refleksi kasus diare

15
REFLEKSI KASUS PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN BLOK HPK 276 Puskesmas Gunung Sari Cirebon Kasmawi 110170035

description

rk diare

Transcript of refleksi kasus diare

REFLEKSI KASUS PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN BLOK HPK 276

Puskesmas Gunung Sari Cirebon

Kasmawi

110170035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

2014REFLEKSI KASUS1. DESKRIPSI PENGALAMAN

STATUS PASIENANAMNESIS

Identitas pasien

Nama

: SUsia

: 27 bulanStatus

: anak ke 2 dari 2 bersaudaraAlamat

: pekiringan Pengantar : ibunya Keluhan Utama

Perut kembungRiwayat Penyakit SekarangPerut kembung dirasakan sejak kemarin, terdapat masalah pada saat buang air besar, frekuensi buang air besar lebih dari 5 kali/hari, feses keluar sedikit-sedikit, feses berwarna putih, berbusa, bau anyir dan berlendir. Pasien jadi sulit makan, tapi masih mau minum susu formula. Tiga hari sebelumnya pasien demam naik turun. Sudah di obati oralit dan paracetamol. Demam sudah turun namun perut kembung serta mencret tidak ada perbaikan. Muntah (-). Riwayat Penyakit Dahulu

Belum pernah kembung dan diareRiwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami perut sakit, kembung dan diareRiwayat pribadi atau riwayat sosial

Anak lahir dengan sectio caesare, tidak ada masalah saat kelahiran dengan berat badan 3,2 kg, imunisasi dasar lengkap tetapi pengantar lupa sudah berapa kali diberikan dari masing-masing imunisasi dasar, pemberian ASI selama 6 bulan pertama tidak disertai makanan dan minuman pendamping. rumah pasien baru saja mengalami kebanjiran, lokasi rumah dekat dengan sungai berjarak tiga rumah dari sungai. Konsumsi air minum dari air galon. Pasien masih minum susu formula merek pediasure di tambah makanan pendamping.Tinjauan sistem tubuhBuang air kecil tidak ada masalah, batuk (-), sesak (-)PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : pasien tampak rewel Berat badan : 10 kgTanda - Tanda Vital :

a. Suhu : 36,7 oc

b. Nadi : 124 kali/menit, reguler dan kuatc. Napas : 28 kali/ menit

d. Tekanan Darah : tidak dilakukan Pemeriksaan kepala leher :a. Mata : tidak tampak cekungb. Hidung : pernapasan cuping hidung (-)

c. Bibir : tidak sianosis

Pemeriksaan abdomen :

a. inspeksi : perut tampak kembungb. auskultasi : bising usus 31 x /menitPemeriksan turgor kulit kembali < 2 detikDIAGNOSIS KERJA

Diare akut tanpa dehidrasi TERAPI DAN EDUKASI Berikan 3 bungkus oralit. Larutkan 1 bungkus dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24 jam. Oralit diberikan setipa kali BAB 100 200 mL. Jika dalam 24 jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang.

Zink 20 mg/ 1 tab/ hari selama 10-14 hari Kotrimoksazol dosis infeksi ringan 8 12 mg/kgBB/hari dosis terbagi tiap 12 jam, sedian sirup 240 tiap 5 ml. Maka diberikan 2 x 1,5 sendok sesudah makan diberikan selama 4 hari. Obat harus dihabiskan walaupun mencret sudah berhenti. Selalu mencuci dot dan wadahnya dengan sabun dan air bersih sesudah minum susu. Menjaga kebersihan dirumah terutama setelah kejadian banjir

Kambali ke puskesmas apabila dalam tiga hari tidak mendingan. Perbanyak makanan dan minum susu Setelah dilakukan anamnesis maka dapat disimpulkan bahwa kasus ini dilatar belakangi oleh beberapa faktor diantaranya : tempat tinggal pasien yang baru saja kebanjiran. Aspek utama yang terjadinya kasus ini adalah kurangya perilaku hidup bersih dan sehat.

2. ANALISIS KASUS

Saat melakukan interaksi dengan pasien, saya merasa masih banyak kekurangan diantaranya : Anamnesis masih kurang lengkap dan sistematis Terapi yang saya tahu hanya sebatas nama obat tidak tahu dosisnya

Rasa simpati dan empati masih kurang

Berdasarkan kekurangan diatas, tujuan saya adalah : Dapat melakukan anamnesis lengkap dan sistematis Dapat memberikan terapi sesuai indikasi dan tepat baik obatnya maupun dosisnya Mempunyai rasa simpati dan empati sehingga keluarga pasien merasa senang dan tenang dengan apa yang kita lakukan terhadap anaknya3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN Pasien seharusnya dilakukan pemeriksaan feses untuk menilai penyebab dari diare. Tetapi karena keterbatasan di puskesmas yang tidak menyediakan pemeriksaan feses, maka pengobatan hanya diberikan secara empiris.

Kasus yang saya dapat adalah diare akut. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Public Health, 2013).

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, 6 juta anak meninggal tiap tahun karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare. Di Indonesia diperoleh diare merupakan penyebab kematian bayi 42% dibanding pneumonia 24%. Kematian golongan usia 1-4 tahun karena diare 25,2% dibandingkan pneumonia 15,5% (Yusuf, 2011).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyatakan prevalensi nasional diare klinis (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala) adalah 9,0% dengan rentang 4,2%-18,9% (Yusuf, 2011).Dilaporkan 14 provinsi mempunyai prevalensi diare di atas prevalensi nasional, dengan prevalensi tertinggi terjadi di Aceh dan terendah di Yogyakarta. Di Aceh pada tahun 2008 proporsi kasus diare pada balita mencapai 44,5% yaitu dengan jumlah 58.116 kejadian, sedangkan pada tahun 2007, 44,3% (Yusuf, 2011).

Etiologi dari penyakit diare adalah (Rani, 2011 & Kimball, 2012)

a. Infeksi

1. Virus (30-40% diare) : rotavirus, norwalk virus, norovirus, adenovirus, astrovirus, cytomegalovirus, dan coronaviruses.

2. Bakteri dan parasit (20-30% diare) Vibrio cholerae O1, V. Cholerae 0139, v. Para haemolyticus, plesiomonas, aeromonas, bacteroides fragilis, compylobacter jejuni, salmonella, clostridium difficile, yersinia enterocolitica, e colli, vibrio cholerae, giardia, entamoeba3. Helminth: strongyloides

4. Infeksi lain: otitis media, sepsis, penyakit menular seksual.

b. Non infeksi

1. Diare osmotik: pada diare ini natrium tinja rendah (30-40 mEq/L), diare air, disebabkan kerusakan mikrovilli usus, obat atau makanan dan minuman yang hiperosmotik sehingga terjadi diare. Terjadi karena sesuatu hal yang menyerap air dari tubuh ke dalam usus.

2. Diare sekretorik: pada diare ini natrium tinja tinggi (60-120 mEq/L), diare air, disebabkan laksans yang meningkatkan sekresi usus. Atau terjadi ketika tubuh mengeluarkan air ke dalam usus yang seharusnya itu tidak terjadi.

3. Diare eksudatif mengacu pada adanya darah dan nanah dalam tinja. Hal ini terjadi dengan penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif, dan beberapa infeksi.

4. Intoleransi laktosa. (Rani, 2011 & Kimball, 2012)

Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang dikarenakan oleh obat-obatan atau zat kimia yang yang hiperosmotik, malabsorbsi umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus misal pada defisiensi disararidase, malabsorbsi glukosa atau galaktosa (Adyanastri, 2012).

Diare sekretorik disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare tipe sekretorik secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Penyebab dari diare ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Eschersia colli (Adyanastri, 2012).

Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier hati (Adyanastri, 2012).

Defek sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif di enterosit; diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+ K+ ATP ase di enterosit dan diabsorbsi Na+ dan air yang abnormal (Adyanastri, 2012).

Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Adyanastri, 2012).

Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Adyanastri, 2012).

Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorbsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau noninfeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Chron) (Adyanastri, 2012).

Infeksi masih merupakan faktor penyebab diare yang terpenting baik akibat virus maupun bakteri. terjadinya diare akut karena infeksi pada umumnya dipengaruhi oleh : (Adyanastri, 2012)

D. Alternatif Lain

Edukasi perlu dalam mengiringi pengobatan medikamentosa, terutama edukasi perilaku hidup bersih dan sehat. Karena dengan perilaku hidup bersih dan sehat dapat membantu dalam proses penyembuhan dan juga cara untuk mencegah agar tidak terjadi diare kembaliKESIMPULAN

Kasus tersebut saya jadikan sebagai pelajaran yang nantinya apabila dapat kasus yang sama, saya bisa mendiagnosis dan memberikan terapi yang tepat dan lengkap. Tentunya untuk bisa seperti itu, saya tidak boleh berhenti disini, tetapi harus mempelajari lagi tentang diare baik definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, terapi, pencegahan, prognosis.Kasus diare ini telah memberikan pola pikir saya untuk belajar secara mind mapping karena dengan begitu seorang dokter dapat mendiagnosis dengan cepat dan tepat, yang nantinya akan mempengaruhi terapi dan edukasi. Selain itu kasus ini mengajarkan bahwasanya sebagai seorang dokter bukan hanya pandai dalam hal mendiagnosis dan terapi, tetapi ada unsur penting lainya yang sangat penting dan wajib dimiliki oleh setiap dokter salah satunya seorang dokter harus bersikap sopan santun, tatakrama, empati, simpati terhadap keadaan pasien sehingga pasien merasa nyaman dan terciptalah rasa saling percaya antara dokter dan pasien, karena itu akan mempengaruhi sugesti pasien. Untuk bisa atau mempunyai sikap seperti diatas seorang dokter harus bisa menilai perasaan pasien dan harus di dasari dengan pedoman tentunya dari ilmu spiritual yang didapat dari agama.

Kasus diatas memberi atau mengingatkan saya sebagai calon dokter, kalau saya masih banyak kekurangan baik dari segi teori maupun dari segi skill dan pengalaman. Sehingga saya harus lebih giat dan sering belajar serta berinteraksi dengan pasien, agar tidak terjadi kesalahan ketika saya sudah menjadi seorang dokter.

Kedokteran adalah suatu seni, sering kali orang menganggap dokter adalah orang yang bisa menyembuhkan. Padahal sebenarnya dokter hanya bisa "berusaha" menyembuhkan. Dalam proses penyembuhan tersebut, disinilah seorang dokter akan memulai karya seninya. Namun, ini bukan berarti karya seni yang asal - asalan, tapi adalah suatu karya seni yang sangat istimewa dan diciptakan dengan pedoman Knowladge, experience, dan selalu mengandalkan Tuhan. Ketika interaksi antara seorang dokter dengan pasien yang di dasari dengan moral terjalin, terciptalah disitu sambung rasa dan rasa saling percaya antara dokter dengan pasien. Disinilah sisi humanis dari profesi dokter. Sisi humanis sangat penting dimiliki oleh setiap dokter. DAFTAR PUSTAKAAdyanastri P. 2012. Etiologi Dan Gambaran Klinis Diare Akut Di Rsup Dr Kariadi Semarang. Laporan Karya Tulis Ilmiah. Semarang. Fakultas Kedokteran Undip.

Kimball, Johnson. 2012. The Basics of Diarrhea. http://www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-diarrhea. Diunduh pada tanggal 24 Januari 2014

Rani A.A, Dkk. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi Edisi II. Jakarta. Interna Publishing.

The Indonesian Public Health Portal. 2013. Faktor Pejamu dan Lingkungan Pada Penyakit Diare. http://www.indonesian-publichealth.com/2013/03/epidemiologi-penyakit-diare.html. Diunduh pada tanggal 24 Januari 2014

Yusuf, Zainal. 2011. Profil Diare Di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri Vol. 13. No. 4, Desember 2011