Asuhan Keperawatan Pada Klien Ggk
Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Klien Ggk
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS
Nama Mahasiswa : Witin Indarti
NIM :G6B205046
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP
SEMARANG
2005
LAPORAN PENDAHULUAN
GAGAL GINJAL KRONIS
I. KONSEP GAGAL GINJAL KRONIS
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal
ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/menit. (Suyono, et al,
2001)
Gagal ginjal kronis aatu penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain lain dalam darah).
(Smeltzer & Bare, 2001)
B. ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis
sistemik progresif)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme, anmiloidosis)
7. Nefropati toksik (penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal )
8. Nefropati obstruktif (saluran kemih bagian atas : kalkuli, neoplasma, fibrosis
retroperitoneal ; saluran kemih bagian bawah : hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra )
(Price & Wilson, 1994)
C. PATOFISIOLOGI & PATHWAYS
1. Patofisiologi
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR.
Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR(Glomerular
Filtration Rate) yang tersisa dan mencakup :
a. Penurunan cadangan ginjal;
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal),
tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat
mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan
mengkonsentrasi urin. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk
mendeteksi penurunan fungsi. Selama stadium ini kreatinin serum dan
kadar BUN normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal
mungkin hanya dapat diketahui dengan memberi beban kerja yang berat
pada ginjal tersebut seperti tes pemekatan kemih yang lama atau dengan
mengadakan tes GFR yang teliti.
b. Insufisiensi ginjal;
Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal. Nefron-nefron
yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya
beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah
karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan
respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat
insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari
GFR, sehingga perlu pengobatan medis. Pada tahap ini kadar BUN baru
mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini
berbeda-beda tergantung dari kadar kadar protein dalam diet( bandingkan
grafik BUN dalam diet rendah protein dengan diet yang normal kadar
proteinnya ). Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat melebihi kadar
normal. Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita misalnya
mengalami stress akibat infeksi , gagal jantung atau dehidrasi. Pada
stadium ini mulai terdapat gejala nokturia dan poliuri.
c. Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal. Semakin
banyak nefron yang mati.
d. Penyakit gagal ginjal stadium akhir;
Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit
nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut
dan atrofi tubulus. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak
seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau
penggantian ginjal.
(Price & Wilson,1994 ;Corwin, 1994)
2. Pathways (terlampir)
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Kardiovaskuler
Hipertensi ( akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin
angiotensin aldosteron ), gagal jantung kongestif, edema pulmoner
( akibat cairan berlebih ), perikarditis ( akibat iritasi pada lapisan
pericardial oleh toksin uremik )
Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan elektrolit
dan kalsifikasi metastatik )
Pitting edema (kaki, tangan, sacrum)
Edema periorbital
Friction rub pericardial
Pembesaran vena leher
2. Dermatologi
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom
Warna kulit abu-abu mengkilat
Urea frost akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat ( jarang
dijumpai )
Kulit kering bersisik
Pruritus dengan ekskoriasi akibat toksin uremik dan pengendapan
kalsium di pori-pori kulit
Ekimosis akibat gangguan hematologis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis dan kasar
3. Pulmoner
Krekels
Sputum kental dan liat
Nafas dangkal
Pernafasan kussmaul
4. Gastrointestinal
Anoreksia, mual, muntah yang berhubungan dengan gangguan
metabolisme protein di dalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat
metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan metil guanidine serta
sembabnya mukosa usus.
Foetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur
diubah oleh bakteri di mulut menjadi ammonia sehinnga nafas berbau
ammonia. Akibat yang lain adalah timbulnya stomatitis dan parotitis.
Cegukan ( hiccup ) sebabnya yang pasti belum diketahui.
Gastritis, ulkus peptic dan colitis uremik.
Ulserasi dan perdarahan mulut
Konstipasi dan diare
Perdarahan saluran cerna
5. Sistem syaraf dan otot
Restless leg syndrome.
Pasien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan.
Burning feet syndrome
Rasa semutan dan seperti terbakar terutama di telapak kaki.
Ensepalopati metabolik
Lemah, itdak bisa tidur,gangguan konsentrasi, tremor, asteriksis,
mioklonus, kejang.
Miopati
Kelemahan dan hipertrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas
proksimal.
6. Hematologi
Anemia
Dapat disebabkan berbagai faktor antara lain :
Berkurangnya produksi eritropoetin sehingga rangsangan eritropoesis
pada sumsum tulang menurun.
Hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik
Defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain akibat nafsu makan yang
berkurang
Perdarahan, paling sering pada saluran cerna dan kulit
Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme skunder
Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
Mengakibatkan perdarahan akibat agregasi dan adesi trombosit yang
berkurang srta menurunnya faktor trombosit III dan ADP ( adenosin
difosfat )
Gangguan fungsi lekosit
Fagositosis dan kemotaksis berkurang, fungsi limfosit menurun sehingga
imunitas juga menurun.
7. Sistem endokrin
Gangguan seksual
Libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi
testosteron dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga
dihubungkan dengan gangguan metabolik tertentu ( seng, hormon
paratiroid ).
Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai
amenorea.
Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin
Pada gagal ginjal yang lanjut ( klirens kreatinin < 15 mL / menit ), terjadi
penurunan klirens metabolik insulin menyebabkan waktu paruh hormon
memanjang. Keadadn ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurun
glukosa darah tidak berkurang.
Gangguan metabolisme lemak
Gangguan metabolisme vitamin D
8. gangguan sistem lain
Tulang
Osteodistrofi renal yaitu osteo malasia, osteo fibrosa, osteosklerosis, dan
kalsifikasi metastatik
Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik sebagai hasil
metabolisme
Elektrolit
Hiperfosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia.
(Suyono, et al, 2001Smeltzer & Bare, 2001)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menetapkan adanya GGK,
menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan derajat GGK, menetapkan
gangguan system, dan membantu menetapkan etiologi.
o Laboratorium darah :
BUN / kreatinin : meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi.
Kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
Elektrolit
a. Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan
perpindahan seluler ( asidosis ) atau pengeluaran jaringan
( hemolisis SDM ). Pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin
tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEqatau lebih besar.
b. Magnesium / phospat : meningkat
c. Kalsium : menurun
d. Natrium serum : mungkin rendah bila ginjal “kehabisan
natrium” atau normal(menunjukkan suatu dilusi hipernatremia )
Hematologi
a. Hb biasanya kurang dari 7-8 g/dl
b. Ht menurun pada adanya anemia
c. Trombosit
d. Lekosit
e. SDM : waktu hidup menurun pada defisiensi eritropoetin
seperti pada azotemia
f. Protein (khususnya albumin ) : kadar serum menurun dapat
menunjukkan kehilangan protein melalui urin, perpindahan
cairan, penurunan pemasukan, atau penurunan sintesus karena
kurang aasam amino esensial.
g. GDA : PH : penurunan asidosis metabolic ( kurang dari 7,2 )
terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi hidrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme
protein.
Bikarbonat menurun PCO2 menurun.
o Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostate
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
( Doengoes, 2000)
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :
1. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
2. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida
untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta
diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila
terjadi anemia.
3. Dialisis
4. Transplantasi ginjal
(Reeves, Roux, Lockhart, 2001)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang
(Smeltzer & Bare, 2001)
II. ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIS
B. PENGKAJIAN
1. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur
Kelemahan otot dan tonus, penurunan ROM
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada
Peningkatan JVP, tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub
3. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan
Menolak, cemas, takut, marah, irritable
4. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat
warna merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
5. Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia,
mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan
6. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan
Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran,
koma
7. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
Distraksi, gelisah
8. Pernafasan
Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), Paroksismal Nokturnal Dyspnea
(+)
Batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
9. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), petekie,
ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas
10. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
11. Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya
(Doengoes, 2000)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan dan
natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi,
mual, muntah
3. Resiko tinggi terjadi kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan
berlebihan (fase diuretik)
4. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume
sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit
5. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic,
edema, kulit kering, pruritus
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b.d keterbatasan kognitif, kurang terpajan, misintepretasi informasi
C. INTERVENSI
1. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan dan
natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
Tujuan : pasien menunjukkan pengeluaran urin tepat seimbang dengan
pemasukan.
Kriteria Hasil :
Hasil laboratorium mendekati normal
BB stabil
Tanda vital dalam batas normal
Tidak ada edema
Intervensi :
a. Monitor denyut jantung, tekanan darah, CVP
b. Catat intake & output cairan, termasuk cairan tersembunyi seperti aditif
antibiotic, ukur IWL
c. Awasi BJ urin
d. Batasi masukan cairan
e. Monitor rehidasi cairan dan berikan minuman bervariasi
f. Timbang BB tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
g. Kaji kulit,wajah, area tergantung untuk edema. Evaluasi derajat edema
(skala +1 sampai +4)
h. Auskultasi paru dan bunyi jantung
i. Kaji tingkat kesadaran : selidiki perubahan mental, adanya gelisah
Kolaborasi :
Perbaiki penyebab, misalnya perbaiki perfusi ginjal, me ↑ COP
Awasi Na dan Kreatinin Urine Na serum, Kalium serumHb/ Ht
Rongent Dada
Berikan Obat sesuai indikasi : Diuretik : Furosemid, Manitol;
Antihipertensi : Klonidin, Metildopa
Masukkan/pertahankan kateter tak menetap sesuai indikasi
Siapkan untuk dialisa sesuai indikasi
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi,
mual, muntah
Tujuan : mempertahankan status nutrisi adekuat
Kriteria hasil : berat badan stabil, tidak ditemukan edema, albumin dalam
batas normal.
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi
b. Kaji/catat pola dan pemasukan diet
c. Kaji factor yang berperan merubah masukan nutrisi : mual, anoreksia
d. Berikan makanan sedikit tapi sering, sajikan makanan kesukaan kecuali
kontra indikasi
e. Lakukan perawatan mulut, berikan penyegar mulut
f. Timbang BB tiap hari
Kolaborasi ;
Awasi hasil laboratorium : BUN, Albumin serum, transferin, Na, K
Konsul ahli gizi untuk mengatur diet
Berikan diet ↑ kalori, ↓ protein, hindari sumber gula pekat
Batasi K, Na, dan Phospat
Berikan obat sesuai indikasi : sediaan besi; Kalsium; Vitamin D dan B
kompleks; Antiemetik
1. Resiko tinggi terjadi kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan
berlebihan (fase diuretik)
Hasil yang diharapkan : klien menunjukkan keseimbangan intake & output,
turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, nadi perifer teraba, BB dan
TTV dalam batas normal, elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
a. Ukur intake & output cairan , hitung IWL yang akurat
b. Berikan cairan sesuai indikasi
c. Awasi tekanan darah, perubahan frekuansi jantung, perhatikan tanda-
tanda dehidrasi
d. Kontrol suhu lingkungan
e. Awasi hasil Lab : elektrolit Na
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume
sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit
Tujuan : klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria Hasil :
TD dan HR dalam batas normal
Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi jantung, evaluasi adanya, dispnea, edema
perifer/kongesti vaskuler
b. Kaji adanya hipertensi, awasi TD, perhatikan perubahan postural saat
berbaring, duduk dan berdiri
c. Observasi EKG, frekuensi jantung
d. Kaji adanya nyeri dada, lokasi, radiasi, beratnya, apakah berkurang
dengan inspirasi dalam dan posisi telentang
e. Evaluasi nadi perifer, pengisian kapiler, suhu, sensori dan mental
f. Observasi warna kulit, membrane mukosa dan dasar kuku
g. Kaji tingkat dan respon thdp aktivitas
h. Pertahankan tirah baring
Kolaborasi:
Awasi hasil laboratorium : Elektrolit (Na, K, Ca, Mg), BUN, creatinin
Berikan oksigen dan obat-obatan sesuai indikasi
Siapkan dialysis
5. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa
Tujuan : klien mampu berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi
Intervensi ;
a. Kaji tingkat kelelahan, tidur , istirahat
b. Kaji kemampuan toleransi aktivitas
c. Identifikasi faktor yang menimbulkan keletihan
d. Rencanakan periode istirahat adekuat
e. Berikan bantuan ADL dan ambulasi
f. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, anjurkan aktifitas alternative sambil
istirahat
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic,
edema, kulit kering, pruritus
Hasil yang diharapkan : kulit hangat, utuh, turgor baik, tidak ada lesi
Intervensi :
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, ekimosis,
kerusakan, suhu
b. Pantau intake & output cairan, hidrasi kulit dan membrane mukosa
c. Jaga kulit tetep kering dan bersih
d. Ubah posisi tidur dengan sering, beri bantalan pada penonjolan tulang
e. Beri perawatan kulit, batasi sabun, olesi lotion, salep, krim; tangani area
edema dengan hati-hati
f. Pertahankan linen kering dan kencang
g. Anjurkan menggunakan kompres lembab dan dingin pada area pruritus
h. Anjurkan menggunakan bahan katun, Berikan kasur dekubitus
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b.d keterbatasan kognitif, kurang terpajan, misintepretasi informasi
Tujuan : klien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan
pengobatan, melakukan dengan benar prosedur yang perlu, perubahan
perilaku hidup
Intervensi :
a. Kaji ulang pengetahuan klien tentang proses penyakit/prognosa
b. Kaji ulang pembatasan diet ; fosfat dan Mg
c. Diskusi masalah nutrisi/diet tinggi karbohidrat, Rendah protein, rendah
natrium sesuai indikasi
d. Diskusikan terapi obat, nama obat, dosis, jadwal, manfat dan efek
samping
e. Diskusikan tentang pembatasan cairan
f. Kaji ulang tindakan mencegah perdarahan : sikat gigi halus
g. Buat program latihan rutin, kemampuan dalam toleransi aktivitas
h. Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik segera :
Demam, menggigil, perubahan urin/ sputum, edema,ulkus,kebas,spasme
pembengkakan sendi, pe↓ ROM, sakit kepala, penglihatan kabur, edema
periorbital/sacral, mata merah
DAFTAR PUSTAKA
1. Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach.
Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli
diterbitkan tahun 1989)
2. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical–surgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)
3. Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa :
Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1999)
4. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta:
EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
5. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease
processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli
diterbitkan tahun 1992)
6. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines
for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta:
EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)
7. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2001
8. Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII.
Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC
9. Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume I. Jakarta : EGC : 1998
10. Arief Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta : Medddia
Aesculapius ; 2000
11. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta: EGC ;
2001
LAPORAN KASUS KELOLAAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny U.R
DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK
LAPORAN PRAKTEK DI RUANG PENYAKIT DALAM C3
RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI
SEMARANG
Nama : Nurul Hidayati Listyaningrum
NIM : G6B205030
Tanggal Praktek : 16 – 19 Mei 2005
Tempat Praktek : Penyakit Dalam C3 L II RSDK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2005