Refleksi Kasus Tht

8
REFLEKSI KASUS 1. PENGALAMAN Seorang perempuan usia 17 tahun datang ke Poli THT RSUD Temanggung dengan keluhan nyeri telinga kiri sejak 10 hari yang lalu, pasien juga mengeluhkan pendengaran juga berkurang. Keluar cairan (-), batuk (-), pilek (-), demam (-). Sudah berobat di dokter spesialis THT Ambarawa tetapi tidak membaik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis. Pemeriksaan vital sign N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, T : 36,8 ºC. Pada foto mastoid telinga kanan dan kiri hasil air cellulae mastoid bilateral dalam batas normal, CAE sinistra tampak menyempit, tak tampak lesi lusent di canalis auricularis, tak tampak lesi sklerotik/luscent. Kesan penyempitan CAE sinistra suspect granuloma. Didiagnosa oleh dokter spesialis THT dengan kolesteatoma eksterna auris sinistra. 2. MASALAH YANG DIKAJI Apa saja klasifikasi dari kolesteatoma eksterna dan penatalaksanaan yang tepat? 3. PEMBAHASAN Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi jaringan epitel (keratin). Deskuamasi 1

description

deviasi septum

Transcript of Refleksi Kasus Tht

Page 1: Refleksi Kasus Tht

REFLEKSI KASUS

1. PENGALAMAN

Seorang perempuan usia 17 tahun datang ke Poli THT RSUD

Temanggung dengan keluhan nyeri telinga kiri sejak 10 hari yang lalu, pasien

juga mengeluhkan pendengaran juga berkurang. Keluar cairan (-), batuk (-), pilek

(-), demam (-). Sudah berobat di dokter spesialis THT Ambarawa tetapi tidak

membaik.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis.

Pemeriksaan vital sign N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, T : 36,8 ºC. Pada foto

mastoid telinga kanan dan kiri hasil air cellulae mastoid bilateral dalam batas

normal, CAE sinistra tampak menyempit, tak tampak lesi lusent di canalis

auricularis, tak tampak lesi sklerotik/luscent. Kesan penyempitan CAE sinistra

suspect granuloma. Didiagnosa oleh dokter spesialis THT dengan kolesteatoma

eksterna auris sinistra.

2. MASALAH YANG DIKAJI

Apa saja klasifikasi dari kolesteatoma eksterna dan penatalaksanaan yang tepat?

3. PEMBAHASAN

Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi jaringan epitel

(keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma

bertambah besar. Seringkali kolesteatoma dihubungkan dengan kehilangan

pendengaran dan infeksi pada telinga yang menghasilkan cairan pada telinga.

Tetapi dapat juga tanpa gejala.

Kolesteatom ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang

paling sering adalah Pseudomonas aeruginosa. Kolesteatom cepat membesar bila

sudah disertai dengan infeksi. Kolesteatom ini akan menekan dan mendesak organ

sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses

nekrosis diperhebat oleh karena adanya pembentukan reaksi asam oleh

pembusukan bakteri.Kolesteatoma pada meatus akustikus eksternus (MAE)

merupakan keadaan patologi yang sangat jarang terjadi.

1

Page 2: Refleksi Kasus Tht

Klasifikasi dari kolesteatoma kanalis auditorius eksternal dapat didasarkan

padateori patogenesis. Klasifikasi yang diusulkan Tos  ialah :

1.      Kolesteatoma kanalis auditorius eksternal primer,

2.      Kolesteatoma kanalis auditorius eksternal sekunder,

3.      Kolesteatoma terkait dengan atresia kongenital saluran telinga

Kolesteatoma kanalis auditorius eksternal primer etiologinya tidak

diketahui. Kolesteatoma kanalis auditorius ekstrenal sekunder berkaitan dengan

berbagai kondisi terutama pasca operasi, meskipun faktor-faktor seperti

peradangan berulang serta post inflamasi dan pasca trauma stenosis atau atresia

dengan obstruksi saluran telinga juga terjadi. Selain itu, terapi radiaso pada

saluran telinga juga dapat menyebabkan kolesteatoma kanalis auditorius

eksternal.

Gejala Klinis

Pasien dengan kolesteatoma kanalis auditorius eksternal biasanya datang dengan

otore dan otalgia kronis, juga dapat disertai gangguan pendengaran. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Heilbrun et al mendapatkan hasil yang sama

dengan gejala tersebut, hanya 4 dari pasien mereka yang mengalami tuli

konduktif. Gangguan pendengaran ini jarang terjadi mungkin dihubungkan

dengan oklusi dari kanal eksternal oleh kolesteatoma. Tuli konduktif ini

dijelaskan dalam laporan kasus sebagai kolesteatoma raksasa dari kanalis

auditorius eksternal. Otore diduga berhubungan dengan infeksi lokal yang terkait

dengan berbagai organisme,paling sering adalah Pseudomonas aeruginosa. Jika

sangat besar, mungkinkolesteatoma kanalis auditorius eksternal mengakibatkan

paresis saraf wajah fasialis.

Analisis patologis kolesteatoma kanalis auditorius eksternal menunjukkan erosi

luaspada tulang kanalis auditorius ekstenal dengan perluasan epitel skuamosa

bertingkatkeratinizing dengan periostitis lokal dan penyerapan tulang. Membran

timpani biasanyanormal. Permukaan antara kolesteatoma kanalis auditorius

eksternal dan tulang tereosi. Hal ini diduga terkait dengan proteolitik enzim

sepanjang margin lesi diproduksi dalam lapisankista, ini melemahkan tulang dan

mengakibatkan periostitis dan penyerapan tulang. Erosi jugabisa sebagian terkait

dengan akumulasi puing keratin, yang terperangkap dan menghasilkan suatu

2

Page 3: Refleksi Kasus Tht

infeksi bakteri yang dapat menyebabkan ulserasi dari lapisan epitel dan jaringan

granulasi pada pasien yang mengalami infeksi.

Pemeriksaan penunjang

Pencitraan dapat bermanfaat dalam evaluasi kolesteatoma kanalis auditorius

eksternal. Namun, dalam literatur dikatakan bahwa pada CT, kolesteatoma kanalis

auditorius eksternal tidak dapat digambarkan dengan jelas. Bahkan, istilah

keratosis obturansdan kolesteatoma kanalis auditorius eksternal sering digunakan

secara bergantian. Denganresolusi tinggi pada pemeriksaan CT tulang temporal,

kolesteatoma kanalis auditorius eksternal ini paling sering dilihat sebagai massa

jaringan lunak dengan erosi tulang danfragmen tulang intramural.

Tulang erosi yang berdekatan dengan massa jaringan lunak mungkin halus, mirip

dengan kolesteatoma telinga tengah. Namun,erosi dapat menjadi sekunder tidak

teraturdengan nekrotik tulang dan periostitis. Biasanya, dinding inferior dan

posterior terlibat.Penting untuk mengevaluasi perluasan ke telinga tengah dan

untuk keutuhan saluran sarafwajah, tegmen timpani, dan mastoid, karena dapat

mengubah manajemen operasi.

Staging

Staging kolesteatoma kanalis auditorius eksternal dibagi menjadi 4, yakni :

Stage I : hiperplasia dan hiperemis epitel meatal auditorius. Angka apoptosis

meningkat pada bagian atas permulaaan kolesteatoma.

Stage II : inflamasi lokal pada epitel yang berproliferasi dan periostesis yang

berdekatan. Tidak ada destruksi tulang kanalis auditorius. Akumulasi debris

keratin. Secara klinis, nyeri tumpul dan super infeksi. Dapat terjadi otore.

a. Permukaan epitel intak tanpa penampakan tulang kanalis

b. Defek epitel dengan penampakan tulang kanalis

Stage III : destruksi tulang kanalis auditorius dengan tulang skuestes

(osteonekrosis asepsis). Perusakan epitel ke tulang kanalis yang berdekatan.

Akumulasi debris keratin dengan superinfeksi dan otore.

3

Page 4: Refleksi Kasus Tht

Stage IV : destruksi spontan pada struktur anatomi yang berdekatan dengan otore,

penurunan pendengaran, parase nervus fasialis, trombosis sinus sigmoid, dan

abses endokranial.

Penatalaksanaan

Pembedahan direkomendasikan untuk kolesteatoma auditorius eksterna,

terutamadalam kasus yang kronis, infeksi yang terus menerus terjadi dan yang

telah terjadi komplikasi seperti hypoacusis, kelumpuhan nervus fasial, vertigo

kronis, lesi yang berkembang progresif,keterlibatan hypotympanum, jugularis

foramen atau keterlibatan mastoid. Naim merekomendasikan pendekatan berikut

untuk melakukan operasi pengangkatan darikolesteatoma kanalis auditorius

eksternal. Untuk stage I, pendekatan transkanal, untuk stage II dan III, pendekatan

endaural dengan anestesi lokal; dan untuk stage IV, insisi postauriculardiikuti

dengan teknik kanal wall down. Sekuester yang kecil di kanalis auditorius dapat

dihilangkan melalui kuretase dengan anestesi lokal. Bagaimanapun, kolesteatoma

kanalis auditorius eksternal yang besar dan luas harus terapi dengan debridement

melaluipendekatan postaurikular. Setelah diangkat, penyembuhan berlangsung

dalam 10 minggu. Setelah sembuh, kanalis auditorius umumnya membutuhkan

periode pembersihan untuk mencegah reakumulasi debris keratin dalam depresi

tulang. Skin graft bermanfaat bagidefek kulit kanalis yang besar. Mastoidektomi

kanal wall down digunakan untuk defek dinding posterior yang besar dan

disfungsi tuba estachius atau penyakit telinga tengah. Mastoidektomi dinding

kanal intak digunakan ketika fungsi telinga tengah normal. Tulang kortikal

digunakan untuk merekonstruksi kanal eksternal.

4

Page 5: Refleksi Kasus Tht

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams, G. R., Boies, L. R. & Hilger, P. A. (1989). Boies Fundamentals of

Otolaryngology : A Textbook of Ear, Nose and Throat

Diseases.Philadeplphia: Saunders Company.

2. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran (Tuli);

dalam buku: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi

Keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.

3. Cholesteatoma. [homepage on the Internet]. 2012. Available from: BMJ, Web site:

http://bestpractice.bmj.com/best-ractice/monograph/1033/basics/epidemiology.html

4. Rothholtz, Vanessa. Cholesteatoma. Department of otolaryngology Head and Neck

Surgery. University of California.

Available from www.utmb.edu/otoref/grnds/.../Cholest-slides-060125.ppt.

5. Makishima, Tomoko. Cholesteatoma. University of Texas Medical Branch.

Department of Otolaryngology.

Available from telemed.shams.edu.eg/ASTP/mod/resource/view.php?id=526.

5