PUTUSAN -...

65
Hal 1 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR PUTUSAN NOMOR : 130/PDT/2014/PT.PBR DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA; Pengadilan Tinggi Pekanbaru yang memeriksa dan mengadili perkara- perkara perdata dalam peradilan tingkat banding telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dibawah ini dalam perkara antara : 1. CITRA LESTARI SEMESTA ( PT.CLS ), Pengurusnya yang bernama SUTOMO RYADY, HENDRA TANADI dan RICKY TAN, yang berkedudukan di Jalan Setia Budi No. 68 Pekanbaru, selanjutnya disebut sebagai PEMBANDING I/TERBANDING I semula TERGUGAT I; 2. DEDDY HANDOKO ALIMIN, sebagai Pemegang Saham dan Komisaris PT.CLS, Alamat di Jalan Tanjung Datuk No. 85 RT 02 RW 02, Kelurahan Pesisir, Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru Propinsi Riau, selanjutnya disebut sebagai PEMBANDING II/TERBANDING II semula TERGUGAT II; 3. HENDRA TANADI, sebagai Pemegang Saham dan Direktur I PT.CLS, Alamat Jalan Gelong Baru Tengah No. 11RT 03 RW 02, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat, selanjutnya disebut sebagai PEMBANDING III/TERBANDING III semula TERGUGAT III. 4. SUTOMO RYADY, sebagai Pemegang Saham dan Direktur Utama PT.CLS, Alamat KH Fachrudin 36 Blok A-8 RT 006 RW 006, Kelurahan Kampung Bali, Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat, selanjutnya sebut sebagai PEMBANDING IV/TERBANDING IV semula TERGUGAT IV ; 5. RICKY TAN, sebagai Pemegang Saham dan Direktur II PT.CLS, alamat Jalan Pluit Mas Blok P/3RT 007 RW 018, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, selanjutnya disebut sebagai PEMBANDING V/ TERBANDING V semula TERGUGAT V;

Transcript of PUTUSAN -...

Hal 1 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

PUTUSANNOMOR : 130/PDT/2014/PT.PBR

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA;

Pengadilan Tinggi Pekanbaru yang memeriksa dan mengadili perkara-

perkara perdata dalam peradilan tingkat banding telah menjatuhkan putusan

sebagai berikut dibawah ini dalam perkara antara :

1. CITRA LESTARI SEMESTA ( PT.CLS ), Pengurusnya yang bernama

SUTOMO RYADY, HENDRA TANADI dan RICKY TAN,yang berkedudukan di Jalan Setia Budi No. 68 Pekanbaru,

selanjutnya disebut sebagai PEMBANDING I/TERBANDING I semula TERGUGAT I;

2. DEDDY HANDOKO ALIMIN, sebagai Pemegang Saham dan Komisaris

PT.CLS, Alamat di Jalan Tanjung Datuk No. 85 RT 02

RW 02, Kelurahan Pesisir, Kecamatan Lima Puluh Kota

Pekanbaru Propinsi Riau, selanjutnya disebut sebagai

PEMBANDING II/TERBANDING II semula TERGUGAT II;

3. HENDRA TANADI, sebagai Pemegang Saham dan Direktur I PT.CLS, Alamat Jalan Gelong Baru Tengah No. 11RT 03 RW 02,

Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan

Jakarta Barat, selanjutnya disebut sebagai PEMBANDING III/TERBANDING III semula TERGUGAT III.

4. SUTOMO RYADY, sebagai Pemegang Saham dan Direktur Utama

PT.CLS, Alamat KH Fachrudin 36 Blok A-8 RT 006 RW

006, Kelurahan Kampung Bali, Kecamatan Tanah Abang

Jakarta Pusat, selanjutnya sebut sebagai PEMBANDING IV/TERBANDING IV semula TERGUGAT IV ;

5. RICKY TAN, sebagai Pemegang Saham dan Direktur II PT.CLS, alamat Jalan Pluit Mas Blok P/3RT 007 RW 018, Kelurahan

Pejagalan, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara,

selanjutnya disebut sebagai PEMBANDING V/ TERBANDING V semula TERGUGAT V;

Hal 2 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Dalam hal ini Pembanding I s/d V/Terbanding I s/d V

semula I s/d V, diwakili Kuasanya Tuan RUSDI ZEN, SH, Tuan KHAIRUS, SH, Tuan DESMAN RAMADHAN, SH, Tuan AFRINALDI, SH dan Tuan DEFIKA YUFIANDRA, SH Para Advokat/Pengacara yang berkantor di Graha

Sucofindo Lt.2 Jalan Ahmad Yani No.79 Pekanbaru,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 18 Oktober

2013 No : 26, 27, 28, 29 dan 30 yang dibuat dihadapan

NUSYIRWAN KOTO, SH, M.Kn Notaris & PPAT Kota

Pekanbaru, dan telah didaftarkan di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Pekanbaru pada hari senin tanggal 21

Oktober 2013 masing-masing No. 532,533,534,535 dan

536/SK/2013/ PN. PBR ;

MELAWAN :

PT. ROKAN ERASUBUR PLANTATIONS (PT. RES) yang diwakili oleh Direktur

Utama DINGOT SIMARMATA beralamat di Jalan Kolonel

Yos Sudarso KM 6,8 Medan, dalam hal ini diwakili kuasa

hukumnya H.M.K ALDIAN PINEM,SH.,MH, MUSKARBED TUJUH DELAPAN, SH.,MH, MUS MULYADI, SH, SURANTA RAMSES TARIGAN, SH.,MH, ANDREAS TARIGAN, SH.,MH, TOMMY BELLYN WIRYADI,SH, Para Advokat/Pengacara dari "KANTOR HUKUM PHP"

alamat Jalan K.H.Wahid Hasyim No.100 Medan dan Jalan

Arifin Ahmad No.100 Pekanbaru,berdasarkan Surat Kuasa

Khusus Tgl.1 Nopember 2013, yang telah terdaftar di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru pada hari

Senin tanggal 4 Nopember 2013 No :576/SK/2013/

PN.PBR, selanjutnya disebut sebagai TERBANDING/ PEMBANDING semula PENGGUGAT;

Dan 1. NOTARIS FRANSISKUS DJOENARDI, SH, beralamat Jalan Teuku Umar

No. 31 A Pekanbaru, selanjutnya disebut sebagai TURUT TERBANDING I semula TERGUGAT VI ;

2. KARIM TANO TJANDRA, sebagai Pemegang Saham dan Komisaris

Utama PT.CLS, Alamat Jalan Tilak No.83/45 RT 031 RW

Hal 3 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

015, Kelurahan Sei Rangas, Kecamatan Medan Kota,

selanjutnya disebut sebagai TURUT TERBANDING II semula TERGUGAT VII;

3. PT.RINA CIPTA SAUDARA, sebagai Pemegang Saham PT.CLS yang dalam

hal ini diwakili oleh Direktur Utama BILL DOHAR MARULI SILALAHI yang berkedudukan di Jalan Jenderal

Sudirman Kav. 86 Jakarta, selanjutnya disebut sebagai

TURUT TERBANDING III semula TERGUGAT VIII ;

PENGADILAN TINGGI TERSEBUT;

Telah membaca :

1. Surat Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Pekanbaru tanggal 17 September

2014 Nomor: 130/Pen.Pdt/2014/PT.PBR, tentang penunjukan Majelis Hakim

yang memeriksa dan mengadili perkara antara kedua belah pihak tersebut

diatas;

2. Berkas perkara berikut surat-surat lainnya yang berhubungan dengan perkara

tersebut serta turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru Nomor :

123/Pdt.G/2011/PN.PBR tanggal 7 Oktober 2013;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA :

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 25

Agustus 2011 setelah diperbaiki dengan surat tertanggal 30 Nopember 2011

yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru dengan

Nomor : 123/Pdt.G/2011/PN.PBR tertanggal 25 Agustus 2011 sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat menguasai areal tanah perkebunan seluas 12.650 Ha

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Tgl. 18 Juni 1991

No.323/Kpts-ll/1991 dan diperbaharui lagi dengan Surat Keputusan Menteri

Kehutanan Rl Tgl. 11 Oktober 2010 No. SK 575/Menhut-ll/2010 yang

berlokasi setempat dikenal dengan Desa Sontang Kecamatan Kunto

Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau d/h Kawasan Hutan

Sungai Rokan-Sungai Air Putih Kabupaten Kampar Propinsi Riau;

2. Bahwa sejak Penggugat memperoleh ijin tersebut Tahun 1991, dimana

Penggugat telah melakukan pengembangan dan penanaman kelapa sawit

Hal 4 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

di areal tersebut seluas 1.800 Ha dan pada tahun 2005 telah berumur lebih

kurang 8 Tahun dan telah menghasilkan ;

3. Bahwa kebun sawit milik Penggugat yang luas 1.800 Ha diperjanjikan

Penggugat dengan Tergugat I dengan perjanjian Tgl. 1 Maret 2005 yang

mana dalam perjanjian tersebut agar Tergugat I melakukan pengelolaan

kebun sawit milik Penggugat seluas 1.800 Ha dan juga melanjutkan

pembangunan penanaman kebun sawit milik Penggugat terhadap areal

yang luasnya 3.200 Ha yang diluar areal 1.800 Ha, tetapi masih dalam

areal yang seluas 12.650 Ha ;

4. Bahwa perjanjian antara Penggugat dengan Tergugat I pada Tanggal

1 Maret 2005 yang dilegalisasi dihadapan Notaris Fransiskus Djoenardi

(Tergugat VI) Tgl. 1 Maret 2005 No.7556/Leg/2005 yang materi perjanjian-

nya meliputi;

Lahan seluas 1.800 Ha diserahkan Penggugat kepada Tergugat I untuk

dikelola ;

Lahan seluas 3.200 Ha diserahkan Penggugat kepada Tergugat I untuk

dikelola dengan kompensasi Rp. 6.400.000.000, ;

Tergugat I berkewajiban mengurus perijinan areal kebun milik Penggugat

keatas nama Penggugat;

Tergugat I berkewajiban mengeluarkan pihak-pihak yang menguasai

sebagian areal milik Penggugat ;

5. Bahwa semua yang menjadi kewajiban Tergugat I yang sampai saat ini

belum dipenuhi Tergugat I, maka Tergugat I telah melakukan perbuatan

wanprestasi yang merugikan Penggugat. Seperti Tergugat I tidak

menyelesaikan sertifikat HGU atas nama PT.Rokan Erasubur Plantations

dan kemudian akibat tidak diurus sertifikat HGU tersebut sehingga ijin

Penggugat tersebut dibatalkan oleh Menteri Kehutanan Rl dan kemudian

diajukan gugatan di Pengadilan TUN Jakarta sampai tingkat pemeriksaan

PK dalam register No. 12 PK/TUN/2009 putusan PK tersebut dimana

Penggugat dimenangkan dan telah dilaksanakan eksekusi pada Tgl. 11

Oktober 2010 sehingga terbitlah surat baru kembali yaitu SK Menteri

Kehutanan Rl Tgl. 11 Oktober 2010 No. SK 575/Menhut-l 1/2010 ;

6. Bahwa dalam perjanjian tersebut telah ditetapkan uang kompensasi

sejumlah Rp. 6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah) yang

merupakan kewajiban Tergugat I untuk membayarkan kepada Penggugat

yang sampai saat ini sama sekali tidak dipenuhi oleh Tergugat I. Uang

kompensasi tersebut adalah sebagai uang pengganti kepada Penggugat

Hal 5 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

karena Penggugat telah melakukan pekerjaaan pengorekan parit,

membuat jalan, membersihkan pohon pohon kayu di areal jalan yang

dibangun diatas areal seluas 3.200 Ha tersebut. Tentu sebelum gugatan

ini diajukan wajar menurut hukum Tergugat I berkewajiban untuk

membayar uang kompensasi Rp. 6.400.000.000,- kepada Penggugat.

Tetapi karena tidak ada pembayaran tersebut, maka perjanjian Tgl. 1

Maret 2005 tersebut dalam gugatan ini dituntut untuk dibatalkan ;

7. Bahwa sejak 1 Maret 2005 hasil penjualan buah sawit milik Penggugat dari

areal Perkebunan kelapa sawit seluas 1.800 Ha belum pernah dijelaskan

oleh Tergugat I kepada Penggugat. Begitu juga areal tanah 3.200 Ha yang

telah diserahkan kepada Tergugat I untuk pengelolaan dan pekerjaan

penanaman sawit juga tidak ada penjelasan dari Tergugat I. Atas

perbuatan Tergugat I yang tidak memberikan penjelasan kepada

Penggugat, maka telah terbukti Tergugat I adalah Pengusaha yang tidak

beritikad baik dan telah melakukan perbuatan wanprestasi; -

8. Bahwa belakangan ini Pengugat mengetahui, dimana Tergugat I yang

diwakili oleh Dewan Direksi Hendra Tandi, Ricky Tan dan Sutomo Ryadi

serta disetujui oleh Dewan Komisaris Deddy Handoko Alimin dan Karim

Tano Tjandra mengalihkan kepada pihak lain untuk mengusahakan lahan

perkebunan milik Pengugat tersebut yaitu sejak Tgl. 8 Pebruari 2007.

Pengalihan areal kebun tersebut yang dilakukan oleh Tergugat I kepada

pihak Iain, maka telah terbukti Tergugat I melakukan perbuatan

wanprestasi karena tidak mampu melakukan pekerjaannya ;

9. Bahwa akibat Tergugat I telah melakukan perbuatan wanprestasi dan uang

hasil penjualan buah sawit milik Penggugat sejumlah Rp. 51.714.435.120,- (Lima puluh satu milyar tujuh ratus empat belas juta

empat ratus tiga puluh lima ribu seratus dua puluh rupiah) tetap dikuasai

Tergugat I bersama dengan Para Tergugat lainnya baik sendiri-sendiri

maupun bersama-sama, maka Penggugat telah mengalami kerugian dari

penjualan buah sawit seluas 1.800 Ha sejak Maret 2005 s/d Tgl. 8 Pebruari

2007 dengan perincian sebagai berikut:

Maret 2005 s/d Desember 2005 :

Hasil produksi sebesar 33.000.000 Kg x Rp. 571,10/Kg

Rp.18.846.300.000,-

Januari 2006 s/d Desember 2006 :

Hasil produksi sebesar 44.100.000 Kg x Rp. 621,94/ Kg =

Rp.27.427.554.000,-

Hal 6 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Januari 2007 s/d Tgl. 8 Pebruari 2007 :

Hasil produksi sebesar 4.992.000 x Rp. 1.089,86 / Kg =

Rp. 5.440.581.120,

10. Bahwa menurut informasi areal kebun Penggugat yang luasnya 3.200 Ha

tersebut sudah dilakukan oleh Tergugat I pengembangan dan penanaman,

maka uang hasil pengembangan tersebut diambil oleh Tergugat I atau

Para Tergugat lainnya dari hasii penjualan sawit yang 1.800 Ha tersebut

yanng setiap hektarnya memerlukan biaya Rp.15.000.000.- sampai kondisi

tanaman buah pasir yang diperhitungkan dari Maret 2005 telah

mengeluarkan uang seluruhnya berjumlah Rp. 48.000.000.000,- dengan

perhitungan 3.200 Ha x Rp. 15.000.000,- per Ha, maka dana yang

alokasikan berjumlah Rp. 48.000.000.000,- (empat puluh delapan milyar rupiah);

11. Bahwa hasil penjualan sawit yang 1.800 Ha yang uangnya dikuasai oleh

Tergugat I dan pengeluaran anggaran untuk penanaman areal yang 3.200

Ha, maka Penggugat mengalami kerugian karena hasil penjualan tersebut

berada dalam kekuasaan Tergugat I ataupun Tergugat lainnya baik secara

sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang dengan perhitungan

Rp.51.714.435.120,- dikurangi Rp.48.000.000.000,- sisanya Rp. 15.590.400. 000,- (lima belas milyar lima ratus sembiian puluh juta empat ratus ribu rupiah). Dengan demikian wajar menurut hukum

Tergugat I atau Para Tergugat lainnya baik secara bersama sama maupun

sendiri-sendiri yang menguasai sisa hasil penjualan sawit milik Penggugat

sejumlah Rp. 3.714.435.120,-(tiga milyar tujuh ratus empat belas juta empat ratus tiga puluh lima ribu seratus dua puluh rupiah) untuk

diserahkan kepada Penggugat secara tunai dan kontan ;

12. Bahwa Tergugat I telah terbukti melakukan wanprestasi, maka wajar

perjanjian Tgl. 1 Maret 2005 yang dilegalisir oleh Tergugat VI Tgl. 1 Maret

2005 No. 7556/Leg/2005 untuk dibatalkan dalam gugatan ini dan wajar

juga menurut hukum Tergugat I atau Para Tergugat lainnya baik sendiri-

sendiri maupun bersama-sama atau orang Iain yang mendapat hak dari

padanya untuk dihukum menyerahkan kebun milik Penggugat yang

dikuasai oleh Tergugat I dan Para Tergugat lainnya yang luasnya 1.800 Ha

ditambah 3.200 Ha dalam keadaan baik dan aman baik serta tanpa ada

gangguan dari pihak manapun ;

13. Bahwa ada kekhawatiran Penggugat atas perbuatan itikad tidak baik dari

Tergugat I maupun Para Tergugat lainnya terhadap keberadaan dan

Hal 7 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

keselamatan tanaman sawit milik Pengugat tersebut dengan adanya

gugatan yang diajukan Penggugat ini, maka wajar kiranya Bapak

Ketua Pengadilan Negeri Pekanbaru atau Majelis Hakim yang

menyidangkan perkara ini untuk membuat putusan provosionil yang

amarnya meliputi :

- Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik

secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri ataupun orang yang

mendapat kuasa darinya untuk tidak memasuki areal kebun milik

Penggugat tersebut,

- Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik

secara bersama sama maupun sendiri-sendiri sejak gugatan ini

didaftarkan untuk tidak melakukan kegiatan atau aktifitas dalam bentuk

apapun diatas areal kebun milik Penggugat dan Menghukum Tergugat I,

Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV untuk tidak melakukan

perikatan apapun terhadap kebun sawit milik Penggugat;

14. Bahwa karena badan hukum Tergugat I kepengurusannya tidak jelas dan

juga assetnya tidak jelas ada yang nyata, maka untuk menghindari

gugatan Penggugat tidak hampa, maka wajar diietakkan sita jaminan

terhadap harta dari perusahaan Tergugat I maupun dari harta Pemegang

Saham daripada PT.Citra Lestari Semesta yang diantaranya rumah Deddy

Handoko Alimin, Hotel Elite di Riau, karaoke MP dan Karaoke Ozon yang

berada di Pekanbaru ;

15. Bahwa yang selama ini bertanggung jawab dan aktif terhadap kegiatan

PT.Citra Lestari Semesta baik sebagai komposisi Pengurus maupun

sebagai Pemegang Saham adalah hanya Tergugat I, Tergugat II, Tergugat

III dan Tergugat IV sedangkan Karim Tano Tjandra (Tergugat VII), PT.Rina

Cipta Saudara (Tergugat VIII) dan Ricky Tan (Tergugat V) Notaris

Fransiskus Djoenardi, S.H (Tergugat VI) tidak aktif dan dikeluarkan dari

pertanggung jawaban hukum ;

16. Bahwa atas keterlambatan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan

Tergugat IV dalam memenuhi keputusan dalam perkara ini yang telah

berkekuatan hukum tetap, maka sangat beralasan menurut hukum

Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV dihukum untuk

membayar uang paksa (dwangsoom) sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu

milyar rupiah) setiap bulan kepada Penggugat dengan tunai dan kontan;

17. Bahwa karena dalam Perjanjian Tgl 1 Maret 2005 yang dilegalisasi oleh

Tergugat VI antara Penggugat dengan Tergugat I ada mencantumkan

Hal 8 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

domisili hukum di Pengadilan Negeri Pekanbaru, maka sesuai dengan

domisili hukum tersebut Penggugat mengajukan gugatan ini di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru;

18. Bahwa oleh karena gugatan Penggugat didasari dengan bukti yang

autentik maka sangat beralasan kiranya putusan dalam perkara ini

dinyatakan dapat dijalankan dengan serta merta meskipun ada banding,

verzet ataupun kasasi;

Bahwa berdasarkan alasan tersebut diatas, Penggugat memohon kepada

Bapak Ketua Pengadilan Negeri Pekanbaru atau Majelis Hakim yang

memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan kiranya membuat putusan, yang

amarnya sebagai berikut:

DALAM PROVISIONIL1. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik secara

bersama-sama maupun sendiri-sendiri ataupun orang yang mendapat kuasa

darinya untuk tidak memasuki areal kebun milik Penggugat tersebut.

2. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik secara

bersama-sama maupun sendiri-sendiri sejak gugatan ini didaftarkan untuk

tidak melakukan kegiatan atau aktifitas dalam bentuk apapun diatas areal

kebun milik Penggugat.

3. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat Ill dan Tergugat IV untuk tidak

melakukan perikatan apapun terhadap kebun sawit milik Penggugat.

DALAM POKOK PERKARA1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;

2. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang diletakkan dalam perkara

ini;

3. Menyatakan secara hukum tanah seluas 12.650 Ha berikut segala sesuatu

yang ada diatasnya adalah milik Penggugat yang setempat dikenal dengan

di Desa Sontang Kecamatan Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Riau

d/h Kawasan Kelompok Hutan Sungai Rokan-Sungai Air Putih Kabupaten

Kampar Propinsi Riau sebagaimana diuraikan dalam Surat Keputusan

Menteri Kehutanan tanggal 18 Juni 1991 No.323/Kpts-ll/1991;

4. Menyatakan secara hukum Penggugat dan Tergugat I ada melakukan

perjanjian Tgl. 1 Maret 2005 yang mengikat kedua belah pihak ;

5. Menyatakan secara hukum Tergugat I telah melakukan perbuatan

wanprestasi karena tidak memenuhi perjanjian Tgl. 1 Maret 2005 ;

Hal 9 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

6. Menyatakan secara hukum Tergugat I mengalihkan kebun milik Penggugat

kepada pihak lain, maka perjanjian Tgl. 1 Maret 2005 sejak Tgl. 8 Pebruari

2007 batal demi hukum ;

7. Menyatakan secara hukum Tergugat I maupun Para Tergugat lainnya baik

sendiri-sendiri maupun bersama-sama telah menguasai uang sejumlah

Rp. 51.714.435.120,- dari hasil penjualan buah sawit milik Penggugat seluas

1.800 Ha dari bulan Maret 2005 s/d Pebruari 2007 ;

8. Menyatakan secara hukum Tergugat I maupun Para Tergugat lainnya baik

sendiri sendiri maupun bersama-sama telah mempergunakan uang sejumlah

Rp. 48.000.000.000,- dan hasil penjualan buah sawit seluas 1.800 Ha untuk

pengembangan dan penanaman areal seluas 3.200 Ha yang seluruhnya

berjumlah Rp. 48.000.000.000,-9. Menyatakan secara hukum Tergugat I maupun Para Tergugat lainnya baik

sendiri-sendiri maupun bersama-sama telah menguasai sisa uang sejumlah

Rp. 3.714.435.120,- dari sisa hasil penjualan buah sawit milik Penggugat

seluas 1.800 Ha ;

10.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik

secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk menyerahkan uang

hasil penjualan buah sawit tersebut sebesar Rp. 3.714.435.120,- kepada

Penggugat secara tunai dan kontan;

11.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV, baik

secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk menyerahkan

pengelolaan kebun milik Penggugat seluas 1.800 Ha dan seluas 3.200 Ha

kepada Penggugat dalam keadaan baik dan aman tanpa gangguan dari

pihak manapun ;

12.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV, baik

secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk melindungi areal kebun

sawit milik Penggugat seluas 1.800 Ha dan seluas 3.200 Ha dalam keadaan

baikdan tidak ada gangguan dari pihak manapun dan menyerahkannya

kepada Penggugat;

13.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV agar tidak

melakukan aktivitas diatas areal perkebunan milik Penggugat dan

menghentikan kegiatan diatas areal kebun milik Penggugat tersebut;

14.Menyatakan perbuatan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV

yang menguasai dan melakukan aktivitas serta menjual hasil kebun milik

Penggugat sejak gugatan ini didaftarkan adalah merupakan perbuatan

melawan hukum ;

Hal 10 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

15.Menyatakan secara hukum Penggugat yang berhak mengelola areal kebun

kelapa sawit seluas 1.800 Ha dan 3.200 Ha yang terletak di di Desa Sontang

Kecamatan Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Riau ;

16.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV ataupun

orang lain yang mendapatkan hak darinya untuk tidak memasuki areal

perkebunan dan juga melakukan aktifitas diatas areal milik Penggugat serta

tidak melakukan perikatan hukum terhadap areal kebun milik Penggugat;

17.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV dihukum

untuk membayar uang paksa (dwangsoom) sebesar Rp. 1.000.000.000,-

(satu milyar rupiah) setiap bulan kepada Penggugat dengan tunai dan

kontan atas keterlambatan daiam memenuhi keputusan dalam perkara ini

yang telah berkekuatan hukum tetap ;

18.Menyatakan putusan ini dapat dijalankan dengan serta merta walaupun ada

banding, verzet dan kasasi;

19.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV untuk

membayar segala biaya biaya yang timbul dalam perkara ini;

20.Jika Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil- adilnya (ex

aequo et bono).

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat I

s/d VI telah mengajukan jawabannya tertanggal 22 Desember 2011, yang pada

pokoknya menyatakan sebagai berikut :

A. DALAM KONVENSI : I. DALAM EKSEPSI :

1. Pengadilan Negeri Pekanbaru Tidak Berwenang Mengadili Perkara in casu;Bahwa Pengadilan Negeri Pekanbaru tidak berwenang mengadili

perkara in casu karena objek gugatan Penggugat dengan tegas dan

jelas pada angka 1 Positanya berbunyi : "Bahwa Penggugat menguasai areal tanah perkebunan seluas 12650 Ha, berlokasi setempat dikenal dengan Desa Sontang Kecamatan KuntoDarussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau";Bahwa Pasal 142 Rbg ayat (5) menyatakan:

"Dalam hal Gugatan tentang benda tidak bergerak (onroerend

goederen), maka gugatan diajukan kepada ketua pengadilan negeri

yang dalam daerah hukumnya terletak benda tidak bergerak itu"; ?????

Hal 11 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Berdasarkan uraian dan alasan-alasan di atas, kiranya telah cukup

dasar bagi Tergugat untuk memohon kepada Majelis Hakim yang

memeriksa perkara ini, kiranya berkenan memutus perkara ini dengan

suatu putusan yang amarnya menyatakan bahwa Pengadilan Negeri

Kelas IA Pekanbaru tidak berwenang mengadili perkara ini dan oleh

karenanya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);

2. Gugatan Penggugat Tumpang Tindih; Bahwa dalam Gugatanya Penggugat telah menggugat PT. CLS

(Tergugat I) dan menggugat pula pribadi-pribadi Tergugat II, Tergugat

III, Tergugat IV, dan Tergugat V,akan tetapi tanpa mengklasifikasikan

secara tegas dan jelas perbuatan apa yang dilakukan oleh subjek

hukum pribadi-pribadi tersebut, sehingga jelas bedanya dengan

perbuatan yang telah dilakukan oleh subjek hukum PT. CLS. Dengan

perkataan lain Penggugat sama sekali tidak menerangkan dan

menguraikan mana perbuatan-perbuatan Tergugat II, III, IV dan V

dalam kualitasnya (qualitate qua) selaku organ PT. CLS vis a vis dalam

rangka memenuhi dienst vevulling dan task vervulling nya dan mana

pula perbuatan-perbuatan mereka selaku pribadi-pribadi yang telah

merugikan kepentingan hukum Penggugat. Ex post facto gugatan justru

diajukan tanpa klasifikasi dimaksud, akibatnya subjek gugatan saling

tumpang tindih satu sama lain, lantaran tidak jelas mana perbuatan

Tergugat dalam kapasitas pribadi dan mana perbuatan Tergugat dalam

kapasitas sebagai organ Tergugat I (PT. CLS);

Bahwa secara yuridis formal dalam suatu gugatan tidak dapat dicampur

adukan antara subjek hukum dalam kapasitas pribadi dengan subjek

hukum dalam kapasitas sebagai organ sebuah perseroan terbatas;

Bahwa berdasarkan fakta hukum dan fakta kasus yang telah Tergugat

kemukakan di atas, maka telah cukup dasar bagi Tergugat memohon

kepada Mejelis Hakim yang terhormat agar menyatakan gugatan in

casu kabur karenanya tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk verklaard);

3. Subjek Gugatan Penggugat Keiiru (Error in Subjecto);Bahwa PT. CLS adalah perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan

Hukum Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Pekanbaru,

Provinsi Riau;

Hal 12 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Bahwa menurut Pasal 1 ayat Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, Perseroan Terbatas adalah BadanHukum (rechts persoon);Bahwa sebagai Badan Hukum (rechts persoon), perseroan terbatas

mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk mendukung hak dan kewajiban yang berdiri sendiri, terpisah dari hak dan kewajiban pribadi-pribadi organ-nya, karena perseroan terbatas adalah legal entity yang memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan

pribadi-pribadi organ-nya. itu sebabnya perseroan terbatas merupakan

persona standi in judicio yang berdiri sendiri, baik di luar maupun di

dalam pengadilan. Namun, lantaran perseroan terbatas itu bukan

manusia (naturlijk persoon), maka sebagai badan hukum (rechts

persoon) hak dan kewajibannya perseroan terbatas dijalankan dengan

bantuan organ-nya ;

Bahwa dijadikannya sebagai Tergugat-Tergugat, DEDDY HANDOKOALIMIN (Tergugat II), HENDRA TANADI (Tergugat III), SUTOMORYADY (Tergugat IV), RICKY TAN (Tergugat V) merupakan kekeliruan

yang sangat dalam menentukan subjek gugatan (error in subjecto).

Dalam gugatan in casu Tergugat II, III, IV dan V tidak dapat

ditempatkan sebagai 'persona standi in judicio", lantaran hak dan

kewajiban mereka bukan merupakan hak dan kewajiban Tergugat I

sebagai perseroan terbatas. Begitu pula sebaliknya hak dan kewajiban

Tergugat I sebagai perseroan terbatas bukan pula merupakan hak dan

kewajiban pribadi-pribadi mereka selaku organ dari Tergugat I,

sedemikian rupa sehingga Tergugat II, III, IV dan V in casu tidak

mempunyai tanggung gugat (anspraakelijkheid);

Bahwa harta perseroan terbatas itu berdiri sendiri, terpisah dari harta

kekayaan para organnya mutatis mutandis dalam perkara ini antara

Tergugat I dengan Tergugat II, III, IV dan V tidak terdapat kaitan

(innerlijke samenhaang). Apalagi antara Tergugat I dengan Notaris Fransiskus Djoenardi, SH (Tergugat VI), Karim Tano Tjandra(Tergugat VII) dan PT. RINA CIPTA SAUDARA (Tergugat VIII) juga

sama sekali tidak terdapat kaitan (innerlijk samenhang) dan

Kepentingan hukum. Kumulasi dengan menempatkan Tergugat I

dengan Tergugat II, III, IV dan V dalam satu gugatan dimana satu sama

lainnya tidak punya innerlijke samenhang merupakan yang tidak

Hal 13 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

berdasar dan gugatan yang demikian haruslah dinyatakan tidak dapat

diterima;

Bahwa ex post facto Penggugat tetap saja mengajukan gugatan dengan

menempatkan Tergugat-Tergugat yang tidak ada kaitannya dalam satu

gugatan, padahal jika yang hendak digugat badan hukum

perseroan terbatas, maka adalah berlebihan (overbodig) apabila

pribadi-pribadi organ-nya juga digugat. Jika hendak menggugat juga,

maka seharusnya gugatan terhadap Tergugat-Tergugat lain selain

Tergugat I, demi hukum harus diajukan secara terpisah ;

Bahwa hal ini sesuai dengan yurisprudensi Mahkamah Agung Rl

Register No. 415/K/Sip/1975 tanggal 20 Juni 1979 secara tegas

menyatakan sebagai berikut:

Quote:"Gugatan yang ditujukan kepada lebih dari seorang tergugat, yang antara tergugat-tergugat tidak ada hubungan hukumnya, tidak dapat diadakan dalam satu gugatan tetapi masing-masingTergugat harus digugat tersendiri";Unquote;Berdasarkan argumentasi yuridis yang telah Tergugat kemukakan di

atas, maka telah cukup dasar bagi Tergugat memohon kepada Majelis

Hakim yang terhormat agar menyatakan gugatan in casu kabur

karenanya tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk verklaard);4. Objek gugatan penggugat kabur;

Bahwa jika dicermati dalil-dalil gugatan Penggugat, antara lain:

a.Pada halaman 3 butir 1, menyatakan :

Quote:Bahwa Penggugat ada menguasai areal tanah kebun seluas 12.650 ha

berdasarkan SK Menteri kehutanan Rl Tgl 10 Juni 1991... dst;

Unquote;b. Pada halaman 3 butir 2, menyatakan;

Quote:........, dimana Penggugat telah melakukan pengembangan dan

penanaman kelapa sawit di areal tersebut seluas 1.800 ha dan pada

tahun 2005 telah berumur lebih kurang 8 Tahun dan telah

menghasilkan;

Unquote;c. Pada halaman 3 butir 3, menyatakan :

Hal 14 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Quote:Bahwa kebun sawit milik Penggugat yang iuas 1.800 ha

diperjanjikan dengan Tergugat I dengan Perjanjian Tgl. 1 Maret

2005 yang mana dalam perjanjian tersebut agar Tergugat

melakukan pengelolaan kebun sawit milik Penggugat seluas 1.800

ha dan juga melanjutkan pembangunan penanaman kebun sawit

milik Penggugat terhadap areal yang luasnya 3.200 Ha yang diluar

areal 1.800ha, ...dst.

Unquote;Bahwa apa yang didalilkan oieh Penggugat dalam posita gugatannya

pada halaman 3 butir 1 s/d 3 adalah suatu pernyataan yang keliru dan

sangat mengada-ada, karena dalam naskah gugatan in casu Penggugat

tidak menguraikan dengan cermat dan jelas dan rinci tentang letak dan

batas-batas objek sengketa yang menjadi milik Penggugat. Dengan

tidak disebutkan/diuraikan secara jelas letak dan batas-batas tanah

yang menjadi objek Perkara jelas membuat gugatan menjadi kabur

(Obscuur Libels) dan objek gugatan yang kabur tersebut sesuai dengan

hukum acara harusiah dinvatakan tidak dapat diterima. Hal ini

konform dengan Yurisprudensi MARI Reg. No. 1149/K/Sip/1975 tanggai

17 April 1969 Jo. MARI Reg. No. 378 K/Pdt/1985 tanggal 11 Maret

1986;

Bahwa kemudian pada posita halaman 3 butir 1 gugatannya

Penggugat juga dengan tegas dan jelas mendalilkan "Bahwa

Penggugat ada menguasai areal tanah kebun seluas 12.650 ha

berdasarkan SK Menteri kehutanan Rl Tgl 10 Juni 1991... dst";

Bahwa jika Penggugat menguasai objek gugatan, maka secara yuridis

adalah suatu upaya yang sangat distortif dan tidak sesuai dengan ratio

leges objek yang didalilkan dikuasainya itu lalu digugatnya pula. Dengan

kata lain Penggugat telah menggugat objek yang sedang dikuasainya.

Padahal Yurisprudensi Mahkamah Agung Yurisprudensi Mahkamah

Agung R.I. No. 139 K/Sip/1971 tanggal 5 April 1972 menyatakan

bahwa subjek hukum yang menguasai objek tidak dapat mengajukan

Gugatan terhadap objek yang dikuasainya;

Bahwa pertentangan antara dalil yang digunakan dengan petitum

gugatan Penggugat telah menyebabkan gugatan menjadi kabur pula

dan konform dengan Yurisprudensi MARI Reg. No. 1149/K/Sip/1975tanggal 17 April 1969 Jo. MARI Reg. No. 378 K/Pdt/1985 tanggal 11

Hal 15 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Maret 1986, bahwa gugatan yang demikian itu haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;

5. Bahwa Posita dan Petitum Penggugat saling bertentangan;Bahwa butir 1 posita Penggugat dengan tegas mendalilkan "Bahwa

Penggugat ada menguasai areal tanah kebun seluas 12.650 ha

berdasarkan SK Menteri kehutanan Rl Tgl 10 Juni 1991... dst";

Sementara dalam petitum Gugatan butir 11 Penggugat menuntut

"menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV, baik

secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk menyerahkan pengelolaan kebun milik penggugat dst';Berdasarkan fakta yang ada pada gugatan Penggugat yang demikian

jelas dan tandas bahwa antara posita butir 1 gugatannya telah saling

bertentangan dengan petitum gugatannya butir 11, maka konform

dengan Yurisprudensi MARI Reg. No. 1149/K/Sip/1975 tanggal 17April 1969 Jo. MARI Reg. No. 378 K/Pdt/1985 tanggal 11 Maret

1986, gugatan yang demikian itu haruslah dinyatakan tidak dapat

diterima;

6. Penggugat Keliru Menempatkan Deddy Handoko Alimin, Hendra

Tanadi, Sutomo Ryady, Ricky Tan, Notaris Fransiskus Djonardi, SH dan

PT. Rina Cipta Saudara sebagai persona standi in judicio dalam

perkara in casu; Bahwa dalam naskah gugatannya tentang identitas Tergugat,

Penggugat telah menempatkan PT. CITRA LESTARI SEMESTA/PT.

CLS (Tergugat I) sebagai persona standi in judicio dalam perkara in

casu, ternyata Penggugat juga menempatkan Deddy Handoko Alimin

(Tergugat lI) selaku pemegang saham dan Komisaris, Hendra Tanadi

(Tergugat III) selaku pemegang saham dan Direktur I, Sutomo Ryady

(Tergugat IV) selaku pemegang saham dan Direktur Utama dan Ricky

Tan (Tergugat V) selaku pemegang saham dan Direktur II;

Padahal direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab

penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan

perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar

pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar (Pasal 1 ayat (5)

UU.No.40/2007);

Bahwa secara hukum dalam melaksanakan kegiatan PT. CLS (Tergugat

I) jelas dan tandas yang membuat kebijakan operasional adalah Direksi,

maka menurut logika yuridis (ratio leges) tidak ada kepentingan hukum

Hal 16 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Penggugat yang telah dirugikan, baik oleh Tergugat DEDDY HANDOKO

ALIMIN (Tergugat II), HENDRA TANADI (Tergugat III), SUTOMO

RYADY (Tergugat IV), dan RICKY TAN (Tergugat V). Selanjutnya,

bilamana tidak ada kepentingan hukum Penggugat yang telah dirugikan

oleh DEDDY HANDOKO ALIMIN (Tergugat II), HENDRA TANADI

(Tergugat III), SUTOMO RYADY (Tergugat IV), dan RICKY TAN

(Tergugat V), maka tidak ada dasar hukum bagi Penggugat untuk

menjadikan sebagai DEDDY HANDOKO ALIMIN (Tergugat II),

HENDRA TANADI (Tergugat III), SUTOMO RYADY (Tergugat IV), dan

RICKY TAN (Tergugat V). Sesuai dengan prinsip tanggung gugat tanpa

point d'interet, maka tidak mungkin ada point d'action;

Dan lebih fatal lagi Penggugat telah menempatkan Notaris Fransiskus

Djoenardi, SH (Tergugat VI) sebagai persona standi in judicio dalam

perkara in casu, padahal dalam naskah gugatannya Penggugat tidak

mendeskripsikan apa kepentingan dan hubungan hukumnya Notaris

Fransiskus Djoenardi, SH (Tergugat VI) dalam perkara in casu, padahal

Notaris Fransiskus Djoenardi, SH (Tergugat VI) hanyalah bertugas

untuk mengkonstater atas kehendak para pihak untuk dituangkan dalam

akta otentik. Secara hukum Notaris berwenang membuat akta autentik

mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharus

oleh peraturan perundangan-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh

yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin

kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan

grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan

akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain

atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang (vide pasal 15 ayat

(1) Undang-Undang No.30 Tahun 2004 tentang Undang-Undang

Jabatan Notaris);

Bahwa hal yang sama dalam gugatan Penggugat juga tidak

mendeskripsikan kepentingan hukum dan/atau hubungan hukum dari

pada Ricky Tan (Tergugat VI), Karim Tano Tjandra (Tergugat VIII) dan

PT. Rina Cipta Saudara (Tergugat IX) daiam perkara in casu;

Bahwa apabila tanpa adanya point d'interet, tetap saja dilakukan

gugatan (point d'action) dengan perkataan lain gugatan tidak berdasar,

maka gugatan yang demikian itu ipso jure harus dinyatakan tidak dapat

diterima (niet ontvankelijk verklaard);

Hal 17 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Bahwa fakta diatas konform dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung

Rl. Register Nomor 4 K/Rup/1958 tanggal 13 Desember 1958 Jo.

Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 415 K/Sip/1975 tanggal 20 Juni

1979 yang menyatakan: "Untuk dapat menuntut seseorang di depan Pengadilan adalah syarat mutlak bahwa harus ada perseiisihan hukum antara kedua pihak yang berperkara",Bahwa selain dari pada itu Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. No.

415 K/Sip/1975 tanggal 20 Juni 1979: "Gugatan yang ditujukan kepada lebih dari seorang tergugat, yang antara tergugat-tergugat itu tidak ada hubungan hukumnya, tidak dapat diadakan dalam satu hubungan hukumnya, tidak dapat diadakan dalam satu gugatan, tetapi masing-masing tergugat harus digugat tersendiri ;Berdasarkan uraian dan alasan-alasan di atas, kiranya telah cukup

dasar bagi Tergugat untuk memohon kepada Majelis Hakim yang

memeriksa perkara ini, kiranya berkenan memutus perkara ini dengan

suatu putusan yang amarnya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);

7. Penggugat tidak memiliki alasan yang konkrit dalam mengajukan Gugatan;Bahwa Penggugat tidak memiliki alasan yang konkrit dalam

mengajukan Gugatan in casu dan Penggugat juga telah salah dan

keliru (gemis aanhoedaningsheid), bahkan antara Posita dan petitum

Gugatannya saling bertentangan, hal ini terlihat jelas pada halaman 4

butir 5 yang pada intinya Penggugat menyatakan bahwa ":" ...Tergugat I

telah melakukan perbuatan wanprestasi yang merugikan

Penggugat....dst", namun pada halaman 11 tentang Petitum gugatannya

Penggugat menyatakan : "Menyatakan perbuatan Tergugat I, Tergugat

II, Tergugat Ill dan Tergugat IV yang menguasai dan melakukan

aktivitas serta menjual hasil kebun milik Penggugat sejak gugatan ini

didaftarkan adalah merupakan perbuatan melawan hukum",Berdasarkan dalil gugatan dan petitum gugatan Penggugat yang

demikian, jelas dan tandas sangat membingungkan (confius). Bahwa

yang Para Tergugat kemukakan di atas konform dengan Yurisprudensi

Mahkamah Agung Rl. No. Register 1112 K/Sip/1976 tanggal 23 Juni

1976:

Quote:

Hal 18 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Suatu tuntutan yang tidak bersesuaian dengan peristiwa-peristiwa hukum (rechtsfeiten) yang seharusnya menjadi dasar gugatan, maka gugatan yang demikian haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;Unquote;

8. Penggugat tidak menjelaskan hubungan hukum antara Penggugatdengan Para Tergugat;Bahwa dalam naskah gugatannya Penggugat tidak menjelaskan

dan/atau mendiskripsikan hubungan hukum antara Penggugat yang

satu dengan Para Tergugat lainnya, termasuk hubungan hukum antara

Tergugat I dengan Tergugat VII dan VIII. Apabila tidak ada kaitan

dengan perkara in casu maka untuk apa Penggugat juga mengikut

sertakan Tergugat VII dan Tergugat VIII dalam gugatannya. Hal ini

dipertegas dalam Petitum Gugatan Penggugat dimana Penggugat

meminta kepada Mejelis Hakim agar daiam perkara in casu agar

KARIM TANO TJANDRA (Tergugat VII), PT. RINA CIPTA SAUDARA

(Tergugat VIII), RICKYTAN (Tergugat V) dan Notaris Fransiskus

Djonardi, SH (Tergugat VI) agar dikeluarkan dari pertanggung jawaban

secara hukum. Maka dengan demikian menambah keyakinan Para

Tergugat bahwa Penggugat tidak cermat dan jelas dalam membuat

Gugatan in casu;

Berdasarkan uraian dan alasan-alasan diatas, kiranya telah cukup

dasar bagi Para Tergugat untuk memohon kepada Mejelis Hakim yang

memeriksa perkara ini, kiranya berkenan memutus perkara ini dengan

suatu putusan yang amarnya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);

9. Gugatan Kurang Pihak; Bahwa dalam akta perjanjian kerjasama tanggal 1 Maret 2005 antara

Penggugat dengan Tergugat I tidak ada kata klausul yang melarang

Tergugat I untuk mengalihkan lahan tersebut kepada pihak lainnya.

Lagi pula struktur dan komposisi saham antara PT. CLS dengan PT.

RAS adalah seratus persen sama. Lalu Tergugat I mengadakan

perjanjian kerjasama dengan PT. RAS dengan landasan hukum

pengalihan lahan ;

a. Surat Gubernur Riau No. 522/DISHUT/24.31, tertanggal 21

November 2006, Perihal: Rekomendasi pencadangan areal

perkebunan untuk usaha perkebunan atas nama PT. RAS (Tergugat

Hal 19 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

II) di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Didalam surat ini

dijelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Riau memberikan

rekomendasi pencadangan areal perkebunan atas nama PT. RES

(Penggugat) kepada PT. RAS;

b. Surat Bupati Rokan Hulu No. 525/Pem/2007/IX/36 tertanggal 19

September 2007 dengan perihal: Rekomendasi persetujuan prinsip

pencadangan lahan usaha perkebunan kelapa sawit seluas ±

10.720 di Desa sontang dan desa Teluk Sono Kec. Bonai

Darussalam Kab. Rokan Hulu kepada PT. RAS;

c. Akta Perjanjian No. 15 tanggal 8 Februari 2007 yang dibuat

dihadapan Edison Jingga, SH, antara Tergugat I dengan Tergugat II

telah disepakati lahan seluas 5000 Ha yang terletak di Desa

Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu,

Provinsi Riau yang dikelola oleh Tergugat I diserahkan

pengelolaannya kepada PT. RAS. Bahwa kemudian dipertegas lagi

dengan Akta Perjanjian kerjasama No. 101 tanggal 17 Maret 2010

antara Tergugat I dengan PT. RAS;

d. Bahwa Pasal 15 Peraturan Menteri Kehutanan Rl Nomor:P.33/Menhut-ll/2010 tentang Tanta Cara Pelepasan KawasanHutan Produksi Yang Dapat Dikonvensi tanggal 29 Juli 2010,menyatakan: "Terhadap kawasan HPK yang telah dilepas

sebagaimana dlmaksud dalam Pasal 14 ay at (3), pengurusan

selanjutnya menjadi tanggungjawab instansi di bidang pertanahan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan";

Bahwa oleh sebab itu, maka Penggugat seharusnya juga menggugat PT. RIAU

ANUGERAH SENTOSA , Gubernur Provinsi Riau dan Bupati Kabupaten Rokan

Hulu atau dengan perkataan Iain, gugatan yang diajukan Penggugat kurang

pihak. Gugatan yang demikian, demi hukum harus dinyatakan tidak dapat diterima :

DALAM POKOK PERKARA :1. Bahwa segala apa yang diuraikan Dalam Eksepsi merupakan bagian yang

tak terpisahkan dan merupakan bagian dalam Pokok Perkara ini;

2. Bahwa Para Tergugat dengan tegas menolak dalil-dalil gugatan Penggugat

untuk seluruhnya, kecuali yang diakui secara tegas kebenarannya;

3. Bahwa untuk membuat terangnya permasalahan ini maka perlu Para

Tergugat sampaikan kronologis/peristiwa hukum yang terjadi antara

Penggugat dengan Para Tergugat, yang antara lain :

Hal 20 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

a. Bahwa Penggugat mempunyai izin prinsip yaitu SK Pelepasan

Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan, dengan SK. No. 323/Kpts-

11/1991 tanggal 18 Juni 1991 seluas 12.650 Ha, untuk perkebunan

Coklat, namun sampai dengan bulan Maret 1995, Penggugat tidak

ada melaksanakan pembangunan perkebunan Coklat pada lokasi

tersebut;

b. Bahwa pada bulan Mei 1995 dikeluarkan persetujuan perubahan

Jenis tanaman dari tanaman coklat menjadi Kelapa Sawit

berdasarkan Surat Menteri Pertanian Ub. Dirjen Perkebunan

dengan surat Nomor: HK.350/E5/232/05.95 dengan catatan bahwa

persetujuan perubahan jenis tanaman tersebut berlaku selama 12

bulan, dan Penggugat diwajibkan melakukan:

1) Menyiapkan Study kelayakan dan jaminan tersedianya tenaga kerja;

2) Memproses Hak Guna Usaha (HGU);

3) Memperhatikan kelestarian lingkungan di dalam pengelolaan kebun;

4) Menyampaikan laporan semester perkembangan kegiatan fisik dan

non fisik yang meliputi aspek perkembangan pengurusan Hak Guna Usaha, perkembangan kegiatan usaha dan fisik tanaman serta pembangunan sarana dan prasarana kebun;

c. Bahwa setelah mendapat persetujuan perubahan jenis tanaman dari

coklat ke kelapa sawit Penggugat masih tetap tidak melakukan

pengurusan lahan tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku

terhadap Iahan yang telah dikeluarkan izin prinsipnya maka pihak

pengelola harus melakukan pengurusan terhadap lahan tersebut seperti

melakukan pengurusan keluarnya HGU/HGB dan dilakukan Pengelolaan

terhadap Iahan tersebut. akan tetapi Penggugat tidak pernah melakukan

follow up terhadap Iahan tersebut sampai akhimya Penggugat

diperingatkan oleh Bupati Rokan Hulu sebanyak 3 (tiga) kali yakni:

1) Surat Bupati Rokan Hulu kepada Penggugat, tanggal 28 Maret 2002,

No. 525/PEM/lN/02809 perihal: Peringatan I (pertama) terhadap tindak lanjut keputusan perpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atas nama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,

2) Surat Bupati Rokan Hulu kepada Penggugat, tanggal 11 Juli 2002, No. 525/PEM/VII/609 perihal: Peringatan II (kedua) terhadap tindak lanjut keputusan perpanjangan izin lokasi usaha perkebunan

Hal 21 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

kelapa sawit atas nama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,

3) Surat Bupati Rokan Hulu kepada Penggugat, tanggal 12 November, No. 525/PEM/XI/02/103 perihal: Peringatan III (Ketiga) terhadap tindak lanjut keputusan perpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atas nama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,

d. Bahwa lantaran pemegang izin prinsip in casu Penggugat tidak

sanggup memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam SK Menteri

Kehutanan Rl No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni 1991 tentang

Pelepasan Kawasan Hutan seluas 12.650 (dua belas ribu enam ratus

lima puluh) Ha yang terletak di Kecamatan Kunto Darussalam,

Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau untuk perkebunan Coklat jo.

Surat Menteri Pertanian cq. Dirjen Perkebunan Nomor: HK.350/E5/232/

05.95 tentang Persetujuan Perubahan Jenis Tanaman Dari Tanaman

Coklat Menjadi Kelapa Sawit tersebut, maka pada 13 Oktober 2004

pemegang izin prinsip in casu Penggugat membuat perjanjian

kerjasama dengan Tergugat II (Deddy Handoko Alimin) dan Tergugat V

(Ricky Tan) yang intinya mengenai penyerahan pengelolaan lahan

seluas 1.800 (seribu delapan ratus) Hektar, yaitu sebagian dari lahan

seluas 12.650 (dua belas ribu enam ratus lima puluh) Hektar tersebut dalam SK Menteri Kehutanan Rl No. 323/Kpts-11/1991 tanggal

18 Juni 1991. Perjanjian Kerjasama tersebut dituangkan dalam Akta

Notaris Fransiskus Djoenardi, SH No. 7383/GM/2004;

e. Bahwa tanggal 01 Maret 2005 dibuat lagi perjanjian kerjasama

antara pemegang izin prinsip in casu Penggugat dengan PT. CLS in

casu Tergugat I yang intinya mengenai intinya mengenai

penyerahan pengelolaan lahan seluas 5.000 (lima ribu) Hektaryaitu sebagian dari lahan seluas 12.650 (dua belas ribu enamratus lima puluh) Ha tersebut dalam SK Menteri Kehutanan Rl

No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni 1991. Perjanjian kerjasama

tanggal 01 Maret 2005 tersebut dilegalisir oleh Notaris Fransiskus

Djoenardi SH dengan Nomor: 7556/Leg/2005 tanggal 01 Maret

2005;

f. Bahwa penyerahan lahan (subrogasi) seluas 5.000 (lima ribu)

Hektar tersebut oleh pemegang izin prinsip in casu Penggugat

Hal 22 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

kepada PT. CLS in casu Tergugat I dilakukan dengan membayar

imbalan kepada pemegang izin prinsip in casu Penggugat sebesar6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah);Quote:

Pasal 1

Luas seluruh lahan atau tanah yang diserahkan dengan kompensasi

oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA adalah seluas kurang

lebih 5.000 Hektar ( lima ribu Hektar) dan sesuai dengan Peta

(terlampir) yang telah diketahui dan disetujui serta ditandatangani

bersama oleh para pihak, yang terdiri dari:

1. Lahan tanah seluas kurang lebih 1.800 Hektar (seribu delapan ratus

hektar) yang telah diserahkan kepada PIHAK KEDUA;

2. Lahan tanah seluas kurang lebih 3.200 Hektar (tiga ribu dua ratus

Hektar) yang belum dibuka dan telah disetujui untuk diserahkan dengan

kompensasi kepada PIHAK PERTAMA sebesar Rp. 6.400.000.000,-

(enam milyar empat ratus juta rupiah);

3. Dengan disepakatinya penyerahan dengan kompensasi atas tanah atau

persil seluas 5.000 Hektar (lima ribu hektar), maka seluruh resiko dan kerugian maupun keuntungan atas tanah atau persil tersebut menjadi tanggung jawab dan/atau merupakan hak milik dari PIHAK KEDUA sepenuhnya;

4. Untuk inventaris termasuk bangunan bersama dan sarana prasarana diluar lahan seluas 1.800 Hektar (seribu delapan ratus Hektar) yang telah ditanam maka akan dinilai dan diperhitungkan sesuai dengan harga pasar yang disepakati oleh para pihak;

5. Mengenai program kemitraan dengan masyarakat setempat yang pada

saat ini kurang lebih seluas 210 Ha (dua ratus sepuluh Hektar) tanaman

kelapa sawit, untuk selanjutnya atau yang akan ada di kemudian hari,

tetap menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA;

Unquote;g. Bahwa sementara lahan seluas 210 Ha (dua ratus sepuluh Hektar)

tanaman kelapa sawit yang diperuntukkan program kemitraan

dengan masyarakat setempat tersebut, setelah dilakukan

pengecekan oleh Tergugat I rupanya tidak lagi terawat dengan baik

atau sama saja dengan tidak ada ;

h. Bahwa pada tanggal 11 April 2006 keluarlah Keputusan Menteri

Kehutanan No. SK.96/Menhut-ll/2006 tentang pencabutan Sk Menteri

Hal 23 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Kehutanan Ri. Tanggai 10 Juni 1991 No. 323/Kpts-ii/1991.

Terhadap pencabutan izin prinsip tersebut Penggugat mengajukan

Gugatan TUN ke Pengadilan TUN Jakarta dikenal dengan Perkara

No. 83/G/2006/PTUN.JKT;

a. Bahwa terhadap penyerahan lahan seluas 5.000 Hektar

tersebut, Tergugat I merasa dirugikan karena Penggugat telah

menyerahkan lahan yang izin prinsipnya telah dicabut oleh

Menteri Kehutanan dengan Keputusan Menteri Kehutanan No.

SK.96/Menhut-ll/2006 tentang Pencabutan Sk Menteri Kehutanan RI

Tanggal 10 Juni 1991 No. 323/Kpts-ll/1991 ;

b. Bahwa dengan alasan hukum di atas Tergugat I telah melaporkan

Penggugat telah melakukan penipuan kepada Polres Pekanbaru,

namun kemudian penyidikan dihentikan (SP3) oleh penyidik dengan

alasan adanya perdamaian;

Bahwa kasus ini telah kami reservir untuk dibuka kembali, antara lain

karena untuk delik formil tidak dapat dilakukan perdamaian;

i. Bahwa setelah penyerahan lahan tersebut dari Penggugat kepada

Tergugat I, Tergugat I melakukan kerjasama dengan PT. RAS yang

dikenal dengan Akta Perjanjian No. 15 tanggal 8 Februari 2007 yang

dibuat dihadapan Edison Jingga, SH. Inti kesepakatan tersebut

adalah lahan seluas 5000 Ha yang terletak di Desa Sontang,

Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi

Riau yang dikelola oleh Tergugat I diserahkan pengelolaannya

kepada PT. RAS perjanjian tersebut merupakan bentuk otentik dari

kesepakatan lisan antara pemegang saham Tergugat I dengan PT.

RAS, Karena pada prinsipnya antara Tergugat I dengan PT. RAS

adalah sama disebabkan karena pemegang saham dari kedua

perusahaan tersebut sama;

j. Bahwa Perjanjian No. 15 tanggal 8 Februari 2007 dipertegas kembali

dengan Akta Perjanjian kerjasama No. 101 tanggal 17 Maret 2010 antara

Tergugat I dengan PT. RAS maka disepakati lahan seluas 5000 Ha yang

terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten

Rokan Hulu, Provinsi Riau yang dikelola oleh Tergugat I diserahkan

pengelolaannya kepada PT. RAS;

k. Bahwa karena sudah ada pengalihan pengelolaan lahan tersebut

dari Tergugat I kepada PT. RAS, maka PT. RAS melakukan

Hal 24 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

pengurusan terhadap lahan tersebut termasuk mengajukan izin-izin.

maka oleh karena itu keluarlah izin dari:

- Gubernur Provinsi Riau dengan Surat Gubernur Riau No.

522/DISHUT/24.31, tanggal 21 November 2006, mengeluarkan

Rekomendasi pencadangan areal perkebunan untuk usaha perkebunan

atas nama Tergugat II di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Didalam

surat ini dijelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Riau memberikan

rekomendasi pencadangan areal perkebunan atas nama Penggugat

kepada PT. RAS;

- Kemudian dipertegas lagi dengan Surat Bupati Rokan Hulu No.

525/Pem/2007/IX/36 tertanggal 19 September 2007 dengan perihal:

Rekomendasi persetujuan prinsip pencadangan lahan usaha

perkebunan kelapa sawit seluas ± 10.720 di Desa Sontang dan desa

Teluk Sono Kec. Bonai Darussalam Kab. Rokan Hulu kepada PT.

RAS ;

I. Bahwa dengan alasan tersebut di atas PT.RAS melakukan pengelolaan

terhadap lahan seluas 5000 Ha yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan

Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Adapun

pengelolaan yang dilakukan oleh PT. RAS adalah dengan merekrut tenaga

kerja, membangun fasilitas di areal perkebunan, menanam bibit sawit

sampai dengan sawit tersebut berbuah/menghasilkan sehingga mempunyai

nilai ekonomis;

m. Bahwa dengan telah berproduksinya lahan sawit tersebut dan kemudian

keluarnya Putusan Peninjauan Kembali No. 505 K/TUN/2007 yang

salah satu amar putusanya menyatakan batal keputusan tanggal 11 April

2006 No. SK.96/Menhut-ll/2006 tentang pencabutan SK Menteri Kehutanan

Rl No. 323/Kpts-ll/1991, tanggai 10 Juni 1991. Maka dengan alasan itulah

Penggugat mulai mencari-cari masalah dengan Tergugat I dan PT. RAS,

yang bertujuan agar lahan yang telah menghasilkan tersebut dapat dimiliki

kembali oleh Penggugat. Sementara Gugatan terhadap PT. RAS juga telah

diajukan oleh Penggugat di Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian dengan Perkara No. 13/Pdt.G/2011/PN.PSP;

Berdasarkan alasan-alasan Tergugat pada butir 3 (tiga) tersebut, maka

berdasarkan hukum dalil gugatan Penggugat pada halaman 3 s/d 4 butir 1

s/d 3 dikesampingkan, karena dalil Penggugat tersebut tidak berdasar, dan

bahkan mengada-ada ;

Hal 25 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

4. Bahwa apa yang didalilkan Penggugat halaman 4 s/d 5 butir 4 s/d 7 adalah

suatu pernyataan tidak berdasar, dan mengada-ada, dengan alasan :

Bahwa walaupun Penggugat telah mengantongi SK Pelepasan Kawasan Hutan

dari Menteri Kehutanan, dengan SK. No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni

1991 seluas 12.650 Ha, untuk perkebunan Coklat, namun sampai dengan bulan

Maret 1995, Penggugat tidak ada melaksanakan pembangunan perkebunan

Coklat tersebut;

Bahwa setelah mendapat persetujuan perubahan jenis tanaman dari

coklat ke kelapa sawit Penggugat masih tidak pernah melakukan

pengurusan lahan tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku

terhadap lahan yang telah dikeluarkan izin prinsipnya, pemegang izin

prinsip harus melakukan pengurusan terhadap lahan tersebut, antara

lain melakukan pengurusan keluarnya Hak Guna Usaha, Izin Usaha

Perkebunan dan izin-izin lain. Jika tidak, maka izin prinsipnya akan

dicabut. Lantaran Penggugat tidak pernah melakukan/memenuhi syarat-syarat

yang ditetapkan daiam izin prinsip terhadap lahan tersebut, maka akhirnya

pemegang izin prinsip in casu Penggugat diperingati oleh Bupati Rokan Hulu

sebanyak 3 (tiga) kali yakni:

* Surat Bupati Rokan Huiu kepada Penggugat, tanggai 28 Maret 2002, No.

525/PEM/l11/02809 perihal: Peringatan I (pertama) terhadap tindak lanjut keputusan perpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atas nama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,

* Surat Bupati Rokan Hulu kepada Penggugat, tanggal 11 Juli 2002, No.

525/PEM/VII/609 perihal: Peringatan II (kedua) terhadap tindak lanjut keputusan perpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atas nama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,

* Surat Bupati Rokan Hulu kepada Penggugat, tanggal 12 November, No.

525/PEM/XI/02/103 perihal: Peringatan HI (Ketiga) terhadap tindak lanjut keputusan perpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atas nama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,

Bahwa lantaran tidak sanggup untuk mengelola maka pada Oktober

2004 Penggugat mengadakan perjanjian kerjasama dengan Tergugat II

dan Tergugat V sesuai dengan Akta No. 7383/GM/2004 tanggal 13

Oktober 2004 dibuat dihadapan Notaris Fransiskus Djoenardi SH,

tentang penyerahan pengelolaan lahan Penggugat seluas 1.800 Hektar

Hal 26 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam,

Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau kepada Tergugat II;

Bahwa tanggal Maret 2005 dibuat perjanjian dihadapan Notaris

Fransiskus Djoenardi SH, antara Penggugat dengan Tergugat I.

Perjanjian tersebut tentang penyerahan lahan seluas 5000 Ha yang

terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten

Rokan Hulu, Provinsi Riau;

Bahwa tanggal Maret 2005 dibuat perjanjian dihadapan Notaris Fransiskus

Djoenardi SH, antara Penggugat dengan Tergugat I. Perjanjian tersebut

tentang penyerahan lahan (subrogasi) seluas 5.000 Hektar yang terletak di

Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu,

Provinsi Riau;

Bahwa Tergugat I pun telah membayar kompensasi terhadap lahan

Penggugat seluas 5.000 Hektar yang terletak di Desa Sontang,

Kecamatan Kunto Darussalam, kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.

Dengan membayarkan sejumlah uang yakni Rp. 6.400.000.000,-

(enam milyar empat ratus juta rupiah);Bahwa dengan alasan tersebut lah Tergugat I melakukan pengolahan

terhadap lahan seluas 5000 Ha yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan

Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu yang terletak di Desa Sontang,

Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu;

Bahwa setelah penyerahan lahan tersebut dari Penggugat kepada

Tergugat I, Tergugat I melakukan kerjasama dengan PT. RAS yang

dikenai dengan Akta Perjanjian No. 15 tanggal 8 Februari 2007 yang dibuat

dihadapan Edison Jingga, SH. Inti kesepakatan tersebut adalah

lahan seluas 5000 Ha yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto

Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau yang dikelola oleh

Tergugat I diserahkan pengelolaannya kepada PT. RAS. Perjanjian

tersebut merupakan bentuk otentik dari kesepakatan lisan antara

pemegang saham Tergugat I dengan PT. RAS, Karena pada prinsipnya

antara Tergugat I dengan PT. RAS adalah sama disebabkan karena

pemegang saham dari kedua perusahaan tersebut sama;

Bahwa Perjanjian No. 15 tanggal 8 Februari 2007 dipertegas kembali

dengan Akta Perjanjian kerjasama No. 101 tanggal 17 Maret 2010

antara Tergugat I dengan PT. RAS maka disepakati lahan seluas 5000

Ha yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam,

Hal 27 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau yang dikelola oleh Tergugat I

diserahkan pengelolaannya kepada PT. RAS;

Bahwa dengan telah berproduksinya lahan sawit tersebut dan kemudian

keluarnya Putusan Peninjauan Kembali No. 505 K/TUN/2007 yang salah satu

amar putusannya menyatakan batal keputusan tanggal 11 April 2006 No.

SK.96/Menhut-ll/2006 tentang pencabutan SK Menteri Kehutanan Rl No.

323/Kpts-ll/1991, tanggal 10 Juni 1991. Maka dengan alasan itulah

Penggugat mulai mencari-cari masalah dengan Tergugat I dan PT. RAS,

yang bertujuan agar lahan yang telah menghasilkan tersebut dapat dimiliki

kembali oleh Penggugat. Sementara Gugatan terhadap PT. RAS juga telah

diajukan oleh Penggugat di Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian dengan

Perkara No. 13/Pdt.G/2011/PN.PSP. Dengan demikian Penggugat

mendalilkan, bahwa diatas objek sengketa telah terbit izin baru dari Menteri

Kehutanan R.I tertanggal 11 Oktober 2010 No. SK 575/Menhut-ll/2010 adalah

pantas dipertanyakan proses lahirnya Surat Keputusan Menteri Kehutanan

tersebut, padahal lahan semenjak 13 Oktober 2004 berada dibawah

penguasaan dan pengelolaan PT. RAS;

Bahwa justru perbuatan Tergugat I dan Tergugat II sesuai hukum

(rechtmatig), bukan perbuatan wanprestasi (cidera janji) terhadap perjanjian

antara Penggugat dengan Tergugat I, dan bukan pula perbuatan melawan

hukum, sehingga apa yang dituntut oleh Penggugat dalam Naskah Gugatan

in casu merupakan tuntutan yang tidak berdasar hukum dan mengada-ada,

sehingga haruslah ditolak (onzegd);

Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, maka beralasan

hukum dalil gugatan Penggugat pada halaman 4 s/d 5 butir 4 s/d 7

untuk dikesampingkan;

5. Bahwa apa yang didalilkan Penggugat dalam naskah gugatannya pada

halaman 5 butir 8 adalah tidak berdasarkan hukum dan jelas mengada-ada

karena di dalam akta perjanjian kerjasama tanggal 01 Maret 2005 antara

Penggugat dengan Tergugat I tidak ada kata klausul yang melarang Tergugat

I untuk mengalihkan lahan tersebut kepada pihak lainnya. Lagi pula struktur

dan komposisi saham antara PT. CLS dengan PT. RAS adalah seratus

persen sama. Ataukah memang Penggugat sengaja untuk berpura-pura tidak

tahu, bahwa antara Tergugat I dengan PT. RAS badan hukum yang berbeda

akan tetapi Pemegang Saham Pada PT. RAS juga merupakan Pemegang

saham pada Tergugat I, sementara landasan hukum pengalihan lahan

tersebut jelas, yakni:

Hal 28 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

a. Surat Gubernur Riau No. 522/DISHUT/24.31, tertanggai 21

November 2006, Perihal: Rekomendasi pencadangan areal

perkebunan untuk usaha perkebunan atasnama PT. RAS (Tergugat

II) di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Didalam surat ini

dejalaskan bahwa Pemerintah Provinsi Riau memberikan

rekomendasi pencadangan areal perkebunan atas nama PT. RES

(Penggugat) kepada PT. RAS;

b. Bahwa kemudian dipertegas lagi dengan Surat Bupati Rokan Hulu

No. 525/Pem/2007/IX/36 tertanggal 19 September 2007 dengan

perihal: Rekomendasi persetujuan prinsip pencadangan lahan

usaha perkebunan kelapa sawit seluas ± 10.720 di Desa sontang

dan desa Teluk Sono Kec. Bonai Darussalam Kab. Rokan Hulu

kepada PT. RAS;

c. Akta Perjanjian No. 15 tanggal 8 Februari 2007 yang dibuat

dihadapan Edison Jingga, SH, antara Tergugat I dengan Tergugat II

telah disepakati lahan seluas 5000 Ha yang terletak di Desa

Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu,

Provinsi Riau yang dikelola oleh Tergugat I diserahkan

pengelolaannya kepada PT. RAS. Bahwa kemudian dipertegas lagi

dengan Akta Perjanjian kerjasama No. 101 tanggal 17 Maret 2010

antara Tergugat I dengan PT. RAS;

Bahwa berdasarkan huruf a s/d c tersebut diatas, tidak beralasan

hukum Penggugat menyatakan Tergugat I telah melakukan

wanprestasi;

Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, maka

beralasan hukum dalil gugatan Penggugat pada halaman 5 butir 8

untuk dikesampingkan;

6. Bahwa apa yang dikemukakan Penggugat pada butir 9 s/d 11 Gugatannya

adalah suatu dalil yang tidak berdasar dan jelas mengada�-ada. Bahwa

besaran perincian kerugian yang dihitung oleh Penggugat tidak dapat di

pertanggung jawaban, cara penghitunganya dan apa lagi hasil yang

didapatkan dari penghitungan tersebut. Hal tersebut konfrom dengan:

Quote:

Hal 29 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Yurisprudensi Mahkamah Agung Rl Reg.No:19 K/Sip/1983 tgl 3 September 1975 "Gugatan ganti rugi yang tidak perinci lagi pula belum diperiksa oleh Judex Fatie dinyatakan tidak dapat diterima";

Unquote;Bahwa penghitungan yang dilakukan oleh Penggugat tidak lah masuk akal

dengan gamblangnya/gampangnya melakukan perkalian terhadap hasil

sawit yang telah dirawat dan dikelola dengan baik oleh Tergugat I dan PT.

RAS dan tanpa Penggugat memperhitungkan turunnya harga TBS (tandan

buah sawit), tanpa memperhitungkan biaya operasional dan biaya-biaya

lainnya yang harus dikeluarkan oleh Tergugat I;

Bahwa menurut Prof. Subekti, S.H., dalam bukunya berjudul Hukum

Perjanjian, cetakan ke X, Penerbit PT. Intermasa, pada halaman 47,

menyatakan :

Quote:Ganti rugi sering diperinci dalam tiga unsur : biaya, rugi danbunga (dalam bahasa Belanda : kosten, schaden en interesten). Apakah yang dimaksudkan dengan unsur-unsur ini? Yang dimaksudkan dengan biaya adalah segala sesuatu pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh satu pihak;

Unquote;Bahwa tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh Penggugat dalam gugatannya

harus dapat dibuktikan dalam persidangan, sebab apabila Penggugat tidak

dapat membuktikannya, maka tuntutan ganti rugi dimaksud harus ditolak. Hal

tersebut senada dengan bunyi ketentuan yang tertuang dalam Pasal 163 HIR

atau Pasai 283 RBG dan Pasal 1865 KUHPerdata yang isinya sama-sama

menyebutkan bahwa :

Quote:"Barang siapa yang mengatakan mempunyai barang sesuatu hak, atau menyebutkan sesuatu kejadian untuk meneguhkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu";Unquote;Dalam beberapa Yurisprudensi telah ditegaskan sebagai berikut:

a. Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I No.558.K/SIP/1983 tanggal 28 Mei

1984, menegaskan :

"Tuntutan Penggugat mengenai ganti rugi, karena tidak disertaidengan bukti, harus ditolak";

Hal 30 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

b. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 219/1970/Perd/PTB

tanggal 18 Maret 1970 (Yurisprudensi Jawa Barat tahun 1969-1972,

Buku I Hukum Perdata, 1974, Halaman 87) menegaskan :

"Apabiia jumlah kerugian yang diderita tidak dapat dibuktikandengan jelas, maka permohonan atas ganti rugi/kerugian harusditolak";

c. Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I No. 117 K/Sip/1971 tanggai 28 Juni

1971 dan No.459 K/Sip/1975 tanggal 18 September 1975,menegaskan :

"Ganti rugi yang tidak dirinci berdasarkan fakta harus dinyatakan tidak

mempunyai dasar hukum dan harus ditolak";d. Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I No.1057 K/Sip/1973 tanggal 25

Maret 1976, menegaskan :

"Karena Pembanding I tidak dapat membuktikan adanya kerugian

materiil akibat perbuatan Terbanding I, gugatan rekonvensi (ganti rugi

karena perbuatan melawan hukum) harus ditolak";e. Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I No.598 K/Sip/1971 tanggal 18

Desember 1971, dengan tegas menyebutkan :

"Apabila biasanya kerugian yang didehta oleh Penggugat tidak dapat dibuktikan secara terperinci, maka gugatan untuk ganti kerugian yang

telah diajukan oleh Tergugat, harus ditolak oleh Pengadilan";

7. Bahwa apa yang didalilkan Penggugat pada butir 12 s/d 13 adalah suatu

pernyataan yang tidak berdasar dan mengada-ada, dan sehubungan

dengan pernyataan Penggugat yang demikian telah Tergugat jelaskan

secara terang dan tandas pada jawaban Tergugat pada butir 3 s/d 5

tersebut diatas, maka beralasan hukum pernyataan Penggugat yang

demikian untuk ditolak;

8. Bahwa apa yang didalilkan Penggugat pada butir 13 (tiga belas)

Gugatanya jelas-jelas pernyataan yang tidak benar bohong dan mengada-

ada. Karena mana mungkin Tergugat I yang telah melakukan penanaman

terhadap lahan sawit seluas 5000 Ha yang terletak di Desa Sontang,

Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau

tersebut dari tidak ada menjadi ada, dari tidak menghasilkan menjadi

menghasilkan kemudian tiba-tiba dirampas begitu saja oleh Penggugat.

Sementara Tergugat I menguasai lahan tersebut tidak melanggar aturan

yang berlaku di negara ini. Dan bagaimana peralihan lahan seluas 5000

Ha yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam,

Hal 31 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Kabupaten Rokan Hulu tersebut sudah Tergugat jelaskan pada butir 3, 4

dan 5 Jawaban Para Tergugat;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan dan uraian-uraian Tergugat dalam

Pokok Perkara pada butir 3 s/d 5 tersebut diatas, jelas dan terbukti bahwa

tidak ada kepentingan dari Penggugat yang dirugikan dan tidak ada

kepentingan hukum Penggugat yang dirugikan. Oleh karena itu tidak ada

alasan hukum bagi Penggugat untuk menuntut putusan provisionil

sebagaimana dimaksud pada naskah gugatannya pada halaman 7 butir 13

tersebut, karena pernyataan yang demikian haruslah ditolak;

9. Bahwa yang dikemukakan Penggugat dalam posita gugatannya pada butir

14 Bahwa tidak beralasan hukum dan mengada-ngada untuk menuntut

agar diletakkan sita jaminan terhadap harta pemegang saham daripada

Tergugat I, diantaranya Hotel Elite di Riau, Karaoke MP dan malahan

rumah pribadi Tergugat II, hal ini jelas tidak berdasarkan hukum. Padahal

pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

terbatas, menyatakan :

Quote:Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki;Unquote;Bahwa berdasarkan Pasal 227 ayat (1) HIR atau Pasal 261 (1) RBG

menyatakan:

"Bila ada dugaan yang mendasar, bahwa seseorang debitur yang belum diputus perkaranya atau telah diputus kalah perkaranya tetapi belum dapat dilaksanakan, berusaha untuk menggelapkan atau memindahkan barang-baran bergeraknya atau yang tetap, agar dapat dihindarkan jatuh ketangan kriditur, maka atas permintaan pihak yang berkepentingan, ketua pengadilan negeri atau jika debitor bertempat tinggal atau berdiam diluar wilayah jaksa ditempat kedudukan pengadilan negeri atau jika ketua pengadilan negeri tidak ada ditempat tersebut, jaksa ditempat tinggal atau tempat kediaman debitor dapat memerintahkan penyitaan barang-barang tersebut agar dapat menjamin hak sipemohon, dan sekaligus memberitahukan padanya supaya menghadap dipengadilan negeri pada suatu

Hal 32 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

hahyang ditentukan untuk mengajukan gugatannya serta menguatkannya";Bahwa berdasarkan dalil-dalil Penggugat, fakta hukum, dan ketentuan

tersebut di atas, telah jelas dan tandas bahwa diantara Penggugat dengan

Para Tergugat sama sekali tidak ada hubungan hukum utang piutang sebagaimana esensi dari Pasal 227 ayat (1) HIR atau Pasal 261 ayat(1)

RBG;

Bahwa sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. No. 597 K/Sip/1983 tanggal 8 Mei 1984, dengan tegas menyebutkan bahwa :

"Permohonan sita jaminan yang bukan atas alasan yang disyaratkan dalam Pasal 227 ayat (1) HIR adalah tidak dibenarkan";Selanjutnya Pasal 227 ayat (1) HIR atau Pasal 261 ayat (1) RBG jo. Pasal

720 Rv jo. Pedoman Pelaksanaan tugas dan Administrasi

Pengadilan, Buku I dan II Mahkamah Agung R.I, Agustus 1993, April 1994,

menegaskan pula bahwa:

"Adanya kekhawatiran atau persangkaan bahwa Tergugat akan mengasingkan atau menggelapkan harta kekayaannya dimana kekhawatiran atau persangkaan tersebut harus nyata dan memiliki alasan yang objektif serta memiliki kaitan yang erat dengan pokok sengketa";

10.Bahwa apa yang didalilkan Penggugat pada butir 15 gugatannya jelas-jelas

pernyataan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.

Karena jelas dan tandas yang membuat kebijakan pada PT. CLS dan PT.

RES bukanlah Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V

secara pribadi akan tetapi itu merupakan hasil keputusan bersama

pemegang saham, maka dengan demikian tidak ada hubungan hukum

antara Penggugat dengan para pemegang saham dari PT. CLS secara

pribadi;

Bahwa dengan tidak meminta pertanggung jawaban Tergugat VII dan

Tergugat VIII merupakan tidak masuk akal karena para Tergugat di atas

mempunyai kepentingan yang sama pada Tergugat I yakni sama

Pemegang Saham kecuali Tergugat VI yang merupakan pejabat publik.

Maka dengan demikian jelas bagaimana Penggugat membuat skenario

yang hanya bertujuan untuk mengambil alih lahan yang telah Tergugat I

kelola dengan baik dan sehingga menghasilkan/mempunyai nilai ekonomi;

Berdasarkan silogisme-silogisma hukum tersebut diatas, beralasan

hukum dalil Penggugat pada butir 15 tersebut untuk ditolak;

Hal 33 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

11. Bahwa yang dikemukakan Penggugat dalam posita gugatannya pada butir

16 (enam belas) tidak beralasan hukum Penggugat meminta kepada

Mejelis Hakim untuk menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan

Tergugat IV untuk membayar uang paksa Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh

milyar rupiah) setiap bulannya. Karena sesuai dengan :

Uang paksa (dwangsom), karena tidak terbukti bahwa Tergugat-

Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana yang

diuraikan diatas. Apalagi tuntutan dwangsom/uang paksa menurut hukum

tidak dapat dikabulkan terhadap tuntutan mengenai pembayaran sejumlah

uang sebagaimana ditentukan dalam pasal 606 RV, Bahwa tentang

dwangsom (uang paksa) sebagaimana dinyatakan :

a. Yurisprudensi M.A.R.I No. 98 K/Sip/1972 tanggai 05 Agustus 1971

menyatakan :

Quote ;Dwangsom hanya bisa diadakan mengenai perbuatan yangbukan merupakan perbuatan pembayaran;Unquote;

b. Yurisprudensi Mahkamah Agung Rl No. 307 K/SIP/1976 tanggal

01 Maret 1976 ditegaskan:

Quote:Tuntutan uang paksa harus ditolak karena tidak perlu,bukankah putusan ini apabila telah mempunyai kekuatanhukum yang pasti atas permohonan Penggugat terbanding oleh Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang dapat dilakukan eksekusi";Unquote;

c. Yurisprudensi Mahkamah Agung Rl No. 79 K/Sip/1972 juga diatur

kaedah Dwangsom tidak dapat dituntut bersama-sama dengan

tuntutan pembayaran uang ;

Quote : Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 606a RV, sesuatu tuntutan dwangsom tidak dapat dijatuhkan terhadap putusan hakim yang penghukuman untuk melakukan pembayaran sejumlah uang"; Unquote;

d. Pasal 180 ayat (1) HIR/Pasal 191 ayat 1 RBG, menyatakan :

"putusan uit voerbaar bij voorraad hanya dapat dijatuhkanapabila jika ada suatu tanda alas hak yang otentik, atau jika

Hal 34 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

telah ada keputusan hakim yang telah memiliki kekeuatankukum tetap";

e. Bahwa selanjutnya diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Rl

No. 2 tahun 1975 yang menyatakan: agar Pengadilan Negeri/

Pengadilan Tinggi untuk sangat berhati-hati dalam mempergunakan

lembaga uit voerbaar bij voorraad;f. Surat Edaran Mahkamah Agung Rl No. 03/2000 tertanggal 21 Juni

2000 menyatakan: "menegaskan kepad aKetua/Hakim PengadilanNegeri/Pengadilan Agama diseluruh Indonesia agar mempertimbangkan, memperhatikan dan mentaati dengan sungguh-sungguh syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum mengabulkan tuntutan Putusan Serta Merta uit voerbaar bij voorraad dan tuntutan Provisionil sebagaimana diuraikan dalam Pasal 180 ayat (1) HIR dan Pasal 191 ayat (1) RBG serta Pasal 332 RV";

g. Surat Edaran Mahkamah Agung Ri No. 4 tahun 2001 tanggal 20

Agustus 2001 menyatakan: "menegaskan kepada Ketua/Hakim Pengadilan Negeri/Pengadilan Agama di seluruh Indonesia agar setiap kali akan melaksanakan putusan serta merata (uit voerbaar bij voorraad) harus disertai adanya pemberian jaminan yang nilainya sama dengan nilai barang/objek eksekusi sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak lain apabila ternyata dikemudian hari dijatuhkan putusan yang membatalkan putusan pengadilan tingkat pertama";Berdasarkan silogisma-silogisma hukum tersebut diatas, maka

beralasan hukum tuntutan uang paksa (dwangsom) Penggugat untuk

ditolak;

12. Bahwa yang dikemukakan Penggugat dalam posita gugatanya pada butir 18

adalah tidak berdasarkan hukum dan bahkan mengada-ngada, karena

pelaksanaan Putusan serta merta/dapat dilaksanakan lebih dahulu

(uitoerbar bij voorraad) meskipun ada banding, kasasi atau verzet harus

mengacu kepada syarat-syarat dimaksud dalam Surat Edaran Mahkamah

Agung No. 3 Tahun 2000 tanggal 21 Juli 2000 dan ketentuan Pasal 191

ayat (1) RBg dan Pasal 332 RV;

Bahwa lebih dari pada itu tuntutan provisi maupun putusan serta merta,

jelas-jelas tidak sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3

Tahun 2000 tanggal 21 Juli 2000 jo Pasal 191 ayat (1) Rbg jo Pasal

Hal 35 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

332 RV. Berikut kutipan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun

2000 tanggai 21 Juli 2000:

QuoteSURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG

NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORAAD)

DAN PROVISIONIL KETUA MAHKAMAH

AGUNG REPUBLIK INDONESIA

1. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengkajian secara teliti dan

cermat oleh Mahkamah Agung tentang Putusan Serta Merta

(Uitvoerbaar Bij Voorraad) dan Putusan Provisionil yang dijatuhkan

oleh Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama berdasarkan Pasal

180 ayat (1) Reglemen Indonesia Yang di Perbaharui (HIR) dan

Pasal 191 ayat (1) Reglemen Hukum Acara Untuk Luar Jawa-Madura

(RBg), Mahkamah Agung memperoleh fakta-fakta sebagai berikut:

a. Putusan Serta Merta dikabulkan berdasarkan bukti-bukti yang

keautentikannya dibantah oleh Pihak Tergugat dengan bukti

yang juga autentik;

b. Hakim tidak cukup mempertimbangkan atau tidak memberikan

pertimbangan hukum yang jelas dalam hal mengabulkan petitum

tentang Putusan Yang Dapat Diiaksanakan Terlebih Dahulu

(serta merta) dan tuntutan Provisionil;

c. Hampir terhadap setiap jenis perkara dijatuhkan Putusan Serta

Merta oleh Hakim, sehingga menyimpang dari ketentuan Pasal

180 ayat (1) Reglemen Indonesia Yang diperbarui (HIR) dan

Pasal 191 ayat (1) Reglemen Hukum Acara Luar Jawa-Madura

(RBg);

d. Untuk melaksanakan Putusan Serta Merta dan Putusan

Provisionil, Ketua Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Agama

meminta persetujuan ke Pengadilan Tinggi dan Pengadilan

Tinggi Agama tanpa disertai dokumen surat-surat pendukung;

e. Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama tanpa meneliti

secara cermat dan sungguh-sungguh faktor-faktor ethos, pathos,

logos serta dampak sosialnya mengabulkan permohonan Ketua

Hal 36 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Agama untuk melaksanakan

Putusan Serta Merta yang dijatuhkan;

f. Ketua Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Agama serta

para Hakim mengabaikan sikap hati-hati dan tidak mengindahkan

SEMA No. 16 Tahun 1969, SEMA No.3 Tahun 1971, SEMA No.3

Tahun 1978 dan Buku II tentang Pedoman Pelaksanaan

Tugas dan Administrasi Pengadilan serta Pasal 54 Rv. Sebelum

menjatuhkan Putusan Serta Merta dan mengajukan permohonan izin

untuk melaksanakan Putusan Serta Merta;

2. Berdasarkan hal-hal tersebut, Mahkamah Agung sesuai dengan

kewenangannya berdasarkan Pasal 32 Undang-undang No. 14 Tahun 1985

tentang Mahkamah Agung memandang perlu untuk mengatur kembali

tentang penggunaan lembaga Putusan Serta Merta (Uit voerbaar Bij

Voorraad) berdasarkan Pasal 180 ayat (1) Reglemen Indonesia Yang

diperbarui (HIR) dan Pasal 191 ayat (1) Reglemen Hukum Acara Untuk Luar

Jawa - Madura (RBg);

3. Sehubungan dengan itu, Mahkamah Agung memerintahkan kepada Para

Ketua Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Agama serta Para Hakim

Pengadilan Negeri dan Hakim Pengadilan Agama untuk mempertimbangkan,

memperhatikan dan mentaati dengan sungguh-sungguh syarat-syarat yang

harus dipenuhi sebelum mengabulkan tuntutan Putusan Serta Merta (Uit

voerbaar Bij Voorraad) dan Putusan Provisionil sebagaimana diuraikan

dalam Pasal 180 ayat (1) Reglemen Indonesia Yang diperbarui (HIR) dan

Pasal 191 ayat (1) Reglemen Hukum Acara Untuk Luar Jawa -Madura (RBg)

serta Pasal 332 Rv;

4. Selanjutnya, Mahkamah Agung memberikan petunjuk, yaitu Ketua

Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan Agama, para Hakim Pengadilan

Negeri dan Hakim Pengadilan Agama tidak menjatuhkan Putusan Serta

Merta, kecuali dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Gugatan didasarkan pada bukti surat auntentik atau surat tulisan

tangan (handschrift) yang tidak dibantah kebenaran tentang isi dan tanda

tangannya, yang menurut Undang-undang tidak mempunyai kekuatan

bukti;

b. Gugatan tentang Hutang-Piutang yang jumlahnya sudah pasti dan tidak

dibantah;

Hal 37 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

c. Gugatan tentang sewa-menyewa tanah, rumah, gudang dan Iain-

lain, di mana hubungan sewa menyewa sudah habis/lampau, atau

Penyewa terbukti melalaikan kewajibannya sebagai Penyewa yang

beritikad baik;

d. Pokok gugatan mengenai tuntutan pembagian harta perkawinan

(gono-gini) setelah putusan mengenai gugatan cerai mempunyai

kekuatan hukum tetap;

e. Dikabulkannya gugatan Provisionil, dengan pertimbangan agar

hukum yang tegas dan jelas serta memenuhi Pasal 332 Rv;

f. Gugatan berdasarkan Putusan yang telah memperoieh kekuatan

hukum tetap (in kracht van gewijsde) dan mempunyai hubungan

dengan pokok gugatan yang diajukan;

g. Pokok sengketa mengenai bezitsrecht;

5. Setelah Putusan Serta Merta dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Negeri atau

Hakim Pengadilan Agama, maka selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari

setelah diucapkan, turunan putusan yang sah dikirimkan ke Pengadilan

Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama;

6. Apabila Penggugat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan

Negeri dan Ketua Pengadilan Agama agar Putusan Serta Merta dan Putusan

Provisionil dilaksanakan, maka permohonan tersebut beserta berkas perkara

selengkapnya dikirim ke Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama

disertai pendapat dan Ketua Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan

Agama yang bersangkutan;

7. Adanya pemberian jaminan yang nilainya sama dengan nilai barang/objek

eksekusi, sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak lain, apabila

ternyata di kemudian hari dijatuhkan putusan yang membatalkan putusan

Pengadilan Tingkat Pertama;

8. Terhitung sejak diterbitkannya Surat Edaran ini, maka SEMA No. 16 Tahun

1969, SEMA No.3 Tahun 1971, SEMA No.3 tahun 1978 serta SEMA yang

terkait dinyatakan tidak berlaku lagi;

9. Diperintahkan kepada Saudara agar petunjuk ini dilaksanakan secara

sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab, dan apabila ternyata

ditemukan penyimpangan dalam pelaksanaannya, maka Mahkamah Agung

akan mengambil langkah tindakan terhadap Pejabat yang bersangkutan.

KETUA MAHKAMAH AGUNG Rl

Ttd.

SARWATA, SH.

Hal 38 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Unquote;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, tuntutan

provisionil,perkara ini dinyatakan dapat dijalankan dengan serta merta

meskipun ada banding, verzet ataupun kasasi haruslah ditolak;

B. DALAM REKONVENSI :1. Bahwa apa yang telah Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi,

kemukakan baik dalam Konvensi diatas adalah merupakan satu kesatuan

dengan pokok perkara ini;

2. Bahwa Penggugat Rekonvensi/Tergugat Kovensi tetap dengan

jawabannya dan secara tegas menolak dalil-dalil gugatan Penggugat baik

tentang Posita, Petitum maupun Replik Penggugat/Tergugat Rekonvensi;

3. Bahwa apa yang telah Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konvensi

nyatakan dalam gugatan Konvensi adalah keliru dan tidak berdasarkan

hukum, dengan alasan :

* Bahwa gugatan Rekonvensi adalah gugatan balik yang diajukan

Tergugat terhadap Penggugat dalam suatu proses perkara sedang

berjalan (vide pasal 224 Rv);

* Bahwa Pasal 132 a ayat (1) HIR, memberikan pengertian singkat,

yang maknanya:

* Rekonvensi adalah gugatan yang diajukan Tergugat sebagai

gugatan balasan terhadap gugatan yang diajukan Penggugat

kepadanya, dan;

* Gugatan Rekonvensi itu, diajukan Tergugat kepada Pengadilan

Negeri, pada saat berlangsung proses pemeriksaan gugatan yang

diajukan Penggugat;

4. Bahwa Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi mempunyai izin

prinsip yaitu SK Pelepasan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan,

dengan SK. No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni 1991 seluas 12.650

Ha, untuk perkebunan Coklat, namun sampai dengan bulan Maret 1995,

Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi tidak ada melaksanakan

pembangunan perkebunan Coklat tersebut;

5. Bahwa pada bulan Mei 1995 dikeiuarkan persetujuan perubahan Jenis

tanaman dari tanaman coklat menjadi Kelapa Sawit berdasarkan Surat

Menteri Pertanian Ub. Dirjen Perkebunan dengan surat Nomor:

HK.350/E5/232/05.95 dengan catatan bahwa persetujuan perubahan

Hal 39 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

jenis tanaman tersebut berlaku selama 12 bulan, dan Penggugat

Konpensi/Tergugat Rekonvensi diwajibkan:

a. Menyiapkan Study kelayakan dan jaminan tersedianya tenaga kerja;

b.Memproses Hak Guna Usaha (HGU);

c. Memperhatikan kelestarian lingkungan di daiam pengelolaan kebun;

d. Menyampaikan laporan semester perkembangan kegiatan fisik dan

non fisik yang meliputi aspek perkembangan pengurusan Hak Guna

Usaha, perkembangan kegiatan usaha dan fisik tanaman serta

pembangunan sarana dan prasarana kebun;

6. Bahwa setelah mendapat persetujuan perubahan jenis tanaman dari

coklat ke kelapa sawit Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi masih

tetaptidak melakukan pengurusan lahan tersebut. Sesuai dengan

ketentuanyang berlaku terhadap lahan yang telah dikeluarkan izin

prinsipnya makapihak pengelola harus melakukan pengurusan terhadap

lahan tersebut seperti melakukan pengurusan keluarnya HGU/HGB dan

dilakukan pengelolaan terhadap lahan tersebut. akan tetapi Penggugat

Konpensi/Tergugat Rekonvensi tidak pernah melakukan follow up

terhadap lahan tersebut sampai akhirnya Penggugat diperingati oieh

Bupati Rokan Hulu sebanyak 3 (tiga) kali yakni:

a. Surat Bupati Rokan Huiu kepada Penggugat Konpensi/Tergugat

Rekonvensi, tanggal 28 Maret 2002, No. 525/PEM/lN/02809 perihal:

Peringatan I (pertama) terhadap tindak lanjut keputusanperpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atasnama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,

b. Surat Bupati Rokan Hulu kepada Penggugat Konpensi/Tergugat

Rekonvensi, tanggal 11 Juli 2002, No. 525/PEM/VII/609 perihal:

Peringatan II (kedua) terhadap tindak lanjut keputusanperpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atasnama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,

c. Surat Bupati Rokan Huiu kepada Penggugat Konpensi/Tergugat

Rekonvensi, tanggal 12 November, No. 525/PEM/XI/02/103 perihal:

Peringatan III (Ketiga) terhadap tindak lanjut keputusanperpanjangan izin lokasi usaha perkebunan kelapa sawit atasnama PT. RES di Kecamatan Kunto Darussalam,

7. Bahwa dengan alasan tidak sanggup untuk mengelola maka pada

Oktober 2004 Penggugat mengadakan perjanjian kerjasama dengan

Tergugat Konpensi ll/Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Konpensi

Hal 40 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

V/Penggugat Rekonvensi sesuai dengan Akta No. 7383/GM/2004 tanggal

13 Oktober 2004 yang dibuat dihadapan Notaris Fransiskus Djoenardi

SH, tentang penyerahan pengelolaan lahan Penggugat

Konpensi/Tergugat Rekonvensi seluas 1.800 Hektar yang terletak di

Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu,

Provinsi Riau kepada Tergugat II;

8. Bahwa tanggal 01 Maret 2005 dibuat pula perjanjian antara Penggugat

Konpensi/Tergugat Rekonvensi dengan Tergugat Konpensi l/Penggugat

Rekonvensi (Legalisasi No.7556/Leg/2005 tanggai 01 Maret 2005 oieh

Fransiskus Djoenardi, SH. - Notaris di Pekanbaru). Inti dari perjanjian

tersebut adalah tentang penyerahan lahan (subrogasi) seiuas 5.000 Hektar

yakni sebagian dari (enclaved) lahan seluas 12.650 Ha tersebut pada SK

Menteri Kehutanan Rl No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni 1991 tentang

Pelepasan Kawasan Hutan yang terletak di Desa Sontang, Kecamatan

Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau dengan

memberikan imbalan kepada Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi

sebesar 6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah);

9. Bahwa Pasal 1 Perjanjian tanggal 01 Maret 2005 yang dibuat di hadapan

Notaris Fransiskus Djoenardi, SH (Tergugat VI) menyatakan :

QuotePasal 1

1. Luas seluruh lahan atau tanah yang diserahkan dengan kompensasi

oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA adalah seluas kurang

lebih 5.000 (lima ribu) Hektar dan sesuai dengan Peta (terlampir) yang

telah diketahui dan disetujui serta ditandatangani bersama oleh para

pihak, yang terdiri dari:

i. Lahan tanah seluas kurang lebih 1.800 Hektar (seribu delapan

ratus hektar) yang telah diserahkan kepada PIHAK KEDUA;

ii. Lahan tanah seluas kurang lebih 3.200 Hektar (tiga ribu dua ratus Hektar)

yang belum dibuka dan telah disetujui untuk diserahkan dengan

kompensasi kepada PIHAK PERTAMA sebesar Rp.

6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah);

iii. Dengan disepakatinya penyerahan dengan kompensasi atas tanah

atau persil seluas 5.000 Hektar (lima ribu hektar), maka seluruh

resiko dan kerugian maupun keuntungan atas tanah atau persil

Hal 41 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

tersebut menjadi tanggung jawab dan/atau merupakan hak milik

dari PIHAK KEDUA sepenuhnya;

iv. Untuk inventaris termasuk bangunan bersama dan sarana prasarana

diluar lahan seluas 1.800 Ha (seribu delapan ratus hektar) yang telah

ditanam maka akan dinilai dan diperhitungkan sesuai dengan harga

pasaryang disepakati oleh para pihak;

v. Mengenai program kemitraan dengan masyarakat setempat yang

pada saat ini kurang lebih seluas 210 Ha (dua ratus dua puluh

Hektar) tanaman kelapa sawit, untuk selanjutnya atau yang akan

ada di kemudian hah, tetap menjadi tanggung jawab PIHAK

KEDUA;

Unquote;10. ---------------------------------------------------------------------------------------------------B

ahwa sementara lahan seluas 210 Ha (seratus dua puluh Hektar) tanaman

kelapa sawit yang diperuntukkan program kemitraan dengan masyarakat

setempat tersebut, setelah dilakukan pengecekan oleh Tergugat Konpensi

l/Penggugat Rekonvensi rupanya tidak lagi terawat dengan baik atau sama

saja dengan tidak ada;

11.---------------------------------------------------------------------------------------------------Ba

hwa pada tanggai 11 April 2006 terbit Keputusan Menteri Kehutanan No.

SK.96/Menhut-ll/2006 tentang pencabutan Sk Menteri Kehutanan Rl tanggal

10 Juni 1991 No. 323/Kpts-li/1991. Terhadap pencabutan izin prinsip

tersebut Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi mengajukan Gugatan

TUN ke Pengadilan TUN Jakarta yang dikenal dengan Perkara No.

83/G/2006/PTUN.JKT;

12. --------------------------------------------------------------------------------------------------Ba

hwa sementara lahan seluas 5.000 Hektar yang terletak di Desa Sontang,

Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau telah

diserahkan oleh Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi kepada

Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi sesuai dengan kwitansi

tertanggal 30 November 2007 untuk pembayaran kompensasi pengelolaan

atas lahan 5.000 Hektar sesuai dengan perjanjian 01 Maret 2005 dengan

jumiah Rp. 6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah);

13. Terhadap penyerahan lahan seluas 5.000 Hektar yang terletak di Desa

Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi

Riau, Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi merasa dirugikan karena

Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi telah menyerahkan lahan yang

Hal 42 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

izin prinsipnya telah dicabut oleh Menteri Kehutanan dengan Keputusan

Menteri Kehutanan No. SK.96/Menhut-ll/2006 tentang Pencabutan Sk

Menteri Kehutanan Ri. Tanggai 10 Juni 1991 No. 323/Kpts-H/1991;

14. Bahwa dengan alasan hukum di atas Tergugat Konpensi l/Penggugat

Rekonvensi telah melaporkan Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi

telah melakukan penipuan kepada Polres Pekanbaru, namun kemudian

penyidikan dihentikan (SP3) oleh penyidik dengan alasan adanya

perdamaian;

Bahwa kasus ini telah kami reservir untuk dibuka kembali, antara lain

karena untuk delik formil tidak dapat dilakukan perdamaian;

15. Bahwa setelah penyerahan lahan (subrogasi) tersebut dari Penggugat

Konpensi/Tergugat Rekonvensi kepada Tergugat Konpensi l/Penggugat

Rekonvensi, Tergugat Konpensi I/Penggugat Rekonvensi melakukan

kerjasama dengan PT. RAS yang dikenal dengan Akta Perjanjian No. 15

tanggai 08 Februari 2007 yang dibuat dihadapan Edison Jingga, SH.

16. Bahwa kemudian Perjanjian No. 15 tanggal 08 Februari 2007 dipertegas

kembali dengan Akta Perjanjian Kerjasama No. 101 tanggal 17 Maret 2010

yang dibuat dihadapan Nursyirwan Koto, SH-Notaris di Pekanbaru antara

Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi dengan PT. RAS dimana

disepakati lahan seluas 5.000 Hektar yang terletak di Desa Sontang,

Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau

diserahkan pengelolaannya kepada PT. RAS;

17. Bahwa hal tersebut dipertegas dengan adanya Peta Penggunaan Tanah PT.

Riau Anugerah Sentosa atas lahan 5.000 Hektar yang terletak di desa Teluk

Sono dan Sontang, Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu

yang dibuat oleh Kantor Pertanahan Rokan Hulu;

18. Bahwa karena sudah ada pengalihan pengelolaan lahan tersebut dari

Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi kepada PT. RAS, maka PT. RAS

melakukan pengurusan terhadap lahan tersebut termasuk mengajukan izin-

izin, maka antara lain terbit izin-izin:

a. Surat Dinas Kehutanan Provinsi Riau No. 5221/PR/4187, tanggal 15

November 2006, mengeluarkan Pertimbangan teknis pencadangan

areal untuk usaha perkebunan atas nama PT. Riau Anugerah Sentosa

(Tergugat Konpensi ll/Penggugat Rekonvensi);

b. Surat Gubernur Riau No. 522/DISHUT/24.31, tanggal 21 November

2006, mengeluarkan Rekomendasi pencadangan areal perkebunan

untuk usaha perkebunan atas nama Deddy Handoko Alimin (Tergugat

Hal 43 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Konpensi Ill/Penggugat Rekonvensi) di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi

Riau. Didalam surat ini dijelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Riau

memberikan rekomendasi pencadangan areal perkebunan atas nama

PT. Rokan Erasubur Plantation (Penggugat Konpensi/Tergugat

Rekonvensi) kepada PT. Riau Anugerah Sentosa (Tergugat Konpensi

Il/Penggugat Rekonvensi);

c. Kemudian dipertegas lagi dengan Surat Bupati Rokan Hulu

No. 525/Pem/2007/IX/36 tertanggal 19 September 2007 dengan

perihal: Rekomendasi persetujuan prinsip pencadangan lahan usaha

perkebunan kelapa sawit seluas ± 10.720 di Desa Sontang dan desa

Teiuk Sono Kec. Bonai Darussalam Kab. Rokan Hulu kepada PT. Riau

Anugerah Sentosa (Tergugat Konpensi Il/Penggugat Rekonvensi);

d. Keputusan Bupati Rokan Hulu No. 475 Tahun 2007 tentang Pemberian

Izin Lokasi Izin Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Riau Anugerah

Sentosa (Tergugat Konpensi Il/Penggugat Rekonvensi) di Kecamatan

Bonai Darussalam Kabupaten Rokan Hulu tanggal 12 Desember 2007;

e. Keputusan Bupati Rokan Huiu No. 483 Tahun 2007 Tentang Izin Usaha

Budidaya Perkebunan (IUP-B) PT. Riau Anugerah Sentosa (Tergugat

Konpensi Il/Penggugat Rekonvensi) tanggal 16 Desember 2007;

19.Bahwa dengan alasan tersebut di atas PT. RAS melakukan pengelolaan

terhadap lahan seluas 5.000 Hektar yang terletak di Desa Sontang,

Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.

Adapun pengelolaan yang dilakukan oleh PT. RAS adalah dengan merekrut

tenaga kerja, membangun fasilitas di areal perkebunan, menanam bibit sawit

sampai terbangun kebun kelapa sawit dan kelapa sawit tersebut berbuah/

menghasilkan (produktif) sehingga mempunyai nilai ekonomis;

20. Bahwa ketika SK menteri kehutanan Rl tanggai 10 Juni 1991 No. 323/Kpts-

11/1991 dicabut dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.96/Menhut-

II/2006 tanggal 11 April 2006, PT. RES in casu Penggugat

Konpensi/Tergugat Rekonvensi mengajukan Gugatan TUN ke Pengadiian

TUN Jakarta yang dikenal dengan Perkara TUN No.83/G/2006/PTUN.

JKT, yakni perkara yang akhirnya dimenangkan oleh Penggugat Konpensi/

Tergugat Rekonvensi;

21.Bahwa sementara pada gugatan TUN yang diajukan oleh Penggugat

Konpensi/Tergugat Rekonvensi tersebut sama sekali tidak mengungkapkan

adanya fakta hukum atau peristiwa hukum sebenarnya yang terjadi

sebelumnya, yakni penyerahan sebagian (enclaved) lahan seluas 5.000

Hal 44 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Hektar dari total iahan seluas 12.650 Hektar tersebut pada SK Menteri

Kehutanan No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni 1991 dengan memberikan

imbalan kepada Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi sebesar Rp. 6.400.000.000,- [enam milyar empat ratus juta rupiah),

22.Bahwa oleh karena Menteri Kehutanan kalah dalam perkara a quo, maka

dengan dasar itu Menteri Kehutanan mengeiuarkan SK yang baru yang

dikenal dengan SK Menteri Kehutanan No. SK.575/Menhut-ll/2010 tanggai

11 Oktober 2010 tentang Pelepasan Kawasan Hutan seluas 12.650 (Dua

belas ribu enam ratus lima puiuh) Hektar yang terletak di Kelompok Hutan

Sungai Rokan, Desa Sontang Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten

Rokan Huiu, Provinsi Riau;

23.Bahwa SK Menteri Kehutanan No. SK.575/Menhut-li/2010 tanggai 11

Oktober 2010 tersebut dijadikan dasar oleh Penggugat Konpensi/Tergugat

Rekonvensi untuk menggugat Para Tergugat Konpensi/Para Penggugat

Rekonvensi. Padahal Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi dan

Tergugat Konpensi Il/Penggugat Rekonvensi telah membayar imbaian

sebesar Rp. 6,4 Milyar kepada Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi,

telah memiliki legalitas lengkap atas areal seluas 5.000 hektar tersebut dan

telah membangun kebun kelapa sawit pada lahan tersebut;

24.Bahwa menunjuk Pasai 15 Peraturan Menteri Kehutanan Ri Nomor: P.33/Menhut-ll/2010 tanggal 29 Juli 2010 tentang Tanta Cara Pelepasan

Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonvensi menyatakan: "Terhadap kawasan HPK yang telah dilepas sebagaimana dimaksud dalam Pasal14 ayat (3), pengurusan selanjutnya menjadi tanggungjawab instansidi bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan",

25.Bahwa oieh sebab itu silahkan saja Penggugat Konpensi/Tergugat

Rekonvensi mengelola lahan sisa yakni lahan seluas 12.650 (dua belas ribu

enam ratus lima puiuh) Ha yang dimaksud dalam SK Menteri Kehutanan Rl

No. 323/Kpts-11/1991 tanggal 18 Juni 1991 jo. Surat Keputusan Menteri

Kehutanan R.I. No. SK.575/Menhut-ii/2010 tanggal 11 Oktober 2010 setelah

dikurangi dengan 5.000 Hektar, namun jangan mengutak-utik secara

melawan hukum lahan yang 5.000 (lima ribu) Hektar tersebut, karena telah

diserahkan kepada Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi dengan

imbalan sebesar Rp.6.400.000.000 (enam milyar empat ratus juta rupiah)

yang kemudian oleh Tergugat Konpensi l/Penggugat Rekonvensi telah

dikerjasamakan pula dengan PT. RAS vide Akta Perjanjian No. 15 tanggal

Hal 45 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

08 Februari 2007) dimana untuk itu PT. RAS telah pula memiliki legalitas

lengkap;

26.Bahwa nyatanya Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi malah

menggugat dengan dalil-dalil yang mengada-ada. Bahwa tindakan demikian

merupakan perbuatan melawan hukum (on rechtmatigedaad/tort);

27.Bahwa tindakan melawan hukum (onrechtmatigedaad/tort) yang dilakukan

Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi telah merugikan Para Tergugat

Konpensi/Para Penggugat Rekonvensi baik materil maupun immateril;

28.Bahwa perbuatan Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi sebagaimana

diuraikan pada butir 20 s/d 27 Dalam Rekonvensi tersebut di atas adalah

jelas merupakan suatu perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad/tort)

yang mengakibatkan kerugian pada pihak Para Penggugat Rekonvensi/Para

Tergugat Konpensi, baik kerugian materil maupun immateril;

29. Bahwa kerugian immaterii yang dialami Para Penggugat Rekonvensi/Para

Tergugat Konpensi merupakan dampak/akibat dari perbuatan melawan

hokum (onrechtmatigedaad) Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi

tersebut, antara lain hilangnya bonafiditas Para Penggugat Rekonvensi/

Para Tergugat Konpensi di mata bank-bank, para supplier (pemasok) selaku

kreditur bagi kebutuhan kebun kelapa sawit (pupuk, peralatan) dealer

kendaraan, deaier alat perkebunan dan terganggunya hubungan dengan

para pembeli Tandan Buah Segar (TBS) khususnya dan di mata

masyarakat serta sesama kalangan pengusaha pada umumnya,

sehubungan dengan adanya gugatan in casu;

30.a. Bahwa kerugian immateriil yang diderita oleh Para Penggugat

Rekonvensi/Para Tergugat Konpensi sesungguhnya tidak bisa dinilai

dengan uang, namun dalam Gugatan Rekonvensi ini harus

dikuantitatifkan, sehingga bernilai Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh

lima milyar rupiah);

b. Bahwa kerugian materil Para Penggugat Rekonvensi/Para Tergugat

Konpensi dengan adanya gugatan in casu antara lain:

* Biaya konpensasi yang telah dikeluarkan Tergugat Konpensi

l/Penggugat Rekonvensi terhadap lahan seluas 5.000 Hektar yang

telah diserahkan kepada Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi

sebesar Rp. 6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah);

* Biaya perkara yang timbul akibat adanya Gugatan in casu sebesar

Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);

Hal 46 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Total kerugian materiil hingga sekarang ini telah berjumlah sebesar Rp.

6.900.000.000,- (enam milyar sembilan ratus juta juta rupiah);

Bahwa akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan Tergugat

Rekonvensi/Penggugat Konpensi, maka adalah wajar Tergugat

Rekonvensi/Penggugat Konpensi dihukum membayar ganti rugi immateriil

dan materil kepada Para Penggugat Rekonvensi/Para Tergugat Konpensi

sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b tersebut diatas sebesar Rp.

31.900.000.000,- (tiga puluh satu milyar sembilan ratus juta rupiah);

31. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------B

ahwa Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konpensi adalah Tergugat

Rekonvensi/Penggugat Konpensi malavides, sehingga dikhawatirkan akan

melalaikan pembayaran tuntutan ganti rugi materil dan immaterial a quo, untuk

itu akan dibebani membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.

100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) per hari keterlambatan pelunasan

pembayaran tuntutan ganti rugi materil dan immaterial a quo terhitung sejak

putusan berkekuatan hukum tetap;

32. Bahwa Gugatan Rekonvensi ini diajukan dengan bukti-bukti yang cukup dan

kuat, sehingga cukup dasar hukum bagi Penggugat Rekonvensi/Tergugat I, II,

III, IV, V dan Vi Konpensi untuk memohon putusan yang dapat dijalankan

segera dan serta merta (uit voerbaar bij voorraad) sesuai dengan Surat

Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000 tanggal 21 Juli 2000 dan

ketentuan Pasal 191 ayat (1) RBg dan Pasal 332 RV dan Surat Edaran

Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000 tanggal 21 Juli 2000 jo Pasal 191 ayat

(1) Rbg jo Pasal 332 RV Berikut kutipan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3

Tahun 2000 tanggal 21 Juli 2000. Meskipun Tergugat Rekonvensi/Penggugat

Konpensi melakukan upaya banding, kasasi, verzet atau upaya lainnya;

Berdasarkan fakta-fakta dan silogisma hukum yang diuraikan di atas, maka

kiranya telah cukup alasan hukum bagi Para Tergugat Konpensi/Para

Penggugat Rekonvensi untuk memohon kepada Ketua dan Anggota Mejelis

Hakim Pemeriksa Perkara in casu untuk memeriksa, mengadili dan

memutuskan perkara in casu dengan suatu putusan yang dapat dijalankan

segera dan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) yang amar-nya berbunyi

sebagai berikut:

A.DALAM EKSEPSI :1. Menerima dan mengabulkan Eksepsi Para Tergugat untuk seluruhnya;

Hal 47 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

2. Menyatakan Pengadilan Negeri Pekanbaru tidak berwenang memeriksa

perkara a quo;

3. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet onvankelijk

verklaard);

B. DALAM KONPENSIMenolak (onzegci) atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat

tidak dapat diterima (niet onvankelijk verklaard);

C. DALAM PROVISIMenolak (onzegd) permohonan provisi yang dimohonkan Penggugat;

D. DALAM REKONVENSI1. Menerima dan mengabulkan gugatan Rekonvensi Para Penggugat

Rekonvensi/Para Tergugat Konpensi untuk seluruhnya;

2. Menyatakan penyerahan lahan (subrogasi) seluas 5.000 Hektar yang

terletak di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten

Rokan Hulu, Provinsi Riau dengan kompensasi sebesar Rp.

6.400.000.000,- (enam milyar empat ratus juta rupiah) tertanggal 30

November 2007 sesuai kwitansi tertanggai 30 November 2007

berdasarkan Perjanjian tanggal 01 Maret 2005 yang dilegalisir oleh

Fransiskus Djoenardi, SH. - Notaris di Pekanbaru dengan Nomor

7556/Leg/2005 adalah sah kuat dan berharga (te gehengen en te

gedogen);

3. Menyatakan Perjanjian No. 15 tanggai 08 Februari 2007 yang dibuat

dihadapan Notaris Edison Jingga, SH dan Akta Perjanjian Kerjasama No.

101 tanggal 17 Maret 2010 yang dibuat dihadapan Notaris Nusyirwan

Koto, SH, M. Kn adalah sah kuat dan berharga (te gehengen en te

gedogen);

4. Menyatakan Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konpensi telah melakukan

perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad/tort) terhadap Penggugat

Rekonvensi/Tergugat I, II, III, IV, Vdan VI Konpensi;

5. Menghukum Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konpensi membayar ganti

rugi inmateriil dan materiil kepada Para Penggugat Rekonvensi/

ParaTergugat Konpensi, sebesar Rp. 31.900.000.000,- (tiga puiu'n satu

milyar sembilan ratus juta rupiah), jika ingkar dengan bantuan alat

kekuasaan negara (Polri dan TNI);

6. Menghukum Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konpensi untuk membayar

uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratus juta rupiah)

per hah keteriambatan peiunasan pembayaran ganti rugi materil dan

Hal 48 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

immaterial kepada Penggugat Rekonvensi/Tergugat I, II, III, IV, V dan VI

Konpensi terhitung sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap

(kracht van gewijsde);

7. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan segera dan serta merta (uit

voerbar bij voorraad), meskipun Tergugat Rekonvensi/Penggugat

Konpensi melakukan upaya hukum Banding, Kasasi, Verzet dan lainnya;-

8. Atau, jika Mejelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-

adilnya (ex aequo et bono);

E. DALAM KONPENSI DAN REKONVENSI Menghukum Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar

seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini;

Menimbang bahwa disamping itu Tergugat VII dan VIII atas gugatan

Penggugat tersebut telah mengajukan jawabannya tertanggal 22 Desember

2011 yang menyatakan pada pokoknya sebagai berikut:

I. JAWABAN TERGUGAT VII (KARIM TANO TJANDRA)1. Bahwa segala sesuatu yang diuraikan didalam gugatan Penggugat

adalah seluruhnya benar dan tidak perlu lagi dibantah;

2. Bahwa Tergugat VII adalah benar sebagai pemegang saham di Badan

Hukum PT. Citra Lestari Semesta (PT. CLS) sesuai dengan Akte Notaris

Edison Jingga, SH, tanggal 19 Desember 2007 No. 145;

3. Bahwa memang benar PT. CLS ada mengikatkan perjanjian dengan PT.

Rokan Erasubur Plantations (PT. RES) tanggal 1 Maret 2005 yang mana

dalam isi perjanjian tersebut dimana kebun kelapa sawit milik PT. RES

seluas 1.800 Ha telah panen atau menghasilkan dan dari hasil penjualan

ini PT. CLS berkewajiban mengembangkan tanah milik PT. RES yang

luasnya 3.200 Ha untuk dibuka dan ditanami sawit;

4. Bahwa kewajiban PT. CLS menyerahkan uang kompensasi sejumlah Rp.

6.400.000.000 (Enam milyar empat ratus juta rupiah) kepada PT. RES di

dalam membuat jalan, membuat parit, menyiapkan barak dan perkantoran

yang ada di areal PT RES;

5. Bahwa uang yang Rp. 6.400.000.000 (Enam milyar empat ratus juta

rupiah) tersebut tidak pernah dibayarkan oleh PT. CLS kepada PT. RES

baik yang ditransfer ke rekening PT. RES maupun yang diterima tunai.

Jika ada Akte Notaris seolah-olah telah ada pembayaran dan juga ada

kwiitansi yang ditandatangani seolah-olah ada penerimaan uang tetapi

Hal 49 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

uangnya tidak pernah diterima. Tentu ini adalah perbuatan penipuan yang

dalam waktu dekat akan dibuat pengaduan kepada pihak kepolisian

6. Bahwa di dalam perjanjian tersebut juga kewajiban PT. CLS (Tergugat I)

untuk menyiapkan semua dokumen dokumen sebagai syarat penerbitan

Sertipikat Hak Guna Usaha keatas nama PT. RES (Penggugat);

7. Bahwa banyak hal-hal yang tidak dipenuhi oleh Tergugat I maupun

Tergugat lainnya terkecuali Tergugat VII dan Tergugat VIII yang sama

sekali membuktikan Tergugat I tidak jujur daiam membuat perjanjian.

Sebab uang sejumlah 6.400.000.000 (Enam milyar empat ratus juta

rupiah) tersebut tidak pernah diberikan kepada Penggugat yang ada

hanya bukti-bukti kertas. Begitu juga mengenai penyelesaian Sertipikat

Hak Guna Usaha ke Badan pertanahan atas nama PT. RES sampai saat

ini belum pernah terbit;

8. Bahwa atas perbuatan Tergugat I tersebut yang tidak menjalankan

perusahaan secara transparans untuk melihat kinerja dari Tergugat I,

maka Tergugat VII sebagai Komisaris Utama melakukan Rapat Dewan

Komisariis dan juga membuat Keputusan Dewan Komisaris yang

menindak pengurus PT. CLS;

9. Bahwa pemberhentian sementara dereksi PT. CLS tersebut telah

disampaikan oleh Tergugat VII kepada Menteri Hukum dan HAM Rl pada

tanggai 28 Desember 2009 No. 026/SB/CLS-HO/komut/XlI/2009;

10. Bahwa dengan melihat kinerja daripada pengurus PT. CLS dan juga

sampai saat ini tidak diselesaikan materi-materi dalam perjanjian tanggal

1 Maret 2005, maka telah terbukti Tergugat I bersama dengan Tergugat

II, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V baik sendiri-sendiri maupun

bersama-sama telah melakukan perbuatan wanprestasi. Sebab tidak ada

memberikan penjelasan hasil penjualan buah sawit yang 1.800 Ha dan

juga jumlah uang yang diperuntukkan pembangunan kebun yang luasnya

3.200 Ha. Begitu juga tidak menyelesaikan Sertifikat Hak Guna Usaha

atas nama PT. RES;

11. Bahwa perhitungan yang dibuat oleh Penggugat pada posita point 7 yang

menyatakan secara hukum Tergugat I maupun para Tergugat lainnya

telah menguasai uang sejumlah Rp. 51.714.435.120 (Lima puluh satu

milyar tujuh ratus empat belas juta empat ratus tiga puluh lima ribu

seratus dua puluh rupiah). Dengan ini secara tegas Tergugat VII

menyatakan dimana Tergugat VII tidak ikut menguasai uang tersebut.

Hal 50 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Tetapi uang tersebut berada pada kekuasaan Tergugat I, Tergugat II,

Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V;

12. Bahwa perhitungan yang dibuat oleh Penggugat pada posita point 8 yang

menyatakan secara hukum Tergugat I maupun para Tergugat lainnya

telah menguasai uang sejumlah RP. 48.000.000.000 (empat puluh

delapan milyar rupiah). Dengan ini secara tegas Tergugat VII

menyatakan dimana Tergugat VII tidak ikut menguasai uang tersebut.

Tetapi uang tersebut berada pada Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III,

Tergugat IV dan Tergugat V;

13. Bahwa dari sisa uang Rp. 48.000.000.000 (Empat puluh delapan milyar

rupiah) tersebut yang jumlah Rp. 3.714.435.120 (Tiga milyar tujuh ratus

empat belas juta empat ratus tiga puluh lima ribu seratus dua puluh

rupiah) dimana Tergugat VII tidak ada menguasainya, tetapi yang

menguasainya adalah Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV

dan Tergugat V, maka wajib dihukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III,

Tergugat IV dan Tergugat V untuk mengembalikan uang tersebut kepada

Penggugat;

14. Bahwa semua perhitungan yang diajukan oieh Penggugat didaiam

gugatannya yang menurut pengetahuan Tergugat VII adalah telah sesuai

karena Tergugat VII adaiah memahami sedikit banyaknya tentang hasil

perkebunan, maka untuk wajar dihukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat

Ill, Tergugat IV dan Tergugat V baik sendiri-sendiri maupun bersama-

sama untuk membayar kerugian PT. RES sejumlah Rp. 3.714.435.120

(Tiga milyar tujuh ratus empat belas juta empat ratus tiga puluh lima ribu

seratus dua puluh rupiah);

II. JAWABAN TERGUGAT VIII (PT. RINA CIPTA SAUDARA) 1. Bahwa segala sesuatu yang diuraikan didalam gugatan Penggugat

adalah seluruhnya benar dan tidak perlu lagi dibantah;

2. Bahwa Tergugat VIII (PT. Rina Cipta Saudara) adalah sebagai

pemegang saham di Badan Hukum Tergugat I dengan jumlah saham

sebesar 5.000 saham dengan nilai nominal Rp. 2.500.000.000 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sesuai dengan Akta Notaris Edison

Jingga, SH tanggal 19 Desember 2007 No. 145;

3. Bahwa Tergugat VIII sebagai pemegang saham PT. CLS benar ada

mengetahui perjanjian antara Penggugat dengan Tergugat I pada

tanggal 1 Maret 2005. Isi perjanjian tersebut Penggugat ada

Hal 51 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

menyerahkan areal kebun milik Penggugat seluas 1800 Ha yang telah

menghasilkan dan kemudian 3200 Ha yang telah dibangun

infrastrukturnya seperti jalan, parit dan barak yang harus

dikembangkan Tergugat I untuk perkebunan sawit yang biaya

pengembangannya dikeluarkan dari hasil penjualan kelapa sawit yang

1800 Ha tersebut;

4. Bahwa Tergugat VIII mengetahui dimana penyerahan areal yang

luasnya 3200 Ha yang telah dilakukan pembangunan infrastrukturnya,

maka Tergugat I harus menyerahkan biaya konpensasi kepada

Penggugat sejumlah RP. 6.400.000.000 (enam milyar empat ratus juta

rupiah);

5. Bahwa Tergugat VIII sebagai pemegang saham PT. CLS telah

berulangkali meminta kepada Tergugat I agar memberikan penjelasan

tentang posisi keuangan PT. CLS dan juga kegiatan operasionai PT.

CLS dalam pengembangan kebun yang 3200 Ha dan hasil penjualan

kelapa sawit yang 1800 Ha;

6. Bahwa Tergugat VIII meminta penjeiasan tersebut kepacia Tergugat i

melalui beberapa surat. Tetapi walaupun telah disampaikan surat dan

permintaan secara iisan Tergugat I tetap tidak memberikan

penjelasan, maka pada tanggal 15 Oktober 2009 dan tanggal 31

Oktober 2009 Tergugat VIII mendesak diadakan RUPS PT. CLS;

7. Bahwa karena tidak ada tanggapan dari Tergugat I, maka Tergugat VIII

menyampaikan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri

Pekanbaru tanggai 16 Nopember 2009 yang terdaftar dengan register

No. 68/Pdt/P/ 2009/PN-PBR agar Ketua Pengadilan Negeri Pekanbaru

memanggil Tergugat I untuk memberikan penjelasan mengenai

keberatan Tergugat VIII. Permohonan ini sekarang dalam pemeriksaan

tingkat kasasi di Mahkamah Agung Rl;

8. Bahwa Tergugat VIII sampai saat ini tidak ada menerima penjelasan

baik Iisan maupun tertulis dari Tergugat I maupun dari Tergugat II.

Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V mengenai adanya penyerahan

uang tunai baik secara langsung maupun melalu transfer ke rekening

Bank yang dilakukan Tergugat I kepada Penggugat sejumlah Rp.

6.400.000.000 (enam milyar empat ratus juta rupiah);

9. Bahwa Tergugat VIII tidak ada menerima penjelasan baik secara Iisan

maupun secara tertulis dari Tergugat I maupun dari Tergugat II,

Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V mengenai hasil penjualan

Hal 52 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

buah kelapa sawit milik PT. RES yang luasnya 1800 Ha dan begitu juga

tentang penyelesaian Sertifikat Hak Guna Usaha ke atas nama PT. RES

dengan demikian telah terbukti dari Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III,

Tergugat IV dan Tergugat V melakukan perbuatan wanprestasi kepada

Penggugat;

10. Bahwa Tergugat VIll adalah perusahaan yang bergerak dibidang

perkebunan, maka perhitungan yang diajukan oleh Penggugat untuk

menuntut Tergugat I sejumlah Rp. 3.714.435.120 (Tiga milyar tujuh

empat belas juta empat ratus tiga puluh lima ribu seratus dua puluh

rupiah) adaiah sesuai dan wajar menurut perhitungan:

11.Bahwa jawaban Tergugat VIII ini adalah membenarkan isi gugatan yang

diajukan oleh Penggugat. Sebab Tergugat I belum pernah memberikan

penjelasan kepada Tergugat VIII adanya penyerahan uang dari

Tergugat I kepada Penggugat;

Mengutip dan memperhatikan tentang hal-hal yang tercantum dalam

turunan resmi Pengadilan Negeri Pekanbaru Nomor: 123/Pdt.G/2011/PN.PBR

tanggal 7 Oktober 2013, yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

DALAM PROVISI :-Menolak tuntutan provisi Penggugat untuk seluruhnya

DALAM KONVENSI :DALAM EKSEPSI :* Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;

DALAM POKOK PERKARA :1. --------------------------------------------------------------------------------------------------------M

engabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

2. Menyatakan secara hukum tanah seluas 12.650 Ha berikut segala sesuatu

yang ada diatasnya adalah areal pelepasan kawasan hutan untuk Penggugat

yang setempat dikenal dengan di Desa Sontang Kecamatan Kunto

Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Riau d/h Kawasan Kelompok Hutan

Sungai Rokan-Sungai Air Hitam Kabupaten Kampar Propinsi Riau

sebagaimana diuraikan dalam surat Keputusan Menteri Kehutanan tanggal

18 Juni 1991 No 323/KPTS-II/1991;

3. Menyatakan secara hukum Penggugat dan Tergugat I ada melakukan

perjanjian tanggal 1 Maret 2005 yang mengikat kedua belah pihak;

4. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya;

Hal 53 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

DALAM REKONVENSI :DALAM EKSEPSI :* Menolak eksepsi Tergugat Rekonvensi untuk seluruhnya;

DALAM POKOK PERKARA1. Menerima dan mengabulkan gugatan Rekonvensi Para Penggugat

Rekonvensi/Para Tergugat Konpensi untuk sebagian;

2. Menyatakan penyerahan lahan (subrogasi) seluas 5.000 Hektar yang terletak

di Desa Sontang, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu,

Provinsi Riau dengan kompensasi sebesar Rp. 6.400.000.000,- (enam milyar

empat ratus juta rupiah) tertanggal 30 November 2007 sesuai kwitansi

tertanggal 30 November 2007 berdasarkan Perjanjian tanggal 01 Maret 2005

yang dilegalisir oleh Fransiskus Djoenardi, SH-Notaris di Pekanbaru dengan

Nomor 7556/Leg/2005 adalah sah kuat dan berharga (te gehengen en te

gedogen);

3. Menyatakan Perjanjian No. 15 tanggal 08 Februari 2007 yang dibuat

dihadapan Notaris Edison Jingga, SH dan Akta Perjanjian Kerjasama No. 101

tanggal 17 Maret 2010 yang dibuat dihadapan Notaris Nusyirwan Koto,

SH.,M.Kn adalah sah kuat dan berharga (te gehengen en te gedogen);

4. Menolak gugatan Penggugat rekonvensi/Tergugat konvensi untuk selain dan

selebihnya;

DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI :

Membebankan biaya yang timbul sebagai akibat perkara ini kepada kedua

belah pihak berperkara yang hingga saat ini sebesar RP.286.000, (Dua ratus

delapan puluh enam ribu rupiah) ;

Menimbang, bahwa sesuai dengan Akta Penyataan Permohonan Banding

Nomor:123/PDT.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani oleh Panitera

Pengadilan Negeri Pekanbaru, yang menerangkan bahwa pada hari Senin

tanggal 21 Oktober 2013, Kuasa Pembanding I,II,III,IV dan V semula Tergugat

I,II,III,IV dan V, telah menyatakan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri

Pekanbaru Nomor: 123/PDT.G/2011/PN. PBR tanggal 7 Oktober 2013;

Menimbang, bahwa berdasarkan Relaas Pemberitahuan Pernyataan

Banding Nomor: 123/Pdt.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani oleh Jurusita

Pengadilan Negeri Pekanbaru, pengajuan permohonan banding oleh Kuasa

Pembanding I, II, III, IV dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V tersebut diatas,

Hal 54 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

telah diberitahukan secara sah dan seksama kepada Kuasa Terbanding

/Pembanding semula Penggugat pada tanggal 23 Oktober 2013, kepada Turut

Terbanding I semula Tergugat VI pada tanggal 31 Oktober 2013 dan kepada

Turut Terbanding II dan III semula Tergugat VII dan VIII masing-masing pada

tanggal 12 Nopember 2013 ;

Menimbang, bahwa sesuai dengan Akta Pernyataan Permohonan

Banding Nomor: 123/PDT.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani oleh Panitera

Pengadilan Negeri Pekanbaru, yang menerangkan bahwa pada hari Senin

tanggal 4 Nopember 2013, Kuasa Terbanding/Pembanding semula Penggugat

juga telah menyatakan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru

Nomor: 123/PDT.G/2011/PN. PBR tanggal 7 Oktober 2013 ;

Menimbang, bahwa berdasarkan Relaas Pemberitahuan Pernyataan

Banding Nomor: 123/Pdt.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani oleh Jurusita

Negeri Pekanbaru, pengajuan permohonan banding oleh Kuasa Terbanding/

Pembanding semula Penggugat tersebut diatas, telah diberitahukan secara sah

dan seksama kepada Kuasa Pembanding/Terbanding I,II,III,IV dan V semula

Tergugat I,II,III,IV dan V pada tanggal 26 Nopember 2013, kepada Turut

Terbanding I semula Tergugat VI pada tanggal 15 Nopember 2013 dan kepada

Kuasa Turut Terbanding II dan III semula Tergugat VII dan VIII masing-masing

pada tanggal 12 Nopember 2013;

Menimbang, bahwa untuk melengkapi permohanan bandingnya,Kuasa

Pembanding/Terbanding I, II,III, IV dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V telah

mengajukan Memori Banding tertanggal 23 Desember 2013 yang diterima di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru pada hari Senin tanggal 23

Desember 2013, dimana berdasarkan Relaas Pemberitahuan Penyerahan

Memori Banding Nomor : 123/Pdt.G/2011/PN.PBR, oleh Jurusita Pengadilan

Negeri Pekanbaru, Memori Banding tersebut telah diberitahukan dan diserahkan

secara patut kepada Kuasa Terbanding/Pembanding semula Penggugat pada

tanggal 30 Desember 2013, kepada Turut Terbanding I semula Tergugat VI

pada tanggal 8 Januari 2014 dan kepada Kuasa Turut Terbanding II dan Turut

Terbanding III semula Tergugat VII dan VIII pada tanggal 9 Januari 2014;

Menimbang, bahwa untuk melengkapi permohanan bandingnya,Kuasa

Terbanding/Pembanding semula Penggugat juga telah mengajukan Memori

Hal 55 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Banding tertanggal 23 Desember 2013 yang diterima di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Pekanbaru pada hari Senin tanggal 30 Desember 2013,

dimana berdasarkan Relaas Pemberitahuan Penyerahan Memori Banding

Nomor : 123/Pdt.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani Jurusita Pengadilan

Negeri Pekanbaru, Memori Banding tersebut telah diberitahukan dan diserahkan

secara patut kepada Kuasa Pembanding/Terbanding I,II, III,IV dan V semula

Tergugat I,II,III,IV dan V pada tanggal 6 Januari 2014, kepada Turut Terbanding

I semula Tergugat VI pada tanggal 8 Januari 2014 dan kepada Kuasa Turut

Terbanding II dan Turut Terbanding III semula Tergugat VII dan VIII pada

tanggal 9 Januari 2014 ;

Menimbang, bahwa untuk menanggapi memori banding dari kuasa

Terbanding/Pembanding semula Penggugat, Kuasa Pembanding/Terbanding

I,II,III, IV dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V, telah mengajukan Kontra

Memori Banding tertanggal 13 Januari 2014 yang diterima di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Pekanbaru pada tanggal 13 Januari 2014, selanjutnya sesuai

dengan Relaas Pemberitahuan dan Penyerahan Kontra Memori Banding

Nomor : 123/PDT.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani Jurusita Pengadilan

Negeri Pekanbaru, Kontra Memori Banding tersebut telah diberitahukan dan

diserahkan kepada Kuasa Terbanding/Pembanding semula Penggugat pada

tanggal 22 Januari 2014 ;

Menimbang, bahwa untuk menanggapi memori banding dari kuasa

Pembanding/Terbanding I, II, III, IV dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V,

kuasa Terbanding/Pembanding semula Penggugat, juga telah mengajukan

Kontra Memori Banding tertanggal 11 Pebruari 2014 yang diterima di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru pada tanggal 14 Pebruari 2014,

selanjutnya sesuai dengan Relaas Pemberitahuan dan Penyerahan Kontra

Memori Banding Nomor : 123/PDT.G/2011/PN.PBR yang ditanda tangani

Jurusita Pengadilan Negeri Pekanbaru, Kontra Memori Banding tersebut telah

diberitahukan dan diserahkan kepada Kuasa Pembanding/Terbanding I, II, III, IV

dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V pada tanggal 18 Pebruari 2014 ;

Menimbang, bahwa berdasarkan Relaas Pemberitahuan Memeriksa

Berkas Nomor : 123/PDT.G/2011/PN.PBR, yang ditanda tangani oleh Jurusita

Pengadilan Negeri Pekanbaru, kepada Kuasa Terbanding/Pembanding semula

Penggugat pada tanggal 19 Maret 2014, kepada Kuasa Pembanding/

Hal 56 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Terbanding I,II,III,IV dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V pada tanggal 6

Januari 2014, kepada Turut Terbanding I semula Tergugat VI pada tanggal 8

Januari 2014 dan kepada Kuasa Turut Terbanding II dan Turut Terbanding III

semula Tergugat VII dan VIII pada tanggal 9 Januari 2014, telah diberi

kesempatan untuk mempelajari berkas perkara (inzage) di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Pekanbaru, sebelum berkas perkara tersebut dikirimkan ke

Pengadilan Tinggi Pekanbaru untuk diperiksa dalam tingkat banding;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA :

Menimbang, bahwa permohonan banding dari Kuasa Pembanding I,II,III,IV

dan V/Terbanding I,II,III,IV dan V semula Tergugat I,II,III,IV dan V dan

permohonan banding dari Kuasa Terbanding/Pembanding semula Penggugat,

diajukan dalam tenggang waktu dan tata cara serta syarat-syarat yang

ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, maka permohonan banding

tersebut, secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa Pengadilan Tinggi setelah memeriksa dan meneliti

secara cermat dan seksama berkas perkara beserta turunan resmi putusan

Pengadilan Negeri Pekanbaru tanggal 7 Oktober 2013 Nomor :

123/Pdt.G/2011/PN.PBR dan pula telah membaca memori banding yang

diajukan kedua belah pihak yang berperkara baik yang semula Tergugat I, II, III,

IV dan V maupun oleh semula selaku Penggugat dan surat kontra memori

banding yang diajukan oleh kedua belah pihak pada pokoknya adalah sebagai

berikut :

1. Pembanding/Terbanding semula Tergugat I,II,III IV dan V menyatakan pada

pokoknya :

- Bahwa atas putusan a quo para pembanding yang dahulunya/semula

adalah para Tergugat Konvensi/Para Penggugat Rekonvensi telah merasa

dirugikan dirugikan kepentingan hukumnya dimana Pengadilan Negeri Kelas

I A Pekanbaru telah sangat keliru dalam memutus perkara a quo dan tidak

menerapkan hukum sebagaimana mestinya telah menjadikan keyakinan

Hakim sebagai alasan dalam memutus perkara perdata dan juga tidak

mempertimbangkan bukti serta fakta yang terungkap dipersidangan secara

lengkap ;

Hal 57 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

- Memohon agar Pengadilan Tinggi menerima permohonan bandingnya dan

membatalkan putusan Pengadilan Negeri Kelas I A Pekanbaru Nomor :

123/Pdt.G/2011/PN.PBR tanggal 7 Oktober 2013 seraya menolak gugatan

Penggugat seluruhnya dan mengabulkan gugatan Rekonpensi dari

Pembanding/semula Tergugat seluruhnya ;

2. Terbanding/Pembanding/semula Penggugat pada pokoknya :

- Bahwa Pengadilan Negeri Pekanbaru membuat keputusan sangat subjektif

dan tidak adil serta merugikan kepentingan hukum pembanding ;

- Bahwa keputusan dalam perkara a quo dalam tingkat pertama sangat

berkontradiksi antara putusan konpensi dan putusan rekonpensi, sehingga

amar putusan tersebut jelas tidak adil dan bertindak subjektif ;

- Bahwa perbuatan Terbanding I yang telah melakukan wanprestasi yaitu

tidak memenuhi Perjanjian tanggal 1 Maret 2005 Nomor : 7556/LEG/2005

yang dibuat dihadapan Notaris Fransiskus Djoenardi, SH Pembanding

semula Penggugat sangat keberatan atas perbuatan wanprestasi tersebut ;

- Bahwa Pengadilan Negeri Pekanbaru tidak menguraikan dalam putusannya

bagian yang dilaksanakan dan bagian yang tidak dilaksanakan oleh

Terbanding/Semula Tergugat ;

- Bahwa kewajiban Terbanding I/Semula Tergugat I tersebut pada Perjanjian

tanggal 1 Maret 2005, dimana ada 5 (lima) kewajiban Terbanding I/Tergugat

I tidak ada diadili maupun dipertimbangkan oleh judex factie dalam

persidangan tingkat pertama di Pengadilan Negeri Pekanbaru ;

- Pembanding/Semula Penggugat memohon agar Pengadilan Tinggi

Pekanbaru membatalkan putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru tanggal 7

Oktober 2013 dalam perkara Nomor : 123/Pdt.G/2011/PN.PBR dan

mengadili sendiri dan memutus mengabulkan gugatan Penggugat untuk

seluruhnya serta menghukum para Tergugat untuk membayar segala biaya

yang timbul dalam perkara ini ;

Menimbang, bahwa atas memori banding dari kedua pihak baik semula

sebagai Penggugat maupun semula sebagai para Tergugat masing-maisng

telah mengajukan kontra memori banding yang pada pokoknya :

1. Kontra Memori Banding dari semula Tergugat/Pembanding/Terbanding

adalah pada pokoknya merupakan pengulangan pada jawab menjawab tidak

ada hal-hal baru yang prinsip ;

Hal 58 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

2. Kontra Memori Banding dari semula Penggugat/Pembanding adalah juga

merupakan pengulangan pada jawab menjawab tetapi ada membahas

mengenai surat Bupati Rokan Hulu dan surat Gubernur Riau atas tanah

seluas 12.650 Ha yang menjadi objek sengketa serta mengutarakan adanya

sifat subjektif dari Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu serta berkeberatan

atas PT. Riau Anugerah Sentosa (RAS) yang menguasai sebagian lahan

tersebut ;

Menimbang, bahwa setelah mempelajari pertimbangan hukum Hakim

Tingkat Pertama pada Pengadilan Negeri Pekanbaru dalam memutus perkara

ini Pengadilan Tinggi tidak sependapat sebab dengan cara dan pola pikir Hakim

Tingkat Pertama tersebut bila dilihat amar putusannya tidak menyelesaikan

perkara ini secara tuntas menurut hukum, maka oleh sebab itu Pengadilan

Tinggi akan membatalkan putusan Hakim Tingkat Pertama tersebut dengan

mengadili sendiri dengan pertimbangan sebagai berikut :

DALAM PROVISI :

Menimbang, bahwa oleh karena pertimbangan Hakim Tingkat Pertama

sudah tepat dan benar maka Pengadilan Tinggi mengambil alih pertimbangan

Hakim Tingkat Pertama tersebut menjadi dasar pertimbangannya dan

menyatakan tuntutan provisi harus ditolak ;

DALAM KONPENSI :DALAM EKSEPSI :

Menimbang, bahwa dari 8 (delapan) hal yang menjadi alasan Eksepsi

dari para Tergugat menurut Pengadilan Tinggi pertimbangan Hakim Tingkat

Pertama sudah tepat dan benar, maka pertimbangan tersebut diambil alih oleh

Pengadilan Tinggi menjadi pertimbangannya dan menyatakan menolak seluruh

Eksepsi dari para Tergugat ;

DALAM POKOK PERKARA :

Menimbang, bahwa dalam pokok perkara Pengadilan Tinggi sependapat

dengan apa yang telah dipertimbangkan oleh Hakim Tingkat Pertama karena

pertimbangan Hakim Tingkat Pertama pada pokoknya sudah tepat sehingga

Hal 59 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

apa yang sudah diputus oleh Hakim Tingkat Pertama dalam putusannya diambil

alih menjadi pertimbangan dan putusan Pengadilan Tinggi ;

Menimbang, bahwa menurut pengamatan Pengadilan Tinggi ada

beberapa hal yang harus dimuat lagi dalam pertimbangan Hakim Tingkat

Pertama tersebut, agar putusan dalam perkara ini mempunyai daya paksa untuk

di eksekusi kelak demi tuntasnya perkara ini secara adil menurut hukum,

sehingga harus termuat dalam amar putusan yang akan disebutkan nanti dalam

amar putusan ini setelah diberi pertimbangan yang jelas ;

Menimbang, bahwa bila diteliti dengan seksama ama rputusan Hakim

Tingkat Pertama tersebut tidak mempertimbangkan apakah para pihak telah

melaksanakan perjanjian tanggal 1 Maret 2005 tersebut, sementara dalam amar

putusannya dalam pokok perkara angka 3 (tiga) menyatakan secara hukum

Penggugat dan Tergugat I ada melakukan perjanjian tanggal 1 Maret 2005 yang

mengikat kedua belah pihak ;

Menimbang, bahwa apabila dicermati secara teliti dan mendalam justru

sumber sengketa dalam perkara ini ialah : “ menurut Penggugat, Tergugat I

telah melakukan perbuatan Wanprestasi karena tidak memenuhi perjanjian

tanggal 1 Maret 2005 ;

Menimbang, bahwa oleh karena itu Pengadilan Tinggi akan memberi

pertimbangan apakah benar Tergugat I telah melakukan Wanprestasi atas

perjanjian tanggal 1 Maret 2005 tersebut ;

Menimbang, bahwa bila diteliti isi perjanjian tersebut terkandung di

dalamnya bahwa Tergugat I berkewajiban mengurus perijinan areal kebun milik

Penggugat keatas nama Penggugat bukan semata-mata Tergugat I hanya

mengolah areal yang 5000 Ha (lihat bukti P.4 dan T.6) dan jawaban Tergugat

VII dan VIII ;

Menimbang, bahwa akan tetapi Tergugat I tidak bisa membuktikan telah

mengurus perijinan areal kebun itu keatas nama Penggugat, maka menurut

Pengadilan Tinggi Tergugat I telah terbukti bahwa Tergugat I tersebut

melakukan Wanprestasi atas perjanjian tanggal 1 Maret 2005 tersebut, oleh

Hal 60 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

karena itu petitum gugatan Penggugat pada angka 5 (lima) dalam pokok

perkara dapat dikabulkan ;

Menimbang, bahwa petitum angka 6 (enam) gugatan Penggugat dalam

pokok perkara meminta agar perjanjian tanggal 1 Maret 2005 sejak tanggal 8

Pebruari 2007 dinyatakan batal demi hukum karena Tergugat I tetap

mengalihkan kebun Penggugat tersebut kepada pihak lain, menurut Pengadilan

Tinggi dapat pula dikabulkan dengan alasan karena Tergugat I telah dinyatakan

Wanprestasi maka sesuai Pasal 1206 KUH Perdata syarat batal dianggap

selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik, andaikata salah satu

pihak tidak memenuhi kewajibannya, oleh karena itu pengalihan areal kebun

tersebut kepada pihak ketiga harus dinyatakan batal demi hukum ;

Menimbang, bahwa atas dasar permintaan pembatalan tersebut, karena

cukup alasan secara hukum maka petitum tersebut menurut Pengadilan Tinggi

dapat dikabulkan ;

Menimbang, bahwa demikian juga tentang petitum gugatan Penggugat

angka 11 (sebelas) dalam pokok perkara dimana Penggugat minta agar

menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik secara

bersama-sama maupun sendiri untuk menyerhakan pengelolaan kebun milik

Penggugat seluas 1.800 Ha dan seluas 3.200 Ha kepada Penggugat dalam

keadaan baik dan aman tanpa gangguan dari pihak manapun harus juga

dikabulkan sebab pihak Tergugatlah yang Wanprestasi dan dengan telah

dibatalkan perjanjian tanggal 1 Maret 2005 sebagaimana telah dipertimbangkan

diatas, maka status lahan kebun kembali kepada Penggugat dan sesuai pula

dengan hasil putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang telah

dilaksanakan oleh Kementerian Kehutanan ;

Menimbang, bahwa terhadap petitum gugatan Penggugat pada angka 17

(tujuh belas) agar para Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV,

dihukum untuk membayar uang paksa (dwangsoom) sebesar Rp.

1.000.000.000,- ( satu milyar rupiah) setiap bulan kepada Penggugat dengan

tunai dan kontan atas keterlambatan dalam memenuhi keputusan dalam

perkara ini yang telah berkekuatan hukum tetap, menurut Pengadilan Tinggi

agar para Tergugat I, II, III dan IV tersebut tidak bermain-main dalam

melaksanakan putusan ini serta tidak menunda-nunda pelaksanaan putusan

Hal 61 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

dalam perkara ini setelah berkekuatan hukum tetap, maka petitum atas uang

paksa (dwangsoom) ini harus dikabulkan tetapi jumlahnya menurut Pengadilan

Tinggi cukup sebesar Rp. 20.000.000,- ( dua puluh juta rupiah) setiap hari ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

diatas maka Pengadilan Tinggi berpendapat bahwa putusan Pengadilan Negeri

Pekanbaru Nomor : 123/Pdt.G/2011/PN.PBR tanggal 7 Oktober 2013, haruslah

dibatalkan dan Pengadilan Tinggi akan mengadili sendiri sebagaimana tersebut

dalam amar putusan dibawah ini ;

DALAM REKONPENSI :DALAM EKSEPSI :

Menimbang, bahwa alasan dan pertimbangan putusan Hakim Tingkat

Petama dalam Eksepsi ini pada pokoknya sudah tepat dan benar maka

pertimbangan tersebut diambil alih menjadi pertimbangan Pengadilan Tinggi ;

DALAM POKOK PERKARA :

Menimbang, bahwa terhadap pertimbangan Hakim Tingkat Pertama

terhadap gugatan Rekonpensi dalam pokok perkara Pengadilan Tinggi tidak

sependapat sebagai sebagaimana telah dipertimbangkan pada pertimbangan

Konpensi dalam pokok perkara bahwa Penggugat Rekonpensi/Tergugat

Konpensi telah dinyatakan Wanprestasi atas perjanjian tanggal 1 Maret 2005

yang tidak mengurus perijinan areal perkebunan ke atas nama Penggugat

Konpensi/Tergugat Rekonpensi sehingga pertimbangan dan putusan atas

Rekonpensi haruslah dibatalkan dan harus ditolak ;

Menimbang, bahwa Pengadilan Tinggi dalam menyikapi alasan-alasan

banding dari semula Tergugat I, II, III, IV dan V karena alasan yang tercantum

didalam memori banding tersebut dipandang tidak beralasan menurut hukum,

maka alasan banding dari Pembanding/Terbanding/ Semula Tergugat I, II, III, IV

dan V haruslah dinyatakan ditolak ;

Menimbang, bahwa terhadap memori banding Terbanding/Pembanding/

Semula Penggugat karena ada hal-hal yang dipertimbangkan cukup, oleh

karena itu Pengadilan Tinggi akan mengabulkan sebagian dari gugatan

Penggugat/Terbanding/Pembanding tersebut ;

Hal 62 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

Menimbang, bahwa oleh karena Pembanding/Terbanding I, II, III, IV dan

V/Semula Tergugat I, II, III, IV dan V berada pada pihak yang kalah, maka

mereka dihukum untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan ;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasan Kehakiman ;

2. Undang-Undang Nomor : 8 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor : 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum;

3. Reglement Hukum Acara Perdata Daerah Luar Jawa dan Madura,

Khususnya pada 199-205 ;

4.Dan Peraturan lainnya yang bersangkutan ;

M E N G A D I L I :

-- Menerima permohonan banding dari Tergugat I, II, III, IV, V Konvensi/

Penggugat Rekonvensi dan permohonan banding dari Penggugat

Konvensi/Tergugat Rekonvensi;

-- Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru Nomor : 123/ Pdt.G/

2011/PN.PBR tanggal 7 Oktober 2013, yang dimohonkan banding tersebut ;

DENGAN MENGADILI SENDIRI :

Dalam Provisi :--Menolak tuntutan Provisi Penggugat untuk seluruhnya ;

Dalam Konvensi :Dalam Eksepsi : --Menolak Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya ;

Dalam Pokok Perkara :1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian ;

2. Menyatakan secara hukum tanah seluas 12.650 Ha berikut segala sesuatu

yang ada diatasnya adalah areal pelepasan kawasan hutan untuk Penggugat

yang setempat dikenal dengan di Desa Sontang, Kecamatan Kunto

Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu Riau d/h Kawasan Kelompok Hutan

Sungai Rokan-Sungai Air Hitam Kabupaten Kampar Propinsi Riau

Hal 63 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

sebagaimana diuraikan dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan tanggal

10 Juni 1991 Nomor : 323/KPTS-II/1991 ;

3. Menyatakan secara hukum Penggugat dan Tergugat I ada melakukan

perjanjian tanggal 1 Maret 2005 yang mengikat kedua belah pihak ;

4. Menyatakan secara hukum Tergugat I telah melakukan perbuatan

Wanprestasi karena tidak memenuhi perjanjian tanggal 1 Maret 2005 ;

5. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV baik secara

bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk menyerahkan pengelolaan

kebun milik Penggugat seluas 1.800 Ha dan seluas 3.200 Ha kepada

Penggugat dalam keadaan baik dan aman tanpa gangguan dari pihak

manapun ;

6. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV untuk

membayar uang paksa (dwangsoom) sebesar Rp. 20.000.000,- ( dua puluh

juta rupiah) setiap hari kepada Penggugat dengan tunai dan kontan atas

keterlambatan dalam memenuhi keputusan dalam perkara ini yang telah

berkekuatan hukum tetap ;

7. Menolak gugatan Penggugat untuk selian dan selebihnya ;

Dalam Rekonvensi :Dalam Eksepsi :--Menolak Eksepsi Tergugat Rekonvensi untuk seluruhnya :

Dalam Pokok Perkara :--Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya ;

Dalam Konvensi dan Rekonvensi :--Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V

dalam Konvensi/Penggugat I, Penggugat II, Penggugat III, Penggugat IV dan

Penggugat V dalam Rekonvensi secara tanggung renteng untuk membayar

biaya perkara yang timbul dalam kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat

banding sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan pada hari Rabu tanggal 3 Desember 2014 dalam

musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru dengan susunan

YOHANNES ETHER BINTI, SH.,MHum sebagai Hakim Ketua, ANTHONY SYARIEF, SH dan NELSON SAMOSIR, SH.,MH masing-masing sebagai

Hakim Anggota, yang ditunjuk untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dalam

tingkat banding berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Pekanbaru

tanggal 17 September 2014 Nomor: 130/Pen.Pdt/2014/ PT.PBR, putusan

mana pada hari Rabu Tanggal 10 Desember 2014 telah diucapkan dalam

persidangan yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua dengan dihadiri oleh

Hal 64 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR

para Hakim Anggota tersebut diatas, dengan dibantu oleh TABRANI,SmHk

Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi Pekanbaru, tanpa dihadiri oleh

kedua belah pihak yang berperkara dan kuasanya.

HAKIM ANGGOTA, HAKIM KETUA,

NELSON SAMOSIR, SH.,MH YOHANNES ETHER BINTI, SH.,MHum

ANTHONY SYARIEF,SH

PANITERA PENGGANTI,

TABRANI,SmHk Biaya proses :1.Meterai ………………. Rp. 6.000,-2.Redaksi ……………… Rp. 5.000,-3.Biaya Administrasi …. Rp.139.000,- Jumlah ………………. Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah)

Hal 65 dari hal 64 Putusan No.130/PDT/2014/PT.PBR