Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru yang sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri/jamur/mikoplasma/protozoa) dan sebagian kecil oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (Balita). 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari referat ini adalah apakah definisi, etiologi, gejala klinis, patogenesis, dan penatalaksanaan pneumonia pada bayi dan anak. 1.3 Tujuan Tujuan penulisan referat ini adalah dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dokter muda mengenai penatalaksanaan pneumonia pada bayi dan anak. 1.4 Manfaat Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dokter muda mengenai penatalaksanaan pneumonia pada bayi dan anak. 1

description

sari pustaka

Transcript of Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

Page 1: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru yang sebagian besar

disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri/jamur/mikoplasma/protozoa) dan

sebagian kecil oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia hingga saat ini

masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang

dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah

lima tahun (Balita).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari referat ini adalah apakah definisi, etiologi, gejala

klinis, patogenesis, dan penatalaksanaan pneumonia pada bayi dan anak.

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan referat ini adalah dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman dokter muda mengenai penatalaksanaan pneumonia pada bayi dan

anak.

1.4 Manfaat

Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman dokter muda mengenai penatalaksanaan pneumonia pada bayi dan

anak.

1

Page 2: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

BAB II

PNEUMONIA

2.1 DEFINISI

Pneumonia adalah inflamasi atau peradangan pada parenkim paru yang

sebagian besar disebabkan oleh masuknya mikroorganisme, yang ditandai oleh

gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan

ke dalam/retraksi dinding dada bagian bawah. Dalam Pelaksanaan Pemberantasan

Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun

bronchopneumonia disebut pneumonia.

Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau

napas cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam

(retraksi), sedangkan napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas

dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40

kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan

napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2 bulan tarikan

napasnya 60 kali atau lebih per menit.

2.2 ETIOLOGI

Usia merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan

dan kekhasan pneumonia anak,terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis

dan strategi pengobatan.

Secara klinis, umummnya pneumonia bakteri sulit dibedakan dengan

pneumonia virus. Demikian juga dengan pemeriksaan radiologis dan

laboratorium. Tetapi sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa pneumonia

bakterial awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis, dan

perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis.

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat (Community Acquired

Pneumonia) umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk

peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.

2

Page 3: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

1. Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi

sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang

paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di

kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh

sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan

menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas

tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya

meningkat cepat.

Tabel 1 Etiologi Pneumonia sesuai dengan kelompok usia di negara maju

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

Lahir – 20 hari Bakteri

E. colli

Streptoccus group B

Listeria monocytogenes

Bakteri

Bakteri anaerob

Streptoccous group D

Haemophilllus influenzae

Streptococcus pneumoniae

Ureaplasma urealyticum

Virus

Virus sitomegalo

Virus Herpes simpleks

3 minggu – 3 bulan Bakteri

Chlamydia trachomatis

Streptococcus pneumoniae

Virus

Virus Adeno

Virus Influenza

Virus Parainfluenza 1,2,3

VBakteri

Bordetella pertusis

Haemophilus influenzae tipe

B

Moraxella catharalis

Staphylococcus aureus

Ureaplasma urealyticum

3

Page 4: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

4 bulan – 5 tahun Bakteri

Chlamydia pneumoniae

Mycoplasma pneumoniae

Streptococcus pneumoniae

Virus

Virus Adeno

Virus Influenza

Virus Parainfluenza

Virus Rino

Respiratory Syncytial virus

Bakteri

Haemophillus influenzae tipe

B

Moraxella catharalis

Neisseria meningitidis

Staphylococcus aureus

Virus

Virus Varisela-Zoster

5 tahun – remaja Bakteri

Chlamydia pneumoniae

Mycoplasma pneumoniae

Streptococcus pneumoniae

Bakteri

Haemophillus influenzae

Legionella sp

Staphylococcus aureus

Virus

Virus Adeno

Virus Epstein-Barr

Virus Influenza

Virus Parainfluenza

Virus Rino

Respiratory Syncytial Virus

Virus Varisela-Zoster

2. Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.

Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory

Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang

saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu

4

Page 5: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini

tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi

terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan

kadang menyebabkan kematian.

3. Mikoplasma

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan

penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan

sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.

Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar

luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering

pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah,

bahkan juga pada yang tidak diobati.

4. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia

pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii

Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada

bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam

beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat

dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P.

Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru.

2.3 KLASIFIKASI

1. Berdasarkan umur

a. Kelompok usia < 2 bulan

1) Pneumonia

- Bila ada napas cepat (>60x/menit) atau sesak napas yang

ditandai adanya retraksi dinding dada

- Harus dirawat dan diberikan antibiotik

2) Bukan Pneumonia

- Tidak ada napas cepat atau sesak napas

5

Page 6: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

- Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan

simptomatis

b. Kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun

1) Pneumonia sangat berat

Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis

sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada,

anak kejang dan sulit dibangunkan.

2) Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada,

tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.

3) Pneumonia

- Batuk tanpa ada sesak napas.

- Adanya napas cepat dengan laju napas :

o >50x/menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun

o >40x/menit untuk anak > 1- 5 tahun.

- Tidak perlu dirawat, hanya perlu pemberian antibiotik

oral

4) Bukan pneumonia

Batuk tanpa adanya napas cepat dan sesak napas. Tidak perlu

dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan

pengobatan simptomatis seperti penurun panas.

5) Pneumonia persisten

Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun

telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang

kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan

dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam

ringan.

2. Berdasarkan klinis dan epidemiologis

a. Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia)

6

Page 7: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

b. Pneumonia Nosokomial (hospital-acquired pneumonia/

Nosocomial pneumonia).

c. Pneumonia Aspirasi.

d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.

3. Berdasarkan agen penyebab

a. Pneumonia Bakterial / tipikal. Klebsiella pada penderita

alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.

b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan

Chlamydia

c. Pneumonia virus

d. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi

terutama pada penderita daya tahan tubuh lemah

2.4 PATOFISIOLOGI

Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer

melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang

mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringa sekitarnya. Bagian

paru uyang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN,

fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini

disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah,

terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang

cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah

makrofag di alveoli meningkat, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis,

kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem

bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terjena akan tetap normal.

Antibiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong perjalanan

penyakit, sehingga stadium khas yang tela diuraikan sebelumnya tidak terjadi.

Beberapa bakteri tertentu sering menimbulkan gambaran patologis tertentu bila

dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi Streptococcus pneumoniae biasanya

bermanifestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan paru

7

Page 8: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

(bronkopneumonia), dan pada anak besar atau remaja dapat berupa konsolidasi

pada satu lobus (pnemonia lobaris). Pneumotokel atau abses-abses kecil sering

disebabkan oleh Staphylococcus aureus pada neonatus atau bayi kecil, karena

bakteri tersebut menghasilkan berbagai toksiun dan enzim seperti hemolisin ,

lekosidin, stafilokinase, dan koagulase. Toksin dan enzim ini menyebabkan

nekrosis, perdarahan dan kavitasi. Koagulase berinteraksi dengan faktor plasma

dan menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin,

sehingga terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara produksi

koagulase dan virulensi kuman. Staphylococcus yang tidak menghasilkan

koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius. Pneumotokel dapat menetap

hingga berbulan-bulan, tetapi biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut.

2.5 FAKTOR RESIKO

Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada

balita, diantaranya :

1. Faktor Intrinsik

Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan

berat ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan

tubuh tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :

a) Status gizi

Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya

pneumonia. Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan

imunologik seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi

dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan

kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia.

b) Status imunisasi

Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat

dijumpai pada balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini

balita terhindar dari penyakit. Dikarenakan kekebalan bawaan

hanya bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap

8

Page 9: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

mempertahankan kekebalan yang ada pada balita. Salah satu

strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan kematian

akibat pneumonia adalah dengan pemberian imunisasi. Melalui

imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian penyakit yang dapapat dicegah dengan imunisasi.

c) Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai

bahan makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari

penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh

bakteri dan virus. Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi

salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian

pneumonia pada balita.

d) Umur Anak

Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian

pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak

umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini

dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum

sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit.

2. Faktor Ekstrinsik

Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada

peningkatan resiko terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan

sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan

balita sering berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menular

dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal dari tempat yang

kotor tersebut, yang berpengaruh diantaranya :

a) Ventilasi

Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan

pengeluaran udara kotor dari ruangan yang tertutup. Termasuk

ventilasi adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan

minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya ventilasi akan

9

Page 10: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang

tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama

bakteri patogen

b) Polusi Udara

Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya

disebabkan oleh polusi di dalam dapur. Asap dari bahan bakar

kayu merupakan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia pada

balita. Polusi udara di dalam rumah juga dapat disebabkan oleh

karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga

akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor.

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara

ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil

yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga

memerlukan perawatan di RS.

Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise,

penurunan napsu makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah,

atau diare. Gejala gangguan respiratori seperti batuk, sesak napas, retraksi

dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, sianosis

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis sepertipekak perkusi,

suara napas melemah, dan rhonki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil,

gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada

perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.

2.7 DIAGNOSA

Prediktor paling kuat adalah demam, sianosis, dan lebih dari satu gejala

respiratori sebagai berikut : takipneu, batuk, napas cuping hidung, retraksi,

ronki, dan suara napas melemah.

10

Page 11: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

Tanda bahaya pada anak berusia 2 bulan – 5 tahun adalah tidak dapat

minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk ; tanda bahaya

untuk bayi berusia dibawah 2 bulan adalah malas minum, kejang, kesadaran

menurun, stridor, mengi dan demam/badan terasa dingin.

Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Untuk Pelayanan Kesehatan Primer

Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun

Pneumonia berat

o Bila ada sesak napas

o Harus dirawat dan diberikan antibiotik

Pneumonia

o Bila tidak ada sesak napas

o Ada napas cepat

o Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.

Bukan pneumonia

o Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas.

o Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan

pengobatan simptomatis seperti penurun panas.

Bayi berusia dibawah 2 bulan

Pneumonia

o Bila ada napas cepat atau sesak napas

o Harus dirawat dan diberikan antibiotik

Bukan pneumonia

o Tidak ada napas cepat atau sesak napas

o Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:

11

Page 12: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment

paru secara anantomis.

Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.

Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil.

Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.

Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas

lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan

jantung atau di lobus medius kanan.

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.

Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling

akhir terkena.

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya

udara pada bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus).

Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab

pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya

penyebab pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus

pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering

menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat

mengenai beberapa lobus.

12

Page 13: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

Gambar 1 Perselubungan pada lapangan atas paru

Gambar 2 Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmen/lobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini.

13

Page 14: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

CT Scan

Gambar 3 Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas

kiri sampai ke perifer.

Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Gambar 4 Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir

bronkiolus yang dapat tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk

membentuk bercak konsolidasi dalam lobus. Pada gambar diatas tampak

konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus bawah kiri.

14

Page 15: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

CT Scan

Gambar 5 Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan,

namun tidak menjalar sampai perifer.

Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

Gambar 6 Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstitial prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus

masih terlihat, diliputi oleh perselubungan yang tidak merata.

15

Page 16: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

CT Scan

Gambar 7 Gambaran CT Scan pneumonia interstitial pada seorang pria

berusia 19 tahun.

(A) Menunjukkan area konsolidasi di prcabangan peribronkovaskuler

yang irreguler.

(B) CT Scan pada hasil follow upselama 2 tahun menunjukkan area

komsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi

bronkiektasis atau bronkiolektasis (tanda panah).

2. Pemeriksaan Laboratorium

Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit

normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada

infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau

lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia

pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aureus pada pasien dengan

keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.

3. Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi

jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan

terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test

dan Z. Nielsen.

16

Page 17: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

4. Pemeriksaan Khusus

Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik

bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan

untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.

2.9 DIAGNOSIS BANDING

2.9.1 Tuberculosis Paru (TB)

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M. tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M.

tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan. Gejala klinis

TB antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu),

nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik meliputi demam,

menggigil, keringat malam, lemas, hilang nafsu makan dan penurunan

berat badan.

Gambar 8 Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada

foto thorax proyeksi PA

2.9.2 Atelektasis 

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang

tidak mengandung udara dan kolaps. Memberikan gambaran yang mirip dengan

17

Page 18: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

pneumonia tanpa air bronchogram. Namun terdapat penarikan jantung, trakea, dan

mediastinum ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal

space menjadi lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru

yang sakit. Sehingga akan tampak thorax asimetris.

Gambar 9 Gambaran foto thorax pada pasien Atelektasis

2.9.3 Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air

bronchogram. Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan

jantung, trakea, dan mediastinum kearah yang sehat. Rongga thorax membesar.

Pada edusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign, tanda khas pada efusi

pleura.

Gambar 10 Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

18

Page 19: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT

Scan menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia. Terutama

apabila dari pemeriksaan fisik memang menunjukan kelainan di paru dan

membutuhkan pemeriksaan peunjang berupa foto thorax. Koordinasi antara

pemeriksaan klinis, laboratorium dan radiologi akan dapat menunjang

penegakan diagnosis yang tepat.

Gambaran khas pada pneumonia adalah adanya perselubungan dengan

adanya gambaran air bronchogram. Namun tidak semua pneumonia

memberikan gambaran khas tersebut. Untuk menentukan etiologi pneumonia

tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto thorax, melainkan harus

dilihat dari riwayat penyakit, dan juga pemeriksaan laboratorium.

Untuk membedakan antara pneumonia, atelektasis, dan efusi pleura dilihat

dari adanya penarikan atau pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke

arah yang sakit atau sehat. Sementara untuk membedakan pneumonia dengan

TB adalah dilihat dari ada atau tidaknya kavitas yang umumnya terdapat pada

lobus paru bagian atas. Jadi dalam menegakkan pneumonia, sangat diperlukan

gambaran radiologis untuk penegakan diagnosis disamping pemeriksaan

laboratorium.

2.10 TATALAKSANA

Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu diraawat inap. Indikasi

perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis,

distres pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang

lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan

bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.

Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan

antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi

pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan

keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam

dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti

19

Page 20: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

efektif. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi

yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.

1. Pneumonia rawat jalan

Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara

oral misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Dosis amoksisilin yang

diberikan adalah 25 mg/KgBB. Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB

TMP – 20 mg/kgBB sulfametoksazol). Makrolid, baik eritromisin maupun

makrolid baru, dapat digunakan sebagai terapi alternatif beta-laktam untuk

pengobatan inisial pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas

ganda terhadap S. Pneumoniae dan bakteri atipik.

2. Pneumonia rawat inap

Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau

kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas,

dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau

sefalosporin. Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien

dengan pneumonia tanpa komplikasi .

Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus

dimulai sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau

meningitis. Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum

luas seperti kombinasi beta-laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau

sefalosporin generasi ketiga. Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat

diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari.

Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang

direkomendasikan adalah antibiotik beta-laktam dengan/ aatau tanpa

klavulanat. Pada kasus yang lebih berat diberikan beta-laktam/klavulanat

dikombinasikan dengan makrolid baru intravena, sefalosporin generasi

ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau keadaan sudah stabil,

antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan.

20

Page 21: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

2.11 KOMPLIKASI

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis,

perikarditis purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti

meningitis purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering

yang terjadi pada pneumonia bakteri.

Miokarditis merupakan keadaan yang fatal yang mungkin dapat

terjadi, oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik

noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.

2.12 PENCEGAHAN

Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau

keluarga terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh

kebersihan di dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk

menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya

untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia :

1. Perawatan Selama Masa Kehamilan

Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu

gizi ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi

yang cukup bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam

kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan

terkenanya infeksi selama kehamilan.

2. Perbaikan Gizi Balita

Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan

karena malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada

bayi neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin

kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor

antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan

terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang

21

Page 22: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita

yang tidak mendapatkannya.

3. Memberikan Imunisasi Lengkap pada Anak

Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian

imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak

umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3

kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

4. Memeriksa Anak Sedini Mungkin Apabila Batuk

Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang

sesuai untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi

batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.

5. Mengurangi Polusi didalam dan diluar Rumah

Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap

diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak

membawa balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang

cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas,

cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor

yang memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.

6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.

Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada

saluran pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang

terserang penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-

bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk

penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar

dengan mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya

penyakit saluran napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali

akan menderita salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi

sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.

22

Page 23: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

BAB III

KESIMPULAN

Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT

Scan menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia. Terutama

apabila dari pemeriksaan fisik memang menunjukan kelainan di paru dan

membutuhkan pemeriksaan peunjang berupa foto thorax. Koordinasi antara

pemeriksaan klinis, laboratorium dan radiologi akan dapat menunjang penegakan

diagnosis yang tepat.

Gambaran khas pada pneumonia adalah adanya perselubungan dengan

adanya gambaran air bronchogram. Namun tidak semua pneumonia memberikan

gambaran khas tersebut. Untuk menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya

semata-mata menggunakan foto thorax, melainkan harus dilihat dari riwayat

penyakit, dan juga pemeriksaan laboratorium.

Untuk membedakan antara pneumonia, atelektasis, dan efusi pleura dilihat

dari adanya penarikan atau pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah

yang sakit atau sehat. Sementara untuk membedakan pneumonia dengan TB

adalah dilihat dari ada atau tidaknya kavitas yang umumnya terdapat pada lobus

paru bagian atas. Jadi dalam menegakkan pneumonia, sangat diperlukan gambaran

radiologis untuk penegakan diagnosis disamping pemeriksaan laboratorium.

23

Page 24: Sari Pustaka Pneumonia Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. 2008. Pelayanan Kesehatan anak di Rumah Sakit. Jakarta. WHO

2. Dahlan, Z. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pulmonologi. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

3. Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2: Penerbit EGC. Jakarta.

4. Rahajoe, NN, Bambang s, Darmawan, BS. 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta. IDAI.

5. Soedarsono. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR. Surabaya

6. Behrman RE, Vaughan VC, 1992, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta, hal: 617-628.

7. Isselbacher, et al, Harrison, 1995, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Vol. 2, Penerbit EGC, Jakarta, hal. 906-909.

24