Sip Paminal

23
OPTIMALISASI PENERAPAN ETIKA PROFESI GUNA MEMBENTUK PERSONIL POLRI YANG PROFESIONAL DAN BERMORAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT UNTUK MEWUJUDKAN GRAND STRATEGY POLRI DI TINGKAT POLDA BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Citra polisi di mata masyarakat sangat tergantung pada pengalaman kongkrit masyarakat di lapangan, yaitu ketika mereka sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung harus berinteraksi dengan polisi. Masing-masing masyarakat yang mempunyai pengalaman berbeda ketika berinteraksi dengan polisi tentunya akan mempunyai pandangan yang berbeda juga tentang polisi. Untuk itu, perilaku kongkrit polisi adalah factor yang sangat menentukan dalam pembentukan citra polisi di mata masyarakat. Berbagai cara sudah dilakukan agar perilaku anggota Polri senantiasa sesuai dengan harapan masyarakat, termasuk dengan membentuk beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tugas, fungsi, dan mekanisme pelaksanaannya. Dan kenyataan di lapangan membuktikan bahwa dengan terlaksanya tugas seuai dengan aturan perundang-undangan saja ternyata tidak cukup memberikan kesan baik kepada masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat merupakan upaya terus menerus, berkelanjutan dan harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran Polri, sehingga tidak terkesan sebagai penguasa KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA UTARA

description

OPTIMALISASI PENERAPAN ETIKA PROFESI GUNA MEMBENTUK PERSONIL POLRI YANG PROFESIONAL DAN BERMORAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT UNTUK MEWUJUDKAN GRAND STRATEGY POLRI DI TINGKAT POLDABAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangCitra polisi di mata masyarakat sangat tergantung pada pengalaman kongkrit masyarakat di lapangan, yaitu ketika mereka sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung harus berinteraksi dengan polisi. Masing-masing masyarakat yang mempunyai pengalaman berbeda ketika berinteraksi dengan polisi tentunya akan mempunyai pandangan yang berbeda juga tentang polisi. Untuk itu, perilaku kongkrit polisi adalah factor yang sangat menentukan dalam pembentukan citra polisi di mata masyarakat. Berbagai cara sudah dilakukan agar perilaku anggota Polri senantiasa sesuai dengan harapan masyarakat, termasuk dengan membentuk beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tugas, fungsi, dan mekanisme pelaksanaannya. Dan kenyataan di lapangan membuktikan bahwa dengan terlaksanya tugas seuai dengan aturan perundang-undangan saja ternyata tidak cukup memberikan kesan baik kepada masyarakat.Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat merupakan upaya terus menerus, berkelanjutan dan harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran Polri, sehingga tidak terkesan sebagai penguasa arogansi kekuasaan dan harus dilayani. Keberhasilan pelaksanaan tugas Polri guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan Kamtibmas, selain ditentukan oleh kualitas pengetahuan dan keterampilan teknis kepolisian yang tinggi sangat ditentukan juga oleh perilaku terpuji setiap anggota Polri di tengah masyarakat.Sehubungan dengan hal tersebut, setiap anggota Polri dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus senantiasa terpanggil untuk menghayati dan menjiwai Kode Etik Profesi Polri yang tercermin pada sikap dan perilakunya yang diakomodasikan dalam 4 (empat) prinsip etika, yaitu Etika Kepribadian, Etika Kenegaraan, Etika Kelembagaan, dan Etika Dalam Hubungan dengan Masyarakat. Empat prinsip etika tersebut merupakan pedoman perilaku dan sekaligus pedoman moral bagi anggota Polri, sebagai upaya pemuliaan terhadap profesi kepolisian, yang berfungsi sebagai pembimbing pengabdian, sekaligus menjadi pengawas hati nurani setiap anggota agar terhindar dari perbuatan tercela dan penyalahgunaan wewenang.2. PermasalahanYang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah Belum maksimalnya penerapan etika profesi di Poldasu Khususnya Subbid Paminal Propam Poldasu yang berdampak pada tingkat profesionalisme dan moral personil dalam membangun kepercayaan (trust building) dan kemitraan (partnership building) dengan masyarakat di tingkat Penindakan internal. 3. Pokok-Pokok Persoalan Dari permasalahan tersebut di atas, maka yang menjadi pokok-pokok persoalan dalam tulisan ini adalah :1) Mengapa Sumber daya manusia belum optimal ?2) Mengapa Dukungan alokasi anggaran belum mencukupi?3) Dukungan sarana dan prasarana belum memadai?2) Metode pelaksanaan tugas masih belum optimal?4. Ruang LingkupNaskah Karya Perorangan ini dibatasi pada Optimalisasi Penerapan Etika ProfesiGuna Membentuk Personil Polri Yang Profesional Dan Bermoral Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada Masyarakat Untuk Mewujudkan Grand Strategy Polri Di Tingkat Polda di bidang fungsi teknis Paminal Propam Poldasu, yaitu pengaturan, penjagaan, pengawalan, pengawasaan, dan penindakan. Dan sebagai landasan data, maka subjek yang menjadi fokus pembahasan adalah Satuan Paminal Propam PoldasuBAB IILANDASAN TEORI.1. Konsepsi Etika Dalam Hubungan dengan Masyarakat.Etika Dalam Hubungan dengan Masyarakat adalah sikap mental anggota Polri dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan mengacu pada pemeliharaan hubungan dan interaksi sosial dengan masyarakat yang menjadi objek pelayanan.Dalam Etika Hubungan dengan Masyarakat anggota

Transcript of Sip Paminal

Page 1: Sip Paminal

OPTIMALISASI PENERAPAN ETIKA PROFESI GUNA MEMBENTUK PERSONIL POLRI YANG PROFESIONAL DAN BERMORAL DALAM RANGKA

MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT UNTUK MEWUJUDKAN GRAND STRATEGY POLRI DI TINGKAT POLDA

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Citra polisi di mata masyarakat sangat tergantung pada pengalaman kongkrit masyarakat

di lapangan, yaitu ketika mereka sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung harus

berinteraksi dengan polisi. Masing-masing masyarakat yang mempunyai pengalaman berbeda

ketika berinteraksi dengan polisi tentunya akan mempunyai pandangan yang berbeda juga

tentang polisi. Untuk itu, perilaku kongkrit polisi adalah factor yang sangat menentukan dalam

pembentukan citra polisi di mata masyarakat. Berbagai cara sudah dilakukan agar perilaku

anggota Polri senantiasa sesuai dengan harapan masyarakat, termasuk dengan membentuk

beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tugas, fungsi, dan mekanisme

pelaksanaannya. Dan kenyataan di lapangan membuktikan bahwa dengan terlaksanya tugas seuai

dengan aturan perundang-undangan saja ternyata tidak cukup memberikan kesan baik kepada

masyarakat.

Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat merupakan upaya terus menerus,

berkelanjutan dan harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran Polri, sehingga tidak terkesan sebagai

penguasa arogansi kekuasaan dan harus dilayani. Keberhasilan pelaksanaan tugas Polri guna

meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan

Kamtibmas, selain ditentukan oleh kualitas pengetahuan dan keterampilan teknis kepolisian yang

tinggi sangat ditentukan juga oleh perilaku terpuji setiap anggota Polri di tengah masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut, setiap anggota Polri dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus senantiasa terpanggil

untuk menghayati dan menjiwai Kode Etik Profesi Polri yang tercermin pada sikap dan

perilakunya yang diakomodasikan dalam 4 (empat) prinsip etika, yaitu Etika Kepribadian, Etika

Kenegaraan, Etika Kelembagaan, dan Etika Dalam Hubungan dengan Masyarakat. Empat prinsip

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIADAERAH SUMATERA UTARA

Page 2: Sip Paminal

etika tersebut merupakan pedoman perilaku dan sekaligus pedoman moral bagi anggota Polri,

sebagai upaya pemuliaan terhadap profesi kepolisian, yang berfungsi sebagai pembimbing

pengabdian, sekaligus menjadi pengawas hati nurani setiap anggota agar terhindar dari perbuatan

tercela dan penyalahgunaan wewenang.

2. Permasalahan

Yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah Belum maksimalnya penerapan

etika profesi di Poldasu Khususnya Subbid Paminal Propam Poldasu yang berdampak pada

tingkat profesionalisme dan moral personil dalam membangun kepercayaan (trust building) dan

kemitraan (partnership building) dengan masyarakat di tingkat Penindakan internal.

3. Pokok-Pokok Persoalan

Dari permasalahan tersebut di atas, maka yang menjadi pokok-pokok persoalan dalam

tulisan ini adalah :

1) Mengapa Sumber daya manusia belum optimal ?

2) Mengapa Dukungan alokasi anggaran belum mencukupi?

3) Dukungan sarana dan prasarana belum memadai?

2) Metode pelaksanaan tugas masih belum optimal?

4. Ruang Lingkup

Naskah Karya Perorangan ini dibatasi pada Optimalisasi Penerapan Etika Profesi

Guna Membentuk Personil Polri Yang Profesional Dan Bermoral Dalam Rangka Meningkatkan

Kualitas Pelayanan Kepada Masyarakat Untuk Mewujudkan Grand Strategy Polri Di Tingkat

Polda di bidang fungsi teknis Paminal Propam Poldasu, yaitu pengaturan, penjagaan,

pengawalan, pengawasaan, dan penindakan. Dan sebagai landasan data, maka subjek yang

menjadi fokus pembahasan adalah Satuan Paminal Propam Poldasu

Page 3: Sip Paminal

BAB II

LANDASAN TEORI.

1. Konsepsi Etika Dalam Hubungan dengan Masyarakat.

Etika Dalam Hubungan dengan Masyarakat adalah sikap mental anggota Polri

dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan mengacu pada pemeliharaan

hubungan dan interaksi sosial dengan masyarakat yang menjadi objek pelayanan.

Dalam Etika Hubungan dengan Masyarakat anggota Polri wajib melakukan hal

sebagai berikut, yaitu :

a. Menghormati harkat dan martabat manusia melalui penghargaan serta

perlindungan terhadap hak asasi manusia.

b. Menjunjung tinggi prinsip kebebasan dan kesamaan bagi semua warga negara.

c. Menghindari diri dari perbuatan tercela dan menjunjung tinggi nilai kejujuran,

keadilan, dan kebenaran demi pelayanan kepada masyarakat.

d. Menegakkan hukum demi menciptakan tertib sosial serta rasa aman publik.

e. Meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat.

f. Melakukan tindakan pertama kepolisian sebagaimana yang diwajibkan dalam

tugas kepolisian, baik sedang bertugas maupun di luar dinas.

2. Konsepsi Pelaksanaan Tugas Fungsi Teknis Samapta

Sesuai dengan Keputusan Kapolri No.Pol : Kep/07/I/2005, Tanggal 31 Januari 2005 Tentang

Perubahan Atas Keputusan Kapolri No Pol. : Kep/54/X/2002, tanggal 17 Oktober 2002, tentang

Organisasi Dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Teori Analisis SWOT

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunities, and Threats) merupakan identifikasi pada

berbagai faktor secara sistemais untuk merumuskan strategi perusahaan, Analisis ini didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan Kekuatan (Strength) dan Peluang (Oppurtunities),

namun secara bersamaan dapat meminimalkan Kelemahan (Weakness) dan Ancaman (Threats).

4. KONDISI SAAT INI

Page 4: Sip Paminal

Internalisasi Kode Etik Profesi Polri pada personil paminal propam poldasu pada

dasarnya sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun perlu disadari, aktualisasi

penerapan etika profesi Polri oleh a personil paminal propam poldasu dalam berhubungan

dengan masyarakat saat ini belum optimal sehingga berimplikasi pada kurang maksimalnya

kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Kondisi tersebut disebabkan oleh masih

adanya beberapa kelemahan pada sumber daya internal yang dimiliki Sat propam, dan berikut

adalah penjabarannya :

a. Sumber Daya Manusia

1) Kuantitas

Data Personel Seksi Paminal Propam Poldasu

NO PANGKAT STATUS JLH KET

AKTIF MPP SCORSIN

G

SKT KRONIS

I POLRI

1 KOMBES

2 AKBP

3 KOMPOL

4 AKP

5 IPTU

6 IPDA

7 AIPTU

8 AIPDA

9 BRIPKA

Page 5: Sip Paminal

10 BRIGADIR

11 BRIPTU

12 BRIPDA

JUMLAH

II PNS

1 GOL III

2 GOL II

3 GOL I

2) Kualitas

Data Pendidikan Dan Jabatan Personel Seksi Paminal Propam Poldasu

No Nama Pangkat Jabatan Ket

1. BAIK

2. BAIK

3. BAIK

4. BAIK

5 BAIK

Berdasarkan data tersebut diatas bahwa personil yang sudah memiliki jabatan di seksi

Paminal Propam Poldasu memberikan gambaran bahwa kecakapan dan kualifikasi propam masih

kurang.

b. Dukungan Anggaran

Anggaran DIPA untuk seksi Paminal Propam Poldasu T.A. 2014

Page 6: Sip Paminal

No Program / Kegiatan Anggaran (Rp) Ket1

2

Jumlah

Berdasarkan data tersebut diatas dukungan anggaran dalam pelaksanaan operasional

Paminal Propam dapat dikategorikan belum memadai.

c. Dukungan Sarana dan Prasarana

1) Ranmor

DATA RANMOR SI PAMINAL PROPAM POLDASU T.A 2014

No JENIS MODEL MERK TAHUN KONDISI PEMEGANG PEMILIK

1 2 3 4 5 6 7 8

1 MOBIL

PENUMPANG

JEEP SUZUKI 1992 BAIK KANIT

PAMINAL

2 JEEP JEEP ISUZU 1985 RUSAK

BERAT

-

3 PICK UP PICK UP ISUZU 2002 BAIK KANIT PROVOS

4 MINI BUS TOYOTA

KIJANG

TOYOTA 2002 BAIK BRIGADIR

PROVOS SI

PROPAM

Page 7: Sip Paminal

5 SPD NOTOR SPD

MOTOR

R2

YAMAHA 2001 BAIK BRIGADIR

PROVOS SI

PROPAM

6 SPD MOTOR SPD

MOTOR

R2

YAMAHA 2001 BAIK BRIGADIR

PROVOS SI

PROPAM

Berdasarkan data-datadukungan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kegiatan

operasional si Paminal Propam Poldasu masih belum cukup memadai untuk mencapai sasaran

yang diinginkan.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

1. Faktor Internal

a. Kekuatan (Strength)

1) Internalisasi etika profesi Polri kepada Paminal Propam Poldasu sudah

dilakukan walaupun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan.

2) Adanya pengalaman personil Paminal Propam Poldasu dalam melakukan

hubungannya dengan personil kesatuan yang lain dan masyarakat dapat

dijadikan sebagai perumusan kebijakan dimasa mendatang.

b. Kelemahan (Weakness)

1) Sumber daya manusia yang ada belum optimal.

2) Dukungan anggaran yang dialokasikan belum mencukupi.

3) Dukungan sarana dan prasarana belum sepenuhnya memadai.

4) Metode yang digunakan belum optimal.

2. Faktor Eksternal

a. Peluang (Opportunity)

Page 8: Sip Paminal

1) Adanya tuntutan yang kuat dari seluruh elemen masyarakat Sumatera

Utara kepada Poldasu agar senantiasa dapat memberikan pelayanan

terbaiknya kepada publik sehingga Kamtibmas dapat terwujud.

2) Adanya kelompok masyarakat, tokoh agama dan tokoh masyarakat

Sumatera Utara yang peduli terhadap tugas-tugas dalam mewujudkan

Kamtibmas.

b. Kendala (Threats)

1) Partisipasi masyarakat Sumatera Utara dalam membantu pelaksanaan

tugas yang dilakukan oleh Paminal Propam Poldasu masih kurang.

2) Kebiasaan yang telah menjadi budaya masyarakat Sumatera Utara untuk

mengkonsumsi minuman keras yang menyebabkan timbulnya berbagai

gangguan Kamtibmas.

c. Tuntutan Masyarakat Kepada Polri (peluang)

Era Reformasi telah melahirkan paradigma baru ketatanegaraan dan

pemerintahan yang mereduksi sentralisasi kekuasaan dan mendorong kearah

check and ballance kekuasaan serta penyelenggaraan negara (termasuk institusi

Polri) yang bersih dan berwibawa (good governance), terwujudnya demokratisasi,

supremasi hukum, transparansi, akuntabilitas dan menjunjung tinggi HAM.

6. Kondisi Yang Diharapkan

Dalam mewujudkan grand strategi Polri (Tahap 1 dan Tahap 2) tentunya dibutuhkan

sosok Polri yang professional dan bermoral, dan hal ini salah satunya ditandai dengan adanya

pemahaman anggota Polri terhadap etika profesi yang berisikan norma-norma yang mengatur

dan mengendalikan tentang bagaimana seharusnya seorang anggota Poliri bertindak, mencakup :

1) etika kepribadian, sikap moral anggota Polri terhadap profesinya dilandaskan pada panggilan

ibadah sebagai umat beragama; 2) etika kenegaraan, yaitu sikap moral anggota Polri yang

menjunjung tinggi landasan dan konstitusi negara (Pancasila dan UUD 45); 3) etika

kelembagaan, yaitu sikap moral anggota Polri terhadap institusinya; dan 4) etika hubungan

dengan masyarakat, yaitu etika dalam berinteraksi dengan masyarakat dengan memberikan

pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Page 9: Sip Paminal

Dengan memahami etika profesi ini, maka diharapkan setiap anggota betul-betul

memahami apa yang menjadi tugas pokoknya (sesuai pertelaahan tugas) dan melaksanakan

tugasnya tersebut dengan penuh kesadaran dan keikhlasan (tanpa pamrih). Selain itu tidak ada

lagi anggota Polri yang merasa lebih tinggi kedudukannya dibanding masyarakat dan memiliki

rasa bangga yang berlebihan sebagai seorang anggota Polri, sehingga tidak ditemukan lagi

anggota yang sombong dan arogan dalam berinteraksi dengan masyarakat.

Dalam uraian ini akan digambarkan suatu deskripsi mengenai kondisi yang diharapkan,

dan berikut penjabarannya :

1. Sumber Daya Manusia

a. Kuantitas

Jumlah personil Paminal Propam Poldasu yang diharapkan adalah

sesuainya jumlah Riil dengan DSP sehingga dengan adanya jumlah anggota yang

sesuai dengan kompleksitas pelaksanaan tugas maka psikis anggota yang positif

dalam melakukan hubungan dengan masyarakat guna memberikan pelayanan

dapat tercipta dengan baik.

b. Kualitas

Dengan masih rendahnya tingkat pendidikan umum maupun pendidikan

kejuruan yang dimiliki oleh Paminal Propam Poldasu, maka diharapkan seluruh

anggota Sat Samapta dapat diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan

umum yang lebih tinggi dan diberikan kesempatan juga untuk mengikuti Dikjur

terkait kode etik profesi Polri, baik yang diselenggarakan oleh pihak intern Polri

(Polda dan Mabes), ataupun oleh pihak eksternal. Dengan terealisaikannya hal

tersebut maka diharapkan pengetahuan dan wawasan personil Paminal Propam

Poldasu tentang kode etik profesi Polri, khususnya dalam hubungan dengan

masyarakat dapat lebih optimal, baik secara teori maupun pada implementasinya

di lapangan.

2. Anggaran

Dukungan anggaran yang dialokasikan kepada personil Paminal Propam Poldasu

yang akan melaksanakan tugas diharapkan dapat lebih ditingkatkan, dimana yang tadinya

sebesar Rp.,- menjadi Rp.,- dan alokasi anggaran juga diharapkan dapat disesuaikan

Page 10: Sip Paminal

dengan anggota yang akan melaksanakan tugas sehingga kesejahteraan anggota dapat

tercukupi. Dengan tercukupinya kesejahteraan anggota tersebut diharapkan dalam

melakukan hubungannya dengan masyarakat guna memberikan pelayanan terbaik dapat

sejalan dengan kode etik yang ada, dan berbagai pelanggaran etika seperti Pungli tidak

pernah terjadi kembali.

3. Sarana dan Prasarana

Dukungan sarana dan prasarana yang diharapkan oleh Paminal Propam Poldasu

adalah tersedianya sarana transportasi Ranmor R2 dan R4 yang lebih memadai sehingga

kegiatan operasional dapat berjalan secara optimal. Kondisi yang diharapkan tersebut

adalah adanya penambahan sarana transportasi, dimana Ranmor R2 yang tadinya

berjumlah unit dapat ditingkatkan menjadi unit, yang merupakan jumlah % anggota

Paminal Propam Poldasu. Serta adanya penambahan Ranmor R4, dimana jumlah asal

yaitu unit menjadi unit.

4. Metode

Anggota Paminal Propam Poldasu pada pelaksanaan tugasnya dalam penegakkan

internal polri diharapkan lebih optimal, dimana anggota dapat lebih proaktif dan

mempunyai inisiatif untuk melakukan interaksi sosial dengan masyarakat guna

mendapatkan informasi terkait Kamtibmas. Disamping itu, pengendalian yang dilakukan

melalui pengawasan oleh unsur pimpinan diharapkan dapat lebih dioptimalkan sehingga

apabila terjadi penyalangunaan wewenang maupun pelanggaran disiplin yang dilakukan

oleh anggota Paminal Propam Poldasu dapat langsung ditindaklanjuti dengan cepat dan

tepat.

Para pimpinan (Direskrim dan Kasubdit Propam) agar senantiasa untuk

melakukan pengawasan secara proporsional dan berkesinambungan terhadap seluruh

kinerja yang dilaksanakan anggota Sat Samapta, melalui langkah sebagai berikut :

1) Pengawasan tidak langsung

Pengawasan tidak langsung merupakan pengawasan yang

dilakukan pimpinan dengan menerima laporan dari bawahan setelah

mereka selesai melaksanakan tugas. Agar pengawasan tidak langsung

Page 11: Sip Paminal

dapat berjalan secara optimal, maka pimpinan perlu melakukan

pemeriksaan laporan tersebut secara terperinci, seperti dengan melakukan

tanya jawab guna menghindari adanya laporan fiktif.

2) Pengawasan langsung

Disamping menerima laporan,maka pimpinan agar senantiasa

melakukan pengawasan langsung dengan sekali-kali turun langsung ke

lapangan tanpa diketahui oleh bawahannya yang sedang bertugas guna

memastikan kondisi yang sebenarnya, sehingga apabila kondisi

pelaksanaan tugas tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

maka dapat langsung ditindak dengan cepat dan tegas.

3) Direskrim perintahkan Wadireskrim sebagai pengemban fungsi pembinaan

anggota serta Unit P3D sebagai fungsi pengamanan internal dan

penegakan disiplin, guna mengoptimalkan pengawasan terhadap setiap

pelaksaan tugas yang dilakukan oleh seluruh satuan Poldasu, termasuk

Paminal Propam Poldasu. 4) Guna mengoptimalkan pengawasan eksternal, maka upaya yang dapat

dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan mass media agar selalu

mengekspos seluruh kinerja anggota Paminal Propam Poldasu.

5) Untuk memantapkan pengawasan tersebut, maka penerapan mekanisme

reward and punishment perlu dilakukan guna menjadi benteng pada diri

individu anggota Paminal Propam Poldasu agar tidak melakukan tindakan

di luar ketentuan-ketentuan yang berlaku.

7. Upaya Pemecahan Masalah Dalam Optimalisasikan Penerapan Etika Profesi

Untuk mengoptimalkan penerapan etika profesi yang mencakup etika kepribadian etika

kepribadian, etika kenegaraan, etika kelembagaan, dan etika berhubungan dengan masyarakat,

maka beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain :

1) Pembinaan Kepribadian, karena pada dasarnya kepribadian merupakan modal

utama dalam memegang profesi kepolisian, karena hanya dengan pribadi yang baik

maka tugas dan tanggung jawab profesi akan menghasilkan suatu kebaikian. Hal ini

dilakukan dengan cara menanamkan kepada anggota bahwa mereka adalah sosok

Page 12: Sip Paminal

yang bermartabat dan mempunyai tugas mulia, untuk itu dalam menjalankan tugas

harus dilandasi dengan jiwa pengabdian yang tulus sebagai abdi negara dan

panggilan ibadah sebagai umat beragama. Sehingga mereka pada akhirnya

mempunyai komitmen bathin, yaitu mampu menjaga dan memelihara sikap

pribadinya dengan baik, tindakannya tidak tercela dan menjadi contoh bagi

masyarakatnya.

Contohnya adalah dengan lebih memaksimalkan kegiatan Binrohtal, atau dengan

mengikutsertakan anggota dalam kegiatan ESQ.

2) Lebih memaksimalkan sosialisasi tentang segala hal yang berkaitan dengan etika

profesi baik di tingkat Polda, Polres maupun Polsek. Setidak-tidak anggota menjadi

paham tentang tugas pokoknya dan mengetahui batasan-batasan perilaku dalam

menjalani profesinya sebagai seorang polisi. Bila perlu sosialisasi dilakukan

minimal satu kali dalam sebulan.

3) Lebih memaksimalkan kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada seluruh anggota

sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, dengan maksud supaya mereka

betul-betul menguasai secara teknis tentang tugas pokoknya. Sehingga tidak terjadi

lagi kesalahan prosedur dalam pelaksanaan tugas yang menimbulkan

complain/ketidakpuasan masyarakat.

4) Khusus tentang etika berhubungan dengan masyarakat (membangun kemitraan

dengan masyarakat), dilakukan upaya sebagai berikut :

a. Mengingatkan kembali kepada anggota tentang hakekat Polmas (menjalin

kemitraan dan menyelesaikan masalah), dan menanamkan bahwa peran

serta masyarakat dalam mewujudkan kamtibmas mutlak diperlukan.

b. Pembentukan FKPM diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat, sehingga

yang terpilih sebagai petugas FKPM benar-benar merupakan orang yang

ditokohkan oleh masyarakat.

c. Mendata seluruh komunitas (baik berdasarkan area, maupun berdasarkan

kepentingan) yang ada di masing-masing wilayah untuk dijadikan sebagai

sasaran kemitraan.

Page 13: Sip Paminal

8. Merubah Kultur (Mindset) Personil Polri

Beberapa variabel yang harus diperhatikan dalam melakukan reformasi birokrasi di bidang

kultural adalah : 1) Individu personil Polri; 2) Sistem; dan 3) Kepemimpinan. Dan apabila

mengacu pada naskah kebijakan Kapolri, maka indikator dalam mewujudkan akselerasi

perubahan kultur Polri tersebut adalah sebagai berikut : 1) internalisasi nilai-nilai Tri Brata dan

Catur Prasatya; 2) membangun mentalitas dasar bahwa masyarakat da Polri merupakan mitra

sejajar; 3) memperjelas ethos kerja dengan motivasi yang baik; 4) bertindak berani, jujur, bersih

dan berhasil; 5) menampilkan sosok yang rajin dan tidak arogan; 6) efektifitas pengawasan

dalam pelaksanaan tugas; dan 7) membangun kemampuan kepemimpinan yang kuat untuk

memberikan tauladan bagi bawahan dan masyarakat. Beberapa hal yang dilakukan untuk

mewujudkan hal ini adalah :

1) Internalisasi nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasatya Hal ini bisa dilakukan dengan

cara membiasakan seluruh anggota untuk kembali menghayati apa makna yang

terkandung dalam dua falsafah Polri tersebut. Salah satunya adalah dengan kembali

mebiasakan untuk mengucapkan Tri Brata dan Catur Prasetya pada setiap pelaksanaan

apel pagi. Hal ini lambat laun akan merubah paradigma militerisme di dalam diri para

anggota Polri.

2) Berupaya menanamkan bahwa, tugas pokok Polri adalah melaksanakan

“kewajibannya” melindungi dan melayani, bukan “kewenangannya” menegakan

hukum/upaya paksa.

3) Berupaya menggeser pendekatan dari penegakan hukum yang merupakan eksekusi

kewenangan menuju ke arah pencegahan (preventif) dan penangkalan (pre-emtif). Secara

umum pemolisian proaktif ini mirip startegi “menjemput bola” dalam pertandingan sepak

bola.

4) Membangun kemampuan kepemimpinan yang kuat untuk memberikan tauladan

bagi bawahan dan masyarakat, dengan cara : a) menghilangkan sikap pemimpin yang

suka melempar kesalahan kepada bawahan; b) menghentikan kesenangan pejabat yang

dapat membebani bawahan, termasuk diantaranya budaya setor bawahan kepada atasan;

dan c) Membiasakan untuk selalu melibatkan staf/bawahan dalam setiap pengambilan

keputusan.

Page 14: Sip Paminal

BAB III

PENUTUP

9. Kesimpulan

a. Etika profesi Polri anggota Paminal Propam Poldasu saat ini terkait dalam

hubungannya dengan masyarakat belum optimal. Hal ini diakibatkan karena

kuantitas dan kualitas sumber daya manusia masih belum optimal. Untuk itu,

maka upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkannya adalah mengajukan

penambahan personel ke Polda Sumatera Utara, dan membuka kesempatan

seluas-luasnya kepada seluruh anggota Paminal Propam Poldasu yang akan

mengikuti pendidikan umum maupun pendidikan pengembangan, serta

meningkatkan pelatihan dan sosialisasi.

b. Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh belum mencukupinya dukungan anggaran

yang dialokasikan. Hal ini diakibatkan anggaran yang dialokasikan masih relatif

kecil dan terkadang tidak sesuai dengan jumlah anggota yang bertugas. Untuk

mengoptimalkan dukungan anggaran tersebut, maka upaya yang dilakukan yaitu

dengan meningkatkan anggaran dalam DIPA Polda dan Polres, mengajukan

usulan kepada Kapolda, dan melakukan kerjasama dengan Pemprov.

c. Dukungan sarana dan prasarana yang ada saat ini juga masih kurang memadai,

dimana sarana transportasi Ranmor R2 dan R4 kurang sebanding dengan jumlah

personel dan relatif sudah tidak layak pakai. Dengan demikian maka diperlukan

upaya dengan melakukan penyusunan perencanaan pengadaan barang dan jasa

Paminal Propam Poldasu ke dalam DIPA Polda dan Polres, dan mengajukan

peningkatan Ranmor kepada Polda Sumatera Utara.

d. Kondisi tersebut juga dapat tercermin pada belum optimalnya metode pada

pelaksanaan tugas Paminal Propam Poldasu, dimana anggota dalam mendapatkan

informasi terkait Kamtibmas dari masyarakat masih kurang responsif, dan

pengawasan pimpinan yang belum optimal. Untuk itu, maka upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan mengoptimalkan metode pada pelaksanaan penindakan

internal atupun dalam memperoleh infomasi, serta mengoptimalkan pengawasan

melalui pengawasan tidak langsung, pengawasan langsung, perintahkan

Page 15: Sip Paminal

Wadireskrim,Kasubid, Kanit Paminal dan Unit P3D untuk lebih mengoptimalkan

perannya, dan menerapkan mekanisme reward and punishment.

14. Saran

Adapun saran-saran yang dapat direkomendasikan dalam penulisan naskah ini adalah

sebagai berikut :

a. Disarankan kepada Kapolda Sumut agar memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana si

Paminal propam poldasu .

b. Disarankan kepada Karo SDM Polda Sumut agar menempatkan personel pada si paminal

propam polresta medan yang memiliki kemampuan yang handal untuk dapat menindak

personil yang mangkir kerja dan mengubah etika setiap personil lebih bagus.

c. Diharapkan anggaran terhadap seksi Paminal Propam Polda untuk DIPA agar diperbesar

sehingga berdampak pada operasional yang lebih maksimal

Demikian naskah ini dibuat dengan segala kelebihan dan keterbatasan pada diri penulis

dengan harapan tulisan ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi

institusi Polri yang kita cintai pada umumnya dan Polda Sumut khususnya.

15. Rekomendasi

Daftar Pustaka

1. Gunawan Budi, 2010. “Pemahaman Etika Profesi Polri” Makalah Pengantar Untuk Dik

Sespim 2010 Bidang Studi Kode Etik Profesi Polri. Tidak terbit.

2. Murhani Suriansyah, 2008. Etika Profesi Hukum (Satu Telaah Filosofis Terhadap

Konsep dan Implementasi Kode Etik Prefesi Polri). Jakarta-Laksbang

Meditama.

3. Rianto Bibit Samad, 2006. Pemikiran Menuju Polri Yang Profesional, Mandiri,

Berwibawa, dan Dicintai Masyarakat. Jakarta-PTIK Press.

Page 16: Sip Paminal

4. Grand Strategy Polri 2005 – 2025.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Polri.

6. Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Kode Etik Profesi Polri.Undang-

7. Undang Nomor 2 Tahun2002 Tentang Kepolisian Negara RI.

----------------------