Rhinosinusitis Maksilaris

51
LONGCASE RHINOSINUSITIS MAKSILARIS AKUT DUPLEX Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Disusun Oleh : Muarrifa Muflihati 20090310064 Diajukan Kepada : dr. Asti Widuri, Sp.THT KL

description

Rhinosinusitis Maksilaris

Transcript of Rhinosinusitis Maksilaris

I

LONGCASE

RHINOSINUSITIS MAKSILARIS AKUT DUPLEX

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti

Ujian Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Muarrifa Muflihati

20090310064

Diajukan Kepada :

dr. Asti Widuri, Sp.THT KLILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK

RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015

BAB I

LAPORAN KASUSI.IDENTITASNama

: Ny. NJenis kelamin

: PerempuanUsia

: 42 tahunAgama

: IslamPendidikan

: -Pekerjaan

: Ibu rumah tanggaAlamat

: Gedongtengen Yogyakarta II.ANAMNESAAnamnesis

: Autoanamnesis Keluhan utama

: Hidung tersumbatKeluhan tambahan

: Kepala bagian dahi serta pipi terasa nyeriRiwayat penyakit sekarang:

Pasien datang ke poliklinik THT dengan keluhan hidung tersumbat sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai pilek yang hilang timbul sejak 3 minggu terakhir. Os mengaku keluar cairan dari hidung yang berwarna putih agak kekuningan dan kental dan tidak berbau. Dirasakan ada ingus yang mengalir dari hidung ke mulut (+). Gejala tersebut kemudian disertai nyeri kepala di daerah sekitar dahi yang menyebar ke daerah pipi dan demam yang suhunya tidak terlalu tinggi. Nyeri tersebut dirasakan terutama bila dalam posisi sujud. Batuk (+) tidak terlalu sering, sedikit, dahak (+). Pasien belum meminum obat apapun untuk mengatasi gejalanya.

Hidung tersumbat dan bersin-bersin terutama pada pagi hari disangkal. Hidung tersumbat yang menetap di sangkal pasien. Riwayat trauma pada daerah muka disangkal, riwayat adanya benjolan atau tumor pada hidung disangkal, riwayat perdarahan pada hidung disangkal. Pasien pernah sakit gigi dan mengaku memiliki gigi berlubang pada gigi geraham yang kedua kiri atas dan geraham yang pertama pada kanan atas yang menghitam dan belum diobati.Riwayat penyakit dahulu:

Riwayat penyakit lain seperti diabetes melitus dan hipertensi juga disangkal os.

Os sebelumnya belum pernah mengalami gejala serupa, asma (-)

Riwayat ISPA (+) 1 tahun yang lalu.Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat asma pada penderita dan keluarga disangkal.III.PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : baik Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital

: TD : 120/70 mmHg

N : 80x/mnt

R : 20x/mnt

T : 36,5 CStatus GeneralisKepala :Simetris

Mata:- Konjungtiva

:Tidak anemis

Sklera

:Tidak ikterik

Pupil : Isokor, CentralLeher : Lihat status lokalisToraks :Dalam batas normal (vesikuler +)Abdomen :Dalam batas normal (s1s2 reguler)Ekstremitas :Edema (-/-)

Sianosis (-/-)Status Lokalis

Telinga

BagianKelainanAuris

Dextra Sinistra

Preaurikula Kelainan kongenital

Radang

tumor

TraumaNyeri tekan tragus --

-

-

---

-

-

-

AurikulaKelainan kongenital

Radangtumor

Trauma --

-

--

-

-

-

RetroaurikulaEdema

Hiperemis

Nyeri tekan

Sikatriks

Fistula

Fluktuasi -

-

-

-

-

--

-

-

-

-

-

Canalis Acustikus Externa Kelainan kongenital

Kulit

Sekret

Serumen

Edema

Jaringan granulasi

Massa -

Tenang-Ada-

-

-

-

Tenang-

Ada--

-

Membrana TimpaniWarna

Intak

Reflek cahaya Putih keabuan(+)(+)

Putih keabuan(+)

(+)

Cavum timpani

Tes PendengaranAuris

Dextra Sinistra

Tes Rinne

Tes Weber

Tes Schwabach :

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

Tidak diperiksaTidak diperiksa

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

Hidung

PemeriksaanNasal

Dextra Sinistra

Keadaan LuarBentuk dan Ukuran

Massa

KulitDalam batas normal

-

Sikatriks (-)Dalam batas normal

-

Sikatriks (-)

Rhinoskopi anterior MukosaSekret

Krusta

Concha inferior

Concha media

Meatus media

Meatus inferior

Septum

Polip/tumor

Pasase udara Hiperemis

(+) mukopurulen-

Oedem (+),

hiperemis (+)

Oedem (+),

hiperemis (+)

Hiperemis (+), secret mukopurulen (+)

Hiperemis (+)Hiperemis(+) mukopurulen -

Oedem (+), hiperemis (+)Oedem (+),

hiperemis (+)

Hiperemis (+), secret mukopurulen (+)

Hiperemis (+)

Tidak ada deviasi

----

Rhinoskopi posteriorMukosa

Koana

Sekret

Torus tubarius

Fossa RosenmullerMassa / tumorPost nasal drip Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

(+)

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa-

+Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

(+)

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa-

+

Palpasi

Sinus ParanasalMassa,

Nyeri tekan,

Nyeri lepas

Sinus Frontalis- / - / -

Sinus Maxillaris- / + / +- / +/ +

Sinus Ethmoidalis- / - / -- / - / -

Pemeriksaan Transluminasi : tidak di lakukanMulut Dan Orofaring

Bagian Keterangan

Mulut Mukosa mulut

Lidah

Gigi geligi

Uvula

Pilar

HalitosisTenangBersih, SimetrisLengkap, caries gigi (+) di radix M2 superior sinistra dan M1 superior dextra

Simetris / tidak deviasiTidak hiperemis / tidak udem

(-)

Tonsil Mukosa

Besar

Kripta :

Detritus :

Perlengketan Tenang / tidak hiperemisT1 T1 Tenang Tidak membesar(-/-)

(-/-)

Faring Mukosa

Granula

Post nasal drip Tenang / tidak hiperemis(-)(+)

Laring Epiglotis

Kartilago aritenoid

Plika ariepiglotis

Plika vestibularis

Plika vokalis

Cincin trachea

Rima glotis

Keterangan :

1. Epiglotis

2. Cartilago aritenoid

3. Plika vestibular

4. Pita vokalis

5. Plika ariepiglotika

6. Rima glottis

7. Cincin trachea

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

Maksilofasial

Bentuk :Simetris

Parese N.Kranialis:Tidak ada

Leher

Kelenjar getah bening:Tidak teraba membesar

Massa :Tidak ada

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto polos (posisi waters):

Kesan: Terdapat air fluid level di daerah sinus maksilaris dextra dan sinistraV. RESUME

Os perempuan, 42 tahun, datang ke Poli THT RS PKU Muhammadiyah dengan keluhan hidung tersumbat sejak 1 minggu lalu. Riwayat pilek 3 minggu lalu yg hilang timbul. Cairan dari hidung (+), kekuningan dan kental. Dirasakan ada ingus yang mengalir dari hidung ke mulut (+). Nyeri sekitar dahi serta pada pipi (+), nyeri bertambah saat posisi sujud (+). Riwayat sakit gigi dan gigi berlubang (+). Dari pemeriksaan fisik ditemukan status generalis dalam batas normal.

Dari pemeriksaan status lokalis;cavum nasi dextra dan sinistra ditemukan mukosa hiperemis (+),

sekret (+)concha inferior dextra dan sinistra hipertrofi (+),Palpasi sinus paranasal; Sinus maxillaris dextra dan sinistra, nyeri tekan dan nyeri lepas (+),Post nasal drip (+).Caries gigi di M2 superior sinistra dan M1 superior sinistra (+)VI. DIAGNOSA KERJA Rhinosinusitis maxillaris akut duplex DD: Rhinitis AlergikaVII. USULAN PEMERIKSAAN Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan apus mukosa hidung

Pemeriksaan kultur dan resistensi CT ScanVIII. PENATALAKSANAANUmum Kompres air hangat, bila ada nyeri di wajah

Jangan berenang dan menyelam

Bila ada nyeri telinga, nyeri menelan atau sakit kepala hebat segera periksa ke dokter Konsultasi ke dokter gigi pro ekstraksi gigi geraham kedua kiri atas dan gigi geraham pertama kanan atasKhusus1. Antibiotik : Claneksi 500mg 3x/hari selama 5 hari

2. Decongestan : Rhinos SR tab 2x/hari selama 5 hari3. Paracetamol 3 x 500 mg 3x/hariX. NASEHAT UNTUK PASIEN1. Hindari mengkorek-korek hidung dan hindari mengeluarkan cairan hidung (ingus) atau kotoran dengan paksa.

2. Berobat atau kontrol kembali bila gejala tidak dirasakn membaik atau bahkan bertambah parah.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA1. DEFINISI SINUS PARANASALSinus paranasal adalah rongga-rongga berisi udara yang dilapisi mukosa yang terletak di dalam tulang wajah dan tengkorak.2. PERKEMBANGAN SINUS PARANASAL

Keempat sinus paranasal mulai berkembang di akhir bulan ke-3 setelah konsepsi, sebagai hasil invaginasi dari rongga hidung. Sinus paranasal pada mulanya berkembang menjadi dinding tulang rawan dan atap dari fosa nasalis melalui proses pneumatisasi (primer) menjadi tulang maksila, tulang sfenoid, tulang frontalis, dan tulang etmoidalis. Sinus-sinus tersebut akhirnya membesar menjadi tulang keras yang disebut pneumatisasi sekunder.

Pneumatisasi dari tulang-tulang paranasal terjadi berbeda-beda pada tiap sinus. Pada sinus maksilaris pneumatisasi primer terjadi pada minggu ke-10 post-konsepsi, di mana terbentuk tulang rawan ectethmoid dari meatus medius. Dan pneumatisasi sekunder untuk menjadi tulang maksila terjadi pada bulan ke-5.

Pada sinus sfenoidales, pneumatisasi primer terjadi pada bulan ke-4 post-konsepsi melalui konstriksi bagian superoposterior dari resesus sfenoethmoid. Dan pneumatisasi sekunder terjadi pada umur 6-7 tahun .

Pada sinus etmoidalis, pneumatisasi primer terjadi ketika sel-sel udara ethmoid yang berasal dari meatus medius dan meatus inferior serta resesus sfenoethmoid menginvasi kapsula nasal ectethmoid. Hal tersebut terjadi pada bulan ke-4 post-konsepsi. Pneumatisasi sekunder terjadi pada saat setelah bayi lahir sampai dengan usia 2 tahun.

Pada sinus frontalis, pneumatisasi primer terjadi dengan adanya invaginasi mukosa di resesus frontalis dari meatus medius fosa nasalis. Proses ini terjadi pada bulan ke-3 sampai ke-4 post-konsepsi. Pneumatisasi sekunder tidak akan terjadi pada usia 6 bulan sampai 2 tahun setelah lahir dan tidak akan terlihat pada pemeriksaan radiografi sampai dengan usia 6 tahun.3. ANATOMI SINUS PARANASALGambar 1. Paranasal Sinuses ( Diambil dari : www.octc.kctcs.edu)

Gambar 2. Schematic representation of the lateral wall of the nasal cavity, with the turbinates removed to expose the sinus ostia.

Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar, yaitu sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga berbentuk rongga dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.

SINUS MAKSILA

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa.

Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah

1. Dasar dari anatomi sinus maksilaris sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehigga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis;

2. Sinusitis maksila dapat menimbulka komplikasi orbita

3. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase kurang baik, lagipula drainase juga harus melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.

SINUS FRONTAL

Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun.

Sinus frontal kana dan kiri biasanya tidak simetris satu lebih besar dari pada lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang.

Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto rontgen menunjukkan adanya infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fossa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini.

Sinus frontalis berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal. Resesus frontal adalah bagian dari sinus etmoid anterior.

SINUS ETMOID

Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara koka media dan dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi antara 4-17 sel (rata-rata 9 sel). Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus etmiod anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di bawah perlekatan konka media, sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak di postero-superior dari perlekatan konka media.

Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontalis. Sel etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyenpitan yang disebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundubulum dapat menyebabkan sinusitis maksilaris.

SINUS SFENOID

Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. Volumenya bervariasi dari 5-7,5 ml. Saat sinus berkembang, pembuliuh darah dan nervus di bagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indentasi pada dinding sinus sfenoid.

Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fossa serebri media dan kelenjar hipofise, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan arteri karotis interna (sering tampak sebagai indentasi) dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fossa serebri posterior di daerah pons.

KOMPLEKS OSTIO-MEATAL (KOM)

Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius, ada muara-muara saluran dari sinus maksilaris, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit, dan dinamaka kompleks ostio-meatal (KOM), terdiri dari infundibulu etmoid yang terdapat di belakang processus unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila.

4. FUNGSI SINUS PARANASAL Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara

lain : Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk mamanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus

Sebagai panahan suhu (thermal insulators)

Sinus paranasal berfungsi sebagai (buffer) panas, melindungi orbita dan fossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.

Membantu keseimbangan kepala

Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi, bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini tidak dianggap bermakana.

Sebagai peredam perubahan tekanan udara

Fungsi ini akan berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin dan beringus.

Membantu produksi mukus

Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk dalam udara.

SINUSITISA. DEFINISI SINUSITIS Sinusitis disebut rhinosinusitis

Sinusitis jarang tanpa disertai rinitis.

Rhinitis = radang membaran mukosa hidung

Sinusitis = radang pada satu atau lebih sinus paranasal

Rhinosinusitis = radang membran mukosa hidung & sinus paranasalSinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid.

Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusuitis sfenoid lebih jarang.

Sinus maksila disebut juga antrum High more, merupakan sinus yang seringter infeksi, oleh karena;

(1) merupakan sinus paranasal yang terbesar,

(2) letakostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret atau drainase dari sinusmaksila hanya tergantung dari gerakan silia,

(3) dasar sinus maksila adalah dasar akargigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila,

(4) ostium sinus maksila terletak di meatus medius , disekitar hiatus semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat.

B. KLASIFIKASI SINUSITISKlasifikasi sinusitis dibuat berdasarkan ;

1. Gejala kliniknya (akut,subakut,kronik)

2. Lokasi anatomik yang terkena.3. Organisme yang brtanggung jawab ( virus,bakteri,jamur)

4. Onset / Perjalanan penyakit

`Menurut Spector dan Benstein (1998) klasifikasi sinusitis adalah

1. Sinusitis akut : Gejala berlangsung selama 3-4 minggu, gejala yang ditimbulkan meliputi infeksi saluran pernafasan atas yang menetap, adanya rhinorea yang purulen, post nasal drip, anosmia, sumbatan hidung, nyeri fasial, sakit kepala, demam dan batuk.

2. Sinusistis kronik: Gejala timbul lebih dari 4 minggu. Beberapa penderita tidak memberikan gejala yang khas sehingga umumnya ditemukan kelainan CT atau MRI.

3. Sinusitis rekuren : Bila episode sinusitis akut berulang hingga 3-4 kali dalam satu tahun dan kemungkinan disebabkan oleh infeksi yang berbeda pada setiap episodenya.

Menurut Adams, berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi atas :

Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu

Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu sampai beberapa bulan

Sinusitis kronik, bila infeksi beberapa bulan sampai beberapa tahun ( bila sudah lebih dari 3 bulan).Klasifikasi rhinosinusitis pada dewasa

Klasifikasi

Durasi

History, examination

Special notes

AkutUp to four weeks

The presence of two or more Major signs and symptoms; one Major and two or more Minor signs or symptoms; or nasal purulence on examination*

Fever or facial pain/pressure does not constitute a suggestive history in the absence of other nasal signs and symptoms. Consider acute bacterial rhinosinusitis if symptoms worsen after five days, if symptoms persist for 10 days or with symptoms out of proportion to those typically associated with viral infection.

Subacute

Four to