Sepsis

16
  BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi dan anak. Bayi menjadi fokus dalam setiap program kesehatan karena dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya setiap saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan. Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu pertama meninggal pada hari pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi dengan berat lahir rendah. Kurang lebih 99% kematian bayi ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat. Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia 54 per 1.000 kelahiran hidup dan tahun 2006 menjadi 49 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2006 AKB di Afrika sebesar 94 per 1.000, Mediterania Timur 62 per 1.000, Asia Tenggara 52 per 1.000, Pasifik Barat 20 per 1.000, Amerika 18 per 1.000 dan Eropa 14 per 1.000 kelahiran hidup. Di Bangladesh  Infant Mortality Rate (IMR) dan Neonatal Mortality Rate (NMR) pada tah un 2004 adalah 56 d an 42 per 1. 000 kelahiran hidup dan penyebab tersering dari kematian ini adalah asfiksia perinatal (29%), infeksi neonatus (32%) dan kelahiran prematur (24%). WHO juga mengatakan terdapat 5 juta kematian neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) setiap tahun dengan NMR sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang . Angka kematian bervariasi di negara-negara berkembang yaitu antara 11-68 per 1.000 kelahiran hidup di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Secara khusus NMR di Asia Tenggara adalah 39 per 1.000 kelahiran hidup.

Transcript of Sepsis

Page 1: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 1/16

 

BAB I 

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan

kelangsungan hidup bayi dan anak. Bayi menjadi fokus dalam setiap program kesehatan

karena dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya setiap saat menghadapi berbagai

ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan dan kematian akibat berbagai

masalah kesehatan.

Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama

kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari yang

meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Dua pertiga dari yang

meninggal pada minggu pertama meninggal pada hari pertama. Penyebab utama kematian

pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia,

sepsis dan komplikasi dengan berat lahir rendah. Kurang lebih 99% kematian bayi ini terjadi

di negara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini

dan pengobatan yang tepat.

Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 Angka

Kematian Bayi (AKB) di dunia 54 per 1.000 kelahiran hidup dan tahun 2006 menjadi 49 per

1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2006 AKB di Afrika sebesar 94 per 1.000, Mediterania

Timur 62 per 1.000, Asia Tenggara 52 per 1.000, Pasifik Barat 20 per 1.000, Amerika 18 per

1.000 dan Eropa 14 per 1.000 kelahiran hidup. Di Bangladesh   Infant Mortality Rate (IMR)

dan Neonatal Mortality Rate (NMR) pada tahun 2004 adalah 56 dan 42 per 1.000 kelahiran

hidup dan penyebab tersering dari kematian ini adalah asfiksia perinatal (29%), infeksi

neonatus (32%) dan kelahiran prematur (24%). WHO juga mengatakan terdapat 5 juta

kematian neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) setiap tahun dengan NMR

sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara

berkembang. Angka kematian bervariasi di negara-negara berkembang yaitu antara 11-68 per

1.000 kelahiran hidup di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Secara khusus NMR di Asia

Tenggara adalah 39 per 1.000 kelahiran hidup.

Page 2: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 2/16

AKB di Indonesia termasuk salah satu yang paling tinggi di dunia. Hal itu terlihat dari

perbandingan dengan jumlah AKB di negara tetangga seperti Malaysia yang telah mencapai

10 per 1.000 kelahiran hidup dan Singapura dengan 5 per 1.000 kelahiran hidup.8 Hasil

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh AKB di Indonesia

sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. AKB terendah dimiliki oleh Propinsi DI Yogyakarta

sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 25 per

1.000 kelahiran hidup, dan Kalimantan Timur serta Jawa Tengah sebesar 26 per 1.000

kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi dimiliki oleh Propinsi Sulawesi Barat (74 per

1.000 kelahiran hidup), diikuti oleh Nusa Tenggara Barat (72 per 1.000 kelahiran hidup) dan

Sulawesi Tengah (60 per 1.000 kelahiran hidup). Di propinsi Bengkulu, pada tahun 2004

dilaporkan AKB sebesar 8 per 1.000 kelahiran hidup.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 melaporkan bahwa angka

kematian neonatal sebesar 180 kasus. Menurut umur kematian, 79,4% dari kematian neonatal

terjadi pada usia 0-7 hari dan 20,6% terjadi pada usia 8-28 hari. Proporsi kematian neonatal

sebesar 39% dari semua kematian bayi.

Laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 data tahun (2000-

2003) menyebutkan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan oleh penyakit infeksi,

diantaranya : sepsis, pneumonia, tetanus, dan diare. Sedangkan, 23% kasus disebabkan oleh

asfiksia, 7% kasus disebabkan oleh kelainan bawaan, 27% kasus disebabkan oleh Bayi

Kurang Bulan dan Bayi Berat Lahir Rendah, serta 7% kasus oleh sebab lain.

Infeksi merupakan penyebab kematian bayi terbanyak. Salah satu infeksi yang terjadi

pada bayi adalah sepsis neonatorum. Sepsis neonatorum merupakan suatu infeksi bakteri

berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Sepsis adalah penyebab signifikan

morbiditas dan mortalitas pada neonatus.5 Menurut penelitian Demsa Simbolon tahun 2008

dengan menggunakan desain penelitian kasus kontrol di Indonesia, infeksi bakteri 5 kali lebih

sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih

sering terjadi pada bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam

waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih

kemungkinan disebabkan oleh infeksi nosokomial.

  Incidence rate sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu 1,8  –  18 per 1.000

kelahiran hidup dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 12-68%, sedangkan di negara maju

Page 3: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 3/16

incidence rate sepsis berkisar antara 3 per 1.000 kelahiran hidup dengan CFR 10,3%. Di

Amerika Serikat, kematian akibat sepsis setiap tahun mencapai 70.000 orang. Kira-kira

500.000 kasus baru mengalami infeksi dan sepsis dengan CFR mencapai 35%.13  Incidence

rate sepsis neonatal di Bangladesh adalah 20-30 per 1.000 dan kematian bervariasi dari 15-

25%.5 Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) 10 penyebab kematian

bayi pada tahun 2006 di Amerika Serikat adalah lahir cacat sebanyak 5.819 kasus, berat lahir

rendah dan prematuritas sebanyak 4841 kasus, Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

sebanyak 2.323 kasus, komplikasi pada ibu sebanyak 1.683 kasus, kecelakaan/cedera yang

tidak disengaja sebanyak 1.147 kasus, komplikasi plasenta, tali pusat dan ketuban sebanyak 

1140 kasus, gangguan pernafasan pada bayi baru lahir sebanyak 825 kasus, sepsis bakteri

pada bayi baru lahir sebanyak 807 kasus, perdarahan neonatal sebanyak 618 kasus, dan

penyakit pada sistem sirkulasi sebanyak 543 kasus.

Di Indonesia, angka sepsis neonatorum belum banyak dilaporkan.  Incidence sepsis

neonatorum di beberapa rumah sakit rujukan berkisar antara 1,5-3,72%, sedangkan CFR

berkisar antara 37-80%. Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Jakarta, dalam periode Januari-September 2005, incidence sepsis neonatorum sebesar 13,68%

dengan CFR sebesar 14,18%.16 Menurut penelitian Nugrahani, dkk tahun 2005 dengan

menggunakan rancangan penelitian uji diagnostik potong lintang di RS Dr. Sardjito

Yogyakarta, jumlah kasus sepsis neonatorum menunjukkan variasi dari tahun ke tahun. Data

yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medik RS. Dr. Sardjito, rata-rata jumlah kasus 3 tahun

terakhir kurang lebih 45 per tahun (4,22%) dan CFR 42,9%.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan diperoleh

 jumlah penderita sepsis neonatorum tahun 2005-2009 sebanyak 119 kasus yaitu tahun 2005

terdapat 8 kasus, tahun 2006 terdapat 41 kasus, tahun 2007 terdapat 20 kasus, tahun 2008

terdapat 27 kasus, dan tahun 2009 terdapat 23 kasus. Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita sepsis neonatorum

yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009.

Page 4: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 4/16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik 

dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat

berlangsung cepat sehungga seringkali tidak terpantau, tanpa pengobatan yang memadai

bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48jam.(perawatan bayi beriko tinggi, penerbit

buku kedoktoran, jakarta : EGC).

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat

minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1

dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).

2.2 Etiologi

Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri:

1.  Ketuban pecah sebelum waktunya

2.  Perdarahan atau infeksi pada ibu.

3.  Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri, jenis

bakteri bervariasi tergantung tempat dan waktu:

  Streptococus group B (SGB)

  Bakteri enterik dari saluran kelamin ibu

  Virus herpes simplek 

  Enterovirus

  E. Coli

  Candida

  Stafilokokus

Page 5: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 5/16

2.3 Penyakit penunjang

  Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan

  Perawatan antenatal yang tidak memadai

  Ibu menderita eklampsia, diabetes mellitus

  Pertolongan persalina yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.

  Kelahiran kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan.

  Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus.

  Tidak menerapakan rawat gabung

  Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak 

  Ketuban pecah dini

2.4 Tanda Gejala

1.  Bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu

tubuhnya turun-naik.

2.  Gejala lainnya adalah: gangguan pernafasan, Kejang, Jaundice (sakit kuning)Muntah,

Diare, Perut kembung.

3.  Gejalanya tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:

  Infeksi pada tali pusar (omfalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah atau

darah dari pusar.

  Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak bisa menyebabkan

koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau

penonjolan pada ubun-ubun

  Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada

lengan atau tungkai yang terkena

  Infeksi pada persendian bisa menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri

tekan dan sendi yang terkena teraba hangat

  Infeksi pada selaput perut (peritonitis) bisa menyebabkan pembengkakan perut

dan diare berdarah.

Page 6: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 6/16

2.5 Patofisiologi

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui

beberapa cara yaitu:

a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir

Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk 

ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Penyebab infeksi adalah virus yang

dapat menembus plasenta antara lain:virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,

influenza, parotitis. Bakteri yang melalui jalur ini antara lain: malaria, sipilis, dan

toksoplasma.

b. Pada masa intranatal atau saat persalinan

Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik 

mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya

kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain yaitu pada saat persalinan,

kemudian menyebabkan infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau  port 

de entre, saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman ( misalnya:herpes genetalia, candida albicans, gonorrhea).

c. Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan

Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi sesudah kelahiran, terjadi

akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat

penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau

dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi, dapat menyebabkan

terjadinya infeksi nasokomial. Infeksi juga dapat melalui luka umbilikus. (Surasmi,

2003)

Page 7: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 7/16

Phatway

( Bobak : 2005 )

Invasi Bakteri dan kontaminasi sistemik 

Pelepasan endotoksi oleh bakteri

Perubahan fungsi miokaridum hipotalamus

Gangguan proses pernapasan pusat termuregulator

Gangguan fungsi mitokondria ketidak stabilan suhu

Kekacauan metabolic yang progresif 

Kerusakan dan kematian sel

Penurunan perfusi jaringan

Asidosis metabolik 

Syok septik insufisiensi

Disseminated Intravasculer coagulation

Sepsis neonatorum

Page 8: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 8/16

2.6 Penatalaksanaaan

1.  Terapi Suportif 

Segera berikan cairan secara parentral untuk memperbaiki gangguan sirkulasi,

mengatasi dehidrasi dan kelainan metabolik. Berikan oksigen bila didapat gangguan

respirasi/sodroma gawat napas.bila ditemukan hiperbiliribinemia lakukan foto

terapi/tranfusi tukar. Bila sudah makan per oral beri ASI atau susu formula.

2.  Terapi Spesifik 

Segera berikan anti biotika polifragmasi :

  Tersangka infeksi.

-  Ampisilin, dosis 100 mg/kg BB/ hari.dibagi 2 dosis

-  Gentamisin, dosis 21/2 mg/ kgBB/ 18jam. Im sekali pemberian untuk bayi cukup

bulan.

-  Gentasimin, dosis 21/2 kgBB/24 jam, sekali pemberian, untuk bayi kurang

bulan.

-  lama pemberian 3-5 hari dinilai apakah menjadi sepsis. Kalau tidak 

antibiotika,dapat dihentikan.

  Sepsis Neonatorum

-  Pilihan pertama : Ceftazidim 50 mg/kgBB/hari, iv, dibagi 2 dosis.

-  Bila tidak ada perbaikan klunis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin

memburuk, pertimbangkan pindah ke antibiotika lain yang lebih paten, misalnya :

20 mg/kg/BB iv, tiap 8jam, atau sesuai dengan hasil resistensi test. Lama

pemberian 7-10 hari.

  Sepsis Neonatorum Dengan Meningitis

-  Sama dengan butir dua, dengan catatan : dosis ceftazidim 100 mg/kgBB/hari,

dosis menjadi 40 mg/kgBB/hari, dengan lama pemberian 14-21 hari.

Page 9: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 9/16

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN SEPSIS NEONATORUM

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Anamnesa

1.  Identitas

Perlu ditanyakan umur klien

2.  Keluhan Utama

Keluhan utama pada sepsis neonatorum tidak khas seperti pada kasus-kasus lain,

tetapi biasanya didapatkan sebagian gejala dari gejala yang biasa terjadi seperti malas

minum, kuning, letalergi, dll.

3.  Riwayat Penyakit sekarang, perlu ditanyakan:

  Mulai kapan anak terlihat lemas lemas, kesadaran menurun, malas minum,

kuning?

  Apakah anak muntah? Berapa kali? Jumlah?

  Apakah anak panas? Mulai kapan?

  Apakah anak mencret?

  Apakah terdapat sesak nafas?

4.  Riwayat Penyakit Dahulu

  Apakah pernah mengalami infeksi sebelumnya?

  Riwayat Keluarga

  Apakah dalam keluarga ada anggota yang menderita penyakit infeksi?

  Riwayat Kehamilan dan Persalinan

  Penyakit yang pernah diderita ibu selama kehamilan, terutama penyakit infeksi?

Page 10: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 10/16

3.1.2 Pemeriksaan Fisik 

Keadaan umum penderita

Kesadaran : Dapat menurun, letargi

Suhu : Dapat hipertermi/hipotermi

Nadi : Takhikardi/Bradi kardi, nadi cepat kecil

RR : Frekuensi nafas meningkat, apneu

Kepala

Mata : Sklera icterus, Konjungtiva pucat

Hidung : Sekret, pernafasan cuping hidung

Bibir : Cyanosis, mucus bibir kering

Leher : Adanya pemeriksaan otot Bantu nafas,

stermokledomastoid

Thorak 

Paru, Nafas sesak, Apnea, tak teratur, Takhipnea (60x / menit)

Jantung Takhikardi (>160x/menit)

Abdomen

Perut kembung, hepatomegali

Neurologi

Lethargi, kejang, irritable

Muskuloskeletal : hipotomi

Integumen

Ikterus, turgor, kelembaban, sianosis.

3.1.3 Pemeriksaan Penunjang

1.  Laboratorium: Kultur darah, cairan liquor, urine, faeces (atas indikasi)

2.  Laboratorium pendukung:

-  Darah lengkap & trombosit

-  Urine lengkap

Page 11: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 11/16

-  crp

3.  Fofo thorax

4.  Pungsi lumbal

DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

-  Bayi lethargi - Intake yang tdk adekuat - Nutrisi<kebut

-  Malas mnm

-  Muntah

-  BB menurun

-  Konjungtiva pct,

- Ada secret dihdng - penumpukan secret -ketidak efektifan

bersihan jln nafas

- Suara ronchi peluru

- RR Meningkatirama tak teratur

- Suhu < 35,5 - Transisi neonatus thd lingk - Tdk efektifnya

> 37,8 C ekstra uterus termoregulasi

- Kulit dingin

- Pucat

- Menggigil

- Kulit kemerahan

- RR meningkat

- Nadi meningkat

- Diare frekuensi BAB - Pengeluaran yg berlebihan - Volume cairan

> 9x/hari cair mll diare kurang

- Penurunan BB

- Kulit kering

- Mukosa bibir kering

- Turgor menurun

- Oliguri

3.1.4 Diagnosa Keperawatan

1.  Hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan

metabolism

2.  resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia

3.  resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan kebocoran cairan kedalam

intersisial

4.  resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan terganggunya pengiriman

oksigen kedalam jaringan,

Page 12: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 12/16

3.1.5 Perencanaan

1)  hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan

metabolism

Tujuan : Suhu tubuh dalam keadaan normal ( 36,5-37 )

Intervensi

  pantau suhu pasien

Rasional : suhu 38,9 -41,1 derajad celcius menunjukkkan proses penyakit

infeksius akut

  pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen sesuai indikasi

Rasional : suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati

normal

  berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol

Rasional : membantu mengurangi demem

  kolaborasi dalam pemberian antipiretik, misalnya aspirin, asetaminofen

Rasional : mengurangi demem dengan aksi sentral pada hipotalamus

2)  Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia

Intervensi

  pertahankan tirah baring

Rasional : menurunkan beban kerja mikard dan konsumsi oksigen

  pantau perubahan pada tekanan darah

R: hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang

aliran darah

  pantau frekuensi dan irama jantung, perhatikan disritmia

R: disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat dari hipoksia

  kaji ferkuensi nafas, kedalaman, dan kualitas

R: peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung

endotoksin pada pusat pernapasan didalam otak 

  catat keluaran urine setiap jam dan berat jenisnya

R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal

Page 13: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 13/16

  kaji perubahan warna kulit,suhu, kelembapan

R: mengetahui status syok yang berlanjut

  kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral

R: mempertahankan perfusi jaringan  kolaborasi dalam pemberian obat

R: mempercepat proses penyembuhan

3)  resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kebocoran cairan kedalam intersisial

Intervensi

 catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnyaR: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal serta

menyebabkan hipovolemia

  pantau tekanan darah dan denyut jantung

R: pengurangan dalam sirkulasi volum cairan dapat mengurangi tekanan darah

  kaji membrane mukosa

R: hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi

  kolaborasi dalam pemberian cairan IV misalnya kristaloid

R: cairan dapat mengatasi hipovolemia

4)  resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d terganggunya pengiriman oksigen kedalam

 jaringan

Intervensi

  pertahankan jalan nafas dengan posisi yang nyaman atau semi fowler

R: meningkatkan ekspansi paru-paru

  pantau frekuensi dan kedalaman jalan nafas

R: pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan

sirkulasi endotoksin

  auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, mengi

R: kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator

dari kongesti pulmona/ edema intersisial

Page 14: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 14/16

  catat adanya sianosis sirkumoral

R: menunjukkna oksigen sistemik tidak adequate

  selidiki perubahan pada sensorium

R: fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi  sering ubah posisi

R: mengurangi ketidakseimbangan ventilasi

3.2 Evaluasi

  Diagnosa 1 : Suhu tubuh pasien mulai normal ( 36,5-37 )

  Diagnosa 2 : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan

  Diagnosa 3 : Kebutuhan cairan pasien terpenuhi

  Diagnosa 4 : Pasien bisa bernafas dengan normal

Page 15: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 15/16

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik 

dan terdapat bakteri dalam darah. Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran

darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu

antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).

hal tersebut biasanya disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah pecahnya

Ketuban sebelum waktunya, Perdarahan atau infeksi pada ibu, Penyebab yang lain

karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri, jenis bakteri bervariasi

tergantung tempat dan waktu.

Infeksi merupakan penyebab kematian bayi terbanyak. Sepsis adalah penyebab

signifikan morbiditas dan mortalitas pada neonatus.5 Menurut penelitian Demsa

Simbolon tahun 2008 dengan menggunakan desain penelitian kasus kontrol di Indonesia,

infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang

dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering terjadi pada bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus,

sepsis mulai timbul dalam waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam

waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nosokomial.

4.2 Saran

Ketelitian dalam melakukan setiap tindak harus benar-benar dilakukan agar tidak 

menimbulkan suatu dampak yang merugikan pihak yang bersangkutan. Dan dalam

pembuatan makalah ini pastinya banyak sekali kekurangan, karna kesempurnaan

hanyalah milik Allah dan kekurangan milik kita, untuk itu penulis memohon kritik dan

sarannya yang bersifat membangun. Sehingga penulis segera membenahi dan kemudian

menjadi makalah yang berfaidah. Amin.

Page 16: Sepsis

5/14/2018 Sepsis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sepsis-55ab4d425ddf7 16/16

DAFTAR PUSTAKA

  Arif, mansjoer (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

  Behrman (2000). Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC.

  Bobak (2005). Buku ajar keperawatn maternitas. Jakarta: EGC.

  Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

  http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/02/sepsis-neonatorum/ 

  http://rufaizal.wordpress.com/2009/08/14/askep-sepsis-neonatorum

2/http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/