Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

54
CASE BASED DISCUSSION SINUSITIS MAKSILARIS DEKSTRA Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL RST Dr. Soedjono Magelang Disusun oleh : Amelia Lestari ( 1410221037 ) Pembimbing : Kol. CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT-KL 1

description

cbdsmd

Transcript of Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Page 1: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

CASE BASED DISCUSSION

SINUSITIS MAKSILARIS DEKSTRA

Diajukan untukMemenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat

Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan THT-KLRST Dr. Soedjono Magelang

Disusun oleh :

Amelia Lestari ( 1410221037 )

Pembimbing :

Kol. CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAKARTA

2015

1

Page 2: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

SINUSITIS MAKSILARIS DEKSTRA

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan

melengkapi salah satu syarat menempuh

Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL

RST Dr. Soedjono Magelang

Oleh :

Amelia Lestari

1410221037

Magelang, Oktober 2015

Mengetahui,

Pembimbing

( Kol. CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT-KL)

2

Page 3: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I.1. ANATOMI SINUS PARANASAL

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit

dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat

pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal,

sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil

pneumatisasi tulag-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang.

Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.

Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga

hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus

sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir,

sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang

berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10

tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus ini

umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.

SINUS MAKSILA

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus

maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan

akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa.

Sinus maksila berbentuk piramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan

fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah

permukaan infra-temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral

rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya

ialah prossesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah

superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui

infundibulum etmoid.

Dari segi klinik yang perlu diperhatikan adalah:

a. Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu

premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga gigi taring

3

Page 4: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

(C) dan gigi molar M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke

dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan

sinusitis.

b. Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.

c. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga

drenase hanya tergantung dari gerak silia, lagipula drenase juga harus

melalui infundibulum yang sempit.

d. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan

akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalang drenase sinus

maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.

Gambar 1: Anatomi sinus paranasal (potongan koronal)

KOMPLEKS OSTEO-MEATAL (KOM)

Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus media, ada

muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior.

Daerah ini rumit dan sempit, dan dinamakan komples osteo-meatal (KOM) yang

terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus unsinatus,

4

Page 5: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

resesus fontalis, bula etmoid, dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan

ostium sinus maksila.

Gambar 2: Kompleks osteomeatal

SISTEM MUKOSILIAR

Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia

dan palut lendir di atasnya.Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk

mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah

tertentu polanya.

FUNGSI SINUS PARANASAL :

Sampai saat ini belum ada penyesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus

paranasal. Tetapi beberapa teori mengemukakan fungsinya sebagai berikut :

1. Sebagai pengatur kondisi udara

2. Sebagai penahan suhu

3. Membantu keseimbangan kepala

4. Membantu resonansi suara

5. Peredam perubahan tekanan udara

6. Membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung

I.2. DEFINISI

5

Page 6: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang

terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal

dan sinusitis sfenoid.

Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid,

sinusitis frontal dan sinusuitis sfenoid lebih jarang.

Sinus maksila disebut juga antrum High more, merupakan sinus yang

sering terinfeksi, oleh karena (1) merupakan sinus paranasal yang terbesar, (2)

letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret atau drainase dari

sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, (3) dasar sinus maksila adalah

dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan

sinusitis maksila, (4) ostium sinus maksila terletak di meatus medius, disekitar

hiatus semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat.

Sinusitis maksilaris dapat terjadi akut, berulang atau kronis. Sinusitis

maksilaris akut berlangsung tidak lebih dari tiga minggu.Sinusitis akut dapat

sembuh sempurna jika diterapi dengan baik, tanpa adanya residu kerusakan

jaringan mukosa.Sinusitis berulang terjadi lebih sering tapi tidak terjadi kerusakan

signifikan pada membran mukosa. Sinusitis kronis berlangsung selama 3 bulan

atau lebih dengan gejala yang terjadi selama lebih dari dua puluh hari.

Gambar 3: Penyebaran infeksi pada sinusitis dentogen

Hubungan anatomi antara gigi dan antrum Highmore:

6

Page 7: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

a. Sinus maksilaris dewasa merupakan suatu rongga berisi udara yang

dibatasi oleh bagian alveolar sinus maksilaris, lantai orbital, dinding lateral

hidung dan dinding lateral os maksila.

b. Pada setengah individu, pneumatisasi dan perluasan dapat terjadi

sedemikian rupa sehingga hanya sinus mukoperiosteum (membran

Schneidarian) yang tersisa.

c. Bisa juga terjadi ekspansi terus sehingga hanya meninggalkan tulang

alveolar antara sinus dan rongga mulut.

d. Otot levator labial dan orbicularis oculi di dinding lateral dari maksila

dapat langsung menyebabkan penyebaran infeksi. Dinding lateral ini

lemah dan mudah ditembus dari lantai sinus. Akibatnya, infeksi

odontogenik umumnya terjadi bersamaan dengan infeksi jaringan lunak

vestibular/fasia.

I.3. ETIOLOGI

Penyebab tersering adalah ekstraksi gigi molar, biasanya molar pertama,

dimana sepotong kecil tulang di antara akar gigi molar dan sinus maksilaris ikut

terangkat.Nathaniel Highmore yang mengemukakan tentang membran tulang tipis

yang memisahkan gigi geligi dari sinus pada tahun 1651, “Tulang yang

membungkus antrum maksilaris dan memisahkannya dengan soket geligi tebalnya

tidak melebihi kertas pembungkus”.

Infeksi gigi lain seperti abses apikal atau penyakit periodontal dapat

menimbulkan kondisi serupa. Gambaran bakteriologik sinusitis dentogen ini

didominasi terutama oleh infeksi bakteri gram negatif.Karena itulah infeksi ini

menyebabkan pus yang berbau busuk dan akibatnya timbul bau busuk dari

hidung. Prinsip terapi adalah pemberian antibiotik, irigasi sinus, dan koreksi

gangguan geligi.

Etiologi sinusitis dentogen adalah:

a. Penjalaran infeksi gigi, infeksi periapikal gigi maksila dari kaninus sampai

gigi molar tiga atas. Biasanya infeksi lebih sering terjadi pada kasus-kasus

akar gigi yang hanya terpisah dari sinus oleh tulang yang tipis, walaupun

7

Page 8: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

kadang-kadang ada juga infeksi mengenai sinus yang dipisahkan oleh

tulang yang tebal.

b. Prosedur ekstraksi gigi, misalnya terdorong gigi ataupun akar gigi sewaktu

akan diusahakan mencabutnya, atau terbukanya dasar sinus sewaktu

dilakukan pencabutan gigi.

c. Penjalaran penyakit periodontal yaitu adanya penjalaran infeksi dari

membran periodontal melalui tulang spongiosa ke mukosa sinus.

d. Trauma, terutama fraktur maksila yang mengenai prosesus alveolaris dan

sinus maksila.

e. Adanya benda asing dalam sinus berupa fragmen akar gigi dan bahan

tambalan akibat pengisian saluran akar yang berlebihan.

f. Osteomielitis akut dan kronis pada maksila.

g. Kista dentogen yang seringkali meluas ke sinus maksila, seperti kista

radikuler dan folikuler.

h. Deviasi septum kavum nasi, polip, serta neoplasma atau tumor dapat

menyebabkan obstruksi ostium yang memicu sinusitis.

Gambar 4: Faktor penyebab terjadinya sinusitis dentogen

8

Page 9: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Gambar 5: Tampilan abses periodontal dan abses periapikal

I.4. EPIDEMIOLOGI

Di Eropa, sinusitis diperkirakan mengenai 10-30% populasi. Di Amerika,

lebih dari 30 juta penduduk per tahun menderita sinusitis. Wald di Amerika

menjumpai insiden pada orang dewasa antara 10-15% dari seluruh kasus sinusitis

yang berasal dari infeksi gigi.

9

Page 10: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Ramalinggam di Madras, India mendapatkan bahwa sinusitis maksila tipe

dentogen sebanyak 10% kasus yang disebabkan oleh abses gigi dan abses apikal.

Becker et al. dari Bonn, Jerman menyatakan 10% infeksi pada sinus maksila

disebabkan oleh penyakit pada akar gigi. Granuloma dental, khususnya pada

premolar kedua dan molar pertama sebagai penyebab sinusitis maksila dentogen.

Highler dari Minnesota, Amerika Serikat menyatakan 10% kasus sinusitis maksila

yang terjadi setelah gangguan pada gigi.

Data dari sub bagian Rinologi THT FKUI RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo menunjukkan angka kejadian sinusitis yang tinggi yaitu 248

pasien (50%) dari 496 pasien rawat jalan. Farhat di Medan mendapatkan insiden

sinusitis dentogen di Departemen THT-KL/RSUP H. Adam Malik sebesar

13.67% dan yang terbanyak disebabkan oleh abses apikal yaitu sebanyak 71.43%.

Hasil dari penelitian melaporkan bahwa insiden sinusitis dentogen lebih tinggi

pada wanita dan angka kejadian tertinggi pada usia dekade ketiga dan keempat.

I.5. PATOFISIOLOGI

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan

lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam kompleks

osteomeatal. Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius. Lapisan mukosa yang

melapisi sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan viscous superficial dan

lapisan serous profunda. Cairan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk

membunuh bakteri maka bersifat sebagai antimikroba serta mengandungi zatzat

yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk

bersama udara pernafasan. Cairan mukus secara alami menuju ke ostium untuk

dikeluarkan jika jumlahnya berlebihan.

Faktor yang paling penting yang mempengaruhi patogenesis

terjadinya sinusitis yaitu apakah terjadi obstruksi dari ostium. Jika terjadi

obstruksi ostium sinus akan menyebabkan terjadinya hipooksigenasi, yang

menyebabkan fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan cairan mukus

dengan kualitas yang kurang baik. Disfungsi silia ini akan menyebabkan retensi

mukus yang kurang baik pada sinus.

10

Page 11: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Kegagalan transpor mukus dan menurunnya ventilasi sinus merupakan

faktor utama berkembangnya sinusitis. Sinusitis dentogen dapat terjadi melalui

dua cara, yaitu:

1. Infeksi gigi yang kronis dapat menimbulkan jaringan granulasi di dalam

mukosa sinus maksilaris, hal ini akan menghambat gerakan silia ke arah

ostium dan berarti menghalangi drainase sinus. Gangguan drainase ini

akan mengakibatkan sinus mudah mengalami infeksi. Kejadian sinusitis

maksila akibat infeksi gigi rahang atas terjadi karena infeksi bakteri

(anaerob) menyebabkan terjadinya karies profunda sehingga jaringan

lunak gigi dan sekitarnya rusak (Prabhu; Padwa; Robsen; Rahbar, 2009).

Pulpa terbuka maka kuman akan masuk dan mengadakan pembusukan

pada pulpa sehingga membentuk gangren pulpa. Infeksi ini meluas dan

mengenai selaput periodontium menyebabkan periodontitis dan iritasi

akan berlangsung lama sehingga terbentuk pus. Abses periodontal ini

kemudian dapat meluas dan mencapai tulang alveolar menyebabkan

abses alveolar. Tulang alveolar membentuk dasar sinus maksila sehingga

memicu inflamasi.

2. Kuman dapat menyebar secara langsung, hematogen atau limfogen dari

granuloma apikal atau kantong periodontal gigi ke sinus maksila.

Patofisiologi sinusitis adalah sebagai berikut:

Inflamasi mukosa hidung menyebabkan pembengkakan (udem) dan

eksudasi, yang mengakibatkan obstruksi ostium sinus. Obstruksi ini menyebabkan

gangguan ventilasi dan drainase, resorbsi oksigen yang ada di rongga sinus,

kemudian terjadi hipoksia (oksigen menurun, pH menurun, tekanan negatif),

selanjutnya diikuti permeabilitas kapiler meningkat, sekresi kelenjar meningkat

kemudian transudasi, peningkatan eksudasi serous, penurunan fungsi silia,

akhirnya terjadi retensi sekresi di sinus ataupun pertumbuhan kuman.

11

Page 12: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Gambar 6. Pergerakan silia dalam drainase cairan sinus

Gambar 7. Perubahan silia pada sinusitis

Bila terjadi edema di kompleks osteomeatal, mukosa yang letaknya

berhadapan akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir

tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus,

sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang di produksi mukosa sinus

menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri

patogen. Bila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir

12

Page 13: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob.1 Bakteri yang sering ditemukan pada

sinusitis kronik adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,

Moraxella catarrhalis,Streptococcus B hemoliticus, Staphylococcus aureus,

kuman anaerob jarang ditemukan.Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi

hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.

Gambar 8. Perubahan mukosa pada sinus yang terinfeksi

Reaksi peradangan berjalan menurut tahap-tahap tertentu yang khas.

Pelebaran kapiler darah akan memperlambat aliran darah sehingga akan

mengeluarkan fibrin dan eksudat serta migrasi leukosit menembus dinding

pembuluh darah membentuk sel-sel nanah dalam eksudat. Tetapi bilamana terjadi

pada selaput lendir, maka pada saat permulaan vasodilatasi terjadi peningkatan

produksi mukus dari kelenjar mukus sehingga nanah yang terjadi bukan murni

sebagai nanah, tetapi mukopus.

I.6. GEJALA KLINIS

Gejala subyektif terdiri dari gejala sistemik dan gejala lokal.Gejala

sistemik ialah demam dan rasa lesu.Gejala lokal pada hidung terdapat ingus kental

yang kadang-kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan

hidung tersumbat, Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan

menusuk, serta nyeri di tempat lain karena nyeri alih (referred pain). Sekret

mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk

iritatif non-produktif juga seringkali ada Nyeri alih dirasakan di dahi dan di depan

13

Page 14: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

telinga. Penciuman terganggu dan ada perasaan penuh dipipi waktu membungkuk

ke depan. Terdapat perasaan sakit kepala waktu bangun tidur dan dapat

menghilang hanya bila peningkatan sumbatan hidung sewaktu berbaring sudah

ditiadakan.

Gejala obyektif, pada pemeriksaan sinusitis maksila akut akan tampak

pembengkakan di pipidan kelopak mata bawah. Pada rinoskopi anterior tampak

mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan

sinusitis etmoid anterior tampak lendir atau nanah di meatus medius. Pada

rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

Sinusitis maksilaris dari tipe odontogen harus dapat dibedakan

dengan rinogen karena terapi dan prognosa keduanya sangat berlainan. Pada

sinusitis maksilaris tipe odontogenik ini hanya terjadi pada satu sisi serta

pengeluaran pus yang berbau busuk. Di samping itu, adanya kelainan apikal atau

periodontal mempredisposisi kepada sinusitis tipe dentogen. Gejala sinusitis

dentogen menjadi lebih lambat dari sinusitis tipe rinogen.

Gambar 9. Pus pada meatus medius

Gambar 10. Pembengkakan pipi pada pasien sinusitis

I.7. DIAGNOSIS

14

Page 15: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Diagnosis sinusitis dentogen adalah berdasarkan pemeriksaan lengkap

pada gigi serta pemeriksaan fisik lainnya. Ini mencakup evaluasi gejala klinis

pasien sesuai dengan kriteria American Academy of Otolaryngology Head and

Neck Surgery (AAO-HNS), yang mana diagnosis sinusitis membutuhkan

setidaknya 2 faktor mayor atau setidaknya 1 faktor mayor dan 2 faktor minor dari

serangkaian gejala dan tanda klinis, riwayat penyakit gigi geligi, serta temuan

radiologi sinus paranasal dan CT Scan. Selain itu, kadang diperlukan konsultasi

dengan departemen kedokteran gigi untuk mendukung dan membuat diagnosis

sinusitis dentogen serta penatalaksanaannya.

Anamnesis

Riwayat rinore purulen yang berlangsung lebih dari 2 minggu, merupakan

keluhan yang paling sering dan paling menonjol pada sinusitis akut. Keluhan ini

dapat disertai keluhan lain seperti sumbatan hidung, nyeri/rasa tekanan pada

muka, nyeri kepala, demam, ingus belakang hidung, batuk, anosmia/hiposmia,

nyeri periorbital, nyeri gigi, nyeri telinga dan serangan mengi (wheezing) yang

meningkat pada penderita asma.

Riwayat gejala sesuai dengan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor

ditambah 2 kriteria minor dari kumpulan gejala dan tanda menurut International

Consensus on Sinus Disease, tahun 1993 dan 2004.11 Kriteria mayor terdiri dari:

sumbatan atau kongesti hidung, sekret hidung purulen, sakit kepala, nyeri atau

rasa tertekan pada wajah dan gangguan penghidu. Kriteria minornya adalah

demam dan halitosis.

Penderita Gejala dan Tanda

Mayor Minor

15

Page 16: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Dewasa dan Anak

Kongesti hidung atau sumbatan

Sekret hidung/post nasal purulen

Rasa nyeri/tekanan/penuh di wajah

Gangguan penghidu (hiposmia, anosmia)

Demam

Demam

Sakit kepala

Nafas berbau

Fatique

Batuk

Sakit gigi

Hidung berbau

Gejala telinga

Anak-Anak Batuk

Iritabilitas/Rewel

-

Dikutip dari: Kennedy DW

Pemeriksaan Fisik

INSPEKSI

Ada 3 keadaan yang penting kita perhatikan saat melakukan inspeksi hidung

& sinus paranasalis, yaitu :

Kerangka dorsum nasi (batang hidung).

Adanya luka, warna, udem & ulkus nasolabial.

Bibir atas.

Ada 4 bentuk kerangka dorsum nasi (batang hidung) yang dapat kita temukan

pada inspeksi hidung & sinus paranasalis, yaitu :

Lorgnet pada abses septum nasi.

Saddle nose pada lues.

Miring pada fraktur.

Lebar pada polip nasi.

Kulit pada ujung hidung yang terlihat mengkilap, menandakan adanya udem

di tempat tersebut.

Adanya maserasi pada bibir atas dapat kita temukan saat melakukan inspeksi

hidung & sinus paranalis. Maserasi disebabkan oleh sekresi yang berasal dari

sinusitis dan adenoiditis.

16

Page 17: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

PALPASI

Ada 4 struktur yang penting kita perhatikan saat melakukan palpasi hidung &

sinus paranasalis, yaitu :

Dorsum nasi (batang hidung).

Ala nasi.

Regio frontalis sinus frontalis.

Fossa kanina.

Krepitasi dan deformitas dorsum nasi (batang hidung) dapat kita temukan

pada palpasi hidung. Deformitas dorsum nasi merupakan tanda terjadinya fraktur

os nasalis.

Ala nasi penderita terasa sangat sakit pada saat kita melakukan palpasi. Tanda

ini dapat kita temukan pada furunkel vestibulum nasi.

Ada 2 cara kita melakukan palpasi pada regio frontalis sinus frontalis, yaitu :

Kita menekan lantai sinus frontalis ke arah mediosuperior dengan tenaga

optimal dan simetris (besar tekanan sama antara sinus frontalis kiri dan kanan).

Palpasi kita beri nilai bila kedua sinus frontalis tersebut memiliki reaksi yang

berbeda. Sinus frontalis yang lebih sakit berarti sinus tersebut patologis.

Kita menekan dinding anterior sinus frontalis ke arah medial dengan tenaga

optimal dan simetris. Hindari menekan foramen supraorbitalis. Foramen

supraorbitalis mengandung nervus supraorbitalis sehingga juga menimbulkan

reaksi sakit pada penekanan. Penilaiannya sama dengan cara pertama diatas.

Palpasi fossa kanina kita peruntukkan buat interpretasi keadaan sinus

maksilaris. Syarat dan penilaiannya sama seperti palpasi regio frontalis sinus

frontalis. Hindari menekan foramen infraorbitalis karena terdapat nervus

infraorbitalis.

PERKUSI

Perkusi pada regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan

apabila palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi hebat. Syarat-syarat perkusi

sama dengan syarat-syarat palpasi.

17

Page 18: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Rinoskopia Anterior

Rinoskopi anterior merupakan pemeriksaan rutin untuk melihat tanda

patognomonis, yaitu sekret purulen di meatus medius atau superior; atau pada

rinoskopi posterior tampak adanya sekret purulen di nasofaring (post nasal drip).

Ada 3 alat yang biasa kita gunakan pada rinoskopia anterior, yaitu :

Aplikator.

Pinset (angulair) dan bayonet (lucae).

Spekulum hidung Hartmann.

Spekulum hidung Hartmann bentuknya unik. Cara kita memakainya juga unik

meliputi cara memegang, memasukkan dan mengeluarkan. Cara kita memegang

spekulum hidung Hartmann sebaiknya menggunakan tangan kiri dalam posisi

horisontal. Tangkainya yang kita pegang berada di lateral sedangkan mulutnya di

medial. Mulut spekulum inilah yang kita masukkan ke dalam kavum nasi (lubang

hidung) pasien. Cara kita memasukkan spekulum hidung Hartmann yaitu

mulutnya yang tertutup kita masukkan ke dalam kavum nasi (lubang hidung)

pasien. Setelah itu kita membukanya pelan-pelan di dalam kavum nasi (lubang

hidung) pasien.

Cara kita mengeluarkan spekulum hidung Hartmann yaitu masih dalam kavum

nasi (lubang hidung), kita menutup mulut spekulum kira-kira 90%. Jangan

menutup mulut spekulum 100% karena bulu hidung pasien dapat terjepit dan

tercabut keluar.

Ada 5 tahapan pemeriksaan hidung pada rinoskopia anterior yang akan kita

lakukan, yaitu :

Pemeriksaan vestibulum nasi.

Pemeriksaan kavum nasi bagian bawah.

Fenomena palatum mole.

Pemeriksaan kavum nasi bagian atas.

Pemeriksaan septum nasi.

Rinoskopia Posterior

18

Page 19: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Prinsip kita dalam melakukan rinoskopia posterior adalah menyinari koane

dan dinding nasofaring dengan cahaya yang dipantulkan oleh cermin yang kita

tempatkan dalam nasofaring.

Ada 4 alat dan bahan yang kita gunakan pada rinoskopia posterior, yaitu :

Cermin kecil.

Spatula.

Lampu spritus.

Solusio tetrakain (- efedrin 1%).

Teknik-teknik yang kita gunakan pada rinoskopia posterior, yaitu :

Cermin kecil kita pegang dengan tangan kanan. Sebelum memasukkan dan

menempatkannya ke dalam nasofaring pasien, kita terlebih dahulu memanaskan

punggung cermin pada lampu spritus yang telah kita nyalakan.

Minta pasien membuka mulutnya lebar-lebar. Lidahnya ditarik ke dalam

mulut, jangan digerakkan dan dikeraskan. Bernapas melalui hidung.

Spatula kita pegang dengan tangan kiri. Ujung spatula kita tempatkan pada

punggung lidah pasien di depan uvula. Punggung lidah kita tekan ke bawah di

paramedian kanan lidah sehingga terbuka ruangan yang cukup luas untuk

menempatkan cermin kecil dalam nasofaring pasien.

Masukkan cermin kedalam faring dan kita tempatkan antara faring dan

palatum mole kanan pasien. Cermin lalu kita sinari dengan menggunakan cahaya

lampu kepala.

Khusus pasien yang sensitif, sebelum kita masukkan spatula, kita berikan

lebih dahulu tetrakain 1% 3-4 kali dan tunggu ± 5 menit.

Pemeriksaan Transiluminasi

Pemeriksaan penunjang lain adalah transiluminasi. Hanya sinus frontal

dan maksila yang dapat dilakukan transiluminasi. Pada sinus yang sakit akan

menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena

terbatas kegunaanya

Ada 2 cara melakukan pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) pada sinus

maksilaris, yaitu :

19

Page 20: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Cara I. Mulut pasien kita minta dibuka lebar-lebar. Lampu kita tekan pada

margo inferior orbita ke arah inferior. Cahaya yang memancar ke depan

kita tutup dengan tangan kiri. Hasilnya sinus maksilaris normal bilamana

palatum durum homolateral berwarna terang.

Cara II. Mulut pasien kita minta dibuka. Kita masukkan lampu yang telah

diselubungi dengan tabung gelas ke dalam mulut pasien. Mulut pasien

kemudian kita tutup. Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas

pasien, kita tutup dengan tangan kiri. Hasilnya dinding depan dibawah

orbita tampak bayangan terang berbentuk bulan sabit. Penilaian

pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) berdasarkan adanya

perbedaan sinus kiri dan sinus kanan. Jika kedua sinus tampak terang,

menandakan keduanya normal. Namun khusus pasien wanita, hal itu bisa

menandakan adanya cairan karena tipisnya tulang mereka. Jika kedua

sinus tampak gelap, menandakan keduanya normal. Khusus pasien pria,

kedua sinus yang gelap bisa akibat pengaruh tebalnya tulang mereka.

Nasoendoskopi

Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan untuk menilai kondisi kavum

nasi hingga ke nasofaring. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan dengan jelas

keadaan dinding lateral hidung. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan untuk

menentukan diagnosa yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah adanya pus di

meatus media (pada sinusitis maksilaris, etmoid anterior dan frontalis) atau di

meatus superior (pada sinusitis etmoidalis posterior dan sfenoid).

Foto polos sinus paranasal

Pemeriksaan pembantu yang penting adalah foto polos. Foto polos posisi

Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus – sinus

besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan,

batas udara-cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.

CT Scan

20

Page 21: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

CT scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu

menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara

keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai

penunjang diagnosis sinusitis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau

pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.

Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sekret dari meatus media

atau superior, untuk mendapat antibiotik yang tepat guna. Lebih baik lagi bila

diambil sekret yang keluar dari pungsi sinus maksila. Kebanyakan

sinusitisdisebabkan infeksi oleh Streptococcus pneumoniae, Haemophilus

influenzae, Moraxella catarrhalis. Gambaran bakteriologik dari sinusitis yang

berasal dari gigi geligi didominasi oleh infeksi gram negatif sehingga

menyebabkan pus berbau busuk dan akibatnya timbul bau busuk dari hidung.

Sinoskopi

Dapat dilakukan untuk melihat kondisi antrum sinus maksila. Pemeriksaan

ini menggunakan endoskop, yang dimasukkan melalui pungsi di meatus inferior

atau fosa kanina. Dilihat apakah ada sekret, jaringan polip, atau jamur di dalam

rongga sinus maksila, serta bagaimana keadaaan mukosanya apakah kemungkinan

kelainannya masih reversibel atau sudah ireversibel.

I.8. DIAGNOSIS BANDING

Kelainan pada sinus maksilaris lainnya yang berkaitan dengan penyakit

odontogenik

a. Kista yang terbentuk dari mukosa sinus termasuk pseudokista, mukokel,

dan yang paling sering yaitu kista retensi.

b. Hanya pseudokista yang berhubungan dengan penyakit

periapikal/periodontal yang disebabkan pengobatan gigi yang bisa

mencapai resolusi pseudokista.

c. Tumor-tumor jinak atau lesi seperti tumor dapat menyebabkan

penyimpangan, ekspansi, atau erosi dinding sinus. Ini termasuk

21

Page 22: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

ameloblastoma, odontoma, cementoma, fibromas ossifying, tumor epitelial

odontogenik, tumor skuamosa odontogenik, dan tumor adenomatoid.

d. Tumor ganas termasuk keganasan gingiva, kistik adenoid dan sarkoma.

Gambar 11: Foto rontgen pasien wanita berusia 45 tahun dengan kista periapikal.

Kista ini timbul dari residu epitelial pada ligamen periodontal yang disebabkan

oleh inflamasi.

I.9. PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanan sinusitis dentogen:

a. Atasi masalah gigi

b. Penderita dengan sinusitis akut yang disertai demam dan kelemahan

sebaiknya beristirahat ditempat tidur. Diusahakan agar kamar tidur

mempunyai suhu dan kelembaban udara tetap.

c. Konservatif, diberikan obat-obatan: antibiotika, dekongestan, antihistamin,

kortikosteroid dan irigasi sinus.

22

Foto rontgen panoramamenunjukkan bagian opak

bulat pada sinus maksila kiri dengan pinggir sklerotik

(anak panah).

CT Scan aksial menunjukkan proses

perluasan dengan pinggir sklerotik (panah) pada

sinus maksilaris.

Page 23: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

d. Operatif. Beberapa macam tindakan bedah sinus yaitu antrostomi meatus

inferior, Caldwell-Luc, etmoidektomi intra dan ekstra nasal, trepanasi

sinus frontal, dan bedah sinus endoskopik fungsional.

AKUT

Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik empirik (2x24 jam).

Antibiotik yang diberikan lini I yakni golongan penisilin atau kotrimoksazoldan

terapi tambahan yakni obat dekongestan oral dan topikal, mukolitik untuk

memperlancar drainase dan analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri. Pada

pasien atopi, diberikan antihistamin atau kortikosteroid topikal. Jika ada perbaikan

maka pemberian antibiotik diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari.

Jika tidak ada perbaikan maka dilakukan rontgen foto polosatau CT Scan

dan atau nasoendoskopi. Bila dari pemeriksaan tersebut ditemukan kelainan maka

dilakukan terapi sinusitis kronik. Tidak ada kelainan maka dilakukan evaluasi

diagnosis yakni evaluasi komprehensif alergi dan kultur dari fungsi sinus.

Terapi pembedahaan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila

telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau bila ada nyeri yang hebat

karena ada sekret tertahan oleh sumbatan.

KRONIK

a. Jika ditemukan faktor predisposisinya, maka dilakukan tatalaksana yang

sesuai dan diberi terapi tambahan. Jika ada perbaikan maka pemberian

antibiotik mencukupi 10-14 hari.

b. Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai pada episode

akut lini II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau tidaknya

perbaikan, diberikan antibiotik alternative 7 hari atau buat kultur. Jika ada

perbaikan diteruskan antibiotik mencukupi 10-14 hari, jika tidak ada

perbaikan, evaluasi kembali dengan pemeriksaan nasoendoskopi,

sinuskopi (jika irigasi 5x tidak membaik). Jika ada obstruksi kompleks

osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah yaitu BSEF atau bedah

konvensional. Jika tidak ada obstruksi maka evaluasi diagnosis.

c. Daerah sinus yang sakit bisa dilakukan diatermi gelombang pendek.

23

Page 24: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

d. Jika ada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedang

sinusitis ethmoid, frontal atau sfenoid dilakukan tindakan pencucian

Proetz.

e. Pembedahan

Radikal:

- Sinus maksila dengan operasi Caldwell-luc.

Pengobatan ini dilakukan bila pengobatan koservatif gagal. Terapi radikal

dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drenase

dari sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi Caldwell-Luc.

Pembedahan ini dilaksanakan dengan anestesi umum atau lokal. Jika dengan

anestesi lokal, analgesi intranasal dicapai dengan menempatkan tampon kapas

yang dibasahi kokain 4% atau tetrakain 2% dengan efedrin 1% diatas dan

dibawah konka media. Prokain atau lidokain 2% dengan tambahan ephineprin

disuntika di fosa kanina. Suntikan dilanjutkan ke superior untuk saraf

intraorbital. Incisi horizontal dibuat di sulkus ginggivobukal, tepat diatas akar

gigi. Incisi dilakukan di superior gigi taring dan molar kedua. Incisi

menembus mukosa dan periosteum. Periosteum diatas fosa kanina dielevasi

sampai kanalis infraorbitalis, tempat saraf orbita diidentifikasi dan secara hati-

hati dilindungi.

24

Page 25: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Gambar 12. prosedur Caldwell Luc

Pada dinding depan sinus dibuat fenestra, dengan pahat, osteatom atau alat

bor. Lubang diperlebar dengan cunam pemotong tulang kerison, sampai jari

kelingking dapat masuk. Isi antrum dapat dilihat dengan jelas. Dinding nasoantral

meatus inferior selanjutnya ditembus dengan trokar atau hemostat bengkok.

Antrostomi intranasal ini dapat diperlebar dengan cunam kerison dan cunam yang

dapat memotong tulang kearah depan. Lubang nasoantral ini sekurang-kurangnya

1,5 cm dan yang dipotong adalah mukosa intra nasal, mukosa sinus dan dinding

tulang. Telah diakui secara luas bahwa berbagai jendela nasoantral tidak

diperlukan. Setelah antrum diinspeksi dengan teliti agar tidak ada tampon yang

tertinggal, incisi ginggivobukal ditutup dengan benang plain cat gut 00. biasanya

tidak diperlukan pemasangan tampon intranasal atau intra sinus. Jika terjadi

perdarahan yang mengganggu, kateter balon yang dapat ditiup dimasukan

kedalam antrum melalui lubang nasoantral. Kateter dapat diangkat pada akhir hari

ke-1 atau ke 2. kompres es di pipi selama 24 jam pasca bedah penting untuk

mencegah edema, hematoma dan perasaan tidak nyaman.

25

Page 26: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Non Radikal:

Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF).

Bedah sinus endoskopi fungsional merupakan perkembangan pesat dalam

bedah sinus. Teknik bedah ini pertama kali diajukan oleh Messerklinger dan

dipopulerkan oleh Stamm-berger dan Kennedy. BSEF adalah operasi pada hidung

dan sinus yang menggunakan endoskopi dengan tujuan menormalkan kembali

ventilasi sinus dan transpor mukosilier. Prinsip BSEF ialah membuka dan

membersihkan KOM sehingga drainase dan ventilasi sinus lancar secara alami.7,11

Indikasi absolut tindakan BSEF adalah rinosinusitis dengan komplikasi,

mukosil yang luas,rinosinusitis jamur alergi atau invasif dan kecurigaan

neoplasma. Indikasi relatif tindakan ini meliputi polip nasi simptomatik dan

rinosinusitis kronis atau rekuren simptomatik yang tidak respon dengan terapi

medikamentosa. Sekitar 75-95% kasus rinosinusitis kronis telah dilakukan

tindakan BSEF.

Prinsip tindakan BSEF adalah membuang jaringan yang menghambat

KOM dan memfasilitasi drainase dengan tetap mempertahankan struktur anatomi

normal.

Gambar 13. Prinsip bedah sinus endoskopi fungsional

(BSEF): membuang jaringan yang menghambat KOM. Teknik bedah sinus

endoskopi fungsional meliputi unsinektomi, etmoidektomi, sfenoidektomi dengan

etmoidektomi, bedah resesus frontalis, antrostomi maksila, konkotomi dan

septoplasti.

26

Page 27: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Komplikasi pasca tindakan BSEF dapat dibedakan menjadi komplikasi

awal dan lanjut.

Komplikasi awal meliputi hematoma orbita, penurunan penglihatan,

diplopia, kebocoran cairan serebrospinal, meningitis, abses otak, cedera arteri

karotis dan epifora. Komplikasi lanjut yang dapat terjadi adalah rekurensi,

mukosil dan miosferulosis akibat salep yang digunakan dan benda asing.

Komplikasi orbita dan intrakranial juga dapat terjadi sebagai komplikasi lanjut.

I.10. KOMPLIKASI

CT-Scan penting dilakukan dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan

derajat infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan kranium. Pemeriksaan

ini harus rutin dilakukan pada sinusitis rekuren, kronisatau berkomplikasi.

Komplikasi Orbita

Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang

tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi dari ethmoidalis

akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan

dapat menimbulkan infeksi isi orbita.

Terdapat lima tahapan :

a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat

infeksi sinus ethmoidalis di dekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan

pada anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus

ethmoidalis seringkali merekah pada kelompok umur ini.

b. Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif

menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk.

c. Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang

orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.

d. Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi

orbita. Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan

unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata

yang tersering dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses

orbita, juga proptosis yang makin bertambah.

27

Page 28: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

e. Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri

melalui saluran vena ke dalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu

tromboflebitis septik.

Komplikasi Intra Kranial

a. Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat yang mana

infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau

langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus

frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara

ethmoidalis.

b. Abses dural, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna

kranium, seringkali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat,

sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang

terkumpul mampu menimbulkan tekanan intrakranial.

c. Abses subdural, adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid

atau permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.

d. Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteumsinus terinfeksi,

maka dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogenke dalam otak.

Terapi komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase

secara bedah pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan

penyebaran infeksi.

Komplikasi sinusitis yang lain adalah kelainan paru seperti bronkitis

kronis dan bronkiektasi. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan

kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu, dapat juga menyebabkan

kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya

disembuhkan

I.11. Prognosis

Prognosis sinusitis tipe dentogen sangat tergantung kepada tindakan pengobatan

yang dilakukan dan komplikasi penyakitnya. Jika, drainase sinus membaik dengan

terapi antibiotik atau terapi operatif maka pasien mempunyai prognosis yang baik

28

Page 29: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

BAB II

LAPORAN KASUS

II.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. TR

Umur : 22 tahun

Status : Lajang

Agama : Islam

Alamat : Magelang

II.2. SUBJEKTIF

Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan keluar ingus kental berbau busuk

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang dengan keluhan keluar ingus kental berwarna

kuningkehijauan dan berbau busuk dari lubang hidung kanan sejak 1 tahun yang

lalu. Pasien juga mengeluh nyeri tertekan pada pipi kanan dan merasa terasa

penuh. Selain itu pasien juga merasakan adanya keluhan lubang hidung tersumbat,

pasien juga merasakan ada seperti lendir yang mengalir dari hidung yang jatuh ke

tenggorokan terutama jika berbaring.

Pasien juga mengeluhkan adanya gangguan penciuman. Pasien mengeluh

bau busuk seperti tercium dari hidung dan nafas nya juga berbau tidak enak.

Pasien juga mengeluhkan suaranya sengau. Pasien juga merasakan badan nya

terasa lemas dan kepala nya senaut-senut. Terdapat juga keluhan nyeri pada gigi

kanan atas.

Keluhan batuk (-). sakit pada telinga (-), sakit pada tenggorokan (-), sesak

(-). Pasien tidak memiliki riwayat sering bersin-bersin sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat trauma pada wajah : disangkal

29

Page 30: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Riwayat sakit gigi : Pasien 3 bulan yang lalu mengeluhkan sakit gigi

geraham atas sampai gusinya bengkak dan terdapat

gigi geraham yang bolong sebelah kanan. Pasien

mengaku belum mencabut gigi yang bolong.

Riwayat alergi : (-)

Riwayat penyakit sistemik : disangkal

Riwaya sakit pada telinga & tenggorokan sebelumnya : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat keluhan yang sama pada keluarga.

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat alergi.

Riwayat Pengobatan :

Belum dilakukan pengobatan apapun.

II.3. OBJEKTIF

Status Generalis

Kondisi umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Status gizi : Baik

Status lokalis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan)

Kepala dan Leher

Kepala : Mesocephale

Wajah :

- Simetris

- Tidak ada tanda allergic shiner/allergic salute/allergic crease

Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)

Gigi dan mulut

Gigi geligi : Tampak ada karies M1 kanan dan kiri atas.

Lidah : Normal, kotor (-), tremor (-)

30

Page 31: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Pemeriksaan Telinga

Bagian Auricula Dextra Sinistra

AuriculaBentuk normal,

nyeri tarik (-)

nyeri tragus (-)

Bentuk normal

nyeri tarik (-)

nyeri tragus (-)

Pre auricular

Bengkak (-)

nyeri tekan (-)

fistula (-)

Bengkak (-)

nyeri tekan (-)

fistula (-)

Retro auricularBengkak (-)

Nyeri tekan (-)

Bengkak (-)

Nyeri tekan (-)

MastoidBengkak (-)

Nyeri tekan (-)

Bengkak (-)

Nyeri tekan (-)

CAE

Serumen (+)

hiperemis (-)

Sekret (-)

Serumen (+)

hiperemis (-)

Sekret (-)

Membran timpani

Intak

putih mengkilat

refleks cahaya (+)

Intak

putih mengkilat

refleks cahaya (+)

Pemeriksaan Hidung

Bagian Hidung Luar

Dextra Sinistra

Bentuk Normal Normal

Inflamasi atau tumor - -

Nyeri tekan & nyeri ketuk

sinus

Nyeri tekan &

nyeri ketuk pipi (+)

Nyeri tekan & nyeri

ketuk pipi (-)

Deformitas atau septum

deviasi

-

Rhinoskopi Anterior

Vestibulum nasi Normal Normal

Dasar cavum nasi Normal

31

Page 32: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Sekret Mukopurulen (+) Mukopurulen (-)

Mukosa Hiperemis (+) Hiperemis (-)

Benda asing - -

Perdarahan - -

Konka nasi media Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)

Konka nasi inferior. Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)

Septum Deviasi (-)

Pemeriksaan Sinus

Dekstra SinistraInspeksi

o Pembengkakan pada

pipio Warna kulit

-

Sama dengan sekitar

-

Sama dengan sekitar

Palpasio Nyeri tekan di pipi

o Nyeri tekan di atas

orbitao Nyeri tekan di

cantus medius

+-

-

--

-

Transiluminasio Sinus Maksila

o Sinus Frontal

SuramCahaya terang

Cahaya terangCahaya terang

Pemeriksaan Tenggorokan

Lidah Ulcus (-) Stomatitis (-)

Uvula Bentuk normal, di tengah, hiperemis (-)

Tonsil Dextra Sinistra

Ukuran T1 T1

Permukaan Rata Rata

Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Kripte Melebar (-) Melebar (-)

Detritus (-) (-)

Faring Mukosa hiperemis (-), dinding rata, granular (-)

Post Nasal Drip (+)

32

Page 33: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

II.4. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

X-ray kepala Waters dan Lateral

CT Scan sinus potongan koronal atau aksial

Nasoendoskopi

Sinuskopi

Pemeriksaan Mikrobiologik & tes resistensi

II.5. RINGKASAN

1. Anamnesis

a. Rinore mukopurulen

b. Nyeri maksila dextra (+)

c. Pipi kanan terasa penuh & nyeri tekan (+)

d. Obstruksi nasal (+)

e. Post nasal drip (+)

f. Hiposmia/anosmia (+)

g. Halitosis (+)

h. Malaise (+)

i. Sefalgia (+)

j. Nyeri gigi superior dextra (+)

2. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Kepala dan Leher:Dalam batas normal

b. Pemeriksaan Gigi dan mulut : Tampak ada karies M1 superior dextra

c. Pemeriksaan Telinga & Tenggorokan : Dalam batas normal

d. Pemeriksaan Hidung:

Rhinoskopi Anterior Dextra:

- Sekret (+) mukopurulen

- Mukosa hiperemis (+)

- Konka media dan inferior hipertrofi (+)

Rhinoskopi Posterior :

- Post Nasal Drip (+)

33

Page 34: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

e. Pemeriksaan sinus :

- Nyeri tekan pipi (+)

- Nyeri ketuk pipi (+)

f. Pemeriksaan penunjang berupa Transiluminasi:

Sinus maksilaris dextra: tampak suram pada daerah infra orbita

II.7. DIAGNOSIS BANDING

• Sinusitis Maksilaris Dextra Akut

• Sinusitis Maksilaris Dextra Kronik Eksaserbasi Akut

• Rhinosinusitis Maksilaris Dextra Akut

• Rhinosinusitis Maksilaris Desxtra Kronik Eksaserbasi Akut

II.8. DIAGNOSIS SEMENTARA

• Sinusitis Maksilaris Dextra Akut

II.9. PENATALAKSANAAN

1. Konsul ke bagian gigi untuk mengatasi masalah gigi

2. Konservatif

Irigasi sinus

3. Medikamentosa:

a. Antibiotik oral

Amoxillin tab 3x500 mg

b. Dekongestan + antihistamin

Pseudoefedrine 120 mg + Fexofenadine 60 mg (Fexofed) 2x1 tablet

c. Kortikosteroid topikal

Fluticasone furoate nasal spray (Avamys 27,50 mcg) 2 semprot 2xsehari

d. Analgetik/antipiretik

Parasetamol 500 mg 3x1 tablet

Edukasi :

Menjaga kesehatan gigi dan kebersihannya dengan kontrol ke dokter gigi

Meminum obat yang sudah diberikan secara teratur dan kontrol ke poliklinik

34

Page 35: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

Istirahat cukup dan makan makanan bergizi

II.10. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad sanam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

35

Page 36: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus ini pasien seorang perempuan berusia 22 tahun datang dengan

keluhan keluar ingus kental warna kuning kehijauan dan berbau dari lubang

hidung kanan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri pada pipi

kanan, merasa bagian wajah sebelah kanan terasa penuh dan seperti tertekan.

Selain itu pasien juga merasakan adanya keluhan hidung tersumbat, pasien juga

merasakan ada seperti lendir yang mengalir dari hidung yang jatuh ke

tenggorokan serta adanya gangguan pada penciuman. Keluhan-keluhan tersebut

mengarah ke gejala mayor dari sinusitis. Lokasi pipi kanan yang terasa nyeri

mengarahkan ke lokasi sinus maksila dextra. Keluhan hidung tersumbat

menunjukan adanya obtruksi nasal. Adanya keluhan seperti ada lendir yang

mengalir dari hidung jatuh ke tenggorokan mengarah ke Post Nasal Drip.

Gangguan penciuman menunjukan adanya hiposmia.

Terdapat juga keluhan bau busuk seperti tercium dari hidung dan nafas

nya juga berbau tidak enak, badan nya terasa lemas dan kepala nya pusing senut-

senut. Terdapat juga keluhan nyeri pada gigi atas kanan. Keluhan tersebut

mengarah ke gejala minor dari sinusitis. Keluhan nyeri pada gigi kanan atas

mengarahkan kita ke faktor predisposisi dari sinusitis yang terjadi yaitu faktor

odontogen.

Keluhan yang disangkal berupa batuk (-), keluhan sakit pada telinga (-),

sakit pada tenggorokan (-), sesak (-) ditanyakan untuk mengarahkan kita ke faktor

predisposisi dan komplikasi yang dapat terjadi. Sehingga dari anamnesis tersebut

sudah didapatkan 4 gejala mayor dan 4 gejala minor dari sinusitis.

Pada riwayat penyakit dahulu diakui bahwa sebelumnya terdapat riwayat

atas sejak 3 bulan yang lalu memperkuat faktor odontogen sebagai predisposisi.

Tidak adanya riwayat alergi memperkuat bahwa faktor rhinogen bukan faktor

predisposisi nya.

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan karies M1 kanan atas. Hal tersebut

semakin memperkuat predisposisi odontogen sebagai pencetus sinusitis nya. Pada

36

Page 37: Cbd Sinusitis Maksilaris Dekstra

pemeriksaan hidung, didapatkan adanya nyeri tekan & nyeri ketuk pipi kanan

yang mengarah ke sinusitis maksilaris. Selain itu juga didapatkan sekret yang

mukopurulen dan mukosa hiperemis pada pemeriksaan rhinoskopi anterior dextra.

Pemeriksaan penunjang berupa transiluminasi dengan hasil terdapat

bayangan yang suram pada sinus maksilaris dextra. Namun untuk lebih

meyakinkan lokasi sinusitis, dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa X-ray

kepala posisi Waters dan lateral serta sinuskopi.

Terapi yang diberikan berupa terapi konservatif (irigasi sinus), terapi

medikamentosa (antibiotik oral, dekongestan dan antihistamin oral, kortikostreoid

topikal, kortikosteroid oral, analgetik). Penanganan lain yang juga penting yaitu

terhadap masalah gigi nya dengan konsul ke bagian gigi karena hal tersebut yang

menjadi predisposisi dari sinusitis maksilaris yang terjadi.

37