SINTAKSIS

download SINTAKSIS

of 23

description

Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi. Komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan maupun tulisan. Dari dua bentuk komunikasi tersebut, masing-masing membutuhkan keterampilan berbahasa yang memadahi untuk menghasilkan komunikasi yang efektif dan efisien. Efektif dan efisien dalam berbahasa akan sangat dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa khususnya keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk berkomunikasi.Penyusunan kalimat berawal dari pemahaman mengenai makna kata sebagai penyusun kalimat, yang selanjutnya akan membentuk sebuah frase, klausa, dan akhirnya terbentuklah kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga penting pemahaman tentang sintaksis sebagai sebuah cabang ilmu bahasa untuk diketahui agar komunikasi menjadi efektif dan efisien.Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian sintaksis, alat-alat sintaksis, satuan sintaksis dan hubungan antarsatuan sintaksis, serta analisis sintaksis.

Transcript of SINTAKSIS

SINTAKSIS(Pengertian Sintaksis, Alat-Alat Sintaksis, Satuan Sintaksis dan Hubungan Antarsatuan Sintaksis, serta Analisis Sintaksis)

Makalah ini Disusun dalam Rangka Memenuhi TugasMata Kuliah KD Bahasa dan Sastra Indonesia 2Dosen Pengampu: Hartono, M. Hum.

Disusun oleh:Kelompok: 1-A1. Ade Rahma DamayantiK71130012. Adittya HidayatK71130023. Affif Firdaus SubarkahK71130054. Aginia AshariK7113006Kelas: 3-A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2014

17

KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Sintaksis. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia 2.Penulis mengucapkan terima kasih kepada Hartono, M. Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia 2 yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini. Serta berbagai sumber yang penulis pergunakan sebagai referensi dalam makalah ini.Penulis telah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun apabila masih ada kekurangan, kritik dan saran penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.Akhir kata, semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

halamanJUDUL iKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiDAFTAR GAMBAR ivBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah 1 C. Tujuan Penulisan................................................ 1BAB II PEMBAHASANA. Pengertian Sintaksis 2B. Alat-Alat Sintaksis 2C. Satuan Sintaksis dan Hubungan Antarsatuan Sintaksis 3D. Analisis Sintaksis 16BAB III PENUTUPA. Kesimpulan 18DAFTAR PUSTAKA vDAFTAR GAMBAR

halamanGambar 2.1. Skema Jenis Kalimat menurut Faisal (2006) 10

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi. Komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan maupun tulisan. Dari dua bentuk komunikasi tersebut, masing-masing membutuhkan keterampilan berbahasa yang memadahi untuk menghasilkan komunikasi yang efektif dan efisien. Efektif dan efisien dalam berbahasa akan sangat dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa khususnya keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk berkomunikasi.Penyusunan kalimat berawal dari pemahaman mengenai makna kata sebagai penyusun kalimat, yang selanjutnya akan membentuk sebuah frase, klausa, dan akhirnya terbentuklah kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga penting pemahaman tentang sintaksis sebagai sebuah cabang ilmu bahasa untuk diketahui agar komunikasi menjadi efektif dan efisien.Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian sintaksis, alat-alat sintaksis, satuan sintaksis dan hubungan antarsatuan sintaksis, serta analisis sintaksis.

B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian sintaksis?2. Apa saja dan bagaimana alat-alat sintaksis?3. Bagaimana satuan sintaksis dan hubungan antarstuan sintakasis?4. Bagaimana analisis sintaksis?

C. Tujuan Penulisan1. Menjelaskan pengertian sintaksis.2. Menjelaskan alat-alat sintaksis.3. Menjelaskan satuan sintaksis dan hubungab antarsatuan sintaksis.4. Menjelaskan analisis sintaksisBAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian SintaksisSecara etimologi, sintaksis berasal dari Bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Jadi, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian sintaksis.1. Sitindoan menyatakan bahwa sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan hubungan-hubungannya yang terjadi.2. Ramlan (2001) menyatakan bahwa sintaksis ialah cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.3. Manaf (2009) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal yang dibahas adalah frase, klausa, dan kalimat.4. Tarigan (1984) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frase.Jadi, pengertian dari sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membahas hubungan gramatikal antar kata dalam suatu kalimat.

B. Alat-Alat SintaksisDalam setiap bahasa ada seperangkat kaidah yang sangat menentukan apakah kata-kata yang ditempatkan bersama-sama tersebut akan berterima atau tidak. Perangkat kaidah ini sering disebut sebagai alat-alat sintaksis, yaitu urutan kata, bentuk kata, intonasi, dan konektor yang biasanya berupa konjungsi.Keunikan setiap bahasa berhubungan dengan alat-alat sintaksis ini. Ada bahasa yang lebih mementingkan urutan kata daripada bentuk kata. Ada pula bahasa yang lebih mementingkan intonasi daripada bentuk kata. Bahasa Latin sangat mementingkan bentuk kata daripada urutan kata. Sebaliknya, bahasa Indonesia lebih mementingkan urutan kata.

C. Satuan Sintaksis dan Hubungan Antarsatuan SintaksisSintaksis memiliki unsur-unsur pembentuk yang disebut dengan istilah satuan sintaksis. Satuan tersebut adalah kata, frase, klausa, dan kalimat. Pembahasan kata dalam tataran sintaksis berbeda dengan pembahasan kata pada tataran morfologi. Dalam tataran sintaksis, kata merupakan satuan terkecil yang membentuk frase, klausa, dan kalimat. Oleh karena itu kata sangat berperan penting dalam sintaksis, sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai satuan-satuan sintaksis. Kata dapat dibedakan atas dua klasifikasi yaitu kata penuh dan kata tugas. Berikut contohnya.

Saya dan Nina sedang mengerjakan tugas matematika ketika ibu dan kakak sedang memasak gulai ikan.Contoh di atas dapat diklasifikasikan atas:1. Satu kalimat: Saya dan Nina sedang mengerjakan tugas matematika ketika ibu dan kakak sedang memasak sayur asem.2. Dua klausa: Saya dan Nina sedang mengerjakan PR matematika Ibu dan kakak sedang memasak sayur asem3. Enam frase: Saya dan Nina Sedang mengerjakan Tugas matematika Ibu dan kakak Sedang memasak Sayur asemFrase biasa didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak memiliki unsur predikat. Unsur-unsur yang membentuk frase adalah morfem bebas. Ramlan (1981) membagi frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur- unsurnya atas dua jenis, yakni frase endosentrik dan frase eksosentrik.1. Frase endosentrikFrase endosentrik yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat. Frase endosentrik terbagi atas tiga jenis:a. Frase endosentrik koordinatif yakni frase yang unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan dengan kata dan, atau, misalnya : rumah pekarangan kakek nenek suami isterib. Frase endosentrik atributif, yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tidak dapat disisipkan kata penghubung dan, atau, misalnya: buku baru sedang belajar belum mengajarc. Frase endosentrik apositif, yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tidak dapat dihubungan dengan kata dan, atau, misalnya: Almin, anak Pak Darto sedang membaca - ,anak Pak Darto sedang belajar Ahmad, - sedang belajar2. Frase eksosentrik adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya, misalnya: di pasar, ke sekolah, dari kampung. Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, terdiri atas: frase nominal, frase verbal, frase ajektival, frase, pronomina, frase numeralia. (Depdikbud, 1988).a. Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba (kata kerja) sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Misalnya: Kapal laut itu sudah berlabuh Bapak saya belum pergi Ibu saya sedang mencucib. Frase nominal adalah dua buah kata atau lebih yang intinya dari dari nominal atau benda dan satuan itu tidak membentuk klausa. Misalnya: Kakek membeli tiga buah layang-layang. Amiruddin makan beberapa butir telur itik. Syarifuddin menjual tigapuluh kodi kayu besic. Frase adjektival adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah adjektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa. Misalnya: Ibu bapakku sangat gembira Baju itu sangat indah Mobil ferozamu baru sekalid. Frase pronomina adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina (kata ganti) dan hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat. Misalnya: Saya sendiri akan pergi ke pasar Kami sekalian akan bekunjung ke Museum Jogja Kembali Kamu semua akan pergi studi wisata ke Kota Tuae. Frase numeralia adalah dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia (kata bilangan). Misalnya: Tiga buah rumah sedang terbakar Lima ekor burung sedang terbang Sepuluh bungkus kue akan dibelif. Frase preposisi yaitu frase yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda. Misalnya: ke rumah teman dari sekolah untuk sayag. Frase konjungsi yaitu frase yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frase konjungsi selalu mempunyai predikat. Misalnya: Sejak kemarin dia terus diam di situRamlan menyebut frase tersebut sebagai frase keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.

Kridalaksana (1982) bahwa klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya tediri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Sedangkan Ramlan (1981) menyatakan bahwa klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri atas dari P, baik disertai S, O, PEL, dan KET atau tidak. Dengan ringkas klausa ialah (S) P (O), (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.Jadi, klausa adalah satuan sintaksis berbentuk rangkaian kata-kata yang berkonstruksi predikatif. Di dalam klausa ada kata atau frase yang berfungsi sebagai predikat. Selain itu, ada pula kata atau frase yang berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan.Berdasarkan pengertian di atas, klausa adalah satuan gramatik yang unsur-usurnya minimal terdiri atas Subjek-Predikat dan maksimal unsurnya terdiri atas Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap-Keterangan. Misalnya: Saya makan Saya sedang makan nasi Saya sedang makan nasi kemarin Saya sedang memasakkan nasi kakakkuDilihat dari segi kategori kata atau frase yang menduduki fungsi Predikat, klausa terdiri atas klausa nominal, klausa verbal, klausa bilangan, dan klausa depan. ( Ramlan,1981).1. Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frase golongan nomina. Misalnya: Dia seorang sukarelawan (golongan nomina yang berfungsi sebagai predikat) Mereka bukan sopir angkot (golongan nomina yang menunjukkan kelompok orang) Ia guru IPA (golongan nomina yang berfungsi sebagai predikat) Yang dibeli pedagang itu kayu (golongan nomina yang menunjukkan benda)2. Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frase kategori verbal, dan klausa vebal terbagi atas empat jenis, yakni:a. Klausa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang termasuk kategori sifat sebagai pusatnya. Misalnya: Rumahnya sangat luas Motornya sangat mahal Rumahnya indah sekalib. Klausa verbal intransitif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan kata kerja intransitif (tanpa obyek langsung) sebagai unsur intinya. Misalnya: Burung merpati sedang terbang di angkasa Adikku sedang bermain-main di lapangan Pesawat Lion Air belum mendarat di Lanud Hasanuddinc. Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang transitif (dengan obyek langsung) sebagai unsur intinya. Misalnya: Ibuku sedang mencuci piring Pamanku sedang mengajarkan IPS Para mahasiswa sedang mengikuti pelatihan pramukad. Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata verbal yang tergolong kata kerja reflektif. Misalnya: Mereka sedang mendinginkan diri Anak-anak itu sedang menyelamatkan diri Kakek Ady telah mengobati peenyakinyae. Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang termasuk kata keja resiprok (kebalikan). Misalnya: Mereka saling melempar batu karang. Mereka tolong menolong di sungai Anak-anak itu ejek-mengejek di sekolah3. Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frase golongan bilangan. Misalnya: Kaki meja itu empat buah Mobil itu delapan rodanya Rumah panggung itu duapuluh tiangnya4. Klausa depan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frase depan yang diawali kata depan sebagai penanda. Misalnya: Baju dinas itu untuk pegawai pemda Mobil itu dari Amerika Makanan lezat itu buat adik-adikmu

Ahli tata bahasa tradisional menyatakan bahwa kalimat adalah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Keraf (1984) mendefinisikan kalimat sebagai satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap. Kridalaksana (1982) bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seruJadi, kalimat adalah satuan sintaksis yang terdiri dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan dan disertai intonasi final.Berdasarkan bentuknya, kalimat dapat dikelompokkan atas dua jenis: kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kedua jenis kalimat tersebut masing-masing terbagi atas beberapa jenis. Berikut skema yang dikemukakan Faisal (2006).

Gambar 2.1. Skema Jenis Kalimat menurut Faisal (2006)

1. Kalimat TunggalKalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) atau kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa. Contoh: Dia pergi Dia melempar mangga Ahmad pergi ke pasar kemarin soreJenis kalimat tunggal terdiri atas empat macam, yakni kalimat nominal, kalimat verbal, kalimat ajektival, dan kalimat preposisional. Kelima jenis kalimat tunggal tersebut adalah sebagai berikut.a. Kalimat nominal yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda. Misalnya: Ibuku petani sawah Ayahku pegawai kantor pajak. Kakakku tukang kayu.b. Kalimat verbal yakni kalimat tunggal yang predikatnya dibentuk dari kata kerja/ verbal. Kalimat verbal terdiri atas lima macam yakni kalimat verbal intransitif, ekatransitif, dwitransitif, semitransitif, dan pasif.1) Kalimat intransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya tidak memerlukan objek. Misalnya: Pak Dede belum pergi ke kantor Ibunya sedang berenang di kolam2) Kalimat ekatransitif, yakni kalimat tunggal yang predikatnya hanya memerlukan objek tanpa diikuti pelengkap. Misalnya: Saya makan nasi goreng Ibu mencuci pakaian3) Kalimat dwitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya memerlukan objek dan pelengkap. Misalnya: Ali membelikan adiknya baju tadi malam Suwarni mendengarkan lagu di kamar4) Kalimat semitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari semitransitif. Misalnya: Rumah Pak Desa kemasukan pencuri Ibu Aminah kedatangan tamu dari Jakarta5) Kalimat pasif adalah kalimat tunggal yang predikatnya biasanya dari kata kerja berawalan di-. Misalnya: Rumah itu dibeli oleh Pak Alimin Syahid. Mobil itu dijual oleh Toko Mandala.c. Kalimat ajektival yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata sifat atau ajektival. Misalnya: Buku Bahasa Inggrisku sangat tebal Keluarga itu sangat sopan dan bijaksanad. Kalimat preposisional yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau preposisi. Misalnya: Tempat tinggalnya di Jakarta Beras ciliwung itu dari SidrapSedangkan dilihat dari maknanya, kalimat tunggal dapat dikelompokkan atas empat macam, yakni: kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, dan kalimat seru. Berikut penjelasannya.a. Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan bila kita ingin mengutarakan suatu peristiwa atau kejadian yang kita alami dan atau yang dialami orang lain. Misalnya: Ali pergi ke Jakarta kemarin. Jalan itu sangat licin.Kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukan adanya perhatian. b. Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Misalnya: Anak-anak sudah bangun? Ibu belum pulang?Kalimat tanya dapat ditambahkan dengan kata-kata kah, apa, apakah, bukan, dan bukankah. Misalnya: Sudahkah anak-anak bangun? Belum pulangkah ibunya?Terdapat tiga kemungkinan ciri kalimat tanya, yang maksudnya untuk menanyakan sesuatu, yaitu:- mengunakan intonasi tanya, dan atau- menggunakan kata tanya, dan atau- menggunakan partikel -kah.

c. Kalimat perintah adalah kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat perintah mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara. Misalnya: Buatlah satu kalimat yang berpola SPOK! Pergilah ke rumah kakekmu!Kalimat perintah mempunyai beberapa jenis:1) Suruhan, misalnya: Pergi dari sini! Makan obat dahulu baru ke sekolah!Berdasarkan strukturnya kalimat suruh dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:a) Kalimat suruh yang sebenarnya. Misalnya : Datanglah engkau ke rumahku! Berangkatlah sekarang juga!b) Kalimat persilahan. Misalnya : Silahkan Bapak duduk di sini! Silahkan beristirahat!c) Kalimat ajakan. Misalnya : Mari kita berangkat sekarang! Ayo kita bermain sepak bola!d) Kalimat larangan. Misalnya : Jangan engkau membaca buku itu! Janganlah engkau menyakiti hati orang!2) Permintaan, misalnya: Tolong bawa surat ini ke kantor pos! Mohon buatkan meja kayu!3) Memperkenankan, misalnya : Masuklah ke dalam kalau Anda perlu! Silakan keluarlah jika ada yang mau dibeli!4) Ajakan, misalnya: Marilah kita istirahat sejenak! Ayo kita belajar!5) Larangan, misalnya: Jangan pergi hari ini! Tidak boleh pergi pada tengah malam!6) Bujukan, misalnya: Tidurlah ibu menjagamu, sayang! Makan bersama neneklah, nanti saya yang jaga di luar!7) Harapan, misalnya: Mudah-mudahan selamat sampai tujuan! Semoga Anda sukses selalu!d. Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva (Depdikbud, 1988). Misalnya: Alangkah senangnya hidup mereka! Sungguh cerdas anak itu!

2. Kalimat majemukKalimat majemuk adalah kalimat yang di dalamnya terdapat lebih dari satu pola kalimat, misalnya: SP + SP, SPO + SPO; atau kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat (diterangkan) dan anak kalimat (menerangkan). Contoh: Saya minum teh dan bapak minum kopi. (majemuk setara) Kami sedang makan ketika paman datang kemarin. (majemuk bertingkat) Pak Bupati telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para artis nasional, serta dihadiri para pejabat muspida. (majemuk campuran)Kalimat majemuk menurut Keraf (1982) terdiri atas atas tiga jenis yakni: kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.a. Kalimat majemuk setara terbagi atas empat jenis: yakni kalimat mejemuk setara penambahan, kalimat majemuk setara pemilihan, kalimat majemuk setara perlawanan, dan kalimat majemuk setara sebab.1) Kalimat majemuk setara penambahan dalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata-kata penghubung: dan, lagi pula, serta. Misalnya: Adi belajar IPS dan Erni belajar IPA. Tuti sangat pintar mejahit lagi pula sangat baik budi2) Kalimat majemuk setara pemilihan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata-kata pengubung atau, baik... maupun, Misalnya: Engkau mau pergi ke Jakarta atau mau pergi ke Semarang? Pemerintah perlu meningkatkan mutu pendidikan, baik mutu pendidikan dasar-menengah maupun mutu pendidikan tinggi.3) Kalimat majemuk setara perlawanan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata penghubung: tetapi, namun, padahal. Misalnya: Dia mau belajar tetapi diberi hadiah dulu. Meskipun sakit jantung, Ali tetap bekerja di bengkel.4) Kalimat majemuk setara sebab-akibat adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata penghubung: sebab, karena, behubung, akibat. Misalnya: Saya tidak pergi karena sakit. Kamaruddin tidak masuk bekerja sebab pergi ke kampungnya.b. Kalimat majemuk bertingkat terdiri atas dua pola kalimat atau lebih, satu sebagai induk kalimat (diterangkan) dan satu sebagai anak kalimat (menerangkan). Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru, selain pola pola yang sudah ada. Misalnya: Rumah kami kosong waktu pencuri masuk. Pak tani yang rajin itu memberantas hama padi.c. Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat yang terdiri atas sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan. Misalnya: Universitas Negeri makassar telah melaksanakan seminar nasional tentang peningkatan mutu pendidikan, yang dihadiri Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur Sulawesi Selatan, pejabat tinggi lainnya, serta pencinta pendidikan di kota Makassar dan sekitarnya.

D. Analisis SintaksisStruktur kalimat dapat dianalisis dari tiga segi, yaitu segi fungsi, kategori, dan peran semantis.Berdasarkan segi fungsi, struktur kalimat dapat terdiri atas unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.Subjek biasanya didefinisikan sebagai sesuatu yang menjadi pokok, dasar, atau hal yang ingin dikemukakan oleh pembicara atau penulis. Predikat adalah pernyataan mengenai subjek atau hal yang berhubungan dengan subjek. Setelah predikat, biasanya diletakkan objek. Keberadaan objek sangat tergantung pada predikatnya. Jika predikatnya berbentuk verba transitif maka akan muncul objek. Namun, jika predikatnya berbentuk verba intransitif maka yang akan muncul kemudian adalah pelengkap. Unsur selanjutnya adalah keterangan, yaitu unsur kalimat yang berisi informasi tambahan. Informasi tersebut biasanya berhubungan dengan tempat, waktu, cara, dan sebagainya.Kalimat dapat pula dianalisis berdasarkan kategorinya. Dalam tata bahasa tradisional, istilah kategori sering disebut dengan istilah kelas kata. Dalam bahasa Indonesia ada empat kategori sintaksis utama, yaitu: (a) Nomina atau kata benda, (b) Verba atau kata kerja, (c) Ajektiva atau kata sifat, dan (d) Adverbia atau kata keterangan.Analisis yang ketiga adalah analisis sintaksis dari segi peran. Analisis ini berhubungan dengan semantis. Suatu kata dalam konteks kalimat memiliki peran semantis tertentu. Beberapa pakar linguistik menggunakan istilah yang berbeda untuk pembicaraan peran-peran dalam sintaksis, namun sebenarnya substansinya sama.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanSintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membahas hubungan gramatikal antar kata dalam suatu kalimat. Sintaksis memiliki unsur-unsur pembentuk yang disebut dengan istilah satuan sintaksis. Satuan tersebut adalah kata, frase, klausa, dan kalimat.Kata merupakan satuan terkecil yang membentuk frase, klausa, dan kalimat. Frase didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak memiliki unsur predikat. Klausa adalah satuan sintaksis berbentuk rangkaian kata-kata yang berkonstruksi predikatif. Dan kalimat adalah satuan sintaksis yang terdiri dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan dan disertai intonasi final.Struktur kalimat dapat dianalisis dari tiga segi, yaitu segi fungsi, kategori, dan peran semantis. Berdasarkan segi fungsi, struktur kalimat dapat terdiri atas unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Sedangkan analisis berdasarkan kategorinya, ada empat kategori sintaksis utama, yaitu: (a) nomina atau kata benda, (b) verba atau kata kerja, (c) ajektiva atau kata sifat, dan (d) adverbia atau kata keterangan. Analisis yang ketiga adalah analisis sintaksis dari segi peran. Analisis ini berhubungan dengan semantis. Suatu kata dalam konteks kalimat memiliki peran semantis tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. (peny), (2000). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Chaer, Abdul. (1994). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.Parera, J.D. (1988). Sintaksis. Jakarta: Gramedia.Verharr, J.W.M. (1978). Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.