REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

30
BAB I PENDAHULUAN Cairan intravena Kehilangan cairan terjadi setiap saat dan mutlak diganti agar metabolisme tubuh dapat berlangsung normal. Harus ada keseimbangan antara jumlah air yang berasal dari masukkan serta dari hasil oksidasi karbohidrat, lemak dan protein dan pada satu pihak lain dengan keluarnya air melalui ginjal, paru, kulit dan saluran cerna. Keseimbangan air ini dikelola dengan pengaturan masukkan dan pengeluaran. Air tubuh terdapat di dalam sel (intrasel) dan di luar sel (ekstrasel). Cairan extraselular meliputi cairan interstisial dan plasma yang mempunyai komposisi sama. Natrium merupakan kation terpenting sedangkan anion terpenting adalah klorida dan bikarbonant. Kation terpenting pada intrasel adalah kalium dan magnesium sedangkan anion terpenting adalah fosfat organik, protein dan sulfat. Biasanya perubahan komposisi plasma darah mencerminkan perubahan yang terjadi dalam semua cairan tubuh. Kehilangan cairan normal berlangsung akibat pemakaian energi yang dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu kehilangan cairan insensibel, produksi urin serta kehilangan cairan melalui tinja. Selain itu dapat terjadi kehilangan cairan abnormal yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang berupa pengurangan masukkan cairan atau peningkatan pengeluaran cairan. Pemenuhan cairan berdasarkan kehilangan cairan akibat penyakit dan 1

description

hjv

Transcript of REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

Page 1: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

BAB I

PENDAHULUAN

Cairan intravena

Kehilangan cairan terjadi setiap saat dan mutlak diganti agar metabolisme tubuh dapat

berlangsung normal. Harus ada keseimbangan antara jumlah air yang berasal dari

masukkan serta dari hasil oksidasi karbohidrat, lemak dan protein dan pada satu pihak

lain dengan keluarnya air melalui ginjal, paru, kulit dan saluran cerna. Keseimbangan air

ini dikelola dengan pengaturan masukkan dan pengeluaran. Air tubuh terdapat di dalam

sel (intrasel) dan di luar sel (ekstrasel). Cairan extraselular meliputi cairan interstisial dan

plasma yang mempunyai komposisi sama. Natrium merupakan kation terpenting

sedangkan anion terpenting adalah klorida dan bikarbonant. Kation terpenting pada

intrasel adalah kalium dan magnesium sedangkan anion terpenting adalah fosfat organik,

protein dan sulfat. Biasanya perubahan komposisi plasma darah mencerminkan

perubahan yang terjadi dalam semua cairan tubuh. Kehilangan cairan normal

berlangsung akibat pemakaian energi yang dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu

kehilangan cairan insensibel, produksi urin serta kehilangan cairan melalui tinja. Selain

itu dapat terjadi kehilangan cairan abnormal yang disebabkan oleh berbagai penyakit

yang berupa pengurangan masukkan cairan atau peningkatan pengeluaran cairan.

Pemenuhan cairan berdasarkan kehilangan cairan akibat penyakit dan kehilangan yang

tetap berlangsung secara normal. Cara pemberian cairan akibat kehilangan oleh karena

penyakit bisa diberikan secara oral ataupun parenteral. Perlu diperhatikan bahwa

sebaiknya pemberian cairan diusahakan secara oral tapi pada keadaan yang tidak

memungkinkan, dapat pula diberikan secara intravena. Dalam pelaksanaannya pemberian

cairan secara intravena pada bayi dan anak yang sakit perlu diperhatikan hal-hal seperti

pemilihan jenis cairan, jumlah dan lama pemberian yang disesuaikan dengan keadaan

penyakit dan gejala klinik lainnya karena terdapat perbedaan komposisi, metabolisme

dan derajat kematangan sistem pengaturan air dan elektrolit.

Syok Hipovolemik

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan

cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh

volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.

Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok

1

Page 2: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

haemoragik). Kehilangan darah dari luar yang akut akibat trauma tembus dan perdarahan

gastrointestinal yang berat merupakan dua penyebab yang paling sering pada syok

hemoragik. Syok hemoragik juga dapat merupakan akibat dari kehilangan darah yang

akut secara signifikan dalam rongga dada dan rongga abdomen. Dua penyebab utama

kehilangan darah dari dalam yang cepat adalah cedera pada organ padat dan rupturnya

aneurisma aorta abdominalis. Syok hipovolemik dapat merupakan akibat dari kehilangan

cairan yang signifikan (selain darah). Dua contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat

kehilangan cairan, antara lain gastroenteritis refrakter dan luka bakar yang luas.

2

Page 3: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Syok

Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi

yangmenyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat

gangguan mekanisme homeostasis. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang

fisiologi keadaan syok dan homeostasis, syok adalah keadaan tidak cukupnya pengiriman

oksigen ke jaringan.

Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan menurunnya

volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok hipovolemik juga bisa terjadi karena

kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan

penurunan volume intraventrikel kiri pada akhir diastole yang akibatnya juga menyebabkan

menurunnya curah jantung (cardiac output). Keadaan ini juga menyebabkan terjadinya

mekanisme kompensasi dari pembuluh darah dimana terjadi vasokonstriksi oleh katekolamin

sehingga perfusi makin memburuk.

Fase Syok

Secara fisiologis, syok hipovolemik dibagi menjadi 4 fase :

1. Fase Inisial

Pada fase ini, gejala dan tanda yang muncul tidak terlalu signifikan karena

tubuh masih mentoleransi jumlah cairan yang hilang. Namun, pasien dapat cepat

berpindah ke fase berikutnya bahkan tidak melewati fase ini apabila jumlah cairan

yang hilang dari tubuh cukup banyak.

Gejala dan tanda :

- Tekanan darah menurun 5-10 mmHg

- Denyut jantung agak meningkat

2. Fase Kompensasi

Pada fase ini tubuh berusaha lebih keras untuk mengkompensasi hilangnya volume

cairan, sehingga akan terjadi perubahan besar pada tanda vital. Pemberian resusitasi

cairan dan pencegahan kehilangan cairan lebih lanjut pada fase ini sangat penting.

Gejala dan tanda:

- Penurunan tekanan darah 10-15 mmHg

- Takikardi (untuk mencukupi jumlah cardiac output)

- Takipnea (sebagai kompensasi terhadap penurunan perfusi jaringan)

3

Page 4: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

- Peningkatan aliran darah ke organ vital (otak, paru-paru, dan jantung)

- Penurunan jumlah urin

- Vasokontriksi perifer : Akral dingin, peningkatan capillary refill time

3. Fase Progresif

Apabila tubuh tidak dapat mengkompensasi kehilangan cairan yang terjadi, maka

syok akan berlanjut pada fase ini. Pada fase ini akan terjadi hipotensi yang

menyebabkan perfusi pada organ vital menurun yang kemudian dapat berujung pada

kerusakan organ.

Gejala dan tanda :

- Penurunan tekanan darah

- Nadi meningkat dan lemah

- Penurunan vaskularisasi pada kulit, abdomen, dan ginjal :

o Kulit dingin

o Penurunan bising usus akibat motilitas usus yang menurun

o Penurunan jumlah urin

4. Fase Refraktor

Pada fase ini telah terjadi kerusakan organ multipel yang bersifat irreversible.

Gejala dan tanda:

- Hipoksia

- Oligouria

- Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)1

Derajat Syok Hipovolemik

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, syok hipovolemik merupakan kondisi

dimana terjadinya kehilangan volume sirkulasi yang berujung pada kegagalan organ akibat

perfusi yang inadekuat. Syok hipovolemik sendiri paling sering disebabkan oleh perdarahan.

Selain itu dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Berdasarkan jumlah darah yang hilang, maka

syok hipovolemik dibagi menjadi 4 kelas :2

4

Page 5: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

Etiologi

Syok hipovolemik disebabkan oleh penurunan volume darah efektif. Kekurangan

volume darah sekitar 15 sampai 25 persen biasanya akan menyebabkan penurunan tekanan

darah sistolik, sedangkan defisit volume darah lebih dari 45 persen umumnya fatal. Syok

hipovolemik disebabkan oleh perdarahan (internal atau eksternal) atau karena kehilangan

cairan ke dalam jaringan kontusio.

Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler,

misalnya terjadi pada :

1) Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan pada organ dalam seperti

hemothoraks, ruptura limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.

2) Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang

besar. Misalnya fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau fraktur

femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.

3) Kehilangan cairan intravaskular lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein

plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada :

Gastrointestinal : peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis.

Renal : terapi diuretik, krisis penyakit Addison.

Luka bakar ( kombusio) dan anafilaksis

Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat berkurangnya aliran

darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya pelepasan oksigen ke dalam jaringan.

Kekurangan oksigen di jaringan menyebabkan sel terpaksa melangsungkan metabolisme

5

Page 6: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

anaerob dan menghasilkan asam laktat. Keasaman jaringan bertambah dengan adanya asam

laktat, asam piruvat, asam lemak, dan keton. Yang penting dalam klinik adalah fokus

perhatian syok hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi oksigen yang perlu

diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan dengan penggantian cairan.2

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang muncul sebanding dengan volume darah yang berkurang.

Semakin banyak volume darah yang hilang, semakin berat gejala klinis yang dapat ditemui.

1. Takikardi

Terjadi karena tubuh berusaha mencukupi cardiac output. Seperti yang diketahui,

cardiac ouput merupakan hasil perkalian antara stroke volume dengan heart rate (CO

= HR x SV). Pada keadaan syok hipovolemik, yang terjadi adalah penurunan stroke

volume, sehingga untuk tetap mempertahankan cardiac output, maka kompensasi

yang dilakukan adalah dengan meningkatkan heart rate.

2. Nadi yang cepat dan lemah

Berhubungan dengan poin sebelumnya, akibat denyut jantung yang meningkat, maka

denyut nadi juga akan meningkat, namun lemah akibat volume vaskuler yang

menurun pada keadaan syok serta pengalihan vaskularisasi ke organ vital yaitu otak,

paru, dan jantung.

3. Hipotensi

Hipotensi terjadi akibat volume darah yang berkurang, yang kemudian menyebabkan

venous return menurun dan lama-kelamaan tekanan darah juga akan menurun sebagai

hasil dari volume sirkulasi yang menurun.

4. Perubahan Status Mental

Hal ini terjadi akibat penurunan perfusi oksigen ke otak. Pasien akan menunjukkan

gejala seperti agitasi. Penurunan kesadaran dapat terjadi apabila terjadi kehilangan

darah yang lebih dari 2 liter.

5. Penurunan Jumlah Urin

Akibat pengalihan vaskularisasi ke otak, jantung, dan hati, maka akan terjadi

penurunan aliran darah ke ginjal yang bermanifestasi klinis pada penurunan jumlah

urin.

6. Akral Dingin

6

Page 7: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

Hal ini juga disebabkan oleh hal yang sama, yaitu peningkatan aliran darah ke organ

vital, dan penurunan aliran darah ke tempat lain yang berarti penurunan perfusi ke

kulit sehingga kulit teraba dingin, dan lembab, terutama daerah akral.1

Patofisiologi

Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi

utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.

1. Sistem hematologi

Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut

dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui

pelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui

pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber

perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya

menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu

sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi

bentuk yang sempurna.

2. Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik

dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan

vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan

pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh

baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah

pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak,

jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus gastrointestinal.

3. Sistem Renal

Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi

renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi

angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru

dan hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu

perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan

menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab

pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan retensi air.

4. Sistem Neuroendokrin

7

Page 8: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatan

Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari

posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh

baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh

osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air

dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.2,3

Pemeriksaan Penunjang

- Darah Lengkap

- Analisa Gas Darah

- Kadar Elektrolit (Na, K, Cl)

- Tes faal ginjal (ureum, kreatinin, BUN)

- Golongan darah (bila perlu transfusi darah)

- Tes kehamilan

- EKG (untuk monitoring jantung)4

Penatalaksanaan

Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk

memperbaiki perfusi jaringan, memperbaiki oksigenasi tubuh, dan mempertahankan suhu

tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan

sehingga dapat diberikan pengobatan kausal. Segera berikan pertolongan pertama sesuai

dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (airway) harus bebas kalau perlu dengan

pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan

memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah

(circulation) pada syok hipovolemik harus diatasi dengan pemberian cairan intravena. Segera

menghentikan perdarahan yang terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa

merupakan penyebab syok.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama dalam

menghadapi syok :

1. Posisi Tubuh

- Secara umum posisi pasien dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan

aliran darah ke organ-organ vital

- Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, jangan digerakkan pada

bagian tersebut agar tidak memperparah kondisi pasien

8

Page 9: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

- Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita telentang

dengankaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar

dan tekanandarah menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar

bernafas atau penderita menjadi kesakitan segera turunkan kakinya kembali.

2. Pertahankan Respirasi

- Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila terdapat muntah.

- Ekstensikan kepala, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas (Gudel/oropharingeal

airway)

- Berikan oksigen 6 liter/menit

- Bila pernapasan / ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup

(Ambu bag) atau ETT

3. Pertahankan Sirkulasi

- Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus.

- Pantau nadi, tekanan darah, warna kulit, dan produksi urin

4. Cari dan atasi penyebab syok hipovolemik5

Primary survey meliputi : airway, breathing, circulation, disability, dan exposure.

Secondary survey meliputi pengkajian fisik. Sedangkan tersier survey dilakukan selain

pengkajian primary dan secondary survey, misalnya terapi atau resusitasi cairan.

Primary Survey

Mencatat tanda vital awal (baseline recordings) penting untuk memantau respon

penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin dan

tingkat kesadaran.

a) Airway & Breathing

Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya

pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk

mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.

1. Airway (Jalan Nafas) :

Ada tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu look, listen, dan feel.

Look atau melihat yaitu melihat ada tidaknya obstruksi jalan napas, berupa

agitasi: (hipoksemia), penurunan kesadaran (hipercarbia), pergerakan dada

dan perut pada saat bernapas (see saw-rocking respiration), kebiruan pada

9

Page 10: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

area kulit perifer pada kuku dan bibir (sianosis), adanya sumbatan di

hidung, posisi leher, keadaan mulut untuk melihat ada tidaknya darah.

Tahapan kedua yaitu listen atau mendengar, yang didengar yaitu bunyi

napas. Ada dua jenis suara napas yaitu suara napas tambahan obstuksi

parsial, antara lain: snoring, gurgling, crowing/stridor, dan suara parau

(laring) dan yang kedua yaitu suara napas hilang berupa obstruksi total dan

henti napas. Terakhir yaitu feel, pada tahap ini merasakan aliran udara

yang keluar dari lubang hidung pasien.

2. Breathing (Pernafasan) :

- Look (Melihat)

Melihat apakah pasien bernapas, pengembangan dada apakah

napasnya kuat atau tidak, keteraturannya, dan frekuensinya.

- Listen (Mendengar)

Suara nafas vesikuler atau tidak, terdapat suara nafas tambahan atau

tidak

- Feel

Merasakan pengembangan dada saat bernapas, lakukan perkusi, dan

pengkajian suara paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop.

3. Circulation

- Look

Mengamati nadi saat diraba, berdenyut selama berapa kali per

menitnya, ada tidaknya sianosis pada ekstremitas, ada tidaknya

keringat dingin pada tubuh pasien, menghitung capillary refill time,

ada tidaknya akral dingin

- Feel

Yang dirasakan yaitu gerakan nadi (nadi radialis, brakhialis, dan

carotis)

- Listen

Bunyi aliran darah pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah

4. Disability – Pemeriksaan Neurologi

Yang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale), dan

kedaan pupil dengan menggunakan penlight. Pupil normal yaitu isokor.

10

Page 11: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat

kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik.

5. Exposure – Pemeriksaan Lengkap

Penderita harus dibuka seluruh pakaiannya dan diperiksa dari ubun-ubun

sampai jari kaki untuk mencari ada atau tidaknya bagian yang cedera.

6. Dilatasi lambung – Dekompresi

Dilatasi lambung sering kali terjadi pada penderita trauma, khususnya pada

anak-anak dan dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang

tidak dapat diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi nervus

vagus yang berlebihan. Distensi lambung membuat terapi syok menjadi

sulit. Pada penderita yang tidak sadar distensi lambung membesarkan

resiko aspirasi isi lambung, ini merupakan suatu komplikasi yang bisa

menjadi fatal. Dekompresi lambung dilakukan dengan memasukan selang

atau pipa kedalam perut melalui hidung atau mulut dan memasangnya

pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambung.

7. Pemasangan kateter urin

Kateterisasi kandung kemih memudahkan penilaian urin akan adanya

hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin.

Secondary Survey

Pasang satu atau lebih jalur infus intravena nomor 18/16. Infus dengan cepat larutan

kristaloid atau kombinasi larutan kristaloid dan koloid sampai vena (V. Jugularis) yang

kolaps terisi. Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan tekanan darah, infus harus

dilambatkan. Bahaya infus yang cepat adalah edema paru, terutama pada pasien tua.

Perhatian harus ditujukan agar jangan sampai terjadi kelebihan cairan.

Pemantauan yang perlu dilakukan dalam menentukan kecepatan infus :

1. Nadi

Nadi yang cepat menunjukkan adanya hipovolemia.

2. Tekanan darah

Bila tekanan darah < 90 mmHg pada pasien normotensi atau tekanan darah menurun

> 40 mmHg pada pasien hipertensi, menunjukkan masih perlunya transfusi cairan.

3. Produksi urin.

11

Page 12: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

Pemasangan kateter urin diperlukan untuk mengukur produksi urin. Produksi urin

harus dipertahankan minimal 1/2 ml/kg/jam. Bila kurang, menunjukkan adanya

hipovolemia.

Cairan diberikan sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba. Bila volume

intravaskuler cukup, tekanan darah baik, produksi urin < 1/2 ml/kg/jam, bisadiberikan Lasix

20-40 mg untuk mempertahankan produksi urine. Dopamin 2—5 µg/kg/menit bisa juga

digunakan pengukuran tekanan vena sentral (normal 8-12 cm H2O), dan bila masih terdapat

gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan ekstremitas dingin,

menunjukkan masih perlu transfusi cairan.

Tersiery Survey : Terapi cairan

12

Page 13: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

13

Page 14: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

II.9 Resusitasi Cairan

Manajemen resusitasi cairan sangat penting. Untuk mempertahankan keseimbangan

cairan maka input cairan harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan itu termasuk

air dan elektrolit. Tujuan terapi cairan bukan untuk kesempurnaan keseimbangan cairan,

tetapi penyelamatan jiwa dengan menurunkan angka mortalitas. Perdarahan yang banyak

(syok hemoragik) akan menyebabkan gangguan pada fungsi kardiovaskuler. Pada keadaan

demikian, memperbaiki keadaan umum dengan mengatasi syok yang terjadi dapat dilakukan

dengan pemberian cairan elektrolit, plasma, atau darah. Dapat dimulai dengan memberikan

infus Saline atau Ringer Laktat isotonis. Jika hemoglobin rendah maka cairan pengganti yang

terbaik adalah tranfusi darah. Resusitasi cairan yang cepat merupakan landasan untuk terapi

syok hipovolemik. Sumber kehilangan darah atau cairan harus segera diketahui agar dapat

segera dilakukan tindakan. Cairan infus harus diberikan dengan kecepatan yang cukup untuk

segera mengatasi defisit atau kehilangan cairan akibat syok. Penyebab yang umum dari

hipovolemia adalah perdarahan, kehilangan plasma atau cairan tubuh lainnya seperti

lukabakar, peritonitis, gastroenteritis yang lama atau emesis, dan pankreatitis akut.

Pemilihan Cairan Intravena

Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi

elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan parenteral telah dikembangkan

menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis. Terapi cairan intravena atau infus

merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan dalam penanganan dan perawatan

pasien. Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa cairan kristaloid,

koloid, dan darah. Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik. Keuntungan

cairan kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan

reaksi alergi, dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat

berlanjut dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah.

Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan

hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis

yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman dalam

jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik

atau sindroma syok.

14

Page 15: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolisme

laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan asetat di metabolisme

pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan

Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi

hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat

membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat. Secara

sederhana, tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk mengganti kehilangan cairan

akut dan rumatan untuk mengganti kebutuhan harian.

Beberapa contoh cairan kristaloid :

1) Ringer Laktat (RL)

Larutan yang mengandung konsentrasi Natrium 130 mEq/L, Kalium 4 mEq/l,

Klorida 109 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Laktat 28 mEq/L. Laktat pada larutan ini

dimetabolisme di dalam hati dan sebagian kecil metabolisme juga terjadi dalam ginjal.

Metabolisme ini akan terganggu pada penyakit yang menyebabkan gangguan fungsi

hati. Laktat dimetabolisme menjadi piruvat kemudian dikonversi menjadi CO2 dan

H2O (80% dikatalisis oleh enzim piruvat dehidrogenase) atau glukosa (20% dikatalisis

oleh piruvat karboksilase). Kedua proses ini akan membentuk HCO3. Sejauh ini

Ringer Laktat masih merupakan terapi pilihan karena komposisi elektrolitnya lebih

mendekati komposisi elektrolit plasma. Cairan ini digunakan untuk mengatasi

kehilangan cairan ekstra seluler yang akut. Pada keadaan syok, dehidrasi atau DSS

pemberiannya bisa diguyur.

2) Ringer Asetat

Cairan ini mengandung Natrium 130 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalium

4mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Asetat 28 mEq/l. Cairan ini lebih cepat mengoreksi

keadaan asidosis metabolik dibandingkan Ringer Laktat, karena asetat dimetabolisir

di dalam otot, sedangkan laktat di dalam hati. Laju metabolisme asetat 250 –

400mEq/jam, sedangkan laktat 100 mEq/jam. Cairan ini bisa mengganti pemakaian

Ringer Laktat.

3) Glukosa 5%, 10% dan 20%

15

Page 16: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

Larutan yang berisi Dextrosa 50 gr/liter, 100 gr/liter, 200 gr/liter. Glukosa 5%

digunakan pada keadaan gagal jantung sedangkan Glukosa 10% dan 20% digunakan

pada keadaan hipoglikemi, gagal ginjal akut dengan anuria dan gagal ginjal akut

dengan oliguria.

4) NaCl 0,9%

Cairan fisiologis ini terdiri dari 154 mEq/L Natrium dan 154 mEq/L

Klorida,yang digunakan sebagai cairan pengganti dan dianjurkan sebagai awal untuk

penatalaksanaan hipovolemia yang disertai dengan hiponatremia, hipokloremia atau

alkalosis metabolik.

Cairan Koloid

Jenis-jenis cairan koloid adalah :

1) Albumin

Terdiri dari 2 jenis yaitu :

- Albumin endogen

Albumin endogen merupakan protein utama yang dihasilkan dihasilkan di hati

dengan BM antara 66.000 sampai dengan 69.000, terdiri dari 584 asam amino.

Albumin merupakan protein serum utama dan berperan 80% terhadap tekanan onkotik

plasma. Penurunan kadar Albumin 50 % akan menurunkan tekanan onkotik

plasmanya 1/3-nya.

- Albumin eksogen.

Albumin eksogen ada 2 jenis yaitu human serum albumin, albumin eksogen

yang diproduksi berasal dari serum manusia dan albumin eksogen yang dimurnikan

(Purified protein fraction) dibuat dari plasma manusia yangdimurnikan. Albumin ini

tersedia dengan kadar 5% atau 25% dalam garam fisiologis. Albumin 25% bila

diberikan intravaskuler akan meningkatkan isi intravaskuler mendekati 5x jumlah

yang diberikan. Hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan onkotik plasma.

Peningkatan ini menyebabkan translokasi cairan intersisial ke intravaskuler sepanjang

jumlah cairan intersisial mencukupi.

2) HES (Hidroxy Ethyl Starch)

Senyawa kimia sintetis yang menyerupai glikogen. Tersedia dalam bentuk

larutan 6% dalam garam fisiologis. Tekanan onkotiknya adalah 30 mmHg dan

osmolaritasnya 310 mosm/l. Efek intarvaskulernya dapat berlangsung 3-24 jam.

16

Page 17: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

Pengikatan cairan intravaskuler melebihi jumlah cairan yang diberikan oleh karena

tekanan onkotiknya yang lebih tinggi.

Prinsip Terapi Cairan

Terapi cairan merupakan salah satu aspek terpenting dari perawatan pasien. Pemilihan

cairan sebaiknya berdasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi elektrolit dan

kelainan metabolik yang ada. Secara sederhana tujuan terapi cairan dibagi atas resusitasi

atau pengganti yaitu untuk mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk

mengganti kehilangan harian. Kebutuhan air dan elektrolit sebagai terapi dapat dibagi

atas 3 kategori :

1. Terapi pemeliharaan atau rumatan

Sebagai pengganti cairan yang hilang melalui pernafasan, kulit, urin dan tinja

(Normal Water Losses = NWL). Kehilangan cairan melalui pernafasan dan kulit

disebut Insesible Water Losses (IWL). Kebutuhan cairan pengganti rumatan ini

dihitung berdasarkan kg BB.

2. Terapi defisit

Sebagai pengganti air dan elektrolit yang hilang secara abnormal (Previous Water

Losses=PWL) yang menyebabkan dehidrasi. Jumlahnya berkisar antara 5-15%

BB. Biasanya kehilangan cairan yang menyebabkan dehidrasi ini disebabkanoleh

diare, muntah-muntah akibat stenosis pilorus, kesulitan pemasukan oral dan

asidosis karena diabetes. Berdasarkan PWL ini derajat dehidrasi dibagi atas ringan

yaitu kehilangan cairan sekitar 3-5% BB, dehidrasi sedang kehilangan cairan

sekitar 6-9% BB dan dehidrasi berat kehilangan cairan berkisar 10% atau lebih

BB.

3. Terapi pengganti kehilangan cairan yang masih tetap berlangsung (Concomitant

water losses = CWL)

Kehilangan cairan ini bisa terjadi melalui muntah dan diare yang masih tetap

berlangsung. Jumlah kehilangan CWL ini diperkirakan 25 ml/kgBB/24 jam untuk

semua umur. Untuk mengatasi keadaan diatas diperlukan terapi cairan.6

17

Page 18: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

II.10 Komplikasi

1. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia

jaringan yang berkepanjangan. Curah jantung tidak lagi mencukupi

sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan

darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan

bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk

metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel.

2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan

alveolus kapiler karena hipoksia.

Hipoksia seluler

Pelepasan faktor-faktor biokimia

( enzim lisosom, vasoaktif, system komplemen, asam metabolic, kolagen, histamine )

Pe ↑ permiabilitas kapiler paru

Pe ↓ aktivitas surfaktan

Edema interstisial alveolar paru

Kolaps alveolar yang progresif

Pe ↓ compliance paru

Stiff lung

Pe ↑ shunting

Hipoksia arterial

DIC (Koagulasi Intravascular Diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan

yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi. Dinding

pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan

vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti

dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini

18

Page 19: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa

yang luas.

19

Page 20: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

BAB III

KESIMPULAN

Kehilangan cairan terjadi setiap saat dan mutlak diganti agar metabolisme tubuh dapat

berlangsung normal. Keseimbangan air ini dikelola dengan pengaturan masukkan dan

pengeluaran. Air tubuh terdapat di dalam sel (intrasel) dan di luar sel (ekstrasel). Cairan

extraselular meliputi cairan interstisial dan plasma yang mempunyai komposisi sama.

Kehilangan cairan normal berlangsung akibat pemakaian energi yang dapat dibagi menjadi

tiga kategori Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi

kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan

oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. yaitu

kehilangan cairan insensibel, produksi urin serta kehilangan cairan melalui tinja. Secara

fisiologis, syok hipovolemik dibagi menjadi 4 fase, fase insial, fase kompensasi, fase

progresif, dan fase refraktor. Derajat syok hipovolemik dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan

jumlah darah yang hilang. Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang

bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan, memperbaiki oksigenasi tubuh, dan

mempertahankan suhu tubuh. Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip

resusitasi ABC. Primary survey meliputi : airway, breathing, circulation, disability, dan

exposure. Secondary survey meliputi pengkajian fisik. Sedangkan tersier survey dilakukan

selain pengkajian primary dan secondary survey, misalnya terapi atau resusitasi cairan.

Manajemen resusitasi cairan sangat penting. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan

maka input cairan harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. Pemilihan cairan

sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik

yang ada. Tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk mengganti kehilangan cairan

akut dan rumatan untuk mengganti kebutuhan harian. Komplikasi yang dapat ditimbulkan

akibat syok hipovolemik adalah kegagalan multi organ, sindrom distress pernafasan, dan

DIC.

20

Page 21: REFERAT SYOK HIPOVOLEMIK

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Garner K. Management of Hypovolemic Shock in the Trauma Patient. 2013

2. Butler A. Shock – Recognition, Pathophysiology, and Treatment. 2010. Available at :

http://www.dcavm.org/10oct.html. Accessed on July 3th, 2013.

3. Kolecki P. Hypovolemic Shock. 2012. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/760145-overview#a0104. Accessed on July 3th,

2013.

4. Maier RV. Pendekatan Pada Pasien Dengan Syok. Dalam: Fauci AS, TR Harrison, eds. Harrison 's Prinsip Kedokteran Internal . 17 ed. New York, NY: McGraw Hill, 2008: chap 264.

5. Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan Medik. Binarupa Aksara. Jakarta. 2011; 47-53.

6. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

2009; 133-140..

7. Spaniol JR, AR Knight, Zebley JL, Anderson D, JD Pierce. Resusitasi Cairan Terapi

Untuk Syok Hemoragik. J Trauma Nurs . 2007; 14:152-156.

21