Refarat Skizoafektif Anin

download Refarat Skizoafektif Anin

of 14

description

psikiatri

Transcript of Refarat Skizoafektif Anin

BAB 1PENDAHULUAN

Latar BelakangGangguan skizoafektif adalah gangguan pikiran yang mempengaruhi pikiran dan emosi, dan dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Seseorang mungkin mengalami episode yang kombinasi dari kedua gejala 'psikotik' dan 'gangguan bipolar' gejala. Gangguan schizoafektif adalah penyakit mental yang membingungkan yang memiliki kedua fitur skizofrenia (misalnya, halusinasi, delusi, dan pemikiran menyimpang) dan fitur dari gangguan mood (misalnya, depresi atau mania). Gejala dari kondisi yang berbeda membuat mendiagnosa dan mengobati pasien schizoaffective sulit. Diagnosis yang akurat dibuat ketika pasien memenuhi kriteria untuk gangguan depresi besar atau mania sementara juga memenuhi kriteria untuk skizofrenia dan menonjol pada saat bersamaan. Selain itu, pasien harus memiliki psikosis selama minimal 2 minggu tanpa gangguan mood.Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol. Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR, merupakan suatu produk beberapa revisi yang mencoba mengklarifikasi beberapa diagnosis, dan untuk memastikan bahwa diagnosis memenuhi kriteria baik episode manik maupun depresif dan menentukan lama setiap episode secara tepat Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik. semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI Gangguan schizoafektif adalah penyakit mental yang memiliki fitur skizofrenia (misalnya, halusinasi, delusi, dan pemikiran menyimpang) dan fitur dari gangguan afektif (misalnya, depresi atau mania) yang sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan atau dalam satu episode penyakit yang sama. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe depresif.

SEJARAHDi tahun 1913 George H. Kirby dan pada tahun 1921 August Hoch keduanya menggambarkan pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan gangguan afektif (mood). Karena pasiennya tidak mengalami perjalanan demensia prekoks yang memburuk, Kirby dan Hoch mengklasifikasikan mereka di dalam kelompok psikosis manic-depresif Emil Kraepelin. Di tahun 1933 Jacob Kasanin memperkenalkan istilah gangguan skizoafektif untuk suatu gangguan dengan gejala skizofrenik dan gejala gangguan mood yang bermakna. Pasien dengan gangguan ini juga ditandai oleh onset gejala yang tiba-tiba, seringkali pada masa remajanya. Pasien cenderung memiliki tingkat fungsi premorbid yang baik, dan seringkali suatu stressor yang spesifik mendahului onset gejala. Riwayat keluarga pasien sering kali terdapat suatu gangguan mood. Kasanin percaya bahwa pasien memiliki suatu jenis skizofrenia. Dari 1933 sampai kira-kira tahun 1970, pasien yang gejalanya mirip dengan gejala pasien-pasien Kasanin secara bervariasi diklarifikasi menderita gangguan skizoafektif, skizofrenia atipikal, skizofrenia dalam remisi, dan psikosis sikloid.

EPIDEMIOLOGIPrevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah berkisar antara 0,2%. -1,1%. Namun, angka tersebut adalah angka perkiraan, karena di dalam praktik klinis diagnosis gangguan skizoafektif sering kali digunakan jika klinisi tidak yakin akan diagnosis. Orang-orang muda dengan gangguan schizoaffective cenderung memiliki subtipe bipolar, sedangkan orang tua cenderung memiliki subtipe depresi. Secara keseluruhan, gangguan mempengaruhi lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki, mungkin sebagian karena lebih banyak perempuan memiliki subtipe depresi yang bertentangan dengan subtipe bipolar. Khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian afek yang nyata.Pria dengan gangguan skizoafektif cenderung menunjukkan sifat antisosial dan perilaku berbeda dengan ciri-ciri kepribadian lainnya. Selain itu, usia onset adalah kemudian untuk perempuan daripada laki-laki. Tidak ada perbedaan ras yang berbasis di frekuensi telah diamati.

ETIOLOGIPenyebab pastinya tidak diketahui tetapi ada ketidakseimbangan kimia pada orang skizoafektif. Secara genetik, peeneliti menemukan gen penyebab yang sama yang berperen pada penyakit skizofrenia, skizoafektif dan gangguan bipolar. Dan orang yang skizoafektif kebanyakan mempunyai keluarga yang didiagnosis dengan keadaan seperti ini juga. Penyebab skizoafektif juga dapat berasal dari stres, stress dapat menjadi episode pertama dari skizoafektif, seperti stress karena kecelakaan mobil, atau masalah keluarga atau suatu hubungan dengan orang lain, dan bisa juga karena pengalaman traumatic pada masa kanak-kanak dapat meningkatkan kemungkinan kondisi seperti ini pada masa depan.

TANDA DAN GEJALAPada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari.2 Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III): Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): a) thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan thought broadcasting= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus). delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus.f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.Menurut gangguan afektifnya gejala terbagi 2, yaitu :Gejala episode manik: Perasaan sehat berlebihan secara fisik dan mental, Konsentrasi terganggu dan tidur terganggu, Flight of idea, Pada tahap lanjut, pembicaraan menjadi tidak berhubungan, dan menjadi tidak peduli akan kesehatan dan keselamatan, Pertemanan dan hubungan dengan orang lain terganggu, dan sangat sulit untuk bekerja. Gejala episode depresif: Merasa sedih sepanjang waktu, dan kehilangan ketertarikan terhadap sesuatu yang pernah disukai dahulu Kehilangan motivasi dan semangat Pola makan dan tidur terganggu Tidak dapat berkonsentrasi Perasaan bersalah, tidak berguna dan tidak ada harapan

DIAGNOSISUntuk mendiagnosis skizoafektif, semua gejala skizoafektif yang didapatkan harus masuk kedalam tanda dan gejala dari skizofrenia, gangguan afektif episode manik atau tanda mayor dari episode depresi. Gejala skizofrenia dan perubahan mood harus sama-sama penonjol pada satu episode yang sama. Disamping itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga harus ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai suatu gangguan skizoafektif.Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain.Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) adalah bahwa pasien telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat atau episode manik yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif dari skizofrenia. Disamping itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga harus ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai suatu gangguan skizoafektif.

Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengangejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi.B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selamasekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagianbermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obatyang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Sebutkan tipe:Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu maniksuatu episode campuran dan episode depresif berat)Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.

Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ed. 4. Hak cipta American Psychiatric Association. Washington. 1994.

DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif. Seorang pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe manik atau suatu episode campuran dan episode depresif berat. Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe depresif.Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang sudah ada, atau di mana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuai dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif.

Tabel 2. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.

Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.

Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresif (F30-F33)

DIAGNOSIS BANDING

Kemungkinan diagnosis banding adalah gangguan bipolar dengan gejala psikotik, depresi mayor dengan gejala spikotik dan skizofrenia. Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan skizoafektif. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahguna amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang bersama-sama. Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang biasanya dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam praktik klinis, psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.

TERAPIModalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek. Medikasi untuk skizoafektif dapat dibagi untuk penanganan akut dan kronik. Pada episode akut skizoafektif, antipsikotik bekerja dengan baik, dalam hal ini antipsikotik atipikal seperti Olanzapine, Risperidon, Quetiapin, dan Amisulpride. Pada episode depresi, penanganan antidepresan dimasukkan,. Ada banyak tipe dari antidepresan dan kita dapat dimulai dengan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor), seperti sertraline atau citalopram. Pada episode manik, dapat diberikan pengontrol mood seperti litium, sodium valproate, dan carbamazepine dapat berguna.Untuk penanganan waktu lama pada skizoafektif, dapat diberikan antipsikotik dan ditambahkan dengan psikoterapi (berbicara). Dan apabila episode manik tetap bertahan maka tetap diberikan pengontrol mood ditambah antipsikotik. Dan apabilan episode depresi tetap bertahan maka tetap diberikan anti depresan dan ditambahkan pengontrol mood.Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valproate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan tidak responsif terhadap terapi antidepresan.

PROGNOSIS

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri. Hasil penelitian tersebut ditunjukkan di Tabel 2 dan Tabel 3.Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar, mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolar I dan bahwa pasien dengan t premorbid yang buruk; onset yang perlahan-lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala pskotik, khususnya gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkan perjalanan penyakit.Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang berhubungan dengan jenis kelamin pada hasil akhir gangguan skizoafektif, beberapa data menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita dengan gangguan skizoafektif daripada laki-laki dengan gangguan tersebut. Insidensi bunuh diri di antara pasien dengan gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10 persen.

BAB IIIKESIMPULAN

Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa yang gejala skizofrenia dan gejala afektif terjadi bersamaan dan sama-sama menonjol. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan. Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala2 definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang sama. Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya. Terapi dilakukan dengan melibatkan keluarga, pengembanPgan skill sosial dan berfokus pada rehabilitasi kognitif. Pada farmakoterapi, digunakan kombinasi anti psikotik dengan anti depresan bila memenuhi kriteria diagnostik gangguan skizoafektif tipe depresif. Sedangkan apabila gangguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi yang diberikan adalah antara anti psokotik dengan mood stabilizer. Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh menonjolnya gejala skizofrenianya, atau gejala gangguan afektifnya. Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya maka pronosisnya buruk, dan sebaliknya semakin persisten gejala-gejala gangguan afektifnya, prognosis diperkirakan akan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKAMaramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Presss : Surabaya. 1994.Brannon, G. Schizoaffective Disorder. Medscape. Available at http://emedicine.medscape.com/article/294763-overview accesed 26 May 2015Maslim, Rusdi. Buku Saku PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya: 2013.Rubin, EH. Zorumski, CF. Adult psychiatry. USA: Blackwell publishing: 2005.First, MB. Tasman, A. Clinical guide to the diagnosis and treatment of mental disorder. USA: John wiley & sons: 2006.Timms, P. Schizoaffective Disorder. Royal College of Psychiatrists. 2013. http://www.rcpsych.ac.uk/healthadvice/problemsdisorders/schizoaffectivedisorder.aspx/ accesed 26 may 2015.Abrams, DJ. Rojas, DC. Is schizoaffective disorder a distinct categorical diagnosis? A critical review of the literature. Neuropsychiatr Dis Treat. 2008. Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2646642/ accesed 28 May 2015Koen, L. Magni, P. Antipsychotic prescription pattern in xhosa patients with schizophrenia or schizoaffective disorder. 2008. Available at http://www.researchgate.net/profile/Aliza_Le_Roux/publication/26657203_Antipsychotic_prescription_patterns_in_Xhosa_patients_with_schizophrenia_or_schizoaffective_disorder/links/0c9605182346a30253000000.pdf accesed 28 May 2015.Levinson, DF. Umaphaty, C. Musthaq, M. Treatment of schizoaffective disorder and schizophrenia with mood symptoms. American joulna of psychiatry. Available http://ajp.psychiatryonline.org/doi/10.1176/ajp.156.8.1138 Accesed 28 May 2015Cascade, E. Kalali, AH. Buckley, P. Treatment of Schizoaffective disorder. Journal of PMCID. Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2719459/ accesed 28 May 2015

14