102343986 Referat Retardasi Mental

47
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Retardasi adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul bersamaan dengan defisit perilaku adaptif dan bermanifestasi dalam periode perkembangan serta berakibat buruk terhadap kemampuan belajar. Keterbatasan fungsi akan terlihat sebelum usia 18 tahun. Keterbatasan ini berkaitan dengan dua atau lebih area keterampilan seperti: komunikasi, merawat diri, keterampilan sosial, kemampuan bermasyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, istirahat, dan bekerja. Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ. Epidemiologi retardasi mental belum diketahui secara jelas namun penilitian secara konsisten menunjukkan bahwa retardasi mental paling sering terjadi di antara anak-anak usia sekolah, dengan angka yang lebih rendah pada periode pra sekolah atau post sekolah. 1 Berdasarkan statistik (menurut American Psychiatric Association) 2,5 % dari populasi menderita retardasi mental dan 85% diantaranya merupakan retardasi mental ringan. Di Amerika serikat Tahun 2001-2002 lebih kurang 592.000 atau 1,2 % anak usia sekolah mendapat pelayanan retardasi mental. 2 Retardasi mental terbagi atas retardasi mentl ringan dan berat. Retardasi mental ringan lebih dihubungkan dengan 1

description

RRM

Transcript of 102343986 Referat Retardasi Mental

Page 1: 102343986 Referat Retardasi Mental

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Retardasi adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul bersamaan dengan defisit

perilaku adaptif dan bermanifestasi dalam periode perkembangan serta berakibat buruk

terhadap kemampuan belajar. Keterbatasan fungsi akan terlihat sebelum usia 18 tahun.

Keterbatasan ini berkaitan dengan dua atau lebih area keterampilan seperti: komunikasi,

merawat diri, keterampilan sosial, kemampuan bermasyarakat, pengarahan diri, kesehatan

dan keamanan, akademik fungsional, istirahat, dan bekerja. Fungsi intelektual dapat

diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf

kecerdasan atau IQ.

Epidemiologi retardasi mental belum diketahui secara jelas namun penilitian secara

konsisten menunjukkan bahwa retardasi mental paling sering terjadi di antara anak-anak usia

sekolah, dengan angka yang lebih rendah pada periode pra sekolah atau post sekolah.1

Berdasarkan statistik (menurut American Psychiatric Association) 2,5 % dari populasi

menderita retardasi mental dan 85% diantaranya merupakan retardasi mental ringan. Di

Amerika serikat Tahun 2001-2002 lebih kurang 592.000 atau 1,2 % anak usia sekolah

mendapat pelayanan retardasi mental.2

Retardasi mental terbagi atas retardasi mentl ringan dan berat. Retardasi mental ringan

lebih dihubungkan dengan pengaruh lingkungan dan adanya riwayat keluarga sedangkan

retardasi mental berat lebih dihubungkan dengan penyebab biologis seperti sindrom genetik

dan kromosom, abnormalitas perkembangan otak, gangguan metabolisme sejak lahir,

gangguan neurodegenerative, malnutrisi berat, paparan radiasi, infeksi, kelainan pada masa

perinatal, serta kelainan pada masa postnatal.2

Perkembangan adalah proses multidimensional yang mempengaruhi performa di semua

bidang kehidupan, gangguan perkembangan dapat mengenai satu atau beberapa bidang

kemampuan, dan dapat memiliki dampak pada fungsi intelektual maupun adaptif di

sepanjang kehidupan.1 Hal tersebut menyebabkan penatalaksanaan anak dengan retardasi

1

Page 2: 102343986 Referat Retardasi Mental

mental haruslah bersifat multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak

setiap anak membutuhkan penanganan multidisiplin sebagai jalan yang terbaik. 2, 3

Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik.

Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi

mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya

umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi

mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.3

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis,

tatalaksana, prognosis, dan komplikasi retardasi mental pada anak.

1.3 Tujuan penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca tentang definisi,

epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis, tatalaksana, prognosis, dan komplikasi

retardasi mental pada anak.

1.4 Metode Penulisan

Referat ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke berbagai literatur.

1.5 Manfaat Penulisan

Referat ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang retardasi

mental pada anak.

BAB 2

2

Page 3: 102343986 Referat Retardasi Mental

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Retardasi Mental

Menurut WHO, retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.3

Retardasi mental menurut The Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) adalah fungsi

intelektual di bawah rata-rata yang muncul bersamaan dengan defisit perilaku adaptif dan

bermanifestasi dalam periode perkembangan serta berakibat buruk terhadap kemampuan belajar.2

The American Association on Intellectual and Developmental Disabilities (AAIDD,2002)

mendefinisikan retardasi mental sebagai keterbatasan dalam fungsi intelektual dan perilaku

adaptif.4

Menurut Association American of Mental Retardation (AAMR), retardasi mental

mengacu pada fungsi intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata, didefinisikan

sebagai nilai Intelegence Quotient (IQ) <70-75, terdapat bersamaan dengan keterbatasan yang

berkaitan dengan dua atau lebih area keterampilan adaptif yang dapat diterapkan: komunikasi,

merawat diri, keterampilan sosial, kemampuan bermasyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan

keamanan, akademik fungsional, istirahat, dan bekerja.1

Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan

sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ yang merupakan persentase yang didapatkan dari umur

mental berbanding umur kronologis. Apabila IQ di bawah 70, anak tidak dapat mengikuti

pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya

ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah. 3

Perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri

dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada

penderita retardasi mental, gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan

menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan

tidak sesuai dengan umurnya.

3

Page 4: 102343986 Referat Retardasi Mental

2.2 Epidemiologi

Berdasarkan statistik (menurut American Psychiatric Association) 2,5 % dari populasi menderita

retardasi mental dan 85% diantaranya merupakan retardasi mental ringan. Di Amerika serikat

tahun 2001-2002 lebih kurang 592.000 atau 1,2 % anak usia sekolah mendapat pelayanan

retardasi mental. 2

Perkiraan prevalensi berdasarkan pada tes psikometrik standar menunjukkan bahwa

hanya di bawah 3% populasi umum memiliki “ fungsi intelektual yang secara signifikan berada

di bawah rata-rata “ (memiliki nilai tes yang berada lebih dari dua standar deviasi di bawah rata-

rata). Prevalensi retardasi mental ringan paling tinggi diantara anak-anak dari keluarga miskin,

sementara individu yang mengalami kecacatan yang lebih berat diwakilkan secara sama pada

semua kelompok masyarakat. Kira-kira 5% populasi mengalami retardasi mental berat atau

sangat berat.

Anak-anak dengan retardasi mental dapat didiagnosis juga dengan gangguan lain seperti

autisme dan cerebral palsy. Secara keseluruhan, prevalensi retardasi mental dapat terjadi lebih

tinggi pada laki-laki di banding perempuan yaitu 2:1 pada retardasi mental ringan dan 1,5 : 1

pada retardasi mental berat.2

2.3 Etiologi

Terdapat 2 populasi gangguan retardasi

1. Retardasi mental ringan (IQ > 50), lebih dihubungkan dengan pengaruh lingkungan.

Retardasi mental ringan ini 4 kali lebih banyak terjadi pada anak yang ibunya tidak tamat

SMA. Hal ini kemungkinan akibat dari gabungan faktor genetik (anak yang mewarisi

gangguan intelektual) dan faktor sosio-ekonomi (kemiskinan dan Undernutrition).

Penyebab spesifik gangguan retardasi mental ringan hanya teridentifikasi pada <50%

penderita. Penyebab biologis paling sering adalah sindrom genetik dengan kelainan

kongenital, prematuritas, penyalahgunaan obat yang menyebabkan gangguan intrauterin,

dan abnomalitas kromosom seks. Sering ditemukan adanya riwayat keluarga.2, 5

2. Retardasi mental berat (IQ>50), lebih dihubungkan dengan penyebab biologis. Penyebab

biologis dapat diidentifikasi pada 75% kasus. Penyebab penyakit tersebut antara lain :

4

Page 5: 102343986 Referat Retardasi Mental

sindrom genetic (sindrom Fragile X, Prader willi Syndrome) dan kromosom (Down

sindrom, klinefelter syndrome), Abnormalitas perkembangan otak (ensefalopati,

Lissencephaly), gangguan metabolisme sejak lahir [Fenilketonuria(PKU), Tay-sach],

gangguan neurodegenerative (mukopolisakaridosis), malnutrisi berat, paparan radiasi,

infeksi [Human Imunodefisiensi Virus (HIV), toksoplasma, rubella,

Sitomegalovirus(CMV), Syphilis, Herpes Simpleks], kelainan pada masa perinatal,

meningitis, intoksikasi alkohol pada masa fetal, kelainan pada masa postnatal (trauma,

meningitis, Hipotiroid)2, 5

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya

retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari

retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun terdapat beberapa faktor yang

potensial berperan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT dan

Shonkoff JP di bawah ini. Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental:3

1. Non organik

Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis

Faktor sosiokultural

Interaksi anak denga pengasuh yang tidak baik

Penelantaran anak

2. Organik

Faktor pra konsepsi

- Abnormalitas single gen (penyakit-penyakit metabolik, kelainan

neurokutaneus, dll)

- Kelainan kromosom (x-linked, translokasi, fragile-x)

Faktor pranatal

- Gangguan pertumbuhan otak trimester I

Kelainan kromososm (trisomi, mozaik, dll)

Infeksi intrauterin, TIRCH, HIV

Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi)

Disfungsi plasenta

Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)

5

Page 6: 102343986 Referat Retardasi Mental

- Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III

Infeksi intrauterin

Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat)

Ibu : diabetes melitus, fenilketonuria (PKU)

Toksemia gravidarum

Disfungsi plasenta

Ibu malnutrisi

Faktor perinatal

- Sangat prematur

- Asfiksia neonatorum

- Trauma lahir: perdarahan intrakranial

- Meningitis

- Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia

Faktor postnatal

- Trauma berat pada kepala atau susunan saraf pusat

- Neurotoksin

- CVA (Cerebrovascular Accident)

- Anoksia, misalnya teggelam

- Metabolik

Gizi buruk

Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid

Aminoasiduria, misalnya PKU

Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll

Polisakaridosis, misalnya sindrom hurler

Serebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali

- Infeksi

Meningitis, ensefalitis

Subakut, sklerosing panensefalitis

2.4 Patogenesis

6

Page 7: 102343986 Referat Retardasi Mental

Perlu dipahami bahwa otak bayi dan anak bukanlah miniatur otak dewasa. Otak bayi dan anak

merupakan organ tubuh yang masih tumbuh dan berkembang. Otak bayi dan anak akan tumbuh

menjadi besar, lebih besar, dan masih berkembang dari otak yang semula imatur menjadi otak

matur. Masa selama 2 minggu setelah pembuahan atau disebut masa praembrio terjadi

pembelahan sel telur yang telah dibuahi. Sedangkan pada usia kehamilan 2-8 minggu disebut

sebagai masa embrio.6

Awal pembentukan susunan saraf pusat atau otak dimulai setelah kehamilan 8 minggu.

Pertumbuhan dan perkembangan otak dimulai dengan pembentukan lempeng saraf (neural plate)

pada masa embrio, yakni sekitar hari ke-16. Kemudian menggulung membentuk tabung saraf

(neural tube) pada hari le-22.Pada minggu ke-5 mulailah terlihat cikal bakal otak besar di ujung

tabung saraf. Selajutnya terbentuklah batang otak, serebelum (otak kecil), dan bagian-bagian

lainnya.Perkembangan otak sangat kompleks dan memerlukan beberapa seri proses

perkembangan, yang terjadi atas penambahan (poliferasi) sel, perpindahan (migrasi sel),

perubahan (diferensiasi) sel, pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya (sinaps), dan

pembentukan selubung saraf (mielinasi). 8

Sel saraf (neuron) pada permulaan bentuknya masih sederhana, mengalami pembelahan

menjadi banyak, dan proses ini disebut proliferasi. Proses proliferasi ini berlangsung selama

kehamilan 4-24 minggu, dan selesai pada waktu bayi lahir.Setelah proses proliferasi, sel saraf

akan migrasi ke tempat yang semestinya. Proses migrasi berlangsung sejak kehamilan kira-kira

16 minggu sampai akhir bulan ke-6 masa gestasi. Proses migrasi ini terjadi secara bergelombang,

yaitu sel saraf yang bermigrasi awal akan menempati lapisan dalam dan yang bermigrasi

kemudian menempati lapisan dalam dan yang bermigrasi kemudian menempati lapisan luar

korteks serebri. 8

Pada akhir bulan ke-6, lempeng korteks ini sudah memiliki komponen sel neuron yang

lengkap dan sudah tampak adanya diferensiasi menjadi 6 lapis seperti orang dewasa. Di tempat

yang semestinya, sel saraf mengalami proses diferensiasi (perubahan bentuk, komposisi, dan

fungsi). Sel saraf berubah menjadi sel neuron dengan cabang-cabangnya dan terbentuk pula sel

penunjang (sel Glia). Fungsi sel inilah yang mengatur kehidupan kita sehari-hari. 8

7

Page 8: 102343986 Referat Retardasi Mental

Ada yang mengatakan penambahan jumlah sel saraf telah selesai pada saat kelahiran.

Setelah lahir hanya terjadi pematangan fungsi sel saraf, tetapi selubung saraf atau myelin yang

disebut mielinisasi masih berkembang. Tetapi, setelah lahir terjadi penambahan volume dan

berat otak, bayi tampak lebih pintar. Hal ini karena adanya pertumbuhan serabut saraf, adanya

peningkatan jumlah sel glia yang luar biasa dan proses mieliniasi akibat proses stimulasi yang

didapat saat lahir.8

Proses perkembangan otak ini memegang peranan penting dalam perkembangan mental

anak, hanya saja keterbatasan pengetahuan tentang neuropatologi terhadap hal yang

menyebabkan kemunduran intelektual, sebagaimana telah dibuktikan dengan adanya 10-20%

otak manusia dengan retardasi mental berat, tetapi terlihat normal secara kesuluruhan. Sebagian

besar otak manusia menunjukkan perubahan yang ringan dan non-spesifik yang tidak

mempunyai hubungan yang kuat dengan derajat kemunduran intelektual. Perubahan-perubahan

tersebut meliputi mikrosefal, heterotopi substansia grisea pada substansial alba bagian

subkortikal, korteks dengan susunan regular yang tidak biasa dan neuron yang terikat lebih kuat

dari biasanya. Hanya sebagian kecil dari otak yang menunjukkan perubahan spesifik pada

susunan dendrit dan sinap, dengan adanya disgenesis dari dendrit di spinal atau di neuron

kortikal atau adanya gangguan pertumbuhan dendrit. Pengaturan sistem saraf pusat yang

mencakup proses induksi; maturasi sistim saraf pusat dipengaruhi oleh genetik, molekuler,

autokrin, parakrin, dan endokrin. Reseptor-reseptor yang merangsang molekul dan gen sangatlah

penting dalam perkembangan otak, Pemeliharaan fenotip neuron pada orang dewasa mencakup

transkrip genetik yang sama, yang berperan penting selama perkembangan fetus melalui aktivasi

mekanisme transduksi intrasel.6

2.5 Diagnosis

Anamnesis yang sangat diperlukan yaitu mengetahui penyebab retardasi mentalnya, baik

organik atau non organik, apakah kelainannya dapat diobati/tidak, dan apakah ada faktor

8

Page 9: 102343986 Referat Retardasi Mental

genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunakan DDST

(Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula

anamnesis yang baik dari orang tua, pengasuh atau gurunya, akan sangat membantu dalam

menegakkan diagnosis. Setelah anak berumur 6 tahun dapat dilakukan tes IQ. Sering kali hasil

evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila

tidak ada kelainan pada sistem susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang teliti untuk mengetahui

apakah ada keluarga yang cacat, dan mencari masalah lingkungan/faktor non organik lainnya

yang diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.3, 7

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik

yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu

sindroma penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai

retardasi mental, yaitu : 3

1. Kelainan pada mata:

1.1 Katarak

- Sindrom Cockayne - Sindrom Down

- Sindrom Lowe - Kretin

- Galactosemia - Rubela Pranatal, dll

1.2 Bintik cherry – merah pada daerah makula

- Mukolipidosis - Penyakit Tay - Sachs

- Penyakit Niemann –Pick

1.3 Korioretinitis

- Lues Kongenital - Sindrom Hurler

- Sindroma Hunter - Sindrom Lowe

9

Page 10: 102343986 Referat Retardasi Mental

2. Kejang

2.1 Kejang umum tonik klonik

- Defisiensi glikogen sinthetase

- Hiperlisinemia

- Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease I,II,IV, danVI

- Phenyl ketonuria

- Sindrom malabsobrbsi methionin, dll

` 2.2 Kejang pada masa neonatal

- Arginosuccinic asiduria

- Hiperaminonemia I dan II

- Laktik Asidosis,dll

3. Kelainan Kulit

Bintik cafe –au-lait

- Ataksia – telengiektasia

- Sindrom Bloom

- Neurofibromatosis

- Tuherous sclerosis

4. Kelainan Rambut

4.1 Rambut rontok

- Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati

10

Page 11: 102343986 Referat Retardasi Mental

4.2 Rambut cepat memutih

- Atrofi progresif serebral hemisfer

- Ataksia telangiektasia

- Sindrom malabsorpsi methionin

4.3 Rambut halus

- Hipotiroid

- Malnutrisi

5. Kepala

- Mikrosefali

- Makrosefali

o Hidrosefalus

o Mucopolisakaridase

o Efusi subdural

6. Perawakan pendek

- Kretin

- Sindrom Prader-Willi

7. Distonia

- Sindrom Hallervorden-Spaz

Gejala retardasi mental berdasarkan tipenya:

11

Page 12: 102343986 Referat Retardasi Mental

1. Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Diagnosis dibuat setelah

anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain

dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan

tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang

normal. Tetapi pada umumnya mereka kurang mampu menghadapi stress, sehingga tetap

membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

2. Retardasi mental sedang

Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka mampu latih

tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2

SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya pertukangan,

pertanian, dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ,memerlukan pengawasan. Mereka juga

perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mampu

mengahadapi dan kurang dapat mandiri, sehingga memerlukan bimbingan dan

pengawasan.

3. Retardasi mental berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah

ditegakkan secara dini , karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga

berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat

keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik.

Mereka dapat dilatih higiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana , tidak

dapat dilatih keterampilan kerja dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang

hidupnya.

4. Retardasi mental sangat berat

12

Page 13: 102343986 Referat Retardasi Mental

Kelompok ini sekitar 1 % dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat

karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat

minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang disekitarnya. 3

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) :2, 8

1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya.

2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2, misalnya komunikasi, perawatan diri,

kemampuan melakukan tugas-tugas rumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.

3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

Pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada anak dengan retardasi mental antara lain

neuroimaging, tes metabolik, genetik, kromosom darah, dan elektro ensefalografi (EEG). Tes-tes

tersebut sebaiknya tidak digunakan untuk anak dengan keterbelakangan intelektual. Jenis tes

yang dilakukan sebaiknya didasarkan pada riwayat keluarga/kesehatan, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan oleh bidang keilmuan yang lain, dan keinginan keluarga.2

Tes Karyotype terutama ditujukan untuk melihat jumlah kromosom, duplikasi, delesi,

atau translokasi kromosom. Tes molekuler genetik untuk sindrom Fragile X tepat digunakan

untuk laki-laki dengan retardasi mental sedang, perawakan fisik yang tidak normal, dan/atau

memiliki riwayat retardasi mental pada keluarga; atau perempuan dengan defisit kognitif ringan

dengan sikap pemalu yang berlebihan dan memiliki riwayat keluarga. Anak dengan gangguan

neurologis yang progresif atau perubahan perilaku tiba-tiba membutuhkan investigasi metabolik

(asam organik urin, asam amino plasma, laktat darah, enzim lisosom dalam limfosit), anak

dengan episode mirip kejang harus mendapatkan pemeriksaan EEG. Anak dengan pertumbuhan

kepala abnormal atau asimetris dan temuan neurologis fokal harus menjalankan prosedur

neuroimaging.

Lebih kurang 6 % retardasi mental tanpa sebab yang jelas kemungkinan disebabkan oleh

abnormalitas kromosom “mikro” yang dapat diidentifikasi dengan penyatuan kromosom resolusi

tinggi, fluorescent insitu hybridization (FISH) atau penggambaran kromosom untuk pengaturan

13

Page 14: 102343986 Referat Retardasi Mental

subtelomeric. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah marker disgenesis serebral

pada anak dengan keterbelakangan intelektual.

Diagnosis retardasi mental membutuhkan pula tes intelijensia individual dan tes

kemampuan fungsi adaptif. The Bayley Scales of Infant Development (BSID-II) merupakan skala

penilaian intelejensi yang paling umum dipakai, skala ini menilai kemampuan bahasa,

kemampuan pemecahan masalah, perilaku, kemampuam motorik halus, dan kemampuan motorik

kasar pada anak usia 1 bulan – 3 tahun, dari skala tersebut akan diperoleh hasil berupa mental

developmental index (MDI) dan skor psikomotor developmental index (PDI, sebuah pengukuran

kompetensi motorik).2, 9 Tes ini dapat membedakan anak dengan retardasi mental berat dan anak

normal, namun tes ini tidak terlalu bermanfaat untuk membedakan anak normal dengan anak

yang mengalami retardasi mental ringan. Tes psikologis yang paling umum digunakan untuk

anak > 3 tahun adalah Wechsler scales. The Wechsler Preschool and Primary Scale of

Intelligence-revised (WPPSI-III) digunakan untuk anak usia mental 2,5 – 7,3 tahun. The

Wechlser Intelligence Scale for Children-4th edition (WISC-IV) digunakan untuk anak dengan

usia mental diatas 6 tahun. Kedua skala tersebut terdiri dari beberapa subtest dalam area verbal

dan keterampilan. Meskipun anak dengan retardasi mental memiliki skor dibawah rata-rata pada

seluruh subscale scores, namun kadang mereka memiliki skor rata-rata pada satu atau lebih area

keterampilan.2

Tes perilaku adaptif yang paling umum digunakan adalah Vineland Adaptive Behavior

Scale yang melibatkan wawancara dengan orangtua atau guru dan menilai perilaku adaptif dalam

4 domain utama: komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari, sosialisasi dan kemampuan

motorik. Bisanya terdapat hubungan antara skor intelijensia dan skor adaptif. Kemampuan

adaptif dasar (makan, berpakaian, hygiene) lebih mudah diperbaiki dibandingkan dengan skor

IQ.2

2.6 Diagnosis Banding

Sebelum menegakkan diagnosis retardasi mental, kelainan-kelainan lain yang mempengaruhi

kemampuan kognitif dan perilaku adaptif juga harus menjadi pertimbangan, diantaranya kondisi

yang mirip dengan retardasi mental dan kondisi lain yang melibatkan keterbelakangan intelektual

sebagai salah satu manifestasinya. Defisit sensoris (kemampuan pendengaran yang buruk dan

14

Page 15: 102343986 Referat Retardasi Mental

kehilangan penglihatan), gangguan komunikasi, dan kejang tak terkontrol dapat menyerupai

retardasi mental; gangguan neurologis progresif tertentu munculannnya dapat menyerupai

retardasi mental sebelum terjadinya regresi. Lebih dari setengah anak-anak yang menderita

serebral palsi atau autisme juga menderita retardasi mental. Serebral palsi dengan retardasi

mental tampak pada kemampuan motoriknya, dimana pada serebral palsi kemampuan motorik

lebih dipengaruhi dibandingkan kemampuan kognitif, dan disertai adanya refleks patologis dan

perubahan tonus. Pada autisme, kemampuan adaptif sosial lebih dipengaruhi dibandingkan

kemampuan non verbal, dimana pada retardasi mental biasanya terdapat lebih banyak defisit

pada kemampuan sosial, motorik, adaptif dan kognitif.2

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemerikasaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental,

yaitu : 3

1. Kromosomal kariotip

- Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas

- Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen

- Terdapat beberapa kelainan kongenital

- Genitalia abnormal

2. EEG (Elektro Ensefalogram)

- Gejala kejang yang dicurigai

- Kesulitan mengerti bahasa yang berat

3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)

15

Page 16: 102343986 Referat Retardasi Mental

- Pembesaran kepala yang progresif

- Tuberous sklerosis

- Dicurigai kelainan otak yang luas

- Kejang lokal

- Dicurigai adanya tumor intrakranial

4. Titer virus untuk infeksi kongenital

- Kelainan pendengaran tipe sensorineural

- Neonatal hepatosplenomegali

- Petechie pada periode neonatal

- Chorioretinitis

- Mikroptalmia

- Kalsifikasi intrakranial

- Mikrosefali

5. Serum asam urat (uric acid serum)

- Choreoatetosis

- Gout

- Sering mengamuk

6. Laktat dan piruvat darah

- Asidosis metabolik

16

Page 17: 102343986 Referat Retardasi Mental

- Kejang mioklonik

- Kelemahan yang progresif

- Ataksia

- Degenerasi retina

- Ophtalmoplegia

- Episode seperti stroke yang berulang

7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang

- Hepatomegali

- Tuli

- Kejang dini dan hipotonia

- Degenerasi retina

- Ophtalmoplegia

- Kista pada ginjal

8. Serum Zeng (Zn)

- Acrodermatitis

9. Logam berat dalam darah

- Anamnesis adanya pika

- Anemia

10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin

17

Page 18: 102343986 Referat Retardasi Mental

- Gerakan yang involunter

- Sirosis

- Cincin Kayser-Fleischer

11. Serum asam amino atau asam organik

- Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi

- Gagal tumbuh

- Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit

- Warna rambut yang tidak khas

- Mikrosefali

- Asidosis yang tidak diketahui sebabnya

12. Plasma amonia

- Muntah-muntah dengan asidosis metabolik

13. Analisa enzim lisozom pada leukosit atau biopsi kulit:

- Kehilangan fungsi motorik dan kognitif

- Atrofi N. Optikus

- Degenerasi retina

- Serebelar ataksia yang berulang

- Mioklonus

- Hepatosplenomegali

18

Page 19: 102343986 Referat Retardasi Mental

- Kulit yang kasar dan lepas-lepas

- Kejang

- Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun

14. Urin mukopolisakarida

- Kifosis

- Anggota gerak yang pendek

- Badan yang pendek

- Hepatosplenomegali

- Kornea keruh

- Gangguan pendengaran

- Kekakuan pada sendi

15. Urine reducing substance

- Katarak

- Hepatosplenomegali

- Kejang

16. Urin ketoacid

- Kejang

- Rambut yang mudah putus

17. Urin asam vanililmandelik

19

Page 20: 102343986 Referat Retardasi Mental

- Muntah-muntah

- Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah

- Gejala disfungsi autonomik

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi

perlu diingat bahwa tidak setiap anak penanganan multidisiplin merupakan jalan yang terbaik. 2, 3

Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk

mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan psikolog

untuk menilai perkembangan mental anak terutama kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa

fisik anak, menganalisis penyebab, dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada.

Juga kehadiran pekerja sosial kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya.10

Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi,

misalnya ahli saraf bila anak juga menderita epilepsi, palsi serebral, dll. Psikiater, bila anaknya

menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi

keluarga. Ahli rehabilitasi medis, bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan

sensoriknya. Ahli terapi wicara, untuk memperbaiki gangguan bicara atau untuk merangsang

perkembangan bicara. Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang

retardasi mental ini.3, 11

Pada orang tua perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya, dan apa

yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang lama

untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaaan anaknya. Bila orang tua belum dapat menerima

keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula dengan psikolog atau psikiater.3, 11 Disamping itu

diperlukan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tua, agar tidak terjadi kesimpang

siuran dalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga

harus diberi pengertian, agar anak tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu masyarakat perlu

diberikan penerangan tentang retardasi mental, agar mereka dapat menerima anak tersebut

dengan wajar.3

20

Page 21: 102343986 Referat Retardasi Mental

2.8.1 Pendekatan Individual dan Keluarga

Retardasi mental umumnya merupakan kondisi seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan

dengan pengobatan medis. Hal-hal berikut ini penting untuk dipertimbangkan sebagai panduan

dalam penatalaksanaan:             

1. Bukti Ilmiah: Penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa dengan memberikan dukungan

dan pelayanan yang tepat, adalah mungkin untuk memastikan bahwa penderita retardasi

mental dapat hidup sehat dan relatif independen. Pelayanan yang dimaksud disini terdiri

dari banyak bidang seperti perawatan kesehatan, intervensi dini, pendidikan, pelatihan

kejuruan, dan sebagainya. Penelitian juga menunjukkan bahwa penyakit fisik maupun

perilaku pada penderita retardasi mental disebabkan oleh kurangnya perawatan yang tepat

dan oleh karenanya dapat dicegah.

2. Standar Kemanusiaan: Sebagai bagian dari masyarakat, merupakan hak penderita

retardasi mental untuk menjalani kehidupan mereka dengan bermartabat. Hal ini dapat

dicapai dengan adanya kesadaran sosial, tingkah laku dan kepercayaan yang “positif” dari

lingkungan terkait retardasi mental itu sendiri.

3. Perspektif Keluarga: Masalah retardasi mental seringkali tidak dapat dipisahkan dari

masalah yang dihadapi keluarga. Pelayanan yang teroganisir sangat dibutuhkan oleh

keluarga untuk dapat beradaptasi dengan baik dan menghadapi segala masalah dengan

percaya diri.12   

Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, professional dari berbagai bidang, keluarga, organisasi

pemerintah, LSM, dan masyarakat secara keseluruhan harus saling bekerjasam.3, 11, 12

Prinsip-prinsip berikut dapat membantu dalam membimbing dan mengarahkan pengembangan

pelayanan yang sesuai :  

Normalisasi. Konsep ini berasal dari negara-negara Skandinavia. Secara sederhana,

normalisasi berarti memastikan bahwa kondisi lingkungan kehidupan sehari-hari yang

didapatkan para penderita retardasi mental tidak berbeda dengan yang didapatkan orang

21

Page 22: 102343986 Referat Retardasi Mental

normal lainnya. Hal ini juga berarti menyediakan fasilitas-fasilitas bagi mereka untuk

dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.

Integrasi. Penderita retardasi mental haruslah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

masyarakat; mereka tidak boleh diisolasi ataupun mendapat diskriminasi dalam hal

apapun.

Perawatan di Rumah dengan Orangtua Sebagai Mitra.

Penelitian telah menunjukkan bahwa tempat terbaik untuk tumbuh dan berkembang bagi para

penderita retardasi mental adalah keluarga mereka sendiri, di mana mereka dapat diberikan

pengasuhan dengan stimulasi yang sesuai. Oleh karena itu, pelayanan yang terorganisir harus

diberikan agar keluarga mendapat dukungan, diperkuat dan diberdayakan dalam pengasuhan

anggota keluarga dengan retardasi mental. Keluarga memiliki kebutuhan yang berbeda pada

berbagai tahap dalam siklus kehidupan (masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa); oleh karena itu

harus diupayakan untuk memenuhi kebutuhan dari tiap siklus tersebut. Harus disadari juga

bahwa keluarga tidak hanya penerima layanan tetapi juga bertindak sebagai “penyedia layanan”.

Dengan kata lain, mereka adalah mitra dalam perawatan penderita retardasi mental.12

2.8.2 Pendekatan Berbasis Masyarakat

Seringkali pelayanan cenderung terkonsentrasi di daerah perkotaan. Untuk mengatasi hal ini,

pelayanan berorientasi masyarakat sangat diperlukan. Tidak ada program yang dapat sukses

terlaksana tanpa keterlibatan dan partisipasi dari masyarakat.

Pelayanan untuk individu dengan retardasi mental :

1. Pelayanan Medis dan Psikologis (klinis)

Dibutuhkan fasilitas yang sesuai untuk evaluasi medis / kesehatan yang baik dan diagnosis yang

akurat. Dokter harus dalam posisi untuk mengenali dan mengelola gangguan yang dapat diobati

seperti hipotiroidisme. Masalah terkait seperti kejang, gangguan sensorik dan masalah perilaku,

dapat diperbaiki atau dikendalikan dengan tatalaksana medis yang tepat. Diharapkan tersedia

fasilitas untuk penilaian psikologis dari kekuatan dan kelemahan dalam diri anak yang dapat

dijadikan dasar untuk pelatihan-pelatihan di masa depan.12 Psikoterapi dapat diberikan kepada

anak retardasi mental maupun kepada orangtua anak tersebut. Walaupun tidak dapat

22

Page 23: 102343986 Referat Retardasi Mental

menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi dapat diusahakan perubahan sikap,

tingkah laku dan adaptasi sosialnya.13

Semua anak dengan retardasi mental juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan

kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini

sering juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus. Misalnya pada

anak yang mengalami infeksi pranatal dengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan

pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down dapat

timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.2, 3

Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan ada atau tidaknya

retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi mengenai sistem kekeluargaan dan

pengaruh retardasi mental pada keluarga, kemungkinan penempatan di panti khusus, konseling

pranikah dan pranatal.13

Konseling orangtua yang memadai pada tahap awal sangatlah penting. Dokter, perawat,

psikolog dan pekerja sosial dapat membuat perbedaan besar bagi orang tua dengan cara

memberikan penjelasan yang benar mengenai kondisi dan pilihan untuk pengobatan yang

tersedia. Konseling juga memberikan dukungan emosional dan bimbingan serta penguatan

moral. Setelah orang tua mendapatkan pemahaman yang benar mengenai kondisi anaknya,

mereka perlu belajar cara yang tepat dalam membesarkan dan melatih anak. Orang tua secara

terus menerus membutuhkan bantuan, bimbingan, dan dukungan, terutama selama masa remaja,

dewasa awal dan selama periode krisis.12

2. Deteksi Dini dan Stimulasi Dini

Deteksi dan stimulasi dini pada retardasi mental sangat membantu untuk memperkecil retardasi

yang terjadi. Para orangtua biasanya membawa anaknya pada dokter anak bila mereka

mencurigai adanya kelainan pada anaknya. Oleh karena itu dokter anak harus waspada pada

setiap keluhan dari ibu, terutama keluhan tentang keterlambatan perkembangan anaknya. Makin

dini ditemukan, dan makin dini diadakan stimulasi, makin besar kesempatan anak untuk

mengejar ketertinggalannya.11

23

Page 24: 102343986 Referat Retardasi Mental

Banyak penelitian menunjukkan bahwa mendeteksi retardasi mental pada tahap awal,

yaitu pada masa bayi, dan menyediakan lingkungan yang memberikan stimulasi dan penuh

kasih sayang dapat membantu anak-anak ini untuk berkembang lebih baik dan mencegah

banyakkomplikasi.

Beberapa kondisi medis yang terkait dengan retardasi mental dapat dideteksi saat lahir.

Dapat pula dilakukan pengelompokan bayi-bayi yang beresiko menderita retardasi mental. Bayi-

bayi tersebut merupakan bayi yang lahir prematur atau dengan berat lahir rendah (kurang dari 2

kg), atau yang menderita asfiksia saat lahir, atau mereka yang menderita penyakit yang serius

pada periode neonatal. Metode yang dilakukan untuk deteksi dini adalah dengan mengikuti

perkembangan semua bayi sejak lahir dan amati apakah mereka mengalami ketertinggalan secara

konsisten. Pada umumnya, sebagian besar bayi dengan retardasi mental yang berat bisa dikenali

pada usia 6-12 bulan. Retardasi mental ringan biasanya menjadi jelas pada usia dua tahun.

Metode standar untuk deteksi dini retardasi mental sekarang telah tersedia, dan dapat disesuaikan

dengan budaya manapun dengan modifikasi yang tepat. Ketika seorang bayi terdeteksi atau

diduga memiliki retardasi mental, penting untuk memberikan stimulasi yang tepat untuk

perkembangannya.  

Bayi yang berisiko atau terdeteksi dengan perkembangan yang tertunda harus

mendapatkan stimulasi sensori-motor. Ini adalah teknik di mana orang tua mendorong dan

mengajarkan bayi mereka untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan sensorik

mereka (penglihatan, pendengaran dan sentuhan) dan kemampuan motorik (menggenggam,

menggapai, memanipulasi, dan memindahkan). Teknik ini juga meliputi aktif terlibat dengan

anak dengan membelai, berbicara, menunjukkan benda-benda terang, bermain untuk membuat

anak tertawa, menggelitik, memijat lembut, menempatkan anak dalam posisi dan tempat yang

berbeda, menggunakan mainan dan memainkan benda-benda untuk membangkitkan minat anak,

membimbing tangan anak untuk melakukan sesuatu dan sebagainya. Stimulasi semacam itu

sangat dibutuhkan untuk perkembangan normal. 12

3. Pelatihan Self-help, Keterampilan Praktis dan Keterampilan Sosial

24

Page 25: 102343986 Referat Retardasi Mental

Anak normal mempelajari keterampilan hidup sehari-hari (makan, berpakaian, toilet training,

dan keterampilan sosial seperti bermain, dan berinteraksi dengan orang lain) dengan mudah,

yaitu dengan mengamati orang lain dan bimbingan orang dewasa. Tapi anak-anak dengan

retardasi mental sering tidak mampu mempelajari keterampilan-keterampilan tersebut. Melalui

upaya sistematis dan menggunakan teknik yang tepat, sangat mungkin untuk mengajar dan

melatih mereka melakukannya. Tekhnik dengan modifikasi tingkah laku sangat berguna dan

efektif dalam penatalaksanaan anak-anak dengan retardaasi mental, termasuk di antaranya :

Reinforcement positif dan pemberian reward: Memperhatikan, memuji anak dan

memberikan beberapa hadiah seperti permen atau mainan setiap kali anak menunjukkan

perilaku yang diinginkan atau berusaha untuk belajar, dapat meningkatkan motivasi anak

untuk belajar.

Modelling : Menunjukkan anak bagaimana cara melakukan sesuatu dan mendorong anak

untuk memulai melakukan hal yang sama merupakan metode yang bagus untuk

mengajarkan anak. Ini lebih baik daripada hanya secara lisan mengatakan atau

menginstruksikan anak.

Shaping: yaitu mengajarkan bentuk sederhana dari sebuah aktivitas yang rumit, kemudian

secara perlahan menaikkan tingkat kesulitannya.

Chaining: Sebuah kegiatan, seperti berpakaian, dapat dipecah menjadi beberapa langkah

kecil yang berurutan. Anak dapat diajarkan keterampilan ini langkah demi langkah.

Seringkali, back-chaining atau mengajarkan terlebih dahulu langkah terakhir dan

kemudian mundur merupakan cara yang lebih efektif.

Physical guidance : Jika anak tidak dapat belajar dengan cara modelling, ia dapat

diajarkan dengan cara memegang tangan anak dan menunjukkan mereka bagaimana suatu

hal dilakukan. Setelah pengulangan seperti itu, bimbingan secara fisik ini dapat perlahan-

lahan ditarik sehingga anak belajar untuk melakukan tugas secara independen.12

4. Terapi Bicara       

25

Page 26: 102343986 Referat Retardasi Mental

Bicara dan bahasa adalah fungsi yang sangat penting dan sangat khusus bagi manusia. Bicara

dan bahasa memegang peranan penting dalam mengkomunikasikan perasaan dan pikiran

seseorang kepada orang lain. Retardasi mental sering disertai dengan keterbatasan yang

signifikan dalam perkembangan bicara dan bahasa. Penelitian telah memperlihatkan bahwa

aplikasi sistematis teknik terapi wicara, efektif dalam meningkatkan kemampuan bicara dan

bahasa. Terapi bicara dibutuhkan pada anak dengan retardasi mental.12

5. Pendidikan

Ketika mereka tumbuh dan menguasai aktivitas hidup sehari-hari, anak-anak dengan retardasi

mental perlu diberikan pendidikan seperti anak-anak lainnya. Sekolah sangat penting bagi

mereka bukan hanya untuk memperoleh kemampun akademik tetapi juga untuk beajar disiplin,

keterampilan sosial/interaksi, dan keterampilan praktis untuk kehidupan bermasyarakat.

Meskipun mereka lambat dalam belajar, pengalaman dan penelitian telah menunjukkan bahwa

dengan menerapkan teknik pendidikan yang tepat, sangat mungkin untuk memberikan

keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung bagi banyak anak dengan retardasi mental.

Pendekatan saat ini dalam hal pendidikan, sebisa mungkin, menempatkan mereka di sekolah

normal, daripada mendirikan sekolah khusus (pendidikan inklusif). Hal ini terutama untuk

mereka yang memiliki bentuk ringan dari retardasi mental. Namun, anak dengan retardasi mental

yang lebih parah akan lebih baik ditempatkan di sekolah khusus. Pendekatan lain, adalah dengan

membuat kelas khusus untuk mereka di sekolah normal (opportunity sections).10 Apapun

pendekatan yang dipilih, penting untuk menyadari bahwa bahkan anak-anak dengan retardasi

mental pun membutuhkan pendidikan, untuk menjamin perkembangan optimal dan kesejahteraan

mereka.12

Anak dengan retardasi mental ringan(IQ 50-70), yang disebut golongan mampu didik,

mendapatkan pelajaran setaraf sekolah dasar, namun dengan cara dan kecepatan mengajar yang

disesuaikan dengan kemampuan mereka. Pengajar haruslah guru khusus terdidik dalam bidang

pendidikan mereka.

       Anak dengan retardasi mental sedang (IQ 30-50) digolongkan ke dalam kelompok

mampu latih. Pada mereka lebih banyak diberikan latihan dalam berbagai macam bidang

keterampilan seperti menjahit, menyulam, memasak dan membuat kue pada anak wanita, atau

26

Page 27: 102343986 Referat Retardasi Mental

pertukangan, perbengkelan, peternakan, dan perkebunan pada anak laki-laki. Diharapkan bahwa

dengan keterampilan tersebut mereka dapat mandiri di kemudian hari, atau mereka dapat bekerja

dalam suatu shltered workshop. Di Indonesia belum ada sheltered workshop untuk

mempekerjakan anak-anak dengan retardasi mental.

Sekolah untuk anak tuna grahita ini disebut SLB-C. dahulu, sebelum didirikan sekolah

khusus ini, anak dengan retardasi mental dimasukkan ke sekolah dasar normal. Mereka dengan

sendirinya tidak mampu mengikuti pelajaran, sehingga setiap kelas biasanya diulang beberapa

kali. Biasanya mereka dicap sebagai anak bodoh dan seringkali menjadi bahan cemoohan teman

mereka. Hal ini tentu saja tidak membantu perkembangan kepribadian anak tersebut yang merasa

makin kehilangan kepercayaan dirinya. Banyak yang kemudian mogok sekolah dan samasekali

menarik diri dari pergaulan.

Anak dengan kecerdasan yang rendah ini kurang dapat meberikan penilaian tentang baik-

buruknya suatu tindakan tertentu, misalnya mencuri, merampas, melakukan kejahatan seksual

dan sebagainya. Pendidikan dalam SLB sedikitnya melindungi mereka terhadap hal-hal tersebut

diatas.

Dengan makin majunya pendidikan maka ada beberapa anak yang sekolah di SLB

mendapat kemajuan sedemikian rupa, sehingga mereka dapat dipindahkan kembali ke SD biasa.

Bahkan di negara yang maju seperti di amerika sudah mulai dilakukan pendidikan terpadu.

Anak-anak dengan retardasi mental pada beberapa pelajaran tertentu, seperti misalnya olahraga,

keterampilan, kesenian, diikut sertakan dalam kelas SD yang normal.

Juga dianjurkan adanya sekolah terpadu, kelas bagi anak retardasi mental berada dibawah

satu atap dengan kelas anak yang normal. Hal ini juga dimaksudkan untuk menghapus stigma

yang melekat pada anak dengan retardasi mental, dengan membiasakan mereka bergaul bersama

anak yang normal. Di Indonesia pendidikan terpadu sulit dilaksanakan pleh karena sistem

kurikulum kita yang samasekali berbeda dengan yang ada di Barat. Juga masyarakat di Indonesia

perlu mendapatkan penerangan dan pendidikan tentang pengertian retardasi mental, agar mereka

dapat menerima anak yang terbelakang tersebut dengan wajar sebagaimana adanya.12

 6. Pelatihan Kejuruan

27

Page 28: 102343986 Referat Retardasi Mental

Penelitian menunjukkan bahwa mayoritas anak muda dengan retardasi mental dapat mengikuti

pelatihan kejuruan dan kemudian dipekerjakan. Tapi ada banyak rintangan. Salah satu rintangan

utama adalah adanya kecenderungan untuk meremehkan kemampuan mereka.

Harus diingat bahwa mendapatkan pekerjaan juga akan berdampak baik bagi kesehatan

mental, kepuasan diri, dan status social dari para penderita retardasi mental. Ada banyak contoh

inovatif tentang bagaimanahal ini dapat dicapai, misalnya, desa dapat menawarkan berbagai

peluang di bidang pertanian untuk mempekerjakan mereka.12

2.9 Pencegahan

Prevensi primer adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit, yang dapat

dibagi dalam dua kategori, yaitu: (1) Memberikan perlindungan yang spesifik terhadap penyakit-

penyakit tertentu, misalnya dengan memberikan imunisasi; (2) Meningkatkan kesehatan dengan

memberikan gizi yang baik, perumahan yang sehat, mengajarkan cara-cara hidup sehat, dengan

maksud meninggikan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Prevensi sekunder adalah untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin dan memberikan

pengobatan yang tepat sehingga tidak terjadi komplikasi pada susunan saraf pusat. Misalnya,

identifikasi dini dan penanganan yang tepat berbagai kondisi yang dapat ditanggulangi, seperti

hipotiroidisme, dapat mencegah terjadinya retardasi mental di kemudian hari. Intervensi yang

cepat dan tepat terhadap berbagai penyakit anak, seperti keracunan timah atau hematoma

subdural pascatrauma, mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan sel otak. Diagnosis dan

koreksi dini defek sensoris pada anak, dapat meningkatkan secara maksimal kemungkinan anak

tersebut untuk mendapatkan rangsangan sensoris, sehingga dapat dicegah terjadinya retardasi

mental akibat defisiensi sensoris. 11

2.10 Komplikasi

28

Page 29: 102343986 Referat Retardasi Mental

Anak dengan retardasi mental memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya gangguan

penglihatan, pendengaran, ortopedi, dan perilaku atau emosi.Deficit yang paling umum terjadi

diantaranya gangguan motoric, ganngguan perilaku atau emosi, komplikasi medis, dan

kejang.Makin parah tingkat retardasi makin banyak kompikasi yang terjadi.Dengan mengetahui

tingkat retardasi mental dapat membantu memprediksi ganngguan yang dapt terjasi.Sindrom

Fragile Xdan Sindrom Fetal Alcohol dihubungkan dengan tingginya angka kejadian gangguan

perilaku; Down Syndrome memiliki banyak komplikasi medis ( hipotiroidisme, Celiace disease,

penyakit jantung bawaan). Bila gangguan tersebut terjadi dibutuhkan terapi fisik jangka panjang,

occupational terapi, terapi wicara, alat bantu dengar, dan obat-obatan medis. Kegagalan dalam

mengidentifikasi dan tata laksana adekuat terhadap gangguan yang terjadi dapat menghambat

kesuksesan dan rehabilitasi dan menyebabkan kesulitan daalam aktifitas di sekolah, rumah, dan

lingkungan. 2

2.11 Prognosis

Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi

pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental

ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur

harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang

berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.3

Pada anak dengan retardasi mental berat, gejalanya telah dapat terlihat sejak dini.

Retardasi mental ringan tidak selalu menjadi gangguan yang berlangsung seumur hidup. Seorang

anak bisa saja pada awalnya memenuhi kriteria retardasi mental saat usianya masih dini, namun

seiring dengan bertambahnya usia, anak tersebut dapat saja hanya menderita gangguan

perkembangan (gangguan komunikasi, autisme, slow learner-intelejensia ambang normal). Anak

yang didiagnosa dengan retardasi mental ringan di saat masa sekolah, mungkin saja dapat

mengembangkan perilaku adaptif dan berbagai keterampilan yang cukup baik sehingga mereka

tidak dapat lagi dikategorikan menderita retardasi mental ringan, atau dapat dikatakan efek dari

peningkatan maturitas menyebabkan anak berpindah dari satu kategori diagnosis ke kategori

lainnya (contohnya, dari retardasi mental sedang menjadi retardasi mental ringan). Beberapa

anak yang didiagnosis dengan gangguan belajar spesifik atau gangguan komunikasi dapat

29

Page 30: 102343986 Referat Retardasi Mental

berkembang menjadi retardasi mental seiring dengan berjalannya waktu. Ketika masa remaja

telah dicapai, maka diagnosis biasnya telah menetap.

Prognosis jangka panjang dari retardasi mental tergantung dari penyebab dasarnya,

tingkat defisit adaptif dan kognitif, adanya gangguan perkembangan dan medis terkait, dukungan

keluarga, dukungan sekolah/masyarakat, dan pelayanan dan training yang tersedia untuk anak

dan keluarga. Saat dewasa, banyak penderita retardasi mental yang mampu memenuhi kebutuhan

ekonmi dan sosialnya secara mandiri. Mereka mungkin saja membutuhkan supervisi secara

periodik, terutama di saat mengalami masalah sosial maupun ekonomi. Kebanyakan penderita

dapat hidup dengan baik dalam masyarakat, baik secara mandiri maupun dalam supervisi. Angka

harapan hidup tidak terpengaruh oleh adanya retardasi mental ini.2

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Retardasi mental disebabkan oleh berbagai faktor yang penyebab dasarnya belum dapat

dijelaskan secara pasti. Anak dengan retardasi mental akan banyak mengalami hambatan dalam

fungsi intelektual maupun aktivitas sehari-hari. Kebanyakan anak dengan kemunduran

intelektual ini tidak bisa mengikuti teman sebayanya dan tidak bisa mencapai perkembangan

sesuai dengan umur.

Dalam mendiagnosa retardasi mental, tidak hanya dinilai dari IQ saja akan tetapi kita

perlu mendapatkan anamnesa yang komprehensif dari orang tua mengenai riwayat kehamilan,

persalinan dan tumbuh kembang anak. Selain itu diperlukan pemeriksaan fisik, psikologis,

pemeriksaan laboratorium secara cermat terhadap seorang anak. Observasi psikiatrik juga perlu

dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.

Dokter juga harus mampu memberi penerangan yang jelas kepada orang tua mengenai

keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Serta penerangan

30

Page 31: 102343986 Referat Retardasi Mental

yang jelas tentang retardasi mental kepada masyarakat juga sangat diperlukan agar mereka dapat

menerima anak tersebut dengan wajar

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual.

Oleh karena itu seorang dokter harus mampu membuat strategi pendekatan dalam penatalaksaan

yang komprehensif dengan melibatkan psikolog yang berperan dalam menilai perkembangan

mental anak terutama kognitifnya, ahli rehabilitasi medis, ahli terapi wicara, dan guru sebagai

pendidik anak tersebut. anak yang retardasi memerlukan perawatan intensif dan khusus seperti

pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya

serta masalah nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yatchmink Yvette. Keterlambatan Perkembangan: Maturasi Yang Tertinggal Hingga

Retardasi Mental. In: Bani PA, Limanjaya D, Anggraini D, Mahanani DA, Hartanto H,

Mandera LI, et al, editors. Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20 th ed. Jakarta: EGC; 2006. p. 136-

9.

2. Shapiro Bruce K, Batshaw Mark L. Mental Retardation (Mental Disability). In: Shreiner

Jennifer, editor. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;

2007. p. 191-7.

3. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 1995.

4. Armatas V. Mental Retardation: Definitions, Etiology, Epidemiology, and Diagnosis. Jurnal

of Sport and Health Research 2009; 1 (2): 112-122.

5. Prugh Dane G. Mental Retardation. The Psychosocial Aspects of Pediatrics. Philadelphia:

Lea & Febiger; 1983. p. 395-412.

31

Page 32: 102343986 Referat Retardasi Mental

6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pertumbuhan, perkembangan otak pada bayi dan anak

[Online]. 2009; available from: URL: http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?

q=1983413154521

7. Goldson Edward, Reynolds Ann. Child Development & Behavior. In : Hay WW, Levin MJ,

Sondheimer JM, Deterding RR, editors. Current Diagnosis & Treatment Pediatrics. 20th ed.

New York: McGraw-Hill Companies; 2011. p. 99-103.

8. O’Callaghan M. Developmental Disability. In: Roberton DM, South M, editor. Practical

Pediatrics. 6th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier; 2006. p. 108-14.

9. Santrock John W. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.

10. Hull David, Johnston Derek I. Gangguan Mental. In: Yusna Daulika, editor. Dasar-Dasar

Pediatri. 3rd ed. Jakarta: EGC; 2008. p. 300-7.

11. Budhiman Melly. Perkembangan Mental. In: Markum AH, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Anak. Jakarta: FKUI; 2002. P 68-9.

12. South East Asian Regional Office. Mental Health and Substance Abuse [Online]. 2011;

available from: URL:

http://www.searo.who.int/en/Section1174/Section1199/Section1567/Section1825_8090.htm

13. Sularyo Titi Sunarwati, Kadim Muzal. Retardasi Mental. Sari Pediatri 2000 Dec; 2 (3): 170-

7.

32

Page 33: 102343986 Referat Retardasi Mental

33