SYOK HIPOVOLEMIK

24
SYOK HIPOVOLEMIK A. DEFINISI Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002). Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis (Toni Ashadi,2006). Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara langsung karena perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang berasal dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat berlebihan). Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera.(Az Rifki, 2006). Syok hipovolemik adalah suatu keadaan akut dimana tubuh kehilangan cairan tubuh, cairan ini dapat berupa darah, plasma, dan elektrolit (Grace, 2006). Syok hipovolemik adalah suatu keadaan dimana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan

description

makalah syok

Transcript of SYOK HIPOVOLEMIK

Page 1: SYOK HIPOVOLEMIK

SYOK HIPOVOLEMIK

A. DEFINISI

Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi

jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular.

Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok.

Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok

harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner &

Suddarth,2002).

Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan

ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme

homeostasis (Toni Ashadi,2006).

Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara langsung

karena perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang berasal dari

plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat berlebihan). Syok

dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya

perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan

atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa

cedera.(Az Rifki, 2006).

Syok hipovolemik adalah suatu keadaan akut dimana tubuh kehilangan cairan tubuh,

cairan ini dapat berupa darah, plasma, dan elektrolit (Grace, 2006). Syok hipovolemik adalah

suatu keadaan dimana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga dapat

mengakibatkan multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat.

Perdarahan merupakan penyebab tersering dari syok pada pasien-pasien trauma, baik oleh

karena perdarahan yang terlihat maupun perdarahan yang tidak terlihat. Perdarahan yang

terlihat, perdarahan dari luka, atau hematemesis dari tukak lambung. Perdarahan yang tidak

terlihat, misalnya perdarahan dari saluran cerna, seperti tukak duodenum, cedera limpa,

kehamilan di luar uterus, patah tulang pelvis, dan patah tulang besar atau majemuk.

B. ETIOLOGI

Menurut Toni Ashadi, 2006, Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya

cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:

Page 2: SYOK HIPOVOLEMIK

1. kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh seperti

hematotoraks, ruptur limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.

2. trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang besar.

Misalnya: fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau fraktur femur

menampung 1000-1500 ml perdarahan.

3. kehilangan cairan intravaskuler lain yang terjadi karena kehilangan protein plasma atau

cairan ekstraseluler, misalnya :

a. Gastrointestinal, peritonitis, pankreatitis dan gastroenteritis

b. Renal : terapi diuretik, krisis penyakit addison

c. Luka bakar (kombustio) dan anafilaksis

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid,

besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan

tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah

mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.

Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia

lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau

singkat. (Toni Ashadi, 2006).

Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,

penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit.

Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah:

1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu berkaitan

dengan berkurangnya perfusi jaringan.

2. Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon homeostasis penting

untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke homeostasis penting untuk

hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi

asidosis jaringan.

3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan curah

jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan

darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak

dibawah 70 mmHg.

4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada

orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.

Page 3: SYOK HIPOVOLEMIK

Tanda – tanda shock secara umum :

1. Keadaan umum lemah.

2. Perfusi : kulit pucat, dingin, basah

3. Takikardi

4. Vena perifer tidak tampak

5. Tekanan darah menurun, sistolik kurang dari 90 mmHg atau turun lebih dari 50 mmHg dari

tekanan semula.

6. Hiperventilasi.

7. Sianosis perifer.

8. Gelisah, kesadaran menurun

9. Produksi urine menurun

D. Patofisiologi

Tahap-tahap syok:

Karena sifat-sifat khas dari syok sirkulasi dapat berubah pada berbagai derajat keseriusan,

Menurut Guyton, (1997) syok dibagi dalam tida tahap utama yaitu:

a. Tahap nonprogresif (atau tahap kompensasi), sehingga mekanisme kompensasi sirkulasi

normal akhirnya akan menyebabkan pemulihan sempurna tanpa dibantu terapi dari luar.

b. Tahap progresif, ketika syok menjadi semakin buruk sampai timbul kematian.

c. Tahap ireversibel, ketika syok telah jauh berkembang sedemikian rupa sehingga semua

bentuk terapi yang diketahui tidak mampu lagi menolong penderita, meskipun pada saat itu,

orang tersebut masih hidup.

Patofisiologi sangat berhubungan dengan peyakit primer penyebab syok. Namun

secara umum bila terjadi penurunan tekanan darah, maka tubuh akan mengadakan respon

untuk mempertahankan sirkulasi dan perfusi yang adekuat pada organ vital melalui refleks

neurohumoral. Integritas sirkulasi tergantung pada volume darah yang beredar, tonus

pembuluh darah, dan sistem pompa jantung. Gangguan dari salah satu fungsi tersebut dapat

menyebabkan terjadinya syok. Bila terjadi hipovolemia, maka mekanisme yang terjadi

adalah sebagai berikut :

Baroreseptor

Reseptor ini mendapat rangsangan dari perubahan tegangan dalam pembuluh

darah. Bila terjadi penurunan tekanan darah, maka rangsangan terhadap baroreseptor

akan menurun, sehingga rangsangan yang dikirim baroreseptor ke pusat juga akan

Page 4: SYOK HIPOVOLEMIK

berkurang. Sehingga terjadi penurunan rangsangan terhadap cardioinhibitory centre

dan hambatan terhadap pusat vasomotor.

Akibat dari kedua hal tersebut, maka akan terjadi vasokonstriksi dan

takikardi.Baroreseptor in terdapat di sinus caroticus, arcus aorta, atrium dexta et

sinistra,ventrikel sinistra, dan dalam sirkulsi paru. Baroreseptor sinus caroticus

merupakan baroreseptor yang paling berperan dalam pengaturan tekanan darah.

Kemoreseptor

Respon baroreseptor mencapai respon maksimal bila tekanan darah menurun sampai

60 mmHg, maka yang akan berperan adalah kemoreseptor, yang terangsang bila

terjadi hipoksia dan asidosis jaringan. Akibat rangsang kemoreseptor ini adalah

vasokonstriksi dan rangsangan pernapasan.

Cerebral Ischemia Receptors

Bila aliran darah ke otak menurun sampai < 40 mmHg, maka akan terjadi

symphathetic discharge massive. Respon dari reseptor di otak ini lebih kuat

darirespon perifer.

Respon Humoral

Bila terjadi hipotensi atau hipovolemia, maka tubuh akan mengeluarkan hormon-

hormon stress seperti epinefrin, glukagon, dan kortisol yang merupakan hormon yang

mempunyai efek kontra dengan insulin. Akibat dari pengeluaran hormon tersebut

adalah takikardi, vasokonstriksi, dan hiperglikemia.

Auto Transfusi

Adalah suatu mekanisme di dalam tubuh untuk mempertahankan volume dan tekanan

darah tetap stabil. Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan

antara jumlah cairan intravaskuler yang keluar ke ekstravaskuler atau sebaliknya. Pros

es auto transfusi pada syok meliputi :

1. Tekanan darah turun, terjadi vasokonstriksi.

2. Kontraksi darah berkurang, aliran darah yang lewat lebih cepat.

Cairan interstisial diserap masuk kembali ke dalam sirkulasi.Akibat dari mekanisme ini

semua, maka akan terjadi :

1. Vasokonstriksi yang luas.

2. Akibat vasokonstriksi, tekanan darah diastolik meningkat dan menyebabkan nadi

menyempit.

Page 5: SYOK HIPOVOLEMIK

3. Takikardi

4. Iskemia jaringan

5. Hipovolemia, yang menyebabkan aliran darah untuk pertukaran O2 dan CO2 lebih

lama.

PATHWAY

Page 6: SYOK HIPOVOLEMIK

E. PENANGANAN

Tiga tujuan penanganan kegawatdaruratan pasien dengan syok hipovolemik antara

lain :

1. memaksimalkan pengantaran oksigen-dilengkapi dengan ventilasi yang

adekuat, peningkatan saturasi oksigen darah, dan memperbaiki aliran darah

2. mengontrol kehilangan darah lebih lanjut

3. resusitasi cairan.

Ketika hipovolemik diketahui maka tindakan yang harus dilakukan adalah

menempatkan pasien dalam posisi kaki lebih tinggi, menjaga jalur pernafasan dan

diberikan resusitasi cairan dengan cepat lewat akses intra vena atau cara lain yang

memungkinkan seperti pemasangan kateter CVP (central venous pressure) atau

jalur intraarterial. Cairan yang diberikan adalah garam isotonus yang diteteskan

dengan cepat (hati-hati terhadap asidosis hiperkloremia) atau dengan cairan garam

seimbang seperti Ringer’s laktat (RL) dengan jarum infus yang terbesar. Tidak

ada bukti medis tentang kelebihan pemberian cairan koloid pada syok

hipovolemik. Pemberian 2-4 L dalam 20-30 menit diharapkan dapat

mengembalikan keadaan hemodinamik.

Resusitasi Cairan Manajemen cairan adalah penting dan kekeliruan

manajemen dapat berakibat fatal. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan

maka input cairan harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan itu

termasuk air dan elektrolit. Tujuan terapi cairan bukan untuk kesempurnaan

keseimbangan cairan, tetapi penyelamatan jiwa dengan menurunkan angka

mortalitas.

Memaksimalkan penghantaran oksigen. Jalan napas pasien sebaiknya

dibebaskan segera dan stabilisasi jika perlu. Kedalaman dan frekuensi pernapasan,

dan juga suara napas harus diperhatikan. Jika terjadi keadaan patologi (seperti

Page 7: SYOK HIPOVOLEMIK

pneumothoraks, hemothoraks, dan flail chest) yang mengganggu pernapasan,

harus segera ditangani. Tambahan oksigen dalam jumlah besar dan bantuan

ventilator harus diberikan pada semua pasien. Ventilasi tekanan positif yang

berlebihan dapat berbahaya pada pasien yang mengalami syok hipovolemik dan

sebaiknya dihindari.

Posisi pasien dapat digunakan untuk memperbaiki sirkulasi; salah satu

contohnya menaikkan kedua kaki pasien sementara cairan diberikan. Contoh lain

dari posisi yang bermanfaat adalah memiringkan pasien yang sementara hamil

dengan trauma kearah kirinya, dengan tujuan memposisikan janin menjauhi vena

cava inferior dan meningkatkan sirkulasi.Posisi Trendelenburg tidak dianjurkan

untuk pasien dengan hipotensi karena dikhawatirkan terjadi aspirasi. Posisi

Trendelenburg juga tidak memperbaiki keadaan kardiopulmonal dan dapat

mengganggu pertukaran udara.

Perdarahan yang banyak (syok hemoragik) akan menyebabkan gangguan pada

fungsi kardiovaskuler. Syok hipovolemik karena perdarahan merupakan akibat

lanjut. Pada keadaan demikian, memperbaiki keadaan umum dengan mengatasi

syok yang terjadi dapat dilakukan dengan pemberian cairan elektrolit, plasma,

atau darah.Untuk perbaikan sirkulasi, langkah utamanya adalah mengupayakan

aliran vena yang memadai. Mulailah dengan memberikan infus Saline atau Ringer

Laktat isotonis. Resusitasi cairan yang cepat merupakan landasan untuk terapi

syok hipovolemik. Sumber kehilangan darah atau cairan harus segera diketahui

agar dapat segera dilakukan tindakan. Cairan infus harus diberikan dengan

kecepatan yang cukup untuk segera mengatasi defisit atau kehilangan cairan

akibat syok. Penyebab yang umum dari hipovolemia adalah pendarahan,

kehilangan plasma atau cairan tubuh lainnya seperti luka bakar, peritonitis,

gastroenteritis yang lama atau emesis, dan pankreatitis akuta. Pemilihan Cairan

Intravena. Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien,

konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan

parenteral telah dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi

medis.

Prisip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan

jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam pemberian cairan :

a. BJ plasma dengan rumus : Kebutuhan cairan = BJ plasma – 1,025 x Berat

badan x 4 ml 0,001

Page 8: SYOK HIPOVOLEMIK

b. Metode Pierce berdasarkan klinis : Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan =

5% x Berat badan (kg) Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x Berat

badan (kg) Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x berat badan (kg)

c. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis : Kebutuhan cairan = skor x

10% x kgBB x 1 liter 15 Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka

hanya diberikan cairan peroral (sebanyak mungkin, sedikit demi sedikit).

Bila skor lebih atau sama dengan 3 disertai syok diberikan cairan per

intravena.

Cairan rehidrasi pada dehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral

melalui selang nasogastrik atau intravena.

Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui

infuse pembuluh darah.Sedangkan dehidrasi ringan sebaiknya

pasien diberikan cairan peroral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada

kontraindikasi atau oral/saluran cerna atas tidak dapat dipakai.

Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan

komposisi 29 gr glukosa,3,5 gr NaCl, 2,5 Natrium Bicarbonat dan 1,5 gr

KCl setiap liter. Contoh oralit generik,renalyte, pharolit, dll. Pemberian

cairan dehidrasi terbagi atas :

a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial) : jumlah total kebutuhan

cairan menurut rumus BJ plasma atau Daldiyono diberikan

langsung dalam 2 jam, ini agar dapat tercapai rehidrasioptimal secepat

mungkin. 

b. Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan

berdasarkan kehilangancairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi

inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang

dari 3 dapat diganti cairan per oral.

c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan

cairan melalui tinja dan insensible water loss (IWL).

Sebaiknya dibuat dua jalur intravena berdiameter besar. Hukum

Poeseuille mengatakan bahwa aliran berbanding terbalik dengan

panjang kateter infus dan berhubungan langsung dengan diameter.

Sehingga kateter infus intravena yang ideal adalah pendek dan

diameternya lebar; diameter lebih penting daripada panjangnya. Jalur

intravena dapat ditempatkan pada vena antecubiti, vena sphena, atau

Page 9: SYOK HIPOVOLEMIK

vena tangan, atau pada vena sentralis dengan menggunakan teknik

Seldinger. Jika digunakan jalur utama vena sentralis maka digunakan

kateter infus berdiameter lebar. Pada anak kurang dari 6 tahun dapat

digunakan jalur intraosseus. Faktor yang paling penting dalam

melakukannya adalah skill dan pengalaman. Pengadaan infus arteri

perlu dipertimbangkan pada pasien dengan perdarahan hebat. Untuk

pasien ini, infus arteri akan memonitoring tekanan darah secara

berkala dan juga analisa gas darah.

Pada jalur intravena, cairan yang pertama digunakan untuk

resusitasi adalah kristaloidisotonik, seperti Ringer Laktat atau Saline

Normal. Bolus awal 1-2 liter pada orang dewasa(20 ml/kgBB pada

pasien anak), dan respon pasien dinilai. Jika tanda vital sudah kembali

normal, pasien diawasi agar tetap stabil dan darah pasien perlu dikirim

untuk dicocokkan.Jika tanda vital membaik sementara, infus kristaloid

dilanjutkan dan dipersiapkan darah yangcocok. Jika perbaikan yang

terjadi tidak bermakna atau tidak ada, infus kristaloid harus

dilanjutkan, dan darah O diberikan (darah tipe O rhesus (-) harus

diberikan kepada pasien wanita usia subur untuk mencegah sensitasi

dan komplikasi lanjut). Jika pasien sekarat dan hipotensi berat (syok

derajat IV), diberikan cairan kristaloid dan darah tipe O.

Pedoman pemberian kristaloid dan darah tidak diatur, terapi yang

diberikan harus berdasarkan kondisi pasien.

Terapi cairan intravena atau infus merupakan salah satu aspek

terpenting yang menentukan dalam penanganan dan perawatan pasien.

Terapi awal pasien hipotensif adalah cairan resusitasi dengan memakai

2 liter larutan isotonis Ringer Laktat. Namun, RingerLaktat tidak

selalu merupakan cairan terbaik untuk resusitasi. Resusitasi cairan

yang adekuat dapat menormalisasikan tekanan darah pada pasien

kombustio 18 -24 jam sesudah cedera luka bakar. Larutan parenteral

pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa cairan kristaloid,koloid,

dan darah.

Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik.

Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah tersedia, murah,

mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksialergi, dan sedikit efek

Page 10: SYOK HIPOVOLEMIK

samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut

dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu

dicegah. Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal

syok hipovolemik dengan hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis

metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis yang paling

miripdengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman

dalam jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia

dengan asidosis metabolik, kombustio, dan sindroma syok. NaCl

0,45% dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai cairan sementara

untuk mengganti kehilangan cairan insensibel. Ringer asetat memiliki

profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolisme laktat

terutama adalah hati dan sebagian kecil padaginjal, sedangkan asetat

dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot

sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan

resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati

berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam

larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.

Pertanyaan apakah kristaloid atau koloid yang terbaik untuk

resusitasi merupakan bahan diskusi dan penelitian. Banyak cairan

telah dikaji untuk resusitasi, antara lain : NaCl0,9%, larutan Ringer

Laktat, NaCl hipertonik, albumin, fraksi protein murni, plasma beku

segar, hetastarch, pentastarch dan dekstran 70. Penganut resusitasi

koloid berkilah bahwa tekanan onkotik yang meningkat karena

penggunaan zat-zat ini adalah mengurangi edema paru. Namun,

vaskular paru memungkinkan aliran zat dalam jumlah besar, termasuk

protein,di antara ruang intravaskular dan interstisial.

Dipertahankannya tekanan hidrostatik paru penting dalam mencegah

edema paru. Alasan lain adalah dengan koloid lebih sedikit

jumlahyang dibutuhkan untuk meningkatkan volume intravaskular.

Infus Ringer Laktat sebanyak 1L hanya menambah volume

intravaskular sebesar 194 ml. Banyak kajian membenarkan halini.

Resusitasi dengan kristaloid saja akan mengencerkan protein plasma

dan dengan mengurangi tekanan onkotik memudahkan filtrasi cairan

Page 11: SYOK HIPOVOLEMIK

dari intravaskular ke interstisial.Edema perifer bisa mengurangi

konsumsi oksigen secara mencolok karena jarak anara seldan kapiler

menjadi bertambah. Walaupun demikian, perbedaan prognosis belum

ditunjukkan antara koloid dan kristaloid.

Larutan koloid sintetik, seperti hetastarch, pentastarch dan

dekstran 70, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan koloid

alamiah seperti fraksi protein murni, plasma bekusegar, dan albumin.

Mereka memiliki sifat ekspansi volume sama, tetapi karena struktur

dan berat molekul yang tinggi, zat-zat koloid ini hampir seluruhnya

tetap di ruangan intravaskular, sehingga mengurangi edema

interstisial.

Pendapat lain adalah koloid dalam jumlah sedikit dibutuhkan

untuk meningkatkan volume intravaskuler. Penelitian telah

menunjukkan akan kebenaran hal ini. Namun, mereka belum

menunjukkan perbedaan hasil antara koloid dibandingkan dengan

kristaloid. Larutan koloidsintetik, seperti hetastarch, pentastarch, dan

dextran 70 mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan

koloid alami seperti fraksi protein murni, fresh frozen plasma, dan

albumin. Larutan ini mempunyai zat dengan volume yang sama, tetapi

karena strukturnya dan berat molekul yang tinggi, maka kebanyakan

tetap berada pada intravaskuler, mengurangi edema intertisiel.

Meskipun secara teoritis menguntungkan, penelitian gagal

menunjukkan perbedaan pada parameter ventilasi, hasil tes fungsi

paru, lama penggunaan ventilator, lama perawatan, atau kelangsungan

hidup.

Kombinasi salin hipertonis dan dextran juga telah dipelajari

sebelumnya karena fakta-fakta menunjukkan bahwa hal ini dapat

meningkatkan kontraktilitas dan sirkulasi jantung. Penelitian di

Amerika Serikat dan Jepang gagal menunjukkan perbedaan kombinasi

ini jika dibandingkan dengan larutan natrium klorida isotonik atau

ringer laktat. Selanjutnya, meski ada banyak cairan resusitasi yang

dapat digunakan, tetap dianjurkan untuk menggunakan Saline Normal

atau Ringer Laktat. Di Amerika Serikat, satu alasan untuk

menggunakan kristaloid untuk resusitasi adalah harga cairan tersebut.

Page 12: SYOK HIPOVOLEMIK

Rekomendasi terbaru adalah resusitasi cairan yang agresif

dilakukan dengan Ringer Laktat atau Saline Normal pada semua

pasien dengan tanda-tanda dan gejala-gejala syok tanpa

memperhatikan penyebab yang mendasari.

Autortransfusi mungkin dilakukan pada beberapa pasien

trauma. Beberapa alat diizinkan untuk koleksi steril, antikoagulasi,

filtrasi, dan retransfusi darah disediakan. Pada penanganan trauma.

Darah yang berasal dari hemothoraks dialirkan melalui selang

thorakostomi.

Kontrol perdarahan lanjut. Kontrol perdarahan tergantung

sumber perdarahan dan sering memerlukan intervensi bedah. Pada

pasien dengan trauma, pendarahan luar harusdiatasi dengan menekan

sumber perdarahan secara langsung, pendarahan dalam membutuhkan

intervensi bedah. Fraktur tulang panjang ditangani dengan traksi untuk

mengurangi kehilangan darah. Pada pasien dengan nadi yang tidak

teraba di unit gawat darurat atau awal tibanya, dapat

diindikasikan torakotomi emergensi dengan klem menyilang pada

aorta diindikasikan untuk menjaga suplai darah ke otak. Tindakan ini

hanya bersifat paliatif dan butuh segera dibawa di ruang operasi.

Pada pasien dengan perdarahan varises, penggunaan

Sengstaken-Blakemore tubedapat dipertimbangkan. Alat ini memiliki

balon gaster dan balon esofagus. Balon gaster pertama dikembangkan

dan dilanjutkan balon esofagus bila perdarahan berlanjut. Penggunaan

selang ini dikaitkan dengan akibat yang buruk, seperti ruptur esofagus,

asfiksi, aspirasi, dan ulserasi mukosa. Oleh karena alasan tersebut,

penggunaan ini dipertimbangkan hanya sebagai alat sementara pada

keadaan yang ekstrim. Pada dasarnya penyebab perdarahan akut pada

sistem reproduksi (contohnya kehamilan ektopik, plasenta

previa,solusio plasenta, ruptur kista, keguguran) memerlukan

intervensi bedah.

Hampir semua pendarahan ginekologi yang menyebabkan

hipovolemia (misalnya kehamilan ektopik, plasenta previa, abruptio

plasenta, kista ruptur, keguguran) membutuhkan intervensi bedah.

Page 13: SYOK HIPOVOLEMIK

Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal, vasopressin

intravena dan H2 bloker telah digunakan. Vasopressin umumnya

dihubungkan dengan reaksi negatif, seperti hipertensi, aritmia,

gangren, dan iskemia miokard atau splanikus. Oleh karena itu, harus

dipertimbangkan untuk penggunaannya secara tetap. H2 Bloker relatif

aman, tetapi tidak terlalu menguntungkan. Infus somatostatin dan

ocreotide telah menunjukkan adanya pengurangan perdarahan

gastrointestinal yang bersumber dari varises dan ulkus peptikum.Obat

ini membantu kerja vasopressin tanpa efek samping yang signifikan.

Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan

mencegah komplikasi. Obat anti sekretorik, obat ini memiliki efek

vasokonstriksi dan dapat mengurangialiran darah ke sistem porta.

Somatostatin (Zecnil), secara alami menyebabkan tetrapeptida

diisolasi dari hipotalamus dan pankreas dan sel epitel usus.

Berkurangnya aliran darah kesistem portal akibat vasokonstriksi.

Memiliki efek yang sama dengan vasopressin, tetapitidak

menyebabkan vasokonstriksi arteri koroner. Cepat hilang dalam

sirkulasi, denganwaktu paruh 1-3 menit. Dosis Dewasa : bolus

intravena 250 mcg, dilanjutkan dengan 250-500 mcg/jam, infus

selanjutnya; maintenance 2-5 hari jika berhasil. Tindak dianjurkan

interaksi epinefrin, demeclocycline, dan tambahan hormon tiroid dapat

mengurangi efek obatini. Kontraindikasi Hipersensitifitas dan

kehamilan. Risiko yang fatal ditunjukkan pada binatang percobaan,

tetapi tidak diteliti pada manusia, dapat digunakan jika keuntungannya

lebih besar daripada risiko terhadap janin. Dapat menyebabkan

eksaserbasi atau penyakit kandung kemih; mengubah keseimbangan

pusat pengaturan hormon dan dapat menyebabkan hipotiroidisme dan

defek konduksi jantung. Ocreotide (Sandostatin) Oktapeptida sintetik,

dibandingkan dengan somatostatin memiliki efek farmakologi yang

sama dengan potensi kuat dan masa kerja yang lama. Digunakan

sebagai tambahan penanganan non operatif padasekresi fistula

kutaneus dari abdomen, duodenum, usus halus (jejunum dan ileum),

atau pankreas. Dosis Dewasa: 25-50 mcg/jam intravena, kontinyu;

dapat dilanjutkan dengan bolus intravena 50 mcg; penanganan hingga

Page 14: SYOK HIPOVOLEMIK

5 hari. Anak-anak 1-10 mcg/kgBB intravena q 12 jam;dilarutkan

dalam 50-100 ml Saline Normal atau D5W. Kontraindikasi

hipersensitivitas kehamilan risiko terhadap janin tidak diteliti pada

manusia, tetapi telah ditunjukkan pada beberapa penelitian pada

binatang. Perhatian Efek samping yang utama berhubungan

dengan perubahan motilitas gastrointestinal, termasuk mual, nyeri

abdomen, diare, dan peningkatan batu empedu dan batu kandung

kemih; hal ini karena perubahan pada pusat pengaturan hormon

(insulin, glukagon, dan hormon pertumbuhan), dapat timbul

hipoglikemia, bradikardi, kelainan konduksi jantung, dan pernah

dilaporkan terjadi aritmia, karena penghambatan sekresi TSH dapat

terjadi hipotiroidisme, hati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal,

kolelithiasis dapat terjadi.

Konsultasi segera dan penanganan yang tepat adalah kuncinya.

Tujuan adalah untuk menstabilkan keadaan pasien hipovolemik,

menentukan penyebab perdarahan, dan menyediakan penanganan yang

tepat sesegera mungkin. Jika perlu untuk membawa pasien ke rumah

sakit lain, hal ini harus dilakukan segera

F. ASKEP