Sinusitis Maksilaris Akut

25
SINUSITIS MAKSILARIS AKUT Gabriel Enrico Pangarian 102010208 D2 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510, No telp: (021) 56942061, Fax: (021) 5631731, email: [email protected] Pendahuluan Sinusitis maksilaris adalah radang mukosa sinus maksila. Sinus adalah lubang yang berisikan udara yang terdapat pada tulang tengkorak. Sinus berhubungan dengan hidung dan ditutupi oleh suatu membran yang disebut mucous membrane yang menghasilkan sekret kental (mucus) yang mempertahankan saluran hidung tetap lembab dan menahan partikel-partikel kotoran. 1,2 Sinus merupakan lanjutan langsung dari bagian traktus respiratorius bagian atas dan karenanya sering terlihat infeksi daerah tersebut. Semua keadaan anatomik dan fisiologik yang dapat menimbulkan sumbatan drainase sinus, menyebabkan stasis sekret, dapat menyebabkan infeksi. 3 Sinusitis maksilaris paling sering terjadi diantara sinusitis paranasal yang lain, oleh karena merupakan sinusitis paranasal terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar sehingga aliran sekret (drainase) dari sinus maksila hanya tergantung dari pergerakan silia, dasar sinus maksila adalah akar 1

description

sinusitis maksilaris akut

Transcript of Sinusitis Maksilaris Akut

Page 1: Sinusitis Maksilaris Akut

SINUSITIS MAKSILARIS AKUTGabriel Enrico Pangarian

102010208

D2

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510,

No telp: (021) 56942061, Fax: (021) 5631731, email: [email protected]

Pendahuluan

Sinusitis maksilaris adalah radang mukosa sinus maksila. Sinus adalah lubang yang

berisikan udara yang terdapat pada tulang tengkorak. Sinus berhubungan dengan hidung dan

ditutupi oleh suatu membran yang disebut mucous membrane yang menghasilkan sekret kental

(mucus) yang mempertahankan saluran hidung tetap lembab dan menahan partikel-partikel

kotoran.1,2

Sinus merupakan lanjutan langsung dari bagian traktus respiratorius bagian atas dan

karenanya sering terlihat infeksi daerah tersebut. Semua keadaan anatomik dan fisiologik yang

dapat menimbulkan sumbatan drainase sinus, menyebabkan stasis sekret, dapat menyebabkan

infeksi.3

Sinusitis maksilaris paling sering terjadi diantara sinusitis paranasal yang lain, oleh

karena merupakan sinusitis paranasal terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar sehingga

aliran sekret (drainase) dari sinus maksila hanya tergantung dari pergerakan silia, dasar sinus

maksila adalah akar gigi sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis dan ostium sinus

maksila terletak di meatus medius disekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah

tersumbat.1

Prinsip utama dalam menangani infeksi sinus maksilaris adalah menyadari bahwa hidung

dan sinus maksila hanyalah sebagian dari sistem pernafasan total.

Sinusitis jarang mengakibatkan kematian, tetapi didekat sinus paranasal terdapat sistem saraf

pusat, kumpulan otot muka yang membentuk leher dan vena-vena yang terkait dan sistem limfe

yang akan dapat menyebabkan komplikasi yang serius.4

1

Page 2: Sinusitis Maksilaris Akut

Anatomi dan Fisiologi

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar, saat lahir sinus maksilaris

bervolume 6-8 ml, kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal

yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus maksilaris disebut juga dengan Antrum Highmore dan berbentuk

segitiga. Dinding anterior sinus adalah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina.

Dinding posteriornya adalah permukaan infra temporal maksila, dinding medialnya adalah

dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding inferiornya

adalah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksilaris berada di sebelah superior

dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.1

Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus terdapat mukosa bersilia dan palut lendir

diatasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium

alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya. Pada dinding lateral hidung

terdapat dua aliran transpor mukosiliar dari sinus. Lendir yang berasal dari kelompok sinus

anterior yang bergabung di infundibulum etmoid dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba

eustaehius. Lendir yang berasal dari kelompok sinus posterior bergabung di resesus sfeno-

etmoidalis, dialirkan ke nasofaring di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis

didapati sekret pasca nasal (post nasal drip) tetapi belum tentu ada sekret di rongga hidung.1

Beberapa teori dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain; sebagai pengatur

kondisi udara, sebagai penahan suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi

suara, peredam perubahan tekanan udara, dan membantu produksi mucus untuk membersihkan

rongga hidung.1

Pemeriksaan fisik

Inspeksi Yang diperhatikan ialah adanya pembengkakan pada muka. Pembengkakan di pipi

sampai kelopak mata bawah yang berwarana kemerah-merahan mungkin menunjukkan sinusitis

maksila akut, Pembengkakan di kelopak mata atas mungkin menunjukan sinusitis frontal akut.

Sinusitis etmoid akut jarang menyebabkan pembengkakan di luar, kecuali bila telah terbentuk

abses.1

Pada rinositis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengakakan dan

kemerahan di daerah kantus medius.

2

Page 3: Sinusitis Maksilaris Akut

Palpasi Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukan adanya sinusitis maksila.

Pada sinusitis frontal terdapat nyeri tekan di dasar sinus frontal, yaitu pada bagian medial atap

orbita. Sinusitis etmoid menyebabkan rasa nyeri tekan di daerah kantus medius. 1

maksila. Transiluminasi pada sinus frontal hasilnya lebih meragukan. Besar dan bentuk kedua

sinus ini seringkali tidak sama. Gambaran yang terang berarti sinus berkembang dengan baik

dan normal, sedangkan gambaran yang gelap mungkin berarti sinusitis atau hanya menunjukan

sinus yang tidak berkembang.

Pemeriksaan penunjang

Transiluminasi Transiluminasi mempunyai manfaat yang terbatas, hanya dapat dipakai untuk

memeriksa sinus maksila dan sinus frontal, bila pemeriksaan radiologik tidak tersedia. Bila ada

pemeriksaan transiluminasi tampak gelap di daerah infraorbita, mungkin berarti antrum terisi

oleh pus atau mukosa antrum menebal atau terdapat neoplasma di dalam antrum. Bila terdapat

kista yang besar di dalam sinus maksila, akan tampak terang pada pemeriksaan transiluminasi,

sedangkan pada foto Rontgen tampak adanya perselubungan berbatas tegas di dalam sinus. 1

Pemeriksaan Radiologik Bila dicurigai adanya kelainan di sinus paranasal, maka dilakukan

pemeriksaan radiologik. Posisi rutin yang dipakai ialah posisi Waters, PA dan lateral. Posisi

Waters terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal, dan etmoid. Posisi PA

untuk menilai sinus frontal dan posisi lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid, dan etmoid.

Metode mutakhir yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus paranasal adalah pemeriksaan

CT Scan. Potongan CT Scan yang rutin dipakai adalah koronal dan aksial. Indikasi utama CT

Scan hidung dan sinus paranasal adalah sinusitis kronik, trauma (fraktur frontobasal), dan tumor.

Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara-cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.

CT Scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi

hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya.

Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis sinusitis kronik yang tidak

membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi

sinus. 1

3

Page 4: Sinusitis Maksilaris Akut

Sinuskopi Pemeriksaan ke dalam sinus maksila menggunakan endoskop. Endoskop dimasukan

melalui lubang yang dibuat di meatus inferior atau di fosa kanina. Dengan sinuskopi dapat

dilihat keadaan di dalam sinus, apakah ada sekret, polip, jaringan granulasi, massa tumor atau

kista, bagaimana keadaan mukosa dan apakah ostiumnya terbuka.

Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus

inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya

dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi. 1

Pemeriksaan Mikrobiologik Pemeriksaan mikrobiolgik dan tes resistensi dilakukan dengan

mengambil sekret dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotik yang tepat guna.

Lebih baik lagi diambil sekret yang keluar dari pungsi sinus maksila. 1

Gambar : foto kepala posisi Waters

Gambar 1: Sinus paranasal normal pada foto Waters

Gambar 2: Cornal CT scan of patient with significant right

maxiallry and ethmoid sinus onstruction and air-fluid level of

4

Page 5: Sinusitis Maksilaris Akut

left maxillary sinus

    Source: James A Hadley, MD.

Diagnosis Kerja

Sinusitis adalah kondisi klinis yang karakteristiknya berupa radang pada mukosa sinus

paranasalis. Sinusitis diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa

sinus disebut multisinusitis. Bila mengenai semua sinus paranasalis disebut pansinusitis.2

Sinusitis maksilaris adalah peradangan pada mukosa sinus maksilaris. Sinusitis maksilaris

diklasifikasikan menjadi akut, sub akut dan kronik. Sinusitis akut bila gejalanya berlangsung

beberapa hari sampai 4 minggu. Sinusitis subakut bila berlangsung dari 4 minggu sampai 3 bulan

dan sinusitis kronis bila berlangsung lebih dari 3 bulan. Sinusitis akut bila terdapat tanda-tanda

radang akut, sinusitis subakut bila tanda-tanda radang akut sudah reda dan sinusitis kronik bila

terjadi perubahan histologis mukosa sinus yang irreversible, sehingga untuk menentukan

sinusitis tersebut akut,subakut atau kronik diperlukan pemeriksaan histopatologis. 2

5

Page 6: Sinusitis Maksilaris Akut

Gambar 3: Perbandingan sinus maxillaris normal dengan sinusitis maxillaris

Diagnosis Banding

1. Sinusitis Frontalis Akut

Sinusitis frontal menimbulkan keluhan yang sama seperti pada sinusitis maksila. Pada

sinusitis frontal, keluhan nyeri terutama letaknya terlokalisasi di antara dan di atas kedua

mata., nyeri tekan di tempat keluarnya n. Supraorbita, kadang ditemukan edema ringan di

kelopak mata atas. Pengobatan medikamentosa sama dengan pengobatan pada sinusitis

maksila dengan catatan bahwa pemberian antibiotika mutlak perlu. Apabila ada demam

yang tinggi atau keluhan nyeri yang sangat berat, dapat dibuat lubang dengan bor melalui

insisi pada alis mata agar nanah dapat dikeluarkan. Biasanya dipasang salir (drain) agar

dapat dilakukan pembilasan dengan garam-fisiologis dan dekongestan untuk beberapa

hari.9

2. Sinusitis Etmoidalis Akut

Sinusitis etmoidalis akut akan menimbulkan keluhan yang sama dengan sinusitis maksila.

Pada anak-anak sering timbul pembengkakan peri-orbital, terutama disudut mata bagian

medial. Pengobatannya sama dengan yang dilakukan pada sinusitis maksila. Di samping

pungsi rahang, pemberian antibiotika dan luksasi konkamedia ke arah medial perlu

dilakukan dan kadang-kadang perlu dilakukan etmoidektomi (endonasal). Perawatan di

rumah sakit pada anak-anak perlu dilakukan karena pada anak-anak cepat timbul selulitis

6

Page 7: Sinusitis Maksilaris Akut

orbita, abses subperiosteal, dan komplikasi intrakranial seperti meningitis serta trombosis

sinus kavernosus.9

3. Sinusitis Sfenoidalis Akut

Sinusitis sfenoid adalah gambaran penyakit yang sulit ditegakkan diagnosisnya tanpa

pemeriksaan radiologi, yaitu dengan CT-scan. Sebagai suatu gambaran penyakit

tersendiri, kondisi ini sangat jarang ditemukan, melainkan seringkali terlewatkan tanpa

diketahui. Pasien mengeluh nyeri kepala di puncak kepala (vertex) dan kadang-kadang di

belakang kepala. Komplikasi yang khas adalah pengurangan visus karena tekanan ciasma

optikum.9

Etiologi

Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam rinitis

terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelaianan anatomi

seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio meatal (KOM), infeksi

tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindroma Kartagener, dan

di luar negri adalah penyakit fibrosis kistik.1

Infeksi virus

Sinusitis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran napas atas; virus yang lazim

menyerang hidung dan nasofaring juga menyerang sinus karena mukosa sinus paranasalis

berjalan kontinu dengan mukosa hidung. 1

Bakteri

Edema dan hilangnya fungsi silia normal pada infeksi virus menciptakan suatu

lingkungan yang ideal untuk perkembangan infeksi bakteri. Infeksi ini sering kali melibatkan

lebih dari satu bakteri. Organisme penyebab sinusitis akut mungkin sama dengan penyebab otitis

media. Yang sering ditemukan dalam frekuensi yang makin menurun adalah Streptococcus

pneumonia (30-50%), Haemophilus influenza (20-40%), Moraxella catarrhalis (4%), bakteri

anerob, Branhamella catarrhalis, streptokok alfa, Staphyolococcus aureus, dan Streptococcus

pyogenes. Selama suatu fase akut, sinusitis kronik dapat disebabkan oleh bakteri yang sama

seperti yang menyebabkan sinusitis akut. 1

7

Page 8: Sinusitis Maksilaris Akut

Namun, karena sinusitis kronik biasanya berkaitan dengan drainage yang tidak adekuat

ataupun fungsi mukosiliar yang terganggu, maka agen infeksi yang terlibat cenderung

opurtunistik, dimana proporsi terbesar merupakan bakteri anaerob. Bakteri aerob yang sering

ditemukan dalam frekuensi yang makin menurun antara lain Staphyolococcus aureus,

Streptococcus viridians, Haemophilus influenza, Neisseria flavus, Staphyolococcus epidermidis,

Streptococcus pneumonia, dan Eischerichia coli. Bakteri anaerob termasuk Peptostreptococcus,

Corynebacterium, Bacteroides, dan Veillonella. Infeksi campuran antar organisme aerob dan

anaerob seringkali terjadi. 1

Infeksi Jamur

Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan jamur

yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang

tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur.3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat, lebih dari 30 juta orang menderita sinusitis. Virus adalah penyebab

sinusitis akut yang paling umum ditemukan. Namun, sinusitis bakterial adalah diagnosis

terbanyak kelima pada pasien dengan pemberian antibiotik. 5 milyar dollar dihabiskan setiap

tahunnya untuk pengobatan medis sinusitis, dan 60 milyar lainnya dihabiskan untuk pengobatan

operatif sinusitis di Amerika Serikat.4

Sinusitis adalah penyakit yang banyak ditemukan di seluruh dunia, terutama di tempat

dengan polusi udara tinggi. Iklim yang lembab, dingin, dengan konsentrasi pollen yang tinggi

terkait dengan prevalensi yang lebih tinggi dari sinusitis. Sisnusitis maksilaris adalah sinusitis

dengan insiden yang terbesar. 4

Patogenesis

8

Page 9: Sinusitis Maksilaris Akut

Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae telah disepakati sebagai

patogen primer pada sinusitis bakterial, selain itu M. Cattarhalis juga didapatkan pada

sinusitis maksilaris (40% pada anak-anak)5

Faktor-faktor predisposisi sinusitis maxillaris adalah obstruksi mekanik, rinitis

kronis serta rinitis alergi, polusi, udara dingin dan kering, riwayat trauma, menyelam,

berenang, naik pesawat, riwayat infeksi pada gigi, infeksi pada faring. Rinitis merupakan

faktor predisposisi yang paling penting dalam terbentuknya sinusitis1

Pada saat terjadi infeksi baik infeksi virus dan bakteri,akan terjadi reaksi radang

yang salah satunya berupa edema. Edema tersebut terjadi di daerah kompleks ostiomeatal

yang sempit. Mukosa yang saling berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak

dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan

ventilasi di dalam sinus, lendir yang diproduksi oleh muksa sinus akan menjadi kental.

Lendir yang kental tersebut menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen.

Bila sumbatan berlangsung terus menerus maka akan terjadi hipoksia dan retensi lendir

sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob.1,5

Pada infeksi virus, virus juga memproduksi enzim dan neuraminidase yang

mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia. Hal ini

menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih

kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri pathogen. 1

Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus

dan akan memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob.

Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktiviitas

leukosit. 1

9

Page 10: Sinusitis Maksilaris Akut

Gambar 4: Patofisiologi sinusitis maxillaris

Gejala Klinis

Demam, malaise.

Nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian aspirin. Sakit

dirasa mulai dari pipi ( di bawah kelopak mata ) dan menjalar ke dahi atau gigi. Sakit

bertambah saat menunduk.

Wajah terasa bengkak dan penuh.

Nyeri pipi yang khas : tumpul dan menusuk, serta sakit pada palpasi dan perkusi.

Kadang ada batuk iritatif non-produktif.

Sekret mukopurulen yang dapat keluar dari hidung dan kadang berbau busuk.

Adanya pus atau sekret mukopurulen di dalam hidung, yang berasal dari metus

media, dan nasofaring.

Penurunan atau gangguan penciuman.1

Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan dari sinusitis adalah mengembalikan fungsi silia mukosa,

memperbaiki drainase, eradikasi bakteri dan menghilangkan keluhan nyeri

Terapi Medikamentosa1,6,7

o Antibiotik (diberikan minimal 2minggu):

Lini pertama:

Amoxycilline 3x500mg.

10

Page 11: Sinusitis Maksilaris Akut

Cotrimoxazole 2x1tablet.

Erythromycine 4x500mg.

Lini kedua:

Bila ditemukan kuman menghasilkan enzim beta-laktamase

diberikan kombinasi Amoxycilline+Clavulanic acid, cefaclor atau

cephalosporine generasi II atau III oral

o Dekogestan

Topikal:

Solusio Efedrin 1% tetes hidung

Oxymethazoline 0,025% tetes hidung untuk anak, 0,05%

semprot hidung. Jangan digunakan lebih dari 5 hari

Sistemik:

Fenil Propanolamine

Pseudoefedrine 3x60mg

o Mukolitik: N-acetytilcystein, bromhexine

o Analgesik/antipiretik (bila perlu):

Parasetamol 3x500mg

Metampiron 3x500mg

o Antihistamin (diberikan pada penderita dengan latar belakang alergi)

CTM

Loratadine

Tindakan non invasif1,6,7

o Diatermi dengan gelombang pendek. Digunakan pada sinusitis subakut

sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi

sinus.

o Irigasi sinus maxilla

Dilakukan bila resorpsi sekret sinus maxilla tidak adekuat

Bila keadaan akut telah reda dan demam berkurang baru dapat dilakukan

irigasi melalui ostium. Bila sekresi berlebih atau tidak dapat dilakukan

melalul ostium, maka dinding antral dibawah concha inferior dibuan

suatu iubang dengan antral trokar.

11

Page 12: Sinusitis Maksilaris Akut

Gambar 5: Gambar Irigasi Sinus

Tidakan pembedahan1,6,7

o Dilakukan bila pengobatan konservatif gagal yaitu dengan mengangkat mukosa

yang patologis dan membuat drainase sinus yang terkena. Tipe pembedahan

yang dilakukan adalah antrostomi intra nasal dan operasi Caldwell-Luc.

Gambar 6: Operasi Caldwell-Luc

12

Page 13: Sinusitis Maksilaris Akut

Teknik Operasi Caldwell-Luc:

Operasi ini dilakukan dibawah anastesi umum endotracheal atau

dengan blok syaraf maksila. Jika menggunakan anastes endotracheal maka

dapat diberikan injeksi lokal vaso konstriktor yang efeknya untuk

mengurangi perdarahan di daerah operasi.

Insisi dibuat pada batas gusi dibawah gingivo labial folg sisi posterior

gigi C sampai M1 dan M2. Mukosa periosteum diangkat dari fosa kanina dan

dikaitkan dengan 2 retraktor. Antrum dibuka dengan menggunakan pahat

atau bor kemudian selaput mukosa sinus diinsisi, sehingga tampak rongga

sinus maksilaris. Dinding atronasal pada meatus nasi inferior diangkat dan

selaput mukosa pada sisi hidung dari dinding antro nasal dibuka, sehingga

terbentuk suatu lubang. Sinus maksilaris terbuka dan dibuat hubungan

antara rongga hldung dan sinus maksilaris melalui dinding antro nasal

dibawah turbinate nasalis inferior, untuk menjamin drainage yang tetap

kedalam hidung. Insisi sub labial dijahit dengan jahitan interupted

o Selain itu ada pembedahan non radikal yaitu dengan Bedah Sinus Endoskopi

Fungsional (BSEF), yang telah menjadi tindakan pembedahan utama untuk

menangani sinus. Prinsipnya adalah membuka dan membersihkan daerah ostio-

meatal yang menyadi sumber penyumbatan dan infeksi sehingga ventilasi dan

drainase menjadi lancar kembali melalui ostium alami. Tingkat

keberhasilannya mencapai 90% dengan tanpa meninggalkan jaringan parut

Komplikasi

1 Selulitis orbita dan abses

Komplikasi ini terjadi secara langsung melalui atap rongga sinus maksilaris atau

karena penjalaran infeksi melalui sinus etmoid dan sinus frontalis. Rasa nyeri

disekitar mata diikuti pembengkakan kelopak mata dan konjunctiva, gerakan bola

mata terbatas. Pasien mengeluh rasa sakit yang hebat dan bila mengenai N.

Optikus akan menyebabkan kebutaan. Apabila tidak dilakukan perawatan, selulitis

orbita ini akan menjadi abses.8

13

Page 14: Sinusitis Maksilaris Akut

2 Meningitis

Biasanya disebabkan karena perluasan langsung dari sinusitis maksilaris atau

tromboflebitis yang menyebar. 8

3 Abses otak

Merupakan kelanjutan peradangan otak, biasanya ditandai dengan adanya

gangguan ingatan, sikap dan tingkah laku serta sakit kepala yang hebat. 8

4 Mukokel

Terjadi akibat adanya penimbunan dan retensi sekresi mukus dan mukoid

sehingga terjadi penyumbatan osteum sinus. Jika terdapat pus didalam sinus

dikenal sebagai mukokel atau piokel. 8

5 Trombosis sinus cavemosus

Keadaan ini terjadi akibat adanya infeksi melalui vena, memiliki tanda yang mirip

dengan abses orbita, biasanya meliputi kedua sisi. Penyebaran infeksi ini

berlangsung cepat dan pasien dapat meninggal. 8

6 Fistula oro antral

Fistula ori antral didefinisikan sebagai lubang sinus yang bertahan selama lebih

dari 48 jam, lubang ini terbentuk setelah pembedahan (sengaja atau tidak sengaja)

dan akibat trauma pada sinus dan jarang sekali disebabkan cacat perkembangan

atau infeksi. Tidak semua lubang kearah antrum akan menyebabkan fistula.

Fistula lebih mungkin terjadi bila lubang yang terbentuk lebih dari 3 mm dan

melibatkan dasar, adanya sinusitas serta bila perawatan yang dilakukan tidak

memadai. Keluhan pasien biasanya adalah masuknya isi rongga mulut kedalam

hidung, keluarnya udara kedalam mulut dan rasa tidak enak. Rasa sakit jarang

dikeluhkan kecuali bila ada infeksi. 8

7 Osteomyelitis

Terjadi karena perluasan proses nekrosis, pada dinding sinus maksilaris.

menghasilkan nanah yang dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Hal ini dapat

juga terjadi akibat kesalahan perawatan pada sinusitis maksilaris akut. Bila

keadaan ini tidak dirawat akan menyebar keseluruh maksila, orbita dan dinding

lateral rongga hidung. 8

14

Page 15: Sinusitis Maksilaris Akut

Pencegahan

Walaupun tidak dapat mencegah semua penyakit sinusitis maksilaris, namun dapat

melakukan sesuatu dalam rangka mengurangi parahnya serangan tersebut, misalnya :

Dengan zat humidifier terutama jika ruang udara dalam rumah dipanaskan dengan sistem

udara kering.

Elektrostatis filter yang dilengketkan pada perlengkapan AC berguna dalam memindahkan

semua allergen dari udara.

Menghindari rokok, polutan udara, minuman beralkohol, berenang dan menyelam. 3

Prognosis

Dengan pengobatan yang adekuat maka prognosis sinusitis maksilaris adalah baik, dan

prognosis buruk bila telah terjadi komplikasi.3

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal.Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis

maksila dan sinusitis etmoid. Sinusitis maksilaris dapat terjadi akut, berulang atau kronis.

Sinusitis akut dapat disebabkan oleh rinitis akut, infeksi faring, infeksi gigi rahang atas

(dentogen), trauma. Gejala klinis dapat berupa demam dan rasa lesu. Pada hidung dijumpai ingus

kental. Dirasakan nyeri didaerah infraorbita dan kadang-kadang menyebar ke alveolus.

Penciuman terganggu dan ada perasaan penuh dipipi waktu membungkuk ke depan. Pada

pemeriksaan tampak pembengkakan di pipi dan kelopak mata bawah. Pada rinoskopi anterior

tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di

nasofaring (post nasal drip). Terapi medikamentosa berupa antibiotik selam 10-14 hari.

Pengobatan lokal dengan inhalasi, pungsi percobaan dan pencucian. 3

15

Page 16: Sinusitis Maksilaris Akut

Kesimpulan

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal.Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis

maksila dan sinusitis etmoid. Sinusitis maksilaris dapat terjadi akut, berulang atau kronis.

Sinusitis akut dapat disebabkan oleh rinitis akut, infeksi faring, infeksi gigi rahang atas

(dentogen), trauma. Gejala klinis dapat berupa demam dan rasa lesu. Pada hidung dijumpai ingus

kental. Dirasakan nyeri didaerah infraorbita dan kadang-kadang menyebar ke alveolus.

Penciuman terganggu dan ada perasaan penuh dipipi waktu membungkuk ke depan. Pada

pemeriksaan tampak pembengkakan di pipi dan kelopak mata bawah. Pada rinoskopi anterior

tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di

nasofaring (post nasal drip). Terapi medikamentosa berupa antibiotik selam 10-14 hari.

Pengobatan lokal dengan inhalasi, pungsi percobaan dan pencucian.

16

Page 17: Sinusitis Maksilaris Akut

Daftar pustaka

1. Mangunkusumo Endang, Rifki Nusjirwan. Sinusitis, in: Soepardi Efianty A, Iskandar

Nurbaiti, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi 4. Balai

Penerbit FKUI, Jakarta 2000, p. 116-125

2. Soetjipto Damayanti. Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaan Medik Sinusitis,

disampaikan dalam: Simposium Penatalaksanaan Otitis Media Supuratifa Kronik, Sinusitis

dan Demo Timpanoplasti 22-23 Maret 2003, Denpasar, Bali

3. Boies, A. Buku Ajara Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997.

4. Musher DM. Moraxella Catarrhalis and Other Moraxella Species.. In: Kasper DL, Braunwald

E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, editors. Harrison’s Principle of Internal

Medicine. 16th ed. New York, NY: McGraw Hill; 2005. p. 862-3

5. Shames Richard S, Kishiyama Jeffrey L. Disorders of the Immune System, in: McPhee

Stephen J, Lingappa Vishwanath R, Ganong William F, editors. Pathophysiology of Disease:

An Introduction to Clinical Medicine 4th editions. Mc Graw Hill, Philadelphia, 2003. P 31-57

6. Cody DTR, Kern EB, Pearson BW. Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, Cetakan V,

EGC, Jakarta, 1993 : 229 – 44

7. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher. Edisi Ke-13, Jilid

I, Binarupa Aksara, Jakarta, 1994: 250–63

8. Siswantoro,Pawarti D, Soerarso Bakti. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit

Telinga, Hidung, dan Tenggorok RSUD Dr. Soetomo. Edisi 3. Surabaya, 2005

9. Broek P, Feenstra L. Buku saku ilmu kesehatan tenggorok, hidung, dan telinga. Edisi XII. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2010.h.114-6.

17