Askep Retardasi Mental 1

29
KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya kita berada dalam keadaan sehat walafiat dan mendapat kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya,yaitu makalah Perawatan Anak dengan judul “Retardasi Mental” Pembuatan makalah ini di buat secara kelompok dengan harapan dapat menambah wawasan tentang topik yang kami susun. Terimakasih kami ucapkan kepada pihak- pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. 1.Ibuk Metri Lidya,SKp.M.Biomed .Selaku Pembimbing. 2. teman-teman atau para anggota kelompok yang berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini. Demikian makalah ini kami susun. Kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu masukan dari para pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah berikutnya. Padang, 13 maret 2012. 1

Transcript of Askep Retardasi Mental 1

Page 1: Askep Retardasi Mental 1

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah  kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya kita berada dalam keadaan sehat walafiat dan mendapat kesempatan untuk

menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya,yaitu makalah Perawatan

Anak dengan judul “Retardasi Mental”

Pembuatan makalah ini di buat secara kelompok dengan harapan dapat menambah wawasan

tentang topik yang kami susun.

Terimakasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan makalah ini.

1.Ibuk Metri Lidya,SKp.M.Biomed .Selaku Pembimbing.

2. teman-teman atau para anggota kelompok yang berpartisipasi dalam menyelesaikan

makalah ini.

Demikian makalah ini kami susun. Kami juga menyadari bahwa dalam makalah

ini masih banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu masukan dari para pembaca sangat kami

harapkan untuk kesempurnaan makalah berikutnya.

Padang, 13 maret 2012.

Kelompok IV

1

Page 2: Askep Retardasi Mental 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………… 1

Daftar Isi………………………………………………………………. . 2

BAB I Pendahuluan……………………………………………………. 3

1. Latar Belakang…………………………………………………... 32. Rumusan ……………………………………………………….. . 33. Tujuan…………………………………………………………… 3

BAB II Pembahasan

II.1.Pengertian retardasi mental…………………………………………4

II.2.Etiologi……………………………………………………………. 5

II.3.Klasifikasi………………………………………………………… 6

II.4.Manifestasi Klinik………………………………………………… 9

II.5.Patofisiologi………………………………………………………. 10

II.6.Penatalaksanaan medis…………………………………………… . 10

II.7.Komplikasi………………………………………………………... 11

II.8.Pemeriksaan Penunjang…………………………………………… 12

II.9.Pencegahan……………………………………………………….. 12

BAB III Asuhan Keperawatan……………………………………….... 13

A. Pengkajian ……………………………………………………… 13B. Diagnosa keperawatan………………………………………….. 15C. Intervensi ……………………………………………………..... 16D. Evaluasi…………………………………………………………. 18

BAB IV Penutup………………………………………………………. 19

Daftar pustaka…………………………………………………………. 20

2

Page 3: Askep Retardasi Mental 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi

Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3% dari

seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia

tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan

perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).Prevalensi

retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen penduduknya

menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak

dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan.

Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi

mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan

masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan

masalah yang tidak kecil.

B. Permasalahan

1. Bagaimana konsep teori retardasi mental?

2. Bagamana pula memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan retardasi mental?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep teori retardasi mental pada anak.

2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan retardasi mental.

3

Page 4: Askep Retardasi Mental 1

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Retardasi Mental

RM menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) 1992 :

Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sbl 18 tahun) ditandai

dengan fs. kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain

pada sedikitnya dua area berikut : berbicara dan berbahasa; ketrampilan merawat diri, ADL;

ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehatan dan keamanan; akademik

fungsional; bekerja dan rileks, dll.

Sedangkan menurut WHO,retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak

mencukupi.

Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fs. Intelektual berada

dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya

proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991)

Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi

iritelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan

gejalanya timbul pada masa perkembangan.

Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Fungsi intelektual umum dibawah normal

2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social

3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.

Retardasi Mental sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:

1. Lemah Pikiran ( feeble-minded)

2. Terbelakang Mental (Mentally Retarded)

3. Bodoh atau Dungu (Idiot)

4. Pandir (Imbecile)

5. Tolol (moron)

4

Page 5: Askep Retardasi Mental 1

6. Oligofrenia (Oligophrenia)

7. Mampu Didik (Educable)

8. Mampu Latih (Trainable)

9. Ketergantungan Penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat

10. Mental Subnormal

11. Defisit Mental

12. Defisit Kognitif

13. Cacat Mental

14. Defisiensi Mental

15. Gangguan Intelektual

Jadi, Retradasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi

intelektual dibawah rata-rata dan dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan

sebelum orang berusia 18 tahun.

II.2. Etiologi

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya

retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari

retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial.

Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya

retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah

ini.

1. Organik

a. Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/Down syndrome dan Abnormalitas

single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.)

b. Faktor prenatal : kelainan petumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat teratogen

dan toxin, disfungsi plasenta)

c. Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia neonatorum,

Meningitis, Kelainan metabolik:hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dll

5

Page 6: Askep Retardasi Mental 1

d. Faktor postnatal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia, malnutrisi, CVA

(Cerebrovascularaccident) - Anoksia, misalnya tenggelam

2. Non organik

a. Kemiskinan dan klg tidak harmonis

b. Sosial kultural

c. Interaksi anak kurang

d. Penelantaran anak

3. Faktor lain : Keturunan; pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain (15-20% ; AAP, 1984)

II.3. Klasifikasi

Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut

(dikutip dari Swaiman 1989):

Nilai IQ :

1. Sangat superior 130 atau lebih

2. Superior 120-129

3. Diatas rata-rata 110-119

4. Rata-rata 90-110

5. Dibawah rata-rata 80-89

6. Retardasi mental borderline 70-79

7. Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69

8. Retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51

9. Retardasi mental berat 20-35

10. Retardasi mental sangat berat dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih

mampu didik, retardasi mental tipe sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat

6

Page 7: Askep Retardasi Mental 1

dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya. Bila ditinjau dari

gejalanya, maka Melly Budhiman membagi:

1. Tipe klinik

Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis

maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini

perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi

ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat

mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

2. Tipe Sosial budaya

Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti

pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena

begitu rnereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anakanak yang normal lainnya. Tipe

ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini

tidak melihat adanya ketainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari

gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada urnumnya

anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.

Klasifikasi Menurut Page :

1. Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah 3 tahun)

2. Imbisil (IQ antara 20-50, umur mental 3-7,5 tahun)

3. Moron ( IQ 50-70, umur mental 7,5-10,5 tahun)

7

Page 8: Askep Retardasi Mental 1

Tabel Derajat Retradasi Mental

Derajat RM IQ Usia Prasekolah

(0-5 tahun)

Usia Sekolah

(0-21 tahun)

Usia Dewasa

(>21 tahun)

Sangat berat

Berat

Sedang

Ringan

<20

20-23

35-49

50-69

Retradasi jelas

Perkembangan motorik

yang miskin

Dapat berbicara atau

belajar berkomunikasi,

ditangani dengan

pengawasan sedang

Dapat mengembangkan

keterampilan social dan

komunikasi, retradasi

minimal

Beberapa Perkembangan

motorik dapat berespon

namun terbatas

Dapat bicara atau

berkomunikasi namun

latuhan kejujuran tidak

bermanfaat

Latihan dalam keterampilan

social dan pekerjaan dapat

bermanfaat, dapat pergi

sendiri ketempat yang telah

dikenal

Dapat belajar keterampilan

akademik sampai ± kelas 6

SD

Perkembangan

motorik dan bicara

sangat terbatas

Dapat berperan

sebagian dalam

pemeliharaan diri

sendiri dibawah

pengawasan ketat

Dapat bekerja

sendiri tanpa dilatih

namun perlu

pengawasan

terutama jika berada

dalam stress

Biasanya dapat

mencapai

keterampilan social

dan kejujuran namun

perlu bantuan

terutama bila stres

8

Page 9: Askep Retardasi Mental 1

II.4. Manifestasi Klinik

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik

yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu

sindrom penyakit tertentu.

Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu

(Swaiman, 1989):

1. Kelainan pada mata

2. Kejang

3. Kelainan kulit

4. Kelainan rambut

5. Kepala

6. Perawakan pendek

7. Distonia

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:

1. Retradasi Mental Ringan

Keterampilan social dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun prasekolah.

Tetapi saat anak menjadi lebih besar, deficit koognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk

untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya.

2. Retradasi Mental Sedang

Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi social dirinya mungkin dimulai

pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika dibandingkan retradasi mental ringan.

3. Retradasi Mental Berat

Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia prasekolah sudah nyata

ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin kemampuan bahasanya berkembang. Jika

perkembangan bahasanya buruk, bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang.

9

Page 10: Askep Retardasi Mental 1

4. Retradasi Mental Sangat Berat

Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi

perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi seringkali

masih membutuhkan perawatan orang lain.

Terdapat ciri klinis lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi bagian dari gangguan

retradasi mental , yaitu hiperakivitas, toleransi frustasi yang rendah, agresi, ketidakstabilan

efektif , perilaku motorik stereotipik berulang, dan perilaku melukai diri sendiri.

II.5. Patofisiologi

Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi

mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-

kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ

70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area

fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri,

kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri ,

kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.

Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.

Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.

II.6. Penatalaksanaan Medis

Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier.

1. Pencegahan primer adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau

menurunkan kondisi yang menyebabkan gangguan. Tindakan tersebut termasuk

pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha

terus menerus dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui

kebijakan kesehatan masyarakat , aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan

10

Page 11: Askep Retardasi Mental 1

maternal dan anak yang optimal, dan eredekasi gangguan yang diketahui disertai

kerusakan system saraf pusat. Konseling keluarga dan genetic dapat membantu.

2. Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mempersingkat perjalanan penyakit.

3. Pencegahan tersier bertujuan untuk menekan kecacatan yang terjadi. Dalam

pelaksanaanya kedua jenis pencegahan ini dilakuakn bersamaan, yang meliputi

pendidikan untuk anak : terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika ; pendidikan

keluarga; dan intervensi farmakologi. Pendidikan untuk anak harus merupakan program

yang lengkap dan mencakup latihan keterampilan adaptif, sosialn, dan kejuruan. Satu hal

yang penting dalam mendidik keluarga tentang cara meningkatkan kopetensi dan harga

diri sambil mempertahankan harapan yang realistic.

Untuk mengatasi perilaku agresif dan melukai diri sendiri dapat digunakan naltrekson.

Untuk gerakan motorik stereotopik dapat dipakai antipsikotik seperti haloperidol dan

klorpromazin. Perilaku kemarahan eksplosif dapat diatasi dengan penghambat beta

seperti propranolol dan buspiron. Adapun untuk gangguan deficit atensi atau hiperktivitas

dapat digunakan metilpenidat.

II.7. Komplikasi

Menurut Betz, Cecily R (2002) komplikasi retardasi mental adalah :

1. Serebral palsi

2. Gangguan kejang

3. Gangguan kejiwaan

4. Gangguan konsentrasi / hiperaktif

5. Deficit komunikasi

6. Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan, kurang

mengkonsumsi makanan berserat dan cairan).

11

Page 12: Askep Retardasi Mental 1

II.8. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan kromosom

2. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus

3. Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan

jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.

II.9. Pencegahan

1. Imunisasi bagi anak dan ibu sebelum kehamilan

2. Konseling perkawinan

3. Pemeriksaan kehamilan rutin

4. Nutrisi yang baik

5. Persalinan oleh tenaga kesehatan

6. Memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga

7. Pendidikan kesehatan mengenai pola hidup sehat

8. Program mengentaskan kemiskinan, dll

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data demografi

12

Page 13: Askep Retardasi Mental 1

a. Identitas Klien

b. Identitas Orang tua

2. Riwayat Kesehatan

a. Tanda dan gejala :

1) Mengenali sindrom seperti adanya mikrosepali

2) Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan indikator RM seperti anak RM berat

biasanya mengalami kegagalan perkembangan pada tahun pertama kehidupannya,

terutama psikomotor; RM sedang memperlihatkan penundaan pada kemampuan bahasa

dan bicara, dengan kemampuan motorik normal-lambat, biasanya terjadi pada usia 2-3

tahun; RM ringan biasanya terjadi pada usia sekolah dengan memperlihatkan kegagalan

anak untuk mencapai kinerja yang diharapkan.

3) Gangguan neurologis yang progresif

4) Tingkatan/klasifikasi RM (APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb, 1994)

a) Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun) Karakteristik :

Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, ttp terlambat dalam

kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll

Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik,

diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.

Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan

menikah tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak

berpengaruh kecuali koordinasi.

b) Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun) Karakteristik :

Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik,

terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.

Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar

kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tidak ada

kemampuan membaca dan berhitung.

13

Page 14: Askep Retardasi Mental 1

Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dalam

rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tidak

bisa membiayai sendiri.

c) Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)Karakteristik :

Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik,

kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam

perawatan diri tingkat dasar sepeti makan.

Usia sekolah, gangguan spesifik dlm kemampuan berjalan, memahami

sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.

Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan

berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal,

meggunakan gerak tubuh.

d) Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)Karakteristik :

Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi. Sensorimotor minimal, butuh

perawatan total.

Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan,

memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan

rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.

Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya

diikuti dengan kelainan fisik.

4. Pemeriksaan fisik :

a. Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris)

b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/ tidak ada, halus, mudah putus dan cepat berubah

c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll

14

Page 15: Askep Retardasi Mental 1

d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung keatas,

dll

e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/ melengkung tinggi

f. Geligi : odontogenesis yang tidak normal

g. Telinga : keduanya letak rendah; dll

h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia

i. Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna

j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk dan lebar,

klinodaktil, dll

k. Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll

l. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll

m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/ panjang kecil meruncing

diujungnya, lebar, besar, gemuk.

5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan kromosom

b. Pemeriksaanurin, serum atau titer virus

c. Test diagnostic sepetti : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan

otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.

B. Diagnosis Keperawatan

1. Gangguan tumbuh kembang b.d penurunan mental/ emosi/ kognitif

2. Kurangnya perawatan diri : makan, mandi, pakaian, toileting b.d ketidakmampuan fisik

dan mental

3. Resiko cidera b.d ketidak mampuan fisik dan mental

15

Page 16: Askep Retardasi Mental 1

C.Intervensi

1. Gangguan tumbuh kembang b.d penurunan mental/ emosi/

kognitif

Rasional : ketidakmampuan tumbuh kembang dihubungkan dengan kerugian dalam

tingkah laku yang adaptif berhubungan dengan keputusan anak setiap

hari. Anak dengan ketidakmampuan tumbuh kembang belajar lebih

lambat dari yang lain dan mencapai tingkat keseluruhan fungsi yang

lebih rendah.

Tujuan : fungsi anak akan mencapai tingkat konsisten dengan kemampuan

kognitif dan adaptif.

intervensi

- Diskusi dan promosikan kenormalitasan, pengaturan dan pengembangan mental,

makan bersama yang lain dan terapi musik dalam kelompok.

- Biarkan anak mengekspresikan perasaannya, tapi pada saat yang sama jangan

biarkan tindakan yang tidak sesuai (tempertantrum) dan puji atas tindakan yang

sesuai.

- Sediakan mainan, peralatan pendidikan yang dapat meningkatkan kognitif,

keterampilan, social dan motorik.

- Komonikasi dan interaksi dengan anak sesuai dengan umur dan gaya.

- Mempertahankan kemuliaan dalam setiap interaksi dengan anak.

- Biarkan dan beri semangat setiap anggota keluarga dan saudara mengunjungi dan

berinteraksi dengan anak.

16

Page 17: Askep Retardasi Mental 1

- Beri semangat anak untuk merawat lingkungan fisik jika memungkinkan.

Kriteria evaluasi :

- Mempertahankan dan membuktikan fungsi, partisipasi, dalam hubungan dengan

kelurga dan saudara.

2. Kurangnya perawatan diri : makan, mandi, pakaian, toileting

b.d ketidakmampuan fisik dan mental

Rasional : anak dengan retardasi mental tidak mampu menampilkan komunikasi

dasar yang dibutuhkan oleh karena itu orang tua, perawat, dan perawatan

lain yang tersedia harus menolong anak dan bertanggung jawab

terpenuhinya kebutuhan dasar.

Tujuan : anak dapat memenuhi kebutuhan makanan, minuman, dan bowel secara

adekuat.

Intervensi :

- Pertahankan konsistensi dan rutinitas sehari-hari : makan, tidur, pengobatan,

perawatan pada waktu yang sama setiap hari.

- Memantau kegiatan normal anak sedekat mungkin.

- Menolong anak-anak dalam perkembangan sistem komunikasi, contohnya

membuat papan penunjuk seperti toilet, kursi goyang dan mengetahui keinginan

anak.

- Mengajarkan bahasa tubuh.

- Menjamin keadekuatan intake makanan, cairan, penggunaan suplemen ketika

dibutuhkan dan mengikuti pilihan makanan ketika memungkinkan.

17

Page 18: Askep Retardasi Mental 1

- Jika anak menggunakan peralatan makanan khusus menjamin mereka

mendapatkan nasehat.

- Kegiatan promosi oral yang bagus, gosok gigi sesudah makan dan bangun tidur,

jaga kebersihan anak, melakukan pola mandi rutin.

- Menjaga integritas kulit, contohnya : masase, menggunakan lotion. Dukung anak

dalam kegiatan perawatan sendiri.

- Memberikan pengalaman dalam keterampilan perawatan.

- Memberikan kemandirian dalam kegiatan sehari-hari.

- Pergerakan aktif dan pasif sesuai.

- Monitor pola BAK dan BAB, perawatan area perianal dengan pembersihan

daerah perianal dari feses atau urin segera mungkin.

Kriteria evaluasi :

- Anak mempertahankan kondisi kulit yang bagus

- Mempertahankan tingkat keadekuatan personal hygiene

3. Resiko cidera b.d ketidak mampuan fisik dan mental

Rasional : kognitif dan keterbatasan fisik yang berhubungan dengan retardasi

mental mungkin membuat anak mengerti tentang bahaya, gunakan sistim

keamanan, dan minta pertolongan pada situasi yang bahaya. Karena

anak-anak beradaptasi lambat terhadap lingkungan, situasi, dan aktivitas

yang baru (contohnya : rumah sakit).

18

Page 19: Askep Retardasi Mental 1

Tujuan : anak akan kooperatif dengan peraturan rumah sakit dan dapat mengatur

keamanan semampu anak, sehingga akan bebas dari kemungkinan

kecelakaan dan cidera.

intervensi

- Rencanakan pertolongan pertama pada kecelakaan (contoh : kursi roda dan

peralatan khusus lainnya.

- Observasi mulut jika tertelan benda selain makanan.

- Rencanakan pemeriksaan regular sehingga anak akan menghargai kita.

- Jelaskan/ demonstrasikan prosedur dan peralatan (seperti : suction) sehingga

ketika dibutuhka tidak menimbulkan ketakutan.

- Tetap bersama anak sampai obat ditelan dan perhatikan efek samping dari

pengobatan.

Kriteria evaluasi :

Anak akan :

- Terbebas dari kecelakaan

- Melaksanakanperaturan rumah sakit

- Tidak menelan bahan beracun.

19

Page 20: Askep Retardasi Mental 1

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Retradasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi

intelektual dibawah rata-rata dan dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan

sebelum orang berusia 18 tahun.

Faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental : organik, non organik dan

faktor lain (Keturunan; pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain).

Klasifikasi RM menurut IQ-nya yaitu retardasi mental borderline 70-79, retardasi mental ringan

(mampu didik) 52-69, retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51, retardasi mental berat 20-

35, dan retardasi mental sangat berat dibawah 20.

B. Saran

Penulis berharap kepada pembaca khususnya kami sendiri agar dapat meningkatkan lagi

ilmu dan pengetahuan yang dimiliki dibidang Keperawatan anak khususnya yang terkait dengan

Retardasi Mental pada anak.

20

Page 21: Askep Retardasi Mental 1

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran, EGC.

KTI.2010. Retardasi Mental ( http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/08/retardasi-

mental.html, diakses tanggal 20 Desember 2010)

Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│. Kapita

Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.

Rohmah, Nikmatur dan Walid, Saiful. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.

Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

21