REFERAT FORENSIK
Transcript of REFERAT FORENSIK
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Saat ini kasus trauma zat kimia korosif (asam kuat dan basa kuat) banyak terjadi. Hal
ini pada umumnya terjadi karena ketidaksengajaan, misalnya kelalaian kerja, kecelakaan serta
anak-anak yang menelan zat-zat korosif secara tidak sengaja. Meskipun kasus pembunuhan
maupun usaha bunuh diri dengan zat kimia korosif masih rendah namun secara statistik
terjadi peningkatan kasus tersebut secara signifikan setiap tahunnya. Kasus trauma akibat zat
kimia korosif asam dan basa kuat di Indonesia yang menyebabkan kematian kurang terekspos
di media massa sehingga sulit untuk mengetahui statistiknya karena pada umumnya kasus-
kasus tersebut sudah ditangani terlebih dahulu oleh dokter-dokter bedah. Pencetus terjadinya
kasus tersebut antara lain yaitu perselingkuhan dan penolakan lamaran (44,3%), perselisihan
(30,37%), kecelakaan industri (8,22%), ketidak sengajaan (4,48%), dan penyebab lain
(12,03%). 3
Zat kimia korosif (asam kuat dan basa kuat) dapat mengiritasi tubuh secara lokal
maupun sistemik. Efek zat kimia korosif yang mengiritasi jaringan tubuh menyebabkan
peradangan lokal dan kerusakan jaringan. Efek zat kimia korosif pada sirkulasi tubuh
menyebabkan reaksi sistemik antara lain paralysis saluran respirasi, kerusakan fungsi
detoksifikasi hati, gagal ginjal akut, dan reaksi peradangan pada saluran gastrointestinal.Zat
kimia korosif masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara antara lain melalui oral, inhalasi,
parenteral dan percutan. 1,2
Pada berbagai kasus trauma zat kimia korosif ditemukan tanda-tanda pemeriksaan
forensik yang berbeda. Hal ini sangat bergantung pada jenis zat kimia korosif tersebut. Untuk
itu kita perlu memahami lebih lanjut tentang jenis-jenis zat kimia korosif tersebut.
I.2 Permasalahan
1. Apa yang dimaksud dengan trauma zat kimia korosif, klasifikasi dan efek zat kimia
korosif pada tubuh?
2. Bagaimana patofisiologi trauma akibat zat kimia korosif?
3. Bagaimana pemeriksaan forensik pada kasus trauma zat kimia korosif?
I.3 Tujuan
Tujuan penyusunan referat ini adalah:
1. Mengetahui definisi trauma zat kimia korosif, klasifikasi zat kimia korosif dan efek
zat kimia korosif pada tubuh.
2. Mengetahui patofisiologi trauma akibat zat kimia korosif
3. Mengetahui pemeriksaan forensik pada kasus trauma zat kimia korosif
I.4 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada
mahasiswa/mahasiswi yang sedang menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr.Kariadi
Semarang mengenai trauma zat kimia korosif, klasifikasi dan efek zat kimia korosif pada
tubuh, serta gambaran pemeriksaan forensik pada kasus trauma zat kimia korosif.
2
BAB II
TRAUMA ZAT KIMIA KOROSIF
II.1. DEFINISI
Trauma berarti kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue).
Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek fisik yang berupa luka-
luka. Luka adalah suatu keadaan dimana terputusnya kontinuitas jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma. 1,2 Zat korosif adalah unsur yang dapat menyebabkan kerusakan pada
bagian tubuh jika tubuh terkena zat tersebut akibat koagulasi protoplasma, pengendapan dan
penguraian protein serta penyerapan air.1,2Luka akibat zat korosif dapat diartikan sebagai
perubahan kulit lokal atau generalisata toksik akut/kronik atau degeneratif, bukan alergik
yang disebabkan oleh bahan kimia yang bersifat korosif. Luka akibat zat kimia disebut luka
etsa. 3,4
Bahan-bahan kimia yang bersifat korosif dapat menyebabkan luka bakar, dimana
gambaran luka bakar tersebut mempunyai ciri yang khusus, sesuai dengan bahan kimia yang
mengenai tubuh dalam hal ini kulit atau pada mukosa (selaput lendir). 1
II.2. KLASIFIKASI
Zat korosif dapat dibagi menjadi: 5,8
a. Anorganik
1. Asam
- Asam mineral contohnya asam hidroklorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), asam
nitrat (HNO3).
- Asam organik contohnya asam asetat, asam oksalat, asam karbolat,.
2. Basa: contohnya amoniak (NH4OH), kalium hidroksida (KOH), natrium hidroksida
(NaOH).
b. Organik: contohnya fenol dan formaldehid.
Pembahasan tentang zat-zat anorganik adalah sebagai berikut:
1. Zat kimia asam korosif
Asam bersifat korosif bila konsentrasinya pekat, bersifat iritan pada konsentrasi yang
agak pekat, dan bersifat perangsang pada konsentrasi rendah. Cara kerja pada golongan ini
dapat mengakibatkan luka dengan mengekstraksi air dari jaringan, mengkoagulasi protein
3
menjadi albuminat, mengubah hemoglobin menjadi asam hematin dengan membentuk asam
albuminat melalui dehidrasi jaringan yang mengakibatkan perubahan warna hitam atau
coklat. 1,5
Gejala yang dapat timbul bila seseorang meminum asam pekat antara lain: 5
1. Luka bakar pada bagian mulut, esofagus, sampai lambung.
2. Muntah yang mengandung darah, mukosa, dan bagian-bagian membran mukosa.
3. Perasaan nyeri dan kembung.
4. Sudut mulut mengalami korosi.
5. Gigi berwarna putih kapur.
6. Lidah mengalami korosi.
7. Suara serak karena edema laring.
8. Usus mengalami gangguan peristaltik, diare, maupun konstipasi.
9. Pupil mengalami dilatasi.
10. Disfagia.
11. Oliguria dan disuria.
Gambar 1. Efek zat korosif pada mata
Sifat-sifat khas bahan korosive 5,6 :
1. Tumpahan racun pada tubuh korban dapat merusak struktur kulit; hal ini bisa membantu
proses rekonstruksi untuk memperkirakan kapan racunnya diminum. Bibir bisa terbakar dan
tetesan racun bisa mengenai dagu, leher dan dada. Pola mulut yang terbakar bisa digunakan
untuk melihat racun apa yang diminum. Korban yang meminum racun dengan posisi duduk
atau berdiri, racun akan mengalir kedada dan abdomen; bila berbaring, racun akan mengaliri
4
wajah dan pipi lalu keleher belakang. Tumpahan racun bisa masuk kesaluran hidung.
2. Bagian inferior mulut bisa terkikis, lidah tertelan atau menciut tergantung bahan racunnya.
Faring, laring dan esofagus terkikis dan dalam beberapa menit glotis akan edema. Mukosa
saluran nafas bisa rusak dan terjadi aspirasi cairan ke paru sehingga terjadi edema paru dan
hemoragik.
3. Bagian bawah esofagus dan perut mengalami perubahan warna, deskuamasi dan perforasi.
Setelah beberapa menit racun bisa mengalir lebih dalam dan dapat merusak usus halus tapi ini
jarang terjadi karena faktor waktu dan adanya spasme pilorus.
4. Tumpahan racun ke paru bisa menimbulkan edema paru dan bronkopneumonia akibatnya
terjadi kematian.
Ciri-ciri luka akibat zat korosif asam : 1,5
o Terlihat kering.
o Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan karena asam nitrat berwarna
kuning kehijauan.
o Perabaan keras dan kasar.
Penyebab kematian: 5
Segera
Kegagalan pernafasan karena spasme dan edema glotis.
Perforasi lambung yang menyebabkan peritonitis.
Lambat
Lemas dan malnutrisi, karena kelaparan akibat esofagus atau pylorus mengalami
pembentukan sikatriks dan stenosis.
Dispepsia yang sukar disembuhkan
Asam hidroklorida 5,8
Asam hidroklorida adalah zat yang tajam dan tidak berwarna. Sumber keracunan
biasanya pada industri, laboratorium, pemakaian asam klorida sebagai pembersih di
lingkungan rumah tangga. Asam hidroklorida digunakan untuk aborsi dengan cara disuntik
pervaginam ke dalam uterus sehingga menyebabkan kematian janin. Kasus yang sering kali
terjadi pada penggunaan asam ini adalah suicidal, dangan cara menelan cairan yang
5
terkonsentrasi. Kasus jarang tejadi adalah kecelakaan dan homocidal.
Gambar 2 : Asam Hidroklorida
Asam sulfat
Asam sulfat adalah zat kimia yang sering digunakan pada proses manufaktur dan
reagen yang penting dalam laboratorium. Sumber keracunan biasanya pada industri dan
laboratorium. Asam sulfat memiliki sifat fisik tidak berwarna, tidak berbau, ridak mudah
terbakar pada udara terbuka, jika ditambah air menghasilkan panas, jika mengenai benda
bersifat organik seperti kulit akan mengakibatkan perubahan perubahan warna menjadi hitam
seperti tebakar.
Gambar 3. Luka akibat Asam sulfat
Asam nitrat
Asam nitrat digunakan secara luas pada proses manufaktur dan reagen yang penting
dalam laboratorium. Sumber keracunan dari industri, pabrik bahan peledak, dan laboratorium.
Asam nitrat memiliki sifat fisik merupakan cairan bening tidak berwarna. Asam nitrat yang
berwarna merah kekuningan adalah asam nitrat dipasaran yang mengandung nitrogen oksida.
Dalam bentuk yang tekonsentrasi, asam ini dapat menghancurkan bahan organik dengan cara
oksidasi dan reaksi xanthoproteic. Asam nitrat ini akan menimbulkan kerusakan mukosa dan
6
meninggalkan bekas berupa cetakan kuning kecoklatan di mukosa.
Gambar 4 : Asam nitrat murni
Gambar 5. Luka akibat Asam nitrat
Asam asetat
Sumber keracunan dari industri, laboratorium, biasanya digunakan sebagai bahan
7
utama dari asam cuka. Larutan asam asetat glacial 99% yang digunakan pada laboratorium
kimia, dan merupakan zat korosif kuat serta asam yang berbau menyengat dan khas.
Keracunan sering kali disebabkan karena menghirup asap dari asam asetat. Sifat fisik asam
nitrat memiliki sifat tidak bewarna, pada asam cuka berupa cairan yang berwarna
kekuningan, berbau tajam dan khas.
Gambar 6 : asam asetat
Asam oksalat
Sifat Asam oksalat tidak begitu korosif tapi masih bersifat racun dan kerjanya cepat,
kematian timbul dalam beberapa menit sampai 1 jam. Asam bersifat korosif lokal dan berefek
sistemik yang dapat berakibat fatal meskipun kerusakan lokalnya non letal. Saat otopsi bila
tertelan kristal putih atau asam kuat maka akan timbul efek pemutihan mukosa mulut, faring
dan esofagus walau perdarahan lokal juga bisa terjadi. diperut juga terjadi kerusakan mukosa
dan warnanya menjadi coklat tua atau hitam yang berasal dari asam hematin, dindingnya
erosi. kematian pada korban yang telah melewati fase akut disebabkan karena kelainan fungsi
otot (termasuk kelainan myocardium) karena hipokalemi akibat presipitasi kalsium tubuh.
Kematian terjadi setelah 2-10 hari.
2. Zat kimia basa korosif
Zat kimia basa seperti halnya asam mempunyai sifat korosif dalam konsentrasi yang
pekat, dan bersifat iritan pada konsentrasi yang lebih encer. 5
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat bersentuhan dengan zat-zat ini adalah: 5
terlihat basah dan edematous
berwarna merah kecoklatan
perabaan lunak dan licin
Ammoniak
sumber keracunan dari industri, rumah tangga dan laboratorium. Pada rumah tangga
8
sering kali digunakan sebagai pembersih. Ammoniak memiliki sifat alkali kuat yang iritatif.
Gas ammoniak yang digunakan di lemari es adakalanya lolos melalui kebocoran pada pipa.
Jika gas tersebut tehirup, maka inflamasi yang hebat pada saluran pernafasan akan terjadi,
yang akan mengakibatkan laringitis pseudomembranosa, purulen dan berwarna
kekuningan,trakitisbronkitis dan bronkopneumoni.
Kalium hidroksida
Kalium hidroksida memiliki sifat fisik berupa zat padat berwarna putih keabuan, larut
dalam air, perabaan licin dan rasanya pahit. Zat ini memiliki sifat korosif yang kuat dan akan
memberikan efek terbakar pada kulit sebagaimana pada saluran gastrointestinal. Sumber
keracunan dari laboratorium, industri teutama pabrik sabun. Pada sebagian besar kasus adalah
suicidal dan kecelakaan dengan cara menelan zat tersebut. Pada kasus yang jarang adalah
homicidal pada anak yang dipaksa menelan zat tesebut.
Natrium hidroksida
Sodium hidroksida, NaOH dan soda kaustik adalah nama lain dari natrium hidroksida.
Cairan konsentrat yang terdiri dari natrium hidroksida ditambah dengan sodium hidroksida
dan sodium karbonat jika ditelan pada kasus bunuh diri atau tertelan oleh anak-anak, dapat
menyebabkan kematian oleh karena kerusakan yang parah pada saluran gastrointestinal.
Dalam beberapa hal, cairan tesebut dapat dilempar kearah wajah atau tubuh individu untuk
menimbulkan luka seperti luka bakar dan juga menimbulkan perlukaan pada kornea.
Gambar 7. Luka akibat soda kaustik
9
II.3 PATOFISIOLOGI
Zat korosif adalah unsur yang menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh yang
terkena zat tersebut, akibat koagulasi protoplasma, pengendapan dan penguraian protein serta
penyerapan air. 1,2
Asam kuat sifatnya mengkoagulasikan protein sehingga menimbulkan luka korosi
yang kering dan keras. Basa kuat bersifat membentuk reaksi penyabunan intrasel sehingga
menimbulkan luka yang basah, licin dan kerusakan akan berlanjut sampai dalam. Karena
bahan kimia asam atau basa terdapat dalam bentuk cair ( larutan pekat), maka bentuk luka
sesuai dengan mengalirnya bahan cair tersebut. 6,8
Satu fakta penting yang harus diingat bahwa penampakan post mortal tidak serta
merta memberikan gambaran akan waktu kematian, mengingat asam atau basa kuat akan
terus merusak jaringan sehingga perforasi akan sering didapat pada penampakan post mortal.
Penelanan zat korosif seringkali menghasilkan efek yang merugikan pada esofagus
dan/atau lambung. Zat basa umumnya menyebabkan perlukaan esofagus, sedangkan zat asam
seringkali menyebabkan kerusakan lambung. Barisan epitel skuamosa esofagus sensitif
terharap zat basa; namun, dalam perjalanannya menuju lambung, zat basa akan dinetralisir
dengan cepat oleh keasaman lambung. Sebaliknya, mukosa esofagus resisten terhadap zat
asam, dan kemudian akan menyebabkan peradangan hebat pada dinding lambung. Zat korosif
baik asam maupun basa dapat merusak esofagus dan lambung serta usus secara cepat. Jarang
sekali ditemukan nekrosis dari seluruh usus akibat penelanan zat korosif. 6,7,8
1. Asam kuat
Asam kuat bersifat korosif pada konsentrasi yang pekat, bersifat iritan pada
konsentrasi yang agak pekat dan bersifat perangsang pada konsentrasi rendah. 6,5
Luka akibat zat asam menyebabkan “nekrosis koagulasi” pada jaringan yang terkena,
koagulum ini kemudian akan membatasi penetrasi lebih dalam ke jaringan. Di sisi lain, luka
bakar memicu “pencairan nekrosis”, sebuah proses yang menyebabkan penguraian protein
dan kolagen, saponifikasi lemak, dehidrasi jaringan dan trombosis pembuluh darah, yang
menyebabkan perlukaan jaringan yang lebih dalam. 6,8
Luka bakar akibat zat kimia pada saluran gastrointestinal bagian atas dikelompokkan
dalam golongan yang sama dengan luka bakar pada kulit. Luka ini dikelompokkan dalam tiga
derajat berdasarkan luas dan beratnya lesi superfisial.6 Penilaian kedalaman luka dapat
10
memperbaiki penanganan luka, namun saat ini, belum didapatkan pengukuran kedalaman
yang tepat, dan penilaian derajat secara subjektif masih dianggap yang terbaik.
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan asam sehingga mengakibatkan luka ialah: 5
Mengekstraksi air dari jaringan, sehingga luka terlihat kering dengan perabaan keras
dan kasar.
Mengkoagulasi protein menjadi asam albuminat.
Mengubah hemoglobin menjadi asam hematin, sehingga berubah warna menjadi
coklat kehitaman. Kecuali yang disebabkan oleh asam nitrat berwarna kuning
kehijauan.
Gangguan post mortem luka tergantung pada: 5
Kepekatan asam
Banyaknya asam yang digunakan.
Lamanya pasien dapat bertahan sejak meminum asam kuat tersebut.
Jika kematian dapat terjadi dengan singkat, maka ditemukan: 5
Tanda-tanda korosi dan kerusakan pada mulut, tenggorokan, esofagus dan lambung.
Bentuknya bisa berupa sedikit erosi sampai merupakan bercak kerusakan yang luas.
Bisa dijumpai perforasi lambung yang mengakibatkan keluarnya isi lambung kedalam
rongga perineum. Dapat pula terjadi kerusakan pada organ perineum atau pada organ-
organ abdomen.
2. Basa kuat
Basa mempunyai sifat korosif dalam konsentrasi yang pekat dan bersifat iritan pada
konsentrasi yang lebih encer.
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan basa sehingga menimbulkan luka ialah: 5
Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkalin dan sabun,
sehingga terlihat basah dan edematus dengan perabaan lunak dan licin.
Mengubah hemoglobin menjadi alkalin hematin, sehingga terlihat berwarna merah
kecoklatan.
Paparan zat korosif alkali seperti sodium hidroksida (NaOH), berakibat penetrasi
jaringan yang disebabkan oleh disosiasi OH- yang menimbulkan nekrosis liquefaktif.
Nekrosis liquefaktif berakibat disolusi protein, destruksi kolagen, saponifikasi lemak,
emulsifikasi membran sel, trombosis transmural dan kematian sel. 5,7
11
Paparan zat alkali pada mata menyebabkan defek pada epitel kornea mata dan
menembus kedalam mata secara cepat.
Gambaran post mortem luka akibat basa meliputi: 5
Tanda-tanda korosi tidak begitu jelas seperti yang disebabkan oleh asam.
Apabila tertelan akan timbul tanda-tanda korosif pada saluran cerna dengan gejala
berupa nyeri pada mulut, esofagus dan epigastrium. Hipersalivasi, muntah disertai
bagian mukosa lambung dan darah. Seringkali suara serak karena edema glotis.
Sistem pencernaan menunjukkan bercak-bercak yang mengalami inflamasi dan
nekrosis.
Bila terhirup akan mengakibatkan peradangan berat pada saluran pernapasan. Saluran
pernapasan berwarna kekuningan, purulen dan terjadi laringitispseudomembran,
trakeitis, bronkitis dan bronkopneumonia. Gejalanya adalah nyeri dada, batuk berat,
spasme glotis dan tanda-tanda infeksi paru-paru. Terdapat bentuk basa kuat dalam
bentuk gas yang mengakibatkan iritasi kornea dan konjungtiva jika kontak dengan
mata.
Perforasi jarang sekali terjadi.
Traktus respiratorius bagian atas mungkin mengalami kongesti.
II.4 PEMERIKSAAN FORENSIK
12
1. Asam
1. Pada pemeriksaan luar didapatkan: 5
Tanda terbakar yang berwarna coklat kemerahan atau hitam, kering dan keras sesuai
dengan bagian yang terkena
2. Pada pemeriksaan dalam didapatkan: 5
Mukosa teriritasi, memberikan gambaran merah terang atau merah kecoklatan,
mungkin didapatkan ulserasi.
Tanda iritasi pada laring dan edema pada glotis.
Peradangan yang memberikan gambaran pseudomembran pada trakea dan
bronkus yang mengakibatkan kerusakan epitel superfisial dan nekrosis yang dapat
terjadi sampai kelapisan submukosa.
2. Basa
1. Pada pemeriksaan luar didapatkan: 5
Luka terlihat basa dan edematous berwarna merah kecoklatan, perabaan lunak
dan licin.
2. Pada pemeriksaan dalam didapatkan: 5
Membran mukosa lembut, bengkak, edema dan merah dengan sedikit bintik
coklat.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu: 5,4
1. Pemeriksaan dengan menggunakan kertas lakmus yang akan menunjukkan perubahan
warna.
Gambar 8. Pemeriksaan dengan menggunakan kertas lakmus
2. Pemeriksaan patologi anatomi pada lapisan kulit.
13
Gambar 9. Jaringan histopatologis yang terpapar zat basa (kiri) dan asam (kanan)
Asam kuat (H2SO4)
Pada pemeriksaan jaringan akibat luka asam kuat, terjadi penebalan pada lapisan
epidermis dan adanya granul-granul pada vesikel kolagen berbentuk gelombang
dan hiperemis.
Basa (NaOH)
Pada pemeriksaan jaringan akibat luka basa kuat akan terjadi penebalan dan
nekrosis di semua jaringan sel di lapisan epidermis dan dermis.
BAB III
14
SIMPULAN DAN SARAN
III.1 Simpulan
Trauma zat kimia korosif menyebabkan suatu luka akibat zat asam kuat dan basa kuat.
Luka tersebut dapat diartikan sebagai perubahan kulit local atau generalisata toksik
akut/kronik atau degeneratif, bukan alergik yang disebabkan oleh bahan kimia asam kuat dan
basa kuat yang bersifat korosif.
Asam kuat bersifat mengkoagulasikan protein sehingga menimbulkan luka korosi
yang kering, keras seperti kertas perkamen. Asam kuat bersifat korosif pada konsentrasi yang
pekat, bersifat iritan pada konsentrasi yang agak pekat dan bersifat perangsang pada
konsentrasi rendah. Cara kerja zat kimia korosif dari golongan asam sehingga mengakibatkan
luka ialah:
Mengekstraksi air dari jaringan, sehingga luka terlihat kering dengan perabaan keras
dan kasar.
Mengkoagulasi protein menjadi asam albuminat.
Mengubah hemoglobin menjadi asam hematin, sehingga berubah warna menjadi
coklat kehitaman. Kecuali yang disebabkan oleh asam nitrat berwarna kuning
kehijauan.
Basa mempunyai sifat korosif dalam konsentrasi yang pekat dan bersifat iritan pada
konsentrasi yang lebih encer.Cara kerja zat kimia korosif dari golongan basa sehingga
menimbulkan luka ialah:
Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkalin dan sabun,
sehingga terlihat basah dan edematus dengan perabaan lunak dan licin.
Mengubah hemoglobin menjadi alkalin hematin, sehingga terlihat berwarna merah
kecoklatan.
Pemeriksaan forensik terdiri dari pemeriksaaan luar, pemeriksaan dalam, dan
pemeriksaan penunjang yang dapat memastikan diagnosis zat kimia penyebab terjadinya
luka. Pada trauma zat kimia korosif yaitu asam kuat dan basa kuat, pemeriksaan tersebut
antara lain sebagai berikut :
Zat Kimia Asam Kuat
15
Pada pemeriksaan luar didapatkan :
Tanda terbakar yang berwarna coklat kemerahan atau hitam sesuai dengan
bagian yang terkena
Pada pemeriksaan dalam didapatkan :
Mukosa teriritasi yang memberikan gambaran merah terang atau merah
kecoklatan, kadang didapatkan ulserasi
Tanda iritasi pada laring dan edema pada glotis
Peradangan yang memberikan gambaran pseudomembran pada trakea dan
bronkus yang mengakibatkan kerusakan epitel superficial dan nekrosis yang
dapat terjadi sampai ke lapisan mukosa
Zat Kimia Basa Kuat
Pada pemeriksaan luar didapatkan :
Luka bakar dengan daerah epitel berwarna putih keabu-abuan berselang-seling
diantara epitel basah kemerahan
Pada pemeriksaan dalam didapatkan :
Membran mukosa lembut, bengkak, edema, dan merah dengan sedikit bintik
coklat.
III.2 Saran
Diharapkan para dokter mengetahui efek dari zat kimia yang korosif seperti asam dan
basa, dengan pengetahuan ini akan dapat membantu dalam menanggulangi kasus-kasus yang
disebabkan oleh zat kimia korosif ini.
Zat kimia korosif dapat menyebabkan trauma bahkan sampai bisa menyebabkan
kematian pada indvidu yang terkena. oleh karena sifat dari zat kimia korosif ini yang bisa
menyebabkan kerusakan pada permukaan tubuh dan organ yang terkena, maka hal ini yang
membuat zat kimia korosif ini sering digunakan dengan tujuan untuk melukai orang lain
maupun diri sendiri.
16
Penting untuk para dokter ketahui sifat, jenis dan efek samping dari zat kimia korosif
yang dapat menyebabkan trauma fisik pada individu yang terkena untuk tujuan perawatan
dan dalam proses penegakkan hukum apabila terjadi pada kasus penganiyaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlan, S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2002
2. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1997
3. Traumatologi Forensik.[citied on Februari 2012]. Available at
http://www.wikipedia.com
4. Burning Issues. United States. 2009. Available at http://cache gettymages com
5. Chadha, P.V. Catatan Kuliah Ilmu Forensik Dan Toksikologi.ed 5.Jakarta:Binarupa
Aksara.1997
6. Corrosive Acid Poisoning-A Case Report.New Delhi 2011.Available at
www.ijfmt.com
7. Snepherd R, Simpsons. Forensik Medicine 12th edition. USA: Oxford University
Prees. 2003
8. Gonzales TA, Vance M, Helpern, Umberger CJ. Legal Medicine Pathology and
Toxicologi .2nd edition. New York: Appleton Century Crofts, Inc. 1954.
18