skenario 5

90
Skenario 5

description

:)

Transcript of skenario 5

Page 1: skenario 5

Skenario 5

Page 2: skenario 5

Definisi

Page 3: skenario 5

• Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratumkorneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita (Budimulja, 2005)

Page 4: skenario 5

EPIDEMIOLOGI

• Penyakit infeksi jamur merupakan penyakit kulit terbanyak di Indonesia.

• Dimana laki laki 5x lebih banyak dari wanita• Biasanya pada usia dewasa muda• Keadaan lingkungan yakni suhu dan kelembaban

sangat berperan penting, dimana suhu yang panas dankelembaban yang tinggi merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya penyakit ini

Page 5: skenario 5

• Dilaporkan penyebab dermatofitosis yang dapat dibiakkan di Jakarta adalah

• T. rubrum 57,6%, • E. floccosum 17,5%, • M. canis 9,2%, • T.mentagrophytes var. granulare 9,0%,• M. gypseum 3,2%,• T. concentricum 0,5%

Page 6: skenario 5

Di RSU Adam malik/Dokter Pirngadi Medan

• Spesies jamur penyebab adalah • dermatofita: – T.rubrum 43%,– E.floccosum 12,1%, – T.mentagrophytes 4,4%, – M.canis 2%,

• nondermatofita :– 18,5%, ragi – 19,1% (C. albicans 17,3%, Candida lain 1,8%)

Page 7: skenario 5
Page 8: skenario 5
Page 9: skenario 5
Page 10: skenario 5

Klasifikasi Dermatofitosis

Page 11: skenario 5

Klasifikasi oleh SIMONS DAN GOHAR (1954), menjadi dermatomikosis, trikomikosis, dan onikomikosis

berdasarkan bagian tubuh manusia yang terserang

Page 12: skenario 5

• Tinea kapitis• Tinea Barbe• Tinea Kruris• Tinea pedis et manus• Tinea unguium• Tinea korporis

Berdasarkan lokasi

• Tinea imbrikata• Tinea favosa• Tinea fasialis • Tinea sirsinata

mempunyai arti khusus

Page 13: skenario 5

Tinea Kapitis

Page 14: skenario 5

Tine Barbe

Page 15: skenario 5

Tine Barbe

Page 16: skenario 5

Tinea kruris

Page 17: skenario 5

Tinea kruris

Page 18: skenario 5

Tinea korporis

Page 19: skenario 5
Page 20: skenario 5

Tinea pedis

Page 21: skenario 5
Page 22: skenario 5

Tinea manus

Page 23: skenario 5

Tinea Imbrikata

• Dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentrik disebabkan oleh Trichophyton concentricum

Page 24: skenario 5
Page 25: skenario 5

Tinea fasialis

Page 26: skenario 5
Page 27: skenario 5

Tinea inkognito adalah dermatofitosis yang bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobatin dengan steroid topikal kuat

Page 28: skenario 5

ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI

DERMATOFITOSIS

Page 29: skenario 5

ETIOLOGI

Genus :1. Tricophyton2. Microsporum3. Epidermophyton

Kurang lebih 10 spesies menyebabkan dermatofitosis

Page 30: skenario 5

Organ yang terinfeksi

Kuku Kulit Rambut

Tricophyton + + +

Microsporum + + +

Epidermophyton + + -

Page 31: skenario 5

Dermatofitosis yang ada di Indonesia• Geofilik : M. Gypseum• Zoofilik : M. Canis• Antrofilik– T. Rubrum– T. Concentricum– E. Floccosum

Page 32: skenario 5

M.Gypseum Mikrokonidia berbentuk kumparan berujung

tumpul & terdiri dari 4-6 sel Berdinding tipis

Page 33: skenario 5

M.CanisMakrokonidia berbentuk kumparan yang

berujung runcing dan terdiri dari 6 sel atau lebih

Berdinding tebal

Page 34: skenario 5

T.RubrumMembentuk banyak mikrokonidiaMikrokonidia kecil,berdinding tipis &

berbentuk lonjongKonidiofora pendekTersusun secara satu persatu

Page 35: skenario 5

E.Floccosumo Hifa lebar dan kasaro Mikronidia berbentuk gada,berdinding

tebal,terdiri ata 2-4 selo Tersusun pada satu konidiofora

Page 36: skenario 5

Faktor Predisposisi

Lingkungan lembab dan panas

Imunitas rendah

Obesitas

Diabetes

Page 37: skenario 5

Patogenesis dermatofitosis

Page 38: skenario 5

Perlekatan dermatofit pada keratinosit

Penetrasi dermatofit melewati & diantara sel

Pembentukan respon penjamu

3 fase

Page 39: skenario 5

1. Perlekatan dermatofit pada jaringan keratin

(s.korneum epidermis)

Terjadi aktivitas proteolitik & lipolitik

Mengeluarkan serin proteinase (urokinase &plasminogen)

Katabolisme protein ekstrasel u/invasi sel penjamu

Dinding dermatofit menghasilkan enzim keratinase (keratolitik)

Menghidrolisis keratin & memfasilitasi pertumbuhan jamur

di s. Korneum epidermis

1.

Page 40: skenario 5

2. Penetrasi dermatofit melewati & diantara sel

Mensekresi proteinase, lipase, enzim musinolitik (u/nutrisi jamur)

Untuk melawan s.imun dari penjamu melakukan : penyamaran, pengenalian, penyerangan

2.

Page 41: skenario 5

Menghambat proses fagositosis (makrofag)

Penyamaran

• Dinding kapsul bentuk polisakarida yang tebal

• Memicu pertumbuhan filamen hifa

• Beta glucagon pada dinding jamur tidak terpapar o/dectinn 1 pada penjamu

Pengendalian

• Adhesin (dinding jamur) + CD14 & C3 (CR3,MAC1) menghambat makrofag

Penyerangan

• Merusak s.imun spesifik sekresi toksin & protease menurunkan barier proses invasi lebih mudah

Page 42: skenario 5

3. Pembentukan respon penjamu

Imunitas adaptif (spesifik)

Imunitas alami (non spesifik)

3.

Page 43: skenario 5

Pertahanan non-spesifik

• struktur• Keratinasi pembaharuan • Proliferasi epidermis peradangan akibat rx.imun (sel T)

Barier untuk masuknya

dermatofit

• Makroskopik pustul• Mikroskopik mikroabses di epidermis menghambat

dermatofit

Akumulasi neutrofil

diepidermis

• Unsaturated transferin • Alfa 2 makroglobulin keratinase inhibitor

Adanya substansi anti jamur

Melawan invasi dermatofit

Page 44: skenario 5

Pertahanan spesifik (antigen dermatofit & CMI)

Lokasi infeksi Membangkitkan

imunitas humoral & CMI

CMI + DTH

CMI berkurangInfeksi

dermatofit kronis

Page 45: skenario 5

Gejala Klinis Dermatofitosis

Page 46: skenario 5

Tinea Pedis (Athele’s foot, ringworm of the foot, kutu air)

Bentuk interdigitalis

Moccasin foot

Bentuk subakut

Page 47: skenario 5

1. Bentuk interdigitalis- Diantara jari IV dan V- Fisurra yang dilingkari sisik halus dan tipis - Meluas ke bawah jari dan sela jari lain- Lembab maserasi (kulit putih dan rapuh)

Page 48: skenario 5

2. Moccasin foot - Seluruh kaki (telapak, tepi sampai punggung

kaki)- Kulit menebal dan bersisik - Eritema ringan pada tepi lesi - Tepi lesi: papul dan vesicle

Page 49: skenario 5

3. Bentuk subakut• Vesicle, vesiko-pustul, kadang bula• Mulai pada sela jari punggung kaki atau

telapak kaki• Vesicle pecah meninggalkan sisik (lingkaran)• Jamur diatap vesicle

Page 50: skenario 5

Tinea unguinum (dermatophytic onychomycosis, ringworm of the nail)

Bentuk subungual

distalis

Leukonikia trikofita

Bentuk subungual proksimalis

Page 51: skenario 5

1. Bentuk subungual distalis

• Dari tepi distal atau distolateral kuku• Menjalar ke proksimal• Dibawah kuku terbentuk sisa kuku rapuh• Kuku distal akan hancur

Page 52: skenario 5

2. Leukonikia Trikofita

• Keputihan dipermukaan kuku dapat dikerok

Page 53: skenario 5

3. Bentuk subungual proksimalis

• Menyerang pangkal kuku bagian proksimal• Kuku bagian distal masih utuh, proksimal

rusak• Kuku kaki > sering kuku tangan

Page 54: skenario 5

Tinea Kruris (eczema marginatum, jockey itch, ringworm of the groin)

• Lipat paha, daerah perineum, sekitar anus• Bersifat akut atau menahun, seumur hidup• Lesi berbatas tegas, peradangan tepi lebih

nyata daripada daerah tengah• Menahun hitam dan bersisik • Erosi akibat garukan

Page 55: skenario 5
Page 56: skenario 5

Tinea Korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, kurap)

• Klinis :– Lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas– Terdiri atas: eritema, skuama, kadang vesicle dan

papul di tepi– Central healing– Erosi dan krusta garukan– Lesi dengan pinggiran poliskiklik

Page 57: skenario 5
Page 58: skenario 5

Tinea korporis yang menahun

• Tanda radang akut tidak telihat lagi• Terjadi pada setiap bagian tubuh = kelainan

sela paha • Menahun = Trichopyton rubrum

Page 59: skenario 5

Tinea Imbrikata

• Tinea corporis bentuk khas, Trichophyton concentricum

• awal bentuk papul warna coklat, membesar • Str. Korneum bagiana tengah terlepas dari

dasarnya dan melebar• Terbentuk lingkaran skuama konsentris

polisiklik • Permulaan infeksi sangat gatal

Page 60: skenario 5
Page 61: skenario 5

Tinea Favosa

• Mulai dikepala: titik kecil dibawah kulit (merah kuning) berkembang jadi krusta berbentuk cawan

• Diangkat cekung merah dan basah• Mousy odor • Kulit papulovesicle atau papuloskuamosa• Kelainan kulit berbentuk cawan

Page 62: skenario 5
Page 63: skenario 5

Tinea Kapitis

Gray patch ringworm Kerion

Black dot ringworm

Page 64: skenario 5

1. Gray patch ringworm

• Papul merah kecil disekitar rambut • Melebar dan membentuk bercak mjd pucat

dan bersisik • Gatal• Rambut abu-abu dan tidak berkilat• Mudah dicabut • Allopesia • Lampu wood: hijau kekuningan

Page 65: skenario 5
Page 66: skenario 5

2. Kerion • Peradangan berat• Menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel

radang padat• Menimbulkan jaringan parut menonjol • Alopesia menetap

Page 67: skenario 5

3. Black dot ringworm

• Rambut yang terkena infeksi patah tepat dimuara folikel

• Tertinggal ujung rambut yang penuh spora• Ujung rambut hitam dalam folikel blackdot

Page 68: skenario 5

DIAGNOSIS

DERMATOFITOSIS

Page 69: skenario 5

ANAMNESIS• Identitas : pekerjaan, usia, daerah tempat tinggal/ kerja (lembab atau

tidak)• KU : bercak merah bersisik/ gatal/kuku rusak atau berubah warna• Lokasi : kepala/ badan/ kaki/ tangan/ janggut/ kuku/ selangkangan/

sela – sela jari• Onset : akut/kronis• Kualitas : gatal, merah (ring worm), bersisik, semakin luas• Kuantitas :• Kronologis : (mengetahui faktor resiko) lesi primer• Memperberat/memperingan : garuk? Berkeringat? Daerah lembab?

Terkena air?/ obat topikal?• Keluhan tambahan : demam? (mengatahui apakah ada infeksi

sekunder), rambut mudah patah, pembesaran KGB

Page 70: skenario 5

• RPD : pernah sebelumnya? Pernah sakit kulit sebelumnya?

• RPK : di lingkungan sekitar? Orang dalam satu rumah? • RKP : jarang pakai alas kaki? Jarang cuci baju?

Pengguna pakaian ketat terutama jeans? Sering pakai sepatu tertutup jangka lama, punya binatang peliharaan? Berkebun atau bertani? Kebiasaan memakai barang bersama

• Tinjauan umum : alergi?• Tinjauan sistem :

Page 71: skenario 5

PEMERIKSAAN JASMANI• Status generalisata :• Status dermatologi :

– Effloresensi : – Jenis : plak eritem dengan skuama halus– Lokasi : inguinal (contoh)– Penyebaran : regional– Sususan : sirsinar– Bentuk : bulat– Ukuran : plakat– Batas : tegas– Tepi : aktif teratur tidak menonjol– Tengah : central healing tidak menonjol– Permukaan : verukosa

Page 72: skenario 5
Page 73: skenario 5
Page 74: skenario 5
Page 75: skenario 5
Page 76: skenario 5

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH• Pemeriksaan dengan lampu wood

Page 77: skenario 5
Page 78: skenario 5
Page 79: skenario 5
Page 80: skenario 5

Penatalaksanaan pada

Tinea Cruris

Page 81: skenario 5

Terapi Medikamentosa• Pemberian oral :1.Griseofulvin sekitar 12-21 hari. Setelah makan dewasa : 500-1000mg/ hari dibagi untuk 4x pemberian. anak anak : 10-25mg/kgBB

2.Ketokonazol (jika resisten thdp Griseofulvin) dikombinasikan dengan pemberian vitamin C.

dosis : 200mg/hari selama 10-14hari (setelah makan)

3.Itrakonazol tersedia dalam bentuk oral dan IV biasa diberikan secara oral. (pengganti

ketokonazol). dosis : 2x100-200mg/hari selama 3 hari

Page 82: skenario 5
Page 83: skenario 5

• Pemberian salep (topikal) :1. Terbinafine 1% gel2. Miconazole 2% krim3. Nystatin 100.000 unit/g4. Naftitine 1% krim

Page 84: skenario 5

Diagnosis Banding

Tinea Cruris

Page 85: skenario 5

Eritrasma

Penyebab: Corynebacterium

minutissimum (batang gram +)

Lokalisasi: Lipat paha bag. dalam sampai skrotum,

aksila, dan intergluteal.

Eritema luas batas tegas, skuama halus kadang erosif, jarang

disertai infeksi, fluoresensi merah bata

(coral red) yang khas dengan sinar Wood.

Penyebab: Corynebacterium

minutissimum (batang gram +)

Page 86: skenario 5

Kandidosis intertriginosa

Penyebab: Candida sp.

Lokalisasi: Lipat kulit ketiak, genitokrural,

intergluteal, payudara, interdigital, umbilikus, dan

lipat kulit dinding perut.

Lesi relatif lebih basah, berkrusta dan erosif,

berbatas jelas disertai lesi satelit (hen and chicken).

Adanya fluor albus membantu diagnosa.

Page 87: skenario 5

Psoriasis intertriginosa

Penyebab: Autoimun

Lokalisasi: Sela paha; lesi di tempat lain

membantu menegakkan diagnosis.

Lesi lebih merah, skuama lebih tebal dan

lamelar.

Page 88: skenario 5

KOMPLIKASI & PROGNOSISDERMATOFITOSIS

Page 89: skenario 5

KOMPLIKASI

• Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida

• Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik • Efek samping pemakaian obat steroid topikal

dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit

Page 90: skenario 5

PROGNOSIS

• Baik dengan pengobatan yang tepat, kepatuhan yang baik dan tindakan pencegahan berikutnya untuk menghindari infeksi berulang.