Referat Forensik Last
-
Upload
adhydeva-purusanti -
Category
Documents
-
view
405 -
download
16
Transcript of Referat Forensik Last
REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
TES DNA DALAM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Disusun oleh :
Irfan Rohot Uli Manik 0561050095 FK UKI
Nyoman Adhydeva Purusanti 0861050094 FK UKI
Liona Christy Pattinasarany 0861050097 FK UKI
Wella Sinta Marintan Manurung 0861050099 FK UKI
Yudhistira Herlambang 0861050100 FK UKI
Dosen Pembimbing :
dr. Gatot Suharto, S.H, Sp.F, MHKes
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DR. KARIADI SEMARANG
PERIODE 14 MEI – 10 JUNI 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui oleh dosen pembimbing, referat dari :
Nama / NIM :
1. Irfan Rohot Uli Manik 0561050095 FK UKI
2. Nyoman Adhydeva Purusanti 0861050094 FK UKI
3. Liona Christy Pattinasarany 0861050097 FK UKI
4. Wella Sinta Marintan Manurung 0861050099 FK UKI
5. Yudhistira Herlambang 0861050100 FK UKI
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Universitas Kristen Indonesia
Bagian : Ilmu Kedokteran Forensik
Judul : Tes DNA Dalam Ilmu Kedokteran Forensik
Dosen Pembimbing :dr. Gatot Suharto, S.H, Sp.F, MHKes
Residen Pembimbing : dr. Bianti
Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Semarang, 21 Mei 2012
Dosen Pembimbing
dr.Gatot Suharto, S.H, Sp.F , MHKes
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya
kami dapat menyelesaikan pembuatan refrat yang berjudul “Tes DNA Dalam Ilmu
Kedokteran Forensik”.Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami
yang telah membimbing kami sehingga kami telah mengerti tentang referat ini.Terima kasih
juga kepada orang tua dan teman-teman yang senantiasa mendukung kami dalam pembuatan
refrerat ini.
Denga kerendahan hati kami menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan kami, karena itu kami mengharapkan masukan untuk
perbaikan referat ini di masa yang akan datang.
Referat ini dibuat untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana aplikasi dan
kegunaan tes DNA dalam ilmu kedokteran forensik khususnya di Indonesia sehingga kami
harapkan referat ini dapat menambah pengetahuan kami dan teman-teman sejawat untuk
dapat kami pergunakan di kemudian hari.
Semarang, Mei 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................................
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam beberapa tahun terakhir, kita banyak dikejutkan oleh terjadinya bencana massal yang
menyebabkan kematian banyak orang.Selain itu kasus kejahatan yang memakan banyak
korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari waktu ke waktu.Pada kasus-kasus seperti ini
tidak jarang kita jumpai korban jiwa yang tidak dikenal sehingga perlu diidentifikasi, dan
salah satu cara mengidentifikasi korban adalah dengan identifikasi DNA.
Identifikasi tersebut penting sekali dilakukan terhadap korban meninggal massal karena
merupakan perwujudan HAM dan penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal, serta
untuk menentukan seseorang secara hukum apakah masih hidup atau sudah meninggal.Selain
itu juga berkaitan dengan masalah pemberian santunan, warisan, asuransi, pensiun, maupun
pengurusan pernikahan kembali bagi pasangan yang ditinggalkan.
Identifikasi DNA sendiri merupakan ukuran identifikasi primer (primary identifiers). Selain
DNA, identifikasi primer lainnya adalah sidik jari dan gigi geligi. Sedang visual, antropomeri
dan pemeriksaan medis merupakan ukuran identifikasi sekunder (secondary identifiers).
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara geografis terletak pada wilayah yang
rawan terhadap bencana alam baik yang berupa tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung
berapi, tsunami, banjir dan lain-lain, yang dapat memakan banyak korban, dan salah satu cara
mengidentifikasi korban adalah dengan metode identifikasi DNA. Setiap sarana pelayanan
kesehatan sudah selayaknya menyiapkan diri untuk mengantisipasi kejadian bencana di
wilayahnya, atau membantu pelayanan kesehatan di wilayah lain yang terkena bencana. Oleh
karena itu DNA forensik sangat penting dipahami peranannya dalam menangani korban
bencana massal.Atas dasar itu, pada referat ini kami mengambil judul “Tes DNA dalam Ilmu
Kedokteran Forensik”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah struktur dan pengertian DNA? Dan apakah hubungannya dengan ilmu
kedokteran forensik?
b. Bagaimana cara melakukan pengambilan sampel untuk tes DNA?
c. Bagaimana cara melakukan persiapan tes DNA?
d. Apa saja teknik untuk melakukan tes DNA?
e. Bagaimana menentukan analisis hasil tes DNA?
1.3. TUJUAN PEMBAHASAN
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan refarat ini adalah memberikan pengetahuan
mengenai tes DNA dalam ilmu kedokteran forensik
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian DNA dan hubungannya dengan ilmu
kedokteran forensik
b. Mengetahui cara melakukan pengambilan sampel untuk tes DNA
c. Mengetahui cara melakukan persiapan tes DNA
d. Mengetahui teknik-teknik untuk melakukan tes DNA
e. Mengetahui cara menentukan analisis hasil tes DNA
1.4. MANFAAT PEMBAHASAN
1.4.1. Bagi Mahasiswa/mahasiswi
Mendapatkan pengetahuan mengenai tes identifikasi DNA dalam ilmu
kedokteran forensik
1.4.2. Bagi institusi pendidikan
- Bentuk kontribusi pemikiran kepada masyarakat terkait kasus Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal
- Sebagai materi tinjauan pustaka yang diharapkan dapat melengkapi tinjauan
ilmiah yang sudah ada
1.4.3. Bagi institusi penegak keadilan
Memberikan informasi mengenai pentingnya penerapan tes DNA dalam
identifikasi korban yang ditangani secara hukum
BAB II
2.1. DNA
2.1.1. STRUKTUR DAN PENGERTIAN DNA
DNA (deoxyribonucleic acid) adalah suatu struktur molekul yang mengandung
materi genetik di dalam nukleus yang ada pada hampir semua sel tubuh
kita.Informasi DNA disimpan sebagai kode yang disusun oleh empat basa kimia
yang terdiri dari adenine (A), guanine (G), cytosine (C), and thymine (T). DNA
manusia terdiri dari kira-kira 3 milyar basa kimia dan lebih dari 99 persen
manusia memiliki basa kimia yang sama. Urutan dari basa kimia itulah yang
menentukan informasi yang tersedia untuk pertumbuhan dan pembangunan suatu
organism.
Basa DNA berpasangan satu sama lain, A berpasangan dengan T, sedangkan C
dengan G. Setiap basa juga berikatan dengan molekul gula dan molekul fosfat,
dan ikatan ini dinamakan nukleotida. Nukleotida disusun sebagai dua untai
membentuk heliks ganda spiral.
Heliks ganda berbentuk menyerupai tangga, pasangan basa kimia membentuk
anak tangga, sedangakan molekul gula dan fosfat membentuk pinggiran vertical
tangga.Sepotong DNA terdiri dari jutaan pasangan basa, dengan komponen
protein yang dikenal dengan kromosom.DNA dapat berreplikasi sendiri, setiap
untai DNA dapat menyajikan diri untuk menduplikasi deretan basa. Hal ini
penting saat sel membelah diri karena setiap sel baru harus memiliki salinan DNA
yang serupa dengan DNA pada sel yang lama
2.1.2. KROMOSOM
Di dalam nukleus sel, molekul DNA terdapat dalam struktur yang menyerupai
benang yang disebut kromosom. Setiap kromosom dibagi menjadi lokus yang
menandai posisi gen setiap kromosom. Sel tubuh manusia memiliki 23 pasang
kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom autosomal dan satu pasang
kromosom seks.Pada wanita kromosom sexnya XX dan pada pria kromosom
sexnya XY.Kromosom Y mengandung SRY ( Sex Determining Region Y ) yang
berperan menentukan kelelakian seseorang dengan peranannya mengatur
terbentuknnya hormon testosterone. Kromosom Y yang bersifat unik karena setiap
kromosom Y pada seorang pria akan diturunkannya secara langsung hanya kepada
anak laki-lakinya dan kemudian diteruskan oleh anak laki-lakinnya kepada
cucunya hingga keturunan laki-laki selanjutnnya.
Peran penting kromosom Y dalam DNA typing antara lain untuk kriminologi dan
analisis forensic,analisis orang hilang, kasus warisan yang melibatkan keterkaitan
genetic antara anggota keluarga laki-laki,kasus imigrasi untuk menentukan
kerabatan genetic, dan kepentingan antropologi (salah satu cabang ilmu sosial
yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu )
2.1.3. GEN
Gen adalah salah satu komponen DNA dan terdiri dari informasi untuk
membuat molekul-molekul protein. Setiap protein memberikan fungsi yang spesifik di
dalam tubuh.Setiap orang memiliki dua salinan dari setiap gen, masing-masing
diwariskan dari kedua orangtuanya. Kebanyakan gen sama pada orang, namun
beberapa gen berbeda untuk memberikan atribut fisik yang spesifik pada setiap orang.
2.2. TES DNA
2.2.1. PENGERTIAN TES DNA
Tes DNA adalah satu teknik biologi molekuler penanda genetik yang dipakai
untuk pengujian terhadap materi profil DNA, yaitu sehimpunan data yang
menggambarkan susunan DNA yang dianggap khas untuk individu yang menjadi
sampelnya.Hanya sebagian kecil berkas DNA yang dipakai untuk pengujian, seperti
bagian DNA yang berisi pengulangan urutan basa (variable number tandam repeats/
VNRT).
Tes DNA ini sangat dipercaya dan sudah diakui keabsahannya dapat
mengidentifikasi seseorang dengan keakuratan mencapai 100%, sehingga banyak
dimanfaatkan dalam analisis, pihak kepolisian maupun pengadilan khususnya untuk
membantu mengungkap suatu perkara. Adanya kesalahan bahwa kemiripan pola DNA
bisa terjadi secara random (kebetulan) sangat kecil kemungkinannya, yaitu dengan
peluang satu diantara satu juta.Jikapun terdapat kesalahan itu disebabkan oleh faktor
human error terutama pada kesalahan interpretasi fragmen-fragmen DNA oleh
operator (manusia).
DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah c-DNA dan mt-DNA.Sampel
DNA yang paling akurat digunakan dalam tes adalah c-DNA, karena inti sel tidak bisa
berubah.Sementara mt-DNA dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu
yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya.Namun, keunikan dari
pola pewarisan mt-DNA tersebut sekaligus menjadi kelebihannya, sehingga mt-DNA
dapat dijadikan sebagai marker (penanda) untuk tes DNA dalam upaya
mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal.
2.2.2. TUJUAN TES DNA
Tes DNA pada umumnya digunakan untuk 2 tujuan yaitu (1) tujuan pribadi
sebagai penentuan pewalian anak atau penentuan orang tua dari anak (Tes Paternitas);
dan (2) tujuan hukum, yang meliputi masalah forensik, seperti identifikasi korban
yang telah hancur maupun untuk pembuktian kasus kejahatan semisal kasus
permerkosaan atau pembunuhan.
2.2.3. SAMPEL DAN PENYIAPAN SAMPEL UNTUK TES DNA
Hampir semua sampel biologis tubuh seperti darah dan bercak darah, seminal, cairan
vaginal, dan bercak kering, rambut (baik rambut lengkap dengan akarnya atau hanya batang
rambut), epitel bibir (misal pada puntung rokok), sel buccal, tulang, gigi, saliva dengan
nucleus (pada amplop, perangko, cangkir), urine, feces, kerokan kuku, jaringan otot, ketombe,
sidik jari, atau pada peralatan pribadi dapat digunakan untuk sampel tes DNA. Tetapi yang
paling sering digunakan untuk tes DNA adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian
dalam (buccal swab), dan kuku.
Untuk kasus-kasus forensik, sampel sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau sampel
biologislain yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel tes
DNA.
Tahap pengambilan dan penyimpanan bahan atau sampel merupakan tahapan yang
vital, dan harus dilakukan dengan prinsip-prinsip di bawah ini:
1. Hindari tempat yang terkontaminasi DNA dengan tidak menyentuh objek secara langsung
dengan tangan, tidak bersin atau batuk di dekat barang bukti.
2. Menggunakan sarung tangan bersih untuk pengumpulan barang bukti. Sarung tangan
harus diganti untuk setiap penanganan barang bukti yang berbeda.
3. Setiap barang bukti harus disimpan terpisah
4. Bercak darah, bercak sperma, dan bercak lainnya harus dikeringan dahulu sebelum
disimpan
5. Sampel harus disimpan pada amplop atau kertas setelah dikeringkan. Jangan
menggunakan bahan plastik karena plastik dapat mempercepat degradasi molekul DNA.
Setiap amplop harus ditandai nomor kasus, nomor bukti, waktu pengumpulan
6. Bercak pada permukaan meja atau lantai dapat diambil dengan swab kapas steril dan
alcohol. Keringkan kapas tersebut sebelum dibawa.
7. Di laboratorium, sampel DNA disimpan dalam kulkas bersuhu 40C atau dalam freezer
bersuhu -200C. Sampel yang akan digunakan dalam waktu yang lama, dapat disimpan
dalam suhu -700C.
Secara umum DNA dapat rusak akibat pengaruh lingkungan seperti paparan sinar
matahari, terkena panas, bahan kimia, air dan akibat kerja enzim DNAase yang terdapat
dalam jaringan sendiri. Untuk itu terhadap berbagai bahan sampel tersebut harus diberi
perlakuan sebagai berikut:
1. Jaringan, organ, dan tulang
Bila masih segar, ambil tiap bagian dengan pinset lalu masukkan masing-
masing bagian ke dalam wadah tersendiri. Beri label yang jelas dan tanggal
pembagian sampel, simpan di pendingin lalu kirim ke laboratorium. Namun bila
sampel tidak lagi segar (busuk), ambil sampel, bungkus dengan kertas
alumunium, dan bekukan pada suhu -200C. Beri label yang jelas dan tanggal
pengambilan sampel, lalu kirim ke laboratorium.
2. Darah dan bercak darah (seperti darah pada pakaian, karpet, tempat tidur, perban)
- Darah
o Darah cair dari seseorang
Ambil dengan menggunakan semprit
Masukkan ke dalam tabung yang diberikan pengawet
EDTA 1 mL darah
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,
simpan dalam termos es, lemari es, atau kirim ke
laboratorium
o Darah cair di TKP
Ambil dengan menggunakan semprit, pipet, atau kain
Masukkan ke dalam tabung yang berisikan pengawet
EDTA. Bila membeku, ambil dengan menggunakan
spaltel
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,
simpan dalam termos es, lemari es, atau kirim ke
laboratorium
o Darah cair dalam air/salju/es
Sesegera mungkin, ambil secukupnya, masukkan ke
dalam botol
Hindari kontaminasi, beri label yang jelas dan tanggal
pengambilan sampel, simpan atau kirim ke
laboratorium
- Bercak darah basah
o Ditemukan pada pakaian
Pakaian dengan noda ditempatkan pada permukaan
bersih dan keringkan
Setelah kering, masukkan kantong kertas atau amplop
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,
kirim ke laboratorium
o Ditemukan pada benda
Bila benda kecil, biarkan kering, tetapi pada benda
besar, hisap bercak tersebut dengan kain katun dan
keringkan
Masukkan amplop, beri label yang jelas dan tanggal
pengambilan sampel, dan kirim ke laboratorium
o Ditemukan pada karpet atau benda yang dapat dipotong
Potong bagian yang ada nodanya
Tiap potongan diberi label yang jelas, sertakan
potongan yang tidak ada nodanya sebagai control
Kirim ke laboratorium
o Percikan darah kering
Gunakan celotape, tempelkan pada percikan noda
Masukan celotape tersebut ke dalam kantong plastic
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,
kirim ke laboratorium
3. Sperma dan bercak sperma
- Sperma cair
a. Hisap dengan semprit, masukkan ke dalam tabung
b. Atau dengan kapas, keringkan
c. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke
laboratorium
- Bercak sperma pada benda yang dipindah (misalnya pada celana)
a. Bila masih basah, keringkan
b. Bila kering, potong pada bagian nodanya, dan masukkan ke dalam
amplop
c. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke
laboratorium
- Bercak sperma pada benda besar yang bisa dipotong (misalnya pada karpet)
a. Potong pada bagian yang bernoda
b. Masukkan ke dalam amplop
c. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke
laboratorium
- Bercak pada benda yang tidak dapat dipindah dan tidak menyerap (misal:
lantai)
a. Kerok bercaknya, lalu masukkan kertas
b. Lipat kertas hingga membungkus kerokan, masukkan ke dalam amplop
c. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke
laboratorium
4. Urine, saliva, dan cairan tubuh yang lain
- Sampel cair
a. Urine atau saliva dimasukkan ke dalam tempat steril
b. Simpan di pendingin, beri label yang jelas dan tanggal pengambilan
sampel, lalu kirim ke laboratorium
- Bercak urine, saliva
a. Dugaan noda dikerok atau potong, lalu kumpulkan
b. Simpan di pendingin, beri label yang jelas dan tanggal pengambilan
sampel, lalu kirim ke laboratorium
5. Rambut dan gigi
- Rambut
a. cabut beberapa helai rambut (10-15 helai) dengan akarnya. Hati-hati bila
tercampur dengan darah
b. Tempatkan pada wadah, beri label yang jelas dan tanggal pengambilan
sampel. Kirim ke laboratorium.
- Pulpa Gigi
a. Cabut gigi yang masih utuh. Sampel gigi sebaiknya tidak dirusak oleh
endodontia
b. Masukkan ke dalam kantong plastik, beri label yang jelas dan tanggal
pengambilan sampel
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan DNA :
Swab pipi : merupakan cara yang paling sederhana dan tanpa rasa sakit dalam
mengumpulkan sampel DNA. Dilakukan dengan menggunakan stick swab
sepanjang pipi kiri dan kanan bagian dalam.
Pengambilan darah untuk tes DNA. Dapat dipakai untuk tes fraternitas dan hanya
boleh dilakukan oleh kalangan profesional medis seperti dokter dan perawat.
Pengambilabn beberapa helai contoh rambut orang yang akan diperiksa DNA
2.2.3. MACAM TES DNA
2.2.3.1 TES PATERNITAS
Tes paternitas adalah tes yang dilakukan untuk menetapkan apakah seseorang
itu merupakan ayah biologis dari seorang anak.Dalam hal ilmu forensik, tes
paternitas sering digunakan pada situasi kriminalitas seperti perkosaan atau
persetubuhan dengan saudara sedarah dimana dari hubungan tersebut terjadi
hasil konsepsi.Selain itu, tes paternitas dan tes-tes lain yang berguna untuk
membuktikan hubungan keluarga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
korban yang hilang atau tersangka melalui anggota keluarganya yang ada
untuk di tes (Arizona, 2009).
Walaupun tes paternitas lebih sering dailakukan daripada tes maternitas, ada
beberapa keadaan dimana ibu biologis anak tersebut tidak jelas.Contohnya
pada anak yang diadopsi yang ingin bertemu kembali dengan ibu kandungnya,
bayi yang tertukar di rumah sakit, dan fertilisasi in-vitro dimana laboratorium
dapat mengimplantasi embrio yang tidak berhubungan dengan ibu tersebut di
dalam rahimnya. Setiap anak akan menerima setengah pasang kromosom
lainnya dari ibu sehingga setiap individu membawa sifat yang diturunkan
dengan baik dari ibu maupun ayah. Sedangkan DNA yang berada pada
mitokondria hanya diturunkan dari ibu kepada anak-anaknnya.Keunikan pola
pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA mitokondria dapat
digunakan sebagai marka untuk mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara
maternal.Kedua pola penurunan materi genetik dapat diilustrasikan seperti
gambar sebelumnnya. Dengan perkembangan teknologi, pemeriksaan DNA
dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan individu yang satu
dengan individu yang lain. (Arizina,2009)
Identifikasi DNA untuk tes paternitas dilakukan dengan menganalisa pola
DNA menggunakan marka STR (short tandem repeat).STR adalah lokus DNA
yan tersusun atas pengulungan 2-6 basa.Dalam genom manusia dapat
ditemukan pengulangan basa yang bervariasi jumlah dan jenisnnya.
Identifikasi DNA dengan penanda STR memiliki tingkat variasi yang tinggi
baik antar lokus STR maupun antar individu (Hawab,2004)
2.2.3.2. TES MATERNITAS
Tes maternitas adalah salah satu bentuk tes DNA yang digunakan
untuk menentukan apakah seorang wanita adalah ibu biologis dari seorang
anak.Seperti pada tes paternitas, tes ini membandingkan pola DNA anak
dengan terduga ibu untuk menentukan kecocokan DNA anak yang diwariskan
dari terduga.Umumnya tes maternitas dilakukan pada kasus-kasus khusus,
seperti kasus terduga tertukarnya bayi, kasus bayi tabung, kasus anak angkat
dan lain-lain (Sentausa, 2008).
Tes yang digunakan adalah tes mtDNA (mintokondria DNA).Dimana
pada tes mtDNA ini penurunan maternal digunakan untuk menentukan apakah
dua atau lebih individu mempunyai hubungan keluarga melalui ibu mereka
(secara maternal/garis ibu).Tes ini sering digunakan untuk memberikan bukti
tambahan pada kasus maternitas yang sulit dimana terduga ibu tidak dapat
dites.Hasil dari tes ini juga dapat digunakan untuk konfirmasi hubungan
biologis dari anak angkat dalam tes mtDNA yang diturunkan secara maternal,
identifikasi DNA dilakukan dengan membandingkan mtDNA ibu dengan
mtDNA anak. Pada tes ini, karena DNA mitokondria hanya diwariskan secara
maternal pada anaknya, bila pola mtDNA seorang ibu sama dengan pola
mtDNA anak maka dikatakan bahwa kedua individu tersebut memiliki garis
keturunan maternal yang sama (singer, 1997).
DNA mitokondria berlokasi di luar nucleus pada sel mitokondria
penghasil energy.Keuntungan dari tipe DNA ini adalah terdapat banyak sekali
mitokondria pada setiap selnya.Sebuah akar rambut telah berhasil digolongkan
dengan menggunakan analisis mitokondria.Informasi DNA disandikan dalam
satu kesatuan yang berhubungan dengan garis-garis dari nukleotida.Kode
genetik terdiri dari triplet nukleotida dimana dapat dimasukan dalam
transkripsi dan translasi menjadi asam amino untuk membentuk protein.
Kemudian pada akhirnya, adalah sangat beralasan untuk mengharapkan bahwa
informasi tentang rangkaian DNA akan digunakan oleh ahli forensic. Sekarang
ini, DNA mitokondria telah digunakan untuk kepentingan forensic, karena
masing-masing sel memiliki beberapa mitokondria telah digunakan untuk
kepentingan forensic, karena masing-masing sel memiliki beberapa
mitokondria: DNA mitokondria (mtDNA) merupakan molekul yang relative
kecil dan beberapa daerah dari molekul tersebut sangat polimorfik. Saat
rangkaian DNA dibandingkan, para ahli mengamati untuk mencari tanda-tanda
khas atau perbedaan yang ada pada contoh di bawah ini, rangkaian dalam (a)
tanda-tanda khas untuk identitas (b) sebagai sumber mutasi dari masing-
masing, (c). Tidak cocok dengan identitas, (d) membandingkan rangkaian
yang mungkin diyakini dari seseorang.
(a)……………………TTGCAGCTTAGCCCGATTCGATCGA……………
(b)……………………TTGCAGCTTAGCCCAATTCGATCGA……………
(c)……………………TTGCAGCTTAGCCCGATTCGATCGA……………
Keseluruhan mitokondria anak diturunkan dari ibu karena hanya sel
telur yang membawa mitokondria saat melebur dengan sperma.Sel telur
memiliki 100.000 mitokondria, sedangkan sperma hanya 50-100 di ekor
sperma.Ekor sperma merupakan alat gerak yang membutuhkan energy tinggi
dari mitokondria. Pada proses masuknya sel sperma ke sel telur, ekor sperma
akan terlepas sehingga mitokondria tidak ikut masuk. Beberapa mitokondria
ayah yang mungkin masuk dalam sel telur akan diencerkan selama proses
mitosis sehingga sangat tidak berarti jumlahnya atau dianggap seperti benda
asing sehingga dihancurkan system sel. Sebagai pelacak, ketiadaan
mitokondria ayah pada keturunannya mempermudah analisis penurunan
mtDNA. Genom mitokondria diturunkan selama ratusan ribu tahun tanpa ada
persilangan dengan genom mtDNA ayah.Dengan demikian, mutasi yang
diwariskan dapat dilacak pada satu garis keturunan maternal.Karakteristik ini
memungkinkan mtDNA sebagai alat untuk mengetahui hubungan maternal
antar individu, mempelajari antropologi, serta biologi evolusi berbagai
makhluk hidup (singer, 1997).
Keunggulan mtDNA
Selain DNA inti, DNA mitokondria (mtDNA) telah digunakan dalam
forensik dan menjadi barang bukti di pengadilan Amerika dan
Eropa.Kelebihan utama penggunaan mtDNA adalah jumlah molekulnya yang
mencapai ribuan dalam satu sel sehingga memungkinkan dilakukan analisis
dari sampel yang sangat sedikit, misalnya cairan tubuh, akar atau batang
rambut bahkan tulang dan fosil tulang.
Kelemahan mtDNA
Kelemahan menggunakan mtDNA adalah kemungkinan menemukan
kesamaan antar individu yang relative tinggi, terutama individu yang terkait
hubungan keluarga segaris ibu.Kelemahan ini jadi menguntungkan bila yang
dilakukan adalah perunutan hubungan keluarga.Perunutan hubungan keluarga
dengan mtDNA didasarkan pada pola pewarisan maternal yang haploid dan
hipervariabilitas daerah D-loop.Secara teknis D-loop dibagi dalam dua daerah
hipervariabel yaitu HV1 (15.971 – 16.414) dan HV2 (15 – 389). Individu yang
terkait hubungan maternal akan memiliki urutan sekuen yang sama dan yang
tidak terkait hubungan maternal ini akan berbeda. Terdapat kemungkinan dua
individu yang tidak memiliki catatan hubungan maternal akan memiliki sekuen
dengan urutan basa yang sama. Bila silsilah keluarga hanya diketahui beberapa
generasi keatas, sementara kecepatan mutasi adalah satu titik dalam 33
generasi maka kemungkinan terjadinya kasus homologi dua individu yang
merasa tidak memiliki hubungan maternal relative tinggi. Hal ini
menyebabkan mtDNA tidak dapat menjadi alat bukti tunggal atau yang utama
dakam pengadilan (Robert, 1999).
Perunutan hubungan keluarga untuk mengidentifikasi korban bencana
massal telah beberapa kali dilakukan atau identifikasi DNA dilakukan bila
korban tidak dapat lagi dikenali secara fisik ataupun untuk menguatkan dugaan
pengenalan secara fisik (Sentausa, 2008)
2.2.3.3. DNA FINGERPRINT
Di Indonesia DNA fingerprint mencuat namanya di Indonesia sebagai
cara identifikasi kejahatan dan korban yang telah hancur setelah terjadi
peristiwa peledakan bom ditanah air seperti kasus bom Bali, bom Marriot dan
peledakan bom didepan Kedutaan Besar Australia-Jakarta. DNA fingerprint
asam dioksiribonukleat, adalah salah satu jenis asam nukleat. Asam nukleat
merupakan senyawa-senyawa polimer yang menyimpan semua informasi
tentang genetika. Penemuan teknik polymerase Chain Reaction ( PCR )
menyebabkan perubahan yang cukup revolusioner diberbagai bidang. Hasil
aplikasi dari teknik PCR ini disebut dengan DNA fingerprint yang merupakan
gambaran pola potongan DNA dari setap individu. Karena setiap individu
mempunyai DNA fingerprint yang berbeda (Albert, 1982)
Metode Analisis DNA Fingerprint
Sistematika analisis DNA Fingerprint sama dengan metode analisis
ilmiah yang biasa dilakukan dilaboratorium kimia. Setelah didapat sampel dari
bagian tubuh tertentu, maka dilakukan isolasi untuk mendapatkan sampel
DNA.Bahan kimia yang digunakan untuk isolasi adalah Phenolchloroform dan
Chilex.Phenolchloroform biasa digunakan untuk isolasi darah yang terbentuk
cairan, sedangkan Chilex digunakan untuk mengisolasi barang bukti yang
berupa rambut.Tahapan selanjutnya adalah sampel DNA dimasukkan kedalam
mesin PCR. Langkah dasar penyusunan DNA fingerprint dengan PCR yaitu
dengan sebuah amplifikasi (pembesaran) sebuah zat potongan DNA yang
urutannya belum diketahui, prosedur ini dimulai dengan mencampurkan
sebuah primer amplifikasi dengan sampel genomic DNA. Satu nanogram
DNA yang sudah cukup untuk membuat pleat reaksi. Kemudan primer
amplifikasi tersebut digunakan untuk penjiplakan untuk sampel DNA yang
mempunyai urutan bahas yang cocok.Hasil akhirnnya berupa kopi urutan
DNA lengkap hasil amplifikasi dari DNA sampel. Selanjutnya kopi urutan
DNA akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat pola pitanya.
Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA
(pola elektroforosis) setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang disebut
DNA fingerprint.
Kekurangan DNA Fingerprint :
1. Tes DNA yang dilakukan di Indonesia tergolong sangat lama diperkirakan
memerlukan sampai waktu sampai 12 hari kerja atau sampai hamper 2
minggu karena sangat terbatasnnya instansi yang dapat melayani tes DNA.
2. Dana yang dibutuhkan sangat mahal.
Kelebihan DNA Fingerprint :
1. Adannya kesalahan bahwa kemiripan pola pita bias terjadi secara random
(kebetulan) sangat kecil kemungkinannya.
2. Kemampuanya ahli forensik dalam mengendus jejak kejahatan melalui
metode analisis DNA fingerprint merupakan suatu langkah maju dalam
proses pengungkapan kejahatan di Indonesia.
3. Keakuratan hasil yang mencapai hasil hampir 100 % menjadikan metode
DNA Fingerprint selangkah lebih maju dibandingkan proses biometri
(identifikasi menggunakan sidik jari, retina mata, susunan gigi, bentuk
tengkorak kepala serta bagian tubuh lainnya )
2.2.5. TEKNIK ANALISA DNA
Tes DNA memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pemeriksaan
konvensional lainnya yaitu:
Ketepatan yang lebih tinggi
Sebagai contoh hasil pemeriksaan terhadap bercak darah dengan teknik pemeriksaan
DNA akan memberikan hasil yang nyaris sempurna dalam menentukan siapa sumber
bercak darah dibandingkan dengan pemeriksaan golongan darah konvensional
Pilihan sampel luas
Penyebaran DNA pada hampir seluruh bagian tubuh membuat sampel untuk tes DNA
dapat diambil dari berbagai bagian tubuh
Dapat memecahkan kasus sulit
Tes DNA merupakan satu-satunya tes yang dapat dipakai untuk memecahkan kasus
sulit yang tidak dapat dipecahkan dengan metode biasa
Sensitifitas yang amat tinggi
Sensitifitas tes ini mencapai 99,9 %
Kestabilan yang tinggi
Pada kasus dimana bukti sebagai sampel sudah membusuk maka hanya tes ini yang
dpat dilakukan karena DNA bersifat tahan pembusukan dibandingkan protein
2.2.5.1. Teknik Sidik Jari DNA / RFLP
RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphisms) adalah sebuah
metode yang digunakan oleh ahli biologi molekuler untuk mengikuti urutan
tertentu DNA seperti yang disampaikan kepada sel-sel lain Sebuah RFLP
adalah urutan DNA yang memiliki pembatasan situs pada setiap ujungnya
dengan "target" urutan di antara keduanya. Sebuah sekuens target adalah
setiap segmen DNA yang mengikat untuk suatu penyelidikan dengan
membentuk pasangan basa komplementer.
Sebuah probe urutan DNA beruntai tunggal yang telah ditandai dengan
radioaktivitas atau enzim sehingga probe dapat dideteksi. Ketika pasangan basa
probe ke target, penyelidik dapat mendeteksi mengikat ini dan tahu di mana
urutan target adalah karena probe terdeteksi.
Sebagai contoh, mari kita ikuti RFLP tertentu yang ditetapkan oleh enzim
restriksi EcoR I dan urutan target sebesar 20 basis
GCATGCATGCATGCATGCAT
EcoR aku mengikat kepada pengakuan seuqence GAATTC dan
memotong DNA beruntai ganda. Probe DNA di gunakan dalam analisis
polimorfisme pembatasan panjang fragmen (RFLP-Restriction Fragment Length
Polymorphisms), yang menjadi semakin berharga dalam prosedur
medis,mengandalkan pada pendeteksian berbagai ukuran fragmen
(Polymorphisms) yang di hasilkan ketika potongan DNA genomik yang
mengandung suatu gen tertentu dan daerah analog yang mengandung alel mutan
nya di belah oleh suatu enzim pembatas.
Elektroforesis gel, autoradiografi, dan probe DNA berlabel radio
digunakan untuk mendeteksi dua fragmen berbeda. Protokol diagnostik ini
sekarang di gunakan dengan berhasil untuk diagnosis prenatal dari anemia sel
sabit, Fibrosis kistik, Korea Huntington, Distrofi Muskular Duchenne, dan
penyakit ginjal polikistik dewasa. Karena tidak ada dua genom manusia yang
memiliki rangkaian basa yang identik. Maka RFLP dewasa ini di gunakan oleh
pengetahuan kedokteran kehakiman untuk mendapatkan sidik jari DNA manusia,
dimana tidak ada dua sidik jari yang sama. Dengan demikian,karena setiap sidik
jari DNA manusia adalah unik,maka RFLP terbukti merupakan alat penyelidikan
yang kuat untuk membantu petugas hukum dalam menyelesaikan masalah
kejahatan.
Untuk menghitung jarak genetik antara untuk lokus, Anda harus mampu
mengamati rekombinasi. Secara tradisional, ini dilakukan dengan mengamati
fenotipe, tetapi dengan analisis RFLP, adalah mungkin untuk mengukur jarak
genetis antara dua lokus RFLP apakah mereka merupakan bagian dari gen atau
tidak.
Deteksi RFLP dilakukan berdasarkan pada adanya kemungkinan untuk
membandingkan profil pita-pita yang di hasilkan setelah di lakukan pemotongan
dengan enzim restriksi terhadap DNA target atau dari individu yang berbeda.
Berbagai mutasi yang terjadi pada suatu organisme mempengaruhi molekul DNA
dengan berbagai cara,menghasilkan fragmen-fragmen dengan panjang yang
berbeda.
Aplikasi tekhnik RFLP biasa di gunakan untuk mendeteksi diversitas
genetic,hubungan kekerabatan,sejarah domestikasi,asal dan evolusi suatu
spesies,genetic drift dan seleksi,pemetaan keseluruhan genom,tagging
gen,mengisolasi gen-gen yang berguna dari spesies liar, mengkonstruksi
perpustakaan DNA. Restriction Fragment Length polymorphism (RFLP)
merupakan penanda molekul yang pertama kali ditemukan dan
digunakan.Penggunaannya dimungkinkan semenjak orang menemukan enzim
endonuklease restriksi (RE), suatu kelas enzim yang mampu mengenal dan
memotong seurutan pendek basa DNA (biasanya 4-6 urutan basa).Enzim ini
dihasilkan oleh bakteri dan dinamakan menurut spesies bakteri yang
menghasilkannya.
RFLP bersifat kodominan dan cukup berlimpah serta polimorfik.Penanda
ini juga mudah dipetakan dalam peta genetik dan bersifat stabil.Kelemahannya,
penanda ini memerlukan DNA dalam jumlah besar, lama (memerlukan waktu
tiga hari), serta melibatkan penggunaan pelabelan isotop radioaktif (meskipun
kini telah ditemukan teknik tanpa radioaktif).
Analisis Restriction fragment length polymorphism (RFLP) adalah salah
satu teknik pertama yang secara luas digunakan untuk mendeteksi variasi pada
tingkat sekuen DNA.Deteksi RFLP dilakukan berdasar pada adanya
kemungkinan untuk membandingkan profil pitapita Yang dihasilkan setelah
dilakukan pemotongan dengan enzim restriksi terhadap DNA target/dari individu
yang berbeda.Berbagai mutasi yang terjadi pada suatu organism mempengaruhi
molekul DNA dengan berbagai cara, menghasilkan fragmenfragmen dengan
panjang yang berbeda.Perbedaan panjang fragmen ini dapat dilihat
setelahdilakukan elektroforesis pada gel, hibridisasi dan visualisasi.
Aplikasi teknik RFLP biasa digunakan untuk mendeteksi diversitas
genetic, hubungan kekerabatan, sejarah domestikasi, asal dan evolusi suatu
spesies, genetic drift dan seleksi, pemetaan keseluruhan genom, tagging gen,
mengisolasi gengen yang berguna dari spesies liar,mengkonstruksi perpustakaan
DNA.
Prosedur Teknik RFLP
• Teknik ini diawali dengan mengekstrasi sekuens DNA dari sel.
•Selanjutnya untaian DNA hasil ekstrasi dipotong potong dengan
menggunakan enzim restriksi.
• Potongan DNA ini diproses pada gel agarose dengan menggunakan teknik
elektroforesis untuk memisahkan fragmen DNA berdasarkan berat molekulnya
dengan menggunakan arus listrik.
• Gel hasil elektroforesis selanjutnya ditransfer ke membran nilon dengan
menggunakanteknik bloting.Selanjutnya radioaktif probe ditambahkan untuk
menggandeng potongan DNA yang sesuai dan memindahkannya ke membran
nilon.
•Dengan melakukan pemotretan membran (membubuhkan bahan pewarna
atau unsurradioaktif) pola garis-garis sidik jari DNA yang terbentuk dapat
divisualisasikan dan dianalisakecocokannya.
2.2.5.2. Teknik PCR (Polimerase Chain Reaction)
Mesin PCR
PCR tube yang berisi masing-masing 100 mikroliter campuran reaksi
PCR merupakan proses yang berlangsung secara in vitro dalam tabung
reaksi sebesar 200 µl ini mampu menggandakan atau mengkopi DNA hingga
miliaran kali jumlah semula. Maka pantes aja dengan berbekal DNA yang
terkandung dalam sampel yang cuma secuil itu bisa diperoleh banyak sekali
informasi sesuai kebutuhan kita.Reaksi PCR meniru reaksi penggandaan atau
replikasi DNA yang terjadi dalam makhluk hidup.Secara sederhana PCR
merupakan reaksi penggandaan daerah tertentu dari DNA cetakan (template)
dengan batuan enzim DNA polymerase.PCR terdiri atas beberapa siklus yang
berulang-ulang, biasanya 20 sampai 40 siklus.
Komponen PCR
Selain DNA template yang akan digandakan dan enzim DNA
polymerase, komponen lain yang dibutuhkan adalah:
Primer
Primer adalah sepasang DNA utas tunggal atau oligonukleotida pendek
yang menginisiasi sekaligus membatasi reaksi pemanjangan rantai atau
polimerisasi DNA.Jadi jangan membayangkan kalau PCR mampu
menggandakan seluruh DNA bakteri E. coli yang panjangnya kira-kira 3 juta
bp itu. PCR hanya mampu menggandakan DNA pada daerah tertentu
sepanjang maksimum 10000 bp saja, dan dengan teknik tertentu bisa sampai
40000 bp. Primer dirancang untuk memiliki sekuen yang komplemen dengan
DNA template, jadi dirancang agar menempel mengapit daerah tertentu yang
kita inginkan.
dNTP (deoxynucleoside triphosphate)
dNTP alias building blocks sebagai ‘batu bata’ penyusun DNA yang
baru. dNTP terdiri atas 4 macam sesuai dengan basa penyusun DNA, yaitu
dATP, dCTP, dGTP dan dTTP.
Buffer
Buffer yang biasanya terdiri atas bahan-bahan kimia untuk
mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum dan menstabilkan enzim DNA
polymerase.
Ion Logam
o Ion logam bivalen, umumnya Mg++, fungsinya sebagai kofaktor bagi
enzim DNA polymerase. Tanpa ion ini enzim DNA polymerase tidak
dapat bekerja.
o Ion logam monovalen, kalsium (K+).
Tahapan Reaksi
Setiap siklus reaksi PCR terdiri atas tiga tahap, yaitu:
Denaturasi
Denaturasi dilakukan dengan pemanasan hingga 96oC selama 30-60
detik. Pada suhu ini DNA utas ganda akan memisah menjadi utas tunggal.
Annealing
Setelah DNA menjadi utas tunggal, suhu diturukan ke kisaran 40-60oC
selama 20-40 detik untuk memberikan kesempatan bagi primer untuk
menempel pada DNA template di tempat yang komplemen dengan sekuen
primer.
Ekstensi/elongasi
Dilakukan dengan menaikkan suhu ke kisaran suhu kerja optimum
enzim DNA polymerase, biasanya 70-72oC. Pada tahap ini DNA polymerase
akan memasangkan dNTP yang sesuai pada pasangannya, jika basa pada
template adalah A, maka akan dipasang dNTP, begitu seterusnya (ingat
pasangan A adalah T, dan C dengan G, begitu pula sebaliknya). Enzim akan
memperpanjang rantai baru ini hingga ke ujung. Lamanya waktu ekstensi
bergantung pada panjang daerah yang akan diamplifikasi, secara kasarnya
adalah 1 menit untuk setiap 1000 bp.
Selain ketiga proses tersebut biasanya PCR didahului dan diakhiri oleh
tahapan berikut:
Pra-denaturasi
Dilakukan selama 1-9 menit di awal reaksi untuk memastikan
kesempurnaan denaturasi dan mengaktifasi DNA Polymerase (jenis hot-start
alias baru aktif kalau dipanaskan terlebih dahulu).
Final Elongasi
Biasanya dilakukan pada suhu optimum enzim (70-72oC) selama 5-15
menit untuk memastikan bahwa setiap utas tunggal yang tersisa sudah
diperpanjang secara sempurna. Proses ini dilakukan setelah siklus PCR
terakhir. PCR dilakukan dengan menggunakan mesin Thermal Cycler yang
dapat menaikkan dan menurunkan suhu dalam waktu cepat sesuai kebutuhan
siklus PCR. Pada awalnya orang menggunakan tiga penangas air (water bath)
untuk melakukan denaturasi, annealing dan ekstensi secara manual, berpindah
dari satu suhu ke suhu lainnya menggunakan tangan. Tapi syukurlah sekarang
mesin Thermal Cycler sudah terotomatisasi dan dapat diprogram sesuai
kebutuhan.
Keunggulan PCR dibandingkan RFLP adalah :
o Simpel dan mudah dilaksanakan di laboratorium
o Hasil diperoleh dalam waktu singkat
o Memungkinkan analisa DNA dalam jumlah sedikit
Kekurangan PCR adalah :
o Mudah terkontaminasi
Jika ada DNA bakteri tercampur maka akan diperbanyak hingga
jutaan kali sehingga bisa terjadi salah kesimpulan terhadap hasil
pemeriksaan
o Lokus dalam PCR memiliki alel lebih sedikit dibanding RFLP
2.2.5.3. Short Tandem Repeats
Merupakan penggambaran dari urutan DNA pendek yang diulang
dimana panjang pengulangan ini berbeda-beda tergantung individu dan
diwariskan kepada generasi berikutnya.Mutasi dapat terjadi terhadap
banyaknya pengulangan sehingga dapat muncul variasi panjang
pengulangan.Variasi ini membuat teknik ini dapat digunakan sebagai penanda
genetik.Metode ini dapat memeriksa sampel DNA yang rusak karena hanya
sedikit pasangan basa fragmen DNA yang diperbanyak.Teknik ini memiliki
kelemahan dimana teknik ini membutuhkan tiga belas lokus sedangkan DNA
inti sendiri hanya memiliki dua salinan molekul dalam setiap sel.
2.2.5.4. Y-Short Tandem Repeats
Merupakan STRs pada kromosom Y dan hanya dapat digunakan untuk
menyaring informasi genetik yang spesifik dari pria yang menjadi
sampel.Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk memriksa sampel tanpa
sperma yang bercampur antara sampel laki-laki dan sampel perempuan seperti
sampel darah yang diambil dari korban kasus perkosaan. Teknik pemeriksaan
ini juga berguna untuk menyelesaikan kasus disputed paternity pada anak laki-
laki karena kromosom Y diturunkan oleh ayah kepada anak laki-laki.
2.2.5.5. Mitochondrial DNA (mt-DNA)
Mitokondria adalah partikel intraselular yang terdapat dalam
sitoplasma sel dan mengandung DNA kecil berupa molekul berbentuk
sirkular.Ciri khas mt-DNA adalah pola penurunannya dimana mt-DNA hanya
mengandung DNA ibu.Mt-DNA bersifat seperti kromosom Y yang tidak
mempunyai homolog pada genom manusia sehingga kedianya diturunkan
secara spesifik.Dari mt-DNA dapat diketahui garis ibu pada anak laki-laki.Mt-
DNA adalah marker sitoplasmik yang diturunkan ibu kepada semua anaknya.
2.2.5.6. CODIS (Combined DNA Index System)
Merupakan analisis DNA yang baru dikembangkan FBI.FBI memilih
tiga belas lokus utama standar dan meningkatkan pengembangan kemampuan
laboratorium untuk melakukan pemeriksaan pada lokus tersebut. Pengumpulan
tiga belas lokus utama ini akan meningkatkan kemampuan diskriminasi.
CODIS menggunakan dua indeks atau petunjuk untuk melakukan pemeriksaan
pada kasus kriminal dengan analisis DNA. Kedua indeks tersebut adalah
Convicted Offender Index yang mengandung profil narapidana yang
melakukan tindakan kriminal dan The Forensik Index yang mengandung profil
DNA dari fakta yang didapatkan pada kasus kriminal.
2.3.ANALISIS HASIL TES DNA
Analisis DNA untuk meliputi beberapa tahap yaitu tahap pengambilan
specimen, tahap proses laboratorium, tahap perhitungan statistic dan
pengambilan kesimpulan. Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih
memanfaatkan metode elektroforesis DNA. Interpretasi hasilnnya adalah
detngan cara menganalisa pola DNA menggunakan marka STR ( short tandem
repeats ). STR adalah lokus DNA yang tersusun atas pengulangan 2-6
basa.Dalam genom manusia dapat ditemukan pengulangan basa yang bervariasi
jumlah dan jenisnya.Dengan menganalisa STR ini, maka DNA tersebut dapat
diprofilkan dan dibandingkan dengan sampel DNA terduga lainnya.
Beberapa tahapan tes DNA yaitu :
1. Tahapan preparasi sampel yang meliputi pengambilan sampel DNA
(isolasi) dan pemurnian DNA. Dalam tahap ini diperlukan kesterilan alat-
alat yang digunakan. Untuk sampel darah dalam isolasinnya dapat
digunakan. Untuk sampel darah dalam isolasinnya dapat digunakan
bahan kimia phenolchloroform sedangkan untuk sampel rambut dapat
digunakan bahan kimia Chilex. Selanjutnnya DNA dimurnikan dari
kotoran-kotoran seperti protein, sel debris dan lain-lain. Untuk metode
pemurnian biasannya digunakan teknik sentrifugasi dan metode filtrasi
vakum. Tetapi berbagai ilmuwan telah banyak meninggalkan cara
tersebut dan beralih keproduk-produk pemurnian yang telah dipasarkan
seperti produk butir magnet yang memanfaatkan silica-coated
paramagnetic resin yang memungkinkan metode pemisahan DNA yang
lebih sederhana dan cepat.
2. Tahapan selanjutnnya adalah memasukkan sampel DNA yang telah
dimurnikan kedalam mesin PCR (polymerase chain reaction) sebagai
tahapan ampifikasi. Hasil akhir dari tahapan amplifikasi ini adalah
berupa kopi urutan DNA lengkap dari DNA sampel. Selanjutnnya kopi
urutan DNA ini akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat
pola pitannya. Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah
dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu juga berbeda.
Pola pita inilah yang disebut DNA sidik jari ( finger print ) yang akan
dianalisa pola STR nya. Tahap terakhir adalah DNA berada dalam
tahapan typing, proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA.
Mesin PCR akan membaca data-data DNA dan menampilkannnya dalam
bentuk angka-angka dan gambar-gambar identifikasi DNA. Finishing
dari tes DNA adalah mencocokkan tipe-tipe DNA yaitu DNA korban
dengan DNA pihak yang dicurigai atau dengan tipe DNA yang telah
tersedia dalam database. Jika dalam pembacaan diperoleh homolog
melebihi ambang yang ditetapkan (missal 90%) maka dapat dipastikan
korban adalah kerabat pihak yang dicurigai.
3. Hasil analisis laboratorium atau profil DNA akan terlihat berupa pita-
pita DNA yang terdapat pada gel polakrilamid. Pita DNA anak kemudian
dibandingkan dengan pita DNA ayah dan ibunnya. Dapat dilihat bahwa
masing-masing orang memilki dua pita sebagai representasi dua alel yang
menggambarkan DNA pada satu pasang kromosom. Salah satu pita pada
kolom DNA anak sama tinggi dengan salah satu pita ibu yang
menunjukkan alel tersebut berasal dari ibu, artinya pita anak yang
kedua berasal dari pihak ayah terlihat bahwa salah satu pita ayah sama
tinggi dengan pita kedua anak. Kemudian dilakukan perhitungan statistic
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pria dan wanita tersebut
kemungkinan besar adalah orangtua dengan kemungkinan sekian persen
dibandingan dengan orang lain dalam ras yang sama.
2.4. KASUS
Kasus Pemboman J.W. Mariot dan Ritz Carlton
Setelah pemboman hotel JW Marriot dan Ritz Carlton beberapa hari yang lalu,
beberapa diantaranya diperkirakan pelaku bom bunuh diri. Pada kasus bom
semacam ini hal penting yang harus dilakukan adalah pemeriksaan terhadap
korban meninggal secara kedokteran forensik.Terhadap semua korban
meninggal harus dilakukan autopsi, untuk menentukan jenis perlukaan dan
kekerasan penyebabnya, pencarian penyebab dan mekanisme kematian, saat
kematian dan yang tak kalah pentingnya adalah identifikasi korban.Korban
pemboman secara kedokteran forensik dicirikan oleh adanya perlukaan akibat
ledakan, luka bakar, keracunan CO dan luka akibat serpihan yang mengenai
tubuh.
Pemeriksaan Korban Bom
Korban meninggal akibat bom dapat dikenali dari keadaannya yang umumnya
hancur tercerai berai untuk korban yang berada dekat dengan pusat ledakan.
Ledakan bom terhadap korban yang dekat dari pusat ledakan secara langsung
akan mengakibatkan luka-luka ledakan berupa tubuh yang hancur berkeping,
dan amputasi pada berbagai bagian tubuh. Korban yang berada dekat dengan
pusat ledakan juga akan menunjukkan adanya luka bakar, dari yang ringan
sampai berat tergantung posisinya dari lokasi yang terbakar. Dari pola luka
bakar yang terjadi dokter forensik kemungkinan juga dapat memperkirakan
posisi korban dan kemana korban menghadap ketika terjadi kebakaran pasca
ledakan.Pada beberapa korban bom mungkin pula terjadi luka sekunder,
misalnya luka akibat tertimpa kaca atau bahan bangunan yang hancur akibat
ledakan atau luka akibat terinjak-injak saat semua orang panik pasca ledakan.
Identifikasi Personal
Identifikasi korban pemboman perlu dilakukan karena korban sulit
dikenali lagi, akibat hancurnya tubuh akibat ledakan. Pada kasus
ledakan Bom di hotel JW Marriote dan Ritz Carlton, dari TKP penyidik
mendapatkan beberapa batang tubuh, dua kepala dan banyak serpihan
bagian tubuh manusia. Identifikasi korban secara forensik pada
prinsipnya adalah pembandingan data sebelum meninggal (ante mortem)
dan data setelah meninggal (postmortem). Semakin banyak data yang
cocok, maka akan semakin yakin kita bahwa korban adalah benar Tuan
X. Sebaliknya, jika ditemukan ada ketidaksesuaian, maka kita juga yakin
bahwa korban adalan bukan Tuan X. Data postmortem diperoleh melalui
pemeriksaan terhadap korban atau serpihan tubuh korban oleh dokter
forensic. Data antemortem diperoleh oleh tim lainnya, yang melakukan
pengumpulan data tersangka korban dari keluarga, kerabat, data medis,
data gigi dan sebagainya. Selanjutnya dilakukan pembandingan antara
data postmortem dan data antemortem, untuk mencari adanya
kesesuaian antara keduanya.Secara umum dapat dikatakan bahwa
semakin banyak data yang sesuai antara keduanya semakin meyakinkan
bahwa korban adalah tersangka korban. Dengan demikian tugas kedua
tim ini adalah mencari data sebanyak mungkin dari serpihan tubuh
korban dan keluarga tersangka korban. Data yang dikumpulkan meliputi
data visual (gambaran profil atau bagian tubuh), pakaian, perhiasan,
dokumen, data medis (ras, umur, jenis kelamin, ciri khusus, DNA),
serologi (golongan darah), sidik jari, dan data gigi. Dari semua data
tersebut diatas, pemeriksaan gigi, sidik jari DNA merupakan 3 data
penentu identitas, yang dikenal sebagai data identifikasi primer,
sementara data lainnya disebut sebagai data identikasi sekunder yang
hanya bersifat mengarahkan dan memperkuat data identifikasi primer.
Data sidik jari pada kasus pemboman biasanya sulit didapat karena
ujung jari sulit ditemukan, tidak lengkap, sudah rusak atau
terbakar.Data gigi amat membantu pada identifikasi korban yang berasal
dari luar negeri, karena data antemortem giginya biasanya lengkap dan
mudah diperoleh. Identifikasi orang Indonesia melalui pemeriksaan gigi
biasanya sulit dilakukan karena data antemortem gigi sulit diperoleh
karena jarangnya kunjungan ke dokter gigi dan kurang baiknya dental
record di kalangan dokter gigi praktek di Indonesia.Atas dasar itu maka
untuk korban yang sulit diidentikasi dengan cara lain, maka pemeriksaan
DNA merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk
pemastian identitas.
Pemeriksaan DNA
DNA merupakan materi keturunan yang dipunyai setiap orang dan
merupakan blueprint setiap individu.Setiap orang memiliki banyak sekali
DNA dalam sel tubuhnya, dimana separuhnya berasal dari ibunya (DNA
maternal) dan separuhnya berasal dari ayahnya (DNA paternal). Sesuai
dengan rekomendasi dari FBI pada tahun 1990, maka untuk kasus
identifikasi forensik, pada saat ini yang direkomendasikan untuk
diperiksa adalah 13 lokus (daerah) DNA yang ukurannya pendek-pendek,
yang dikenal sebagai Short Tandem Repeats (STR). Anjuran
pemeriksaan terhadap panel 13 lokus STR ini (dikenal sebagai CODIS
13) dilakukan karena terbukti merupakan panel pemeriksaan yang
sangat akurat dan sebagai standarisasi yang sifatnya internasional, agar
data pemeriksaan DNA yang dilakukan oleh berbagai laboratorium DNA
forensik di dunia seragam dan dapat dibandingkan satu sama lain Pada
kasus identifikasi korban bom ada dua tahapan pemeriksaan DNA yang
dapat dilakukan. Tahapan pertama adalah penggolongan serpihan atau
potongan tubuh melalui matching analysis.Pada analisis ini berbagai
potongan tubuh manusia diperiksa profil DNA nya. Karena pada setiap
lokus STR setiap individu punya dua pita DNA, maka pada setiap lokus
STR yang diperiksa akan didapatkan kombinasi 2 angka yang
menunjukkan panjangnya DNA. Dengan demikian, jika dilakukan
pemeriksaan DNA pada 13 lokus, akan dihasilkan kombinasi 26 angka,
yang menunjukkan profil spesifik setiap individu. Karena setiap bagian
tubuh manusia yang sama memiliki pola DNA yang sama, maka
potongan tubuh manusia yang sama profil DNAnya pastilah berasal dari
individu yang sama. Hasil dari matching analysis ini adalah
penggolongan potongan berdasarkan individunya.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Tes yang digunakan dalam identifikasi DNA adalah tes maternitas, tes
paternitas, dan DNA fingerprint
2. Sumber isolasi DNA dapat diperoleh dari sampel biologis tubuh
seperti darah dan bercak darah,seminal, cairan vaginal, dan bercak
kering, rambut,epitel bibir, sel buccal,tulang,gigi,saliva dengan
nucleus,urine,feces,kerokan kuku,jaringan otot,hingga ketombe
3. Ada bermacam-macam teknik tes DNA bergantung pada kebutuhan
dan ketersediaan alat dan bahannya pada saat itu. Namun yang
paling banyak diterapkan adalah metode PCR
3.2. SARAN
Tinjauan tentang identifikasi forensik dan kasus medikolegal bisa
menjadi lebih menarik bila disertai dengan contoh konkrit hasil analisis
yang dilakukan atas kasus yang menarik perhatian masyarakat.
Kerjasama universitas,rumah sakit dan puslabfor mungkin perlu dirintis
demi memberikan akses mengenai data informasi genetik yang
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
1. Andrea Petrophylla. Tes DNA. URL: http://www.ripiu.com/article/read/klik4orofit-tes-dna
2. Anonim. Mengenal PCR (Polymerase Chain Reaction) URL : http://sciencebiotech.net/mengenal-pcr-polymerase-chain-reaction/
3. Anonim. DNA Genetik Testing-Paternity and Forensik Use. URL: http://www.genetics.edu.au
4. Anonim. Pengumpulan Sampel, Ekstraksi DNA, dan Kuantifikasi DNA. URL:http://www.freewebs.com/pengumpulansampeldna.htm
5. Curran Thomas. Forensik DNA Analisys : Technology and Application.Avaibable at : http://www.denverda.org/DNA/Forensik_DNA_Article.htm
6. Eijkman Institute For Molekuler Biologi. 2008. Identifikasi DNA. Situs Web Eijkman Institute.
7. Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Dalam Sel dan Fungsinya. Edisi 9. EGC. Jakarta. Hal 33-46.
8. M. Gunawan Abdillah. Tahapan Tes DNA. URL: http://www.klikp21.com9. M. Singer and P Berg, Genes and Genomes (University Science Books) Mill Valley, CA,
1997.10. Norah Rudin & Keith Inman. Introduction to Forensik DNA Analysis. 2nd ed. London
New York Washington DC: CRC Press LLC, 2002.11. Short Tandem Repeats (STRs); diunduh dari:
http://www.forensicdnacenter.com/dna-str.html12. Tuner L. DNA paternity testing: public perceptions and the influence of gender.
AJETS. 2003; 1 (1): 21-37