refrat kulit

29
REFERAT PENATALAKSANAAN ERITRODERMA DISUSUN OLEH: RAHEL MARTINI (1161050248) PEMBIMBING dr. Emil R Fadly, Sp.KK KEPANITERAAN KLINIK KULIT & KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG

description

kulit

Transcript of refrat kulit

Page 1: refrat kulit

REFERAT

PENATALAKSANAAN ERITRODERMA

DISUSUN OLEH:RAHEL MARTINI

(1161050248)

PEMBIMBINGdr. Emil R Fadly, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK KULIT & KELAMINRUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG

PERIODE 25 JANUARI 2016 – 27 FEBRUARI 2016FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIAJAKARTA 2016

Page 2: refrat kulit

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, referat ini dapat diselesaikan. Referat ini ditulis dalam

rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan stase kepaniteraan ilmu

kulit & kelamin pada Program Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan referat ini. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Emil R Fadly, Sp.KK selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan referat

ini.

2. Orang tua dan keluarga terdekat yang telah memberikan doa dan semangatnya

kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Jakarta, Januari 2016

Penulis

1

Page 3: refrat kulit

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................2

DAFTAR TABEL..............................................................................................................3

BAB I...................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...............................................................................................................4

BAB II.................................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5

Definisi..........................................................................................................................5

Epidimiologi..................................................................................................................5

Etiologi..........................................................................................................................6

Patofisiologi...................................................................................................................7

Manifestasi Klinis..........................................................................................................9

Diagnosis.....................................................................................................................11

Diagnosis Banding.......................................................................................................11

Pemeriksaan Penunjang................................................................................................13

Komplikasi........................................................................................................................15

Prognosis......................................................................................................................16

BAB IV........................................................................................................................18

2

Page 4: refrat kulit

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Manajemen terapi eritroderma 15

3

Page 5: refrat kulit

BAB I

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar. Kulit merupakan organ yang

esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Salah satu

kelainan kulit yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi kulit adalah

eritroderma.1

Dahulu, eritroderma dibagi menjadi eritroderma primer dan sekunder, primer

adalah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), dan sekunder adalah yang

disebabkan oleh penyakit kulit lain atau penyakit sistemik. Tapi kebanyakan,

semua eritroderma ada penyebabnya, jadi eritroderma lebih sering ditemukan

yang sekunder.2

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau

eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang

berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Bila eritemanya antara

50-90% dinamakan pre-eritroderma. Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim

dengan eritroderma.1

Bagaimanapun, kedua istilah ini adalah berbeda, karena pada gambaran klinik

dapat menghasilkan penyakit yang berbeda. Pada banyak kasus,

eritrodermaumumnya disebabkan kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya

psoriasis atau dermatitis atopik), cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau reaksi

obat. Identifikasi penyakit yang menyertai menggambarkan satu dari sekian

banyak kelainan kulit.1

4

Page 6: refrat kulit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Eritroderma berasal dari bahasa yunani, yaitu erythro- (red = merah) +

derma, dermatos (skin = kulit), merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan

adanya eritema diseluruh tubuh atau hampir seluruh tubuh, dan biasanya disertai

skuama. Pada beberapa kasus skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada

eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak

disertai skuama. Eritroderma ialah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya

eritema universalis (90%-100%).1,8 Eritroderma adalah gambaran kelainan

inflamasi pada kulit berupa eritema pada lebih dari 90% permukaan tubuh.5

Nama lain penyakit ini adalah dermatitis eksfoliativa generalisata,

meskipun sebenarnya mempunyai pengertian yang agak berbeda. Kata ‘eksfoliasi’

berdasarkan pengelupasan skuama yang terjadi, walaupun kadang-kadang tidak

begitu terlihat, dan kata ‘dermatitis’ digunakan berdasarkan terdapatnya reaksi

eksematus. Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan dari penyakit kulit yang

telah ada sebelumnya (psoriasis, dermatitis atopic, dan dermatitis spongiotik

lainnya), reaksi hipersensitivitas obat (antiepilepsi, antihipertensi, antibiotika,

Calcium Chanel Blocker, dan bahan topical), penyakit sistemik termasuk

keganasan, serta idiopatik (20%).5

Epidimiologi

Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70 dari

100.000 populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling

sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40

tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia. Insiden eritroderma

makin bertambah. Penyebab utamanya adalah psoriasis. Hal tersebut seiring

dengan meningkatnya insidens psoriasis.1,2

5

Page 7: refrat kulit

Abraham et al. menyatakan bahwa dari 101 kasus eritroderma didapatkan 75%

adalah pria dengan usia rata-rata 50 tahun, dengan durasi penyakit adalah 5 tahun.

Anak-anak bisa menderita eritroderma diakibatkan alergi terhadap obat. Alergi

terhadap obat bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri ataupun penggunaan

obat secara tradisional.2

Etiologi

Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik,

perluasan penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan.2

Penyakit kulit yang dapat menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis

23%, dermatitis spongiotik 20%, alergi obat 15%, CTCL atau sindrom sezary

5%.1,2

Secara morfologis gambaran eritroderma menyerupai beberapa kelainan kulit dan

penyakit sistemik, begitu pula akibat alergi obat-obatan tertentu.2

1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik

Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat menyebabkan

eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturat.

Insiden ini dapat lebih tinggi karena kebiasaan masyarakat orang sering

melakukan pengobatan sendiri dan pengobatan secara tradisional.2 Waktu

mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi dapat segera

sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat

yang masuk lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh diduga sebagai

penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.2

2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit

Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak

ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat

pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.2

6

Page 8: refrat kulit

Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga

dikenal sebagai penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita

berkisar 4-20 minggu. Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa

minggu dapat pula menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan

eritroderma adalah pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus.2

3. Eritroderma akibat penyakit sistemik

Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat memberi

kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak

termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari

penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan

laboratorium dan sinar X toraks), untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat

dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat leukositosis namun tidak

ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi bakterial yang tersembunyi (occult

infection) yang perlu diobati.2

Patofisiologi

Seperti pada jaringan lainnya, epidermis melakukan regenerasi secara rutin

yang terjadi pada membrana basalis, dan sel-sel ini berubah menjadi struktur

keratin yang utuh melalui proses selama 10-12 hari. Pada umumnya, sel- sel ini

membutuhkan tambahan sekitar 12-14 hari lagi di stratum korneum sebelum sel

ini dilepaskan.1

Berdasarkan penelitian, jumlah skuama yang hilang pada manusia normal

antara 500-1000 mg/hari. Pengelupasan keratin paling banyak terjadi pada telapak

tangan, kulit kepala, dan dahi (kurang lebih 2-3,5 gr/m2 per 24 jam) dan paling

sedikit pada dada, lengan bawah dan tungkai bawah (0,1 gr/m2 per 24 jam). Karena

7

Page 9: refrat kulit

Tubuh mengkatabolisme 50-60 gr protein per hari, pengelupasan kulit yang

fisiologis ini berperan penting dalam metabolisme protein secara keseluruhan.1

Pada eritroderma terjadi peningkatan laju pengelupasan epidermis.

Meskipun beberapa peneliti memperkirakan sekitar 100 gr epidermis hilang setiap

harinya, tetapi pada beberapa literatur menyatakan bahwa hanya 20-30 gr yang

hilang. Pada skuama penderita eritroderma ditemukan peningkatan jumlah asam

nukleat dan hasil metabolismenya, penurunan jumlah asam amino, dan

peningkatan jumlah protein bebas.1

Reaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan,

perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik) adalah berupa pelebaran

pembuluh darah kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi

pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat

sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan

menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga dapat terjadi

hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin

meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan

panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas

menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju metabolisme

basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme

basal.1,3

Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih

sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein Hipoproteinemia dengan

berkurangnya albumin dan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin

merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan

oleh pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler.3

Eritroderma akut dan kronis dapat menganggu mitosis rambut dan kuku

berupa kerontokan rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan

kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan – bulan dapat

terjadi perburukan keadaan umum yang progresif.6

8

Page 10: refrat kulit

Manifestasi Klinis

Gambaran klinis eritroderma beraneka ragam dan bervariasi tiap individu.

Kelainan yang paling pertama muncul adalah eritema, yang disebabkan oleh

pelebaran pembuluh darah, yang umumnya terjadi pada area genetalia,

ekstremitas, atau kepala. Eritema ini akan meluas sehingga dalam beberapa hari

atau minggu seluruh permukaan kulit akan terkena, yang akan menunjukan

gambaran yang disebut “red man syndrome”.1

Skuama muncul setelah eritema, biasanya setelah 2-6 hari. Skuama adalah

lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama berkonsistensi mulai

dari halus sampai kasar. Ukuran skuama bervariasi, pada proses akut akan

berukuran besar, sedangkan pada proses kronis akan berukuran kecil. Warna

skuama juga bervariasi, dari putih hingga kekuningan. Deskuamasi yang difus

dimulai dari daerah lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat juga mengenai

membran mukosa, terutama yang disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah

terkena, dapat terjadi alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat lepas. Pada

eritroderma, skuama tidak selalu terdapat, misalnya eritroderma karena alergi obat

sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, skuama kemudian timbul pada

stadium penyembuhan timbul.1,7 Kulit kepala dapat terlibat, yang akan meluas ke

folikel rambut dan matriks kuku. Kurang lebih 25% dari pasien mengalami

alopesia, dan pada banyak kasus, kuku akan mengalami kerapuhan sebelum lepas

seluruhnya. Telapak tangan dan kaki biasanya ikut terlibat, namun jarang

mengenai membran mukosa. Sering terjadi pula bercak hiper dan hipopigmentasi.

Pada eritroderma kronis, eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan

hiperpigmentasi.1,6

Epidermis berukuran tipis pada awal proses penyakit dan akan terlihat dan

terasa tebal pada stadium lanjut. Kulit akan terasa kering dengan krusta berwarna

kekuningan yang disebabkan serum yang mengering dan kemungkinan karena 9

Page 11: refrat kulit

infeksi sekunder. Pada beberapa kasus, manifestasi klinis yang muncul pada

eritroderma yang akut menyerupai nekrolisis epidermal toksik, walaupun secara

patofisiologi sangat berbeda.1

Pada eritroderma karena penyakit kulit, penyakit sistemik dan obat-obatan,

sering dijumpai kelainan-kelainan yang mendasarinya, yang membantu dalam

menegakan diagnosis. Sering ditemukan plak psioriasis yang masih tersisa; papul

atau lesi oral likenplanus; gambaran pulau yang khas dari pitiriasis rubra; dan lesi

papular dari drug eruption.1 Gejala dari penyakit yang mendasari ini sering sulit

ditemukan dan harus diperiksa dengan cermat.2 Pasien mengeluh kedinginan.

Pengendalian regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi

terhadap kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasienmenggigil untuk dapat

menimbulkan panas metabolik. Eritroderma akibat alergi obat secara sistemik

diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari obat penyebabnya. Umumnya

alergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritem saja,

setelah penyembuhan barulah timbul skuama.2,6 Pada eritroderma akibat alergi

obat, dapat disertai edema pada wajah dan leher.

Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan

dermatitis seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal

yaitu: karena penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat.

Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda khasnya akan menghilang. Pada

eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang disebabkan oleh

penyakit psoriasis atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik, steroid topikal,

komplikasi fototerapi, stress emosional yang berat, penyakit terdahulu misalnya

infeksi.2,6

Diagnosis

Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang

sudah ada sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis dan kuning-

kemerahan di pilaris rubra pityriasis; perubahan kuku khas psoriasis; likenifikasi, 10

Page 12: refrat kulit

erosi, dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan eksema menyebar, relatif

hiperkeratosis tanpa skuama, dan pityriasis rubra; ditandai bercak kulit dalam

eritroderma. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan diagnosis.1,6

Diagnosis Banding

Ada beberapa diagnosis banding pada eritorderma :

1. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di lapisan epidermis

dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopik pada keluarga asma

bronchial, rhinitis alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi diantara 15-25% populasi,

berkembang dari satu menjadi banyak kelainan dan memproduksi sirkulasi

antibodi IgE yang tinggi, lebih banyak karena alergi inhalasi. Dermatitis atopik

adalah penyakit kulit yang mungkin terjadi pada usia berapapun, tetapi biasanya

timbul sebelum usia 5 tahun. Biasanya, ada tiga tahap: balita, anak-anak dan

dewasa.8

Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada orang dewasa

dimana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-existing, pruritus yang

parah, likenifikasi dan prurigo nodularis, sedangkan pada gambaran histologi

terdapat akantosis ringan, spongiosis variabel, dermal eosinofil dan

parakeratosis.2,8

2. Psoriasis

Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan topikal yang

terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Ketika psoriasis menjadi

eritroderma biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena

terdapat menghilang dimana plak-plak psoriasis menyatu, eritema dan skuama 11

Page 13: refrat kulit

tebal universal. Psoriasis mungkin menjadi eritroderma dalam proses yang

berlangsung lambat dan tidak dapat dihambat atau sangat cepat. Faktor genetik

berperan. Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis resiko mendapat psoriasis

12%, sedangkan jika salah seseorang orang tuanya menderita psoriasis resikonya

mencapai 34 – 39%.6

Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas tegas dengan

skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomena tetesan lilin,

Auspitz, dan Kobner.2

3. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai dengan plak

eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak mengandung

kelenjar sebasea seperti kulit kepala, alis, lipatan nasolabial, belakang telinga,

cuping hidung, ketiak, dada, antara skapula. Dermatitis seboroik dapat terjadi

pada semua umur, dan meningkat pada usia 40 tahun. Biasanya lebih berat apabila

terjadi pada laki-laki daripada wanita dan lebih sering pada orang-orang yang

banyak memakan lemak dan minum alkohol.1,6

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin, didapatkan penurunan hemoglobin,

peningkatan eosinofil, dan peningkatan leukosit (pada infeksi sekunder). Kadar

imunoglobulin dapat meningkat, khususnya IgE. Albumin serum menurun dan

gamma globulin meningkat relatif. Didapatkan pula ketidakseimbangan elektrolit

karena dehidrasi.1 Pasien dengan eritrodetma yang luas dapat ditemukan tanda-

tanda dari ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya

masa otot. Beberapa penelitian menunjukan terdapat perubahan keseimbangan 12

Page 14: refrat kulit

nitrogen dan potasium ketika laju pembentukan skuama mencapai 17 gr/m2 per 24

jam.

2. Histopatologi

Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu

mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus, biopsi

kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan durasi

proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi

edema. Pada stadium kronis, akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih

dominan.namun demikian pemeriksaan histopatologi tidak terlalu spesifik.11,17

Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin pleomorfik, dan

mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti bandlike limfoid

infiltrat di dermis-epidermis, dengan sel cerebriform mononuklear atipikal dan

Pautrier's microabscesses. Pasien dengan sindrom Sezary sering menunjukkan

beberapa fitur dari dermatitis kronis, dan eritroderma jinak mungkin kadang-

kadang menunjukkan beberapa gambaran tidak jelas pada limfoma.11 Pemeriksaan

immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit menyelesaikan permasalahan

karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan gambaran sel T matang pada

eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran

clubbing lapisan papiler dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis

superficial juga ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra

pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang dipilih dengan cermat dapat

memperlihatkan gambaran khasnya.6

Penatalaksanaan

Terapi yang optimal untuk eritroderma tergantung pada penegakan

penyebab penyakit.6

13

Page 15: refrat kulit

Pada eritroderma karena alergi obat, penghentian dari obat-obat yang

menyebabkan alergi atau berpotensi menyebabkan alergi memberikan hasil yang

baik. Pada eritroderma karena penyakit kulit, penyakit yang mendasari harus

diatasi. Pemberian salep ter pada psoriasis sebaiknya secara hati-hati karena

mampu mencetuskan eksaserbasi eritroderma.2

Karena terdapat peningkatan kehilangan cairan transepidermal, dehidrasi

sering ditemukan sebagai komplikasi. Input dan output cairan harus dipantau

secara hati- hati. Pemberian kortikosteroid topikal efektif dalam mengatasi

inflamasi pada kulit. Pemberian antihistamin ditujukan untuk mengatasi pruritus.6

Pada eritroderma idiopatik, pemberian steroid diindikasikan apabila

pengunaan terapi konservatis tidak menunjukan perbaikan. Pada eritroderma

golongan I yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 4 x

10 mg. Pada golongan II akibat perluasan penyakit diberikan kortikosteroid

prednison 4x10 mg - 4x15 mg. Jika tidak tampak perbaikan dalam beberapa hari

dosis dapat dinaikkan. Penyembuhan terjadi secara cepat, umumnya dalam

beberapa hari-minggu. Pemberian kortikosteroid harus dipantau secara ketat

dalam hal efek samping, terutama pada pasien usia lanjut.2 Perhatikan

kemungkinan terjadinya masalah medis sekunder (misal: dehidrasi, gagal jantung,

dan infeksi).

14

Page 16: refrat kulit

Tabel Manajemen Terapi Eritroderma.1

Komplikasi

Banyak sistem organ selain epidermis dan dermis juga terlibat pada

eritroderma. Limpadenopati terjadi pada 60% dari sebagian besar kasus.

Hepatomegali ditemukan pada 20% kasus (Abrahams et al.). spenomegali

15

Page 17: refrat kulit

ditemukan pada 3% kasus (kesemuanya mengalami limpoma) baik pada stadium

awal dan pada hampir 20% stadium akhir.

Rusaknya barier kulit pada eritroderma menyebabkan peningkatan

extrarenal water lost (karena penguapan air berlebihan melalui barrier kulit yang

rusak). Peningkatan extrarenal water lost ini menyebabkan kehilangan panas

tubuh yang menyebabkan hipotermia dan kehilangan cairan yang menyebabkan

dehidrasi.1,11 Respon tubuh terhadap dehidrasi dengan meningkatkan cardiac

output, yang bila terus berlanjut akan menyebabkan gagal jantung, dengan

manifestasi klinis seperti takikardia, sesak, dan edema. Oleh karena itu evaluasi

terhadap balans cairan sangatlah penting pada pasien eritroderma.1

Pasien dengan eritroderma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda dari

ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya masa otot.

Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan kakeksia, alopesia, palmoplantar

keratoderma, kelainan pada kuku and ektropion.6

Prognosis

Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya.

Prognosis pada kasus alergi obat adalah baik setelah obat dihentikan.

Penyembuhan golongan ini adalah yang tercepat dibandingkan dengan golongan

lain. Prognosis kasus akibat gangguan sistemik seperti limfoma akan tergantung

pada keberhasilan pengobatan penyakitnya itu sendiri. Kasus idiopatik adalah

kasus yang sulit diramalkan, dapat bertahan dalam waktu yang lama, dan

seringkali disertai dengan keadaan umum yang lemah. Pada eritroderma yang

belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan kortikosteroid hanya mengurangi

gejalanya, dan pasien akan mengalami ketergantungan kortikosteroid.

BAB III

KESIMPULAN

16

Page 18: refrat kulit

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di seluruh atau

hampir seluruh tubuh dan biasanya disertai skuama. Kelainan ini lebih banyak

didapatkan pada pria, terutama pada usia rata-rata 40-60 tahun. Penyebab

tersering eritroderma adalah akibat perluasan penyakit kulit sebelumnya, reaksi

obat, alergi obat, dan akibat penyakit sistemik termasuk keganasan. Gambaran

klinik eritroderma berupa eritema dan skuama yang bersifat generalisata.

Penatalaksanaan eritroderma yaitu dengan pemberian kortikosteroid dan

pengobatan topikal dengan pemberian emolien serta pemberian cairan dan

perawatan di ruangan yang hangat. Prognosis eritroderma yang disebabkan obat-

obatan relatif lebih baik, sedangkan eritroderma yang disebabkan oleh penyakit

idiopatik, dermatitis dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan

cenderung untuk kambuh.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

17

Page 19: refrat kulit

1. Margaret J, Bernstein ML, Rothe MJ. Exfoliative dermatitis. In: Wolff K,

Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8

th ed. New York: Mc. Graw Hill Medical; 2012. P. 225 - 32.

2. Djuanda, Adhi, dkk. 2012. Eritroderma : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI. Jakarta.197- 200.

3. Wasitaatmadja, Syarif. 2010. Anatomi Kulit dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin edisi ke enam.Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

4. Daili, Emmy S. Sjamsoe, dkk. 2005. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia,

Sebuah Panduan Bergambar. Jakarta: PT Medical Multimedia Indonesia.

5.Sigurdsson V, Steegmans PHA, van Vloten WA. The incidence of

erythroderma: a survey among all dermatologists in the Netherlands. J Am Acad

Dermatol 2001; 45: 675–8.

6. Utama HW, Kurniawan D. Erupsi alergi obat. Tesis. Palembang: Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2007. p; 11.

7. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI. p; 138.

8. James, William D. (William Daniel). 2011. Andrews’ Diseases of the skin :

clinical dermatology 11th ed. p. 211-12.

18