Referat Syok
-
Upload
fahmi-azhari-basya -
Category
Documents
-
view
39 -
download
3
description
Transcript of Referat Syok
BAB I
PENDAHULUAN
Syok adalah suatu keadaan dimana sistem sirkulasi tidak dapat memenuhi kebutuhan
perfusi jaringan dan oksigenasi sehingga terjadi cedera seluler yang mula-mula reversible dan
jika syok berlangsung lama akan menjadi irreversible. Berdasarkan penyebabnya syok dibagi
atas syok kardiogenik, syok hipovolemik, syok obstruktif, dan syok distributif.
Secara patologis, apa pun penyebabnya syok mengakibatkan penurunan curah
jantung. Penurunan curah jantung akan menyebabkan penurunan aliran darah sistemik,
penurunan nutrisi jaringan (terutama otak, jantung, ginjal dan organ vital lainnya), penurunan
nutrisi vaskuler, peningkatan permeabilitas kapiler, penurunan volume darah yang kembali ke
jantung dan akhirnya akan memperberat curah jantung.1
Penanggulangan syok pada dasarnya bertujuan untuk mengembalikan perfusi jaringan
pada keadaan normal. Maka dari itu selain menemukan penyebab syok, sangat penting
menstabilkan aliran darah agar perfusi jaringan dapat di perbaiki.1 Terapi cairan biasa
digunakan pada pasien syok yang bertujuan untuk meningkatkan volume darah. Sehingga
diharapkan dapat mengoreksi sistem sirkulasi darah.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Syok1.1. Definisi
Syok adalah sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik yang di tandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi darah yang adekuat ke organ-organ vital. Hal ini muncul sebagai akibat
kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti, perdarahan yang massif, trauma
atau luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard yang luas atau emboli
paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak terkontrol (syok septik),
tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenic) atau akibat respon imun (syok
anafilaktik).2
Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi
darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel. Kematian
karena syok terjadi bila keadaan ini menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolisme
sel. Terapi syok bertujuan memperbaiki gangguan fisiologik dan menghilangkan
faktor penyebab.1
1.2. Klasifikasi
Klasifikasi bentuk-bentuk syok1
1. Syok hipovolemik (syok oligemik atau syok hemoragik)
Hemoragik
Kehilangan cairan ekstraseluler
Kehilangan plasma
2. Syok kardiogenik
Miopatik ( berkurangnya fungsi sistolik)
o Infark akut miokard
o Kardiomiopati dengan dilatasi
o Depresi miokard pada syok septik
Mekanis
o Regurgitasi mitral
o Ventrikuler septal defek
o Aneurisma sentral ventrikel
2
o Obstruksi aliran keluar ventrikel kiri (stenosis aorta,
stenosis subaortik, hipertrofik idiopatik)
Aritmia
3. Syok obstruktif
Tamponade jantung
Tension pneumothorax
Emboli paru (masif)
Hipertensi pulmonalis yang berat (primer atau eisenmenger)
4. Syok distributif
Syok neurogenik
Syok anafilaktik
Syok septik
1.2.1. Syok hipovolemik
1.2.1.1. Definisi
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume
darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa diakibatkan adanya
pendarahan masif atau kehilangan plasma darah.3
1.2.1.2. Etiologi4
Penyebab syok hipovolemik
Perdarahan
Hematom subkapsular hati
Aneurisma aorta pecah
Perdarahan gastrointestinal
Perlukaan berganda
Kehilangan plasma
Luka bakar luas
Pankreatitis
Deskuamasi kulit
Sindrom dumping
Kehilangan cairan ekstraseluler
Muntah (vomitus)
3
Dehidrasi
Diare
Terapi diuretik yang sangat agresif
Diabetes insipidus
Insufisiensi adrenal
1.2.1.3. Gejala klinis
Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat perdarahan
atau non perdarahan sama meski ada sedikit perbedaan dalam kecepatan timbulnya
syok. 5
Ringan
(<20 % volum darah)
Sedang
(20-40 % volum darah)
Berat
(> 40 % volum darah)
Ektremitas dingin Sama, ditambah : Sama, ditambah:
Waktu pengisian kapiler
meningkat
Takikardia (100-120
x/menit)
Hemodinamik tidak
stabil
Diaporesis Takipnea Takikardia > 120
x/menit
Vena kolaps Oliguria Hipotensi : sistolik < 60
mmHg
Cemas Hipotensi ortostatik:
sistolik 90-100 mmHg
Penurunan kesadaran
Derajat syok :2
1. Syok ringan; kehilangan volume darah dibawah 20% dari volume total. Hipoperfusi
hanya terjadi pada organ non vital seperti kulit, jaringan lemak, otot rangka, dan
tulang. Gambaran klinik perasaan dingin, hipotensi postural, pucat, kulit lembab,
kolaps vena-vena leher, dan urin yang pekat. Kesadaran masih normal, diuresis
mungkin berkurang sedikit dan belum terjadi asidosis metabolik.
2. Syok sedang; kehilangan 20% sampai 40% dari volume darah total. Hipoperfusi
merambat ke organ non vital seperti hati, usus dan ginjal, kecuali jantung dan otak.
4
Gambaran klinik haus, hipotensi telentang, takikardi,oliguria atau anuria, dan asidosis
metabolik. Kesadaran relatif normal.
3. Syok berat; kehilangan lebih dari 40% dari volem darah total. Hipoperfusi terjadi juga
pada jantung atau otak. Gambaran klinik; penurunan kesadaran (agitasi atau delirium),
hipotensi, takikardia, nafas cepat dan dalam, oliguria, asidosis metabolik.
Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah3
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan darahKehilangan darah(% vol darah)Denyut jantungTekanan sistolikTekanan nadiCapillary refillRespirasiUrin
Status mental
Terapi cairan
< 750 cc> 15%
< 100NormalNormal / ↑Normal14-20> 30
Slightlyanxious
Kristaloid
750-1000 cc15 – 30 %
> 100NormalMenurun(+)20 -3020 -30
Mildlyanxious
kristaloid
1500-2000cc20 – 40%
> 120MenurunMenurun(+)30 – 405 – 25
Anxious danconfused
Kristaloid dandarah
> 2000 cc> 40%
> 140MenurunMenurun(+)< 35Anuria
Confuseddan letargi
Kristaloiddan darah
1.2.2. Syok kardiogenik
1.2.2.1. Definisi 4
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah
jantung sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup, dan dapat
mengakibatkan hipoksia jaringan. Syok dapat terjadi pada keadaan disfungsi ventrikel
kiri yang berat, tetapi dapat pula terjadi peda keadaan ventrikel kiri yang cukup baik.
Hipotensi sistemik umumnya menjadi dasar diagnosis. Nilai cut off untuk
tekanan darah sistolik yang sering dipakai adalah < 90 mmHg. Dengan menurunnya
tekanan darah sistolik akan meningkatkan kadar katekolamin yang mengakibatkan
kontriksi arteri dan vena sistemik. Manifestasi klinis dapat ditemukan tanda-tanda
hipoperfusi sistemik mencakup perubahan status mental, kulit dingin, oliguria.
5
Syok kardiogenik didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik < 90 mmHg
selama 1 jam dimana:
a. Tak responsif dengan pemberian cairan saja
b. Sekunder terhadap disfungsi jantung, atau
c. Berkaitan dengan tanda-tanda hipoperfusi atau indeks kardiak <2,2
1iter/menit per m2 dan tekanan baji kapiler paru > 18 mmHg.
1.2.2.2. Etiologi
Komplikasi mekanik akibat infark miokard akut dapat menyebabkan
terjadinya syok. Di antara komplikasi tersebut adalah : ruptur septal ventrikel, ruptur
atau disfungsi otot papilaris dan ruptur miokard yang keseluruhan dapat
mengakibatkan timbulnya syok kardiogenik tersebut. Infark ventrikel kanan tanpa
disertai infark ventrikel kiri juga dapat menyebabkan terjadinya syok.
Hal lain yang sering menyebabkan syok kardiogenik adalah takiaritmia dan
bradiaritmia yang rekuren. Dimana biasanya terjadi akiabat disfungsi ventrikel kiri,
dan dapat timbul bersamaan dengan aritmia supraventrikular ataupun ventrikular.5
Syok kardiogenik juga dapat timbul sebagai manifestasi tahap akhir dari
disfungsi miokard yang progresisf, termasuk akibat penyakit jantung iskemia, maupun
kardiomiopati hipertrofi dan restriktif.4
1.2.2.3. Gejala klinis dan diagnosis
Syok akibat komplikasi mekanik dari infark mikard akut biasanya terjadi
dalam beberapa hari atau seminggu setelah onset infark miokard tersebut. Pada
umumnya pasien mengeluhkan nyeri dada yang biasanya terjadi tiba-tiba yang
menunjukan adanya edema paru akut atau bahkan henti jantung.6
Pemeriksaan fisik
Hipotensi sistemik umumnya menjadi dasar diagnosis. Nilai cut off untuk
tekanan darah sistolik yang sering dipakai adalah < 90 mmHg. Dengan menurunnya
tekanan darah sistolik akan meningkatkan kadar katekolamin yang mengakibatkan
kontriksi arteri dan vena sistemik.
Pemeriksaan dada akan menunjukan adanya rhonki pada pasien infark
ventrikel kanan atau pasien keadaan hipovolemik yang kecil kemungkinannya terjadi
kongesti paru.
6
Sistem kardiovaskular yang dapat dievaluasi seperti vena-vena di leher
seringkali meningkat distensinya. Letak impuls apikal dapat bergeser pada pasien
dengan kardiomiopati dilatasi. Intensitas bunyi jantung akan jauh menurun pada efusi
perikardial atau pun tamponade. Irama gallop dapat timbul yang menunjukan adanya
disfungsi ventrikel kiri yang bermakna. Sedangkan regurgitasi mitral atau defek septal
ventrikel, bunyi bising atau murmur yang timbul samgat membantu menentukan
kelainan atau komplikasi mekanik yang ada.
Pasien dengan gagal jantung kanan yang bermakna akan menunjukan
beberapa tanda antara lain: pembesaran hati, pulsasi diliver akibat regurgitasi
trikuspid atau terjadinya asites akibat gagal jantung kanan yang sulit di atasi. Pulsasi
arteri ekstremitas perifer akan menurun intensitasnya dan edema perifer dapat timbul
pada gagal jantung kanan. Sianosis dan ektremitas yang teraba dingin menunjukan
penurunan perfusi ke jaringan.2
Kriteria diagnosis syok kardiogenik telah ditetapkan oleh Myocardial
Infarction research Units of the National Heart, Lung, and blood institude.4
1. Tekanan arteria sistolik <90 mmHg atau sampai 30 sampai 60 mmHg dibawah batas sebelumnya.
2. Adanya penurunan aliran darah ke sistem organ-organ utama:
a. Keluhan kemih <20 ml/jam, biasanya disertai penurunan kadar natrium dalam kemih.
b. Vasokonstriksi perifer yang disertai gejala kulit dingin, lembab.
c. Terganggunya fungsi mental.
3. Indeks jantung <2,1 L/(menit/m2)
4. Bukti gagal jantung kiri dengan LVEDP/tekanan baji kapiler paru-paru (PCWP) 18 sampai 21 mmHg.
Pemeriksaan penunjang
Pada dasarnya pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menentukan etiologi dari syok
kardiogenik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:2
Elektrokardiografi (EKG) contoh pada infark miokard akut dan aritmia.
Foto rontgen thoraks dapat dilihat kardiomegali dan tanda-tanda edema paru
pada gagal ventrikel kiri yang berat. Dan gambaran edema paru tanpa
7
kardiomegali jika terjadi komplikasi defek septal ventrikel atau regurgitasi
mitral akibat infark miokard akut.
Ekokardiografi diharapkan dapat diperoleh penilaian fungsi ventrikel kanan
dan kiri, fungsi katup-katup jantung (stenosis dan regurgitasi), tekanan
ventrikel kanan dan deteksi adanya shunt.
Pemantauan hemodinamik : penggunaan kateter swan-ganz untuk mengukur
tekanan arteri pulmonalis dan tekanan baji pembuluh kapiler paru, pada syok
kardiogenik akibat gagal ventrikel kiri yang berat akan terjadi peningkatan
tekanan baji paru.
Saturasi oksigen: dapat digunakan pada saat pemasangan kateter swan-ganz,
dapat digunakan juga untuk mendeteksi adanya defek septal ventrikel. Jika
terdapat pintas darah kaya oksigen dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan berarti
terjadi saturasi oksigen yang step-up bila dibandingkan dengan saturasi
oksigen vena dari vena cava dan arteri pulmonal.
1.2.3. Syok obstruktif
Syok obstruktif terjadi akibat aliran darah dari ventrikel mengalami hambatan
secara mekanik, diakibatkan oleh gangguan pengisian pada ventrikel kanan maupun
ventrikel kiri yang dalam keadaan berat bisa menyebabkan penurunan Curah jantung.
Hal ini biasa terjadi pada obstruksi vena cava, emboli pulmonal, pneumotoraks,
gangguan pada pericardium (misalnya : tamponade jantung) ataupun berupa atrial
myxoma. Gejalanya sulit dibedakan dengan syok kardiogenik, namun dari riwayat
penyakit pasien, syok ini bisa didiagnosa.2
1.2.4. Syok distributif
1.2.4.1. Syok septik
Sepsis merupakan respon sistemik penjamu terhadap infeksi dimana pathogen
atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses
inflamasi. Syok septik merupakan syok yang disertai adanya infeksi (sumber infeksi).
Syok septik merupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah (tekanan
darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik lebih dari
4o mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi, meskipun telah dilakukan resusitasi
cairan secara adekuat atau memerlukan vasopressor untuk mempertahankan tekanan
darah dan perfusi organ. Pada pasien trauma, syok septik bisa terjadi bila pasien
8
datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok septik terutama terjadi pada
pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi rongga peritonium
dengan isi usus. 2
Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif yang
menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif ini menyebabkan
vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arterio vena perifer. Selain itu,
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler karena
vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan
peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke
intertisial yang terlihat sebagai udem. Pada syok septik, hipoksia sel yang terjadi tidak
disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel
untuk menggunakan oksigen karena toksin kuman. 1
Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan syok
hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0.5 cc/kg/jam,
tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien sepsis
dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai gejala
takikaridia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi yang
melebar.3
Gejala klinis syok septik4
Demam tinggi >38,9o C. Sering diawali dengan menggigil, kemudian suhu
turun dalam beberapa jam (akral dingin).
Takikardi
Hipotensi (sistolik < 90 mmHg)
Syok septik harus dicurigai pada pasien demam , hipotensi, trombositopeni,
atau koagulopasi intravaskular yang tidak dapat diterangkan penyebabnya.
Sedangkan pada persangkaan infeksi harus segera dilakukan pembiakan
kuman dan uji lainnya.
1.2.4.2. Syok anafilaksis
Syok anafilaksis merupakan suatu resiko pemberian obat, baik merupakan
suntikan maupun cara lain dan merupakan manifestasi klinis dari anafilaksis yang
ditandai dengan adanya hipotensi yang nyata dan kolaps sirkulasi darah.
9
Syok anafilaktik merupakan bagian dari reaksi anafilaktik sistemik berat.
Terjadinya syok dapat berlangsung dengan cepat. Kematian pada anak biasanya
disebabkan oleh edema laring. Kematian pada usia dewasa biasanya merupakan
kombinasi syok, edema laring, dan aritmia jantung. Syok anafilaktik dapat kambuh 2-
24 jam setelah kejadian pertama. Obat-obat yang sering memberikan reaksi
anafilaktik adalah golongan antibiotik penisilin, ampisilin, sefalosporin, neomisin,
tetrasiklin, kloramfenikol, sulfanamid, kanamisin, serum antitetanus, serum
antidifteri, dan antirabies. Alergi terhadap gigitan serangga, kuman-kuman, insulin,
ACTH, zat radiodiagnostik, enzim-enzim, bahan darah, obat bius (prokain, lidokain),
vitamin, heparin, makan telur, susu, coklat, kacang, ikan laut, mangga, kentang, dll,
juga dapat menyebabkan reaksi anafilaktik.3
Ciri khas yang pertama dari anafilaksis adalah gejala yang timbul beberapa
detik sampai beberapa menit setelah pasien terpajan oleh allergen atau faktor pencetus
non allergen seperti zat kimia, obat atau kegiatan jasmani. Ciri khas kedua yaitu
anafilaksis merupakan reaksi sistemik, sehingga melibatkan banyak organ yang
gejalanya timbul serentak atau hamper serentak.4
Gejala Klinis :2
Gejala anafilaksis biasanya timbul segera setelah pasien terpajan oleh alergen
atau faktor pencetus lainnya, gejala yang timbul melalui reaksi alergen dan antibodi
disebut sebagai reaksi anafilaktik.
1. Reaksi lokal : biasanya hanya urtikaria dan edema setempat, tidak fatal.
2.Reaksi sistemik : biasanya mengenai saluran napas bagian atas, system
kardiovaskuler, gastrointestinal, dan kulit.
a) Ringan : mata bengkak, hidung tersumbat, gatal-gatal di kulit dan mukosa,
bersin-bersin, biasanya timbul 2 jam setelah terpapar alergen.
b) Sedang : gejalanya lebih berat, selain gejala di atas, dapat pula terjadi
bronkospasme, edema laring, mual, muntah, biasanya terjadi dalam 2 jam
setelah terpapar antigen.
c) Berat : terjadi langsung setelah terpapar dengan alergen, gejala seperti
reaksi tersebut di atas hanya lebih berat yaitu bronkospasme, edema laring,
stridor, napas sesak, sianosis, henti jantung, disfagia, nyeri perut, diare,
muntah-muntah, kejang, hipotensi, aritmia jantung, syok, dan koma.
Kematian disebabkan oleh edema laring dan aritmia jantung.
10
Gejala dan tanda anafilaksis berdasarkan organ sasaran adalah seperti table di
bawah ini.
SISTEM GEJALA DAN TANDA
Umum
Prodromal
Lesu, lemah rasa tak enak yang sukar
dilukiskan, rasa tak enak di dada dan perut,
rasa gatal di hidung dan palatum
Pernapasan
Hidung Hidung Gatal, bersin, dan tersumbat
Laring Rasa tercekik, suara serak, sesak napas,
stridor, edema, spasme
Lidah Edema
Bronkus Batuk, sesak, mengi, spasme
Kardiovaskular Pingsan, sinkop, palpitasi, takikardia,
hipotensi sampai syok, aritmia.
Kelainan EKG : gelombang T datar, atau
tanda-tanda infark miokard
Gastrointestinal Disfagia, mual, muntah, kolik, diare yang
kadang-kadang disertai darah, peristaltic usus
meninggi
Kulit Urtikaria, angioedema, di bibir, muka, atau
ekstremitas
Mata Gatal, lakrimasi
Susunan Saraf Pusat Gelisah, kejang
1.2.4.3. Syok neurogenik
Syok neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga terjadi
hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Hasil
dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada
sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam).2
11
Penyebabnya antara lain : 2
1. Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal).
2. Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada fraktur tulang.
3. Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi spinal/lumbal.
4. Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom).
5. Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.
Gejala klinis :1
Gejala klinis syok neurogenik hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi
pada syok neurogenik terdapat tanda:
Tekanan darah turun
Nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang
disertai dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia
Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah
nadi bertambah cepat.
Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena,
maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.
12
1.3. Patogenesis syok menurut klasifikasi5
Beberapa karakteristik patogenesis syok sama tanpa memerhatikan penyebab
yang mendasari. Jalur akhir dari syok adalah kematian sel. Begitu sejumlah sel dari
organ vital telah mencapai stadium ini, syok menjadi irreversible, dan kematian
terjadi meskipun dilakukan koreksi penyebab yang mendasari. Konsep ireversibilitas
ini berguna karena menekankan bahwa perlunya pencegahan terhadap
berkembangnya syok.
mekanisme patogenetik yang menyebabkan kematian sel tidak seluruhnya di
mengerti. Satu dari denominator yang lazim dari ketiga bentuk syok pertama ini
disajikan dalam bagan dibawah adalah curah jantung rendah. Pada pasien dengan
syok hipovolemik, syok kardiogenik dan syok obstruksi ekstrakardiak dan pada
sebagian kecil pasien dengan syok distributif timbul penurunan curah jantung yang
berat dan dengan demikian penurunan perfusi organ vital. Pada awalnya, mekanisme
kompensasi seperti vasokontriksi dapat mempertahankan tekanan arteri pada tingkat
yang mendekati normal. Bagaimanapun jika proses yang menyebabkan syok terus
berlangsung, mekanisme kompensasi ini akhirnya gagal, menyebabkan manifestasi
klinis sindrom syok. Jika syok tetap ada, kematian sel akan terjadi dan menyebabkan
syok irreversibel.
13
14
hipovolemikObstruktif ekstrakardial
kardiogenik distributif
Kehilangan cairan, perdarahan
Tamponade perikardial
Cedera/nekrosis miokardial
Disfungsi miokardial
Penurunan resistensi vaskular sistemik
Penurunan preload
Penurunan pengisian
Penurunan kemampuan sistolik
Curah jantung tinggi/normal
Maldistribusi alirtan darah dalam mikrosirkular
Curah jantung rendah
Penurunan tekanan arteri rata2
syok
Gagal sistem organ multiple
BAB III
PENATALAKSANAAN
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu
tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan
sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
Prinsip Dasar Penanganan Syok2
Tujuan utama pengobatan syok ialah melakukan penanganan awal dan khusus untuk:
- menstabilkan kondisi pasien,
- memperbaiki volume cairan sirkulasi darah,
- mengefisiensikan sistem sirkulasi darah.
Setelah pasien stabil tentukan penyebab syok
Terapi Syok Secara Umum
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diarahkan kepada diagnosis cedera yang mengancam jiwa dan
meliputi penilaian dari ABCDE. Mencatat tanda vital awal (baseline recordings) penting
untuk memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda
vital, produksi urin dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan
menyusul bila keadaan penderita mengijinkan.1
1. Airway dan Breathing
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya
pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.
2. Sirkulasi – kontrol perdarahan
Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas
terlihat, memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan.
Perdarahan dari luka luar biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung pada
tempat perdarahan. Cukupnya perfusi jaringan menentukan jumlah cairan resusitasi
15
yang diperlukan. Mungkin diperlukan operasi untuk dapat mengendalikan perdarahan
internal.
3. Disability – pemeriksaan neurologi
Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat
kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi
ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan
neurologi dan meramalkan pemulihan. Perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak
selalu disebabkan cedera intrakranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang
kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan
tersebut dapat dianggap berasal dari cedera intrakranial.
4. Exposure – pemeriksaan lengkap
Setelah mengurus prioritas-prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita
harus ditelanjangi dan diperiksa dari “ubun-ubun sampai ke jari kaki” sebagai bagian
dari mencari cedera. Bila menelanjangi penderita, sangat penting mencegah
hipotermia.
5. Pemasangan kateter urin
Kateterisasi kandung kencing memudahkan penilaian urin akan adanya
hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin.
Akses Pembuluh Darah
Harus segera didapatkan akses ke sistem pembuluh darah. Ini paling baik
dilakukan dengan memasukkan dua kateter intravena ukuran besar (minimal 16
Gauge) sebelum dipertimbangkan jalur vena sentral. Lebih baik kateter pendek dan
kaliber besar agar dapat memasukkan cairan dalam jumlah besar dengan cepat.4
Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah
pembuluh darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak memungkinkan penggunaan
pembuluh darah perifer, maka digunakan akses pembuluh sentral (vena-vena
femoralis, jugularis atau vena subclavia dengan kateter besar) dengan menggunakan
teknik Seldinger atau melakukan vena seksi pada vena safena di kaki, tergantung
tingkat ketrampilan dan pengalaman dokternya. Seringkali akses vena sentral di
dalam situasi gawat darurat tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna ataupun tidak
sepenuhnya steril, karena itu bila keadaan penderita sudah memungkinkan, maka jalur
16
vena sentral ini harus diubah atau diperbaiki. Juga harus dipertimbangkan potensi
untuk komplikasi yang serius sehubungan dengan usaha penempatan kateter vena
sentral. Pada anak-anak dibawah 6 tahun, teknik penempatan jarum intraosseus harus
dicoba sebelum menggunakan jalur vena sentral. Faktor penentu yang penting untuk
memilih prosedur atau caranya adalah pengalaman dan tingkat ketrampilan
dokternya.4
Kalau kateter intravena telah terpasang, diambil contoh darah untuk jenis dan
crossmatch, pemeriksaan laboratorium yang sesuai, pemeriksaan toksikologi, dan tes
kehamilan pada wanita usia subur. Analisis gas darah arteri juga harus dilakukan pada
saat ini. 3
Terapi Awal Cairan
Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini
mengisi intravaskuler dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume vaskuler
dengan cara menggantikan kehilangan cairan berikutnya ke dalam ruang interstitial
dan intraseluler. Larutan Ringer Laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis
adalah pilihan kedua. Walaupun NaCl fisiologis merupakan cairan pengganti yang
baik namun cairan ini memiliki potensi untuk terjadinya asidosis hiperkhloremik.
Kemungkinan ini bertambah besar bila fungsi ginjalnya kurang baik.6
Jumlah cairan dan darah yang diperlukan untuk resusitasi sukar diramalkan
pada evaluasi awal penderita. Pada tabel 1, dapat dilihat cara menentukan jumlah
cairan dan darah yang mungkin diperlukan oleh penderita. Perhitungan kasar untuk
jumlah total volume kristaloid yang secara akut diperlukan adalah mengganti setiap
mililiter darah yang hilang dengan 3 ml cairan kristaloid, sehingga memungkinkan
resusitasi volume plasma yang hilang ke dalam ruang interstitial dan intraseluler. Ini
dikenal dengan sebagai hukum “3 untuk 1”. Namun, lebih penting untuk menilai
respon penderita kepada resusitasi cairan dan bukti perfusi dan oksigenasi end-organ
yang memadai, misalnya keluaran urin, tingkat kesadaran dan perfusi perifer. Apabila
pada waktu resusitasi jumlah cairan yang diperlukan untuk memulihkan atau
mempertahankan perfusi organ jauh melebihi perkiraan tersebut, maka diperlukan
penilaian ulang yang teliti dan perlu mencari cedera yang belum diketahui atau
penyebab lain untuk syoknya. 2
17
Terapi kausal
1. Syok hipovolemik4
Tujuan utama dalam mengatasi syok perdarahan adalah menormalkan kembali
volume intravaskular dan interstitial. Bila defisit volume intravaskular hanya
dikoreksi dengan memberikan darah maka masih tetap terjadi defisit interstitial,
dengan akibat tanda-tanda vital yang masih belum stabil dan produksi urin yang
kurang. Pengembalian volume plasma dan interstitial ini hanya mungkin bila
diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran, dsb) dan cairan garam
seimbang. Infus cairan tetap menjadi pilihan pertama dalam menangani pasien hamil.
Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan tekanan darah, infus harus dilambatkan.
Bahaya infus yang cepat adalah udem paru, terutama pasien tua. Perhatian harus
ditujukan agar jangan sampai terjadi kelebihan cairan.
1. Pilihan cairan resusitasi5
A. Syok ringan sampai sedang
Kedua jenis cairan dapat digunakan. Faktor yang menentukan pilihan terutama adalah
biaya.
B. Syok sedang sampai berat
Pada keadaan ini pemberian cairan parenteral harus berhati-hati, karena sering terdapat
kebocoran endotel kapiler pada lokasi trauma maupun organ lain. Cairan infus hendaknya
dipilih berdasarkan pada prinsip Starling serta jenis cairan yang hilang/kurang (darah atau
plasma)
a. Syok hemoragik
sebagai terapi awal atau resusitasi banyak digunakan cairan garam berimbang karena
harganya murah, mudah diperoleh, cukup efektif untuk segera memulihkan volume intra
vaskular serta menimbulkan hemodilusi sementara yang bermanfaat untuk mikrosirkulasi
sebelum transfusi dilakukan. Pada orang dewasa cairan garam berimbang dapat diberikan
sebanyak 2-3 L selama 20-30 menit untuk memulihkan tekanan darah, tekanan vena
sentral, dan diuresis.
18
b. Syok persisten
Pada syok yang tidak membaik dengan pemberian cairan ringer laktat 2-3 L atau syok
berulang, segera lakukan pemeriksaan golongan darah. Kegagalan resusuitasi dengan
cairan kristaloid hampir selalu disebabkan karena perdarahan massif. Karena itu harus
dipikirkan untuk segera mengambil tindakan hemostasis dengan pembedahan.
c. Syok hipovolemik non hemoragik
Dehidrasi, peritonitis, ileus obstruktif umumnya hanya memerlukan cairan garam
berimbang untuk keperluan resusitasi. Pemberian cairan garam berimbang sebanyak 2-3
liter dalam waktu 30-60 menit umumnya cukup efektif untuk segera memenuhi sirkulasi.
2. Jenis cairan4
A. Larutan kristaloid
Dari semua jenis kristaloid, ringer’s laktat paling banyak digunakan. Laktat dirubah
menjadi bikarbonat yang dapat membantu memperbaiki asidosis metabolik yang sering
menyertai syok.
B. Larutan koloid
a. Darah
Transfusi sebaiknya menggunakan darah yang sesuai meskipun harus diperoleh dalam
waktu yang cukup lama (45 menit atau lebih). Pada keadaan yang mendesak, transfusi
dapat menggunakan darah golongan O (donor universal) walaupun secara teoritis dapat
menyebabkan kesulitan penentuan karena terjadi isoimunisasi.
b. Plasma atau larutan albumin
Kedua jenis larutan efektif sebagai volume ekspander tetapi pada syok berat atau berlanjut
(prolonged shock), mungkin kedua cairan dapat memperberat udema interstitial karena
keluar dari ruang intra vaskular akibat kebocoran endotel kapiler. Karena itu, banyak yang
menganjurkan untuk menunda pemberian plasma atau albumin sampai 24 jam setelah syok
dapat diatasi. Perlu juga dipertimbangkan kemungkinan kontaminasi virus hepatitis pada
pemberian plasma.
19
c. Penggantian plasma
Pengganti plasma pernah digunakan pada awal syok hipovolemik, walaupun banyak yang
tidak menganjurkan. Dekstran 40 dan 70 mungkin menyebabkan gangguan fungsi
retikuloendotelial. Dekstran 70 dapat menyulitkan penentuan golongan darah karena
bersifat menyelubungi eritrosit (coated). Dekstran 40 dapat menyebabkan diatesis
hemoragik (perdarahan yang diakibatkan oleh hipokoagulabilitas) karena bersifat
menyelubungi trombosit, hal ini juga terjadi dengan Hetastarch (Hespan).
Skematik penatalaksanaan syok hipovolemik
2. Syok kardiogenik
Secepat mungkin pasien dikirim ke unit terapi intensif karena pasien membutuhkan
berbagai penatalaksanaan yang invasif, antara lain kateterisasi arteri pulmonalis, arteri
perifer, dan pemasangan pompa balon intra aorta. Tindakan pertolongan di unit gawat
darurat:4
20
a. Letakkan pasien pada posisi telentang, kecuali bila terdapat udem paru berat.
b. Beri oksigen sebanyak 5 – 10 L/menit dengan kanula nasal atau sungkup muka dan ambil darah arteri untuk AGD. Intubasi trakea perlu dipertimbangkan bila terdapat asidosis pernafasan dan hipoksia berat.
c. Lakukan kanulasi tepi vena dengan kateter No.20 dan berikan infus dekstrosa 5% perlahan-lahan.
d. Keluarkan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, ureum, kreatinin, dan enzim-enzim jantung seperti CPK
e. Buat rekam EKG dan monitor irama jantung.
f. Beri natrium bikarbonat 1-2 ampul (44 mEq/ampul) I.V perlahan-lahan untuk mengoreksi asidosis metabolik (lebih 5 menit) dan mempertahankan pH darah di atas 7,2. Periksa kembali AGD.
g. Bila klinis maupun radiologis tidak menunjukkan udem paru, beri cairan garam fisiologik 100 ml perlahan-lahan untuk mengoreksi hipovolemia (lebih 5 menit). Bila terdapat tanda-tanda perbaikan fungsi miokardium, teruskan infus hingga syok dapat diatasi. Untuk mencegah kelebihan cairan dan udem paru perlu dilakukan monitoring TVS atau TBKP.
h. Bila terapi cairan tidak memberi respon yang sesuai, beri dopamin dengan dosis seperti yang telah diuraikan terdahulu.
Bila terjadi udem paru, beri furosemid dengan dosis 20 mg I.V dan bila tidak
menunjukkan perbaikan sesudah 30 menit, tingkatkan dosis menjadi 40 mg.
Pertimbangkan juga untuk segera memberi salep nitrogliserin 0,5 – 1% sebagai
venodilator sentral yang bermanfaat untuk menurunkan beban awal jantung (preload).
21
Skematik penatalaksanaan syok kardiogenik
3. Syok septik
Penanganan medikamentosa pada syok septik4
1. Terapi cairan. Pemberian cairan garam berimbang harus segera diberikan pada
saat ditegakkan diagnosis syok septik. Pemberian cairan ini sebanyak 1-2 liter
selama 30-60 menit dapat memperbaiki sirkulasi tepi dan produksi urin.
Pemberian cairan selanjutnya tergantung pengukuran tekanan vena sentral.
2. Obat inotropik. Dopamin sebaiknya diberikan bilamana keadaan syok tidak dapat
diatasi dengan pemberian cairan, tetapi tekanan vena sentral telah kembali normal.
Dopamin permulaan diberikan kurang dari 5 ug/kgbb/menit. Dengan dosis ini
diharapkan aliran darah ginjal dan mesenterik meningkat, serta memperbanyak
produksi urin. Dosis dopamin 5-10 ug/kgbb/ menit akan menimbulkan efek β-
adrenergik, sedangkan pada dosis lebih dari 10 ug/kgbb/menit, dopamin tidak
efektif dan yang menonjol ialah efek α-adrenergik.
3. Antibiotika. Pemberian dosis antibiotika harus lebih tinggi dari dosis biasa dan
diberikan secara intravena. Kombinasi pemberian dua antibiotika spektrum luas
sangat dianjurkan karena dapat terjadi efek aditif dan sinergistik. Misalnya
kombinasi pemberian Klidamisin (600 mg/6 jam) dengan aminoglikosida
22
( gentamisin atau tobramisin 2 mg/kgbb/ 8 jam) sebagai terapi permulaan sebelum
mendapatkan uji kepekaan bakteri
Skematik penatalaksanaan syok septik
4. Syok anafilaktif1
1. Hentikan obat/identifikasi obat yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis
2. Torniquet, pasang torniquet di bagian proksimal daerah masuknya obat atau sengatan
hewan. longgarkan torniquet 1-2 menit tiap 10 menit.
3. Posisi, tidurkan dengan posisi kaki dinaikkan 30-40o. Bila pasien tidak sadar lakukan
manuver tripel.
4. Pemasangan jalur IV
5. Henti nafas/jantung lakukan RJP
6. Pemasangan pipa endotrakea/trakeostomi/krikotiotomi
23
7. Persiapan defibrilator
8. Adrenalin (epinefrin) atau noradrenalin (norepinefrin) dosis:
a. Intravena : adrenalin 3-5ml larutan 1:10.000 (0,3-0,5 mg) IV. Noradrenalin 0,1
ml/kgBB larutab 1:10.000 IV.
b. Intramuskular/subkutan : adrenalin 0,3-0,5 ml larutan 1:10.000 (0,3-0,5 mg) im/sk.
Noradrenalin 0,01 ml/kgBB larutan 1:1000 im/sk.Dosis ulangan sesuai keperluan,
setiap 5-10 menit.
9. Aminofilin
Untuk bronkospasme yang tidak dapat diatasi oleh adrenalin. Dosis awal 5 mg/kgBB diberikan selama 15-20 menit (diencerkan dalam 20 ml dekstrosa 5%). Dosis pemerilaharaan 0,6 mg/kgBB/jam.
10. Adrenalin intrakardial, bila jelas bendungan vena11. Pertimbangkan kompresi jantung terbuka sebagai upaya terakhir.
Terapi suportif2
1. Terapi cairan untuk meninggikan tekanan arterial dan curah jantung
2. Koreksi elektrolit
3. Teruskan pemberian O2, terutama bila pasien sianotik.
4. Kortikosteroid: 100-200mg hidrokortisin IV.
5. Antihistamin: prometazin 0,2 mg/kgBB IV.
6. Hindari pemberian sedativa, narkoika, tranquilizer dan obat hipotensif lainnya.
7. Observasi pasien minimal 4 jam sesudah anafilaksis.
8. Selama 24 jam berikutnya, hindari vasodilator seperti alkohol, mandi air hangat, dsb.
24
Skematik penatalaksanaan syok anafilaktik
5. Syok neurogenik
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti
fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan
sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang berkumpul
ditempat tersebut.1
1) Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi
Trendelenburg).
2) Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan
menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi
yang berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat
dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari pemasangan endotracheal
25
yang darurat jika terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator
mekanik juga dapat menolong menstabilkan hemodinamik dengan
menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.
3) Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi
cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya
diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan
yang cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output
untuk menilai respon terhadap terapi.
4) Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat
vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang dikontraindikasikan bila ada
perdarahan seperti ruptur lien) :
Dopamin
Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit,
berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.
Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah.
Monitor terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika
norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah secara adekuat.
Pada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi sebaiknya
diberikan per infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik karena
pengaruh vasokonstriksi perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap
jantung (palpitasi). Pemberian obat ini dihentikan bila tekanan darah
sudah normal kembali. Awasi pemberian obat ini pada wanita hamil,
karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot uterus.
Epinefrin
Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan
dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama
kuat dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat
ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok
hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi
perifer tidak boleh diberikan pada pasien syok neurogenik
26
Dobutamin
Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya
cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui
vasodilatasi perifer.
Pasien-pasien yang diketahui/diduga mengalami syok neurogenik harus
diterapi sebagai hipovolemia. Pemasangan kateter untuk mengukur tekanan vena
sentral akan sangat membantu pada kasus-kasus syok yang meragukan.2
Skematik penatalaksanaan syok neurogenik
27
BAB IV
KESIMPULAN
Syok adalah kondisi mengancam jiwa yang dapat terjadi saat tubuh tidak
mendapatkan aliran darah yang adekuat. Hal ini dapat merusak banyak organ. Syok
membutuhkan penanganan segera karena kondisi tubuh dapat memburuk dengan amat cepat.
Secara klinis syok ditandai dengan hipotensi, takikardi dengan penurunan tekanan
darah sistemik dengan tekanan sistole di bawah 70 mmHg, oliguria, hipoperfusi perifer (akral
dingin dan CPR > 2detik) dan terjadinya iskemia yang mengakibatkan turunnya perfusi
jaringan.
Syok dapat diklasifikasikan menjadi syok kardiogenik, syok hipovolemik yangdapat
disebabkan karena perdarahan dan dehidrasi, syok obstruktif, dan syok distributif yang
diantaranya terdiri dari syok anafilaktik dan syok septik. Secara umum penatalaksanaan syok
adalah dengan cara memperbaiki perfusi jaringan, mencari penyebab, mengatasi penyebab,
mengatasi komplikasi dan mempertimbangkan terapi lanjutan
28
DAFTAR PUSTAKA
1) Porter, SR. 2008. The Merck Manual of Patient Symptoms. Merk Research
Laboratories, New Jersey.
2) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid I, Ed 5. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.
3) Mansjoer, Arif, et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1, ed 3. Media
Aesculapius, Jakarta.
4) Fauci A, et al. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine, ed 17 Mc Graw Hill,
USA.
5) Worthley L, 20010. Shock : A Review of Pathophysiology and Management Part I,
dalam Critical Care And Resuscitation vol 2, p 55-65. Flinders Medical Center,
South Australia.
6) Resuscitation Council UK, 2010. Resuscitation Guidelines. London.
29