Pterygium

17
Laporan Kasus PTERYGIUM Oleh Nanda Sulityaningrum I1A008057 Pembimbing dr. Hj. Hamdanah, Sp.M

Transcript of Pterygium

Page 1: Pterygium

Laporan Kasus

PTERYGIUM

Oleh

Nanda Sulityaningrum

I1A008057

Pembimbing

dr. Hj. Hamdanah, Sp.M

BAGIAN/UPF ILMU PENYAKIT MATAFK UNLAM – RSUD ULIN

BANJARMASIN

Page 2: Pterygium

September, 2013

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II LAPORAN KASUS 2

I. Identitas........................................................................................................2

II. Anamnesis....................................................................................................2

III. Pemeriksaan Fisik........................................................................................3

IV. Diagnosis Klinis...........................................................................................3

V. Penatalaksanaan...........................................................................................3

BAB III DISKUSI 4

BAB IV PENUTUP 8

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 3: Pterygium

BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtiva merupakan membran tipis yang melindungi sklera dan bagian

dalam kelopak mata. Karena lokasinya, konjungtiva sering terpapar terhadap

banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain sehingga dapat menimbulkan

gangguan pada konjungtiva.1

Gangguan pada konjungtiva yang sering dijumpai yakni inflamasi pada

jaringan ini atau konjungtivitis yang dapat berasal dari infeksi virus, bakteri,

alergi, dan trauma fisik serta mekanik. Selain inflamasi, konjungtiva dapat

mengalami penebalan. Salah satu penebalan konjungtiva yang sering dijumpai

yakni pterigium.2

Pterigium adalah pertumbuhan sejenis jaringan fibrovaskuler pada bagian

luar mata yang berbentuk segitiga dengan puncaknya tumbuh mengarah ke

kornea. Di Amerika Serikat prevalensi gangguan ini sebesar 5-15% terjadi pada

usia 40 tahun keatas. Pterigium dapat menjadi sumber iritasi sehinga mata

menjadi merah dan dapat memburuk dari waktu ke waktu. Hal ini dapat menjadi

masalah kosmetik dan dapat mengakibatkan gangguan penglihatan.3,4,5

1

Page 4: Pterygium

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. Musliani

Jenis Kelamin : perempuan

Usia : 48 tahun

Alamat : Pekauman Banjarmasin

Pekerjaan : Buruh

ANAMNESIS

Hari/tanggal : 3 Januari 2013

Keluhan Utama : mata kabur

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan pada mata kanannya ada rasa yang

mengganjal kurang lebih sejak 4 bulan terahir, Pasien merasa seperti ada

pasir dimata kanannya, mata merah, sering silau bila melihat cahaya dan

sering berair, Pasien tidak ada mengeluhkan pandangan mata kabur, tidak

ada mata sakit dan tidak gatal. Pasien tidak ada riwayat trauma

sebelumnya. Pasien bekerja sebagai juru parkir kurang lebih selama 8

tahun dan bekerja dari pukul 8 pagi sampai 8 malam.

Riwayat Penyakit Dahululu :

Hipertensi (+), DM (-), Asma (-), Mata Kiri Buta Sejak Lahir,

Riwayat memakai kaca mat abaca (+), Riwayat Operasi mata (-)

2

Page 5: Pterygium

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Kompos Mentis

Status Generalis : Dalam Batas Normal

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 86 x/menit

RR : 24 x/menit

Status Lokalis :

OD OS6/6 Visus 0

TIO Normal Bulbus Oculi TIO NormalHitam Supercilia Hitam

Hiperemi (-), Odem (-) Palpebra Hipremis(-) Odem (-)Hiperemis (-), Sekret (-) Konjungtiva

PalpebraHiperemis (-), Sekret (-)

Hiperemis (-), Sekret (-) Konjungtiva fornices

Hiperemis (-), Sekret (-)

Bangunan segitiga merah dengan puncak dikornea

Konjungtiva Bulbi Hiperemi (-), Sekret (-)

Jernih, terdapat selaput warna ckoklat pada bagian

nasal

Kornea Jernih, terdapat selaput warna ckoklat pada bagian nasal

Putih Sklera PutihDalam COA Dangkal

Gambaran normal, Cripta regular

Iris Gambaran normal, Cripta regular

Sentral, regular, 3 mm, reflek cahaya (+)

Pupil Midriasis, 5 mm, reflek cahaya (-)

Jernih Lensa JernihDIAGNOSA KLINIS

Pterygeum OD

PENATALAKSANAAN

Pro OD Eksterpasi dengan lokal anestesi

3

Page 6: Pterygium

BAB III

DISKUSI

Pterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga

yang  tumbuh dari arah konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra.

Asal kata pterygium adalah dari bahasa Yunani, yaitu pteron yang artinya “wing”

atau sayap. Insidens pterygium cukup tinggi di Indonesia yang terletak di daerah

ekuator, yaitu 13.1%. Hal ini ada kaitannya dengan dugaan bahwa bahwa paparan

ultraviolet merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pterygium.6

Gambar 1. pterygium

Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tinggal di daerah yang banyak

terkena sinar matahari, daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya besar. Oleh

karena itu Pterigium sering ditemukan pada petani, nelayan dan orang-orang yang

tinggal di dekat daerah khatulistiwa.3 Hal ini sesuai dengan tempat kondisi

penderita, dimana penderita bekerja sebagai Juru Parkir yang sudah bekerja

4

Page 7: Pterygium

kurang lebih 8 tahun dan bekerja dari pukul 8 pagi sampai pukul 8 malam, yang

mana pekerjaannya sangat sering sering terpapar sinar matahari, debu, asap dan

pasir.

Pasien dengan pterigium memperlihatkan keluhan yang berbeda-beda.

Pasien datang mulai dari tanpa keluhan sampai keluhan mata merah, bengkak,

gatal, iritasi, dan pandangan kabur yang signifikan sesuai dengan peningkatan lesi

pada konjungtiva dan kelanjutannya pada kornea pada satu mata atau keduanya.4,7

Pada kasus ini keluhan penderita tidak banyak, penderita hanya merasakan mata

perih dan terasa mengganjal.

Konjungtiva bulbi selalu berhubungan dengan dunia luar. Kontak dengan

ultra violet, debu, kekeringan mengakibatkan terjadinya penebalan dan

pertumbuhan konjungtiva bulbi yang menjalar ke kornea.

Daerah nasal konjungtiva juga relatif mendapat sinar ultra violet yang

lebih banyak dibandingkan dengan bagin konjungtiva yang lain, karena disamping

kontak langsung, bagian nasal konjungtiva juga mendapat sinar ultrta violet secara

tidak langsung akibat pantulan dari hidung. Karena itu pada bagian nasal

konjungtiva lebih sering didapatkan pterigium dibandingkan dengan bagian

temporal.3 Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada penderita di dapatkan

penebalan dari bagian nasal konjungtiva pada mata kanan.

Derajat pertumbuhan pterygium ditentukan berdasarkan bagian kornea

yang tertutup oleh pertumbuhan pterygium, dimana dapat dibagi menjadi 4, yaitu:6

Derajat 1 : Jika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea

5

Page 8: Pterygium

Derajat 2 : Jika pterygium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih

dari 2 mm melewati kornea

Derajat 3 : Jika pteryium sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi

pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan

normal sekitar 3-4 mm)

Derajat 4 : Jika pertumbuhan pterygium sudah melewati pupil sehingga

mengganggu penglihatan

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada penderita didapatkan pterygium

pada mata kanan penderita yang melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2

mm melewati kornea, berarti penderita termasuk dalam pterygium derajat 2.

Tatalaksana pada pterygium yaitu:6

1. Penatalaksanaan bersifa non bedah, penderita diberi penyuluhan untuk

mengurangi iritasi maupun paparan terhadap ultraviolet

2. Pada pterigium derajat 1-2 yang mengalami inflamasi, pasien dapat

diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid 3 kali sehari selama

5-7 hari. Diperhatikan juga bahwa penggunaan kortikosteroid tidak

dibenarkan pada penderita dengan tekanan intraokular tinggi atau mengalami

kelainan pada kornea.

3. Pada pterigium derajat 3-4 dilakukan tindakan bedah berupa avulsi

pterigium. Sedapat mungkin setelah avulsi pterigium maka bagian konjungtiva

bekas pterigium tersebut ditutupi dengan cangkok konjungtiva yang diambil

dari konjugntiva bagian superior untuk menurunkan angka kekambuhan. 

Tujuan utama pengangkatan pterigium yaitu memberikan hasil yang baik

6

Page 9: Pterygium

secara kosmetik, mengupayakan komplikasi seminimal mngkin, angka

kekambuhan yang rendah. Penggunaan Mitomycin C (MMC) sebaiknya hanya

pada kasus pterigium yang rekuren, mengingat komplikasi dari pemakaian

MMC juga cukup berat.

Terapi dari pterygium tergantung dari ukuran pterygium dan gejala yang

dialami. Bila ukuran pterygium kecil tapi terjadi inflamasi, maka dapat diberikan

steroid tetes mata untuk mengurangi pembengkakan dan mata merah.8

Pada penderita pada kasus ini akan dilakukan operasi eksterpasi pada mata

kanan.

Untuk mencegah timbulnya pterigium, lindungi mata dari sinar matahari,

debu, dan udara kering dengan kacamata pelindung. Pada penduduk di daerah

tropik yang bekerja di luar rumah seperti nelayan, petani yang banyak kontak

dengan debu dan sinr ultra violet, dianjurkan untuk memakai kacamata pelindung

sinar matahari. Bila terdapat tanda radang bisa diberi steroid.4

7

Page 10: Pterygium

BAB IV

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus pterygium pada penderita laki-laki usia 41 tahun.

Dari anamnesis diketahui bahwa penderita dalam empat bulan terakhir merasa

mata kanan penderita terasa seperti ada yang mengganjal dan sering berair.

Penderita tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik di

dapatkan visus OS 0 OD 6/6, terdapat massa yang tumbuh pada konjungtiva di

mata kanan bagian nasal yang mengenai kornea. Pupil tampak bening. Penderita

didiagnosis sebagai pterygium dan dilakukan

8

Page 11: Pterygium

DAFTAR PUSTAKA

1. Schwab IR, Dawason CR. Konjungtiva Dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. Suyono YJ (Ed). Widya Medika. Jakarta. 2000 : 99-105

2. Bickford, L. How The Eye Works, And When It Doesn't. (online) www.eyecarecontacs.com diakses 2 Februari 2008.

3. Fisher, J. Ptrygium. Emedicine J. 2005, p.1-12

4. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001 : 119-120

5. Rasitta. Pterigium. (online). http://rasitta.multiply.com/reviews/item/32 diakses 2 Februari 2008

6. Anonymous. Ilmu kesehatan mata. FKUI.

7. Mansjoer Arif, dkk. Ilmu Penyakit Mata. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta, FKUI; 62 – 3

8. Stephenson Michelle. Pinguecula and pterygium. 2011

9