REFERAT FORENSIK

25
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini kasus trauma zat kimia korosif (asam kuat dan basa kuat) banyak terjadi. Hal ini pada umumnya terjadi karena ketidaksengajaan, misalnya kelalaian kerja, kecelakaan serta anak-anak yang menelan zat-zat korosif secara tidak sengaja. Meskipun kasus pembunuhan maupun usaha bunuh diri dengan zat kimia korosif masih rendah namun secara statistik terjadi peningkatan kasus tersebut secara signifikan setiap tahunnya. Kasus trauma akibat zat kimia korosif asam dan basa kuat di Indonesia yang menyebabkan kematian kurang terekspos di media massa sehingga sulit untuk mengetahui statistiknya karena pada umumnya kasus-kasus tersebut sudah ditangani terlebih dahulu oleh dokter-dokter bedah. Pencetus terjadinya kasus tersebut antara lain yaitu perselingkuhan dan penolakan lamaran (44,3%), perselisihan (30,37%), kecelakaan industri (8,22%), ketidak sengajaan (4,48%), dan penyebab lain (12,03%). 3 Zat kimia korosif (asam kuat dan basa kuat) dapat mengiritasi tubuh secara lokal maupun sistemik. Efek zat kimia korosif yang mengiritasi jaringan tubuh menyebabkan peradangan lokal dan kerusakan jaringan. Efek zat kimia korosif pada sirkulasi tubuh menyebabkan reaksi sistemik antara lain paralysis saluran respirasi, kerusakan fungsi detoksifikasi hati, gagal ginjal akut, dan reaksi peradangan pada saluran gastrointestinal.Zat kimia korosif masuk ke dalam tubuh dengan

Transcript of REFERAT FORENSIK

Page 1: REFERAT FORENSIK

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Saat ini kasus trauma zat kimia korosif (asam kuat dan basa kuat) banyak terjadi. Hal

ini pada umumnya terjadi karena ketidaksengajaan, misalnya kelalaian kerja, kecelakaan serta

anak-anak yang menelan zat-zat korosif secara tidak sengaja. Meskipun kasus pembunuhan

maupun usaha bunuh diri dengan zat kimia korosif masih rendah namun secara statistik

terjadi peningkatan kasus tersebut secara signifikan setiap tahunnya. Kasus trauma akibat zat

kimia korosif asam dan basa kuat di Indonesia yang menyebabkan kematian kurang terekspos

di media massa sehingga sulit untuk mengetahui statistiknya karena pada umumnya kasus-

kasus tersebut sudah ditangani terlebih dahulu oleh dokter-dokter bedah. Pencetus terjadinya

kasus tersebut antara lain yaitu perselingkuhan dan penolakan lamaran (44,3%), perselisihan

(30,37%), kecelakaan industri (8,22%), ketidak sengajaan (4,48%), dan penyebab lain

(12,03%). 3

Zat kimia korosif (asam kuat dan basa kuat) dapat mengiritasi tubuh secara lokal

maupun sistemik. Efek zat kimia korosif yang mengiritasi jaringan tubuh menyebabkan

peradangan lokal dan kerusakan jaringan. Efek zat kimia korosif pada sirkulasi tubuh

menyebabkan reaksi sistemik antara lain paralysis saluran respirasi, kerusakan fungsi

detoksifikasi hati, gagal ginjal akut, dan reaksi peradangan pada saluran gastrointestinal.Zat

kimia korosif masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara antara lain melalui oral, inhalasi,

parenteral dan percutan. 1,2

Pada berbagai kasus trauma zat kimia korosif ditemukan tanda-tanda pemeriksaan

forensik yang berbeda. Hal ini sangat bergantung pada jenis zat kimia korosif tersebut. Untuk

itu kita perlu memahami lebih lanjut tentang jenis-jenis zat kimia korosif tersebut.

I.2 Permasalahan

1. Apa yang dimaksud dengan trauma zat kimia korosif, klasifikasi dan efek zat kimia

korosif pada tubuh?

2. Bagaimana patofisiologi trauma akibat zat kimia korosif?

3. Bagaimana pemeriksaan forensik pada kasus trauma zat kimia korosif?

Page 2: REFERAT FORENSIK

I.3 Tujuan

Tujuan penyusunan referat ini adalah:

1. Mengetahui definisi trauma zat kimia korosif, klasifikasi zat kimia korosif dan efek

zat kimia korosif pada tubuh.

2. Mengetahui patofisiologi trauma akibat zat kimia korosif

3. Mengetahui pemeriksaan forensik pada kasus trauma zat kimia korosif

I.4 Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada

mahasiswa/mahasiswi yang sedang menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kedokteran

Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr.Kariadi

Semarang mengenai trauma zat kimia korosif, klasifikasi dan efek zat kimia korosif pada

tubuh, serta gambaran pemeriksaan forensik pada kasus trauma zat kimia korosif.

2

Page 3: REFERAT FORENSIK

BAB II

TRAUMA ZAT KIMIA KOROSIF

II.1. DEFINISI

Trauma berarti kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue).

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek fisik yang berupa luka-

luka. Luka adalah suatu keadaan dimana terputusnya kontinuitas jaringan tubuh yang

disebabkan oleh trauma. 1,2 Zat korosif adalah unsur yang dapat menyebabkan kerusakan pada

bagian tubuh jika tubuh terkena zat tersebut akibat koagulasi protoplasma, pengendapan dan

penguraian protein serta penyerapan air.1,2Luka akibat zat korosif dapat diartikan sebagai

perubahan kulit lokal atau generalisata toksik akut/kronik atau degeneratif, bukan alergik

yang disebabkan oleh bahan kimia yang bersifat korosif. Luka akibat zat kimia disebut luka

etsa. 3,4

Bahan-bahan kimia yang bersifat korosif dapat menyebabkan luka bakar, dimana

gambaran luka bakar tersebut mempunyai ciri yang khusus, sesuai dengan bahan kimia yang

mengenai tubuh dalam hal ini kulit atau pada mukosa (selaput lendir). 1

II.2. KLASIFIKASI

Zat korosif dapat dibagi menjadi: 5,8

a. Anorganik

1. Asam

- Asam mineral contohnya asam hidroklorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), asam

nitrat (HNO3).

- Asam organik contohnya asam asetat, asam oksalat, asam karbolat,.

2. Basa: contohnya amoniak (NH4OH), kalium hidroksida (KOH), natrium hidroksida

(NaOH).

b. Organik: contohnya fenol dan formaldehid.

Pembahasan tentang zat-zat anorganik adalah sebagai berikut:

1. Zat kimia asam korosif

Asam bersifat korosif bila konsentrasinya pekat, bersifat iritan pada konsentrasi yang

agak pekat, dan bersifat perangsang pada konsentrasi rendah. Cara kerja pada golongan ini

dapat mengakibatkan luka dengan mengekstraksi air dari jaringan, mengkoagulasi protein

3

Page 4: REFERAT FORENSIK

menjadi albuminat, mengubah hemoglobin menjadi asam hematin dengan membentuk asam

albuminat melalui dehidrasi jaringan yang mengakibatkan perubahan warna hitam atau

coklat. 1,5

Gejala yang dapat timbul bila seseorang meminum asam pekat antara lain: 5

1. Luka bakar pada bagian mulut, esofagus, sampai lambung.

2. Muntah yang mengandung darah, mukosa, dan bagian-bagian membran mukosa.

3. Perasaan nyeri dan kembung.

4. Sudut mulut mengalami korosi.

5. Gigi berwarna putih kapur.

6. Lidah mengalami korosi.

7. Suara serak karena edema laring.

8. Usus mengalami gangguan peristaltik, diare, maupun konstipasi.

9. Pupil mengalami dilatasi.

10. Disfagia.

11. Oliguria dan disuria.

Gambar 1. Efek zat korosif pada mata

Sifat-sifat khas bahan korosive 5,6 :

1. Tumpahan racun pada tubuh korban dapat merusak struktur kulit; hal ini bisa membantu

proses rekonstruksi untuk memperkirakan kapan racunnya diminum. Bibir bisa terbakar dan

tetesan racun bisa mengenai dagu, leher dan dada. Pola mulut yang terbakar bisa digunakan

untuk melihat racun apa yang diminum. Korban yang meminum racun dengan posisi duduk

atau berdiri, racun akan mengalir kedada dan abdomen; bila berbaring, racun akan mengaliri

4

Page 5: REFERAT FORENSIK

wajah dan pipi lalu keleher belakang. Tumpahan racun bisa masuk kesaluran hidung.

2. Bagian inferior mulut bisa terkikis, lidah tertelan atau menciut tergantung bahan racunnya.

Faring, laring dan esofagus terkikis dan dalam beberapa menit glotis akan edema. Mukosa

saluran nafas bisa rusak dan terjadi aspirasi cairan ke paru sehingga terjadi edema paru dan

hemoragik.

3. Bagian bawah esofagus dan perut mengalami perubahan warna, deskuamasi dan perforasi.

Setelah beberapa menit racun bisa mengalir lebih dalam dan dapat merusak usus halus tapi ini

jarang terjadi karena faktor waktu dan adanya spasme pilorus.

4. Tumpahan racun ke paru bisa menimbulkan edema paru dan bronkopneumonia akibatnya

terjadi kematian.

Ciri-ciri luka akibat zat korosif asam : 1,5

o Terlihat kering.

o Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan karena asam nitrat berwarna

kuning kehijauan.

o Perabaan keras dan kasar.

Penyebab kematian: 5

Segera

Kegagalan pernafasan karena spasme dan edema glotis.

Perforasi lambung yang menyebabkan peritonitis.

Lambat

Lemas dan malnutrisi, karena kelaparan akibat esofagus atau pylorus mengalami

pembentukan sikatriks dan stenosis.

Dispepsia yang sukar disembuhkan

Asam hidroklorida 5,8

Asam hidroklorida adalah zat yang tajam dan tidak berwarna. Sumber keracunan

biasanya pada industri, laboratorium, pemakaian asam klorida sebagai pembersih di

lingkungan rumah tangga. Asam hidroklorida digunakan untuk aborsi dengan cara disuntik

pervaginam ke dalam uterus sehingga menyebabkan kematian janin. Kasus yang sering kali

terjadi pada penggunaan asam ini adalah suicidal, dangan cara menelan cairan yang

5

Page 6: REFERAT FORENSIK

terkonsentrasi. Kasus jarang tejadi adalah kecelakaan dan homocidal.

Gambar 2 : Asam Hidroklorida

Asam sulfat

Asam sulfat adalah zat kimia yang sering digunakan pada proses manufaktur dan

reagen yang penting dalam laboratorium. Sumber keracunan biasanya pada industri dan

laboratorium. Asam sulfat memiliki sifat fisik tidak berwarna, tidak berbau, ridak mudah

terbakar pada udara terbuka, jika ditambah air menghasilkan panas, jika mengenai benda

bersifat organik seperti kulit akan mengakibatkan perubahan perubahan warna menjadi hitam

seperti tebakar.

Gambar 3. Luka akibat Asam sulfat

Asam nitrat

Asam nitrat digunakan secara luas pada proses manufaktur dan reagen yang penting

dalam laboratorium. Sumber keracunan dari industri, pabrik bahan peledak, dan laboratorium.

Asam nitrat memiliki sifat fisik merupakan cairan bening tidak berwarna. Asam nitrat yang

berwarna merah kekuningan adalah asam nitrat dipasaran yang mengandung nitrogen oksida.

Dalam bentuk yang tekonsentrasi, asam ini dapat menghancurkan bahan organik dengan cara

oksidasi dan reaksi xanthoproteic. Asam nitrat ini akan menimbulkan kerusakan mukosa dan

6

Page 7: REFERAT FORENSIK

meninggalkan bekas berupa cetakan kuning kecoklatan di mukosa.

Gambar 4 : Asam nitrat murni

Gambar 5. Luka akibat Asam nitrat

Asam asetat

Sumber keracunan dari industri, laboratorium, biasanya digunakan sebagai bahan

7

Page 8: REFERAT FORENSIK

utama dari asam cuka. Larutan asam asetat glacial 99% yang digunakan pada laboratorium

kimia, dan merupakan zat korosif kuat serta asam yang berbau menyengat dan khas.

Keracunan sering kali disebabkan karena menghirup asap dari asam asetat. Sifat fisik asam

nitrat memiliki sifat tidak bewarna, pada asam cuka berupa cairan yang berwarna

kekuningan, berbau tajam dan khas.

Gambar 6 : asam asetat

Asam oksalat

Sifat Asam oksalat tidak begitu korosif tapi masih bersifat racun dan kerjanya cepat,

kematian timbul dalam beberapa menit sampai 1 jam. Asam bersifat korosif lokal dan berefek

sistemik yang dapat berakibat fatal meskipun kerusakan lokalnya non letal. Saat otopsi bila

tertelan kristal putih atau asam kuat maka akan timbul efek pemutihan mukosa mulut, faring

dan esofagus walau perdarahan lokal juga bisa terjadi. diperut juga terjadi kerusakan mukosa

dan warnanya menjadi coklat tua atau hitam yang berasal dari asam hematin, dindingnya

erosi. kematian pada korban yang telah melewati fase akut disebabkan karena kelainan fungsi

otot (termasuk kelainan myocardium) karena hipokalemi akibat presipitasi kalsium tubuh.

Kematian terjadi setelah 2-10 hari.

2. Zat kimia basa korosif

Zat kimia basa seperti halnya asam mempunyai sifat korosif dalam konsentrasi yang

pekat, dan bersifat iritan pada konsentrasi yang lebih encer. 5

Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat bersentuhan dengan zat-zat ini adalah: 5

terlihat basah dan edematous

berwarna merah kecoklatan

perabaan lunak dan licin

Ammoniak

sumber keracunan dari industri, rumah tangga dan laboratorium. Pada rumah tangga

8

Page 9: REFERAT FORENSIK

sering kali digunakan sebagai pembersih. Ammoniak memiliki sifat alkali kuat yang iritatif.

Gas ammoniak yang digunakan di lemari es adakalanya lolos melalui kebocoran pada pipa.

Jika gas tersebut tehirup, maka inflamasi yang hebat pada saluran pernafasan akan terjadi,

yang akan mengakibatkan laringitis pseudomembranosa, purulen dan berwarna

kekuningan,trakitisbronkitis dan bronkopneumoni.

Kalium hidroksida

Kalium hidroksida memiliki sifat fisik berupa zat padat berwarna putih keabuan, larut

dalam air, perabaan licin dan rasanya pahit. Zat ini memiliki sifat korosif yang kuat dan akan

memberikan efek terbakar pada kulit sebagaimana pada saluran gastrointestinal. Sumber

keracunan dari laboratorium, industri teutama pabrik sabun. Pada sebagian besar kasus adalah

suicidal dan kecelakaan dengan cara menelan zat tersebut. Pada kasus yang jarang adalah

homicidal pada anak yang dipaksa menelan zat tesebut.

Natrium hidroksida

Sodium hidroksida, NaOH dan soda kaustik adalah nama lain dari natrium hidroksida.

Cairan konsentrat yang terdiri dari natrium hidroksida ditambah dengan sodium hidroksida

dan sodium karbonat jika ditelan pada kasus bunuh diri atau tertelan oleh anak-anak, dapat

menyebabkan kematian oleh karena kerusakan yang parah pada saluran gastrointestinal.

Dalam beberapa hal, cairan tesebut dapat dilempar kearah wajah atau tubuh individu untuk

menimbulkan luka seperti luka bakar dan juga menimbulkan perlukaan pada kornea.

Gambar 7. Luka akibat soda kaustik

9

Page 10: REFERAT FORENSIK

II.3 PATOFISIOLOGI

Zat korosif adalah unsur yang menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh yang

terkena zat tersebut, akibat koagulasi protoplasma, pengendapan dan penguraian protein serta

penyerapan air. 1,2

Asam kuat sifatnya mengkoagulasikan protein sehingga menimbulkan luka korosi

yang kering dan keras. Basa kuat bersifat membentuk reaksi penyabunan intrasel sehingga

menimbulkan luka yang basah, licin dan kerusakan akan berlanjut sampai dalam. Karena

bahan kimia asam atau basa terdapat dalam bentuk cair ( larutan pekat), maka bentuk luka

sesuai dengan mengalirnya bahan cair tersebut. 6,8

Satu fakta penting yang harus diingat bahwa penampakan post mortal tidak serta

merta memberikan gambaran akan waktu kematian, mengingat asam atau basa kuat akan

terus merusak jaringan sehingga perforasi akan sering didapat pada penampakan post mortal.

Penelanan zat korosif seringkali menghasilkan efek yang merugikan pada esofagus

dan/atau lambung. Zat basa umumnya menyebabkan perlukaan esofagus, sedangkan zat asam

seringkali menyebabkan kerusakan lambung. Barisan epitel skuamosa esofagus sensitif

terharap zat basa; namun, dalam perjalanannya menuju lambung, zat basa akan dinetralisir

dengan cepat oleh keasaman lambung. Sebaliknya, mukosa esofagus resisten terhadap zat

asam, dan kemudian akan menyebabkan peradangan hebat pada dinding lambung. Zat korosif

baik asam maupun basa dapat merusak esofagus dan lambung serta usus secara cepat. Jarang

sekali ditemukan nekrosis dari seluruh usus akibat penelanan zat korosif. 6,7,8

1. Asam kuat

Asam kuat bersifat korosif pada konsentrasi yang pekat, bersifat iritan pada

konsentrasi yang agak pekat dan bersifat perangsang pada konsentrasi rendah. 6,5

Luka akibat zat asam menyebabkan “nekrosis koagulasi” pada jaringan yang terkena,

koagulum ini kemudian akan membatasi penetrasi lebih dalam ke jaringan. Di sisi lain, luka

bakar memicu “pencairan nekrosis”, sebuah proses yang menyebabkan penguraian protein

dan kolagen, saponifikasi lemak, dehidrasi jaringan dan trombosis pembuluh darah, yang

menyebabkan perlukaan jaringan yang lebih dalam. 6,8

Luka bakar akibat zat kimia pada saluran gastrointestinal bagian atas dikelompokkan

dalam golongan yang sama dengan luka bakar pada kulit. Luka ini dikelompokkan dalam tiga

derajat berdasarkan luas dan beratnya lesi superfisial.6 Penilaian kedalaman luka dapat

10

Page 11: REFERAT FORENSIK

memperbaiki penanganan luka, namun saat ini, belum didapatkan pengukuran kedalaman

yang tepat, dan penilaian derajat secara subjektif masih dianggap yang terbaik.

Cara kerja zat kimia korosif dari golongan asam sehingga mengakibatkan luka ialah: 5

Mengekstraksi air dari jaringan, sehingga luka terlihat kering dengan perabaan keras

dan kasar.

Mengkoagulasi protein menjadi asam albuminat.

Mengubah hemoglobin menjadi asam hematin, sehingga berubah warna menjadi

coklat kehitaman. Kecuali yang disebabkan oleh asam nitrat berwarna kuning

kehijauan.

Gangguan post mortem luka tergantung pada: 5

Kepekatan asam

Banyaknya asam yang digunakan.

Lamanya pasien dapat bertahan sejak meminum asam kuat tersebut.

Jika kematian dapat terjadi dengan singkat, maka ditemukan: 5

Tanda-tanda korosi dan kerusakan pada mulut, tenggorokan, esofagus dan lambung.

Bentuknya bisa berupa sedikit erosi sampai merupakan bercak kerusakan yang luas.

Bisa dijumpai perforasi lambung yang mengakibatkan keluarnya isi lambung kedalam

rongga perineum. Dapat pula terjadi kerusakan pada organ perineum atau pada organ-

organ abdomen.

2. Basa kuat

Basa mempunyai sifat korosif dalam konsentrasi yang pekat dan bersifat iritan pada

konsentrasi yang lebih encer.

Cara kerja zat kimia korosif dari golongan basa sehingga menimbulkan luka ialah: 5

Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkalin dan sabun,

sehingga terlihat basah dan edematus dengan perabaan lunak dan licin.

Mengubah hemoglobin menjadi alkalin hematin, sehingga terlihat berwarna merah

kecoklatan.

Paparan zat korosif alkali seperti sodium hidroksida (NaOH), berakibat penetrasi

jaringan yang disebabkan oleh disosiasi OH- yang menimbulkan nekrosis liquefaktif.

Nekrosis liquefaktif berakibat disolusi protein, destruksi kolagen, saponifikasi lemak,

emulsifikasi membran sel, trombosis transmural dan kematian sel. 5,7

11

Page 12: REFERAT FORENSIK

Paparan zat alkali pada mata menyebabkan defek pada epitel kornea mata dan

menembus kedalam mata secara cepat.

Gambaran post mortem luka akibat basa meliputi: 5

Tanda-tanda korosi tidak begitu jelas seperti yang disebabkan oleh asam.

Apabila tertelan akan timbul tanda-tanda korosif pada saluran cerna dengan gejala

berupa nyeri pada mulut, esofagus dan epigastrium. Hipersalivasi, muntah disertai

bagian mukosa lambung dan darah. Seringkali suara serak karena edema glotis.

Sistem pencernaan menunjukkan bercak-bercak yang mengalami inflamasi dan

nekrosis.

Bila terhirup akan mengakibatkan peradangan berat pada saluran pernapasan. Saluran

pernapasan berwarna kekuningan, purulen dan terjadi laringitispseudomembran,

trakeitis, bronkitis dan bronkopneumonia. Gejalanya adalah nyeri dada, batuk berat,

spasme glotis dan tanda-tanda infeksi paru-paru. Terdapat bentuk basa kuat dalam

bentuk gas yang mengakibatkan iritasi kornea dan konjungtiva jika kontak dengan

mata.

Perforasi jarang sekali terjadi.

Traktus respiratorius bagian atas mungkin mengalami kongesti.

II.4 PEMERIKSAAN FORENSIK

12

Page 13: REFERAT FORENSIK

1. Asam

1. Pada pemeriksaan luar didapatkan: 5

Tanda terbakar yang berwarna coklat kemerahan atau hitam, kering dan keras sesuai

dengan bagian yang terkena

2. Pada pemeriksaan dalam didapatkan: 5

Mukosa teriritasi, memberikan gambaran merah terang atau merah kecoklatan,

mungkin didapatkan ulserasi.

Tanda iritasi pada laring dan edema pada glotis.

Peradangan yang memberikan gambaran pseudomembran pada trakea dan

bronkus yang mengakibatkan kerusakan epitel superfisial dan nekrosis yang dapat

terjadi sampai kelapisan submukosa.

2. Basa

1. Pada pemeriksaan luar didapatkan: 5

Luka terlihat basa dan edematous berwarna merah kecoklatan, perabaan lunak

dan licin.

2. Pada pemeriksaan dalam didapatkan: 5

Membran mukosa lembut, bengkak, edema dan merah dengan sedikit bintik

coklat.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu: 5,4

1. Pemeriksaan dengan menggunakan kertas lakmus yang akan menunjukkan perubahan

warna.

Gambar 8. Pemeriksaan dengan menggunakan kertas lakmus

2. Pemeriksaan patologi anatomi pada lapisan kulit.

13

Page 14: REFERAT FORENSIK

Gambar 9. Jaringan histopatologis yang terpapar zat basa (kiri) dan asam (kanan)

Asam kuat (H2SO4)

Pada pemeriksaan jaringan akibat luka asam kuat, terjadi penebalan pada lapisan

epidermis dan adanya granul-granul pada vesikel kolagen berbentuk gelombang

dan hiperemis.

Basa (NaOH)

Pada pemeriksaan jaringan akibat luka basa kuat akan terjadi penebalan dan

nekrosis di semua jaringan sel di lapisan epidermis dan dermis.

BAB III

14

Page 15: REFERAT FORENSIK

SIMPULAN DAN SARAN

III.1 Simpulan

Trauma zat kimia korosif menyebabkan suatu luka akibat zat asam kuat dan basa kuat.

Luka tersebut dapat diartikan sebagai perubahan kulit local atau generalisata toksik

akut/kronik atau degeneratif, bukan alergik yang disebabkan oleh bahan kimia asam kuat dan

basa kuat yang bersifat korosif.

Asam kuat bersifat mengkoagulasikan protein sehingga menimbulkan luka korosi

yang kering, keras seperti kertas perkamen. Asam kuat bersifat korosif pada konsentrasi yang

pekat, bersifat iritan pada konsentrasi yang agak pekat dan bersifat perangsang pada

konsentrasi rendah. Cara kerja zat kimia korosif dari golongan asam sehingga mengakibatkan

luka ialah:

Mengekstraksi air dari jaringan, sehingga luka terlihat kering dengan perabaan keras

dan kasar.

Mengkoagulasi protein menjadi asam albuminat.

Mengubah hemoglobin menjadi asam hematin, sehingga berubah warna menjadi

coklat kehitaman. Kecuali yang disebabkan oleh asam nitrat berwarna kuning

kehijauan.

Basa mempunyai sifat korosif dalam konsentrasi yang pekat dan bersifat iritan pada

konsentrasi yang lebih encer.Cara kerja zat kimia korosif dari golongan basa sehingga

menimbulkan luka ialah:

Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkalin dan sabun,

sehingga terlihat basah dan edematus dengan perabaan lunak dan licin.

Mengubah hemoglobin menjadi alkalin hematin, sehingga terlihat berwarna merah

kecoklatan.

Pemeriksaan forensik terdiri dari pemeriksaaan luar, pemeriksaan dalam, dan

pemeriksaan penunjang yang dapat memastikan diagnosis zat kimia penyebab terjadinya

luka. Pada trauma zat kimia korosif yaitu asam kuat dan basa kuat, pemeriksaan tersebut

antara lain sebagai berikut :

Zat Kimia Asam Kuat

15

Page 16: REFERAT FORENSIK

Pada pemeriksaan luar didapatkan :

Tanda terbakar yang berwarna coklat kemerahan atau hitam sesuai dengan

bagian yang terkena

Pada pemeriksaan dalam didapatkan :

Mukosa teriritasi yang memberikan gambaran merah terang atau merah

kecoklatan, kadang didapatkan ulserasi

Tanda iritasi pada laring dan edema pada glotis

Peradangan yang memberikan gambaran pseudomembran pada trakea dan

bronkus yang mengakibatkan kerusakan epitel superficial dan nekrosis yang

dapat terjadi sampai ke lapisan mukosa

Zat Kimia Basa Kuat

Pada pemeriksaan luar didapatkan :

Luka bakar dengan daerah epitel berwarna putih keabu-abuan berselang-seling

diantara epitel basah kemerahan

Pada pemeriksaan dalam didapatkan :

Membran mukosa lembut, bengkak, edema, dan merah dengan sedikit bintik

coklat.

III.2 Saran

Diharapkan para dokter mengetahui efek dari zat kimia yang korosif seperti asam dan

basa, dengan pengetahuan ini akan dapat membantu dalam menanggulangi kasus-kasus yang

disebabkan oleh zat kimia korosif ini.

Zat kimia korosif dapat menyebabkan trauma bahkan sampai bisa menyebabkan

kematian pada indvidu yang terkena. oleh karena sifat dari zat kimia korosif ini yang bisa

menyebabkan kerusakan pada permukaan tubuh dan organ yang terkena, maka hal ini yang

membuat zat kimia korosif ini sering digunakan dengan tujuan untuk melukai orang lain

maupun diri sendiri.

16

Page 17: REFERAT FORENSIK

Penting untuk para dokter ketahui sifat, jenis dan efek samping dari zat kimia korosif

yang dapat menyebabkan trauma fisik pada individu yang terkena untuk tujuan perawatan

dan dalam proses penegakkan hukum apabila terjadi pada kasus penganiyaan.

17

Page 18: REFERAT FORENSIK

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2002

2. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu

Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 1997

3. Traumatologi Forensik.[citied on Februari 2012]. Available at

http://www.wikipedia.com

4. Burning Issues. United States. 2009. Available at http://cache gettymages com

5. Chadha, P.V. Catatan Kuliah Ilmu Forensik Dan Toksikologi.ed 5.Jakarta:Binarupa

Aksara.1997

6. Corrosive Acid Poisoning-A Case Report.New Delhi 2011.Available at

www.ijfmt.com

7. Snepherd R, Simpsons. Forensik Medicine 12th edition. USA: Oxford University

Prees. 2003

8. Gonzales TA, Vance M, Helpern, Umberger CJ. Legal Medicine Pathology and

Toxicologi .2nd edition. New York: Appleton Century Crofts, Inc. 1954.

18