Refleksi Kasus EVI

6
FORM REFLEKSI KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA ______________________________________________________________________ _______________________ Nama Dokter Muda : Evi Utami NIM: 14712098 Stase : Bedah Identitas Pasien Nama / Inisial : Ny. G No RM : 481759 Umur : 34 tahun Jenis kelamin : Perempuan Diagnosis/ kasus : Combustio grade II 23 % Pengambilan kasus pada minggu ke: 9 Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya wajib) a. Ke-Islaman* b. Etika/ moral c. Medikolegal d. Sosial Ekonomi e. Aspek lain Form uraian 1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang diambil ). Pasien datang ke IGD pada tanggal 22 November 2014 dengan keluhan luka bakar di daerah bokomg kanan dan kiri, pinggang kiri dan genital karena terkena air panas. Luka dirasakan sangat nyeri dan panas. Luka terjadi pada pagi Page 1

description

medical

Transcript of Refleksi Kasus EVI

FORM REFLEKSI KASUSFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA_____________________________________________________________________________________________Nama Dokter Muda: Evi UtamiNIM: 14712098Stase: Bedah

Identitas Pasien Nama / Inisial: Ny. GNo RM: 481759 Umur: 34 tahunJenis kelamin: PerempuanDiagnosis/ kasus: Combustio grade II 23 %Pengambilan kasus pada minggu ke: 9Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya wajib)a. Ke-Islaman*b. Etika/ moralc. Medikolegald. Sosial Ekonomie. Aspek lain

Form uraian1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang diambil ). Pasien datang ke IGD pada tanggal 22 November 2014 dengan keluhan luka bakar di daerah bokomg kanan dan kiri, pinggang kiri dan genital karena terkena air panas. Luka dirasakan sangat nyeri dan panas. Luka terjadi pada pagi hari saat pasien sedang dirumah. Pasien tiba-tiba pingsan dan terjatuh mengenai air panas. Pasien mengatakan sering mengalami pingsan secara tiba-tiba sejak 11 tahun yang lalu, terutama jika banyak pikiran.Pemeriksaan fisik didapatkan Tensi 140/70 mmHg, Nadi 99 x/menit, Respirasi 20 kali per menit, suhu 36,8oC. Pemeriksaan status lokalis didapatkan total luas luka bakar 23% dan kedalaman luka derajat II.

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasusPasien ini merupakan pasien yang mengalami luka bakar akibat air panas. Kasus luka bakar dipilih, karena angka kejadiannya cukup tinggi. Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam kehidupan sehari hari bahkan sering kali merupakan kecelakaan massal. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Saat ini kasus luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketentuan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan terampil. Akibat yang ditimbulkan dari luka bakar itu sendiri sangat banyak, dari hilangnya cairan tubuh, dapat menyebabkan gangguan nafas, bahkan kegiatan sehari-hari menjadi terhambat, baik untuk bekerjamaupun beribadah. Pasien juga seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya bekerja mengurus anak dan suaminya. Dengan gejala yang dialami pasien tentu saja bisa menghambat kegiatan sehari-harinya, baik dalam fungsinya sebagai sebagai ibu rumah tangga, dan dalam hal beribadah kepada Allah SWT yang pasti berpengaruh secara sosial dan psikologis. Karena alasan-alasan itulah saya mengambil kasus ini untuk refleksi kasus.

3. Refleksi dari aspek sosial ekonomi Jika mengambil dari sisi sosial dan ekonomi, dalam kasus luka bakar pada pasien wanita dewasa, sangat memerlukan banyak dukungan social, terutama dari keluarga yaitu suami dan anak-anaknya. Hal ini dimaksudkan untuk memberi dukungan secara psikis kepada pasien sehingga dapat memberikan pemikiran positif terhadap penyakitnya bahwa luka-luka pada pasien perlahan akan membaik, dikarenakan penyembuhan luka bakar itu sendiri membutuhkan perawatan khusus dan lama. Selain itu keluarga juga wajib mengingatkan kepada pasien untuk tetap makan karena gizi yang tinggi membantu penyembuhan luka-luka. Untuk pasien sendiri, dihimbau untuk tetap semangat menjalani hari-hari, tetap semangat agar cepat sembuh dan perlu dihilangkan perasaan seperti tertekan atau minder terhadap apa yang sedang dideritanya. Di masyarakat sendiri, peran seorang dokter sangat besar pengaruhnya untuk meningkatkan kualitas kesehatan terutama penyembuhan sebuah penyakit. Sehingga sambung rasa antara dokter dengan pasien juga diperlukan untuk mendukung penyembuhan penyakit pasien.

4. Refleksi ke-Islaman Bila dipandang dari segi agama Islam, tentu yang diperlukan dalam sebuah pengobatan suatu penyakit adalah usaha, doa serta tawakal. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari didalam shahihnya, dari shahabat Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda :

Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya

Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa Nabi bersabda,

Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Taala. (HR. Muslim)

Pada pasien dan keluarga juga perlu diingatkan bahwa apa yang sedang dialami pasien semata-mata hanya ujian dalam kehidupan yang diberikan oleh Allah SWT. Sehingga wajib untuk terus berdoa dan melaksanakan sholat. Namun berbeda aturannya dengan sholat yang dilakukan ketika sehat. Allah SWT memberikan keringanan bagi yang sakit dalam melaksanakan sholat, yaitu;a. Diwajibkan atas orang yang sakit untuk sholat berdiri apabila mampu dan tidak khawatir sakitnya bertambah parah, karena berdiri dalam sholat wajib adalah salah satu rukunnya.b. Orang sakit yang mampu berdiri namun tidak mampu ruku atau sujud tetap tidak gugur kewajiban berdirinya. Ia harus sholat berdiri dan bila tidak bisa rukuk maka menunduk untuk rukuk Bila tidak mampu membongkokkan punggungnya sama sekali maka cukup dengan menundukkan lehernya, Kemudian duduk lalu menunduk untuk sujud dalam keadaan duduk dengan mendekatkan wajahnya ke tanah sedapat mungkin.c. Orang sakit yang tidak mampu berdiri maka melakukan sholat wajib dengan duduk.d. Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk maka boleh melakukannya dengan berbaring miring, boleh dengan miring ke kanan atau ke kiri dengan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Hal ini dilakukan dengan dasar sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits Imrn bin al-Hushain:

Shalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah (HR. Al-Bukhari. No. 1117).e. Orang sakit yang tidak mampu berbaring miring, maka boleh melakukan shalat dengan terlentang dan menghadapkan kakinya ke arah kiblat karena hal ini lebih dekat kepada cara berdiri. Misalnya bila kiblatnya arah barat maka letak kepalanya di sebelah timur dan kakinya di arah barat.f. Apabila tidak mampu menghadap kiblat dan tidak ada yang mengarahkannya atau membantu mengarahkannya ke kiblat, maka shalat sesuai keadaannya tersebut.g. Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan seluruh keadaan di atas. Ia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan tidak mampu juga dengan matanya, maka ia sholat dengan hatinya. Shalat tetap diwajibkan selama akal seorang masih sehat.

Umpan balik dari pembimbing

Wonogiri,...TTD Dokter PembimbingTTD Dokter Muda

-------------------------------------------------------------------Page 3