Spondilitis Tb

69
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTIFIKASI Nama : Ranti Umur : 14 tahun Jenis kelamin : perempuan Nama Ayah : alm. Okto Jon Nama Ibu : Sri Hartina Berat badan : 25 kg Tinggi badan : 134cm Agama : Islam Alamat : Jln. Tanjung Baru Baturaja MRS : 15 Juli 2014 II. ANAMNESIS Autoanamnesis dan Alloanamnesis (ibu dan kakak pasien) tanggal 8 Agustus 2014 Keluhan utama : tidak bisa duduk dan berjalan Keluhan tambahan : terdapatbenjolandi punggung Riwayat perjalanan penyakit + 9 bulan SMRS, anak mengatakan terdapat benjolan di punggung, konsistensi keras, ukuran sebesar kelereng, 1

description

tb

Transcript of Spondilitis Tb

Page 1: Spondilitis Tb

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI

Nama : Ranti

Umur : 14 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Nama Ayah : alm. Okto Jon

Nama Ibu : Sri Hartina

Berat badan : 25 kg

Tinggi badan : 134cm

Agama : Islam

Alamat : Jln. Tanjung Baru Baturaja

MRS : 15 Juli 2014

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis dan Alloanamnesis (ibu dan kakak pasien) tanggal 8 Agustus

2014

Keluhan utama : tidak bisa duduk dan berjalan

Keluhan tambahan : terdapatbenjolandi punggung

Riwayat perjalanan penyakit

+9 bulan SMRS, anak mengatakan terdapat benjolan di punggung, konsistensi

keras, ukuran sebesar kelereng, tidak bisa digerakkan, nyeri (+) terutama saat

berbaring, merah (-), bengkak (-). Gangguan berjalan/aktivitas sehari-hari (-). Batuk

(+) kering, batuk lama (>2 minggu) (-), pilek (-), demam (-), badan lemas (-), keringat

malam hari (-), nafsu makan menurun (-), penurunan BB (-), benjolan di leher, ketiak,

1

Page 2: Spondilitis Tb

lipat paha (-). Mual (-) muntah (-), BAK dan BAB seperti biasa. Anak tidak

mengatakan keluhan kepada keluarga, anak tidak berobat.

+4 bulan SMRS, anak mengeluh kaki lemas dan berjalan harus berpegangan.

Aktivitas sehari-hari mulai terganggu. Benjolan keras di punggung (+) bertambah

besar, nyeri (+) terutama saat berbaring. Batuk (-), demam (-), badan lemas (+),

keringat malam hari (-), nafsu makan menurun (+), penurunan BB (-), benjolan di

leher sebelah kanan dan ketiak sebelah kiri (+), ukuran sebesar kelereng. Mual (-)

muntah (-), BAK dan BAB biasa. Os dibawa keluarga berobat ke SpA, dianjurkan

rawat inap namun os tidak mau, os diberi obat dan rawat jalan.

+1bulan SMRS, anak tidak bisa duduk dan berjalan sendiri. Aktivitas sehari-

hari sangat terganggu. Anak dibawa ke SpA, dianjurkan rawat inap, anak mau lalu

dirawat di RSUD Ibnu Soetowo Baturaja.

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (+) ayah penderita meninggal akibat TB

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat jatuh dari motor +8 bulan SMRS, setelah jatuh terdapat perubahan cara

jalan pada os.

Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah anak dari alm Tn. O dan Ibu.Y, dengan pendidikan terakhir SD, dan

bekerja berjualan di pasar. Os merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara. Ketiga

kakak os belum bekerja.Ekonomi keluarga ditanggung oleh ibu penderita yang

tinggal di rumah sendiri. Penghasilan per bulan < Rp 1.000.000,00

Kesan : Sosioekonomi menengah ke bawah

2

Page 3: Spondilitis Tb

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Masa kehamilan : Aterm

Persentasi : Kepala

Partus : Spontan

Ditolong oleh : Bidan di RSUD Ibnu Soetowo Baturaja

Tanggal : 8 Mei 2008

BBL : 2600 gram

PBL : -

KPSW : Tidak ada

Riwayat Makanan

ASI : 0 tahun – 8 bulan (on demand, ± setiap 3-4 jam )

Susu botol : -

Bubur nasi : 6 bulan – 8 bulan (3-4x sehari)

Nasi tim : 9-10 bulan ( 3-4x sehari)

Nasi biasa : 1 tahun – sekarang (3 x sehari)

Ayam :0-1 x/minggu

Ikan : 1-2x/minggu

Telur : 2-3x/minggu

Sayur : 3-4x/minggu

Buah : 1x seminggu

Kesan : kuantitas dan kualitas makanan kurang

Riwayat Perkembangan Fisik

Berbalik : 3 bulan

Tengkurap : 4 bulan

Merangkak : 5 bulan

Duduk : 6 bulan

Berdiri : 9 bulan

3

Page 4: Spondilitis Tb

Berjalan : 1 tahun

Berbicara : 1 tahun

Kesan : Perkembangan fisik dalam batas normal

Riwayat Imunisasi

BCG : (+) ada scar

DPT : -

Polio : -

Hepatitis B : -

Campak : -

Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap

Riwayat Keluarga

Alm Tn. O Ny. S / thn

30 th 25th 22 th 14th

Riwayat Hieginitas Rumah dan Keluarga

Tidak ada anggota keluarga maupun orang-orang di sekitar rumah yang

menderita batuk lama, atau mengalami penurunan berat badan terus menerus tanpa

sebab yang jelas saat ini. Riwayat keluarga (+) TB yaitu ayah penderita meninggal

akibat TB. Terdapat teman penderita yang menderita batuk-batuk lama hampir satu

bulan namun tidak diketahui penyakit yang dideritanya. Ukuran rumah penderita kira-

kira sebesar 4x6 m, terdapat ventilasi di dalam rumah, terdapat 3 kamar tidur. Jumlah

orang di rumah 4 orang, yaitu ibu, 3 saudara penderita, dan penderita.

4

Page 5: Spondilitis Tb

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Berat badan : 25 kg

Tinggi badan : 134 cm

Keadaan gizi menurut kurva CDC :

BB/U = 25/50 x 100% = 50% severe wasting

PB/U = 134/160 x 100% = 83,75% severe stunting

BB/TB = 25/30 x 100% = 83,3% malnutrisi ringan

Kesan = Status gizi malnutrisi berat

Suhu : 36,50C

Tekanan Darah : 110/70 mmHg normotensi

Umur (tahun)Persentil Tekanan

Darah

Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Persentil tinggi

5th 5th

14 tahun,

perempuan

50th 106 63

90th 119 77

95th 123 81

99th 130 88

Nadi : 76 x/menit, isi dan tegangan: cukup, reguler

Pernafasan : 30x/menit, tipe torakoabdominal, reguler

5

Page 6: Spondilitis Tb

Keadaan Spesifik

Kepala :rambut warna hitam, lebat, tidak mudah dicabut, distribusi

rambut normal, lesi kulit kepala (-)

Mata :konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil

bulat,isokor,diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, mata

cekung (-).

Hidung :nafas cuping hidung (-), deformitas (-), deviasi septum (-),

mukosa hiperemis (-), sekret (-).

Mulut

Bibir : bibir pucat (-), sianosis (-), kelainan bentuk (-), ulkus (-),

rhagaden (-),

Mukosa pipi : oral thrush (-),

Lidah : lidah bentuk normal, warna merah,atrofi papil (-), tremor (-).

Gigi : kebersihan (+), karies (-), edema gusi (-)

Faring&tonsil : arcus faring simetris, uvula di tengah, faring hiperemis (-), tonsil

besarnya T1-T1, kripta (-), detritus (-)

Leher : pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O

Thoraks : Bentuk normal, retraksi (-)

Paru-paru

Inspeksi : statis, dinamis simetris kanan = kiri

Palpasi : stemfremitus normal kanan=kiri

Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

Auskultrasi : vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing(-)

Jantung

Inspeksi : pulsasi dan iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : ictus tidak teraba thrill tidak teraba

Perkusi : - batas atas jantung: ICS II linea midklavikularis sinistra

6

Page 7: Spondilitis Tb

- batas bawah jantung: ICS V linea midklavikularis sinistra

- batas kanan jantung: ICS V linea parasternalis sinistra

- batas kiri jantung: ICS V linea axilaris anterior sinistra

Auskultasi : HR 76x/menit, irama reguler, pulsus defisit (-), bunyi

jantung I dan II normal,murmur dan gallop tidak ada

Abdomen

Inspeksi : datar, lesi kulit (+)

Palpasi : lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba,

cubitan kulit kembali cepat (<2 detik),

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas

Akral hangat, pucat (-), edema pretibia tidak ada, CRT <2 detik

Lipat paha dan genitalia

Pembesaran KGB tidak ada, genitalia tidak ada kelainan

Tulang Belakang

Gibus (+) di L4.

Pemeriksaan Neurologikus

Fungsi Motorik Lka Lki Tka Tki

Gerakan luas luas terbatas terbatas

Kekuatan 5 5 3 3

Tonus Normal Normal hipotoni hipotoni

Klonus + +

R. Fisiologis Normal Normal Normal Normal

7

Page 8: Spondilitis Tb

R. Patologis - - - -

Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan

GRM : kaku kuduk (-), Kernig (+), Laseque (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Darah rutin, leukosit total, CRP, LED

- Tes Mantoux

- Rontgen Thoraks

- Rontgen Tulang Belakang

- MRI tidak bisa dilakukan di tempat ini

V. RESUME

Seorang anak perempuanusia 14 tahun, berat badan 25 kg, tinggi badan 134

cm, beragama Islam, tempat tinggal di Tanjung Baru Baturaja, MRS 15 Juli 2014

datang dengan keluhan utama tidak bisa duduk dan berjalan sendiri , dan keluhan

tambahan adanya tonjolan keras di punggung.

Dari alloanamnesa didapatkan +9 bulan SMRS, anak mengatakan terdapat

benjolan di punggung, konsistensi keras, ukuran sebesar kelereng, tidak bisa

digerakkan, nyeri (+) terutama saat berbaring. Batuk (+) kering. Anak tidak

mengatakan keluhan kepada keluarga, anak tidak berobat. +4 bulan SMRS, anak

mengeluh kaki lemas dan berjalan harus berpegangan. Aktivitas sehari-hari mulai

terganggu. Benjolan keras di punggung (+) bertambah besar, nyeri (+) terutama saat

berbaring. Badan lemas (+), nafsu makan menurun (+), benjolan di leher sebelah

kanan dan ketiak sebelah kiri (+), ukuran sebesar kelereng. Os dibawa keluarga

berobat ke SpA, dianjurkan rawat inap namun os tidak mau, os diberi obat dan rawat

jalan. +1bulan SMRS, anak tidak bisa duduk dan berjalan sendiri. Aktivitas sehari-

hari sangat terganggu. Anak dibawa ke SpA, dianjurkan rawat inap, anak mau lalu

dirawat di RSUD Ibnu Soetowo Baturaja.

8

Page 9: Spondilitis Tb

Pada riwayat penyakit dahulu tidak terdapat riwayat sakit TBC

sebelumnya.Dalam keluarga terdapat riwayat penyakit TB yaitu ayah penderita

meninggal akibat TB. Terdapat riwayat teman sekolah penderita yang menderita

batuk lama lebih dari 1 bulan namun tidak jelas penyakit yang dideritanya. Riwayat

sosial ekonomi menengah ke bawah.Riwayat makanan kesan kualitas dan kuantitas

cukup.Riwayat vaksinasi dasar tidak lengkap. Riwayat higienitas rumah dan keluarga

cukup.

Pada pemeriksaan fisik penderita tampak sakit sedang, kesadaran compos

mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 76x/menit dengan isi dan tegangan cukup,

reguler, pernafasan 30 x/menit, tipe torakoabdomnial, reguler, suhu 36.5º C, berat

badan 25 kg, tinggi badan 134 cm, status gizi buruk. Pada keadaan spesifik

ditemukan gibus pada tulang belakang, nyeri (+) terutama saat berbaring telentang

atau saat ditekan. Dari pemeriksaan neurologis didapatkan gerakan terbatas pada

kedua tungkai, kekuatan +4, hipotoni, klonus (+), Kernig (+), Laseque (+).

VI. DIAGNOSIS BANDING

Paraparese inferior e.c Spondilitis TB + Gizi buruk

Paraparese inferior e.c Spondilitis piogenik + Gizi buruk

Paraparese inferior e.c keganasan primer + Gizi buruk

Paraparese inferior e.c fraktur kompresi + Gizi buruk

VII. DIAGNOSIS KERJA

Paraparese inferior e.c Spondilitis TB + Gizi buruk

VIII. PENATALAKSANAAN

Non farmakologi

- IVFD KAEN D5-1/4 NS makro gtt XX

- Diet nasi biasa’

Farmakologi

9

Page 10: Spondilitis Tb

- Dexamethasone tab 3x0,5 mg

- Rifampisin 1x300 mg tab

- Izoniazid 1x 100 mg tab

- Pyrazinamid 1x 500 mg tab

- Streptomisin 1x750 mg IM

10 langkah tatalaksana gizi buruk:

1. Cegah dan atasi hipoglikemia

- Berikan larutan glukosa 10%/gula pasir 10% (5 gr gula (1 sdt) + air

matang 50 ml)

2. Cegah dan atasi hipotermia selimuti, hindari hembusan angin, jangan

biarkan tanpa baju terllau lama, keringkan badan setelah mandi, segera ganti

baju bila basah

3. Cegah dan atasi dehidrasi tanda dehidrasi (-)

4. Perbaiki gangguan keseimbangan elektrolit belum diperiksa kadar

elektrolit

5. Obati infeksi OAT

6. Perbaiki kekurangan zat gizi mikro vit B kompleks 1 tab/hari, Vit C 100

mg/hari ( 2 tab)

7. Perbaiki makanan untuk stabilisasi dan transisi

- Stabilisasi kalori 80-100/kgBB/hari 1680 – 2100 kkal/hari

Protein 1-1,5 gr/kgBB/hari 21- 31,5 gr/hari

Cairan 130 ml/kgBB/hari 2730 ml/hari

Beri F75 : 12x110 cc tiap 2 jam lalu 8x160 cc tiap 3 jam lalu 6x220

cc tiap 4 jam.

- Transisi kebutuhan kalori 100-150 kkal/kgBB/hari, protein

2-3g/kgBB/hari, cairan 150 ml/kgBB/hari

10

Page 11: Spondilitis Tb

8. Perbaiki makanan untuk tumbuh kejar fase rehabilitasi

Kebutuhan energi 150-220/kgBB/hari, protein 4-6g/kgBB/hari, cairan 150-

200 ml/kgBB/hari

9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang

10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah kontrol teratur setelah pulang

(1x/minggu pada bulan I, 1x/2 minggu pada bulan II, 1x/ bulan saat bulan ke

VI atau lebih)

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UP

11

Page 12: Spondilitis Tb

Tanggal 9 Agustus 2014 pukul 07.00

S: Kelemahan kedua tungkai

O:

Keadaan umum

Kesadaran

Nadi

Pernapasan

Temperatur

Tekanan Darah

Kepala

Thorax

Abdomen

Ekstrimitas

Tampak sakit sedang

Kompos mentis

84 x/menit, reguler, i/t cukup

28 x/menit

36, 5ºC

110/70 mmHg

Nafas cuping hidung (-/-)

Mata cekung (-)

Konjungtiva palpebra pucat (-)

Sklera ikterik (-)

Simetris dan retraksi (-)

Cor : BJ I/II normal, m(-), g(-), HR =

84x/m, pulsus defisit (-)

Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh(-/-),

Wh(-/-).

Datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+)

N, cubitan perut kembali cepat (<2

detik).

Akral hangat, pucat (-) sianosis (-), CRT

<2"

A: Paraparese Inferior e.c Spondilitis

TB+Gizi buruk

P: - IVFD KAEN D5-1/4 NS makro gtt

XX

- Dexamethasone tab 3x0,5 mg

12

Page 13: Spondilitis Tb

- Rifampisin 1x300 mg tab

- Izoniazid 1x 100 mg tab

- Pyrazinamid 1x 500 mg tab

- Streptomisin 1x750 mg IM

- Diet nasi biasa

Tanggal 10 Agustus 2014 pukul 07.00

S: Kelemahan kedua tungkai

O:

Keadaan umum

Kesadaran

Nadi

Pernapasan

Temperatur

Tekanan Darah

Kepala

Thorax

Abdomen

Ekstrimitas

Tampak sakit sedang

Kompos mentis

80 x/menit, reguler, i/t cukup

24 x/menit

36, 7ºC

110/70 mmHg

Nafas cuping hidung (-/-)

Mata cekung (-)

Konjungtiva palpebra pucat (-)

Sklera ikterik (-)

Simetris dan retraksi (-)

Cor : BJ I/II normal, m(-), g(-), HR=

80x/m, pulsus defisit (-)

Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh(-/-),

Wh(-/-).

Datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+)

N, cubitan perut kembali cepat (<2

detik).

Akral hangat, pucat (-) sianosis (-),

13

Page 14: Spondilitis Tb

CRT <2"

A: Paraparese Inferior e.c Spondilitis

TB + Gizi buruk

P: - IVFD KAEN D5-1/4 NS makro

gtt XX

- Dexamethasone tab 3x0,5 mg

- Rifampisin 1x300 mg tab

- Izoniazid 1x 100 mg tab

- Pyrazinamid 1x 500 mg tab

- Streptomisin 1x750 mg IM

- Diet nasi biasa

14

Page 15: Spondilitis Tb

Tanggal 11 Agustus 2014 pukul 07.00

S: Kelemahan kedua tungkai

O:

Keadaan umum

Kesadaran

Nadi

Pernapasan

Temperatur

Tekanan Darah

Kepala

Thorax

Abdomen

Ekstrimitas

Tampak sakit sedang

Kompos mentis

77 x/menit, reguler, i/t cukup

24 x/menit

36, 6ºC

110/70 mmHg

Nafas cuping hidung (-/-)

Mata cekung (-)

Konjungtiva palpebra pucat (-)

Sklera ikterik (-)

Simetris dan retraksi (-)

Cor : BJ I/II normal, m(-), g(-), HR=

80x/m, pulsus defisit (-)

Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rh(-/-),

Wh(-/-).

Datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+)

N, cubitan perut kembali cepat (<2

detik).

Akral hangat, pucat (-) sianosis (-),

CRT <2"

A: Paraparese Inferior e.c Spondilitis

TB+ Gizi buruk

P: - IVFD KAEN D5-1/4 NS makro

gtt XX

- Dexamethasone tab 3x0,5 mg

15

Page 16: Spondilitis Tb

- Rifampisin 1x300 mg tab

- Izoniazid 1x 100 mg tab

- Pyrazinamid 1x 500 mg tab

- Streptomisin 1x750 mg IM

- Diet nasi biasa

16

Page 17: Spondilitis Tb

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Vertebra

Gambar1. Anatomi Vertebra.

Vertebraadalahtulangyang membentukpunggungyang

mudahdigerakkan. Terdapat33vertebra pada

manusia,7ruasvertebracervicalis,12ruasvertebra

thoracalis,5ruasvertebralumbalis,5ruasvertebrasacralisyang membentukos

sacrum, dan 4ruas vertebra coccygealisyangmembentuk os coccygeus.

17

Page 18: Spondilitis Tb

Secaraanatomissetiapruastulangbelakangakanterdiri dari dua bagian:

1. Bagiananterior

Bagianinistrukturutamanyaadalah

badantulangbelakang(corpusvertebrae).Bagianini

fungsiutamanyaadalahuntukmenyanggaberatbadan.Diantaraduakorpusverte

bra yang berdekatandihubungkanolehstrukturyangdisebut

diskusintervertebralisyang

bentuknyaseperticakram,konsistensinyakenyaldanberfungsi

sebagaiperedamkejut (shock absorber).

2. Bagian posterior

Bagianbelakangdariruastulang belakang inifungsinyauntuk:

Memungkinkan terjadinyapergerakan tulang belakang itu sendiri. Hal

inidimungkinkanolehkarenadibagianiniterdapatduapersendian.

Fungsiperlindungan,olehkarenabagianinibentuknyaseperticincindaritulang

yangamatkuatdimanadidalamlubangditengahnyaterletaksumsum tulang

belakang(medullaspinalis/spinalcord).

Fungsistabilisasi.Karenafungsitulangbelakanguntukmanusiaadalahsangat

penting,makafungsistabilisasiinijugapentingsekali.Fungsi ini didapatoleh

kuatnyapersendian dibagianbelakangyangdiperkuat olehadanyaligamendan

otot-ototyangsangatkuat.Keduastrukturterakhirinimenghubungkan tulang

belakang baik dari ruas ke ruas yang berdekatan maupun sepanjang tulang

belakangmulaidariservikalsampaikogsigeal.

18

Page 19: Spondilitis Tb

Gambar1.Penampangventralkolumnavertebralis

Vaskularisasikolumnavertebralis

Arteriaspinalis yangmengantardarahkepada vertebra, adalahcabangdari:

Arteriavertebralisdanarteria servikalis ascendens dileher

Arteriainterkostalisposteriordidaerahthorakal

Arteriasubkostalisdanarterialumbalisdiabdomen

Arteriailiolumbalisdanarteria sakralislateralis

Arteriaspinalismemasukiforamenintervertebralis danbercabangmenjadi

cabangakhirdan cabangradikular.Beberapadaricabang-

cabanginiberanastomosis denganarteri-arteri medulla spinalis.

Venaspinalismembentuk pleksusvenayangmeluassepanjang

kolumnavertebralis,baikdi sebelah dalam(pleksusvenosivertebralis

profundus)danjugadisebelahluar(pleksusvenosi

19

Page 20: Spondilitis Tb

vertebralissuperficialis)kanalisvertebralis.Venabasivertebralis

terletakdalamkorpus vertebra.

Arcus vertebrae dibentukoleh dua “kaki” ataupediculusdandua lamina,

serta didukung

olehpenonjolanatauprocesusyakniprocesusarticularis,procesustransversus,

dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang

disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen

ini akan membentuksaluransebagaitempatmedullaspinalis.Diantara

duavertebradapat ditemuicelahyang

disebutforamenintervertebrale.Dandiantarasatucorpus vertebradengancorpus

vertebralainnyaterdapat discus intervertebralis.

a.VertebraCervicalis

Mempunyaiciri-ciri sebagai berikut :

Corpus vertebra kecil, pendek, dan berbentuk segiempat.

Foramenvertebraberbentuk segitiga dan besar.

Processus transversus terletak di sebelah vertebraprocessus articularis.

Padaprocessustransversusterdapatforamencostotransversarium,dilalui oleh

arteri dan venavertebralis.

Processustransversusmempunyaiduatonjolan,yaitutuberculumanterius

dantuberculumposteriusyang dipisahkanolehsulcusspinalis,dilaluioleh nervus

spinalis.

Processus spinosus pendek dan bercabangdua.

b.VertebraThoracalis

Mempunyaiciri-ciri sebagai berikut :

20

Page 21: Spondilitis Tb

Corpus vertebra berukuran sedang, berbentuk seperti jantung, bagian

anterior lebih rendah daripadabagian posterior.

Foramenvertebrabulat.

Processus spinosus panjangdanruncing.

Padaprocessustransversusdanpadacorpusvertebraterdapatfoveacostalis,

tempat perhubungan dengancosta.

c.VertebraLumbalis

Vertebralumbalis bentuknya adalah yangterbesar,corpusnya sangat

besar dibandingkan dengancorpusvertebrayang

lainnyadanberbentuksepertiginjal melintang,processusspinosusnya lebar

danberbentuksepertikapakkecil, processustranversusnyapanjang

danlangsing,ruaskelimamembentuk sendi dengan sakrum padasendi

lumbosakral.

d.VertebraSacralis

Terdiriatas5ruastulangyang saling melekatmenjadisatumembentukos

sacrum.Ossacrumberbentuksegitiga, dasarnyaberadadisebelahcranial,

disebutbasisossissacri,danpuncaknya berada dibagiancaudal,disebutapex

ossis sacri.

e.VertebraCoccygeus

Terdiriatas4ruasyangmelekatmenjadisatutulang.Vertebra coccygeusI

masih mempunyai sisa-sisa processus transversus, membentuk cornu

coccygeus.

21

Page 22: Spondilitis Tb

2.2. Definisi Spondilitis Tuberkulosa

Spondilitis tuberkulosis adalahsuatupenyakitinfeksiolehkuman

Micobacteriumtuberculosisyang menyerangtulang belakang.Kumanini

menyerang terutamadidaerahparuyang penderitanyabanyaksekalikitatemuidi

Indonesia.Ternyata dalamperjalanannya,kumaninitidakhanyamenyerang

paru, tetapijugadiketahuimenyerang

tulangbelakang.Spondilitistuberkulosadikenal jugasebagaipenyakitPott,

paraplegiPott.NamaPottitu merupakan penghargaan

bagiPervicalPottseorangahlibedahberkebangsaanInggrisyangpadatahun

1879 menulis dengantepat tentang penyakit tersebut.Penyakit ini merupakan

penyebab paraplegia (kelumpuhan) terbanyak setelah trauma, dan

banyak dijumpaidiNegaraberkembang.Spondilitisinipaling sering

ditemukanpada vertebraT8 –L3dan palingjarangpadavertebraC1–

2.Spondilitis tuberkulosajuga merupakan penyakit kronik dan lambat

berkembangdengangejalayangtelah berlangsunglama.

2.3. Epidemiologi

Insidensispondilitistuberkulosabervariasidi seluruhduniadanbiasanya

berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat

yang tersedia sertakondisi sosialdinegara tersebut. Saatinispondilitis

tuberkulosamerupakansumbermorbiditasdan

mortalitasutamapadanegarayangbelumdan sedangberkembang,terutamadi

Asia,dimanamalnutrisidankepadatanpenduduk

masihmenjadimerupakanmasalahutama.Padanegara-negarayang sudah

berkembangataumajuinsidensiinimengalamipenurunansecaradramatisdalam

kurun waktu30 tahun terakhir

22

Page 23: Spondilitis Tb

Di Amerika Utara, Eropa dan Saudi Arabia, penyakit ini

terutama mengenaidewasa,denganusiarata-rata40-50tahunsementaradi

AsiadanAfrika sebagianbesarmengenaianak-

anak(50%kasusterjadiantarausia1-20tahun). Polainimengalami

perubahandanterlihat dengan adanya penurunan

insidensiinfeksituberkulosapadabayidananak-anakdiHongKong.

Defisitneurologis munculpada10-47%kasuspasiendenganspondilitis

tuberkulosa. Di negara yang sedang berkembang penyakit ini

merupakan penyebabpalingseringuntukkondisiparaplegianon

traumatik.Insidensi paraplegia, terjadilebihtinggi pada orang dewasa

dibandingkan dengan anak- anak.Haliniberhubungan

denganinsidensiusiaterjadinya infeksituberkulosa pada tulang belakang,

kecuali pada dekade pertama dimana sangat jarang ditemukankeadaanini.

2.4.Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil

(basilus). Bakteriyang palingsering

menjadipenyebabnyaadalahMycobacterium tuberculosis,

walaupunspesiesMycobacterium yanglainpundapatjuga bertanggungjawab

sebagaipenyebabnya,seperti Mycobacteriumafricanum

(penyebabpalingseringtuberkulosa diAfrikaBarat),bovinetuberclebaccilus,

ataupun non-tuberculous mycobacteria (banyak ditemukan pada

penderita HIV). Perbedaan jenisspesies ini menjadi penting karena sangat

mempengaruhipolaresistensiobat.

Mycobacteriumtuberculosis merupakanbakteriberbentukbatang yang

bersifat acid-fastnon-motile dantidakdapatdiwarnai denganbaikmelalui

cara yang konvensional.DipergunakanteknikZiehl-Nielsonuntuk

23

Page 24: Spondilitis Tb

memvisualisasikannya.Bakteritubuh secara lambatdalammediaegg-enriched

denganperiode6-8 minggu.Produksi niasinmerupakan karakteristik

Mycobacterium tuberculosis dan dapat membantu untuk

membedakannnyadenganspesieslain.

Gambar2.Organ TargetTuberculosis.

2.5.Patogenesa

Tuberkulosapadatulang belakang dapatterjadikarenapenyebaran

hematogenataupenyebaranlangsungnoduslimfatikusparaaortaataumelalui

jalurlimfatikketulang darifokustuberkulosayang sudahadasebelumnyadiluar

tulang belakang.Pada penampakannya,fokusinfeksiprimertuberkulosadapat

bersifattenang.Sumberinfeksi yangpalingseringadalahberasaldarisistem

pulmoner dangenitourinarius.

Padaanak-anakbiasanyainfeksituberkulosatulang belakang

berasaldari fokusprimerdiparu-parusementara pada

orangdewasapenyebaranterjadidari fokus ekstrapulmoner(usus, ginjal,

tonsil).

24

Page 25: Spondilitis Tb

Penyebaranbasildapatterjadimelaluiarteriintercostalataulumbalyang

memberikansuplaidarahkeduavertebraeyang berdekatan,yaitusetengahbagian

bawahvertebra diatasnyadanbagian atasvertebra dibawahnyaataumelalui

pleksus Batson’s yang mengelilingi columna vertebralis yang menyebabkan

banyakvertebrayangterkena.Halinilahyangmenyebabkanpadakuranglebih

70%kasus,penyakitini diawalidenganterkenanyaduavertebrayang berdekatan,

sementarapada20%kasusmelibatkan tigaatau lebih vertebra.

Berdasarkanlokasiinfeksiawalpada korpusvertebra,dikenalempat

bentuk spondilitis :

(1)Peridiskal / paradiskal

Infeksipadadaerahyangbersebelahandengandiskus(diareametafisedi bawah

ligamentum longitudinal anterior / area subkondral).Banyak ditemukan

padaorang dewasa.Dapatmenimbulkan kompresi,iskemiadan

nekrosisdiskus.Terbanyak ditemukan di regio lumbal.

(2)Sentral

Infeksiterjadipada bagian sentralkorpusvertebra,terisolasisehingga

disalahartikansebagai tumor.Sering terjadipadaanak-anak.Keadaanini sering

menimbulkankolapsvertebralebihdinidibandingkandengantipelain sehingga

menghasilkandeformitasspinalyanglebihhebat.Dapatterjadi

kompresiyangbersifatspontanatauakibattrauma.Terbanyakditemukandi regio

torakal.

(3)Anterior

Infeksiyang terjadikarenaperjalananperkontinuitatumdarivertebradiatas dan

dibawahnya. Gambaran radiologisnyamencakup adanya scalloped

25

Page 26: Spondilitis Tb

karenaerosidibagiananteriordarisejumlahvertebra(berbentukbaji).Pola

inididugadisebabkankarenaadanyapulsasiaortikyang ditransmisikan

melaluiabsesprevertebraldibawahligamentumlongitudinalanterioratau

karenaadanyaperubahanlokal dari suplai darah vertebral.

(4)Bentuk atipikal

Dikatakanatipikalkarenaterlalutersebarluasdanfokusprimernyatidak

dapatdiidentifikasikan.Termasukdidalamnyaadalah tuberkulosa spinal

denganketerlibatanlengkung saraf sajadangranulomayang terjadidicanalis

spinalistanpa keterlibatantulang(tuberkuloma), lesidipedikel,lamina,

prosesustransversusdanspinosus,sertalesiartikuleryangberadadisendi

intervertebral posterior.Insidensi tuberkulosa yang melibatkan elemen

posteriortidak diketahuitetapi diperkirakan berkisar antara2%-10%.

Gambar3.Bentuk Spondilitis Tuberkulosa.

Infeksi tuberkulosa padaawalnya mengenai tulang cancellous dari

vertebra.Areainfeksisecarabertahapbertambahbesardanmeluas,berpenetrasi

kedalamkortekstipiskorpusvertebrasepanjang ligamenlongitudinalanterior,

melibatkanduaataulebihvertebrayang berdekatanmelaluiperluasandibawah

ligamentumlongitudinalanterioratausecara langsung melewatidiskus

26

Page 27: Spondilitis Tb

intervertebralis.Terkadang

dapatditemukanfokusyangmultipelyangdipisahkan

olehvertebrayangnormal,atauinfeksidapatjugaberdiseminasikevertebrayang

jauh melalui abses paravertebral.

Terjadinyanekrosisperkejuanyang

meluasmencegahpembentukantulang barudanpada saatyang

bersamaanmenyebabkantulangmenjadiavascular sehingga

menimbulkantuberculoussequestra,terutama diregiothorakal.Discus

intervertebralisyang

avaskular,relatiflebihresistenterhadapinfeksituberkulosa.Penyempitanrongga

diskusterjadikarenaperluasaninfeksiparadiskalkedalam ruangdiskus,

hilangnya tulang subchondral disertai dengan kolapsnya corpus vertebra

karena nekrosis dan lisis ataupun karena dehidrasi diskus, sekunder

karenaperubahankapasitasfungsionaldariendplate.Suplaidarahjuga akan

semakinterganggu dengantimbulnyaendarteritisyang menyebabkantulang

menjadi nekrosis.

Destruksi progresif tulangdibagiananteriordankolapsnyabagian tersebut akan

menyebabkan hilangnya kekuatan mekanis tulang untuk menahan berat

badansehingga kemudianakanterjadikolaps

vertebradengansendiintervertebral danlengkung

sarafposteriortetapintak,jadiakantimbuldeformitas berbentuk kifosis yang

progresifitasnya (angulasi posterior) tergantung dari derajat

kerusakan,levellesi,danjumlahvertebrayang terlibat.Bilasudahtimbul

deformitasini,makahaltersebut merupakantandabahwapenyakitinisudah

meluas.

27

Page 28: Spondilitis Tb

Diregiothorakal,kifosistampaknyatakarenaadanyakurvaturadorsal

yang normal;diarealumbalhanyatampaksedikitkarenaadanyanormallumbal

lordosisdimana sebagianbesar dariberatbadanditransmisikanke posterior

sehinggaakan terjadiparsialkolaps;sedangkandibagian servikal,kolapshanya

bersifatminimal,kalaupuntampakhalitudisebabkankarenasebagianbesar berat

badan disalurkan melalui prosesus artikular.

Denganadanya peningkatan sudutkifosisdiregiothorakal,tulang-tulang

igaakanmenumpukmenimbulkanbentukdeformitasrongga dada berupabarrel

chest.

Prosespenyembuhankemudianterjadisecara bertahapdengantimbulnya

fibrosisdankalsifikasi jaringangranulomatosatuberkulosa.Terkadang jaringan

fibrosa itumengalamiosifikasi,sehingga

mengakibatkanankilosistulangvertebra yangkolaps.

Pembentukanabsesparavertebralterjadihampirpadasetiapkasus.Dengan

kolapsnyakorpus vertebramaka

jaringangranulasituberkulosa,bahanperkejuan,

dantulangnekrotiksertasumsumtulangakanmenonjolkeluarmelaluikorteks dan

berakumulasidi bawah ligamentum longitudinal anterior. Cold abcesssini

kemudianberjalansesuaidengan pengaruhgayagravitasisepanjang

bidangfasial dan akan tampak secara eksternal padajarak tertentu dari tempat

lesi aslinya.

Diregiolumbalabsesberjalansepanjangototpsoasdanbiasanyaberjalan

menujulipatpaha dibawahligamentuminguinal.Diregio thorakal,ligamentum

longitudinal menghambatjalannyaabses, tampak padaradiogramsebagai

gambaranbayanganberbentukfusiformradioopakpadaatausedikitdibawah

levelvertebrayang terkena,jikaterdapatteganganyang besardapatterjadiruptur

28

Page 29: Spondilitis Tb

ke dalam mediastinum,membentuk gambaran abses paravertebral yang

menyerupaisarangburung‟.Terkadang,absesthorakaldapatmencapaidinding

dadaanteriordiareaparasternal, memasuki arearetrofaringealatau berjalan

sesuai gravitasi ke lateralmenuju bagian tepi leher.

Sejumlahmekanismeyang menimbulkandefisitneurologisdapattimbul

pada pasien denganspondilitistuberkulosa.Kompresisaraf sendiridapatterjadi

karenakelainan padatulang (kifosis) ataudalamcanalis spinalis

(karenaperluasan langsung dariinfeksi granulomatosa) tanpa keterlibatan

dari tulang (seperti epiduralgranuloma, intradural granuloma, tuberculous

arachnoiditis).

Salah satudefisitneurologisyangpalingseringterjadiadalahparaplegia

yang dikenaldengannamaPott’sparaplegia. Paraplegiainidapattimbulsecara

akutataupunkronis(setelahhilangnyapenyakit)tergantung darikecepatan

peningkatan tekananmekanikkompresimedula spinalis.Pada penelitianyang

dilakukanHodgsondiCleveland, paraplegiainibiasanyaterjadipada pasien

berusiakurangdari10tahun(kuranglebih2/3kasus)dantidakadapredileksi

berdasarkan jenis kelamin untuk kejadian ini.

29

Page 30: Spondilitis Tb

2.9 Terapi

Tujuan terapi padakasusspondilitis tuberkulosaadalah :

1.Mengeradikasi infeksi atau setidaknyamenahan progresifitas penyakit.

2.Mencegahatau mengkoreksi deformitas atau defisitneurologis.

Untuk mencapaitujuan itu maka terapi untuk spondilitis tuberkulosa

terbagi menjadi :

A.Terapi Konservatif

1.Pemberian nutrisiyangbergizi.

2.Pemberian kemoterapi atau terapi antituberkulosa.

Pemberian kemoterapi antituberkulosa merupakanprinsiputama

terapipada seluruhkasustermasuktuberkulosatulang

belakang.Pemberiandiniobat antituberkulosa

dapatsecarasignifikanmengurangimorbiditasdanmortalitas.Hasilpenelitian

TulidanKumardengan100 pasiendiIndiayang menjalani

terapidengantigaobatuntuktuberkulosatulangbelakang menunjukkanhasil

yang memuaskan.Merekamenyimpulkanbahwauntukkondisinegarayang

belumberkembangsecaraekonomimanajemen terapi inimerupakansuatu

pilihanyang baikdankesulitandalammengisolasibakteritidakharusmenunda

pemberian terapi.

30

Page 31: Spondilitis Tb

Adanyapolaresistensiobatyang bervariasimemerlukanadanyasuatu

pemantauanyang ketatselamapemberianterapi,karenakulturdanuji

sensitivitasterhadapobatantituberkulosamemakanwaktulama(kuranglebih 6

– 8 minggu) dan perlu biaya yang cukup besar sehingga situasi klinis

membuatdilakukannyaterapiterlebihdahululebihpentingwalaupuntanpa

bukti konfirmasi tentang adanya tuberkulosa. Adanya responyang baik

terhadapobatantituberkulosajuga merupakansuatubentukpenegakkan

diagnostik.

Resistensi terhadap obatantituberkulosadapat dikelompokkan menjadi :

1)Resistensi primer

Infeksidenganorganismeyangresistenterhadapobatpadapasien yang

sebelumnyabelumpernahditerapi.Resistensi primer terjadiselaluterhadap

satuobatbaikitustreptomycin(SM) ataupunisoniazid(INH).Jarang terjadi

resistensi terhadaprifampicin (RMP) atau ethambutol(EMB).

2)Resistensi sekunder

Resistensiyang

timbulselamapemberianterapipasiendenganinfeksiyang awalnyamasih

bersifat sensitif terhadap obat tersebut.The

MedicalResearchCounciltelahmenyimpulkan bahwa terapipilihan

untuktuberkulosaspinaldinegarayang sedangberkembang

adalahkemoterapi

31

Page 32: Spondilitis Tb

ambulatoridenganregimenisoniaziddanrifamipicinselama 6–

9bulan.Pemberiankemoterapisajadilakukanpadapenyakityang

sifatnyadiniatau terbatastanpa

disertaidenganpembentukanabses.Terapidapatdiberikan selama 6–

12bulanatauhingga fotorontgenmenunjukkanadanyaresolusi

tulang.Masalahyang timbuldaripemberiankemoterapiiniadalahmasalah

kepatuhan pasien.Durasiterapipada tuberkulosaekstrapulmoner masih

merupakanhalyang kontroversial.Terapiyang lama, 12–18bulan,dapat

menimbulkanketidakpatuhandanbiayayang cukuptinggi,sementarabila

terlalusingkatakanmenyebabkantimbulnyarelaps.Pasienyangtidakpatuh

akan dapatmengalamiresistensisekunder.Obatantituberkulosayang utama

adalah isoniazid (INH), rifamipicin (RMP), pyrazinamide (PZA),

streptomycin (SM) dan ethambutol(EMB).Obat antituberkulosa

sekuder adalah para-aminosalicylic acid (PAS),ethionamide,

cycloserine, kanamycin dancapreomycin.

Dibawahadalahpenjelasansingkatdariobatantituberkulosayangprimer:

a.Isoniazid (INH)

Bersifat bakterisidal baik diintraataupun ekstraseluler.

Tersedia dalam sediaan oral, intramuskulerdan intravena.

Bekerjauntuk basil tuberkulosayangberkembang cepat.

Berpenetrasi baik padaseluruh cairan tubuh termasuk cairan serebrospinal.

32

Page 33: Spondilitis Tb

Efeksamping :hepatitispada1%kasusyang mengenailebihbanyakpasien

berusia lanjut usia, peripheral neuropathy karena defisiensi piridoksin

secara relatif (bersifat reversibel dengan pemberian suplemen

piridoksin).

Relatif aman untuk kehamilan.

DosisINH adalah 5 mg/kg/hari– 300 mg/hari.

33

Page 34: Spondilitis Tb

b.Rifampin (RMP)

Bersifatbakterisidal,efektifpadafasemultiplikasicepatataupunlambat dari

basil, baik diintraataupun ekstraseluler.

Keuntungan:melawanbasildenganaktivitasmetabolikyangpalingrendah

(seperti padanekrosisperkejuan).

Lebihbaikdiabsorbsidalamkondisilambungkosongdantersediadalam bentuk sediaan oral dan intravena.

Didistribusikan denganbaik di seluruh cairan tubuh termasuk cairan

serebrospinal.

Efek sampingyang paling sering terjadi : perdarahan pada traktus

gastrointestinal,cholestatic jaundice,trombositopeniadandose dependent

peripheral neuritis. Hepatotoksisitas meningkatbiladikombinasi

dengan INH.

Relatif aman untuk kehamilan.

Dosisnya: 10 mg/kg/hariatau 450 – 600 mg/hari.

c.Pyrazinamide (PZA)

Bekerja secaraaktif melawan basil tuberkulosa dalam lingkungan yang

bersifatasamdanpalingefektif diintraseluler (dalammakrofag) ataudalam

lesi perkejuan.

34

Page 35: Spondilitis Tb

Berpenetrasi baik kedalam cairan serebrospinalis.

Efek samping:

1. Hepatotoksisitas dapat timbulakibat dosistinggi obat iniyang

dipergunakan dalamjangkayang panjang tetapibukansuatumasalahbila

diberikan dalam jangkapendek.

2.Asamuratakanmeningkat,akantetapikondisigoutjarang tampak.

Arthralgia dapat timbul tetapi tidak berhubungandengankadarasam urat.

3. Atralgia, anoreksia, mual dan muntah, disuria,malaise, dan demam.

Dosis :15-30mg/kg/hari.

d.Ethambutol (EMB)

Bersifat bakteriostatik intraseluler dan ekstraseluler.

Tidak berpenetrasi ke dalam meningsyangnormal.

Efeksamping:toksisitasokular (opticneuritis)dengantimbulnyakondisi

buta warna,berkurangnyaketajamanpenglihatan danadanyacentral

scotoma.

Relatif aman untuk kehamilan.

Dipakai secaraberhati-hatiuntuk pasien dengan insufisiensi ginjal.

Dosis :15-25 mg/kg/hari.

35

Page 36: Spondilitis Tb

e.Streptomycin (STM)

Bersifat bakterisidal.

Efektif dalam lingkungan ekstraseluler yang bersifat basa sehingga

dipergunakan untuk melengkapi pemberian PZA.

Tidak berpenetrasi ke dalam meningsyangnormal.

Efek samping: ototoksisitas (kerusakan saraf VIII), nauseadan vertigo

(terutama seringmengenai pasien lanjutusia).

Dipakai secaraberhati-hatiuntuk pasien dengan insufisiensi ginjal.

Dosis :15 mg/kg/hari– 1g/kg/hari.

Pada pasien-pasien yang diberikan kemoterapi harus selalu dilakukan

pemeriksaan klinis, radiologis dan pemeriksaan laboratorium

secaraperiodik.

3.Istirahat tirah baring (resting)

Terapipasien spondilitistuberkulosa dapatpula berupalocalrestpada

turning frame / plaster bed ataucontinous bed restdisertai dengan

pemberian kemoterapi.

Tindakaninibiasanyadilakukanpadapenyakityangtelahlanjutdanbila tidak

tersedia keterampilan dan fasilitasyang cukup untukmelakukan operasi

radikalspinalanterior,ataubila terdapatmasalahteknikyangterlalu

membahayakan.

36

Page 37: Spondilitis Tb

Istirahatdapatdilakukandenganmemakaigipsuntukmelindungitulangbe

lakangnyadalamposisiekstensiterutamapadakeadaanyangakutatau fase aktif.

Pemberian gips ini ditujukan untuk mencegah pergerakan dan

mengurangi kompresi dan deformitas lebih lanjut. Istirahat di tempat

tidur dapatberlangsung 3–4 minggu,sehinggadicapaikeadaanyang tenang

dengan melihat tanda-tanda klinis, radiologis dan laboratorium. Secara

klinis ditemukan berkurangnyarasa nyeri, hilangnya

spasmeototparavertebral,nafsu makan danberatbadanmeningkat,suhu badan

normal.Secaralaboratoris

menunjukkanpenurunanlajuendapdarah,Mantouxtestumumnya <10mm.

Padapemeriksaanradiologistidakdijumpaibertambahnyadestruksitulang,

kavitasi ataupun sekuester.

Pemasangangipsbergantung padalevellesi.Padadaerahservikaldapat

diimobilisasidenganjaketMinerva;padadaerahvertebra thorakal,

thorakolumbal dan lumbal atas diimobilisasi denganbody cast jacket;

sedangkan pada daerah lumbal bawah, lumbosakral dan sakral dilakukan

immobilisasidenganbodyjacketataukorsetdarigipsyang disertaidengan

fiksasisalahsatusisipanggul.Lamaimmobilisasiberlangsung kurang lebih6

bulan, dimulai sejak penderita diperbolehkan berobat jalan.

B. Terapi Operatif

37

Page 38: Spondilitis Tb

Sebenarnyasebagianbesarpasien dengantuberkulosatulang belakang

mengalami perbaikandengan pemberian kemoterapi saja. Intervensi operasi

banyak bermanfaat untuk pasien yang mempunyai lesi kompresif secara

radiologisdanmenyebabkantimbulnya kelainanneurologis.Setelahtindakan

operasi pasien biasanyaberistirahat ditempat tidurselama 3– 6 minggu.

Tindakanoperasijugadilakukanbilasetelah3–4minggupemberian

terapiobatantituberkulosadantirahbaring (terapikonservatif)dilakukantetapi

tidakmemberikanresponyang baiksehinggalesispinalpaling efektifditerapi

denganoperasisecaralangsung danuntuk mengevakuasi“pus”tuberkulosa,

mengambilsekuester tuberkulosa serta tulangyangterinfeksi danmemfusikan

segmen tulangbelakang yangterlibat.

Selainindikasidiatas,operasidebridementdenganfusidandekompresi

jugadiindikasikanbila :

1.Diagnosayangmeragukan hinggadiperlukan untuk melakukan biopsi.

2.Terdapat instabilitas setelah proses penyembuhan.

3.Terdapat absesyangdapat dengan mudah didrainase.

4.Untuk penyakityanglanjut dengan kerusakan tulangyangnyata dan

mengancamatau kifosisberat saat ini.

5.Penyakityang rekuren

2.10 Pencegahan

38

Page 39: Spondilitis Tb

VaksinBacillusCalmette-Guerin(BCG) merupakansuatustrain

Mycobacteriumbovisyang dilemahkansehinggavirulensinyaberkurang.BCG

akan menstimulasi immunitas, meningkatkan daya tahan tubuh tanpa

menimbulkanhal-hal yangmembahayakan.Vaksinasiinibersifataman

tetapiefektifitas untuk pencegahannyamasih kontroversial.

Percobaan terkontroldi beberapanegaraBarat,

dimanasebagianbesaranak-anaknya

cukupgizi,BCGtelahmenunjukkanefekproteksipada sekitar 80% anak selama

15 tahun setelah pemberian sebelum timbulnya infeksi pertama.

AkantetapipercobaanlaindengantipepercobaanyangsamadiAmerikadan India

telahgagalmenunjukkan keuntungan pemberian BCG. Sejumlahkecil

penelitian padabayidinegaramiskinmenunjukkan adanyaefekproteksi terutama

terhadapkondisituberkulosa milier dan meningitistuberkulosa.Padatahun 1978,

The JointTuberculosis Committee merekomendasikan vaksinasi BCG pada

seluruhorangyangujituberkulinnyanegatifdanpadaseluruhbayiyangbaru

lahirpadapopulasi immigran diInggris.

SaatiniWHO danInternationalUnionAgainstTuberculosisand Lung

DiseasetetapmenyarankanpemberianBCGpadasemuainfantsebagaisuatu yang

rutinpadanegara-negaradenganprevalensituberkulosatinggi(kecualipada

beberapakasus seperti padaAIDS

39

Page 40: Spondilitis Tb

aktif).Dosisnormalvaksinasiini0,05mluntukneonatusdan bayisedangkan0,1

mluntuk anakyanglebihbesar dan dewasa.

Olehkarenaefekutamadarivaksinasibayiadalahuntukmemproteksi anak

dan biasanya anak dengan tuberkulosis primer biasanya tidak infeksius,

makaBCG hanya mempunyaisedikitefekdalammengurangijumlah infeksipada

orang dewasa.Untukmengurangiinsidensinya dikelompokorang dewasamaka

yang lebih penting adalah terapiyang baik terhadap

seluruhpasiendengansputum berbasiltahanasam(BTA)

positifkarenahanyabentukinilahyangmudah menular.Diperlukan kontrolyang

efektifdari infeksi tuberkulosadi populasi masyarakat sehinggaseluruh kontak

tuberkulosaharus diteliti dan diterapi.

Selain BCG, pemberian terapi profilaksis dengan INH berdosis harian

5mg/kg/hariselama1tahunjugatelahdapatdibuktikanmengurangiresikoinfeksi

tuberkulosa.

2.11 Prognosis

Prognosapasiendenganspondilitistuberkulosasangattergantung dariusia

dan kondisikesehatan umumpasien, derajat beratdan durasidefisitneurologis

sertaterapiyangdiberikan.

40

Page 41: Spondilitis Tb

a. Mortalitas

Mortalitas pasienspondilitis tuberkulosa mengalami penurunan seiring

denganditemukannyakemoterapi(menjadikurang dari5%,jikapasien

didiagnosadinidan patuh dengan regimen terapidan pengawasan ketat).

b. Relaps

Angka kemungkinankekambuhanpasienyangditerapiantibiotikdengan

regimen medis saat ini dan pengawasanyangketat hampir mencapai 0%.

c. Kifosis

Kifosisprogresifselainmerupakandeformitasyang mempengaruhikosmetik

secara signifikan,tetapijugadapatmenyebabkantimbulnya defisitneurologis

atau kegagalan pernapasan dan jantungkarenaketerbatasan fungsi paru.

d. Defisitneurologis

Defisitneurologispadapasienspondilitis tuberkulosadapatmembaiksecara

spontantanpa operasiataukemoterapi.Tetapisecara umum,prognosis

membaik dengan dilakukannyaoperasi dini.

41

Page 42: Spondilitis Tb

42

Page 43: Spondilitis Tb

BAB III

ANALISA KASUS

Seorang anak perempuan, 14 tahun, berat badan 25 kg, tinggibadan 134 cm,

beragama Islam, tempat tinggal di Jalan Tanjung Baru Baturaja, MRS 15 Juli 2014

datang dengan keluhan utama tidak bisa duduk dan berjalan, dan keluhan tambahan

adanya tonjolan di punggung.

Dari alloanamnesa didapatkan± 9 bulan SMRS, anak mengeluh adanya

tonjolan di bagian punggung, konsistensi keras, ukuran sebesar kelereng, tidak bisa

digerakkan, nyeri (+) terutama saat berbaring.Dari sini bisa kita pikirkan apakah

tonjolan itu berupa massa atau tulang vertebra yang menonjol. Anak tidak

mengatakan keluhan kepada keluarga, anak tidak berobat. +4 bulan SMRS, anak

mengeluh kaki lemas dan berjalan harus berpegangan. Aktivitas sehari-hari mulai

terganggu. Benjolan keras di punggung (+) bertambah besar, nyeri (+) terutama saat

berbaring. Badan lemas (+), nafsu makan menurun (+), benjolan di leher sebelah

kanan dan ketiak sebelah kiri (+), ukuran sebesar kelereng. Os dibawa keluarga

berobat ke SpA, dianjurkan rawat inap namun os tidak mau, os diberi obat dan rawat

jalan. Pada kondisi ini bisa dipikirkan bahwa adanya defisit neurologis yang timbul

akibat kompresi saraf spinalis akibat tonjolan keras pada tulang belakang tersebut.

Selain itu, didapatkan gejalaseperti badan lemas, nafsu makan menurun serta adanya

benjolan di leher kanan dan ketiak sebelah kiri sebesar kelereng. Hal ini kemungkinan

adanya suatu limfadenitis. Maka dari itu, dapat kita pikirkan suatu kemungkinan TB

ekstraparu, apalagi angka kejadian TB di Indonesia masih sangat banyak. Tidak

ditemukan gejalan klinis TB lainnya seperti batuk lama (>2 minggu), penurunan berat

badan selama 3 bulan, ataupun keringat malam hari. Penonjolan keras di tulang

belakang kemungkinan adalah gibbus yang merupakan tanda khas pada TB tulang

(spondilitis TB).

43

Page 44: Spondilitis Tb

Spondilitis TB dapat mengakibatkan gangguan neurologis seperti paraparesis

hingga paraplegia. Pada pasien ini, terdapat kelemahan anggota gerak bawah, namun

pasien masih bisa melakukan aktivitasnya. Kemungkinan telah terjadi paraparesis

grade II. +1bulan SMRS, anak tidak bisa duduk dan berjalan sendiri. Aktivitas sehari-

hari sangat terganggu. Anak dibawa ke SpA, dianjurkan rawat inap, anak mau lalu

dirawat di RSUD Ibnu Soetowo Baturaja. Kelainan neurologis pada saat ini telah

sampai pada grade III dimana kelemahan anggota gerak bawah telah membatasi gerak

dan aktivitas penderita, namun pada pasien tidak ditemukan adanya hipestesi/anestesi.

Dikatakan paraplegia apabila terdapat gangguan saraf sensoris dan motoris serta

gangguan defekasi dan miksi.

Pada riwayat penyakit dahulu tidak terdapat riwayat sakit TBC

sebelumnya.Dalam keluarga terdapat riwayat ayah menderita TB dan akhirnya

meninggal. Terdapat riwayat teman sekolah penderita yang menderita batuk lama

lebih dari 1 bulan namun tidak jelas penyakit yang dideritanya. Riwayat sosial

ekonomi menengah ke bawah.Riwayat makanan kesan kualitas dan kuantitas

kurang.Riwayat vaksinasi dasar tidak lengkap. Riwayat higienitas rumah dan

keluarga cukup. Riwayat teman sekolah yang batuk lama dapat kita pikirkan sebagai

salah satu sumber penularan kuman TB pada anak ini, namun dikarenakan informasi

yang terbatas dari pasien, masih belum bisa ditegakkan kemungkinan sumber

penularan pada anak ini. Riwayat sosial ekonomi menengah ke bawah juga

merupakan faktor predisposisi kejadian TB.

Pada pemeriksaan fisik penderita tampak sakit sedang, kesadaran compos

mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 76x/menit dengan isi dan tegangan cukup,

reguler, pernafasan 30 x/menit, tipe torakoabdomnial, reguler, suhu 36.5º C, berat

badan 25 kg, tinggi badan 134 cm, status gizi buruk.Gizi buruk pada anak ini menjadi

salah satu predisposisi mudahnya infeksi pada anak.

Pada keadaan spesifik ditemukan gibus pada tulang belakang kira-kira di L4,

nyeri (+) terutama saat berbaring telentang atau saat ditekan. Dari pemeriksaan

neurologis didapatkan gerakan terbatas pada kedua tungkai, kekuatan +4, hipotoni,

44

Page 45: Spondilitis Tb

klonus (+), Kernig (+), Laseque (+). Pemeriksaan ini mendukung diagnosis

paraparese inferior.

Diagnosis banding pada kasus ini adalah spondilitis piogenik dan fraktur

kompresi. Untuk menyingkirkan diagnosis banding ini, dapat kita perhatikan dari

anamnesis yang menuju ke TB, seperti badan lemas, nafsu makan menurun, riwayat

keluarga menderita TB. Spondilitis piogenik dapat disingkirkan melalui anamnesis

yang condong ke TB dan juga lebih spesifik melalui pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan rontgen pada anak yang menggambarkan TB milier, serta dibutuhkan

pemeriksaan MRI untuk lebih spesifiknya. Penyebab trauma dapat disingkirkan

melalui anamnesis dimaan pasien jatuh dari motor sekitar 8 bulan SMRS, sedangkan

gibus telah muncul 10 bulan SMRS.

45

Page 46: Spondilitis Tb

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Paramarta, I Gede dkk. 2008. Spondilitis TB.

(http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/10-3-6.pdf).

Zuwanda dan Raka. 2013.Diagnosis dan Penatalaksanaan Spondilitis TB.

(http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_208Diagnosis%20dan

%20Penatalaksanaan%20Spondilitis%20Tuberkulosis.pdf).

Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI. 2008. Diagnosis dan

Tatalaksana Tuberkulosis Anak. Jakarta.

46