retardasi mental1

23
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Keluarga 1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998 dalam Santun S & Agus Citra D, 2008) Menurut Friedman, 1998 dalam Santun S & Agus Citra D, (2008) keluarga merupakan kesatuaan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lainnya, dan di dalamnya terdapat peranan dari masing-masing anggota, menciptakan serta mempertahankan kebudayaan yang telah ada (Salvicion G Baillon dan Aracelis Maglaya dalam Sujono Riyadin, 2009). 1.2 Struktur Keluarga Menurut Friedman dalam Satun Setiawati (2008) menyebutkan elemen struktur keluarga terdiri dari: 7 Universitas Sumatera Utara

Transcript of retardasi mental1

Page 1: retardasi mental1

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Keluarga

1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat

dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998 dalam

Santun S & Agus Citra D, 2008)

Menurut Friedman, 1998 dalam Santun S & Agus Citra D, (2008) keluarga

merupakan kesatuaan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan, ada

hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu

rumah tangga, berinteraksi satu sama lainnya, dan di dalamnya terdapat peranan

dari masing-masing anggota, menciptakan serta mempertahankan kebudayaan

yang telah ada (Salvicion G Baillon dan Aracelis Maglaya dalam Sujono Riyadin,

2009).

1.2 Struktur Keluarga

Menurut Friedman dalam Satun Setiawati (2008) menyebutkan elemen

struktur keluarga terdiri dari:

7

Universitas Sumatera Utara

Page 2: retardasi mental1

1). Struktur peran keluarga

a. Struktur peran keluarga; menggambarkan peran masing-masing anggota

keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan

masyarakat.

b. Nilai atau norma keluarga; menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari

dan diyakini dalam keluarga.

c. Pola komunikasi keluarga; menggambarkan bagaimana cara dan pola

komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga

ataupun dalam keluarga besar.

d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga

untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan prilaku

ke arah positif.

2). Ciri-ciri struktur keluarga

Menurut Satun Setiawati (2008) ciri-ciri struktur keluarga yaitu:

a. Terorganisasi

Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota

keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga

dapat tercapai.

b. Keterbatasan

Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung

jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak

bisa semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh

tanggung jawab, masing-masing anggota keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: retardasi mental1

c. Perbedaan dan kekhususan

Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan masing – masing

anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan hak seperti

halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat

anak-anak.

3). Dominasi struktur keluarga

Menurut Satun Setiawati (2008), dominasi struktur keluarga terbagi

menjadi tiga bagian yaitu :

1). Dominasi jalur hubungan darah

a) Patrilineal : Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis

ayah.

b) Matrilineal : Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis

ibu.

2). Dominasi keberadaan tempat tinggal

a) Patrilokal: Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan

keluarga dari pihak suami.

b) Matrilokal: Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan

keluarga sedarah dari pihak istri.

3). Dominasi pengambilan keputusan

1) Patriakal : Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.

2) Matriakal : Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: retardasi mental1

1.3 Tipe-tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai

macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga

juga berkembang mengikutinya. Berikut adalah berbagai tipe keluarga menurut

Sri Setyowati (2008):

1. Tipe keluarga tradisional

a. Keluarga Inti : yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan

anak ( kandung atau angkat ).

b. Keluarga Besar : yaitu keluarga inti yang ditambah dengan keluarga lain

yang mempunyai hubungan darah.

c. Keluarga Dyad : yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri

tanpa anak.

d. Single Parent : yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan

oleh perceraian atau kematian.

e. Single Adult : yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa

(misalnya, seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja

atau kuliah).

2. Tipe keluarga non tradisional

a. The unmarriedteenege mather : keluarga yang terdiri dari orang tua

(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

b. The stepparent family : keluarga dengan orang tua tiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: retardasi mental1

c. The stepparent family: beberapa keluarga yang tidak ada hubungan

saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,

pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas

kelompok atau membesarkan anak bersama.

d. The non marital heterosexual cohibitang family : keluarga yang hidup

bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

e. Gay dan lesbian family : seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup

bersama sebagaimana pasangan suami istri.

f. Cohabiting couple : orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan

perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

g. Group marriage family : beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat

rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu

termasuk sexual dan membersarkan anaknya.

h. Group network family : keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai –

nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling

menggunakan barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan

tanggung jawab membesarkan anaknya.

i. Foster family : keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga

yang aslinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: retardasi mental1

j. Homeless family : keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai

perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan

dengan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

k. Gang : sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang – orang muda

yang mencari ikatan emosional dan yang mempunyai perhatian tetapi

berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

1.4 Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1986) adalah:

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan

keluarga. Didalamnva terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan

saling menghargai antar anggota keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam

keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat

individu untuk belajar bersosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh

anggota keluarganya yaitu: makan, pakaian, dan tempat tinggal.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: retardasi mental1

f. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah

terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan.

1.5 Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku

dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di

dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Peranan Ayah : Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung/ pengayon, pemberi rasa aman bagi setiap

anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial

tertentu.

2. Peranan Ibu: ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik

anak- anak, pelindung keluarga dan pencari nafkah tambahan keluarga dan

juga sebagai anggota masyarakat sosial tertentu.

3. Peran Anak: Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual (Seriadi,

2008)

1.6 Peran Keluarga dibidang kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfugsi unruk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau

Universitas Sumatera Utara

Page 8: retardasi mental1

merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan

asuhan kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga

melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dan tugas kesehatan keluarga

yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas keseharan berarti

sanggup menyelesaikan masalah kesehatan (Setyowati, 2008).

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:

1. Mengenal masalah kesehatan.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

5. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan

masyarakat (Setyowati, 2008).

1.7 Peran Keluarga Dalam Merawat Anak Retardasi Mental

Orang tua hendaknya memperhatikan benar perawatan diri anak retardasi

mental, sehubungan dengan fungsi peran anak dalam merawat diri kurang. Orang

tua perlu mengetahui bahwa anak yang menderita retardasi mental bukanlah

kesalahan dari mereka, tetapi merupakan kesalahan orang tua seandainya tidak

mau berusaha mengatasi keadaan anak yang retardasi mental. Menyarankan

kepada orang tua anak retardasi mental, agar anak tersebut dimasukkan di dalam

pendidikan atau latihan khusus yaitu di Sekolah Luar Biasa agar mendapat

perkembangan yang optimal (syazili mustofa, 2010). Anak dengan Retardasi

mental bisa dilatih agar tak terlalu bergantung.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: retardasi mental1

Ashinfina Handayani dalam wila (2009), mengatakan hal pertama yang

perlu diberikan kepada anak dengan Retardasi mental adalah kepercayaan diri

dalam melakukan sesuatu. Caranya, di antaranya orang-orang terdekat harus

selalu diberikan pujian atas apa yang telah dilakukan, meskipun hasilnya tidak

sempurna. Dengan begitu, si anak merasa apa yang dia lakukan sudah benar.

"Sehingga, timbul rasa percaya diri, berani tampil di depan orang lain. Minimal

dia merasa diperhatikan

Yang dibutuhkan anak Retardasi mental menurut wila kertia,(2009) yaitu :

1. Keikhlasan dan kekompakan orang tua beserta anggota keluarga lainnya

2. Kerja keras orang tua, tidak sekadar menunggu keajaiban anak bisa

mandiri.

3. Pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial

4. Toilet training

5. Pendekatan perilaku

6. Upaya menumbuhkan kepercayaan diri dan penghargaan atas apa yang

telah dikerjakan.

7. Sering konsultasi kepada ahli

8. Nutrisi dan stimulans yang cukup.

1.8 Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (1998) dalam Akhmadi (2009), dukungan keluarga adalah

sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota

keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

Universitas Sumatera Utara

Page 10: retardasi mental1

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Jenis dukungan keluarga

ada empat yaitu : dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan

penilaian , dan dukungan emosional. Studi-studi tentang dukungan keluarga telah

mengkopseptulisasi dukungan social sebagai koping keluarga, baik dukungan-

dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat

(Setiadi, 2008).

1) .Fungsi dukungan keluarga

Caplan (1964) dalam Akhmadi (2009), menjelaskan bahwa keluarga memiliki

beberapa fungsi dukungan yaitu:

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)

informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi

yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan

dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi.

b. Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota

keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: retardasi mental1

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,

istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

d. Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan

serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan

emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya

kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

2). Sumber dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang

oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga

(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial

kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara

kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998) dalam

Akhmadi (2009).

3). Manfaat dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-

tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan,

dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

Universitas Sumatera Utara

Page 12: retardasi mental1

kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan

adaptasi keluarga (Friedman, 1998) dalam Akhmadi (2009).

Wills (1985) dalam Akhmadi (2009), menyimpulkan bahwa baik efek-efek

penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap

kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi

akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga

dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi

berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang

adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah

sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan

emosi (Ryan dan Austin, Friedman(1998), dalam Akhmadi (2009).

4). Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Friedman (1998) dalam Akhmadi (2009), ada bukti kuat dari hasil

penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara

kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak

yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-

anak dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua

(khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia.

ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau

mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu

yang lebih tua.Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya

adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliput i

tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 13: retardasi mental1

keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil

mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih

otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah

mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada

orang tua dengan kelas sosial bawah.

2. Anak Retardasi Mental

2.1 Definisi Retardasi Mental

Definisi yang dikemukakan oleh lCD 10 (WHO Geneva, 1992 dalam

Lumbantobing, 2001), retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental

yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya hendaya

(impairment) keterampilan (kecakapan, skills) selama masa perkembangan,

sehingga berpengaruh pada semua tingkat intehgensia, yaitu kemampuan kognitif,

bahasa, motorik dan sosial.

Selanjutnya Nelson Waldo E. (2001) menambahkan retardasi mental

adalah keadaan yang penting secara klinis, sosial. Kelainan ini ditandai oleh

keterbatasan kemampuan yang diakibatkan oleh gangguan yang bermakna dalam

inteligensi yang terukur dan perilaku penyesuaian diri (adaptasi). Reterdasi mental

juga mencakup status sosial, hal ini dapat lebih menyebabkan kecacatan daripada

cacat khusus itu sendiri. Karena batas-batas antara “normalitas” dan “retardasi”

sulit digambarkan.

Anak retardasi mental adalah anak – anak yang mengalami keadaan

perkembangan daya pikir yang kurang atau tidak lengkap, termasuk kecacatan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: retardasi mental1

dalam fungsi intelektual dan sosial. Anak – anak dengan masalah mental juga

mengalami masalah dalam pembelajaran karena tingkat mental yang rendah dan

kurang memiliki kemampuan dalam menjalani aktivitas sehari–sehari

(muhammad, 2008).

lstilah Retardasi mental digunakan jika intelegensi dan kemampuan

seorang anak untuk bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya secara mencolok di

bawah rata-rata dan mempengaruhi cara dia belajar serta mengembangkan

keterampilan yang baru. Semakin berat keterbelakangan ini, semakin tidak ma-

tang tingkah laku anak tersebut untuk usianya (Shelov, 2005).

Banyak ahli setuju bahwa karakteristik orang dengan Retardasi mental

berkembang dicara yang sama seperti orang tanpa retardasi mental, tetapi pada

tingkat yang lebih lambat. Lain-lain menunjukkan bahwa orang-orang dengan

retardasi mental memiliki kesulitan dalam khusus bidang pemikiran dasar dan

pembelajaran seperti perhatian, persepsi, atau memori. Tergantung pada sejauh

mana penurunan - ringan, sedang, berat, atau mendalam - individu dengan

retardasi mental akan mengembangkan berbeda dalam, sosial, dan keterampilan

kejuruan akademik (Nichcy, 1997).

2.2. Ciri-ciri Retardasi Mental

Anak-anak cacat mental berbeda dari anak-anak lain dalam aspek berikut:

Proses kognitif (terbatas dan menghambat prestasi dalam bidang akademis);

Pemerolehan dan penggunaan bahasa: kurang benar dalam hal struktur dan

maknanya; Kemampuan fisik dan motorik (termasuk penglihatan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: retardasi mental1

pendengaran serta penggunaan motorik ringan); Ciri-ciri pribadi dan sosial

(kurang daya konsentrasi, bermasalah dalam tingkah laku) (Muhammad, 2008).

Adapun cici – cirri yang lainnya yaitu lambatnya ketrampilan ekspresi dan

resepsi bahasa, Gagalnya melewati tahap perkembangan yang utama, Lingkar

kepala diatas atau dibawah normal (kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil

dari ukuran normal), Kemungkinan lambatnya pertumbuhan Kemungkinan tonus

otot abnormal (lebih sering tonus otot lemah).(mimi ilmiyati, 2010).

2.3. Klasifikasi Retardasi Mental

Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR dalam judarwanto (2009) yaitu:

1. Retardasi mental berat sekali

IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena

retardasi mental.

2. Retardasi mental berat

IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena

retardasi mental.

3. Retardasi mental sedang

IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena

retardasi mental.

4. Retardasi mental ringan

IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi

mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak

dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua

disekolah.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: retardasi mental1

Klasifikasi menurut DSM IV (American Psychiatric Association,

Washington, 1994) yang dikutip Lumbantobing (2001), bahwa terdapat 4 tingkat

gangguan intelektual, yaltu : ringan, sedang, berat dan sangat berat.

1). Retardasi mental ringan

Retardasi mental ringan ini secara kasar setara dengan kelompok retardasi

yang dapat dididik (educable). Kelompok ini membentuk sebagian besar (sekitar

85%) dan kelompok retardasi mental. Pada usia prasekolah (0-5 tahun) dapat

mengembangkan kecakapan sosial dan komunikatif, mempunyai sedikit hendaya

dalam bidang sensorimotor, dan sering tidak dapat dibedakan dan anak yang tanpa

retardasi mental, sampai pada usia yang lebih lanjut. Pada usia remaja, mereka

dapat memperoleh kecakapan akademik sampai setara kira-kira tingkat enam

(kelas 6 SD). Sewaktu masa dewasa, mereka biasanya dapat menguasai kecakapan

sosial dan vokasional cukup sekedar untuk berdikari, namun mungkin

membutuhkan supervisi, bimbingan dan pertolongan, terutama bila mengalami

tekanan sosial atau tekanan ekonomi. Dengan bantuan yang wajar, penyandang

retardasi mental ringan biasanya dapat hidup sukses di dalam masyarakat, baik

secara berdikari atau dengan pengawasan.

2). Retardasi mental sedang

Retardasi mental sedang secara kasar setara dengan kelompok yang biasa

disebut: dapat dilatih (trainable). Kelompok individu dan tingkat retardasi ini

mernperoleh kecakapan komunikasi selama masa anak dini. Mereka rnemperoleh

manfaat dan latihan vokasiona, dan dengan pengawasan yang sedang dapat

mengurus atau merawat din sendiri. Anak tersebut dapat memperoleh manfaat dari

Universitas Sumatera Utara

Page 17: retardasi mental1

latihan kecakapan sosial dan akupasional namun rnungkin tidak dapat rnelampaui

pendidikan akademik Iebih dari tingkat 2 (kelas 2 SD). Mereka dapat bepergian di

Iingkungan yang sudah dikenal.

3). Retardasi mental berat

Kelompok retardasi mental ini membentuk 3-4% dari kelompok retardasi

mental. Selama masa anak-anak sedikit saja atau tidak mampu berkomunikasi

bahasa. Sewaktu usia sekolah mereka dapat belajar bicara dan dapat dilatih dalam

kecakapan mengurus diri yang sederhana. Sewaktu usia dewasa mereka dapat

melakukan kerja yang sederhana bila diawasi secara ketat. Kebanyakan dapat

menyesuaikan diri pada kehidupan di masyarakat bersama keluarganya, jika tidak

didapatkan hambatan yang menyertai yang membutuhkan perawatan khusus.

4). Retardasi mental sangat berat

Kelompok retardasi mental sangat berat membentuk sekitar 1-2% dan

kelompok retardasi mental. Pada sebagian besar individu dengan diagnosis ini

dapat diidentifikasi kelainan neurologik, yang rnengakibatkan retardasi

rnentalnya. Sewaktu masa anak-anak, menunjukkan gangguan yang berat dalam

bidang sensorimotor. Perkembangan motorik dan mengtirus diri dan kemampuan

komunikasi dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan yang adekuat, Beberapa di

antaranya dapat melakukan tugas sederhana di tempat yang disupervisi dan

dilindungi.

Ada pakar yang mengklasifikasi retardasi mental atas 2 kelompok, yaitu:

1) retardasi mental patologik, yang gangguan mentalnya berat dan 2). retardasi

Universitas Sumatera Utara

Page 18: retardasi mental1

mental subkultural, fisiologik atau familial, yang gangguan mentalnya kurang

berat (Lumbantobing, 2001).

2.4. Etiologi

Terdapat banyak penyebab cacat mental, seperti penyakit yang diderita

semasa kehamilan, terusakan dalam metabolisme, penyakit pada otak polamal,

daan yang tidak baik, dan perawatan yang tidak sesuai. Laporan Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) memaparkan bahwa 30% dari anak-anak yang cacat

mental serius disebabkan oleh ketidaknormalan genetik, seperti down syndrom,

25% disebabkan oleh cerebrum palsy, 30% disebabkan oleh meningitis dan

masalah pranatal sedangkan 15% sisanya belum dapat ditemakan (Muhammad,

2008),

Grossman (1983) dalam Muhammad (2008), memaparkan 9 faktor yang

menjadi penyebab timbulnya cacat mental : penyakit yang disebabkan minuman

keras, trauma, metabolisme atau pola makan yang tidak baik dan penyakit dalam

otak, pengaruh saat masa kehamilan yang tidak diketahui, kromosom yang

abnormal, gangguan semasa kehamilan, gangguan psikiatris dan pengaruh

Iingkungan.

Anak yang mengalami retardasi mental dapat disebabkan beberapa faktor

diantara faktor genetik atau juga kelainan dalam kromosom, faktor ibu selama

hamil dimana terjadi gangguan dalam gizi atau penyakit pada ibu seperti rubella,

atau adanya virus lain atau juga faktor setelah lahir dimana dapat terjadi

kerusakan otak apabila terjadi infeksi seperti terjadi meningitis, ensefalitis, dan

lain-lain (Hidayat, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: retardasi mental1

Etiologi retardasi mental menggambarkan pengaruh kait-mengkait antara

faktor bakat (turunan) dan faktor lingkungan. Menurut Lumbantobing (2001)

penyebab atau yang dicurigai sebagai penyebab retardasi mental (RM) antara

faktor bakat (turunan) dan faktor lingkungan. Dalam mengkaji etiologi retardasi

mental perlu disimak 3 faktor berikut, yaitu:

1. Predisposisi genetik, termasuk kepekaan yang dipengaruhi oleh faktor genetik

terhadap agens atau faktor ekologis.

2. Faktor lingkungan yang dapat mengganggu organisme yang sedang tumbuh,

misalnya keadaan nutrisi, radiasi, dan juga keadaan lingkungan psikososial.

3. Waktu terjadinya pemaparan, saat terjadinya pemaparan dapat memengaruhi

beratnya kerusakan.

Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur

4 tahun sangat memepengaruhi perkembangan otak dan dapat juga mengakibatkan

retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum

umur 6 tahun, sesudah ini biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi,

intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan.

Beberapa penyebab retardasi mental yang dapat dicegah atau diobati Selain

penyebab di atas, masih banyak penyebab retardasi mental yang dapat dicegah

dan diobati dan cukup banyak pula yang penyebabnya sampai saat ini belum

dapat diobati. Di antara penyebab yang dapat dicegah yaitu asfiksia lahir dan

trauma lahir, infeksi, malnutrisi berat dan defisiensi yodium (Lumbantobing,

2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 20: retardasi mental1

2.5. Patofisiologi

Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.

Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang

muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan

fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai

keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara

dan berbahasa, kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan,

ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri ,

kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja.

Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca

natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak

(Mimi Ilmiyati, 2010).

2.6. Pencegahan Retardasi Mental

Menurut Judarwanto (2009) pencegahan anak retardasi mental yaitu:

1. Pencegahan primer : dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada

masyarakat, perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan

kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan

yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan

pencegahan peradangan otak pada anak-anak).

2. Pencegahan sekunder : meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan

otak, perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat,

Universitas Sumatera Utara

Page 21: retardasi mental1

dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak

menolong).

3. Pencegahan tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus

sebaiknya disekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah,

hiperaktif atau dektrukstif.

Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan

tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena

mempunyai anak dengan retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak

diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa sampai sekarang

belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada obat yang

dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.

2.7. Kelainan yang Menyertai

Retardasi mental sering disertai kerusakan otak yang fokal atau yang luas,

dan sering disertai gangguan susunan saraf pusat lainnya. Lumpuh otak (cerebral

palsy), epilepsi, gangguan visus, dan pendengaran, lebih sering dijumpai pada

penyandang retardasi mental daripada populasi umum (Lumbantobing, 2001).

2.8. Masalah Psikiatrik dan Perilaku pada Retardasi Mental

Anak dengan retardasi mental jauh lebih banyak yang menunjukkan

abnormalitas psikiatrik yang sedang dan berat dibanding anak dengan inteligensi

normal. Dan penelitian di Swedia didapatkan bahwa lebih dari setengah anak

sekolah dengan retardasi ringan dan hampir duapertiga dari mereka dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 22: retardasi mental1

retardasi mental dapat menderita masalah psikiatrik dan perilaku yang berat

(Gillberg et al, 1986 dalam Lumbantobing, 2001).

2.9. Latihan Dan Pendidikan Yang Dapat Diterima Anak Retardasi Mental

Menurut jevuska (2010), Latihan dan pendidikan yang diberikan kepada anak

retardasi mental yaitu:

a). Pendidikan anak dengan retardasi mental secara umum ialah:

1. Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada.

2. Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial.

3. Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah

kelak.

Latihan anak-anak ini lebih sukar dari pada anak-anak biasa karena perhatian

mereka mudah sekali tertarik kepada hal-hal yang lain. Harus diusahakan untuk

mengikat perhatian mereka dengan merangsang panca indera, misalnya dengan

alat permainan yang berwarna atau yang berbunyi, dan semuanya harus konkrit,

artinya dapat dilihat, didengar dan diraba. Prinsip-prinsip ini yang mula - mula

dipakai oleh fiabel dan Pestalozzi, sehingga sekarang masih digunakan ditaman

kanak-kanak (Judarwanto, 2009).

b). Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi :

1. Latihan rumah: pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian

sendiri, kebersihan badan.

2. Latihan sekolah: yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: retardasi mental1

3. Latihan teknis: diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan kedudukan

sosial.

4. Latihan moral: dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa

yang tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin perlu

disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu disertai hadiah.

Universitas Sumatera Utara