Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Kesehatan Jiwa dan Fungsi Luhur adalah blok keenam belas dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang memaparkan kasus. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario mengenai Sistem Respirasi dengan metode analisis dan diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran 1

Transcript of Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

Page 1: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Kesehatan Jiwa dan Fungsi Luhur adalah blok keenam belas dari Kurikulum

Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang memaparkan

kasus.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario mengenai Sistem

Respirasi dengan metode analisis dan diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran

1

Page 2: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

TUTORIAL SKENARIO A

Tutor : dr. Irfanuddin

Moderator : Ringga Alifiandika Maulana

Sekretaris meja : M. Ragil Pamungkas Wijaya

Sekretaris papan : Winda Rolita Firda

Hari, Tanggal : Rabu dan Jumat, 26 Desember 2012 dan 28 Desember 2012

Rule tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

3. Dilarang makan dan minum

2.2 Skenario Kasus

Enrico, anak laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke klinik karena belum bias

bicara. Enrico tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bias

dimengerti orangtua dan orang lain. Enrico tidak mau bermain dengan teman sebaya,

tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila

memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pengasuhnya. Disamping itu juga

Enrico selalu bergerak, tidak mau diam, berlari ke sana kemari tanpa tujuan, dan sering

melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau terbang.

Enrico anak kedua dari ibu usia 32 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38

minggu. Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan. Segera

setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8, menit kelima 9. Berat badan

waktu lahir 3.000 gram. Kakak Enrico tidak mengalami kondisi seperti Enrico, tumbuh

kembangnya normal.

2

Page 3: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

Pemeriksaan Fisik :

BB 13 kg, PB 88cm, LK 47 cm, compos mentis, Kepala : tidak ada gambaran dismorfik, tidak ada kelainan neurologis.

Status Perkembangan :

Bila diajak bicara, tidak mau menatap muka lawan bicara dan tidak mau tersenyum kepada pemeriksa.

Tidak menoleh ketika dipanggil namanya.

Selalu mengepak-ngepakkan lengannya.

Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir the),

Tidak pernah menunjuk sesuatu,

Tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ke tangan pemeriksa.

Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian rodanya saja.

Pemeriksaan Penunjang : Tes pendengaran normal.

2.3 Paparan Kasus

2.3.1 Klarifikasi Istilah

1. APGAR : Keadaan bayi dalam angka biasanya ditentukan 60

detik setelah lahir, berdasarkan denyut jantung, usaha

bernapas, tonus otot, reflex iritabilitas dan warna.

2. Dismorfik : Kelainan pada perkembangan morfologi.

3. Status perkembangan : Suatu keadaan yg khususnya digunakan berkenanan

dengan keadaan yg tidak normal pada perkembangan

anak

4. Histeris : Istilah untuk ledakan emosional yang tidak terkendali.

3

Page 4: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

2.3.2 Identifikasi Masalah

1. Enrico, anak laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke klinik karena belum bias bicara.

Enrico tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bias

dimengerti orangtua dan orang lain.

2. Enrico tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka dipeluk dan akan menjadi

histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil

tangan pengasuhnya.

3. Disamping itu juga Enrico selalu bergerak, tidak mau diam, berlari ke sana kemari

tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti

mau terbang.

4. Enrico anak kedua dari ibu usia 32 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu.

Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan. Segera setelah

lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8, menit kelima 9. Berat badan waktu

lahir 3.000 gram. Kakak Enrico tidak mengalami kondisi seperti Enrico, tumbuh

kembangnya normal.

5. Pemeriksaan Fisik :

BB 13 kg, PB 88cm, LK 47 cm, compos mentis, Kepala : tidak ada gambaran

dismorfik, tidak ada kelainan neurologis.

6. Status Perkembangan :

Bila diajak bicara, tidak mau menatap muka lawan bicara dan tidak mau tersenyum kepada pemeriksa.

Tidak menoleh ketika dipanggil namanya.

Selalu mengepak-ngepakkan lengannya.

Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh),

Tidak pernah menunjuk sesuatu,

4

Page 5: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

Tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ke tangan pemeriksa.

Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian rodanya saja.

7. Pemeriksaan Penunjang : Tes pendengaran normal

2.3.3 Analisis Masalah

1. a. Mengapa anak belum bisa bicara pada umur 2 tahun?

- Tuli

- Rendahnya jumlah kosa kata dan sulit mengingat kosa kata

- Kesulitan dalam pengucapan

- Keterlambatan keterampilan merangkai kata

Pada kasus: Karena Terjadi gangguan bahasa dan komunikasi akibat adanya

ketidak normalan di area lobus frontal (area broca) sehingga terjadi

ketidakmampuan mengatur system vocal untuk menghasilkan kata-kata.

b. Bagaimana tumbuh kembang normal pada usia 0-24 bulan?

Verbal + pendengaran:

- 0-2 bulan : terkejut oleh suara berisik

- 2-4 bulan : membuat suara

- 3-6 bulan : mengoceh

- 4-7 bulan : mencari sumber suara

- 5-7 bulan : membuat suara panjang dan pendek

- 6-10 bulan : mamadukan suara

- 9-12 bulan : mengenali suara sendiri

- 10-12 bulan : suara yang bermakna (mama)

- 12-18 bulan : mengatakan beberapa kata tunggal

- 18-24 bulan : bisa menggabungkan minimal 2 kata

5

Page 6: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

- 19-24bulan : menunjuk gambar yang diminta

- 23-24 bulan : bertanya

Sosial :

- 1-3 bulan : tersenyum

- 2-4 bulan : menggeliat dengan bersemangat

- 4-6 bulan : menikmati permainan petak umpat

- 6-9 bulan : meniru tingkah laku dan suara

- 10-12 bulan : mengikuti perintah dan mulai malu dengan orang asing

- 12-18 bulan : posesif terhadap mainan

- 18-24 bulan : menikmati bermainperan

- 21-24 bulan : bermain dengan teman

c. Mengapa anak tidak menoleh bila dipanggil?

- Hilangnya pendengaran

- Retardasi mental

- Mengalami keterlambatan dalam perkembangan otak

Pada anak autis,umumnya ia merasa memiliki dunianya sendiri dan

cenderung tidak memerdulikan orang lain dan sekitarnya,melainkan fokus

kepada apa yang sedang digelutinya. 43 % penyandang autisme

mempunyai kelainan pada lobus parietalis otaknya yang menyebabkan

anak tidak peduli dengan lingkungannya Ini kemungkinan bisa

menjelaskan penyebab anak autis tidak menoleh bila dipanggil.

d. Mengapa anak tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti oleh

orangtua dan orang lain?

Hilangnya pendengaran

Mengalami keterlambatan dalam perkembangan otak

Retardasi mental

Mengalami gangguan austistik

e. Mengapa gejala baru timbul pada umur 24 bulan?

6

Page 7: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

Biasanya timbul pada umur 2-3 tahun, karena perkembangan otak dalam tahap

cepat.

f. Dimana pusat bicara dan pendengaran?

1) Area wernick memahami informasi, mendengar dan melihat (sulcus

lateralis, lobus temporalis)

2) Area broca bicara, menulis (sulcus lateralis, lobus temporalis)

Gangguan sosialis lobus pariental

Serebrum motorik, sensitivitas pendengaran dan penglihatan

System limbik reaksi emosi, control agresi

2. a. Mengapa anak tidak mau bermain dengan teman sebaya?

Terjadi gangguan kualitatif dalam interaksi sosial dalam hal ini kegagalan dalam

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan tingkat

perkembangan

Pada kasus: terjadi gangguan kualitatif pada interaksi sosial

b. Mengapa anak tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar

suara keras?

Terjadi gangguan kualitatif dalam interaksi sosial dalam hal ini kurang

mampu melakukan hubungan sosial atau emosional timbal balik sehingga

Enriko tidak suka dipeluk dan bila mendengar suara keras, ia akan histeris

karena terjadi gangguan dalam persepsi sensoris.

Tidak suka dipeluk : Anak memiliki kepekaan terhadap sentuhan ringan

atau sebaliknya terhadap sentuhan dalam. Masalah kepekaan yang berlebihan ini

biasanya terwujud dalam bentuk masalah perilaku ( termasuk masalah makan &

pakaian). Bila Anak peka terhadap sentuhan dan terganggu dengan sentuhan

kita, maka pelukan kita justru dapat ia artikan sebagai hukuman yang menyak-

itkan. Anak dengan autistic mengalami kesulitan dalam mengenali emosi orang

7

Page 8: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

lain sehingga mereka tidak mampu mengekspresikan emosinya, apalagi

melakukan kontak emosi dengan orang lain.

c. Mengapa anak bila memerlukan sesuatu akan mengambil tangan pengasuhnya?

Mengindikasi adanya gangguan interaksi sosial. Anak-anak dengan

gangguan interaksi sosial pada umumnya dapat membentuk hubungan namun

cukup dengan anggota keluarga, pengasuh (seperti pada kasus) atau orang yang

paling banyak berperan dalam memberikan penanganan pada mereka.

Dikarenakan penggunaan bahasa yang cenderung sedikit, perbendaharaan

kata terbatas, kalimat pendek, tidak lengkap, struktur tidak sesuai usia, tidak

terorganisir, sehingga si anak sulit mengkomunikasikan apa yang diinginkannya

dan justru hanya dengan menarik-narik tangan orang yang dekat dengannya .

Gangguan sensorik menggunakan indera peraba lebih banyak dari pada

indera yang lain.

3. a. Mengapa anak selalu bergerak, tidak mau diam, berlari kesana kemari tanpa

tujuan?

Hiperkinesis dimana tidak dapat diam;bergerak berlebihan atau aktivitas otot

yang berlebihan mungkin psikogenik atau somatogenik.

Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :

Faktor neurologik

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan

masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal,

persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia

dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu fak-

tor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang ter-

lalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden

hiperaktif

Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang

neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada

8

Page 9: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin meru-

pakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi

Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah

tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-pre-

frontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan

Faktor toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet

memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping

itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang

merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat

melahirkan calon anak hiperaktif.

Faktor genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga

dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara

yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat

pada anak kembar.

Faktor psikososial dan lingkungan

Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru

antara orang tua dengan anaknya.

b. Mengapa anak sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya

seperti mau terbang?

Adanya masalah perilaku berupa hiperkinesis menyebabkan selalu

bergerak,tidak mau diam,berlari kesana kemari tanpa tujuan dan adanya

peningkatan asam homovanilat (metabolit dopamin utama) didalam cairan

serebrospinal menyebabkan timbulnya stereotipik yaitu melakukan gerakan

mengepak-gepak lenganganya seperti mau terbang.

Melakukan Kegiatan Berulang-Ulang(Stereotipik) yaitu mengepak-

ngepakkan tangan dan menyusun mobil berurutan.

Hal ini terjadi untuk menghambat lebih jauh terhadap serangan sensasi yang

kacau, otak memfokuskan pada satu sensasi atau aktifitas. Mungkin berupa

9

Page 10: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

menggoyangkan tubuhnya dengan keras, bermain dengan mainan yang sama,

atau melihat video yang sama berulang-ulang. Aktivitas ini kelihatan aneh, tidak

pantas dan bersifat unik untuk masing-masing anak. Aktivitas ini diulang terus

menerus, sehingga membuat tingkah lakunya menjadi aneh. Tetapi ada pendapat

lain yang menyatakan kegiatan berulang yang dilakukan oleh anak ini

dikarenakan adanya abnormalitas cerebelum (Kegagalan perkembangan sel otak

untuk menyatu dengan benar dan tidak membentuk jaringan koneksi seperti

dalam perkembangan otak normal atau putusnya sinaps). Di cerebelum terdapat

penurun sel purkinje yang menyebabkan kelaianan atensi. Beberapa studi juga

menunjukkan, adanya abnormalitas pada beberapa area di otak penderita seperti

ini (autism). Area yang mengalami gangguan di antaranya adalah lobus frontalis

dan ganglia basalis yang berperan dalam representasi dalam action plans,

motoric plans, dan working memory, sehingga terjadi gangguan pengaturan

motorik dan pada beberapa anak bermanifestasi sebagai hiperaktivitas ataupun

sebaliknya, tergantung dengan mekanisme gangguan yang terjadi. Peningkatan

kadar asam homovanilic (suatu metabolit utama dopamin) dalam cairan

serebrospinalnya juga akan menimbulkan peningkatan penarikan diri dan

stereotipik.

4. a. Adakah hubungan usia ibu saat mengandung dengan keluhan Enrico?

Lahir yang spontan termasuk normal

Hamil 38 minggu : normal (37-42 minggu)

Factor resiko > 35 tahun dan semakin tinggi usia orang tua, semakin tinggi juga

factor resiko. ( 32 tahun salah satu factor resiko)

b. Bagaimana cara pemeriksaan APGAR?

APGAR dinilai setelah lahir

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim

Warna kulit seluruhnya

biru

warna kulit

tubuh normal

merah muda,

warna kulit

tubuh, tangan,

dan kaki

Appearance

10

Page 11: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

tetapi tangan

dan kaki

kebiruan

(akrosianosis)

normal merah

muda, tidak

ada sianosis

Denyut

jantungtidak ada

<100

kali/menit

>100

kali/menitPulse

Respons refleks

tidak ada

respons

terhadap

stimulasi

meringis/

menangis

lemah ketika

distimulasi

meringis/

bersin/batuk

saat stimulasi

saluran napas

Grimace

Tonus ototlemah/tidak

ada

sedikit

gerakanbergerak aktif Activity

Pernapasan tidak adalemah atau

tidak teratur

menangis kuat,

pernapasan

baik dan

teratur

Respiration

c. Apa interpretasi APGAR?

Interpretasi Nilai APGAR

Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah

kelahiran, dan dapat diulangi jika skor masih rendah.

Jumlah skor Interpretasi Catatan

7-10 Bayi normal

4-6 Agak rendah

Memerlukan tindakan medis segera seperti

penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas,

atau pemberian oksigen untuk membantu

bernapas.

0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

11

Page 12: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

Penanganan Bayi Baaru Lahir Berdasasrkan NILAI APGAR

Nilai APGAR 5 Menit

PertamaPenaganan

0-3

Tempatkan ditempat hangat den-

gan lampu sebagai sumber peng-

hangat

Pemberian oksigen.

Resusitasi

Stimulasi rujuk

4-6

Tempatkan dalam tempat yang

hangat.

Pemberiak oksigen

Stimulasi taktil

7-10 Dilakukan penatalaksanaan sesuai

dengan bayi normal.

Pada kasus ini skor APGAR Enrico :

APGAR score 1 menit : 8

APGAR score 5 menit : 9

Pada kasus ini Enrico mengalami kondisi baik

d. Mengapa keluhan hanya terjadi pada Enrico, tidak terjadi pada kakaknya?

Usia ibu menjadi salah satu faktor resiko terjadi pada kasus Enrico.

12

Page 13: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

5. Apa interpretasi dari BB, PB, LK?

BB 13 kg

Jawaban :

BB 13 kg : normal (10-15 kg)

PB 88 cm

Jawaban :

PB 88 cm : normal (80-90 cm)

LK 47 cm

Jawaban :

LK 47 cm : Normal (45-51 cm)

6. Apa interpretasi dari status perkembangan?

Terjadi gangguan bahasa, gangguan kulitatif dan interaksi social, terjadi stereotipik

Hasil pemeriksaan fisik Interpretasi

Bila diajak bicara, tidak mau

menatap muka lawan bicara

dan tidak mau tersenyum

kepada pemeriksa

Penurunan fungsi non verbal dan

ekspresi wajah (DSM-IV : qualitative

impairment of social interaction

Tidak menoleh ketika

dipanggil namanya

Tidak menunjukkan hubungan emosional

timbale-balik pada orang lain (qualitative

impairment of social interaction)

Selalu mengepak-ngepakkan

tangannya

Melakukan kegiatan yang berulang-ulang

(qualitative impairment of social

interaction).

Tidak bias bermain pura-pura Kurangnya symbolic play dan social

imitation (qualitative impairment of

communication)

Tidak pernah menunjuk Kurangnya spontaneous sharing

13

Page 14: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

sesuatu (qualitative impairment of social

interaction)

Tidak bisa disuruh untuk

melihat benda yang ditunjuk,

malah melihat ke tangan

pemeriksa

Kurangnya spontaneous sharing

(qualitative impairment of social

interaction)

Bermain mobil-mobilan

hanya disusun berurutan dan

diperhatikan hanya bagian

rodanya saja

Anak focus pada 1 minat dan

kecenderungan untung menyusun/lining

up object (restricted range of activity and

interest)

7. Mengapa Enrico tidak menoleh bila dipanggil sedangkan tes pendengaran pada

Enrico normal?

Karena Enrico mempunyai dunia sendiri dan tidak memerdulikan orang sekitar.

8. Apa saja kemungkinan penyakit pada kasus ini ?

ASD ADHD Sindrom

Asperger

bahasa,

komunikasi

terlambat atau

sama sekali tidak

berkembang

berkembang

baik

bahasa

berkembang

baik,

komunikasi

akan terlambat

berkembang

perilaku,

motorik

kasar dan

halus

terbatas,

stereotipik,

hiperaktif, otot

hipotonik tetapi

tidak ada gangguan

stereotipik,

hiperaktif,

otot tidak

hipotonik,

tidak ada

terbatas,

stereotipik,

tidak

hiperaktif,

tidak ada

14

Page 15: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

motorik gangguan

motorik

gangguan

motorik

interaksi

sosial

kegagalan untuk

bertatap mata,

menunjukkan

ekspresi fasial,

maupun postur dan

gerak tubuh, untuk

berinteraksi secara

layak, inatensi,

menarik diri

kontak mata

ada, tetapi

ada gangguan

interaksi

sosial,

inatensi, tidak

menarik diri

kegagalan

untuk bertatap

mata,

menunjukkan

ekspresi fasial,

maupun postur

dan gerak

tubuh, untuk

berinteraksi

secara layak,

atensi baik,

menarik diri

emosional kurangnya empati,

agresif tetapi dapat

pula terlalu diam

kurangnya

empati

kurangnya

empati

kognitif tidak mampu untuk

bermain secara

imajinatif

berkembang

lebih baik

berkembang

lebih baik

memori terganggu karena

jarang sekali

dirangsang akibat

interaksi sosial dan

emosi yang kurang

tidak terganggu

karena masih

dirangsang

oleh kognitif

dan

kemampuan

bahasa yang

masih baik

15

Page 16: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

9. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus ini ?

The Screening Test For Autism In Two Years

EEG ( Elektroenrefalogram)

Untuk memeriksa gelombang otak yang menunjukkan gangguan kejang,

diindikasikan pada gangguan otak

Skrening metabolik

Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah dan urine untuk

melihat metabolisme mekanan di dalam tunuh dan pengaruhnya pada tumbuh

kembang anak . Misalmya disembuhkam dengan diet khusus.

MRI dan CT scan

Untuk mendiagmosis kelainan struktur otak karena dapat melihat struktur otak

secara lebih detail.

Pemeriksaan genetik

Pemeriksaan darah untuk langsung kelainan genetik yang dapat menyebabkan

gangguan perkembangan.

10. Apa kemungkinan diagnosis pasti pada kasus ini?

Autisme spectrum disorder.

11. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini?

Pada batita tidak diberi obat

Psikoterapi : dukungan dari orang tua

1) Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan

didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi

pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement

(hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah

yang paling banyak dipakai di Indonesia.

2) Terapi Wicara

16

Page 17: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan

berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu

autistic yang non‐verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang‐kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk

memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam

hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

3) Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan

motorik halus. Gerak‐geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk

memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan

menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi

sangat penting untuk melatih mempergunakan otot ‐otot halusnya dengan benar.

4) Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara

individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.

Kadang‐kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat.

Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris

akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot‐ototnya dan memperbaiki

keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang

komunikasi dan interaksi . Banyak anak‐anak ini membutuhkan pertolongan

dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama

ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan

fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman‐teman sebaya dan mengajari

cara-caranya.

6) Terapi Bermain

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan

dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar 17

Page 18: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu

anak dalam hal ini dengan teknik‐teknik tertentu.

7) Terapi Perilaku.

Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman‐temannya seringkali tidak

memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka

banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila

mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar

belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan

merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk

memperbaiki perilakunya,

8) Terapi Perkembangan

Floortime, Son‐rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap

sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan

tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional

dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti

ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual

thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode

belajar komunikasi melalui gambar‐gambar, misalnya dengan metode PECS

( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga

dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

10) Terapi Biomedik

Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam

DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak

autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala‐gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan

berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak‐anak ini diperiksa

secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal 18

Page 19: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan.

Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang

komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).

12. Apa saja komplikasi dari kasus ini jika tidak ditangani secara komperhensif?

- Retardasi mental

- Gangguan bicara dan social yang permanen

13. Bagaimana peluang sembuh pada kasus ini?

Dubia ad bonam, apabila IQ > 70

14. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ini?

Tingkat kemampuan 2

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya:

peneriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien

secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.

Tingkat kemampuan 3B

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :

pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan

memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus

gawat darurat).

15. Bagaimana Pandangan Islam terhadap kasus ini ?

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi

Allah-lah pahala yang besar. (QS 64:15)

19

Page 20: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

2.3.4 Hipotesis

Enrico, anak laki-laki, usia 24 bulan mengalami gangguan bahasa dan social akibat Autisme spectrum disorder.

20

Page 21: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

2.3.5 Kerangka Konsep

21

Factor resiko usia ibu, genetik

Enrico, 24 bulan

Gangguan bahasa

Gangguan perilaku

Gangguan interaksi

sosial

ASD

Page 22: Skenario a Tutorial 5 Blok XVI

2.3.6 Keterbatasan Ilmu dan Learning issue

Pokok Bahasan What I know What I don’t know I have to

prove

How will I

learn

Kesehatan jiwa dan

fungsi luhur

Anatomi dan

fisiologi

- Text book

- Internet

Autisme definisi Gejala, pengobatan,

komplikasi

- Text book

- Internet

Hiperkinesis definisi Penyebab dan

mekanisme serta

klasifikasi

- Text book

- Internet

Penyebab dan

mekanisme serta

klasifikasi

- Text book

- Internet

Pemeriksaan Fisik Interpretasi dan

mekanisme

- Text book

- Internet

Status

Perkembangan

Interpretasi dan

mekanisme

te

22