rendi skripsi-editan-5

127
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh setiap elemen Negara karena marupakan amanat dari Undang-undang Dasar kita sehingga dibutuhkan suatu usaha dan kebijakan yang riil didalam mewujudkannya. Tujuan ini akan tercapai apabila setiap masyarakat memperoleh haknya untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak atau dengan kata lain masalah ekonomi yang berupa pengangguran dan kemiskinanan harus dihindarkan dari masyarakat kita. Pembangunan di sektor industri adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Hal ini diyakinkan karena sektor industri mampu meyerap lebih banyak

Transcript of rendi skripsi-editan-5

Page 1: rendi skripsi-editan-5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan

pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh setiap elemen Negara

karena marupakan amanat dari Undang-undang Dasar kita sehingga

dibutuhkan suatu usaha dan kebijakan yang riil didalam mewujudkannya.

Tujuan ini akan tercapai apabila setiap masyarakat memperoleh haknya untuk

mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak atau dengan kata lain

masalah ekonomi yang berupa pengangguran dan kemiskinanan harus

dihindarkan dari masyarakat kita.

Pembangunan di sektor industri adalah salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Hal ini

diyakinkan karena sektor industri mampu meyerap lebih banyak tenaga kerja

dengan tingkat upah yang cukup baik. sehingga sangat perlu sekali untuk

merencanakan pengembangan sektor industri dengan harapan terjadinya

pengurangan pengangguran dan tingkat kemiskinan.

Keberadaan industri kecil dan industri rumahan yang cukup banyak

sangat membantu sekali dalam upaya mengurangi dan meningkatkan

pendapatan masyarat pendesaan mengingat daerah pedesaan merupakan

penyumbang penduduk miskin yang paling banyak yang akhirnya dapat

mengurangi angka kemiskinan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bintarto

Page 2: rendi skripsi-editan-5

2

(1977, 24) bahwa adanya sektor industri di pedesaan seperti industri genting

yang cukup banyak keberadaannya akan sangat membantu sekali dalam

mengurangi pengangguran dan kemiskinan di pedesaan.

Untuk mengembangkan industri kecil atau industri rumahan

dibutuhkan pembinaan agar menjadi usaha yang semakin efisien dan mampu

berkembang dan bertahan sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat, membuka lapangan kerja dan makin mampu menjalakan

fungsinya dalam upaya penyediaan barang-barang yang dibutuhkan masyrakat

dengan harapan industri kecil atau industri rumahan mempunyai kebijakan

dan strategi untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan usahanya.

Perkembangan dunia usaha yang dinamis yang disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan tumbuh banyaknya industri yang memiliki

produk yang sejenis sehingga dihadapkan pada persaingan. Hal ini merupakan

ancaman bagi industri kecil yang harus segera ditindak lanjuti karena secara

langsung akan mempengaruhi kelangsungan usahanya, mengingat bagi

industri kecil bahwa hasil penjualan produk merupakan sumber pendapatan

yang utama. Untuk mengatasi semacam itu perusahaan atau industri kecil

dituntut untuk antisipatif terhadap segala kemungkinan yang terjadi dalam

persaingan.

Para pelaku usaha dengan menejemennya harus mampu

mempertahankan keberadaan usaha/perusahaannyadi tengah persaingan dunia

usaha yang semakin ketat dengan upaya meningkatkan kualitas produk dengan

harga yang bersaing sehingga memiliki keunggulan kompetitif yang dapat

Page 3: rendi skripsi-editan-5

3

menarik minat konsumen. Setiap konsumen menginginkan produk yang sesuai

dengan kebutuhan dan selera mereka. Sebagian besar konsumen

menginginkan produk yang berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Hal ini

menjadi kendala bagi perusahaan sebab harus meningkatkan kualitas produk

dan menekan biaya produksi.

Manajemen perusahaan harus mampu mencari formula baru untuk

dapat memperbaiki manajemen perusahaan dalam hal merencanakan

pengalokasian biaya-biaya secara tepat dan memiliki keakuratan yang tinggi,

khususnya biaya produksi, sebab penentuan biaya produksi berkaitan dengan

perhitungan harga pokok produksi. Apabila biaya produksi tinggi maka harga

pokok produksi tinggi sehingga harga jual produk relatif lebih mahal dari

harga jual pesaing. Sebaliknya, apabila biaya produksi rendah maka harga

pokok produksi rendah sehingga harga jual produk relatif murah tetapi

perusahaan tidak dapat mencapai laba secara optimal.

Permasalahan di dalam pengalokasian biaya dan penentuan harga yang

tepat merupakan permasalahan yang seringkali dihadapi oleh industri atau

perusahaan kecil dengan sistem pengelolaan dan pencatatan yang masih

bersifat tradisonal sehingga didalam perhitungan biaya atau perhitungan harga

pokok produksi masih kurang akurat dan dalam penetapan harga jual yang

kurang mempertimbangkan total biaya yang dihabiskan, laba yang mungkin

diperoleh, dan persaingan yang dihadapinya. Akhirnya memunculkan

penetapan harga jual menjadi kurang bersaing dan menimbulkan kerugian

Page 4: rendi skripsi-editan-5

4

karena tidak mampu menutupi biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi.

Kesalahan dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi akan

memberikan dampak negatif bagi perusahaan. Untuk produk yang overcosting

akan menyebabkan produk kalah bersaing dalam masalah harga di pasaran

dengan produk yang sejenis dari perusahaan lain, sehingga permintaan

semakin kecil dan susah untuk mendapatkan keuntungan yang besar.

Sebaliknya pada produk yang cenderung undercosting, maka perusahaan akan

merugi karena harga pokok produksinya lebih rendah dari harga pokok

produksi yang sebenarnya. Hal ini akan mengurangi laba yang akan diperoleh

oleh produk tersebut. Perhitungan dengan menggunakan sistem konvensional

memberi hasil yang kurang akurat, oleh karena itu sangat mungkin untuk

dilakukan perhitungan dengan sistem Activity Based Costing (ABC). Dengan

menggunakan sistem ABC diharapkan penentuan harga pokok produk lebih

tepat dan proporsional, sehingga didapat harga jual produk yang lebih

kompetitif.

Daljono (dikutip Riki Martusa, dkk. 2010) menyatakan bahwa

penentuan Cost of Goods Manufactured yang lebih akurat penting bagi

manajemen sebagai dasar untuk pembuatan keputasan. Manajemen dapat

dipermudah dalam membuat berbagai keputusan, antara lain:

1. Menentukan harga jual

2. Mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan

3. Memantau realiasasi biaya

Page 5: rendi skripsi-editan-5

5

4. Menghitung laba rugi tiap pesanan

5. Menentukan Cost of Goods Manufactured persedian produk jadi dan

produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca.

Dari pernyataan di atas dapat menggambarkan kita begitu pentingnya

keakuratan biaya. ABC System dapat membantu manajemen dalam

mengalokasikan biaya overhead secara akurat dan dapat mengurangi distorsi

yang disebabkan oleh sistem biaya tradisional. ABC System dapat menelusuri

biaya-biaya secara lebih menyeluruh, tidak hanya ke unit produk, tetapi ke

aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk. Dengan

demikian, penggunaan ABCSystem akan mampu memberikan informasi harga

pokok produksi yang lebih akurat.

Activity Based Costing (ABC) memiliki penerapan penelusuran biaya

yang lebih menyeluruh dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional.

Perhitungan Cost of Goods Manufactured menelusuri biaya bahan baku

langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Tetapi, ABC

mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain yang pada kenyataannya dapat

ditelusuri tidak ke unit output, tetapi keaktivitas yang diperlukan untuk

memproduksi output. Dengan demikian, penggunaan metode Activity Based

Costing ini akan mempu memberikan informasi Cost of Goods Manufactured

yang lebih akurat (Riki Martusa, dkk. 2010).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Sistem Activiy

Based Costing (ABC) dalam Penetapan Harga Pokok Produksi Untuk

Page 6: rendi skripsi-editan-5

6

Mencapai Tingkat Harga Jual Yang Mampu Bersaing Pada Usaha Produksi

Genting Beton “Skarwangi” di Desa Wanasaba Kecamatan Wanasaba

Kabupaten Lombok Timur”.

B. Identifikasi Masalah

1. Manajeman produksi yang kurang bagus.

2. Perhitungan biaya-biaya atau harga pokok produksi yang kurang akurat.

3. Harga jual yang tidak mampu bersaing dipasaran.

4. Sistem penetapan harga jual yang tanpa memperhitungkan biaya-biaya dan

harga persaingan yang dihadapinya.

5. Harga jual yang ditetapkan tidak mampu menutupi biaya-biaya produksi.

6. Sistem Activity Based Costing (ABC) dapat diterapkan dalam perhitungan

harga pokok produksi untuk menghasilkan harga jual yang mampu

bersaing.

C. Batasan Masalah

Dengan melihat identifikasi masalah di atas dan dengan

mempertimbangkan keterbatasan waktu dan biaya maka penelitian ini

memfokuskan penelitiannya yaitu untuk melihat :

1. Obyek Penelitian :

Penerapan metode Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok

produksi untuk menghasilkan harga jual yang mampu bersaing.

Page 7: rendi skripsi-editan-5

7

2. Subyek Penelitian :

Terbatas hanya pada Produsen Genting Beton “Skarwangi” di Desa

Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian Latar Belakang dan Batasan Masalah di atas, maka

ditarik pokok permasalahan yang perlu dianalisis dengan rumusan masalah

sebagai berikut : “Bagaimana penerapan sistem Activity Based Costing (ABC)

dalam perhitungan harga pokok produksi dapat menghasilkan harga jual yang

mampu bersaing pada usaha produksi genting beton “Skarwangi” di Desa

Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem Activity Based Costing

(ABC) dalam perhitungan harga pokok produksi dapat menghasilkan harga

jual yang mampu bersaing pada usaha produksi genting beton “Skarwangi” di

Desa Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi penulis dan pembaca untuk meningkatkan kemampuan dalam

menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dan sebagai

Page 8: rendi skripsi-editan-5

8

pembanding teori-teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan realita

yang ditemukan di lapangan.

2. Secara praktis, hasil penelitian diharapakan dapat memberikan masukan

peda produsen-produsen penghasil genting beton khususnya produsen

genting beton Skarwangi Wanasaba dalam menghitung harga pokok

produksi dan penentuan harga jualnya sehingga mampu bersaing di

pasaran.

G. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional dari setiap variabel penelitian ini adalah :

1. Sistem Activity Based Costing (ABC) adalah suatu sistem kalkulasi biaya

yang menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk (Hansen dan

Mowen, 1999, 321)

2. Harga Pokok Produksi adalah sejumlah biaya-biaya yang dikeluarkan baik

untuk memperoleh bahan baku maupun yang digunakan untuk mengolah

bahan baku sampai menjadi barang jadi yang diantarnya biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (Sugiri dan Riyono

2007, 264).

3. Biaya bahan baku yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan

baku (Supriyono, 1999, 20).

4. Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada

karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasi atau diikuti

Page 9: rendi skripsi-editan-5

9

jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan (Supriyono,

1999, 20).

5. Biaya Overhead Pabrik adalah semua jenis biaya kecuali biaya bahan baku

dan biaya tenga kerja langsung yang diperlukan dalam proses produksi

(Mardiasmo, 2000, 194).

6. Harga Jual adalah jumlah biaya total (biaya produksi, biaya pemasaran,

dan biaya administrasi dan umum) ditambah jumlah laba (markup) yang

diinginkan perusahaan (Halim dan Supomo, 2005, 98).

Page 10: rendi skripsi-editan-5

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Dhania Anggarani Putri. 2011. “Analisis Penggunaan Metode

Activity Based Costing Sebagai Alternatif Dalam Menentukan Tarif SPP

SMP-SMA Pada YPI Nasima Semarang Tahun 2010” Jenis penelitian ini

adalah jenis penelitian deskriptif eksposisi. Penelitian ini dilakukan untuk

memberikan ilustrasi kepada manajemen sekolah tentang pembebanan biaya

operasional yang berkaitan dengan penentuan tarif SPP menggunakan metode

Activity Based Costing (ABC) untuk mengetahui perbedaan, kelemahan, serta

kelebihan masing-masing metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarif

SPP dengan perhitungan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC)

yang diberlakukan untuk murid baru unit SMP kelas VII sebesar Rp.

564.820,00 dan pada unit SMA kelas X sebesar Rp. 572.397,00. Sedangkan

tarif yang berlaku tahun 2010 untuk unit SMP dan SMA sebesar Rp.

566.667,00. Berdasarkan hasil tersebut, harga tidak terpaut jauh dengan

metode yang telah diterapkan Sekolah Nasima yang berarti bahwa walaupun

selama ini Sekolah Nasima menggunakan metodenya sendiri dalam

menentukan tarif SPP, namun hal tersebut mencakup keseluruhan kebutuhan

biaya pendidikan. Hanya saja, dengan menggunakan metode ABC, Sekolah

Nasima dapat merencanakan anggaran secara tepat, terperinci, dan

Page 11: rendi skripsi-editan-5

11

terprogram sehingga memudahkan manajemen dalam menyetarakan

pendapatan dan pengeluaran.

Yulianti. 2010. “Penerapan Activity Based Costing System Sebagai

Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSUD. H. A.

Sulthan Daeng Radja Bulukumba)”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis

menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu menjelaskan, meringkaskan

berbagai kondisi, situasi dan variabel yang timbul di masyarakat, yang

menjadi obyek penelitian, berdasarkan apa yang terjadi. Dari perhitungan

tarif jasa Jrawat inap dengan menggunakan metode ABC diketahui besarnya

tarif untuk Kelas Dahlia Rp. 163.961, 75, Kelas Teratai Rp. 99.490, 72, Kelas

Anggrek Rp. 72.881, 93, Kelas Utama Rp. 68.003, 66, Kelas I Rp. 63.776,

85, Kelas II Rp 59.079 ,77 dan Kelas III Rp. 56.097, 23. Dari hasil

perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan Activity Based Costing

System, apabila dibandingkan dengan tarif rawat inap yang digunakan oleh

rumah sakit saat ini, terlihat bahwa untuk Kelas Dahlia, Kelas Teratai, Kelas

Anggrek dan Kelas Utama memberikan hasil yang lebih besar dan Kelas I,

Kelas II, dan Kelas III memberikan hasil yang lebih kecil. Dengan selisih

untuk Kelas Dahlia Rp. 86.038, 25, Kelas Teratai Rp. 60.509, 28, Kelas

Anggrek Rp. 47.118, 07, Kelas Utama Rp. 1.996, 34, Kelas I Rp. 10.776, 85,

Kelas II Rp. 25.079,77, dan Kelas III Rp 37.097,23. Perbedaan tarif yang

terjadi disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing

produk. Activity Based Costing system telah mampu mengalokasikan biaya

Page 12: rendi skripsi-editan-5

12

aktivitas ke setiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing

aktivitas.

Yulian Danang Eko Saputro. 2010. “Activity Based Costing Sebagai

Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi di PT. Antar Surya Jaya”.

Metode penelitian yang digunakan adalah Kualitatif dengan teknik

pengumpulan data secara observasi, interview atau wanwancara, dokumentasi

dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

Activity Based Costing yang dilakukan oleh PT Antar Surya Jaya dapat

deketahui bahwa, pembebanan biaya overhead untuk masing-masing aktvitas

dihitung terlebih dahulu untuk mengetahui tarifnya. Seletah tarif tiap cost

drive deketahui langkah selanjutnya adalah pembebanan biaya sumber daya

ke masing-masing pusat aktivitas, dan langkah terkhir adalah pembebanan

biaya pusat aktivitas ke masing-masing produk. Adapaun besarnya biaya

overhead untuk masing-masing koran sebesar, Surya Rp. 4.046.809, Kompas

Rp. 7.131.941, dan untuk Harga pokok produksi tiap eksemplar adalah

sebagai berikut Surya Rp. 718 Kompas Rp. 1375.

Masyhudi AM. 2008. “Analisis Biaya Dengan Metode Acvitity Based

Costing Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unissula Di

Rumah Sakit Pendidikan (Studi Kasus di Rumah Sakit Sultan Agung)”. Jenis

Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan melakukan

studi kasus di Rumah Sakit Islam Sultan Agung. Hasil perhitungan dengan

metode ABC didapatkan bahwa unit cost biaya kepaniteraan klinik per bagian

tanpa membedakan bagian besar dan bagian kecil adalah Rp. 1.335.690.-.

Page 13: rendi skripsi-editan-5

13

Unit cost biaya kepaniteraan klinik per bagian pada Bagian Besar adalah Rp.

1.874.694,-. Hasil ini lebih tinggi dari biaya Kepaniteraan Klinik yang

ditetapkan saat ini yaitu sebesar Rp. 1.450.000,-. Terdapat kenaikan sebesar

Rp. 424.694,- atau sebesar 29,3 %. Unit cost biaya Kepaniteraan Klinik per

bagian untuk Bagian Kecil adalah Rp. 1.004.766,- Hasil ini lebih tinggi dari

biaya yang saat ini ditetapkan yaitu sebesar Rp 950.000,-. Terdapat kenaikan

Rp. 54.766,- atau sebesar 5,7 %. Dari hasil diskusi dengan kelompok

mahasiswa didapatkan bahwa mahasiswa tidak keberatan apabila biaya

kepaniteraan klinik dinaikkan dengan syarat ada peningkatan kualitas

kepaniteraan klinik terutama pada pemenuhan sarana parasarana, fasilitas

akomodasi Rumah Sakit serta keaktifan dosen pembimbing. Besaran

kenaikan biaya antara 10 – 30 %. Dari hasil diskusi dengan pimpinan Rumah

Sakit di dapatkan bahwa fasiltas kepaniteraan klinik di Rumah Sakit belum

memadai, utamanya pada sarana prasarana dan peralatan yang khusus

dipergunakan untuk proses belajar mengajar. Dari hasil diskusi dengan

pimpinan Fakultas didapatkan bahwa dalam penetapan biaya kepaniteraan

klinik belum sepenuhnya melibatkan Rumah Sakit dan mahasiswa.

Disarankan, berdasarkan perhitungan unit cost serta pertimbangan-

pertimbangan lain, maka biaya Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas

Kedokteran di RS Sultan Agung perlu dinaikkan antara 20 – 40 %.

Dari bebarapa penelitian terdahulu di atas terdapat beberapa kesamaan

dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu untuk melakukan pembuktian

bahwa penerapan sistem Activity Based Costing dalam perhitungan harga

Page 14: rendi skripsi-editan-5

14

pokok produksi dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produksi yang

akurat yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh

menejemen dalam menentukan tarif atau harga jual produk atau jasa pada

perusahaan yang memproduksi lebih dari dua jenis produk yang sama dengan

menggunakan jenis penilitian deskriptif dan teknik pengambilan data dengan

menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi.

Adapun letak perbedaannya yaitu penelitian terdahulu di atas

menerapkan sistem Activity Based Costing pada perusahaan jasa yaitu pada

rumah sakit dan sekolah serta hanya melakukan perhitungan harga pokok

produksi, sedangkan pada penelitian ini akan dilakukan pada perusahaan

manufaktur atau perusahaan pengolahan dengan menghitung harga pokok

produksi beserta harga jual.

B. Landasan Teori

1. Konsep Biaya dan Penggolongan Biaya

Biaya ialah kas dan setera kas yang dikorbankan untuk

memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan

memperoleh manfaat atau keuntungan di masa mendatang (Darsono

Prawironegori, 2005: 15).

Menurut Hansen dan Mowen (1997, 36) biaya adalah kas atau nilai

ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

diharapkan memberikan manfaat saat ini atau dimasa datang bagi

organisasi. Sedangkan Daljono (dikutip Riki Martusa, dkk, 2010)

Page 15: rendi skripsi-editan-5

15

mengartikan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang

diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang

diharapkan akan memberikan keuntungan atau manfaat pada saat ini atau

masa yang akan datang.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna

untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba baik pada masa

sekarang maupuan masa yang akan datang.

Adapun pengklasifikasian atau penggolongan biaya, hal ini penting

dengan maksud untuk membantu hubungan diantara data biaya sebagai

bahan masukan dalam perencanaan dan pengendalian. Secara umum

hampir setiap perusahaan biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya tetap

(Fixed Cost) dan biaya variabel (Variabel Cost). Biaya tetap adalah biaya

yang jumlahnya tidak berubah sedangkan biaya variabel adalah biaya yang

jumlahnya berubah-ubah bergantung pada fluktuasi produksi/pembelian

(Sadeli dan Siswanto, 2004, 35).

Sedang Supriyono (1999, 18) menyatakan bahwa penggolongan

biaya adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan

eleman yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas

untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih

penting. Selanjutanya Supriyono (1999, 18-35) menggolongkan biaya

berdasarkan cara pengglongongannya yaitu sebagai berikut :

Page 16: rendi skripsi-editan-5

16

1) Penggolongan biaya sesuai dengan Fungsi Pokok dari

Kegiatan/Aktivitas Perusahaan (Cost Classified Accourding to the

Function of Bisiness Activity)

a. Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan

fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi

produk selesai, yang digolongkan menjadi :

a) Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku

yang dipakai di dalan pengolahan produk.

b) Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa (teken prestasi)

yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan

yang digolongkan menjadi biaya tenaga kerja

pabrik/produksi, biaya tenaga kerja pemasaran, dan biaya

tenaga kerja administrasi dan umum.

c) Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) adalah biaya

produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung, yang elemnya dapat digolongkan ke dalam : biaya

bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung,

penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik, reparasi dan

pemeliharaan aktiva tetap pabrik, biaya listrik air pabrik,

biaya asuransi pabrik, dan biaya overhead lain-lain.

b. Biaya Pemasaran, yaitu biaya dalam rangka penjualan produk

selesai sampai dengan pengumpulan pihutang menjadi kas. Biaya

ini meliputi biaya untuk melaksanakan :

Page 17: rendi skripsi-editan-5

17

a) Fungsi penjualan

b) Fungsi penggudangan produk selesai

c) Fungsi pengepakan dan pengiriman

d) Fungsi adpertensi

e) Fungsi pemberian kredit dan pengumpulan pihutang

f) Fungsi pembuatan faktur atau administrasi penjualan.

c. Biaya Administrasi dan Umum, yaitu semua biaya yang

berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum.

d. Biaya Keuangan, adalah semua biaya yang terjadi dalam

melaksanakan fungsi keuangan, misalnya biaya bunga.

2) Penggolongan Biaya Sesuai dengan Periode Akuntansi di mana Biaya

Akan Dibebankan.

a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)/Pengeluran Untuk

Memperoleh Aktiva adalah pengeluaran yang akan dapat

memberikan manfaat (benefit) pada beberapan periode akuntansi

atau pengeluaran yang akan dapat memberikan mamfaat pada

periode akuntansi yang akan datang.

b. Pengeluaran Penghasilan (Revenues Expenditures) adalah

pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode

akuntansi di mana pengeluaran terjadi.

Berikut contoh penggolongan pengeluaran modal atau penghasilan :

a. Pengeluaran untuk pembelian mesin

b. Pengeluaran untuk alat-alat kecil

Page 18: rendi skripsi-editan-5

18

c. Pengeluaran yang hanya bermanfaat pada periode akuntansi

d. Pengleuaran yang jumlahnya relatif besar akan tetapi manfaatnya

tidak dapat atau sulit ditentukan pada beberapa periode yang

menikmati.

3) Pengglongan Biaya Sesuai dengan Tendensi Perubahannya terhadap

Aktivitas atau Kegiatan atau Volume.

a. Biaya Tetap (Fixed Cost), dengan karaktristik sebagai berikut :

a) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi

oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan

tingkat tertentu.

b) Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah

berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan,

semakin tinggi volumen kegiatan semakin rendah biaya

satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi

biaya satuan.

b. Biaya Variabel (Variabel Cost), dengan karaktristik sebagai

berikut :

a) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding

(proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin

besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya

variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah

jumlah total biaya variabel.

Page 19: rendi skripsi-editan-5

19

b) Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengarhui oleh

perubahan volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan.

c. Biaya Semi Variabel (Semi Variabel Cost), dengan karaktristik

sebagai berikut :

a) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan

perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya

tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin

besar jumlah biaya total, semakin rendah volume kegiatan

semakin rendah biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding.

b) Pada biaya semi variabel, biaya satuan akan berubah terbalik

dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi

sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkatan kegiatan

tertentu semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah

biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin

tinggi biaya satuan.

4) Penggolongan Biaya sesuai dengan Obyek atau Pusat Biaya yang

Dibiayai.

a. Biaya Langsung (Direct Cost) adalah biaya yang terjadinya atau

manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada obyek atau pusat biaya

tertentu.

b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) adalah biaya yang

terjadinya atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada

Page 20: rendi skripsi-editan-5

20

obyek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya

dinikmati oleh bebarapa obyek atau pusat biaya.

5) Penggolongan Biaya untuk Tujuan Pengendalian Biaya

a. Biaya Terkendalikan (Controllable Cost) adalah biaya yang

secara langsung dapat dipengaruhi oleh seseorang pimpinan

tertentu dalam jangka waktu tertentu.

b. Biaya Tidak Terkendalikan (Uncontrollable Cost) adalah biaya

yang tidak dapat dipengeruhi oleh seseorang pimpinan/pejabat

tertentu berdasar wewenang yang dia miliki atau tidak dapat

dipengaruhi seorang pejabat dalam jangka waktu tertentu.

6) Penggolongan Biaya Sesuai dengan Tujuan Pengambilan Keputusan.

a. Biaya Relevan (Relevant Cost) adalah biaya yang akan

mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya

tersebut harus diperhitungkan di dalam pengambilan keputusan.

b. Biaya Tidak Relevan (Irrelevant Cost) adalah biaya yang tidak

mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini

tidak perlu diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam proses

pengambilan keputusan.

Menurut Mulyadi (2006), berdasarkan perubahan volume kegiatan,

biaya digolongkan menjadi :

a. Biaya Tetap (fixed cost)adalah biaya yang jumlah totalnya konstan

dalam kisar tertentu perubahan volume aktivitas.

Page 21: rendi skripsi-editan-5

21

b. Biaya Variabel (variable cost)adalah biaya yang jumlah totalnya

berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau

aktivitas.

c. Biaya Step Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah

dengan jarak waktu tertentu karena perubahan volume aktivitas.

d. Biaya Semi Variabel adalah biaya yang memiliki unsur perilaku tetap

dan variabel.

Sedangkan menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2001,

15) menggolongkan biaya menjadi biaya variabel, biaya tetap, dan biaya

semi variabel dan atau biaya semi tetap.

a. Biaya Variabel adalah biaya-biaya yang totalnya selalu berubah secara

proporsional (sebanding) dengan perubahan volume kegiatan

perusahaan. Besar kecilnya total biaya variabel dipengaruhi oleh besar

kecilnya volume produksi/penjualan secara proporsional. Contoh jenis

biaya ini antara lain: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

sebagian biaya overhead pabrik (seperti : penyusutan aktiva tetap

pabrik yang dihitung berdasarkan jumlah unit produksi), komisi

penjualan yang ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari hasil

penjualan dan sebagainya.

b. Biaya Tetap adalah biaya-biaya yang di dalam jarak kapasitas (rang of

capacity) tertentu totalnya tetap, meskipun volume kegiatan

perusahaan berubah-ubah. Sejauh tidak melampaui kapasitas, biaya

tetap total tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan

Page 22: rendi skripsi-editan-5

22

perusahaan. Contoh biaya tetap antara lain : gaji tetap pimpinan

perusahaan, penyusutan aktiva tetap yang dihitungan dengan metode

garis lurus dan sebagainya.

c. Biaya Semi Variabel adalah biaya-biaya yang totalnya selalu berubah

tetapi tidak proporsional dengan perubahan volume kegiatan

perusahaan. Berubahnya biaya ini tidak dalam tingkat perubahan yang

konstan.

2. Harga Pokok Produksi

a. Pengertian Harga Pokok Produksi

Selamet Sugiri dan Bogat Agus Riyono (2007, 264),

menyatakan bahwa pengertian harga pokok produksi adalah kumpulan

dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan mengolah

bahan baku sampai menjadi barang jadi yang terdiri atas biaya bahan

baku, biaya tenga kerja langsung, dan biaya overhead paberik.

Sedangkan Hansen dan Mowen (1999, 49) menyatakan bahwa

harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang

diselesaikan selama periode berjalan.

Dari pengetian di atas kata dapat mengambil garis besar bahwa

harga pokok produksi adalah keseluruhan biaya-biaya yang digunakan

untuk mengolah bahan baku sampai menjadi barang jadi.

b. Kegunaan Harga Pokok Produksi

Penentuan harga pokok produksi mempunyai tujuan utama

yaitu untuk mengetahui berapa sebenarnya biaya yang telah

Page 23: rendi skripsi-editan-5

23

dikeluarkan untuk membuat atau menghasilkan barang yang dihasilkan

oleh perusahaan sehingga dari sini dapat ditetapkan pula berapa jumlah

biaya perunit dari jumlah produksi tersebut, disamping itu kalkulasi

harga pokok produk mempunyai tujuan lain, yaitu:

1. Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual

Dengan mengetahui secara pasti harga pokok dan barang yang

telah dihasilkan, maka perusahaan akan dapat menentukan harga jual

dengan tepat sesuai dengan rencana laba yang diinginkan dan tentu

sekali membandingkannya dengan harga penjualan dari pesaing,

sehingga hasil produksi peusahaan tersebut akan dijadikan sebagai

dasar strategi segmentasi pasar.

2. Untuk Menilai Efisiensi Kegiatan

Dalam penilaian efisiensi kegiatan produk sangat perlu

diadakan kalkulasi harga pokok, maka dari hasil kalkulasi harga pokok

tersebut perusahaan akan dapat mengetahui apakah biaya yang

dikeluarkan sudah sesuai dengan standar biaya yang telah

direncanakan ataukah ada penyimpangan. Dari sini bisa dilakukan

penilaian efisiensi kegiatan produk dan mengevaluasi jika terdapat

penyimpangan.

3. Untuk Memberikan Berbagai Kemungkinan Dalam Penjualan

Bagian biaya yang telah memberikan informasinya pada

manajemen melalui perhitungan atau kalkulasi harga pokok. Dari sini

dapat mempertimbangkan berapa sebaiknya harga yang ditetapkan

Page 24: rendi skripsi-editan-5

24

dalam penjualan produk di pasar sehingga perusahaan dapat

memperoleh keuntungan.

c. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Supriyono (1999, 36-37) mengelompokkan pola pengumpulan

harga pokok secara ekstrim menjadi dua metode yaitu :

1) Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method) adalah

metode pengumpulan harga pokok produk di mana biaya

dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara

terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan

identitasnya.

2) Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method) adalah metode

pengumpulan harga pokok produk di mana biaya dikumpulkan

untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, triwulan,

semester, tahun.

d. Metode-Metode dalam Menentukan Harga Pokok Produksi

1) Metode Full Costing

Metode Full Costing atau metode konvensional adalah metode

penentuan harga pokok produksi yang membebankan semua unsur

biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya

overhead paberik) baik yang besifat tetap maupun variabel kepada

produk atau jasa (Abdul Halim dan Bambang Supomo, 2001, 35).

Sedangkan Darsono Prawironegoro (2005, 94), menyatakan

bahwa kalkulasi biaya produksi penuh (Full Costing) ialah

Page 25: rendi skripsi-editan-5

25

pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan barang atau jasa

dimana unsur-unsurnya adalah biaya bahan langsung, upah langsung

dan seluruh biaya overhead pabrik baik tetap maupun veriabel.

Dari dua pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa metode

Full Costing adalah metode perhitungan harga pokok produksi dengan

memperhitungkan seluruh biaya baik yang berhubungan langsung

(biaya variabel) maupun berhubungan tidak langsung (biaya tetap) ke

dalam suatu barang atau jasa.

Berikut ini adalah perhitungan harga pokok produksi menurut

metode Full Costing (Abdul Halim dan Bambang Supomo, 2001, 36) :

Biaya bahan baku Rp. xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx

Biaya overhead paberik :

Variabel Rp. xxx

Tetap Rp. xxx +

Harga Pokok Produksi Rp. xxx

Metode Full Costing memungkinkan kita untuk menilai kinerja

menejemen berdasarkan fungsinya kerena penyajian laporan Laba-

Rugi didasarkan pada fungsi pokok yang ada pada perusahaan

(Darsono Prawironegoro, 2005, 98). Berikut bentuk Laporan Laba-

Rugi bardasarkan metode Full Costing (Abdul Halim dan Bambang

Supomo, 2001: 38).

Page 26: rendi skripsi-editan-5

26

Hasil Penjualan Rp. xxx

Harga pokok penjualan (termasuk BOP tetap) Rp. xxx ______ _

Laba Kotor Rp. xxx

Biaya Pemasaran Rp. xxx

Biaya Administrasi & Umum Rp. xxx______ +

Rp. xxx______ _

Laba bersih Rp. xxx

2) Metode Variabel Costing

Penentuan harga pokok variabel (Variabel Costing) merupakan

metode penentuan harga pokok produk yang membebankan unsur

biaya produksi yang besifat variabel saja (Abdul Halim dan Bambang

Supomo, 2001, 35).

Sedangkan Darsono Prawironegoro (2005, 94) mengartikan

bahwa penentuan harga pokok produkis dengan menggunakan Metode

Variabel Costing adalah pengorbanan sumber daya untuk

menghasilkan barang atau jasa di mana hanya memperhitungkan biaya

variabel saja, yang terdiri dari biaya bahan langsung, upah langsung,

dan biaya overhead paberik variabel.

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

perhitungan harga pokok pruduksi dengan Metode Variabel Costing

yaitu perhitungan harga pokok produksi dengan hanya

memperhitungkan biaya yang berhubungan langsung pada barang

(biaya variabel) saja.

Page 27: rendi skripsi-editan-5

27

Berikut ini adalah perhitungan harga pokok produksi menurut

metode Variabel Costing (Abdul Halim dan Bambang Supomo, 2001,

36) :

Biaya bahan baku Rp. xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx

Biaya overhead variabel Rp. xxx _______ +

Harga Pokok Produksi Rp. xxx

Sedangkan bentuk Laporan Laba-Rugi bardasarkan metode

Variabel Costing (Abdul Halim dan Bambang Supomo, 2001, 38).

Hasil Penjualan Rp. xxx

Biaya Variabel :

Harga pokok penjualan ( tidak

termasuk BOP tetap) Rp. xxx

Biaya Pemasaran Variabel Rp. xxx

Biaya Administrasi & Umum Variabel Rp. xxx _______ +

Rp. xxx_______ _

Margin kontribusi (Contribution Margin) Rp. xxx

Biaya Tetap :

Biaya overhead paberik tetap Rp. xxx

Biaya pemasaran tetap Rp. xxx

Biaya administrasi & umum tetap Rp. xxx _______ +

Rp. xxx_______ _

Laba bersih Rp. xxx

Page 28: rendi skripsi-editan-5

28

3. Activity Based Cost System (ABCS)

ABC System merupakan sistem informasi biaya yang mengubah

cara yang digunakan oleh manajemen dalam pengelolaan bisnis. Jika

dalam manajemen tradisional, pengelolaan bisnis didasarkan pada fungsi,

dengan ABC System, pengelolaan bisnis diubah menjadi pengelolaan

berbasis aktivitas. (Mulyadi, 2006, 51).

Ada dua keyakinan yang melandasi ABC System :

a. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas.

b. Penyebab terjadinya biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola.

Keyakinan Dasar ABC System : “Biaya Ada Penyebabnya”Titik Pusat ABC System

“Dan penyeban biaya dapat dikelola”(Melalui Activity-Based Management)

Gambar 01 Keyakinan Dasar ABC SystemSumber : Mulyadi, 2006, 52

AktivitasSumberDaya

CostObject

Page 29: rendi skripsi-editan-5

29

a. Pengertian Activity Based Costing System

Adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain

untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya

dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas (Mulyadi, 2006,

53).

Pengertian ABC System yang dikemukakan oleh Hansen dan

Mowen (1999, 321) adalah Suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama

kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk.

Sedangkan Ahamad mendefinisikan Activity Based Costing

sebagai suatu pendekatan penentuan biaya produksi yang

membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi

sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.

Beberapa ahli Manajemen Biaya juga memberikan defenisi

mengenai sistem biaya Activity Based Costing yang dikutip oleh

Nurhayati (2004, 2-3) sebagai berikut :

1. Wayne J. Morse, James R. Davis, dan A. L. Hartgraves, dalam

bukunya Management Accounting (1991) memberikan defenisi

mengenai Activity Based Costing (ABC), sebagai sistem

pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya keobjek biaya

dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. Sistem ABC ini

didasarkan pada pemikiran bahwa aktivitas penyebab biaya dan

biaya aktivitas harus dialokasikan keobjek biaya dengan dasar

aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Sistem ABC ini menelusuri

Page 30: rendi skripsi-editan-5

30

biaya ke produk sebagai dasar aktivitas yang digunakan untuk

menghasilkan produk tersebut.

2. Ray H. Garrison dalam bukunya Managerial Accounting (1991),

memberikan defenisi mengenai Activity Based Costing (ABC),

sebagai suatu metode kalkulasi biaya yang menciptakan suatu

kelompok biaya untuk setiap kejadian atau transaksi (aktivitas)

dalam suatu organisasi YaIlg berlaku sebagai pemacu biaya. Biaya

overhead kemudian dialokasikan ke produk dan jasa dengan dasar

jumlah dari kejadian atau transaksi produk atau jasa yang

dihasilkan tersebut.

3. Douglas T. Hicks, dalam bukunya Activity Based Costing for Small

and Mid-sized Busines An Implementation Guide (1992)

memberikan defenisi mengenai Activity Based Costing (ABC),

sebagai merupakan sebagai suatu konsep akuntansi biaya yang

berdasarkan atas pemikiran bahwa produk mengkonsumsi aktivitas

dan aktivitas yang menimbulkan biaya. Dalam sistem biaya ABC

ini dirancang sedemikian rupa sehingga setiap biaya yang tidak

dapat dialokasikan secara langsung kepada produk, dibebankan

kepada produk berdasarkan aktivitas dan biaya dari setiap aktivitas

kemudian dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi

masingmasing aktivitastersebut.

4. L. Gayle Rayburn, dalam bukunya Cost Accounting-Using Cost

Management Approach (1993) memberikan defenisi mengenai

Page 31: rendi skripsi-editan-5

31

Activity Based Costing (ABC), sebagai suatu sistem yang mengakui

bahwa pelaksanaan aktivitas menimbulkan konsumsi sumber daya

yang dicatat sebagai biaya, atau dengan kata lain bahwa ABC

tersebut adalah merupakan pendekatan kalkulasi biaya yang

berbasis pada transaksi. Sistem biaya ABC itu sendiri adalah

mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan

dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya

tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas

setiap produk.

5. Charles T. Horngren, Gary L. Sundem dan William O. Stratton,

Dalam bukunya Introduction to Management Accounting (1996)

memberikan defenisi mengenai Activity Based Costing (ABC),

sebagai suatu sistem yang merupakan pendekatan kalkulasi biaya

yang memfokuskan pada aktivitas sebagai objek biaya yang

fundamental,sistem ABC ini menggunakan biaya dari aktivitas

tersebut sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya keobjek biaya

yang lain seperti produk, jasa, atau pelanggan.

Page 32: rendi skripsi-editan-5

32

b. Konsep Dasar Activity Based Costing System

Gamber 02 Konsep Dasar ABC SystemSumber : Hansen, Don R. dan Maryanne, M. Mowen, 2004

Activity Based Costing System adalah suatu sistem akuntansi

yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk

menghasilkan produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan

informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan

untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut.

Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan

pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab

dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini

menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur

ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem ABC mengasumsikan

bahwa yang mengkonsumsi sumber daya bukanlah produk, melainkan

aktivitas-aktivitasnya (Mulyadi, 2006).

Resaurces

Aktivities

Cost Object

Cost Driver Performance

Process View

Page 33: rendi skripsi-editan-5

33

c. Manfaat dan Keunggulan Activity Based Costing System

Beberapa manfaat dan keunggulan dari sistem biaya Activity

Based Costing (ABC) yang dikemukakan oleh Nurhayati (2004, 3-4).

Manfaat sistem biaya Avtivity Based Costing (ABC) bagi pihak

manajemen perusahaan adalah :

1) Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak

manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah

untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka dapat

berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus

pada pengurangan biaya yang memungkinkan. Analisis biaya ini

dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses

manufakturing, hal ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas

untuk mengorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi

biaya.

2) Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan

penawaran kompetitif yang lebih wajar.

3) Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan

(management decision making) membuat-membeli yang

manajemen harus lakukan, disamping itu dengan penentuan biaya

yang lebih akurat maka maka keputusan yang akan diambil oleh

phak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini didasarkan

bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi

sangat penting dalam iklim kompetisi dewasa ini.

Page 34: rendi skripsi-editan-5

34

4) Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continius

improvement), melalui analisa aktivitas, sistem ABC

memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan terhadap

aktivitas yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien. Hal ini

berkaitan erat dengan masalah produktivitas perusahaan.

5) Memudahkan Penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost

reduction), pada sistem tradisional, banyak biaya-biaya yang

kurang relevan yang tersembunyi. Sistem ABC yang transparan

menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat diketahui dan

dieliminasi.

6) Dengan analisis biaya yang diperbaiki, piliak manajemen dapat

melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume produksi

yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk

yang bervolume rendah.

Beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing

(ABC) dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut:

1) Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri

manufaktur teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah

merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya.

2) Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam

pabrik yang modem, terdapat sejumlah akrivitas non lantai pabrik

yang berkembang. Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi

Page 35: rendi skripsi-editan-5

35

perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non

lantai pabrik dapat ditelusuri.

3) Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang

menyebabkan biaya (activities cause cost) bukanlah produk, dan

produklah yang mengkonsumsi aktivitas.

4) Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari

perilaku biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan

mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap

produk.

5) Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas

produksi yang modem dengan menggunakan banyak pemacu

biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut

adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis

volume produk.

6) Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat

diandalkan dari biaya produk variabel jangka panjang (long run

variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilan

keputusan yang strategik.

7) Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke

proses, pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya

produk.

Page 36: rendi skripsi-editan-5

36

d. Perbandingan Metode Activity Based Costing dengan Metode

Tradisional

Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan

sistem biaya Activity Based Costing (ABC) yang dikemukakan oleh

Nurhayati yang dikutip dari Amin Widjaya (2004, 4) adalah sebagai

berikut :

1) Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu

biaya (cost driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi

overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional

mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu

atau dua basis alokasi yang non reprersentatif.

2) Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor

waktu. Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi

keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya

tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas

produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.

3) Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen

persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik

dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai

organisasi.

4) Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil

untuk analisis varian dari pada sistem tradisional , karena kelompok

biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat

Page 37: rendi skripsi-editan-5

37

dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis

pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila

kebutuhan muncul.

e. Tahapan untuk menerapkan Activity Based Cost System;

Sebelum sampai pada tahapan dalam Activity Based Costing

terlebih dahulu perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:

1) Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost

Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi

biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab

utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam

aktivitas-aktivitas selanjutnya.

2) Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang

dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi

jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan

jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.

3) Cost Pool adalah sekelompok biaya yang memiliki karekteristik

yang sama. Karakteristik ini berkaitan dengan tolak ukur aktivitas

yang sama, untuk maksud pembebanan biaya ke produk.

4) Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari

overhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu

pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok

biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara

Page 38: rendi skripsi-editan-5

38

logisharus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang

sama untuk semua produk.

Adapun tahapan penerapan Activity Based Cost System menurut

Hansen dan Mowen (1999, 48) adalah sebagai berikut :

1) Prosedur tahap pertama

Pada taha pertama dalam sistem ABC, aktivitas diidentitikasi,

biaya-biaya dikaitkan dengan msisng-masing aktivitas, dan

aktivitas serta biaya yang berkaitan dibagi ke dalam kumpulan

yang sejenis. Ingatlah bahwa aktivitas adalah pekerjaan yang

dilakukan dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu, indentifikasi

aktivitas memerlukan suatu daftar dari semua jenis pekerjaan yang

berbeda-beda, misalnya penanganan bahan, pemeriksaan, proses

rekayasa, dan penyempurnaan produk.

2) Prosedur Tahap Kedua

Pada tahap kedua, biaya dari setiap kelompok overhead

ditelusuri ke produk. Hal ini dilakukan dengan mengguakan tarif

kelompok yang dihitung pada tahap pertama dan ukuran jumlah

sumber daya yang dikonsumsi setiap produk. Ukuran ini adalah

kuantitas penggerak aktivitas yang digunakan oleh stiap produk,

yang dihitung dengan rumus :Overhead yang dibebankan (pada

suatu produk) = terif kelompok x unit penggerak yang dikonsumsi

oleh produk.

Page 39: rendi skripsi-editan-5

39

Nurhayati (2004, 33) juga membagi tahap yang dimiliki oleh

sistem ABC tersebut dalam analisisnya dapat dibagi dalam dua

tahapan, yaitu sebagai berikut :

1) Prosedur Tahap I

Pada tahap pertama ini dilakukan pembebanan biaya

pemakaian sumber daya kepada aktivitas-aktivitas yang

menggunakannya. Dalam kalkulasi biaya berdasarkan sistem

Activity Based Costing (ABC) tahap pertama, biaya overhead dibagi

kedalam kelompok biaya yang homogen. Suatu kelompok biaya

yang homogen merupakan suatu kumpulan dari biaya overhead,

yaitu variasi biaya dapat dijelaskan oleh suatu pemacu biaya (cost

driver). Aktivitas overhead yang homogen apabila mereka

mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.

2) Prosedur Tahap II

Pada tahap kedua ini, biaya setiap kelompok biaya (cost

pool) ditelusuri ke produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan

tarif kelompok yang dihitung pada tahap pertama dan dikalikan

dengan jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap

produk.Tolok ukur ini merupakan kuantitas pemacu biaya yang

digunakan oleh setiap produk. Dengan demikian overhead yang

dibebankan setiap kelompok biaya ke produk dihitung sebagai

Page 40: rendi skripsi-editan-5

40

berikut : Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Jumlah

konsumsi pemacu biaya

Sedangkan Menurut Mulyadi (2006), prosedur pembebanan

biaya overhead dengan sistem ABC melalui dua tahap kegiatan:

1) Tahap pertama

Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang

sejenis, terdiri dari 4 langkah :

a) Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai

aktivitas.

b) Mengklasifikasikan aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas,

pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang

terdiri dari 4 kategori yaitu :

(1) Aktivitas berlevel unit (unit level activities)

Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya

aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah

unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk

menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung

dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang

diproduksi.

(2) Aktivitas berlevel batch (batch level activities)

Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa

memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut.

Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan

Page 41: rendi skripsi-editan-5

41

pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel

batch.

(3) Aktivitas berlevel produk (product level activities)

Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik

dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch

atau unit yang diproduksi atau dijual.

(4) Aktivitas berlevel fasilitas (fasility level activities)

Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang

proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas

ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini

dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk

yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti

kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan

sebagainya.

c) Mengidentifikasikan cost driver

Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit

cost driver.

d) Menentukan tarif/unit cost driver adalah biaya per unit cost

driver yang dihitung untuk suatu aktivitas.

2) Tahap kedua

Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing

produk yang menggunakan cost driver.

Page 42: rendi skripsi-editan-5

42

f. Aktivitas dan Klasifikasinya

Aktivitas dan klasifikasi aktivitas menurut Nurhayati (2004, 8-

9), dijelaskan sebagai berikut :

Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC) aktivitas

yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan kegiatan merancang

dan memproduksi suatu produk yang disebut juga dengan Product

Driven Activity. Product Driven Activity ini dapat dikelompokkan atas

empat kategori, yaitu :

1) Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit (Unit-Lavel Activities)

Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas

yang dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi, besar kecilnya

aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi.

Biaya yang timbul karena aktivitas berlevel unit ini dinamakan biaya

aktivitas berlevel unit (unit-level activities cost), contoh biaya

overhead untuk aktivitas ini adalah biaya listrik dan biaya operasi

mesin. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung juga

termasuk kedalam biaya aktivitas berlevel unit, namun tidak termasuk

kedalam biaya overhead.

2) Aktivitas-aktivitas Berlevel Batch (Batch-Lavel Activities)

Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch-level activities)

adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk

diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch

produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk kedalam

Page 43: rendi skripsi-editan-5

43

kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi,

aktivitas pengelolaan bahan (gerak bahan dan order pembelian),

aktivitas inspeksi. Biaya yang timbul akibat dari aktivitas ini adalah

biaya aktivitas berlevel batch (batch-level activities), biaya ini

bervariasi batch produk yang diproduksi, namun bersifat tetap jika

dihubungkan dengan jumlah unit produk yang diproduksi dalam

setiap batch.

3) Aktivitas-aktivitas Berlevel Produk (Product-Lavel Activities)

Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product-level activities)

disebut juga sebagai aktivitas penopang produk (product-sustaining

activities) yaitu aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai

produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini

mengkonsurnsi masukan untuk mengembangkan produk atau

memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dapat

dilacak pada produk secara individual, namun sumber-sumber yang

dikonsumsi oleh aktivitas tersebut tidak dipengaruhi oleh jumlah

produk atau batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang

termasuk kedalam kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan

pengembangan produk, perekayasaaan proses, spesifikasi produk,

perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk. Biaya yang

timbul akibat dari aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas

berlevel produk (product-level activities cost).

Page 44: rendi skripsi-editan-5

44

4) Aktivitas-aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility-Lavel activities)

Aktivitas berlevel fasilitas (facility-level activities) disebut juga

sebagai aktivitas penopang fasilitas (facility-sustaining activities)

adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses manufaktur secara

umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas

pabrik untuk memproduksi produk, namun banyak sedikitnya

aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk

yang diproduksi. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh

berbagai jenis produk yang berbeda, atau dengan kata lain aktivitas

ini dilakukan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan. Contoh

aktivitas ini mencakup misalnya: manajemen pabrik, pemeliharaan

bangunan, keamanan, pertamanan (landscaping), penerangan pabrik,

kebersihan, pajak bumi dan bangunan(PBB), serta depresiasi pabrik.

Aktivitas manajemen pabrik bersifat administratif, misalnya aktivitas

pengelolaan pabrik, karyawan, dan akuntansi untuk biaya. Biaya

untuk aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas berlevel fasilitas

(facilitylevel activities cost).

g. Syarat Penerapan Activity Based Costing System

Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan

menggunakan sistem Activity Based Costing menyaratkan tiga hal:

1) Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi

Activity Based Costing System menyaratkan bahwa perusahaan

memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang

Page 45: rendi skripsi-editan-5

45

diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang

demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam

membebankan biaya ke masing-masing produk.

2) Tingkat persaingan industri yang tinggi

Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang

sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis

tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan

untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan

maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam

mendukung pengambilan keputusan manajemen.

3) Biaya pengukuran yang rendah

Biaya yang digunakan Activity Based Costing System untuk

menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah

dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.

Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum

kemungkinan penerapan Activity Based Costing System, yaitu :

1) Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang

signifikan dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead

yang dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan

overhead pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya

tradisionalpun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat

sehingga penggunaan Activity Based Costing System kehilangan

relevansinya. Artinya Activity Based Costing akan lebih baik

Page 46: rendi skripsi-editan-5

46

diterapkan pada perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya

dipengaruhi oleh volume produksi saja

2) Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan

non-unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama,

itu artinya semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan

dengan satu pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan Activity

Based Costing System justru tidak tepat karena Activity Based

Costing System hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan

pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai banyak cost

driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka

sistem akuntansi biaya tradisional atau Activity Based Costing

System membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama.

Jadi perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling

rendah) mungkin masih dapat menggunakan sistem tradidisional

tanpa ada masalah.

4. Harga Jual

Penentuan harga jual produk atau jasa merupakan salah satu jenis

pengambilan keputusan manajeman yang penting. Bagi manajemen,

penentuan harga jual produk atau jasa bukan hanya merupakan

kebijaksanaan di bidang pemasaran atau bidang keuangan, melainkan

merupakan kebijakan yang berkaitan dengan seluruh aspek kegiatan

perusahaan. Harga jual produk atau jasa, selain mempengaruhi volume

penjualan atau jumlah pembeli produk atau jasa tersebut, juga akan

Page 47: rendi skripsi-editan-5

47

mempengaruhi jumlah pendapatan perusahaan (Halim dan Supomo, 2005,

97).

Selanjutnya Supomo dan Halim (2005, 98-102) mengelompokkan

tiga konsep yang dapat digunakan untuk penentuan harga jual dengan

pendekatan Cost-Plus yaitu sebagai berikut :

a. Konsep Biaya Total

Berdasarkan konsep biaya total harga jual ditentukan dari biaya

total yaitu : (biaya produksi + biaya pemasaran + biaya administrasi

dan umum) + jumlah laba yang diinginkan perusahaan/markup.

Adapun penerapan penentuan harga jual produk atau jasa

dengan menggunakan konsep biaya total ini adalah sebagai berikut :

1) Menentukan besarnya biaya produksi yang terdiri dari : biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

2) Biaya produksi tersebut selanjutnya ditambah dengan biaya

pemasaran dan biaya administrasi dan umum, hasilnya sama

dengan biaya total.

3) Biaya total tersebut dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi

atau dijual untuk memperoleh angka biaya per unit.

4) Menentukan jumlah ‘markup’ atau dalam hal ini adalah jumlah

laba yang dikehendaki.

5) Menentukan persentase ‘markup’ dari biaya total yang dihitung

dari jumlah laba yang diinginkan dibagi dengan biaya total.

Page 48: rendi skripsi-editan-5

48

6) Persentase ‘markup’ tersebut dikalikan dengan biaya per unit

untuk memperoleh angka ‘markup’ per unit.

7) Harga jual per unit ditentukan dari biaya per unit ditambah denan

‘markup’ per unit.

b. Konsep Biaya Produk

Berdasarkan konsep ini, yang juga disebut dengan Absorption

Aproach, harga jual ditentukan dari biaya produksi ditambah dengan

‘markup’. Markup di sini adalah laba yang dikehendaki + biaya

pemasaran + biaya administrasi dan umum. Persentase ‘markup’ di

hitung dengan jumlah ‘markup’ dibagi dengan biaya produksi.

c. Konsep Biaya Variabel

Menurut konsep ini, yang juga disebut dengan Contribution

Approach, biaya variabel (biaya produksi variabel + biaya pemasaran

variabel + biaya administrasi dan umum variabel) ditambah dengan

‘markup’. Pengertian ‘markup’ dalam hal ini adalah laba yang

dikehendaki ditambah semua biaya yang bersifat tetap.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teoritis, maka dapat diajukan kerangka berfikir

tentang bagaimana penerapan sistem Activity Based Costing (ABC) dalam

perhitungan harga pokok produksi dapat menghasilkan harga jual yang

mampu bersaing.

Page 49: rendi skripsi-editan-5

49

Pada perusahan manufaktur dalam melakukan peroses produksi

dibebankan tiga jenis biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan

biaya overhead pabrik. Ketiga jenis biaya ini diakumulasikan sehingga

didapatkan harga pokok produksi. Selanjutnya di dalam penerapan sistem

Activity Based Costing (ABC) kita perlu memfokuskan perhatian pada biaya

overhead pabrik untuk dikalkulasikan berdasarkan sisterm tersebut. Langkah

awal untuk penerapan sistem Activity Based Costing (ABC) yaitu

mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan biaya overhead

pabrik selama proses produksi yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan

empat kategori umum aktivitas yaitu kedalam aktivitas : (1) tingkat unit, (2)

tingkat batch, (3) tingkat produk, dan (4) tingkat fasilitas yang disertai dengan

pembebanan biaya kepada ke empat kategori aktivitas tersebut sesuai dengan

besaran biaya yang dihabiskan oleh aktivitas tersebut. Hasil kalkulasi biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead paberik dengan sistem

Activity Based Costing (ABC) maka didapatkan besarnya biaya harga pokok

produksi. Sedangkan untuk menentukan harga jual, maka harga pokok

produksi yang sudah ditemukan dijulahkan dengan besar laba yang diinginkan

perusahaan.

Page 50: rendi skripsi-editan-5

50

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibentuk skema kerangka

berfikir sebagai sebagai berikut :

Gambar 03 Kerangka Berfikir

Biaya Bahan Baku

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya Overhead

Metode Activity Based Costing

Aktivitas Perusahaan

Unit Level Activity Cost

Batch Related Activity Cost

Facility Sustaining

Activity Cost

Penentuan Cost Driver

PenentuanTarif Per Unit Cost Driver

Alokasi Biaya Overhead ke Produk

Harga Pokok Produk

Laba yang Diinginkan (Markup)

Harga Jual

Page 51: rendi skripsi-editan-5

51

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang didasarkan pada teori

yang relevan terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2010,

64).

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir, maka dapat

diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Penerapan sistem Activity Based Costing (ABC) dalam perhitungan

harga pokok produksi dapat menghasilkan harga jual yang mampu bersaing

pada usaha produksi genting beton “Skarwangi” di Desa Wanasaba

Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur.

Page 52: rendi skripsi-editan-5

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian deskriptif analisis adalah metode analisis yang digunakan untuk

memperoleh gambaran yang jelas, sistematik, dan akurat mengenai suatu

objek penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan,

mengklasifikasi, menyiapkan, mengolah data lalu dianalisis dan dihasilkan

kesimpulan dan pembuatan saran.

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah data kuantitatif

yaitu berupa data-data yang diwujudkan dengan angka-angka hasil

perhitungan atau pengukuran yang berhubungan dengan biaya, harga pokok

produk dan rugi-laba perusahaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian dilakukan di salah satu produsen genting

beton “Skarwangi” Wanasaba, yang beralamatkan Jln. Raya Labuhan

Lombok Km. 59, Desa Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok

Timur. Sedangkan waktu penelitian akan dilakukan mulai tanggal 4 Juli

sampai dengan 6 Agustus 2012.

Page 53: rendi skripsi-editan-5

53

C. Jadwal Penelitian

Tabel 1 :Jadwal Penelitian

Kegiatan

April 2012 Minggu

Ke:

Mei 2012 Minggu

Ke:

Juni 2012 Minggu

ke:

Juli 2012 Minggu

Ke:

Agustus 2012

Minggu Ke:

Septemb.2012

Minggu Ke:

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4Usulan Judul PenelitianStudi Literan & KepustakaanPenyusunan Bab I,II,IIIPenyusunan Instrumen PenelitianPengambilan DataAnalisis & Pengolahan DataPenyusunan Bab IV & VBimbingan & KonsultasiUjian SkripsiPenjilidan Skripsi

D. Subyek Penelitian

Dalam melakukan penelitan ini yang menjadi subyek penelitian adalah

Produsen genting beton “Skarwangi” Wanasaba, dimana informasi-informasi

yang dibutuhkan Peneliti diperoleh melalui Pemilik yang sekaligus sebagai

Menejer Perusahaan dan Para Karyawan Perusahaan itu sendiri.

Page 54: rendi skripsi-editan-5

54

E. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data kuantitatif dan

kualitatif. Dimana data kuantitatif adalah data yang dapat diukur dengan

satuan angka antara lain biaya bahan baku, biaya bahan baku penolong,

biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, biaya

overhead pabrik tetap, biaya tenaga kerja tak langsung serta biaya-biaya

administrasi dan umum dari produsen genting beton “Skarwangi”

Wanasaba dalam proses produksinya, sedangkan data kualitatif yaitu data

yang diperoleh dalam bentuk penjelasan dan uraian dari pemilik yang

sekaligus sebagai menejer dari produsen genting beton “Skarwangi”

Wanasaba.

2. Sumber Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung Penelitia dari

menejer dan karyawan produsen genting beton “Skarwangi”

Wanasaba yang diberi wewenang untuk memberikan data yang

diperlukan berupa biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

baik melalui wawancara maupun pengamatan langsung dengan

menejer dan karyawan perusahaan.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumber lainnya dan berkaitan atau relevan dengan objek yang diteliti

seperti kepustakaan, buku-buku literatur dan catatan kuliah serta

keterangan-keterangan lainnya.

Page 55: rendi skripsi-editan-5

55

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data yang

harus disesuaikan dengan sifat dan karaktristik penelitian yang dilakukan

sehingga diperlukan metode pengumpulan yang tepat untuk memperoleh data

yang dibutuhkan. Oleh karena itu untuk memperoleh data peneliti

menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

1. Metode Wawancara (Interview)

Interview atau wawancara meruapakan metode pengumpulan data

yang menghedaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek

atau responden (Yatim, 2007, 70).

Narbuko dan Achmadi (2005, 83) juga mengartikan Metode

Interviw (Wawancara) merupakan peroses tanya jawab dalam penelitian

yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap

muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan.

Sedangakan Burhan Bungin (2010, 62) mengartikan Metode

Wawancara (Interview) adalah sebuah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tampa menggukan pedoman (guide) wawancara.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-

Page 56: rendi skripsi-editan-5

56

hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit/kecil (Sugiyono, 2010, 137).

Dalam hal ini peneliti melakukan tanya jawab sepihak secara

langsung dengan manejer dan karyawan perusahaan yang ditunjuk untuk

memberikan informasi seputar aktivitas-aktivitas selama produksi

berlangsung serta jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi berlangsung.

2. Metode Dokumentasi

Menurut Yatim (2007, 103), Metode Dokumentasi berarti cara

mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada.

Dengan demikian Metode Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan

data dari catatan-catatan atau dokumen-dokuman yang berkaitan dengan

proses produksi genting beton “Skarwangi” Wanasaba. Untuk itu, maka

dalam penelitian ini dokumen atau catatan-catatan yang ada pada

perusahaan digunakan sebagai sumber untuk memperoleh data mengenai

elemen biaya dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.

3. Metode Observasi

Menurut Yatim Riyanto (2007, 82), Metode observasi merupakan

metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek

penelitian. Sedangkan Narbuko dan Achmadi (2005, 70) mengartikan

Observasi (Pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan

cara mengamati dan mencatat secara sitematik gejala-gejala yang

diselidiki.

Page 57: rendi skripsi-editan-5

57

Dalam metode ini dilakukan secara langsung untuk memperoleh

data dari perusahaan yang menjadi obyek penelitian. Dimana Peneliti

melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses produksi genting

beton “Skarwangi” Wanasaba sehingga mendapatkan informasi yang

dibutuhkan.

G. Teknik Analisis Data

Untuk melakukan analisis data, penulis menggunakan metode analisa

kuantitatif, data-data yang diperoleh dari Produsen genting beton “Skarwangi”

Wanasaba yang memuat perhitungan-perhitungannya. Disini penulis

menggunakan alat analisis dengan sistem Activity Based Costing dalam

perhitungan harga pokok produksi guna penetapan harga jual genting beton.

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana tingkat daya saing

harga jual genting beton yang apabila harga pokok produksi dihitung dengan

menggunakan sistem Activity Based Costing sehingga nantinya dapat

diterapkan sebagai standar penetapan harga jual produk genting beton

“Skarwangi” Wanasaba.

Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan sistem

Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok produksi untuk

menghitung harga jual yang dapat dijadikan sebagai alat analisis adalah

sebagai berikut :

1. Menentukan besarnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya

overhead pabrik yang berdasarkan informasi dari pihak perusahaan.

Page 58: rendi skripsi-editan-5

58

2. Melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan

sistem Activity Based Costing (ABC) dengan langkah-langkah dan rumus

perhitungan sebagai berikut :

Adapun langkah-langkah pendahuluan dalam penerapan sistem

Activity Based Costing (ABC) dalam perhitungan harga pokok produksi :

a. Mengidentifikasi biaya dan aktivitas sumber daya. Langkah pertama

dalam merancang Activity Based Costing System, adalah melakukan

analisis aktivitas untuk mengidentifikasi biaya sumber daya dan

aktivitas perusahaan.

b. Membebankan biaya sumber daya pada aktivitas. ABC menggunakan

penggerak biaya konsumsi sumber daya untuk membebankan biaya

sumber daya ke aktivitas. Karena aktivitas memicu timbulnya biaya

dari sumber daya yang digunakan dalam operasi, suatu perusahaan

harus memilih penggerak biaya konsumsi sumber daya berdasarkan

hubungan sebab-akibat.

c. Membebankan biaya aktivitas pada objek biaya. Langkah terakhir

adalah membebankan biaya aktivitas atau tempat penampungan biaya

aktivitas pada output berdasarkan penggerak biaya konsumsi aktivitas

yang tepat. Output adalah objek biaya dari aktivitas yang dilakukan

perusahaan atau organisasi.

Page 59: rendi skripsi-editan-5

59

Sedangkan rumus perhitungan untuk mendapatkan harga pokok

produksi dengan sistem Activity Based Costing (ABC) :

Biaya Bahan Langsung Rp. XXX

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. XXX

Biaya Overhead Pabrik :

- Kelompok tingkat unit Rp. XXX

- Kelompok tingkat Batch Rp. XXX

- Kelompok tingkat produksi Rp. XXX

- Kelompok tingkat fasilitas Rp. XXX +

Harga Pokok Produksi Rp. XXX

3. Menentukan biaya per unit dengan langkah membagi besar harga pokok

produksi dengan jumlah unit peroduk yang diperoduksi.

4. Menetapkan harga jual per unit dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

Biaya Per Unit Rp. XXX

Markup Per Unit Rp. XXX +

Harga Jual Per Unit Rp. XXX

Adapun besarnya Markup ditentukan dengan mengalikan persentasi

Markup dengan biaya per unit, dimana persentasi Markup ditentukan

dengan rumus :

Persentasi Markup = Jumlah Laba yang Diinginkan Biaya Total

5. Membandingkan harga jual berdasarkan sistem Activity Based Costing

(ABC) dalam penetapan harga pokok produksi dengan harga jual di

pasaran untuk melihat daya saing harga jual yang ditentukan tersebut.

Page 60: rendi skripsi-editan-5

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Paparan Data

Dalam penelitian analisis penerapan Sistem Activity Based

Costing (ABC) dalam perhitungan harga pokok produksi untuk

menghasilkan harga jual yang mampu bersaing pada usaha produksi

genting beton “Skarwangi” di Desa Wanasaba Kecamatan Wanasaba

Kabupaten Lombok Timur ini secara umum menggunakan data primer

yang diperoleh langsung dari Pemilik yang sekaligus sebagai Menejer

Perusahaan dan Para Karyawan Perusahaan, sedangkan data skunder

hanya sebagai pendukung dalam penelitian ini.

2. Identitas Responden

a. Umur Responden

Adapun mengenai keadaan umur dari responden dalam penelitian

analisis penerapan Sistem Activity Based Costing (ABC) dalam

perhitungan harga pokok produksi untuk menghasilkan harga jual yang

mampu bersaing pada usaha produksi genting beton “Skarwangi” di Desa

Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur ini berkisar

antara umur 16 sampai dengan 45 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut :

Page 61: rendi skripsi-editan-5

61

Tabel 2 :Keadaan Umur Responden Analisis Penerapan Sistem Activity Based

Costing (ABC) dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Untuk Menghasilkan Harga Jual yang Mampu Bersaing Pada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi” di Desa Wanasaba Kecamatan Wanasaba

Kabupaten Lombok TimurN

o

Umur Responden Jumlah Responden Persentase (%)

1 16 – 25 8 57,14

2 26 – 35 3 21,43

3 36 – 45 3 21,43

Jumlah 14 100

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat kita simpulkan bahwa umur

responden yang terbanyak adalah berkisar antara umur 16 tahun sampai

dengan 25 tahun yaitu sebanyak 8 orang atau dengan persentase 57,14%

sedangkan responden yang berumur antara 26 tahun sampai dengan 35

tahun dan antara 36 tahun sampai dengan 45 tahun masing-masing

sebanyak 3 orang atau masing-masing sebesar 21,43%.

Dari kelompok umur responden tersebut menunjukkan bahwa

tenaga kerja dari Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi” di Desa

Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur masih

tergolong usia produktif untuk bekerja pada perusahaan tersebut.

b. Tingkat Pendidikan

Dari 14 orang responden pada Usaha Produksi Genting Beton

“Skarwangi” di Desa Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten

Lombok Timur memiliki tingkat atau jenjang pendidikan yang berbeda-

beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebel berikut :

Page 62: rendi skripsi-editan-5

62

Tabel 3 :Tingkat Pendidikan Responden Analisis Penerapan Sistem

Activity Based Costing (ABC) dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Untuk Menghasilkan Harga Jual yang Mampu Bersaing Pada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi” di Desa Wanasaba Kecamatan

Wanasaba Kabupaten Lombok TimurN

o

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)

1 Tidak Tamat SD - -

2 Tamat SD 4 28,57

3 Tamat SMP 8 57,14

4 Tamat SMA 2 14,29

Jumlah 14 100

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tebel 3 di atas dapat kita ketahui bahwa tingkat

pendidikan responden pada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi”

di Desa Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur

cukup beragam, dari tamat SD, SMP, dan SMA.

3. Analisa Teknis

Analisa teknis yang telah dilakukan baik dengan wawancara

dengan pihak perusahaan maupun dengan observasi langsung pada Usaha

Produksi Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba Kecamatan Wanasaba

Kabupten Lombok Timur menghasilkan data-data sebagai berikut :

a. Biaya investasi dan modal kerja

Biaya investasi merupakan modal awal yang dikeluarkan oleh

pemilik perusahaan Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi”

Wanasaba dengan rincian sebagai berikut :

Page 63: rendi skripsi-editan-5

63

Tabel 4 :Biaya Investasi Pada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi”

Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok TimurNo Uraian Jumlah Harga

1 Bangunan Gudang 2 Unit Rp. 15.000.000,00

2 Bak Campur 8 Unit Rp. 1. 200.000,00

3 Peralatan Cetakan

Genting

8 Pasang Rp. 650.000,00

4 Penampang 2000 Unit Rp. 6. 000.000,00

5 Pengayak Pasir (Erok) 2 Unit Rp. 250.000,00

6 Peralatan Campur 9 Unit Rp. 500.000,00

Jumlah Rp. 23.600.000,00

Sumber : Data primer yang diolah

Biaya pembuatan gudang merupakan biaya untuk membuat

tempat proses produksi berlangsung. Adapun biaya yang dikeluarkan

meliputi pembelian bahan bangunan dan ongkos pembuatannya yang

menghabiskan dana sebesar Rp. 15.000.000,00. Sedangkan untuk biaya

pengadaan peralatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli semua

macam peralatan yang diperlukan dalam melakukan proses produksi.

Adapun keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian peralatan

ini adalah sebesar Rp. 8.600.000,00.

Sedangkan untuk mengetahui besarnya penyusutan modal kerja

yang ditanggung Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba

tiap tahunnya dapat dilihat pada tebel berikut :

Page 64: rendi skripsi-editan-5

64

Tabel 5 :Biaya Penyusutan Modal Kerja Pada Usaha Produksi Genting Beton

“Skarwangi” Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok TimurNo Uraian Biaya Peyusutan Pertahun

1 Bangunan Gudang Rp. 1.500.000,00

2 Bak Campur Rp. 240.000,00

3 Peralatan Cetakan Genting Rp. 600.000,00

4 Penampang Rp. 1.200.000,00

5 Pengayak Pasir Rp. 60.000,00

6 Peralatan Campur Rp. 90.000,00

Jumlah Rp. 3.690.000,00

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel di atas kita dapat mengetahui besar penyusutan modal

kerja tiap tahunnya yang ditanggung oleh Usaha Produksi Genting Beton

“Skarwangi” Wanasaba sebesar Rp. 3.690.000,00.

Adapun modal kerja yang dibutuhkan Usaha Produksi Genting

Beton “Skarwangi” Wanasaba dalam menjalankan proses produksinya

dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 6 :Jumlah Modal Kerja Pada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi”

Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok TimurNo Uraian Jumlah Harga

1 Pasir 20 Truk Rp. 4. 600.000,00

2 Semen 600 Sak Rp. 37.200.000,00

3 Kresek Plastik Pelapis 5 Rol Rp. 850.000,00

Jumlah Rp. 42.650.000,00

Sumber : Data primer yang diolah

Page 65: rendi skripsi-editan-5

65

Berdasarkan tebel di atas dapat kita ketahui bahwa jumlah modal

kerja yang dibutuhkan Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi”

Wanasaba untuk menjelankan proses produksi dalam satu periode

produksi yaitu sebesar Rp. 42.650.000,00.

b. Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja adalah semua biaya yang dikeluarkan sebagai

bentuk balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan

baik biaya tenaga kerja langsung maupun biaya tenaga kerja tidak

langsung. Dimana jumlah jumlah tenaga kerja yang bekerja pada Usaha

Produksi Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba dengan tenaga kerja

langsung berjumlah 8 orang dan tenaga kerja tidak langsung berjumlah 5

orang. Biaya tenaga kerja langsung selama satu periode produksi selama

bulan Juni 2012 yaitu dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 7 :Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada Usaha Produksi Genting Beton

“Skarwangi” Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur

NoJenis

Produk Genting

Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah Unit

Genting

Jumlah Upah

PerunitTotal Upah

1 Pongkor 1 Orang 3.000 Rp. 200,00 Rp. 600.000,00

2 Pejaten 4 Orang 26.400 Rp. 90,00 Rp. 2. 376.000,00

3 Gelombang 3 Orang 18.900 Rp. 100,00 Rp. 1. 890.000,00

Jumlah 8 Orang 48.300 Rp. 4.866.000, 00

Sumber : Data primer yang diolah

Sedangkan besarnya biaya tenaga karja tidak langsung yang

dikeluarkan oleh perusahaan dalam satu periode produksi dapat dilihat

pada tabel berikut :

Page 66: rendi skripsi-editan-5

66

Tabel 8 :Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Pada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur

No Jenis BiayaJumlah Tenaga Kerja

Jumlah Upah Total Upah

1 Biaya

Pengayakan

Pasir

1 Orang Rp. 50.000,00/Truk Rp. 1.000.000,00

2. Biaya

pemindahan

pasir ke tampat

pengolahan

1 0rang Rp. 30.000,00/Truk Rp. 600.000,00

2 Biaya

Pembersihan

dan

Pemindahan

Produk Jadi

4 Orang Rp. 30.000,00/1000

Unit

Rp. 1.449.000,00

Jumlah 6 Orang Rp. 3.049.000, 00

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan dua tebel di atas dapat kita ketahui bahwa besar

biaya tenaga kerja baik biaya tenaga kerja langsung maupun biaya tenaga

karja tidak langsung yang dikeluarkan selama satu periode produksi

bulan Juni 2012 oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 7.915.000,00.

c. Biaya bahan baku

Biaya bahan baku merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan

untuk memperoleh bahan baku yang akan dipakai dalam pengolahan

produk. Adapun besarnya biaya bahan baku yang dikeluarkan Usaha

Page 67: rendi skripsi-editan-5

67

Produksi Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba untuk melakukan proses

produksinya selama satu periode produksi bulan Juni 2012 pada masing-

masing jenis produk genting beton yaitu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9 :Biaya Bahan Baku Pada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi”

Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur

NoJenis

Bahan Baku

Jensi Produk Genting Beton

Jenis Pongkor Jenis Pejaten Jenis Gelombang

1 Pasir Rp. 460.000,00 Rp. 2.300.000,00 Rp. 1.840.000,00

2 Semen Rp.3.720.000,00 Rp. 18.600.000,00 Rp. 14.880.000,00

Jumlah Rp.4.180.000,00 Rp. 20.900.000,00 Rp. 16.720.000,00

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa total biaya

bahan baku untuk memperoduksi genting beton jenis pongkor

menghabiskan biaya sebesar Rp. 4.180.000,00, genting beton jenis

pejaten sebesar Rp. 20.900.000,00, dan genting beton jenis gelombang

sebesar Rp.16.720.000,00, sehingga totalnya berjumlah

Rp.41.800.000,00.

d. Harga jual

Harga jual adalah harga yang ditawarkan oleh perusahaan

kepada pembeli. Adapun harga jual untuk masing-masing jenis produk

genting beton Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba

Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur adalah mengikuti harga

pasar dengan genting beton berjenis pongkor seharga Rp. 2.200,00,

genting beton jenis pejaten Rp. 1.250,00, sedangkan genting beton jenis

Page 68: rendi skripsi-editan-5

68

gelombang dengan harga Rp. 1.400.00, dengan harapan memperoleh

margin laba sebesar 10 % dari biaya per unit produk genting beton.

e. Sumber dana

Adapun sumber dana pada Usaha Produksi Genting Beton

“Skarwangi” Wanasaba yaitu berasal dari modal sendiri yang digunakan

oleh perusahaan untuk membiayai semua kegiatan perusahaan baik dari

segi produksi maupun pemasaran.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menerapkan Sistem Activity Based Costing (ABC) dalam

perhitungan harga pokok produksi Pada Usaha Produksi Genting Beton

“Skarwangi” Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur

ada beberapa langkah yang harus ditempuh terlebih dahulu diantaranya

sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya ke dalam berbagai

aktivitas

Langkah pertama dalam merancang Sistem Activity Based

Costing (ABC) adalah pengidentifikasian dan penggolongan biaya ke

dalam berbagai aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan proses

produksi, karena sistem ABC beranggapan bahwa produk merupakan

akumulasi dari berbagaik aktivitas dalam mata rantai proses

penciptaan produk. Adapun aktivitas-aktivitas yang teridentifikasi

pada proses produksi genting beton Pada Usaha Produksi Genting

Beton “Skarwangi” Wanasaba adalah sebagai berikut :

Page 69: rendi skripsi-editan-5

69

a. Aktivitas pemeliharaan inventaris :

- Biaya depresiasi gedung bangunan

- Biaya depresiasi Alat Cetakan genting beton

- Biaya depresiasi Penampang genting beton

- Biaya depresiasi Bak Campur

- Biaya depresiasi Pengayak pasir

- Biaya depresiasi Alat Campur

b. Aktivitas proses produksi genting beton :

- Biaya pengayakan pasir

- Biaya pemindahan pasir ke tampat pengolahan

- Biaya pelapis

c. Aktivitas pemeriksaan produk jadi :

- Biaya pengrek atau pembersihan

- Biaya nyetapel atau penataan

d. Aktivitas pengiriman produk

- Biaya bongkar muat barang

- Biaya pengangkutan

2) Mengklasifikasikan aktivitas

Setelah mengidentifikasi dan penggolongan aktivitas langkah

selanjutnya adalah mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas tersebut

kedalam empat kategori aktivitas yaitu kedalam aktivitas berlevel unit,

Page 70: rendi skripsi-editan-5

70

aktivitas berlevel batch, aktivitas berlevel produk, dan aktivitas

berlevel fasilitas.

a. Aktivitas berlevel unit :

- Biaya pengrek atau pembersihan

- Biaya nyetapel atau penataan

- Biaya bongkar muat barang

- Biaya pengangkutan

- Biaya pelapis

b. Aktivitas berlevel batch :

- Biaya pengayakan pasir

- Biaya pemindahan pasir ke tampat pengolahan

c. Aktivitas berlevel Fasilitas :

- Biaya depresiasi gedung bangunan

- Biaya depresiasi Alat Cetakan genting beton

- Biaya depresiasi Penampang genting beton

- Biaya depresiasi Bak Campur

- Biaya depresiasi Pengayak pasir

- Biaya depresiasi Alat Campur

3) Mengidentifikasi cost driver

Untuk menentukan tarif per unit cost driver kita harus

menentukan cost driver dengan cara mengidentifikasi cost driver

untuk masing-masing biaya yang ditunjukkan oleh tabel berikut ini :

Page 71: rendi skripsi-editan-5

71

Tabel 10 :Penentuan Cost Driver Pada Usaha Produksi Genting Beton

“Skarwangi” Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur

No Cost Pool Cost Driver

1 Aktivitas berlevel unit :

- Biaya pengrek atau pembersihan Total produksi

- Biaya nyetapel atau penataan Total produksi

- Biaya bongkar muat barang Total produksi

- Biaya pengangkutan Total produksi

- Biaya Pelapis Kapasistas

produksi

2 Aktivitas berlevel batch :

- Biaya pengayakan pasir Banyak batch

- Biaya pemindahan pasir ke tampat

pengolahan

Banyak batch

3 Aktivitas berlevel Fasilitas :

- Biaya depresiasi gedung bangunan Luas gudang

(meter)

- Biaya depresiasi Alat Cetakan

genting beton

Jam kerja

- Biaya depresiasi Penampang genting

beton

Jam kerja

- Biaya depresiasi Bak Campur Jam kerja

- Biaya depresiasi Pengayak pasir Jam kerja

- Biaya depresiasi Alat Campur Jam kerja

Sumber : Data primer yang diolah

Page 72: rendi skripsi-editan-5

72

Adapun jumlah diriver aktivitas untuk masing-masing cost

pool pada 3 jenis genting beton yang produksi oleh Usaha Produksi

Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba ditunjukkan pada tebel

berikut:

Tabel 11 :Diriver Aktivitas Untuk Masing-Masing Cost Pool Pada Usaha

Produksi Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur

Cost DriverJenis Genting Beton Jumlah

DriverPongkor Pejaten Gelombang

Total Produksi 3.000 26.400 18.900 48.300

Banyak Batch 2 10 8 20

Luas Lantai 15 20 15 50

Jam Kerja 150 600 450 1200

Sumber : Data primer yang diolah

4) Menentukan tarif per unit cost driver

Langkah ini perlu agar dapat menentukan berapa besar jumlah

setiap biaya aktivitas dan dapat menentukan besar tarif untuk masing-

masing jenis genting beton dalam setiap unitnya. Tabel penentuan tarif

per unit cost driver pada bulan juli dapat dilihat sebagai berikut :

Page 73: rendi skripsi-editan-5

73

Tabel 12 :Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Pada Usaha Produksi Genting

Beton “Skarwangi” Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur

Aktivitas Cost Driver Jumlah Tarif

Aktivitas berlevel unit :

- Biaya

pengrek/pembersihan

1.000 Rp. 10.000,00 Rp. 10,00

- Biaya pemindahan 1.000 Rp. 20.000,00 Rp. 10,00

- Biaya nyetapel/

penataan

1.000 Rp. 20.000,00 Rp. 20,00

- Biaya bongkar muat

barang

1.000 Rp. 35.000,00 Rp. 35,00

- Biaya pengangkutan 1.000 Rp. 50.000,00 Rp. 50,00

- Biaya Pelapis 57.000 Rp. 850.000,00 Rp. 15,00

Aktivitas berlevel batch :

- Biaya pengayakan pasir 20 Rp. 1.000.000,00 Rp. 50.000,00

- Biaya pemindahan

pasir ke tampat

pengolahan

20 Rp. 600.000,00 Rp. 30.000,00

Aktivitas berlevel Fasilitas :

- Biaya depresiasi

gedung bangunan

50 Rp. 125.000,00 Rp. 2.500,00

- Biaya depresiasi

Peralatan cetakan

genting beton

1200 Rp. 50.000,00 Rp. 42,00

- Biaya depresiasi

Penampang genting

beton

1200 Rp. 100.000,00 Rp. 83,00

Page 74: rendi skripsi-editan-5

74

- Biaya depresiasi bak

campur

1200 Rp. 20.000,00 Rp. 17,00

- Biaya depresiasi

Pengayak pasir

60 Rp. 5.000,00 Rp. 83,00

- Biaya depresiasi

Peralatan campur

1260 Rp. 7.500,00 Rp. 6,00

Sumber : Data primer yang diolah

Setelah menempuh langkah-langkah pendahuluan dalam

penerapan Sistem Activity Based Costing (ABC) dalam perhitungan harga

pokok produksi Pada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi”

Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur, langkah

selanjutnya adalah melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan

menerapkan Sistem Activity Based Costing (ABC) pada 3 jenis produk

genting beton yang diproduksi oleh Usaha Produksi Genting Beton

“Skarwangi” Wanasaba (lihat lampiran 11, 12, dan 13).

Setelah menerapkan dan menentukan hasil perhitungan harga

pokok produksi pada masing-masing jenis produk genting beton Pada

Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba Kecamatan

Wanasaba Kabupaten Lombok Timur dengan Sistem Activity Based

Costing (ABC), maka tahapan selanjutnya adalah melakukan perhitungan

harga jual dengan persentase markup yang diinginkan oleh perusahaan

sebesar 10% dari biaya per unit masing-masing jenis genting beton.

Sehingga harga jual dapat ditentukan dengan menjumlahkan biaya per

unit dengan jumlah markup yang sudah ditentukan. Berikut perhitungan

Page 75: rendi skripsi-editan-5

75

harga jual masing-masing jenis genting beton pada Usaha Produksi

Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba :

Tabel 13 :Penentuan Harga Jual Pada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi”

Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur

UraianJenis Genting Beton

Ket.Pongkor Pejaten Gelombang

Biaya Per Unit Rp. 1.807,00 Rp. 1.057,00 Rp. 1.164,00

Jumlah Markup/

Laba Per Unit

(10% dari biaya

per unit)

Rp. 181,00 Rp. 106,00 Rp. 116,00 Dibu-

latkan

Harga Jual Rp. 1.988,00 Rp. 1.163,00 Rp. 1.280,00

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan harga pokok produksi dan harga jual maka dapat kita

tentukan berapa besar profitabilitas masing-masing jenis produk genting

beton pada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba

Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. Berikut perhitungan

profitabilatas pada masing-masing jenis produk genting beton tersebut:

Tabel 14 :Penentuan Profitabilitas Pada Usaha Produksi Genting Beton

“Skarwangi” Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur

UraianJenis Genting Beton

Pongkor Pejaten Gelombang

Harga Jual Rp. 1.988,00 Rp. 1.163,00 Rp. 1.280,00

Page 76: rendi skripsi-editan-5

76

HPP Per Unit Rp. 1.807,00 Rp. 1.057,00 Rp. 1.164,00

Margin Per Unit Rp. 181,00 Rp. 106,00 Rp. 116,00

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan hasil perhitungan harga pokok produksi dan

perhitungan harga jual setelah diterapkannya Sistem Activity Based

Costing (ABC) dalam perhitungan harga pokok produksi pada Usaha

Produksi Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba Kecamatan Wanasaba

Kabupaten Lombok Timur dengan harga pokok produksi untuk genteng

beton jenis pongkor sebesar Rp. 5.420.234,00 dengan biaya per unitnya

sebesar Rp.1.807,00, sedangkan genteng beton jenis pejaten

menghasilkan harga pokok produksi sebesar Rp.27.913.470,00 dengan

biaya per unitnya sebesar Rp. 1.057,00, dan genting beton jenis

gelombang menghasilkan harga pokok produksi sebesar

Rp.22.002.236,00 dengan biaya per unitnya sebesar Rp.1.164,00.

Adapun harga jual dengan besar markup atau laba per unit sebesar

10% dari biaya per unit yang dihasilkan setelah penerapan Sistem

Activity Based Costing (ABC) pada Usaha Produksi Genting Beton

“Skarwangi” Wanasaba untuk genteng beton jenis pongkor seharga

Rp.1.988,00, genting beton jenis pejaten seharga Rp. 1.163,00, dan

genting beton jenis gelombang seharga Rp. 1.280,00. Sedangkan harga

Page 77: rendi skripsi-editan-5

77

jual yang ditentukan oleh perusahaan berdasarkan harga pasar dengan

besar markup atau laba per unit yang sama menghasilkan harga jual

genting beton jenis pongkor seharga Rp. 2.200,00, genting beton jenis

pejaten Rp. 1.250,00, sedangkan genting beton jenis gelombang dengan

harga Rp. 1.400,00.

Dengan membandingkan harga yang sudah ditentukan tersebut

baik yang ditentukan oleh perusahaan yang berdasarkan dengan harga

pasar maupun setelah penerapan Sistem Activity Based Costing (ABC)

pada masing-masing jenis geting beton yang dihasilkan Usaha Produksi

Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba dapat menunjukkan kita bahwa

harga jual yang dihasilkan setelah penerapan Sistem Activity Based

Costing (ABC) lebih rendah dibandingkan harga jual yang ditentukan

oleh perusahaan untuk ketiga jenis produk genting beton tersebut

sehingga lebih mampu bersaing dibandingkan dengan harga yang

ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya yang berdasarkan dengan harga

pasar.

Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima.

Hal ini dinyatakan, karena harga jual dengan penerapan Sistem Activity

Based Costing (ABC) dalam perhitungan harga pokok produksi dapat

menghasilkan harga jual yang mampu bersaing di pasaran.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Page 78: rendi skripsi-editan-5

78

1. Bedasarkan hasil analisis data bahwa penerapan Sistem Activity Based

Costing (ABC) dalam perhitungan harga pokok produksi dapat

memberikan informasi jumlah konsumsi biaya yang lebih akurat karena

Sistem Activity Based Costing (ABC) menelusuri biaya bukan hanya ke

unit output tetapi juga ke aktivitas-aktivitas yang diperlukan dalam

memproduksi output tersebut sehingga dapat membantu menejemen

dalam membuat keputusan.

2. Sistem Activity Based Costing (ABC) informasi konsumsi biaya yang

akurat pada perusahaan yang memproduksi jenis produk yang beragam.

Keragaman produk berarti bahwa produk mengkonsumsi biaya aktivitas

overhead dalam proporsi yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya

perbedaan pada ukuran produk, kerumitan produk, dan besarnya batch

sehingga dapat menyebabkan produk mengkonsumsi biaya overhead pada

tingkat yang berbeda. Penerapan Sistem Activity Based Costing (ABC)

dalam perhitungan harga pokok produksi dapat membebankan biaya pada

masing-masing jenis produk sesuai dengan besar biaya yang

dikonsumsinya sehingga tidak terjadi pembebanan biaya pada salah satu

jenis produk yang overcosting ataupun undercosting.

3. Dengan keakuratan pembebanan biaya pada produk dapat membantu

menejemen dalam menentukan harga jual yang tepat. Dengan demikian

besarnya harga jual yang ditentukan dapat menutupi sejumlah biaya yang

dikeluarkan serta dengan margin laba yang tetap menguntungkan bagi

perusahaan.

Page 79: rendi skripsi-editan-5

79

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah melakukan penelitian dengan melakukan analisis data biaya

pada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi” Wanasaba kemudian

dilanjutkan dengan perancangan dan perhitungan kembali data biaya yang

terkumpul guna melakukan analisis penerapan Sistem Activiy Based Costing

(ABC) dalam penetapan harga pokok produksi untuk mencapai tingkat harga

jual yang mampu bersaing pada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi”

Wanasaba, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perhitungan harga pokok

produksi dengan Sistem Activiy Based Costing (ABC) dapat menghasilkan

harga jual yang mampu bersaing.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Bagi penulis selaku peneliti kedepannya disarankan untuk lebih

cermat melakukan pengamatan analisis proses sehingga dapat

Page 80: rendi skripsi-editan-5

80

mengidentifikasi setiap aktivitas perusahaan yang memakan biaya

sehingga informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penerapan Sistem

Activiy Based Costing (ABC) dapat terpenuhi dengan lebih baik.

2. Bagi Pembaca

Bagi pembaca disarankan untuk benar-benar memahami konsep

dasar dari Sistem Activiy Based Costing (ABC) sehingga dapat dengan

mudah memahami bagaimana penerapan Sistem Activiy Based Costing

(ABC) di dalam perhitungan harga pokok produksi.

3. Bagi Perusahaan

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang ditarik,

maka disarankan kepada Usaha Produksi Genting Beton “Skarwangi”

Wanasaba melakukan perhitungan biaya produksi dan perhitungan harga

jual dengan menggunakan Sistem Activiy Based Costing (ABC) sehingga

menghasilkan biaya produksi yang lebih akurat dan harga jual yang lebih

rendah yang mampu bersaing tampa mengurangi tingkat keuntungan

yang diperolehnya.

4. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain yang akan meneliti masalah yang sama

disarankan untuk benar-benar memahami konsep dasar dari Sistem

Activiy Based Costing (ABC) dan menerapkannya pada perusahaan yang

memiliki biaya overhead dalam jumlah yang besar dalam akumulasi

Page 81: rendi skripsi-editan-5

81

biaya produksi dan memiliki beragam jenis produk yang menggunakan

fasilitas yang sama sehingga penerapan Sistem Activiy Based Costing

(ABC) dapat membantu menejemen dalam pembebanan biaya pada

masing-masing produk yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim dan Bambang Supomo. 2005. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Ahmad, Kamiruddin. 2005. Akuntansi Manajemen: dasar-dasar konsep biaya dan pengambilan keputusan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Bungi, Burhan. 2010. Metodelogi Penelitian Kuantitatifkomunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Pranada Media Group.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Dhania Anggarani Putri .2011.“Analisis Analiss Penggunaan Metode Activity Based Costing Sebagai Alternatif dalam Menentukan Tarif SPP SMP-SMA Pada YPI Nasima Semarang Tahun 2010”.Fakultas EkonomiUniversitas Diponegoro.

Hansen dan Mowen. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama.

Hansen, Don R. Maryanne M Mowen. 2004. Management Accounting. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba dengan judul Akuntansi Manajemen, Edisi 7. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Jusup, Haryono. 1995. Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Lilim Sadeli dan Bedjo Siswanto. 2004. Akuntansi Manajemen (Sistem, Proses, dan Pemecahan Soal). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Page 82: rendi skripsi-editan-5

82

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Masyhudi AM. 2008. “Analisis Biaya Dengan Metode Acvitity Based Costing Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unissula Di Rumah Sakit Pendidikan (Studi Kasus di Rumah Sakit Sultan Agung)”. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Martusa, Riki dkk. 2010. Penerapan Metode Activity Based Costing dalam Menentukan Cost of Goods Manufactured. Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 02 Tahun ke-1 Bulan Mei-Agustus 2010. ISSN: 2086-4156.

Mulyadi. 2006. Activity Based Cost System: Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya, Edisi 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Nurhayati. 2004. Perbandingan Sistem Biaya Tradisional Dengan Sistem Biaya ABC. Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Prawironegoro, Darsono. 2005. Akuntansi Manajemen. Jakarta: DIADIT MEDIA.

Riyanto, Yatim. 2007. Metode Peneltian Pendidikan, sebagai pendekatan dasar. Surabaya: IKIP PGRI.

Slamet Sugiri dan Bogat Agus Riyono. 2007. Akuntansi Pengantar 1. Yogyakarta: UNIT PENERBIT DAN PERCETAKAN – STIM YKPN.

Sugiyono. 2010. Metode Peneltian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta.

Supriyono. 1999. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 2009. Akuntansi Manajemen: untuk Perencanaan, Pengendalian dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: Harvarindo.

Yadiati dan Wahyudi. 2006. “Pengantar Akuntansi”. Jakarta: Renada Media Gorup.

Yulian Danang Eko Saputro. 2010.“Activity Based CostingSebagai Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi di PT. Antar Surya Jaya”. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Yulianti. 2010.“Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSUD. H. A. Sulthan Daeng Radja Bulukumba)”. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Hasanuddin.

Page 83: rendi skripsi-editan-5

83

LAMPIRAN-LAMPIRAN