Rancob_limbah Resto Padang Editan

40
1. DESKRIPSI LIMBAH 1.1. Data Sampel Limbah Jenis Limbah : Limbah cair Restoran Masakan Padang Asal Limbah : Rendang kikil Waktu Pengambilan : Selasa, 8 November 2005 Tempat Pengambilan Limbah : Warung Makan Padang Denai Jl. Karang Rejo, Semarang. Debit Limbah per Hari : + 3 liter / hari 1.2. Karakteristik Limbah 1.2.1. Karakteristik Umum Air limbah adalah air bekas yang sudah tidak terpakai lagi sebagai hasil adanya berbagai kegiatan manusia sehari-hari (Ibnu, 1997). Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% daripadanya berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat organik dan anorganik. Zat organik dalam sampah terdiri dari bahan-bahan nitrogen, karbohidrat, lemak, dan sabun. Mereka bersifat tidak tetap dan menjadi busuk, mengeluarkan bau-bauan yang tidak sedap. Benda-benda anorganik pada umumnya tidak merugikan (Mahida, 1992). Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut

Transcript of Rancob_limbah Resto Padang Editan

Page 1: Rancob_limbah Resto Padang Editan

1. DESKRIPSI LIMBAH

1.1. Data Sampel Limbah

Jenis Limbah : Limbah cair Restoran Masakan Padang

Asal Limbah : Rendang kikil

Waktu Pengambilan : Selasa, 8 November 2005

Tempat Pengambilan Limbah : Warung Makan Padang Denai

Jl. Karang Rejo, Semarang.

Debit Limbah per Hari : + 3 liter / hari

1.2. Karakteristik Limbah

1.2.1. Karakteristik Umum

Air limbah adalah air bekas yang sudah tidak terpakai lagi sebagai hasil adanya

berbagai kegiatan manusia sehari-hari (Ibnu, 1997). Limbah adalah sampah cair dari

suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan

dengan hampir-hampir 0,1% daripadanya berupa benda-benda padat yang terdiri dari

zat organik dan anorganik. Zat organik dalam sampah terdiri dari bahan-bahan

nitrogen, karbohidrat, lemak, dan sabun. Mereka bersifat tidak tetap dan menjadi

busuk, mengeluarkan bau-bauan yang tidak sedap. Benda-benda anorganik pada

umumnya tidak merugikan (Mahida, 1992). Limbah merupakan buangan/bekas yang

berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk

dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi

kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan sebagainya.

Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan

kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran

(Sugiharto, 1987). Jenis air limbah berdasarkan sumber penghasil dan penyebab air

limbah tersebut adalah air limbah domestik, air limbah industri, dan air limbah

limpasan dan rembesan air hujan. Air limbah domestik berasal dari kegiatan

penghunian seperti rumah tinggal, hotel, sekolahan, kampus, perkantoran, pertokoan,

pasar, dan fasilitas pelayanan umum. Air limbah industri berasal dari kegiatan industri

seperti industri logam, tekstil, kulit, pangan, kimia dan sebagainya. Air limbah

limpasan dan rembesan air hujan merupakan air limbah yang melimpas diatas

Page 2: Rancob_limbah Resto Padang Editan

permukaan tanah dan meresap kedalam tanah sebagai akibat terjadinya hujan (Ibnu,

1997).

Syarat limbah dapat dibuang ke saluran umum adalah sebagai berikut:

- Temperaturnya tidak boleh terlalu tinggi, pada umumnya dibatasi 100-110ºF,

karena limbah yang panas cepat merusak beton dan logam di dalam saluran

kotoran.

- Limbah tidak boleh bersifat asam atau basa keras, dimana pH sebaiknya berkisar

antara 5,5 dan 9.

- Konsentrasi zat yang berlemak pada umumya tidak boleh melebihi 100 mg/l.

- Tidak boleh mengandung gas-gas yang beracun, berbau tengik, menghasilkan bau

yang keras, mengandung gas yang dapat terbakar atau meledak.

- Tidak mengandung zat-zat padat yang dapat mengendap yang berdaya berat

spesifik tinggi seperti pasir dan silikon, wol, rambut, kain dan bahan-bahan kasar

lainnya.

- Diusahakan memiliki ukuran yang seragam dari kecepatan hidrolisisnya dan

komposisi limbahnya.

(Mahida, 1992).

Penanganan limbah sebelum dilepaskan ke alam harus diperhatikan sebab dalam

limbah dimungkinkan masih banyak senyawa–senyawa racun, selain itu mengandung

pula zat–zat hidup khususnya bakteri, virus dan protozoa dan dengan demikian

merupakan wadah yang baik untuk pembiakan jasad – jasad renik (Otto, 1986).

Menurut Jenie & Rahayu (1993), bila di dalam limbah cair terdapat nutrient yang

diperlukan untuk pertumbuhan ganggang, maka akan terjadi ledakan populasi

ganggang yang berakibat kadar oksigen dalam air mengalami perbedaan yang sangat

besar. Bila oksigen terlarut dalam air habis sama sekali karena kadar bahan organik

yang tinggi, maka akan timbul bau busuk dan warna air menjadi gelap. Bila protein

dalam air mengandung sulfur atau kandungan sulfat alamiah maka akan dihasilkan

hidrogen sulfida yang menimbulkan bau yang tidak diinginkan dan menghitamkan

bangunan yang di cat disekitarnya. Oleh karena itu penanganan limbah yang bersifat

fisikawi, kimiawi serta biologis perlu diterapkan pada limbah yang mempunyai

karakteristik yang sesuai. Tujuan analisa limbah adalah untuk memastikan komposisi

Page 3: Rancob_limbah Resto Padang Editan

konsentrasi dan keadaan subyek dengan suatu pandangan untuk menentukan unsur –

unsur pokok yang menciptakan kesulitan – kesulitan dalam memilih jenis dan tingkat

pembenahan (Mahida, 1992).

Menurut Jenie & Rahayu (1993), limbah cair pengolahan pangan umumnya

mempunyai kandungan nitrogen yang rendah, BOD dan padatan tersuspensi tinggi,

dan berlangsung dengan proses dekomposisi cepat. Selain itu, limbah cair segar

mempunyai pH yang mendekati netral dan selama penyimpanan pH akan menurun.

Pada umumnya limbah industri pangan tidak membahayakan kesehatan masyarakat

karena tidak terlibat langsung dalam perpindahan penyakit. Tetapi kandungan bahan

organiknya yang tinggi dapat bertidak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan

mikroba.

Dengan pasokan makanan yang berlimpah, mikroorganisme akan berkembang biak

dengan cepat dan mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam air. Secara normal,

air mengandung kira-kira 8 ppm oksigen terlarut. Standart minimum oksigen untuk

kehidupan ikan adalah 5 ppm dan di bawah standart ini akan menyebabkan kematian

ikan dan biota perairan lainnya. Pada prinsipnya penanganan limbah dapat

dikelompokkan menjadi 6 tahapan tergantung dari jenis limbah dan tujuan

penanganan. Keenam tahpan tersebut adalah penanganan pendahuluan (pre

treatment), penanganan primer (primary treatment), penanganan sekunder (secondary

treatment), penanganan tersier (tertiary treatment), desinfeksi dan penanganan

lanjutan.

Restoran dan koordinator limbah seharusnya mengambil langkah awal untuk

mengidentifikasi strategi untuk mengurangi limbah, yang diikuti dengan penerapan

strategi pemisahan sumber yang direncanakan dengan baik. Restoran seharusnya

berusaha menurunkan jumlah limbah yang dihasilkan dan berusaha mengganti produk

limbah seperti plastik dengan bahan yang dapat didegradasi secara biologi karena

plastik merupakan sumber utama kontaminasi (Anonim, 2003).

Page 4: Rancob_limbah Resto Padang Editan

1.2.2. Karakteristik Fisikawi

Air limbah yang telah tercemar memberikan ciri yang dapat diidentifikasikan secara

visual dapat diketahui dari kekeruhan, warna, air, rasa, bau yang ditimbulkan dan

indikasi lainnya. Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganik yang menguraikan

zat organik menghasilkan gas tertentu. Di samping itu bau juga timbul karena

terjadinya reaksi kimia yang menimbulkan gas. Kuat tidaknya bau yang dihasilkan

limbah tergantung pada jenis dan banyaknya gas yang ditimbulkan (Gintings, 1992).

Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik

yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting adalah kandungan zat padat

sebagai efek estetika dan kejernihan serta bau, warna, dan juga temperatur.

Kandungan zat padat di sini erat hubungannya dengan kuantitas padatan total,

karakteristik padatan tersuspensi dan karakter pengendapan padatan. Dalam industri

pembuatan tempe, kandungan zat padat dalam limbah cairnya tidak begitu besar,

namun mempunyai ukuran partikel yang cukup bervariasi (Sugiharto, 1987).

Sebagian besar limbah industri pangan berupa limbah organik yang bersifat

biodegradable (mengandung karbohidrat dan protein yang tinggi), yaitu dapat

diuraikan oleh alam dengan bantuan mikroorganisme. Dimana proses penguraian

kembali ini melibatkan proses pembusukan yang menimbulkan bau yang kurang enak

(Sugiharto, 1987). Dari bau tersebut kita dapat mengetahui kualitas limbah tersebut.

Bila terlalu menyengat atau tidak enak, maka limbah tersebut banyak mengandung

kandungan organik. Bau pada limbah disebabkan oleh karena proses pembusukan

atau degradasi bahan organik oleh mikroorganisme. Pengukuran bau dapat dilakukan

dengan:

Evaluasi sensori: Indera pembau.

GC (Gas Chromatography) : Berfungsi untuk menganalisa senyawa-senyawa

penyebab bau.

(Suhardi, 1991)

Total Solid merupakan padatan tersuspensi total. Pengukuran ini, yang kadang-kadang

disebut residu yang tidak dapat disaring, ditetapkan sengan cara menyaring sejumlah

volume air limbah melalui filter membran (atau tikar glass fiber) dalam cawan

Page 5: Rancob_limbah Resto Padang Editan

Gouch. Berat kering dari padatan tersuspensi total diperoleh setelah satu jam pada

suhu 103 -105 C. Total Suspended Solid merupakan padatan yang terendap. Ini

adalah padatan dalam limbah cair yang mengendap pada dasar dalam waktu 1 jam.

Padatan ini biasanya diukur dalam kerucut Imhoff berskala dan dilaporkan sebagai ml

padatan terendap per liter. Padatan terendap merupakan indikator jumlah padatan

limbah yang akan mengendap dalam alat penjernih dan kolam pengendapan (Jenie &

Rahayu, 1993).

Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk

mengukur keadaan air sungai, kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur

atau benda koloid di dalam air (Sugiharto, 1987). Dengan melihat tingkat kekeruhan

limbah cair akan dapat mengetahui banyak atau tidaknya padatan organik atau

anorganik yang berada dalam limbah cair tersebut (Jenie & Rahayu, 1993). Cara

analisa tingkat kekeruhan ini dilakukan dengan menggunakan alat inderawi

penglihatan manusia (secara langsung).

Menurut Sugiharto (1987), proses penyerapan (adsorbsi) adalah proses

mengumpulkan benda – benda terlarut yang terdapat dalam larutan antara dua

permukaan. Proses penyerapan tersebut terjadi pada seluruh permukaan benda, maka

yang sering terjadi adalah bahan padat yang menyerap partikel yang berada di dalam

air limbah. Bahan yang diserap disebut sebagai adsorbate atau solute sedangkan

bahan penyerapannya dikenal sebgai adsorbent. Banyak bahan – bahan padat

dipergunakan sebagai bahan penyerap untuk mengurangi kekeruhan dari suatu cairan.

Bahan penyerap yang mahal umumnya mempunyai luas permukaan yang lebih luas

setiap unitnya. Peningkatan luas permukaan ini dilakukan dengan kerja yang rapi

melalui pembelahan bahan adsorbent. Proses penyerapan (adsorbsi) juga dapat

berfungsi sebagai proses penjernihan limbah cair. Penjernihan air limbah

dipergunakan untuk mengurangi pengotoran bahan organik, partikel termasuk benda

yang tidak dapat diuraikan (nonbiodegradable) ataupun gabungan antara bau, warna

dan rasa.

Warna dari limbah cair ini tidak dapat menentukan bahaya atau tidaknya suatu limbah

cair (Jenie & Rahayu, 1993). Tetapi warna dari air limbah dapat menunjukkan

Page 6: Rancob_limbah Resto Padang Editan

kekuatannya, dimana bila warnanya berwarna gelap itu berarti limbah tersebut sudah

busuk. . Warna pada limbah menunjukkan kekuatannya, air limbah yang baru

berwarna keabu-abuan. Air limbah yang sudah basi atau busuk berwarna gelap. Orang

awam seringkali menilai keadaan air limbah atau air selokan berdasarkan warnanya,

hal ini dengan sendirinya tidak dapat menunjukkan secara tegas bahaya yang

dikandungnya (Mahida, 1992). Warna air memberi petunjuk akan jumlah benda yang

tersuspensi dan terlarut. Penentuan limbah cair dapat menggunakan komparator warna

dan skala standar (Sastrawijaya, 1991).

Limbah domestik biasanya mempunyai suhu mendekati netral dan suhu antara 15 –

25oC. Suhu ini berada di bawah suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri tetapi

bukan hambatan utama dalam rancangan unit atau operasinya (Jenie & Rahayu,

1993). Suhu dapat berperan penting dalam penentuan makhluk apa yang akan hidup

di air yang diukur suhunya. Suhu juga mempengaruhi tingkat oksigen yang terlarut.

Suhu udara tidak menentukan suhu permukaan air. Metode pengukuran yang lebih

baik ialah dengan permistor yang skala sudutnya dinyatakan dalam derajat Fahrenhait

dan Celcius. Permistor ini dapat dengan tepat menentukan suhu air dengan berbagai

kedalaman (Jenie & Rahayu, 1993).

Proses penyaringan dapat menghilangkan padatan-padatan yang berukuran besar,

yaitu yang berukuran 0,7 mm atau lebih besar. Penyaringan dapat dilakukan dengan

lebih baik bila ditambah satu tahap pendahuluan yaitu koagulasi, karena untuk

padatan terlarut akan sulit dipisahkan dari bagian cair. Tujuan dari proses penyaringan

ini adalah untuk membuang benda – benda yang mengambang dan tampak oleh mata.

Cara yang paling sederhana dari pembuangan benda padat yang kasar dan besar

adalah dengan cara mengalirkan limbah melalui penyaring. Selanjutnya benda –

benda padat yang dapat melalui saringan ini kemudian diendapkan dalam tanki – tanki

sedimentasi (Mahida, 1992).

Zat-zat yang digunakan untuk menggumpalkan disebut koagulan. Bahan koagulan

utama yang digunakan dalam proses pemurnian air adalah aluminium sulfat

(Al2(SO4)3.14H2O), copperas (FeSO4.7H2O), feri sulfat (Fe2(SO4)3), feri klorida

(FeCl3), chlorinated copperas (campuran feri sulfit dan feri klorida), serta silikat aktif

Page 7: Rancob_limbah Resto Padang Editan

(Winarno, 1986). Jadi, bahan penggumpal adalah garam logam yang bereaksi dengan

basa di dalam air untuk menghasilkan kumpulan hidrooksida logam yang tidak dapat

larut (Buckle et al., 1987).

Karbon aktif alamiah adalah butiran karbon dan bubuk karbon untuk pengolahan air

limbah dan setelah dipergunakan diaktifkan kembali. Persiapan karbon dipergunakan

melalui pembuatan arang dari bahan kayu atau batubara. Bahan ini kemudian dibakar

sampai berwarna merah. Partikel batubara kemudian diaktifkan dengan menambah

gas oksigen pada tekanan tinggi. Gas ini mengambangkan struktur rongga yang ada

pada batubara / arang sehingga memperluas permukaan. Karena luas permukaan yang

besar inilah karbon aktif mempunyai daya serap yang baik, dan dapat mengikat

benda–benda organik dan partikel – partikel lain dengan baik ( Sugiharto, 1987 ).

1.2.3. Karakteristik Kimiawi

Tujuan analisa kimiawi limbah cair adalah untuk menentukan konsentrasi zat – zat

kimia, mengetahui ada atau tidaknya bahan – bahan beracun di dalam limbah, serta

untuk menentukan tingkat kebusukan yang telah dicapai limbah. Penentuan analisa

kimiawi limbah cair didasarkan atas unsur – unsur yang mempunyai nilai peubah

terhadap kesehatan seperti bahaya yang ditimbulkan oleh zat beracun yang mungkin

ada di dalam limbah, serta upaya pembenahan limbah. Hal ini baik untuk limbah cair

maupun air selokan (Utomo, 1998).

Konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun dari air limbah.

Adapun kadar yang baik adalah kadar dimana masih memungkinkan kehidupan

biologis didalam air berjalan dengan baik. Air limbah dengan konsentrasi air limbah

tidak netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga menganggu proses

penjernihan. pH yang baik bagi air minum dan air limbah adalah netral (7). Semakin

kecil nilai pHnya, maka akan menyebabkan air tersebut berupa asam (Sugiharto,

1987).

pH menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan

mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. Karena selalu terdapat hidrogen bebas dan ion

hidroksil dalam pemisahan molekul-molekul larutan cairan, maka dengan

Page 8: Rancob_limbah Resto Padang Editan

kelebihannya salah satu molekul tersebut akan menyebabkan larutan menjadi masam

atau alkali. Larutan-larutan yang netral mempunyai nilai pH 7. Air limbah domestik

yang normal biasanya mengandung sedikit alkali (Mahida, 1981). Apabila pH

mendekati 5 tingkat keasaman pencernaan jadi tidak normal. Bila pH kurang dari 5

atau lebih dari 10, maka proses aerobik biologis menjadi kacau (Mahida, 1992).

BOD adalah banyaknya oksigen dalam air yang digunakan bakteri untuk menguraikan

benda organik melalui proses oksidasi biologis. Limbah cair pengolahan pangan

umumnya punya kandungan nitrogen rendah, BOD dan padatan suspensi tertinggi,

dan berlangsung dengan proses dekomposisi cepat. Sifat limbah yang perlu diketahui

adalah volume aliran, konsentrasi organik dan karakteristik limbah. Uji BOD adalah

salah satu metode yang paling digunakan dalam penanganan limbah dan pengendalian

polusi (Jenie & Rahayu, 1993).

Parameter yang sering digunakan untuk mengukur polusi baik pada air limbah

maupun air tanah adalah nilai BOD 5 hari (BOD5). Nilai tersebut merupakan hasil

dari pengukuran oksigen terlarut yang digunakan oleh mikroorganisme dalam

oksidasi biokimia materi-materi organik. Umumnya inkubasi berlangsung selama 5

hari pada suhu 20ºC. Selama 5 hari tersebut, oksidasi berlangsung secara sempurna

sebesar 60-70 %, sedangkan jika digunakan waktu 20 hari, oksidasi berlangsung

sempurna sebesar 95-99 %. Penggunaan temperatur yang berbeda akan memberikan

hasil yang berbeda pula karena reaksi biokimia sangat tergantung pada temperatur

(Tchobanoglous, 1981).

Pada umumnya analisa BOD dapat dilakukan melalui 2 cara yakni :

Analisa dengan titrasi Winkler

Analisa ini pada prinsipnya adalah oksigen akan mengoksidasi MnSO4 yang

ditambahkan ke dalam larutan pada keadaan alkalis, sehingga terjadi endapan Mn02.

dengan penambahan asam sulfat dan kalium iodida makan akan dibebaskan iodin

yang ekuivalen dengan oksigen terlarut. Iodin yang terbebaskan kemudian dianalisa

dengan metoda titrasi iodimetris yaitu dengan larutan standar thiosulfat dengan

indikator kanji. Reaksi dari metoda titrasi ini dapat dituliskan sebagai berikut :

MnSO4 + 2 KOH Mn(OH)2 + K2SO4

Page 9: Rancob_limbah Resto Padang Editan

Mn(OH)2 + ½ O2 MnO2 + H2O

MnO2 + KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH

I2 + 2 S2O3 –2 S4O6- + 2 I -

Analisa dengan DO – meter

Analisa oksigen terlarut di dalam air dapat juga dilakukan dengan metoda elektrolisa

yang pada prinsipnya menggunakan elektroda yang terdiri atas katoda dan anoda yang

terendam dalam alrutan ektrolit (larutan garam). Pada DO meter, elektorda ini terdiri

atas katoda Ag dan anoda Pb atau Cu. Sistem elektroda ini dilindungi oleh membran

palstik tertentu yang bersifat semi – permeable terhadap oksgen dan hanya oksigen

saja yang dapat menembus membran ini.

(Alaerts & Santika, 1984).

Chemical Oxyggen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) adalah

banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dibutuhkan dalam kondisi khusus

untuk menguraikan benda organik secara kimiawi. Cara menguraikan benda organik

tersebut dengan oksidasi menggunkan agen oksidasi kuat dalam suasana asam. COD

juga digunakan secara luas sebagai ukuran kekuatan pencemaran air limbah domestik

maupun air limbah industri (Suhardi, 1991).

COD (Chemical Oxygen Demand) digunakan untuk menggolongkan kekuatan organik

dari air limbah dan polusi air bersih. Tes COD mengukur jumlah oksigen yang

diperlukan untuk oksidasi kimia bahan – bahan organik dalam sampel menjadi

karbondioksida dan air. Prosedur tes tersebut adalah menambahkan sejumlah larutan

kalium dikromat standar yang diketahui jumlahnya, reagen asam sulfat yang

mengandung perak sulfat dan sampel dalam jumlah tertentu ke dalam suatu wadah.

Sampel blanko berisi air destilasi diperlakukan sama seperti prosedur tes COD.

Tujuan blanko tersebut adalah untuk mengkoreksi kesalahan yang timbul karena

adanya bahan – bahan organik dalam reagen. COD dihitung berdasarkan perbedaan

antara jumlah titran yang digunakan untuk blanko dan sampel dibagi dengan volume

sampel dan dikalikan dengan normalitas titran.

(blanko – sampel) x (molaritas titran) 8000

COD = ––––––––––––––––––––––––––––––––––––

ml sampel

Page 10: Rancob_limbah Resto Padang Editan

(Hammer & Hammer, 1996).

Umumnya COD kurang lazim digunakan dibandingkan dengan pengertian BOD.

COD bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organik yang sukar

dihancurkan secara oksidasi. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan pereaksi oksidator

yang kuat dalam suasana asam. Dalam hal ini dapat digunakan KMnO4 atau K2Cr2O7

sebagai oksidator (Gintings, 1992). Sebagai zat pengoksidasi adalah KMnO4 atau

K2Cr2O7. Nilai COD yang tinggi menunjukkan adanya pencemaran air oleh zat-zat

organik yang dapat berasal dari berbagai sumber, seperti limbah pabrik, limbah rumag

tangga, dsb. Jumlah volume KMnO4 atau K2Cr2O7 yang digunakan untuk oksidasi

ekuivalen dengan banyaknya total zat organik yang dapat dioksidasi secara kimiawi

(Suhardi, 1991).

Sebagai zat pengoksidasi adalah KMnO4 atau K2Cr2O7. Nilai COD yang tinggi

menunjukkan adanya pencemaran air oleh zat-zat organik yang dapat berasal dari

berbagai sumber, seperti limbah pabrik, limbah rumag tangga, dsb. Banyak KMnO4

atau K2Cr2O7 yang digunakan untuk oksidasi ekuivalen dengan banyaknya total zat

organik yang dapat dioksidasi secara kimiawi (Suhardi, 1991).

Untuk menghilangkan zat-zat organik diperlukan penambahan zat-zat penggumpal.

Zat kimia yang dapat digunakan sebagai penggumpal adalah:

- Aluminium sulfat (Al2(SO4)3) disebut juga filter aluminium.

- Campuran Fero-sulfat dengan kapur (FeSO4 + CaO).

- Natrium-aluminat.

- Aluminium ferric : aluminium sulfat yang mengandung Ferri oksida + 1%.

- Boothal : campuran aluminium sulfat dengan soda abu (Na2CO3) (Suhardi, 1991).

Setelah air diproses dengan pengendapan menggunakan zat penggumpalan,

selayaknya dipisahkan antara gumpalan dan air yang jernih denhan cara penyaringan.

Penyaringan dapat menggunakan pasir, kokas atau ampas arang batu, arang butiran-

butiran marmer, butiran-butiran genting (tanah liat yang dibakar), magnetic kanvas

(terpal) ataupun ijuk. Keuntungannya adalah mudah dirawar dan diganti serta sangat

murah tanpa peralatan yang mahal (Suhardi, 1991).

Page 11: Rancob_limbah Resto Padang Editan

1.2.4. Karakteristik Biologis

Karakteristik biologis, meliputi pemeriksaan akan adanya bakteri, jamur, ganggang,

ataupun protozoa pada air limbah. Pemeriksaan biologis didalam air limbah untuk

memisahkan apakah ada bakteri-bakteri patogen berada di dalam air limbah.

Keterangan biologis ini diperlukan untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah

sebelum dibuang ke badan air (Sugiharto, 1987).

Secara umum, kebanyakan bakteri adalah kemoheterotrofik, yaitu menggunakan

bahan organik sebagai sumber energi dan karbon. Beberapa spesies mengoksidasi

senyawa – senyawa anorganik tereduksi seperti NH3 untuk energi dan menggunakan

CO2 sebagai sumber karbon, dan sering disebut sebagai bakteri kemoautotrof. Ada

juga yang bersifat fotosintetik, yaitu menggunakan sinar matahari sebagai sumber

energi dan sumber karbon CO2. Bakteri kemoheterotrof penting dalam penanganan

limbah karena memecah bahan organik dan bakteri nitrifikasi yang mengoksidasi

amonia nitrogen menjadi amonia nitrat (Jenie & Rahayu, 1993).

Kapang adalah mikroba nonfotosintesis, bersel banyak, bercabang, berfilamen, dan

memetabolisme makanan terlarut. Bakteri dan kapang dapat memetabolisme bahan

organik dari jenis yang sama. Kapang banyak terdapat pada limbah dengan pH 4 - 5,

kadar air rendah, nitrogen rendah, dan bila nutrien tertentu tidak ada. Kapang juga

sulit mengendap sehingga sulit ditangani (Jenie & Rahayu, 1993).

Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme

patogen yang ada dalam air limbah. Banyaknya zaat pembunuh kimia termasuk klorin

dan komponennya mematikan bakteri dengan car merusak atau menginaktifkan enzim

utama, sehingga terjadi kerusakan dinding sel. Oleh karena itu perlu diperhatikan

dalam memilih bahan kimia, bila akan digunakan sebagai bahan desinfeksi antara

lain: daya racun zat kimia, waktu kontak yang diperlukan, efektivitasnya, rendahnya

dosis, tidak toksik terhadap manusia dan hewan, tetap tahan terhadap air, biaya murah

untuk pemakaian yang bersifat masal (Sugiharto, 1987 ).

Page 12: Rancob_limbah Resto Padang Editan

Aerasi merupakan suatu sistem oksigenasi melalui penangkapan O2 dari udara pada

air olahan yang akan diproses. Pemasukan oksigen ini bertujuan agar O2 di udara

dapat bereaksi dengan kation yang ada di dalam air olahan. Reaksi kation dan oksigen

menghasilkan okasidasi logam yang sukar larut dalam air sehingga dapat mengendap.

Proses aerasi terutama untuk menurunkan kadar besi (Fe) dan magnesium (Mg).

kation Fe2+ tau Mg2+ bila disemburkan ke udara akan membentuk oksida Fe2O3 dan

MgO. Proses aerasi harus diikuti proses filtrasi atau pengendapan (Kusnaedi, 1998).

Dalam penanganan air limbah, mikroorganisme merupakan dasar fungsional untuk

sejumlah proses penanganan (Sugiharto, 1987). Tujuan pemeriksaan biologis di dalam

air dan limbah cair adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri patogen.

Pemeriksaan biologis ini meliputi pemeriksaan bakteri, jamur, ganggang, protozoa,

rotifera, crustaceae, serta virus (Utomo, 1998). Bakteri merupakan kelompok

mikroorganisme terpenting dalam sistem penanganan air limbah. Keberadaan bakteri

dalam air limbah perlu ditangani lebih lanjut karena beberapa bakteri memiliki sifat

patogenik, dan karena kultur bakteri dapat digunakan untuk menghilangkan bahan

organik dan mineral – mineral yang tidak diinginkan di dalam air limbah. Kapang

adalah mikroorganisme nonfotosintetis, bersel jamak, aerobik, bercabang, berfilamen

yang memetabolisme makanan terlarut. Bakteri dan kapang dapat memetabolisme

bahan organik dari bahan yang sama (Jenie & Rahayu, 1993).

Desinfeksi adalah suatu proses untuk membunuh jasad renik yang bersifat patogenik

baik secara kimia maupun fisik. Semua desinfektan efektif terhadap sel vegetatif

tetapi tidak selalu efektif terhadap sporanya. Bahan kimia menimbulkan pengaruh

yang lebih selektif terhadap jasad renik dibandingkan dengan perlakuan fisik seperti

panas dan radiasi (Fardiaz, 1992). Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi

atau membunuh mikroorganisme patogen yang terdapat dalam air limbah. Mekanisme

pembunuhan sangat dipengaruhi kondisi zat pembunuhnya dan mikroorganisme itu

sendiri. Banyak zat pembunuh kimia termasuk klorin dan komponennya mematikan

bakteri dengan cara menginaktivasi enzim utama sehingga terjadi kerusakan dinding

sel. Metode lain dari desinfeksi adalah merusak langsung dinding sel seperti yang

dilakukan bila menggunakan panas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk

memilih bahan kimia sebagai desinfeksi adalah daya racun zat kimia tersebut, waktu

Page 13: Rancob_limbah Resto Padang Editan

kontak yang diperlukan, efektifitas, rendahnya dosis, tidak toksik terhadap manusia

dan hewan, tahan terhadap air, biaya murah untuk pemakaian yang bersifat massal

(Sugiharto, 1987).

Klorin adalah oksidator dan akan bereaksi dengan beberapa komponen organik pada

limbah cair. Kebutuhan klorin untuk air limbah yang relatif jernih (tidak terlalu keruh)

dan pada air yang mengandung suspensi padatan sedikit atau tidak terlalu tinggi,

biasanya relatif rendah. Klorinasi merupakan salah satu proses yang cukup efektif bila

digunakan dalam mengatasi limbah cair. Klorin banyak digunakan untuk mengatasi

bau yang timbul dari limbah. Peranan klorin dalam mengatasi limbah pertanian adalah

untuk mereduksi konsentrasi bakteri. Menurut Jenie & Rahayu (1993), dengan

klorinasi maka kadar BOD dapat menurun. Selain itu, komponen – komponen yang

tereduksi dalam air juga akan turun karena adanya klorinasi. Efisiensi pemakaian

klorin dipengaruhi oleh jumlah dan jenis atau bentuk klorin yang digunakan, waktu

kontak, suhu dan jenis serta konsentrasi mikrobia.

Page 14: Rancob_limbah Resto Padang Editan

2. DATA HASIL PENGUKURAN PARAMETER AWAL

2.1. Karakteristik Fisikawi

a. Bau : sambal, agak pedas

b. Warna : oranye kecoklatan

c. Kekeruhan : sangat keruh, kental

d. Suhu :

Sampel Suhu (ºC)

Ulangan 1 39

Ulangan 2 41

Rata - rata 40

e. Analisa Padatan

- Analisa Total Solid (TS)

SampelVol. sampel

(ml)

Berat cawan

(gr)

Cawan +

padatan (gr)Padatan (gr) TS (mg/ml)

Ulangan 1 2 24,33 24,48 0,15 75000

Ulangan 2 2 20,50 20,65 0,15 75000

Rata - rata 22,415 22,565 0,15 75000

- Analisa Total Suspended Solid (TSS)

SampelVol. sampel

(ml)

Kertas

saring (mg)

Kertas saring +

padatan (mg)

Padatan

(mg)TSS (mg/ml)

Ulangan 1 50 400 794 394 7880

Ulangan 2 50 400 868 468 9360

Rata - rata 400 831 431 8620

2.2. Karakteristik Kimiawi

a. Pengukuran pH

Sampel pH

Ulangan 1 5,08

Ulangan 2 5,12

Page 15: Rancob_limbah Resto Padang Editan

Rata - rata 5,10

b. Analisa Kandungan Chemical Oxygen Demand (COD)

Sampel Vol. sampel (ml) Na2S2O3 (ml) COD (mg/lt)

Blanko 10 41,85 -

Ulangan I 10 36,1 4600

Ulangan II 10 36,7 4120

Rata-rata 4360

c. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Metode Jar Testing

Konsentrasi koagulan (ppm) Tingkat kekeruhan

0 ~

10.000 ~

20.000 1376 NTU

30.000 1006 NTU

40.000 956 NTU

50.000 378 NTU

d. Grafik hubungan antara konsentrasi koagulan dengan tingkat kekeruhan

Page 16: Rancob_limbah Resto Padang Editan

3. USULAN TREATMENT

3.1. Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)

3.1.1. Penyaringan (Filtrasi)

Limbah yang dihasilkan oleh restoran masakan Padang sangat keruh dan kental.

Banyak padatan yang terdapat dalam air limbah baik yang terlarut maupun yang

tersuspensi. Oleh karena itu, untuk mempermudah proses pengolahan limbah

selanjutnya, maka perlu dilakukan penyaringan untuk mengurangi jumlah padatan

tersuspensi yang ada dalam air limbah. Mula-mula dilakukan penghilangan padatan-

padatan yang ukurannya cukup besar melalui penyaringan dengan menggunakan

saringan kasar. Setelah disaring menggunakan saringan kasar dilakukan penyaringan

kembali dengan menggunakan kain saring. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi

padatan yang ukurannya agak kecil. Dengan demikian akan memudahkan proses

pengolahan limbah selanjutnya.

Penyaringan bertujuan untuk memisahkan padatan tidak larut dan bahan kasar lain

yang bentuknya cukup besar sehingga padatan dapat tertahan dan filtratnya turun.

Menurut Mahida (1992), cara yang paling sederhana dari pembuangan benda padat

yang kasar dan besar adalah dengan cara mengalirkan limbah melalui penyaring.

Selanjutnya benda – benda padat yang dapat melalui saringan ini kemudian

diendapkan dalam tanki – tanki sedimentasi. Bahan yang sering digunakan adalah

kawat stainless steel berupa anyaman, kain polyester, kawat tembaga, plat karbon

dengan tekstur kasar, sedang, dan halus (Gintings, 1992).

Materi

Alat-alat yang digunakan antara lain: saringan kasar, kain saring, dan baskom.

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu limbah restoran masakan Padang sebanyak

1500 ml (1,5 Lt).

Metode

Limbah diambil sebanyak 1,5 lt lalu disaring dengan menggunakan saringan dan

ditampung dalam baskom. Setelah itu air limbah hasil penyaringan pertama ini

disaring kembali dengan menggunakan kain saring.

Page 17: Rancob_limbah Resto Padang Editan

3.2. Pengolahan Pertama (Primary Treatment)

3.2.1. Koagulasi dan Netralisasi

Primary treatment dilakukan dengan pengolahan secara fisik dan pengolahan secara

kimia. Pengolahan secara fisik dilakukan dengan pengendapan air limbah yang terjadi

secara gravitasi yang lamanya tergantung partikel padatan yang ada (sedimentasi)

(Gintings, 1992). Sedangkan pengolahan kimia dengan mengendapkan bahan padatan

dengan penambahan bahan kimia (coagulation system). Pemakaian koagulan

dimaksudkan untuk mempercepat pengendapan dengan memperbesar ukuran partikel.

Semakin besar ukuran partikelnya, semakin cepat pengendapannya. Tujuan dari

primary treatment ini adalah untuk menghilangkan zat-zat organik dan suspended

solid yang ada di dalam limbah. Jenis primary treatment yang kami gunakan dalam

pengolahan limbah restoran masakan Padang adalah koagulasi.

Koagulasi menyebabkan terjadinya pembentukan gumpalan-gumpalan padatan yang

lebih besar dari padatan-padatan yang berpartikel kecil dan halus, lalu karena zat-zat

padat yang menggumpal juga mengandung kadar zat organik yang tinggi maka

pembentukan gumpalan-gumpalan ini juga mengarah ke terjadinya pengurangan nilai

BOD dan COD. Mahida (1981) juga selanjutnya menyebutkan bahwa penurunan

BOD dan COD oleh pembenahan secara kimiawi dapat berada setinggi 65% dan lebih

tinggi daripada penurunan dengan cara sedimentasi yang biasa saja.

Materi

Alat-alat yang digunakan antara lain: bekker glass, timbangan, corong, kertas saring,

magnetic stirrer, erlenmeyer, dan pHmeter. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan

antara lain: limbah yang telah mengalami pre treatment, alum, Ca(OH)2, H2SO4, dan

aquadest.

Metode

Mula-mula diambil 200 ml limbah cair yang telah mengalami pre-treatment dan

diletakkan dalam bekker glass. Setelah itu diberi perlakuan koagulasi dengan

menambahkan 15 gram alum ke dalam limbah tersebut. Kemudian dilakukan

pengadukan cepat dengan magnetic stirrer selama 1 menit dan pengadukan lambat

selama 5 menit. Larutan tersebut disaring sehingga diperoleh filtrat dan residu. pH

Page 18: Rancob_limbah Resto Padang Editan

filtrat yang diperoleh diukur, lalu dilakukan netralisasi dengan menggunakan Ca(OH)2

(jika terlalu asam) dan H2SO4 (jika terlalu basa). Setelah mengalami netralisasi dan

terbentuk flok yang berukuran agak besar, kemudian diendapkan dengan cara

mendiamkannya selama beberapa waktu + 30 menit , agar seluruh flok mengendap di

dasar beker glass (sedimentation). Setelah mengendap kemudian larutan disaring

(filtrasi) dengan menggunakan kertas saring ke erlenmeyer lain.

3.3. Pengolahan Kedua (Secondary Treatment)

3.3.1. Aerasi

Secondary treatment umumnya melibatkan proses biologis dengan tujuan untuk

menghilangkan bahan organik melalui biokimia oksidasi. Untuk proses biologis ini

banyak menggunakan peranan mikroorganisme, misalnya dengan lumpur aktif. Dalam

proses lumpur aktif, air buangan masuk ke dalam tangki aerasi tempat

mikroorgansime mengkonsumsi buangan organis untuk membentuk sel-sel baru.

Secondary treatment yang kami lakukan untuk limbah restoran masakan Padang

adalah dengan aerasi. Kami hanya melakukan aerasi karena limbah cair yang

kandungan senyawa organiknya tinggi pasti sudah mengandung mikroba aerob. Oleh

karena itu kami hanya menyediakan kondisi yang lebih optimal bagi mikroorganisme

tersebut dengan meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air limbah. Tujuan

dari perlakuan aerasi ini adalah untuk menghilangkan zat-zat organik biodegradable

(dapat diuraikan secara biologis) dan suspended solid serta untuk meningkatkan

kandungan oksigen terlarut di dalam limbah cair dan meningkatkan efektifitas proses

selanjutnya.

Materi

Alat-alat yang digunakan yaitu bekker glass dan aerator. Sedangkan bahan yang

digunakan adalah limbah cair yang telah mengalami primary treatment.

Metode

Air limbah yang sudah diberi perlakuan primer dimasukkan dalam bekker gelas,

kemudian diberi perlakuan aerasi. Selang aerator dimasukkan ke dalam cairan limbah

hingga dasar beker glass. Aerator dinyalakan dan ditunggu hingga terjadi gelembung-

Page 19: Rancob_limbah Resto Padang Editan

gelembung udara. Proses aerasi ini dilakukan selama 30 menit. Proses ini dapat

memperkecil BOD dan COD limbah cair (Sugiharto, 1987).

3.4. Pengolahan Ketiga (Tertiary Treatment)

3.4.1. Karbon Aktif

Pada tingkat lanjutan (tertiary treatment) ini ditujukan terutama untuk menghilangkan

senyawa kimia anorganik seperti kalsium, kalium, sulfat nitrat, phospor dan lainnya

serta senyawa organik. Proses fisika, kima dan biologis yang terjadi pada pengolahan

tingkat lanjut ini antara lain : filtrasi, destilasi, pengapungan, pembekuan. Striping dll.

Proses kimia meliputi adsorbsi karbon aktif, pengendapan kimia, pertukaran ion,

elektro kimia, oksidasi dan reduksi. Sedangkan proses biologis meliputi proses

penelitian bakteri dan algae nitrifikasi(Gintings, 1992). Dalam tertiary treatment yang

kami lakukan terhadap limbah restoran masakan Padang, kami memilih menggunakan

karbon aktif. Penambahan karbon aktif dilakukan dengan tujuan untuk menjernihkan

warna limbah (mengurangi kekeruhan).

Materi

Alat-alat yang digunakan antara lain: kertas saring, corong, dan erlenmeyer.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain: limbah yang telah mengalami

secondary treatment, dan karbon aktif.

Metode

Mula-mula dilakukan penimbangan karbon aktif sebanyak 3 gr untuk menyaring 200

ml air limbah. Kemudian karbon aktif diletakkan di atas kertas saring yang telah

dipasang pada corong. Air limbah diambil sebanyak 200 ml dan dituang ke dalam

corong tersebut. Hal ini dilakukan sampai seluruh limbah tersaring.

3.5. Pengolahan Tambahan

3.5.1. Desinfeksi

Desinfeksi dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan mikrobia yang bersifat

patogen pada limbah pangan. Menurut Volk & Wheeler (1993), desinfeksi adalah

proses penting dalam pengendalian penyakit, karena tujuannya adalah perusakan

agen-agen patogen. Mekanisme kerja dari desinfektan mungkin dengan merusak

Page 20: Rancob_limbah Resto Padang Editan

membran sel atau protein sel atau pada gen yang khas sehingga berakibat kematian

atau mutasi. Tujuan dari perlakuan tambahan ini adalah untuk memastikan bahwa

limbah cair yang akan dibuang nantinya aman bagi lingkungan dan tidak mengandung

senyawa – senyawa pencemar – pencemar dan mikroorganisme lain yang patogen.

Materi

Alat-alat yang digunakan antara lain: pH meter, bekker glass, elenmeyer, gelas piala,

gelas ukur, batang pengaduk, kertas saring, corong, dan kertas pH. Sedangkan bahan-

bahan yang digunakan antara lain limbah dari tertiary treatment, desinfektan klorin,

Ca(OH)2, dan H2SO4.

Metoda

Mula – mula dilakukan proses desinfeksi dengan penambahan desinfektan klorin pada

limbah cair dengan perbandingan 200 ml limbah cair dibanding 20 ml klorin. Setelah

proses desinfiensi dilanjutkan dengan proses netralisasi pH dengan melakukan

pengukuran pH terlebih dahulu dengan kertas pH, jika terlalu asam dilakukan

penambahan Ca(OH)2 dan bila terlalu basa dilakukan penambahan H2SO4 hingga

mencapai pH netral sekitar 7.

3.6. Pengujian Parameter Akhir

Setelah dilakukan berbagai macam proses pengolahan limbah, maka dilakukan

pengukuran karakteristik limbah yang telah diolah tersebut. Hal ini dilakukan untuk

membandingkan karakteristik limbah sebelum dan sesudah diolah, dan mengetahui

apakah limbah yang telah diolah tersebut telah memenuhi standart baku mutu limbah.

Pengukuran karakteristik limbah cair restoran masakan Padang yang telah diberi

treatment yaitu meliputi :

3.6.1. Warna

Pengamatan warna dilakukan secara langsung pada sampel limbah dengan indera

penglihatan.

Page 21: Rancob_limbah Resto Padang Editan

3.6.2. Bau

Pengamatan bau dilakukan secara langsung pada sampel limbah yang telah dituang ke

dalam gelas piala dengan indera penciuman.

3.6.3. Analisa Padatan

3.6.3.1. Analisa Total Suspended Solid (TSS)

Mula-mula 50 ml sampel air limbah disaring dengan kertas saring yang telah

diketahui beratnya. Setelah itu kertas saring yang telah berisi residu diletakkan di atas

cawan porselin, lalu dikeringkan dalam oven bersuhu 105C selama 24 jam.

Kemudian dimasukkan dalam desikator selama 15 menit dan dilakukan penimbangan.

Perhitungan TSS =

3.6.3.2. Analisa Total Solid (TS)

Mula-mula 2 ml sampel air limbah dimasukkan dalam cawan porselin yang telah

dikeringkan dan diketahui berat konstannya. Lalu sampel tersebut kemudian

dikeringkan dalam oven bersuhu 105C selama 24 jam, kemudian dimasukkan dalam

desikator selama 15 menit, setelah itu dilakukan penimbangan.

Perhitungan TS =

Hasil pengukuran Total Solid dikurangi dengan Total Suspended Solid merupakan

nilai Total Dissolved Solid (TDS).

3.6.5 Analisa COD (Chemical Oxygen Demand)

10 ml air limbah diencerkan dengan aquadest sampai tanda tera dalam labu ukur 100

ml. Hasil pengenceran air limbah tersebut diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke

dalam erlenmeyer dan ditambahkan 1 ml HgSO4 dan 20 ml K2Cr2O7. Perlakuan yang

sama dibuat untuk blanko dengan 10 ml aquadest. Larutan dipanaskan selama 10

menit. Setelah dingin diambil sebanyak 10 ml lalu ditambahkan 1,5 ml KI 20%.

Page 22: Rancob_limbah Resto Padang Editan

Indikator amilum ditambahkan sesaat sebelum memulai titrasi. Titrasi dengan

menggunakan Na2S2O3 0,1 N sampai larutan menjadi biru bening.

COD (ppm) = (blanko – sample) ml x N Na2S2O3 x 8000 x fp

ml sampel

3.6.6 Pengukuran Suhu

Metoda pengukuran suhu limbah rendang kikil dilakukan dengan menggunakan

termometer.

3.6.7 Pengukuran pH

Metoda pengukuran pH limbah cair jelly dilakukan dengan menggunakan pH meter

Page 23: Rancob_limbah Resto Padang Editan

4. DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. & S.S.Sanika. (1984). Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.

Anonim. (2003). Quick-service Restaurant Waste Reduction Study Final Report. http://www.rrfd.com/pages/secondary pages/ restaurant study/implement.html.

Buckle, K.A.; R. A. Edwards; G.H. Fleet;& N.Wooton. (1987). Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan. Gramedia. Jakarta

Gintings, P. (1992). Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Hammer, M.J & M.J. Hammer. (1996). Water & Wastewater Technology 3nd Edition. Prentice Hall, Inc. New Jersey.

Ibnu, H. (1997). Rekayasa Lingkungan. Gunadarma. Jakarta.

Jenie, B. S. L. & W. P. Rahayu. (1993). Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius. Yogyakarta.

Kusnaedi. (1998). Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mahida, U. N. (1992). Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. CV. Rajawali. Jakarta.

Otto. (1986). Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. CV.Rajawali. Jakarta.

Sastrawijaya, A. T. (1991). Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sugiharto. (1987). Dasar – Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.

Suhardi, (1991). Petunjuk Laboratorium Analisa Air dan Penanganan Limbah. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.

Page 24: Rancob_limbah Resto Padang Editan

Tchobanoglous, G. (1981). Wastewater Engineering Treatment, Disposal, Reuse. Tata Mcgraw-Hill Publising Co. Ltd. New Delhi.

Utomo, A.R. (1998). Kemungkinan Pemanfaatan Limbah cair Industri Pengolahan Pangan untuk Irigasi. Jurnal Ilmiah Widya Mandala.

Page 25: Rancob_limbah Resto Padang Editan

5. BAKU MUTU LIMBAH

Baku Mutu Limbah Domestik

Parameter Satuan Kadar Maksimum (mg/lt)

pH - 6-9

BOD mg/l 100

TSS mg/l 100

Minyak dan lemak mg/l 10

Page 26: Rancob_limbah Resto Padang Editan

6. LAMPIRAN

6.1. Perhitungan Total Solid (TS)

Berat padatan = (berat cawan dan padatan ) – berat cawan kosong

TS =

Ulangan 1

Berat padatan = ( 24,48 – 24,33 ) gr = 0,15 gr = 150 mg

TS =

= 75000 ppm

Ulangan 2

Berat padatan = ( 20,65– 20,50) gr = 0,15 gr = 150 mg

TS =

= 75000 ppm

Rata-rata = = 75000

6.2. Perhitungan Total Suspended Solid (TSS)

Berat padatan = (berat kertas saring dan padatan ) – berat kertas saring kosong

TSS =

Ulangan 1 :

Berat padatan : ( 794 – 400 ) mg = 394 mg

TSS = = 7880 ppm

Ulangan 2 :

Berat padatan : ( 868 – 400 ) mg = 468 mg

TSS = = 9360 ppm

Rata-rata

TSS = = 8620 ppm

6.3. Perhitungan Total Dissolved Solid (TDS)

Page 27: Rancob_limbah Resto Padang Editan

TDS = TS – TSS

Ulangan 1

TDS = 75000 – 7880 = 67120 ppm

Ulangan 2

TDS = 75000 – 9360 = 65640 ppm

Rata-rata

TDS = 75000 – 8620 = 66380 ppm

6.4. Perhitungan Chemical Oxygen Demand (COD)

COD =

Ulangan 1

COD = = 4600 ppm

Ulangan 2

COD = = 4120 ppm

Rata-rata

COD = = 4360 ppm