Refrat Aneurisma Ika Edit

30
BAB I PENDAHULUAN Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh darah, yang didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media dan tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan/ balon. Dinding pembuluh darah pada aneurisma ini biasanya menjadi lebih tipis dan mudah pecah. Sebenarnya aneurisma dapat terjadi di pembuluh darah mana saja di tubuh kita..Apabila aneurisma ini terjadi pada pembuluh darah otak, gejalanya dapat berupa sakit kepala yang hebat, bersifat berdenyut, dapat disertai atau tidak disertai dengan muntah. Komplikasi dari aneurisma dapat menyebabkan terjadinya pecahnya pembuluh darah di otak, yang juga dikenal dengan stroke. Sayangnya, kasus ini belum banyak diketahui di Indonesia dan data tentang penyakit ini masih sangat sedikit. Pelebaran ini dapat pula menekan dan mengikis jaringan di dekatnya. Bila aneurisma itu berada dekat tulang, tulang tersebut akan menipis. Bila berdekatan dengan tenggorokan, maka bagian akan tertekan dan saluran

Transcript of Refrat Aneurisma Ika Edit

Page 1: Refrat Aneurisma Ika Edit

BAB I

PENDAHULUAN

Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh

darah, yang didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu

tunika media dan tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan/ balon. Dinding

pembuluh darah pada aneurisma ini biasanya menjadi lebih tipis dan mudah pecah.

Sebenarnya aneurisma dapat terjadi di pembuluh darah mana saja di tubuh

kita..Apabila aneurisma ini terjadi pada pembuluh darah otak, gejalanya dapat berupa

sakit kepala yang hebat, bersifat berdenyut, dapat disertai atau tidak disertai dengan

muntah. Komplikasi dari aneurisma dapat menyebabkan terjadinya pecahnya

pembuluh darah di otak, yang juga dikenal dengan stroke. Sayangnya, kasus ini belum

banyak diketahui di Indonesia dan data tentang penyakit ini masih sangat sedikit.

Pelebaran ini dapat pula menekan dan mengikis jaringan di dekatnya. Bila

aneurisma itu berada dekat tulang, tulang tersebut akan menipis. Bila berdekatan

dengan tenggorokan, maka bagian akan tertekan dan saluran napas tersumbat. Di

dalam rongga aneurisma, mudah terbentuk gumpalan darah yang disebut trombus.

Trombus ini sangat rapuh dan mudah menyerpih. Serpihan ini menimbulkan

sumbatan pembuluh darah di berbagai tempat.

Normalnya, pembuluh darah mempunyai tiga lapisan utama yaitu:

1. Lapisan pertama disebut lapisan intima yang terdiri dari satu lapis endotel.

2. Lapisan kedua adalah lapisan media yang terdiri dari lapisan otot yang elastis.

3. Lapisan ketiga adalah lapisan adventisia yang terdiri dari jaringan ikat longgar dan

lemak.

Page 2: Refrat Aneurisma Ika Edit

Delapan puluh lima sampai sembilan puluh persen aneurisma berasal dari

bagian depan atau pembuluh darah karotis, dan sisanya berasal dari bagian belakang

atau pembuluh vertebralis. Aneurisma dikatakan hampir tidak pemah menimbulkan

gejala kecuali terjadi pembesaran dan menekan salah satu saraf otak sehingga

memberikan gejala sebagai kelainan saraf otak yang tertekan seperti pada trigeminal

neuralgia.

Aneurisma intrakranial sering ditemukan ketika terjadi ruptur yang dapat

menyebabkan perdarahan dalam otak atau pada ruang subarahnoid, sehingga

menyebabkan perdarahan subarahnoid. Perdarahan subarahnoid dari suatu ruptur atau

aneurisma otak dapat menyebabkan terjadinya stroke hemoragik, kerusakan dan

kematian otak.

Orang yang menderita aneurisma di otak, tidak diperbolehkan berolahraga

berat seperti angkat besi. Bahaya perdarahan otak mudah terjadi dan bisa berakibat

fatal. Aneurisma sering baru diketahui setelah dilakukan foto rontgen angiografi

untuk keperluan lain. Penyebab aneurisma ini bisa karena infeksi, aterosklerosis,

rudapaksa, atau kelemahan bawaan pada dinding pembuluh darah.

Bagaimana patofisiologi dan penanganan aneurisma selanjutnya akan dibahas dalam

refrat ini.

Page 3: Refrat Aneurisma Ika Edit

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 DEFINISI

Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh darah,

yang didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika

media dan tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan atau balon. Dinding

pembuluh darah pada aneurisma ini biasanya menjadi lebih tipis dan mudah pecah.

Pengertian aneurisma yang sesungguhnya adalah dilatasi abnormal dari arteri.

Hal ini harus dibedakan dari “false” aneurisma, dimana terjadi pengumpulan darah

disekitar dinding pembuluh darah akibat trauma. Aneurisma sering terbentuk secara

perlahan selama bertahun-tahun dan sering juga tanpa gejala tetapi jika telah terjadi

ruptur maka ini adalah kegawatdaruratan bedah yang dapat mengancam nyawa

pasien.

2.2 EPIDEMIOLOGI

Di banyak negara, prevalensi penyakit ini tergolong tinggi. Di Amerika

Serikat, misalnya, aneurisma mencapai rata-rata lima per 100.000 kasus, tergolong

paling tinggi dibandingkan dengan gangguan atau kelainan otak lainnya. Kasus ini di

banyak negara ditemui pada pasien berusia 3 - 50 tahun. Insiden dari aneurisma baik

yang pecah maupun yang utuh pada otopsi ditemukan sebesar 5 % dari populasi

umum. Insiden pada wanita ditemukan lebih banyak dibandingkan pria, yaitu: 2 - 3 :

1, dan aneurisma multiple atau lebih dari satu didapatkan antara 15 - 31%

Page 4: Refrat Aneurisma Ika Edit

2.3 KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya, aneurisma dibagi atas:

1. Kongenital (aneurisma sakuler) 4.9%

2. Aneurisma mikotik (septik) 2,6%

3. Aneurisma arteriosklerotik

4. Aneurisma traumatik 5--76,8%.

Laporan otopsi insidensi aneurisma kongenital sebesar 4.9%-20% yang terdiri

dari 15% multiple dan 85% soliter. Lokasi aneurisma kongenital dilaporkan : 85-

90% pada bagian depan sirkulus WILLISI; 30--40% pada arteri carotis interna;

30-40% di a. cerebri anterior/communicans anterior; 20-30% di a. cerebri media;

10-15% di a.vertebro-basilaris.

Berdasarkan bentuknya, aneurisma dapat dibedakan:

• Aneurisma tipe fusiform (5–9%). Penderita aneurisma ini mengalami

kelemahan dinding melingkari pembuluh darah setempat sehingga

menyerupai badan botol.

• Aneurisma tipe sakuler atau aneurisma kantong (90–95%).

Pada aneurisma ini, kelemahan hanya pada satu permukaan pembuluh darah

sehingga dapat berbentuk seperti kantong dan mempunyai tangkai atau

leher. Dari seluruh aneurisma dasar tengkorak, kurang lebih 90% merupakan

aneurisma sakuler.

Berdasarkan diameternya aneurisma sakuler dapat dibedakan atas:

Aneurisma sakuler kecil dengan diameter < 1 cm.

Aneurisma sakuler besar dengan diameter antara 1- 2.5 cm.

Aneurisma sakuler raksasa dengan diameter > 2.5 cm.

Aneurisma tipe disekting ( < 1% ).

Aneurisma bisa multiple ( 70-75% ) dan bisa pula soliter .

Page 5: Refrat Aneurisma Ika Edit

Gambar 1. a. Saccular aneurysm with narrow neck , b. Saccular aneurysm with broad neck, c.Fusiform aneurysm

Menurut besarnya , maka aneurisma otak dibagi menjadi 5 bagian :

1. baby (< 2 mm)

2. small (2-6 mm)

3. medium (6-15 mm)

4. large (15-25 mm)

5. giant (> 25 mm).

2.4 ETIOLOGI

Aneurisma dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Melemahnya struktur dinding pembuluh darah arteri. Merupakan kasus yang

paling sering terjadi. Kelemahan pada dinding pembuluh darah ini

menyebabkan bagian pembuluh yang tipis tidak mampu menahan tekanan

darah yang relatif tinggi sehingga akan menggelembung.

Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah arteri) dapat

juga menyebabkan pertumbuhan dan pecahnya aneurisma.

Beberapa infeksi dalam darah

Bersifat genetik

Page 6: Refrat Aneurisma Ika Edit

Malformasi arteriovenosa, yaitu kelainan anatomis di dalam arteri atau vena di

dalam atau di sekitar otak. Malformasi arteriovenosa merupakan kelainan

bawaan, tetapi baru diketahui keberadaannya jika telah menimbulkan gejala.

Perdarahan dari malformasi arteriovenosa bisa secara tiba-tiba menyebabkan

pingsan dan kematian, dan cenderung menyerang remaja dan dewasa muda

Tabel 1 Faktor Resiko Aneurisma Intracranial

Faktor keturunan Faktor resiko lain

Autosomal dominant polycystic kidney

disease Type IV Ehlers-Danlos syndrome

Pseudoxanthoma elasticum Hereditary

Hemorrhagic telangiectasia

Neurofibromatosis type 1 Alpha1-antitrypsin

deficiency Coarctation of the aorta

Fibromuscular dysplasia

Pheochromocytoma Klinefelter's syndrome

Tuberous sclerosis Noonan's syndrome

Alpha-glucosidase deficiency

Age over 50 years Female gender

Current cigarette smoking Cocaine use

Infection of vessel wall Head trauma

Intracranial neoplasm or neoplastic

emboli Hypertension* Alcohol* Oral

contraceptive pill use*

Hypercholesterolemia*

2.5 PATOFISIOLOGI

Normalnya, pembuluh darah mempunyai tiga lapisan utama yaitu:

1. Lapisan pertama disebut lapisan intima yang terdiri dari satu lapis endotel.

2. Lapisan kedua adalah lapisan media yang terdiri dari lapisan otot yang elastis.

3. Lapisan ketiga adalah lapisan adventisia yang terdiri dari jaringan ikat longgar dan

lemak.

Page 7: Refrat Aneurisma Ika Edit

Pada aneurisma ditemukan suatu kelainan pada lapisan pembuluh darah yang

terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan tunika intima, media dan adventitia. Pada

aneurisma terdapat penipisan tunika media dan tunika intima menjadi lebih elastis hal

ini mengakibatkan kelemahan pada pembuluh darah di daerah aneurisma sehingga

pembuluh darah membentuk tonjolan akibat tekanan pembuluh darah.

Mekanisme pembentukan aneurisma dan terjadinya perdarahan pada aneurisma

masih kontroversial. Lesi ini diperkirakan akibat kelemahan kongenital tunika

muskularis arteri serebral yang menyebabkan tunika intima membonjol dan akhirnya

merobek membrana elastik

Tempat yang biasanya timbul aneurisma adalah pada daerah :

1. Sirkulasi anterior : pembuluh darah arteri komunikans anterior dan arteri

cerebri media

2. Sirkulasi posterior : pembuluh darah arteri komunikans posterior dan

percabangan arteri basilaris (basilar tip aneurism)

\

Gambar 2. Sirkulus willisi

Page 8: Refrat Aneurisma Ika Edit

Gambar 3. Lokasi tersering dari aneurisma intrakranial

Aneurisma sakular berkembang dari defek lapisan otot (tunika muskularis) pada

arteri. Perubahan elastisitas membran dalam (lamina elastika interna) pada arteri

cerebri dipercayai melemahkan dinding pembuluh darah dan mengurangi kerentanan

mereka untuk berubah pada tekanan intraluminal. Perubahan ini banyak terjadi pada

pertemuan pembuluh darah, dimana aliran darah turbulen dan tahanan aliran darah

pada dinding arteri paling besar.

Aneurisma sakular biasanya berbentuk “first and second order arteries”, berasal

dari siklus arteri serebral (siklus willisi) pada dasar otak. Aneurisma multipel

bekembang pada 30% pasien. Aneurisma fusiformis berkembang dari arteri serebri

yang ektatik dan berliku-liku yang biasanya berasal dari sistem vertebra basiler dan

bisa sampai beberapa sentimeter pada diameternya. Pasien aneurisme fusiformis

berkarakter dengan gejala kompresi sel induk otak atau nervus kranialis tapi gejala

tidak selalu disertai dengan perdarahan subarakhnoid.

Page 9: Refrat Aneurisma Ika Edit

2.6 GEJALA KLINIS

Aneurisma yang belum pecah dapat diketahui apabila timbul gejala-gejala

gangguan saraf (tetapi ada juga yang tidak menimbulkan gejala). Gejala apa yang

timbul tergantung dari lokasi dan ukuran aneurisma tersebut. Beberapa gejala yang

dapat timbul adalah sakit kepala, penglihatan kabur/ ganda, mual, kaku leher dan

kesulitan berjalan. Tetapi beberapa gejala dapat menjadi peringatan (warning sign)

adanya aneurisma, yaitu: kelumpuhan sebelah anggota gerak kaki dan tangan,

gangguan penglihatan, kelopak mata tidak bisa membuka secara tiba-tiba, nyeri pada

daerah wajah, nyeri kepala sebelah ataupun gejala menyerupai gejala stroke.

Gambaran klinik pecahnya aneurisma dibagi dalam 5 tingkat ialah:

• Tingkat I : Sefalgia ringan dan sedikit tanda perangsangan selaput otak atau

tanpa gejala.

• Tingkat II : Sefalgia agak hebat atau ditambah kelumpuhan saraf otak.

• Tingkat III : Kesadaran somnolent, bingung atau adanya kelainan neurologik fokal

sedikit.

• Tingkat IV : Stupor, hemiparese sampai berat, mungkin adanya permulaan

deserebrasi dan gangguan sistim saraf otonom.

• Tingkat V : Koma dalam, tanda rigiditas desebrasi dan tanda stadium paralisis

cerebral vasomotor.

Page 10: Refrat Aneurisma Ika Edit

Aneurisma di dalam otak merupakan penyebab dari perdarahan intrakranial,

yang bisa menyebabkan stroke hemoragik (stroke karena perdarahan).

A. Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral merupakan salah satu jenis stroke, yang disebabkan

oleh adanya perdarahan ke dalam jaringan otak. Perdarahan intraserebral terjadi

secara tiba-tiba, dimulai dengan sakit kepala, yang diikuti oleh tanda-tanda kelainan

neurologis (misalnya kelemahan, kelumpuhan, mati rasa, gangguan berbicara,

gangguan penglihatan dan kebingungan). Sering terjadi mual, muntah, kejang dan

penurunan kesadaran, yang bisa timbul dalam waktu beberapa menit. Perdarahan

intraserebral ini menimbulkan berbagai gejala tergantung banyaknya dan lokasi

perdarahan.

B. Perdarahan subaraknoid

Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga diantara

otak dan selaput otak (rongga subaraknoid). Sumber dari perdarahan adalah pecahnya

dinding pembuluh darah yang lemah (apakah suatu malformasi arteriovenosa ataupun

suatu aneurisma) secara tiba-tiba. Kadang aterosklerosis atau infeksi menyebabkan

kerusakan pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh

darah bisa terjadi pada usia berapa saja, tetapi paling sering menyerang usia 25-50

tahun.

Perdarahan subaraknoid karena aneurisma biasanya tidak menimbulkan gejala.

Kadang aneurisma menekan saraf atau mengalami kebocoran kecil sebelum pecah,

sehingga menimbulkan pertanda awal, seperti sakit kepala, nyeri wajah, penglihatan

ganda atau gangguan penglihatan lainnya.

Page 11: Refrat Aneurisma Ika Edit

Pertanda awal bisa terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa minggu

sebelum aneurisma pecah. Jika timbul gejala-gejala tersebut harus segera dibawa ke

dokter agar bisa diambil tindakan untuk mencegah perdarahan yang hebat. Pecahnya

aneurisma biasanya menyebabkan sakit kepala mendadak yang hebat, yang seringkali

diikuti oleh penurunan kesadaran sesaat. Beberapa penderita mengalami koma, tetapi

sebagian besar terbangun kembali, dengan perasaan bingung dan mengantuk. Darah

dan cairan serebrospinal di sekitar otak akan mengiritasi selaput otak (meningen), dan

menyebabkan sakit kepala, muntah dan pusing.

Denyut jantung dan laju pernafasan sering naik turun, kadang disertai dengan

kejang. Dalam beberapa jam bahkan dalam beberapa menit, penderita kembali

mengantuk dan linglung. Sekitar 25% penderita memiliki kelainan neurologis, yang

biasanya berupa kelumpuhan pada satu sisi badan. Gejala lainnya adalah: kekakuan

leher, kejang, pada kasus yang tergolong berat, dapat terjadi koma atau kematian.

Perdarahan subaraknoid ini kemudian dapat berlanjut menjadi kondisi

''vasospasme'', yaitu penyempitan pembuluh darah arteri di otak, yang dapat

menyebabkan stroke atau kerusakan saraf yang lain. Perdarahan akibat pecahnya

aneurisma otak juga dapat menyebar ke dalam otak (perdarahan intraserebral)

walaupun lebih jarang dibandingkan penyebaran ke ruang subaraknoid.

Kebanyakan aneurisma intrakranial adalah asimptomatik dan jika menetap,

tidak terdeteksi sampai terjadi ruptur. Perdarahan subarahnoid merupakan suatu

keadaan darurat medis yang paling sering menimbulkan manifestasi klinis. Adanya

serangan sakit kepala yang berat dan atipikal merupakan gejala khas dari perdarahan

subarahnoid. sakit kepala boleh atau tidak boleh dihubungkan dengan hilangnya

kesadaran, mual dan muntah, defisit neurologis fokal, atau meningismus.

Page 12: Refrat Aneurisma Ika Edit

Tabel 2 Gejala aneurisma unruptur pada 111 orang pasien

GejalaJumlah

Penderita

Akut

Nyeri kepala hebat 7

Transient ischemia 7

Kejang 3

Paralisis NIII, penurunan visus 2

Kronik

Nyeri kepala noncatastrophic yang berbeda karakternya dengan nyeri kepala sebelumnya

18

Penurunan penglihatan kronik 10

Neuropathy optic unilateral 7

Kelemahan motorik namun tidak mengenai daerah sekitar mataa 4

Nyeri pada wajah 3

Tabel 3. Ringkasan hasil operasi dari penelitian internasional aneurisma intracranial unruptur

Lama setelah operasi

Riwayat Subdural hematom

Tingkat Kematian (%)

Tingkat kecacatan (%)

30 hari Yes 0 13.7

No 2.3 15.3

1 tahun Yes 1 12.1

No 3.8 12

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 13: Refrat Aneurisma Ika Edit

Di negara maju, aneurisma pada stadium dini lebih banyak ditemukan. Hal ini

karena banyak orang yang menjalani pemeriksaan magnetic resonance imaging

(MRI) sehingga aneurisma pada tingkat awal dapat terlihat jelas. Kadang-kadang

aneurisma tidak sengaja ditemukan saat check up dengan menggunakan alat canggih

seperti CT scan, MRI atau angiogram. Diagnosis pasti aneurisma pembuluh darah

otak, beserta lokasi dan ukuran aneurisma dapat ditetapkan dengan menggunakan

pemeriksaan''angiogram''. Biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI untuk

membedakan stroke iskemik dengan stroke perdarahan.

Pemeriksaan tersebut juga bisa menunjukkan luasnya kerusakan otak dan

peningkatan tekanan di dalam otak. Pungsi lumbal biasanya tidak perlu dilakukan,

kecuali jika diduga terdapat meningitis atau infeksi lainnya. Jika diperlukan, bisa

dilakukan pungsi lumbal untuk melihat adanya darah di dalam cairan serebrospinal.

Angiografi dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan sebagai panduan jika

dilakukan pembedahan. Kemungkinan juga bisa terjadi leukositosis yang tidak terlalu

berarti.

Tabel 4 Sensitivitas dan spesifisitas dari modalitas imaging untuk mendeteksi aneurisma intrakranial

Modalitas Sensitivitas (%) Spesivisitas(%)

Magnetic resonance angiography 69 to 100 75 to 100

Computed tomographic angiography 85 to 95 Tidak dilaporkan

Transcranial Doppler ultrasonography 50 to 91 87.5

Page 14: Refrat Aneurisma Ika Edit

Gambar 4. CT scan menunjukkan aneurisma (panah besar) dan perdarahan (Panah kecil- daerah terang)

Gambar 5. Arteriogram – Tampak lateral menunjukkan aneurisma arteri communikan

Page 15: Refrat Aneurisma Ika Edit

Gambar 6. ArteriogrammMenunjukkan aneurysm dari arteri kommunikan posterior

Gambar 7. Arteriogram showing clip placed across the neck of the aneurysm. The aneurysm no longer fills with blood.

2.8 PENATALAKSANAAN

Untuk aneurisma yang belum pecah, terapi ditujukan untuk mencegah agar

aneurisma tidak pecah, dan juga agar tidak terjadi penggelembungan lebih lanjut dari

aneurisma tersebut. Sedangkan untuk aneurisma yang sudah pecah, tujuan terapi

adalah untuk mencegah perdarahan lebih lanjut dan untuk mencegah atau membatasi

Page 16: Refrat Aneurisma Ika Edit

terjadinya ''vasospasme'' (kontraksi pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan

diameter pembuluh darah). Aneurisma biasanya diatasi dengan operasi, yang

dilakukan dengan membedah otak, memasang klip logam kecil di dasar aneurisma,

sehingga bagian dari pembuluh darah yang menggelembung itu tertutup dan tidak bisa

dilalui oleh darah. Dengan operasi ini diharapkan kemungkinan aneurisma tersebut

untuk pecah jauh berkurang.

Terapi lain adalah dengan memasukkan kateter dari pembuluh darah arteri di

kaki, dimasukkan terus sampai ke pembuluh darah di otak yang terkena aneurisma,

dan dengan bantuan sinar X, dipasang koil logam di tempat aneurisma pembuluh

darah otak tersebut. Setelah itu dialirkan arus listrik ke koil logam tersebut, dan

diharapkan darah di tempat aneurisma itu akan membeku dan menutupi seluruh

aneurisma tersebut. Pembuluh yang menggelembung dapat dioperasi dengan tingkat

keberhasilan 99,9 persen. Bila telah pecah dan koma, keberhasilan tinggal 50 : 50.

Penderita segera dirawat dan tidak boleh melakukan aktivitas berat.

Obat pereda nyeri diberikan untuk mengatasi sakit kepala hebat. Kadang dipasang

selang drainase di dalam otak untuk mengurangi tekanan. Pembedahan bisa

memperpanjang harapan hidup penderita, meskipun meninggalkan kelainan

neurologis yang berat. Tujuan pembedahan adalah untuk membuang darah yang telah

terkumpul di dalam otak dan untuk mengurangi tekanan di dalam tengkorak.

Pembedahan untuk menyumbat atau memperkuat dinding arteri yang lemah, bisa

mengurangi resiko perdarahan fatal di kemudian hari.

Pembedahan ini sulit dan angka kematiannya sangat tinggi, terutama pada penderita

yang mengalami koma atau stupor. Sebagian besar ahli bedah menganjurkan untuk

melakukan pembedahan dalam waktu 3 hari setelah timbulnya gejala. Menunda

pembedahan sampai 10 hari atau lebih memang mengurangi resiko pembedahan tetapi

Page 17: Refrat Aneurisma Ika Edit

meningkatkan kemungkinan terjadinya perdarahan kembali. Pasien yang dicurigai

atau datang dengan gejala asymptomatic atau simptomatik aneurisma intrakrnial harus

dilakukan tindakan bedah. Dua pilihan untuk terapi invasif adalah kraniotomi terbuka

dan terapi endovaskular.

2.9 KOMPLIKASI

Aneurisma yang pecah dapat mengakibatkan :

1. Perdarahan subarachnoid saja.

2. Perdarahan subarachnoid dan perdarahan intra serebral (60%).

3. Infark serebri (50%).

4. Perdarahan subarachnoid dan subdural.

5. Perdarahan subarachnoid dan hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi

hidrosephalus normotensif (30%).

6. Aneurisma a. carotis interna dapat menjadi fistula caroticocavernosum.

7. Masuk ke sinus sphenoid bisa timbul epistaksis.

8. Perdarahan subdural saja. Bahaya dari Aneurisma yang terbentuk, dapat

menyebabkan terjadinya stroke atau kematian, karena pecahnya Aneurisma tersebut.

2.10 PROGNOSIS

Prognosis pada aneurisma bergantung pada jenis aneurisma (rupture atau unruptur),

bentuk aneurisma, lokasi, waktu penanganan dan kondisi pasien saat dilakukan

pengobatan (usia, gejala klinis, kesadaran dan adanya penyakit lain). Prinsipnya

semakin cepat ditemukan aneurisma mempunyai kemungkinan kesembuhan yang

baik, oleh karena itu pemeriksaan medis rutin sangat dianjurkan.

• Aneurisma a. communicans posterior, dengan ligasi a.carotis communis kematian

Page 18: Refrat Aneurisma Ika Edit

sebesar 10%, sedangkan dengan bed rest kematian sebesar 42%.

• Aneurisma a. cerebri media, dengan clipping langsung pada aneurismanya

mortalitas

11%, sedang dengan istirahat ditempat tidur mortalitas sebesar 36%.

• Aneurisma a. communicans anterior tindakan bedah maupun konservatif angka

kematian sama.

Perdarahan intraserebral merupakan jenis stroke yang paling berbahaya.

Stroke biasanya luas, terutama pada penderita tekanan darah tinggi menahun. Lebih

dari separuh penderita yang memiliki perdarahan yang luas, meninggal dalam

beberapa hari. Penderita yang selamat biasanya kembali sadar dan sebagian fungsi

otaknya kembali, karena tubuh akan menyerap sisa-sisa darah. Pada perdarahan

subarahnoid, sekitar sepertiga penderita meninggal pada episode pertama karena

luasnya kerusakan otak. 15% penderita meninggal dalam beberapa minggu setelah

terjadi perdarahan berturut-turut. Penderita aneurisma yang tidak menjalani

pembedahan dan bertahan hidup, setelah 6 bulan memiliki resiko sebanyak 5% untuk

terjadinya perdarahan. Banyak penderita yang sebagian atau seluruh fungsi mental

dan fisiknya kembali normal, tetapi kelainan neurologis kadang tetap ada.

Page 19: Refrat Aneurisma Ika Edit

DAFTAR PUSTAKA

1. Charles vega, m.d., jeremiah v. Kwoon, m.d., and sean d. Lavine, m.d.

Intracranial Aneurysms: Current Evidence and Clinical Practice, University of

California, Irvine, College of Medicine, Irvine, California, Agustus, 2002.

2. Ismail Setyopranoto, Pendekatan Evidence-Based Medicine pada Manajemen

Stroke Perdarahan Intraserebral, Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.Oktober. 2008.

3. Wardlaw  JM, White  PM.  The detection and management of unruptured

intracranial aneurysms.  Brain.  2000;123(pt 2):205–21.

4. Ronkainen  A, Hernesniemi  J, Puranen  M, Niemitukia  L, Vanninen  R,

Ryynanen  M, et al.  Familial intracranial aneurysms.  Lancet.  1997;349:380–4.

5. Inci  S, Spetzler  RF.  Intracranial aneurysms and arterial hypertension: a review

and hypothesis.  Surgery Neurologi.  2000;53:530–40.

6. Unruptured intracranial aneurysms—risk of rupture and risks of surgical

intervention. International Study of Unruptured Intracranial Aneurysms

Investigators.  N Engl J Med.  1998;339:1725–33.

Page 20: Refrat Aneurisma Ika Edit

7. Leblanc  R, Worsley  KJ, Melanson  D, Tampieri  D.  Angiographic screening

and elective surgery of familial cerebral aneurysms: a decision analysis.

Neurosurgery.  1994;35:9–18.

8. Sjamsuhidajat. R., de Jong. W., Bab 22 Jantung, Pembuluh Arteri, Vena, dan

Limfe: Aneurisma dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. 1. Jakarta, EGC, 1997.

9. www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001122.htm

10. http://en.wikipedia.org/wiki/aneurysm