preskes konjungtivitiskuu
-
Author
dwitiara-septiani -
Category
Documents
-
view
23 -
download
7
Embed Size (px)
Transcript of preskes konjungtivitiskuu
Presentasi Kasus
ILMU KESEHATAN MATA
Oleh:Debby Andina Landiasari G99112043Ikvin MuttathiinG99112079Dian Ajeng AtikaningrumG99112049Katia Amanda SinoelG99112084Iput Syarhil MusthofaG99112081Rizki Amalia PG99122102
Pembimbing :Halida Wibawaty, dr., Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDISURAKARTA2013BAB ISTATUS PENDERITA
I. IDENTITASNama : Bp. REUmur: 44 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiSuku: JawaKewarganegaraan: IndonesiaAgama: KatolikPekerjaan : WiraswastaTgl pemeriksaan : 04 Oktober 2013No. CM : 01218958
II. ANAMNESISA. Keluhan utamaRasa mengganjal dan nyeri di mata kanan.
B. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan mengganjal dan nyeri di mata kanan. Juga mengeluhkan pandangan kabur, pedes, nrocos, cekot-cekot, dan nyeri. Pasien tidak terdapat riwayat hipertensi, tidak ada riwayat diabetes mellitus, tidak ada alergi, dan tidak ada riwayat asma. C. Riwayat Penyakit Dahulu1. Riwayat sakit serupa: (-)2. Riwayat alergi obat dan makanan : (-)3. Riwayat trauma mata: ada, 4. Riwayat asma: disangkal5. Riwayat kacamata: adaD. Riwayat Penyakit Keluarga1. Riwayat sakit serupa: disangkal2. Riwayat asma: disangkal3. Riwayat alergi: (-)D. Kesimpulan AnamnesisODOS
ProsesPeradangan-
LokalisasiKornea-
SebabTrauma okuli-
PerjalananAkut-
KomplikasiUlkus kornea, keratitis, endoftalmitis-
III. PEMERIKSAAN FISIKA. Kesan umum1. Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukupB. Pemeriksaan subyektif ODOS
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh
a. pinholeTidak dilakukanTidak dilakukan
b. koreksiTidak dilakukanTidak dilakukan
2. Visus sentralis dekatTidak dilakukanTidak dilakukan
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi tes Tidak dilakukanTidak dilakukan
2. Proyeksi sinarBaikBaik
3. Persepsi warnaBaikBaik
C. Pemeriksaan Obyektif1. Sekitar mataODOS
a. tanda radangTidak adaTidak ada
b. lukaTidak adaTidak ada
c. parut adaTidak ada
d. kelainan warnaTidak adaTidak ada
e. kelainan bentukTidak adaTidak ada
2. Supercilia
a. warnaHitamHitam
b. tumbuhnyaNormalNormal
c. kulitSawo matangSawo matang
d. gerakanDalam batas normalDalam batas normal
3. Pasangan bola mata dalam orbita
a. heteroforiaTidak adaTidak ada
b. strabismusTidak adaTidak ada
c. pseudostrabismusTidak adaTidak ada
d. exophtalmusTidak adaTidak ada
e. enophtalmusTidak adaTidak ada
4. Ukuran bola mata
a. mikroftalmusTidak adaTidak ada
b. makroftalmusTidak adaTidak ada
c. ptisis bulbiTidak adaTidak ada
d. atrofi bulbiTidak adaTidak ada
5. Gerakan bola mata
a. temporalTidak terhambatTidak terhambat
b. temporal superiorTidak terhambatTidak terhambat
c. temporal inferiorTidak terhambatTidak terhambat
d. nasalTidak terhambatTidak terhambat
e. nasal superiorTidak terhambatTidak terhambat
f. nasal inferiorTidak terhambatTidak terhambat
6. Kelopak mata
a. pasangannya
1.) edema Tidak adaTidak ada
2.) hiperemi Tidak adaTidak ada
3.) blefaroptosisTidak adaTidak ada
4.) blefarospasmeTidak adaTidak ada
b. gerakannya
1.) membuka Tidak tertinggalTidak tertinggal
2.) menutupTidak tertinggalTidak tertinggal
c. rima
1.) lebar 10 mm10 mm
2.) ankiloblefaronTidak adaTidak ada
3.) blefarofimosis Tidak adaTidak ada
d. kulit
1.) tanda radangTidak adaTidak ada
2.) warnaSawo matangSawo matang
3.) epiblepharon Tidak adaTidak ada
4.) blepharochalasisTidak ada Tidak ada
e. tepi kelopak mata
1.) enteropion Tidak adaTidak ada
2.) ekteropionTidak adaTidak ada
3.) kolobomaTidak adaTidak ada
4.) bulu mataDalam batas normalDalam batas normal
7. sekitar glandula lakrimalis
a. tanda radangTidak adaTidak ada
b. benjolanTidak adaTidak ada
c. tulang margo tarsalis Tidak ada kelainanTidak ada kelainan
8. Sekitar saccus lakrimalis
a. tanda radangTidak adaTidak ada
b. benjolanTidak adaTidak ada
9. Tekanan intraocular
a. palpasiKesan normalKesan normal
b. tonometri schiotzTidak dilakukanTidak dilakukan
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra superior
1.) edemaTidak adaTidak ada
2.) hiperemi Tidak adaTidak ada
3.) sekretTidak adaTidak ada
4.) sikatrikTidak adaTidak ada
b. konjungtiva palpebra inferior
1.) edemaTidak adaTidak ada
2.) hiperemi Tidak adaTidak ada
3.) sekretTidak adaTidak ada
4.) sikatrikTidak adaTidak ada
c. konjungtiva fornix
1.) edemaTidak adaTidak ada
2.) hiperemi Tidak adaTidak ada
3.) sekretTidak adaTidak ada
4.) benjolan Tidak adaTidak ada
d. konjungtiva bulbi
1.) edemaTidak adaTidak ada
2.) hiperemisAdaTidak ada
3.) sekretAda minimalTidak ada
4.) injeksi konjungtivaAdaTidak ada
5.) injeksi siliarTidak adaTidak ada
e. caruncula dan plika semilunaris
1.) edemaTidak adaTidak ada
2.) hiperemisTidak adaTidak ada
3.) sikatrikTidak adaTidak ada
11. Sclera
a. warna HiperemisPutih
b. tanda radangTidak adaTidak ada
c. penonjolanTidak adaTidak ada
12. Kornea
a. ukuran12 mm12 mm
b. limbusJernihJernih
c. permukaan Tidak rata, mengkilapRata, mengkilap
d. sensibilitasTidak dilakukanTidak dilakukan
e. keratoskop ( placido )Tidak dilakukan Tidak dilakukan
f. fluorecsin tesTidak dilakukanTidak dilakukan
g. arcus senilisTidak adaTidak ada
13. Kamera okuli anterior
a. kejernihanJernihJernih
b. kedalamanDalamDalam
14. Iris
a. warnaCoklatCoklat
b. bentukTampak lempenganTampak lempengan
c. sinekia anteriorTidak tampakTidak tampak
d. sinekia posteriorTidak tampakTidak tampak
15. Pupil
a. ukuran 3 mm3 mm
b. bentukBulat Bulat
c. letakSentralSentral
d. reaksi cahaya langsungPositif Positif
e. tepi pupilTidak ada kelainanTidak ada kelainan
16. Lensa
a. ada/tidakAdaAda
b. kejernihanJernihJernih
c. letak SentralSentral
e. shadow testTidak dilakukanTidak dilakukan
17. Corpus vitreum
a. Kejernihanb. Reflek fundusTidak dilakukanTidak dilakukanTidak dilakukanTidak dilakukan
IV. KESIMPULAN PEMERIKSAANODOS
A. Visus sentralis jauh
B. Visus perifer
Konfrontasi tesTidak dilakukanTidak dilakukan
Proyeksi sinarBaikBaik
Persepsi warnaBaikBaik
C. Sekitar mataDalam batas normalDalam batas normal
D. SuperciliumDalam batas normalDalam batas normal
E. Pasangan bola mata dalam orbitaDalam batas normalDalam batas normal
F. Ukuran bola mataDalam batas normalDalam batas normal
G. Gerakan bola mataDalam batas normalDalam batas normal
H. Kelopak mataDalam batas normal Dalam batas normal
I. Sekitar saccus lakrimalisDalam batas normalDalam batas normal
J. Sekitar glandula lakrimalisDalam batas normalDalam batas normal
K. Tekanan intarokularDalam batas normalDalam batas normal
L. Konjungtiva palpebraDalam batas normalDalam batas normal
M. Konjungtiva bulbiinjeksi konjungtiva(+)Dalam batas normal
N. Konjungtiva fornixDalam batas normalDalam batas normal
O. SkleraHiperemisDalam batas normal
P. KorneaTerdapat sikatrikDalam batas normal
Q. Camera okuli anteriorKesan normalKesan normal
R. IrisBulat, warna coklatBulat, warna coklat
S. PupilDiameter 3 mm, bulat, sentralDiameter 3 mm, bulat, sentral
T. LensaKesan normalKesan normal
U. Corpus vitreumTidak dilakukanTidak dilakukan
V. DIAGNOSIS BANDINGOD korpus alienumOD keratitisOD konjungtivitisOD skleritisOD episkleritisVI. DIAGNOSISOD korpus alienum
VII. TERAPITindakan pengambilan korpus alienumSalep gentamicin
VIII. PLANNING Pemeriksaan slit lamp
IX. PROGNOSIS ODOS
1. Ad vitamDubia et bonamDubia et bonam
2. Ad fungsionamDubia et bonamDubia et bonam
3. Ad sanamDubia et bonamDubia et bonam
4. Ad kosmetikumDubia et bonamDubia et bonam
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. LATAR BELAKANGKonjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan substansi-substansi dari lingkungan luar yang mengganggu (Vaughan, 2010). Peradangan pada konjungtiva disebut konjungtivitis, penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan sekret purulen (Vaughan, 2010). Konjungtivitis umumnya disebabkan oleh reaksi alergi, infeksi bakteri dan virus, serta dapat bersifat akut atau menahun (Ilyas, 2009).
B. ANATOMISecara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (Vaughan, 2010).Konjungtiva adalah selaput lendir atau disebut lapisan mukosa. Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal kelopak menjadi konjuntiva forniks yang melekat pada jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kornea. Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian : 1) Konjungtiva palpebra, 2) Konjungtiva forniks, dan 3) Konjungtiva bulbi (Al Ghozie, 2002).
Gambar 1. Anatomi mataSecara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal (Junqueira, 2007). Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan dapat mengandung pigmen (Vaughan, 2010). Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata (Vaughan, 2010). Konjungtiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara di forniks atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan tertahan pada bangunan lekukan di belakang kelopak mata tertahan di belakang tepi kelopak. Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks dan mengalir ke tepi nasal menuju punctum lakrimalis (Al Ghozie, 2002).Kedudukan konjungtiva mempunyai resiko mudah terkena mikroorganisme atau benda lain. Air mata akan melarutkan materi infeksius atau mendorong debu keluar. Alat pertahanan ini menyebabkan peradangan menjadi self-limited disease. Selain air mata, alat pertahanan berupa elemen limfoid, mekanisme eksfoliasi epitel dan gerakan memompa kantong air mata (Al Ghozie, 2002).Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak (Vaughan, 2010).
C. DEFINISIKonjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar bola mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia (James dkk, 2005). Menurut Ilyas (2008), konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.
D. ETIOLOGIKonjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal: a. Konjungtivitis bakteri. Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu:1) Hiperakut, biasanya disebabkan oleh Neisseria gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis 2) Akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophillus aegyptyus3) Subakut, biasanya disebabkan oleh Haemophillus influenza dan E.coli4) Kronik , biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Maxella lacunata Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. b. Konjungtivitis klamidia. 1) Trachoma (Chlamydia trachomatitis serotype A-C)2) Konjungtivitis inklusi (Chlamydia trachomatitis serotype D-K)3) Limfogranuloma venerum (LGV)c. Konjungtivitis viral 1) Konjungtivitis folikuler virus akut : demam faringokonjungtivitis (Adenovirus tipe 3 dan 7), keratokonjungtivitis epidemika (Adenovirus tipe 8 dan 19), virus herpes simplex, konjungtivitis hemoragik akut (Enterovirus tipe 70)2) Konjungtivitis folikuler virus menahun: virus moluscum kontagiosum3) Blefarokonjungtivitis karena virus: varicella, herpes zoosterd. Konjungtivitis ricketsiae. Konjungtivitis jamur. 1) eksudatif menahun: Candida2) Granulomatosa: Rhinosporum seeeberi, Sporotix schenckiif. Konjungtivitis parasit. Konjungtivitis dan blefarokonjungtivitis menahun: Ascaris lumbricoides, Taenia solium, Schistosa haematobiumg. Konjungtivitis alergi. 1) Reaksi hipersensitivitas segera (humoral)2) Reaksi hipersensitivitas tertunda (seluler)3) Penyakit autoimunh. Konjungtivitis kimia atau iritatif 1) Iatrogenik: miotika Idoxuridine, obat topical lain, larutan lensa kontak2) Berhubungan dengan pekerjaan: asam, basa, asap, angin, cahaya, ultraviolet
i. Etiologi yang tidak dapat diketahuiFolikulitis, konjungtivitis folikuler maenahun, psoriasis, dermatitis herpetiformis, epidermolisis bulosa, konjungtivitis ligneosa (Vaughan, 2000).
E. EPIDEMIOLOGIKonjungtivitis merupakan penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Meskipun belum ada data yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat. Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak hygiene.
F. PATOFISIOLOGI Konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan factor-faktor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari subtansi luar. Pada film air mata, komponen akueosa mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debrism dan aktivitas pompa palpebral membilas air mata ke duktus lakrimalis secara konstan; air mata mengandung anti mikroba, termasuk lisozim dan antibody (IgA dan IgG). Cedera epitel konjuntiva oleh agen perusak dapat diikuti oleh edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel, atau pembentukan granuloma. Selain itu, mungkin juga tejadi edema stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapisan limfoid stroma (pembentukan folikel). Dapat ditemukan sel-sel radang termasuk neutrophil, eosinophil, basophil, limfosit, dan sel plasma, yang sering kali menunjukkan sifat agen perusaknya. Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel-sel goblet untuk membentuk eksudat konjungtiva, yang menyebabkan perlengketan tepian palpebral terutama pagi hari.Banyaknya leukosit polimorfonuklear adalah ciri khas konjungtivitis bakteri. Secara umum, sel mono nuclear dalam jumlah banyak (khususnya limfosit) khas untuk konjungtivitis virus. Jika ditemukan pseudomembran atau membrane sejati (misalnya kerato konjungtivitis epidemika atau konjungtivitis virus herpes simpleks), neutrophil akan menjadi sel terbanyak karena adanya sel yang menyertai. Pada konjungtivitis klamidia jumlah neutrophil dan limfosit biasanya setara. Eosinofil dan basophil terdapat pada konjungtivitis alergika, dan sebaran granul eosinofilik dan eosinophil terdapat pada keratokonjungtivitis vernal (Vaughan, 2010)
G. MANIFESTASI KLINISGejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau terbakar, sensasi penuh disekeliling mata mata, gatal, atau fotofobia. Sensasi benda asing dan sensasi tergores atau terbakar sering dihubungkan dengan edema dan hipertrofi papilla yang biasanya menyertai hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit, korneanya juga terkena. Tanda-tanda penting konjungtivitis:a) Hiperemia adalh tanda klinis konjungtivitis akut yang paling menyolok. Kemerahanpaling jelas di forniks dan makin berkurang kea rah limbus karena dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior (dilatasi perilimbus atau hiperemia siliaris mengesankan adanya radang kornea atau struktur yang lebih dalam).warna merah terang mengesankan konjungtivitis bacterial dan tampilan putih susu mengesankan konjungtivitis alergika. b) Mata berair (epifora) sering kali menyolok pada konjungtivitis. Sekresi air mata disebabkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau tergores, atau oleh rasa gatal. Transudasi ringan juga timbul di pembuluh-pembuluh yang hiperemik dan menambah jumlah air mata tersebut.c) Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut.d) Pseudoptosis adalah terkulainya palpebral superior karena infiltrasi di otot Muller.e) Hipertrofi papilar adalah reaksi konjungtiva nonspesifik yang terjadi karena konjuntiva terikat pada tarsus atau limbus dibawahnya oleh serabut-serabut halus.f) Kemosis konjungtiva sangat mengarah pada konjungtivitis alergika, tetapi dapat timbul pada konjungtivitis gonokokus atau meningokokus akut dan terutama pada konjungtivitis adenoviral.g) Folikel merupakan suatu hyperplasia limfoid local didalam lapisan limfoid konjungtiva dan biasanya mempunyai sebuah pusat germinal. Secara klinis folikel dapat dikenalisebagai struktur bulat kelabu atau putih yang avascular.h) Pseudomembran adalah suatu pengentalan diatas permukaan epitel yang bila diangkat epitelnya tetap utuh. Membrane adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel yang jika diangkat, meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.(Vaughan, 2010)
H. DIAGNOSIS BANDINGKonjungtivitis akutIritis akutGlaukoma akut
SeranganperlahanperlahanCepat
SakitRingan, gatal membakar, rasa tak enakSedang sampai hebat cabang n.V menyebar ke kening pelipis memburuk malam hariHebat, menyebar cabang n. V, sekitar mata, sakit kepala ringan
SekretSering purulen atau mukopurulenRefleks epiforaTidak ada
FotofobiaringanhebatSedang
VisusTidak berkurangberkurangSangat menurun
KonjungtivaMerah-pucatBiasanya transparanKongesti-kemotik
Bilik mata depanNormalsuardangkal
PupilNormalFixed, konstriksi, irregulerFixed, oval, dilatasi
KongestiSuperfisial berkurang di forniksSiliar, sirkumkornea berkurang kearah limbusSiliar, episklera
Tanda konstitusionalTidak adaringanMuntah-muntah
(Ilyas, 2009)
I. DIAGNOSISDiagnosis konjuntivitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Keberhasilan penanganan konjungtivitis tergantung pada ketepatan diagnosis, penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan yang terjadi. Perbedaan jenis-jenis konjungtivis berdasarkan penyebabnya:VirusBakteriPurulen NonpurulenFungus dan parasitAlergi
SekretSedikitBanyakSedikitSedikitSedikit
AirmataBanyakSedangSedangSedikitSedang
GatalSedikitSedikit--Hebat
InjeksiUmumUmumLokalLokalUmum
Nodul preaurikulerSeringJarangSeringSering-
Pewarnaan usapanMonosit, limfositBakteri PMNBakteri PMNBiasanya negatifEosinofil
Sakit tenggorokan dan panas yang menyertaiKadangKadang---
(Ilyas, 2013)
J. PENATALAKSANAANSebelum didapatkan hasil pemeriksaan mikrobiologi dapat diberikan antibiotik tunggal seperti Gentamicin, Klorampenicol, Polimiksin, selama 3 5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan.
K. PROGNOSISBila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani bisa menyebabkan komplikasi seperti blefarokonjungtivitis, pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit (Vaughan, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghozie, M. (2002). Handbook of Ophthalmology : A Guide to Medical Examination. Yogyakarta: FK UMY.Ilyas, S. (2009). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.Ilyas, S. (2013). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.James, Brus, dkk. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. Junqueira, L.C., Carneiro, J.,( 2007). Sistem Fotoreseptor dan Audioreseptor. Dalam: Junqueira, L.C., Carneiro, J (ed). Histologi Dasar: Text & Atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC.Vaughan, D. (2010). Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3