Psoriasis

35
PRESENTASI KASUS PSORIASIS Disusun oleh : Ichi Mayangsari GIA211054 Pembimbing : dr. Ismiralda Oke P, Sp.KK FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUD Prof.Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO 2013

description

Psoriasis

Transcript of Psoriasis

Page 1: Psoriasis

PRESENTASI KASUS

PSORIASIS

Disusun oleh :

Ichi Mayangsari

GIA211054

Pembimbing :

dr. Ismiralda Oke P, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD Prof.Dr. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

2013

Page 2: Psoriasis

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

PSORIASIS

Diajukan untuk memenuhi syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior

Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo

Purwokerto

Telah disetujui dan dipresentasikan

Pada tanggal Februari 2013

Disusun oleh :

Ichi Mayangsari

Purwokerto, Februari 2013

Dokter Pembimbing,

d r. Ismiralda Oke P , Sp.KK

Page 3: Psoriasis

I. STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. S

Usia : 61 tahun

Alamat ` : Wangon RT 02/02, Banyumas

No. RM : 104400

Tanggal Periksa : 14 Februari 2013

B. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS) 1. Keluhan utama : gatal hampir di seluruh tubuh

2. Keluhan tambahan : timbul bercak-bercak merah yang bersisik kasar

3. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan gatal hampir di seluruh tubuh sejak

kurang lebih dua minggu yang lalu. Sebelumnya pasien pernah mengalami

keluhan yang sama sejak kira-kira delapan tahun yang lalu, namun pasien

tidak rutin berobat. Awalnya muncul bintik-bintik kemerahan di dada yang

semakin lama melebar menjadi bercak-bercak kemerahan, lalu muncul

sisik kasar. Muncul bercak-bercak merah yang disertai dengan sisik kasar

hampir di seluruh tubuh, termasuk sampai ke bagian kepala pasien. Tetapi

beberapa bercak-bercak tersebut kini telah menunjukkan perbaikan, dan

saat ini kambuh kembali. Gatal dirasakan hilang timbul dan membaik bila

mengonsumsi obat serta menggunakan salep dari dokter.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pernah mengalami keluhan yang sama delapan tahun yang lalu.

Pasien menyangkal adanya penyakit darah tinggi, kencing manis, dan

alergi makanan maupun obat.

5. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama dengan

pasien.

6. Riwayat Sosial Ekonomi :

Page 4: Psoriasis

Pasien tinggal bersama istri dengan tiga orang anak dalam satu rumah.

Pasien bekerja sebagai pekerja bangunan. Pembiayaan kesehatan

menggunakan Jamkesmas.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda vital : Tekanan darah : 120/90 mmHg

Nadi : 84 kali permenit

Respiratory rate : 20 kali permenit

Suhu : 36,7oC

BB : 64 kg

TB : 170 cm

Kepala : normocephal

Mata : konjungtiva dekstra et sinistra tidak anemis

sklera dekstra et sinistra tidak ikterus

Hidung : discharge tidak ada

Telinga : discharge tidak ada

Mulut : tidak sianosis

Leher : tidak ada pembesaran limfonodi regio servikal

Thoraks : cor et pulmo dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstrimitas superior et inferior dekstra : tidak edema, akral hangat.

Status regionalis :

Region generalisata

Efloresensi : tampak plak eritema sirkumstrip yang multiple berukuran

numular dengan skuama yang menebal dan kasar.

Page 5: Psoriasis

D. RESUME

1. Anamnesis

Pasien laki-laki usia 61 tahun datang ke klinik kulit dan kelamin

RSMS tanggal 14 Februari 2013 dengan keluhan gatal hampir di seluruh

bagian tubuh sejak dua minggu sebelum periksa ke rumah sakit. Sudah

mengalami keluhan yang serupa sekitar delapan tahun, namun tidak rutin

berobat ke RSMS. Penyakit sering kambuh-kambuhan. Awalnya ditandai

Page 6: Psoriasis

dengan bercak kemerahan yang semakin melebar dengan skuama yang

kasar tanpa digaruk. Bercak-bercak tersebut terdapat hampir di seluruh

tubuh pasien. Keluhan tersebut sering kambuh. Gatal dirasakan hilang

timbul dan membaik bila mengonsumsi obat serta menggunakan salep dari

dokter, tidak ada riwayat alergi dan penyakit yang sama dalam keluarga.

2. Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tanda vital : Tekanan darah : 120/90 mmHg

Nadi : 84 kali permenit

Respiratory rate : 20 kali permenit

Suhu : 36.7oC

Status generalis : dalam batas normal

Status lokalis :

Regio generalisata

Efloresensi : tampak plak eritema sirkumskrip yang multiple berukuran

numular dengan skuama yang menebal dan kasar.

E. Diagnosis

Psoriasis

F. Differential Diagnosis

Parapsoriasis

Pitiaris rosea

Dermatitis seboroik

G. Pemeriksaan penunjang

Tidak ada usulan pemeriksaan penunjang pada pasien ini

H. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa :

Metotrexat tablet 2.5 mg 1 kali per hari selama 14 hari (diminum

sesuai jadwal)

Asam folat tablet 5 mg 1 kali sehari

Curcuma tablet 1 kali sehari

Antihistamin 10 mg 2 kali seharI

Page 7: Psoriasis

Salep deksametason

Emolien

2. Edukasi

Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang dideritanya

Menyarankan untuk menghindari faktor-faktor yang mencetuskan

kambuhnya penyakit penyakit

Menjelaskan prognosis penyakit

Menjelaskan agar teratur dan taat dalam mengkonsumsi obat serta

pemakaian salep

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiPsoriasis merupakan suatu penyakit kulit autoimun yang bersifat kronik

dan residitif ditandai dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan

skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan. Apabila skuama yang kasar

itu dikerok maka hasil kerokan tersebut menyerupai tetesan lilin yang dikenal

dengan fenomena Auspitz dan Kӧbner (Djuanda, 2007).

B. Epidemiologi

Kasus psoriasis semakin sering dijumpai. Penyakit ini dapat menyebabkan

gangguan kosmetik yang menahun dan residif. Insidensi kejadian psoriasis

pada pria lebih banyak dibandingkan pada wanita. Puncak usia terkena

psoriasis berada pada usia sekitar 22 tahun, tetapi pada masa anak-anak

psoriasis dapat menyerang pada usia 8 tahun. Penyakit ini juga dapat

menyerang pada usia senja yakni usia 55 tahun. Serangan psoriasis yang

terjadi pada usia lanjut memprediksikan penyakit ini lebih parah dan

berlangsung lama dan keadaan ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya

riwayat keluarga dengan psoriasis (Djuanda, 2007).

Psoriasis dapat diturunkan bila terdapat anggota keluarga yang mengalami

psoriasis. Apabila salah satu dari orang tua menderita psoriasis, kemudian

penyakit ini akan diturunkan kepada anaknya sebesar 8% ; sedangkan jika

kedua orangtua menderita psoriasis, prosentase penyakit akan diturunkan 41%

kepada anaknya. Sistem imun tipe gen HLA dianggap berkaitan dengan

kejadian psoriasis dalam suatu keluarga. Beberapa tipe HLA yang

Page 8: Psoriasis

berpengaruh dalam patogenesis psoriasis yakni HLA-B13, -B17, -Bw157 dan

yang paling penting adalah HLA-Cw6 (Fritzpatrick, 2003).

C. Etiologi

Etiologi psoriasis dicetuskan oleh beberapa faktor, yakni faktor keadaan

faktor imunologik, genetik, dan lingkungan ( Djuanda, 2007).

a. Faktor imunologik

Psoriasis merupakan penyakit autoimun. Defek genetik yang

terjadi pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari sel limfosit

T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit. Penelitian menunjukkan

adanya peningkatan sirkulasi TNF-α dalam kulit. Pemberian TNF-α

sebagai terapi berhasil dengan sukses. Peningkatan aktivitas sel limfosit T

memainkan peran penting dalam patogenesis psoriasis dalam

pembentukan plak. Pembentukan epidermis (turn over time) pada psoriasis

terjadi 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal terjadi dalam 27 hari.

Pembentukan epidermis pada kasus psoriasis lebih cepat dibandingkan

dengan pembentukan dermis pada kulit normal (Djuanda, 2007).

b. Faktor genetik

Psoriasis dapat dikatakan sebagai penyakit genetic. Risiko kejadian

psoriasis mencapai 34%-39% pada seseorang dengan orangtua yang

menderita psoriasis. Terdapat peran dari alel Human Leukocyte Antigents

(HLA), terutama HLA-Cw6. Psoriasis dalam keluarga memiliki pola

dominan autosomal. Sebuah penelitian meta-analisis menunjukkan

terdapatnya dua gen LCE yang terhapus, yakni LCE3C dan LCE3B.

Kedua gen tersebut menjadi faktor genetik umum kerentanan seseorang

terhadap psoriasis (Djuanda, 2007; Riviera Munoz, 2011).

c. Faktor lingkungan

Stress merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap

eksaserbasi dari kejadian psoriasis. Selain stress, faktor lain yang

berpengaruh adalah udara dingin, adanya trauma, infeksi oleh

Staphylococcus aureus, Streptococcus β-hemolyticus, dan Human

Immunodeficiency Virus, alkohol serta obat-obatan. Contoh pencetus dari

obat-obatan seperti penghentian tiba-tiba konsumsi kortikosteroid

Page 9: Psoriasis

sistemik, aspirin, litium, beta – blocker, obat antimalaria, botulinum A.

Berdasarkan penelitian terdapat peningkatan neurotransmitter pada plak

psoriasis, hal tersebut menunjukkan bahwa stress mempengaruhi psoriasis.

D. Patofisiologi Psoriasis

Kulit sebagai organ terluar tubuh memiliki sistem imun dan komponen

seluler yang penting. Lapisan epidermis kulit tersusun sistem imun yang

utama, seperti keratinosit, sel Langerhans, sel Dendritik, limfodit

intraepidermal. Lapisan dermis juga terdapat komponen sel imun berupa sel T

dan makrofag. Keratinosit sendiri menghasilkan berbagai sitokin yang

merupakan bagian dari proses terjadinya reaksi imun. Sitokin-sitokin tersebut

IL-1, IL-6, IL-10, TGF-β dan TNF-α. Sel Langerhans, dendritik, makrofag

dan sel T mempunyai reseptor TCR dan Fc-R yang akan memberikan

spesifisitas terhadap respon imun.sel dermis mengandung dua subtype dari sel

T yakni CD4+ dan CD 8+ . Komponen sistem imun kulit memiliki istilah

SALT yang terdiri dari sel keratinosit, sel Langerhans intraepitel sebagai sel

APC, dan respon imun (Baratawidjaja, 2006).

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, psoriasis merupakan suatu

penyakit autoimun yang terjadi akibat respon imun seluler atau humoral

spesifik terhadap konstituen-konstituen jaringan tubuh sendiri (Dorland,

2000). Mekanisme terjadinya psoriasis melibatkan beberapa sistem imun kulit

yang telah disebutkan sebelumnya.

Berdasarkan hipotesis yin dan yang, proses pembentukan lesi psoriasis

melibatkan sel keratinosit dan sel polimorfonukelar pada lapisan epidermis.

Mekanisme berjalan sangat komplek melibatkan keseimbanagan antara dua

tipe sistem imun baik sistem imun bawaan dan yang didapat, serta berbagai

faktor dari produksi keratinosit yang memberikan efek terhadap sel T dan sel

dendritik atau sebaliknya.

Berbagai faktor pencetus yang telah diketahui mampu menrespon sistem

imun di kulit. Antigen arau faktor pencetus akan merespon sistem imun yakni

sel keratonosit akan memproduksi sitokin-sitokin yang akan menarik sel

neutrofil untuk masuk ke jaringan kulit. Selain itu, palsmatocid sel Dendritik

akan teraktivasi dan menghasilkan CD11c+ sel dendritik. Sel dendritik CD11c

Page 10: Psoriasis

+ akan memproduksi sejumlah sitokin (IL-23 dan IL-20) yang berpotensi

mengaktivasi sel T dan keratinosit. Produksi sitokin – sitokin oleh keratinosit

yang telah teraktivasi juga akan menyebabkan penarikan sel T (CD4+ dan CD

8+) ke lapisan epidermis dan dermis. Adanya reaktivasi sel T, sel-sel

polimorfonuklear, sejumlah sitokin (TNF-α) yang menyebabkan peradangan

menyebabkan kerusakan lapisan epidermis, hiperproliferasi epidermis,

angiogenesis pada dermis dan peningkatan akumulasi sebukan sel radang yang

dapat dijumpai pada lesi psoriasis (Lowes et al, 2007).

Page 11: Psoriasis

E. Manifestasi Klinis

Penderita psoriasis umumnya mengeluh gatal-gatal. Biasanya gatal

semakin diperberat saat tubuh berkeringat. Lesi bisa terdapat dimana saja,

seperti scalp . perbatasan daerah kepala dengan wajah, ekstremitas bagian

ekstensor (siku dan lutut), punggung dan bagian lumbosakral. Lesi awal yang

muncul di kulit berupa makula dan papula eritematosa dengan ukuran

mencapai lentikular-numular yang menyebar secara sentrifugal. Efloresensi

yang dapat dijumpai adalah plak eritematosa besarnya dapat dari miliar hingga

numular dan dengan bentuk yang beragam, dapat arsinar, sirsinar ataupun

polisklik. Plak eritem sirkumstrip dan merata dan diatasnya terdapat skuama

yang berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih mika transparan. Apabila

psoriasis ini dalam masa penyembuhan, eritema yang berada di tengah akan

menghilang dan hanya terdapat pada bagian tepi.

Tanda khas pada psoriasis adalah tanda tetesan lilin, apabila skuama

digoreskan dengan menggunakan benda tajam maka akan menunjukkan tanda

tetesan lilin. Jika penggoresan diteruskan akan timbul fenomena Auspitz

dengan bintik-bintik darah akibat papilomatosis. Daerah bekas trauma atau

garukan tadi akan menimbulkan fenomena Kӧbner 3 minggu kemudian. Selain

kelainan pada kulit psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku dan

sendi. Kelainan kuku yang muncul berupa pitting nail yakni lekukan-lekukan

miliar di kuku ( Djuanda, 2007 ; Siregar, 2005).

Psoriasis diklasifikasikan berdasarkan bentuk klinis :

1. Psoriasis vulgaris

Merupakan bentuk psoriasis yang paling sering ditemukan. Lesi berupa

plak eritema multipel berbatas tegas dengan skuama yang tebal dan

berlapis-lapis di atasnya.

Page 12: Psoriasis

2. Psoriasis Gutata

Psoriasis gutata berupa lesi berukuran kecil seperti tetesan air

dengan diameter 1 cm yang muncul mendadak, umumnya setelah

penderita mengalami penyakit saluran nafas atas sehabis influenza atau

morbili. Infeksi yang paling sering oleh bakteri Streptococcus aureus.

Psoriasis bentuk gutata sering dijumpai pada anak-anak dan dewas muda.

Umumnya bentuk sisik tidak tampak, tetapi akan tampak setelah ada

goresan atau gesekan. Biasanya lesi psoriasis dapat sembuh secara spontan

selama beberapa minggu, tetapi biasanya akan kembali muncul dan akan

menjadi psoriasis kronik atau permanen psoriasis.

Page 13: Psoriasis

3. Psoriasis Inversa

Psoriasis yang terletak pada daerah fleksor, seperti siku, lutut dan lipatan-

lipatan tubuh lainnya.

4. Psoriasis eksudativa

Kelainan yang ditampakkan kering dan kelainan menyerupai dermatitis

akut.

5. Psoriasis seboroik

Kelainan yang diperlihatkan merupakan gabungan antara psoriasis dengan

dermatitis seboroik. Pada lesi ini akan didapatkan skuama yang berminyak

dan sedikit lunak. Berlokasi di daerah seboroik.

6. Psoriasis pustulosa

Bentuk ini terbagi menjadi dua :

a. Psoriasis pustulosa palmoplantar

Merupakan psoriasis yang bersifat kronik dan residif. Predileksi di

telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya. Efloresensi yang

tampak berupa kelompok-kelompok pustul kecil steril dan dalam di

atas kulit yang eritema disertai dengan rasa gatal.

b. Psoriasis pustulosa generalisata akut

Psoriasis yang muncul akibat konsumsi obat-obatan seperti

kortikosteroid, antibiotik golongan penisilin dan derivatnya serta

Page 14: Psoriasis

antibiotik betalaktam lainnya berupa sulfapiridin, morfin, sulfanomida.

Dapat pula dicetuskan oleh keadaan hipokalsemia, terpapar sinar

matahari, stress emosional, dan infeksi bakteri ataupun virus.

Psoriasis ini dapat menyerang pada penderita yang sedang atau

telah menderita psoriasis atau bahkan pada penderita yang belum

pernah mengalami psoriasis. efloresensinya berupa plak psoriasis yang

sudah ada semakin eritematosa, dan diikuti eritemosa dan edematosa

pada kulit yang normal selama beberapa jam kemudian. Timbul pula

pustul-pustul miliar diatas plak tersebut. Gejala awal sebelum muncul

lesi tersebut, penderita akan mengalami nyeri, hiperalgesia yang juga

disertai dengan gejala prodromal seperti demam, nausea, malaise, dan

anoreksia.

7. Eritroderma psoriatik

Bentuk ini muncul sebagai akibat penggunaan obat topical yang terlalu

kuat atau penyakit yang semakin meluas. Lesi yang timbul umumnya

sudah sangat eritema dengan skuama yang semakin menebal secara

universal (Djuanda, 2006 ; Fritzpatrick, 2003)

F. Histopatologi

Gambaran histopatologi psoriasis menunjukkan adanya penebalan pada

lapisan epidermis (akantosis) dan penipisan dari epidermis atas yang

memanjang sampai papilla dermis. Peningkatan permbelahan mitosis dari

keratinosit, fibroblas, dan sel endothelial. Terdapat parakeratosis

Page 15: Psoriasis

hyperkeratosis. Sel dermis yang mengalami inflamasi terdapat akumulasi sel

radang limfosit dan monosit, sedangkan di lapisan epidermis terdapat sebukan

sel radang polimorfonuklear. (Fritzpatrick, 2003)

G. Penegakkan Diagnosis

Penegakkan diagnosis psoriasis didasarkan atas anamnesis dan

pemeriksaan klinis kulit. anamnesis akan didapatkan informasi dari pasien

berupa adanya rasa gatal dan timbul kelainan lesi kemerahan padat dengan

sisik yang makin lama makin menebal tanpa adanya garukan. Adanya riwayat

keluarga yang sama dengan keluhan pasien mengindikasikan bahwa penyakit

tersebut diturunkan genetik. Hasil pemeriksaan klinis akan ditemukan lesi plak

eritema yang sirkumstrip, berskuama tebal, kasar dan berwarna putih mika

transparan. Predileksi dapat terjadi di skalp. Perbatasan daerah kepala dengan

wajah, ekstrimitas bagian ekstensor (siku dan lutut), punggung, dan bagian

lumbosakral.

H. Diagnosis Banding

1. Parapsoriasis en plaque

Parapsoriasis juga tergolong pada penyakit dermatosis eritoskuamosa yang

perjalananan penyakitnya juga kronik dan munculnya perlaha-lahan.

Efloresensi yang ditampakkan eritema dan skuama. Bercak eritema

umumnya permukaannya datar, bulat atau lonjong dengan sedikit skuama,

berwarna merah jambu, coklat atau agak kuning.

2. Pitiariasis rosea

Penyakit kulit golongan dermatosis eritroskuamosa yang penyebabnya

belum diketahui. Lesi berupa eritema dan skuama yang halus. Lesi

memberi gambaran anular dan soliter, bentuk lonjong dan hampit tidak

nyata meninggi. Lesi berjumlah multiple dan sejajar dengan dengan kosta

menyerupai pohon cemara terbalik.

3. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik menunjukkan lesi berupa eritema dengan skuama yang

berminyak dan agak kekuningan dengan batas yang kurang tegas dan lebih

terkena pada daerah yang seboroik.

I. Penatalaksanaan

Page 16: Psoriasis

a. Medikamentosa sistemik

1. Kortikosteroid

Kortikosteroid diketahui memiliki efek anti-inflamasi dan

immunosupresif. Kortikosteroid menghambat fenomena inflamasi dini,

yaitu edema, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke

jaringan yang mengalami inflamasi aktivitas fagositosis. Kortisol

berperan menekan cytokine dan chemokyn inflamasi serta mediator inflamasi

lainnya seperti lipid dan glikoprotein. Sehingga kortikosteroid dapat

digunakan untuk menekan inflamasi yang telah lanjut, seperti proliferasi

fibroblas dan kapiler, pengumpulan kolagen dan pembentukan sikatriks.

Kortikosteroid sistemik diberikan hanya pada kasus psoriasis eritroderma,

arthritis psoriasis dan psoriasis pustulosa. Preparat yang diberikan adalah

prednisone dengan dosis rendah antara 30-60 mg. jika gejala klinis telah

berkurang, maka dosis diturunkan secara bertahap.

2. Obat sitostatik

Berdasarkan National Psoriasis Foundation Consensus Conference 2009

metotrexat sebagai terapi dalam penatalaksanaan psoriasis dan psoriasis

bentuk apapun. Metotrexat merupakan sebuah obat sitostatik antimetabolit

dan antifolat. Obat ini bekerja pada penyakit autoimun seperti psoriasis

dengan cara menghambat aktivasi sel T dan menekan molekul adhesi

intraseluler yang diaktivasi oleh sel T. Pemberian metotrexat harus

memperhatikan kondisi penderita.

Berikut ini kontraindikasi relatif dalam peresepan metotrexat :

a. Adanya kelainan fungsi ginjal

b. Adanya peningkatan enzim hepar

c. Hepatitis yang kronik atau rekuren

d. Sirosis

e. Penderita denga riwayat meminum alcohol

f. Penderita dengan defisiensi imun, seperti HIV

g. Penyakit infeksi yang aktif, seperti TB yang tidak tertangani dengan baik

h. Vaksin sebelumnya, terutama vaksin dengan bibit yang masih hidup

i. Obesitas

j. Diabetes militus

Sedangkan kontraindikasi absolut pemberian metotrexat adalah :

a. Wanita hamil

Page 17: Psoriasis

b. Keadaan anemia, leucopenia dan trombositopeni yang signifikan.

Mengingat metotrexat merupakan obat antifolat, maka efek samping

yang tidak diinginkan adalah anemia megaloblastik. Peresepan metotrexat

seharusnya juga diberikan suplemen asam folat sebesar antara 1-5 mg dosis

perhari secara oral. Kemudian karena memiliki efek yang tidak baik terhadap

hepar, juga harus diberikan curcuma dengan dosis 1 x 200mg tablet sebagai

hepatoprotektan. Metotrexat dalam pengobatan psoriasis diberikan selama 14

hari dalam rentang dosis antara 2.5 – 5 mg/hari. Dapat diberikan secara

mingguan dengan dosis 25 mg dan 50 mg pada minggu berikutnya. Efek

toksik yang berbahaya pada pemberian metotrexat berupa myelosuppresion,

hepatotoxicity, dan pembentukan fibrosis pada paru.

( Kalb et al,2009 ; Djuanda, 2006 ; Siregar, 2005)

c. DDS

Diaminodifenilsulfon dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe

Barber dengan dosis 2x100 mg / hari. Efek samping yang dirasakan adalah

anemia hemolitik, methemoglobinemia dna agranulositosis. (Djuanda, 2006)

b. Medikamentosa topikal

1. Kortikosteroid topikal

Pengolesan obat berupa kortikosteroid topical memberikan hasil yang

baik pada penyakit psoriasis. Pengolesan dapat dilakukan dengan cara pada

daerah skalp, muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih kortikosteroid

potensi sedang. Seperti hidrokortison 0.2%. Sedangkan pada bagian badan

dan ekstrimitas dapat diberikan salep kortikosteroid potensi kuat seperti

dexamethasone 0.25%. Efek jangka panjang penggunaan salep kortikosteroid

topikal dapat berupa telangiektasis .

2. Preparat Ter

Preparat Ter memperlihatkan hasil yang baik dalam pengobatan psoriasis

karena efeknya sebagai antiradang. Preparat ter ini sering sekali digunakan

oleh dokter. Preparat Ter yang paling efektif untuk mengobati psoriasis

menahun yang berasal dari batubara, sedangkan untuk psoriasis yang akut

dengan preparat Ter yang berasal dari kayu. Konsentrasi yang digunakan

sebesar 2-5%, dimulai dengan konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan

konsentrasi dinaiikan. Agar lebih efektif bisa digabung dengan asam salisilat

3-3% dan gunakan sebagai salep karena memiliki daya penetrasi yang baik.

3. Tazaroten

Page 18: Psoriasis

Tazaroten merupakan molekul retinoid asetilinik topikal yang bekerja

dengan menghambat proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi

keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi pada sel radang yang

menginfiltrasi kulit.

Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0.05% dan

0.1%. apabila tazaroten dikombinasi dengan steroid topikal potensi sedang

dan kuat akan mempercepat penyembuhan penyakit. Efek samping yang

ditimbulkan berupa rasa gatal, terbakar, dan eritema pada 30% kasus bersifat

fotosintesis.

4. Emolien

Efek obat ini melembutkan permukaan kulit pada badan, ekstrimitas atas dan

bawah. Biasanya diberikan dalam bentuk salep dengan bahan dasar vaselin

untuk meninggikan daya penetrasi bahan aktif. (Djuanda, 2006)

J. Prognosis

Psoriasis dapat membaik bila diobati secara adekuat. Tetapi, penyakit ini

bisa mnegalami rekurensi sewaktu-waktu.

Page 19: Psoriasis

III. PEMBAHASAN

A. Cara penentuan diagnosis

Pasien laki-laki usia 61 tahun datang ke klinik kulit dan kelamin RSMS

tanggal 14 Februari 2013 dengan keluhan gatal hampir di seluruh bagian tubuh

sejak dua minggu sebelum periksa ke rumah sakit. Sudah mengalami keluhan

yang serupa sekitar delapan tahun, namun tidak rutin berobat ke RSMS.

Penyakit sering kambuh-kambuhan. Awalnya ditandai dengan bercak

kemerahan yang semakin melebar dengan skuama yang kasar tanpa digaruk.

Bercak-bercak tersebut terdapat hampir di seluruh tubuh pasien. Keluhan

tersebut sering kambuh. Gatal dirasakan hilang timbul dan membaik bila

mengonsumsi obat serta menggunakan salep dari dokter, tidak ada riwayat

alergi dan penyakit yang sama dalam keluarga.

Pemeriksaan klinis pada kulit pasien menunjukkan efloresensi berupa plak

eritema yang sirkumstrip dan diatasnya terdapat skuama yang menebal dan berlapis-

lapis serta transparan hampir di seluruh bagian tubuh. Lesi multiple, berukuran plakat

dan diskrit.

Apabila ditelaah dari kasus diatas, penyakit kulit pada pasien termasuk bersifat

kronik dan residif. Hal itu terdapat dari informasi yang didapatkan dari informasi

pasien yang mengatakan pasien telah mengalami keluhan yang serupa sudah sejak dua

tahun lalu dan kambuh-kambuhan. Penyakit ini bukan disebabkan oleh alergi karena

pasien tidak memiliki riwayat alergi. Riwayat keluarga pasien tidak ada yang

mengeluh keluhan yang sama dengan pasien, sehingga penyakit kulit tersebut tidak

diturunkan secara genetik.

Penegakan diagnosis penyakit kulit pada pasien dalam kasus ini adalah psoriasis

karena ciri-ciri dan tanda khas yang ditunjukkannya. Penyakit pasien kasus ini

bersifat kronik dan residif serta ditandai dengan lesi kulit yang berupa plak eritema

sirkumskrip dengan skuma transparan yang berlapis-lapis. Hal tersebut sesuai dengan

definisi dari psoriasis yang menunjukkan suatu penyakit kulit golongan

eritoskuamosa disebabkan oleh autoimun, yang bersifat kronik dan residitif dan

ditandai dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar (Djuanda,

2007). Penyakit autoimun sendiri merupakan penyakit yang terjadi akibat respon

imun seluler atau humoral spesifik terhadap konstituen-konstituen jaringan

tubuh sendiri (Dorland, 2000). Terdapat faktor genetik yang mempengaruhi

Page 20: Psoriasis

kejadian psoriasis. Kasus psoriasis ini sepertinya bukan bersifat genetik. Pasien

dalam kasus ini baru mengalami keluhan bukan dari usia dini dan tidak ada

keluarga yang mengalami penyakit yang serupa dengan pasien. Menurut

pustaka, bahwa psoriasis yang terjadi pada usia lebih dini (masa anak-anak)

menunjukkan adanya penyakit genetik yang diturunkan dari kedua orangtuanya

(Fritzpatrick, 2003). Kasus psoriasis yang ditemukan pada kedua orang tuanya,

presentase resiko mengalami psoriasis pada anak-anaknya mencapai 30-39%,

sedangkan bila kedua orangtuanya tidak mengalami psoriasis, resiko psoriasis

mencapai 12% (Djuanda, 2007).

B. Penyingkiran diagnosis banding

Diagnosis banding kasus : parapsoriasis, pitiariasis rosea, dermatitis seboroik

1. Parapsoriasis en plaque

Parapsoriasis juga tergolong pada penyakit dermatosis eritoskuamosa yang

perjalananan penyakitnya juga kronik dan munculnya perlahan-lahan.

Efloresensi yang tampak berupa eritema dengan permukaan datar, bulat

atau lonjong dengan sedikit skuama, berwarna merah jambu, coklat atau

agak kuning. Diagnosis banding parapsoriasis en plaque dapat disingkirkan

karena lesi yang ditunjukkan pasien dalam kasus berupa plak eritema yang

meninggi, berbatas tegas dengan skuama yang menebal dan trasnparan.

2. Pitiariasis rosea

Merupakan penyakit kulit golongan dermatosis eritroskuamosa yang

penyebabnya belum diketahui. Efloresensinya berupa eritema berbentuk

anular dan soliter ataupun lonjong dengan skuama yang halus. Lesi dapat

berjumlah multiple dan sejajar dengan kosta menyerupai pohon cemara

terbalik. Selain itu predileksinya di daerah lipatan-lipatan tubuh. Diagnosis

ini dapat disingkirkan karena skuama pada pitiariasis halus, sedangkan pada

pasien ini terdapat skuama yang kasar di hampir seluruh bagian tubuh.

3. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik menunjukkan lesi berupa eritema dengan skuama yang

berminyak dan agak kekuningan dengan batas yang kurang tegas dan lebih

terkena pada daerah yang seboroik. Diagnosis banding dermatitis seboroik

Page 21: Psoriasis

dapat disingkirkan melihat skuama yang ditunjukkan pada pasien tidak

berminyak dan berwarna kekuningan.

C. Penatalaksanaan

1. Obat sistemik:

a. Metotrexat

Pemberian metotrexat efektif dalam mengobati kasus psoriasis.

Bisa mengobati kasus psoriasis dalam bentuk apapun. Obat ini

bekerja dengan cara menghambat aktivasi sel T dan menekan molekul

adhesi intraseluler yang diaktivasi oleh sel T. Pemberian metotrexat harus

memperhatikan kondisi penderita. Metotrexat juga bersifat hepatotoksik.

Selain itu senyawa ini menghambat asam dihidrofolat reduktase yang

mengakibatkan defisiensi asam folat. Defisiensi asam folat menyebabkan

anemia megaloblastik.. Peresepan metotrexat dalam pengobatan psoriasis

juga harus diberikan suplemen asam folat 5 mg / hari dan curcuma

sebagai hepatoprotektan.

b. Antihistamin H1

Pemberian antihistamin H1 pada kasus ini diindikasikan karena gatal

sebagai keluhan utama pasien. Obat ini bekerja dengan menghambat

mediator histamine 1di perifer yang terbentuk dari reaksi imunologi.

Sediaan yang diberikan pada pasien ini loratadine 10 mg yang diminum

dua kali sehari.

2. Pemberian obat topikal

a. Kortikosteroid topikal

Pengolesan obat berupa kortikosteroid topikal memberikan hasil yang

baik pada penyakit psoriasis. Pengolesan dapat dilakukan pada daerah

skalp, muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih kortikosteroid dengan

potensi sedang. Seperti hidrokortison 0.2%. Sedangkan pada bagian badan

dan ekstrimitas dapat diberikan salep kortikosteroid potensi kuat seperti

dexamethasone 0.25%. Efek jangka panjang penggunaan salep

kortikosteroid topikal dapat berupa telangiektasis. Karena predileksi lesi

berada di bagian punggung, maka salep kortikosteroid yang diberikan

pada pasien ini deksametason. (Djuanda, 2007)

b. Emolien

Page 22: Psoriasis

Efek obat ini melembutkan permukaan kulit pada badan, ekstrimitas atas

dan bawah. Kerja emolien dalam melembutkan kulit dengan

meningkatkan hidrasi kulit dengan cara menurunkan evaporasi. Biasanya

diberikan dalam bentuk salep dengan bahan dasar vaselin untuk

meninggikan daya penetrasi bahan aktif. (Djuanda, 2006)

Prognosis

Penyakit psoriasis merupakan kondisi seumur hidup dan obat-obat yang

diberikan hanya mengontrol gejala yang timbul saja. Psoriasis dapat terus kambuh.

Timbulnya plak-plak psoriasis disekujur tubuh pasien akan mempengaruhi kosmetika

serta penampilan. Penderita mungkin merasa tidak nyaman dengan penampilannya.

Page 23: Psoriasis

Daftar Pustaka

Baratawidjaja, G. Karnen. 2006. Imunologi Kulit. Dalam :Imunologi Dasar.

Jakarta: FK UI. Hal. 269

Djuanda, Adhi. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Jakarta: FK UI. Hal 189-194

Dorland. 2000. Dalam : Kamus Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:

EGC. Hal 215.

Fritzpatrick TB et al. 2001. Psoriasis. Color Atlas and Synopsi of Clinical

Dermatology. 5th edition. MacGraw-Hill. Hal 54-58

Lowes, A. Michael, Anne M. Bowcock, James G. Krueger. 2007. Pathogenesis

and Therapy of Psoriasis. Review Insight. Volume 445. pp : 866-

872

Mefret, Jeffrey. 2012. Psoriasis. Review Article : Medscape. Available from

URL :http://emedicine.medscape.com/article/1943419-

overview#a0104.Diakses tanggal 16 Februari 2013..

Riveira-Munoz E, He SM, Escaramís G, et al. 2011. Meta-Analysis Confirms the

LCE3C_LCE3B Deletion as a Risk Factor for Psoriasis in Several

Ethnic Groups and Finds Interaction with HLA-Cw6. J Invest

Dermatol. May;131(5):1105-9

Siregar, Robert. 2005. Psoriasis. Dalam : Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.

Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC Hal. 94-95