pasien dibawa oleh keluarga pasien ke RSJP Prof. dr. Soeroyo

Magelang karena pasien teriak-teriak dan tidur sulit.

B. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

1

Page 2: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

(Riwayat perjalanan penyakit diperoleh dari alloanamnesis ( 4

dan 5 Februari 2010), autoanamnesis (2 Februari 2010) dan

catatan medis).

Pada bulan Oktober 2005 atau 5 tahun SMRS, pasien dan ibunya

berjualan krupuk di pasar Ambarawa, mereka tidak memiliki kios, hanya

berjualan di emperan toko atau trotoar. Pada suatu hari, tiba-tiba datang

Polisi Pamong Praja merazia para pedagang pasar. Pasien kaget, lalu

berlari dan bersembunyi bersama ibunya, saat itu pasien ketakutan di

tempat persembunyiannya, lalu minta pulang ke Magelang hari itu juga.

Bersama dengan ibunya, pasien pulang naik bis dan terjadi perubahan

tingkah laku, selama dalam perjalanan pasien menyanyi dan

bersholawat terus-menerus. Sejak saat itu pasien mulai teriak-teriak,

menyanyi, dan berbicara sendiri. Dua bulan kemudian, pasien dibawa

berobat ke mantri di desanya, lalu oleh mantri tersebut pasien diinapkan

selama 1 bulan dan diberi obat (keluarga lupa jenis dan jumlah obatnya),

kemudian pasien pulang dan diberi obat untuk diminum dirumah. Akan

tetapi, pasien tetap berperilaku aneh, sampai akhirnya seorang perawat

RSJ Magelang yang dikenal oleh kakak pasien menyarankan agar

dibawa berobat ke dokter spesialis jiwa. Oleh dokter, pasien diberi obat

(keluarga lupa jenis dan jumlah obatnya) untuk diminum kurang lebih

untuk 1 bulan. Karena tidak teratur minum obat dan tidak rutin kontrol

maka gejala muncul kembali.

Pada pertengahan tahun 2006, atas kesepakatan keluarga,

akhirnya pasien dikirim ke pondok pesantren di Magelang. Pasien

adalah santriwati yang umurnya jauh lebih tua dibandingkan dengan

teman-temannya. Selama di pondok pesantren, pasien kurang bisa

mengikuti pelajaran, tapi rajin sholat, mengaji, dan mendengarkan

ceramah. Hubungan dengan warga pesantren dan teman-temannya pun

baik. Pada suatu waktu, pasien menyukai salah satu santri senior yang

bernama Kang Imam, akan tetapi pasien malu untuk mengungkapkan

perasaannya dengan lelaki tersebut karena menganggap bahwa wanita

tidak seharusnya mengungkapkan perasaan cinta pada laki-laki terlebih

dahulu. Selama kurang lebih 3 tahun di pondok pesantren, komunikasi

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

2

Page 3: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

dengan keluarga tetap terjaga, setiap 1 bulan sekali pasien pulang ke

rumah atau dijenguk oleh keluarga. Kadang-kadang pasien masih

menunjukkan perilaku aneh seperti menyanyi terus menerus, berbicara

sendiri dan banyak bergerak (keluarga tidak mengetahui secara pasti

berapa kali pasien kumat di pesantren). Akhirnya pada suatu ketika

pihak pondok pesantren memberitahukan pada keluarga bahwa

sebaiknya pasien kembali ke rumah, lalu pasien dijemput oleh kakaknya.

Setelah pulang dari pondok pesantren pada pertengahan tahun

2009 atau 6 bulan SMRS, pasien tinggal di rumah bersama kakak dan

kakak iparnya. Terjadi peningkatan tingkah laku yang aneh setelah

pulang dari pesantren, masih sering teriak-teriak, berbicara sendiri,

menyanyi terus menerus, suka pergi-pergi, tidur sulit, bahkan pernah

menceburkan diri ke kolam dengan pakaian lengkap. Waktu ditanya oleh

kakak pasien tentang apa sebab menceburkan diri, pasien tidak

menjawab dan hanya tertawa. Pasien pernah jalan kaki dari rumah

menuju pesantren yang berjarak 5 km dengan alasan rindu dengan

teman-teman dan suasana pesantren. Pasien juga mengatakan pernah

beberapa kali melihat bayangan hitam sewaktu dia bangun tidur. Saat

berbicara terus menerus, nama yang sering disebut pasien adalah Kang

Imam.

1 bulan SMRS, pasien berobat ke poliklinik RSJP Prof. dr. Soeroyo

Magelang dan diberi obat (keluarga lupa jenis dan jumlah obatnya).

Setelah 2 minggu minum obat, pasien mulai menunjukkan perbaikan dan

sisa obat tidak diminum.

1 minggu SMRS pasien diajak ibunya berjualan kerupuk lagi di

pasar Ambarawa. Pasien dan ibunya tinggal di rumah kontrakan, hingga

pada suatu hari, saat pasien ingin mencuci pakaiannya, tiba-tiba adik

pemilik kontrakan berbicara dengan suara keras kepadanya, bahwa

tidak ada air saat itu. Pasien kaget dan minta pulang ke Magelang.

4 hari SMRS pasien kembali berbicara dan tertawa sendiri,

bernyanyi, berteriak, suka pergi-pergi dan tidak mau diam, mudah

tersinggung, mudah marah, nafsu makan berkurang, dan tidur sulit.

Karena perilakunya sudah mengganggu dan menimbulkan

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

3

Page 4: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

ketidaknyamanan bagi keluarga, maka pasien diputuskan untuk dibawa

ke RSJP Prof. dr. Soeroyo Magelang dan mondok untuk pertama kalinya.

C. HAL – HAL YANG MENDAHULUI SAKIT

1. Psikiatri

Sekitar 5 tahun yang lalu pasien sudah mengalami

perubahan tingkah laku dan ini merupakan mondok yang

pertama.

2. Faktor Organis

Trauma kapitis (-)

Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan yang

menyebabkan trauma pada kepala.

Kejang (+)

Pasien tidak mempunyai riwayat kejang.

Panas tinggi yang lama (-)

Pasien tidak mempunyai riwayat panas tinggi sebelum

sakit.

Keracunan (-)

Pasien tidak pernah keracunan.

3. Penyalahgunaan alkohol dan NAPZA

Pasien tidak mempunyai riwayat menggunakan alkohol dan

NAPZA. Pasien juga tidak merokok.

4. Faktor Psikososial

a. Faktor Predisposisi

1. Kepribadian premorbid

Pasien tergolong orang yang banyak berbicara

dibandingkan anggota keluarga yang lain, mudah bergaul dan

senang bersosialisasi.

2. Kasih sayang

Pasien cukup mendapatkan kasih sayang dari keluarganya.

3. Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi kurang. Ibu pasien berjualan

kerupuk di pasar Ambarawa, sedangkan kakak pasien berjualan

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

4

Page 5: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

es krim keliling. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

dirasakan cukup.

b. Faktor Pencetus

Pasien diusir oleh Polisi Pamong Praja saat berjualan

krupuk di trotoar pasar Ambarawa bersama ibunya dan karena

adik pemilik kontrakan di Ambarawa berbicara keras kepadanya

sehingga pasien kaget.

D. RIWAYAT KELUARGA

a. Pola Asuh Keluarga

Pasien adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Pasien

dibesarkan dalam keadaan kedua orang tua harmonis dan cukup

mendapat perhatian.

b. Silsilah Keluarga

Pasien adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Pasien memiliki 1

orang kakak laki-laki dan 1 kakak tiri perempuan dari ayahnya

dengan ibu yang berbeda. Tidak ada keluarga yang mengalami

gangguan jiwa.

E. GENOGRAM

Genogram Nn. P

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

5

Page 6: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

Tanggal pembuatan : 6 Februari 2010

Keterangan : Laki laki tanpa gangguan jiwa

Perempuan tanpa gangguan jiwa

Laki – laki telah meninggal dunia

Pasien

Tinggal satu rumah dengan pasien

C. RIWAYAT PRIBADI (Autoanamnesis dan Alloanamnesis)

1. Riwayat Kelahiran

Pasien lahir di rumah, ditolong oleh dukun, cukup bulan,

spontan, langsung menangis, dan tidak terdapat kelainan. Berat

badan tidak diketahui. Pada saat bayi, pasien tidak pernah

mengalami panas tinggi dan kejang serta minum ASI cukup.

2. Masa Anak – Anak Awal (0-3 tahun)

Pasien diasuh oleh keluarganya sendiri. ASI diberikan sampai

umur 2 tahun. Tidak ada riwayat kesulitan dalam pemberian

makanan. Perkembangan pasien pada masa anak - anak awal sesuai

dengan perkembangan anak seusianya. Tidak ada masalah perilaku

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

6

Page 7: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

yang menonjol. Waktu kecil mampu bermain bersama kakaknya dan

teman-teman sebayanya.

3. Masa Anak Pertengahan (3-11 tahun)

Pada usia 5 tahun pasien mulai masuk TK. Pada usia 7 tahun

pasien melanjutkan sekolah ke SD. Saat pasien kelas 2 SD, pasien

pindah ke MI. Dalam pergaulan dengan teman main, teman sekolah

dan saudara-saudaranya dinilai masih wajar. Prestasi di sekolah

dalam rata-rata.

Saat masuk SD, keluarga menyadari bahwa mata kiri pasien

tampak juling tetapi hal ini tidak menyebabkan pasien rendah diri.

Kelas 3 SD, pasien pernah diangkat bisulnya di daerah hidung

sehingga tampak jaringan parut.

Orang tua menanamkan nilai-nilai budi pekerti dan agama

tidak terlalu ketat, dalam mengasuh mendapatkan kasih sayang

yang cukup dan tidak membedakan dengan kakaknya.

4. Masa Anak – Anak Akhir (11-18 tahun)

Pada usia 13 tahun pasien lulus SD dan melanjutkan ke SMP.

Pasien mampu bergaul dengan teman-temannya dan saudara-

saudaranya.

5. Masa Remaja

Pasien termasuk orang yang mudah bergaul dan punya

banyak teman.

6. Perkembangan Jiwa

Pasien dibesarkan dalam keluarga harmonis, kasih sayang

cukup, mendapatkan pendidikan agama yang cukup dari kedua

orang tuanya.

7. Riwayat Pendidikan

Pendidikan terakhir pasien adalah SLTP. Prestasi pasien

dalam rata-rata.

8. Riwayat Pekerjaan

Saat bulan puasa, pasien membantu tetangganya membuat

enting-enting kacang untuk dijual. Tahun 2005, pasien membantu

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

7

Page 8: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

berjualan kerupuk bersama ibunya di pasar Ambarawa selama 1

bulan.

9. Riwayat Perkawinan/Riwayat Psikoseksual

Pasien belum menikah. Penampilan dan pembawaan

layaknya perempuan, tertarik dengan lawan jenis. Pasien

menstruasi pada umur 13 tahun.

10. Hubungan Sosial

Sebelum dan setelah terjadi perubahan perilaku, hubungan

pasien dengan keluarga, saudara, tetangga baik. Pasien terkadang

keluar rumah dan mengobrol dengan tetangganya dan teman

sebayanya.

11. Kegiatan Moral Spiritual

Pasien adalah penganut agama islam dan sejak kecil rajin

melaksanakan ibadah sholat dan mengaji. Saat dewasa pasien

kadang-kadang mengikuti pengajian di kampungnya.

12. Kebiasaan

Pasien tidak memiliki kebiasaan yang merugikan kesehatan

dan menyebabkan kelainan otak seperti penggunaan alkohol dan

obat-obatan terlarang lainnya.

13. Gambaran Kepribadian

Sebelum dan setelah terjadi perubahan perilaku, pasien

merupakan orang yang ceria dan aktif tetapi jarang sekali

menceritakan masalah pribadi kepada orang lain. Pasien dapat

bergaul sehingga mempunyai banyak teman..

14. Sifat Alloanamnesis : dapat dipercaya

D. GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

8

Page 9: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

Keterangan :

A. Pasien dirazia oleh Polisi PP saat berjualan di pasar Ambarawa

bersama ibunya dan terjadi perbahan tingkah laku seperti teriak-

teriak, menyanyi, dan berbicara sendiri.

B. Pasien berobat ke mantri di desanya dan dokter spesialis jiwa dan

terdapat penurunan gejala.

C. Pasien dikirim ke pondok pesantren di Magelang selama 3 tahun

tetapi belum ada perubahan tingkah laku.

D. Setelah pulang dari pondok pesantren, terjadi peningkatan gejala

yaitu sering teriak-teriak, berbicara sendiri, menyanyi terus

menerus, suka pergi-pergi, tidur sulit, bahkan pernah

menceburkan diri ke kolam dengan pakaian lengkap.

E. Pasien berobat ke poliklinik RSJP Prof. dr. Soeroyo Magelang dan

diberi obat. Setelah 2 minggu minum obat, pasien mulai

menunjukkan perbaikan dan sisa obat tidak diminum.

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

Fungsi MentalFungsi Mental

Fungsi Peran Sosial

Fungsi Peran Sosial

2005 2006 2007 2008 2009 2010

A B C D E F G

9

Page 10: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

F. Pasien diajak ibunya berjualan kerupuk lagi di pasar Ambarawa.

Suatu saat pasien dikejutkan oleh suara adik pemilik kontrakan

sehingga kaget dan minta pulang ke Magelang dan terjadi

peningkatan gejala.

G. Pasien dibawa ke RSJP Prof. dr. Soeroyo Magelang dan mondok

untuk pertama kalinya.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2010, pukul 08.00

WIB.

A. Status Internus

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Vital Sign

* Tensi : 110/70 mmHg

* Nadi : 76 x/menit

* Suhu : afebris

Kepala : mesocephal, tidak bekas luka (jahitan)

Mata : bola mata tampak tidak sejajar, conjungtiva

anemis (-/- ), sklera ikterik (-/-), pupil kanan

dan kiri isokor

Lidah : tidak kotor

Leher : deviasi trakhea (-), struma (-)

Dada

* Paru : simetris, vesikular, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

* Jantung : ictus cordis tak tampak, gallop (-)

Abdomen : supel, hepar dan lien tidak teraba, bising

usus (+) normal

Ekstremitas : tonus dan pergerakan normal

B. Status Neurologik

Nervus Cranial : dalam batas normal (dbn)

Reflek – reflek

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

10

Page 11: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

1. Reflek Fisiologis

* Reflek Patella : (+) dbn

* Reflek Bisep : (+) dbn

* Reflek Trisep : (+) dbn

* Reflek Brakhioradialis : (+) dbn

* Reflek Tendo Archiles : (+) dbn

2. Reflek Patologis : (-)

Sensorik : dbn

Motorik : dbn

Vegetatif : dbn

C. Status Psikiatrik

Pemeriksaan status psikiatrik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2010,

pukul 08.00 WIB.

1. Deskripsi umum

Kesan Umum : tampak perempuan sesuai umur, penampilan cukup

bersih,

perawatan diri cukup,tertawa dan terlihat gembira.

Kesadaran : compos mentis

Perilaku : hiperaktif

Pembicaraan : banyak bicara, menjawab spontan dengan volume

suara keras.

Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

2. Keadaan afektif

Mood : meningkat

Afek : euforia

Roman muka : banyak mimik

Perhatian : mudah ditarik sukar dicantum

3. Fungsi kognitif

- Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan

Tingkat kecerdasan sesuai dengan pendidikan dan intelegensia,

mampu berhitung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan umum.

- Daya konsentrasi : kurang

- Orientasi

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

11

Page 12: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

Orang : cukup

Waktu : cukup

Tempat : cukup

Situasi : cukup

- Daya ingat

Jangka pendek : kurang

Jangka menengah : kurang

Jangka panjang : kurang

- Pikiran abstrak : cukup

- Kemampuan menolong diri sendiri : cukup

4. Gangguan persepsi

- Halusinasi dan ilusi

Halusinasi visual : tidak ada

Halusinasi auditorik : ada, disangkal oleh pasien

Halusinasi olfaktori : tidak ada

Halusinasi taktil : tidak ada

Ilusi : tidak ada

- Depersonalisasi dan derealisasi

Depesonalisasi : tidak ada

Derealisasi : tidak ada

5. Proses pikir

- Arus Pikir

Kuantitatif : logorrhoe

Kualitatif : flight of idea

- Isi pikir

Preokupasi : ada, tentang pria yang dicintainya

Obsesi : ingin menjadi istri Kang Imam

Gangguan pikiran

o Waham bizzare

Siar pikir : (-)

Sisip pikir : (-)

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

12

Page 13: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

Kendali pikir : (-)

Sedot pikir : (-)

o Waham magic mistic : (-)

o Waham curiga : (-)

o Waham kebesaran : (-)

o Waham kejar : (-)

o Waham cemburu : (-)

o Waham bersalah: (-)

o Waham tak berguna : (-)

o Waham somatik : (-)

o Waham nihilistik: (-)

- Bentuk pikir : non realistik

6. Pengendalian impuls

Pasien dapat kurang dapat mengendalikan diri saat pemeriksaan

7. Daya nilai

Norma sosial : selama dirawat di RS, pasien mudah bergaul

dengan sesama pasien dan pegawai RS

Penilaian realitas : derealistik (-), depersonalisasi (-)

8. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

Pasien ingin pulang ke rumah dan bertemu dengan keluarganya

9. Tilikan (insight)

Pasien tidak merasa dirinya sakit.

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang pasien perempuan berusia 33 tahun, suku bangsa jawa,

agama Iskam, anak ke-3 dari 3 bersaudara, belum menikah, tinggal

bersama ibu, kakak kandung dan kakak ipar, pendidikan terakhir tamat

SLTP.

Sejak 5 tahun lalu, pasien mulai menunjukkan perubahan perilaku

seperti teriak-teriak, menyanyi, dan berbicara sendiri. Pasien sudah

pernah berobat ke dokter spsesialis jiwa, tetapi karena tidak teratur

minum obat dan tidak rutin kontrol maka gejala timbul kembali. Saat ini

pasien mondok untuk yang pertama kalinya.

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

13

Page 14: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

GEJALA YANG DIDAPAT

Kesan umum : compos mentis, perawatan diri cukup,

tertawa dan terlihat gembira

Sikap dan tingkah laku : hiperaktif dan kooperatif

Roman muka : banyak mimik

Afek dan mood : euforia dan meningkat

Persepsi : halusinasi auditorik

Arus pikir

- kuantitatif : logorrhoe

- kualitas : flight of idea

Bentuk pikir : non-realistik

V. SINDROM YANG DIDAPAT

Sindroma Psikotik:

Sakit sudah lebih dari 1 bulan

Adanya hendaya/disfungsi fungsi peran (+), waktu luang (+), fungsi

sosial (+), rawat diri (+)

Adanya distress

Adanya gangguan dalam berperilaku, pola pikir dan perasaan

Sindrom Manik:

Afek meningkat

Mood euforia

Loggorrhoe

Banyak mimik

Hiperaktif

Sindrom Skizofrenia:

Non realistik

Inkoherensi

Halusinasi auditorik (+)

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

14

Page 15: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

VI. DIAGNOSIS BANDING

1. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)

2. Mania dengan Gejala Psikotik (F30.2)

VII. PEMBAHASAN

1. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)

No

Kriteria Diagnosis Pada Pasien

1.

2.

3.

Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.

Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.

Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan dalam pedoman diagnostik skizofrenia, F.20.-, (a) sampai (d)).

Terpenuhi

Terpenuhi

2. Mania dengan Gejala Psikotik (F30.2)No

Kriteria Diagnosis Pada Pasien

1.

2.

Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpa gejala psikotik)

Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas

Tidak terpenuhi

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

15

Page 16: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek tersebut (mood congruent).

VIII. DIAGNOSIS KERJA

Aksis I : Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)

Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

Aksis V : GAF 60-51, gejala sedang (moderate), disabilitas sedang

IX. PENATALAKSANAAN

A. PSIKOFARMAKA

Anti-psikosis (Atipikal) :

Risperidone 2x2mg

Anti mania :

Carbamazepin 2x200mg

RISPERIDONE

Cara kerja obat

Risperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole. Risperidone

merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap

reseptor serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan

dengan reseptor α1-adrenergik. Risperione tidak memiliki afinitas terhadap

reseptor kolinergik. Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat,

dimana dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut

menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi

dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamin sentral yang

seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping

ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif

dan afektif dari skizofrenia.

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

16

Page 17: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

Farmakokinetik

Risperidone diabsorpsi sempurna setelah pemberian oral, konsentrasi

plasma puncak dicapai setelah 1-2 jam. Absorpsi risperidone tidak dipengaruhi

oleh makanan. Hidroksilasi merupakan jalur metabolisme terpenting yang

mengubah risperidone menjadi 9-hidroxyl-risperidone yang aktif. Waktu paruh

(T½) eliminasi dari fraksi antipsikotik yang aktif adalah 24 jam. Studi

risperidone dosis tunggal menunjukkan konsentrasi zat aktif dalam plasma

yang lebih tinggi dan eliminasi yang lebih lambat pada lanjut usia dan pada

pasien dengan gangguan ginjal. Konsentrasi plasma tetap normal pada pasien

dengan gangguan fungsi hati.

Indikasi

Terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta pada kondisi psikosis yang

lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti; halusinasi, delusi, gangguan pola

pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau dengan gejala-gejala negatif

yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik diri dari lingkungan sosial

dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala afektif (seperti;

depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan skizofrenia.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap risperidone.

Efek Samping

Yang umum terjadi: insomnia, agitasi, rasa cemas, sakit kepala.

Efek samping lain: somnolen, kelelahan, pusing, konsentrasi terganggu,

konstipasi, dispepsia, mual/muntah, nyeri abdominal, gangguan

penglihatan, priapismus, disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi, disfungsi

orgasme, inkontinensia urin, rinitis, ruam dan reaksi alergi lain.

Beberapa kasus gejala ekstrapiramidal mungkin terjadi (namun insiden

dan keparahannya jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan

haloperidol), seperti: tremor, rigiditas, hipersalivasi, bradikinesia,

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

17

Page 18: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

akathisia, distonia akut. Jika bersifat akut, gejala ini biasanya ringan dan

akan hilang dengan pengurangan dosis dan/atau dengan pemberian obat

antiparkinson bila diperlukan.

Seperti neuroleptik lainnya, dapat terjadi neuroleptic malignant

syndrome (namun jarang), ditandai dengan hipertermia, rigiditas otot,

ketidakstabilan otonom, kesadaran berubah. Bila hal ini terjadi,

penggunaan obat antipsikotik termasuk risperidone harus dihentikan.

Kadang-kadang terjadi orthostatic dizziness, hipotensi termasuk

ortostatik, takikardia termasuk takikardia reflek dan hipertensi.

Risperidone dapat menyebabkan kenaikan konsentrasi prolaktin plasma

yang bersifat dose-dependent, dapat berupa galactorrhoea,

gynaecomastia, gangguan siklus menstruasi dan amenorrhoea.

Kenaikan berat badan, edema dan peningkatan kadar enzim hati

kadang-kadang terjadi.

Sedikit penurunan jumlah neutrofil dan trombosit pernah terjadi.

Pernah dilaporkan namun jarang terjadi, pada pasien skizofrenik:

intoksikasi air dengan hiponatraemia, disebabkan oleh polidipsia atau

sindrom gangguan sekresi hormon antidiuretik (ADH); tardive

dyskinesia, tidak teraturnya suhu tubuh dan terjadinya serangan

Dosis

Dosis umum

Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehari

Hari ke-2 : 4 mg/hari, 1-2 x sehari (titrasi lebih rendah dilakukan pada

beberapa pasien)

Hari ke-3 : 6 mg/hari, 1-2 x sehari

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

18

Page 19: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

Dosis umum 4-8 mg per hari. Dosis di atas 10 mg/hari tidak lebih efektif

dari dosis yang lebih rendah dan bahkan mungkin dapat meningkatkan

gejala ekstrapiramidal. Dosis di atas 10 mg/hari dapat digunakan hanya

pada pasien tertentu dimana manfaat yang diperoleh lebih besar dibanding

dengan risikonya. Dosis di atas 16 mg/hari belum dievaluasi keamanannya

sehingga tidak boleh digunakan.

Sediaan Obat

Tablet 0,25, tablet 0,5 mg, tablet 1 mg, tablet 2 mg, tablet 3 mg ,tablet 4

mg, aoral solution (30ml, 1 mg/ml), dan sedian injeksi depo 12.5 mg, 25 mg,

37.5 mg and 50 mg

CARBAMAZEPIN

Komposisi

Setiap tablet mengandung Carbamazepin 200mg

Cara Kerja Obat

Carbamazepin merupakan antikonvulsan kuat yang berkhasiat sebagai

antiepileptik, psikotropik dan analgesik spesifik. Senyawa ini bekerja dengan

mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat

pengaruh dari fokus epilepsi. Selain mengurangi kejang, carbamazepin juga

memberikan efek nyata terhadap perbaikan psikis yaitu perbaikan

kewaspadaan dan perasaan. Disamping itu senyawa ini juga menunjukkan efek

analgesik selektif, misalnya pada tabes dorsalis dan neuropati lainnya yang

sukar diatas oleh analgesik biasa.

Pada pemberian oral Carbamazepin diserap dengan lambat dan hampir

lengkap, kurang lebih 75% berikatan dengan protein plasma, Kadar puncak

dalam plasma dicapai dalam waktu 2 - 6 jam dan waktu paruh 15 jam.

Carbamazepin dimetabolisme dalam hati menjadi derivat epoksid yang masih

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

19

Page 20: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

mempunyai aktivitas antikonvulsan, kemudian diekskresi bersama urin dan

feses.

Indikasi

Epilepsi lobus temporalis, epilepsi psikomotor, kejang tonik-klonik (grand mal)

terutama pada anak, neuralgia trigeminal, neuralgia glosofaringeal, polidipsia

dan poliuria neurohormonal.

Dosis

Dosis dewasa, awal 2 kali 1 tablet sehari, kemudian ditingkatkan secara

bertahap maksimum 6 tablet sehari dalam dosis terbagi sehabis makan. Dosis

penunjang, 4 - 6 tablet untuk epilepsi dan 3 - 4 tablet untuk neuralgia

trigeminal. Anak dibawah 1 tahun, sehari '/2 tablet. Anak 1 - 6 tahun, sehari  2

kali 1/2 -1 tablet. Anak 6-12 tahun, sehari 2 kali 1 - 2 tablet.

Peringatan dan Perhatian

Pemberian dimulai dengan dosis rendah dipantau selama pengobatan.

Carbamazepin tidak dianjurkan untuk mengatasi nyeri ringan yang dapat

diatasi dengan analgesik biasa. Hati-hati pemberian pada pasien glaukoma

atau dengan gangguan fungsi hati. Darah pasien sebaiknya diperiksa sebulan

sekali. Penderita yang mempunyai riwayat depresi sumsum tulang.

Efek Samping

Efek samping terjadi pada sekitar 25% penderita yang diberikan pengobatan

jangka lama, berupa pusing, vertigo, ataksia, diplopia, penglihatan kabur,

diskrasia darah (leukopenia dan agranulositosis) dan reaksi hipersensitif.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap carbamazepin atau senyawa trisiklik.

Interaksi obat

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

20

Page 21: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

Tidak boleh dikombinasi dengan obat penghambat MAO, Fenobarbital dan

fenitoin dapat meningkatkan kadar carbamazepin. Eritrosin dapat

menghambat biotransformasi carbamazepin. Carbamazepin dapat menurunkan

kadar asam valproat. Hati-hati penggunaan kombinasi dengan PAS, INH,

sikloserin dan warfarin.

B. PSIKOTERAPI SUPORTIF

Psikoventilasi

Pasien dibimbing untuk menceritakan segala

permasalahannya, apa yang menjadi kekhawatiran pasien kepada

terapis, sehingga terapis dapat memberikan problem solving yang

baik dan mengetahui antisipasi pasien dari faktor-faktor pencetus.

Persuasi

Membujuk pasien agar kooperatif dengan terapis lainnya dan

minum obat secara rutin.

Sugesti

Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat

sembuh (penyakit terkontrol) dan dapat membantu mengatasi

kekahwatirannya.

Desensitisasi

Pasien dilatih untuk menerima kenyataan agar terbiasa di

dalam lingkungan sosial untuk meningkatkan kepercayaan diri,

memperbaiki mekanisme pembelaan diri dalam hubungan sosial

dengan masyarakat.

C. LATIHAN KERJA

Pasien diberi latihan kerja agar pasien mendapatkan keahlian

yang dapat berguna dan bermaksud untuk memberikan kesibukan.

D. TERAPI KELUARGA

Keluarga pasien diinformasikan dan diajarkan cara merawat,

memperlakukan pasien dengan benar, karena pasien gangguan jiwa

memerlukan perhatian khusus. Keluarga dianjurkan mengawasi pasien

saat minum obat dan memastikan pasien minum obat dengan rutin

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

21

Page 22: Status Presus Psikotik Parini

Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ

apabila pasien pulang ke rumah, dan bila pasien menolak minum obat,

pasien harus mondok lagi. Keluarga juga dianjurkan menghargai

pasien, membesarkan hati dan memberi kesibukan. Namun bukan

berarti memanjakan pasien terlalu berlebihan, mengajarkan

bagaimana agar tidak bergantung.

X. PROGNOSIS

No

.

PROGNOSIS BAIK BURUK

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Perjalanan penyakit : kronis

Diagnosa : skizoafektif tipe manik (F25.0)

Faktor pencetus : jelas

Faktor herediter : tidak ada

Gejala Positif (halusinasi auditorik,

inkoherensi)

Status Perkawinan : belum menikah

Dukungan keluarga

Respon terapi : mau minum obat

+

+

+

+

+

+

+

+

Kesimpulan prognosis : dubia ad bonam

Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

22