Sinusitis Maxilaris
-
Upload
ajie-witama -
Category
Documents
-
view
232 -
download
0
Transcript of Sinusitis Maxilaris
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
1/14
P a p e r
SINUSITIS MAKSILARIS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
SERI AGUSTINA
NIM. 94171012
PEMBIMBING
Dr. LINDA SAMOSIR, Sp.THT
BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
RSU PIRNGADI MEDAN
2 0 0 2
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
2/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 2
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
3/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
S IN U S IT IS M A K S IL A R IS
Paper Ini Dibuat Untuk Melengkapi Persyaratan Kepanitraan
Klinik Senior Di SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung Dan Tenggorokan
RSU Dr. Pirngadi Medan - Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama
Oleh,
SERI AGUSTINANIM. 94171012
Pembimbing,
Dr. LINDA SAMOSIR, Sp.THT
SMF ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
RSU PIRNGADI MEDAN
2 0 0 2
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 3
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
4/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
SINUSITIS MAXILARIS
1. PENDAHULUAN
Sinusitis adalah radang sinus paranasal, yang terdiri dari sinus maksilaris,
sinus etmoid, sinus frontal, dan sinus spenoid. Bila terjadi pada beberapa sinus
disebut multisinusitis. Sedangkan bila mengenai seluruhnya disebut pansinusitis yang
paling sering terkena adalah sinus maksila kemudian etmoid, frontal dan spenoid. Hal
ini disebabkan sinus maksila adalah sinus yang terbesar. Letak ostiumnya lebih tinggi
dari dasar, dasarnya adalah dasar akar gigi sehingga dapat berasal dari infeksi gigi,
dan ostiumnya terletak di Meatus Medius, disekitar hiatus semilunris yang sempit
sehingga sering tersumbat. 1,2
Menurut Adams, berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi atas: 1) Sinusitis
akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu, 2) Sinusitis subakut bila
infeksi beberapa minggu sampai beberapa bulan, 3) Sinusitis kronik bila infeksi
beberapa bulan sampai beberapa tahun (Menurut Couwenberge, bila sudah lebih dari
3 bulan). 2
Berdasarkan gejalanya disebut akut bila terdapat tanda-tanda radang akut,
subakut bila tanda akut sudah reda dan perobahan histologis mukosa sinus masih
reversibel dan kronik bila perobahan tersebut sudah ireversibel, misalnya menjadi
jaringan granulasi atau polipoid. 3
2. DEFENISI
Sinusitis Mansilaris merupakan suatu peradangan pada sinus pasanasalis
secara anatomi pada sinus maksila. 2
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 4
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
5/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sinus Maksila merupakan sinus panasal yang terbesar, saat lahir Sinus
Maksila bervolume 6 8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya
mencapai ukuran maksial yaitu 15 ml saat dewasa. 1
Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding posteriornya adalah permukaan
infra temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung,
dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus
alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada disebelah superior dinding
medial sinus dan bermuara kehiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. 1,5
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah: 1)
Dasar dari anatomi sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas
yaitu premolar (P1 dan P2), mular (M1 dan M2), kadang-kadang gigi taring (C) dan
gigi molar M3. Bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol kedalam sinus,
sehingga infeksi gigi geligi mudah naik keatas menyebabkan sinusitis. 2) Sinusitis
maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita. 3) Ostium sinus maksila terletak lebih
tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase kurang baik lagipula drenase juga harus
melalui infudibulun yang sempit. Infudibulum adalah bagian sinus etmoid anterior
dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi
drenase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis. 1,2
Ada beberapa sinus paranasal lain yang perlu diketahui. Sinus Frontal:
Terletak di Os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus ; berasal dari sel-sel
resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum, etmoid. 1,5
Sinus Etmoid: Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling
bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus
infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti
piramid dengan dasarnya di bagian posterior. 1,5
SinusSpenoid: Terletak dalam Os spenoid dibelakang sinus etmoid posterior
sinus ini dibagi dua oleh sekat yang disebut septum interspenoid. 1,5
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 5
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
6/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu dimeatus medius ada
muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior
daerah ini rumit dan sempit, dan dinamakan Kompleks Ostio Meatal (KOM), terdiridari infudibulum etmoid yang terdapat dibelakang prosesus unsinatus, resesus
frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus
maksila. 1,2
Seperti pada mukosa hidung didalam sinus terhadap mukosa bersilia dan palut
lendir diatasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan
lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya. 1
Pada dinding lateral hidung terdapat 2 aliran transpor mukosiliar dari sinus-
lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung diinfudibulum
etmoid dialirkan ke nasofrings didepan muara tuba eustachius. Lendir yang berasal
dari kelompok sinus posterior bergabung di resesus spenoetmoidalis, dialirkan ke
nasofaring di postero superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati
sekret pasca nasal (post nasal drip) tetapi belum tentu ada sekret dirongga hidung. 1
Fungsi Sinus Paranasal: Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus
paranasal antara lain: sebagai pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu,
membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, peredam perobahan
tekanan udara, dan membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung. 1
4. ETIOLOGI
Penyebab sinusitis maksilaris dapat virus, bakteri, dan jamur menurut
Gluckman kuman penyebab sinusitis tersering adalah streptococcus pneumoniae dan
haemophilus influenzae yang ditemukan pada 70% kasus. 3
Dapat disebabkan rinitis akut, infeksi fasing seperti faringitis, adenoiditis,
tonsilitis akut. Berenang dan menyelam, trauma (dapat menyebabkan perdarahan
mukosa sinus paranasal) dan barotrauma (dapat menyebabkan nekrosis mukosa). 3,1
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 6
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
7/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
Sinusitis maksilaris dapat juga disebabkan oleh periodontitis atau abses apikal
gigi (infeksi gigi rahang atas M1,M2, M3 serta P1 dan P2).4,3,1 Penyakit gigi
bertanggung jawab pada 10% kasus sinusitis.
2
5. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi sinusitis maksilaris adalah: obstruksi mekanik seperti
deviasi septum, benda asing dihidung, tumor atau polip, rintis alergi, rinitis kronis,
polusi lingkungan, dan udara dingin dan kering. 3,1
6. PATOFISIOLOGI
Bila terjadi edema dikompleks ostiomeatal, mukosa yang letaknya berhadapan
akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat
dialirkan maka terjadi gangguan drenase dan ventilasi di dalam sinus, sehingga silia
menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih kental
dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. 1
Bila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir,
sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perobahan jaringan
menjadi hipertrofi. Polipoid atau pembentukan polip dan kista. 1
7. GEJALA DAN DIAGNOSIS
a. Gejala Subyektif
Gejala subyektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lokal gejala sistemik
berupa demam dan rasa lesu. Gejala lokal pada hidung yaitu terdapat ingus kental
yang kadang-kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung
tersumbat, rasa nyeri didaerah sinus yang terkena serta kadang-kadang dirasakan juga
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 7
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
8/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
ditempat lain karena nyeri alih (reffered pain). Pada sinusitis maksila nyeri dibawah
kelopak mata dan kadang-kadang menyebar kealveolus, sehingga terasa nyeri di gigi.
Nyeri alih dirasakan didahi dan depan telinga.
b. Gejala Objektf
Pada pemeriksaan sinusitis akut akan tampak pembengkakan didaerah muka
pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat dipipi dan kelopak mata bawah. Pada
Rinoskopi anterior tampak mukosa kontak hiperemis dan oedema. Pada sinusitis
maksila tampak mukosa atau nanah dimeatus media. Pada Rinoskopi posterior
tampak mukopus dinasofaring (post nasal drip). 1,5
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Transiluminasi: Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang
sakit akan menjadi suram atau gelap pemeriksaan transluminasi bermakna bila salah
satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan sisi
yang normal.
PemeriksaanRadiologik: Pada pemeriksaan radiologi pasien sinus paranasalatau proses patologi lain pada tulang muka membutuhkan suatu seri dari beberapa
posisi yang berbeda. Proyeksi yang berbeda itu diperlukan untuk mendapatkan
rincian yang lebih tepat dari tiap sinus dan juga memberikan gambaran tumpang
tindih yang berbeda dari struktur tulang tengkorak lainnya.
Orientasi radionatomi diperlukan untuk mengenal proses patologi dan
membedakannya dari variasi bentuk anatomi yang normal.6 Pada pemeriksaan
radiologi akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan
udara (air fluid level) pada sinus yang sakit. 1,2
Empat posisi dasar yang digunakan dalam pemeriksaan radiologi: Caldwell,
Waters, Lateral, Submentovertikal. 6
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 8
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
9/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
Pemeriksaan Mikrobiologik: Pada pemeriksaan mikrobiologik diambil
sekret dari meatus medius atau meatus superior mungkin ditemukan bermacam-
macam bakteri yang merupakan flora normal dihidung atau kuman patogen, sepertipneumococcus, streptococcus. Staphylococcus dan Haemophilus influenzae. Selain
itu mungkin ditemukan juga virus atau jamur. 1
Pemeriksaan Tomografi: Pada pemerintahan tomografi lengkap sinus
paranasal meliputi potongan pada bidang koronal, sagital dan horisontal potongan
biasanya berjarak 3 mm kecuali daerah lamina klibsiformis indikasi tomografi ini
adalah jika perluasan proses patologi tidak dapat dipastikan dengan teknik
konvensional atau jika daerah sinus kurang jelas karena tumpang tindih dengan
struktur lain. 6
Pemeriksaan Sinoskopi: Pada pemeriksaan sinoskopi dapat dilihat antrum
(sinus maksila) secara langsung sehingga dapat diketahui adanya perobahan mukosa
(reversible atau tidak). 1
9. PENATALAKSANAAN
Sinusitis maksilaris akut umumnya diterapi dengan antibiotik spektrum luas
seperti amoxisilin. Ampisilin atau eritromisin plus sulfanamid, dengan alternatif lain
berupa Amoxisilin/klafulanat, sefaklor, sefuroksim dan trimetroprim plus sulfonamid.
Dekongestan seperti pseudoefedrin juga bermanfaat dan tetes hidung poten
seperti fenilefrin (Neosynephrine) atau oksimetazolin dapat digunakan selama
beberapa hari pertama infeksi namun kemudian harus dihentikan.
Kompres hangat pada wajah dan analgesik seperti aspirin dan asetaminofen
berguna untuk menghilangkan gejala.
Pasien biasanya memperlihatkan tanda-tanda perbaikan dalam 2 hari, dan
proses penyakit menyembuh dalam 10 hari. Kegagalan penyembuhan dengan suatu
terapi aktif mungkin menunjukkan organisme tidak lagi peka terhadap antibiotik, atau
antibiotik itu gagal mencapai lokulasi infeksi
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 9
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
10/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
Pada kasus demikian ostium sinus dapat sedemikian edematosa sehingga
drainase sinus terhambat dan terbentuk suatu abses sejati. 2 Bila demikian terdapat
suatu indikasi yaitu:
5
Irigasi sinus maksilaris melalui ostium. Hal ini dilaksanakan melalui
ostium antrum yang normal dengan mempergunakan kanula antrum dari pierce.
Irigasi sinus maksilaris dengan fungsi melalui meatus inferior. Jika
irigasi melalui ostium asli sulit atau ada iritasi jaringan yang berlebihan, dapat
dibuat jalan lain. Paling mudah melalui meatus inferior. Digunakan trokar lurus
atau bengkok.
Irigasi sinus maksilaris melalui prosesus alveolar. Metode ini
dikemukakan hanya untuk dikecam, kecuali jika lubang alveolar dapat ditutup
sebelum terjadi epitelialisasi kedalamnya, kalau tidak maka akan terjadi fistel
kronis dengan reinfeksi antrum yang menetap. Metode ini dapat digunakan pada
kasus infeksi antrum yang terjadi akibat infeksi akar gigi dan mengakibatkan
abses yang telah menyebabkan fistulasi melalui dasar antrum. 5
Terapi pembedahan diperlukan apabila telah terjadi komplikasi ke orbita atau
intrakranial atau bila ada nyeri yang hebat karena sekret tertahan oleh sumbatan.1
Yang termasuk indikasi bedah sinus adalah:5 1) Perluasan intrakranial dari infeksi
seperti meningitis, abses subdural atau abses otak; 2) Nyeri atau keluarnya sekret
terus menerus yang tidak membaik dengan terapi konservatif; 3)Nekrosis dinding
sinus disertai pembentukan fistel; 4) Pembentukan mukokel dan piokel; 5) Selulitis
orbita dengan abses atau neuritis orbita.
Tujuan Bedah sinus antara lain: 1) Mengusahakan drainase bebas dari sinus
kedalam hidung (tanpa merusak fisiologi intranasal), 2) Untuk menghilangkan sinus
(Obliterasi).5
Jenis Pembedahan terdiri dari: Pembedahan Radikal, yaitu mengangkat
mukosa yang patologik dan membuat drenase dari sinus yang terkena.1 Pada sinusitis
maksilaris kronis dapat dikerjakan operasi caldwel-luc yaitu sinusotomi maksila yang
dilakukan melalui irisan pada daerah fosa kanina tulang dinding anterior sinus
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 10
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
11/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
maksilaris direseksi melalui mulut untuk mencapai sinus guna mengeluarkan mukosa
yang terinfeksi, kista, serta debris efitel. Pembedahan ini tidak boleh dilakukan pada
anak karena dapat merusak gigi primordial.
4
Pembedahan Tidak Radikal. Akhir-akhir ini dikembangkan metoda operasi
sinus paranasal dengan menggunakan endoskop yang disebut Bedah sinus endoskopik
fungsional (BSEF). Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah kompleks
ostio-meatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi, sehingga ventilasi dan
drenase sinus dapat lancar kembali melalui ostium alami. Dengan demikian mukosa
sinus akan kembali normal. 1
10. KOMPLIKASI
Sinusitis Maxilaris kronis dapat meluas ke orbita, pipi, rahang atas, mulut dan
sinus etmoidalis.4 Komplikasi ini telah menurun secara nyata sejak ditemukannya
antibiotik, komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis
dengan eksaserbasi akut komplikasi yang dapat terjadi ialah: 1
Osteomielitis dan abses subperiostal (jarang). Osteomielitis sinus
maksila dapat timbul fistula oroantral.
Kelainan Orbita. Kelainan berupa oedem palpebra, selulitis orbita,
abses subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus
kavernosus. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan
perkontinuitatum.
Kelainan Intrakranial. Kelainan dapat berupa meningitis, abses
ekstradural atau subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus.
Kelainan Paru. Kelainan dapat berupa Bronkitis kronis (Sino
Bronkitis), Bronkiektasis dan asma bronkial.
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 11
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
12/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
11. KESIMPULAN
Sinusitis maksilaris merupakan peradangan sinus paranasal, secara anatomi
pada sinus maksilaris yang merupakan sinusitis yang paling sering terjadi
dibandingkan sinusitis jenis lainnya.
Hal tersebut dapat dijelaskan dari segi drainase, anatomi sinus maksilaris
mempunyai 2 kelemahan: 1) dasar sinus maksilaris lebih rendah dari dasar rongga
hidung., 2) ostium sinus maksilaris terletak jauh tinggi diatas dasar sinus, sehingga
drainase sangat tergantung gerak silia.
Kelemahan lain dari sinus maksilaris: 1) dasar sinus maksila dan akar gigi
rahang atas hanya dipisahkan oleh tulang yang tipis, bahkan akar gigi dapat menonjol
(kedalam sinus, karena infeksi gigi rahang atas dapat mudah menjalar ke sinus, 2)
sinusitis maksila mudah terkomplikasi ke orbita melalui lamina papirasea yang tipis.
Sinusitis maksilaris dapat berupa akut dan kronis tergantung dari perjalanan
penyakitnya.
Dengan pemeriksaan yang cermat, kita dapat memahami gejala-gejala
sinusitis maksilaris dan mengetahui penatalaksanaannya sehingga sinusitis maksilaris
dapat kita obati secara dini, bahkan dengan memahami faktor etiologi dan
presdiposisinya kita dapat mencegah terjadinya sinusitis maksilaris. Walau
bagaimanapun mencegah lebih baik daripada mengobati.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi AE, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, FK UI,
Jakarta, Edisi ke-5, Cetakan 1, 2001; 115- 124.
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 12
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
13/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
2. Adams Boies Higler, Buku Ajar Penyakit THT, EGC, Jakarta, Edisi ke-6,
Cetakan I, 1994; 240 260.
3. Kapita Selekta, Kedokteran, Media Aesculapius, FK UI, Jakarta, Edisi ke-3, Jilid1; 102 106.
4. Sjamsuhidajat.R, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, Edisi Revisi, Cetakan I,
1997; 482 484.
5. John Jacob Ballenger, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher,
Jakarta, Edisi 13, Jilid I, Cetakan I, 1994; 1-13, 233 281.
6. John Jacob Ballenger, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher,
Jakarta, Edisi 13, Jilid 2, Cetakan I, 1997; 1 17.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar .. ii
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 13
-
7/30/2019 Sinusitis Maxilaris
14/14
Seri Agustina Dr. Linda Samosir, Sp.THT
Daptar Isi ...iii
Sinusitis Maksilaris
1.PENDAHULUAN......................................................................................................4
2. DEFENISI ..............................................................................................................4
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI .............................................................................. 5
Fungsi Sinus Paranasal: Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinusparanasal antara lain: sebagai pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu,
membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, peredam perobahan
tekanan udara, dan membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung. 1.......................................................................................................................................6
4. ETIOLOGI .............................................................................................................6
5.FAKTOR PREDISPOSISI.........................................................................................7
6. PATOFISIOLOGI ................................................................................................. 77. GEJALA DAN DIAGNOSIS ................................................................................ 7
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG .......................................................................... 8
9. PENATALAKSANAAN .......................................................................................910. KOMPLIKASI ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 12
Sinusitis Maksilaris/SMF THT RSUPM 14