Karsinoma Sinus Maksilaris

25
KARSINOMA SINUS MAKSILARIS Stephanie Sutanto / 406127082 PEMBIMBING : DR NURLINA M RAUF, SP.THT -KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA PERIODE 15 SEPTEMBER 2014 – 18 OKTOBER 2014

description

karsinoma sinus paranasal yang tersering ( karsinoma sinus maksilaris)

Transcript of Karsinoma Sinus Maksilaris

KARSINOMA SINUS MAKSILARIS

Stephanie Sutanto / 406127082

PEMBIMBING :DR NURLINA M RAUF,

SP.THT -KLFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

PERIODE 15 SEPTEMBER 2014 – 18 OKTOBER 2014

ANATOMI

Sinus paranasal. (A) tampak anterior (B) radiografi posteroanterior (C) tampak paramedia dextra (D) radiografi lateral

Sinus paranasal. (A) tampak anterior (B) radiografi posteroanterior (C) tampak paramedia dextra (D) radiografi lateral

Sinus paranasal. (A) tampak anterior (B) radiografi posteroanterior (C) tampak paramedia dextra (D) radiografi lateral

Sinus etmoid dan sfenoid (potongan horizontal kepala)

Sinus maksila. Potongan koronal melalui rongga hidung

Sinus Maksilaris

Sinus maksila merupakan sinus paranasal terbesar. Secara klinis yang perlu diperhatikan dari anatomi

sinus maksila adalah: (1) dasar sinus maksila sangat dekat dengan akar gigi

rahang atas, infeksi gigi geligi mudah naik ke atas sinusitis

(2) Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita

(3) Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase hanya tergantung dari gerak silia, dan juga harus melalui infundibulum yang sempit.

Karena begitu tipisnya dinding sinus, tumor dapat: mempengaruhi letak bola mata menonjol ke rongga hidung menonjol ke pipi menyebar ke fosa infratemporal di

belakangnya, menyebar ke mulut yang terletak di

bawahnya,

HISTOLOGI

FISIOLOGI

Hingga saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal

Ada yang beranggapan bahwa fs nya a/ meringankan tulang kepala, meredam perubahan tekanan udara yang

drastis dan mendadak membantu produksi mukosa mukus

KARSINOMA SINUS MAKSILARIS

DEFINISI

Karsinoma, atau yang juga sering disebut kanker, adalah sebuah penyakit neoplastik yang secara alamiah bersifat fatal, menunjukkan kemampuan untuk menginvasi dan bermetastasis, dan sangat anaplastik.

Kanker terdiri dari dua kelompok besar, yaitu karsinoma dan sarkoma.

Dalam referat ini istilah karsinoma, kanker, dan karsinoma akan dipergunakan untuk pengertian yang sama, kecuali bila disebut secara khusus.

EPIDEMIOLOGI

Karsinoma sinus maksila sangat jarang terjadi, 0.2 – 0.8% dari seluruh neoplasma, 3% dari karsinoma kepala dan leher, dan 80% dari semua kasus tumor sinus paranasal.

Tumor yang paling sering terjadi urutan pertama a/ karsinoma epidermoid dan karsinoma adenosistik menempati posisi kedua

Karsinoma sinonasal terjadi dua kali lipat lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan, dan seringkali didiagnosa pada pasien berusia 50 – 70 tahun10.

Tumor ganas tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%), disusul oleh karsinoma tanpa diferensiasi dan tumor asal kelenjar.

Sinus maksila adalah yang tersering terkena (65 – 80%), disusul sinus etmoid (15 – 25%), dan hidung (24%); sedangkan sinus sfenoid dan frontal jarang terkena.

ETIOLOGI

Faktor lingkungan berperan penting Pengaruh paparan okupasi terhadap tumor ini mencapai 44% Yang paling dikenal adalah hubungan antara debu kayu dengan adenokarsinoma

Faktor lain : nikel, debu kayu, nikel, minyak isopropil,

serat organik, kromium, volatile hydrocarbon, merokok, alkohol dan gaya hidup

HISTOPATOFISIOLOGI

Neoplasma epitel maligna adalah tumor sinonasal yang paling sering terjadi(45 – 80% dari seluruh neoplasia sinus) tipe paling umum karsinoma sel skuamosa. 60% di sinus maksila

Karsinoma glandular urutan kedua adenokarsinoma merupakan jenis yang paling umum terjadi.

Karsinoma sistik adenoid lebih jarang terjadi dibandingkan adenokarsinoma

Karsinoma mukodermoid bentuk karsinoma glandular yang amat jarang terjadi cenderung bermetastasis jauh

Melanoma sinus < 7% dari seluruh karsinoma sinonasal

STADIUM TUMOR GANAS HIDUNG DAN SINUS PARANASAL

ANAMNESA

Tumor di dalam sinus maksila biasanya tanpa gejala. Gejala timbul setelah tumor besar, mendorong atau menembus dinding tulang, meluas ke rongga hidung, rongga mulut, pipi, atau orbita

Gejala dapat dikategorikan sbb: Gejala nasal Gejala orbital Gejala oral. Gejala fasial. Gejala intrakranial.

PEMERIKSAAN FISIK dan TAMBAHAN

Pemeriksaan yang harus difokuskan a/ pemeriksaan neurologik, oral, dan orbita

1. perhatikan wajah pasien apakah ada asimetri / distorsi,Proptosis (eksoftalmus), kemosis (edema konjungtiva)/bukti terjadinya gangguan otot ekstraokular invasi orbita

2. rhinoskopi anterior deskripsikan massa 3. Palpasi gusi rahang atas dan palatum untuk melihat apakah

ada nyeri tekan, penonjolan, atau gigi goyah4. pemeriksaan mulut melihat derajat keparahan tumor5. pemeriksaan neurologis nervus 1, fs okulomotor dan visus,

serta keterlibatan syaraf-syaraf trigeminal6. Pemeriksaan naso-endoskopik dan sinuskopik7. CT SCAN & MRI

TERAPI

PEMBEDAHAN Bedah sinus endoskopik Midfacial degloving. Rinotomi lateral. Pendekatan dasar tengkorak anterolateral Kraniotomi/kraniofasial

Untuk tumor ganas, tindakan operasi harus seradikal mungkin Maksilektomi radikal dilakukan misalnya pada tumor yang sudah mengenai seluruh dinding sinus maksila

Setelah maksilektomi total pasang prostesis maksila upaya rekonstruksi dan rehabilitasi

operasi bedah plastik untuk perbaikan kosmetis

KEMOTERAPI bermanfaat pada tumor ganas dengan metastasis, residif, atau untuk jenis tumor yang merespon kemoterapi dengan baik

RADIASI memperbaiki gejala-gejala terkait dengan penyebaran tumor lokoregional sambil secara potensial menghambat atau bahkan menghentikan progresivitas tumor

PROGNOSIS

Faktor yang dianggap paling akurat untuk meramalkan prognosis buruk adalah kategori T.

kategori T1 dan T2 survival 5 tahun mencapai 70%, sebaliknya pasien dengan kategori tumor T3 atau T4 umumnya survival 5 tahun sebesar 30%

Tumor yang melibatkan dasar tengkorak anterior memiliki prognosis terburuk