Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

22
Asuhan Keperawatan pada klien dengan Aneurisma A. Konsep dasar medis 1. Pengertian aneurisma merupakan pelebaran pembuluh darah arteri. 2. Etiologi Ada bakat atau bawaan lemahnya dinding pembuluh darah. Ini bisa terjadi pada pembuluh darah manapun diseluruh tubuh. Akan jadi fatal kalau dinding pembuluh darah yang lemah itu terdapat di otak. Ada infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri yang mengenai pembuluh darah. Terjadi peradangan pada aorta Penyakit jaringan ikat keturunan, misalnya sindroma marfan Sindroma Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang menyebabkan kelainan pada pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh dan mata. Risiko ini menjadi semakin tinggi pada penderita tekanan darah tinggi, orang dengan tingkat stres tinggi maupun perokok. 3. Patofisiologi Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh darah. Hal ini mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, taruma atau proses penyakit. Apabila timbul aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah besar

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

Asuhan Keperawatan pada klien dengan Aneurisma

A. Konsep dasar medis

1. Pengertiananeurisma merupakan pelebaran pembuluh darah arteri.

2. Etiologi

Ada bakat atau bawaan lemahnya dinding pembuluh darah. Ini bisa terjadi pada

pembuluh darah manapun diseluruh tubuh. Akan jadi fatal kalau dinding

pembuluh darah yang lemah itu terdapat di otak.

Ada infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri yang mengenai pembuluh

darah.

Terjadi peradangan pada aorta

Penyakit jaringan ikat keturunan, misalnya sindroma marfan

Sindroma Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang menyebabkan

kelainan pada pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh dan mata.

Risiko ini menjadi semakin tinggi pada penderita tekanan darah tinggi, orang

dengan tingkat stres tinggi maupun perokok.

3. Patofisiologi

Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh darah. Hal ini

mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, taruma atau proses penyakit. Apabila

timbul aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah besar ukurannya. Faktor resiko

meliputi prediposisi genetik, merokok, dan hipertensi. Lebih dari separuh penderita

mengalami hipertensi.

Terkadang pada aorta yang mengalami penyakit aterosklerosis, dapat terjadi robekan

pada intima, atau media mengalami degenerasi, akibanya terjadi diseksi. Aneurisma

diseksi sering dihubungkan dengan hiperteni yang tidak terkontrol. Aneurisma diseksi

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

disebabkan oleh ruptur lapisan intima mengakbitkan darah mengalami diseksi di lapisan

media. Ruptur dapat terjadi melalui adventisia atau di dalam lumen melalui lapisan

intima, sehingga memungkinkan darah masuk kembali ke jalur utamanya, mengakibatkan

diseksi kronis atau diseksi tersebut dapat menyebabkan oklusi cabang-cabang aorta.

Kematian biasanya disebabkan oleh hematoma yang ruptur ke luar.

4. Manisfestasi Klinis

a) Manifestasi klinis umum pada aneurisma, terlepas dari tipe dan sisi:

– Hipertensi dengan pelebaran tekanan nadi

– Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah pada

lengan. Normalnya, TD pada paha lebih tinggi dari lengan

– Nadi perifer lemah atau asimetris

b) Manifestasi klinis khusus untuk aneurisma aorta abdominalis :

– Massa abdominalis pulsasi abnormal (gambaran paling menonjol)

– Keluhan-keluhan perasaan ”denyut jantung” pada abdomen bilang terlentang

– Nyeri punggung bawah atau abdomen

– Desiran (bunyi mendesis) pada auskultasi massa dengan diafragma stetoskop

c) Manifestasi klinis khusus pada aneurisma aorta torakal (menunujkan tekanan massa

terhadap struktur intratorakal) :

– Nyeri dada menyebar ke punggung dan memburuk bila pasien ditempatkan pada

posisi terlentang. Pada anuerisma diseksi, nyeri mengikuti arah dimana

pemisah berlanjut

– Perbedaan bermakna pada pembacaan TD diantara lengan

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

– Dispnea dan batuk (menunjukan tekanan terhadap trakea)

– Suara sesak (menunjukan tekanan terhadap saraf laring)

– Disfagia (menunjukan tekanan terhadap esofagus)

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan radiologis membantu mendefinisikan lokasi dan memastikan adanya dan

ukuran anuerisma

Aortogram memastikan diagnosa aneurisma

EKG, enzim jantung, dan ekokardiogram dilakukan untuk mengesampingkan penyakit

jantung sebagai penyebab nyeri dada

Angiography. Angiography juga menggunakan pewarna khusus menyuntikkan ke dalam

aliran darah unutk membuat dalam dari arteri muncul pada gambar x-ray. Sebuah

angiogram menunjukan jumlah kerusakan dan halangan dalam pembuluh darah.

6. Penatalaksanaan Medis Umum

Farmako terapi :

– Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120mmHg atau kurang

– Propanolol (inderal) untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan

menurunkan kontraktilitas miokard.

Pembedahan bila terapi obat gagal untuk mencegah pembesaran aneurisma atau pasien

menunjukan gejala-gejala distress akut. Pembedahan meliputi eksisi dan

pengangkatan aneurisma dan pengantian dengan graf sintetik untuk memperbaiki

kontinuitas vaskular.

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

7. Komplikasi

Komplikasi utama berkenaan dengan aneurisma adalah ruptur, yang menimbulkan

hemoragi dan kemungkinan kematian. Hipertensi berat meningkatkan resiko ruptur.

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pemerikasaan Fisik (11 pola Gordon)

1. Pola Persepsi Kesehatan

Kaji apakah klien mempunyai bakat atau bawaan lemahnya pembuluh darah

Kaji apakah pasien mempunyai riwayat ateroklerosis

Kaji apakah pasien mempunyai riwayat pembuluh darah

2. Pola Nutrisi Metabolik

Kaji apakah nafsu makan klien berkurang

3. Pola Eliminasi

Kaji frekuensi bab dan bak pasien

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Kaji apakah klien ada merasakan nyeri dan di daerah mana nyeri tersebut

Kaji apakah klien membutuhkan bantuan orang lain saat melakukan , aktivitas

sehari-hari

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

Detensi vena-vena superfisial pada dada, leher, atau lengan (menunjukkan

tekanan pada vena kava superior)

5. Pola Tidur dan Istirahat

Kaji apakah klien mengalami insomnia

Kaji apakah istirahat klien cukup

6. Pola Persepsi Kognitif

Kaji mekanisme koping klien

Kaji apakah klien ada menggunakan alat bantu pendegaran, penglihatan, cek

terakhir?

Pupil tak sama (menunujkan tekanan pada rantai simpatis servikal)

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Kaji apakah klien merasa putus asa/frustasi

8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama

Kaji bagaimana hubungan klien dengan sesama, keluarga

9. Pola Reproduksi – Seksualitas

Kaji apakah klien mengalami perubahan atau masalah yang berhubungan

dengan penyakit yang di derita klien

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress

Kaji adakah gangguan penyesuain diri terhadap lingkugan dan situasi baru

Kaji ketidakmampuan koping klien terhadap berbagai hal

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

11. Pola Sistem Kepercayaan

Apakah klien menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya

b. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana

tindakan.

2. Daftar Diagnosa keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan anuerisma aorta

b. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Ruptur berhubungan dengan aneurisma aorta

3. Perencanaan

a. Nyeri berhubungan dengan aneurisma aorta

Hasil yang diharapkan :

– Mendemonstrasikan hilangnya nyeri

– Melaporkan penurunan intensitas nyeri

– Ekspresi wajah rileks

– Tak ada merintih

Rencana Tindakkan :

1. Berikan analgesik yang diresepkan dan evaluasi keefektifan seperlunya. Namun

gunakan amanlgesik narkotik secara hemat.

R/: Analgesik memblok jaras nyeri. Dosis besar narkotik dapat menutupi gejala-

gejala.

2. Beri tahu dokter bila nyeri menetap atau memburuk

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

R/: Ini dapat menandakan progresi aneurisma dan seperlunya intervensi

pembedahan segera.

3. Kaji karakteristik nyeri meliputi : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan

menggunakan skala nyeri.

R/: Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis

tindakannya.

b. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Ruptur berhubungan dengan aneurisma aorta

Hasil yang diharapkan :

– Mendemonstrasikan tak adanya komplikasi

– TD tetap antara 90/60-120/80 mmHg

– Tak adanya manisfestasi syok hipovoleksmik

Rencana Tindakan :

1. Pantau masukan dan halauran setiap jam bila halauran urine 8 jam kurang dari 240

ml sebaliknya setiap 8 jam.

R/: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk deteksi dini komplikasi.

2. Pantau TD, nadi dan pernapasan setiap jam bila di UPI, sebaliknya 2-4 jam.

R/: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk deteksi dini komplikasi

3. Pantau kualitas nyeri setiap 1-2 jam

R/: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk deteksi dini komplikasi

4. Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler’s

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

R/: Tirah baring menurunkan penggunaan energi. Posisi tegak memudahkan

pernapasan.

5. Beritahu dokter bila : nyeri dada hebat dan rasa tersobek, syok (kulit dingin dan

lembab, disertai dengan hipotensi, takikardia dan pucat)

R/: Tindakan segera diperlukan unutk menyelamatkan hidup pasien.

Aneurisma   Aorta

Oktober 4, 2009 pada 3:37 am (Kesehatan)

DEFINISI

Aneurisma Aorta merupakan dilatasi dinding aorta yang sifatnya patologis, terlokalisasi, dan

permanen (irreversible).

Dinding aorta yang mengalami aneurisma lebih lemah daripada dinding aorta yang normal.

Oleh karena itu, karena tekanan yang begitu besar dari darah menyebabkan dinding aorta

menjadi melebar.

KLASIFIKASI

Aneurisma Aorta dapat dibagi berdasarkan morfologi dan lokasinya. Menurut morfologinya,

aneurisma aorta dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Fusiform aortic aneurysm : bentuknya lebih baik, dilatasinya simetris pada sekeliling

dinding aorta, dan bentuknya lebih sering ditemukan.

2. Saccular aortic aneurysm : berbentuk seperti kantong yang menonjol keluar dan

berhubungan dengan dinding aorta melalui leher yang sempit.

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

3. Pseudoaneurysm or false aortic aneurysm : merupakan akumulasi darah ekstravaskuler

disertai disrupsi ketiga lapisan pembuluh darah. Dindingnya merupakan trombus dan

jaringan yang berdekatan.

Berdasarkan lokasinya, aneurisma aorta dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Abdominal aortic aneurysm (AAA) : lokasinya pada aorta abdominalis, biasanya mulai

dari bawah arteri renalis dan meluas ke bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan

arteri iliaka. Aneurisma ini jarang meluas ke atas arteri renalis untuk melibatkan cabang-

cabang viseral mayor aorta.

2. Thoracic aortic aneurysm (AAT) : lokasinya pada aorta toraks, bagian-bagian yang

mengalami pelebaran biasanya pada ascending aorta di atap katup aorta, aortic arch,

dan descending thoracic aorta di luar arteri subklavia kiri.

3. Thoracoabdominalis aortic aneurysm (AATA) : lokasinya pada aorta desendens yang

secara bersamaan melibatkan aorta abdominalis.

EPIDEMIOLOGI

Abdominal aortic aneurysm merupakan aneurisma yang paling sering terjadi. Laki-laki lebih

sering menderita penyakit ini daripada wanita (9:1). Insiden akan meningkat pada laki-laki yang

umurnya lebih dari 55 tahun dan pada wanita yang umurnya lebih dari 70 tahun. Walaupun

demikian, pada wanita risiko ruptur 3 kali lebih tinggi daripada laki-laki.

Faktor risiko lain selain umur dan jenis kelamin adalah gaya hidup merokok, hipertensi,

hiperlidemia, dan aterosklerosis. Pada orang yang memiliki riwayat keluarga risiko mereka

mengalami aneurisma akan meningkat 30% dan cenderung menderita abdominal aortic

aneurysm di usia muda.

Thoracic aortic aneurysm lebih jarang terjadi daripada aneurisma pada aorta abdominalis.

Aneurisma ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita (5:1) dan jarang terjadi pada

pasien yang umurnya kurang dari 50 tahun. Biasanya aorta desendens paling sering terserang.

ETIOLOGI

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

Abdominal aortic aneurysm paling sering disebabkan oleh aterosklerosis. Namun pada

dasarnya, penyebab abdominal aortic aneurysm dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Penyebab yang tidak dapat dikontrol seperti penyakit genetik (Marfan syndrome, Ehlers-

Danlos syndrome, congenital defect) dan enzyme destruction.

2. Penyebab yang dapat dikontrol yaitu kondisi yang dipengaruhi oleh gaya hidup

(aterosklerosis, tekanan darah tinggi, kolesterol yang tinggi, dan trauma benda tumpul).

Sama dengan abdominal aortic aneurysm, aneurisma pada toraks juga sering disebabkan oleh

aterosklerosis. Selain itu thoracic aortic aneurysm juga disebabkan oleh congenital defect pada

dinding aorta, hipertensi, merokok, infeksi, dan trauma dada. Trauma dada biasanya pada

kecelakaan kendaraan bermotor, dapat menyebabkan ruptur tunika intima dan media aorta

desendens pada ligamentum arteriosus. Ligamentum arteriosus mengikat aorta pada suatu titik

tertentu, sehingga pada saat laju kendaraan berhenti mendadak, struktur-struktur dalam toraks

masih bergerak ke depan, sedangkan aorta yang diikat oleh ligamentum arteriosus tetap pada

tempatnya, hal ini dapat menyebabkan terjadinya robekan pada tunika-tunika pembuluh darah.

Akibatnya, tipe cedera ini dikenal sebagai trauma karena perlambatan. Tunika adventisia dapat

tetap utuh, walaupun dapat pula terjadi ruptur  atau berkembang menjadi aneurisma palsu.

Penyakit pada arkus biasanya disebabkan oleh aterosklerosis. Nekrosis media kistik seperti

sindroma Marfan, paling berat pada aorta asendens dan sering kali menyebabkan

pembentukan aneurisma.

Sedangkan pada aneurisma torakoabdominalis, paling sering disebabkan oleh proses

degeneratif (degenerasi miksomatosa, aorta senile). Penyebab lainnya yaitu diseksi, Marfan

syndrome (cystic medial necrosis), Ehlers-Danlos syndrome, infeksi jamur, aortitis (Takayasu),

dan trauma.

PATOFISIOLOGI

Aneurisma terjadi karena pembuluh darah kekurangan elastin, kolagen, dan matriks

ekstraseluler yang menyebabkan melemahnya dinding aorta. Kekurangan komponen tersebut

bisa disebabkan oleh faktor inflamasi (aterosklerosis). Sel radang pada dinding pembuluh darah

yang mengalami aterosklerosis mengeluarkan matriks metalloproteinase. Matriks

metalloproteinase akan menghancurkan elastin dan kolagen, sehingga persediaannya menjadi

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

berkurang. Selain matriks metalloproteinase, faktor lain yang berperan terjadinya aneurisma

adalah plasminogen activator, serin elastase, dan katepsin.

Aneurisma akan mengakibatkan darah yang mengalir pada daerah tersebut mengalami

turbulensi. Keadaan itu menyebabkan deposit trombosit, fibrin, dan sel-sel radang. Akibatnya,

dinding aneurisma akan dilapisi trombus. Lama kelamaan trombus berlapis tersebut akan

membentuk saluran yang sama besar dengan saluran aorta bagian proksimal dan distal.

Selain itu, interaksi dari banyak faktor lain dapat menjadi predisposisi pembentukan aneurisma

pada dinding aorta. Aliran turbulen pada daerah bifurkasio dapat ikut meningkatkan insiden

aneurisma di tempat-tempat tertentu. Suplai darah ke pembuluh darah melalui vasa vasorum

diduga dapat terganggu pada usia lanjut, memperlemah tunika media dan menjadi faktor

predisposisi terbentuknya aneurisma.

Apapun penyebabnya, perkembangan aneurisma akan selalu progresif. Tegangan atau tekanan

pada dinding berkaitan langsung dengan radius pembuluh darah dan tekanan intraarteri.

Dengan melebar dan bertambahnya radius pembuluh darah, tekanan dinding juga meningkat

sehingga menyebabkan dilatasi dinding pembuluh darah. Sehingga angka kejadian ruptur

aneurisma juga meningkat seiring meningkatnya ukuran aneurisma. Selain itu, sebagian besar

individu yang mengalami aneurisma juga menderita hipertensi sehingga menambah tekanan

dinding dan pembesaran aneurisma.

GAMBARAN KLINIS

1. Abdominal aortic aneurysm

Aneurisma ini sering asimtomatis, namun pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan massa

yang berdenyut di abdomen (57% ditemukan pada aneurisma yang diameternya lebih dari 4

cm dan 29% pada aneurisma yang diameternya kurang dari 4 cm). Pada abdominal aortic

aneurysm yang simtomatis dan tanpa ruptur, biasanya pasien akan mengeluh nyeri

abdomen yang intermiten tetapi menetap. Nyeri abdomen ini menyebar ke panggul,

pelipatan paha, dan bisa juga ke testis.

Abdominal aortic aneurysm sering menimbulkan komplikasi berupa ruptur pada dinding

aorta, trombosis atau embolisasi distal. Ruptur pada dinding aorta sering terjadi pada

aneurisma yang diameternya 5 cm. Karakteristik ruptur abdominal aortic aneurysm yaitu

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

nyeri yang sangat berat, hipotensi, dan massa pada abdomen yang nyeri tekan. Nyerinya ini

bersifat akut, menetap, berat, dan paling sering terjadi di daerah lumbar yang menjalar ke

panggul, organ genital, dan kaki. Syok terkadang belum terjadi karena perdarahan ke arah

retroperitoneal mengalami tamponade oleh jaringan sekitar. Jangan memberikan transfusi

darah untuk memperbaiki keadaan umum penderita karena dapat menyebabkan

perdarahan berulang. Cara yang tepat untuk mengatasi syok dini adalah memasang klem

vaskular dengan segera sebelah proksimal dari aneurisma.

Faktor predisposisi yang meningkatkan terjadinya ruptur aneurisma aorta abdominalis

yaitu : diameter aneurisma, tekanan darah diastolik, penyakit paru obstruktif kronik,

merokok, riwayat keluarga ruptur aneurisma, dan faktor intrinsik (peradangan dinding aorta).

2. Thoracic aortic aneurysm

Aneurisma torasika harus cukup besar untuk dapat menimbulkan gejala. Oleh karena itu,

aneurisma mungkin baru ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan radiogram dada.

Jika benar-benar timbul gejala, biasanya disebabkan oleh perluasan dan kompresi pada

struktur-struktur yang berdekatan. Kompresi esophagus, walaupun jarang, dapat

menimbulkan gejala disfagia. Kompresi saraf laringeus rekuren menyebabkan suara serak.

Distensi vena di leher serta edema kepala dan lengan dapat menunjukkan kompresi pada

vena kava superior. Nyeri akibat aneurisma torasika timbul di dada. Aneurisma dapat

menyebabkan nyeri akibat erosi pada kolumna vertebralis dan kompresi pada saraf spinal.

3. Thoracoabdominalis aortic aneurysm

Sebanyak 40-50% pasien dengan thoracoabdominalis aortic aneurysm tidak mengeluhkan

gejala (asimptomatik) saat aneurisma pertama kali ditemukan. Dari pasien yang

mengeluhkan gejala, justru menunjukkan adanya kemungkinan telah terjadinya ruptur.

Gejala tersering adalah nyeri punggung yang terlokalisasi di antara skapula. Nyeri

epigastrium terjadi karena regangan hiatus aortik oleh aneurisma atau adanya diseksi.

Kompresi pada  trakhea atau bronkhus dapat menyebabkan stridor, wheezing, atau batuk.

Pneumonitis dapat timbul bila terjadi retensi sputum akibat penekanan bronkhus. Adanya

hemoptisis menunjukkan erosi pada parenkim atau bronkhus oleh aneurisma. Disfagi atau

hetemesis menandakan penekanan atau erosi aneurisma pada esogafus. Penekanan

aneurisma aorta abdominalis pada duodenum akan mengakibatkan obstruksi parsial atau

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

perdarahan gastrointesinal bila telah terjadi erosi. Penekanan pada organ hepar sangat

jarang terjadi. Dapat pula timbul hoarseness akibat penekanan atau erosi pada saraf

laringeus rekurens. Sebagai tambahan trombosis pada cabang-cabang arteri spinalis dapat

menyebabkan paraplegia atau paraparesis.

DIAGNOSIS

1. Abdominal aortic aneurysm

Pada dinding perut bagian bawah dapat terlihat massa yang berdenyut mengikuti irama

nadi. Ketika dipalpasi, akan teraba bifurkasio aorta beranjak naik, pada posisi duduk

setinggi pusat, sedangkan batas atas aneurisma sampai di arkus iga. Teraba pula pulsasi

yang kuat kecuali pada trombosis total. Melalui stetoskop, terdengar bising sistolik setinggi

lumbal 2.

Pemeriksaan fisik sebenarnya sudah mampu hampir 100% mendiagnosis abdominal aortic

aneurysm, apalagi bila palpasi abdomen dikerjakan dengan seksama. Sensitivitas palpasi

abdomen bertambah dengan semakin lebarnya diameter aneurisma. Untuk menunjang

diagnosis, dilakukan foto polos abdomen. Tapi foto polos hanya mampu menunjukkan

kalsifikasi dinding abdominal aortic aneurysm pada sebagian kecil kasus.

Alat penunjang lain yang dapat menunjukkan diameter dan ukuran aneurisma adalah USG

B-mode atau Dupleks Sonografi berwarna. Untuk lebih akurat menentukan letak aneurisma,

apakah di daerah visceral atau ginjal, CT-Scan atau MRI pilihannya. Akan tetapi, spesifisitas

CT-Scan dalam menilai ada tidaknya ruptur agak rendah, yakni 75%.

Di balik kelebihannya, CT-Scan kurang akurat dalam mengevaluasi aorta yang berkelok-

kelok (tortuous). Dalam penerapannya, CT-Scan membutuhkan zat kontras intravena dan

alatnya menggunakan sumber radiasi. Dengan segala kekurangan itu, CT-Scan tidak

disarankan sebagai alat screening abdominal aortic aneurysm.

Di sisi lain, kekurangan CT-Scan tidak ditemui bila menggunakan MRI. MRI tidak

menggunakan kontras dan radiasi. Selain itu, MRI dapat memberi gambaran transversal,

koronal, dan sagital dari aorta sehingga gambaran aorta yang berkelok-kelok dapat

dicitrakan dengan baik. Tetapi, MRI sangat mahal dan hanya ada di beberapa institusi

kesehatan tertentu

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

2. Thoracic aortic aneurysm

Untuk mendiagnosis aneurisma ini dapat dilakukan pemeriksaan foto rontgen. Pada

pemeriksaan foto rontgen akan memperlihatkan pelebaran mediastinum, pembesaran aortic

knob, atau tertariknya trakea. Namun pada aneurisma yang kecil khususnya pada saccular

aneurysm, foto rontgen akan sulit memperlihatkan adanya aneurisma.

Aortografi dapat digunakan untuk mengevaluasi anatomi dari aneurisma dan pembuluh

darah besar. Sedangkan CT-scan sangat akurat digunakan untuk mendeteksi dan

mengetahui ukuran dari aneurisma torakalis. MRI  juga digunakan untuk mendeteksi

aneurisma dan melihat anatominya.

MR  Angiografi digunakan untuk melihat anatomi cabang-cabang dari pembuluh darah

aorta, tapi bisa juga digunakan untuk mengevaluasi aneurisma aorta torakalis.

3. Thoracoabdominalis aortic aneurysm

Pemeriksaan foto rontgen akan memperlihatkan pelebaran dari bayangan aorta torakalis.

Pemeriksaan TEE tidak dapat dipergunakan pada pemeriksaan aorta desendens.

Sedangkan USG hanya dapat memeriksa aneurisma di distal dari arteri renalis, oleh karena

daerah suprarenal dan torakal tertutup oleh jaringan paru. Pemeriksaan CT-scan terutama

spiral CT-scan merupakan pemeriksaan penting dalam mendiagnosis aneurisma aorta, dan

dapat menjadi pengganti pemeriksaan aortografi bila terdapat kontraindikasi penggunaan

zat kontras.

Pemeriksaan aortografi sampai saat ini masih menjadi gold standard pemeriksaan dalam

mendiagnosis thoracoabdominalis aortic aneurys.

PENANGANAN

1. Operatif

Bedah elektif. Keputusan untuk melakukan operasi pada pasien aneurisma asimtomatik

bergantung dari risiko aneurisma tersebut mengalami ruptur. Pembedahan elektif dilakukan

bila diameter lebih dari 50 mm.

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

Komplikasi dini yang terjadi setelah operasi elektif meliputi iskemia jantung, aritmia, dan

gagal jantung kongestif (15%), insufisiensi pulmonal (8%), kerusakan ginjal (6%),

perdarahan (4%), tromboemboli distal (3%), dan infeksi luka (2%).

Bedah darurat. Pasien dengan dugaan ruptur aneurisma perlu dipertimbangkan dilakukan

bedah darurat. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kematian selama

pembedahan adalah usia lebih dari 80 tahun, kesadaran menurun, konsentrasi Hb rendah,

cardiac arrest, penyakit kardiorespiratori parah.

Bedah Konvensional. Bedah konvensional adalah dengan menggunakan graft prosthetic.

Pemasangan graft dinilai efektif, dan kematian 30 harinya hanya 5%. Risiko kematian paska

pemasangan graft bergantung dari status kesehatan pasien.

Endovaskular stent atau endoprotesis. Merupakan alat yang dimasukkan secara

endovaskular melalui arteri femoralis. Endoprotesis ini seperti selang yang diameternya

dapat dibuat sedimikian rupa hingga menyerupai diameter arteri normal. Dengan adanya

selang ini, darah hanya mengalir melalui selang tersebut, tidak lagi melalui kantung

aneurisma. Akibatnya, risiko trombosis dan ruptur berkurang. Untuk menjaga agar diameter

selang tidak berubah, maka pada selang digunakan stent.

Masalah yang sering ditemui saat pemasangan stent diantaranya pemasangan yang tidak

mudah. Diperlukan dokter yang kompeten untuk melakukannya. Sering pula stent sulit

diarahkan ke pembuluh darah yang menjadi tujuan karena biasanya pembuluh darah

teroklusi oleh trombus. Pada bebarapa kasus, aorta ditemukan tidak lurus melainkan

berkelok-kelok. Hal itu makin menambah daftar masalah pemasangan stent. Keuntungan

endovaskular stent daripada bedah konvensional yaitu : tidak memerlukan insisi abdomen,

tidak perlu diseksi retroperitoneal, meningkatkan fungsi perioperatif kardiorespiratorik,

mengurangi respon stress metabolik selama operasi, meningkatkan fungsi ginjal dan

gastrointestinal, dan mengurangi waktu rawat inap

2. Kendalikan faktor risiko

Terapi non-operatif atau obat-obatan dapat diberikan berupa beta bloker, dimana obat ini

diperkirakan mampu menurunkan laju pelebaran dan risiko ruptur dari abdominal aortic

aneurysm.

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma

Yang tidak kalah pentingnya adalah mengendalikan faktor risiko seperti hiperkolesterolemia

dan hipertensi. Merokok sebisa mungkin dihentikan. Aneurisma yang terlalu kecil untuk

dibedah sebaiknya dipantau secara bertahap untuk menilai perkembangan diameternya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2008-last update), “Aneurisma Aorta Abdominalis”, (Mentorhealthcare), Available :

http://www.mentorhealthcare.com/news.php?nID=173&action=detail (Accessed : 28 Juli

2008)

Anonim (2008-last update), “Aneurisma Aorta Torako-Abdominal”, (Website Bedah Toraks

Kardiovaskular Indonesia), Available : http://www.bedahtkv.com/index.php?/e-

Education/Vaskular/Aneurisma-Aorta-Torako-Abdominal.html-index (Accessed : 28 Juli

2008)

Braunwald, Eugene.1996.Textbook of Heart Disease, 5th ed, McGraw-Hill Companies, USA

Topol, Eric J.2002.Textbook of Cardiovascular Medicine, 2nd ed, Philadelphia