SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA …repository.stikes-bhm.ac.id/645/1/1.pdf ·...
Transcript of SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA …repository.stikes-bhm.ac.id/645/1/1.pdf ·...
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO
TENTANG PERSONAL HYGIENE TERHADAP TINGKAT
KEMANDIRIAN PADA ANAK RETARDASI MENTAL
DI SEKOLAH LUAR BIASA SIWI MULIA
KOTA MADIUN
Oleh :
DENIS FITNA SARI
NIM : 201502046
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO
TENTANG PERSONAL HYGIENE TERHADAP TINGKAT
KEMANDIRIAN PADA ANAK RETARDASI MENTAL
DI SEKOLAH LUAR BIASA SIWI MULIA
KOTA MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
DENIS FITNA SARI
NIM : 201502046
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO
TENTANG PERSONAL HYGIENE TERHADAP TINGKAT
KEMANDIRIAN PADA ANAK RETARDASI MENTAL
DI SEKOLAH LUAR BIASA SIWI MULIA
KOTA MADIUN
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Priyoto S.Kep., Ns., M,Kes
NIS. 20150115
Sesaria Betty M., S.Kep., Ns., M.Kes
NIS. 20150124
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep
NIS. 20130092
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) dan
dinyatakan telah memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar (S.Kep)
Pada tanggal ……………………………
Dewan Penguji
1. Binar Wahyuning Widhi, S.Kep.,Ns.,M.Kep
(Ketua Dewan Penguji)
:
……………………………
2. Priyoto S.Kep.,Ns.,M,Kes
(Dewan Penguji 1)
:
……………………………
3. Sesaria Betty M., S.Kep., Ns., M.Kes
(Dewan Penguji 2)
:
……………………………
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid)
NIS.20160103
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirohim...
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufiq,
Hidayat dan karunia-Nya yang begitu besar yang senantiasa memberikan
kemudahan, kelancaran dan kekuatan kepada saya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah
awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya. Oleh karena itu, dengan rasa
bangga dan bahagia saya banyak bersyukur dan terima kasih saya kepada :
Tuhan yang Maha Esa, karena hanya atas izin dan karunia-Nya maka skripsi
ini dapat dibuat dan selesai pada tepat waktu. Puji syukur yang tak terhingga
pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala doa.
Kedua orang tuaku Bapak Supriyatna dan Ibu Anna, yang telah memberikan
dukungan moril maupun materi serta doa, yang tiada kata seindah lantunan
doa dan tiada doa yang paling khusyuk selain doa yang terucap dari orang
tua. Ucapan terima kasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan
orang tua, oleh karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku ntuk
kalian bapak, ibu dan saudara-saudaraku.
Untuk Bapak Priyoto S.Kep., Ns., M.Kes dan Ibu Sesaria Betty M, S.Kep.,
Ns., M.Kes terimaksih telah memberikan bimbingan dan masukan dalam
penyusunan skripsi dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Semoga Allah
SWT memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan oleh Bapak dan
Ibu. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Dosen Prodi S1
vi
Keperawatan STIKES BHM Madiun atas seluruh ilmu, didikan dan
bimbingan yang telah diberikan.
Terima kasih teman-temanku Ira Widya, Annisa Maharany, Lusi Winda, Isna,
Rizka Purnama, Ekaristi Sovi, dan Elfira serta teman-teman lainnya yang
tidak bisa sebutkan satu persatu. Terima kasih sudah meberikan semangat dan
motivasinya selama ini dan terima kasih bantuan saat saya kesusahan, sudah
memberikan petuah pada saya. Terima kasih sudah mau jadi tempat berkeluh
kesah. Semoga keakraban dan pertemanan kita akan selalu terjaga dan kita
tidak akan pernah melupakan semuanya.
Mempersembahkan untuk Mas Fajar yang telah menyemangati dan memberi
dukungan hingga terselesainya skripsi ini tepat waktu.
Teman-temanku satu angkatan, seperjuangan Prodi S1 Keperawatan tahun
2015 khususnya kelas 8B yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu
terima kasih atas kekompakan, kegilaan, dan kejahilan selama dikelas.
Perjuangan kita belum selesai sampai disini, mari kita lanjutkan dengan
membuktikan bahwa kita mampu menjadi perawat yang profesional dan bisa
diandalkan agar dapat mengharumkan nama STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
Serta almamaterku SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI
HUSADA MULIA MADIUN.
vii
MOTTO
Mulailah Dari Tempatmu Berada, Gunakan Yang Kau Punya,
Lakukan Yang Kau Bisa
(Arthur Ashe)
Sukses Adalah Saat Persiapan Dan Kesempatan Bertemu
(Bobby Unser)
viii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Denis Fitna Sari
NIM : 201502046
Judul : Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Video tentang
Personal Hygiene Terhadap Tingkat Kemandirian Pada Anak
Retardasi Mental di Sekolah Luar Biasa Siwi Mulia Kota Madiun.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
sarjana disuatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun yang belum di
publikasikan/ tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam daftar pustaka.
Madiun, Agustus 2019
Denis Fitna Sari
NIM : 201502046
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Denis Fitna Sari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 26 September 1996
No. HP : 085784645166
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. 2001– 2003 : Tk Bhayangkari Madiun
2. 2003 – 2009 : MI ISLAMIYAH 02 MADIUN
3. 2009 – 2012 : SMP Negeri 6 Madiun
4. 2013 – 2015 : SMA Negeri 1 Madiun
5. 2015 – Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Riwayat Pekerjaan : -
x
ABSTRAK
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO
TENTANG PERSONAL HYGIENE TERHADAP TINGKAT
KEMANDIRIAN PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SEKOLAH
LUAR BIASA SIWI MULIA KOTA MADIUN
Denis Fitna Sari
Anak dengan retardasi mental membutuhkan perhatian yang sangat besar,
salah satu bentuk kemandirian yang tidak bisa dilakukan anak retardasi mental
adalah personal hygiene. Personal hygiene atau perawatan diri dalam kehidupan
sehari-hari merupakan hal yang sangat penting harus diperhatikan karena
kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Untuk
mengajarkan kemandirian personal hygiene dibutuhkan sebuah pendidikan
kesehatan dengan media video supaya apa yang disampaikan sesuai dengan apa
yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui pengaruh pendidikan
kesehatan dengan media video tentang personal hygiene terhadap tingkat
kemandirian pada anak retardasi mental di slb siwi mulia kota madiun.
Desain penelitian ini menggunakan pre-eksperimen, dengan desain
rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-postest.
Tehnik sampel menggunakan total sampling dengan jumlah 20 responden.
Pengumpulan data menggunakan lembar checklist. Uji statistic yang digunakan
paired t – test.
Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan media video tentang personal hygiene terrhadap
tingkat kemandirian pada anak retardasi mental. Berdasarkan hasil analisa uji
statistik paired t-test diperoleh ρ value = 0,000 <0,05 artinya ada pengaruh
pendidikan kesehatan dengan media video tentang personal hygiene terrhadap
tingkat kemandirian pada anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun.
Terdapat perubahan kemandirian personal hygiene pada anak retardasi
mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun setelah diberikan pendidikan media video
tentang personal hygiene. Diharapkan adanya pelajaran tambahan tentang
personal hygiene sehingga anak retardasi mental nantinya mampu melakukan
personal hygiene secara mandiri tanpa bantuan orang tua atau guru bahkan orang
lain
Kata kunci: Pendidikan Kesehatan, Media Video, Personal Hygiene,
Retardasi Mental.
xi
ABSTRACT
THE EFFECT OF HEALTH EDUCATIONAL VIDEO OF PERSONAL
HYGIENE ON THE LEVEL OF INDEPENDENCE IN MENTAL
RETARDATION CHILDREN AT SPECIAL EDUCATION SCHOOL OF
SIWI MULIA, MADIUN
Denis Fitna Sari
Children with mental retardation need a full of attention, one of
independence that mental retardation children cannot do is personal hygiene.
Personal hygiene or self-care in daily life is very important thing to consider
because cleanliness will affect someone health and their psychology. To teach
personal hygiene independence, a health educational video is needed, so that what
is delivered is as expected. The aims of this study is determine the effect of health
educational video of personal hygiene on the level of independence in mental
retardation children at Special Education School of Siwi Mulia Madiun.
The design that used in this study was pre-experimental method, with one-
pretest-posttest approach. The sample technique uses total sampling with 20
respondents as a total samples. Data collected by using a checklist sheet. The
statistical test used a paired t-test.
The results of this study shows that there is difference between before and
after being given health educational video of personal hygiene on the level of
independence in mental retardation children. Based on the analysis of paired t-test,
it is shows a ρvalue=0,000<0.05 which means that there is an effect of health
educational video of personal hygiene on the level of independence in mental
retardation children at Special Education School of Siwi Mulia, Madiun.
There is a change in personal hygiene ability of mental retardation children
at special school of Siwi Mulia Madiun after being given health educational video
of personal hygiene. From this study, it is expected that there will be an additional
lessons about personal hygiene so that mental retardation children will be able to
do personal hygiene independently without the help of parents or teachers or even
other people.
Keywords: Health Education, Video Media, Personal Hygiene, Mental
Retardation.
xii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat Rahmat, Ridho dan
Hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Skripsi dengan
judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Video Tentang Personal
Hygiene Terhadap Tingkat Kemandirian Pada Anak Retardasi Mental Di SLB
Siwi Mulia Kota Madiun ”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan
untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam kegiatan penyusunan
skripsi tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan
motivasi pada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dra. Sri Mulyani sebagai Ketua Yayasan di SLB Siwi Mulia Kota Madiun.
2. Bapak Istoyo sebagai Kepala Sekolah di SLB Siwi Mulia Kota Madiun.
3. Zaenal Abidin, SKM., M.Kes (Epid) sebagai Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
4. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns., M.Kep sebagai Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
5. Binar Wahyuning Widhi, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dewan penguji yang telah
memberikan masukan dan mengoreksi sehingga terwujudnya skripsi ini.
6. Priyoto, S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai pembimbing 1 proposal skripsi yang telah
memberikan petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya skripsi ini.
xiii
7. Sesaria Betty M, S.Kep.,Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga terwujudnya
skripsi ini.
8. Keluarga Tercinta yang telah memberikan doa, nasehat dan semangat yang
tiada hentinya kepada saya
9. Terimakasih banyak untuk Ira widya, Annisa Maharani, dan Lusi Winda yang
banyak membantu dan selalu memberi semangat.
10. Terimakasih untuk seseorang yang selalu menyemangati saya hingga
terselesainya skripsi ini.
11. Teman-teman Program Studi S1 Keperawatan angkatan 2015 atas kerja sama
dan motivasinya.
12. Terimakasih semua guru di SLB Siwi Mulia Kota Madiun atas kerja samanya
untuk membantu dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Madiun, Agustus 2019
Peneliti
Denis Fitna Sari
NIM. 201502046
xiv
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................ iv
Lembar Persembahan .......................................................................................... v
Motto .................................................................................................................. vii
Halaman Pernyataan............................................................................................ viii
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... ix
Abstrak ............................................................................................................... x
Abstract ............................................................................................................... xi
Kata Pengantar .................................................................................................... xii
Daftar Isi.............................................................................................................. xiv
Daftar Tabel ........................................................................................................xviii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xix
Daftar Lampiran .................................................................................................. xx
Daftar Singkatan.................................................................................................. xxi
Daftar Istilah........................................................................................................ xxii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 7
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................. 8
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................ 8
1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan .................................................... 11
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan.................................... 11
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan ......................................... 11
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan
Kesehatan ......................................................................... 12
2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan ........................................ 13
2.1.5 Media Pendidikan Kesehatan .......................................... 14
2.2 Konsep Media Video ................................................................... 17
2.2.1 Pengertian Media Video .................................................. 17
2.2.2 faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media
Video................................................................................ 18
2.2.3 Karakteristik Media Video .............................................. 19
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Media Video........................ 20
2.2.5 Manfaat Penggunaan Video ............................................. 22
xv
2.3 Konsep Personal Hygiene ........................................................... 23
2.3.1 PengertianPersonal Hygiene ........................................... 23
2.3.2 Macam-macam Personal Hygiene ................................... 24
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene .... 26
2.3.4 Dampak yang Sering Timbul Pada Masalah Personal
Hygiene ............................................................................ 27
2.3.5 Tujuan Perawatan Personal Hygiene............................... 28
2.4 Konsep Kemandirian ................................................................... 28
2.4.1 Pengertian Konsep Kemandirian ..................................... 28
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ............ 29
2.4.3 Jenis-jenis Kemandirian................................................... 30
2.4.4 Meningkatkan Kemandirian ............................................ 31
2.5 Konsep Retardasi Mental ............................................................ 32
2.5.1 Pengertian Retardasi Mental ............................................ 32
2.5.2 Penyebab Terjadinya Retardasi Mental ........................... 33
2.5.3 Klasifikasi Retardasi Mental............................................ 35
2.5.4 Intervensi atau Pendidikan Retardasi Mental .................. 36
2.5.5 Terapi yang dibutuhkan Anak Retardasi Mental ............. 38
2.6 Konsep Teori Penelitian
2.6.1 Konsep Penelitian Menurut Teori Keperawatan Orem ... 40
2.6.2 Bagan Teori Dorothea Orem ........................................... 42
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 45
3.2 Hipotesis ...................................................................................... 46
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 47
4.1.1 Skema Rancangan penelitian ........................................... 47
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 48
4.2.1 Populasi ........................................................................... 48
4.2.2 Sampel ............................................................................. 48
4.2.3 Kriteria Sampel ................................................................ 48
4.3 Tehnik Sampling ......................................................................... 50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 51
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................ 52
4.5.1 Identifikasi Variabel Penelitian ....................................... 52
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ......................................... 53
4.6 Instrumen Penelitian ...................................................................... 55
4.7 Uji Validitas dan Realibilitas....................................................... 55
4.7.1 Uji Validitas ..................................................................... 55
4.7.2 Uji Realibilitas .................................................................... 57
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 57
4.8.1 Lokasi Penelitian ............................................................. 57
4.8.2 Waktu Penelitian .............................................................. 58
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 58
4.10 Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data.................................. 60
4.10.1 Pengolahan data .............................................................. 60
xvi
4.10.2 Analisa Data ................................................................... 62
4.11 Etika Penelitian ............................................................................. 64
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian .................................... 66
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................ 67
5.2.1 Data Umum ........................................................................... 67
5.2.1.1 Karakteristik Anak Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 67
5.2.1.2 Karakteristik Anak Berdasarkan Usia ...................... 67
5.2.1.3 Karakteristik Anak Berdasarkan Agama .................. 68
5.2.1.4 Karakteristik Anak Berdasarkan Tingkat
Retardasi Mental ....................................................... 68
5.2.1.5 Karakteristik Anak Berdasarkan Jumlah Saudara .... 69
5.2.1.6 Karakteristik Anak Berdasarkan Pendidikan
Orang Tua ................................................................ 69
5.2.1.7 Karakteristik Anak Berdasarkan Pekerjaan
Orang Tua ................................................................. 70
5.2.2 Data Khusus .......................................................................... 70
5.2.2.1 Frekuensi Indikator Kemandirian Personal Hygiene
Pada Anak Retardasi Mental Sebelum Diberikan
Pendidikan Kesehatan dengan Media Video ........... 70
5.2.2.2 Frekuensi Indikator Kemandirian Personal Hygiene
Pada Anak Retardasi Mental Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan dengan Media Video ........... 72
5.2.2.3 Mengidentifikasi Tingkat Kemandirian Personal
Hygiene Pada Anak Retardasi Mental Sebelum
Diberikan Pendidikan Kesehatan dengan Media
Video ........................................................................ 73
5.2.2.4 Mengidentifikasi Tingkat Kemandirian Personal
Hygiene Pada Anak Retardasi Mental Sesudah
Diberikan Pendidikan Kesehatan dengan Media
Video ........................................................................ 73
5.2.2.5 Menganalisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Kesehatan dengan Media Video tentang Personal
hygiene Pada Anak Retardasi Mental ...................... 74
5.3 Pembahasan..................................................................................... 76
5.3.1 Perilaku Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Dengan Media Video Terhadap Tingkat
Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak
Retardasi Mental ....................................................... 76
5.3.2 Perilaku Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Dengan Media Video Terhadap Tingkat
Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak
Retardasi Mental ....................................................... 78
5.3.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media
Video Terhadap Tingkat Kemandirian Personal
Hygiene Pada Anak Retardasi Mental ...................... 80
xvii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 84
6.2 Saran ............................................................................................... 85
Daftar Pustaka .................................................................................................... 87
Lampiran-lampiran ............................................................................................. 89
xviii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................................... 9
Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian ........................................................... 47
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel .......................................................... 53
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas ............................................................................ 56
Tabel 4.4 Hasil Uji Reabilitas .......................................................................... 57 57
Tabel 5.1 Hasil distribusi responden berdasarkan jenis kelamin anak di SLB
Siwi Mulia Kota Madiun ................................................................. 67
Tabel 5.2 Hasil distribusi responden berdasarkan usia anak di SLB Siwi
Mulia Kota Madiun .......................................................................... 68
Tabel 5.3 Hasil distribusi responden berdasarkan agama anak di SLB Siwi
Mulia Kota Madiun .......................................................................... 68
Tabel 5.4 Hasil distribusi responden berdasarkan tingkat retardasi mental di
SLB Siwi Mulia Kota Madiun ......................................................... 68
Tabel 5.5 Hasil distribusi responden berdasarkan jumlah saudara di SLB
Siwi Mulia Kota Madiun .................................................................. 69
Tabel 5.6 Hasil distribusi responden berdasarkan pendidikan orang tua di
SLB Siwi Mulia Kota Madiun ......................................................... 69
Tabel 5.7 Hasil distribusi responden berdasarkan pekerjaan orang tua di
SLB Siwi Mulia Kota Madiun ......................................................... 70
Tabel 5.8 Hasil distribusi frekuensi indikator kemandirian sebelum
diberikan pendidikan kesehatan media video di SLB Siwi Mulia
Kota Madiun ..................................................................................... 71
Tabel 5.9 Hasil distribusi frekuensi indikator kemandirian sesudah
diberikan pendidikan kesehatan media video di SLB Siwi Mulia
Kota Madiun ..................................................................................... 72
Tabel 5.10 Hasil sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media
video terhadap tingkat kemandirian di SLB Siwi Mulia Kota
Madiun ............................................................................................. 73
Tabel 5.11 Hasil sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media
video terhadap tingkat kemandirian di SLB Siwi Mulia Kota
Madiun ............................................................................................. 74
Tabel 5.12 Hasil Uji Normalitas Data ................................................................ 75
Tabel 5.13 Hasil analisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video
terhadap tingkat kemandirian personal hygiene di SLB Siwi
Mulia Kota Madiun .......................................................................... 75
xix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Teori Dorothea Orem (1971) ......................................................... 42
Gambar 2.1 Kerangka Teori Personal Hygiene ................................................ 43
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 45
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................. 51
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Permohonan Uji Validitas dan Reliabilitas .................. 89
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ....................................................................... 90
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Peneltian ............................................... 91
Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden ..................................... 92
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ...................................... 93
Lampiran 6 Cheklist Kemandirian Personal Hygiene ....................................... 94
Lampiran 7 SOP Pendidikan Kesehatan dengan Media Video Tentang
Personal Hygiene ........................................................................... 95
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Realibitas .................................................. 98
Lampiran 9 Data Demografi Responden Di SLB Siwi Mulia Kota Madiun .... 99
Lampiran 10 Data Umum Hasil Output SPSS .................................................... 100
Lampiran 11 Hasil Tabulasi Pre Pendidikan Kesehatan dengan Media Video
Tentang Personal Hygiene ............................................................. 102
Lampiran 12 Hasil Tabulasi Post Pendidikan Kesehatan dengan Media Video
Tentang Personal Hygiene ............................................................ 103
Lampiran 13 Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 104
Lampiran 14 Hasil Uji Paired Sample T-Test ..................................................... 105
Lampiran 15 Kartu Bimbingan Tugas Akhir ...................................................... 106
Lampiran 16 Jadwal Pengajuan Skripsi .............................................................. 110
Lampiran 17 Dokumentasi Kegiatan .................................................................. 111
xxi
DAFTAR SINGKATAN
CNS : Central Nervous System
IQ : Intelligensi Quotint
SD : Sekolah Dasar
SLB : Sekolah Luar Biasa
WHO : World Health Organization
xxii
DAFTAR ISTILAH
Access : Mengakses
Audio aids : Alat bantu dengar
audio visual aids : Alat bantu lihat-dengar
Booklet : Media untuk menyampaikan pesandalam bentuk
tulisandan gambar
Cost : Biaya
Counceling : Konseling
Down’s syndrome : Suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik
dan mental anak yang diakibatkn adanya
abnormalitas perkembngan kromosom
Encephalitis : Radang otak
Fleksibel : Mudah
Flip chart : Media penyampaian pesandalam bentuk buku di
mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan
lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan
kesehatan yang berkaitan dengan gambar
Guidance : Bimbingan
Hydrocephalus : Ukuran kepala besar dan berisi cairan
Independence : Kebebasan
Intelegensi : Kemampuan mental
Interactivity : Interaktivitas
Leaflet : Bentuk penyampaian informasimelalui lembaran
yang dilipat
Macrophalus : Ukuran kepala terlalu besar
Meningitis : Penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada
selaputpelindung yang menutupi saraf otak dan
tulang belakang
Microcephalus : Ukuran kepala terlalu kecil
Noveltya : Temuan sebuah penelitian
Organization : Organisasi
Personal hygiene : Kebersihan Perorangan
Phenylketonuria : Gangguan desakan autosomal genetis yang
dikenali dengan kurangnya enzim fenilalanin
hidroksilase (PAH)
Prevelensi : Angka kejadian
Punisment : Cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar
sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara
umum
Retardasi mental : Penurunan fungsi intelektual
Reward : Hadiah
Rubela : Penyakit yang disebabkan oleh virus
Sifilis : Satu infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual
xxiii
Slow learner : Lamban belajar
Sub-avarage : Di bawah rata-rata
Tay-Sachs : Penyakit keturunan yang ditandai hilangnya sebuah
enzim yang terdapat pada lisosom
Technology : Teknologi
Trysomi : Jumlah kromosom 47
Visual aids : Alat bantu lihat
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan dambaan semua orang dalam suatu keluarga.Setiap
keluarga pasti menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan
normal. Pertumbuhan yang diinginkan seperti sehat fisik, mental, kognitif
dan sosial yang dapat berguna bagi nusa, bangsa dan keluarganya.Anak
memang harus diperhatikan sejak dalam kandungan sampai menjadi
dewasa (Suyono, dkk; 2016).
Keadaan individu yang normal belum tentu dimiliki anak saat
dilahirkan. Beberapa di antaranya mempunyai keterbatasan, baik secara
fisik maupun psikis yang telah dialami sejak awal masa perkembangan
(anak dengan kebutuhan khusus). Anak dengan kebutuhan khusus
merupakan salah satu contoh gangguan yang dapat ditemui di berbagai
tempat (Rumaseb, 2018).
Anak berkebutuhan khusus salah satunya adalah anak dengan reterdasi
mental. Retardasi mental dinyatakan sebagai masalah yang pelik, terutama
kurang dapat berkomunikasi sesuai dengan usianya. Mereka mengalami
kesulitan dalam kemampuan membaca dan menulis. Mereka juga
mengalami kesulitan bertingkah laku sesuai dengan usianya, dan mereka
lebih memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari dirinya sebagai
teman (Ekasari, 2010).
2
Retardasi mental merupakan keadaan dengan intelegensi kurang
(abnormal) atau dibawah rata-rata sejak masa perkembangan (sejak lahir
atau sejak masa kanak-kanak), dengan karakteristik penderitanya yang
memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata (Intelligence Quotient (IQ)
84 ke bawah) dan mengalami kesulitan dalam beradaptasi maupun
melakukan berbagai aktivitas sehari-hari seperti melakukan perawatan diri
(mandi, makan, belajar dan lain-lain) yang dampaknya pada anak tersebut
mengalami kurangnya kemampuan dan kemandirian dalam melakukaan
kegiatan sehari-hari. Seorang anak yang mengalami retardasi mental dalam
perkembangannya berbeda dengan anak-anak normal (Rahmawati, 2014).
Angka kejadian retardasi mental di dunia pada anak laki-laki dan
perempuan 1,2 : 1. Anak retardasi mental di Amerika Serikat berjumlah
3000-5000 setiap tahunnya. Anak retardasi mental di Indonesia menempati
populasi terbesar keempat di dunia (Ariani, 2014). Menurut Sondakh,
(2010) bahwa di dunia retardasi mental merupakan masalah dengan
aplikasi yang besar terutama di negara berkembang. Diperkirakan terdapat
3% dari total populasi di dunia yang mengalami retardasi mental, tetapi
hanya 1-1,5% yang terdata. Anak retardasi mental berjumlah 6.600.000
jiwa di Indonesia (Tiranata, 2015).
World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah anak
retardasi mental di Indonesia sekitar 7-10% dari total jumlah anak. Pada
tahun 2003 jumlah anak retardasi mental berjumlah 679.048 atau 21,42%
dengan perbandingan laki-laki 60% dan perempuan 40%. Dengan kategori
3
retardasi mental sangat berat (ideot) 16%, kategori berat 24%, retardasi
mental sedang (inbisil debil profound) 25%, dan retardasi ringan 35%
(Kemenkes RI, 2010).
Menurut Kementerian dan kebudayan tahun 2017/2018 anak
berkebutuhan khusus di provinsi Jawa Timur sebanyak 5.9 ribu.
Sedangkan angka reterdasi mental di Provinsi Jawa Timur yang ada di
SLB-C tahun 2013/2014 berjumlah 6.633 orang atau 61.21 (pusat Data dan
Informasi KEMENKES RI, 2014) Di Kota Madiun bertempat di SLB Siwi
Mulia terdapat sekitar 40 orang anak yang berkebutuhan khusus.
Salah satu hal yang penting kemampuan dasar manusia untuk
kelangsungan hidup yaitu perawatan diri. Perawatan diri adalah cara
perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Praktek hygiene sama dengan meningkatkan
kesehatan(Potter dan Perry, 2012 ).
SLB Siwi Mulia Kota Madiun merupakan SLB dengan jumlah
Retardasi Mental pada anak SD paling banyak. Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu guru dalam proses pembelajarannya sudah
menggunakan laptop dan LCD, tetapi untuk tingkat kemandirian personal
hygiene nya masih kurang dibandingkan dengan SLB yang lainnya.
Sedangkan personal hygiene merupakan salah satu cara untuk
merawat dan menjaga kesehatan diri sendiri. Hassan (2012) berpendapat
bahwa, personal hygiene adalah dasar dari kebersihan, keindahan, dan
4
merupakan langkah awal menuju hidup sehat. Selain itu, personal hygiene
juga bagian penting dari kehidupan sehari-hari untuk melindungi diri dan
selalu menjaga kebersihan dan kesehatan. Salah satu pentingnya personal
hygiene adalah meminimalkan terjadinya suatu penyakit yang disebabkan
oleh mikroorganisme yang ada di mana-mana. Personal hygiene juga
sangat di- perlukan untuk kenyamanan, keamanan dan kesehatan
seseorang (Widianti, 2011).
Perawatan diri atau personal hygiene dalam kehidupan sehari-hari
merupakan hal yang sangat penting harus diperhatikan karena kebersihan
akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan sangat
berpengaruh di antaranya kebudayaan, sosial, kelurga, dan pendidikan,
persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta pengembangan. Pada
dasarnya setiap manusia memiliki hak yang sama untuk memperoleh
kebahagiaan dalam hidupnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan yang kondusif dan suportif, termasuk bagi
mereka yang mengalami ratardasi mental. Akan tetapi realita yang terjadi
tidaklah selalu demikian.
Banyak anak penyandang retardasi mental yang belum mampu
melakukan kegiatan sehari-hari atau kemandirian dalam merawat diri
sendiri bukan semata-mata karena ketunaannya, tetapi dikarenakan
lingkungan yang kurang mendukung sehingga diperlukan bimbingan dari
pihak keluarga atau masyarakat agar penyandang retardasi mental
memiliki kemampuan dalam merawat diri sendiri. Jika tidak mendapatkan
5
perhatian atau dukungan keluarga terutama orangtua dalam hal
kemandirian perawatan sehari-hari (personal hygiene) efek yang terlihat
ketika tumbuh anak tersebut dewasa, tidak akan pernah mandiri dan masih
tergantung pada keluarga dalam hal pemenuhan kebersihan diri. Anak
retardasi mental akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan
penuh dari keluarga.
Dukungan dan penerimaan dari setiap anggota keluarga akan
memberikan energi dan kepercayaan dalam diri anak reterdasi mental
untuk lebih berusaha meningkatkan setiap kemampuan yang dimiliki,
sehingga hal ini akan membantunya untuk dapat hidup mandiri, lepas dari
ketergantungan pada bantuan orang lain. Kemandirian merupakan
kemampuan individu dalam mengatur dan mengendalikan pikiran,
perasaan serta sikapnya yang dimiliki selama perkembangan secara
kumulatif, dengan kata lain individu akan terus menerus belajar untuk
mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungannya hingga
akhirnya ia akan mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan
menggunakan kemandiriannya (Desmita, 2011).
Kemandirian bukanlah keterampilan yang muncul secara tiba-tiba
tetapi perlu diajarkan dan dilatih pada anak agar tidak menghambat tugas-
tugas perkembangan anak selanjutnya. Berdasarkan penjelasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa sikap mandiri dapat dicirikan dengan adanya
kemampuan individu untuk merawat atau menolong dirinya sendir tanpa
harus meminta bantuan dari orang di sekitarnya. Menurut Ali dan Asrori
6
(2013) beberapa faktor faktor yang mendukung kemandirian anak adalah
gen atau keturunan orang tua, pola asuh orang tua (dukungan keluarga),
sistem pendedikan disekolah, sistem kehidupan dimasyarakat.
Menurut Fatimah (2010), kemandirian pada anak berawal dari
keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Di dalam keluarga,
orang tualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing, dan
membentu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Jika orang tua dapat
memberikan pola pengasuhan yang baik pada anak yang berkebutuhan
khusus, maka anak tersebut akan mandiri dalam menjalani kegiatan sehari-
harinya termasuk kemandirian personal hygiene.
Selain dukungan dari orangtua juga dibutuhkan pendidikan kesehatan
untuk menambah pengetahuan dan memberikan informasi yang adekuat
dan tepat (Andarmoyo, 2012). Terlaksananya pendidikan kesehatan
membutuhkan media atau alat peraga supaya apa yang disampaikan sesuai
dengan apa yang diharapkan. Salah satu media pendidikan kesehatan yang
paling banyak diminati oleh anak SD adalah media audio visual.
Media ini merupakan media yang sesuai dengan perkembangan zaman
sekarang yang mencakup indera penglihatan dan pendengaran.
Karakteristik dari media audio visual di antaranya terdapat gambar dan
suara, sehingga mudah menarik perhatian. Media audio visual juga sangat
praktis digunakan dalam penyampaian pendidikan kesehatan pada anak di
sekolah
7
Untuk mengurangi dampak-dampak yang ditimbulkan anak reterdasi
mental salah satunya adalah memberikan pendidikan kesehatan melalui
media video tentang personal hygiene kepada anak. Dari latar belakang
yang terpapar di atas peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut
dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video
Tentang Personal Hygiene Terhadap Tingkat Kemandirian Pada Anak
Retardasi Mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh
pemberian media video tentang personal hygiene terhadap tingkat
kemandirian pada anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota
Madiun?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
dengan media video tentang personal hygiene terhadap tingkat
kemandirian pada anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini antara lain :
1. Mengindentifikasi tingkat kemandirian personal hygiene sebelum
diberikan pendidikan kesehatan media video personal hygiene
terhadap anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun
8
2. Mengidentifikasi tingkat kemandirian personal hygiene sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dengan video personal hygiene
terhadap anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun.
3. Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan kesehatan dengan video
personal hygiene pada anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota
Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkuat dan mengembangkan
ilmu tentang anak reterdasi mental terutama mengenai kemandirian pada
anak khususnya personal hygiene.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi Kesehatan
Menambah referensi akan hasanah ilmu pengetahuan tentang
kesehatan personal hygiene pada anak retardasi mental.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan hasil penelitian ini menambah literature mengenai
konsep personal hygiene dalam pengajarannya mengembangkan
kemandirikan anak reterdasi mental.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini untuk digunakan sebagai bahan informasi dan
masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan mengenai
pendidikan kesehatan melalui media video tentang personal hygiene.
9
4. Bagi Responden
Diharapkan dengan adanya pendidikan kesehatan tentang kemandirian
anak khususnya tentang pentingnya personal hygiene melalui media
video diharapkan anak retardasi mental yang berada di SLB Siwi
Mulia Kota Madiun mampu secara mandiri dalam pemenuhan
personal hygiene dikehidupan sehari-hari.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya lebih mengembangkan secara
detail permasalahan yang ada pada anak reterdasi mental untuk
menunjang informasi dan menambha wawasan.
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Penulis; Judul Artikel;
Tahun
Metode (Desain, Sampel,
Instrumen, Analis)
Hasil Penelitian
1. P :Noer Elok Faikoh
J : Pengaruh Modelling
Media Video Terhadap
Peningkatan Kemampuan
Toilet Training Pada
Anak Retardasi Mental
Usia 5-7 Tahun Di Slb N
Semarang.
T : 2014
D : one group pre and
postest
S : 30 anak
I : lembar Observasi
A : uji Wilcoxon
Terdapat pengaruh antara
pemberian terapi atau
intervensi modelling
media video terhadap
peningkatan kemampuan
toilet training pada anak
retardasi mental di SLB
N Semarang dengan
menggunakan uji
wilcoxon yaitu
didapatkan p value 0,00
(α=>0,05).
10
2. P : Dwi Estri Rahmawati
J :Pengaruh pendidikan
kesehatan dengan media
audio visual terhadap
perilaku personal hygiene
siswa sd Muhammadiyah
Kragan Tempel Sleman.
T : 2017
D :one group pretest
postest design.
S :25 anak.
I : Kuesioner
A : Paired t-test
Ada pengaruh
pendidikan kesehatan
dengan media audio
visual tehadap perilaku
personal hygiene siswa
kelas III,IV, V SD
Muhammadiyah Kragan
Tempel Sleman
3. P : Ester Rumaseb
J :Hubungan pola asuh
orang tua dengan tingkat
kemandirian anak
Retardasi mental usia 10-
14 tahun dalam
melakukan perawatan diri
di SLB Negeri bagian B
Jayapura.
T : 2018
D :desain korelasional
dengan pendekatan cross
sectional .
S : 32 anak
I : kuesioner
A :uji chisquare.
Ada hubungan antara
pola asuh orang tua
dengan tingkat
kemandirian anak
retardasi mental usia 10-
14 tahun dalm
melakukan perawatan
diri di SLB Negeri
Bagian B Jayapura.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendidikan Kesetahan
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan secara umum adalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik
individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan
batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari
pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan
dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan,
atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Induniasih (2018) mendefinisikan pendidikan kesehatan sebagai
proses yang mencakup dimensi dan kegiatan-kegiatan intelektual,
psikologi, dan sosial yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
individu dalam mengambil keputusan secara sadar dan yang
mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakat.
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Induniasih (2009) menyebutkan tiga tujuan pendidikan kesehatan
tersebut yaitu :
12
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.
Oleh karena itu, pendidik kesehatan harus bertanggung jawab
mengarahkan cara-cara hidup sehat sehingga menjadi kebiasaan hidup
masyarakat sehari-hari.
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang telah ada. Kadang kala pemanfaatan sarana
pelayanan yang ada dilakukan secara berlebihan dan bahkan justru
sebaliknya, seperti saat kondisi sakit tetapi tidak menggunakan sarana
kesehatan dengan semestinya.
2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan
dapat mencapai sasaran Saragih (2010) yaitu :
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang
menerima informasi yang didapatnya.
2. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah
pula dalam menerima informasi baru.
13
3. Adat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat
istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
4. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan
masyarakat dengan penyampai informasi.
5. Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam
penyuluhan.
2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang
ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:
1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan
Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk
membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik
pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya
pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah
atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau
perilaku baru tersebut.
Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :
a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)
b. Wawancara
14
2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Berdasarkan kelompok dan tingkat pendidikan dari sasaran
pendidikan kesehatan harus diperhatikan ketika memilih metode
kelompok. Kelompok besar akan membutuhkan metode yang berbeda
dengan kelompok kecil. Sebuah metode akan efektif jika sesuai
dengan tingkat pendidikan di kelompok masyarakat.
3. Metode berdasarkan pendekatan massa
Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan
pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga
sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi,
tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan
yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat ditangkap oleh massa.
2.1.5 Media Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2014) alat bantu belajar dapat digunakan
untuk membantu pelaksanaan pelatihan dengan metode tatap muka. Alat
bantuyang dipilih pun harus sesuai dengan strategi, metode, belajar, dan
tujuan belajar. Secara umum, alat bantu belajar terdiri dari :
1. Berdasarkan stimulasi indra
a. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu
menstimulasi indra penglihatan saat penyampaian materi kegiatan
pendidikan kesehatan.
15
b. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu
untuk menstimulasi indra pendengar ketika penyampaian materi.
c. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids) yaitu alat yang
berguna untuk menstimulasi indra pendengaran dan penglihatan,
sehingga lebih mudah menerima dan memahami pesan yang
disampaikan oleh pemateri.
2. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya
a. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide,
dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.
b. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-
bahan setempat.
3. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan
a. Media Cetak
1) Leaflet
Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan
melalui lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan
media ini antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan
belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan
mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan
sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau
dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa
didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang
mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak
16
dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok
sasaran.
2) Booklet
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet
sebagai saluran, alat bantu, sarana dan sumber daya
pendukungnya untuk 21 menyampaikan pesan harus
menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan.
3) Flyer (selembaran)
4) Flip chart (lembar balik)
Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan
dalam bentuk buku di mana tiap lembar berisi gambar
peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan
kesehatan yang berkaitan dengan gambar.
5) Rubrik (tulisan-tulisan surat kabar), poster, dan foto
b. Media Elektronik
1) Slide
Slide (film bingkai) adalah suatu film transparansi yang
berukuran 35 mm dengan bingkai 2x2 inci. Bingkai tersebut
terbuat dari karton atau plastik.Film bingkai diproyeksikan
melalui slide projector.
17
2) Video
Video adalah teknologi untuk menangkap, merekam,
memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar
bergerak.
c. Media Papan
2.2 Konsep Media Video
2.2.1 Pengertian Media Video
Media video merupakan salah satu media audio visual. Azhar Arsyad
(2014) menyatakan bahwa video dapat menggambarkan suatu objek yang
bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.
Media video pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan,
dokumentasi, dan pendidikan. Video dapat menyajikan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi
sikap.
Cecep Kustandi (2013) mengungkapkan bahwa video adalah alat yang
dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-
konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau
memperlambat waktu dan mempengaruhi sikap.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa media
video pembelajaran adalah media audio visual yang dapat menampilkan
gambar yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara
yang sesuai yang menyajikan informasi memaparkan proses, menjelaskan
18
konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau
memperlambat waktu dan mempengaruhi sikap untuk membantu
pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media Video
Oleh sebab itu, dalam memilih media pembelajaran yang tepat
menurut Erickson (Hidayat, 2011) dapat kita rumuskan dalam satu kata
ACTION, yaitu akronim dari: access, cost, technology, interactivity,
organization dan noveltya.
1. Acces, media yang diperlukan dapat tersedia, mudah, dan dapat
dimanfaatkan siswa.
2. Cost, media yang akan dipilih atau digunakan, pembiayaannya dapat
dijangkau.
3. Technology, media yang akan digunakan apakah teknologinya tersedia
dan mudah menggunakannya.
4. Interactivity, media yang akan dipilih dapat memunculkan komunikasi
dua arah atau interaktivitas. Sehingga siswa akan terlibat (aktif) baik
secara fisik, intelektual dan mental.
5. Organization, dalam memilih media pembelajaran tersebut, secara
organisatoris mendapatkan dukungan dari pimpinan sekolah (ada unit
organisasi seperti pusat sumber belajar yang mengelola).
6. Novelty, media yang dipilih tersebut memiliki nilai kebaruan, sehingga
memiliki daya tarik bagi siswa yang belajar.
19
2.2.3 Karakteristik Media Video
Daryanto (2013) menambahkan bahwa karakteristik media video
sebagai media pembelajaran diantaranya yaitu:
1. Ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan, yaitu dengan cara mengatur jarak antara layar untuk
tampilan dengan alat pemutar kaset.
2. Video dapat menyajikan gambar bergerak pada siswa disamping suara
yang menyertainya.
3. Video membantu anda menyampaikan materi yang memerlukan
visualisasi yang mendemonstrasikan hal-hal seperti gerakan motorik
tertentu.
4. Video dapat dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan
kecepatan dapat disesuaikan untuk mendemonstrasikan perubahan.
5. Video dapat digunakan baik untuk proses pembelajaran tatap muka
maupun jarak jauh tanpa kehadiran guru.
Berdasarkan uraian yang telah diutarakan oleh beberapa ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan media video sebagai media
pembelajaran, maka harus diketahui karakteristik video yang dapat
mendukung digunakannya sebagai media pembelajaran. Karakteristik
media video sebagai media pembelajaran diantaranya yaitu dapat
menampilkan gambar dengan ukuran yang fleksibel, gambar dapat
dimanipulasi dan dikombinasikan dengan suara, gerakan animasi dan teks
kecepatannya dapat disesuaikan sehingga mendukung pemahaman siswa
20
dalam mempelajari materi. Selain itu sasaran penggunaan video yang
fleksibel yaitu dapat digunakan secara individual maupun berkelompok
sehingga memudahkan siswa belajar meskipun dalam situasi kelas yang
berbeda.
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Media Video
Media video sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri. Menurut Arief S. Sadiman (2012) menyatakan
bahwamedia video sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan media video antara lain yaitu:
1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode singkat dari
rangsangan luar lainnya.
2. Demonstrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkam sebelumnya,
sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada
penyajian dan siswanya.
3. Dapat menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.
4. Keras lemahnya suara dapat diatur.
5. Gambar proyeksi dapat di-beku-kan untuk diamati.
6. Objek yang sedang bergerak dapat dapat diamati lebih dekat.
Sementara kekurangan yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
penggunaan media video dalam proses belajar mengajar adalah:
1. Komunikasi bersifat satu arah dan perlu diimbangi dengan pencarian
bentuk umpan balik yang lain.
21
2. Kurang mampu menampilkan detail objek yang disajikan secara
sempurna.
3. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.
Menurut Azhar Arsyad (2014) mengungkapkan bahwa terdapat
keuntungan dan keterbatasan video sebagai media pembelajaran.
Keuntungan media pembelajaran video adalah sebagai berikut:
1. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat
disajikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu.
2. Disamping dapat mendorong dan meningkatkan motivasi, video dapat
menanamkan sikap dan segi-segi afektif.
3. Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil,
kelompok heterogen maupun perorangan.
Sementara keterbatasan media video sebagai media pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan video pada umumnya memerlukan biaya yang mahal dan
waktu yang banyak.
2. Video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
belajaryang diinginkan, kecuali video dirancang dan diproduksi
khusus untuk kebutuhan sendiri.
Berdasarkan teori yang telah disampaikan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa dalam pengembangan media video ini tidak terlepas
dari kelebihan dan keterbatasan yang dimilikinya. Kelebihan media video
sebagai media pembelajaran adalah mampu menampilkan gambar yang
22
bergerak secara berulang-ulang maupun dihentikan pada bagian tertentu
sehingga memudahkan mengulang materi yang belum dipahami, praktis
dan efisien waktu, mampu menarik perhatian siswa dengan tampilannya
yang menarik, serta dapat digunakan secara individu maupun dalam
kelompok. Sementara kekurangan media video ini sebagai media
pembelajaran adalah komunikasi akan cenderung bersifat satu arah
sehingga guru harus kreatif dalam memberikan umpan balik, media video
pembelajaran keterampilan menyulam yang secara khusus untuk siswa
tunagrahita belum tersedia sehingga media harus diproduksi sendiri.
Sementara itu dalam proses produksinya sangat kompleks sehingga
membutuhkan peralatan yang lengkap, mahal, dan membutuhkan waktu
dan tenaga yang tidak sedikit.
2.2.5 Manfaat Penggunaan Video
Manfaat media video menurut Andi Prastowo (2012), antara lain:
1. Memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik.
2. Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak
mungkin bisa dilihat.
3. Menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu.
4. Memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan suatu
keadaan tertentu.
5. Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya
yang dapat memicu diskusi peserta didik.
23
Berdasarkan penjelasan diatas, keberadaan media video sangat tidak
disangsikan lagi di dalam kelas. Dengan video siswa dapat menyaksikan
suatu peristiwa yang tidak bisa disaksikan secara langsung, berbahaya,
maupun peristiwa lampau yang tidak bisa dibawa langsung ke dalam kelas.
Siswa pun dapat memutar kembali video tersebut sesuai kebutuhan dan
keperluan mereka. Pembelajaran dengan media video menumbuhkan minat
serta memotivasi siswa untuk selalu memperhatikan pelajaran.
2.3 Konsep Personal Hygiene
2.3.1 Pengertian Personal Hygiene
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang tujuannya
untukmempertahankan kesehatan baik kesehatan fisik maupun psikologis
(Rahmawati, 2017).
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Dari pernyataan tersebut
dapat diartikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan seseorang untuk
kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Wartonah, 2010).
Berdasarkan penjelasan di atas, personal hygiene merupakan cara
perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka baik secara
fisik dan psikisnya.
24
2.3.2 Macam-Macam Personal Hygiene
Wartonah (2010), macam-macam personal hygiene antara lain :
1. Kebersihan kulit
Kebersihan kulit dan membran mukosa sangatlah penting karena
kulit merupakan garis pertahanan tubuh yang pertama dari kuman
penyakit. Dalam menjalankan fungsinya, kulit menerima berbagai
rangsangan dari luar dan menjadi pintu masuk utama kuman pathogen
ke dalam tubuh. Bila kulit bersih dan terpelihara, kita dapat terhindar
dari berbagai penyakit, gangguan, atau kelainan yang mungkin
muncul. Selain itu, kondisi kulit yang bersih akan menciptakan
perasaan segar dan nyaman.
2. Kebersihan Rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut
bersih dan indah sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak
berbau. Dengan selalu memelihara rambut dan kulit kepala, maka
perlu memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut
memakai sampo/sabun pencuci rambut lainnya. Dan sebaiknya
menggunakan alat-alat pemelihara rambut lainnya.
3. Kebersihan Gigi
Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan
mulut, gigi, gusi, dan bibir. Menggosok membersihkan gigi dari
partikel-partikel makanan, plak, dan bakteri, memasase gusi, dan
mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang
25
tidak nyaman. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga
kesehatan gigi adalah menggosok gigi secara teratur dan dianjurkan
setiap habis makan, atau saat mandi.
4. Kebersihan Telinga
Telinga merupakan alat pendengaran, sehingga berbagai macam
bunyi-bunyi suara dapat didengar. Hygiene telinga mempunyai
implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing berkumpul
pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara.
Menjaga kesehatan telinga dapat dilakukan dengan pembersihan yang
berguna untuk mencegah kerusakan dan infeksi telinga. Telinga yang
sehat yaitu lubang telinga selalu bersih, untuk mendengar jelas dan
telinga bagian luar selalu bersih.
5. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku
Sama halnya kulit, tangan, kaki, dan kuku harus diperhatikan dan
ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan dan sekitar kebiasaan
hidup sehari-hari. Tangan, kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan
kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat
menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-
penyakit tertentu. Untuk menghindari bahaya dari kontaminasi maka
harus membersihan tangan sebelum makan, memotong kuku secara
teratur, membersihkan lingkungan, dan mencuci kaki bila kotor.
26
2.3.3 Faktor-Faktoryang Mempegaruhi Personal Hygiene
Faktor yang mempengaruhi personal hygiene menurut Tarwoto (2010)
yaitu :
1. Praktik sosial
Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas
atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi perawatan personal hygiene.
2. Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi
terhadap peningkatan citra tubuh individu. Gambaran individu
terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan dirinya.
3. Status sosio-ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampoo, dan alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
4. Budaya
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
perawatan diri yang berbeda pula.
27
5. Kebiasaan seseorang
Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur, dan
melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang
menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya.
6. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan terkadang perlu bantuan untuk melakukan kebersihan dirinya.
7. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Seseorang harus termotivasi untuk memelihara
perawatan dirinya. Seringkali pembelajaran tentang penyakit atau
kondisi yang mendorong individu untuk meningkatkan personal
hygiene.
2.3.4 Dampak yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah: gangguan integrasi kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada dan telinga, dan gangguan fisik
pada kuku.
28
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial
(Tarwoto & Wartonah 2010).
2.3.5 Tujuan Perawatan Personal Hygiene
Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), tujuan perawatan personal
hygiene adalah:
1. Meningkatkan derajat kesehtan seseorang.
2. Memelihara kebersihan diri seseorang.
3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang.
4. Pencegahan penyakit.
5. Meningkatkan percaya diri seseorang.
2.4 Konsep Kemandirian
2.4.1 Pengertian Kemandirian
Desmita (2012) menyatakan kemandirian adalah kemampuan untuk
mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan, dan tindakan sendiri
secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan
malu dan keraguraguan.
Dalam kamus psikologi kemandirian berasal dari kata “independence”
yang diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak tergantung
pada orang lain dalam menentukan keputusan dan adanya rasa percaya diri
(Chaplin, 2011).
29
Jadi dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa kemandirian dalam
adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang lain dan mampu
bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya serta mampu
mengendalikan pikiran, emosi, dan segala tindakan yang sudah
dilakukannya.
2.4.2 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Ali & Asrori (2009) menyebutkan sejumlah faktor yang
mempengaruhi perkembangan kemandirian, yaitu sebagai :
1. Gen atau keturunan orang tua
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi sering kali
menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun faktor
keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat
bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian yang diturunkan kepada
anaknya melainkan sifat orangtuanya yang muncul berdasarkan cara
orang tua mendidik anaknya.
2. Pola asuh orangtua
Cara orangtua mengasuh atau mendidik anak-akan mempengaruhi
perkembangan kemandirian anak, orangtua yang menciptakan suasana
aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran
perkembangan anak.
3. Sistem pendidikan di sekolah
Proses pendidikan disekolah yang tidak mengembangkan
demokratisasi tanpa argumentasi serta adanya tekanan punishment
30
akan menghambat kemandirian seseorang. Sebaliknya, adanya
penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward dan penciptaan
kompetitif positif akan memperlancar perkembangan kemandirian
anak.
4. Sistem kehidupan di masyarakat
Lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi anak
dalam bentuk berbagai kegiatan dan tindak terlalu hirarkis akan
merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian anak.
2.4.3 Jenis-Jenis Kemandirian
Menurut Desmita (2011) membedakan kemnadirian atas tiga jenis, yaitu :
1. Kemandirian emosi, yakni aspek kemandirian yang berhubungan
perubahan kedekatan atau keterkaitan hubungan emosional individu,
terutama sekali dengan ibu atau orang dewasa lainnya yang banyak
melakukan interaksi dengannya.
2. Kemandirian kognitif, yakni suatu kemampuan untuk membuat
keputusan-keputusan secara bebas dan menindak lanjutinya.
Kemandirian kognitif yaitu mandiri dalam bertindak dan bebas untuk
bertindak sendiri tanpa terlalu bergantung pada bimbingan orang lain.
Kemandirian bertindak dimulai sejak usia anak dan berkembang
dengan sangat tajam sepanjang usianya.
3. Kemandirian nilai, yakni kebebasan untuk memaknai seperangkat
benar-salah, baik-buruk apa yang berguna dan sia-sia bagi dirinya
sendiri. Diantara ketiga komponen kemandirian, kemandirian nilai
31
merupakan proses yang paling kompleks, umumnya berkembang
paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua
tipe kemandirian lainnya. Beberapa ahli mengakui keluarga dan
lingkungan sekolah sebagai sumber utama bagi perkembangan
kemandirian.
2.4.4 Meningkatkan Kemandirian
Meningkatkan kemandirian anak Retno Dwi Astuti (2005)
mengemukakan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemandirian anak sebagai berikut:
1. Beri kesempatan memilih, anak yang terbiasa berhadapan dengan
situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas
untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya bila ia terbiasa
dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat
keputusan sendiri bagi dirinya. Misalnya, sebelum menentukan menu
dihari itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih
anak untuk makan siangnya. Kebiasaan untuk membuat keputusan-
keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini akan memudahkan
untuk kelak menentukan serta memutuskan sendiri hal-hal dalam
kehidupannya.
2. Hargailah usahanya, hargailah sekecil apapun usaha yang
diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi.
3. Hindari banyak bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ibu,
yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si
32
anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu.
Karena itu hindari kesan cerewet.
4. Jangan langsung menjawab pertanyaan, meskipun salah tugas ibu
adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak,
namun sebaiknya ibu tidak langsung menjawab pertanyaan pertanyaan
yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk
menjawab pertanyaan tersebut.
5. Dorong untuk melihat alternatif, sebaiknya anak pun tahu bahwa
untuk mengatasi suatu masalah, ibu bukanlah satu-satunya tempat
untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain diluar rumah yang
dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Dengan
demikian anak tidak akan hanya tergantung pada ibu, yang bukan
tidak mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinya sendiri.
6. Jangan patahkan semangatnya, tak jarang ibu ingin menghindarkan
anak dari rasa kecewa dengan mengatakan “mustahil” terhadap apa
yang sedang diupayakan anak. Sebenarnya apabila anak sudah mau
memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong anak untuk terus
melakukannya.
2.5 Konsep Retardasi Mental
2.5.1 Pengertian Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi
dan merupakan suatu kondisi yang di tandai oleh intelegensi yang rendah
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
33
beradaptasi terhadap tuntunan masyarakat atas kemampuan yang di anggap
normal (Soetjiningsih, 2012).
Retardasi Mental merupakan suatu gangguan dimana fungsi
intelektual dibawah normal (IQ dibawah 70) dimana seseorang mengalami
gangguan perilaku adaptif sosial sehingga membuat penderita memerlukan
pengawasan, perawatan, dan kontrol dari orang lain (Kartono, 2009).
Retardasi mental adalah kelainan yang meliputi fungsi intelektual
umum dibawah rata-rata (Sub-avarage) yaitu IQ 84 ke bawah sesuai tes,
kelainan yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif dan kelainan
yang muncul sebelum usia 16 tahun (Widjaya, 2016).
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa retardasi
mental adalah suatu keadaan atau kondisi yang mulai timbul sebelum usia
16 tahun yang ditandai dengan intelegensi yang rendah atau kecerdasan
umum yang berada di bawah rata-rata yang disertai dengan berkurangnya
kemampuan untuk menyesuaikan diri (berperilaku adaptif).
2.5.2 Penyebab Terjadinya Retardasi Mental
Penyebab terjadinya retardasi mental menurut Atmaja (2017) :
1. Penyebab genetik dan kromosom
Yang disebabkan pada faktor genetik yaitu dikenal dengan
phenylketonuria. Hal itu merupakan suatu kondisi yang disebabkan
oleh gen orangtua mengalami kurangnya produksi enzim yang
memproses protein dalam tubuh sehingga terjadinya penumpukan
asam yang disebut asam phenylpyruvic. Penumpukan ini
34
menyebabkan kerusakan otak. Selain itu, mengakibatkan timbulnya
penyakit Tay-Sachs, yaitu adanya gen yang terpendam yang
diwariskan oleh orangtua yang membawa gen ini. Selanjutnya faktor
kromosom adalah Down’s syndrome yang disebabkan oleh adanya
kromosom ekstra karena kerusakan atas adanya perpindahan.Hal ini
terjadinya kromosom no 21 sehingga terjadi 3 ekor yang disebut
Trysomi.
2. Penyebab pada prakelahiran
Penyebab pada prakelahiran terjadi ketika pembuahan. Hal yang
paling berbahaya adalah adanya penyakit Rubela (campak jepang)
pada janin. Selain itu, adanya infeksi penyakit Sifilis. Dalam hal lain
yang juga dapat menyebabkan kerusakan otak adalah racun dari
alcohol dan obat-obatan illegal yang digunakan oleh wanita hamil.
Racun tersebut dapat menganggu perkembangan janin sehingga
menimbulkan sebuah masalah yang akan terjadi pada anak-anak
keturunan tersebut.
3. Penyebab pada saat kelahiran
Penyebab pada saat kelahiran adalah kelahiran premature, adanya
proses kelahiran seperti kekurangan oksigen, kelahiran yang dibantu
dengan alat-alat kedokteran beresiko terhadap anak yang akan
menimbulkan trauma pada kepala. Terjadinya kelahiran prematur
yang tidak atau kurang mendapatkan perawatan dengan baik.
35
4. Penyebab selama masa perkembangan anak-anak dan remaja
Yang terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja adalah penyakit
radang selaput otak meningitis dan radang otak encephalitis yang
tidak tertangani dengan baik sehingga mengakibatkan kerusakan otak.
2.5.3 Klasifikasi Retardasi Mental
Klasifikasi atau penggolongan retardasi mental Widjaya (2016) yaitu :
1. Penggolongan untuk keperluan pembelajaran
a. Educable
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam
akademik setara dengan anak regular pada kelas 5 Sekolah dasar.
b. Trainable
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan
diri, dan penyesuaian sosial sangat terbatas kemampuannya untuk
mendapatkan pendidikan secara akademik.
c. ICustodia
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus dapat
melatih anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan
kemampuan yang bersifat komunikatif.
2. Penggolongan berdasarkan tingkat intelektualitas sebagai berikut :
a. Taraf perbatas (borderline)
Dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner)
dengan IQ 70-85.
36
b. Retardasi mental mampun didik (educabie mentally retarded)
Dimiliki oleh anak dengan IQ 50-75 atau 75.
c. Retardasi mental mampu latih (trainabie mentally retarded)
Dimiliki oleh anak dengan IQ 30-50 atau IQ 35-55.
d. Retardasi mental butuh rawat (dependent or protoundly mentally
retarded)
Dimiliki oleh anak dengan IQ dibawah 30 atau 25.
3. Penggolongan secara sosial-psikologis yaitu :
a. Retardasi mental ringan.
b. Retardasi mental sedang.
c. Retardasi mental berat.
d. Retardasi mental sangat berat.
4. Penggolongan atas dasar tipe atau ciri-ciri jasmani sebagai berikut :
a. Sindroma down/Mongoloid.
b. Hydrocephalus yaitu ukuran kepala besar dan berisi cairan.
c. Microcephalus yaitu ukuran kepala terlalu kecil dan Macrophalus
yaitu ukuran kepala terlalu besar.
2.5.4 Intervensi Atau Pendidikan Retardasi Mental
Menurut Atmaja (2017) tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh
anak retardasi mental tidak berbeda dengan tujuan pendidikan pada anak
umumnya. Dalam pendidikan retardasi mental mungkin perlu
mendapatkan penekanan khusus, seperti berikut :
37
1. Kebutuhan pendidikan
a. Jenis Mata Pelajaran
Anak retardasi mental mengalami kesulitan dalam
mempelajari hal-hal akademi. Oleh karena itu, dalam penentuan
materi pembelajaran lebih banyak di arahkan pada pelajaran
keterampilan.
2. Waktu belajar
Waktu belajar membutuhkan pengulangan mempelajari sesuatu.
Selain itu, mereka membutuhkan contoh-contoh konkret serta alat
bantu agar mereka memperoleh tanggapan dari bahan yang akan
dipelajarinya. Kebutuhan waktu dalam belajar dan pengulangan yang
bergantung pada berat dan ringannya retardasi mental.
3. Kemampuan bina diri
Kajian bina diri pada anak retardasi mental dibutuhkan agar dapat
mengantarkan anak untuk tidak bergantung pada orang lain dan harus
diajarkan secara rutin dan terencana.
4. Kebutuhan sosial emosi
Retardasi mental pada umunya membutuhkan sosialisasi.Namun,
untuk mewujudkan kebutuhan itu mereka mengalami kesulitan karena
kelainannya, dan respon lingkungan yang kurang memahami
keberadaan anak tersebut. Mereka mengalami kesulitan membersihkan
diri, tidak memahami arti remaja, mencari kerja. Masalah-masalah
tersebut akan berkembang menjadi gangguan emosional termasuk
38
keluarganya. Oleh karena itu, diperlukan bantuan dari orangtua
maupun keluarganya agar menerima keadaan anaknya dan mau
membantu anaknya mengembangkan potensi yang dimiliki.
5. Kebutuhan fisik kesehatan
Kebutuhan fisik dan kesehatan erat kaitannya dengan derejat
retardasi mental. Bagi retardasi mental sedang dan berat kemungkinan
mereka mengalami gangguan fisik (keseimbangan) dan
ketidakmampuan dalam memelihara diri sendiri sehingga cenderung
sakit.
2.5.5 Terapi yang Dibutuhkan Anak Retardasi Mental
Jenis-jenis implikasi pendidikan serta terapi bagi anak retardasi mental
yang dibutuhkan adalah sebagai berikut (Atmaja, 2017) :
1. Fisioterapi
Fisioterapi adalah suatu terapi awal yang diperlukan oleh anak
retardasi mental karena retardasi mental terlahir dengan tonus yang
lemah.Terapi awal ini berguna untuk menguatkan otot-otot mereka
sehingga kelemahan nya dapat di atasi dengan latihan-latihan
penguatan otot.
2. Terapi wicara
Terapi wicara adalah suatu terapi yang diperlukan untuk anak
retardasi mental atau anak bermasalah dengan keterlambatan bicara.
Deteksi dini diperlukan untuk mengetahui lebih awal tentanggangguan
39
kemampuan berkomunikasi, sebagai dasar untuk memberikan
pelayanan terapi wicara.
3. Terapi okupasi
Terapi ini diberikan untuk dasar anak dalam hal kemandirian,
kognitif/ pemahaman, dan kemampuan sensorik dan motoriknya.
Kemandirian diberikan karena pada dasarnya anak “bermasalah”
bergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga
beraktivitas tanpa komunikasi dan mempedulikan orang lain. Terapi
ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi, dengan
atau tanpa menggunakan alat.
4. Terapi sensori integrasi
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan
pengintegrasian sensori, misalnya sensori visual, sensori pendengaran,
sensori keseimbangan, pengintegrasian antara otak kiri dan kanan, dan
lain-lain. Anak diajarkan berperilaku umum dengan pemberian reward
dan punishment. Bila anak melakukan apa yang diperintahkan dengan
benar, maka diberikan pujian.
5. Terapi snoezellen
Snoezellen adalah suatu aktivitas terapi yang dilakukan untuk
mempengaruhi CNS melalui pemberian stimulasi pada system sensori
primer seperti visual, taktil. Taste dan smell serta system sensori
internal seperti vestibular dan proprioceptive dengan tujuan untuk
mencapai relaksasi dan atau aktivitas. Snoezellen merupakan metode
40
terapi multisensoris. Terapi ini diberikan pada anak yang mengalami
gangguan perkembangan motorik, misalnya anak yang mengalami
keterlambatan berjalan.
2.6 Konsep Teori Penelitian
2.6.1 Konsep Penelitian Menurut Teori Keperawatan Orem
Teori Orem, konsep menurut teori Dorothea Orem (1971)
mengembangkan definisi keperawatan yang menekankan pada kebutuhkan
klien tentang perawatan diri sendiri. Orem mengambarkan filosofi tentang
keperawatan dengan cara seperti berikut :
Keperawatan memiliki perhatian tertentu pada kebutuhan manusia
terhadap tindikan perawatan dirinya sendiri dan kondisi serta
menatalaksanakannya secara terus menerus dalam upaya mempertahankan
kehidupan dan kesehatan, penyembuhan dari penyakit atau cedera dan
mengatasi hendaya yang ditimbulkannya. Perawatan diri sendiri
dibutuhkan oleh setiap manusia, baik laki-laki, perempuan maupun anak-
anak.ketika perawatan diri tidak dapat dipertahankan, akan terjadi
kesakitan atau kematian. Keperawatan kadang-kadang berupaya mengatur
dan mempertahankan kebutuhan perawatan diri secara terus menerus bagi
mereka yang secara total tidak mampu melakukannya. Dalam situasi lain,
perawat membantu klien untuk mempertahankan kebutuhan perawatan diri
dengan melakukannya sebagian tetapi tidak seluruh prosedur, melalui
pengawasan pada orang yang membantu klien dan dengan memberikan
41
intruksi dan pengarahan secara individual sehingga secara bertahap klien
mampu melakukannya sendiri.
Jadi tujuan dari teori Orem adalah membantu klien melakukan
perawatan diri sendiri. Menurut Orem, asuhan keperawatan diperlukan
ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis, psikologis,
perkembangan dan sosial. Perawat menilai mengapa klien tidak mampu
memenuhi kebutuhan tersebut, apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kemapuan klien dalam memenuhi kebutuhannya dan
menilai seberapa jauh klien mampu memenuhinya sendiri. Tujuan dari
keperawatan adalah untuk meningkatkan kemampuan klien memenuhi
kebutuhannya secara mandiri (Hartweg, 1995).
42
2.6.2 Bagan Teori Dorothea Orem
Gambar 2.1 Teori Dorothea Orem (1971)
Teori keperawatan menurut Dorothea Orem (1971)Perilaku Perawatan
diri (Self Care) adalah kegiatan yang diprakarsi dan dilakukan oleh
individu itu sendiri. Perawatan diri sendiri merupakan aktivitas dan
inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam
memenuhi dan memperthankan kehidupan kesehatan. Teori Self Careini
terdiri dari : Self Care Agency yang merupakan suatu kemampuan individu
dalam melakukan perawatan diri yang dapat dipengaruhi oleh usia,
perkembangan, sosio-kultural dan kesehatan, dan Self Care Demandyaitu
adanya tuntunan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri, kebutuhan,.
Defisit perawatan diri ini merupakan bagian penting dalam perawatan.
Menurut teori ini, dalam pemenuhan perawatan diri serta membantu proses
penyelesaian masalah dengan metode yang dapat dilakukan dalam
kemampuan keperawatan diantarannya memberikan support,
meningkatkan pengembangan lingkungan pribadi, mengajarkan atau
mendidik pada orang lain , dan bisa juga dengan memberikan pendidikan
kesehatan.
Perilaku perawatan diri
Kapasitas perawatan
diri
Perawatan diri yang
diperlukan praktik
Defisit perawat diri
Kemampuan
keperawatan
43
Gambar 2.2. Kerangka Teori Personal Hygiene
Gambar 2.2 Menjelaskan bahwa faktor penyebab retardasi mental
seperti dari faktor genetik dan kromosom, penyebab prakelahiran dan saat
kelahiran, dan penyebab selama masa perkembangan anak-anak. Dari
faktor penyebab itulah anak retardasi mental mempunyai hambatan salah
satunya melakukan perawatan diri atau personal hygiene. Dalam
melakukan perawatan diri biasanya pada anak retardasi mental masih
membutuhkan atau ketergantungan dari orangtua maupun keluarganya.
Salah satu untuk melatih kemandirian dalam melaksanakan perawatan diri
pada anak tersebut bisa dengan cara memberikan intervensi berupa
pendidikan kesehatan melalui media video. Pemberian pendidikan
Retardasi Mental
Faktor Penyebab Retardasi Mental:
1. Penyebab Genetik dan Kromosom
2. Penyebab pada prakelahiran
3. Penyebab pada saat kelahiran
4. Penyebab selama masa
perkembangan anak-anak dan remaja
Hambatan Retardasi Mental
Personal Hygiene
Intervensi Retardasi Mental pada
personalHygiene: Pendidikan
kesehatan melalui media vidio
Pencapaian:
Meningkatkan kemandirian pada anak retardasi
mental dalam personal Hygiene
44
kesehatan dengan media video tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kemandirian anak retardasi mental dalam personal hygiene atau perawatan
diri.
45
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 KerangkaKonsep
Keterangan :
: Diteliti : Hubungan
: Tidak Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan
Media Video Tentang Personal Hygiene terhadap Tingkat
Kemandirian pada Anak Retardasi Mental.
Tidak bisa
1. Dibantu
Dibantu
3. Mandiri
Mandiri
Faktor yang mempengaruhi kemandirian personal hygiene:
1. Internal :
a. Motivasi orang tua
b. Kesiapan anak :
1) Kesiapan anak secara fisik
2) Kesiapan anak secara psikologis
3) Kesiapan anak secara intelektual
2. Eksternal :
a. Sistem Pendidikan di sekolah
b. Sistem Kehidupan di masyarakat
Tingkat kemandirian personal
hygiene pada anak retardasi
mental :
Pendidikan kesehatan tentang
personal hygiene
menggunakan media video
Faktor yang mempengaruhi
personal hygiene dengan
menggunakan media video :
1. Animasi yang menarik.
2. Visualisasi yang mudah
dipahami oleh
Anak menonton Anak Memahami Kemudian anak
Mempraktekkan di
rumah
46
Padagambar 3.1dijelaskan faktor yang mempengaruhi kemandirian
personal hygiene dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal terdapat motivasi orang tua dan kesiapan anak
secara fisik, psikologis dan intelektual. Dan untuk faktor eksternal ada
sistem pendidikan disekolah dan sistem kehidupan di masyarakat.Untuk
melatih kemandirian personal hygiene pada anak retardasi mental
diberikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene menggunakan
media video. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene dengan media
video ini menggunakan animasi yang menarik dan visualisasinya mudah di
pahami oleh anak. Diberikannya pendidikan kesehatan dengan media
video tersebut anak menonton, anak memahami dan kemudian anak
mempraktekkan dirumah. Dari situlah bisa mempengaruhi tingkat
kemandirian personal hygiene pada anak retardasi mental dan mengetahui
apakah anak dalam kemandiriannya masih tidak bisa, dibantu atau sudah
mandiri.
3.2 HipotesisPenelitian
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian maka Hipotesa yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1 : ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video tentang
personal hygiene terrhadap tingkat kemandirian pada anak retardasi
mental.
47
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang diharapkan dan berperan sebagai pedoman atau panutan
penelitian pada seluruh penelitian (Nursalam, 2013).
Berdasarkan tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan
adalah pra-eksperimental dengan desain one group pretest-posttest design.
Pada desain penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi
sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah
intervensi. (Nursalam, 2016).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan dengan media video tentang personal hygiene terhadap tingkat
kemandirian pada anak retardasi mental di Sekolah Luar Biasa Siwi Mulia
Kota Madiun.
4.1.1 Skema Rancangan Penelitian
Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian (Nursalam, 2016).
Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes
K O I O1
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan :
K : Subjek Perlakuan.
O : Observasi sebelum diberikan intervensi.
48
I : Diberikan intervensi.
O1 : observasi sesudah diberikan intervensi.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien)
yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016).
Dalam penelitian ini, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
murid retardasi mental di SLB Siwi Mulia jumlah 20 anak dengan usia 7-
11 tahun yang kemandirian personal hygiene nya kurang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan subyek yang akan diteliti
yang di anggap mewakili suatu populasi (Saryono, 2011). Sampel terdiri
atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016).
4.2.3 Kriteria Sampel
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk
mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-
variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita
teliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : inklusi
dan eksklusi (Nursalam, 2016).
1. Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.
49
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Anak usia 7-11 tahun.
b. Anak retardasi mental dengan kategori tunagrahita sedang dan
ringan.
c. Orang tua mengijinkan anaknya untuk menjadi responden.
d. Responden yang mampu atau bersedia untuk diberikan
pendidikan kesehatan dengan media video tentang personal
hygiene.
e. Anak yang belum mampu melakukan personal hygiene secara
mandiri.
f. Mampu memahami bahasa orang normal.
2. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Anak tidak hadir dalam pertemuan yang telah dijadwalkan oleh
peneliti.
b. Anak yang tidak mampu atau tidak bersedia mengikuti
pendidikan kesehatan dengan media video tentang personal
hygiene.
c. Anak yang tidak bisa memahami pembicaraan atau bahasa orang
normal.
50
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi
untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara
yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang
benar sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2016).
Pada penelitian ini menggunakan teknik penelitian total sampling.
Total sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007).
51
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian Pengaruh pendidikan kesehatan dengan
media video terhadap tingkat kemandirian personal hygiene pada
anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun.
Populasi
Seluruh anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun sebanyak 20 anak
Sampel
Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling yang berjumalah 20 anak
yang mengalami retardasi ringan dan sedang.
Teknik Sampling
Total Sampling
Desain penelitian
Pre- Eksperimental
Pengumpulan data
Checklist
Variabel terikat
Pendidikan kesehatan
dengan media video
Variabel bebas
Kemandirian
Personal hygiene
Pengolahan data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating,
Analisa data
Uji Paired T-test
Hasil dan Kesimpulan
52
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Identifikasi Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel dalam
penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu (Nursalam, 2016) :
1. Variabel independen (bebas)
Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variable
lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti
menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel bebas
biasanya dimanipulasi, diamati, dan di ukur untuk diketahui
hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain.
Variabel bebas pada penelitian ini Pendidikan kesehatan dengan
media video.
2. Variabel dependen (terikat)
Variabel yang dipengaruhi nilainya di tentukan oleh variabel lain.
Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-
variabel lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek
tingkah laku yang di amati dari suatu organisme yang dikenal
stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati
dan di ukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh
dari variabel bebas.
Variabel terikat pada penelitian ini kemandirian personal hygiene.
53
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi
Operasional Parameter
Alat
Ukur Skala Skor
1. Variabel
independen :
pendidikan
kesehatan
dengan
media video
Pendidika
kesehatan
adalah segala
upaya yang
direncanakan
untuk
mempengaruhi
orang lain, baik
individu,
kelompok, atau
masyarakat,
sehingga
mereka
melakukan apa
yang diharapkan
oleh pelaku
pendidikan atau
promosi
kesehatan
dengan
menggunakan
media video
yang akan
dilakukan oleh
peneliti dua
minggu 4x
pertemuan
selama 15 menit
hari senin dan
selasa.
Prosedur pelaksaan
personal hygiene
tentang cara mandi,
membersihkan rambut
(keramas), menggosok
gigi, mencuci tangan,
memotong kuku, dan
BAB dan BAK di
kamar mandi (toilet
training).
SOP - -
54
No Variabel Definisi
Operasional Parameter
Alat
Ukur Skala Skor
2. variabel
dependen :
kemandirian
personal
hygiene
adalah suatu
tindakan untuk
memelihara
kebersihan
seseorang untuk
kesejahteraan,
baik fisik
maupun
psikisnya secara
mandiri.
1. Kesiapan anak secara
intelektual :
a. anak mampu
melakukan
personal hygiene.
b. anak dapat
menirukan
tindakan personal
hygiene.
c. anak mampu
menyadari
pentingnya
personal hygiene.
2. Kesiapan anak secara
fisik :
Anak mampu
melakukan tindakan
personal hygiene
secara mandiri atau
tidak lagi
membutuhkan
bantuan dari keluarga.
3. Kesiapan anak secara
psikologis :
a. Anak mampu
melakukan
personal hygiene
(mandi).
b. Anak mampu
melakukan
personal hygiene
(mencuci tangan)
c. Anak mampu
melakukan
personal hygiene
(menggosok gigi)
d. Anak mampu
melakukan
personal hygiene
(BAB BAK).
Checklist ordinal 1 =
Tidak
Bisa
2 =
Di
bantu
3=
Mandiri
55
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk
memperoleh, mengelola, dan mengintreprasikan informasi dari para
responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Nasir,
2011).
Instrumen pada penelitian ini untuk pendidikan kesehatan dengan
menggunakan media video tentang personal hygiene. Untuk mengetahui
tingkat kemandirian pada anak dengan menggunakan checklist/
kuesionerdari Dwi Lestari. Yang akan di isi peneliti maupun dari keluarga
anak dan terdiri dari 15 soal untuk mengukur tingkat kemandirian anak
tersebut.
4.7 Uji Validitas Dan Realibitas
4.7.1 Uji Validitas
Prinsip validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang berarti
prinsip-prinsip keandalan instrumen dalam pengumpulan data. Instrumen
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2016). Menguji
apakah suatu kuesioner dianggap valid, maka perlu di uji coba dan
dilakukan analisis. Bila kuesinoner tersebut telah memiliki validitas
konstruk, berarti semua item (pernyataan) yang ada dalam kuesioner itu
mengukur apa yang kita ukur (Saryono, 2011). Untuk mengukur r atau
koefisiensi korelasi dan tingkat signifikasinya dapat digunakan bantuan
program komputer. Arikunto (2011) validitas merupakan suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesalihan suatu
56
instrumen. Suatu instrumen yang valid atau salih mempunyai validitas
tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berrati memiliki validitas
rendah. Rumus yang dapat digunakan adalah dikemukakan oleh person,
yang dikenal rumus product moment person. Penentuan uji validitas : jika
p-value ≤ 0,05 maka item pertanyaan valid, jika p-value ≥ 0,05 maka item
pertanyaan dinyatakan tidak valid.
Berdasarkan hasil uji coba terhadap responden di SLB Siwi Mulia
Kota Madiun di peroleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Personal Hygiene
No item P Value Nilai Sig Kesimpulan
1. 0,000 < 0,05 VALID
2. 0,001 < 0,05 VALID
3. 0,001 < 0,05 VALID
4. 0,001 < 0,05 VALID
5. 0,021 < 0,05 VALID
6. 0,023 < 0,05 VALID
7. 0,000 < 0,05 VALID
8. 0,001 < 0,05 VALID
9. 0,001 < 0,05 VALID
10. 0,021 < 0,05 VALID
11. 0,001 < 0,05 VALID
12. 0,000 < 0,05 VALID
13. 0,001 < 0,05 VALID
57
14. 0,001 < 0,05 VALID
15. 0,001 < 0,05 VALID
4.7.2 Uji Reabilitas
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hasil
pengukuran konsisten atau tetap azas bila dilakukan pengukuran berulang
(konsisten, akurasi dan presisi) (Saryono, 2011). Uji reabilitas adalah uji
yang dijalukan untuk mengukur apakah instrumen yang dilakukan telah
reliabel. Suatu alat ukur dikatakan reliabel alat itu mengukur suatu gejala
dalam berlainan senantiasa menunjukan hasil yang sama (Notoatmodjo,
2010). Pengukuran reabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach.Suatu
instrumen dinyatakan reliabel jika menunjukkan nilai Alpha Cronbach >
0,6 (Hidayat, 2008). Hasil pengujian realibitas terhadap Personal Hygiene
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Rangkuman Uji Reabilitas variabel Personal Hygiene
Variabel Alpha itung Cronbach Alpa Kesimpulan
Personal Hygiene 0,971 0,6 Reliabel
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.8.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di Sekolah Luar Biasa Siwi Mulia Kota
Madiun.
58
4.8.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan januari 2019 sampai dengan
agustus 2019.
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2016).
1. Mengajukan persetujuan judul kepada Kaprodi Keperawatan yang
telah disetujui oleh pembimbing 1 dan pembimbing 2.
2. Setelah proposal disetujui oleh pembimbing, peneliti mengurus surat
permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada Kepala Sekolah
SLB Siwi Mulia Kota Madiun.
3. Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah dan guru di SLB Siwi Mulia
Kota Madiun untuk mengumpulkan calon responden dengan kriteria
sesuai peneliti.
4. Melakukan komunikasi dengan baik kepada calon responden jika akan
melakukan penelitian kepada mereka yang dibantu oleh guru dan
teman-teman mahasiswa.
5. Calon responden dibagikan informed concent, apabila calon responden
bersedia menjadi responden, maka dipersilahkan untuk
menandatangani informed concent dan apabila calon responden tidak
bersedia menjadi responden maka peneliti tetap menghormati
keputusan tersebut.
59
6. Responden yang telah bersedia menjadi responden dan
menandatangani informed concent dan dikumpulkan kepada peneliti.
7. Responden diberikan pendidikan kesehatan media video
sebanyakempat kali dalam satu minggu dengan durasi 10 - 15 menit.
8. Pada hari pertama peneliti membagikan checklist kepada responden,
kemudian peneliti melakukan pemberian pendidikan kesehatan dengan
media video tentang personal hygiene. Hari kedua dan ketiga peneliti
melakukan pemberian pemberian pendidikan kesehatan dengan media
video tentang personal hygiene.
9. Pada hari ke empat setelah diberikan pendidikan keseahatan media
video peneliti dan teman-teman membagikan checklist untuk
mengukur tindakan kemandirian kepada responden sesudah diberikan
media video untuk diisi.
10. Setelah checklist diisi oleh responden dengan dibantu para guru dan
orang tua responden maka checklist tersebut dikumpulkan kembali
kepada peneliti.
11. Setelah checklist terkumpul, peneliti memerikasa kelengkapan data
dan jawaban dari checklist yang diisi oleh responden.
12. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dari checklist yang telah diisi
checklist yang telah diisi lengkap selanjutnya diserahkan kepada
peneliti untuk pengolahan data.
13. Setelah selesai melakukan penelitian pada kelompok kontrol kemudan
diberikan intervensi pendidikan kesehatan media video.
60
4.10 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
4.10.1 Pengelolaan data
Sebelum di analisis, data di olah terlebih dahulu. Kegiatan dalam
mengolah data menurut (Saryono, 2011) meliputi :
1. Editing
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan
oleh para pengumpul data. Tujuannya adalah mengurangi kesalahan
atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.
2. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari para responden ke
dalam kategori.
a. Data demografi :
1) Jenis kelamin :
Laki – laki = 1
Perempuan = 2
2) Usia
Usia 6 – 8 tahun = 1
Usia 9 – 11 tahun = 2
3) Agama
Islam = 1
Kristen = 2
4) Tingkat Retardasi Mental :
Ringan = 1
61
Sedang = 2
5) Jumlah Saudara
Anak tunggal = 1
Dua bersaudara = 2
Tiga bersaudara = 3
< 3 bersaudara = 4
6) Pendidikan Orangtua
SD = 1
SMP = 2
SMA = 3
Sarjana = 4
7) Pekerjaan
Bekerja = 1
Tidak bekerja = 2
b. Variabel keberhasilan tingkat kemandirian personal hygiene :
Tidak bisa = 1
Dibantu = 2
Mandiri = 3
c. Menghitung Skoring tingkat kemandirian personal hygiene :
Untuk menghitung skoring penilaian tingkat kemandirian
personal hygiene bila responden menjawab tidak bisa dengan
kode 1, dibantu kode 2, dan mandiri kode 3 .
Skor penilaian dibagi menjadi 3 sebagai berikut :
62
Skor minimum : 1 x 15 = 15
Skor maksimum : 3 x 15 = 45
Skor : 15 – 25 = tidak bisa
: 26 – 30 = dibantu
: 31 – 45 = mandiri
3. Scoring
Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu
diberi penilaian atau skor.
4. Tabulating
Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-jawaban yang
telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel.
4.10.2 Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini meliputi :
1. Analisa Univariat
Dilakukan untuk menggambarkan atau mendiskripsikan dari
masing-masing variabel, baik variabel bebas dan variabel terikat dan
karakteristik responden (Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian ini, peneliti menganalisa tingkat kemandirian
personal hygiene sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan dengan media video. Semua karakteristik responden dalam
penelitian ini seperti : Jenis kelamin, Usia, Agama dan variabel
kemandirian personal hygiene pada anak retardasi mental. Dan Uji
63
Shapiro-wilk untuk mengetahui normalitas data, distribusi data
dikatakan normal jika hasil p> 0,05 dan tidak normal jika hasil p<
0,05. Uji normalitas Shapiro-wilk digunakan jika jumlah sampel <50,
pada penelitian ini jumlah sampel sebanyak 20 orang sehingga cocok
menggunakan Shapiro-wilk. Data-data tersebut akan disajikan dalam
bentuk tabel.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang di duga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,
2012).
Pada penelitian ini peneliti melakukan analisa data terlebih
dahulu. Peneliti menggunakan Uji paired t-test, jika datanya
berdistrubusi normal. Apabila nilai p< 0,05 maka ada pengaruh
pendidikan kesehatan dengan media video tentang personal hygiene
terhadap tingkat kemandirian pada anak retardasi mental, dan jika
nilai p> 0,05 maka tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan
media video tentang personal hygiene terhadap tingkat kemandirian
pada anak retardasi mental, namun jika data tidak berdistribusi normal
menggunakan uji Wilcoxon yang nonparametric test. Uji Wilcoxon
yang dipilih dalam penelitian ini jika data tidak berdistribusi adalah
Wilcoxon Sign Rank test untuk pengambilan keputusan menggunakan
cara yang pertama yaitu jiga Sig ≥0,05 maka H0 diterima, artinya tidak
64
ada perbedaan antar variabel. Perhitungan uji statistic menggunakan
perhitungan dengan sistem komputerisasi SPSS 16.0.
4.11 Etika Penelitian
Etika penelitian mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti
terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi
masyarakat.Peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya berpegang
teguh pada etika penelitian, meskipun penelitian yang dilakukan tidak
merugikan atau membahayakan subjek (Notoatmodjo, 2012). Secara garis
besar dalam melakukan penelitian prinsip yang harus dipegang adalah :
1. Kerahasiaan (Confidentialy)
Setiap orang memiliki hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu
peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan subjek. Peneliti cukup menggunakan coding sebagai
pengganti identitas pasien (Notoatmodjo, 2012).
2. Prinsip manfaat (Benefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pda
khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak
yang merugikan bagi subjek.
65
3. Prinsip keadilan dan keterbukaan (respect for justice on inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan dan keterhatihatian. Untuk itu, lingkungan
peneliti perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan
yaitu dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan
menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan
keutungan yang sama, tanpa membedakan agama, etnis, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini peneliti
menjelaskan prosedur penelitian pada semua responden.
66
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Tentang Personal
Hygiene Terhadap Tingkat Kemandirian Pada Anak Retardasi Mental Di
Sekolah Luar Biasa Siwi Mulia Kota Madiun. Pengumpulan data
dilakukan selama 1 minggu mulai tanggal 27 - 30 Mei 2019. Dengan
jumlah responden sebanyak 20 anak dengan retardasi mental, sedangkan
penyajian data dibagi menjadi dua, yaitu: Data umum dan data khusus.
Data umum terdiri dari data demografi meliputi: jenis kelamin, usia
danagama. Setelah data disajikan data khusus yang didasarkan pada
variabel yang diukur, yaitu: kemandirian personal hygiene pada anak
retardasi mental.
5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian
Pengumpulan data dilakukan di SLB Siwi Mulia Kota Madiun sebuah
lembaga pendidikan formal yang berada di Jalan Sekolahan No 13,
Banjarejo Kecamatan Taman Kota Madiun. Dengan luas wilayah ± 200
meter, dengan batas sebelah utara SD 1 Banjarejo, sebelah timur dan
selatan perumahan warga, dan sebelah barat Kelurahan Banjarejo. Jumlah
responden dalam penelitian ini sebanyak 20 anak dengan kriteria retardasi
mental ringan dan sedang. Di SLB Siwi Mulia Kota Madiun Memiliki 1
Kepala Yayasan, 1 Kepala Sekolah, 10 guru pengajar, dan 2 tukang kebun.
67
Selain dilengkapi ruang belajar dan sarana belajar yang baik, sekolah juga
dilengkapi ruang perpustakaan, ruang ketrampilan, dan arena bermain.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum
Data umum yang diidentifikasikan dari responden meliputi: jenis
kelamin, usia dan agama.
5.2.1.1 Karakteristik Anak Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian di SLB Siwi Mulia Kota Madiun
didapatkan hasil sesuai dengan tabel 5.1 berikut :
Tabel 5.1 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Anak di SLB Siwi Mulia Kota madiun. Jenis Kelamin Frekuensi (n) Presentase (%)
Laki – laki 8 40
Perempuan 12 60
Jumlah 20 100
Sumber data: data primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa pendidikan kesehatan
media video terhadap kemandirian personal hygiene responden lebih
banyak jenis kelamin perempuan sebanyak 12 anak (60%).
5.2.1.2 Karakteristik Anak Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian di SLB Siwi Mulia Kota Madiun
didapatkan hasil sesuai dengan tabel 5.2 berikut :
68
Tabel 5.2 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Usia Anak Di SLB
Siwi Mulia Kota Madiun. Usia Anak Frekuensi (n) Presentase (%)
6 - 8 tahun 6 30
9 - 11tahun 14 70
Jumlah 20 100
Sumber data : data primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa pendidikan
kesehatan media video terhadap kemandirian personal hygiene responden
bahwa sebagian besar anak usia 9 - 11 tahun sebanyak 14 anak (70%).
5.2.1.3 Karakteristik Anak Berdasarkan Agama
Berdasarkan hasil penelitian di SLB Siwi Mulia Kota Madiun
didapatkan hasil sesuai dengan tabel 5.3 berikut :
Tabel 5.3 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Agama Anak Di
SLB Siwi Mulia Kota Madiun. Agama Frekuensi (n) Presentase (%)
Islam 18 90
Kristen 2 10
Jumlah 20 100
Sumber data : data primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dijelaskan bahwa pendidikan kesehatan
media video terhadap kemandirian personal hygiene responden bahwa
sebagian besar beragama Islam sebanyak 18 anak (90%).
5.2.1.4 Karakteristik Anak Berdasarkan Tingkat Retardasi Mental
Berdasarkan hasil penelitian di SLB Siwi Mulia Kota Madiun
didapatkan hasil sesuai dengan tabel 5.4 berikut :
Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)
Ringan 16 80
Sedang 4 20
Jumlah 20 100
Sumber data : data primer, 2019.
69
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dijelaskan bahwa pendidikan kesehatan
media video terhadap kemandirian personal hygiene responden bahwa
sebagian besar memiliki tingkat retardasi mental ringan yaitu sebanyak 16
anak (80%).
5.2.1.5 Karakteristik Anak Berdasarkan Jumlah Saudara
Berdasarkan hasil penelitian di SLB Siwi Mulia Kota Madiun
didapatkan hasil sesuai dengan tabel 5.5 berikut :
Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)
Anak Tunggal 10 50
Dua Bersaudara 6 30
Tiga Bersaudara 4 20
Lebih dari Tiga Bersaudara 0 0
Jumlah 20 100
Sumber data : data primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dijelaskan bahwa pendidikan kesehatan
media video terhadap kemandirian personal hygiene responden bahwa
sebagian besar adalah anak tunggal yaitu sebanyak 10 anak (50%).
5.2.1.6 Karakteristik Anak Berdasarkan Pendidikan Orang Tua
Berdasarkan hasil penelitian di SLB Siwi Mulia Kota Madiun
didapatkan hasil sesuai dengan tabel 5.6 berikut :
Pendidikan Frekuensi (n) Presentase (%)
SD 3 15
SMP/Sederajat 2 10
SMA/Sederajat 15 75
S1/S2 0 0
Jumlah 20 100
Sumber data : data primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dijelaskan bahwa pendidikan kesehatan
media video terhadap kemandirian personal hygiene responden bahwa
70
sebagian besar pendidikan orang tua anak adalah SMA/sederajat yaitu
sebanyak 15 anak (75%).
5.2.1.7 Karakteristik Anak Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
Berdasarkan hasil penelitian di SLB Siwi Mulia Kota Madiun
didapatkan hasil sesuai dengan tabel 5.7 berikut :
Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)
Bekerja (wiraswasta) 8 40
Tidak Bekerja 12 60
Jumlah 20 100
Sumber data : data primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dijelaskan bahwa pendidikan kesehatan
media video terhadap kemandirian personal hygiene responden bahwa
sebagian besar orang tua (ibu) anak tidak bekerja yaitu sebanyak 12 anak
(60%).
5.2.2 Data Khusus
Setelah mengetahui dari data umum dalam penelitian ini maka akan
ditampilkan hasil penelitian berdasarkan dengan data khusus yang
meliputi: kemampuan toilet training pada anak retardasi mental dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi tentang variabel independent dan variabel
dependent.
5.2.2.1 Distribusi Frekuensi Indikator Kemandirian Personal Hygiene Pada
Anak Retardasi Mental Sebelum Diberikan pendidikan Kesehatan
dengan Media Video
Berikut adalah hasil dari distribusi frekuensi tingkat Kemandirian
Personal Hygiene pada anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota
Madiun sebelum diberi pendidikan kesehatan Personal Hygiene.
71
Tabel 5.8 Hasil distribusi frekuensi indicator kemandirian sebelum
diberikan pendidikan kesehatan dengan media video terhadap tingkat
Kemandirian Personal Hygiene pada anak retardasi mental di SLB Siwi
Mulia Kota Madiun
NO PERNYATAAN Pre
TB D M
1. Anak mampu mandi tanpa bantuan
orangtua 18 2 0
2. Anak mau mandi sendiri tanpa
disuruh orangtua 18 2 0
3. Anak dapat membersihkan rambut
(keramas) 20 0 0
4. Anak dapat menggosok gigi 19 1 0
5. Anak dapat membuka dan
memakai pakaian sendiri 10 6 4
6. Kuku tangan dan kaki anak bersih
dan pendek 14 6 0
7. Anak mampu memotong kuku jari
kaki 7 13 0
8. Anak mampu memotong kuku jari
tangan 8 12 0
9. Anak mencuci tangan dengan
menggunakan sabun 8 7 5
10. Anak mencuci tangan sebelum dan
sesudah aktivitas 12 8 0
11. Anak BAK dan BAB tanpa
bantuan 7 11 2
12. Anak BAK di kamar mandi 7 13 0
13. Anak BAB di kamar mandi 7 13 0
14. Cebok setelah BAB dan BAK 9 11 0
15. Menyiram kloset setelah BAB dan
BAK 7 13 0
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan
pendidikan kesehatan media video terhadap kemandirian personal hygiene
bahwa sebagian besar anak tidak mampu dalam hal mandi, membersihkan
rambut, menggosok gigi dan membersihkan kuku.
72
5.2.2.2 Distribusi Frekuensi Indikator Kemandirian Personal Hygiene Pada
Anak Retardasi Mental Sesudah Diberikan pendidikan Kesehatan
dengan Media Video
Berikut adalah hasil dari distribusi frekuensi tingkat Kemandirian
Personal Hygiene pada anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota
Madiun sesudah diberi pendidikan kesehatan Personal Hygiene
Tabel 5.9 Hasil distribusi frekuensi indicator kemandirian sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dengan media video terhadap tingkat
Kemandirian Personal Hygiene pada anak retardasi mental di SLB Siwi
Mulia Kota Madiun
NO PERNYATAAN Post
TB D M
1. Anak mampu mandi tanpa
bantuan orangtua 3 17 0
2. Anak mau mandi sendiri tanpa
disuruh orangtua 4 15 1
3. Anak dapat membersihkan
rambut (keramas) 9 11 0
4. Anak dapat menggosok gigi 8 12 0
5. Anak dapat membuka dan
memakai pakaian sendiri 0 16 4
6. Kuku tangan dan kaki anak
bersih dan pendek 1 19 0
7. Anak mampu memotong kuku
jari kaki 2 18 0
8. Anak mampu memotong kuku
jari tangan 1 19 0
9. Anak mencuci tangan dengan
menggunakan sabun 1 14 5
10. Anak mencuci tangan sebelum
dan sesudah aktivitas 2 18 0
11. Anak BAK dan BAB tanpa
bantuan 0 18 2
12. Anak BAK di kamar mandi 3 16 1 13. Anak BAB di kamar mandi 4 16 0
14. Cebok setelah BAB dan BAK 5 13 2
15. Menyiram kloset setelah BAB
dan BAK 4 14 2
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan
pendidikan kesehatan media video terhadap kemandirian personal hygiene
bahwa sebagian besar anak mengalami peningkatan dalam hal mandi,
73
membersihkan rambut, menggosok gigi, membersihkan kuku,
membersihkan tangan, dan BAB/BAK.
5.2.2.3 Mengidentifikasi Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak
Retardasi Mental Sebelum Diberikan pendidikan Kesehatan dengan
Media Video
Berikut adalah hasil tingkat Kemandirian Personal Hygiene pada anak
retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun sebelum diberi
pendidikan kesehatan Personal Hygiene.
Tabel 5.10 Hasil sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media
video terhadap tingkat Kemandirian Personal Hygiene
Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)
Tidak Bisa 17 85
Dibantu 3 15
Mandiri 0 0
Jumlah 20 100
Sumber data : data primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan
pendidikan kesehatan media video terhadap kemandirian personal hygiene
didapatkan jumlah bahwa anak yang masuk kategori tidak bisa sebanyak
17 orang (85%), dan anak yang masuk kategori dibantu sebanyak 3 orang
(15%). Sedangkan anak yang masuk kategori mandiri adalah 0 (0%)
5.2.2.4 Mengidentifikasi Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak
Retardasi Mental Sesudah Diberikan pendidikan Kesehatan dengan
Media Video
Berikut adalah hasil tingkat Kemandirian Personal Hygiene pada anak
retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun sebelum diberi
pendidikan kesehatan Personal Hygiene.
74
Tabel 5.11 Hasil sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan
media video terhadap tingkat Kemandirian Personal Hygiene
Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)
Tidak Bisa 2 10
Dibantu 15 75
Mandiri 3 15
Jumlah 20 100
Sumber data : data primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan
pendidikan kesehatan media video terhadap kemandirian personal hygiene
didapatkan jumlah bahwa anak yang masuk kategori tidak bisa sebanyak 2
orang (10%), dan anak yang masuk kategori dibantu sebanyak 15 orang
(75%). Sedangkan anak yang masuk kategori mandiri sebanyak 3 orang
(15%).
5.2.2.5 Menganalisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan media
video tentang Personal Hygiene terhadap Tingkat Kemandirian
Personal Hygiene Pada Anak Retardasi Mental
Sebelum melihat apakah terdapat pengaruh pendidikan kesehatan
dengan media video terhadap peningkatan kemandirian personal Hygiene
pada anak retardasi mental. Maka perlu dilakukan uji normalitas data. Uji
normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro- Wilk. Hasil
uji normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut:
75
Tabel 5.12 Hasil Uji Normalitas Data
Tests of Normality
KELOMPOK
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PENDIDIKAN 1 .250 20 .062 .875 20 .111
2 .162 20 .182 .951 20 .380
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji Shapiro wilk
dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ value = 0,000 > α = 0,05,
dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini
berdistribusi normal, sehingga dapat dilanjutkan uji selanjutnya yaitu uji
paired t test. Berikut adalah hasil analisis dari pengaruh pendidikan
kesehatan dengan media video terhadap peningkatan kemandirian personal
Hygiene pada anak retardasi mental.
Tabel 5.13 Hasil Analisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan
media video terhadap tingkat kemandirian personal Hygiene
pada anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
PRETEST -
POSTTEST
-
6.450
2.089 .467 -7.428 -5.472 -
13.805
19 .000
Sumber data : Olahan data SPSS
76
Berdasarkan tabel 5.13 di atas menunjukkan bahwa pendidikan
kesehatan dengan media video memiliki pengaruh terhadap tingkat
kemandirian Personal Hygiene.
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistic paired t-
test sample berpasangan dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ
value = 0,000 < α = 0,05, artinya Ha diterima berarti ada pengaruh
pendidikan kesehatan dengan media video memiliki pengaruh terhadap
peningkatan kemandirian personal Hygiene pada anak retardasi mental di
SLB Siwi Mulia Kota Madiun.
5.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi
terhadap responden pada bulan Juni 2019 setelah diolah, maka peneliti
akan membahas mengenai pengaruh pendidikan kesehatan dengan media
video terhadap tingkat kemandirian personal Hygiene pada anak retardasi
mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun.
5.3.1 Perilaku Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan dengan Media
Video Terhadap Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak
Retardasi Mental
Pada tabel 5.8 dapat dilihat indikator kemandirian personal hygiene
menunjukkan bahwa sebagian besar anak tidak mampu dalam hal mandi,
dalam hal ini dapat dijelaskan yang tidak bisa sebanyak 18 anak, dibantu 2,
dan mandiri 0, sedangakan dalam hal membersihkan rambut, dalam hal ini
dapat dijelaskan yang tidak bisa sebanyak 20 anak, dibantu 0, dan mandiri
0. Sedangkan dalam hal menggosok gigi, dalam hal ini dapat dijelaskan
77
yang tidak bisa sebanyak 19 anak, dibantu 1, dan mandiri 0. Sedangkan
dari tingkat kemandirian personal hygiene jumlah anak yang masuk
kategori tidak bisa sebanyak 17 orang (85%), dan anak yang masuk
kategori dibantu sebanyak 3 orang (15%). Sedangkan anak yang masuk
kategori mandiri adalah 0 (0%).
Hal ini bisa dikarenakan peran orang tua dalam hal memahami anak,
bahwa anak masih belum merespon badannya bersih atau kotor, belum ada
kesadaran untuk membersihkan anggota badan sendiri. Hasil ini sesuai
dengan hasil penelitian Dewi (2017) yang menunjukkan bahwa pola asuh
orang tua anak di SDN Percobaan Surabaya menerapkan pola asuh sebagai
pola asuh dominan sangat berperan dan berpengaruh baik terhadap
kemandirian personal hygiene pada anak di SDN Percobaan Surabaya. Hal
ini menunjukkan bahwa perhatian orang tua terhadap anak, sangat
mempengaruhi perilaku anak dalam hal kemandirian personal hygiene.
Selain itu faktor lain yang menyebabkan anak masih belum mandiri
dalam personal hygiene adalah faktor – faktor internal anak yaitu anak
yang susah diatur, kondisi emosional anak yang tidak tentu, dan kondisi
anak yang cacat jasmani/mental. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Mubarak, dkk (2015:147), yang menyatakan bahwa kemandirian personal
hygiene ini tak luput dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor
yang mempengaruhi kemandirian personal hygiene yang dikemukakan
antara lain yakni tingkat pengetahuan atau perkembangan individu dan
Kondisi cacat dan gangguan mental yang menghambat kemampuan
78
individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri. Selain itu faktor
yang mempengaruhi kemandirian personal hygiene adalah kondisi
emosional anak. Kondisi emosional anak yang tidak tentu menghambat
kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.
5.3.2 Perilaku Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan dengan Media
Video Terhadap Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak
Retardasi Mental
Pada tabel 5.9 dapat dilihat bahwa sebagian besar anak mengalami
perubahan perilaku, dalam hal ini menunjukkan peningkatan tingkat
kemandirian personal hygiene dalam indikator kemandirian, yaitu anak
mengalami peningkatan pada hal mandi, dalam hal ini dapat dijelaskan
yang tidak bisa sebanyak 3 anak, dibantu 17, dan mandiri 0, membersihkan
rambut, dalam hal ini dapat dijelaskan yang tidak bisa sebanyak 9 anak,
dibantu 11, dan mandiri 0, menggosok gigi, dalam hal ini dapat dijelaskan
yang tidak bisa sebanyak 8 anak, dibantu 12, dan mandiri 0. Dilihat dari
tingkat kemandirian anak yang masuk kategori tidak bisa sebanyak 2
orang (10%), dan anak yang masuk kategori dibantu sebanyak 15 orang
(75%). Sedangkan anak yang masuk kategori mandiri sebanyak 3 orang
(15%).
Setelah diberikan pendidikan kesehatan anak yang paling banyak tidak
bisa pada indikator membersihkan rambut, dalam hal ini dapat dijelaskan
yang tidak bisa sebanyak 9 anak, sedangkan yang paling banyak dibantu
pada indikator memotong kuku, dalam hal ini dapat dijelaskan sebanyak
79
19 anak, dan yang paling banyak mandiri pada indikator mencuci tangan,
dalam hal ini dapat dijelaskan sebanyak 5 anak.
Hal ini dikarenakan, karena bahwa sebagian besar anak usia 9 - 11
tahun sebanyak 14 anak (70%), hal ini sebagian besar responden adalah
anak kelas 3-5, ini memungkinkan bahwa anak telah menerima pendidikan
kesehatan selama disekolah. Dalam penelitian ini juga menunjukkan
bahwa sebagian besar anak memiliki tingkat retardasi mental ringan yaitu
sebanyak 16 anak (80%). Hal ini memungkinkan anak lebih mudah
diberikan arahan, sehingga mampu menujukkan perubahan perilaku
kemadirian, hal ini sesuai dengan pendapat Atmaja (2017) yang
menyatakan bahwa anak retardasi mental ringan mampu didik secara
minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial dan pekerjaan.
Selain itu peran orang tua dalam hal ini juga mempengaruhi hasil
penelitian ini, dapat dilihat bahwa sebagian besar orang tua anak adalah
lulusan SMA/sederajat, dan tidak bekerja. Dalam hal ini orang tua dapat
lebih fokus dalam mendidik dan mengawasi anak. Hasil ini sesuai dengan
hasil penelitian Furohmiyatiningsih (2009) yang menunjukkan bahwa
pengalaman atau pendidikan orang tua dalam hal personal hygiene di
Dusun Dondong Tegaltirto Sleman Yogyakarta sangat berpengaruh baik
terhadap kemandirian personal hygiene pada anak di Dusun Dondong
Tegaltirto Sleman Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
orang tua terhadap anak, sangat mempengaruhi perilaku anak dalam hal
kemandirian personal hygiene.
80
Hasil penelitian ini juga menunjukkan siswa perempuan yang lebih
dominan dalam peningkatan tingkat kemandirian, dapat dilihat sebagian
besar responden adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Yustrianthe (2012) yang menyatakan bahwa perempuan diduga lebih
efisien dan lebih efektif dalam memproses informasi, hal ini dikarenakan
perempuan lebih memiliki kemampuan untuk membedakan, dan
menganalisis penerimaan informasi.
5.3.3 Pengaruh Pendidikan Kesahatan Pendidikan Kesehatan dengan
Media Video Terhadap Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada
Anak Retardasi Mental
Setelah diberikan pendidikan kesehatan anak yang paling banyak
mengalami perubahan dari tidak bisa menjadi mandiri pada indikator
membersihkan rambut, dalam hal ini dapat dijelaskan yang tidak bisa
sebanyak 9 anak, sedangkan yang paling banyak dibantu pada indikator
memotong kuku, dalam hal ini dapat dijelaskan sebanyak 19 anak, dan
yang paling banyak mandiri pada indikator mencuci tangan, dalam hal ini
dapat dijelaskan sebanyak 5 anak. Hal ini berarti responden mengalami
peningkatan dalam hal melakukan personal Hygiene secara mandiri
setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media video.
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistic paired t-
test sample berpasangan dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ
value = 0,000 < α = 0,05, artinya Ha diterima berarti ada pengaruh
pendidikan kesehatan dengan media video memiliki pengaruh terhadap
peningkatan kemandirian personal Hygiene pada anak retardasi mental di
81
SLB Siwi Mulia Kota Madiun. Hasil uji statistik paired t-test sample
berpasangan bahwa r hitung = 0,635 yaitu positif yang berarti semakin
sering diberikan pendidikan kesehatan maka keberhasilan kemandirian
personal Hygiene juga semakin meningkat.
Dalam hal ini berpendapat bahwa pendidikan kesehatan dengan media
video mempunyai dampak dan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan
perilaku seseorang. Karena hal tersebut sesuai dengan tujuannya yaitu
pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah sikap dan perilaku
seseorang agar menjadi lebih baik dan menjadi lebih tahu, semakin
seseorang tersebut tahu dan mempunyai informasi lebih, maka semakin
baik pula sikap dan perilakunya. Disamping itu, berdasarkan beberapa
uaraian diatas, terlihat jelas bahwa personal hygiene mempunyai dampak
yang besar terhadap kesehatan dimana dengan kita menjaga kebersihan
diri maka akan terhindar dari berbagai penyakit. Berdasarkan uraian
tersebut terlihat bahwa dengan adanya kecenderungan pendidikan
kesehatan sebagai penyebab meningkatnya pengetahuan dan sikap tentang
personal hygiene.
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rahmawati (2017) yang meneliti pendidikan
kesehatan melalui audio visual terhadap perilaku personal hygiene anak
kelas III di SD Muhammadiyah Kragan Tempel Sleman. Hasil uji dengan
menggunakan wilcoxon match pairs menunjukkan bahwa hasil uji
signifikan dengan hasil nilai sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil atau
82
>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media audio
visual di SD Muhammadiyah Kragan Tempel Sleman. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan
media audio visual terhadap perilaku personal hygiene siswa SD
Muhammadiyah Kragan Tempel Sleman. Hasil penelitian lain
menunjukkan hasil yang sama yaitu hasil penelitian Faikoh (2014) yang
meneliti pendidikan kesehatan melalui audio visual terhadap perilaku
personal hygiene anak usia 5-7 Tahun di SLB N Semarang, yang
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan media audio visual
meningkatkan perilaku personal hygiene, hasil uji wilcoxon menunjukkan
Berdasarkan <0,05 ) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan hasil ada pengaruh modelling media video terhadap
peningkatan toilet training pada anak retardasi mental usia 5-7 tahun di
SLB N Semarang.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa responden menyerap informasi
melalui pendidikan kesehatan dengan media audio visual dengan baik.
Informasi yang disampaikan melalui audio visual kepada responden dapat
menambah wawasan dan menambah informasi kepada siswa tentang
perilaku personal hygiene yang baik. Secara tidak langsung siswa akan
bisa membandingkan antara perilaku buruk yang sering dilakukan dengan
pesan dari pendidikan kesehatan personal hygiene yang benar sehingga
83
akan membuat siswa untuk merubah perilakunya dalam menjaga
kesehatan dan mempertahankan kesehatan individu.
Hasil penelitian mendukung teori yang diuraikan di atas, bahwa
mendefinisikan pendidikan kesehatan sebagai proses yang mencakup
dimensi dan kegiatan-kegiatan intelektual, psikologi, dan sosial yang
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam mengambil
keputusan secara sadar dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri,
keluarga, dan masyarakat (Induniasih, 2018). Hasil yang diharapkan dari
suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau
perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif
oleh sasaran dari promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
84
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Dengan Media Video Tentang Personal Hygiene Terhadap Tingkat
Kemandirian Pada Anak retardasi Mental di Sekolah Luar Biasa Siwi
Mulia Kota Madiun. Dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebelum diberikan pendidikan kesehatan terhadap tingkat kemandirian
pada anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun di peroleh
hasil, yaitu jumlah anak yang masuk kategori tidak bisa sebanyak 17
orang (85%), dan anak yang masuk kategori dibantu sebanyak 3 orang
(15%). Sedangkan anak yang masuk kategori mandiri adalah 0 (0%).
2. Sesudah diberikan pendidikan kesehatan terhadap tingkat kemandirian
pada anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun di peroleh
hasil, yaitu jumlah anak yang masuk kategori tidak bisa sebanyak 2
orang (10%), dan anak yang masuk kategori dibantu sebanyak 15 orang
(75%). Sedangkan anak yang masuk kategori mandiri sebanyak 3 orang
(15%).
3. Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat kemandirian
pada anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun.
85
6.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Diharapkan hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa tentang
masalah yang berhubungan dengan pendidikan kesehatan pada anak
retardasi mental serta teknik dengan media video tentang personal
hygiene.
2. Bagi Institusi Sekolah
SLB Siwi Mulia Kota Madiun Diharapkan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan referensi bagi guru tentang indicator
kemandirian pada anak retardasi mental dan pendidikan kesehatan pada
anak retardasi mental melalui media audio visual tentang personal
hygiene.
3. Bagi Institusi Kesehatan
Untuk tenaga kesehatan terutama perawat dapat menjadikan pendidikan
kesehatan dengan media video tentang personal hygiene sebagai salah
satu alternatif terapi dalam upaya meningkatkan kemandirian pada anak
retardasi mental di sekolah luar biasa.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan
mengembangkan penelitian lain, dari segi variabel yang berbeda
mengenai kemandirian, aktifitas sehari – hari pada anak retardasi
86
mental di sekolah luar biasa, agar dapat mengembangkan penelitian di
masa akan datang.
87
DAFTAR PUSTAKA
Arif S, Sadiman. 2012. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, Dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Reneka Cipta.
Arsyad Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Atmaja. 2017. Pendidikan dan Bimbingan: Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Cecep Kustandi, Bambang Sucipto. 2013. Media Pembelajaran Manual dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.
Daryanto. D. 2013. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT
Refika Aditama.
Edyati, L. 2014. Pengaruh penyuluhan Kesehatan dengan Media Video terhadap
pengetahuan dan Sikap personal hygiene siswa sd negeri 1 kepek pengasih
kulon progo. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta . (Diakses 23 Desember 2018).
Hidayat, A. 2011. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: SalembaMedika.
Induniasih. 2018. Promosi Kesehatan: Pendidikan kesehatan dalam
Keperawatan. Yogyakarta :Pustaka Baru Press.
Nasir. 2011. Buku Ajar: Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi Keempat.
Jakarta: Salemba Medika.
Priyoto. 2018. Ilmu Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Pustaka Panasea.
Rahmawati, D.E. 2017.Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Audio
Visual TerhadapPerilaku Personal Hygiene Siswa SD Muhammadiyah
Kragan Tempel Sleman. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas‘Aisyiyah
Yogyakarta.file:///H:/MATERI%20SEMESTER%207/PERSONAL%20HY
GIENE%203.pdf (Diakses 28 Desember 2018).
88
Retno Dwi Astuti. 2005. Pengaruh Pola Asuh Orang tua Terhadap Kemandirian
Siswa dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Sumpiuh
Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006. Jurnal UNNES.
https://lib.unnes.ac.id/3436/1/1314000018.pdf. (Diakses 20 Desember
2018).
Rumaseb, S., Mulyani, S., Nasrah. 2018. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental Usia 10-14 Tahun Dalam
Melakukan Perawatan Diri Di SLB Negeri Bagian B Jaya Pura. Jurnal
Keperawatan Tropis Papua. Error! Hyperlink reference not valid.. (Diakses
pada tanggal 12 Desember 2018).
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC, 1995.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syahda, Syukrianti, Mazdarianti. 2018. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap
Kemandirian Anak Retardasi Mental di SDLB Bangkinang Tahun 2016.
Jurnal Basicedu Volume 2 Nomor 1 Tahun 2018 Halaman 43-48.
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/25/25 (Diakses 15
Desember 2018).
Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Wartonah dan Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
89
Lampiran 1
90
Lampiran 2
91
Lampiran 3
92
Lampiran 4
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth.Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun:
Nama : Denis Fitna Sari
NIM : 201502046
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh pendidikan
kesehatan dengan media video tentang personal hygiene terhadap tingkat
kemandirian pada anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun”.
Sehubungan dengan judul penelitian diatas, data yang diperoleh dari penelitian
akan sangat bermanfaat bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Untuk
kepentingan tersebut peneliti memohon anda untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan yang saya ajukan dengan jujur. Semua data yang dikumpulkan akan
dirahasiakan.
Atas perhatian, kerja sama dan kesediaan dalam partisipasi sebagai
responden dalam penelitian ini, saya menyampaikan terimaksih danberharap
informasi anda akan berguna khususnya dalam penelitian ini.
Hormat Saya,
Denis Fitna Sari
93
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertandatangan di bawah ini saya:
Nama : ..................................................................
Umur : .................................................................
Alamat : ..................................................................
Setelah mendapat keterangan secukupnya dar ipenulis serta mengetahui
manfaat, tujuan dan prosedur penelitian yang berjudul “Pengaruh pendidikan
kesehatan dengan media video tentang personal hygiene terhadap tingkat
kemandirian pada anak retardasi mental di SLB Siwi Mulia Kota Madiun”
menyatakan *BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* diikut sertakan dalam penelitian
ini dengan catatan apabila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun
berhak membatalkan persetujuan ini.
Saya percaya apa yang di informasikan dijamin kerahasiaannya oleh
penulis.
Peneliti,
Denis Fitna Sari
Madiun, ....... - ............ 2019
Responden,
*Coret yang tidak perlu
94
Lampiran 6
CHECKLIST KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE
1. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan pendapat dan keadaan yang
sebenarnya dengan cara memberikan tanda (√) pada salah satu kolom yang
telah disediakan berikut ini:
2. Setiap pertanyaan hanya di isi dengan satu jawaban saja
Keterangan :
TB = Tidakbisa
D = Dibantu
M = Mandiri
NO PERNYATAAN TB D M
1. Anak mampu mandi tanpa bantuan orangtua
2. Anak mau mandi sendiri tanpa disuruh orangtua
3. Anak dapat membersihkan rambut (keramas)
4. Anak dapat menggosok gigi
5. Anak dapat membuka dan memakai pakaian sendiri
6. Kuku tangan dan kaki anak bersih dan pendek
7. Anak mampu memotong kuku jari kaki
8. Anak mampu memotong kuku jari tangan
9. Anak mencuci tangan dengan menggunakan sabun
10. Anak mencuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas
11. Anak BAK dan BAB tanpa bantuan
12. Anak BAK di kamar mandi
13. Anak BAB di kamar mandi
14. Cebok setelah BAB dan BAK
15. Menyiram kloset setelah BAB dan BAK
95
Lampiran 7
SOP ( STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
Pendidikan Kesehatan dengan Media Video Tentang
Personal Hygiene
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap Tanggal terbit
Pengertian Suatu kegiatan pendidikan kesehatan dengan menggunakan
media video tentang personal hygiene / perawatan diri
Tujuan 1. Untuk melatih kemandirian anak dalam perawatan
diri seperti mandi, menggosok gigi, mencuci rambut,
mencuci tangan, memotong kuku, dan toilet training.
2. Untuk melatih dan mengajarkan kebersihan
perseorangan.
3. Memberikan rasa nyaman
Prosedur I. Persiapan alat :
1. SabunMandi
2. Pasta gigi
3. Sikatgigi
4. Sampo
5. Gunting kuku
6. Handuk / tisu
7. Gayung
8. Handwash
II. Persiapan pasien :
1. Anak diberi penjelasan tentang hal-hal atau
prosedur yang akandijelaskan.
2. Menanyakan kesiapan anak sebelum kegiatan
dilakukan.
3. Mempersiapkan lingkungan tempat.
III. Pelaksanaan :
1. Perawatan diri mandi, menggosok gigi, dan mencuci
rambut :
a. Mengambil handuk kemudian di letakkan di
dalam kamar mandi
b. Kemudian melepas pakaian yang dikenakan.
c. Membasahi tubuh dengan air bersih.
d. Mengambil sampo dan tuangkan secukupnya di
telapak tangan, kemudian dibasuhkan kerambut
dan memijatnya dengan lembut. Setelah itu
basuhi lagi dengan air bersih.
e. Setelah mencuci rambut, mengambil sabun dan
96
basuhi pada bagian seluru tubuh. Kemudian
basuh dengan air bersih.
f. Kumur - kumur dengan air bersih, ambil pasta
gigi secukupnya letakkan di atas sikat gigi dan
gosokkan kebagian gigi dan setalah itu kumur-
kumur kembali.
g. Setelah selesai semuanya, ambil handuk
usapkan dibagian kepala dan bagian tubuh dan
memakai pakaian kembali.
2. Perawatandirimemotong kuku :
a. Letakkan tisu di bawah telapak tangan agar
potongan kuku tidak berserakan.
b. Mengambil gunting kuku
c. Tangan kiri memegang gunting kuku untuk
memotong kuku jari tangan sebalah kanan,
dan memotong kuku jari sesuai lekukan kuku
jari.
d. Kemudian melakukan nya secara bergantian.
3. Perawatan diri mencuci tangan dengan benar :
a. Basahi kedua telapak tangan dengan memakai
air yang mengalir.
b. Ambil sabun kemudian usap dan gosokkan
kedua telapak tangan.
c. Usap kedua punggung tangan secara
bergantian.
d. Gosok juga sela-sela jari hingga bersih.
e. Bersihkan ujung jari secara bergantian
dengan mengatupkan tangan kita.
f. Gosok dan putar kedua ibu jari secara
bergantian.
g. Letakkan ujung jari ditelapak tangan
kemudian gosok perlahan.
h. Kemudian bilas seluruh bagian tangan dengan
air bersih yang mengalir.
i. Lalu keringkan dengan menggunakan handuk
atau tissue.
4. Perawatan diri toilet training :
a. Jika anak terasa ingin BAB atau BAK ajak
anak untuk ke kamar mandi atau toilet.
b. Jika anak BAK untuk anak laki-laki
dilakukan dengan cara berdiri, dan untuk
anak perempuan dilakukan dengan cara
berjongkok.
c. Setelah BAK selesai lalu disiram dengan air.
97
d. Kemudian cuci tangan dengan sabun,
bersihkan dengan air bersih dan keringkan
menggunakan tissue atau handuk.
e. Jika anak BAB dilakukan dengan cara
jongkok atau duduk. Setelah selesai bersihkan
dengan sabun lalu menyiramnya.
f. Cuci tangan dengan sabun, bersihkan dengan
air bersih dan kering kan tangan
menggunakan tissue atau handuk.
Dokumentasi
tidakan
Catatan
penilaian
98
Lampiran 8
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
No item P Value Nilai Sig Kesimpulan
1. 0,000 < 0,05 VALID
2. 0,001 < 0,05 VALID
3. 0,001 < 0,05 VALID
4. 0,001 < 0,05 VALID
5. 0,021 < 0,05 VALID
6. 0,023 < 0,05 VALID
7. 0,000 < 0,05 VALID
8. 0,001 < 0,05 VALID
9. 0,001 < 0,05 VALID
10. 0,021 < 0,05 VALID
11. 0,001 < 0,05 VALID
12. 0,000 < 0,05 VALID
13. 0,001 < 0,05 VALID
14. 0,001 < 0,05 VALID
15. 0,001 < 0,05 VALID
Variabel Alpha itung CronbachAlpa Kesimpulan
Personal Hygiene 0,971 0,6 Reliabel
99
Lampiran 9
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN DI SLB SIWI MULIA KOTA
MADIUN
NO NAMA JENIS KELAMIN UMUR AGAMA
1. R 2 2 1
2. A 1 2 1
3. B 1 2 1
4. F 2 1 1
5. A 1 2 1
6. A 1 1 1
7. D 2 2 1
8. L 2 2 1
9. N 2 2 1
10. A 2 1 2
11. W 2 2 1
12. F 2 2 1
13. D 1 2 1
14. D 2 2 1
15. A 1 1 1
16. I 2 2 1
17. C 2 2 2
18. B 2 1 1
19. F 1 2 1
20. B 2 1 1
100
Lampiran 10
DATA UMUM OUTPUT SPSS
1. Jenis Kelamin
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 8 40.0 40.0 40.0
perempuan 12 60.0 60.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
2. Usia
usia_anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 6-8 6 30.0 30.0 30.0
9-11 14 70.0 70.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
3. Agama
agama_anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Islam 18 90.0 90.0 90.0
Kristen 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
101
4. Tingkat Retardasi Mental
Tingkat Retardasi Mental_anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ringan 16 80.0 80.0 80.0
Sedang 4 20.0 20.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
5. Jumlah Saudara
Jumlah Saudara_anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Anak Tunggal 10 50.0 50.0 50.0
Dua Bersaudara
Tiga Bersaudara
> Tiga bersaudara
6
4
0
30.0
20.0
00.0
30.0
20.0
00.0
30.0
20.0
100.0
Total 20 100.0 100.0
6. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan Orang Tua_anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 3 15.0 15.0 15.0
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
S1/S2
2
15
0
10.0
75.0
00.0
10.0
75.0
00.0
10.0
75.0
100.0
Total 20 100.0 100.0
7. Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan Orang Tua_anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Bekerja 8 40.0 40.0 40.0
Tidak Bekerja 12 60.0 60.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
102
Lampiran 11
Hasil Tabulasi Pre Pendidikan Kesehatan
No.
Resp L/P S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 Total Kategori
1 P 1 1 1 1 3 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 26 DB
2 L 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 21 TB
3 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 19 TB
4 P 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 20 TB
5 L 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 22 TB
6 L 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 20 TB
7 P 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 21 TB
8 P 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 20 TB
9 P 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 21 TB
10 P 1 2 1 1 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 27 TB
11 P 1 1 1 1 3 2 2 2 3 1 3 1 2 2 2 27 DB
12 P 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 24 TB
13 L 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 21 TB
14 P 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1 3 1 2 2 2 24 TB
15 L 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 22 TB
16 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 20 TB
17 P 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 2 2 2 2 22 TB
18 P 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 19 TB
19 L 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 22 TB
20 P 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 22 TB
103
Lampiran 12
Hasil Tabulasi Post Pendidikan Kesehatan
No.
Resp L/P S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 Total Kategori
1 P 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 34 M
2 L 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 DB
3 L 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 27 DB
4 P 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 24 TB
5 L 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30 DB
6 L 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 27 DB
7 P 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 29 DB
8 P 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 26 DB
9 P 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 3 30 DB
10 P 2 2 1 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 29 DB
11 P 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 32 M
12 P 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 DB
13 L 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 27 DB
14 P 2 2 2 2 3 2 1 1 3 2 3 1 2 3 3 32 M
15 L 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 24 TB
16 P 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 DB
17 P 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 29 DB
18 P 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 DB
19 L 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 DB
20 P 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29 DB
104
Lampiran 13
Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
KELOMPOK
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PENDIDIKAN 1 .250 20 .062 .875 20 .111
2 .162 20 .182 .951 20 .380
a. Lilliefors Significance Correction
105
Lampiran 14
Hasil Uji Paired Sample t-test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 PRETEST 22.00 20 2.428 .543
POSTTEST 28.45 20 2.460 .550
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 PRETEST & POSTTEST 20 .635 .003
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
PRETEST -
POSTTEST
-6.450 2.089 .467 -7.428 -5.472 -
13.805
19 .000
106
Lampiran 15
107
108
109
110
Lampiran 16
JADWAL KEGIATAN
NO Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Pembuatan dan konsul
judul
2 Penyusunan proposal
3 Bimbingan proposal
4 Ujian proposal
5 Revisi proposal
6 Pengambilan data
7 Penyusunan dan konsul
skripsi
8 Ujian skripsi
111
Lampiran 17
Dokumentasi Kegiatan
112
113