Askep Retardasi Mental 1
-
Upload
yoga-kasaria-basri -
Category
Documents
-
view
61 -
download
5
Transcript of Askep Retardasi Mental 1
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kita berada dalam keadaan sehat walafiat dan mendapat kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya,yaitu makalah Perawatan
Anak dengan judul “Retardasi Mental”
Pembuatan makalah ini di buat secara kelompok dengan harapan dapat menambah wawasan
tentang topik yang kami susun.
Terimakasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
1.Ibuk Metri Lidya,SKp.M.Biomed .Selaku Pembimbing.
2. teman-teman atau para anggota kelompok yang berpartisipasi dalam menyelesaikan
makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun. Kami juga menyadari bahwa dalam makalah
ini masih banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu masukan dari para pembaca sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan makalah berikutnya.
Padang, 13 maret 2012.
Kelompok IV
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………… 1
Daftar Isi………………………………………………………………. . 2
BAB I Pendahuluan……………………………………………………. 3
1. Latar Belakang…………………………………………………... 32. Rumusan ……………………………………………………….. . 33. Tujuan…………………………………………………………… 3
BAB II Pembahasan
II.1.Pengertian retardasi mental…………………………………………4
II.2.Etiologi……………………………………………………………. 5
II.3.Klasifikasi………………………………………………………… 6
II.4.Manifestasi Klinik………………………………………………… 9
II.5.Patofisiologi………………………………………………………. 10
II.6.Penatalaksanaan medis…………………………………………… . 10
II.7.Komplikasi………………………………………………………... 11
II.8.Pemeriksaan Penunjang…………………………………………… 12
II.9.Pencegahan……………………………………………………….. 12
BAB III Asuhan Keperawatan……………………………………….... 13
A. Pengkajian ……………………………………………………… 13B. Diagnosa keperawatan………………………………………….. 15C. Intervensi ……………………………………………………..... 16D. Evaluasi…………………………………………………………. 18
BAB IV Penutup………………………………………………………. 19
Daftar pustaka…………………………………………………………. 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi
Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3% dari
seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia
tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan
perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).Prevalensi
retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen penduduknya
menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak
dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan.
Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi
mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan
masalah yang tidak kecil.
B. Permasalahan
1. Bagaimana konsep teori retardasi mental?
2. Bagamana pula memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan retardasi mental?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori retardasi mental pada anak.
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan retardasi mental.
3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Retardasi Mental
RM menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) 1992 :
Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sbl 18 tahun) ditandai
dengan fs. kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain
pada sedikitnya dua area berikut : berbicara dan berbahasa; ketrampilan merawat diri, ADL;
ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehatan dan keamanan; akademik
fungsional; bekerja dan rileks, dll.
Sedangkan menurut WHO,retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak
mencukupi.
Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fs. Intelektual berada
dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya
proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991)
Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi
iritelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan
gejalanya timbul pada masa perkembangan.
Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Fungsi intelektual umum dibawah normal
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.
Retardasi Mental sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:
1. Lemah Pikiran ( feeble-minded)
2. Terbelakang Mental (Mentally Retarded)
3. Bodoh atau Dungu (Idiot)
4. Pandir (Imbecile)
5. Tolol (moron)
4
6. Oligofrenia (Oligophrenia)
7. Mampu Didik (Educable)
8. Mampu Latih (Trainable)
9. Ketergantungan Penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat
10. Mental Subnormal
11. Defisit Mental
12. Defisit Kognitif
13. Cacat Mental
14. Defisiensi Mental
15. Gangguan Intelektual
Jadi, Retradasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi
intelektual dibawah rata-rata dan dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan
sebelum orang berusia 18 tahun.
II.2. Etiologi
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya
retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari
retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial.
Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya
retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah
ini.
1. Organik
a. Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/Down syndrome dan Abnormalitas
single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.)
b. Faktor prenatal : kelainan petumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat teratogen
dan toxin, disfungsi plasenta)
c. Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia neonatorum,
Meningitis, Kelainan metabolik:hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dll
5
d. Faktor postnatal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia, malnutrisi, CVA
(Cerebrovascularaccident) - Anoksia, misalnya tenggelam
2. Non organik
a. Kemiskinan dan klg tidak harmonis
b. Sosial kultural
c. Interaksi anak kurang
d. Penelantaran anak
3. Faktor lain : Keturunan; pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain (15-20% ; AAP, 1984)
II.3. Klasifikasi
Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut
(dikutip dari Swaiman 1989):
Nilai IQ :
1. Sangat superior 130 atau lebih
2. Superior 120-129
3. Diatas rata-rata 110-119
4. Rata-rata 90-110
5. Dibawah rata-rata 80-89
6. Retardasi mental borderline 70-79
7. Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69
8. Retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51
9. Retardasi mental berat 20-35
10. Retardasi mental sangat berat dibawah 20
Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih
mampu didik, retardasi mental tipe sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat
6
dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya. Bila ditinjau dari
gejalanya, maka Melly Budhiman membagi:
1. Tipe klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis
maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini
perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi
ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat
mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.
2. Tipe Sosial budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti
pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena
begitu rnereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anakanak yang normal lainnya. Tipe
ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini
tidak melihat adanya ketainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari
gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada urnumnya
anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
Klasifikasi Menurut Page :
1. Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah 3 tahun)
2. Imbisil (IQ antara 20-50, umur mental 3-7,5 tahun)
3. Moron ( IQ 50-70, umur mental 7,5-10,5 tahun)
7
Tabel Derajat Retradasi Mental
Derajat RM IQ Usia Prasekolah
(0-5 tahun)
Usia Sekolah
(0-21 tahun)
Usia Dewasa
(>21 tahun)
Sangat berat
Berat
Sedang
Ringan
<20
20-23
35-49
50-69
Retradasi jelas
Perkembangan motorik
yang miskin
Dapat berbicara atau
belajar berkomunikasi,
ditangani dengan
pengawasan sedang
Dapat mengembangkan
keterampilan social dan
komunikasi, retradasi
minimal
Beberapa Perkembangan
motorik dapat berespon
namun terbatas
Dapat bicara atau
berkomunikasi namun
latuhan kejujuran tidak
bermanfaat
Latihan dalam keterampilan
social dan pekerjaan dapat
bermanfaat, dapat pergi
sendiri ketempat yang telah
dikenal
Dapat belajar keterampilan
akademik sampai ± kelas 6
SD
Perkembangan
motorik dan bicara
sangat terbatas
Dapat berperan
sebagian dalam
pemeliharaan diri
sendiri dibawah
pengawasan ketat
Dapat bekerja
sendiri tanpa dilatih
namun perlu
pengawasan
terutama jika berada
dalam stress
Biasanya dapat
mencapai
keterampilan social
dan kejujuran namun
perlu bantuan
terutama bila stres
8
II.4. Manifestasi Klinik
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik
yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu.
Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu
(Swaiman, 1989):
1. Kelainan pada mata
2. Kejang
3. Kelainan kulit
4. Kelainan rambut
5. Kepala
6. Perawakan pendek
7. Distonia
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retradasi Mental Ringan
Keterampilan social dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun prasekolah.
Tetapi saat anak menjadi lebih besar, deficit koognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk
untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya.
2. Retradasi Mental Sedang
Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi social dirinya mungkin dimulai
pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika dibandingkan retradasi mental ringan.
3. Retradasi Mental Berat
Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia prasekolah sudah nyata
ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin kemampuan bahasanya berkembang. Jika
perkembangan bahasanya buruk, bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang.
9
4. Retradasi Mental Sangat Berat
Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi
perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi seringkali
masih membutuhkan perawatan orang lain.
Terdapat ciri klinis lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi bagian dari gangguan
retradasi mental , yaitu hiperakivitas, toleransi frustasi yang rendah, agresi, ketidakstabilan
efektif , perilaku motorik stereotipik berulang, dan perilaku melukai diri sendiri.
II.5. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi
mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-
kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ
70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area
fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri,
kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri ,
kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
II.6. Penatalaksanaan Medis
Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan primer adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau
menurunkan kondisi yang menyebabkan gangguan. Tindakan tersebut termasuk
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha
terus menerus dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui
kebijakan kesehatan masyarakat , aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan
10
maternal dan anak yang optimal, dan eredekasi gangguan yang diketahui disertai
kerusakan system saraf pusat. Konseling keluarga dan genetic dapat membantu.
2. Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mempersingkat perjalanan penyakit.
3. Pencegahan tersier bertujuan untuk menekan kecacatan yang terjadi. Dalam
pelaksanaanya kedua jenis pencegahan ini dilakuakn bersamaan, yang meliputi
pendidikan untuk anak : terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika ; pendidikan
keluarga; dan intervensi farmakologi. Pendidikan untuk anak harus merupakan program
yang lengkap dan mencakup latihan keterampilan adaptif, sosialn, dan kejuruan. Satu hal
yang penting dalam mendidik keluarga tentang cara meningkatkan kopetensi dan harga
diri sambil mempertahankan harapan yang realistic.
Untuk mengatasi perilaku agresif dan melukai diri sendiri dapat digunakan naltrekson.
Untuk gerakan motorik stereotopik dapat dipakai antipsikotik seperti haloperidol dan
klorpromazin. Perilaku kemarahan eksplosif dapat diatasi dengan penghambat beta
seperti propranolol dan buspiron. Adapun untuk gangguan deficit atensi atau hiperktivitas
dapat digunakan metilpenidat.
II.7. Komplikasi
Menurut Betz, Cecily R (2002) komplikasi retardasi mental adalah :
1. Serebral palsi
2. Gangguan kejang
3. Gangguan kejiwaan
4. Gangguan konsentrasi / hiperaktif
5. Deficit komunikasi
6. Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan, kurang
mengkonsumsi makanan berserat dan cairan).
11
II.8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kromosom
2. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
3. Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan
jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.
II.9. Pencegahan
1. Imunisasi bagi anak dan ibu sebelum kehamilan
2. Konseling perkawinan
3. Pemeriksaan kehamilan rutin
4. Nutrisi yang baik
5. Persalinan oleh tenaga kesehatan
6. Memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga
7. Pendidikan kesehatan mengenai pola hidup sehat
8. Program mengentaskan kemiskinan, dll
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data demografi
12
a. Identitas Klien
b. Identitas Orang tua
2. Riwayat Kesehatan
a. Tanda dan gejala :
1) Mengenali sindrom seperti adanya mikrosepali
2) Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan indikator RM seperti anak RM berat
biasanya mengalami kegagalan perkembangan pada tahun pertama kehidupannya,
terutama psikomotor; RM sedang memperlihatkan penundaan pada kemampuan bahasa
dan bicara, dengan kemampuan motorik normal-lambat, biasanya terjadi pada usia 2-3
tahun; RM ringan biasanya terjadi pada usia sekolah dengan memperlihatkan kegagalan
anak untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
3) Gangguan neurologis yang progresif
4) Tingkatan/klasifikasi RM (APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb, 1994)
a) Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun) Karakteristik :
Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, ttp terlambat dalam
kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll
Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik,
diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan
menikah tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak
berpengaruh kecuali koordinasi.
b) Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun) Karakteristik :
Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik,
terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar
kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tidak ada
kemampuan membaca dan berhitung.
13
Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dalam
rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tidak
bisa membiayai sendiri.
c) Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)Karakteristik :
Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik,
kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam
perawatan diri tingkat dasar sepeti makan.
Usia sekolah, gangguan spesifik dlm kemampuan berjalan, memahami
sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan
berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal,
meggunakan gerak tubuh.
d) Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)Karakteristik :
Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi. Sensorimotor minimal, butuh
perawatan total.
Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan,
memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan
rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.
Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya
diikuti dengan kelainan fisik.
4. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris)
b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/ tidak ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
14
d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung keatas,
dll
e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/ melengkung tinggi
f. Geligi : odontogenesis yang tidak normal
g. Telinga : keduanya letak rendah; dll
h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i. Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk dan lebar,
klinodaktil, dll
k. Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/ panjang kecil meruncing
diujungnya, lebar, besar, gemuk.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan kromosom
b. Pemeriksaanurin, serum atau titer virus
c. Test diagnostic sepetti : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan
otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan tumbuh kembang b.d penurunan mental/ emosi/ kognitif
2. Kurangnya perawatan diri : makan, mandi, pakaian, toileting b.d ketidakmampuan fisik
dan mental
3. Resiko cidera b.d ketidak mampuan fisik dan mental
15
C.Intervensi
1. Gangguan tumbuh kembang b.d penurunan mental/ emosi/
kognitif
Rasional : ketidakmampuan tumbuh kembang dihubungkan dengan kerugian dalam
tingkah laku yang adaptif berhubungan dengan keputusan anak setiap
hari. Anak dengan ketidakmampuan tumbuh kembang belajar lebih
lambat dari yang lain dan mencapai tingkat keseluruhan fungsi yang
lebih rendah.
Tujuan : fungsi anak akan mencapai tingkat konsisten dengan kemampuan
kognitif dan adaptif.
intervensi
- Diskusi dan promosikan kenormalitasan, pengaturan dan pengembangan mental,
makan bersama yang lain dan terapi musik dalam kelompok.
- Biarkan anak mengekspresikan perasaannya, tapi pada saat yang sama jangan
biarkan tindakan yang tidak sesuai (tempertantrum) dan puji atas tindakan yang
sesuai.
- Sediakan mainan, peralatan pendidikan yang dapat meningkatkan kognitif,
keterampilan, social dan motorik.
- Komonikasi dan interaksi dengan anak sesuai dengan umur dan gaya.
- Mempertahankan kemuliaan dalam setiap interaksi dengan anak.
- Biarkan dan beri semangat setiap anggota keluarga dan saudara mengunjungi dan
berinteraksi dengan anak.
16
- Beri semangat anak untuk merawat lingkungan fisik jika memungkinkan.
Kriteria evaluasi :
- Mempertahankan dan membuktikan fungsi, partisipasi, dalam hubungan dengan
kelurga dan saudara.
2. Kurangnya perawatan diri : makan, mandi, pakaian, toileting
b.d ketidakmampuan fisik dan mental
Rasional : anak dengan retardasi mental tidak mampu menampilkan komunikasi
dasar yang dibutuhkan oleh karena itu orang tua, perawat, dan perawatan
lain yang tersedia harus menolong anak dan bertanggung jawab
terpenuhinya kebutuhan dasar.
Tujuan : anak dapat memenuhi kebutuhan makanan, minuman, dan bowel secara
adekuat.
Intervensi :
- Pertahankan konsistensi dan rutinitas sehari-hari : makan, tidur, pengobatan,
perawatan pada waktu yang sama setiap hari.
- Memantau kegiatan normal anak sedekat mungkin.
- Menolong anak-anak dalam perkembangan sistem komunikasi, contohnya
membuat papan penunjuk seperti toilet, kursi goyang dan mengetahui keinginan
anak.
- Mengajarkan bahasa tubuh.
- Menjamin keadekuatan intake makanan, cairan, penggunaan suplemen ketika
dibutuhkan dan mengikuti pilihan makanan ketika memungkinkan.
17
- Jika anak menggunakan peralatan makanan khusus menjamin mereka
mendapatkan nasehat.
- Kegiatan promosi oral yang bagus, gosok gigi sesudah makan dan bangun tidur,
jaga kebersihan anak, melakukan pola mandi rutin.
- Menjaga integritas kulit, contohnya : masase, menggunakan lotion. Dukung anak
dalam kegiatan perawatan sendiri.
- Memberikan pengalaman dalam keterampilan perawatan.
- Memberikan kemandirian dalam kegiatan sehari-hari.
- Pergerakan aktif dan pasif sesuai.
- Monitor pola BAK dan BAB, perawatan area perianal dengan pembersihan
daerah perianal dari feses atau urin segera mungkin.
Kriteria evaluasi :
- Anak mempertahankan kondisi kulit yang bagus
- Mempertahankan tingkat keadekuatan personal hygiene
3. Resiko cidera b.d ketidak mampuan fisik dan mental
Rasional : kognitif dan keterbatasan fisik yang berhubungan dengan retardasi
mental mungkin membuat anak mengerti tentang bahaya, gunakan sistim
keamanan, dan minta pertolongan pada situasi yang bahaya. Karena
anak-anak beradaptasi lambat terhadap lingkungan, situasi, dan aktivitas
yang baru (contohnya : rumah sakit).
18
Tujuan : anak akan kooperatif dengan peraturan rumah sakit dan dapat mengatur
keamanan semampu anak, sehingga akan bebas dari kemungkinan
kecelakaan dan cidera.
intervensi
- Rencanakan pertolongan pertama pada kecelakaan (contoh : kursi roda dan
peralatan khusus lainnya.
- Observasi mulut jika tertelan benda selain makanan.
- Rencanakan pemeriksaan regular sehingga anak akan menghargai kita.
- Jelaskan/ demonstrasikan prosedur dan peralatan (seperti : suction) sehingga
ketika dibutuhka tidak menimbulkan ketakutan.
- Tetap bersama anak sampai obat ditelan dan perhatikan efek samping dari
pengobatan.
Kriteria evaluasi :
Anak akan :
- Terbebas dari kecelakaan
- Melaksanakanperaturan rumah sakit
- Tidak menelan bahan beracun.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retradasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi
intelektual dibawah rata-rata dan dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan
sebelum orang berusia 18 tahun.
Faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental : organik, non organik dan
faktor lain (Keturunan; pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain).
Klasifikasi RM menurut IQ-nya yaitu retardasi mental borderline 70-79, retardasi mental ringan
(mampu didik) 52-69, retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51, retardasi mental berat 20-
35, dan retardasi mental sangat berat dibawah 20.
B. Saran
Penulis berharap kepada pembaca khususnya kami sendiri agar dapat meningkatkan lagi
ilmu dan pengetahuan yang dimiliki dibidang Keperawatan anak khususnya yang terkait dengan
Retardasi Mental pada anak.
20
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
KTI.2010. Retardasi Mental ( http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/08/retardasi-
mental.html, diakses tanggal 20 Desember 2010)
Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.
Rohmah, Nikmatur dan Walid, Saiful. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
21