referat forensik KLL

40
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi semua sektor kehidupan.Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak 1,18 juta orang meninggal karena kecelakaan.Angka kecelakaan ini merupakan 2,1% dari kematian global, dan merupakan indikator penting dalam status kesehatan. (Yusherman, 2008) Jumlah orang yang berpergian secara internasional meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data statistik dari World Tourism Organization, turis pendatang internasional pada tahun 2006 melampaui 840 juta orang. Pada tahun 2006, mayoritas turis internasional (sekitar 410 juta orang) mempunyai tujuan untuk berwisata, rekreasi dan liburan (51%). Sedangkan untuk keperluan bisnis ialah 13% (131 juta orang) dan 27% (225 juta orang) berpergian dengan tujuan lain seperti mengunjungi keluarga, urusan ibadah, dan urusan kesehatan. Sisanya sebanyak 8% mempunyai tujuan yang tidak dapat diklasifikasikan. (WHO, 2008) Pada tahun 1990, kecelakaan lalu lintas menduduki peringkat 9 (WHA) penyebab utama faktor resiko, penyakit dan kematian dan meliputi 2,6% dari kehilangan kualitas hidup secara global. Selain itu pada tahun 2020 diperkirakan angka kecelakaan lalu lintas menduduki urutan ke-3 di atas masalah kesehatan lain seperti malaria, TB paru, dan HIV/AIDS berdasarkan proyeksi

Transcript of referat forensik KLL

Page 1: referat forensik KLL

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang mempengaruhi semua sektor kehidupan.Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak

1,18 juta orang meninggal karena kecelakaan.Angka kecelakaan ini merupakan 2,1%

dari kematian global, dan merupakan indikator penting dalam status kesehatan.

(Yusherman, 2008)

Jumlah orang yang berpergian secara internasional meningkat setiap

tahunnya. Berdasarkan data statistik dari World Tourism Organization, turis

pendatang internasional pada tahun 2006 melampaui 840 juta orang. Pada tahun 2006,

mayoritas turis internasional (sekitar 410 juta orang) mempunyai tujuan untuk

berwisata, rekreasi dan liburan (51%). Sedangkan untuk keperluan bisnis ialah 13%

(131 juta orang) dan 27% (225 juta orang) berpergian dengan tujuan lain seperti

mengunjungi keluarga, urusan ibadah, dan urusan kesehatan. Sisanya sebanyak 8%

mempunyai tujuan yang tidak dapat diklasifikasikan. (WHO, 2008)

Pada tahun 1990, kecelakaan lalu lintas menduduki peringkat 9 (WHA)

penyebab utama faktor resiko, penyakit dan kematian dan meliputi 2,6% dari

kehilangan kualitas hidup secara global. Selain itu pada tahun 2020 diperkirakan

angka kecelakaan lalu lintas menduduki urutan ke-3 di atas masalah kesehatan lain

seperti malaria, TB paru, dan HIV/AIDS berdasarkan proyeksi penyakit secara global.

(Yusherman, 2008)

Pada tahun 2002, 90% dari kematian global karena kecelakaan lalu lintas

terjadi di negara-negara dengan penghasilan rendah sampai sedang.Cedera karena

kecelakaan lalu lintas secara tidak seimbang menimpa golongan miskin di negara-

negara tersebut, dengan sebagian besar korban ialah pemakai jalan yang rentan seperti

pejalan kaki, pengendara sepeda, anak-anak, dan penumpang. (Yusherman, 2008)

Masalah dan beban karena kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut

wilayah secara geografi.Lebih dari separuh kematian karena kecelakaan lalu lintas

Page 2: referat forensik KLL

jalan terjadi di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat dan angka tertinggi

kecelakaan terjadi di wilayah Afrika. (Yusherman, 2008)

Risiko kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut tingkat ekonomi negara. Di

negara-negara dengan tingkat ekonomi tinggi, mayoritas korban kecelakaan lalu lintas

adalah pengemudi dan penumpang, sedangkan di negara dengan tingkat ekonomi

rendah sampai sedang, sebagaian besar kematian terjadi pada pejalan kaki,

pengendara sepeda motor, dan pemakai kendaraan umum. Di Indonesia, sebagian

besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor dengan

golongan umur 15-55 tahun dan berpenghasilan rendah, dan cedera kepala merupakan

urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan. Proporsi

disabilitas (ketidakmampuan) dan angka kematian karena kecelakaan masih cukup

tinggi yaitu sebesar 25% dan upaya untuk mengendalikannya dapat dilakukan melalui

tatalaksana penanganan korban kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan maupun

setelah sampai di sarana pelayanan kesehatan. (Yusherman, 2008)

Dampak ekonomi karena kecelakaan lalu lintas meliputi biaya perawatan

kesehatan yang lama, kehilangan pencari nafkah, kehilangan pendapatan karena

kecacatan yang secara bersama menyebabkan keluarga korban menjadi miskin dan hal

ini biasanya terjadi di negara-negara yang tingkat ekonominya rendah sampai sedang.

Secara ekonomi kerugian karena kecelakaan lalu lintas tersebut sekitar 1-2,5% dari

pendapatan domestik bruto. Sedangkan di Indonesia, kerugian ekonomi karena

kecelakaan pada tahun 2002 diperkirakan sebesar 2,91%. (Yusherman, 2008).

Suatu peristiwa dapat dikatakan sebagai kecelakaan lalu lintas , bila :

1. Terdapat kerusakan pada benda

2. Terdapat luka non visible

3. Terdapat luka minor visible

4. Terdapat luka serious visible

5. Terdapat korban yang tewas

Page 3: referat forensik KLL

B.PERMASALAHAN

Adanya mekanisme yang berbeda-beda pada kecelakaan lalu lintas akan

menimbulkan trauma yang berbeda pula pada hasil pemeriksaan. Oleh karena

itu,penting bagi seseorang untuk mengetahui :

- Bagaimana pola trauma secara umum pada kecelakaan lalu lintas?

- Bagaimana pola trauma pada berbagai jenis kecelakaan lalu lintas?

Dengan demikian, dokter dapat menduga dan mengetahui mekanisme kecelakaan

tersebut, yang selanjutnya dapat membantu penyidik dalam penyelidikan kasus

kecelakaan.

C.TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pola trauma secara umum pada kecelakaan lalu lintas

2. Untuk mengetahui pola trauma pada berbagai jenis kecelakaan lalu lintas

Page 4: referat forensik KLL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 POLA TRAUMA SECARA UMUM

Korban kecelakaan lalu lintas dapat diduga jenis cederanya dengan meneliti riwayat

trauma dengan cermat. Pada korban kecelakaan lalu lintas, biasanya ditemukan

trauma / tanda kekerasan yang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :

a. Trauma akibat kekerasan pertama oleh kendaraan (first impact)

Trauma ditimbulkan oleh persentuhan bagian kendaraan dengan kendaraan

dengan tubuh.Perhatikan bentuk / gambaran luka serta letaknya. Bagian

kendaraan yang sering menyebabkan trauma pertama ini biasanya bumper,

kaca spion, pegangan pintu dan spakbor.Trauma biasanya berupa luka lecet

jenis tekan.

b. Trauma akibat terjatuh

Pada tubuh korban dapat ditemukan traumalain yang terjadi akibat terjatuhnya

korban setelah pesentuhan pertama dengan kendaraan. Trauma biasanya

merupakan luka lecet jenis geser dan atau luka robek.

c. Trauma akibat terlindas ( rollover )

Trauma akibat lindasan ban kendaraan memberikan gambaran cermat terhadap jejas

ban ini, seringkali dapat membantu pihak yang berwajib untuk mengidentifikasi jenis

kecelakaan yang menyebabkan kecelakaan. Deskripsi ban baik mengenai coraknya

maupun ukurannya dengan sketsa atau foto.

Page 5: referat forensik KLL

Sebagian besar kecelakaan lalu lintas menyebabkan trauma karena kekerasan benda

tumpul. Kekerasan benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam

jenis trauma, antara lain :

a. Memar (kontusi)

Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan jaringan

tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit.Kerusakan tersebut diakibatkan oleh

pecahnya kapiler sehingga adarah keluar dan meresap ke jaringan sekitarnya. Luka

memar tidak hanya pada kulit, tapi mungkin juga ditemukan pada organ dalam,

seperti paru-paru, jantung ,otak dan otot.

Salah satu bentuk memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari

benda tumpul adalah “ pendarahan tepi “ (marginal haemorrahages). Misalnya bila

tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan

justru tidak menunjukan kelainan. Pendarahan akan menepi sehingga terbentuk

pendarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antar kedua tepi ban.

b. Luka lecet (abrasi)

Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar dari

kulit, yang ciri-cirinya adalah :

- Bentuk luka tidak terartur

- Batas luka tidak teratur

- Tepi luka tidak rata

Page 6: referat forensik KLL

- Kadang ditemukan sedikit pendarahan

- Permukaan ditutupi oleh krusta ( serum yang telah mengering )

- Warna coklat kemerahaan

- Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih

ditutupi epitel dan raksi jaringan ( inflamasi )

Dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban

kendaraan, maka luka lecet yang tertekan pasa tubuh korban seringkali merupakan

cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam keadaan cukup

baik , diamana “ kembang “ dari ban tersebut masih tambah jelas, misalnya berbentuk

zigzag yang sejajar. Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-

sifat yang terdapat pada tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan.

c. Luka terbuka (robek)

luka terbuka atau robek adalah luka yang disebabkan karena

bersentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek

seluruh lapisan kulit dan jaringan dibawahnya, yang ciri-cirinya sebagai

berikut:

o bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tidak rata

o bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagian jaringan hancur)

o tebing luka tidak rata serta terdapat jembatan jaringan

o disekitar garis batas luka ditemukan memar

Page 7: referat forensik KLL

o lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang

(misalnya dalam daerah kelapa, muka atau ekstremitas)

Pelukisan yang cermat dari luka robek sangat membantu penyidik

khususnya sewaktu dilakukan rekonstruksi. Bila luka robek salah satu tepinya

membuka kearah kanan, kekerasan datang dari arah kiri ;jika membuka kearah

depan maka benda tumpul datang dari arah belakang.

d. Patah tulang (fraktur)

Kekerasan benda tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah

tulang. Adany patah tulang dapat diketahui, apabila dijumpai tanda-tanda:

o terdapat kelainan bentuk dibandingkan normal

o terdapat perbedaan ukuran panjang, terutama bila terjadi pada anggota

gerak.

o Bila digerakan dapat terdengar delik (krepitasi)

o Pola patah tulang yang terjadi tergantung letak patah tulang, apakah terjadi

pada kepala dan wajah, tulang belakang, dada, pinggul dan anggota gerak.

o Pada tulang tengkotak kepala, patah tulang yang sering terjadi berupa

fraktur impresi, yaitu ada bagian tulang yang patah dan terdesak kedalam.

Hal ini dapat mengakibatkan perdarahan dalam rongga tengkorak berupa

perdarahan epidural, subdural, sub-arachnoid, kerusakan selaput otak dan

jaringan otak.5

Page 8: referat forensik KLL

Figure 12.1 Compound fracture of the right leg and laceration ofthe left knee in a pedestrian struck by a car. It is most likely that

the vehicle struck the right leg.

Pada tulang pada wajah dapat digalongkan menjadi fraktur dentoalveolar, LeFort I,

LeFort II, LeFort III, dan sagittal. 6 sedangkan pada anggota gerak, dapat dibedakan

bedasarkan arah dan jumlah garis frakturnya. Garis frakturnya dapat berjumlah satu

atau lebih, sedangkan arah garis frakturnya dapat mendatar, oblik atau tidak

beraturan , komplit atau pun inkomplit.3 kadang patah tulang yang terjadi dapat

menyebabkan remuknya tulang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang luas,

dan dikenal sebagai “crush fractures”.6

Pada kasus kecelakaan lalu lintas, maka patah tulang yang terjadi dapat

memberikan informasi arah datangnya kendaraan yang mengenai tungkai korban.

Bila ditabrak dari belakang, tulang yang patah akan terdorong kedepan dan dapat

merobek otot serta kulit didaerah tungkai bagian depan, hal yang sebaliknya

terjadi bila korban ditabrak dari depan. Dengan demikian berdasarkan sifat-sifat

patah tulang dapat diperkirakan dari mana kekerasan itu datang dan mengenai

tubuh korban, ini perlu untuk rekonstruksi peristiwa selain luka akibat benda

tumpul, sebagian luka pada kecelakaan lalu lintas jua dapat disebabkan karena

benda tajam, misal luka iris akibat terkena ujung plat nomor kendaraan sepeda

motor. Luka akibat kekerasan oleh benda yang mudah pecah seperti pecahan kaca

mobil maka luka-luka yang ditemukan hanya luka lecet dan iris saja, sebab kaca

Page 9: referat forensik KLL

mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga kalau pecah akan terurai

menjadi bagian-bagian kecil. Dapat juga terjadi luka bakar apabila terjadi ledakan

pasca kecelakaan, ataupun luka bakar ringan akibat bersentuhan dengan bagian

kendaraan yang bersuhu tinggi, misanya knalpot.

FIGURE 13.19 Closed fractures of the ankles.

B. POLA LUKA AKIBAT KECELAKAAN LUKA LALU LINTAS

1. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas dibedakan menjadi 2, yaitu : “Motor-Vesicle traffic

accident” dan “non-motor vesicle accident”. Motor vesicle traffic accident adalah

setiap kecelakaan kendakaraan bermotor dijalan raya. Non-motor vesicle traffic

adalah setiap kendaraan yang terjadi dijalan raya, yang melibatkan pemakai jalan

untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang

bukan kendaraan bermotor

2. Penyebab Kecelakaan Kendaraan Bermotor

- Alcohol atau intoksikasi obat narkotika dan sedative

- Factor manusia (kecepatan, kecerobohan, tertidur)

- Factor alam (jalanan basah, perbaikan jalan, kabut dll)

- Penyakit (stroke, infark miocard)

3. Derajat Luka Pada Kecelakaan Lalu Lintas

Page 10: referat forensik KLL

terdapat lima derajat luka pada kecelakaan lalu lintas, yaitu :

1. terdapat kerusakan pada benda : derajat 1

2. terdapat luka non visible : derajat 2

3. terdapat luka minor visible : derajat 3

4. terdapat luka serius visible : derajat 4

5. terdapat korban tewas : derajat 5

4. Mekanisme Cedera

Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari pergerakan. Pada

kecepatan yang konstan, bagaimanapun ceatnya, tidak akan menimbulkan efek

apapun seperti pada perjalanan keluar angkasa atau rotasi pada bumi. Adanya

perbedaan perpindahan geraklah yang traumatis, yaitu akselerasi dan deselerasi.

Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi (G force)

Jumlah dimana tubuh manusia dapat mentoleris perubahan ini sangat

tergantung dari arah datang gaya tersebut. Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa

tidak menimbulakan cedera dan dalam jangka waktu yang pendek gaya 2000G masih

bisa tidak menimbulkan cedera bila datangnya dari sudut yang tepat pada sumbu

panjang tubuh. Tulang frontal dapat menahan 8000G tanpa frakur, tulang mandibular

dan rongga thoraks dapat menahan hingga 800G.misalnya, seorang pengendara mobil

dengan kecepatan 80 km/jam, kepala terbentur kaca seluas 10 cm2 maka kerusakan

yang terjadi pasti lebih parah dibandingkan pengemudi memakai sabuk pengaman

sehingga efek tabrakan berkurang.

Rumus G (G force) digunakan untuk menghitung rata-rata kekuatan pada

kecelakaan.

G = (V2 x 0,034 )/D

G = kekuatan yang dihasilkan oleh daya gravitasi

V = kecepatan dalam km/jam

D = jarak yang ditempuh setelah benturan sampai kendaraan berhenti dalam meter

(m)

Page 11: referat forensik KLL

5.Pembagian Arah Benturan

kematian karena kendaraan bermotor dapat dibagi menjadi 4 kategori

tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan. Bagaimanapun, selama

tabrakan atau kecelakaan, kombinasi dari 4 tipe bisa juga terjadi.

Page 12: referat forensik KLL

a. arah depan

Ini adalah tipe yang paling umum, kira-kira 80 % dari semua tabrakan kendaraan

bermotor. Terjadi bila 2 kendaraan bertabrakan dua-duanya atau bila bagian depan

dari kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok atau tiang listrik.

Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang dari kendaraan bermotor akan terus

melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman) dan terjadi benturan pada kemudi atau

dashboard, kaca depan , ataupun lampu depan kendaraan. Pola luka akan terbentuk

tergantung dari posisi daripada penumpang dari kendaraan bermotor

Page 13: referat forensik KLL

Gambar . Biomekanik Trauma: Fase1. Kendaraan Menabrak Objek , Fase 2. Pada

pengemudi yang tidak memakai safety belt badan akan terangkat kedepan, Fase 3.

Muka menabrak kaca depan, Fase 4. Pengemudi akan terhempas kembali kebelakang

(kecuali terlempar kedepan apabila kaca depan pecah)

Pengemudi

Kepala dapat membentur kaca depan dan mengakibatkan terbentuknya

luka terpotong arah vertical dan abrasi daerah dahi, hidung dan dagu. Bila

ada benturan dengan kaca spion, pola luka yang terbentuk akan berbeda.

Perlukaan dalam dapat dalam bentuk fraktur dasar tengkorak dan patah

leher (baik hiper-ektensi maupun hiper-fleksi).Hiper-fleksi dapat

menyebabkan fraktur atlanto-occipital bagian posterior ataupun dislokasi

tulang tersebut dan mungkin terjadi satu-satunya penyebab kematian pada

Page 14: referat forensik KLL

beberapa kasus.

FIGURE 13.8 This woman was dead at the scene. The airbag

prevented any external injuries.

Bagian dada dapat membentur kemudi dengan sangat keras dan

menyebabkan abrasi dengan pola khusus ataupun tidak terlihat adanya

perlukaan sama sekali. Hal ini sekarang terjadi lebih jarang karena

adanya penggunaan kemudi yang mudah patah atau kompresibel.

Perlukaan dalam, termasuk : fraktur transversal dari sternum, fraktur

iga bilateral, anterior, atau luar (fail chest). Luka tusuk atau robek pada

jaringan paru Karena fraktur iga, cedera pada jantung (kontusio,

laserasi maupun luptur), luptur arteri coronaria (sangat jarang),

robeknya aorta distal dari pangkal arteri subclavias dextra, laserasi atau

robekan hati atau limfa, hematoma sub-scapular, kematian akibat

perdarahn intra-pritoneal, fraktur tertutup maupun terbuka dari

pergelangan tangan ataupun lengan (tergantung posisi tangan pada

kemudi pada saat terjadinya benturan). Fraktur patella atau femur

(sewaktu lutut membentur dashboor) serta fraktur pergelangan kaki

(terjadi jika kaki tertekut melawan arah dari floorboard atau tertekan

secara keras pada pedal gas atau pedal rem). Dicing injuris dapat

Page 15: referat forensik KLL

terjadi jika jedelan belakang dan samping pecah menajdi fragmen-

fragmen yang mengenai kulit sehingga terbentuk luka terpotong atau

abrasi yang berbentuk L dan superficial, sudut patah kekanan ataupun

linier

FIGURE 13.20 The black arrow points to the most common site for aortic rupture during a chest impact. The lower white arrow points to the end of the aorta which attaches to the heart. This

area may also rupture

FIGURE 13.11 The angulated cuts on this man’s face werecaused by contact with the side window. The tempered glassmaking up the side window fractures in cubes. These injuries

are called “dicing injuries”

Penumpang depan

Perlukaan hampir sama dengan pengemudi, kecuali pada

penumpang yang tidak bersabuk pengaman akan menghantam

dashboard dan bukan kemudi, sehingga tidak akan ada bentuk cetakan

dari kemudi. Dicing injuries terbentuk pada sisi kanan.

Penumpang belakang

Page 16: referat forensik KLL

Jika tidak bersabuk pengaman akan terlempar kedepan,

menghantam bagian belakang dari tempat duduk depan, penumpang

depan dan kaca depan

b. Arah Samping

Biasanya terjadi dipersimpangan kendaraan lain menabrak dari arah

samping atau pun mobil terpelanting dan sisinya menghantam benda tidak

bergerak dapat terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah depan

termasuk robeknya aorta dan fraktur robeknya dan fraktur basis cranii. Bila

benturan terjadi pada sisi kendaraan pengemudi akan cenderung mengalami

perlukaan pada sisi kiri dan penumpang depan akan mengalmi perlukaan yang

lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai bantalan. Bila benturan terjadi

pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, demikian juga bila tidak

ada penumpang

c. Terguling

Keadaan ini lebih mematikan dibandingkan dengan tabrakan dari arah

samping terutama bila tidak dipakainya sabuk pengaman dan penumpang

terlempar keluar.Bila terlempar semuanya beberapa perlukaan dapat terbentuk

Page 17: referat forensik KLL

pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras. Pada beberapa kasus

korban yang terlempar bias ditemukan hancur atau terperangkap di bawah

kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian mungkin adalah asfiksisa

traumatic. Bila terlempar parsial bagian tubuh yang bersangkutan bias hancur

atau terpotong.

FIGURE 13.28 A closer view reveals the boy’s head (arrow)tightly compressed against his chest. He died from positional

asphyxiation

d. Arah Belakang

Hal ini dapat menyebabkan acceleration injuries dan sangat jarang

menimbulkan kematian.Perlukaan yang paling umum adalah whiplash injury

dari leher. Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap

oleh bagian bagasi da kompartemen penumpang belakang yang dengan

demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan yang parah

dan mengancam jiwa.

Page 18: referat forensik KLL

6. Pola Luka Pada Berbagai Jenis Kecelakaan

a. Luka Pada Pengendara Mobil

Luka Tabrakan Tanpa Ejeksi

Luka berat terjadi dikarenakan kontak fisik antara korban dengan

bagian dalam kendaraan seperti setir. Penumpang yang umumnya duduk

didepan terluka oleh benturan dengan dashboard dan kaca depan, sedangkan

penumpang yang duduk dibelakang terluka akibat benturan dengan kursi

depan atau terlempar ke bangku depan dan mengenai struktur depan mobil

atau menghantam penumpang di bangku depan.

Benturan frontal paling sering pada kecelakaan lalu lintas. Pada

benturan dari samping, tidak ada sandaran kepala yang berfungsi sebagai

bantalan, dan penyebab utama dari perlukaan adalah akibat ekstensi leher yang

berlebihan. Pada kejadian benturan dari samping, tidak ada perbedaan dalam

hal frekuensi maupun lokasi antar penumpang yang duduk di bangku depan

maupun di bangku belakang, walaupun biasanya pengemudi lebih jarang

mengalami luka yang fatal di banding penumpang lainnya.

Kepala, dada, perut dan lutut adalah bagian tubuh yang selalu terluka

pada tabrakan dari depan (head-on collision). Luka kepala pada penumpang

depan terjadi pada tiga dari lima kecelakaan, sedangkan fraktur tulang kepala

terjadi dua kali lebih sering pada pengendara disbanding pada penumpang

depan ini dapat diterangkan sebagai berikut: pada penumpang depan yang

kepalanya mengenai kaca depan lebih lama terjadi deselerasi sedangkan pada

pengemudi jarang terjad benturan pada kaca depan karena ada setir yang

menghalangi, sehingga benturan yang dialami adalah kerangka atap mobil

atau rangka jendela yang lebih keras mengakibatkan fraktur tulang kepala.

Pengemudi mendapatkan luka di dada akibat benturan dengan setir

sedangkan benturan dengan dashboard oleh penumpang bangku depan sering

menyebabkan terjadinya fraktur iga, fraktur atau depresi sternum, robekan

pada pleura maupun paru, pneumothorax akut, kontusio jantung atau rupture

Page 19: referat forensik KLL

dari pembuluh darah besar.

Abdomen terlukapada sepertiga kasus, dimana organ limpa dan hati

adalah yang paling sering terluka. Hati lebih sering terluka dibandingkan

limpa.Luka multiple hanya terjadi pada kurang dari sepertiga kasus.

Organ pelvis sering kali tidak terluka. Fraktur femur sering terjadi pada

penumpang bangku depan akibat benturan lutut ke dashboard dan struktur

mobil bagian depan. Sedangkan pada pengemudi lebih jarang terjadi karena

adanya setir yang menghalangi benturan lutut.Bila pengemudi menginjak rem

sebelum terjadi benturan, sering menyebaban fraktur dari tibia dan fibula.

FIGURE 13.22 Extensive lacerations of the liver from an impact with the abdomen and lower chest.

Luka Tabrakan dengan Ejeksi

Ejeksi menyebabkan luka berat yang multipel, dan ini merupakan penyebab

tersering kedua yang menyebabkan luka parah setelah luka akibat benturan

dengan setir. Bila pada kecelakaan pintu depan kendaraan terbuka, satu dari

tiga penumpang pasti terlempar keluar dari mobil. Perbandingan resiko

terjadinya luka yang fatal antara ejeksi dan non ejeksi adalah 5:1.

Fraktur iga terjadi pada dua pertiga kasus korban yang terejeksi, dan pada

Page 20: referat forensik KLL

separuhnya terjadi luka viscera dada.Pada sepertiga kasus terjadi laserasi dan

memar pada hati, dan pada separuh kasus terjadi perlukaan pada hati dan

organ dalam abdomen lainnya.

Gambar. Luka lecet dan memar pada korban tabrakan dengan ejeksi

Luka Akibat Penggunaan Sabuk Pengaman

Penggunaan sabuk pengaman mengurangi luka yang terjadi akibat benturan

dengan bagian kendaraan dan akibat ejeksi.Tetapi sabuk pengamanan juga

dapat menyebabkan luka.

Deselerasi dapat mendorong usus kecil ke dalam rongga pelvis sehingga

terjadi obstruksi usus transien atau dapat meningkatkan tekanan

intraluminal.Dapat juga terjadi terpotongnya usus secara parsial maupun

komplit pada penggunaan sabuk pengaman yang tidak benar. Pada

penggunaan yang benar, umumnya perlukaan terjadi pada abdomen bagian

bawah, dan yang paling sering adalah perforasidari usus kecil, rupture

kandung kencing, atau kolon sigmoid dan perlukaan pada spinal segmen

lumbal. Memar pada dinding abdomen dapat menimbulkan ileus

paralitik.Eksplorasi harus dilakukan pada kasus dimana dicurigai adanya

perlukaan intraabdominal.

Luka akibat sabuk pengaman dapat dibedakan menurut tipe yang digunakan :

1. Lap belts :

Lumbal (fraktur kompresi, subluksasio, fraktur prosesus artikularis,

lamina dan pedikel, fraktur prosesus transversus, fraktur rotasiona,

fraktur diskus, robeknya ligament posterior)

Page 21: referat forensik KLL

Fraktur tulang ekstremitas

Fraktur pelvis

Memar pada limpa, pancreas, uterus, uretram dan arteri iliaka

Gambar. Luka memar pada penggunaan sabuk pengaman tipr “lap

belts”

2. Shoulder restrains :

Fraktur iga, spinal segmen servikal, lumbal dan sternum

Luka pada kulit dan jaringan subkutan berupa abrasi memar dan

hematoma

Lesi organ dalam seperti laring, hati, limpa, ginjal, pembuluh darah

besar dan diafragma

3. Three-point belts :

Fraktur iga, sternum, atau klavikula

Luka abdomen (perforasi dupdenum atau jejunum)

Abrasi dan memar pada dinding dada, bahu, leher, dan punggung

b. Luka Pada Pejalan Kaki

Kelaianan yang terjadi pada pejalan kaki dapat dibagi menurut mekanismenya :

1. Luka pada impak primer, yaitu benturan yang pertama terjadi antara

korban dan kendaraan.

Page 22: referat forensik KLL

2. Luka karena impak sekunder, yaitu benturan korban yang kedua

kalinya karena kendaraan.

3. Luka sekunder, yaitu luka yang terjadi setelah korban jatuh ke atas

jalan.

Korban dewasa umumnya tertabrak dari belakang atau samping sehingga umumnya

luka hebat terjadi ditungkai bawah,dapat sampai terjadi fraktur tertutup maupun

terbuka. Korban yang tergeletak dijalan dapat terlindas dan menimbulkan trauma

berupa jejas ban atau “tyre marks.” Bila kendaraan yang menabrak termasuk

kendaraan berat maka dapat terjadi “crush injuries” atau “compression injuries”

dimana tubuh seluruhnya hancur dan sukar dikenali. Bila bagian bawah kendaraan

penabrak sangat rendah,tubuh korban dapat terseret dan terputar sehingga terjadi

pengelupasan kulit dan otot yang hebat, yang dikenal sebagai “ rolling injuries”. Pada

daerah lipatan kulit bila terlindas maka kulit akan teregang sehingga menimbulkan

kelainan yang disebut “striae like tears” dimana sebenarnya daerah yang terlindas

bukan dilipatan kulit tersebut melainkan didaerah yang berdekatan.

Faltor-faktor yang menyebabkan kecelakaan menimpa pejalan kaki termasuk

diantaranya adalah pada kondisi cuaca yang buruk, penerangan pada jalan dan pada

kendaraan yang tidak adekuat, dan pada korban yang menyebrang jalan sembarangan.

c. Kecelakaan pengendara sepeda

Luka yang terjadi umumnya ringan , tetapi kadang- kadang dapat berbahaya dan

menyebabkan patah tulang atau cedera jaringan lunak yang berat. Perlukaan

disebabkan gesekan antara kulit tubuh dan permukaan tanah, dan pada udara yang

panas dpat membakar kulit terutama yang sensitive seperti anak-anak.Bila sepeda

tertabrak kendaraan bermotor maka impak primer terjadi ketika tabrakan dan

impak sekunder didapat saat sepeda dan pengendara jatuh mengenai tanah. Luka

yang sering terjadi adalah luka kompresi pada bagian kaki bagian malleolus

mediales atau lateralis , tendon achiles atau bagian lateral dari kaki.

d. Kecelakaan pengendara sepeda motor

Page 23: referat forensik KLL

Seperti diketahui sepeda motor merupakan sebuah alat transportasi yang ditopang

oleh dua buah roda yang sejajar sehingga mempunyai tingkat kestabilan yang rendah

dibanding kendaraaan roda empat. Dari design ini akan mengakibatkan kecelakaan

yang menghasilkan suatu cedera berat pada sepeda motor tetapi mungkin hanya

kecelakaan ringan pada kendaraan rongga empat lain.

Pada umunya korban selalu terlempar dari kendaraannya sehingga adapat mengenai

seluruh anggota tubuh khususnya kepala, extremitas atas, bawah dada, dan abdomen.

Penyebab kecelakaan motor adalah alcohol, obat-obatan, faktor lingkungan (terselip

oli, lubang, gundukan dijalan) , cara mengendarai dan kegagalan kendaraan lain untuk

melihat motor.

Cedera yang bahaya dan mengancam jiwa adalah cedera kepala oleh karena

pengendara jatuh ketanah yang menurut bothwel 80% penyebab kematian daerah

terbanyak pada temporoparietal dengan komplikasi fraktur basis cranii, yang baisa

dikenal dengan “ moter cyclis fracture”. Fraktur ini merupakan fraktur transversal

pada basis cranii, berpotongan dengan basis petrosus atau dibelakang tulang sfenoid

melalui fossa pituitary kesisi berlawan. Tipe lain adalah fraktur lingkaran pada

foramen magnum difossa posterior oleh karena tumbukan pada puncak kepala. Pada

leher sering didapatkan fraktur ada tulang belakang bagian cervical pada ¼ kasus.

Helm dikatakan dapat mengurangi angka kematian tetapi sifatnya hanya

melindungi kepala pada saat tumbuka dengan kecepatan rendah atau tumbukan

dengan arah tangensial.

Gambar. Luka pada kepala walaupun

memakai helm

Page 24: referat forensik KLL

Cedera yang sering terjadi pada kendaraan motor adalah “tail gating accident”.

Gambaran cedera tipe ini adalah pada saat pengendara motor sedang berada di

belakang truk, dan menabrak truk dari belakang, yang terjadi kemudian adalah motor

menyelip di bwah truk, tetapi kepala pengendara mengenai bamper belakang truk,

cedera yang terjadi berupa dekapitasi, cedera kepala dan leher. Trauma kaki sering

dikenal dengan bamper fraktur dengan gambaran multipel fraktur pada tibia-fibula

dengan garis fraktur setinggi bamper mobil.Gambaran fraktur pada tibia berbentuk

baji dengan basis dari baji mengindikasikan arah tumbukan, pada femur juga dapat

terjadi dimana umumnya terjadi pada anak-anak. Pada saat-saat tertentu didapatkan

tinggi dari cedera di bawah tinggi normal kebanyakan bamper mobil, hal ini

disebabkan karena kendaraan yang berhenti secara tiba-tiba dan terjadi penurunan

bamper depan mobil oleh karena efek dari suspensi. Fraktur pada tibia mempunyai

bentuk oblik, jika kaki terangkat, makan tumbukan cenderung berbentuk transversal.2

Cedera jaringan lunak :

Mempunyai gambaran cedera mulai dari abrasi, laserasi, memar, luka

remuk.Gambaran tersering adalah flying injury yaitu berupa luka lecet serut yang luas

dikarenakan korban terseret di jalanan, dimana terjadi oleh efek benturannya roda dari

kendaraan yang merobek kulit dan otot dari tubuh atau kepala. Jika mobil melindas

abdomen atau pelvis dapat mengkibatkan striae parallel multipel atau laserasi yang

dangkal oleh karena tekanan yang merobek pada kulit. 2

Gambar .Striae di sekitar pinggul

Kerusakan tubuh bagian dalam :

Kerusakan yang hebat pada saat roda melewati pelvis, abdomen, ataupun

Page 25: referat forensik KLL

kepala, walaupun disertai cedera permukaan yang ringan, berat dari kendaraan

tersebut dapat menghancurkan tulang tengkorak dan sering disertai keluarnya otak

dari luka laserasi, patah tulang simpisis, terputusnya sendi sakroiliaka, pada organ

dalam dapat terjadi fraktur iga yang dapat melukai paru dan jantung.2

Luka yang dialami pejalan kaki akibat tabrakan motor tidaklah berbeda dengan

luka yang didapat akibat tabrakan mobil. 6

C. PEMERIKSAAN PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS

Pemeriksaan harus ditujukan pada :

1. Pola dari luka yang ditemukan

2. Adanya penyakit yang mendasari terjadinya kecelakaan tersebut, misalnya

seperti serangan jantung

3. Adanya kemungkinan percobaan bunuh diri

4. Adanya kemungkinan pembunuhan

5. Adanya intoksikasi zat

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA KORBAN KECELAKAAN LALU

LINTAS

1. Pemeriksaan toksikologi

Pemeriksaan toksikologi ditujukan untuk mencari data apakah pada korban

terdapat obat, yang mampu menimbulkan ganguan kapabilitas didalam

mengemudikan kendaraan. Adapun zat yang sering didapatkan pada pemeriksaan

toksikologi ini antara lain :

- Alcohol

- Carbonmonoksida

- Sianida

- Feniotiazin

- Salisilat

2. Pemeriksaan histopatologis

Pemeriksaan histopatologis yang bertujuan untuk mengetahui apa terdapat

penyakit tertentu pada korban yang memungkinkan terjadinya kecelakaan

Page 26: referat forensik KLL

Insiden terjadinya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan kematian alamiah

pengemudi kendaraan adalah 6 dari 100.000.kemungkinana ini haruslah dipikirkan

apalagi bila pada pemeriksaan, luka tidak ditemukan atau sangat minimal dan

kendaraan yang teribat hanya rusak ringan. Penyebab tersering dari kematian alamiah

ini antara lain adalah penyakit kardiovaskuler seperti oklusi arteri coroner, iskemi

miokard, aritmia jantung, rupture dari aneurisma, penyakit cerebro vaskuler, epilepsy,

serangan hipoglikemik pada penderita diabetes atau rupture dari aneurisma aorta.

E. ASPEK MEDIS LUKA

Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa:

1.Kelainan fisik-organik

Bentuk dari kelainan fisik atau organic dapat berupa :

- hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh

- hilangnya sebagian atau seluruh organ tertentu

2. Gangguan fungsi dari organ tertentu

Bentuk gangguan dari gangguan fungsi ini tergantung dari organ atau bagian tubuh

yang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain : lumpuh, buta, tuli,

atau ganguan fungsi organ – organ dalam

3. Infeksi

Seperti diketahui bahwa kulit atau membrane mukosa merupakan barrier terhadap

infeksi. Bila kulit atau membrane itu rusak maka kuman akan masuk lewat pintu

itu. Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar atau bhkan iritasi akibat

benda yang terkontaminasi kuman, jenis kuman dapat berupa streptoccus,

staphylococcus, e.coli, proteus vulgaris, clostridium tetani serta kuman yang

menyebabkan gas gangren

4. Penyakit

Trauma sering dianggap sebagai precipitating factor terjadinya penyakit jantung

walaupun causanya sulit di terangkan dan masih dalam kontroversi

Page 27: referat forensik KLL

5. Kelainan fisik

Trauma, meskipun tidak meenimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat

menjadi precipitating factor dari terjadinya kelainan mental yang spektrumnya

amat luas ; yaitu dapat berupa neurosis terkompensasi, anxietas-neurosis, demensia

precock (skizofrenia), manik depresi atau psikosis. Kepribadian serta potensi

individuterjadinya reaksi mental yang abnormal merupakan factor utamagangguan

mental tersebut; meliputi jenis, derajat serta lamanya gangguan.Oleh sebab itu

pada gangguan mental post trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya yang

terdiri atas latar belakang mental dan emosi serta nilai relative bagi yang

bersangkutan atas jaringan atau organ yang terkena trauma.

Secara umum dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan tubuh atau

organ dengan psikosis post trauma didasarkan atas :

- keadaan mental benar-benar sehat sebelum trauma

- trauma telah merusak susunan saraf pusat

- trauma tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan seseorang

- trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur atau fungsinya

dapat mempengaruhi funsi organ genital, payudara, mata, tangan atau

wajah

- korban cemas akan lamanya waktu penderitaan

- psikosis terjadi dalam tenggang waktu yangmasuk akal

- korban dihantui pleh kejadian (kejahatan atau kecelakaan) yang

menimpanya

F.ASPEK YURIDIS LUKA

Jika dari sudut medic, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau

tidak di sertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma, maka dari sudut hokum,

luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang

bersifat intensional (sengaja), recklessness (ceroboh) atau neglicence (kurang hati-

hati). Untuk menenyukan berat ringannya hukuman plu ditentukan lebih dahulu berat-

Page 28: referat forensik KLL

ringannya luka.

Kebijakan hukum pidana didalam penentuan berat ringannya luka didasarkan

atas pengaruhnya terhadap :

- kesehatan jasmani

- kesehatan rohani

- estetika jasmani

- pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian

- fungsi alat indera

1. Luka ringan

luka ringan adalah luka yang tidak menimbukan penyakit atau halangan dalam

menjalakan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.

2. Luka sedang

luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam

menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian untuk sementara waktu

3. Luka berat

luka berat adalah luka yang sebagaimana diuraikan didalam pasal 90 KUHP

yang terdiri atas:

a. Luka atau penyakit yang tidak diharapkan akan sembuh dengan sempurna.

Pengertian tidak akan sembuh sempurna lebih di tujukan pada fungsinya.

Contohnya trauma pada satu mata yang menyebakan kornea robek. Sesudah di

jait sembuh tetapinmata tersebut tidak dapat melihat

b. luka yang dapat mendatangkan bahaya maut

dapat mendatangkan bahaya maut pengertiannya memiliki potensi untuk

menimbulkan kematian, tetapi setelah diobati dapat sembuh.

c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan jabatan

atau mata pencahariannya.

Luka yang dari sudut medic tidak membahayakan jiwa, dari sudut hokum

dapat dikatogorikan sebagai luka berat cobtohnya trauma pada tangan kiri

pemain biola atau pada wajah seorang pragawati dapat dikatagorikan luka

Page 29: referat forensik KLL

berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalakan pekerjaan tersebut

selamanya.

d. Kehilangan dari salah satu panca indera

jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilangan pendengaran

satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera. Meskipun demikian

tetap digolongan sebagai luka berat berdasarkan butir (A) diatas.

e. Cacat besar atau kudung

f. Lumpuh

g. Gangguan daya pikir lebih dari empat minggu lamanya

gangguan daya pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga

berupa amnesia, disorintasi, depresi, atau ganguan jiwa lainnya.

h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. 4

Yang dimaksud dengan keguguran adalah keluarnya janin sebelum

waktunya, yaitu tidak didahului oleh proses sebagaimana umumnya seorang

wanita ketika dilahirkan. Sedangkan kematian janin mengandung pengertian

bahwa janin tidak lagi menunjukkan tanda-tanda hidup.Tidak dipersoalkan

bayo keluar atau tidak dari perut ibunya.

Page 30: referat forensik KLL

BAB III

KESIMPULAN

- Jumlah kecelakaan lalu lintas di Indonesia hingga saat ini masih sangat tinggi,

sehingga penting bagi seorang dokter untuk mengetahui bagaimana pola-pola luka

secara umum dan pola luka pada berbagai jenis kecelakaan lalu-lintas darat, sehingga

dapat membantu penyidik dalam penyelidikan kasus kecelakaan.

- Korban kecelakaan lalu lintas dapat diduga jenis cederanya dengan meneliti riwayat

trauma dengan cermat. Pada korban kecelakaan lalu lintas, biasanya dapat ditemukan

luka / tanda kekerasan yang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok.

- Pada investigasi pada kecelakaan lalu lintas maka pemeriksaan harus ditujukan pada :

pola dari trauma yang ditemukan, adanya penyakit yang mendasari terjadinya

kecelakaan tersebut, misalnya seperti serangan jantung, adanya kemungkinan

percobaan bunuh diri, adanya kemugkinan pembunuhan, adanya intoksikasi zat.

Page 31: referat forensik KLL

DAFTAR PUSTAKA

1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta :

Binarupa Aksara. 1997 : 303-21

2. Pranolo J. Cedera Pada Pengendara Motor dan Pejalan Kaki. Available

at :http://www.freewebs.com/cederapadapengendaramotorhtm. Diakses

tanggal 21 April 2012.

3. Sjamsuhidajat R., de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta :

EGC. 1997 : 108-9.

4. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman bagi Dokter dan Penegak

Hukum. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2000 : 67-91

5. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S., dkk. Ilmu Kedokteran Forensik.

Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UNiversitas

Indonesia. 1997 : 37-44

6. DiMaio V., DiMaio D. Forensic Pathology. Secnd edition. Washington DC :

CRC Press. 2000 (4) : 275-94

7. Tedeschi CG, Eckert WG, Tedeschi L.G. Forensic Medicine, a study in

trauma and environmental hazards. Volume 2, Physical Trauma. Chapter

Page 32: referat forensik KLL

p853-863, Philadelphia : W.B. Saunders Company. 1977 (30) : 853-63

8. James SH, Nordby JJ. Forensic Science, An Introduction to Scientific and

Investigative Techniques. Washington DC : CRC Press. 2003.