Spondilitis Tb
description
Transcript of Spondilitis Tb
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ranti
Umur : 14 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Nama Ayah : alm. Okto Jon
Nama Ibu : Sri Hartina
Berat badan : 25 kg
Tinggi badan : 134cm
Agama : Islam
Alamat : Jln. Tanjung Baru Baturaja
MRS : 15 Juli 2014
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan Alloanamnesis (ibu dan kakak pasien) tanggal 8 Agustus
2014
Keluhan utama : tidak bisa duduk dan berjalan
Keluhan tambahan : terdapatbenjolandi punggung
Riwayat perjalanan penyakit
+9 bulan SMRS, anak mengatakan terdapat benjolan di punggung, konsistensi
keras, ukuran sebesar kelereng, tidak bisa digerakkan, nyeri (+) terutama saat
berbaring, merah (-), bengkak (-). Gangguan berjalan/aktivitas sehari-hari (-). Batuk
(+) kering, batuk lama (>2 minggu) (-), pilek (-), demam (-), badan lemas (-), keringat
malam hari (-), nafsu makan menurun (-), penurunan BB (-), benjolan di leher, ketiak,
1
lipat paha (-). Mual (-) muntah (-), BAK dan BAB seperti biasa. Anak tidak
mengatakan keluhan kepada keluarga, anak tidak berobat.
+4 bulan SMRS, anak mengeluh kaki lemas dan berjalan harus berpegangan.
Aktivitas sehari-hari mulai terganggu. Benjolan keras di punggung (+) bertambah
besar, nyeri (+) terutama saat berbaring. Batuk (-), demam (-), badan lemas (+),
keringat malam hari (-), nafsu makan menurun (+), penurunan BB (-), benjolan di
leher sebelah kanan dan ketiak sebelah kiri (+), ukuran sebesar kelereng. Mual (-)
muntah (-), BAK dan BAB biasa. Os dibawa keluarga berobat ke SpA, dianjurkan
rawat inap namun os tidak mau, os diberi obat dan rawat jalan.
+1bulan SMRS, anak tidak bisa duduk dan berjalan sendiri. Aktivitas sehari-
hari sangat terganggu. Anak dibawa ke SpA, dianjurkan rawat inap, anak mau lalu
dirawat di RSUD Ibnu Soetowo Baturaja.
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (+) ayah penderita meninggal akibat TB
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat jatuh dari motor +8 bulan SMRS, setelah jatuh terdapat perubahan cara
jalan pada os.
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah anak dari alm Tn. O dan Ibu.Y, dengan pendidikan terakhir SD, dan
bekerja berjualan di pasar. Os merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara. Ketiga
kakak os belum bekerja.Ekonomi keluarga ditanggung oleh ibu penderita yang
tinggal di rumah sendiri. Penghasilan per bulan < Rp 1.000.000,00
Kesan : Sosioekonomi menengah ke bawah
2
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan : Aterm
Persentasi : Kepala
Partus : Spontan
Ditolong oleh : Bidan di RSUD Ibnu Soetowo Baturaja
Tanggal : 8 Mei 2008
BBL : 2600 gram
PBL : -
KPSW : Tidak ada
Riwayat Makanan
ASI : 0 tahun – 8 bulan (on demand, ± setiap 3-4 jam )
Susu botol : -
Bubur nasi : 6 bulan – 8 bulan (3-4x sehari)
Nasi tim : 9-10 bulan ( 3-4x sehari)
Nasi biasa : 1 tahun – sekarang (3 x sehari)
Ayam :0-1 x/minggu
Ikan : 1-2x/minggu
Telur : 2-3x/minggu
Sayur : 3-4x/minggu
Buah : 1x seminggu
Kesan : kuantitas dan kualitas makanan kurang
Riwayat Perkembangan Fisik
Berbalik : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Merangkak : 5 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 9 bulan
3
Berjalan : 1 tahun
Berbicara : 1 tahun
Kesan : Perkembangan fisik dalam batas normal
Riwayat Imunisasi
BCG : (+) ada scar
DPT : -
Polio : -
Hepatitis B : -
Campak : -
Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap
Riwayat Keluarga
Alm Tn. O Ny. S / thn
30 th 25th 22 th 14th
Riwayat Hieginitas Rumah dan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga maupun orang-orang di sekitar rumah yang
menderita batuk lama, atau mengalami penurunan berat badan terus menerus tanpa
sebab yang jelas saat ini. Riwayat keluarga (+) TB yaitu ayah penderita meninggal
akibat TB. Terdapat teman penderita yang menderita batuk-batuk lama hampir satu
bulan namun tidak diketahui penyakit yang dideritanya. Ukuran rumah penderita kira-
kira sebesar 4x6 m, terdapat ventilasi di dalam rumah, terdapat 3 kamar tidur. Jumlah
orang di rumah 4 orang, yaitu ibu, 3 saudara penderita, dan penderita.
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Berat badan : 25 kg
Tinggi badan : 134 cm
Keadaan gizi menurut kurva CDC :
BB/U = 25/50 x 100% = 50% severe wasting
PB/U = 134/160 x 100% = 83,75% severe stunting
BB/TB = 25/30 x 100% = 83,3% malnutrisi ringan
Kesan = Status gizi malnutrisi berat
Suhu : 36,50C
Tekanan Darah : 110/70 mmHg normotensi
Umur (tahun)Persentil Tekanan
Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Persentil tinggi
5th 5th
14 tahun,
perempuan
50th 106 63
90th 119 77
95th 123 81
99th 130 88
Nadi : 76 x/menit, isi dan tegangan: cukup, reguler
Pernafasan : 30x/menit, tipe torakoabdominal, reguler
5
Keadaan Spesifik
Kepala :rambut warna hitam, lebat, tidak mudah dicabut, distribusi
rambut normal, lesi kulit kepala (-)
Mata :konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil
bulat,isokor,diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, mata
cekung (-).
Hidung :nafas cuping hidung (-), deformitas (-), deviasi septum (-),
mukosa hiperemis (-), sekret (-).
Mulut
Bibir : bibir pucat (-), sianosis (-), kelainan bentuk (-), ulkus (-),
rhagaden (-),
Mukosa pipi : oral thrush (-),
Lidah : lidah bentuk normal, warna merah,atrofi papil (-), tremor (-).
Gigi : kebersihan (+), karies (-), edema gusi (-)
Faring&tonsil : arcus faring simetris, uvula di tengah, faring hiperemis (-), tonsil
besarnya T1-T1, kripta (-), detritus (-)
Leher : pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Thoraks : Bentuk normal, retraksi (-)
Paru-paru
Inspeksi : statis, dinamis simetris kanan = kiri
Palpasi : stemfremitus normal kanan=kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultrasi : vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing(-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi dan iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : ictus tidak teraba thrill tidak teraba
Perkusi : - batas atas jantung: ICS II linea midklavikularis sinistra
6
- batas bawah jantung: ICS V linea midklavikularis sinistra
- batas kanan jantung: ICS V linea parasternalis sinistra
- batas kiri jantung: ICS V linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi : HR 76x/menit, irama reguler, pulsus defisit (-), bunyi
jantung I dan II normal,murmur dan gallop tidak ada
Abdomen
Inspeksi : datar, lesi kulit (+)
Palpasi : lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba,
cubitan kulit kembali cepat (<2 detik),
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
Akral hangat, pucat (-), edema pretibia tidak ada, CRT <2 detik
Lipat paha dan genitalia
Pembesaran KGB tidak ada, genitalia tidak ada kelainan
Tulang Belakang
Gibus (+) di L4.
Pemeriksaan Neurologikus
Fungsi Motorik Lka Lki Tka Tki
Gerakan luas luas terbatas terbatas
Kekuatan 5 5 3 3
Tonus Normal Normal hipotoni hipotoni
Klonus + +
R. Fisiologis Normal Normal Normal Normal
7
R. Patologis - - - -
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
GRM : kaku kuduk (-), Kernig (+), Laseque (+)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah rutin, leukosit total, CRP, LED
- Tes Mantoux
- Rontgen Thoraks
- Rontgen Tulang Belakang
- MRI tidak bisa dilakukan di tempat ini
V. RESUME
Seorang anak perempuanusia 14 tahun, berat badan 25 kg, tinggi badan 134
cm, beragama Islam, tempat tinggal di Tanjung Baru Baturaja, MRS 15 Juli 2014
datang dengan keluhan utama tidak bisa duduk dan berjalan sendiri , dan keluhan
tambahan adanya tonjolan keras di punggung.
Dari alloanamnesa didapatkan +9 bulan SMRS, anak mengatakan terdapat
benjolan di punggung, konsistensi keras, ukuran sebesar kelereng, tidak bisa
digerakkan, nyeri (+) terutama saat berbaring. Batuk (+) kering. Anak tidak
mengatakan keluhan kepada keluarga, anak tidak berobat. +4 bulan SMRS, anak
mengeluh kaki lemas dan berjalan harus berpegangan. Aktivitas sehari-hari mulai
terganggu. Benjolan keras di punggung (+) bertambah besar, nyeri (+) terutama saat
berbaring. Badan lemas (+), nafsu makan menurun (+), benjolan di leher sebelah
kanan dan ketiak sebelah kiri (+), ukuran sebesar kelereng. Os dibawa keluarga
berobat ke SpA, dianjurkan rawat inap namun os tidak mau, os diberi obat dan rawat
jalan. +1bulan SMRS, anak tidak bisa duduk dan berjalan sendiri. Aktivitas sehari-
hari sangat terganggu. Anak dibawa ke SpA, dianjurkan rawat inap, anak mau lalu
dirawat di RSUD Ibnu Soetowo Baturaja.
8
Pada riwayat penyakit dahulu tidak terdapat riwayat sakit TBC
sebelumnya.Dalam keluarga terdapat riwayat penyakit TB yaitu ayah penderita
meninggal akibat TB. Terdapat riwayat teman sekolah penderita yang menderita
batuk lama lebih dari 1 bulan namun tidak jelas penyakit yang dideritanya. Riwayat
sosial ekonomi menengah ke bawah.Riwayat makanan kesan kualitas dan kuantitas
cukup.Riwayat vaksinasi dasar tidak lengkap. Riwayat higienitas rumah dan keluarga
cukup.
Pada pemeriksaan fisik penderita tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 76x/menit dengan isi dan tegangan cukup,
reguler, pernafasan 30 x/menit, tipe torakoabdomnial, reguler, suhu 36.5º C, berat
badan 25 kg, tinggi badan 134 cm, status gizi buruk. Pada keadaan spesifik
ditemukan gibus pada tulang belakang, nyeri (+) terutama saat berbaring telentang
atau saat ditekan. Dari pemeriksaan neurologis didapatkan gerakan terbatas pada
kedua tungkai, kekuatan +4, hipotoni, klonus (+), Kernig (+), Laseque (+).
VI. DIAGNOSIS BANDING
Paraparese inferior e.c Spondilitis TB + Gizi buruk
Paraparese inferior e.c Spondilitis piogenik + Gizi buruk
Paraparese inferior e.c keganasan primer + Gizi buruk
Paraparese inferior e.c fraktur kompresi + Gizi buruk
VII. DIAGNOSIS KERJA
Paraparese inferior e.c Spondilitis TB + Gizi buruk
VIII. PENATALAKSANAAN
Non farmakologi
- IVFD KAEN D5-1/4 NS makro gtt XX
- Diet nasi biasa’
Farmakologi
9
- Dexamethasone tab 3x0,5 mg
- Rifampisin 1x300 mg tab
- Izoniazid 1x 100 mg tab
- Pyrazinamid 1x 500 mg tab
- Streptomisin 1x750 mg IM
10 langkah tatalaksana gizi buruk:
1. Cegah dan atasi hipoglikemia
- Berikan larutan glukosa 10%/gula pasir 10% (5 gr gula (1 sdt) + air
matang 50 ml)
2. Cegah dan atasi hipotermia selimuti, hindari hembusan angin, jangan
biarkan tanpa baju terllau lama, keringkan badan setelah mandi, segera ganti
baju bila basah
3. Cegah dan atasi dehidrasi tanda dehidrasi (-)
4. Perbaiki gangguan keseimbangan elektrolit belum diperiksa kadar
elektrolit
5. Obati infeksi OAT
6. Perbaiki kekurangan zat gizi mikro vit B kompleks 1 tab/hari, Vit C 100
mg/hari ( 2 tab)
7. Perbaiki makanan untuk stabilisasi dan transisi
- Stabilisasi kalori 80-100/kgBB/hari 1680 – 2100 kkal/hari
Protein 1-1,5 gr/kgBB/hari 21- 31,5 gr/hari
Cairan 130 ml/kgBB/hari 2730 ml/hari
Beri F75 : 12x110 cc tiap 2 jam lalu 8x160 cc tiap 3 jam lalu 6x220
cc tiap 4 jam.
- Transisi kebutuhan kalori 100-150 kkal/kgBB/hari, protein
2-3g/kgBB/hari, cairan 150 ml/kgBB/hari
10
8. Perbaiki makanan untuk tumbuh kejar fase rehabilitasi
Kebutuhan energi 150-220/kgBB/hari, protein 4-6g/kgBB/hari, cairan 150-
200 ml/kgBB/hari
9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah kontrol teratur setelah pulang
(1x/minggu pada bulan I, 1x/2 minggu pada bulan II, 1x/ bulan saat bulan ke
VI atau lebih)
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
11
Tanggal 9 Agustus 2014 pukul 07.00
S: Kelemahan kedua tungkai
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Tekanan Darah
Kepala
Thorax
Abdomen
Ekstrimitas
Tampak sakit sedang
Kompos mentis
84 x/menit, reguler, i/t cukup
28 x/menit
36, 5ºC
110/70 mmHg
Nafas cuping hidung (-/-)
Mata cekung (-)
Konjungtiva palpebra pucat (-)
Sklera ikterik (-)
Simetris dan retraksi (-)
Cor : BJ I/II normal, m(-), g(-), HR =
84x/m, pulsus defisit (-)
Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh(-/-),
Wh(-/-).
Datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+)
N, cubitan perut kembali cepat (<2
detik).
Akral hangat, pucat (-) sianosis (-), CRT
<2"
A: Paraparese Inferior e.c Spondilitis
TB+Gizi buruk
P: - IVFD KAEN D5-1/4 NS makro gtt
XX
- Dexamethasone tab 3x0,5 mg
12
- Rifampisin 1x300 mg tab
- Izoniazid 1x 100 mg tab
- Pyrazinamid 1x 500 mg tab
- Streptomisin 1x750 mg IM
- Diet nasi biasa
Tanggal 10 Agustus 2014 pukul 07.00
S: Kelemahan kedua tungkai
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Tekanan Darah
Kepala
Thorax
Abdomen
Ekstrimitas
Tampak sakit sedang
Kompos mentis
80 x/menit, reguler, i/t cukup
24 x/menit
36, 7ºC
110/70 mmHg
Nafas cuping hidung (-/-)
Mata cekung (-)
Konjungtiva palpebra pucat (-)
Sklera ikterik (-)
Simetris dan retraksi (-)
Cor : BJ I/II normal, m(-), g(-), HR=
80x/m, pulsus defisit (-)
Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh(-/-),
Wh(-/-).
Datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+)
N, cubitan perut kembali cepat (<2
detik).
Akral hangat, pucat (-) sianosis (-),
13
CRT <2"
A: Paraparese Inferior e.c Spondilitis
TB + Gizi buruk
P: - IVFD KAEN D5-1/4 NS makro
gtt XX
- Dexamethasone tab 3x0,5 mg
- Rifampisin 1x300 mg tab
- Izoniazid 1x 100 mg tab
- Pyrazinamid 1x 500 mg tab
- Streptomisin 1x750 mg IM
- Diet nasi biasa
14
Tanggal 11 Agustus 2014 pukul 07.00
S: Kelemahan kedua tungkai
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Tekanan Darah
Kepala
Thorax
Abdomen
Ekstrimitas
Tampak sakit sedang
Kompos mentis
77 x/menit, reguler, i/t cukup
24 x/menit
36, 6ºC
110/70 mmHg
Nafas cuping hidung (-/-)
Mata cekung (-)
Konjungtiva palpebra pucat (-)
Sklera ikterik (-)
Simetris dan retraksi (-)
Cor : BJ I/II normal, m(-), g(-), HR=
80x/m, pulsus defisit (-)
Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh(-/-),
Wh(-/-).
Datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+)
N, cubitan perut kembali cepat (<2
detik).
Akral hangat, pucat (-) sianosis (-),
CRT <2"
A: Paraparese Inferior e.c Spondilitis
TB+ Gizi buruk
P: - IVFD KAEN D5-1/4 NS makro
gtt XX
- Dexamethasone tab 3x0,5 mg
15
- Rifampisin 1x300 mg tab
- Izoniazid 1x 100 mg tab
- Pyrazinamid 1x 500 mg tab
- Streptomisin 1x750 mg IM
- Diet nasi biasa
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Vertebra
Gambar1. Anatomi Vertebra.
Vertebraadalahtulangyang membentukpunggungyang
mudahdigerakkan. Terdapat33vertebra pada
manusia,7ruasvertebracervicalis,12ruasvertebra
thoracalis,5ruasvertebralumbalis,5ruasvertebrasacralisyang membentukos
sacrum, dan 4ruas vertebra coccygealisyangmembentuk os coccygeus.
17
Secaraanatomissetiapruastulangbelakangakanterdiri dari dua bagian:
1. Bagiananterior
Bagianinistrukturutamanyaadalah
badantulangbelakang(corpusvertebrae).Bagianini
fungsiutamanyaadalahuntukmenyanggaberatbadan.Diantaraduakorpusverte
bra yang berdekatandihubungkanolehstrukturyangdisebut
diskusintervertebralisyang
bentuknyaseperticakram,konsistensinyakenyaldanberfungsi
sebagaiperedamkejut (shock absorber).
2. Bagian posterior
Bagianbelakangdariruastulang belakang inifungsinyauntuk:
Memungkinkan terjadinyapergerakan tulang belakang itu sendiri. Hal
inidimungkinkanolehkarenadibagianiniterdapatduapersendian.
Fungsiperlindungan,olehkarenabagianinibentuknyaseperticincindaritulang
yangamatkuatdimanadidalamlubangditengahnyaterletaksumsum tulang
belakang(medullaspinalis/spinalcord).
Fungsistabilisasi.Karenafungsitulangbelakanguntukmanusiaadalahsangat
penting,makafungsistabilisasiinijugapentingsekali.Fungsi ini didapatoleh
kuatnyapersendian dibagianbelakangyangdiperkuat olehadanyaligamendan
otot-ototyangsangatkuat.Keduastrukturterakhirinimenghubungkan tulang
belakang baik dari ruas ke ruas yang berdekatan maupun sepanjang tulang
belakangmulaidariservikalsampaikogsigeal.
18
Gambar1.Penampangventralkolumnavertebralis
Vaskularisasikolumnavertebralis
Arteriaspinalis yangmengantardarahkepada vertebra, adalahcabangdari:
Arteriavertebralisdanarteria servikalis ascendens dileher
Arteriainterkostalisposteriordidaerahthorakal
Arteriasubkostalisdanarterialumbalisdiabdomen
Arteriailiolumbalisdanarteria sakralislateralis
Arteriaspinalismemasukiforamenintervertebralis danbercabangmenjadi
cabangakhirdan cabangradikular.Beberapadaricabang-
cabanginiberanastomosis denganarteri-arteri medulla spinalis.
Venaspinalismembentuk pleksusvenayangmeluassepanjang
kolumnavertebralis,baikdi sebelah dalam(pleksusvenosivertebralis
profundus)danjugadisebelahluar(pleksusvenosi
19
vertebralissuperficialis)kanalisvertebralis.Venabasivertebralis
terletakdalamkorpus vertebra.
Arcus vertebrae dibentukoleh dua “kaki” ataupediculusdandua lamina,
serta didukung
olehpenonjolanatauprocesusyakniprocesusarticularis,procesustransversus,
dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang
disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen
ini akan membentuksaluransebagaitempatmedullaspinalis.Diantara
duavertebradapat ditemuicelahyang
disebutforamenintervertebrale.Dandiantarasatucorpus vertebradengancorpus
vertebralainnyaterdapat discus intervertebralis.
a.VertebraCervicalis
Mempunyaiciri-ciri sebagai berikut :
Corpus vertebra kecil, pendek, dan berbentuk segiempat.
Foramenvertebraberbentuk segitiga dan besar.
Processus transversus terletak di sebelah vertebraprocessus articularis.
Padaprocessustransversusterdapatforamencostotransversarium,dilalui oleh
arteri dan venavertebralis.
Processustransversusmempunyaiduatonjolan,yaitutuberculumanterius
dantuberculumposteriusyang dipisahkanolehsulcusspinalis,dilaluioleh nervus
spinalis.
Processus spinosus pendek dan bercabangdua.
b.VertebraThoracalis
Mempunyaiciri-ciri sebagai berikut :
20
Corpus vertebra berukuran sedang, berbentuk seperti jantung, bagian
anterior lebih rendah daripadabagian posterior.
Foramenvertebrabulat.
Processus spinosus panjangdanruncing.
Padaprocessustransversusdanpadacorpusvertebraterdapatfoveacostalis,
tempat perhubungan dengancosta.
c.VertebraLumbalis
Vertebralumbalis bentuknya adalah yangterbesar,corpusnya sangat
besar dibandingkan dengancorpusvertebrayang
lainnyadanberbentuksepertiginjal melintang,processusspinosusnya lebar
danberbentuksepertikapakkecil, processustranversusnyapanjang
danlangsing,ruaskelimamembentuk sendi dengan sakrum padasendi
lumbosakral.
d.VertebraSacralis
Terdiriatas5ruastulangyang saling melekatmenjadisatumembentukos
sacrum.Ossacrumberbentuksegitiga, dasarnyaberadadisebelahcranial,
disebutbasisossissacri,danpuncaknya berada dibagiancaudal,disebutapex
ossis sacri.
e.VertebraCoccygeus
Terdiriatas4ruasyangmelekatmenjadisatutulang.Vertebra coccygeusI
masih mempunyai sisa-sisa processus transversus, membentuk cornu
coccygeus.
21
2.2. Definisi Spondilitis Tuberkulosa
Spondilitis tuberkulosis adalahsuatupenyakitinfeksiolehkuman
Micobacteriumtuberculosisyang menyerangtulang belakang.Kumanini
menyerang terutamadidaerahparuyang penderitanyabanyaksekalikitatemuidi
Indonesia.Ternyata dalamperjalanannya,kumaninitidakhanyamenyerang
paru, tetapijugadiketahuimenyerang
tulangbelakang.Spondilitistuberkulosadikenal jugasebagaipenyakitPott,
paraplegiPott.NamaPottitu merupakan penghargaan
bagiPervicalPottseorangahlibedahberkebangsaanInggrisyangpadatahun
1879 menulis dengantepat tentang penyakit tersebut.Penyakit ini merupakan
penyebab paraplegia (kelumpuhan) terbanyak setelah trauma, dan
banyak dijumpaidiNegaraberkembang.Spondilitisinipaling sering
ditemukanpada vertebraT8 –L3dan palingjarangpadavertebraC1–
2.Spondilitis tuberkulosajuga merupakan penyakit kronik dan lambat
berkembangdengangejalayangtelah berlangsunglama.
2.3. Epidemiologi
Insidensispondilitistuberkulosabervariasidi seluruhduniadanbiasanya
berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat
yang tersedia sertakondisi sosialdinegara tersebut. Saatinispondilitis
tuberkulosamerupakansumbermorbiditasdan
mortalitasutamapadanegarayangbelumdan sedangberkembang,terutamadi
Asia,dimanamalnutrisidankepadatanpenduduk
masihmenjadimerupakanmasalahutama.Padanegara-negarayang sudah
berkembangataumajuinsidensiinimengalamipenurunansecaradramatisdalam
kurun waktu30 tahun terakhir
22
Di Amerika Utara, Eropa dan Saudi Arabia, penyakit ini
terutama mengenaidewasa,denganusiarata-rata40-50tahunsementaradi
AsiadanAfrika sebagianbesarmengenaianak-
anak(50%kasusterjadiantarausia1-20tahun). Polainimengalami
perubahandanterlihat dengan adanya penurunan
insidensiinfeksituberkulosapadabayidananak-anakdiHongKong.
Defisitneurologis munculpada10-47%kasuspasiendenganspondilitis
tuberkulosa. Di negara yang sedang berkembang penyakit ini
merupakan penyebabpalingseringuntukkondisiparaplegianon
traumatik.Insidensi paraplegia, terjadilebihtinggi pada orang dewasa
dibandingkan dengan anak- anak.Haliniberhubungan
denganinsidensiusiaterjadinya infeksituberkulosa pada tulang belakang,
kecuali pada dekade pertama dimana sangat jarang ditemukankeadaanini.
2.4.Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil
(basilus). Bakteriyang palingsering
menjadipenyebabnyaadalahMycobacterium tuberculosis,
walaupunspesiesMycobacterium yanglainpundapatjuga bertanggungjawab
sebagaipenyebabnya,seperti Mycobacteriumafricanum
(penyebabpalingseringtuberkulosa diAfrikaBarat),bovinetuberclebaccilus,
ataupun non-tuberculous mycobacteria (banyak ditemukan pada
penderita HIV). Perbedaan jenisspesies ini menjadi penting karena sangat
mempengaruhipolaresistensiobat.
Mycobacteriumtuberculosis merupakanbakteriberbentukbatang yang
bersifat acid-fastnon-motile dantidakdapatdiwarnai denganbaikmelalui
cara yang konvensional.DipergunakanteknikZiehl-Nielsonuntuk
23
memvisualisasikannya.Bakteritubuh secara lambatdalammediaegg-enriched
denganperiode6-8 minggu.Produksi niasinmerupakan karakteristik
Mycobacterium tuberculosis dan dapat membantu untuk
membedakannnyadenganspesieslain.
Gambar2.Organ TargetTuberculosis.
2.5.Patogenesa
Tuberkulosapadatulang belakang dapatterjadikarenapenyebaran
hematogenataupenyebaranlangsungnoduslimfatikusparaaortaataumelalui
jalurlimfatikketulang darifokustuberkulosayang sudahadasebelumnyadiluar
tulang belakang.Pada penampakannya,fokusinfeksiprimertuberkulosadapat
bersifattenang.Sumberinfeksi yangpalingseringadalahberasaldarisistem
pulmoner dangenitourinarius.
Padaanak-anakbiasanyainfeksituberkulosatulang belakang
berasaldari fokusprimerdiparu-parusementara pada
orangdewasapenyebaranterjadidari fokus ekstrapulmoner(usus, ginjal,
tonsil).
24
Penyebaranbasildapatterjadimelaluiarteriintercostalataulumbalyang
memberikansuplaidarahkeduavertebraeyang berdekatan,yaitusetengahbagian
bawahvertebra diatasnyadanbagian atasvertebra dibawahnyaataumelalui
pleksus Batson’s yang mengelilingi columna vertebralis yang menyebabkan
banyakvertebrayangterkena.Halinilahyangmenyebabkanpadakuranglebih
70%kasus,penyakitini diawalidenganterkenanyaduavertebrayang berdekatan,
sementarapada20%kasusmelibatkan tigaatau lebih vertebra.
Berdasarkanlokasiinfeksiawalpada korpusvertebra,dikenalempat
bentuk spondilitis :
(1)Peridiskal / paradiskal
Infeksipadadaerahyangbersebelahandengandiskus(diareametafisedi bawah
ligamentum longitudinal anterior / area subkondral).Banyak ditemukan
padaorang dewasa.Dapatmenimbulkan kompresi,iskemiadan
nekrosisdiskus.Terbanyak ditemukan di regio lumbal.
(2)Sentral
Infeksiterjadipada bagian sentralkorpusvertebra,terisolasisehingga
disalahartikansebagai tumor.Sering terjadipadaanak-anak.Keadaanini sering
menimbulkankolapsvertebralebihdinidibandingkandengantipelain sehingga
menghasilkandeformitasspinalyanglebihhebat.Dapatterjadi
kompresiyangbersifatspontanatauakibattrauma.Terbanyakditemukandi regio
torakal.
(3)Anterior
Infeksiyang terjadikarenaperjalananperkontinuitatumdarivertebradiatas dan
dibawahnya. Gambaran radiologisnyamencakup adanya scalloped
25
karenaerosidibagiananteriordarisejumlahvertebra(berbentukbaji).Pola
inididugadisebabkankarenaadanyapulsasiaortikyang ditransmisikan
melaluiabsesprevertebraldibawahligamentumlongitudinalanterioratau
karenaadanyaperubahanlokal dari suplai darah vertebral.
(4)Bentuk atipikal
Dikatakanatipikalkarenaterlalutersebarluasdanfokusprimernyatidak
dapatdiidentifikasikan.Termasukdidalamnyaadalah tuberkulosa spinal
denganketerlibatanlengkung saraf sajadangranulomayang terjadidicanalis
spinalistanpa keterlibatantulang(tuberkuloma), lesidipedikel,lamina,
prosesustransversusdanspinosus,sertalesiartikuleryangberadadisendi
intervertebral posterior.Insidensi tuberkulosa yang melibatkan elemen
posteriortidak diketahuitetapi diperkirakan berkisar antara2%-10%.
Gambar3.Bentuk Spondilitis Tuberkulosa.
Infeksi tuberkulosa padaawalnya mengenai tulang cancellous dari
vertebra.Areainfeksisecarabertahapbertambahbesardanmeluas,berpenetrasi
kedalamkortekstipiskorpusvertebrasepanjang ligamenlongitudinalanterior,
melibatkanduaataulebihvertebrayang berdekatanmelaluiperluasandibawah
ligamentumlongitudinalanterioratausecara langsung melewatidiskus
26
intervertebralis.Terkadang
dapatditemukanfokusyangmultipelyangdipisahkan
olehvertebrayangnormal,atauinfeksidapatjugaberdiseminasikevertebrayang
jauh melalui abses paravertebral.
Terjadinyanekrosisperkejuanyang
meluasmencegahpembentukantulang barudanpada saatyang
bersamaanmenyebabkantulangmenjadiavascular sehingga
menimbulkantuberculoussequestra,terutama diregiothorakal.Discus
intervertebralisyang
avaskular,relatiflebihresistenterhadapinfeksituberkulosa.Penyempitanrongga
diskusterjadikarenaperluasaninfeksiparadiskalkedalam ruangdiskus,
hilangnya tulang subchondral disertai dengan kolapsnya corpus vertebra
karena nekrosis dan lisis ataupun karena dehidrasi diskus, sekunder
karenaperubahankapasitasfungsionaldariendplate.Suplaidarahjuga akan
semakinterganggu dengantimbulnyaendarteritisyang menyebabkantulang
menjadi nekrosis.
Destruksi progresif tulangdibagiananteriordankolapsnyabagian tersebut akan
menyebabkan hilangnya kekuatan mekanis tulang untuk menahan berat
badansehingga kemudianakanterjadikolaps
vertebradengansendiintervertebral danlengkung
sarafposteriortetapintak,jadiakantimbuldeformitas berbentuk kifosis yang
progresifitasnya (angulasi posterior) tergantung dari derajat
kerusakan,levellesi,danjumlahvertebrayang terlibat.Bilasudahtimbul
deformitasini,makahaltersebut merupakantandabahwapenyakitinisudah
meluas.
27
Diregiothorakal,kifosistampaknyatakarenaadanyakurvaturadorsal
yang normal;diarealumbalhanyatampaksedikitkarenaadanyanormallumbal
lordosisdimana sebagianbesar dariberatbadanditransmisikanke posterior
sehinggaakan terjadiparsialkolaps;sedangkandibagian servikal,kolapshanya
bersifatminimal,kalaupuntampakhalitudisebabkankarenasebagianbesar berat
badan disalurkan melalui prosesus artikular.
Denganadanya peningkatan sudutkifosisdiregiothorakal,tulang-tulang
igaakanmenumpukmenimbulkanbentukdeformitasrongga dada berupabarrel
chest.
Prosespenyembuhankemudianterjadisecara bertahapdengantimbulnya
fibrosisdankalsifikasi jaringangranulomatosatuberkulosa.Terkadang jaringan
fibrosa itumengalamiosifikasi,sehingga
mengakibatkanankilosistulangvertebra yangkolaps.
Pembentukanabsesparavertebralterjadihampirpadasetiapkasus.Dengan
kolapsnyakorpus vertebramaka
jaringangranulasituberkulosa,bahanperkejuan,
dantulangnekrotiksertasumsumtulangakanmenonjolkeluarmelaluikorteks dan
berakumulasidi bawah ligamentum longitudinal anterior. Cold abcesssini
kemudianberjalansesuaidengan pengaruhgayagravitasisepanjang
bidangfasial dan akan tampak secara eksternal padajarak tertentu dari tempat
lesi aslinya.
Diregiolumbalabsesberjalansepanjangototpsoasdanbiasanyaberjalan
menujulipatpaha dibawahligamentuminguinal.Diregio thorakal,ligamentum
longitudinal menghambatjalannyaabses, tampak padaradiogramsebagai
gambaranbayanganberbentukfusiformradioopakpadaatausedikitdibawah
levelvertebrayang terkena,jikaterdapatteganganyang besardapatterjadiruptur
28
ke dalam mediastinum,membentuk gambaran abses paravertebral yang
menyerupaisarangburung‟.Terkadang,absesthorakaldapatmencapaidinding
dadaanteriordiareaparasternal, memasuki arearetrofaringealatau berjalan
sesuai gravitasi ke lateralmenuju bagian tepi leher.
Sejumlahmekanismeyang menimbulkandefisitneurologisdapattimbul
pada pasien denganspondilitistuberkulosa.Kompresisaraf sendiridapatterjadi
karenakelainan padatulang (kifosis) ataudalamcanalis spinalis
(karenaperluasan langsung dariinfeksi granulomatosa) tanpa keterlibatan
dari tulang (seperti epiduralgranuloma, intradural granuloma, tuberculous
arachnoiditis).
Salah satudefisitneurologisyangpalingseringterjadiadalahparaplegia
yang dikenaldengannamaPott’sparaplegia. Paraplegiainidapattimbulsecara
akutataupunkronis(setelahhilangnyapenyakit)tergantung darikecepatan
peningkatan tekananmekanikkompresimedula spinalis.Pada penelitianyang
dilakukanHodgsondiCleveland, paraplegiainibiasanyaterjadipada pasien
berusiakurangdari10tahun(kuranglebih2/3kasus)dantidakadapredileksi
berdasarkan jenis kelamin untuk kejadian ini.
29
2.9 Terapi
Tujuan terapi padakasusspondilitis tuberkulosaadalah :
1.Mengeradikasi infeksi atau setidaknyamenahan progresifitas penyakit.
2.Mencegahatau mengkoreksi deformitas atau defisitneurologis.
Untuk mencapaitujuan itu maka terapi untuk spondilitis tuberkulosa
terbagi menjadi :
A.Terapi Konservatif
1.Pemberian nutrisiyangbergizi.
2.Pemberian kemoterapi atau terapi antituberkulosa.
Pemberian kemoterapi antituberkulosa merupakanprinsiputama
terapipada seluruhkasustermasuktuberkulosatulang
belakang.Pemberiandiniobat antituberkulosa
dapatsecarasignifikanmengurangimorbiditasdanmortalitas.Hasilpenelitian
TulidanKumardengan100 pasiendiIndiayang menjalani
terapidengantigaobatuntuktuberkulosatulangbelakang menunjukkanhasil
yang memuaskan.Merekamenyimpulkanbahwauntukkondisinegarayang
belumberkembangsecaraekonomimanajemen terapi inimerupakansuatu
pilihanyang baikdankesulitandalammengisolasibakteritidakharusmenunda
pemberian terapi.
30
Adanyapolaresistensiobatyang bervariasimemerlukanadanyasuatu
pemantauanyang ketatselamapemberianterapi,karenakulturdanuji
sensitivitasterhadapobatantituberkulosamemakanwaktulama(kuranglebih 6
– 8 minggu) dan perlu biaya yang cukup besar sehingga situasi klinis
membuatdilakukannyaterapiterlebihdahululebihpentingwalaupuntanpa
bukti konfirmasi tentang adanya tuberkulosa. Adanya responyang baik
terhadapobatantituberkulosajuga merupakansuatubentukpenegakkan
diagnostik.
Resistensi terhadap obatantituberkulosadapat dikelompokkan menjadi :
1)Resistensi primer
Infeksidenganorganismeyangresistenterhadapobatpadapasien yang
sebelumnyabelumpernahditerapi.Resistensi primer terjadiselaluterhadap
satuobatbaikitustreptomycin(SM) ataupunisoniazid(INH).Jarang terjadi
resistensi terhadaprifampicin (RMP) atau ethambutol(EMB).
2)Resistensi sekunder
Resistensiyang
timbulselamapemberianterapipasiendenganinfeksiyang awalnyamasih
bersifat sensitif terhadap obat tersebut.The
MedicalResearchCounciltelahmenyimpulkan bahwa terapipilihan
untuktuberkulosaspinaldinegarayang sedangberkembang
adalahkemoterapi
31
ambulatoridenganregimenisoniaziddanrifamipicinselama 6–
9bulan.Pemberiankemoterapisajadilakukanpadapenyakityang
sifatnyadiniatau terbatastanpa
disertaidenganpembentukanabses.Terapidapatdiberikan selama 6–
12bulanatauhingga fotorontgenmenunjukkanadanyaresolusi
tulang.Masalahyang timbuldaripemberiankemoterapiiniadalahmasalah
kepatuhan pasien.Durasiterapipada tuberkulosaekstrapulmoner masih
merupakanhalyang kontroversial.Terapiyang lama, 12–18bulan,dapat
menimbulkanketidakpatuhandanbiayayang cukuptinggi,sementarabila
terlalusingkatakanmenyebabkantimbulnyarelaps.Pasienyangtidakpatuh
akan dapatmengalamiresistensisekunder.Obatantituberkulosayang utama
adalah isoniazid (INH), rifamipicin (RMP), pyrazinamide (PZA),
streptomycin (SM) dan ethambutol(EMB).Obat antituberkulosa
sekuder adalah para-aminosalicylic acid (PAS),ethionamide,
cycloserine, kanamycin dancapreomycin.
Dibawahadalahpenjelasansingkatdariobatantituberkulosayangprimer:
a.Isoniazid (INH)
Bersifat bakterisidal baik diintraataupun ekstraseluler.
Tersedia dalam sediaan oral, intramuskulerdan intravena.
Bekerjauntuk basil tuberkulosayangberkembang cepat.
Berpenetrasi baik padaseluruh cairan tubuh termasuk cairan serebrospinal.
32
Efeksamping :hepatitispada1%kasusyang mengenailebihbanyakpasien
berusia lanjut usia, peripheral neuropathy karena defisiensi piridoksin
secara relatif (bersifat reversibel dengan pemberian suplemen
piridoksin).
Relatif aman untuk kehamilan.
DosisINH adalah 5 mg/kg/hari– 300 mg/hari.
33
b.Rifampin (RMP)
Bersifatbakterisidal,efektifpadafasemultiplikasicepatataupunlambat dari
basil, baik diintraataupun ekstraseluler.
Keuntungan:melawanbasildenganaktivitasmetabolikyangpalingrendah
(seperti padanekrosisperkejuan).
Lebihbaikdiabsorbsidalamkondisilambungkosongdantersediadalam bentuk sediaan oral dan intravena.
Didistribusikan denganbaik di seluruh cairan tubuh termasuk cairan
serebrospinal.
Efek sampingyang paling sering terjadi : perdarahan pada traktus
gastrointestinal,cholestatic jaundice,trombositopeniadandose dependent
peripheral neuritis. Hepatotoksisitas meningkatbiladikombinasi
dengan INH.
Relatif aman untuk kehamilan.
Dosisnya: 10 mg/kg/hariatau 450 – 600 mg/hari.
c.Pyrazinamide (PZA)
Bekerja secaraaktif melawan basil tuberkulosa dalam lingkungan yang
bersifatasamdanpalingefektif diintraseluler (dalammakrofag) ataudalam
lesi perkejuan.
34
Berpenetrasi baik kedalam cairan serebrospinalis.
Efek samping:
1. Hepatotoksisitas dapat timbulakibat dosistinggi obat iniyang
dipergunakan dalamjangkayang panjang tetapibukansuatumasalahbila
diberikan dalam jangkapendek.
2.Asamuratakanmeningkat,akantetapikondisigoutjarang tampak.
Arthralgia dapat timbul tetapi tidak berhubungandengankadarasam urat.
3. Atralgia, anoreksia, mual dan muntah, disuria,malaise, dan demam.
Dosis :15-30mg/kg/hari.
d.Ethambutol (EMB)
Bersifat bakteriostatik intraseluler dan ekstraseluler.
Tidak berpenetrasi ke dalam meningsyangnormal.
Efeksamping:toksisitasokular (opticneuritis)dengantimbulnyakondisi
buta warna,berkurangnyaketajamanpenglihatan danadanyacentral
scotoma.
Relatif aman untuk kehamilan.
Dipakai secaraberhati-hatiuntuk pasien dengan insufisiensi ginjal.
Dosis :15-25 mg/kg/hari.
35
e.Streptomycin (STM)
Bersifat bakterisidal.
Efektif dalam lingkungan ekstraseluler yang bersifat basa sehingga
dipergunakan untuk melengkapi pemberian PZA.
Tidak berpenetrasi ke dalam meningsyangnormal.
Efek samping: ototoksisitas (kerusakan saraf VIII), nauseadan vertigo
(terutama seringmengenai pasien lanjutusia).
Dipakai secaraberhati-hatiuntuk pasien dengan insufisiensi ginjal.
Dosis :15 mg/kg/hari– 1g/kg/hari.
Pada pasien-pasien yang diberikan kemoterapi harus selalu dilakukan
pemeriksaan klinis, radiologis dan pemeriksaan laboratorium
secaraperiodik.
3.Istirahat tirah baring (resting)
Terapipasien spondilitistuberkulosa dapatpula berupalocalrestpada
turning frame / plaster bed ataucontinous bed restdisertai dengan
pemberian kemoterapi.
Tindakaninibiasanyadilakukanpadapenyakityangtelahlanjutdanbila tidak
tersedia keterampilan dan fasilitasyang cukup untukmelakukan operasi
radikalspinalanterior,ataubila terdapatmasalahteknikyangterlalu
membahayakan.
36
Istirahatdapatdilakukandenganmemakaigipsuntukmelindungitulangbe
lakangnyadalamposisiekstensiterutamapadakeadaanyangakutatau fase aktif.
Pemberian gips ini ditujukan untuk mencegah pergerakan dan
mengurangi kompresi dan deformitas lebih lanjut. Istirahat di tempat
tidur dapatberlangsung 3–4 minggu,sehinggadicapaikeadaanyang tenang
dengan melihat tanda-tanda klinis, radiologis dan laboratorium. Secara
klinis ditemukan berkurangnyarasa nyeri, hilangnya
spasmeototparavertebral,nafsu makan danberatbadanmeningkat,suhu badan
normal.Secaralaboratoris
menunjukkanpenurunanlajuendapdarah,Mantouxtestumumnya <10mm.
Padapemeriksaanradiologistidakdijumpaibertambahnyadestruksitulang,
kavitasi ataupun sekuester.
Pemasangangipsbergantung padalevellesi.Padadaerahservikaldapat
diimobilisasidenganjaketMinerva;padadaerahvertebra thorakal,
thorakolumbal dan lumbal atas diimobilisasi denganbody cast jacket;
sedangkan pada daerah lumbal bawah, lumbosakral dan sakral dilakukan
immobilisasidenganbodyjacketataukorsetdarigipsyang disertaidengan
fiksasisalahsatusisipanggul.Lamaimmobilisasiberlangsung kurang lebih6
bulan, dimulai sejak penderita diperbolehkan berobat jalan.
B. Terapi Operatif
37
Sebenarnyasebagianbesarpasien dengantuberkulosatulang belakang
mengalami perbaikandengan pemberian kemoterapi saja. Intervensi operasi
banyak bermanfaat untuk pasien yang mempunyai lesi kompresif secara
radiologisdanmenyebabkantimbulnya kelainanneurologis.Setelahtindakan
operasi pasien biasanyaberistirahat ditempat tidurselama 3– 6 minggu.
Tindakanoperasijugadilakukanbilasetelah3–4minggupemberian
terapiobatantituberkulosadantirahbaring (terapikonservatif)dilakukantetapi
tidakmemberikanresponyang baiksehinggalesispinalpaling efektifditerapi
denganoperasisecaralangsung danuntuk mengevakuasi“pus”tuberkulosa,
mengambilsekuester tuberkulosa serta tulangyangterinfeksi danmemfusikan
segmen tulangbelakang yangterlibat.
Selainindikasidiatas,operasidebridementdenganfusidandekompresi
jugadiindikasikanbila :
1.Diagnosayangmeragukan hinggadiperlukan untuk melakukan biopsi.
2.Terdapat instabilitas setelah proses penyembuhan.
3.Terdapat absesyangdapat dengan mudah didrainase.
4.Untuk penyakityanglanjut dengan kerusakan tulangyangnyata dan
mengancamatau kifosisberat saat ini.
5.Penyakityang rekuren
2.10 Pencegahan
38
VaksinBacillusCalmette-Guerin(BCG) merupakansuatustrain
Mycobacteriumbovisyang dilemahkansehinggavirulensinyaberkurang.BCG
akan menstimulasi immunitas, meningkatkan daya tahan tubuh tanpa
menimbulkanhal-hal yangmembahayakan.Vaksinasiinibersifataman
tetapiefektifitas untuk pencegahannyamasih kontroversial.
Percobaan terkontroldi beberapanegaraBarat,
dimanasebagianbesaranak-anaknya
cukupgizi,BCGtelahmenunjukkanefekproteksipada sekitar 80% anak selama
15 tahun setelah pemberian sebelum timbulnya infeksi pertama.
AkantetapipercobaanlaindengantipepercobaanyangsamadiAmerikadan India
telahgagalmenunjukkan keuntungan pemberian BCG. Sejumlahkecil
penelitian padabayidinegaramiskinmenunjukkan adanyaefekproteksi terutama
terhadapkondisituberkulosa milier dan meningitistuberkulosa.Padatahun 1978,
The JointTuberculosis Committee merekomendasikan vaksinasi BCG pada
seluruhorangyangujituberkulinnyanegatifdanpadaseluruhbayiyangbaru
lahirpadapopulasi immigran diInggris.
SaatiniWHO danInternationalUnionAgainstTuberculosisand Lung
DiseasetetapmenyarankanpemberianBCGpadasemuainfantsebagaisuatu yang
rutinpadanegara-negaradenganprevalensituberkulosatinggi(kecualipada
beberapakasus seperti padaAIDS
39
aktif).Dosisnormalvaksinasiini0,05mluntukneonatusdan bayisedangkan0,1
mluntuk anakyanglebihbesar dan dewasa.
Olehkarenaefekutamadarivaksinasibayiadalahuntukmemproteksi anak
dan biasanya anak dengan tuberkulosis primer biasanya tidak infeksius,
makaBCG hanya mempunyaisedikitefekdalammengurangijumlah infeksipada
orang dewasa.Untukmengurangiinsidensinya dikelompokorang dewasamaka
yang lebih penting adalah terapiyang baik terhadap
seluruhpasiendengansputum berbasiltahanasam(BTA)
positifkarenahanyabentukinilahyangmudah menular.Diperlukan kontrolyang
efektifdari infeksi tuberkulosadi populasi masyarakat sehinggaseluruh kontak
tuberkulosaharus diteliti dan diterapi.
Selain BCG, pemberian terapi profilaksis dengan INH berdosis harian
5mg/kg/hariselama1tahunjugatelahdapatdibuktikanmengurangiresikoinfeksi
tuberkulosa.
2.11 Prognosis
Prognosapasiendenganspondilitistuberkulosasangattergantung dariusia
dan kondisikesehatan umumpasien, derajat beratdan durasidefisitneurologis
sertaterapiyangdiberikan.
40
a. Mortalitas
Mortalitas pasienspondilitis tuberkulosa mengalami penurunan seiring
denganditemukannyakemoterapi(menjadikurang dari5%,jikapasien
didiagnosadinidan patuh dengan regimen terapidan pengawasan ketat).
b. Relaps
Angka kemungkinankekambuhanpasienyangditerapiantibiotikdengan
regimen medis saat ini dan pengawasanyangketat hampir mencapai 0%.
c. Kifosis
Kifosisprogresifselainmerupakandeformitasyang mempengaruhikosmetik
secara signifikan,tetapijugadapatmenyebabkantimbulnya defisitneurologis
atau kegagalan pernapasan dan jantungkarenaketerbatasan fungsi paru.
d. Defisitneurologis
Defisitneurologispadapasienspondilitis tuberkulosadapatmembaiksecara
spontantanpa operasiataukemoterapi.Tetapisecara umum,prognosis
membaik dengan dilakukannyaoperasi dini.
41
42
BAB III
ANALISA KASUS
Seorang anak perempuan, 14 tahun, berat badan 25 kg, tinggibadan 134 cm,
beragama Islam, tempat tinggal di Jalan Tanjung Baru Baturaja, MRS 15 Juli 2014
datang dengan keluhan utama tidak bisa duduk dan berjalan, dan keluhan tambahan
adanya tonjolan di punggung.
Dari alloanamnesa didapatkan± 9 bulan SMRS, anak mengeluh adanya
tonjolan di bagian punggung, konsistensi keras, ukuran sebesar kelereng, tidak bisa
digerakkan, nyeri (+) terutama saat berbaring.Dari sini bisa kita pikirkan apakah
tonjolan itu berupa massa atau tulang vertebra yang menonjol. Anak tidak
mengatakan keluhan kepada keluarga, anak tidak berobat. +4 bulan SMRS, anak
mengeluh kaki lemas dan berjalan harus berpegangan. Aktivitas sehari-hari mulai
terganggu. Benjolan keras di punggung (+) bertambah besar, nyeri (+) terutama saat
berbaring. Badan lemas (+), nafsu makan menurun (+), benjolan di leher sebelah
kanan dan ketiak sebelah kiri (+), ukuran sebesar kelereng. Os dibawa keluarga
berobat ke SpA, dianjurkan rawat inap namun os tidak mau, os diberi obat dan rawat
jalan. Pada kondisi ini bisa dipikirkan bahwa adanya defisit neurologis yang timbul
akibat kompresi saraf spinalis akibat tonjolan keras pada tulang belakang tersebut.
Selain itu, didapatkan gejalaseperti badan lemas, nafsu makan menurun serta adanya
benjolan di leher kanan dan ketiak sebelah kiri sebesar kelereng. Hal ini kemungkinan
adanya suatu limfadenitis. Maka dari itu, dapat kita pikirkan suatu kemungkinan TB
ekstraparu, apalagi angka kejadian TB di Indonesia masih sangat banyak. Tidak
ditemukan gejalan klinis TB lainnya seperti batuk lama (>2 minggu), penurunan berat
badan selama 3 bulan, ataupun keringat malam hari. Penonjolan keras di tulang
belakang kemungkinan adalah gibbus yang merupakan tanda khas pada TB tulang
(spondilitis TB).
43
Spondilitis TB dapat mengakibatkan gangguan neurologis seperti paraparesis
hingga paraplegia. Pada pasien ini, terdapat kelemahan anggota gerak bawah, namun
pasien masih bisa melakukan aktivitasnya. Kemungkinan telah terjadi paraparesis
grade II. +1bulan SMRS, anak tidak bisa duduk dan berjalan sendiri. Aktivitas sehari-
hari sangat terganggu. Anak dibawa ke SpA, dianjurkan rawat inap, anak mau lalu
dirawat di RSUD Ibnu Soetowo Baturaja. Kelainan neurologis pada saat ini telah
sampai pada grade III dimana kelemahan anggota gerak bawah telah membatasi gerak
dan aktivitas penderita, namun pada pasien tidak ditemukan adanya hipestesi/anestesi.
Dikatakan paraplegia apabila terdapat gangguan saraf sensoris dan motoris serta
gangguan defekasi dan miksi.
Pada riwayat penyakit dahulu tidak terdapat riwayat sakit TBC
sebelumnya.Dalam keluarga terdapat riwayat ayah menderita TB dan akhirnya
meninggal. Terdapat riwayat teman sekolah penderita yang menderita batuk lama
lebih dari 1 bulan namun tidak jelas penyakit yang dideritanya. Riwayat sosial
ekonomi menengah ke bawah.Riwayat makanan kesan kualitas dan kuantitas
kurang.Riwayat vaksinasi dasar tidak lengkap. Riwayat higienitas rumah dan
keluarga cukup. Riwayat teman sekolah yang batuk lama dapat kita pikirkan sebagai
salah satu sumber penularan kuman TB pada anak ini, namun dikarenakan informasi
yang terbatas dari pasien, masih belum bisa ditegakkan kemungkinan sumber
penularan pada anak ini. Riwayat sosial ekonomi menengah ke bawah juga
merupakan faktor predisposisi kejadian TB.
Pada pemeriksaan fisik penderita tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 76x/menit dengan isi dan tegangan cukup,
reguler, pernafasan 30 x/menit, tipe torakoabdomnial, reguler, suhu 36.5º C, berat
badan 25 kg, tinggi badan 134 cm, status gizi buruk.Gizi buruk pada anak ini menjadi
salah satu predisposisi mudahnya infeksi pada anak.
Pada keadaan spesifik ditemukan gibus pada tulang belakang kira-kira di L4,
nyeri (+) terutama saat berbaring telentang atau saat ditekan. Dari pemeriksaan
neurologis didapatkan gerakan terbatas pada kedua tungkai, kekuatan +4, hipotoni,
44
klonus (+), Kernig (+), Laseque (+). Pemeriksaan ini mendukung diagnosis
paraparese inferior.
Diagnosis banding pada kasus ini adalah spondilitis piogenik dan fraktur
kompresi. Untuk menyingkirkan diagnosis banding ini, dapat kita perhatikan dari
anamnesis yang menuju ke TB, seperti badan lemas, nafsu makan menurun, riwayat
keluarga menderita TB. Spondilitis piogenik dapat disingkirkan melalui anamnesis
yang condong ke TB dan juga lebih spesifik melalui pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan rontgen pada anak yang menggambarkan TB milier, serta dibutuhkan
pemeriksaan MRI untuk lebih spesifiknya. Penyebab trauma dapat disingkirkan
melalui anamnesis dimaan pasien jatuh dari motor sekitar 8 bulan SMRS, sedangkan
gibus telah muncul 10 bulan SMRS.
45
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Paramarta, I Gede dkk. 2008. Spondilitis TB.
(http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/10-3-6.pdf).
Zuwanda dan Raka. 2013.Diagnosis dan Penatalaksanaan Spondilitis TB.
(http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_208Diagnosis%20dan
%20Penatalaksanaan%20Spondilitis%20Tuberkulosis.pdf).
Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI. 2008. Diagnosis dan
Tatalaksana Tuberkulosis Anak. Jakarta.
46