REFERAT hipospadia & sirkumsisi

31
1 HIPOSPADIA 1. Definisi Hipospadia berasal dari bahasa Yunani, secara terminologi memiliki dua arti kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti “lubang”. Hipospadia adalah kelainan bawaan di mana meatus uretra eksterna terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempat normalnya di ujung distal glans penis. Pada kebanyakan penderita, terdapat penis yang melengkung kea rah bawah yang tampak jelas pada saat ereksi. Ini disebabkan oleh adanya chordate, yaitu jaringan fibrosa yang menyebar dari meatus yang letaknya abnormal ke glans penis. Dengan penis yang bengkok, akan timbul masalah dengan fungsi reproduksi. 1 Tiga tipe anomali yang terkait dengan hipospadia yaitu : a. Pembukaan ektopik meatus urethra yang letaknya diantara glans dan pangkal penis. b. Curvatura ventral (chordee) c. Preputium yang menutup glans dan kelebihan kulit pada bagian dorsal dan kekurangan kulit pada bagian ventral penis. 2. Epidemiologi

description

REFERAT hipospadia & sirkumsisi REFERAT hipospadia & sirkumsisi REFERAT hipospadia & sirkumsisi REFERAT hipospadia & sirkumsisi REFERAT hipospadia & sirkumsisi REFERAT hipospadia & sirkumsisi REFERAT hipospadia & sirkumsisi REFERAT hipospadia & sirkumsisi

Transcript of REFERAT hipospadia & sirkumsisi

20

HIPOSPADIA

1. DefinisiHipospadia berasal dari bahasa Yunani, secara terminologi memiliki dua arti kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan spadon yang berarti lubang. Hipospadia adalah kelainan bawaan di mana meatus uretra eksterna terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempat normalnya di ujung distal glans penis. Pada kebanyakan penderita, terdapat penis yang melengkung kea rah bawah yang tampak jelas pada saat ereksi. Ini disebabkan oleh adanya chordate, yaitu jaringan fibrosa yang menyebar dari meatus yang letaknya abnormal ke glans penis. Dengan penis yang bengkok, akan timbul masalah dengan fungsi reproduksi.1Tiga tipe anomali yang terkait dengan hipospadia yaitu :a. Pembukaan ektopik meatus urethra yang letaknya diantara glans dan pangkal penis.b. Curvatura ventral (chordee)c. Preputium yang menutup glans dan kelebihan kulit pada bagian dorsal dan kekurangan kulit pada bagian ventral penis.

2. EpidemiologiHipospadia terjadi pada 1 dari350 kelahiran bayi laki-laki hidup. Makin proksimal letak meatus, makin berat kelainan dan makin jarang frekuensinya. Di Amerika Serikat, hipospadia terjadi 1:300 kelahiran bayi laki-laki hidu. Kelainan ini terbatas pada uretra anterior. Pemberian estrogen dan progestin selama kehamilan diduga meningkatkan insidensinya. Jika ada anak yang hipospadia maka kemungkinan ditemukan 20% anggota keluarga yang lainnya juga menderita hipospadia. Meskipun ada riwayat familial namun hingga saat ini, belum ditemukan ciri genetik yang spesifik.1

3. Anatomi uretra Uretra laki-laki merupakan saluran bersama system urinarius dan reproduksi. Gangguan pada uretra dapat mengganggu kedua system ini. Uretra laki-laki terdiri atas pars prostatika, pars membranasea, dan pars spongiosa. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, dan sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.2

Gambar 1: anatomi uretra laki-laki

4. EmbriologiPada permulaan usia gestasi 6 minggu, terbentuk tonjolan di antara umbilical cord dan tail yang disebut genital tubercle. Di bawahnya pada bagian tengah terbentuk lekukan yang di tepinya ada dua lipatanmemanjang yang disebut genital fold.3Selama minggu-7, genital tubercle akan memanjang dan membentuk glan. Bagian ini adalah bentuk primordial dari penis (laki-laki) atau klitoris (perempuan).3Bagian anterior dari membrane kloaka, yaitu sinus urogenitalis, akan rupture dan membentuk sinus. Sementara itu, sepasang genital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus genitalis. Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenitalis, maka akan terbentuk hipospadia.3

Gambar 2: perkembangan uretra pada embrio

5. EtiopatogenesisHipospadia terjadi karena gangguan perkembangan uretra anterior yang tidak sempurna yaitu sepanjang batang penis sampai perineum. Semakin ke arah proksimal muara meatus uretra maka semakin besar kemungkinan ventral penis memendek dan melengkung dengan adanya chordae.4 Patofisiologi hipospadia masih belum diketahui dengan pasti, akan tetapi beberapa teori yang menyatakan tentang penyebab hipospadia antara lain:4a. Faktor genetik. Berdasarkan penelitian oleh Alexander 2007, pada keluarga yang memiliki kelainan kelamin (hipospadia), maka resiko yang akan terulang pada saudara laki-laki kurang lebih 7% - 9% resiko hipospadia. Jika orang tua kandung laki-laki memiliki kelainan kelamin (hipospadia) maka resiko yang akan diturunkan kepada anak kandung laki-laki kurang lebih 12% - 14 %.

b. Faktor etnik dan geografis.Di Amerika Serikat angka kejadian hipospadia pada kaukasoid lebih tinggi dari pada orang Afrika, Amerika. Namun hubungan/korelasi antara faktor etnik dan geografis dengan kenaikan insidensi hipospadia belum dapat diketahui secara pasti (Djakovic, et all., 2008). c. Faktor hormonalFaktor hormon androgen/estrogen sangat berpengaruh terhadap kejadian hipospadia karena berpengaruh terhadap proses maskulinisasi masa embrional. Terdapat hipotesis tentang pengaruh estrogen terhadap kejadian hipospadia bahwa estrogen sangat berperan dalam pembentukan genital eksterna laki-laki saat embrional. Perubahan kadar estrogen dapat berasal dari: (Djakovic, et all., 2008) Androgen yaitu perubahan pola makanan yang meningkatkan lemah tubuh. Sintetis seperti oral kontrasepsi Adanya penurunan hormon androgen yang dihasilkan oleh testis dan placenta. karena penurunan hormon androgen maka akan menyebabkan penurunan produksi dehidrotestosterone (DHT) yang dipengaruhi oleh 5 reduktase, hormon ini berperan dalam pembentukan phallus (penis) sehingga, jika terjadi defisiensi androgen akan menyebabkan kegagalan perkembangan dan pembentukan urethra (hipospadia) (Djakovic, et all., 2008; Hanh, et all., 2006).Secara umum diketahui bahwa genital eksterna laki-laki dipengaruhi oleh estrogen yang dihasilkan testis primitif. Suatu hipotesis mengemukakan bahwa kekurangan estrogen atau terdapatnya anti-androgen akan mempengaruhi pembentukan genitalia ekterna laki-laki (Sadler, 2006; Djakovic, et all., 2008).d. Faktor pencemaran limbah industri Limbah industri berperan sebagai Endocrin discrupting chemicals dengan sifat anti-androgenik seperti polychlorobiphenyls, dioxin, furan, peptisida organochlorin, alkilphenol polyethoxsylates dan phtalites (Djakovic, et all., 2008).

6. Klasifikasi Hipospadia diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu:1a. (65%)Glandularb. Koronalc. Penil(15%)d. Penoskrotale. (20%)Skrotal f. Perineal

Gambar 3: Klasifikasi Hipospadia

Browne membagi hipospadia tiga bagian yang memiliki makna secara klinis untuk mengetahui panjang uretra dan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesulitan dalam penatalaksanaan rekonstruksi bedah.5a. Derajat I : OUE (Ostium/Orifisum Uretra Externa) letak pada permukaan ventral glans penis dan korona glandis.b. Derajat II : OUE (Ostium/Orifisum Uretra Externa) terletak pada permukaan ventral korpus penis. c. Derajat III: OUE (Ostium/Orifisum Uretra Externa) terletak pada permukaan ventral skrotumSecara teori derajat II dan derajat III yang biasanya pada bagian anterior phallus (penis) disertai dengan adanya chordee (pita jaringan fibrosa) yang menyebabkan kurvatura (melengkung) pada saat ereksi. Hipospadia derajat ini akan mengganggu aliran normal urin dan fungsi reproduksi, oleh karena itu perlu dilakukan terapi dengan tindakan operasi bedah.7. Manifestasi Klinis Gejala yang timbul pada kebenyakan penderita hypospadia biasanya datang dengan keluhan kesulitan dalam mengatur aliran air kencing. Hypospadia tipe perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita harus miksi dalam posisi duduk dan pada orang dewasa akan mengalami gangguan hubungan seksual.1Tanda-tanda klinis hypospadia:a. Lubang Osteum/orifisium Uretra Externa (OUE) tidak berada di ujung glands penis. b. Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.c. Biasanya jika penis mengalami kurvatura (melengkung) ketika ereksi, maka dapat disimpulkan adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang membentang hingga ke glans penis.d. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glands penis.

8. DiagnosisDiagnosis hipospadia dapat ditegakkan dengan gejala yang dikeluhkan saat miksi dan inspeksi saja pada bayi baru lahir. Pada hipospadia tanpa chordate dan tidak menimbulkan gangguan saat miksi, biasanya kelainan ini ditemukan saat sirkumsisi. Pada pasien hipospadia, sirkumsisi adalah kontraindikasi, karena prepusium dibutuhkan untuk uretroplasti.5

9. Tatalaksana Tatalaksana untuk hipospadia adalah operasi untuk rekonstruksi uretra. Secara umum, teknik rekonstruksi uretra meliputi:1a. Chordaectomy: eksisi chordae untuk meluruskan penis dan memperbaiki fungsi ereksib. Urethroplasty: dianjurkan dilakukan 6 bulan setelah chordectomy. Tindakan urethroplasty dilakukan dengan menutup ostium uretra abnormal dengan flap dari prepusiumchordectomi dan urethroplasty dilakukan dalam satu waktu operasi yang sama disebut satu tahap, bila dilakukan dalam waktu berbeda disebut dua tahap.1Ada lebih dari 200 teknik operasi untuk hipospadia. Teknik yang paling popular adalah teknik dari Thiersch-Duplay, Dennis Brown, Cecil Culp, dan Horton-Devine.1Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam rekonstruksi uretra, yaitu:6a. Usia yang ideal adalah 1,5-2 tahun, atau sebelum anak masuk sekolah. Untuk mencegah beban psikologis pada anak.b. Ada tidaknya chordatec. Lokasi OUE abnormal, semakin proksimal letak OUE, maka makin sulit pengerjaan operasi10. Komplikasi operasi1. Perdarahan 2. Infeksi 3. Fistel urethrokutan 4. Striktur urethra, stenosis urethra 5. Divertikel urethra

SIRKUMSISI

1. Definisi Sirkumsisi adalah tindakan pembuangan sebagian atau seluruh prepusium (kulup) penis dengan tujuan tertentu.72. Anatomi penis Penis adalah organ genital laki-laki yang terdiri atas radiks yang terfiksasi dan korpus yang menggantung bebas.radiks penis dibentuk oleh 3 massa jaringan erektil yang terdiri atas bulbus penis, crus penis dextra, dan sinistra. Bubus penis terletak di bagian tengah dan melekat pada diafragma urogenital, ditembus oleh uretra, dan permukaan luarnya dibungkus oleh musculus bulbospongiosus. Crus penis masing-masing melekat pada pinggir arcus pubicum dan permukaan luarnya dibungkus oleh musculus ischiocavernosus. Bulbus melanjutkan diri sebagai corpus spongiosus penis, terletak di ventral penis, dan membentuk glans penis di distal. Sementara kedua crus saling mendekati dan bersatu di dorsal penis membentuk corpus cavernosus penis. Corpus penis merupakan gabungan ketiga jaringan erektil yang diliputi fascia buck.2Prepusium penis merupakan lipatan kulit yang menutupi glans penis. Preputium dihubungkan dengan glans penis oleh lipatan yang terdapat tepat di bawah muara uretra eksterna, frenulum preputii. 2Penis dipendarahi oleh arteri profunda penis di bagian corpus cavernosa, dan arteri bulbi penis di bagian corpus spongiosa. Sebagaitambahan, terdapat juga arteri dorsalis penis. Ketiga arteri ini adalah cabang dari arteri pudenda interna. Aliran darah balik bermuara ke vena pudenda interna. Persarafan penis berasal dari nervus pudendus dan pleksus pelvicus.2

Gambar 4: Anatomi Penis

Gambar 5: Potongan melintang penis

3. IndikasiIndikasi tindakan sirkumsisi yaitu: 7a. Indikasi agamab. Indikasi sosialc. Indikasi medis:1) Fimosis2) Parafimosis3) Kondiloma akuminata4) Pencegahan tumor, dimana smegma adalah zat karsinogenik

4. KontraindikasiKontraindikasi sirkumsisi terdiri atas kontraindikasi mutlak dan kontraindikasi relatif. Kontraindikasi mutlak, yaitu: 7a. Hipospadiab. Koagulopati

Kontraindikasi relatif, yaitu: 7a. Infeksi lokal pada daerah penis dan sekitarnyab. Infeksi umumc. Diabetes mellitus

5. Teknik SirkumsisiTerdapat 2 teknik yang umum digunakan pada sirkumsisi, yaitu teknik guillotine (klasik) dan teknik dorsumsisi. Kedua teknik ini memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing dan membutuhkan tingkat kemahiran yang berbeda-beda. 7Teknik guillotine dilakukan dengan cara menjepit prepusium secara melintang pada sumbu panjang penis, kemudian memotongnya. Insisi dilakukan pada proksimal atau distal dari klem tersebut. 7Keuntungan teknik guillotine:a. Tekniknya relatif sederhanab. Hasil insisi lebih ratac. Waktu pelaksanaan lebih cepatKerugian teknik guillotine:a. Mukosa dapat berlebihan hingga memerlukan insisi ulangb. Ukuran mukosakulit tidak dapat dipastikanc. Kemungkinan melukai glans penis lebih besar

Gambar 6: teknik guillotine. a) prepusium dijepit dengan klem pada distal dari glans penis, b) dilakukan insisi di distal dari klem, c) perdarahan dikontrol dan dilakukan penjahitan, d) dipasang balutan di sekeliling luka

Teknik lainnya adalah teknik dorsumsisi, prepusium dipotong pada arah jam 12 sejajar sumbu penis kearah proksimal, kemudian potongan melingkar ke kiri dan ke kanan sepanjang sulkus koronarius glandis. 7Keuntungan teknik dorsumsisi:a. Kelebihan mukosakulit dapat diaturb. Tidak terdapat kelebihan insisi mukosa yang berlebihan seperti pada teknik guillotinec. Kemungkinan melukai glans penis dan merusak frenulum lebihkecild. Perdarahan lebih mudah diatasi karena insisi dilakukan bertahapKerugian teknik dorsumsisi:a. Tekniknya lebih rumitb. Bila tidak terbiasa, insisi bisa tidak ratac. Memerlukan waktu lebih lama

Gambar4: teknik dorsumsisi: a) insisi prepusium di antara jam 11 dan 1, b) tali kendali pada jam 12, c) insisi ke kiri dan ke kanan sejajar sulkus koronaria glandis, d) penjahitan pada frenulum, e) tali kendali pada jam 3, 9, dan 6. Perdarahan dirawat, f)penjahitan mukosa-kulit di sekeliling penis6. Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi pada tindakan sirkumsisi, adalah:7a. Nyerib. Edemac. Perdarahand. Pembentukan hematome. Infeksif. Penyakit peyronie

UNDESCENDED TESTICLE

1. Definisi Undescendcus testis (UDT) atau Kriptorkismus adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan gagalnya penurunan salah satu atau kedua testis secara komplit ke dalam skrotum.8UDT murni adalah suatu keadaan dimana setelah usia satu tahun, satu atau dua testis tidak berada didalam kantong skrotum, tetapi berada di salah satu tempat sepanjang jalur penurunan testis yang normal (palpable atau non-palpable). Sedang bila diluar jalur normal disebut testis ektopik, dan yang terletak di jalur normal tetapi tidak didalam skrotum dan dapat didorong masuk ke skrotum serta naik lagi bila dilepaskan disebut pseudokriptorkismus atau testis retraktil. 8

Gambar 1. UDT murni dan testis ektopik8

2. Epidemiologi Insidensi UDT pada bayi sangat dipengaruhi oleh umur kehamilan bayi dan tingkat kematangan atau umur bayi. Pada bayi prematur sekitar 30,3% dan sekitar 3,4% pada bayi cukup bulan. Bayi dengan berat lahir < 900 gram seluruhnya mengalami UDT, sedangkan dengan berat lahir < 1800 gram sekitar 68,5 % UDT. Dengan bertambahnya umur menjadi 1 tahun, insidennya menurun menjadi 0,8 %, angka ini hampir sama dengan populasi dewasa.9

3. Embriologi Pada minggu ke-6 umur kehamilan primordial germ cells mengalami migrasi dari yolk sac ke-genital ridge. Dengan adanya gen SRY (sex determining region Y), maka akan berkembang menjadi testis pada minggu ke-7. Testis yg berisi prekursor sel-sel Sertoli besar (yang kelak menjadi tubulus seminiferous dan sel-sel Leydig kecil) dengan stimulasi FSH yang dihasilkan pituitary mulai aktif berfungsi sejak minggu ke-8 kehamilan dengan mengeluarkan MIF (Mllerian Inhibiting Factor), yang menyebabkan involusi ipsilateral dari duktus mullerian. MIF juga meningkatkan reseptor androgen pada membran sel Leydig. Sel- Pada minggu ke-10-11 kehamilan, akibat stimulasi chorionic gonadotropin yang dihasilkan plasenta dan LH dari pituitary sel-sel Leydig akan mensekresi testosteron yang sangat esensial bagi diferensiasi duktus Wolfian menjadi epididimys, vas deferens, dan vesika seminalis.3Menjelang akhir bulan ke dua gestasi, testis dan mesonefros dilekatkan ke dinding posterior abdomen oleh mesenterium urogenital. Dengan terjadinya degenerasi mesonefros, perlekatan ini berguna sebagai mesenterium untuk gonad. Ke arah kaudal mesenterium ini menjadi ligamentum yang dikenal sebagai ligamentum gentalis kaudal, yang juga berjalan dari kutub kaudal testis dan dikenal dengan nama gubernaculums. Sebelum testis mulai turun, gubernakulum berujung di daerah inguinal, di antara m. obliqus internus dan eksternus.kemudian karena testis mulai turun ke annulus inguinalis interna, terbentuklah bagian ekstraabdoinal gubernakulum yang terbentang dari kanalis inguinalis ke tonjolan skrotum.3Proses penurunan testis secara lengkap terjadi dalam dua tahap, yaitu tahap trans abdominal dan tahap inguinoskrotal. Tahap transabdominal terjadi antara minggu ke-10 dan 15 kehamilan, di mana testis mengalami penurunan dari urogenital ridge ke regio inguinal. Hal ini terjadi karena adanya regresi ligamentum suspensorium cranialis dibawah pengaruh androgen (testosteron), disertai pemendekan gubernaculum (ligamen yang melekatkan bagian inferior testis ke-segmen bawah skrotum) di bawah pengaruh MIF.3,7,9,10 Dengan perkembangan yang cepat dari regio abdominopelvic maka testis akan terbawa turun ke daerah inguinal anterior. (10). Pada bulan ke-3 kehamilan terbentuk processus vaginalis yang secara bertahap berkembang ke-arah skrotum. Selanjutnya fase ini akan menjadi tidak aktif sampai bulan ke-7 kehamilan.8Fase inguinoscrotal terjadi mulai bulan ke-7 atau minggu ke-28 sampai dengan minggu ke-35 kehamilan. Testis mengalami penurunan dari regio inguinal ke-dalam skrotum dibawah pengaruh hormon androgen. Mekanismenya belum diketahui secara pasti, namun diduga melalui mediasi pengeluaran calcitonin gene-related peptide (CGRP). Androgen akan merangsang nervus genitofemoral untuk mengeluarkan CGRP yang menyebabkan kontraksi ritmis dari gubernaculum.3,7,9 Faktor mekanik yang turut berperan pada fase ini adalah tekanan abdominal yang meningkat yang menyebabkan keluarnya testis dari cavum abdomen, di samping itu tekanan abdomen akan menyebabkan terbentuknya ujung dari processus vaginalis melalui canalis inguinalis menuju skrotum.9,10 Proses penurunan testis ini masih bisa berlangsung sampai bayi usia 9-12 bulan. 8Faktor mekanik yang memengaruhi penurunan testis adalah peningkatan tekanan intrabdomen karena pertumbuhan organ-organ intraabdomen dan regresi bagian ekstraabdominal gubernakulum. Proses ini dipengaruhi oleh hormon yang melibatkan androgen dan MIF. Sewaktu turun, suplaidarah testis dipertahankan. Pembuluh darah ke testis memanjang dari posisi asalnya di lumbal sampai ke skrotum.3Testis turun melalui annulus inguinalis melalui tepi atas os pubicum ke dalam tonjolan skrotum. Testis kemudian dibungkus oleh lapisan prosesus vaginalis. Saluran yang menghubungkan lumen prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum menutup pada saat lahir atau segera sesudahnya.3Selain ditutup oleh prosesus vaginalis, testidsjuga dibungkus oleh lapisan-lapisan yang berasal dari dinidng anterior abdomen yang dilewatinya. Fasia tranversalis membentuk fasia spermatica interna, m. obliqus abdominis interna membentuk m. kremaster dan fasia kremasterika, m. obliqus abdominis eksterna membentuk fasia spermatika eksterna.3

Gambar 2. Proses penurunan testis: (A) bulan ke-2 (B) pertengahan bulan ke-3 (C) minggu ke-7 (D) tidak lama setelah lahir3

Gambar 3. Gangguan penutupan prosesus vaginalis3

4. EtiologiPenyebab pasti yang mendasari UDT masih belum diketahui secara pasti, namun beberapa kelainan yang berkaitan dengan terjadinya UDT, antara lain: 8

Terdapat faktor keturunan terjadinya UDT pada kasus-kasus yang isolated, di samping itu testis sebelah kanan lebih sering mengalami UDT.3,10 Sekitar 4,0 % anak-anak UDT mempunyai ayah yang UDT, dan 6,29,8% mempunyai saudara laki-laki UDT; atau secara umum terdapat risiko 3,6 kali terjadi UDT pada laki-laki yang mempunyai anggota keluarga UDT dibanding dengan populasi umum. 8

5. Diagnosis1. AnamnesisPada anamnesis harus digali adalah tentang prematuritas penderita, penggunaan obat-obatan saat ibu hamil (estrogen), riwayat operasi inguinal. Harus dipastikan juga apakah sebelumnya testis pernah teraba di skrotum pada saat lahir atau tahun pertama kehidupan (testis retractile akibat refleks cremaster yang berlebihan sering terjadi pada umur 4-6 tahun). Riwayat keluarga tentang UDT, infertilitas, kelainan bawaan genitalia, dan kematian neonatal. 9

2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan secara umum harus dilakukan dengan mencari adanya tanda-tanda sindrom tertentu, dismorfik, hipospadia, atau genitalia ambigua. Pemeriksaan testis sebaiknya dilakukan pada posisi terlentang dengan frog leg position dan jongkok. Dengan 2 tangan yang hangat dan akan lebih baik bila menggunakan jelly atau sabun, dimulai dari SIAS menyusuri kanalis inguinalis ke-arah medial dan skrotum. Bila teraba testis harus dicoba untuk diarahkan ke-skrotum, dengan kombinasi menyapu dan menarik terkadang testis dapat didorong ke-dalam skrotum. Dengan mempertahankan posisi testis didalam skrotum selama 1 menit, otot-otot cremaster diharapkan akan mengalami fatigue; bila testis dapat bertahan di dalam skrotum, menunjukkan testis yang retractile sedangkan pada UDT akan segera kembali begitu testis dilepas. Tentukan lokasi, ukuran dan tekstur testis. 9

Gambar 4. Teknik pemeriksaan testisTestis yang atropi atau menghilang dapat dijumpai pada jalur penurunan yang normal. Kemungkinan etiologinya adalah iskemia masa neonatal akibat torsi. Testis kontra lateralnya biasanya mengalami hipertrofi.Adanya UDT bilateral yang tidak teraba gonad/testis apalagi disertai hipospadia dan virilisasi, harus dipikirkan kemungkinan intersex, individu dengan kromosom XX yang mengalami female pseudo-hermaphroditism yang berat; atau Anorchia kongenital sebagai akibat torsi testis in utero. 93. Pemeriksaan PenunjangPada UDT bilateral tidak teraba testis dengan disertai hipospadia dan virilisasi, diperlukan pemeriksaan analisis kromosom dan hormonal (yang terpenting adalah 17-hydroxyprogesterone) untuk menyingkirkan kemungkinan intersex. 9Setelah menyingkirkan kemungkinan intersex, pada penderita UDT bilateral dengan usia < 3 bulan dan tidak teraba testis, pemeriksaan LH, FSH, dan testosteron akan dapat membantu menentukan apakah terdapat testis atau tidak. Bila umur telah mencapai di atas 3 bulan pemeriksaan hormonal tersebut harus dilakukan dengan melakukan stimulasi test menggunakan hCG (human chorionic gonadotropin hormone). Ketiadaan peningkatan kadar testosteron disertai peningkatan LH/FSH setelah dilakukan stimulasi mengindikasikan anorchia. 9USG hanya dapat membantu menentukan lokasi testis terutama di daerah inguinal, di mana hal ini akan mudah sekali dilakukan perabaan dengan tangan. CT scan dan MRI mempunyai ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan USG terutama diperuntukkan testis intra-abdomen (tak teraba testis). MRI mempunyai sensitifitas yang lebih baik untuk digunakan pada anak-anak yang lebih besar. MRI juga dapat mendeteksi kecurigaan keganasan testis. Pemeriksaan dengan laparoskopi memungkinkan eksplorasi rongga abdomen untuk menilai testis yang berada di rongga abdomen. 9

6. Terapi Tujuan terapi UDT yang utama dan dianut hingga saat ini adalah memperkecil risiko terjadinya infertilitas dan keganasan dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum baik dengan menggunakan terapi hormonal ataupun dengan cara pembedahan (orchiopexy).8

Gambar 5. Algoritma tatalaksana UDTTerapi hormonal didasarkan pada fakta bahwa defisiensi aksis hipotalamus-pituitary-gonad merupakan penyebab terbanyak UDT. Hormon yang biasa digunakan adalah hCG, gonadotropin-releasing hormone (GnRH) atau LH-releasing hormone (LHRH).8Hormon hCG mempunyai kerja mirip LH yang dihasilkan pituitary, yang akan merangsang sel Leydig menghasilkan androgen. Cara kerja peningkatan androgen pada penurunan testis belum diketahui pasti, tapi diduga mempunyai efek pada cord testis atau otot cremaster. 8,9Berbagai regimen pemberian hCG telah direkomendasikan. Rekomendasi yang sering digunakan adalah dari International Health Foundation dan WHO yang merekomendasikan pemberian 250 IU untuk bayi < 12 bulan, 500 IU untuk umur 1-6 tahun, dan 1.000 IU untuk umur > 6 tahun, masing masing kelompok umur diberikan 2x seminggu selama 5 minggu secara injeksi intramuskular. 8GnRH hanya digunakan di Eropa, diberikan secara intranasal dengan dosis 1-1,2 mg per-hari selama 4 minggu. Lebih sederhana dan tidak menimbulkan nyeri, di samping itu tidak ada efek samping, akan tetapi tidak lebih efektif dari hCG. 8Terapi pembedahan standar untuk UDT adalah Orchiopexy. Mengingat 75 % kasus UDT akan mengalami penurunan testis spontan sampai umur 1 tahun, maka pembedahan biasanya dilakukan setelah umur 1 tahun.1 Pertimbangan lain adalah setelah 1 tahun akan terjadi perubahan morfologis degeneratif testis yang dapat meningkatkan risiko infertilitas. 8,9Ada beberapa alasan pembedahan pada kasus UDT:1. Mempertahankan fertilitas2. Mengatasi atau mencegah hernia3. Menurunkan kemungkinan terjadinya keganasan testis dan mempermudah deteksi dini proses keganasan di testis4. Torsio testis5. Kosmetik dan psikologis

DAFTAR PUSTAKA

1. Reksoprodjo, S., (tanpa tahun), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Jakarta: Binarupa Aksara.2. Snell, RS. 2006. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran Edisi-6. Jakarta: EGC.3. Sadler, T, W. 2002. Embriologi Kedokteran Langman. Ed.7. EGC: Jakarta.4. Awad, Mohamed, M, S. 2006. Urethra Advancement Technique for Repair of Distal Penile Hypospadias : A Revisit.5. Purnomu, Basuki B. 2007. Dasar-dasar Urologi. FK Brawijaya: Malang.6. Stringer, M.D., 2006, Pediatric Surgery and Urology: Long Term Outcomes 2nd Edition, Cambridge: Cambridge University Press.7. Karakata, S. dan Bachsinar, B., 1995, Sirkumsisi, Jakarta: Hipokrates.8. Danon M, Friedman SC. Ambiguous Genitalia, Micropenis, Hypospadias, and Cryptorchidism. In: Lifshitz F, ed. Pediatric Endocrinology. New York: Marcel Dekker, 1996: 281-301. 9. Kolon TF, Patel RP, Huff DS. Cryptorchidism: diagnosis, treatment, and long-term prognosis. Urol Clin North Am 2004; 31 (3): 469-80.