PRESKES EPILEPSI.docx
-
Author
poppy-pradina -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of PRESKES EPILEPSI.docx
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
1/30
LAPORAN KASUS FARMASI
EPILEPSI
Oleh:
Junita Ayu
G99122063
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
S U R A K A R T A
2013
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
2/30
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar BelakangEpilepsi adalah suatu kondisi neurologik yang mempengaruhi sitem saraf.
Epilepsi juga dikenal sebagai penyakit kejang. Epilepsi dapat didiagnosis paling
tidak setelah mengalami dua kali kejang yang tidak disebabkan oleh kondisi medis
seperti kecanduan alkhohol atau kadar gula yang sangat rendah (hipoglikemi).
Terkadang menurut International League Against Epilepsy, epilepsi dapat
didiagnosis setelah mengalami satu kali kejang, jika seseorang berada dalam
kondisi dimana mereka memiliki risiko tinggi untuk menderita kejang lagi. Kejang
pada epiepsi mungkin berhubungan dengan trauma otak atau
kecenderungan keluarga tetapi kebanyakan penyebab epilepsi tidak diketahui
(Carold,2008). Lebih dari 5% populasi didunia mungkin mengalami satu kali kejang
dalam hidup mereka. Kurang lebih sebanyak 60 juta orang didunia menderita epilepsi.
Anak-anak dan remaja lebih cenderung menderita epilepsi dengan sebab yang tidak
diketahui atau murni genetic daripada orang dewasa. Epilepsi dapat mulai terjadi pada
semua usia. Pada penelitian terbaru memperlihatkan bahwa 70% kejang yang terjadi
pada anak-anak dan dewasa yang baru terdiagnosis epilepsi dapat dikontrol dengan
baik oleh pengobatan. Dan 30% orang yang mengalami kejang tidak memberikan
respon yang baik dengan pengobatan yang tersedia (steven,2006).
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
3/30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
EPILEPSI
A.Definisi
Epilepsi adalah sebuah kondisi dimana terjadi kejang berulang. Kejang diartikan
sebagai adanya gangguan pelepasan muatan listrik abnormal pada sel saraf diotak yang
menyebabkan gangguan sementara pada fungsi motorik, sensorik dan mental (Stephen,
2005). Ada banyak tipe kejang, tergantung pada bagian utama otak yang terlibat. Syarat
epilepsi tidak dilihat dari tipe kejang atau penyebab kejang, hanya menandakan adanya
kejang yang terjadi lagi dan lagi.
B.Etiologi
Berdasarkan penyebabnya epilepsi dibagi menjadi dua tipe yaitu epilepsi
primer dan epilepsi sekunder (Stephen,2005). Epilepsi primer adalah epilepsi yang
penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Epilepsi primer juga disebut dengan
idiopatik epilepsi. Beberapa hal yang berhubungan dengan epilepsi primer yaitu:
Adanya episode aktivitas listrik yang abnormal didalam otak yangmenyebabkankejang
Ada beberapa area tertentu pada otak yang dipengaruhi oleh aktivitas listrik yangabnormal yang menyebabkan beberapa tipe kejang
Jika semua area otak dipengaruhi oleh aktivitas listrik yang abnormal makakejang menyeluruh mungkin terjadi. Hal ini berarti bahwa kesadaran mungkin hilang
atau berkurang. Seringnya semua tangan dan kaki akanmenjadi kaku kemudian
menyentak secara berirama.
Satu tipe kejang mungkin berkembang menjadi kejang tipe lain. Sebagaicontoh, kejang mungkin berawal sebagian meliputi muka atau
tangan.Kemudian aktivitas otot akan menyebar keseluruh tubuh.Pada saat ini,kejang
akan menjadi menyeluruh.
Kejang yang disebabkan oleh demam tinggi pada anak mungkin tidakdipertimbangkan sebagai epilepsi. Epilepsi sekunder adalah kejang yang
penyebabnya telah diketahui. Epilepsyi sekunder disebut juga sebagai epilepsi
simtomatik. Ada beberapa penyebab yang biasa ditemukan pada epilepsi sekunder
yaitu:
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
4/30
1. Tumor2. Ketidakseimbangan metabolisme seperti hipoglikemi3. Trauma kepala4. Penggunaan obat-obatan5. Kecanduan alkhohol6. Stroke termasuk perdarahan7. Trauma persalinan
III.Patofisiologi
Normalnya ada keseimbangan yang baik didalam otak antara faktor yang mengawali
aktivitas listrik dan faktor yang membatasinya dan ada juga system yang membatasi
penyebaran aktivitas listrik. Selama terjadinya kejang, faktor dan systemyang membatasi
aktivitas listrik pada otak rusak, pelepasan listrik yang abnormal dapat
terjadi dan menyebar pada seluruh kelompok sel. Hubungan pelepasan listrik ini
menghasilkan gelombang aktivitas listrik yang menimbulkan kejang (steven,2006). Penyebab
terjadinya epilepsi pada anak-anak dan dewasa berbeda. Pada anak-anak mungkin lahir
dengan cacat pada struktur otak mereka atau mereka mengalami trauma kepala
atau infeksi yang menyebabkan epilepsi. Trauma kepala berat adalah penyebab utama
epilepsi pada dewasa muda. Pada usia pertengahan stroke ,tumor dan trauma adalah faktor
penyebab yang lebih biasa ditemukan pada epilepsi. Pada orang yang berusia lebih dari 65
tahun, stroke adalah penyebab utama yang biasa menyebabkan epilepsi, diikuti oleh kondisi
degenerative seperti penyakit Alzheimer (steven,2006).
IV.Faktor risiko
Faktor Risiko untuk epilepsi meliputi:
Bayi yang lahir kurang bulan. Bayi yang mengalami kejang pada satu bulan pertama setelah dilahirkan. Bayi yang lahir dengan struktur otak yang abnormal. Perdarahan didalam otak. Pembuluh darah abnormal didalam otak Trauma otak berat atau kurangnya oksigen otak Tumor otak Infeksi pada otak, abses meningitis atau ensefalitis Serebal palsy.
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
5/30
Faktor yang dapat memicu terjadinya kejang yaitu:
Lupa minum obat Kurang tidur Sakit (dengan atau tanpa demam) Stress psikologi yang berat Pengguna alkohol yang berat Penggunaan kokain atau ekstasi Kurangnya nutrisi seperti vitamin dan mineral Siklus menstruasi
V.Tipe kejang
Biasanya kejang diklasifikasikan kedalam dua tipe yaitu kejang umum primer
dan kejang parsial. Perbedaan dari kedua tipe kejang ini dilihat
dari bagaimana mereka berawal (Steven,2006).
1. Kejang umum primerKejang umum primer dimulai dengan pelepasan listrik yang menyebar luas
meliputi kedua sisi otak dalam satu waktu. Faktor herediter sangat penting pada
kejang tipe ini.
2. Kejang parsialKejang parsial dimulai dengan pelepasan listrik pada satu area otak. Beberapa
kejang tipe ini juga berhubungan dengan trauma kepala, infeksi otak, stroke, atau
tumor tetapi pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui.
Satu pertanyaan yang digunakan untuk mengklasifikasikan kejang parsial lebih
lanjut adalah apakah kesadaran (kemampuan untuk memberikan responden
mengingat) menurun atau tidak. Klasifikasi yang baik dapat membantu untuk
mengetahui berapa lama epilepsi akan berakhir dan cara terbaik untuk terapi.
Pembagian Tipe kejang yaitu:
1.Kejang umum primer
a. Kejang absenceb. Kejang absence atipikalc. Kejang myoklonikd. Kejang atonike. Kejang klonikf. Kejang tonik klonik
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
6/30
2.Kejang parsial
a. Kejang parsial sederhanab. Kejang parsial kompleksc. Kejang umum sekunder
Kejang umum primer
a. Kejang AbsenceKejang absence biasanya terjadi kurang dari 10 detik, tetapi kejang ini
dapat berlangsusng selama 20 detik. Kejang ini berawal dan berakhir tiba-tiba.
Kejang absence adalah episode singkat terpaku. Nama lain dari kejang absence
adalah petit mall. Selama kejang kesadaran dan kemampuan untuk bereaksi
melemah. Seseorang yang mengalami kejang absence biasanya tidak menyadari
apa yang telah terjadi. Tidak ada peringatan sebelum kejang dan orang
tersebut dengan segera kembali terjaga setelah itu (orrin,2004). Kejang absence
sederhana hanya menatap. Kebanyakan kejang absence memperlihatkan kejang
absence kompleks. Yang diartikan terdapat perubahan pada aktivitas otot. Gerak
kepala yang paling sering adalah kedipan mata. Gerak kepala lainnya meliputi
gerak pada mulut, pergerakan tangan seperti menggosok jari bersama dan kontraksi
atau relaksasi otot. Kejang absence kompleks sering terjadi lebih dari 10 detik.
Kejang absence biasanya dimulai saat berumur 4 sampai 14 tahun. Anak yang
menderita penyakit ini biasanya tumbuh kembang dan intelegensinya normal.
Mendekati 70% kasus, kejang absence biasanya akan berhenti pada usia 18 tahun.
b.Kejang Absence Atipikal
Seseorang yang menderita penyakit ini akan menatap (seperti yang terjadi pada
kejang absence) tetapi seringnya masih berespon. Matanya akan mengejap dan
bibirnya akan memperlihatkan gerakan seperti meremehkan. Tidak seperti kejang
absence, kejang ini biasanya tidak terjadi oleh pernafasan cepat. Pada umumnya
kejang ini dimulai pada usia 6 tahun. Kejang absence atipikal
biasanya berlanjut sampai dewasa (Steven,2006).
c.Kejang Myoklonik
Kejang myoklonik terjadi singkat, kaget seperti tersentak pada otot atau
beberapa kelompok otot (0rrin,2004).
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
7/30
d.Kejang atonik
Kejang tonik terjadi lebih dari 15 detik. Pada kejang atonik, otot dengan tiba-
tiba kehilangan kekuatannya. Kelopak mata mungkin tertutup, kepala mungkin
mengangguk dan penderita mungkin menjatuhkan sesuatu dan sering jatuh
kelantai. Kejang ini sering disebut sebagai drop attack atau drop seizure. Penderita
biasanya tetap sadar. Kejang atonik sering dimulai sejak kecil dan biasanya
berakhir sampai remaja. Banyak orang dengan kejang atonik mengalami luka
ketika mereka terjatuh (Orrin,2004).
e.Kejang tonik
Kejang klonik biasanya terjadi lebih dari 20 detik. Kesadaran biasanya masih
terpelihara. Kejang tonik paling sering terjadi pada saat tidur dan biasanya meliputi
seluruh otak yang mempengaruhi seluruh tubuh. Jika orang itu berdiri biasnya akan
jatuh (Orrin, 2004).
f.Kejang klonik
Kejang klonik terdiri dari ritme gerakan menghentak pada tangan dan kaki,
terkadang pada kedua sisi tubuh. Lama terjadinya kejang sangat bervariasi. Klonus
berarti pertukaran yang cepat antara kontraksi dan relaksasi otot
atau dengan kata lain gerakan menghentak yang berulang. Gerakannya tidak bisa
dihentikan dengan mengendalikan atau memposisikan tangan dankaki. Kejang
klonik sangat jarang terjadi. Kejang yang lebih biasa ditemukan adalah
kejang tonik klonik dimana gerakan menghentak didahului gerakan seperti
terpaku. Kejang klonik tidak sering dijumpai. Kejang inidapat terjadi pada setiap
usia termasuk pada bayi baru lahir. Kejang klonik cepat dan jarangterjadi pada bayi
biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam jangka waktu singkat.
Pada beberapa kasus mungkin membutuhkan terapi yang lama (Orrin,2004).
g.Kejang tonik klonik
Kejang ini dimulai dengan suara jeritan yang tidak wajar. Kemudian penderita
akan jatuh dan setiap otot terlihat lebih aktif. Giginya mencengkeram. Penderita
terlihat pucat, dan dalam waktu singkat akan berubah kebiruan. Sesaat setelah dia
jatuh, tangan dan badan bagian atas akan mulai menghentak sedangkan kakinya
menjadi lebih atau kurang kaku. Ini adalah bagian terlama dari kejang ini. Pada
akhirnya kejangnya berhenti dan dia jatuh kedalam tidur yang dalam.
Umumnyakejang tonik klonik terjadi selama 1-3 menit. Kejang tonik klonikyang berakhir lebih lama dari 5 menit mungkin harus memanggil buntuan medis.
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
8/30
Kejang yang berakhir lebih dari 30 menit atau tiga kali kejang
tanpa periode jeda yang normal mengindikasikan kondisi yang berbahaya disebut
juga sebagai status epileptikus. Kejang ini membutuhkan terapi emergency. Kejang
ini adalah kejang yang biasanya diketahui oleh masyarakat secara umum. Kejang
ini disebut juga sebagai grand mall. Seperti namanya kejang ini merupakan
gabungan dari kejang tonik dan kejang klonik. Fase tonik datang pertama ditandai
dengan semua otot menjadi kaku. Udara secara paksa dikeluarkan dari pita suara
yang menyebabkan tangisan atau erangan. Orang tersebut akan kehilangan
kesadaran dan jatuh kelantai. Lidah dan pipi bagian dalam mungkin tergigit. Jadi
ludah yang bercampur darah mungkin keluar dari mulut. Wajah orang tersebut
mungkin akan berubah jadi kebiruan. Setelah fase tonik akan terjadi fase klonik.
Tangan dan kaki biasanya akan mulai menghentak dengan cepat dan
berirama, gerakan menekuk dan relaksasi pada siku, pangkal paha dan lutut.
Setelah beberapa menit gerakan menghentak akan melambat dan berhenti. Isi
kandung kemih dan perut terkadang ikut keluar saat tubuh relaksasi. Kesadaran
kembali perlahan dan orang tersebut mungkin mengantuk, bingung, atau depresi.
Penderita yang mengalami kejang ini dapat anak-anak maupun orang dewasa.
Untuk anak-anak yang pernah mengalami kejang tonik klonik sekali dalam
hidupnya, risiko untuk terjadinya kejang lagi tergantung pada banyak faktor.
Beberapa anak akan tumbuh dengan epilepsy. Seringnya kejang tonik klonik dapat
dapat dikendalikan dengan obat-obatan.Banyak pasien yang bebas kejang selama 1
atau 2 tahun dengan pengobatan akan tetap bebas kejang ketika pegobatannya
dihentikan secara bertahap (Orrin,2004).
Kejang parsial
a. Kejang parsial sederhanaKejang ini sangat berbeda pada setiap orang, tergantung pada bagian otak
dimana kejang ini berawal. Satu hal yang umum terjadi pada setiap penderita
bahwa mereka tetap terjaga dan dapat mengingat apa yang terjadi. perasaan ini
seperti dejavu seperti orang tersebut pernah mengalami peristiwa itu dan tau apa
yang akan terjadi selanjutnya. Semuanya terlihat lebih terang dan lebih hidup. ini
seperti sebuah tekanan yang berawal dari perut kemudian naik ke dada dan
tenggorokan. Ketika tekanan ini mencapai dada, saya mencium bau yang tidak
enak dari sesuatu yang terbakar dan pada saat yang sama saya gelisah Dokter
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
9/30
sering membagi kejang parsial sederhana kedalam beberapa kategori
tergantung pada jenis gejala yang dialami oleh pasien.
b. Kejang motorik
Kejang ini menyebabkan perubahan pada aktivitas otot. Sebagai contoh , seseo
rang mungkin mengalami gerakan abnormal seperti jari tangan menghentak atau
kekakuan pada sebagian tubuh. Gerakan ini mungkin akan meluas atau tetap pada
satu sisi tubuh (berlawanan dengan area otak yang terganggu) atau meluas pada
kedua sisi. Contoh yang lain adalah kelemahan dimana dapat berpengaruh pada
saat berbicara. Penderita mungkin bisa atau tidak menyadari gerakan ini.
c. Kejang sensorikKejang ini menyebabkan perubahan perasaan. Orang dengan kejang sensori
mungkin mencium atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada disitu,
mendengar bunyi berdetak, bordering atau suara seseorang ketika suara yang
sebenarnya tidak ada, atau merasakan sensasi seperti ditusuk jarum atau mati rasa
(kebas). Kejang mungki terasa sangat menyakitkan pada beberapa pasien. Mereka
akan merasa seperti berputar. Mereka juga mungkin mengalami ilusi. Untuk
singkatnya mereka mungkin percaya bahwa mobil yang sedang diparkir
bergerak pergi atau suara seseorang seperti teredam ketika seharusnya terdengar
jelas.
d. Kejang autonomicKejang ini menyebabkan perubahan pada bagian system saraf yang secara otomatis
mengendalikan fungsi tubuh. Kejang ini biasanya meliputi perasaan asing atau
tidak nyaman pada perut, dada dan kepala, perubahan pada denyut jantung dan
pernafasan, berkeringat.
e. Kejang psikisKejang ini merubah cara berpikir seseorang, perasaan dan pengalaman akan
sesuatu. Mereka mungkin bermasalah dengan memori, kata yang terbalik saat
berbicara, ketidakmampuan untuk menemukan kata yang tepat atau bermasalah
dalam memahami percakapan atau tulisan. Mereka mungkin dengan tiba-tiba
merasa takut, depresi atau bahagia dengan alasan yang tidak jelas. Beberapa pasien
mungkin merasa seperti mereka berada diluar tubuhnya atau merasa dejavu (pernah
mengalami sebelumnya). Setiap orang dapat mengalami kejang ini. Kejang ini
mungkin lebih cenderung terjadi pada orang dengan trauma kepala, infeksi
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
10/30
otak, stroke, atau tumor otak tetapi kebanyakan sebabnya tidak diketahui.
Kejang ini sering dapat dikendalikan dengan obat-obatan (steven,2006).
b.Kejang parsial kompleks
kejang yang terjadi pada karold berawal dengan peringatan, dia akan berkata dia
akan mengalami kejang dan biasanya dia akan duduk. Jika saya bertanya
bagaimana kamu merasakannya? Dia hanya berkata, saya merasakannya.
Kemudian dia membuat wajah lucu, campuran dari rasa terkejut dan distress.
Selama kejang dia mungkin melihat kepadaku saat akumemanggil namanya tetapi
dia tidak pernah menjawab. Dia hanya terpaku dan membuat gerakan bibir yang
aneh seperti ketika dia merasakan sesuatu. Terkadang dia akan mengambil lengan
kursi dan meremasnya. Setelah beberapa menit, ketika dia mulai terlepas
dari kejang, dia menanyakan banyak pertanyaan. Dia tidak pernah ingat peringatan
atau pertanyaan yang pernah dia ajukan. Kejang ini akan membuatnya lelah. Jika
dia mengalami kejang dua kali pada hari yang sama, dia sering pergi tidur setelah
kejang yang kedua.Biasanya kejang akan terjadi 30 detik sampai 2 menit. Setelah
kejang biasanya penderita akan lelah atau bingung selama 15 menit dan mungkini
tidak sadar selama satu jam. Kejang ini biasanya berawal dari sebagian kecil area
pada lobus temporal atau frontal otak. Kemudian dengan cepat meliputi area lain
pada otak yang mempengaruhi kesadaran dan siaga. Jadi walaupun mata
penderita terbuka dan mereka membuat gerakan seperti memiliki tujuan, pada
kenyataannya mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan. Beberapa kasus
biasanya yang berawal dari lobus temporalis akan dimulai dengan kejang parsial
sederhana yang disebut dengan aura yaitu semacam peringatan pada kejang,
seringnya meliputi perasaan tidak enak meliputi perasaan aneh pada perut.
Kemudian orang tersebut hilang kesadaran dan menatap kosong. Setiap orang
dapat mengalami kejang ini tetapi cenderung lebih sering pada orang dengan
trauma kepala, infeksi otak, stroke atau tumor otak tetapi lebih banyak dengan
sebab yang tidak diketahui (Orrin,2004).
c. Kejang umum sekunder
Terkadang kejang berhenti dan terkadang kejangnya tetap berlangsung sampai
jatuh ke lantai dan mengalami grandmaall (menyebar pada kedua sisi otak) setelah
kejadian primer yairu kejang parsial. Hal ini terjadi ketika ledakan aktivitas
listrik terbatas pada area tertentu dan menyebar keseluruh otak. Kejang ini terjadi
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
11/30
lebih dari 30 % orang yang menderita epilepsi parsial. Kejang ini dapat mengenai
semua umur pada orang yang memiliki kejang parsial (Orrin,2004).
VI. Diagnosis Banding
Hal yang penting untuk mengidentifikasi dan terapi setiap trauma atau penyakit yangdapat
menyebabkan kejang seperti:
Trauma kepala Infeksi (ensefalitis dan meningitis) Intoksikasi obat atau kecanduan obat
VII. Diagnosisa Anamnesis
Riwayat kesehatan adalah dasar dari diagnosis epilepsi. Dokter membutuhkan semua
informasi tentang apa yang terjadi sebelum, selama dan setelah kejang. Jika pasien tidak
dapat memberikan informasi yang cukup, orang lain yang melihat kejadian
kejang dapat turut memberikan informasi.
Pertanyaan sebelum terjadinya kejang
Apakah anda mengalami stress yang tidak biasa atau kurang tidur? Kapan terakhir kali kejang? Apakah anda mengkonsumsi obat-obatan termasuk jamu, alkhohol, atau obat-
obatanterlarang?
Apa yang segera anda lakukan saat terjadinya kejang (berbaring, duduk,berdiri)?Pertanyaan selama kejang
Berapa kali dalam sehari kajang terjadi? Apakah anda tetap sadar atau jatuh pingsan? Bagaimana kejang ini berawal? Apakah ada peringatan sebelum terjadinya kejang? Apakah mata, mulut, wajah , kepala, tangan dan kaki bergerak abnormal? Apakah anda mampu berbicara dan memberikan respon? Apakah anda kehilangan kemmapuan untuk mengontrol kandung kemih dan isi perut? Apakah anda menggigit lidah atau bagian dalam pipi?Pertanyaan setelah kejang Apakah anda merasa bingung atau lelah? Dapatkah anda berbicara normal? Apakah anda merasa pusing? Apakah otot tubuh terasa sakit?Pertanyaan riwayat penyakit dahulu
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
12/30
Apakah proses kelahiran anda sulit? Apakah anda pernah mengalami kejang demam ketika anda masih bayi? Apakah anda pernah mengalami trauma kepala, jika iya, apakah anda kehilangankesa
daran setelah peristiwa? Berapa lama anda tidak sadar?
Apakah anda pernah menderita meningitis atau ensefalitis? Apakah ada anggota keluarga yang menderita epilepsy, penyakit neurologi, atau
penyakityang berhubungan dengan kehilangan kesadaran? Jika peristiwa terjadi
berulangkali, cobalah untuk mengidentifikasi
a. Faktor-faktor yang berhubungan.
Sebagai contoh, seorang wanita dengan epilepsi memiliki episode serangan yang lebih
sering saat siklus menstruasi sehingga kita harus lebih waspada pada saat siklus
menstruasi datang. Beberapa orang mencoba untuk menghubungkan kejang
dengan faktor lingkungan seperti stress, pemakaian antibiotic atau terlalu banyak
makan gula (Carl,2004).
b. Pemeriksaan fisik
Penyakit medis yang meliputi system lain pada tubuh juga dapat menyebabkan kejang
sehingga dokter harus melakukan pemeriksaan medis secara menyeluruh. Pada
beberapa pemeriksaan dan tes laboraturium dapat digunakan untuk mengetahui
apakah hati ,ginjal, dan system tubuh lain bekerja dengan baik (carl,2004).
c. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi untuk melihat bagaimana otak dan system saraf berfungsi
dengan baik atau tidak. Biasanya ahli saraf pertama kali akan menanyakan masalah
yang pernah anda milikiyang bisa menjadi gejala awal dari penyakit otak. Ahli saraf
juga akan memeriksa fungsi otot, perasaan dan reflek pasien dan
akan melihat apakah ada masalah pada cara berjalan atau koordinasi. Bagian
lain dari pemeriksaan adalah dengan memeriksa fungsi mental sepertikemampuan
untuk mengingat kata, nama objek dan melakukan perhitungan. Selama dilakukan
follow up pada pasien, ahli saraf akan memeriksa perkembangan epilepsi
terhadap obat-obatan yang diberikan. Jika dosis obat terlalu tinggi dapat
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti:
Bicara meremehkan Sulit konsentrasi Sulit berjalan pada garis lurus Gerakan mata meremehkan ketika melihat kesatu sisi.
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
13/30
Ahli saraf mungkin akan memeriksa walaupun pasien hanya sedang berbicara. Dokter
dapat memeriksa mood, pemikiran, bahasa, mata dan gerakan wajah, kekuatan,
koordinasi dan banyak hal lain hanya dengan mendengarkan dan mengamati pasien
(Carl,2004).
d. Pemeriksaan ECG (electroencephalography)
ECG adalah pemeriksaan penting untuk diagnosis epilepsy karena ECG dapat
merekam aktivitaslistrik pada otak. ECG aman digunakan dan tanpa rasa sakit.
ECG memperlihatkan pola normal dan abnormal dari aktivitas listrik otak. Beberapa p
ola abnormal mungkin terjadi dengan beberapa kondisi yang berbeda tidak hanya
pada kejang. Seperti pada trauma kepala, stroke, tumor otak atau
kejang. Ahli saraf mungkin akan mengartikan gelombang sebagai bentuk
abnormalitas epilepsi atau gelombang epilepsi. Hal ini termasuk spike, sharp waves
and spike-and wave discharge. Gelombang spike dan sharp pada area spesifik diotak
seperti pada lobus temporal kiri mengindikasikan kejang parsial mungkin berasal dari
area tersebut. Disisi lain, kejang umum primer diperkirakan dari lepasan gelombang
spike and wave yang menyebar luas pada kedua hemisfer otak. Terutama jika berasal
dari keduahemisfer pada saat yang bersamaan (Steven,2006).
VIII.Terapi Obat Generasi Pertama
1. Phenytoin
Phenytoin adalah salah satu obat yang biasa digunakan untuk terapi anti kejang.
Phenitoin sering dipertimbangkan sebagai obat pilihan pertama untuk terapi kejang parsial,
kejang tonik klonik (grand mall) dan status epileptikus (Gordon,2008). Phenitoin bekerja
dengan menekan aktivitas listrik pada sel saraf otak. Obat ini saat pertama kali digunakan
dapat secara oral atau intravena. Bentuk oral obat ini memiliki manfaat yang baik untuk
terapi dosis tunggal perhari. Tingkat penggunaan phenitoin harus diawasi dengan
pemeriksaan fungsi hati dan pemeriksaan darah lengkap. Dosis terapi yang dianjurkan
adalah 10-20 mg/L. Efek samping dari penggunaan phenitoin adalah:
Anemia Pertumbuhan rambut yang berlebihan Letargi Hyperplasia gusi Neuropati jika digunakan dalam jangka waktu lama
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
14/30
2. Carbamazepin
Obat ini biasa diresepkan untuk terapi kejang parsial dan kejang tonik klonik
9grandmal). Obat ini bekerja dengan mekanisme yang kurang dapat dimengerti. Dalam
bentuk oral, carbamazepin dapat diminum 2 sampai 3 kali. Tingkat penggunaan
karbamazepin harus diawasi. Dosis terapi yang dianjurkan adalah 8-12mg/L. pemeriksaan
fungsi hati dan pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan secara rutin.
Efek sampingdari karbamazepin dapat menyebabkan rasa mengantuk, mual, anemia,
neutropenia. Phenorbital. Obat ini digunakan untuk terapi kedua jenis kejang yaitu
kejang umum dan kejang parsial. obat ini juga digunakan pada protocol setelah
penggunaan phenitoin pada status epileptikus pada bayi yang menderita epilepsi. Obat ini
dapat digunakan dalam bentuk oral atau intravena. Tingkat penggunaan obat ini harus
diawasi. Dosis terapi yang dianjurkan adalah 15-40mg/L. Pemeriksaan darah lengkap
harus dilakukan secara rutin. Efek samping dari phenorbital adalah mengantuk, kerusakan
kognitif dan menyebabkan mudah marah.
3. Valproat
Obat ini digunakan untuk terapi kejang parsial, kejang tonik klonik (grand mal), kejang
absence (petit mal) dan kejang myoklonik. Obat ini juga diakui dapat mencegah sakit
kepala migren. Mekanisme aksi dari obat ini berhubungan dengan substansi otak yang
disebut GABA (Gamma Aminobutyric Acid). Obat ini dapat digunakan dalam bentuk oral
dan harus diminum 2 sampai 3 kali sehari untuk mendapatkan dosis yang adekuat. Tingkat
penggunaan obat ini harus diawasi, seperti pada pemeriksaan fungsi hati
dan pemeriksaan darah. Efek samping dari obat ini adalah kerusakan hati (hepatotoksik) m
ual, penambahan berat badan, alopesia dan tremor.
4. Ethosuximide
Obat ini digunakan untuk terapi kejang absence (petit mal). Obat ini bekerja dengan
menekan aktivitas sel otak yang berhubungna dengan hilangnya kesadaran. Obat ini
diberikan secara oral, dapat berbentuk tablet atau syrup. Tingkat penggunaan obat ini
harus diawasi untuk memastikan dosis terapi yang digunakan adalah 40-100 mcg/mL.
Pemeriksaan darah lengkap, urinalisis dan pemeriksaan fungsi hati harus dilakukan
secara rutin untuk mengawasi kemungkinan efek samping yang tidak diharapkan. Efek
samping yang dapat ditimbulkan ethosuximide yaitu:
Gastrointestinal (mual, muntah, nyeri perut, diare, berkurangnya berat badan)
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
15/30
Genitourinary ( perdarahan vagina dan hematuria) Hematologi (penekanan pada sumsumtulang) Integument (pertumbuhan rambut yang berlebihan, rash kulit, sistemik lupus
eritematous)
Neurologi (sakit kepala, berkunang kunang, sulit tidur, agresif, bingung, kesulitanberkonsentrasi)
5. Primidone
Obat ini adalah barbiturate yang mengandung phenorbital. Obat ini digunakan untuk terapi
kejang umum tonik klonik (grand mal) dan kejang parsial. Obat ini digunakan pada orang
dewasa dan anak-anak yang berusia lebih dari 8 tahun. Dosis efektif pada tubuh adalah 5-
12 mcg/mL. Obat ini tersedia dalam tablet 250 mg yang dapat diminum 3 sampai 4 kali
sehari. Dosis dapat ditingkatkan tetapi tidak melebihi 500 mg yangdiminum 4 kali
sehari.Efek samping dari primidone adalah:
Pandangan kabur Bingung Mual dan muntah Impotensi Vertigo Hilangnya berat badan
Penderita epilepsy yang alergi terhadap phenorbital sebaiknya tidak menggunakan
primidone. Obat ini muncul dalam asi dan berhubungan perdarahan neonatal dan
gangguan koagulasi karenakekurangan vitamin K.
Obat generasi kedua
1. Topiramate
Obat ini digunakan dengan obat anti kejang lain pada terapi kejang parsial dan kejang
umum tonik klonik pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia 2 sampai 16 tahun.
Obat ini juga diakui sebagai pencegah sakit kepala migraine. Obat ini tersedia dalam
bentuk orang yangdapat diminum dua kali sehari (Gordon,2008). Pada maret 2011, U.S.
Food and Drug Administration mengumumkan informasi yang mengindikasikan bahwa
topiramate meningkatkan risiko kelainan pada bayi seperti labiokisisdan palatokisis ketika
obat ini digunakan pada trisemester pertama kehamilan. Efek samping dari
obat ini adalah rasa mengantuk, mual, berkunang-kunang, gangguan koordinasi dan
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
16/30
keseimbangan, afasia, hilangnya berat badan, dan batu ginjal. Pada anak-anak mungkin
akan menyebabkan gangguan konsentrasi dan mungkin menjadi agresif. Glaukoma akut
dan abnormalitas visual adalah komplikasi yang Sirius dan telah dilaporkan pada beberapa
kasus.
2. Gabapentin
Obat ini di indikasikan sebagai terapi tambahan pada kejang parsial dengan atau tanpa
kejang umum sekunder. Obat ini tersedia dalam bentuk oral dan diminum tiga kali sehari.
Tidak ada pemeriksaan laboraturium seperti pemeriksaan fungsi hati dan darah yang
diperlukan. Efek samping dari gabapentin adalah bingung, berkunang-kunang
dan gangguan keseimbangan.
3. Lamotrigine
Obat ini di indikasikan sebagai terapi tambahan pada kejang parsial dan untuk terapi dosis
tunggal pada penderita epilepsi dewasa dengan kejang parsial. Obat ini tersedia
dalam bentuk oral dan diminum dua kali sehari. Tidak ada pemeriksaan laboraturium yang
diperlukan. Efek samping dari lamortrigine adalah sakit kepala, mual, berkunang-kunang
dan rash kulit.
4. Lacosamide
Lacosamide digunakan sebagai obat tambahan pada terapi kejang parsial pada penderita
yang berusia lebih dari 17 tahun. Obat ini tersedia dalam bentuk oral dan injeksi dan
biasanya diminum dua kali sehari. Efek samping dari lacosamide adalah:
Vertigo Diplopia Somnolen Bingung Sakit kepala Mual dan muntah
5. Tiagabine
Obat ini digunakan sebagai terapi tambahan pada kejang parsial. Mekanisme aksi dariobat
ini mungkin berhubungan dengan efek substansi GABA pada otak. Obat ini tersedia
dalam bentuk oral dan harus diberikan pada dosis yang sudah dibagi sebanyak 2 sampai 4
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
17/30
kali sehari. Tidak ada pemeriksaan laboraturium yang diperlukan. Efek sampingnya
adalah berkunang-kunang dan somnolen.
6. Levetiracetam
Obat ini digunakan sebagai obat tambahan pada terapi kejang parsial pada penderita
epilepsi anak-anak yang berusia 4 tahun ke atas dan dewasa. Obat ini tersedia dalam
bentuk tablet dan cairan oral yang digunakan pada anak-anak yang tidak bisa menelan
tablet, diminum dua kali sehari. Efek samping dari levetiracetam adalah bingung,
gangguan keseimbangan dan perubahan kepribadian yang biasanya menghilang setelah
satu bulan pertama terapi.
7. Oxcarbazine
Obat ini di indikasikan untuk terapi dosis tunggal dan terapi tambahan pada penderita
epilepsi dewasa dengan kejang parsial dan sebagai terapi tambahan pada anak-anak yang
berusia 4 tahun ke atas dengan kejang parsial. Efek samping dari oxcarbazine adalah
Nyeri perut, mual muntah Berkunang-kunang Diplopia Mengantuk, bingung Hiponatremia Gangguan gaya berjalan
8. Zonisamide
Obat ini digunakan sebagai terapi tambahan pada penderita epilepsi kejang parsial dewasa.
Obat ini digunakan dua kali sehari. Efek samping dari obat ini adalah berkunang-kunang,
gangguan keseimbangan, berkurangnya berat badan, dan bingung. Pregabalin. Obat ini
digunakan sebagai terapi tambahan pada kejang parsial pada penderita epilepsi
dewasa. Obat ini dapat digunakan 2 sampai 3 kali sehari. Efek samping dari obat ini
adalah
Pandangan kabur Sulit berkonsentrasi Berkunang-kunang Mulut kering
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
18/30
Sulit menelan Somnolen
IX. Komplikasi
Komplikasi kejang parsial komplek dapat dengan mudah dipicu oleh stress emosional.
Pasien mungkin mengalami kesulitan kognitif dan kepribadian seperti:
Personalitas : sedikit rasa humor, mudah marah, hiperseksual Hilang ingatan : hilang ingatan jangka pendek karena adanya gangguan padahippoca
mpus, anomia ( ketidakmampuan untuk mengulang kata atau nama benda)
Kepribadian keras : agresif dan defensiveKomplikasi yang berhubungan dengankejang tonik klonik meliputi:
Aspirasi atau muntah
Fraktur vertebra atau dislokasi bahu
Luka pada lidah, bibir atau pipi karena tergigit
Status epileptikus
Status epileptikus adalah suatu kedaruratan medis dimana kejang berulang tanpa
kembalinyakesadaran diantara kejang. Kondisi ini dapat berkembang pada setiap
tipe kejang tetapi yang paling sering adalah kejang tonik klonik. Status
epileptikus mungkin menyebabkan kerusakan pada otak atau disfungsi kognitif
dan mungkin fatal.
Komplikasi meliputi:
Aspirasi Kardiak aritmia Dehidrasi Fraktur Serangan jantung Trauma kepala dan oral
Sudden unexplained death in epilepsy (SUDEP)
SUDEP terjadi pada sebagian kecil orang dengan epilepsi . Dengan alasan yang sangat
sulit untuk dimengerti, orang sehat dengan epilepsi dapat meninggal secara mendadak.
Ketika hal ini terjadi, orang dengan epilepsi simtomatik memiliki risiko yang lebih tinggi.
Dari hasil autopsi tidak ditemukan penyebab fisik dari SUDEP. Hal ini mungkin terjadi
karena edem pulmo atau cardiac aritmia. Beberapa orang memiliki risiko yang lebih tinggi
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
19/30
dari yang lain seperti dewasa muda dengan kejang umum tonik klonik yang tidak dapat
dikontrol sepenuhnya dengan pengobatan. Pasien yang menggunakan dua atau lebih obat
anti kejang mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk SUDEP.
X. Prognosis
Ketika pasien telah berhasil bebas kejang untuk beberapa tahun, hal ini mungkin
untuk menghentikan pengobatan anti kejang, tergantung pada umur pasien dan tipe
epilepsy yangdiderita. Hal ini dapat dilakukan dibawah pengawasan dokter yang
berpengalaman. Hampir seperempat pasien yang bebas kejang selama tiga tahun akan teta
p bebas kejang setelah menghentikan pengobatan yang dilakukan dengan mengurangi
dosis secara bertahap. Lebih dari setengah pasien anak-anak dengan epilepsi dapat
menghentikan pengobatan tanpa perkembangan pada kejang (Gordon,2008).
XI.Pencegahan
Jika kejang berhubungan dengan kondisi medis tertentu, identifikasi dan terapi pada
kondisi medis tersebut adalah kunci dari pencegahan terjadinya kejang. Jika pengobatan
antikejang telah diberikan oleh dokter, minum obat sesuai jadwal yang telah
direkomendasikan oleh dokter dan tidak lupa minum obat adalah hal yang penting
dalam pencegahan kejang (Stephen,2005).
Beberapa orang dengan epilepsi sensitif terhadap alkhohol. Mungkin ada beberapaorang yang mengalami kejang setelah meminum sedikit alkohol sehingga kunci utama
dalam pencegahan kejang adalah dengan menghindari alkohol.
Kurang tidur dan stress mungkin meningkatkan frekuensi terjadinya kejang pada beberapa orang tertentu.
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
20/30
BAB III
STATUS PASIEN
I. ANAMNESISA. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kentingan, RT03/ RW 07, Surakarta
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Buruh Pabrik
No. RM : 01073426
Tanggal MRS : 28 september 2013
B. Keluhan Utama : Kejang
C. Riwayat Penyakit SekarangPasien dibawa ke rumah sakit, datang dengan kesadaran menurun. Dua jam
SMRS pasien mengalami kejang, selama 5 menit. Pasien tidak mengalami mual,
muntah, tidak mengalami pusing. Pada waktu Kejang keluarga pasien mengatakan
bahwa lidah sempat tergigit. Pasien mengalami kejang sudah 5 kali dalam kurun
waktu setahun belakangan ini. Tidak ada riwayat jatuh dan trauma kepala. Keluarga
pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah dibawa ke dokter tentang penyakit ini.
D. Riwayat Penyakit Dahulu1. Riwayat hipertensi : (+) sejak 5 tahun yang lalu tidak terkontrol2. Riwayat stroke : disangkal3. Riwayat batuk lama : disangkal4. Riwayat DM : disangkal5. Riwayat sakit jantung : disangkal6. Riwayat alergi/asma : disangkal
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
21/30
7. Riwayat mondok : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga1. Riwayat hipertensi : (+)2. Riwayat sakit jantung : disangkal3. Riwayat DM : disangkal4. Riwayat alergi/asma : disangkal5. Riwayat batuk lama : disangkal
F. Riwayat Kebiasaan1. Riwayat merokok : 20 tahun sehari 1 bungkus2. Riwayat minum jamu : disangkal3. Riwayat minum minuman keras : sering4. Riwayat olah raga teratur : disangkal
G. Riwayat GiziPasien sehari makan tiga kali, porsinya sedang dengan nasi lauk pauk tempe,
tahu, sayur, kadang-kadang dengan ikan, telur, daging, atau ayam. Penderita jarang
makan buah-buahan dan minum susu.
H. Riwayat Sosial EkonomiPasien adalah seorang laki-laki usia 27 tahun yang bekerja sebagai buruh pabrik.
Pasien sudah menikah dan mempunyai 1 orang anak. Pasien tinggal bersama istri dan
anaknya. Pasien berobat dengan JAMKESMAS.
II. PEMERIKSAAN FISIKA. Keadaan Umum : Keadaan umum sakit sedang, compos mentis, gizi kesan berlebih.B. Tanda Vital :
Tensi : 160/100 mmHg
Respirasi : 20 x / menit
Nadi : 80 x / menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Suhu : 37,4 C (per axiller)
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
22/30
C. Status GiziBerat Badan : 85 kg
Tinggi Badan : 165 cm
BMI : 30,12 kg/m2
Kesan : Obese
D. KulitWarna sawo matang, ikterik (-), turgor kurang (-), hiperpigmentasi (-).
E. KepalaBentuk mesocephal, rambut hitam, uban (-), lurus, mudah rontok (-), mudah dicabut (-
), moon face (-), atrofi m.temporalis (-).
F. MataConjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), katarak (-/-), perdarahan palpebra
(-/-), pupil isokor diameter (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+), edema palpebra (-/-).
G. TelingaSekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoideus (-).
H. HidungNafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi pembau baik, foetor ex nasal
(-).
I. MulutSianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), pucat (-), lidah tiphoid (-), papil lidah atrofi
(-), stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-), foetor ex ore (-).
J. LeherJVP R+2 cmH2O (tidak meningkat), trachea ditengah, simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran limfonodi cervical (-).
K. LimfonodiKelenjar limfe retroaurikuler, submandibuler, servikalis, supraklavikularis, aksilaris
dan inguinalis tidak membesar.
L. ThoraxBentuk simetris, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan toracoabdominal,
sela iga melebar (-), muskulus pektoralis atrofi (-), pembesaran KGB axilla (-/-).
M. JantungInspeksi : ictus cordis tidak tampak, pulsasi precardial, epigastrium dan
parasternal tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, tidak kuat angkat
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
23/30
Perkusi : batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea
parasternalis sinistra.
batas jantung kiri bawah : spatium intercostale V, linea medio
clavicularis sinistra.
batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea
parasternalis dextra
batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea
parasternalis dextra
Kesan : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Heart Rate 80 kali/menit, reguler. Bunyi jantung I-II murni,
intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-).
N. PulmoDepan
Inspeksi
Statis : normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar.
Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak melebar,
retraksi intercostal (-).
Palpasi
Statis : simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Kanan : sonor mulai redup di SIC VI
Kiri : sonor, mulai redup sesuai pada batas jantung, batas paru lambung di
Spatium Inter Costale (SIC) VI linea medioclavicularis sinistra.
Auskultasi
Kanan : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan ronchi basah kasar (-),
ronchi basah halus (-) di daerah basal, eksperium diperpanjang (-),
wheezing (-).
Kiri : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan ronchi basah kasar (-),
ronchi basah halus (-) di daerah basal, wheezing (-).
Belakang
Inspeksi
Statis : normochest, simetris, sela iga tidak melebar,retraksi (-)
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
24/30
Dinamis : pengembangan dada kanan = kiri, sela iga tidak melebar, retraksi
intercostalis (-)
Palpasi
Statis : simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-)
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor menjadi redup mulai SIC IX
Auskultasi
Kanan : suara dasar vesikuler (+) normal, suara tambahan wheezing (-),
ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-)
Kiri : suara dasar vesikuler (+) normal, suara tambahan wheezing (-),
ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-)
O. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-/-)P. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venectasi (-),
sikatrix (-), striae (-).
Auskultasi : peristaltik (+) normal, nyeri ketok costovertebral (-).
Perkusi : tympani, pekak alih (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Q. Genitourinaria : ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-).R. Ekstremitas
Extremitas superior Extremitas inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Edema - - - -
Sianosis - - - -
Pucat - - - -
Akral dingin - - - -
Deformitas - - - -
Nodus rheumatoid - - - -
Luka - - - -
Ikterik - - - -
Petechie - - - -
Spoon nail - - - -
Kuku pucat - - - -
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
25/30
Clubing finger - - - -
Hiperpigmentasi - - - -
Fungsi motorik 5 5 5 5
Fungsi sensorik Normal Normal Normal Normal
Reflek fisiologis +2 +2 +2 +2
Reflek patologis - - - -
III.RESUMEPasien dibawa ke rumah sakit datang dengan kesadaran menurun. Dua jam
SMRS pasien mengalami kejang, selama 5 menit. Pada waktu Kejang keluarga pasien
mengawakan bahwa lidah sempat tergigit. Pasien mengalami kejang sudah 5 kali
dalam kurun waktu setahun belakangan ini. Tidak ada riwayat jatuh dan trauma
kepala. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah dibawa ke dokter
tentang penyakit ini.
IV.DIAGNOSISStatus Epileptikus
V. TUJUAN PENGOBATAN
Tujuan utama dari terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup penderita yang
optimal
VI. PENATALAKSANAAN
1. Obat anti epilepsi (OAE) mulai diberikan apabila diagnosis epilepsi sudah
dipastikan, terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam setahun. Selain itu pasien dan
keluarganya harus terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai tujuan pengobatan
dan efek samping dari pengobatan tersebut.
2. Terapi dimulai dengan monoterapi
3. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikan secara bertahap samapai
dengan dosis efektif tercapai atau timbul efek samping obat.
4. Apabila dengan penggunakan OAE dosis maksimum tidak dapat mengontrol
bangkitan, maka ditambahkan OAE kedua dimana bila sudah mencapai dosis
terapi, maka OAE pertama dosisnya diturunkan secara perlahan.
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
26/30
5. Adapun penambahan OAE ketiga baru diberikan setelah terbukti bangkitan tidak
terkontorl dengan pemberian OAE pertama dan kedua.
Medikamentosa
R/ inj. Diazepam mg 5 amp. No. I
Cum dispsosible syringe cc 3 no I
imm
R/ Fenitoin Na cap mg 100 No. XXI
3 dd cap I
Pro : Tn. M (30 tahun)
VII. PEMBAHASAN OBAT
1. Diazepam
Termasuk golongan benzodiazepin. Mekanismenya:
Potensiasi inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediatornya diazepam
berikatan dengan reseptor GABA
Pembukaan kanal klorida
Cl-masuk ke dalam sel
meningkatnya potensial elektrik sepanjang membran
sel sukar tereksitasi
dosis : saat status epileptikus: 0,2 mg / kg BB dengan kecepatan 5 gr/menit, iv
lambat (2-10 mg selama 2-4 x / hari)
ulang 15-20 menit kemudian
dosis maximal : 20-30 mg.
Efek Samping : obstruksi saluran nafas oleh lidah akibat relaksasi otot,
mengggantung.
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
27/30
Sediaan : 10 mg/ml (injeksi)valium
ampul
5 mg/ml (injeksi)valdimex
2. Natrium fenitoin
Termasuk golongan hidantoin.
Sediaan : 100 mg/capdilantin
50 mg/ml (injeksi)
Mekanisme : efek antikonvulsi tanpa depresi SSP.
Inhibisi kanal Na+pada membran sel akson
penghambatan penjalaran rangsang dari fokus ke bagian
otak lain.
mempengaruhi perpindahan ion melintasi membran sel menggiatkan pompa Na+, K+, Ca2+ neuron dan mengubah
neurotransmitter, asetilkolin, GABA
Farmakokinetik :
a. absorbsi fenitoin per oral berlangsung lambat
b. diekskresi dalam tinja
c. kadar puncak 3-12 jam.
Dosis : anak : 5 mg/kg BB per hari
Maintenance : 300400 mg / hari.
Indikasi : bangkitan tonik klonik dan parsial.
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
28/30
BAB IV
PENUTUP
Epilepsi adalah gangguan pada otak yang menyebabkan terjadinya kejang berulang.
Kejang terjadi ketika aktivitas listrik didalam otak tiba-tiba terganggu. Gangguan ini dapat
menyebabkan perubahan gerakan tubuh, kesadaran, emosi dan sensasi.Tidak semua kejang
disebabkan oleh epilepsi. Kejang juga dapat disebabkan oleh kondisi tertentu seperti
meningitis, ensefalitis atau trauma kepala. Ada banyak tipe kejang pada epilepsi, setiap tipe
kejang digolongkan menurut gejala yang terjadi. Kejang dapat digolongkan menjadi kejang
parsial dan kejang umum, tergantung pada banyaknya area otak yang terpengaruh. Ada
beberapa komplikasi pada epilepsi seperti status epileptikus dan sudden unexpecteddeath in
epilepsy (SUDEP). Status epileptikus terjadi jika terdapat kejang lebih dari 30 menit tanpa
adanya masa pemulihan kesadaran.
Biasanya status epileptikus adalah kedaruratan medis pada kejang tonik klonik.
Sedangkan SUDEP sangat jarang terjadi, hanya satu diantara seribu orang dengan epilepsi
simtomatik (penyebab diketahui) yang mengalami SUDEP. Gejala epilepsi dapat dikontrol
dengan obat anti kejang. Hampir delapan dari sepuluh orang dengan epilepsi gejala kejang
yang mereka alami dapat dikontrol dengan baik oleh obat anti kejang. Pada umumnya,
pertama kali dokter akan memulai pengobatan dengan menggunakan satu jenis anti kejang,
jika kejang tetap tidak bisa dikontrol baru digunakan dua atau lebih kombinasi obat anti
kejang.
-
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
29/30
DAFTAR PUSTAKA
Carl W Bazil. 2004. Epilepsy.www.epilepsy.com
Carold Campfield. 2008. What is epilepsy.www.epilepsy.comGordon R Kelley and Stanley J Swierzewski. 2008. Epilepsy. www. Neurologychannel.com
J Stephen Huff. 2005. Epilepsy.www.emedicinehealth.com
Orrin Devinsky. 2004 . Epilepsy. www. Epilepsy.com
Steven C Schachter . 2006. What Cause Epilepsy.www.epilepsy.com
Steven C Schachter and Patricia O Shafer. 2007. Epilepsy.www.epilepsy.com
http://www.epilepsy.com/http://www.epilepsy.com/http://www.emedicinehealth.com/http://www.epilepsy.com/http://www.epilepsy.com/http://www.epilepsy.com/http://www.epilepsy.com/http://www.epilepsy.com/http://www.emedicinehealth.com/http://www.epilepsy.com/http://www.epilepsy.com/ -
8/12/2019 PRESKES EPILEPSI.docx
30/30