Revisi Preskes Obgyn
-
Upload
dhika-wijaya -
Category
Documents
-
view
37 -
download
0
description
Transcript of Revisi Preskes Obgyn
PRESENTASI KASUS
PERDARAHAN ANTE PARTUM et causa PLACENTA PREVIA TOTALIS
PADA SEKUNDIGRAVIDA NULLIPARA HAMIL ATERM DALAM
PERSALINAN
Oleh:
Agung Nugroho G9911112126
Dimas Sigit Widodo G9911112054
Digdo Aji Raharjo G9911112052
Rifki Effendi S G9911112123
Fahmi Wahyu R G9911112068
Pembimbing :
dr. H. Glondong Suprapto, SpOG
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2013
PERDARAHAN ANTE PARTUM et causa PLACENTA PREVIA TOTALIS
PADA SEKUNDIGRAVIDA NULLIPARA HAMIL ATERM DALAM
PERSALINAN
ABSTRAK
Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir pada
kehamilan 22 minggu atau lebih. Kehamilan aterm adalah suatu kehamilan yang
terjadi pada seorang wanita dengan usia kehamilan antara 38 minggu sampai 40
minggu. Persalinan yang terjadi di antara usia gestasi ini didefinisikan sebagai
persalinan cukup bulan.
Sebuah kasus perdarahan antepartum et causa plasenta previa totalis pada
sekundigravida nullipara kehamilan aterm pada G2P0A1, 20 tahun. Penderita
datang ke Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi dengan keluhan perdarahan dari
jalan lahir yang tiba-tiba tanpa disertai rasa nyeri. Teraba janin tunggal, intra
uterin, memanjang, presentasi kepala, bagian terendah janin belum masuk
panggul, sudah didapatkan tanda-tanda persalinan. Pemeriksaan USG didapatkan
gambaran plasenta berinsersi di segmen bawah rahim menutupi ostium uteri
internum. Pada kasus ini, penatalaksanaan dilakukan dengan terminasi kehamilan
perabdominal direncanakan operasi emergency, yaitu dilakukan rencana SCTP
emergency.
Kata kunci : perdarahan antepartum, plasenta previa totalis, SCTP emergency
hamil aterm.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah
masalah perdarahan. Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara
dramatis dengan adanya pemeriksaan-pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan
persalinan di rumah sakit dan adanya fasilitas transfusi darah, namun kematian ibu
akibat perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian maternal
Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu
maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika
komponennya tidak dapat segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana
dan perawatan sarana yang memungkinkan penggunaan darah dengan segera,
merupakan kebutuhan mutlak untuk pelayanan obstetri yang layak 1.
Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan,
persalinan, maupun masa nifas dan setiap perdarahan yang terjadi dalam masa
kehamilan, persalinan dan nifas harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan
serius, karena dapat membahayakan ibu dan janin 1,3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERDARAHAN ANTEPARTUM
1. Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir pada kehamilan
22 minggu atau lebih. Beberapa penulis membuat batasan masa kehamilan
yang berbeda. WHO memberikan batasan 29 minggu kehamilan atau lebih.
Penulis lain memberikan batasan pada minggu ke-20 3,5,6,7,8.
2. Etiologi
Penyebab utama perdarahan antepartum yaitu plasenta previa dan
solusio plasenta; penyebab lainnya biasanya berasal dari lesi lokal pada
vagina/servik. Setiap pasien perdarahan antepartum harus dikelola oleh dokter
spesialis. Pemeriksaan dalam merupakan kontra indikasi kecuali dilakukan di
kamar operasi dengan perlindungan infus atau tranfusi darah 5,7.
3. Insiden
Insiden perdarahan antepartum sekitar 3%. Perdarahan yang terjadi
umumnya lebih berbahaya dibandingkan perdarahan pada umur kehamilan
kurang dari 28 minggu karena biasanya disebabkan faktor plasenta; perdarahan
dari plasenta biasanya hebat dan mengganggu sirkulasi O2, CO2 dan nutrisi
dari ibu ke janin5,6
4. Pemeriksaan
USG sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk membantu
diagnosis. Bila plasenta previa dapat disingkirkan dengan pemeriksaan USG
dan pemeriksaan dengan spekulum dapat menyingkirkan kelainan lokal pada
servik/vagina maka kemungkinan solusio ptasenta harus dipikirkan dan
dipersiapkan penanganannya dengan seksama 3.
3
5. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk perdarahan antepartum dapat dilihat tabel di
bawah ini 8:
Gejala dan tanda umum Predisposisi Penyulit Lain Diagnosa
Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi >22 minggu.
Darah segar atau kehitam dengan kebekuan.
Perdarahan dapat terjadi setelah miksi, defekasi, aktivitas fisik, dan coitus.
Bagian terendah janin, tidak dapat masuk pintu atas panggul.
KU ibu sesuai dengan jumlah perdarahan yang keluar
Grande Multipara.
Gemelli
Rokok
Syok
Tidak ada kontraksi uterus.
Kondisi janin normal atau gawat janin.
Plasenta Previa.
Perdarahan dengan nyeri intermitten atau manetap.
Warna darah kehitaman dan cair; mungkin ada bekuan bila solusio relatif baru.
Jika ostium terbuka, terjadi perdarahan warna merah segar.
Perdarahan terjadi Intra abdominal atau vaginal.
Nyeri hebat sebelum perdarahan yang kemudian hilang setelah terjadi regangan hebat pada perut bawah (kondisi tidak khas ) dan syok
Uji pembekuan darah, tidak menunjukan adanya pmbekuan darah setelah tujuh menit
Hipertensi.
Versi luar.
Trauma abdomen.
Polihidramnion.
Gemelli.
Defisiensi gizi.
Partus lama .
Disproporsi kepala panggul
Kelainan letak /presentasi
Syok tidak sesuai jumlah darah yang keluar (tipe tersembunyi ).
Anemia berat.
Gerak janin lemah atau hilang.
Gawat janin.
Uterus tegang dan nyeri.
Solusio Placenta
4
KU ibu tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang keluar
Syok atau takikardi
Nyeri sekali
Perdarahan terjadi Intra abdominal atau vaginal.
Pendarahan warna merah segar
Gangguan pembekuan darah.
Meteorismus
Defance muscular +
Adanya cairan bebas intraabdominal
Multi paritas
Partus lama
Hidrosefalus
Pemberian oksitosin dalam dosis tinggi
Persalinan traumatik
Riwayat operasi pada rahim
Janin besar
Perdarahan janin.
Janin mati dalam rahim.
Kematian ibu
Janin masuk ke dalam rongga perut
Ruptur Uteri
B. PLASENTA PREVIA
1. Definisi
Plasenta previa adalah keadaan di mana implantasi terletak pada atau di dekat
serviks (ostium internum) 1,3,5,6,7,8,9. Istilah ini menggambarkan hubungan anatomik
antara letak plasenta dan segmen bawah uterus .10
2. Faktor Predisposisi
a. Multiparitas dan umur lanjut (> 35 tahun)
b. Cacat/jaringan parut pads endometrium oleh bekas-bekas pembedahan (SC,
kuret, dan lain-lain)
c. Konsepsi dan nidasi terlambat
d. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritropblastosis atau hidrops fetalis
5
3. Klasifikasi Klinis 1,5,7
a. Plasenta previa totalis : ostium internum servisis tertutup sama sekali oleh
jaringan placenta.
b. Placenta Previa parsialis : ostium internum tertutup sebagian oleh jaringan
plasenta.
c. Placenta marginalis : tepi placenta terletak pada bagian bagian pinggir
astium internum.
d. Placenta letak rendah : placenta tertanam dalam segmen bawah uterus,
sehingga tepi placenta sebenarnya tidak mencapai ositum internum tetapi
terletak sangat berdekatan dengan ostium tersebut (3-4 diatas pembukaan).e. Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan
fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu 7.
4. Gejala Klinis
Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa
nyeri dan biasanya berulang (painless, causeless, recurrent bleeding),
darahnya berwarna merah segar; bagian terdepan janin tinggi (floating), sering
dijumpai kelainan letak janin; perdarahan pertama (first bleeding) biasanya
tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya,
sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit, perdarahan berikutnya
(recurrent bleeding) biasanya lebih banyak; janin biasanya masih baik.
5. Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas (3):
a. Gejala klinis
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
c. Periksa dalam di atas meja operasi
6
6. Pengaruh Plasenta Previa terhadap Kehamilan dan Partus
Pada plasenta previa karena dihalangi oleh plasenta maka bagian
terbawah janin tidak terfiksir kedalam pintu atas panggul sehingga dapat
terjadi kesalahan letak janin (letak sungsang letak lintang dan lain-lain). Partus
prematurus dapat terjadi karena adanya rangsangan koagulum darah pada
serviks selain juga adanya bagian plasenta yang lepas, kadar progresteron
turun & adanya his 9,11.
Baik pada jenis total maupun parsial, pelepasan spontan plasenta
dengan derajat tertentu merupakan konskuensi yang tidak dapat di dihindari
akibat pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi serviks. Pelepasan
plasenta akan disertai dengan pendarahan akibat pembuluh darah yang pecah 11. Pengaruh plasenta previa terhadap partus 12 :
a. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan portus akan menjadi
patologik.
b. Bila pada plasenta previa parsialis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat
terjadi prolaps funikuli
c. Sering dijumpai inersia primer.
d. Pendarahan
7. Penanganan
Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester
ke tiga, dirawat di rumah sakit tanpa dilakukan periksa dalam (toucher vagina).
Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan yang banyak, harus segera
diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah 3.
Selanjutnya penanganan plasenta previa tergantung kepada :
a. Keadaan umum pasien, kadar Hb
b. Jumlah perdarahan yang terjadi
c. Umur kehamilan/taksiran BB janin
d. Jenis plasenta previa
e. Paritas dan kemajuan persalinan 3
7
Penanganan pada pasien dengan plasenta previa ada 2 yaitu :
a. Penanganan Ekspektatif / Konservatif 3,8
Kriteria :
1) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
2) Perdarahan sedikit
3) Belum ada tanda-tanda persalinan
4) Keadaan umum pasien baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih
Rencana penanganan :
1) Istirahat baring mutlak
2) Infus Dextrose 5% dan elektrolit
3) Spasmolitik, tokolitik, roboransia
4) Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah
5) Pemeriksaan USG
6) Awasi perdarahan terus menerus, tekanan darah (tensi), nadi dan denyut
jantung janin
7) Apabila ada tanda-tanda plasenta previa, tergantung keadaan, pasien
dirawat sampai kehamilan 37 minggu, selanjutnya penanganan secara
aktif
b. Penanganan Aktif 3,8
Kriteria :
1) Umur kehamilan (masa gestasi) >37 minggu, BB janin >2500 gram
2) Perdarahan banyak, 500 ml atau lebih
3) Ada tanda-tanda persalinan
4) Keadaan umum pasien tidak baik, ibu anemik, Hb < 8%.
Untuk menentukan tindakan selanjutnya, SC atau partus pervaginam,
dilakukan pemeriksaan dalam (VT) di kamar bedah, infus/tranfusi darah sudah
dipasang. Umumnya dilakukan SC. Partus pervaginam dilakukan pada
plasenta previa marginalis dan atau anak sudah meninggal. Tetapi bila
perdarahan banyak, segera dilakukan SC 3.
8
8. Komplikasi 3,7
Komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi antara lain :
a) Perdarahan dan syok
b) Infeksi
c) Laserasi serviks
d) Plasenta akreta
e) Prolaps tali pusat.
f) Prolaps palcenta.
g) Bayi prematur atau lahir mati
9. Prognosis
Dengan adanya fasilitas diagnose dini (USG), transfusi darah, tehnik
anestesi dan operasi yang baik dengan indikasi SC yang lebih liberal,
prognosis ibu cukup baik. Prognosis kurang baik jika penolong melakukan VT
di luar rumah sakit dan mengirim pasien sangat terlambat dan tanpa infus 3.
Dengan antibiotik, transfusi darah yang cukup, penanganan persalinan
baik pervaginam maupun perabdominal (seksio sesaria) yang tepat akan
memberikan prognosis yang baik untuk ibu 7.
Mortalitas perinatal yang terkait dengan placenta previa sekitar 15-20
% atau sekitar 10 kali dari kehamilan normal. Penanganan obstetrik dan
perawatan neonatal yang baik dapat dapat menurunkan angka mortalitas
tersebut 3,7.
9
BAB III
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. N
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Purworejo Gemolong Sragen
Status Perkawinan : Kawin 1 kali dengan suami 2 tahun
HPMT : 5 September 2012
HPL : 12 Juni 2013
UK : 39+1 minggu
No.CM : 01 19 99 43
Tanggal masuk : 6 Juni 2013 pukul 16.15 WIB
Berat badan : 59 Kg
Tinggi Badan : 156 cm
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Keluar darah dari jalan lahir
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien
mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir,mrongkol – mrongkol disangkal,
pasien sudah mengganti pembalut sebanyak ± 3 kali, darah yang keluar
berwarna merah segar, nyeri perut (-). Saat datang ke rumah sakit, hanya
keluar flek-fek dari jalan lahir. Pasien merasa hamil 9 bulan. Gerakan
janin masih dirasakan. Kenceng-kenceng teratur sudah dirasakan.. Air
ketuban belum dirasakan keluar.
10
C. Riwayat Penyakit Dahulu
R. Hipertensi : Disangkal
R. DM : Disangkal
R. Penyakit Jantung : Disangkal
R. Alergi Obat : Disangkal
R. Operasi : Disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
R. Hipertensi : Disangkal
R. DM : Disangkal
R. Asma : Disangkal
R. Alergi Obat : Disangkal
E. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Lama Haid : 7 hari
Siklus Haid : 30 hari
Nyeri haid : Tidak dirasakan
G. Riwayat Fertilitas
Baik
H. Riwayat Obstetri
Kehamilan pertama : Abortus umur 1,5 bulan
Kehamilan kedua : Hamil sekarang
I. Riwayat ANC : Tidak teratur, di bidan, pertama kali pada
usia kehamilan 3 bulan.
J. Riwayat Perkawinan : Menikah 1 kali dengan suami sekarang,
2 tahun.
K. Riwayat KB : (-)
11
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Interna
Keadaan Umum : Compos mentis, sakit sedang. Gizi kesan cukup.
Tanda Vital : Tensi : 100/70 mmHg
Nadi : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,70C
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-),
Oedem Palpebra (-/-)
THT : Tonsil tidak Membesar, Faring tidak Hiperemis.
Leher : KGB tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, JVP tidak meningkat.
Thorak
Cor : I = Ictus cordis tidak tampak
P = Ictus cordis tidak kuat angkat.
P = Batas Jantung kesan tidak melebar.
A = BJ I-II interval normal, regular, bising (-)
Pulmo : I = Pengembangan dada kanan = kiri
P = Fremitus raba kanan = kiri
P = Sonor/ sonor
A = SDV (+/+), Suara tambahan (-/-).
Abdomen : I = Dinding perut lebih tinggi dari dinding dada.
P= Supel, nyeri tekan (-), hepar lien sulit
dievaluasi, teraba uterus gravid dengan bagian-
bagian janin. (lihat pemeriksaan Leopold)
P = Timpani pada daerah hipogastrika, redup
pada daerah uterus.
A = Peristaltik (+) normal.
Ekstremitas : Oedem (-/-), akral dingin (-/-)
Genital : Perdarahan (+), massa (-).
12
B. Status Obstetri
Inspeksi
Kepala : Cloasma gravidarum (+)
Mata : Conjungtiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), oedem
palpebra (-/-)
Thorak : Glandula mamae kesan membesar, areola mamae
hiperpigmentasi (+)
Abdomen : Striae gravidarum (+), linea nigra (+), dinding perut
lebih tinggi dari dada.
Genetalia Eksterna : Vulva uretra tenang, darah (+), massa (-)
Palpasi
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal,
presentasi kepala, puki, HIS (+) 2x/10’/40’’/sedang,
bagian terbawah janin belum masuk panggul, TFU
33 cm TBJ 3100 gram
Pemeriksaan Leopold
I : Teraba 1 bagian lunak di fundus, kesan bokong.
II : Teraba 1 bagian kecil kesan ekstremitas sebelah kanan. Teraba
bagian besar memanjang di sebelah kiri, rata, keras kesan
punggung.
III : Teraba 1 bagian besar, keras, kesan kepala
IV : Bagian terendah janin belum masuk panggul.
Kesimpulan : teraba janin tunggal, intra uterin, memanjang, punggung di
kiri, presentasi kepala, kepala belum masuk panggul.
Auskultasi : DJJ (+) 12-12-11/12-12-12/12-11-12/ reguler.
Pemeriksaan Dalam
VT : tidak dilakukan
Inspekulo : vulva uretra tenang, dinding vagina dalam batas
normal, portio livide, OUE kesan terbuka,
discharge (-), darah (+)
13
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. USG Abdomen tanggal 6 Juni 2013
Hasil tampak janin tunggal, intrauterin, memanjang, preskep, puki, DJJ
(+) dengan:
FB : BPD = 9.20 cm
AC = 33.56 cm
FL = 6.54 cm
EFBW = 3376 gr
Plasenta berinsersi di segmen bawah rahim menutupi OUI.
Air ketuban kesan cukup. Tidak tampak jelas kelainan kongenital
mayor.
Kesimpulan : Saat ini janin dalam keadaan baik dan plasenta previa
totalis
B. Laboratorium Darah
Pemeriksaan 6/06 Satuan Rujukan
Rutin
Hb 9.6 g/dl 13,5-17,5
Hct 28 % 33-45
AL 9.5 Ribu/ul 4,5-11,0
AT 180 Ribu/ul 150-450
AE 3.10 Juta/ul 4,50-5,90
Gol darah A
Kimia klinik
GDS 94 Mg/dl 60-140
SGOT u/l 0-35
SGPT u/l 0-45
Albumin g/dl 3.5 – 5.2
Kreatinin Mg/dl 0,8-1,3
Ureum Mg/dl <50
Elektrolit
Natrium Mmol/L 132-146
Kalium Mmol/L 3,7-5,4
Klorida Mmol/L 98-106
Serologi
14
HbsAg Non
reacive
Hemostasis
PT 13.3 detik 10-15
APTT 27.9 detik 20-40
V. KESIMPULAN
Seorang G2P0A1, 20 tahun, umur kehamilan 39+1 minggu. Riwayat fertilitas
baik, riwayat obstetrik buruk, teraba janin tunggal intra uterin, memanjang,
punggung di kiri, presentasi kepala, kepala belum masuk panggul. Tinggi
fundus uteri: 33 cm. TBJ 3200 gr. HIS (+), DJJ (+) reguler, portio livide, OUE
kesan terbuka, dengan riwayat perdarahan pervaginam, plasenta menutup jalan
lahir, dalam persalinan.
VI. DIAGNOSIS
Perdarahan ante partum et causa plasenta previa totalis pada sekundigravida
nullipara hamil aterm dalam persalinan.
VII. PROGNOSIS
Dubia
VIII. PENATALAKSANAAN
- Usul SCTP emergency + insersi IUD
- Cek darah lengkap
- Sedia darah
- informed consent
- konsul anestesi
- Inj Ceftriaxon 1 gr/8 jam
- CST → negatif
15
FOLLOW UP tanggal 7 Juni 2013
Keluhan : -
KU : baik, CM, gizi kesan cukup
Tanda vital : T = 110/70 mmHg Rr = 20x/menit
N = 80x/menit S = 36,6 0C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Thorax : Cor : dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi (+),
tampak luka operasi tertutup verband, peristaltik (+)
Genital : darah (-), lochia (+)
Hasil Laboratorium post Op
Hb 12.0 g/dl
Hct 34 %
AL 11.3 ribu / ul
AT 157 ribu/ ul
AE 3.56 juta/ul
Diagnosis : Ante partum hemorraghia et causa plasenta previa totalis pada
primipara hamil aterm.
Terapi : 1. Post SCTP emergency + insersi IUD DPH I
2. Infus RL 20 tpm
3. Inj Ceftriaxon 1 gram/12 jam
4. Inj ketorolac 1 amp/8 jam
FOLLOW UP tanggal 8 Juni 2013
Keluhan : -
KU : Baik, CM, gizi kesan cukup
Tanda vital : T = 110/80 mmHg Rr = 20x/menit
N = 78x/menit S = 36,7 0C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Thorax : Cor : dalam batas normal
16
Pulmo : dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi (+)
Genital : Darah (-), lochia (+)
Diagnosis : Ante partum hemorraghia et causa plasenta previa totalis pada
primipara hamil aterm.
Terapi : 1. Post SCTP emergency + insersi IUD DPH II
2. Cefadroxyl 3x500 mg
3. SF 1x1
4. Vit C 2x1
17
BAB IV
ANALISIS KASUS
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan jalan lahir yang terjadi pada
umur kehamilan di atas 22 minggu. Diagnosis perdarahan antepartum pada
banyak kasus, termasuk kasus ini tidak sulit untuk dibuat, tetapi hampir selalu
mengalami kesulitan untuk memperkirakan banyaknya jumlah perdarahan.
Penegakan diagnosis perdarahan antepartum karena plasenta previa totalis
didasarkan dari anamnesis : perdarahan dari jalan lahir dalam umur kehamilan
39+1 minggu (di atas 22 minggu) dan darah berwarna merah segar tanpa disertai
nyeri dan terjadi begitu saja.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya kelainan, didapatkan darah pada
jalan lahir. Pemeriksaan Leopold dilakukan bertujuan untuk mengetahui umur
kehamilan dan letak janin didapatkan bahwa janin tunggal, intra uterin,
memanjang, punggung di kiri, presentasi kepala, kepala belum masuk panggul.
Pada pemeriksaan Leopold IV pada data di atas terdapat kesalahan, seharusnya
berbunyi Leopold IV: tangan membentuk sudut konvergen. Hal ini menjelaskan
bahwa kepala janin belum memasuki pintu panggul. Dikarenakan pada kasus ini
kepala belum masuk panggul, maka pada pemeriksaan palpasi abdomen perlu
ditambahkan pemeriksaan Osborn test untuk mengetahui ada tidaknya DKP
(disproporsi kepala panggul) panggul sempit sehingga diagnosis DKP panggul
sempit bisa disingkirkan. Pada pemeriksaan inspekulo ditemukan adanya darah
dan tampak plasenta menutupi ostium uteri internum. Pemeriksaan USG
didapatkan gambaran plasenta berinsersi di segmen bawah rahim menutupi ostium
uteri internum.
Pada kasus ini, tidak dilakukan pemeriksaan VT, karena pemeriksaan VT
dapat menambah jumlah perdarahan dan kemungkinan infeksi.
Kehamilan aterm (kehamilan cukup bulan) dan dalam persalinan
ditegakkan dari anamnesis bahwa penderita merasa umur kehamilannya 9 bulan,
adanya rasa perut kenceng-kenceng yang teratur sudah dirasakan. Pada
pemeriksaan fisik sudah didapatkan adanya his yang reguler, bagian terbawah
janin belum memasuki pintu atas panggul dan pada pemeriksaan penunjang
18
dengan USG didapatkan perkiraan berat janin 3376 gram. Pada kesimpulan
terdapat kesalahan perkiraan berat janin. Seharusnya perkiraan berat janin antara
3100-3376 gram jika diambil dari data pengukuran tinggi fundus uteri dan USG.,
bukan 3200 gram yang diambil dari pertengahan kedua perhitungan.
Pada kasus ini, prognosis dubia dirasa kurang tepat, seharusnya prognosis
pada kasus ini adalah jelek (malam). Hal ini dikarenakan janin tidak
dimungkinkan dilahirkan secara normal per vaginam. Sehingga, penatalaksanaan
pada kasus ini dilakukan dengan terminasi kehamilan perabdominal direncanakan
operasi emergency, yaitu dilakukan rencana SCTP emergency dengan
pertimbangan :
- Plasenta previa totalis menutup seluruh ostium uteri internum
sehingga tidak memungkinkan untuk melahirkan pervaginam
- Hamil aterm, keadaan ibu dan anak masih baik (Hb yang normal)
- Perdarahan tidak begitu banyak
Setelah dilakukan operasi emergency, selama di rumah sakit pasien terus
dipantau serta dijaga keadaan umum ibu, dipantau kontraksi uterus, tinggi fundus
uteri, dan dan diawasi apakah terjadi involusi uteri, dan di cek darah post operasi.
Pada perawatan hari ke-2 di rumah sakit jika kontraksi uterus baik dan
tidak ada perdarahan, maka pengobatan injeksi diganti dengan pengobatan peroral
19
BAB V
SARAN
1. Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
diperlukan antenatal care sedini mungkin dan secara teratur di unit pelayanan
kesehatan khususnya mengenai pemeriksaan tentang kondisi jantung pasien,
tekanan darah dan keadaan janin intra uterin.
2. Edukasi kepada pasien mengenai
pengetahuan tentang penyakit, gejala, dan komplikasinya,
penatalaksanaannya.
20
Daftar Pustaka
1. Hariadi, R., dkk. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal, Edisi perdan. Jilid I. Surabaya, Himpunan Kedokteran fetomaternal Perkumpulan Obstetric dan Ginekologi Indonesia.
2.Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2002. Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga. Jakarta, yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
3. Yoseph, Perdarahan Selama Kehamilan. Cermin Dunia Kedokteran. No. 12.
1996
4. Cunningham, Mac Donald, Gant, Levono, Gilstrap, Hanskin, Clark. 1997. William‘s Obstretics 20th edition. Prentice-Hall International Inc. Pp : 773-818
5. Sumapraja, S; Rachimhadhi, T. 1999. Dalam Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 365-76
6. Pernoll ML. Benson & Pernoll handbook of obstetric and gynaecology. 10th ed. Boston : McGraw-Hill companies, 2001.
7. Saifudin BA , Adriaansz G, Wiknyosastro GH, Waspodo D. eds. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2001
8. Anonim, 2004. Protap Pelayanan Profesi kelompok Staf Medis Fungsional Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Moewardi, 2004. Surakarta
9. Abdul Bari Saifudin, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
10.Ben-zion Taber, 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi (alih bahasa: T. Supriyadi dan J. Gunawan). EGC. Jakarta
11.Martin L Pernall, MD, 1994. This Trimester Hemorrhage in Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment, 7th edition. Appleton and Lange, California
12.Harry Oxorn, 1996. Perdarahan Antepartum dalam Ilmu Kebidanan Fisiologi dan Patologi Persalinan. Yayasan Essentia Medica, Jakarta.
21