PUTUSAN -...
-
Upload
truongkien -
Category
Documents
-
view
249 -
download
0
Transcript of PUTUSAN -...
Hal 1 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
PUTUSANNOMOR : 130/PDT/2014/PT.PBR
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA;
Pengadilan Tinggi Pekanbaru yang memeriksa dan mengadili perkara-
perkara perdata dalam peradilan tingkat banding telah menjatuhkan putusan
sebagai berikut dibawah ini dalam perkara antara :
1. CITRA LESTARI SEMESTA ( PT.CLS ), Pengurusnya yang bernama
SUTOMO RYADY, HENDRA TANADI dan RICKY TAN,yang berkedudukan di Jalan Setia Budi No. 68 Pekanbaru,
selanjutnya disebut sebagai PEMBANDING I/TERBANDING I semula TERGUGAT I;
2. DEDDY HANDOKO ALIMIN, sebagai Pemegang Saham dan Komisaris
PT.CLS, Alamat di Jalan Tanjung Datuk No. 85 RT 02
RW 02, Kelurahan Pesisir, Kecamatan Lima Puluh Kota
Pekanbaru Propinsi Riau, selanjutnya disebut sebagai
PEMBANDING II/TERBANDING II semula TERGUGAT II;
3. HENDRA TANADI, sebagai Pemegang Saham dan Direktur I PT.CLS, Alamat Jalan Gelong Baru Tengah No. 11RT 03 RW 02,
Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat, selanjutnya disebut sebagai PEMBANDING III/TERBANDING III semula TERGUGAT III.
4. SUTOMO RYADY, sebagai Pemegang Saham dan Direktur Utama
PT.CLS, Alamat KH Fachrudin 36 Blok A-8 RT 006 RW
006, Kelurahan Kampung Bali, Kecamatan Tanah Abang
Jakarta Pusat, selanjutnya sebut sebagai PEMBANDING IV/TERBANDING IV semula TERGUGAT IV ;
5. RICKY TAN, sebagai Pemegang Saham dan Direktur II PT.CLS, alamat Jalan Pluit Mas Blok P/3RT 007 RW 018, Kelurahan
Pejagalan, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara,
selanjutnya disebut sebagai PEMBANDING V/ TERBANDING V semula TERGUGAT V;
Hal 2 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Dalam hal ini Pembanding I s/d V/Terbanding I s/d V
semula I s/d V, diwakili Kuasanya Tuan RUSDI ZEN, SH, Tuan KHAIRUS, SH, Tuan DESMAN RAMADHAN, SH, Tuan AFRINALDI, SH dan Tuan DEFIKA YUFIANDRA, SH Para Advokat/Pengacara yang berkantor di Graha
Sucofindo Lt.2 Jalan Ahmad Yani No.79 Pekanbaru,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 18 Oktober
2013 No : 26, 27, 28, 29 dan 30 yang dibuat dihadapan
NUSYIRWAN KOTO, SH, M.Kn Notaris & PPAT Kota
Pekanbaru, dan telah didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Pekanbaru pada hari senin tanggal 21
Oktober 2013 masing-masing No. 532,533,534,535 dan
536/SK/2013/ PN. PBR ;
MELAWAN :
PT. ROKAN ERASUBUR PLANTATIONS (PT. RES) yang diwakili oleh Direktur
Utama DINGOT SIMARMATA beralamat di Jalan Kolonel
Yos Sudarso KM 6,8 Medan, dalam hal ini diwakili kuasa
hukumnya H.M.K ALDIAN PINEM,SH.,MH, MUSKARBED TUJUH DELAPAN, SH.,MH, MUS MULYADI, SH, SURANTA RAMSES TARIGAN, SH.,MH, ANDREAS TARIGAN, SH.,MH, TOMMY BELLYN WIRYADI,SH, Para Advokat/Pengacara dari "KANTOR HUKUM PHP"
alamat Jalan K.H.Wahid Hasyim No.100 Medan dan Jalan
Arifin Ahmad No.100 Pekanbaru,berdasarkan Surat Kuasa
Khusus Tgl.1 Nopember 2013, yang telah terdaftar di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru pada hari
Senin tanggal 4 Nopember 2013 No :576/SK/2013/
PN.PBR, selanjutnya disebut sebagai TERBANDING/ PEMBANDING semula PENGGUGAT;
Dan 1. NOTARIS FRANSISKUS DJOENARDI, SH, beralamat Jalan Teuku Umar
No. 31 A Pekanbaru, selanjutnya disebut sebagai TURUT TERBANDING I semula TERGUGAT VI ;
2. KARIM TANO TJANDRA, sebagai Pemegang Saham dan Komisaris
Utama PT.CLS, Alamat Jalan Tilak No.83/45 RT 031 RW
Hal 3 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
015, Kelurahan Sei Rangas, Kecamatan Medan Kota,
selanjutnya disebut sebagai TURUT TERBANDING II semula TERGUGAT VII;
3. PT.RINA CIPTA SAUDARA, sebagai Pemegang Saham PT.CLS yang dalam
hal ini diwakili oleh Direktur Utama BILL DOHAR MARULI SILALAHI yang berkedudukan di Jalan Jenderal
Sudirman Kav. 86 Jakarta, selanjutnya disebut sebagai
TURUT TERBANDING III semula TERGUGAT VIII ;
PENGADILAN TINGGI TERSEBUT;
Telah membaca :
1. Surat Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Pekanbaru tanggal 17 September
2014 Nomor: 130/Pen.Pdt/2014/PT.PBR, tentang penunjukan Majelis Hakim
yang memeriksa dan mengadili perkara antara kedua belah pihak tersebut
diatas;
2. Berkas perkara berikut surat-surat lainnya yang berhubungan dengan perkara
tersebut serta turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru Nomor :
123/Pdt.G/2011/PN.PBR tanggal 7 Oktober 2013;
TENTANG DUDUKNYA PERKARA :
Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 25
Agustus 2011 setelah diperbaiki dengan surat tertanggal 30 Nopember 2011
yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru dengan
Nomor : 123/Pdt.G/2011/PN.PBR tertanggal 25 Agustus 2011 sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat menguasai areal tanah perkebunan seluas 12.650 Ha
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Tgl. 18 Juni 1991
No.323/Kpts-ll/1991 dan diperbaharui lagi dengan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Rl Tgl. 11 Oktober 2010 No. SK 575/Menhut-ll/2010 yang
berlokasi setempat dikenal dengan Desa Sontang Kecamatan Kunto
Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau d/h Kawasan Hutan
Sungai Rokan-Sungai Air Putih Kabupaten Kampar Propinsi Riau;
2. Bahwa sejak Penggugat memperoleh ijin tersebut Tahun 1991, dimana
Penggugat telah melakukan pengembangan dan penanaman kelapa sawit
Hal 4 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
di areal tersebut seluas 1.800 Ha dan pada tahun 2005 telah berumur lebih
kurang 8 Tahun dan telah menghasilkan ;
3. Bahwa kebun sawit milik Penggugat yang luas 1.800 Ha diperjanjikan
Penggugat dengan Tergugat I dengan perjanjian Tgl. 1 Maret 2005 yang
mana dalam perjanjian tersebut agar Tergugat I melakukan pengelolaan
kebun sawit milik Penggugat seluas 1.800 Ha dan juga melanjutkan
pembangunan penanaman kebun sawit milik Penggugat terhadap areal
yang luasnya 3.200 Ha yang diluar areal 1.800 Ha, tetapi masih dalam
areal yang seluas 12.650 Ha ;
4. Bahwa perjanjian antara Penggugat dengan Tergugat I pada Tanggal
1 Maret 2005 yang dilegalisasi dihadapan Notaris Fransiskus Djoenardi
(Tergugat VI) Tgl. 1 Maret 2005 No.7556/Leg/2005 yang materi perjanjian-
nya meliputi;
Lahan seluas 1.800 Ha diserahkan Penggugat kepada Tergugat I untuk
dikelola ;
Lahan seluas 3.200 Ha diserahkan Penggugat kepada Tergugat I untuk
dikelola dengan kompensasi Rp. 6.400.000.000, ;
Tergugat I berkewajiban mengurus perijinan areal kebun milik Penggugat
keatas nama Penggugat;
Tergugat I berkewajiban mengeluarkan pihak-pihak yang menguasai
sebagian areal milik Penggugat ;
5. Bahwa semua yang menjadi kewajiban Tergugat I yang sampai saat ini
belum dipenuhi Tergugat I, maka Tergugat I telah melakukan perbuatan
wanprestasi yang merugikan Penggugat. Seperti Tergugat I tidak
menyelesaikan sertifikat HGU atas nama PT.Rokan Erasubur Plantations
dan kemudian akibat tidak diurus sertifikat HGU tersebut sehingga ijin
Penggugat tersebut dibatalkan oleh Menteri Kehutanan Rl dan kemudian
diajukan gugatan di Pengadilan TUN Jakarta sampai tingkat pemeriksaan
PK dalam register No. 12 PK/TUN/2009 putusan PK tersebut dimana
Penggugat dimenangkan dan telah dilaksanakan eksekusi pada Tgl. 11
Oktober 2010 sehingga terbitlah surat baru kembali yaitu SK Menteri
Kehutanan Rl Tgl. 11 Oktober 2010 No. SK 575/Menhut-l 1/2010 ;
6. Bahwa dalam perjanjian tersebut telah ditetapkan uang kompensasi
sejumlah Rp. 6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah) yang
merupakan kewajiban Tergugat I untuk membayarkan kepada Penggugat
yang sampai saat ini sama sekali tidak dipenuhi oleh Tergugat I. Uang
kompensasi tersebut adalah sebagai uang pengganti kepada Penggugat
Hal 5 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
karena Penggugat telah melakukan pekerjaaan pengorekan parit,
membuat jalan, membersihkan pohon pohon kayu di areal jalan yang
dibangun diatas areal seluas 3.200 Ha tersebut. Tentu sebelum gugatan
ini diajukan wajar menurut hukum Tergugat I berkewajiban untuk
membayar uang kompensasi Rp. 6.400.000.000,- kepada Penggugat.
Tetapi karena tidak ada pembayaran tersebut, maka perjanjian Tgl. 1
Maret 2005 tersebut dalam gugatan ini dituntut untuk dibatalkan ;
7. Bahwa sejak 1 Maret 2005 hasil penjualan buah sawit milik Penggugat dari
areal Perkebunan kelapa sawit seluas 1.800 Ha belum pernah dijelaskan
oleh Tergugat I kepada Penggugat. Begitu juga areal tanah 3.200 Ha yang
telah diserahkan kepada Tergugat I untuk pengelolaan dan pekerjaan
penanaman sawit juga tidak ada penjelasan dari Tergugat I. Atas
perbuatan Tergugat I yang tidak memberikan penjelasan kepada
Penggugat, maka telah terbukti Tergugat I adalah Pengusaha yang tidak
beritikad baik dan telah melakukan perbuatan wanprestasi; -
8. Bahwa belakangan ini Pengugat mengetahui, dimana Tergugat I yang
diwakili oleh Dewan Direksi Hendra Tandi, Ricky Tan dan Sutomo Ryadi
serta disetujui oleh Dewan Komisaris Deddy Handoko Alimin dan Karim
Tano Tjandra mengalihkan kepada pihak lain untuk mengusahakan lahan
perkebunan milik Pengugat tersebut yaitu sejak Tgl. 8 Pebruari 2007.
Pengalihan areal kebun tersebut yang dilakukan oleh Tergugat I kepada
pihak Iain, maka telah terbukti Tergugat I melakukan perbuatan
wanprestasi karena tidak mampu melakukan pekerjaannya ;
9. Bahwa akibat Tergugat I telah melakukan perbuatan wanprestasi dan uang
hasil penjualan buah sawit milik Penggugat sejumlah Rp. 51.714.435.120,- (Lima puluh satu milyar tujuh ratus empat belas juta
empat ratus tiga puluh lima ribu seratus dua puluh rupiah) tetap dikuasai
Tergugat I bersama dengan Para Tergugat lainnya baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama, maka Penggugat telah mengalami kerugian dari
penjualan buah sawit seluas 1.800 Ha sejak Maret 2005 s/d Tgl. 8 Pebruari
2007 dengan perincian sebagai berikut:
Maret 2005 s/d Desember 2005 :
Hasil produksi sebesar 33.000.000 Kg x Rp. 571,10/Kg
Rp.18.846.300.000,-
Januari 2006 s/d Desember 2006 :
Hasil produksi sebesar 44.100.000 Kg x Rp. 621,94/ Kg =
Rp.27.427.554.000,-
Hal 6 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Januari 2007 s/d Tgl. 8 Pebruari 2007 :
Hasil produksi sebesar 4.992.000 x Rp. 1.089,86 / Kg =
Rp. 5.440.581.120,
10. Bahwa menurut informasi areal kebun Penggugat yang luasnya 3.200 Ha
tersebut sudah dilakukan oleh Tergugat I pengembangan dan penanaman,
maka uang hasil pengembangan tersebut diambil oleh Tergugat I atau
Para Tergugat lainnya dari hasii penjualan sawit yang 1.800 Ha tersebut
yanng setiap hektarnya memerlukan biaya Rp.15.000.000.- sampai kondisi
tanaman buah pasir yang diperhitungkan dari Maret 2005 telah
mengeluarkan uang seluruhnya berjumlah Rp. 48.000.000.000,- dengan
perhitungan 3.200 Ha x Rp. 15.000.000,- per Ha, maka dana yang
alokasikan berjumlah Rp. 48.000.000.000,- (empat puluh delapan milyar rupiah);
11. Bahwa hasil penjualan sawit yang 1.800 Ha yang uangnya dikuasai oleh
Tergugat I dan pengeluaran anggaran untuk penanaman areal yang 3.200
Ha, maka Penggugat mengalami kerugian karena hasil penjualan tersebut
berada dalam kekuasaan Tergugat I ataupun Tergugat lainnya baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang dengan perhitungan
Rp.51.714.435.120,- dikurangi Rp.48.000.000.000,- sisanya Rp. 15.590.400. 000,- (lima belas milyar lima ratus sembiian puluh juta empat ratus ribu rupiah). Dengan demikian wajar menurut hukum
Tergugat I atau Para Tergugat lainnya baik secara bersama sama maupun
sendiri-sendiri yang menguasai sisa hasil penjualan sawit milik Penggugat
sejumlah Rp. 3.714.435.120,-(tiga milyar tujuh ratus empat belas juta empat ratus tiga puluh lima ribu seratus dua puluh rupiah) untuk
diserahkan kepada Penggugat secara tunai dan kontan ;
12. Bahwa Tergugat I telah terbukti melakukan wanprestasi, maka wajar
perjanjian Tgl. 1 Maret 2005 yang dilegalisir oleh Tergugat VI Tgl. 1 Maret
2005 No. 7556/Leg/2005 untuk dibatalkan dalam gugatan ini dan wajar
juga menurut hukum Tergugat I atau Para Tergugat lainnya baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama atau orang Iain yang mendapat hak dari
padanya untuk dihukum menyerahkan kebun milik Penggugat yang
dikuasai oleh Tergugat I dan Para Tergugat lainnya yang luasnya 1.800 Ha
ditambah 3.200 Ha dalam keadaan baik dan aman baik serta tanpa ada
gangguan dari pihak manapun ;
13. Bahwa ada kekhawatiran Penggugat atas perbuatan itikad tidak baik dari
Tergugat I maupun Para Tergugat lainnya terhadap keberadaan dan
Hal 7 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
keselamatan tanaman sawit milik Pengugat tersebut dengan adanya
gugatan yang diajukan Penggugat ini, maka wajar kiranya Bapak
Ketua Pengadilan Negeri Pekanbaru atau Majelis Hakim yang
menyidangkan perkara ini untuk membuat putusan provosionil yang
amarnya meliputi :
- Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik
secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri ataupun orang yang
mendapat kuasa darinya untuk tidak memasuki areal kebun milik
Penggugat tersebut,
- Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik
secara bersama sama maupun sendiri-sendiri sejak gugatan ini
didaftarkan untuk tidak melakukan kegiatan atau aktifitas dalam bentuk
apapun diatas areal kebun milik Penggugat dan Menghukum Tergugat I,
Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV untuk tidak melakukan
perikatan apapun terhadap kebun sawit milik Penggugat;
14. Bahwa karena badan hukum Tergugat I kepengurusannya tidak jelas dan
juga assetnya tidak jelas ada yang nyata, maka untuk menghindari
gugatan Penggugat tidak hampa, maka wajar diietakkan sita jaminan
terhadap harta dari perusahaan Tergugat I maupun dari harta Pemegang
Saham daripada PT.Citra Lestari Semesta yang diantaranya rumah Deddy
Handoko Alimin, Hotel Elite di Riau, karaoke MP dan Karaoke Ozon yang
berada di Pekanbaru ;
15. Bahwa yang selama ini bertanggung jawab dan aktif terhadap kegiatan
PT.Citra Lestari Semesta baik sebagai komposisi Pengurus maupun
sebagai Pemegang Saham adalah hanya Tergugat I, Tergugat II, Tergugat
III dan Tergugat IV sedangkan Karim Tano Tjandra (Tergugat VII), PT.Rina
Cipta Saudara (Tergugat VIII) dan Ricky Tan (Tergugat V) Notaris
Fransiskus Djoenardi, S.H (Tergugat VI) tidak aktif dan dikeluarkan dari
pertanggung jawaban hukum ;
16. Bahwa atas keterlambatan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan
Tergugat IV dalam memenuhi keputusan dalam perkara ini yang telah
berkekuatan hukum tetap, maka sangat beralasan menurut hukum
Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV dihukum untuk
membayar uang paksa (dwangsoom) sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah) setiap bulan kepada Penggugat dengan tunai dan kontan;
17. Bahwa karena dalam Perjanjian Tgl 1 Maret 2005 yang dilegalisasi oleh
Tergugat VI antara Penggugat dengan Tergugat I ada mencantumkan
Hal 8 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
domisili hukum di Pengadilan Negeri Pekanbaru, maka sesuai dengan
domisili hukum tersebut Penggugat mengajukan gugatan ini di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru;
18. Bahwa oleh karena gugatan Penggugat didasari dengan bukti yang
autentik maka sangat beralasan kiranya putusan dalam perkara ini
dinyatakan dapat dijalankan dengan serta merta meskipun ada banding,
verzet ataupun kasasi;
Bahwa berdasarkan alasan tersebut diatas, Penggugat memohon kepada
Bapak Ketua Pengadilan Negeri Pekanbaru atau Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan kiranya membuat putusan, yang
amarnya sebagai berikut:
DALAM PROVISIONIL1. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri ataupun orang yang mendapat kuasa
darinya untuk tidak memasuki areal kebun milik Penggugat tersebut.
2. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri sejak gugatan ini didaftarkan untuk
tidak melakukan kegiatan atau aktifitas dalam bentuk apapun diatas areal
kebun milik Penggugat.
3. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat Ill dan Tergugat IV untuk tidak
melakukan perikatan apapun terhadap kebun sawit milik Penggugat.
DALAM POKOK PERKARA1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang diletakkan dalam perkara
ini;
3. Menyatakan secara hukum tanah seluas 12.650 Ha berikut segala sesuatu
yang ada diatasnya adalah milik Penggugat yang setempat dikenal dengan
di Desa Sontang Kecamatan Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Riau
d/h Kawasan Kelompok Hutan Sungai Rokan-Sungai Air Putih Kabupaten
Kampar Propinsi Riau sebagaimana diuraikan dalam Surat Keputusan
Menteri Kehutanan tanggal 18 Juni 1991 No.323/Kpts-ll/1991;
4. Menyatakan secara hukum Penggugat dan Tergugat I ada melakukan
perjanjian Tgl. 1 Maret 2005 yang mengikat kedua belah pihak ;
5. Menyatakan secara hukum Tergugat I telah melakukan perbuatan
wanprestasi karena tidak memenuhi perjanjian Tgl. 1 Maret 2005 ;
Hal 9 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
6. Menyatakan secara hukum Tergugat I mengalihkan kebun milik Penggugat
kepada pihak lain, maka perjanjian Tgl. 1 Maret 2005 sejak Tgl. 8 Pebruari
2007 batal demi hukum ;
7. Menyatakan secara hukum Tergugat I maupun Para Tergugat lainnya baik
sendiri-sendiri maupun bersama-sama telah menguasai uang sejumlah
Rp. 51.714.435.120,- dari hasil penjualan buah sawit milik Penggugat seluas
1.800 Ha dari bulan Maret 2005 s/d Pebruari 2007 ;
8. Menyatakan secara hukum Tergugat I maupun Para Tergugat lainnya baik
sendiri sendiri maupun bersama-sama telah mempergunakan uang sejumlah
Rp. 48.000.000.000,- dan hasil penjualan buah sawit seluas 1.800 Ha untuk
pengembangan dan penanaman areal seluas 3.200 Ha yang seluruhnya
berjumlah Rp. 48.000.000.000,-9. Menyatakan secara hukum Tergugat I maupun Para Tergugat lainnya baik
sendiri-sendiri maupun bersama-sama telah menguasai sisa uang sejumlah
Rp. 3.714.435.120,- dari sisa hasil penjualan buah sawit milik Penggugat
seluas 1.800 Ha ;
10.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik
secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk menyerahkan uang
hasil penjualan buah sawit tersebut sebesar Rp. 3.714.435.120,- kepada
Penggugat secara tunai dan kontan;
11.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV, baik
secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk menyerahkan
pengelolaan kebun milik Penggugat seluas 1.800 Ha dan seluas 3.200 Ha
kepada Penggugat dalam keadaan baik dan aman tanpa gangguan dari
pihak manapun ;
12.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV, baik
secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk melindungi areal kebun
sawit milik Penggugat seluas 1.800 Ha dan seluas 3.200 Ha dalam keadaan
baikdan tidak ada gangguan dari pihak manapun dan menyerahkannya
kepada Penggugat;
13.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV agar tidak
melakukan aktivitas diatas areal perkebunan milik Penggugat dan
menghentikan kegiatan diatas areal kebun milik Penggugat tersebut;
14.Menyatakan perbuatan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV
yang menguasai dan melakukan aktivitas serta menjual hasil kebun milik
Penggugat sejak gugatan ini didaftarkan adalah merupakan perbuatan
melawan hukum ;
Hal 10 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
15.Menyatakan secara hukum Penggugat yang berhak mengelola areal kebun
kelapa sawit seluas 1.800 Ha dan 3.200 Ha yang terletak di di Desa Sontang
Kecamatan Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Riau ;
16.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV ataupun
orang lain yang mendapatkan hak darinya untuk tidak memasuki areal
perkebunan dan juga melakukan aktifitas diatas areal milik Penggugat serta
tidak melakukan perikatan hukum terhadap areal kebun milik Penggugat;
17.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV dihukum
untuk membayar uang paksa (dwangsoom) sebesar Rp. 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah) setiap bulan kepada Penggugat dengan tunai dan
kontan atas keterlambatan daiam memenuhi keputusan dalam perkara ini
yang telah berkekuatan hukum tetap ;
18.Menyatakan putusan ini dapat dijalankan dengan serta merta walaupun ada
banding, verzet dan kasasi;
19.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV untuk
membayar segala biaya biaya yang timbul dalam perkara ini;
20.Jika Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil- adilnya (ex
aequo et bono).
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat I
s/d VI telah mengajukan jawabannya tertanggal 22 Desember 2011, yang pada
pokoknya menyatakan sebagai berikut :
A. DALAM KONVENSI : I. DALAM EKSEPSI :
1. Pengadilan Negeri Pekanbaru Tidak Berwenang Mengadili Perkara in casu;Bahwa Pengadilan Negeri Pekanbaru tidak berwenang mengadili
perkara in casu karena objek gugatan Penggugat dengan tegas dan
jelas pada angka 1 Positanya berbunyi : "Bahwa Penggugat menguasai areal tanah perkebunan seluas 12650 Ha, berlokasi setempat dikenal dengan Desa Sontang Kecamatan KuntoDarussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau";Bahwa Pasal 142 Rbg ayat (5) menyatakan:
"Dalam hal Gugatan tentang benda tidak bergerak (onroerend
goederen), maka gugatan diajukan kepada ketua pengadilan negeri
yang dalam daerah hukumnya terletak benda tidak bergerak itu"; ?????
Hal 11 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Berdasarkan uraian dan alasan-alasan di atas, kiranya telah cukup
dasar bagi Tergugat untuk memohon kepada Majelis Hakim yang
memeriksa perkara ini, kiranya berkenan memutus perkara ini dengan
suatu putusan yang amarnya menyatakan bahwa Pengadilan Negeri
Kelas IA Pekanbaru tidak berwenang mengadili perkara ini dan oleh
karenanya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);
2. Gugatan Penggugat Tumpang Tindih; Bahwa dalam Gugatanya Penggugat telah menggugat PT. CLS
(Tergugat I) dan menggugat pula pribadi-pribadi Tergugat II, Tergugat
III, Tergugat IV, dan Tergugat V,akan tetapi tanpa mengklasifikasikan
secara tegas dan jelas perbuatan apa yang dilakukan oleh subjek
hukum pribadi-pribadi tersebut, sehingga jelas bedanya dengan
perbuatan yang telah dilakukan oleh subjek hukum PT. CLS. Dengan
perkataan lain Penggugat sama sekali tidak menerangkan dan
menguraikan mana perbuatan-perbuatan Tergugat II, III, IV dan V
dalam kualitasnya (qualitate qua) selaku organ PT. CLS vis a vis dalam
rangka memenuhi dienst vevulling dan task vervulling nya dan mana
pula perbuatan-perbuatan mereka selaku pribadi-pribadi yang telah
merugikan kepentingan hukum Penggugat. Ex post facto gugatan justru
diajukan tanpa klasifikasi dimaksud, akibatnya subjek gugatan saling
tumpang tindih satu sama lain, lantaran tidak jelas mana perbuatan
Tergugat dalam kapasitas pribadi dan mana perbuatan Tergugat dalam
kapasitas sebagai organ Tergugat I (PT. CLS);
Bahwa secara yuridis formal dalam suatu gugatan tidak dapat dicampur
adukan antara subjek hukum dalam kapasitas pribadi dengan subjek
hukum dalam kapasitas sebagai organ sebuah perseroan terbatas;
Bahwa berdasarkan fakta hukum dan fakta kasus yang telah Tergugat
kemukakan di atas, maka telah cukup dasar bagi Tergugat memohon
kepada Mejelis Hakim yang terhormat agar menyatakan gugatan in
casu kabur karenanya tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk verklaard);
3. Subjek Gugatan Penggugat Keiiru (Error in Subjecto);Bahwa PT. CLS adalah perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan
Hukum Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Pekanbaru,
Provinsi Riau;
Hal 12 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Bahwa menurut Pasal 1 ayat Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, Perseroan Terbatas adalah BadanHukum (rechts persoon);Bahwa sebagai Badan Hukum (rechts persoon), perseroan terbatas
mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk mendukung hak dan kewajiban yang berdiri sendiri, terpisah dari hak dan kewajiban pribadi-pribadi organ-nya, karena perseroan terbatas adalah legal entity yang memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan
pribadi-pribadi organ-nya. itu sebabnya perseroan terbatas merupakan
persona standi in judicio yang berdiri sendiri, baik di luar maupun di
dalam pengadilan. Namun, lantaran perseroan terbatas itu bukan
manusia (naturlijk persoon), maka sebagai badan hukum (rechts
persoon) hak dan kewajibannya perseroan terbatas dijalankan dengan
bantuan organ-nya ;
Bahwa dijadikannya sebagai Tergugat-Tergugat, DEDDY HANDOKOALIMIN (Tergugat II), HENDRA TANADI (Tergugat III), SUTOMORYADY (Tergugat IV), RICKY TAN (Tergugat V) merupakan kekeliruan
yang sangat dalam menentukan subjek gugatan (error in subjecto).
Dalam gugatan in casu Tergugat II, III, IV dan V tidak dapat
ditempatkan sebagai 'persona standi in judicio", lantaran hak dan
kewajiban mereka bukan merupakan hak dan kewajiban Tergugat I
sebagai perseroan terbatas. Begitu pula sebaliknya hak dan kewajiban
Tergugat I sebagai perseroan terbatas bukan pula merupakan hak dan
kewajiban pribadi-pribadi mereka selaku organ dari Tergugat I,
sedemikian rupa sehingga Tergugat II, III, IV dan V in casu tidak
mempunyai tanggung gugat (anspraakelijkheid);
Bahwa harta perseroan terbatas itu berdiri sendiri, terpisah dari harta
kekayaan para organnya mutatis mutandis dalam perkara ini antara
Tergugat I dengan Tergugat II, III, IV dan V tidak terdapat kaitan
(innerlijke samenhaang). Apalagi antara Tergugat I dengan Notaris Fransiskus Djoenardi, SH (Tergugat VI), Karim Tano Tjandra(Tergugat VII) dan PT. RINA CIPTA SAUDARA (Tergugat VIII) juga
sama sekali tidak terdapat kaitan (innerlijk samenhang) dan
Kepentingan hukum. Kumulasi dengan menempatkan Tergugat I
dengan Tergugat II, III, IV dan V dalam satu gugatan dimana satu sama
lainnya tidak punya innerlijke samenhang merupakan yang tidak
Hal 13 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
berdasar dan gugatan yang demikian haruslah dinyatakan tidak dapat
diterima;
Bahwa ex post facto Penggugat tetap saja mengajukan gugatan dengan
menempatkan Tergugat-Tergugat yang tidak ada kaitannya dalam satu
gugatan, padahal jika yang hendak digugat badan hukum
perseroan terbatas, maka adalah berlebihan (overbodig) apabila
pribadi-pribadi organ-nya juga digugat. Jika hendak menggugat juga,
maka seharusnya gugatan terhadap Tergugat-Tergugat lain selain
Tergugat I, demi hukum harus diajukan secara terpisah ;
Bahwa hal ini sesuai dengan yurisprudensi Mahkamah Agung Rl
Register No. 415/K/Sip/1975 tanggal 20 Juni 1979 secara tegas
menyatakan sebagai berikut:
Quote:"Gugatan yang ditujukan kepada lebih dari seorang tergugat, yang antara tergugat-tergugat tidak ada hubungan hukumnya, tidak dapat diadakan dalam satu gugatan tetapi masing-masingTergugat harus digugat tersendiri";Unquote;Berdasarkan argumentasi yuridis yang telah Tergugat kemukakan di
atas, maka telah cukup dasar bagi Tergugat memohon kepada Majelis
Hakim yang terhormat agar menyatakan gugatan in casu kabur
karenanya tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk verklaard);4. Objek gugatan penggugat kabur;
Bahwa jika dicermati dalil-dalil gugatan Penggugat, antara lain:
a.Pada halaman 3 butir 1, menyatakan :
Quote:Bahwa Penggugat ada menguasai areal tanah kebun seluas 12.650 ha
berdasarkan SK Menteri kehutanan Rl Tgl 10 Juni 1991... dst;
Unquote;b. Pada halaman 3 butir 2, menyatakan;
Quote:........, dimana Penggugat telah melakukan pengembangan dan
penanaman kelapa sawit di areal tersebut seluas 1.800 ha dan pada
tahun 2005 telah berumur lebih kurang 8 Tahun dan telah
menghasilkan;
Unquote;c. Pada halaman 3 butir 3, menyatakan :
Hal 14 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Quote:Bahwa kebun sawit milik Penggugat yang iuas 1.800 ha
diperjanjikan dengan Tergugat I dengan Perjanjian Tgl. 1 Maret
2005 yang mana dalam perjanjian tersebut agar Tergugat
melakukan pengelolaan kebun sawit milik Penggugat seluas 1.800
ha dan juga melanjutkan pembangunan penanaman kebun sawit
milik Penggugat terhadap areal yang luasnya 3.200 Ha yang diluar
areal 1.800ha, ...dst.
Unquote;Bahwa apa yang didalilkan oieh Penggugat dalam posita gugatannya
pada halaman 3 butir 1 s/d 3 adalah suatu pernyataan yang keliru dan
sangat mengada-ada, karena dalam naskah gugatan in casu Penggugat
tidak menguraikan dengan cermat dan jelas dan rinci tentang letak dan
batas-batas objek sengketa yang menjadi milik Penggugat. Dengan
tidak disebutkan/diuraikan secara jelas letak dan batas-batas tanah
yang menjadi objek Perkara jelas membuat gugatan menjadi kabur
(Obscuur Libels) dan objek gugatan yang kabur tersebut sesuai dengan
hukum acara harusiah dinvatakan tidak dapat diterima. Hal ini
konform dengan Yurisprudensi MARI Reg. No. 1149/K/Sip/1975 tanggai
17 April 1969 Jo. MARI Reg. No. 378 K/Pdt/1985 tanggal 11 Maret
1986;
Bahwa kemudian pada posita halaman 3 butir 1 gugatannya
Penggugat juga dengan tegas dan jelas mendalilkan "Bahwa
Penggugat ada menguasai areal tanah kebun seluas 12.650 ha
berdasarkan SK Menteri kehutanan Rl Tgl 10 Juni 1991... dst";
Bahwa jika Penggugat menguasai objek gugatan, maka secara yuridis
adalah suatu upaya yang sangat distortif dan tidak sesuai dengan ratio
leges objek yang didalilkan dikuasainya itu lalu digugatnya pula. Dengan
kata lain Penggugat telah menggugat objek yang sedang dikuasainya.
Padahal Yurisprudensi Mahkamah Agung Yurisprudensi Mahkamah
Agung R.I. No. 139 K/Sip/1971 tanggal 5 April 1972 menyatakan
bahwa subjek hukum yang menguasai objek tidak dapat mengajukan
Gugatan terhadap objek yang dikuasainya;
Bahwa pertentangan antara dalil yang digunakan dengan petitum
gugatan Penggugat telah menyebabkan gugatan menjadi kabur pula
dan konform dengan Yurisprudensi MARI Reg. No. 1149/K/Sip/1975tanggal 17 April 1969 Jo. MARI Reg. No. 378 K/Pdt/1985 tanggal 11
Hal 15 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Maret 1986, bahwa gugatan yang demikian itu haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;
5. Bahwa Posita dan Petitum Penggugat saling bertentangan;Bahwa butir 1 posita Penggugat dengan tegas mendalilkan "Bahwa
Penggugat ada menguasai areal tanah kebun seluas 12.650 ha
berdasarkan SK Menteri kehutanan Rl Tgl 10 Juni 1991... dst";
Sementara dalam petitum Gugatan butir 11 Penggugat menuntut
"menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV, baik
secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk menyerahkan pengelolaan kebun milik penggugat dst';Berdasarkan fakta yang ada pada gugatan Penggugat yang demikian
jelas dan tandas bahwa antara posita butir 1 gugatannya telah saling
bertentangan dengan petitum gugatannya butir 11, maka konform
dengan Yurisprudensi MARI Reg. No. 1149/K/Sip/1975 tanggal 17April 1969 Jo. MARI Reg. No. 378 K/Pdt/1985 tanggal 11 Maret
1986, gugatan yang demikian itu haruslah dinyatakan tidak dapat
diterima;
6. Penggugat Keliru Menempatkan Deddy Handoko Alimin, Hendra
Tanadi, Sutomo Ryady, Ricky Tan, Notaris Fransiskus Djonardi, SH dan
PT. Rina Cipta Saudara sebagai persona standi in judicio dalam
perkara in casu; Bahwa dalam naskah gugatannya tentang identitas Tergugat,
Penggugat telah menempatkan PT. CITRA LESTARI SEMESTA/PT.
CLS (Tergugat I) sebagai persona standi in judicio dalam perkara in
casu, ternyata Penggugat juga menempatkan Deddy Handoko Alimin
(Tergugat lI) selaku pemegang saham dan Komisaris, Hendra Tanadi
(Tergugat III) selaku pemegang saham dan Direktur I, Sutomo Ryady
(Tergugat IV) selaku pemegang saham dan Direktur Utama dan Ricky
Tan (Tergugat V) selaku pemegang saham dan Direktur II;
Padahal direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan
perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar (Pasal 1 ayat (5)
UU.No.40/2007);
Bahwa secara hukum dalam melaksanakan kegiatan PT. CLS (Tergugat
I) jelas dan tandas yang membuat kebijakan operasional adalah Direksi,
maka menurut logika yuridis (ratio leges) tidak ada kepentingan hukum
Hal 16 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Penggugat yang telah dirugikan, baik oleh Tergugat DEDDY HANDOKO
ALIMIN (Tergugat II), HENDRA TANADI (Tergugat III), SUTOMO
RYADY (Tergugat IV), dan RICKY TAN (Tergugat V). Selanjutnya,
bilamana tidak ada kepentingan hukum Penggugat yang telah dirugikan
oleh DEDDY HANDOKO ALIMIN (Tergugat II), HENDRA TANADI
(Tergugat III), SUTOMO RYADY (Tergugat IV), dan RICKY TAN
(Tergugat V), maka tidak ada dasar hukum bagi Penggugat untuk
menjadikan sebagai DEDDY HANDOKO ALIMIN (Tergugat II),
HENDRA TANADI (Tergugat III), SUTOMO RYADY (Tergugat IV), dan
RICKY TAN (Tergugat V). Sesuai dengan prinsip tanggung gugat tanpa
point d'interet, maka tidak mungkin ada point d'action;
Dan lebih fatal lagi Penggugat telah menempatkan Notaris Fransiskus
Djoenardi, SH (Tergugat VI) sebagai persona standi in judicio dalam
perkara in casu, padahal dalam naskah gugatannya Penggugat tidak
mendeskripsikan apa kepentingan dan hubungan hukumnya Notaris
Fransiskus Djoenardi, SH (Tergugat VI) dalam perkara in casu, padahal
Notaris Fransiskus Djoenardi, SH (Tergugat VI) hanyalah bertugas
untuk mengkonstater atas kehendak para pihak untuk dituangkan dalam
akta otentik. Secara hukum Notaris berwenang membuat akta autentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharus
oleh peraturan perundangan-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh
yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin
kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan
grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan
akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain
atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang (vide pasal 15 ayat
(1) Undang-Undang No.30 Tahun 2004 tentang Undang-Undang
Jabatan Notaris);
Bahwa hal yang sama dalam gugatan Penggugat juga tidak
mendeskripsikan kepentingan hukum dan/atau hubungan hukum dari
pada Ricky Tan (Tergugat VI), Karim Tano Tjandra (Tergugat VIII) dan
PT. Rina Cipta Saudara (Tergugat IX) daiam perkara in casu;
Bahwa apabila tanpa adanya point d'interet, tetap saja dilakukan
gugatan (point d'action) dengan perkataan lain gugatan tidak berdasar,
maka gugatan yang demikian itu ipso jure harus dinyatakan tidak dapat
diterima (niet ontvankelijk verklaard);
Hal 17 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Bahwa fakta diatas konform dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung
Rl. Register Nomor 4 K/Rup/1958 tanggal 13 Desember 1958 Jo.
Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 415 K/Sip/1975 tanggal 20 Juni
1979 yang menyatakan: "Untuk dapat menuntut seseorang di depan Pengadilan adalah syarat mutlak bahwa harus ada perseiisihan hukum antara kedua pihak yang berperkara",Bahwa selain dari pada itu Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. No.
415 K/Sip/1975 tanggal 20 Juni 1979: "Gugatan yang ditujukan kepada lebih dari seorang tergugat, yang antara tergugat-tergugat itu tidak ada hubungan hukumnya, tidak dapat diadakan dalam satu hubungan hukumnya, tidak dapat diadakan dalam satu gugatan, tetapi masing-masing tergugat harus digugat tersendiri ;Berdasarkan uraian dan alasan-alasan di atas, kiranya telah cukup
dasar bagi Tergugat untuk memohon kepada Majelis Hakim yang
memeriksa perkara ini, kiranya berkenan memutus perkara ini dengan
suatu putusan yang amarnya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);
7. Penggugat tidak memiliki alasan yang konkrit dalam mengajukan Gugatan;Bahwa Penggugat tidak memiliki alasan yang konkrit dalam
mengajukan Gugatan in casu dan Penggugat juga telah salah dan
keliru (gemis aanhoedaningsheid), bahkan antara Posita dan petitum
Gugatannya saling bertentangan, hal ini terlihat jelas pada halaman 4
butir 5 yang pada intinya Penggugat menyatakan bahwa ":" ...Tergugat I
telah melakukan perbuatan wanprestasi yang merugikan
Penggugat....dst", namun pada halaman 11 tentang Petitum gugatannya
Penggugat menyatakan : "Menyatakan perbuatan Tergugat I, Tergugat
II, Tergugat Ill dan Tergugat IV yang menguasai dan melakukan
aktivitas serta menjual hasil kebun milik Penggugat sejak gugatan ini
didaftarkan adalah merupakan perbuatan melawan hukum",Berdasarkan dalil gugatan dan petitum gugatan Penggugat yang
demikian, jelas dan tandas sangat membingungkan (confius). Bahwa
yang Para Tergugat kemukakan di atas konform dengan Yurisprudensi
Mahkamah Agung Rl. No. Register 1112 K/Sip/1976 tanggal 23 Juni
1976:
Quote:
Hal 18 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Suatu tuntutan yang tidak bersesuaian dengan peristiwa-peristiwa hukum (rechtsfeiten) yang seharusnya menjadi dasar gugatan, maka gugatan yang demikian haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;Unquote;
8. Penggugat tidak menjelaskan hubungan hukum antara Penggugatdengan Para Tergugat;Bahwa dalam naskah gugatannya Penggugat tidak menjelaskan
dan/atau mendiskripsikan hubungan hukum antara Penggugat yang
satu dengan Para Tergugat lainnya, termasuk hubungan hukum antara
Tergugat I dengan Tergugat VII dan VIII. Apabila tidak ada kaitan
dengan perkara in casu maka untuk apa Penggugat juga mengikut
sertakan Tergugat VII dan Tergugat VIII dalam gugatannya. Hal ini
dipertegas dalam Petitum Gugatan Penggugat dimana Penggugat
meminta kepada Mejelis Hakim agar daiam perkara in casu agar
KARIM TANO TJANDRA (Tergugat VII), PT. RINA CIPTA SAUDARA
(Tergugat VIII), RICKYTAN (Tergugat V) dan Notaris Fransiskus
Djonardi, SH (Tergugat VI) agar dikeluarkan dari pertanggung jawaban
secara hukum. Maka dengan demikian menambah keyakinan Para
Tergugat bahwa Penggugat tidak cermat dan jelas dalam membuat
Gugatan in casu;
Berdasarkan uraian dan alasan-alasan diatas, kiranya telah cukup
dasar bagi Para Tergugat untuk memohon kepada Mejelis Hakim yang
memeriksa perkara ini, kiranya berkenan memutus perkara ini dengan
suatu putusan yang amarnya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);
9. Gugatan Kurang Pihak; Bahwa dalam akta perjanjian kerjasama tanggal 1 Maret 2005 antara
Penggugat dengan Tergugat I tidak ada kata klausul yang melarang
Tergugat I untuk mengalihkan lahan tersebut kepada pihak lainnya.
Lagi pula struktur dan komposisi saham antara PT. CLS dengan PT.
RAS adalah seratus persen sama. Lalu Tergugat I mengadakan
perjanjian kerjasama dengan PT. RAS dengan landasan hukum
pengalihan lahan ;
a. Surat Gubernur Riau No. 522/DISHUT/24.31, tertanggal 21
November 2006, Perihal: Rekomendasi pencadangan areal
perkebunan untuk usaha perkebunan atas nama PT. RAS (Tergugat
Hal 19 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
II) di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Didalam surat ini
dijelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Riau memberikan
rekomendasi pencadangan areal perkebunan atas nama PT. RES
(Penggugat) kepada PT. RAS;
b. Surat Bupati Rokan Hulu No. 525/Pem/2007/IX/36 tertanggal 19
September 2007 dengan perihal: Rekomendasi persetujuan prinsip
pencadangan lahan usaha perkebunan kelapa sawit seluas ±
10.720 di Desa sontang dan desa Teluk Sono Kec. Bonai
Darussalam Kab. Rokan Hulu kepada PT. RAS;
c. Akta Perjanjian No. 15 tanggal 8 Februari 2007 yang dibuat
dihadapan Edison Jingga, SH, antara Tergugat I dengan Tergugat II
telah disepakati lahan seluas 5000 Ha yang terletak di Desa
Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu,
Provinsi Riau yang dikelola oleh Tergugat I diserahkan
pengelolaannya kepada PT. RAS. Bahwa kemudian dipertegas lagi
dengan Akta Perjanjian kerjasama No. 101 tanggal 17 Maret 2010
antara Tergugat I dengan PT. RAS;
d. Bahwa Pasal 15 Peraturan Menteri Kehutanan Rl Nomor:P.33/Menhut-ll/2010 tentang Tanta Cara Pelepasan KawasanHutan Produksi Yang Dapat Dikonvensi tanggal 29 Juli 2010,menyatakan: "Terhadap kawasan HPK yang telah dilepas
sebagaimana dlmaksud dalam Pasal 14 ay at (3), pengurusan
selanjutnya menjadi tanggungjawab instansi di bidang pertanahan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan";
Bahwa oleh sebab itu, maka Penggugat seharusnya juga menggugat PT. RIAU
ANUGERAH SENTOSA , Gubernur Provinsi Riau dan Bupati Kabupaten Rokan
Hulu atau dengan perkataan Iain, gugatan yang diajukan Penggugat kurang
pihak. Gugatan yang demikian, demi hukum harus dinyatakan tidak dapat diterima :
DALAM POKOK PERKARA :1. Bahwa segala apa yang diuraikan Dalam Eksepsi merupakan bagian yang
tak terpisahkan dan merupakan bagian dalam Pokok Perkara ini;
2. Bahwa Para Tergugat dengan tegas menolak dalil-dalil gugatan Penggugat
untuk seluruhnya, kecuali yang diakui secara tegas kebenarannya;
3. Bahwa untuk membuat terangnya permasalahan ini maka perlu Para
Tergugat sampaikan kronologis/peristiwa hukum yang terjadi antara
Penggugat dengan Para Tergugat, yang antara lain :
Hal 20 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
a. Bahwa Penggugat mempunyai izin prinsip yaitu SK Pelepasan
Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan, dengan SK. No. 323/Kpts-
11/1991 tanggal 18 Juni 1991 seluas 12.650 Ha, untuk perkebunan
Coklat, namun sampai dengan bulan Maret 1995, Penggugat tidak
ada melaksanakan pembangunan perkebunan Coklat pada lokasi
tersebut;
b. Bahwa pada bulan Mei 1995 dikeluarkan persetujuan perubahan
Jenis tanaman dari tanaman coklat menjadi Kelapa Sawit
berdasarkan Surat Menteri Pertanian Ub. Dirjen Perkebunan
dengan surat Nomor: HK.350/E5/232/05.95 dengan catatan bahwa
persetujuan perubahan jenis tanaman tersebut berlaku selama 12
bulan, dan Penggugat diwajibkan melakukan:
1) Menyiapkan Study kelayakan dan jaminan tersedianya tenaga kerja;
2) Memproses Hak Guna Usaha (HGU);
3) Memperhatikan kelestarian lingkungan di dalam pengelolaan kebun;
4) Menyampaikan laporan semester perkembangan kegiatan fisik dan
non fisik yang meliputi aspek perkembangan pengurusan Hak Guna Usaha, perkembangan kegiatan usaha dan fisik tanaman serta pembangunan sarana dan prasarana kebun;
c. Bahwa setelah mendapat persetujuan perubahan jenis tanaman dari
coklat ke kelapa sawit Penggugat masih tetap tidak melakukan
pengurusan lahan tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku
terhadap Iahan yang telah dikeluarkan izin prinsipnya maka pihak
pengelola harus melakukan pengurusan terhadap lahan tersebut seperti
melakukan pengurusan keluarnya HGU/HGB dan dilakukan Pengelolaan
terhadap Iahan tersebut. akan tetapi Penggugat tidak pernah melakukan
follow up terhadap Iahan tersebut sampai akhimya Penggugat
diperingatkan oleh Bupati Rokan Hulu sebanyak 3 (tiga) kali yakni:
1) Surat Bupati Rokan Hulu kepada Penggugat, tanggal 28 Maret 2002,
No. 525/PEM/lN/02809 perihal: Peringatan I (pertama) terhadap tindak lanjut keputusan perpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atas nama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,
2) Surat Bupati Rokan Hulu kepada Penggugat, tanggal 11 Juli 2002, No. 525/PEM/VII/609 perihal: Peringatan II (kedua) terhadap tindak lanjut keputusan perpanjangan izin lokasi usaha perkebunan
Hal 21 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
kelapa sawit atas nama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,
3) Surat Bupati Rokan Hulu kepada Penggugat, tanggal 12 November, No. 525/PEM/XI/02/103 perihal: Peringatan III (Ketiga) terhadap tindak lanjut keputusan perpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atas nama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,
d. Bahwa lantaran pemegang izin prinsip in casu Penggugat tidak
sanggup memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam SK Menteri
Kehutanan Rl No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni 1991 tentang
Pelepasan Kawasan Hutan seluas 12.650 (dua belas ribu enam ratus
lima puluh) Ha yang terletak di Kecamatan Kunto Darussalam,
Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau untuk perkebunan Coklat jo.
Surat Menteri Pertanian cq. Dirjen Perkebunan Nomor: HK.350/E5/232/
05.95 tentang Persetujuan Perubahan Jenis Tanaman Dari Tanaman
Coklat Menjadi Kelapa Sawit tersebut, maka pada 13 Oktober 2004
pemegang izin prinsip in casu Penggugat membuat perjanjian
kerjasama dengan Tergugat II (Deddy Handoko Alimin) dan Tergugat V
(Ricky Tan) yang intinya mengenai penyerahan pengelolaan lahan
seluas 1.800 (seribu delapan ratus) Hektar, yaitu sebagian dari lahan
seluas 12.650 (dua belas ribu enam ratus lima puluh) Hektar tersebut dalam SK Menteri Kehutanan Rl No. 323/Kpts-11/1991 tanggal
18 Juni 1991. Perjanjian Kerjasama tersebut dituangkan dalam Akta
Notaris Fransiskus Djoenardi, SH No. 7383/GM/2004;
e. Bahwa tanggal 01 Maret 2005 dibuat lagi perjanjian kerjasama
antara pemegang izin prinsip in casu Penggugat dengan PT. CLS in
casu Tergugat I yang intinya mengenai intinya mengenai
penyerahan pengelolaan lahan seluas 5.000 (lima ribu) Hektaryaitu sebagian dari lahan seluas 12.650 (dua belas ribu enamratus lima puluh) Ha tersebut dalam SK Menteri Kehutanan Rl
No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni 1991. Perjanjian kerjasama
tanggal 01 Maret 2005 tersebut dilegalisir oleh Notaris Fransiskus
Djoenardi SH dengan Nomor: 7556/Leg/2005 tanggal 01 Maret
2005;
f. Bahwa penyerahan lahan (subrogasi) seluas 5.000 (lima ribu)
Hektar tersebut oleh pemegang izin prinsip in casu Penggugat
Hal 22 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
kepada PT. CLS in casu Tergugat I dilakukan dengan membayar
imbalan kepada pemegang izin prinsip in casu Penggugat sebesar6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah);Quote:
Pasal 1
Luas seluruh lahan atau tanah yang diserahkan dengan kompensasi
oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA adalah seluas kurang
lebih 5.000 Hektar ( lima ribu Hektar) dan sesuai dengan Peta
(terlampir) yang telah diketahui dan disetujui serta ditandatangani
bersama oleh para pihak, yang terdiri dari:
1. Lahan tanah seluas kurang lebih 1.800 Hektar (seribu delapan ratus
hektar) yang telah diserahkan kepada PIHAK KEDUA;
2. Lahan tanah seluas kurang lebih 3.200 Hektar (tiga ribu dua ratus
Hektar) yang belum dibuka dan telah disetujui untuk diserahkan dengan
kompensasi kepada PIHAK PERTAMA sebesar Rp. 6.400.000.000,-
(enam milyar empat ratus juta rupiah);
3. Dengan disepakatinya penyerahan dengan kompensasi atas tanah atau
persil seluas 5.000 Hektar (lima ribu hektar), maka seluruh resiko dan kerugian maupun keuntungan atas tanah atau persil tersebut menjadi tanggung jawab dan/atau merupakan hak milik dari PIHAK KEDUA sepenuhnya;
4. Untuk inventaris termasuk bangunan bersama dan sarana prasarana diluar lahan seluas 1.800 Hektar (seribu delapan ratus Hektar) yang telah ditanam maka akan dinilai dan diperhitungkan sesuai dengan harga pasar yang disepakati oleh para pihak;
5. Mengenai program kemitraan dengan masyarakat setempat yang pada
saat ini kurang lebih seluas 210 Ha (dua ratus sepuluh Hektar) tanaman
kelapa sawit, untuk selanjutnya atau yang akan ada di kemudian hari,
tetap menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA;
Unquote;g. Bahwa sementara lahan seluas 210 Ha (dua ratus sepuluh Hektar)
tanaman kelapa sawit yang diperuntukkan program kemitraan
dengan masyarakat setempat tersebut, setelah dilakukan
pengecekan oleh Tergugat I rupanya tidak lagi terawat dengan baik
atau sama saja dengan tidak ada ;
h. Bahwa pada tanggal 11 April 2006 keluarlah Keputusan Menteri
Kehutanan No. SK.96/Menhut-ll/2006 tentang pencabutan Sk Menteri
Hal 23 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Kehutanan Ri. Tanggai 10 Juni 1991 No. 323/Kpts-ii/1991.
Terhadap pencabutan izin prinsip tersebut Penggugat mengajukan
Gugatan TUN ke Pengadilan TUN Jakarta dikenal dengan Perkara
No. 83/G/2006/PTUN.JKT;
a. Bahwa terhadap penyerahan lahan seluas 5.000 Hektar
tersebut, Tergugat I merasa dirugikan karena Penggugat telah
menyerahkan lahan yang izin prinsipnya telah dicabut oleh
Menteri Kehutanan dengan Keputusan Menteri Kehutanan No.
SK.96/Menhut-ll/2006 tentang Pencabutan Sk Menteri Kehutanan RI
Tanggal 10 Juni 1991 No. 323/Kpts-ll/1991 ;
b. Bahwa dengan alasan hukum di atas Tergugat I telah melaporkan
Penggugat telah melakukan penipuan kepada Polres Pekanbaru,
namun kemudian penyidikan dihentikan (SP3) oleh penyidik dengan
alasan adanya perdamaian;
Bahwa kasus ini telah kami reservir untuk dibuka kembali, antara lain
karena untuk delik formil tidak dapat dilakukan perdamaian;
i. Bahwa setelah penyerahan lahan tersebut dari Penggugat kepada
Tergugat I, Tergugat I melakukan kerjasama dengan PT. RAS yang
dikenal dengan Akta Perjanjian No. 15 tanggal 8 Februari 2007 yang
dibuat dihadapan Edison Jingga, SH. Inti kesepakatan tersebut
adalah lahan seluas 5000 Ha yang terletak di Desa Sontang,
Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi
Riau yang dikelola oleh Tergugat I diserahkan pengelolaannya
kepada PT. RAS perjanjian tersebut merupakan bentuk otentik dari
kesepakatan lisan antara pemegang saham Tergugat I dengan PT.
RAS, Karena pada prinsipnya antara Tergugat I dengan PT. RAS
adalah sama disebabkan karena pemegang saham dari kedua
perusahaan tersebut sama;
j. Bahwa Perjanjian No. 15 tanggal 8 Februari 2007 dipertegas kembali
dengan Akta Perjanjian kerjasama No. 101 tanggal 17 Maret 2010 antara
Tergugat I dengan PT. RAS maka disepakati lahan seluas 5000 Ha yang
terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten
Rokan Hulu, Provinsi Riau yang dikelola oleh Tergugat I diserahkan
pengelolaannya kepada PT. RAS;
k. Bahwa karena sudah ada pengalihan pengelolaan lahan tersebut
dari Tergugat I kepada PT. RAS, maka PT. RAS melakukan
Hal 24 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
pengurusan terhadap lahan tersebut termasuk mengajukan izin-izin.
maka oleh karena itu keluarlah izin dari:
- Gubernur Provinsi Riau dengan Surat Gubernur Riau No.
522/DISHUT/24.31, tanggal 21 November 2006, mengeluarkan
Rekomendasi pencadangan areal perkebunan untuk usaha perkebunan
atas nama Tergugat II di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Didalam
surat ini dijelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Riau memberikan
rekomendasi pencadangan areal perkebunan atas nama Penggugat
kepada PT. RAS;
- Kemudian dipertegas lagi dengan Surat Bupati Rokan Hulu No.
525/Pem/2007/IX/36 tertanggal 19 September 2007 dengan perihal:
Rekomendasi persetujuan prinsip pencadangan lahan usaha
perkebunan kelapa sawit seluas ± 10.720 di Desa Sontang dan desa
Teluk Sono Kec. Bonai Darussalam Kab. Rokan Hulu kepada PT.
RAS ;
I. Bahwa dengan alasan tersebut di atas PT.RAS melakukan pengelolaan
terhadap lahan seluas 5000 Ha yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan
Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Adapun
pengelolaan yang dilakukan oleh PT. RAS adalah dengan merekrut tenaga
kerja, membangun fasilitas di areal perkebunan, menanam bibit sawit
sampai dengan sawit tersebut berbuah/menghasilkan sehingga mempunyai
nilai ekonomis;
m. Bahwa dengan telah berproduksinya lahan sawit tersebut dan kemudian
keluarnya Putusan Peninjauan Kembali No. 505 K/TUN/2007 yang
salah satu amar putusanya menyatakan batal keputusan tanggal 11 April
2006 No. SK.96/Menhut-ll/2006 tentang pencabutan SK Menteri Kehutanan
Rl No. 323/Kpts-ll/1991, tanggai 10 Juni 1991. Maka dengan alasan itulah
Penggugat mulai mencari-cari masalah dengan Tergugat I dan PT. RAS,
yang bertujuan agar lahan yang telah menghasilkan tersebut dapat dimiliki
kembali oleh Penggugat. Sementara Gugatan terhadap PT. RAS juga telah
diajukan oleh Penggugat di Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian dengan Perkara No. 13/Pdt.G/2011/PN.PSP;
Berdasarkan alasan-alasan Tergugat pada butir 3 (tiga) tersebut, maka
berdasarkan hukum dalil gugatan Penggugat pada halaman 3 s/d 4 butir 1
s/d 3 dikesampingkan, karena dalil Penggugat tersebut tidak berdasar, dan
bahkan mengada-ada ;
Hal 25 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
4. Bahwa apa yang didalilkan Penggugat halaman 4 s/d 5 butir 4 s/d 7 adalah
suatu pernyataan tidak berdasar, dan mengada-ada, dengan alasan :
Bahwa walaupun Penggugat telah mengantongi SK Pelepasan Kawasan Hutan
dari Menteri Kehutanan, dengan SK. No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni
1991 seluas 12.650 Ha, untuk perkebunan Coklat, namun sampai dengan bulan
Maret 1995, Penggugat tidak ada melaksanakan pembangunan perkebunan
Coklat tersebut;
Bahwa setelah mendapat persetujuan perubahan jenis tanaman dari
coklat ke kelapa sawit Penggugat masih tidak pernah melakukan
pengurusan lahan tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku
terhadap lahan yang telah dikeluarkan izin prinsipnya, pemegang izin
prinsip harus melakukan pengurusan terhadap lahan tersebut, antara
lain melakukan pengurusan keluarnya Hak Guna Usaha, Izin Usaha
Perkebunan dan izin-izin lain. Jika tidak, maka izin prinsipnya akan
dicabut. Lantaran Penggugat tidak pernah melakukan/memenuhi syarat-syarat
yang ditetapkan daiam izin prinsip terhadap lahan tersebut, maka akhirnya
pemegang izin prinsip in casu Penggugat diperingati oleh Bupati Rokan Hulu
sebanyak 3 (tiga) kali yakni:
* Surat Bupati Rokan Huiu kepada Penggugat, tanggai 28 Maret 2002, No.
525/PEM/l11/02809 perihal: Peringatan I (pertama) terhadap tindak lanjut keputusan perpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atas nama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,
* Surat Bupati Rokan Hulu kepada Penggugat, tanggal 11 Juli 2002, No.
525/PEM/VII/609 perihal: Peringatan II (kedua) terhadap tindak lanjut keputusan perpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atas nama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,
* Surat Bupati Rokan Hulu kepada Penggugat, tanggal 12 November, No.
525/PEM/XI/02/103 perihal: Peringatan HI (Ketiga) terhadap tindak lanjut keputusan perpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atas nama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,
Bahwa lantaran tidak sanggup untuk mengelola maka pada Oktober
2004 Penggugat mengadakan perjanjian kerjasama dengan Tergugat II
dan Tergugat V sesuai dengan Akta No. 7383/GM/2004 tanggal 13
Oktober 2004 dibuat dihadapan Notaris Fransiskus Djoenardi SH,
tentang penyerahan pengelolaan lahan Penggugat seluas 1.800 Hektar
Hal 26 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam,
Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau kepada Tergugat II;
Bahwa tanggal Maret 2005 dibuat perjanjian dihadapan Notaris
Fransiskus Djoenardi SH, antara Penggugat dengan Tergugat I.
Perjanjian tersebut tentang penyerahan lahan seluas 5000 Ha yang
terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten
Rokan Hulu, Provinsi Riau;
Bahwa tanggal Maret 2005 dibuat perjanjian dihadapan Notaris Fransiskus
Djoenardi SH, antara Penggugat dengan Tergugat I. Perjanjian tersebut
tentang penyerahan lahan (subrogasi) seluas 5.000 Hektar yang terletak di
Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu,
Provinsi Riau;
Bahwa Tergugat I pun telah membayar kompensasi terhadap lahan
Penggugat seluas 5.000 Hektar yang terletak di Desa Sontang,
Kecamatan Kunto Darussalam, kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.
Dengan membayarkan sejumlah uang yakni Rp. 6.400.000.000,-
(enam milyar empat ratus juta rupiah);Bahwa dengan alasan tersebut lah Tergugat I melakukan pengolahan
terhadap lahan seluas 5000 Ha yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan
Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu yang terletak di Desa Sontang,
Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu;
Bahwa setelah penyerahan lahan tersebut dari Penggugat kepada
Tergugat I, Tergugat I melakukan kerjasama dengan PT. RAS yang
dikenai dengan Akta Perjanjian No. 15 tanggal 8 Februari 2007 yang dibuat
dihadapan Edison Jingga, SH. Inti kesepakatan tersebut adalah
lahan seluas 5000 Ha yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto
Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau yang dikelola oleh
Tergugat I diserahkan pengelolaannya kepada PT. RAS. Perjanjian
tersebut merupakan bentuk otentik dari kesepakatan lisan antara
pemegang saham Tergugat I dengan PT. RAS, Karena pada prinsipnya
antara Tergugat I dengan PT. RAS adalah sama disebabkan karena
pemegang saham dari kedua perusahaan tersebut sama;
Bahwa Perjanjian No. 15 tanggal 8 Februari 2007 dipertegas kembali
dengan Akta Perjanjian kerjasama No. 101 tanggal 17 Maret 2010
antara Tergugat I dengan PT. RAS maka disepakati lahan seluas 5000
Ha yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam,
Hal 27 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau yang dikelola oleh Tergugat I
diserahkan pengelolaannya kepada PT. RAS;
Bahwa dengan telah berproduksinya lahan sawit tersebut dan kemudian
keluarnya Putusan Peninjauan Kembali No. 505 K/TUN/2007 yang salah satu
amar putusannya menyatakan batal keputusan tanggal 11 April 2006 No.
SK.96/Menhut-ll/2006 tentang pencabutan SK Menteri Kehutanan Rl No.
323/Kpts-ll/1991, tanggal 10 Juni 1991. Maka dengan alasan itulah
Penggugat mulai mencari-cari masalah dengan Tergugat I dan PT. RAS,
yang bertujuan agar lahan yang telah menghasilkan tersebut dapat dimiliki
kembali oleh Penggugat. Sementara Gugatan terhadap PT. RAS juga telah
diajukan oleh Penggugat di Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian dengan
Perkara No. 13/Pdt.G/2011/PN.PSP. Dengan demikian Penggugat
mendalilkan, bahwa diatas objek sengketa telah terbit izin baru dari Menteri
Kehutanan R.I tertanggal 11 Oktober 2010 No. SK 575/Menhut-ll/2010 adalah
pantas dipertanyakan proses lahirnya Surat Keputusan Menteri Kehutanan
tersebut, padahal lahan semenjak 13 Oktober 2004 berada dibawah
penguasaan dan pengelolaan PT. RAS;
Bahwa justru perbuatan Tergugat I dan Tergugat II sesuai hukum
(rechtmatig), bukan perbuatan wanprestasi (cidera janji) terhadap perjanjian
antara Penggugat dengan Tergugat I, dan bukan pula perbuatan melawan
hukum, sehingga apa yang dituntut oleh Penggugat dalam Naskah Gugatan
in casu merupakan tuntutan yang tidak berdasar hukum dan mengada-ada,
sehingga haruslah ditolak (onzegd);
Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, maka beralasan
hukum dalil gugatan Penggugat pada halaman 4 s/d 5 butir 4 s/d 7
untuk dikesampingkan;
5. Bahwa apa yang didalilkan Penggugat dalam naskah gugatannya pada
halaman 5 butir 8 adalah tidak berdasarkan hukum dan jelas mengada-ada
karena di dalam akta perjanjian kerjasama tanggal 01 Maret 2005 antara
Penggugat dengan Tergugat I tidak ada kata klausul yang melarang Tergugat
I untuk mengalihkan lahan tersebut kepada pihak lainnya. Lagi pula struktur
dan komposisi saham antara PT. CLS dengan PT. RAS adalah seratus
persen sama. Ataukah memang Penggugat sengaja untuk berpura-pura tidak
tahu, bahwa antara Tergugat I dengan PT. RAS badan hukum yang berbeda
akan tetapi Pemegang Saham Pada PT. RAS juga merupakan Pemegang
saham pada Tergugat I, sementara landasan hukum pengalihan lahan
tersebut jelas, yakni:
Hal 28 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
a. Surat Gubernur Riau No. 522/DISHUT/24.31, tertanggai 21
November 2006, Perihal: Rekomendasi pencadangan areal
perkebunan untuk usaha perkebunan atasnama PT. RAS (Tergugat
II) di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Didalam surat ini
dejalaskan bahwa Pemerintah Provinsi Riau memberikan
rekomendasi pencadangan areal perkebunan atas nama PT. RES
(Penggugat) kepada PT. RAS;
b. Bahwa kemudian dipertegas lagi dengan Surat Bupati Rokan Hulu
No. 525/Pem/2007/IX/36 tertanggal 19 September 2007 dengan
perihal: Rekomendasi persetujuan prinsip pencadangan lahan
usaha perkebunan kelapa sawit seluas ± 10.720 di Desa sontang
dan desa Teluk Sono Kec. Bonai Darussalam Kab. Rokan Hulu
kepada PT. RAS;
c. Akta Perjanjian No. 15 tanggal 8 Februari 2007 yang dibuat
dihadapan Edison Jingga, SH, antara Tergugat I dengan Tergugat II
telah disepakati lahan seluas 5000 Ha yang terletak di Desa
Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu,
Provinsi Riau yang dikelola oleh Tergugat I diserahkan
pengelolaannya kepada PT. RAS. Bahwa kemudian dipertegas lagi
dengan Akta Perjanjian kerjasama No. 101 tanggal 17 Maret 2010
antara Tergugat I dengan PT. RAS;
Bahwa berdasarkan huruf a s/d c tersebut diatas, tidak beralasan
hukum Penggugat menyatakan Tergugat I telah melakukan
wanprestasi;
Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, maka
beralasan hukum dalil gugatan Penggugat pada halaman 5 butir 8
untuk dikesampingkan;
6. Bahwa apa yang dikemukakan Penggugat pada butir 9 s/d 11 Gugatannya
adalah suatu dalil yang tidak berdasar dan jelas mengada�-ada. Bahwa
besaran perincian kerugian yang dihitung oleh Penggugat tidak dapat di
pertanggung jawaban, cara penghitunganya dan apa lagi hasil yang
didapatkan dari penghitungan tersebut. Hal tersebut konfrom dengan:
Quote:
Hal 29 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Yurisprudensi Mahkamah Agung Rl Reg.No:19 K/Sip/1983 tgl 3 September 1975 "Gugatan ganti rugi yang tidak perinci lagi pula belum diperiksa oleh Judex Fatie dinyatakan tidak dapat diterima";
Unquote;Bahwa penghitungan yang dilakukan oleh Penggugat tidak lah masuk akal
dengan gamblangnya/gampangnya melakukan perkalian terhadap hasil
sawit yang telah dirawat dan dikelola dengan baik oleh Tergugat I dan PT.
RAS dan tanpa Penggugat memperhitungkan turunnya harga TBS (tandan
buah sawit), tanpa memperhitungkan biaya operasional dan biaya-biaya
lainnya yang harus dikeluarkan oleh Tergugat I;
Bahwa menurut Prof. Subekti, S.H., dalam bukunya berjudul Hukum
Perjanjian, cetakan ke X, Penerbit PT. Intermasa, pada halaman 47,
menyatakan :
Quote:Ganti rugi sering diperinci dalam tiga unsur : biaya, rugi danbunga (dalam bahasa Belanda : kosten, schaden en interesten). Apakah yang dimaksudkan dengan unsur-unsur ini? Yang dimaksudkan dengan biaya adalah segala sesuatu pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh satu pihak;
Unquote;Bahwa tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh Penggugat dalam gugatannya
harus dapat dibuktikan dalam persidangan, sebab apabila Penggugat tidak
dapat membuktikannya, maka tuntutan ganti rugi dimaksud harus ditolak. Hal
tersebut senada dengan bunyi ketentuan yang tertuang dalam Pasal 163 HIR
atau Pasai 283 RBG dan Pasal 1865 KUHPerdata yang isinya sama-sama
menyebutkan bahwa :
Quote:"Barang siapa yang mengatakan mempunyai barang sesuatu hak, atau menyebutkan sesuatu kejadian untuk meneguhkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu";Unquote;Dalam beberapa Yurisprudensi telah ditegaskan sebagai berikut:
a. Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I No.558.K/SIP/1983 tanggal 28 Mei
1984, menegaskan :
"Tuntutan Penggugat mengenai ganti rugi, karena tidak disertaidengan bukti, harus ditolak";
Hal 30 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
b. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 219/1970/Perd/PTB
tanggal 18 Maret 1970 (Yurisprudensi Jawa Barat tahun 1969-1972,
Buku I Hukum Perdata, 1974, Halaman 87) menegaskan :
"Apabiia jumlah kerugian yang diderita tidak dapat dibuktikandengan jelas, maka permohonan atas ganti rugi/kerugian harusditolak";
c. Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I No. 117 K/Sip/1971 tanggai 28 Juni
1971 dan No.459 K/Sip/1975 tanggal 18 September 1975,menegaskan :
"Ganti rugi yang tidak dirinci berdasarkan fakta harus dinyatakan tidak
mempunyai dasar hukum dan harus ditolak";d. Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I No.1057 K/Sip/1973 tanggal 25
Maret 1976, menegaskan :
"Karena Pembanding I tidak dapat membuktikan adanya kerugian
materiil akibat perbuatan Terbanding I, gugatan rekonvensi (ganti rugi
karena perbuatan melawan hukum) harus ditolak";e. Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I No.598 K/Sip/1971 tanggal 18
Desember 1971, dengan tegas menyebutkan :
"Apabila biasanya kerugian yang didehta oleh Penggugat tidak dapat dibuktikan secara terperinci, maka gugatan untuk ganti kerugian yang
telah diajukan oleh Tergugat, harus ditolak oleh Pengadilan";
7. Bahwa apa yang didalilkan Penggugat pada butir 12 s/d 13 adalah suatu
pernyataan yang tidak berdasar dan mengada-ada, dan sehubungan
dengan pernyataan Penggugat yang demikian telah Tergugat jelaskan
secara terang dan tandas pada jawaban Tergugat pada butir 3 s/d 5
tersebut diatas, maka beralasan hukum pernyataan Penggugat yang
demikian untuk ditolak;
8. Bahwa apa yang didalilkan Penggugat pada butir 13 (tiga belas)
Gugatanya jelas-jelas pernyataan yang tidak benar bohong dan mengada-
ada. Karena mana mungkin Tergugat I yang telah melakukan penanaman
terhadap lahan sawit seluas 5000 Ha yang terletak di Desa Sontang,
Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau
tersebut dari tidak ada menjadi ada, dari tidak menghasilkan menjadi
menghasilkan kemudian tiba-tiba dirampas begitu saja oleh Penggugat.
Sementara Tergugat I menguasai lahan tersebut tidak melanggar aturan
yang berlaku di negara ini. Dan bagaimana peralihan lahan seluas 5000
Ha yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam,
Hal 31 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Kabupaten Rokan Hulu tersebut sudah Tergugat jelaskan pada butir 3, 4
dan 5 Jawaban Para Tergugat;
Bahwa berdasarkan alasan-alasan dan uraian-uraian Tergugat dalam
Pokok Perkara pada butir 3 s/d 5 tersebut diatas, jelas dan terbukti bahwa
tidak ada kepentingan dari Penggugat yang dirugikan dan tidak ada
kepentingan hukum Penggugat yang dirugikan. Oleh karena itu tidak ada
alasan hukum bagi Penggugat untuk menuntut putusan provisionil
sebagaimana dimaksud pada naskah gugatannya pada halaman 7 butir 13
tersebut, karena pernyataan yang demikian haruslah ditolak;
9. Bahwa yang dikemukakan Penggugat dalam posita gugatannya pada butir
14 Bahwa tidak beralasan hukum dan mengada-ngada untuk menuntut
agar diletakkan sita jaminan terhadap harta pemegang saham daripada
Tergugat I, diantaranya Hotel Elite di Riau, Karaoke MP dan malahan
rumah pribadi Tergugat II, hal ini jelas tidak berdasarkan hukum. Padahal
pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
terbatas, menyatakan :
Quote:Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki;Unquote;Bahwa berdasarkan Pasal 227 ayat (1) HIR atau Pasal 261 (1) RBG
menyatakan:
"Bila ada dugaan yang mendasar, bahwa seseorang debitur yang belum diputus perkaranya atau telah diputus kalah perkaranya tetapi belum dapat dilaksanakan, berusaha untuk menggelapkan atau memindahkan barang-baran bergeraknya atau yang tetap, agar dapat dihindarkan jatuh ketangan kriditur, maka atas permintaan pihak yang berkepentingan, ketua pengadilan negeri atau jika debitor bertempat tinggal atau berdiam diluar wilayah jaksa ditempat kedudukan pengadilan negeri atau jika ketua pengadilan negeri tidak ada ditempat tersebut, jaksa ditempat tinggal atau tempat kediaman debitor dapat memerintahkan penyitaan barang-barang tersebut agar dapat menjamin hak sipemohon, dan sekaligus memberitahukan padanya supaya menghadap dipengadilan negeri pada suatu
Hal 32 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
hahyang ditentukan untuk mengajukan gugatannya serta menguatkannya";Bahwa berdasarkan dalil-dalil Penggugat, fakta hukum, dan ketentuan
tersebut di atas, telah jelas dan tandas bahwa diantara Penggugat dengan
Para Tergugat sama sekali tidak ada hubungan hukum utang piutang sebagaimana esensi dari Pasal 227 ayat (1) HIR atau Pasal 261 ayat(1)
RBG;
Bahwa sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. No. 597 K/Sip/1983 tanggal 8 Mei 1984, dengan tegas menyebutkan bahwa :
"Permohonan sita jaminan yang bukan atas alasan yang disyaratkan dalam Pasal 227 ayat (1) HIR adalah tidak dibenarkan";Selanjutnya Pasal 227 ayat (1) HIR atau Pasal 261 ayat (1) RBG jo. Pasal
720 Rv jo. Pedoman Pelaksanaan tugas dan Administrasi
Pengadilan, Buku I dan II Mahkamah Agung R.I, Agustus 1993, April 1994,
menegaskan pula bahwa:
"Adanya kekhawatiran atau persangkaan bahwa Tergugat akan mengasingkan atau menggelapkan harta kekayaannya dimana kekhawatiran atau persangkaan tersebut harus nyata dan memiliki alasan yang objektif serta memiliki kaitan yang erat dengan pokok sengketa";
10.Bahwa apa yang didalilkan Penggugat pada butir 15 gugatannya jelas-jelas
pernyataan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
Karena jelas dan tandas yang membuat kebijakan pada PT. CLS dan PT.
RES bukanlah Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V
secara pribadi akan tetapi itu merupakan hasil keputusan bersama
pemegang saham, maka dengan demikian tidak ada hubungan hukum
antara Penggugat dengan para pemegang saham dari PT. CLS secara
pribadi;
Bahwa dengan tidak meminta pertanggung jawaban Tergugat VII dan
Tergugat VIII merupakan tidak masuk akal karena para Tergugat di atas
mempunyai kepentingan yang sama pada Tergugat I yakni sama
Pemegang Saham kecuali Tergugat VI yang merupakan pejabat publik.
Maka dengan demikian jelas bagaimana Penggugat membuat skenario
yang hanya bertujuan untuk mengambil alih lahan yang telah Tergugat I
kelola dengan baik dan sehingga menghasilkan/mempunyai nilai ekonomi;
Berdasarkan silogisme-silogisma hukum tersebut diatas, beralasan
hukum dalil Penggugat pada butir 15 tersebut untuk ditolak;
Hal 33 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
11. Bahwa yang dikemukakan Penggugat dalam posita gugatannya pada butir
16 (enam belas) tidak beralasan hukum Penggugat meminta kepada
Mejelis Hakim untuk menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan
Tergugat IV untuk membayar uang paksa Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh
milyar rupiah) setiap bulannya. Karena sesuai dengan :
Uang paksa (dwangsom), karena tidak terbukti bahwa Tergugat-
Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana yang
diuraikan diatas. Apalagi tuntutan dwangsom/uang paksa menurut hukum
tidak dapat dikabulkan terhadap tuntutan mengenai pembayaran sejumlah
uang sebagaimana ditentukan dalam pasal 606 RV, Bahwa tentang
dwangsom (uang paksa) sebagaimana dinyatakan :
a. Yurisprudensi M.A.R.I No. 98 K/Sip/1972 tanggai 05 Agustus 1971
menyatakan :
Quote ;Dwangsom hanya bisa diadakan mengenai perbuatan yangbukan merupakan perbuatan pembayaran;Unquote;
b. Yurisprudensi Mahkamah Agung Rl No. 307 K/SIP/1976 tanggal
01 Maret 1976 ditegaskan:
Quote:Tuntutan uang paksa harus ditolak karena tidak perlu,bukankah putusan ini apabila telah mempunyai kekuatanhukum yang pasti atas permohonan Penggugat terbanding oleh Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang dapat dilakukan eksekusi";Unquote;
c. Yurisprudensi Mahkamah Agung Rl No. 79 K/Sip/1972 juga diatur
kaedah Dwangsom tidak dapat dituntut bersama-sama dengan
tuntutan pembayaran uang ;
Quote : Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 606a RV, sesuatu tuntutan dwangsom tidak dapat dijatuhkan terhadap putusan hakim yang penghukuman untuk melakukan pembayaran sejumlah uang"; Unquote;
d. Pasal 180 ayat (1) HIR/Pasal 191 ayat 1 RBG, menyatakan :
"putusan uit voerbaar bij voorraad hanya dapat dijatuhkanapabila jika ada suatu tanda alas hak yang otentik, atau jika
Hal 34 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
telah ada keputusan hakim yang telah memiliki kekeuatankukum tetap";
e. Bahwa selanjutnya diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Rl
No. 2 tahun 1975 yang menyatakan: agar Pengadilan Negeri/
Pengadilan Tinggi untuk sangat berhati-hati dalam mempergunakan
lembaga uit voerbaar bij voorraad;f. Surat Edaran Mahkamah Agung Rl No. 03/2000 tertanggal 21 Juni
2000 menyatakan: "menegaskan kepad aKetua/Hakim PengadilanNegeri/Pengadilan Agama diseluruh Indonesia agar mempertimbangkan, memperhatikan dan mentaati dengan sungguh-sungguh syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum mengabulkan tuntutan Putusan Serta Merta uit voerbaar bij voorraad dan tuntutan Provisionil sebagaimana diuraikan dalam Pasal 180 ayat (1) HIR dan Pasal 191 ayat (1) RBG serta Pasal 332 RV";
g. Surat Edaran Mahkamah Agung Ri No. 4 tahun 2001 tanggal 20
Agustus 2001 menyatakan: "menegaskan kepada Ketua/Hakim Pengadilan Negeri/Pengadilan Agama di seluruh Indonesia agar setiap kali akan melaksanakan putusan serta merata (uit voerbaar bij voorraad) harus disertai adanya pemberian jaminan yang nilainya sama dengan nilai barang/objek eksekusi sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak lain apabila ternyata dikemudian hari dijatuhkan putusan yang membatalkan putusan pengadilan tingkat pertama";Berdasarkan silogisma-silogisma hukum tersebut diatas, maka
beralasan hukum tuntutan uang paksa (dwangsom) Penggugat untuk
ditolak;
12. Bahwa yang dikemukakan Penggugat dalam posita gugatanya pada butir 18
adalah tidak berdasarkan hukum dan bahkan mengada-ngada, karena
pelaksanaan Putusan serta merta/dapat dilaksanakan lebih dahulu
(uitoerbar bij voorraad) meskipun ada banding, kasasi atau verzet harus
mengacu kepada syarat-syarat dimaksud dalam Surat Edaran Mahkamah
Agung No. 3 Tahun 2000 tanggal 21 Juli 2000 dan ketentuan Pasal 191
ayat (1) RBg dan Pasal 332 RV;
Bahwa lebih dari pada itu tuntutan provisi maupun putusan serta merta,
jelas-jelas tidak sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3
Tahun 2000 tanggal 21 Juli 2000 jo Pasal 191 ayat (1) Rbg jo Pasal
Hal 35 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
332 RV. Berikut kutipan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun
2000 tanggai 21 Juli 2000:
QuoteSURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG
NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG
PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORAAD)
DAN PROVISIONIL KETUA MAHKAMAH
AGUNG REPUBLIK INDONESIA
1. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengkajian secara teliti dan
cermat oleh Mahkamah Agung tentang Putusan Serta Merta
(Uitvoerbaar Bij Voorraad) dan Putusan Provisionil yang dijatuhkan
oleh Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama berdasarkan Pasal
180 ayat (1) Reglemen Indonesia Yang di Perbaharui (HIR) dan
Pasal 191 ayat (1) Reglemen Hukum Acara Untuk Luar Jawa-Madura
(RBg), Mahkamah Agung memperoleh fakta-fakta sebagai berikut:
a. Putusan Serta Merta dikabulkan berdasarkan bukti-bukti yang
keautentikannya dibantah oleh Pihak Tergugat dengan bukti
yang juga autentik;
b. Hakim tidak cukup mempertimbangkan atau tidak memberikan
pertimbangan hukum yang jelas dalam hal mengabulkan petitum
tentang Putusan Yang Dapat Diiaksanakan Terlebih Dahulu
(serta merta) dan tuntutan Provisionil;
c. Hampir terhadap setiap jenis perkara dijatuhkan Putusan Serta
Merta oleh Hakim, sehingga menyimpang dari ketentuan Pasal
180 ayat (1) Reglemen Indonesia Yang diperbarui (HIR) dan
Pasal 191 ayat (1) Reglemen Hukum Acara Luar Jawa-Madura
(RBg);
d. Untuk melaksanakan Putusan Serta Merta dan Putusan
Provisionil, Ketua Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Agama
meminta persetujuan ke Pengadilan Tinggi dan Pengadilan
Tinggi Agama tanpa disertai dokumen surat-surat pendukung;
e. Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama tanpa meneliti
secara cermat dan sungguh-sungguh faktor-faktor ethos, pathos,
logos serta dampak sosialnya mengabulkan permohonan Ketua
Hal 36 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Agama untuk melaksanakan
Putusan Serta Merta yang dijatuhkan;
f. Ketua Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Agama serta
para Hakim mengabaikan sikap hati-hati dan tidak mengindahkan
SEMA No. 16 Tahun 1969, SEMA No.3 Tahun 1971, SEMA No.3
Tahun 1978 dan Buku II tentang Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Pengadilan serta Pasal 54 Rv. Sebelum
menjatuhkan Putusan Serta Merta dan mengajukan permohonan izin
untuk melaksanakan Putusan Serta Merta;
2. Berdasarkan hal-hal tersebut, Mahkamah Agung sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan Pasal 32 Undang-undang No. 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung memandang perlu untuk mengatur kembali
tentang penggunaan lembaga Putusan Serta Merta (Uit voerbaar Bij
Voorraad) berdasarkan Pasal 180 ayat (1) Reglemen Indonesia Yang
diperbarui (HIR) dan Pasal 191 ayat (1) Reglemen Hukum Acara Untuk Luar
Jawa - Madura (RBg);
3. Sehubungan dengan itu, Mahkamah Agung memerintahkan kepada Para
Ketua Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Agama serta Para Hakim
Pengadilan Negeri dan Hakim Pengadilan Agama untuk mempertimbangkan,
memperhatikan dan mentaati dengan sungguh-sungguh syarat-syarat yang
harus dipenuhi sebelum mengabulkan tuntutan Putusan Serta Merta (Uit
voerbaar Bij Voorraad) dan Putusan Provisionil sebagaimana diuraikan
dalam Pasal 180 ayat (1) Reglemen Indonesia Yang diperbarui (HIR) dan
Pasal 191 ayat (1) Reglemen Hukum Acara Untuk Luar Jawa -Madura (RBg)
serta Pasal 332 Rv;
4. Selanjutnya, Mahkamah Agung memberikan petunjuk, yaitu Ketua
Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan Agama, para Hakim Pengadilan
Negeri dan Hakim Pengadilan Agama tidak menjatuhkan Putusan Serta
Merta, kecuali dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Gugatan didasarkan pada bukti surat auntentik atau surat tulisan
tangan (handschrift) yang tidak dibantah kebenaran tentang isi dan tanda
tangannya, yang menurut Undang-undang tidak mempunyai kekuatan
bukti;
b. Gugatan tentang Hutang-Piutang yang jumlahnya sudah pasti dan tidak
dibantah;
Hal 37 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
c. Gugatan tentang sewa-menyewa tanah, rumah, gudang dan Iain-
lain, di mana hubungan sewa menyewa sudah habis/lampau, atau
Penyewa terbukti melalaikan kewajibannya sebagai Penyewa yang
beritikad baik;
d. Pokok gugatan mengenai tuntutan pembagian harta perkawinan
(gono-gini) setelah putusan mengenai gugatan cerai mempunyai
kekuatan hukum tetap;
e. Dikabulkannya gugatan Provisionil, dengan pertimbangan agar
hukum yang tegas dan jelas serta memenuhi Pasal 332 Rv;
f. Gugatan berdasarkan Putusan yang telah memperoieh kekuatan
hukum tetap (in kracht van gewijsde) dan mempunyai hubungan
dengan pokok gugatan yang diajukan;
g. Pokok sengketa mengenai bezitsrecht;
5. Setelah Putusan Serta Merta dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Negeri atau
Hakim Pengadilan Agama, maka selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
setelah diucapkan, turunan putusan yang sah dikirimkan ke Pengadilan
Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama;
6. Apabila Penggugat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan
Negeri dan Ketua Pengadilan Agama agar Putusan Serta Merta dan Putusan
Provisionil dilaksanakan, maka permohonan tersebut beserta berkas perkara
selengkapnya dikirim ke Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama
disertai pendapat dan Ketua Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan
Agama yang bersangkutan;
7. Adanya pemberian jaminan yang nilainya sama dengan nilai barang/objek
eksekusi, sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak lain, apabila
ternyata di kemudian hari dijatuhkan putusan yang membatalkan putusan
Pengadilan Tingkat Pertama;
8. Terhitung sejak diterbitkannya Surat Edaran ini, maka SEMA No. 16 Tahun
1969, SEMA No.3 Tahun 1971, SEMA No.3 tahun 1978 serta SEMA yang
terkait dinyatakan tidak berlaku lagi;
9. Diperintahkan kepada Saudara agar petunjuk ini dilaksanakan secara
sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab, dan apabila ternyata
ditemukan penyimpangan dalam pelaksanaannya, maka Mahkamah Agung
akan mengambil langkah tindakan terhadap Pejabat yang bersangkutan.
KETUA MAHKAMAH AGUNG Rl
Ttd.
SARWATA, SH.
Hal 38 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Unquote;
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, tuntutan
provisionil,perkara ini dinyatakan dapat dijalankan dengan serta merta
meskipun ada banding, verzet ataupun kasasi haruslah ditolak;
B. DALAM REKONVENSI :1. Bahwa apa yang telah Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi,
kemukakan baik dalam Konvensi diatas adalah merupakan satu kesatuan
dengan pokok perkara ini;
2. Bahwa Penggugat Rekonvensi/Tergugat Kovensi tetap dengan
jawabannya dan secara tegas menolak dalil-dalil gugatan Penggugat baik
tentang Posita, Petitum maupun Replik Penggugat/Tergugat Rekonvensi;
3. Bahwa apa yang telah Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konvensi
nyatakan dalam gugatan Konvensi adalah keliru dan tidak berdasarkan
hukum, dengan alasan :
* Bahwa gugatan Rekonvensi adalah gugatan balik yang diajukan
Tergugat terhadap Penggugat dalam suatu proses perkara sedang
berjalan (vide pasal 224 Rv);
* Bahwa Pasal 132 a ayat (1) HIR, memberikan pengertian singkat,
yang maknanya:
* Rekonvensi adalah gugatan yang diajukan Tergugat sebagai
gugatan balasan terhadap gugatan yang diajukan Penggugat
kepadanya, dan;
* Gugatan Rekonvensi itu, diajukan Tergugat kepada Pengadilan
Negeri, pada saat berlangsung proses pemeriksaan gugatan yang
diajukan Penggugat;
4. Bahwa Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi mempunyai izin
prinsip yaitu SK Pelepasan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan,
dengan SK. No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni 1991 seluas 12.650
Ha, untuk perkebunan Coklat, namun sampai dengan bulan Maret 1995,
Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi tidak ada melaksanakan
pembangunan perkebunan Coklat tersebut;
5. Bahwa pada bulan Mei 1995 dikeiuarkan persetujuan perubahan Jenis
tanaman dari tanaman coklat menjadi Kelapa Sawit berdasarkan Surat
Menteri Pertanian Ub. Dirjen Perkebunan dengan surat Nomor:
HK.350/E5/232/05.95 dengan catatan bahwa persetujuan perubahan
Hal 39 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
jenis tanaman tersebut berlaku selama 12 bulan, dan Penggugat
Konpensi/Tergugat Rekonvensi diwajibkan:
a. Menyiapkan Study kelayakan dan jaminan tersedianya tenaga kerja;
b.Memproses Hak Guna Usaha (HGU);
c. Memperhatikan kelestarian lingkungan di daiam pengelolaan kebun;
d. Menyampaikan laporan semester perkembangan kegiatan fisik dan
non fisik yang meliputi aspek perkembangan pengurusan Hak Guna
Usaha, perkembangan kegiatan usaha dan fisik tanaman serta
pembangunan sarana dan prasarana kebun;
6. Bahwa setelah mendapat persetujuan perubahan jenis tanaman dari
coklat ke kelapa sawit Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi masih
tetaptidak melakukan pengurusan lahan tersebut. Sesuai dengan
ketentuanyang berlaku terhadap lahan yang telah dikeluarkan izin
prinsipnya makapihak pengelola harus melakukan pengurusan terhadap
lahan tersebut seperti melakukan pengurusan keluarnya HGU/HGB dan
dilakukan pengelolaan terhadap lahan tersebut. akan tetapi Penggugat
Konpensi/Tergugat Rekonvensi tidak pernah melakukan follow up
terhadap lahan tersebut sampai akhirnya Penggugat diperingati oieh
Bupati Rokan Hulu sebanyak 3 (tiga) kali yakni:
a. Surat Bupati Rokan Huiu kepada Penggugat Konpensi/Tergugat
Rekonvensi, tanggal 28 Maret 2002, No. 525/PEM/lN/02809 perihal:
Peringatan I (pertama) terhadap tindak lanjut keputusanperpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atasnama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,
b. Surat Bupati Rokan Hulu kepada Penggugat Konpensi/Tergugat
Rekonvensi, tanggal 11 Juli 2002, No. 525/PEM/VII/609 perihal:
Peringatan II (kedua) terhadap tindak lanjut keputusanperpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atasnama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,
c. Surat Bupati Rokan Huiu kepada Penggugat Konpensi/Tergugat
Rekonvensi, tanggal 12 November, No. 525/PEM/XI/02/103 perihal:
Peringatan III (Ketiga) terhadap tindak lanjut keputusanperpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atasnama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,
7. Bahwa dengan alasan tidak sanggup untuk mengelola maka pada
Oktober 2004 Penggugat mengadakan perjanjian kerjasama dengan
Tergugat Konpensi ll/Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Konpensi
Hal 40 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
V/Penggugat Rekonvensi sesuai dengan Akta No. 7383/GM/2004 tanggal
13 Oktober 2004 yang dibuat dihadapan Notaris Fransiskus Djoenardi
SH, tentang penyerahan pengelolaan lahan Penggugat
Konpensi/Tergugat Rekonvensi seluas 1.800 Hektar yang terletak di
Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu,
Provinsi Riau kepada Tergugat II;
8. Bahwa tanggal 01 Maret 2005 dibuat pula perjanjian antara Penggugat
Konpensi/Tergugat Rekonvensi dengan Tergugat Konpensi l/Penggugat
Rekonvensi (Legalisasi No.7556/Leg/2005 tanggai 01 Maret 2005 oieh
Fransiskus Djoenardi, SH. - Notaris di Pekanbaru). Inti dari perjanjian
tersebut adalah tentang penyerahan lahan (subrogasi) seiuas 5.000 Hektar
yakni sebagian dari (enclaved) lahan seluas 12.650 Ha tersebut pada SK
Menteri Kehutanan Rl No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni 1991 tentang
Pelepasan Kawasan Hutan yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan
Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau dengan
memberikan imbalan kepada Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi
sebesar 6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah);
9. Bahwa Pasal 1 Perjanjian tanggal 01 Maret 2005 yang dibuat di hadapan
Notaris Fransiskus Djoenardi, SH (Tergugat VI) menyatakan :
QuotePasal 1
1. Luas seluruh lahan atau tanah yang diserahkan dengan kompensasi
oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA adalah seluas kurang
lebih 5.000 (lima ribu) Hektar dan sesuai dengan Peta (terlampir) yang
telah diketahui dan disetujui serta ditandatangani bersama oleh para
pihak, yang terdiri dari:
i. Lahan tanah seluas kurang lebih 1.800 Hektar (seribu delapan
ratus hektar) yang telah diserahkan kepada PIHAK KEDUA;
ii. Lahan tanah seluas kurang lebih 3.200 Hektar (tiga ribu dua ratus Hektar)
yang belum dibuka dan telah disetujui untuk diserahkan dengan
kompensasi kepada PIHAK PERTAMA sebesar Rp.
6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah);
iii. Dengan disepakatinya penyerahan dengan kompensasi atas tanah
atau persil seluas 5.000 Hektar (lima ribu hektar), maka seluruh
resiko dan kerugian maupun keuntungan atas tanah atau persil
Hal 41 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
tersebut menjadi tanggung jawab dan/atau merupakan hak milik
dari PIHAK KEDUA sepenuhnya;
iv. Untuk inventaris termasuk bangunan bersama dan sarana prasarana
diluar lahan seluas 1.800 Ha (seribu delapan ratus hektar) yang telah
ditanam maka akan dinilai dan diperhitungkan sesuai dengan harga
pasaryang disepakati oleh para pihak;
v. Mengenai program kemitraan dengan masyarakat setempat yang
pada saat ini kurang lebih seluas 210 Ha (dua ratus dua puluh
Hektar) tanaman kelapa sawit, untuk selanjutnya atau yang akan
ada di kemudian hah, tetap menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUA;
Unquote;10. ---------------------------------------------------------------------------------------------------B
ahwa sementara lahan seluas 210 Ha (seratus dua puluh Hektar) tanaman
kelapa sawit yang diperuntukkan program kemitraan dengan masyarakat
setempat tersebut, setelah dilakukan pengecekan oleh Tergugat Konpensi
l/Penggugat Rekonvensi rupanya tidak lagi terawat dengan baik atau sama
saja dengan tidak ada;
11.---------------------------------------------------------------------------------------------------Ba
hwa pada tanggai 11 April 2006 terbit Keputusan Menteri Kehutanan No.
SK.96/Menhut-ll/2006 tentang pencabutan Sk Menteri Kehutanan Rl tanggal
10 Juni 1991 No. 323/Kpts-li/1991. Terhadap pencabutan izin prinsip
tersebut Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi mengajukan Gugatan
TUN ke Pengadilan TUN Jakarta yang dikenal dengan Perkara No.
83/G/2006/PTUN.JKT;
12. --------------------------------------------------------------------------------------------------Ba
hwa sementara lahan seluas 5.000 Hektar yang terletak di Desa Sontang,
Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau telah
diserahkan oleh Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi kepada
Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi sesuai dengan kwitansi
tertanggal 30 November 2007 untuk pembayaran kompensasi pengelolaan
atas lahan 5.000 Hektar sesuai dengan perjanjian 01 Maret 2005 dengan
jumiah Rp. 6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah);
13. Terhadap penyerahan lahan seluas 5.000 Hektar yang terletak di Desa
Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi
Riau, Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi merasa dirugikan karena
Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi telah menyerahkan lahan yang
Hal 42 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
izin prinsipnya telah dicabut oleh Menteri Kehutanan dengan Keputusan
Menteri Kehutanan No. SK.96/Menhut-ll/2006 tentang Pencabutan Sk
Menteri Kehutanan Ri. Tanggai 10 Juni 1991 No. 323/Kpts-H/1991;
14. Bahwa dengan alasan hukum di atas Tergugat Konpensi l/Penggugat
Rekonvensi telah melaporkan Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi
telah melakukan penipuan kepada Polres Pekanbaru, namun kemudian
penyidikan dihentikan (SP3) oleh penyidik dengan alasan adanya
perdamaian;
Bahwa kasus ini telah kami reservir untuk dibuka kembali, antara lain
karena untuk delik formil tidak dapat dilakukan perdamaian;
15. Bahwa setelah penyerahan lahan (subrogasi) tersebut dari Penggugat
Konpensi/Tergugat Rekonvensi kepada Tergugat Konpensi l/Penggugat
Rekonvensi, Tergugat Konpensi I/Penggugat Rekonvensi melakukan
kerjasama dengan PT. RAS yang dikenal dengan Akta Perjanjian No. 15
tanggai 08 Februari 2007 yang dibuat dihadapan Edison Jingga, SH.
16. Bahwa kemudian Perjanjian No. 15 tanggal 08 Februari 2007 dipertegas
kembali dengan Akta Perjanjian Kerjasama No. 101 tanggal 17 Maret 2010
yang dibuat dihadapan Nursyirwan Koto, SH-Notaris di Pekanbaru antara
Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi dengan PT. RAS dimana
disepakati lahan seluas 5.000 Hektar yang terletak di Desa Sontang,
Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau
diserahkan pengelolaannya kepada PT. RAS;
17. Bahwa hal tersebut dipertegas dengan adanya Peta Penggunaan Tanah PT.
Riau Anugerah Sentosa atas lahan 5.000 Hektar yang terletak di desa Teluk
Sono dan Sontang, Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu
yang dibuat oleh Kantor Pertanahan Rokan Hulu;
18. Bahwa karena sudah ada pengalihan pengelolaan lahan tersebut dari
Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi kepada PT. RAS, maka PT. RAS
melakukan pengurusan terhadap lahan tersebut termasuk mengajukan izin-
izin, maka antara lain terbit izin-izin:
a. Surat Dinas Kehutanan Provinsi Riau No. 5221/PR/4187, tanggal 15
November 2006, mengeluarkan Pertimbangan teknis pencadangan
areal untuk usaha perkebunan atas nama PT. Riau Anugerah Sentosa
(Tergugat Konpensi ll/Penggugat Rekonvensi);
b. Surat Gubernur Riau No. 522/DISHUT/24.31, tanggal 21 November
2006, mengeluarkan Rekomendasi pencadangan areal perkebunan
untuk usaha perkebunan atas nama Deddy Handoko Alimin (Tergugat
Hal 43 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Konpensi Ill/Penggugat Rekonvensi) di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi
Riau. Didalam surat ini dijelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Riau
memberikan rekomendasi pencadangan areal perkebunan atas nama
PT. Rokan Erasubur Plantation (Penggugat Konpensi/Tergugat
Rekonvensi) kepada PT. Riau Anugerah Sentosa (Tergugat Konpensi
Il/Penggugat Rekonvensi);
c. Kemudian dipertegas lagi dengan Surat Bupati Rokan Hulu
No. 525/Pem/2007/IX/36 tertanggal 19 September 2007 dengan
perihal: Rekomendasi persetujuan prinsip pencadangan lahan usaha
perkebunan kelapa sawit seluas ± 10.720 di Desa Sontang dan desa
Teiuk Sono Kec. Bonai Darussalam Kab. Rokan Hulu kepada PT. Riau
Anugerah Sentosa (Tergugat Konpensi Il/Penggugat Rekonvensi);
d. Keputusan Bupati Rokan Hulu No. 475 Tahun 2007 tentang Pemberian
Izin Lokasi Izin Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Riau Anugerah
Sentosa (Tergugat Konpensi Il/Penggugat Rekonvensi) di Kecamatan
Bonai Darussalam Kabupaten Rokan Hulu tanggal 12 Desember 2007;
e. Keputusan Bupati Rokan Huiu No. 483 Tahun 2007 Tentang Izin Usaha
Budidaya Perkebunan (IUP-B) PT. Riau Anugerah Sentosa (Tergugat
Konpensi Il/Penggugat Rekonvensi) tanggal 16 Desember 2007;
19.Bahwa dengan alasan tersebut di atas PT. RAS melakukan pengelolaan
terhadap lahan seluas 5.000 Hektar yang terletak di Desa Sontang,
Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.
Adapun pengelolaan yang dilakukan oleh PT. RAS adalah dengan merekrut
tenaga kerja, membangun fasilitas di areal perkebunan, menanam bibit sawit
sampai terbangun kebun kelapa sawit dan kelapa sawit tersebut berbuah/
menghasilkan (produktif) sehingga mempunyai nilai ekonomis;
20. Bahwa ketika SK menteri kehutanan Rl tanggai 10 Juni 1991 No. 323/Kpts-
11/1991 dicabut dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.96/Menhut-
II/2006 tanggal 11 April 2006, PT. RES in casu Penggugat
Konpensi/Tergugat Rekonvensi mengajukan Gugatan TUN ke Pengadiian
TUN Jakarta yang dikenal dengan Perkara TUN No.83/G/2006/PTUN.
JKT, yakni perkara yang akhirnya dimenangkan oleh Penggugat Konpensi/
Tergugat Rekonvensi;
21.Bahwa sementara pada gugatan TUN yang diajukan oleh Penggugat
Konpensi/Tergugat Rekonvensi tersebut sama sekali tidak mengungkapkan
adanya fakta hukum atau peristiwa hukum sebenarnya yang terjadi
sebelumnya, yakni penyerahan sebagian (enclaved) lahan seluas 5.000
Hal 44 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Hektar dari total iahan seluas 12.650 Hektar tersebut pada SK Menteri
Kehutanan No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni 1991 dengan memberikan
imbalan kepada Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi sebesar Rp. 6.400.000.000,- [enam milyar empat ratus juta rupiah),
22.Bahwa oleh karena Menteri Kehutanan kalah dalam perkara a quo, maka
dengan dasar itu Menteri Kehutanan mengeiuarkan SK yang baru yang
dikenal dengan SK Menteri Kehutanan No. SK.575/Menhut-ll/2010 tanggai
11 Oktober 2010 tentang Pelepasan Kawasan Hutan seluas 12.650 (Dua
belas ribu enam ratus lima puiuh) Hektar yang terletak di Kelompok Hutan
Sungai Rokan, Desa Sontang Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten
Rokan Huiu, Provinsi Riau;
23.Bahwa SK Menteri Kehutanan No. SK.575/Menhut-li/2010 tanggai 11
Oktober 2010 tersebut dijadikan dasar oleh Penggugat Konpensi/Tergugat
Rekonvensi untuk menggugat Para Tergugat Konpensi/Para Penggugat
Rekonvensi. Padahal Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi dan
Tergugat Konpensi Il/Penggugat Rekonvensi telah membayar imbaian
sebesar Rp. 6,4 Milyar kepada Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi,
telah memiliki legalitas lengkap atas areal seluas 5.000 hektar tersebut dan
telah membangun kebun kelapa sawit pada lahan tersebut;
24.Bahwa menunjuk Pasai 15 Peraturan Menteri Kehutanan Ri Nomor: P.33/Menhut-ll/2010 tanggal 29 Juli 2010 tentang Tanta Cara Pelepasan
Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonvensi menyatakan: "Terhadap kawasan HPK yang telah dilepas sebagaimana dimaksud dalam Pasal14 ayat (3), pengurusan selanjutnya menjadi tanggungjawab instansidi bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan",
25.Bahwa oieh sebab itu silahkan saja Penggugat Konpensi/Tergugat
Rekonvensi mengelola lahan sisa yakni lahan seluas 12.650 (dua belas ribu
enam ratus lima puiuh) Ha yang dimaksud dalam SK Menteri Kehutanan Rl
No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni 1991 jo. Surat Keputusan Menteri
Kehutanan R.I. No. SK.575/Menhut-ii/2010 tanggal 11 Oktober 2010 setelah
dikurangi dengan 5.000 Hektar, namun jangan mengutak-utik secara
melawan hukum lahan yang 5.000 (lima ribu) Hektar tersebut, karena telah
diserahkan kepada Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi dengan
imbalan sebesar Rp.6.400.000.000 (enam milyar empat ratus juta rupiah)
yang kemudian oleh Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi telah
dikerjasamakan pula dengan PT. RAS vide Akta Perjanjian No. 15 tanggal
Hal 45 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
08 Februari 2007) dimana untuk itu PT. RAS telah pula memiliki legalitas
lengkap;
26.Bahwa nyatanya Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi malah
menggugat dengan dalil-dalil yang mengada-ada. Bahwa tindakan demikian
merupakan perbuatan melawan hukum (on rechtmatigedaad/tort);
27.Bahwa tindakan melawan hukum (onrechtmatigedaad/tort) yang dilakukan
Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi telah merugikan Para Tergugat
Konpensi/Para Penggugat Rekonvensi baik materil maupun immateril;
28.Bahwa perbuatan Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi sebagaimana
diuraikan pada butir 20 s/d 27 Dalam Rekonvensi tersebut di atas adalah
jelas merupakan suatu perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad/tort)
yang mengakibatkan kerugian pada pihak Para Penggugat Rekonvensi/Para
Tergugat Konpensi, baik kerugian materil maupun immateril;
29. Bahwa kerugian immaterii yang dialami Para Penggugat Rekonvensi/Para
Tergugat Konpensi merupakan dampak/akibat dari perbuatan melawan
hokum (onrechtmatigedaad) Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi
tersebut, antara lain hilangnya bonafiditas Para Penggugat Rekonvensi/
Para Tergugat Konpensi di mata bank-bank, para supplier (pemasok) selaku
kreditur bagi kebutuhan kebun kelapa sawit (pupuk, peralatan) dealer
kendaraan, deaier alat perkebunan dan terganggunya hubungan dengan
para pembeli Tandan Buah Segar (TBS) khususnya dan di mata
masyarakat serta sesama kalangan pengusaha pada umumnya,
sehubungan dengan adanya gugatan in casu;
30.a. Bahwa kerugian immateriil yang diderita oleh Para Penggugat
Rekonvensi/Para Tergugat Konpensi sesungguhnya tidak bisa dinilai
dengan uang, namun dalam Gugatan Rekonvensi ini harus
dikuantitatifkan, sehingga bernilai Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh
lima milyar rupiah);
b. Bahwa kerugian materil Para Penggugat Rekonvensi/Para Tergugat
Konpensi dengan adanya gugatan in casu antara lain:
* Biaya konpensasi yang telah dikeluarkan Tergugat Konpensi
l/Penggugat Rekonvensi terhadap lahan seluas 5.000 Hektar yang
telah diserahkan kepada Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi
sebesar Rp. 6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah);
* Biaya perkara yang timbul akibat adanya Gugatan in casu sebesar
Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);
Hal 46 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Total kerugian materiil hingga sekarang ini telah berjumlah sebesar Rp.
6.900.000.000,- (enam milyar sembilan ratus juta juta rupiah);
Bahwa akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan Tergugat
Rekonvensi/Penggugat Konpensi, maka adalah wajar Tergugat
Rekonvensi/Penggugat Konpensi dihukum membayar ganti rugi immateriil
dan materil kepada Para Penggugat Rekonvensi/Para Tergugat Konpensi
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b tersebut diatas sebesar Rp.
31.900.000.000,- (tiga puluh satu milyar sembilan ratus juta rupiah);
31. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------B
ahwa Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konpensi adalah Tergugat
Rekonvensi/Penggugat Konpensi malavides, sehingga dikhawatirkan akan
melalaikan pembayaran tuntutan ganti rugi materil dan immaterial a quo, untuk
itu akan dibebani membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.
100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) per hari keterlambatan pelunasan
pembayaran tuntutan ganti rugi materil dan immaterial a quo terhitung sejak
putusan berkekuatan hukum tetap;
32. Bahwa Gugatan Rekonvensi ini diajukan dengan bukti-bukti yang cukup dan
kuat, sehingga cukup dasar hukum bagi Penggugat Rekonvensi/Tergugat I, II,
III, IV, V dan Vi Konpensi untuk memohon putusan yang dapat dijalankan
segera dan serta merta (uit voerbaar bij voorraad) sesuai dengan Surat
Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000 tanggal 21 Juli 2000 dan
ketentuan Pasal 191 ayat (1) RBg dan Pasal 332 RV dan Surat Edaran
Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000 tanggal 21 Juli 2000 jo Pasal 191 ayat
(1) Rbg jo Pasal 332 RV Berikut kutipan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3
Tahun 2000 tanggal 21 Juli 2000. Meskipun Tergugat Rekonvensi/Penggugat
Konpensi melakukan upaya banding, kasasi, verzet atau upaya lainnya;
Berdasarkan fakta-fakta dan silogisma hukum yang diuraikan di atas, maka
kiranya telah cukup alasan hukum bagi Para Tergugat Konpensi/Para
Penggugat Rekonvensi untuk memohon kepada Ketua dan Anggota Mejelis
Hakim Pemeriksa Perkara in casu untuk memeriksa, mengadili dan
memutuskan perkara in casu dengan suatu putusan yang dapat dijalankan
segera dan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) yang amar-nya berbunyi
sebagai berikut:
A.DALAM EKSEPSI :1. Menerima dan mengabulkan Eksepsi Para Tergugat untuk seluruhnya;
Hal 47 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
2. Menyatakan Pengadilan Negeri Pekanbaru tidak berwenang memeriksa
perkara a quo;
3. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet onvankelijk
verklaard);
B. DALAM KONPENSIMenolak (onzegci) atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat
tidak dapat diterima (niet onvankelijk verklaard);
C. DALAM PROVISIMenolak (onzegd) permohonan provisi yang dimohonkan Penggugat;
D. DALAM REKONVENSI1. Menerima dan mengabulkan gugatan Rekonvensi Para Penggugat
Rekonvensi/Para Tergugat Konpensi untuk seluruhnya;
2. Menyatakan penyerahan lahan (subrogasi) seluas 5.000 Hektar yang
terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten
Rokan Hulu, Provinsi Riau dengan kompensasi sebesar Rp.
6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah) tertanggal 30
November 2007 sesuai kwitansi tertanggai 30 November 2007
berdasarkan Perjanjian tanggal 01 Maret 2005 yang dilegalisir oleh
Fransiskus Djoenardi, SH. - Notaris di Pekanbaru dengan Nomor
7556/Leg/2005 adalah sah kuat dan berharga (te gehengen en te
gedogen);
3. Menyatakan Perjanjian No. 15 tanggai 08 Februari 2007 yang dibuat
dihadapan Notaris Edison Jingga, SH dan Akta Perjanjian Kerjasama No.
101 tanggal 17 Maret 2010 yang dibuat dihadapan Notaris Nusyirwan
Koto, SH, M. Kn adalah sah kuat dan berharga (te gehengen en te
gedogen);
4. Menyatakan Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konpensi telah melakukan
perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad/tort) terhadap Penggugat
Rekonvensi/Tergugat I, II, III, IV, Vdan VI Konpensi;
5. Menghukum Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konpensi membayar ganti
rugi inmateriil dan materiil kepada Para Penggugat Rekonvensi/
ParaTergugat Konpensi, sebesar Rp. 31.900.000.000,- (tiga puiu'n satu
milyar sembilan ratus juta rupiah), jika ingkar dengan bantuan alat
kekuasaan negara (Polri dan TNI);
6. Menghukum Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konpensi untuk membayar
uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratus juta rupiah)
per hah keteriambatan peiunasan pembayaran ganti rugi materil dan
Hal 48 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
immaterial kepada Penggugat Rekonvensi/Tergugat I, II, III, IV, V dan VI
Konpensi terhitung sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap
(kracht van gewijsde);
7. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan segera dan serta merta (uit
voerbar bij voorraad), meskipun Tergugat Rekonvensi/Penggugat
Konpensi melakukan upaya hukum Banding, Kasasi, Verzet dan lainnya;-
8. Atau, jika Mejelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono);
E. DALAM KONPENSI DAN REKONVENSI Menghukum Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar
seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini;
Menimbang bahwa disamping itu Tergugat VII dan VIII atas gugatan
Penggugat tersebut telah mengajukan jawabannya tertanggal 22 Desember
2011 yang menyatakan pada pokoknya sebagai berikut:
I. JAWABAN TERGUGAT VII (KARIM TANO TJANDRA)1. Bahwa segala sesuatu yang diuraikan didalam gugatan Penggugat
adalah seluruhnya benar dan tidak perlu lagi dibantah;
2. Bahwa Tergugat VII adalah benar sebagai pemegang saham di Badan
Hukum PT. Citra Lestari Semesta (PT. CLS) sesuai dengan Akte Notaris
Edison Jingga, SH, tanggal 19 Desember 2007 No. 145;
3. Bahwa memang benar PT. CLS ada mengikatkan perjanjian dengan PT.
Rokan Erasubur Plantations (PT. RES) tanggal 1 Maret 2005 yang mana
dalam isi perjanjian tersebut dimana kebun kelapa sawit milik PT. RES
seluas 1.800 Ha telah panen atau menghasilkan dan dari hasil penjualan
ini PT. CLS berkewajiban mengembangkan tanah milik PT. RES yang
luasnya 3.200 Ha untuk dibuka dan ditanami sawit;
4. Bahwa kewajiban PT. CLS menyerahkan uang kompensasi sejumlah Rp.
6.400.000.000 (Enam milyar empat ratus juta rupiah) kepada PT. RES di
dalam membuat jalan, membuat parit, menyiapkan barak dan perkantoran
yang ada di areal PT RES;
5. Bahwa uang yang Rp. 6.400.000.000 (Enam milyar empat ratus juta
rupiah) tersebut tidak pernah dibayarkan oleh PT. CLS kepada PT. RES
baik yang ditransfer ke rekening PT. RES maupun yang diterima tunai.
Jika ada Akte Notaris seolah-olah telah ada pembayaran dan juga ada
kwiitansi yang ditandatangani seolah-olah ada penerimaan uang tetapi
Hal 49 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
uangnya tidak pernah diterima. Tentu ini adalah perbuatan penipuan yang
dalam waktu dekat akan dibuat pengaduan kepada pihak kepolisian
6. Bahwa di dalam perjanjian tersebut juga kewajiban PT. CLS (Tergugat I)
untuk menyiapkan semua dokumen dokumen sebagai syarat penerbitan
Sertipikat Hak Guna Usaha keatas nama PT. RES (Penggugat);
7. Bahwa banyak hal-hal yang tidak dipenuhi oleh Tergugat I maupun
Tergugat lainnya terkecuali Tergugat VII dan Tergugat VIII yang sama
sekali membuktikan Tergugat I tidak jujur daiam membuat perjanjian.
Sebab uang sejumlah 6.400.000.000 (Enam milyar empat ratus juta
rupiah) tersebut tidak pernah diberikan kepada Penggugat yang ada
hanya bukti-bukti kertas. Begitu juga mengenai penyelesaian Sertipikat
Hak Guna Usaha ke Badan pertanahan atas nama PT. RES sampai saat
ini belum pernah terbit;
8. Bahwa atas perbuatan Tergugat I tersebut yang tidak menjalankan
perusahaan secara transparans untuk melihat kinerja dari Tergugat I,
maka Tergugat VII sebagai Komisaris Utama melakukan Rapat Dewan
Komisariis dan juga membuat Keputusan Dewan Komisaris yang
menindak pengurus PT. CLS;
9. Bahwa pemberhentian sementara dereksi PT. CLS tersebut telah
disampaikan oleh Tergugat VII kepada Menteri Hukum dan HAM Rl pada
tanggai 28 Desember 2009 No. 026/SB/CLS-HO/komut/XlI/2009;
10. Bahwa dengan melihat kinerja daripada pengurus PT. CLS dan juga
sampai saat ini tidak diselesaikan materi-materi dalam perjanjian tanggal
1 Maret 2005, maka telah terbukti Tergugat I bersama dengan Tergugat
II, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama telah melakukan perbuatan wanprestasi. Sebab tidak ada
memberikan penjelasan hasil penjualan buah sawit yang 1.800 Ha dan
juga jumlah uang yang diperuntukkan pembangunan kebun yang luasnya
3.200 Ha. Begitu juga tidak menyelesaikan Sertifikat Hak Guna Usaha
atas nama PT. RES;
11. Bahwa perhitungan yang dibuat oleh Penggugat pada posita point 7 yang
menyatakan secara hukum Tergugat I maupun para Tergugat lainnya
telah menguasai uang sejumlah Rp. 51.714.435.120 (Lima puluh satu
milyar tujuh ratus empat belas juta empat ratus tiga puluh lima ribu
seratus dua puluh rupiah). Dengan ini secara tegas Tergugat VII
menyatakan dimana Tergugat VII tidak ikut menguasai uang tersebut.
Hal 50 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Tetapi uang tersebut berada pada kekuasaan Tergugat I, Tergugat II,
Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V;
12. Bahwa perhitungan yang dibuat oleh Penggugat pada posita point 8 yang
menyatakan secara hukum Tergugat I maupun para Tergugat lainnya
telah menguasai uang sejumlah RP. 48.000.000.000 (empat puluh
delapan milyar rupiah). Dengan ini secara tegas Tergugat VII
menyatakan dimana Tergugat VII tidak ikut menguasai uang tersebut.
Tetapi uang tersebut berada pada Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III,
Tergugat IV dan Tergugat V;
13. Bahwa dari sisa uang Rp. 48.000.000.000 (Empat puluh delapan milyar
rupiah) tersebut yang jumlah Rp. 3.714.435.120 (Tiga milyar tujuh ratus
empat belas juta empat ratus tiga puluh lima ribu seratus dua puluh
rupiah) dimana Tergugat VII tidak ada menguasainya, tetapi yang
menguasainya adalah Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV
dan Tergugat V, maka wajib dihukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III,
Tergugat IV dan Tergugat V untuk mengembalikan uang tersebut kepada
Penggugat;
14. Bahwa semua perhitungan yang diajukan oieh Penggugat didaiam
gugatannya yang menurut pengetahuan Tergugat VII adalah telah sesuai
karena Tergugat VII adaiah memahami sedikit banyaknya tentang hasil
perkebunan, maka untuk wajar dihukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat
Ill, Tergugat IV dan Tergugat V baik sendiri-sendiri maupun bersama-
sama untuk membayar kerugian PT. RES sejumlah Rp. 3.714.435.120
(Tiga milyar tujuh ratus empat belas juta empat ratus tiga puluh lima ribu
seratus dua puluh rupiah);
II. JAWABAN TERGUGAT VIII (PT. RINA CIPTA SAUDARA) 1. Bahwa segala sesuatu yang diuraikan didalam gugatan Penggugat
adalah seluruhnya benar dan tidak perlu lagi dibantah;
2. Bahwa Tergugat VIII (PT. Rina Cipta Saudara) adalah sebagai
pemegang saham di Badan Hukum Tergugat I dengan jumlah saham
sebesar 5.000 saham dengan nilai nominal Rp. 2.500.000.000 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sesuai dengan Akta Notaris Edison
Jingga, SH tanggal 19 Desember 2007 No. 145;
3. Bahwa Tergugat VIII sebagai pemegang saham PT. CLS benar ada
mengetahui perjanjian antara Penggugat dengan Tergugat I pada
tanggal 1 Maret 2005. Isi perjanjian tersebut Penggugat ada
Hal 51 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
menyerahkan areal kebun milik Penggugat seluas 1800 Ha yang telah
menghasilkan dan kemudian 3200 Ha yang telah dibangun
infrastrukturnya seperti jalan, parit dan barak yang harus
dikembangkan Tergugat I untuk perkebunan sawit yang biaya
pengembangannya dikeluarkan dari hasil penjualan kelapa sawit yang
1800 Ha tersebut;
4. Bahwa Tergugat VIII mengetahui dimana penyerahan areal yang
luasnya 3200 Ha yang telah dilakukan pembangunan infrastrukturnya,
maka Tergugat I harus menyerahkan biaya konpensasi kepada
Penggugat sejumlah RP. 6.400.000.000 (enam milyar empat ratus juta
rupiah);
5. Bahwa Tergugat VIII sebagai pemegang saham PT. CLS telah
berulangkali meminta kepada Tergugat I agar memberikan penjelasan
tentang posisi keuangan PT. CLS dan juga kegiatan operasionai PT.
CLS dalam pengembangan kebun yang 3200 Ha dan hasil penjualan
kelapa sawit yang 1800 Ha;
6. Bahwa Tergugat VIII meminta penjeiasan tersebut kepacia Tergugat i
melalui beberapa surat. Tetapi walaupun telah disampaikan surat dan
permintaan secara iisan Tergugat I tetap tidak memberikan
penjelasan, maka pada tanggal 15 Oktober 2009 dan tanggal 31
Oktober 2009 Tergugat VIII mendesak diadakan RUPS PT. CLS;
7. Bahwa karena tidak ada tanggapan dari Tergugat I, maka Tergugat VIII
menyampaikan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri
Pekanbaru tanggai 16 Nopember 2009 yang terdaftar dengan register
No. 68/Pdt/P/ 2009/PN-PBR agar Ketua Pengadilan Negeri Pekanbaru
memanggil Tergugat I untuk memberikan penjelasan mengenai
keberatan Tergugat VIII. Permohonan ini sekarang dalam pemeriksaan
tingkat kasasi di Mahkamah Agung Rl;
8. Bahwa Tergugat VIII sampai saat ini tidak ada menerima penjelasan
baik Iisan maupun tertulis dari Tergugat I maupun dari Tergugat II.
Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V mengenai adanya penyerahan
uang tunai baik secara langsung maupun melalu transfer ke rekening
Bank yang dilakukan Tergugat I kepada Penggugat sejumlah Rp.
6.400.000.000 (enam milyar empat ratus juta rupiah);
9. Bahwa Tergugat VIII tidak ada menerima penjelasan baik secara Iisan
maupun secara tertulis dari Tergugat I maupun dari Tergugat II,
Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V mengenai hasil penjualan
Hal 52 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
buah kelapa sawit milik PT. RES yang luasnya 1800 Ha dan begitu juga
tentang penyelesaian Sertifikat Hak Guna Usaha ke atas nama PT. RES
dengan demikian telah terbukti dari Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III,
Tergugat IV dan Tergugat V melakukan perbuatan wanprestasi kepada
Penggugat;
10. Bahwa Tergugat VIll adalah perusahaan yang bergerak dibidang
perkebunan, maka perhitungan yang diajukan oleh Penggugat untuk
menuntut Tergugat I sejumlah Rp. 3.714.435.120 (Tiga milyar tujuh
empat belas juta empat ratus tiga puluh lima ribu seratus dua puluh
rupiah) adaiah sesuai dan wajar menurut perhitungan:
11.Bahwa jawaban Tergugat VIII ini adalah membenarkan isi gugatan yang
diajukan oleh Penggugat. Sebab Tergugat I belum pernah memberikan
penjelasan kepada Tergugat VIII adanya penyerahan uang dari
Tergugat I kepada Penggugat;
Mengutip dan memperhatikan tentang hal-hal yang tercantum dalam
turunan resmi Pengadilan Negeri Pekanbaru Nomor: 123/Pdt.G/2011/PN.PBR
tanggal 7 Oktober 2013, yang amarnya berbunyi sebagai berikut :
DALAM PROVISI :-Menolak tuntutan provisi Penggugat untuk seluruhnya
DALAM KONVENSI :DALAM EKSEPSI :* Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;
DALAM POKOK PERKARA :1. --------------------------------------------------------------------------------------------------------M
engabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
2. Menyatakan secara hukum tanah seluas 12.650 Ha berikut segala sesuatu
yang ada diatasnya adalah areal pelepasan kawasan hutan untuk Penggugat
yang setempat dikenal dengan di Desa Sontang Kecamatan Kunto
Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Riau d/h Kawasan Kelompok Hutan
Sungai Rokan-Sungai Air Hitam Kabupaten Kampar Propinsi Riau
sebagaimana diuraikan dalam surat Keputusan Menteri Kehutanan tanggal
18 Juni 1991 No 323/KPTS-II/1991;
3. Menyatakan secara hukum Penggugat dan Tergugat I ada melakukan
perjanjian tanggal 1 Maret 2005 yang mengikat kedua belah pihak;
4. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya;
Hal 53 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
DALAM REKONVENSI :DALAM EKSEPSI :* Menolak eksepsi Tergugat Rekonvensi untuk seluruhnya;
DALAM POKOK PERKARA1. Menerima dan mengabulkan gugatan Rekonvensi Para Penggugat
Rekonvensi/Para Tergugat Konpensi untuk sebagian;
2. Menyatakan penyerahan lahan (subrogasi) seluas 5.000 Hektar yang terletak
di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu,
Provinsi Riau dengan kompensasi sebesar Rp. 6.400.000.000,- (enam milyar
empat ratus juta rupiah) tertanggal 30 November 2007 sesuai kwitansi
tertanggal 30 November 2007 berdasarkan Perjanjian tanggal 01 Maret 2005
yang dilegalisir oleh Fransiskus Djoenardi, SH-Notaris di Pekanbaru dengan
Nomor 7556/Leg/2005 adalah sah kuat dan berharga (te gehengen en te
gedogen);
3. Menyatakan Perjanjian No. 15 tanggal 08 Februari 2007 yang dibuat
dihadapan Notaris Edison Jingga, SH dan Akta Perjanjian Kerjasama No. 101
tanggal 17 Maret 2010 yang dibuat dihadapan Notaris Nusyirwan Koto,
SH.,M.Kn adalah sah kuat dan berharga (te gehengen en te gedogen);
4. Menolak gugatan Penggugat rekonvensi/Tergugat konvensi untuk selain dan
selebihnya;
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI :
Membebankan biaya yang timbul sebagai akibat perkara ini kepada kedua
belah pihak berperkara yang hingga saat ini sebesar RP.286.000, (Dua ratus
delapan puluh enam ribu rupiah) ;
Menimbang, bahwa sesuai dengan Akta Penyataan Permohonan Banding
Nomor:123/PDT.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani oleh Panitera
Pengadilan Negeri Pekanbaru, yang menerangkan bahwa pada hari Senin
tanggal 21 Oktober 2013, Kuasa Pembanding I,II,III,IV dan V semula Tergugat
I,II,III,IV dan V, telah menyatakan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri
Pekanbaru Nomor: 123/PDT.G/2011/PN. PBR tanggal 7 Oktober 2013;
Menimbang, bahwa berdasarkan Relaas Pemberitahuan Pernyataan
Banding Nomor: 123/Pdt.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani oleh Jurusita
Pengadilan Negeri Pekanbaru, pengajuan permohonan banding oleh Kuasa
Pembanding I, II, III, IV dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V tersebut diatas,
Hal 54 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
telah diberitahukan secara sah dan seksama kepada Kuasa Terbanding
/Pembanding semula Penggugat pada tanggal 23 Oktober 2013, kepada Turut
Terbanding I semula Tergugat VI pada tanggal 31 Oktober 2013 dan kepada
Turut Terbanding II dan III semula Tergugat VII dan VIII masing-masing pada
tanggal 12 Nopember 2013 ;
Menimbang, bahwa sesuai dengan Akta Pernyataan Permohonan
Banding Nomor: 123/PDT.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani oleh Panitera
Pengadilan Negeri Pekanbaru, yang menerangkan bahwa pada hari Senin
tanggal 4 Nopember 2013, Kuasa Terbanding/Pembanding semula Penggugat
juga telah menyatakan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru
Nomor: 123/PDT.G/2011/PN. PBR tanggal 7 Oktober 2013 ;
Menimbang, bahwa berdasarkan Relaas Pemberitahuan Pernyataan
Banding Nomor: 123/Pdt.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani oleh Jurusita
Negeri Pekanbaru, pengajuan permohonan banding oleh Kuasa Terbanding/
Pembanding semula Penggugat tersebut diatas, telah diberitahukan secara sah
dan seksama kepada Kuasa Pembanding/Terbanding I,II,III,IV dan V semula
Tergugat I,II,III,IV dan V pada tanggal 26 Nopember 2013, kepada Turut
Terbanding I semula Tergugat VI pada tanggal 15 Nopember 2013 dan kepada
Kuasa Turut Terbanding II dan III semula Tergugat VII dan VIII masing-masing
pada tanggal 12 Nopember 2013;
Menimbang, bahwa untuk melengkapi permohanan bandingnya,Kuasa
Pembanding/Terbanding I, II,III, IV dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V telah
mengajukan Memori Banding tertanggal 23 Desember 2013 yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru pada hari Senin tanggal 23
Desember 2013, dimana berdasarkan Relaas Pemberitahuan Penyerahan
Memori Banding Nomor : 123/Pdt.G/2011/PN.PBR, oleh Jurusita Pengadilan
Negeri Pekanbaru, Memori Banding tersebut telah diberitahukan dan diserahkan
secara patut kepada Kuasa Terbanding/Pembanding semula Penggugat pada
tanggal 30 Desember 2013, kepada Turut Terbanding I semula Tergugat VI
pada tanggal 8 Januari 2014 dan kepada Kuasa Turut Terbanding II dan Turut
Terbanding III semula Tergugat VII dan VIII pada tanggal 9 Januari 2014;
Menimbang, bahwa untuk melengkapi permohanan bandingnya,Kuasa
Terbanding/Pembanding semula Penggugat juga telah mengajukan Memori
Hal 55 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Banding tertanggal 23 Desember 2013 yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Pekanbaru pada hari Senin tanggal 30 Desember 2013,
dimana berdasarkan Relaas Pemberitahuan Penyerahan Memori Banding
Nomor : 123/Pdt.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani Jurusita Pengadilan
Negeri Pekanbaru, Memori Banding tersebut telah diberitahukan dan diserahkan
secara patut kepada Kuasa Pembanding/Terbanding I,II, III,IV dan V semula
Tergugat I,II,III,IV dan V pada tanggal 6 Januari 2014, kepada Turut Terbanding
I semula Tergugat VI pada tanggal 8 Januari 2014 dan kepada Kuasa Turut
Terbanding II dan Turut Terbanding III semula Tergugat VII dan VIII pada
tanggal 9 Januari 2014 ;
Menimbang, bahwa untuk menanggapi memori banding dari kuasa
Terbanding/Pembanding semula Penggugat, Kuasa Pembanding/Terbanding
I,II,III, IV dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V, telah mengajukan Kontra
Memori Banding tertanggal 13 Januari 2014 yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Pekanbaru pada tanggal 13 Januari 2014, selanjutnya sesuai
dengan Relaas Pemberitahuan dan Penyerahan Kontra Memori Banding
Nomor : 123/PDT.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani Jurusita Pengadilan
Negeri Pekanbaru, Kontra Memori Banding tersebut telah diberitahukan dan
diserahkan kepada Kuasa Terbanding/Pembanding semula Penggugat pada
tanggal 22 Januari 2014 ;
Menimbang, bahwa untuk menanggapi memori banding dari kuasa
Pembanding/Terbanding I, II, III, IV dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V,
kuasa Terbanding/Pembanding semula Penggugat, juga telah mengajukan
Kontra Memori Banding tertanggal 11 Pebruari 2014 yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru pada tanggal 14 Pebruari 2014,
selanjutnya sesuai dengan Relaas Pemberitahuan dan Penyerahan Kontra
Memori Banding Nomor : 123/PDT.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani
Jurusita Pengadilan Negeri Pekanbaru, Kontra Memori Banding tersebut telah
diberitahukan dan diserahkan kepada Kuasa Pembanding/Terbanding I, II, III, IV
dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V pada tanggal 18 Pebruari 2014 ;
Menimbang, bahwa berdasarkan Relaas Pemberitahuan Memeriksa
Berkas Nomor : 123/PDT.G/2011/PN.PBR, yang ditanda tangani oleh Jurusita
Pengadilan Negeri Pekanbaru, kepada Kuasa Terbanding/Pembanding semula
Penggugat pada tanggal 19 Maret 2014, kepada Kuasa Pembanding/
Hal 56 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Terbanding I,II,III,IV dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V pada tanggal 6
Januari 2014, kepada Turut Terbanding I semula Tergugat VI pada tanggal 8
Januari 2014 dan kepada Kuasa Turut Terbanding II dan Turut Terbanding III
semula Tergugat VII dan VIII pada tanggal 9 Januari 2014, telah diberi
kesempatan untuk mempelajari berkas perkara (inzage) di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Pekanbaru, sebelum berkas perkara tersebut dikirimkan ke
Pengadilan Tinggi Pekanbaru untuk diperiksa dalam tingkat banding;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA :
Menimbang, bahwa permohonan banding dari Kuasa Pembanding I,II,III,IV
dan V/Terbanding I,II,III,IV dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V dan
permohonan banding dari Kuasa Terbanding/Pembanding semula Penggugat,
diajukan dalam tenggang waktu dan tata cara serta syarat-syarat yang
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, maka permohonan banding
tersebut, secara formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa Pengadilan Tinggi setelah memeriksa dan meneliti
secara cermat dan seksama berkas perkara beserta turunan resmi putusan
Pengadilan Negeri Pekanbaru tanggal 7 Oktober 2013 Nomor :
123/Pdt.G/2011/PN.PBR dan pula telah membaca memori banding yang
diajukan kedua belah pihak yang berperkara baik yang semula Tergugat I, II, III,
IV dan V maupun oleh semula selaku Penggugat dan surat kontra memori
banding yang diajukan oleh kedua belah pihak pada pokoknya adalah sebagai
berikut :
1. Pembanding/Terbanding semula Tergugat I,II,III IV dan V menyatakan pada
pokoknya :
- Bahwa atas putusan a quo para pembanding yang dahulunya/semula
adalah para Tergugat Konvensi/Para Penggugat Rekonvensi telah merasa
dirugikan dirugikan kepentingan hukumnya dimana Pengadilan Negeri Kelas
I A Pekanbaru telah sangat keliru dalam memutus perkara a quo dan tidak
menerapkan hukum sebagaimana mestinya telah menjadikan keyakinan
Hakim sebagai alasan dalam memutus perkara perdata dan juga tidak
mempertimbangkan bukti serta fakta yang terungkap dipersidangan secara
lengkap ;
Hal 57 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
- Memohon agar Pengadilan Tinggi menerima permohonan bandingnya dan
membatalkan putusan Pengadilan Negeri Kelas I A Pekanbaru Nomor :
123/Pdt.G/2011/PN.PBR tanggal 7 Oktober 2013 seraya menolak gugatan
Penggugat seluruhnya dan mengabulkan gugatan Rekonpensi dari
Pembanding/semula Tergugat seluruhnya ;
2. Terbanding/Pembanding/semula Penggugat pada pokoknya :
- Bahwa Pengadilan Negeri Pekanbaru membuat keputusan sangat subjektif
dan tidak adil serta merugikan kepentingan hukum pembanding ;
- Bahwa keputusan dalam perkara a quo dalam tingkat pertama sangat
berkontradiksi antara putusan konpensi dan putusan rekonpensi, sehingga
amar putusan tersebut jelas tidak adil dan bertindak subjektif ;
- Bahwa perbuatan Terbanding I yang telah melakukan wanprestasi yaitu
tidak memenuhi Perjanjian tanggal 1 Maret 2005 Nomor : 7556/LEG/2005
yang dibuat dihadapan Notaris Fransiskus Djoenardi, SH Pembanding
semula Penggugat sangat keberatan atas perbuatan wanprestasi tersebut ;
- Bahwa Pengadilan Negeri Pekanbaru tidak menguraikan dalam putusannya
bagian yang dilaksanakan dan bagian yang tidak dilaksanakan oleh
Terbanding/Semula Tergugat ;
- Bahwa kewajiban Terbanding I/Semula Tergugat I tersebut pada Perjanjian
tanggal 1 Maret 2005, dimana ada 5 (lima) kewajiban Terbanding I/Tergugat
I tidak ada diadili maupun dipertimbangkan oleh judex factie dalam
persidangan tingkat pertama di Pengadilan Negeri Pekanbaru ;
- Pembanding/Semula Penggugat memohon agar Pengadilan Tinggi
Pekanbaru membatalkan putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru tanggal 7
Oktober 2013 dalam perkara Nomor : 123/Pdt.G/2011/PN.PBR dan
mengadili sendiri dan memutus mengabulkan gugatan Penggugat untuk
seluruhnya serta menghukum para Tergugat untuk membayar segala biaya
yang timbul dalam perkara ini ;
Menimbang, bahwa atas memori banding dari kedua pihak baik semula
sebagai Penggugat maupun semula sebagai para Tergugat masing-maisng
telah mengajukan kontra memori banding yang pada pokoknya :
1. Kontra Memori Banding dari semula Tergugat/Pembanding/Terbanding
adalah pada pokoknya merupakan pengulangan pada jawab menjawab tidak
ada hal-hal baru yang prinsip ;
Hal 58 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
2. Kontra Memori Banding dari semula Penggugat/Pembanding adalah juga
merupakan pengulangan pada jawab menjawab tetapi ada membahas
mengenai surat Bupati Rokan Hulu dan surat Gubernur Riau atas tanah
seluas 12.650 Ha yang menjadi objek sengketa serta mengutarakan adanya
sifat subjektif dari Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu serta berkeberatan
atas PT. Riau Anugerah Sentosa (RAS) yang menguasai sebagian lahan
tersebut ;
Menimbang, bahwa setelah mempelajari pertimbangan hukum Hakim
Tingkat Pertama pada Pengadilan Negeri Pekanbaru dalam memutus perkara
ini Pengadilan Tinggi tidak sependapat sebab dengan cara dan pola pikir Hakim
Tingkat Pertama tersebut bila dilihat amar putusannya tidak menyelesaikan
perkara ini secara tuntas menurut hukum, maka oleh sebab itu Pengadilan
Tinggi akan membatalkan putusan Hakim Tingkat Pertama tersebut dengan
mengadili sendiri dengan pertimbangan sebagai berikut :
DALAM PROVISI :
Menimbang, bahwa oleh karena pertimbangan Hakim Tingkat Pertama
sudah tepat dan benar maka Pengadilan Tinggi mengambil alih pertimbangan
Hakim Tingkat Pertama tersebut menjadi dasar pertimbangannya dan
menyatakan tuntutan provisi harus ditolak ;
DALAM KONPENSI :DALAM EKSEPSI :
Menimbang, bahwa dari 8 (delapan) hal yang menjadi alasan Eksepsi
dari para Tergugat menurut Pengadilan Tinggi pertimbangan Hakim Tingkat
Pertama sudah tepat dan benar, maka pertimbangan tersebut diambil alih oleh
Pengadilan Tinggi menjadi pertimbangannya dan menyatakan menolak seluruh
Eksepsi dari para Tergugat ;
DALAM POKOK PERKARA :
Menimbang, bahwa dalam pokok perkara Pengadilan Tinggi sependapat
dengan apa yang telah dipertimbangkan oleh Hakim Tingkat Pertama karena
pertimbangan Hakim Tingkat Pertama pada pokoknya sudah tepat sehingga
Hal 59 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
apa yang sudah diputus oleh Hakim Tingkat Pertama dalam putusannya diambil
alih menjadi pertimbangan dan putusan Pengadilan Tinggi ;
Menimbang, bahwa menurut pengamatan Pengadilan Tinggi ada
beberapa hal yang harus dimuat lagi dalam pertimbangan Hakim Tingkat
Pertama tersebut, agar putusan dalam perkara ini mempunyai daya paksa untuk
di eksekusi kelak demi tuntasnya perkara ini secara adil menurut hukum,
sehingga harus termuat dalam amar putusan yang akan disebutkan nanti dalam
amar putusan ini setelah diberi pertimbangan yang jelas ;
Menimbang, bahwa bila diteliti dengan seksama ama rputusan Hakim
Tingkat Pertama tersebut tidak mempertimbangkan apakah para pihak telah
melaksanakan perjanjian tanggal 1 Maret 2005 tersebut, sementara dalam amar
putusannya dalam pokok perkara angka 3 (tiga) menyatakan secara hukum
Penggugat dan Tergugat I ada melakukan perjanjian tanggal 1 Maret 2005 yang
mengikat kedua belah pihak ;
Menimbang, bahwa apabila dicermati secara teliti dan mendalam justru
sumber sengketa dalam perkara ini ialah : “ menurut Penggugat, Tergugat I
telah melakukan perbuatan Wanprestasi karena tidak memenuhi perjanjian
tanggal 1 Maret 2005 ;
Menimbang, bahwa oleh karena itu Pengadilan Tinggi akan memberi
pertimbangan apakah benar Tergugat I telah melakukan Wanprestasi atas
perjanjian tanggal 1 Maret 2005 tersebut ;
Menimbang, bahwa bila diteliti isi perjanjian tersebut terkandung di
dalamnya bahwa Tergugat I berkewajiban mengurus perijinan areal kebun milik
Penggugat keatas nama Penggugat bukan semata-mata Tergugat I hanya
mengolah areal yang 5000 Ha (lihat bukti P.4 dan T.6) dan jawaban Tergugat
VII dan VIII ;
Menimbang, bahwa akan tetapi Tergugat I tidak bisa membuktikan telah
mengurus perijinan areal kebun itu keatas nama Penggugat, maka menurut
Pengadilan Tinggi Tergugat I telah terbukti bahwa Tergugat I tersebut
melakukan Wanprestasi atas perjanjian tanggal 1 Maret 2005 tersebut, oleh
Hal 60 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
karena itu petitum gugatan Penggugat pada angka 5 (lima) dalam pokok
perkara dapat dikabulkan ;
Menimbang, bahwa petitum angka 6 (enam) gugatan Penggugat dalam
pokok perkara meminta agar perjanjian tanggal 1 Maret 2005 sejak tanggal 8
Pebruari 2007 dinyatakan batal demi hukum karena Tergugat I tetap
mengalihkan kebun Penggugat tersebut kepada pihak lain, menurut Pengadilan
Tinggi dapat pula dikabulkan dengan alasan karena Tergugat I telah dinyatakan
Wanprestasi maka sesuai Pasal 1206 KUH Perdata syarat batal dianggap
selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik, andaikata salah satu
pihak tidak memenuhi kewajibannya, oleh karena itu pengalihan areal kebun
tersebut kepada pihak ketiga harus dinyatakan batal demi hukum ;
Menimbang, bahwa atas dasar permintaan pembatalan tersebut, karena
cukup alasan secara hukum maka petitum tersebut menurut Pengadilan Tinggi
dapat dikabulkan ;
Menimbang, bahwa demikian juga tentang petitum gugatan Penggugat
angka 11 (sebelas) dalam pokok perkara dimana Penggugat minta agar
menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik secara
bersama-sama maupun sendiri untuk menyerhakan pengelolaan kebun milik
Penggugat seluas 1.800 Ha dan seluas 3.200 Ha kepada Penggugat dalam
keadaan baik dan aman tanpa gangguan dari pihak manapun harus juga
dikabulkan sebab pihak Tergugatlah yang Wanprestasi dan dengan telah
dibatalkan perjanjian tanggal 1 Maret 2005 sebagaimana telah dipertimbangkan
diatas, maka status lahan kebun kembali kepada Penggugat dan sesuai pula
dengan hasil putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang telah
dilaksanakan oleh Kementerian Kehutanan ;
Menimbang, bahwa terhadap petitum gugatan Penggugat pada angka 17
(tujuh belas) agar para Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV,
dihukum untuk membayar uang paksa (dwangsoom) sebesar Rp.
1.000.000.000,- ( satu milyar rupiah) setiap bulan kepada Penggugat dengan
tunai dan kontan atas keterlambatan dalam memenuhi keputusan dalam
perkara ini yang telah berkekuatan hukum tetap, menurut Pengadilan Tinggi
agar para Tergugat I, II, III dan IV tersebut tidak bermain-main dalam
melaksanakan putusan ini serta tidak menunda-nunda pelaksanaan putusan
Hal 61 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
dalam perkara ini setelah berkekuatan hukum tetap, maka petitum atas uang
paksa (dwangsoom) ini harus dikabulkan tetapi jumlahnya menurut Pengadilan
Tinggi cukup sebesar Rp. 20.000.000,- ( dua puluh juta rupiah) setiap hari ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut
diatas maka Pengadilan Tinggi berpendapat bahwa putusan Pengadilan Negeri
Pekanbaru Nomor : 123/Pdt.G/2011/PN.PBR tanggal 7 Oktober 2013, haruslah
dibatalkan dan Pengadilan Tinggi akan mengadili sendiri sebagaimana tersebut
dalam amar putusan dibawah ini ;
DALAM REKONPENSI :DALAM EKSEPSI :
Menimbang, bahwa alasan dan pertimbangan putusan Hakim Tingkat
Petama dalam Eksepsi ini pada pokoknya sudah tepat dan benar maka
pertimbangan tersebut diambil alih menjadi pertimbangan Pengadilan Tinggi ;
DALAM POKOK PERKARA :
Menimbang, bahwa terhadap pertimbangan Hakim Tingkat Pertama
terhadap gugatan Rekonpensi dalam pokok perkara Pengadilan Tinggi tidak
sependapat sebagai sebagaimana telah dipertimbangkan pada pertimbangan
Konpensi dalam pokok perkara bahwa Penggugat Rekonpensi/Tergugat
Konpensi telah dinyatakan Wanprestasi atas perjanjian tanggal 1 Maret 2005
yang tidak mengurus perijinan areal perkebunan ke atas nama Penggugat
Konpensi/Tergugat Rekonpensi sehingga pertimbangan dan putusan atas
Rekonpensi haruslah dibatalkan dan harus ditolak ;
Menimbang, bahwa Pengadilan Tinggi dalam menyikapi alasan-alasan
banding dari semula Tergugat I, II, III, IV dan V karena alasan yang tercantum
didalam memori banding tersebut dipandang tidak beralasan menurut hukum,
maka alasan banding dari Pembanding/Terbanding/ Semula Tergugat I, II, III, IV
dan V haruslah dinyatakan ditolak ;
Menimbang, bahwa terhadap memori banding Terbanding/Pembanding/
Semula Penggugat karena ada hal-hal yang dipertimbangkan cukup, oleh
karena itu Pengadilan Tinggi akan mengabulkan sebagian dari gugatan
Penggugat/Terbanding/Pembanding tersebut ;
Hal 62 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
Menimbang, bahwa oleh karena Pembanding/Terbanding I, II, III, IV dan
V/Semula Tergugat I, II, III, IV dan V berada pada pihak yang kalah, maka
mereka dihukum untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan ;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasan Kehakiman ;
2. Undang-Undang Nomor : 8 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor : 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum;
3. Reglement Hukum Acara Perdata Daerah Luar Jawa dan Madura,
Khususnya pada 199-205 ;
4.Dan Peraturan lainnya yang bersangkutan ;
M E N G A D I L I :
-- Menerima permohonan banding dari Tergugat I, II, III, IV, V Konvensi/
Penggugat Rekonvensi dan permohonan banding dari Penggugat
Konvensi/Tergugat Rekonvensi;
-- Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru Nomor : 123/ Pdt.G/
2011/PN.PBR tanggal 7 Oktober 2013, yang dimohonkan banding tersebut ;
DENGAN MENGADILI SENDIRI :
Dalam Provisi :--Menolak tuntutan Provisi Penggugat untuk seluruhnya ;
Dalam Konvensi :Dalam Eksepsi : --Menolak Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya ;
Dalam Pokok Perkara :1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian ;
2. Menyatakan secara hukum tanah seluas 12.650 Ha berikut segala sesuatu
yang ada diatasnya adalah areal pelepasan kawasan hutan untuk Penggugat
yang setempat dikenal dengan di Desa Sontang, Kecamatan Kunto
Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu Riau d/h Kawasan Kelompok Hutan
Sungai Rokan-Sungai Air Hitam Kabupaten Kampar Propinsi Riau
Hal 63 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
sebagaimana diuraikan dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan tanggal
10 Juni 1991 Nomor : 323/KPTS-II/1991 ;
3. Menyatakan secara hukum Penggugat dan Tergugat I ada melakukan
perjanjian tanggal 1 Maret 2005 yang mengikat kedua belah pihak ;
4. Menyatakan secara hukum Tergugat I telah melakukan perbuatan
Wanprestasi karena tidak memenuhi perjanjian tanggal 1 Maret 2005 ;
5. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk menyerahkan pengelolaan
kebun milik Penggugat seluas 1.800 Ha dan seluas 3.200 Ha kepada
Penggugat dalam keadaan baik dan aman tanpa gangguan dari pihak
manapun ;
6. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV untuk
membayar uang paksa (dwangsoom) sebesar Rp. 20.000.000,- ( dua puluh
juta rupiah) setiap hari kepada Penggugat dengan tunai dan kontan atas
keterlambatan dalam memenuhi keputusan dalam perkara ini yang telah
berkekuatan hukum tetap ;
7. Menolak gugatan Penggugat untuk selian dan selebihnya ;
Dalam Rekonvensi :Dalam Eksepsi :--Menolak Eksepsi Tergugat Rekonvensi untuk seluruhnya :
Dalam Pokok Perkara :--Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya ;
Dalam Konvensi dan Rekonvensi :--Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V
dalam Konvensi/Penggugat I, Penggugat II, Penggugat III, Penggugat IV dan
Penggugat V dalam Rekonvensi secara tanggung renteng untuk membayar
biaya perkara yang timbul dalam kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat
banding sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan pada hari Rabu tanggal 3 Desember 2014 dalam
musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru dengan susunan
YOHANNES ETHER BINTI, SH.,MHum sebagai Hakim Ketua, ANTHONY SYARIEF, SH dan NELSON SAMOSIR, SH.,MH masing-masing sebagai
Hakim Anggota, yang ditunjuk untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dalam
tingkat banding berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Pekanbaru
tanggal 17 September 2014 Nomor: 130/Pen.Pdt/2014/ PT.PBR, putusan
mana pada hari Rabu Tanggal 10 Desember 2014 telah diucapkan dalam
persidangan yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua dengan dihadiri oleh
Hal 64 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR
para Hakim Anggota tersebut diatas, dengan dibantu oleh TABRANI,SmHk
Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi Pekanbaru, tanpa dihadiri oleh
kedua belah pihak yang berperkara dan kuasanya.
HAKIM ANGGOTA, HAKIM KETUA,
NELSON SAMOSIR, SH.,MH YOHANNES ETHER BINTI, SH.,MHum
ANTHONY SYARIEF,SH
PANITERA PENGGANTI,
TABRANI,SmHk Biaya proses :1.Meterai ………………. Rp. 6.000,-2.Redaksi ……………… Rp. 5.000,-3.Biaya Administrasi …. Rp.139.000,- Jumlah ………………. Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah)