Sinus Maksilaris

10

Click here to load reader

description

sinusitis

Transcript of Sinus Maksilaris

Secara embrilogikal, sinus maksilaris merupakan sinus yang pertama kali terbentuk sebagai hasil dari depresi dinding nasal di bawah middle turbinate. Pertumbuhan sinus maksilaris berhubungan dengan perkembangan dan erupsi gigi molar rahang atas, dan tidak menjangkau hingga ukuran penuh sampai tahap erupsi gigi permanen, yaitu sekitar umur 12 tahun, sedangkan proses pneumatisasinya pada umur 20 tahun. Sinus maksilaris yang juga dikenal sebagai Antrum of Highmore, merupakan sinus paranasal yang paling luas. Atap dari sinus maksilaris dibentuk oleh bagian tulang alveolar dari maksila. Atap dari gigi-gigi rahang atas, khususnya molar pertama dan kedua, terkadang menyebabkan elevasi yang menyerupai bentuk kerucut pada dasar sinus maksilaris. Saluran sinus maksilaris melewati unit osteomeatal pada hiatus semilunar di bawah middle turbinate (Farhat, 2006).Dekatnya proksimasi dari ketiga gigi molar rahang atas terhadap atap sinus maksila dapat menyebabkan permasalahan yang serius. Selama ekstraksi gigi molar atau perawatan root-canal, terdapat kemungkinan terjadinya fraktur akar. Jika metode retrival tidak dilakukan secara tepat dan benar, sebagian dari sisa akar dapat masuk ke dalam sinus maksilaris, sedangkan pada kasus perawatan endodontic dapat terjadi overekstensi atau over-obturasi dari material yang dimasukkan ke dalam saluran pulpa, tetapi dapat masuk menuju sinus maksila. Hubungan antara kavitas oral dan sinus maksilaris dapat terbentuk dan dapat meningkatkan resiko infeksi. Karena nervus alveolaris superios menyuplai gigi molar rahang atas dan membrane mukosa dari sinus maksilaris, inflamasi pada mukosa sinus dapat diikuti dengan sensasi rasa sakit pada gigi molar. Sinusitis maksilaris dapat disebabkan oleh persebaran infeksi odontogen, meliputi infeksi periapikal, penyakit periodontal, atau perforasi oro-anthral pada saat dilakukan ekstraksi gigi. Klasifikasi sinusitis dibagi atas (Farhat, 2006):

1.Sinusitis akut: infeksi berlangsung beberapa hari sampai 4 minggu2.Sinusitis subakut: infeksi berlangsung antara 4 minggu sampai 3 bulan3.Sinusitis kronis: infeksi berlangsung lebih dari 3 bulanSedangkan berdasarkan penyebabnya, sinusitis dibagi atas (Farhat, 2006):1. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis.2. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (premolar dan molar).

Pada peradangan aktif sinus maksila, nyeri biasanya sesuai dengan daerah yang terkena. Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke alveolus hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan depan telinga. Wajah terasa bengkak, penuh dan gigi nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkali ada (Farhat, 2006).Sinusitis maksilaris dentogen dapat terjadi melalui 2 cara, yaitu (Farhat, 2006):1.Infeksi gigi yang kronis dapat menimbulkan jaringan granulasi di dalam mukosa sinus maksilaris, hal ini akan menghambat gerakan silia ke arah ostium dan berarti menghalangi drainase sinus. Gangguan drainase ini akan mengakibatkan sinus mudah mengalami infeksi.2.Kuman dapat menyebar secara langsung, hematogen, atau limfogen dari granuloma apikal atau kantong periodontal gigi ke sinus maksila.

Patofisiologi sinusitis sendiri sebagai berikut: inflamasi mukosa hidung menyebabkan pembengkakan dan eksudasi, yang mengakibatkan obstruksi ostium sinus. Obstruksi ini menyebabkan gangguan ventilasi dan drainase, resorbsi oksigen yang ada di rongga sinus, kemudian terjadi hipoksia (oksigen menurun, pH menurun, tekanan negatif), selanjutnya diikuti permeabilitas kapiler meningkat, sekresi kelenjar meningkat kemudian transudasi, peningkatan eksudasi serous, penurunan fungsi silia,, akhirnya terjadi retensi sekresi sinus ataupun pertumbuhan kuman (Farhat, 2006).

Sinusitis Maksilaris Odontogen

Anatomi Sinus MaksilarisSinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendirsinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan ataukerusakan tulang di bawahnya., terutama pada daerah fossa kanina dan menyebabkansekret purulen, nafas bau, post nasal drip (Farhat, 2006).Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus. Penyebab utamanya adalah selesma(common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri (Farhat, 2006).Batas-batas dinding Sinus Maksilaris:a.Dinding anterior : permukaan fasial os maksila (fossa kanina)b.Dinding posterior : permukaan infra-temporal maksilac.Dinding medial : dinding lateral rongga hidungd.Dinding superior : dasar orbitae.Dinding inferior : prosesus alveolaris dan palatumBeberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi Sinus Maksilaris antara lain:a.Sebagai pengatur kondisi udara (air Conditioning)b.Sebagai penahan suhuc.Membantu keseimbangan kepalad.Membantu resonansi suarae.Sebagai peredam perubahan tekanan udaraf.Membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung.Ostium sinus maksilaris berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. Sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius, ada muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Daerah ini dinamakan kompleks ostio-meatal (KOM), terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus uncinatus, resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila (Farhat, 2006).

KlasifikasiKlasifikasi sinusitis maksilaris berdasarkan waktunya menurut Cauwenberg: Akut, bila infeksi terjadi kurang dari 4 minggu. Subakut, bila infeksi terjadi sampai 4 minggu-3 bulan. Kronis, bila infeksi terjadi lebih dari 3 bulan.

EtiologiSinusitis maksilaris disebabkan oleh beberapa faktor pejamu yaitu genetik, kondisi kongenital, alergi dan imun, abnormalitas anatomi. Faktor lingkungan yaitu infeksi bakteri, trauma, medikamentosa, tindakan bedah. Terjadinya sinusitis dapat merupakan perluasan infeksi dari hidung (rinogen), gigi dan gusi (dentogen), faring, tonsil serta penyebaran hematogen walaupun jarang. Sinusitis juga dapat terjadi akibat trauma langsung, barotrauma, berenang atau menyelam. Faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya sinusitis adalah kelainan anatomi hidung, hipertrofi konka, polip hidung, dan rinitis alergi (Farhat, 2006).

PatofisiologiKesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) didalam kompleks osteo-meatal. Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius. Lapisan mukosa yang melapisi sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan viscous superfisial dan lapisan serous superfisial. Cairan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk membunuh bakteri maka bersifat sebagai antimikroba serta mengandungi zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Cairan mukus secara alami menuju ke osteum untuk dikeluarkan jika jumlahnya berlebihan (Farhat, 2006).Faktor paling penting yang mempengaruhi patogenesis terjadinya sinusitis yaitu apakah terjadi obstruksi dariosteum. Jika terjadi obstruksi osteum sinus akan menyebabkan terjadinya hipooksigenasi yang menyebabkan fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan cairan mukus dengan kualitas yang kurang baik. Disfungsi silia ini akan menyebabkan retensi mukus yang kurang baik pada sinus (Farhat, 2006).Kejadian sinusitis maksila akibat infeksi gigi rahang atas terjadi karena infeksi bakteri (anaerob) menyebabkan terjadinya karies profunda sehingga jaringan lunak gigi dan sekitarnya rusak. Pada pulpa yang terbuka, kuman akan masuk dan mengadakan pembusukan pada pulpa sehingga membentuk gangren pulpa. Infeksi ini meluas dan mengenai selaput periodontium menyebabkan periodontitis dan iritasi akan berlangsung lama sehingga terbentuk pus. Abses periodontal ini kemudian dapat meluas dan mencapai tulang alveolar menyebabkan abses alveolar. Tulang alveolar membentuk dasar sinus maksila sehingga memicu inflamasi mukosa sinus. Disfungsi silia, obstruksi sinus serta abnormalitas sekresi mukus menyebabkan akumulasi cairan dalam sinus sehingga terjadinya sinusitis maksila (Brook, 2006).Dengan ini dapat disimpulkan bahwa patofisiologi sinusitis ini berhubungan dengan tiga faktor, yaitu patensi fungsi silia, dan kualitas sekresi hidung. Perubahan salah satu dari faktor ini akan merubah sistem fisiologis dan menyebabkan sinusitis (Brook, 2006).

Manifestasi KlinisGejala sinusitis maksilaris akut berupa demam, malaise, nyeri kepala, wajah terasa bengkak dan penuh, gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak (sewaktu naik atau turun tangga), nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan berbau busuk (Brook, 2006).Gambaran klinis yang sering dijumpai pada sinusitis maksilaris kronik berupa hidung tersumbat, sekret kental, cairan mengalir di belakang hidung, hidung berbau, indra pembau berkurang, dan batuk (Brook, 2006).Kriteria Saphiro dan Rachelefsky: a. Gejala Mayor:1) Rhinoreapurulen 2) Drainase Post Nasal 3) Batukb. Gejala Minor: 1) Demam2) Nyeri Kepala3) Foeter ex oralDikatakan sinusitis maksilaris jika ditemukan 2 gejala mayor atau 1 gejala mayor dan 2 atau lebih gejala minor (Brook, 2006).

Pemeriksaan Sinusitis MaksilarisUntuk mengetahui adanya kelainan pada sinus maksilaris dilakukan inspeksiluar, palpasi, dan sinuskopi. Selain itu perlu dilakukan transiluminasi, radiologi dan Ct Scan (gold standart) (Brook, 2006).a. InspeksiPemeriksaan yang diperhatikan ialah adanya pembengkakan pada muka.Pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah yang berwarna kemerah-merahan mungkin menunjukan sinusitis maksilaris akut.b. PalpasiNyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya sinusitismaksilaris.c. TransiluminasiPemeriksaan ini menunjukan adanya perbedaan sinus kanan dan kiri. Sinus yangsakit akan tampak lebih gelap.d. Pemeriksaan radiologiFoto posisi waters tampak adanya edema mukosa dan cairan dalam sinus. Jika cairan tidak penuh akan tampak gambaran air fluid level.e. CT scanMetode mutakhir yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus maksilaris adalah pemeriksaan CT scan. Potongan CT scan yang rutin dipakai adalah koronal.

KomplikasiKomplikasi sinusitis maksilaris adalah selulitis orbita, osteomielitis dan fistulaoroantral.Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotik.Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis denganeksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial (Brook, 2006).

Brook, I 2006,Sinusitis of odontogenic origin,Otolaryngol Head Neck Surg, vol.135, no.3, pp.349-55.

Farhat 2006,Peran infeksi gigi rahang atas pada kejadian sinusitis maksilaris di RSUP H.Adam Malik Medan,Majalah Kedokteran Nusantara, Vol.39,No.4.