preskes konjungtivitiskuu

26
Presentasi Kasus ILMU KESEHATAN MATA Oleh: Debby Andina Landiasari G99112043 Ikvin Muttathi’in G99112079 Dian Ajeng Atikaningrum G99112049 Katia Amanda Sinoel G99112084 Iput Syarhil Musthofa G99112081 Rizki Amalia P G99122102 Pembimbing : Halida Wibawaty, dr., Sp.M 1

Transcript of preskes konjungtivitiskuu

Page 1: preskes konjungtivitiskuu

Presentasi Kasus

ILMU KESEHATAN MATA

Oleh:

Debby Andina Landiasari G99112043

Ikvin Muttathi’in G99112079

Dian Ajeng Atikaningrum G99112049

Katia Amanda Sinoel G99112084

Iput Syarhil Musthofa G99112081

Rizki Amalia P G99122102

Pembimbing :

Halida Wibawaty, dr., Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2013

1

Page 2: preskes konjungtivitiskuu

BAB I

STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS

Nama : Bp. RE

Umur : 44 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Jawa

Kewarganegaraan: Indonesia

Agama : Katolik

Pekerjaan : Wiraswasta

Tgl pemeriksaan : 04 Oktober 2013

No. CM : 01218958

II. ANAMNESIS

A. Keluhan utama

Rasa mengganjal dan nyeri di mata kanan.

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan mengganjal dan nyeri di mata

kanan. Juga mengeluhkan pandangan kabur, pedes, nrocos, cekot-cekot,

dan nyeri. Pasien tidak terdapat riwayat hipertensi, tidak ada riwayat

diabetes mellitus, tidak ada alergi, dan tidak ada riwayat asma.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat sakit serupa : (-)

2. Riwayat alergi obat dan makanan : (-)

3. Riwayat trauma mata : ada,

4. Riwayat asma : disangkal

5. Riwayat kacamata : ada

2

Page 3: preskes konjungtivitiskuu

D. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat sakit serupa : disangkal

2. Riwayat asma : disangkal

3. Riwayat alergi : (-)

D. Kesimpulan Anamnesis

OD OS

Proses Peradangan -Lokalisasi Kornea -

Sebab Trauma okuli -Perjalanan Akut -Komplikasi Ulkus kornea, keratitis,

endoftalmitis-

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Kesan umum

1. Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup

B. Pemeriksaan subyektif

OD OSA. Visus Sentralis1. Visus sentralis jauh a. pinhole Tidak dilakukan Tidak dilakukan b. koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan2. Visus sentralis dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukanB. Visus Perifer1. Konfrontasi tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan2. Proyeksi sinar Baik Baik3. Persepsi warna Baik Baik

C. Pemeriksaan Obyektif

1. Sekitar mata OD OS a. tanda radang Tidak ada Tidak ada b. luka Tidak ada Tidak ada c. parut ada Tidak ada d. kelainan warna Tidak ada Tidak ada e. kelainan bentuk Tidak ada Tidak ada2. Supercilia a. warna Hitam Hitam b. tumbuhnya Normal Normal

3

Page 4: preskes konjungtivitiskuu

c. kulit Sawo matang Sawo matang d. gerakan Dalam batas normal Dalam batas normal3. Pasangan bola mata dalam orbita

a. heteroforia Tidak ada Tidak ada b. strabismus Tidak ada Tidak ada c. pseudostrabismus Tidak ada Tidak ada d. exophtalmus Tidak ada Tidak ada e. enophtalmus Tidak ada Tidak ada4. Ukuran bola mata a. mikroftalmus Tidak ada Tidak ada b. makroftalmus Tidak ada Tidak ada c. ptisis bulbi Tidak ada Tidak ada d. atrofi bulbi Tidak ada Tidak ada5. Gerakan bola mata a. temporal Tidak terhambat Tidak terhambat b. temporal superior Tidak terhambat Tidak terhambat c. temporal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat d. nasal Tidak terhambat Tidak terhambat e. nasal superior Tidak terhambat Tidak terhambat f. nasal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat6. Kelopak mata a. pasangannya 1.) edema Tidak ada Tidak ada 2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada 3.) blefaroptosis Tidak ada Tidak ada 4.) blefarospasme Tidak ada Tidak ada b. gerakannya 1.) membuka Tidak tertinggal Tidak tertinggal 2.) menutup Tidak tertinggal Tidak tertinggal c. rima 1.) lebar 10 mm 10 mm 2.) ankiloblefaron Tidak ada Tidak ada 3.) blefarofimosis Tidak ada Tidak ada d. kulit 1.) tanda radang Tidak ada Tidak ada 2.) warna Sawo matang Sawo matang 3.) epiblepharon Tidak ada Tidak ada 4.) blepharochalasis Tidak ada Tidak ada e. tepi kelopak mata 1.) enteropion Tidak ada Tidak ada 2.) ekteropion Tidak ada Tidak ada 3.) koloboma Tidak ada Tidak ada 4.) bulu mata Dalam batas normal Dalam batas normal7. sekitar glandula lakrimalis

4

Page 5: preskes konjungtivitiskuu

a. tanda radang Tidak ada Tidak ada b. benjolan Tidak ada Tidak ada c. tulang margo tarsalis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan8. Sekitar saccus lakrimalis a. tanda radang Tidak ada Tidak ada b. benjolan Tidak ada Tidak ada9. Tekanan intraocular a. palpasi Kesan normal Kesan normal b. tonometri schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan10. Konjungtiva a. konjungtiva palpebra superior 1.) edema Tidak ada Tidak ada 2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada 3.) sekret Tidak ada Tidak ada 4.) sikatrik Tidak ada Tidak ada b. konjungtiva palpebra inferior 1.) edema Tidak ada Tidak ada 2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada 3.) sekret Tidak ada Tidak ada 4.) sikatrik Tidak ada Tidak ada c. konjungtiva fornix 1.) edema Tidak ada Tidak ada 2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada 3.) sekret Tidak ada Tidak ada 4.) benjolan Tidak ada Tidak ada d. konjungtiva bulbi 1.) edema Tidak ada Tidak ada 2.) hiperemis Ada Tidak ada 3.) sekret Ada minimal Tidak ada 4.) injeksi konjungtiva Ada Tidak ada 5.) injeksi siliar Tidak ada Tidak ada e. caruncula dan plika semilunaris 1.) edema Tidak ada Tidak ada 2.) hiperemis Tidak ada Tidak ada 3.) sikatrik Tidak ada Tidak ada11. Sclera a. warna Hiperemis Putih b. tanda radang Tidak ada Tidak ada c. penonjolan Tidak ada Tidak ada12. Kornea a. ukuran 12 mm 12 mm b. limbus Jernih Jernih c. permukaan Tidak rata,

mengkilapRata, mengkilap

5

Page 6: preskes konjungtivitiskuu

d. sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan e. keratoskop ( placido ) Tidak dilakukan Tidak dilakukan f. fluorecsin tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan g. arcus senilis Tidak ada Tidak ada13. Kamera okuli anterior a. kejernihan Jernih Jernih b. kedalaman Dalam Dalam14. Iris a. warna Coklat Coklat b. bentuk Tampak lempengan Tampak lempengan c. sinekia anterior Tidak tampak Tidak tampak d. sinekia posterior Tidak tampak Tidak tampak15. Pupil a. ukuran 3 mm 3 mm b. bentuk Bulat Bulat c. letak Sentral Sentral d. reaksi cahaya langsung Positif Positif e. tepi pupil Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan16. Lensa a. ada/tidak Ada Ada b. kejernihan Jernih Jernih c. letak Sentral Sentral e. shadow test Tidak dilakukan Tidak dilakukan17. Corpus vitreum

a. Kejernihanb. Reflek fundus

Tidak dilakukanTidak dilakukan

Tidak dilakukanTidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN

OD OSA. Visus sentralis jauh

B. Visus periferKonfrontasi tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Proyeksi sinar Baik BaikPersepsi warna Baik BaikC. Sekitar mata Dalam batas normal Dalam batas normalD. Supercilium Dalam batas normal Dalam batas normalE. Pasangan bola mata

dalam orbitaDalam batas normal Dalam batas normal

F. Ukuran bola mata Dalam batas normal Dalam batas normalG. Gerakan bola mata Dalam batas normal Dalam batas normalH. Kelopak mata Dalam batas normal Dalam batas normalI. Sekitar saccus

lakrimalisDalam batas normal Dalam batas normal

6

Page 7: preskes konjungtivitiskuu

J. Sekitar glandula lakrimalis

Dalam batas normal Dalam batas normal

K. Tekanan intarokular Dalam batas normal Dalam batas normalL. Konjungtiva palpebra Dalam batas normal Dalam batas normalM. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva(+) Dalam batas normalN. Konjungtiva fornix Dalam batas normal Dalam batas normalO. Sklera Hiperemis Dalam batas normalP. Kornea Terdapat sikatrik Dalam batas normalQ. Camera okuli anterior Kesan normal Kesan normalR. Iris Bulat, warna coklat Bulat, warna coklatS. Pupil Diameter 3 mm, bulat, sentral Diameter 3 mm, bulat,

sentralT. Lensa Kesan normal Kesan normal

U. Corpus vitreum Tidak dilakukan Tidak dilakukan

V. DIAGNOSIS BANDING

OD korpus alienum

OD keratitis

OD konjungtivitis

OD skleritis

OD episkleritis

VI. DIAGNOSIS

OD korpus alienum

7

Page 8: preskes konjungtivitiskuu

VII. TERAPI

Tindakan pengambilan korpus alienum

Salep gentamicin

VIII. PLANNING

- Pemeriksaan slit lamp

IX. PROGNOSIS

OD OS1. Ad vitam Dubia et bonam Dubia et bonam2. Ad fungsionam Dubia et bonam Dubia et bonam3. Ad sanam Dubia et bonam Dubia et bonam4. Ad kosmetikum Dubia et bonam Dubia et bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG

8

Page 9: preskes konjungtivitiskuu

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis)

dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Karena lokasinya,

konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan substansi-substansi

dari lingkungan luar yang mengganggu (Vaughan, 2010).

Peradangan pada konjungtiva disebut konjungtivitis, penyakit ini

bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai

konjungtivitis berat dengan sekret purulen (Vaughan, 2010). Konjungtivitis

umumnya disebabkan oleh reaksi alergi, infeksi bakteri dan virus, serta dapat

bersifat akut atau menahun (Ilyas, 2009).

B. ANATOMI

Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang

transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata

(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva

bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak

mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus,

konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan

membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva

bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan melipat berkali-kali.

Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan

memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (Vaughan, 2010).

Konjungtiva adalah selaput lendir atau disebut lapisan mukosa.

Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi kelopak

(margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal

kelopak menjadi konjuntiva forniks yang melekat pada jaringan longgar dan

melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kornea. Konjungtiva dibagi

menjadi 3 bagian : 1) Konjungtiva palpebra, 2) Konjungtiva forniks, dan 3)

Konjungtiva bulbi (Al Ghozie, 2002).

9

Page 10: preskes konjungtivitiskuu

Gambar 1. Anatomi mata

Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima

lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal (Junqueira, 2007).

Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang

mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air mata. Sel-sel epitel

basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan dapat

mengandung pigmen (Vaughan, 2010).

Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis)

dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan

limfoid dan tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan.

Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng

tarsus dan tersusun longgar pada mata (Vaughan, 2010).

Konjungtiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara

di forniks atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan

tertahan pada bangunan lekukan di belakang kelopak mata tertahan di

belakang tepi kelopak. Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks dan

mengalir ke tepi nasal menuju punctum lakrimalis (Al Ghozie, 2002).

Kedudukan konjungtiva mempunyai resiko mudah terkena

mikroorganisme atau benda lain. Air mata akan melarutkan materi infeksius

atau mendorong debu keluar. Alat pertahanan ini menyebabkan peradangan

10

Page 11: preskes konjungtivitiskuu

menjadi self-limited disease. Selain air mata, alat pertahanan berupa elemen

limfoid, mekanisme eksfoliasi epitel dan gerakan memompa kantong air mata

(Al Ghozie, 2002).

Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria

palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan

banyak vena konjungtiva membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat

banyak (Vaughan, 2010).

C. DEFINISI

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar

bola mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-

organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia

(James dkk, 2005). Menurut Ilyas (2008), konjungtivitis adalah peradangan

konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan

eksudasi. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam

gejala, salah satunya adalah mata merah.

D. ETIOLOGI

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal:

a. Konjungtivitis bakteri.

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu:

1) Hiperakut, biasanya disebabkan oleh Neisseria gonnorhoeae, Neisseria

kochii dan N meningitidis

2) Akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan

Haemophillus aegyptyus

3) Subakut, biasanya disebabkan oleh Haemophillus influenza dan E.coli

4) Kronik , biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Maxella

lacunata

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian

mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang

lain.

11

Page 12: preskes konjungtivitiskuu

b. Konjungtivitis klamidia.

1) Trachoma (Chlamydia trachomatitis serotype A-C)

2) Konjungtivitis inklusi (Chlamydia trachomatitis serotype D-K)

3) Limfogranuloma venerum (LGV)

c. Konjungtivitis viral

1) Konjungtivitis folikuler virus akut : demam faringokonjungtivitis

(Adenovirus tipe 3 dan 7), keratokonjungtivitis epidemika (Adenovirus

tipe 8 dan 19), virus herpes simplex, konjungtivitis hemoragik akut

(Enterovirus tipe 70)

2) Konjungtivitis folikuler virus menahun: virus moluscum kontagiosum

3) Blefarokonjungtivitis karena virus: varicella, herpes zooster

d. Konjungtivitis ricketsia

e. Konjungtivitis jamur.

1) eksudatif menahun: Candida

2) Granulomatosa: Rhinosporum seeeberi, Sporotix schenckii

f. Konjungtivitis parasit.

Konjungtivitis dan blefarokonjungtivitis menahun: Ascaris lumbricoides,

Taenia solium, Schistosa haematobium

g. Konjungtivitis alergi.

1) Reaksi hipersensitivitas segera (humoral)

2) Reaksi hipersensitivitas tertunda (seluler)

3) Penyakit autoimun

h. Konjungtivitis kimia atau iritatif

1) Iatrogenik: miotika Idoxuridine, obat topical lain, larutan lensa kontak

2) Berhubungan dengan pekerjaan: asam, basa, asap, angin, cahaya,

ultraviolet

i. Etiologi yang tidak dapat diketahui

12

Page 13: preskes konjungtivitiskuu

Folikulitis, konjungtivitis folikuler maenahun, psoriasis, dermatitis

herpetiformis, epidermolisis bulosa, konjungtivitis ligneosa (Vaughan,

2000).

E. EPIDEMIOLOGI

Konjungtivitis merupakan penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan

dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Meskipun

belum ada data yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi

konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang

sering terjadi pada masyarakat. Di Indonesia penyakit ini masih banyak

terdapat dan paling sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang

tidak hygiene.

F. PATOFISIOLOGI

Konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan factor-faktor

lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi

permukaan mata dari subtansi luar. Pada film air mata, komponen akueosa

mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debrism dan aktivitas

pompa palpebral membilas air mata ke duktus lakrimalis secara konstan; air

mata mengandung anti mikroba, termasuk lisozim dan antibody (IgA dan

IgG).

Cedera epitel konjuntiva oleh agen perusak dapat diikuti oleh edema

epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel, atau pembentukan

granuloma. Selain itu, mungkin juga tejadi edema stroma konjungtiva

(kemosis) dan hipertrofi lapisan limfoid stroma (pembentukan folikel). Dapat

ditemukan sel-sel radang termasuk neutrophil, eosinophil, basophil, limfosit,

dan sel plasma, yang sering kali menunjukkan sifat agen perusaknya. Sel-sel

radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-

sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel-sel goblet untuk

membentuk eksudat konjungtiva, yang menyebabkan “perlengketan” tepian

palpebral terutama pagi hari.

13

Page 14: preskes konjungtivitiskuu

Banyaknya leukosit polimorfonuklear adalah ciri khas konjungtivitis

bakteri. Secara umum, sel mono nuclear dalam jumlah banyak (khususnya

limfosit) khas untuk konjungtivitis virus. Jika ditemukan pseudomembran

atau membrane sejati (misalnya kerato konjungtivitis epidemika atau

konjungtivitis virus herpes simpleks), neutrophil akan menjadi sel terbanyak

karena adanya sel yang menyertai. Pada konjungtivitis klamidia jumlah

neutrophil dan limfosit biasanya setara. Eosinofil dan basophil terdapat pada

konjungtivitis alergika, dan sebaran granul eosinofilik dan eosinophil terdapat

pada keratokonjungtivitis vernal (Vaughan, 2010)

G. MANIFESTASI KLINIS

Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi

tergores atau terbakar, sensasi penuh disekeliling mata mata, gatal, atau

fotofobia. Sensasi benda asing dan sensasi tergores atau terbakar sering

dihubungkan dengan edema dan hipertrofi papilla yang biasanya menyertai

hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit, korneanya juga terkena. Tanda-

tanda penting konjungtivitis:

a) Hiperemia adalh tanda klinis konjungtivitis akut yang paling menyolok.

Kemerahanpaling jelas di forniks dan makin berkurang kea rah limbus

karena dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior (dilatasi

perilimbus atau hiperemia siliaris mengesankan adanya radang kornea atau

struktur yang lebih dalam).warna merah terang mengesankan

konjungtivitis bacterial dan tampilan putih susu mengesankan

konjungtivitis alergika.

b) Mata berair (epifora) sering kali menyolok pada konjungtivitis. Sekresi air

mata disebabkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau

tergores, atau oleh rasa gatal. Transudasi ringan juga timbul di pembuluh-

pembuluh yang hiperemik dan menambah jumlah air mata tersebut.

c) Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut.

d) Pseudoptosis adalah terkulainya palpebral superior karena infiltrasi di otot

Muller.

14

Page 15: preskes konjungtivitiskuu

e) Hipertrofi papilar adalah reaksi konjungtiva nonspesifik yang terjadi

karena konjuntiva terikat pada tarsus atau limbus dibawahnya oleh

serabut-serabut halus.

f) Kemosis konjungtiva sangat mengarah pada konjungtivitis alergika, tetapi

dapat timbul pada konjungtivitis gonokokus atau meningokokus akut dan

terutama pada konjungtivitis adenoviral.

g) Folikel merupakan suatu hyperplasia limfoid local didalam lapisan limfoid

konjungtiva dan biasanya mempunyai sebuah pusat germinal. Secara klinis

folikel dapat dikenalisebagai struktur bulat kelabu atau putih yang

avascular.

h) Pseudomembran adalah suatu pengentalan diatas permukaan epitel yang

bila diangkat epitelnya tetap utuh. Membrane adalah pengentalan yang

meliputi seluruh epitel yang jika diangkat, meninggalkan permukaan yang

kasar dan berdarah.

(Vaughan, 2010)

H. DIAGNOSIS BANDING

Konjungtivitis akut

Iritis akut Glaukoma akut

Serangan perlahan perlahan CepatSakit Ringan, gatal

membakar, rasa tak enak

Sedang sampai hebat cabang n.V menyebar ke kening pelipis memburuk malam hari

Hebat, menyebar cabang n. V, sekitar mata, sakit kepala ringan

Sekret Sering purulen atau mukopurulen

Refleks epifora Tidak ada

Fotofobia ringan hebat SedangVisus Tidak berkurang berkurang Sangat menurunKonjungtiva Merah-pucat Biasanya

transparanKongesti-kemotik

Bilik mata depan Normal suar dangkalPupil Normal Fixed, konstriksi,

irregulerFixed, oval, dilatasi

Kongesti Superfisial berkurang di forniks

Siliar, sirkumkornea berkurang kearah limbus

Siliar, episklera

15

Page 16: preskes konjungtivitiskuu

Tanda konstitusional

Tidak ada ringan Muntah-muntah

(Ilyas, 2009)

I. DIAGNOSIS

Diagnosis konjuntivitis ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Keberhasilan penanganan

konjungtivitis tergantung pada ketepatan diagnosis, penyebab infeksi, dan

besarnya kerusakan yang terjadi. Perbedaan jenis-jenis konjungtivis

berdasarkan penyebabnya:

Virus BakteriPurulen Nonpurulen

Fungus dan parasit

Alergi

Sekret Sedikit Banyak Sedikit Sedikit SedikitAirmata Banyak Sedang Sedang Sedikit SedangGatal Sedikit Sedikit - - HebatInjeksi Umum Umum Lokal Lokal UmumNodul preaurikuler

Sering Jarang Sering Sering -

Pewarnaan usapan

Monosit, limfosit

Bakteri PMN

Bakteri PMN

Biasanya negatif

Eosinofil

Sakit tenggorokan dan panas yang menyertai

Kadang Kadang - - -

(Ilyas, 2013)

J. PENATALAKSANAAN

Sebelum didapatkan hasil pemeriksaan mikrobiologi dapat diberikan

antibiotik tunggal seperti Gentamicin, Klorampenicol, Polimiksin, selama 3 –

5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik dihentikan dan

menunggu hasil pemeriksaan.

K. PROGNOSIS

16

Page 17: preskes konjungtivitiskuu

Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan.

Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani bisa

menyebabkan komplikasi seperti blefarokonjungtivitis, pseudomembran, dan

timbul parut linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul

vesikel pada kulit (Vaughan, 2010)

DAFTAR PUSTAKA

17

Page 18: preskes konjungtivitiskuu

Al-Ghozie, M. (2002). Handbook of Ophthalmology : A Guide to Medical

Examination. Yogyakarta: FK UMY.

Ilyas, S. (2009). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Ilyas, S. (2013). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

James, Brus, dkk. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga.

Junqueira, L.C., Carneiro, J.,( 2007). Sistem Fotoreseptor dan Audioreseptor. Dalam:

Junqueira, L.C., Carneiro, J (ed). Histologi Dasar: Text & Atlas. Edisi 10.

Jakarta: EGC.

Vaughan, D. (2010). Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

18